laporan kemajuan 70% penelitian dosen muda

advertisement
Kode/NamaRumpunIlmu:772/PendidikanMatematika
LAPORAN KEMAJUAN 70%
PENELITIAN DOSEN MUDA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL TERHADAP
PERSEPSI PERILAKU ETIS MAHASISWA
TIM PENELITI
LINDA HERAWATI, M.PD
VEPI APIATI, M.PD
0427108101
0427047502
UNIVERSITAS SILIWANGI
2017
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu
keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena
itu makna etika harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam
lingkungan mahasiswa yang realitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar
dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri. Locus of control
merupakan salah satu variable kepribadian (personality), yang didefinisikan
sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destinity)
sendiri. Locus of control terbagi menjadi dua yaitu: internal locus of control
(mengacu pada seseorang yang percaya bahwa suatu hasil tergantung pada usaha
dan kerja keras yang dilakukannya) dan external locus of control (mengacu pada
seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar
dirinya dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi). Ethical Sensitivity (sensivitas
etis) merupakan kemampuan untuk menyadari nilai-nilai etika atau moral dalam
suatu keputusan etis. Ethical Sensitivity dalam penelitian ini dikaitkan dengan
kegiatan akademis mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan
dalam tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah faktorfaktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi
perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………..
i
ABSTRAK …………………………………………………………….......
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………........
3
1.3 Definisi Operasional …………………………………………
3
1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………….
4
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………...
4
1.6 Luaran Penelitian …………………………………………….
4
BAB 2 LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Teoretis
A. Locus of Control ………………………………………….
5
B. Ethical Sensitivity ………………………………………...
8
C. Perilaku Etis Mahasiswa
1. Etika ……………………………………………….......
10
2. Perilaku Etis ……………………………………….......
12
3. Perilaku tidak Etis ……………………………………...
13
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………..
14
2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………........
15
2.4 Pertanyaan Penelitian ………………………………………...
15
BAB 3 PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode penelitian …………………………………………….
16
3.2 Fokus Penelitian ……………………………………………...
16
3.3 Sumber Data ………………………………………………….
17
3.4 Tahap-Tahap Penelitian ………………………………………
17
iii
3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………...
19
3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………….
19
3.7 Teknik Analisis Data …………………………………………
24
3.8 Jadwal Penelitian ……………………………………………..
25
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
A. Deskripsi Faktor Individual locus of control ……………..
26
B. Deskripsi Faktor Individual Ethical Sensitivity …………...
28
4.2 Pembahasan
A. Faktor Individual locus of control .......................................
B. Faktor Individual Ethical Sensitivity ……………………...
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………...
iv
29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Locus of Control ……………………………………
20
Tabel 3.2 Validitas Angket Locus of Control ............................................
22
Tabel 3.3 Validitas Angket Ethical Sensitivity ………………………......
23
Tabel 3.4 Reliabilitas Angket ……………………………………………
23
Tabel 3.5 Kategori Ethical Sensitivity …………………………………...
24
Tabel 3.6 Kategori Ethical Sensitivity Penelitian ………………………..
25
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian ……………………………………………...
25
Tabel 4.1 Rata-Rata locus of control Mahasiswa ………………………..
26
Tabel 4.2 Rata-Rata Locus of Control Mahasiswa Perindikator ………...
26
Tabel 4.3 Data Locus of Control ………………………………………...
28
Tabel 4.4 Data Ethical Sensitivity mahasiswa …………………………...
28
Tabel 4.5 Rata-Rata Ethical Sensitivity Mahasiswa Perindikator ……….
29
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Kerangka Teoretis Penelitian ……………………………...
vi
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Anggaran Penelitian 70% ………………………………….
Lampiran 2
Susunan Organisasi Penelitian …………………………….
Lampiran 3
Biodata Peneliti ……………………………………………
Lampiran 4
Surat Pernyataan Penelitian ………………………………..
Lampiran 5
Data Penelitian
A. Data Hasil Angket Locus of Control ………………….
B. Penghitungan Angket Locus of Control ………………
C. Data Hasil Angket Ethical Sensitivity ………………...
D. Penghitungan Angket Ethical Sensitivity ……………..
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah merupakan jenjang pendidikan setelah sekolah menengah yang
tidak termasuk ke dalam program wajib belajar 9 tahun. Seseorang yang ingin
mendapatkan ilmu sesuai dengan minatnya akan melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Kuliah akan dapat dilakukan oleh
seseorang apabila seseorang tersebut masuk di perguruan tinggi. Setiap
seseorang atau mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi
wajib tunduk dan patuh terhadap peraturan institusi tempat mahasiswa tersebut
kuliah. Selain itu mahasiswa juga harus memiliki keterampilan, perilaku, dan
etika untuk menunjang kesuksesan selama berkuliah.
Mahasiswa yang pada dasarnya pelaku dalam pergerakan pembaharuan
yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan membangun tanah air ke arah
yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika dapat menjadi gambaran
bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan
sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu makna etika harus lebih
dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang
realitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui
makna etika dan peranan etika itu sendiri.
Perilaku mahasiswa yang tidak etis diantaranya banyak mahasiswa yang
melakukan pemalsuan dalam presensi perkuliahan atau biasa dikenal oleh
kalangan mahasiswa dengan istilah “titip absen”, menyontek pada saat ujian,
menjiplak hasilkarya orang lain, berusaha meminta ke dosen agar diberi nilai
yang tinggi, atau tidak memberi kontribusi yang memadai pada saat kerja
kelompok. Dari kedisiplinan, mahasiswa juga sering terlambat dalam
menghadiri perkuliahan atau pada saat mengumpulkan tugas. Dalam
menghormati dosen pun terkadang mahasiswa kurang memperhatikan,
contohnya tidak menghargai dosen ketika menerangkan di depan kelas, tidak
memiliki sopan santun ketika berkomunikasi dengan dosen, atau pada saat
1
bertemu di luar jam perkuliahan mahasiswa tidak menyapa dosen. Oleh karena
itu pembentukan sikap dan perilaku etis mahasiswa sangat penting.
Kehidupan kampus dan dunia mahasiswa memang menjadi salah satu
fase yang khas. Mulai dari puluhan mata kuliah yang siap dipelajari, serta
beragam aktivitas yang menantang. Nilai akademik merupakan satu masalah
yang paling sering dihadapi mahasiswa. Nilai yang tidak memuaskan tentunya
membuat mahasiswa cukup stres dan yang paling berat mahasiswa harus
mengulang mata kuliah tersebut. Mahasiswa harus menjumpai berbagai jenis
dan karakter dosen di bangku kuliah. Mulai dari dosen yang baik bangat dan
murah nilai, dosen yang ngajarnya enak banget, yang galak dan judes, bahkan
sanpai yang killer banget. Menghadapi hal ini mahasiswa tentunya harus
mengetahui bagaimana mahasiswa harus bersikap, jika tidak mahasiswa bisa
menghadapi masalah yang justru berpengaruh dengan nilai akademisnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Jones and Kavanagh (1996) terhadap
138 mahasiswa tingkat akhir dengan perbandingan 70 wanita dan 64 pria
bertujuan untuk meneliti pengaruh variable situasional dan variable individu
terhadap kemungkinan mahasiswa melakukan perilaku tidak etis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis antara internal
locus of control dengan external locus of control. Mahasiswa dengan external
locus of control cenderung untuk berperilaku tidak etis dibandingkan
mahasiswa dengan internal locus of control.
Moral dan etika biasanya dimiliki oleh seseorang yang mempunyai
kesadaran akan pentingnya berperilaku untuk mengukur tingkat kepekaann
terhadap nilai-nilai yang ada baik sehingga membentuk suatu kebiasaan yang
dilakukan terus menerus. Kesadaran tentang pentingnya berperilaku etis
berbeda-beda antar individu. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai
etis dalam suatu keputusan disebut sebagai sensivitas etika (Ferdinandus,
2014).
Sensitivitas Etis (Ethical Sensitivity) ini sangat penting dimiliki oleh
setiap individu untuk mengukur tingkat kepekaan terhadap nilai-nilai yang ada
baik di dalam maupun di luar lingkungan mereka. Setiap orang pasti
2
mempunyai sensitivitas terhadap etika, terutama pada mahasiswa karena
mereka mendapat ilmu tentang etika di bangku perkuliahan. Tentu saja tingkat
sensitivitas antar individu berbeda-beda. Tingkat sensitivitas biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya orientasi etika, komitmen
profesional, komitmen organisasional, budaya atau kultur lingkungan, dan
karakter personal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah
faktor-faktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity
mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika?”
1.3 Definisi Operasional
Berikut ini akan diuraikan pengertian beberapa istilah penting yang
digunakan dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan berbagai tafsiran yang
saling berbeda:
a.
Locus of control merupakan salah satu variable kepribadian (personality),
yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya
mengontrol nasib (destinity) sendiri. Locus of control terbagi menjadi dua
yaitu: internal locus of control (mengacu pada seseorang yang percaya
bahwa suatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang
dilakukannya) dan external locus of control (mengacu pada seseorang
yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar
dirinya dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi).
b.
Ethical Sensitivity (sensivitas etis) merupakan kemampuan untuk
menyadari nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis. Ethical
Sensitivity dalam penelitian ini dikaitkan dengan kegiatan akademis
mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan dalam
tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis.
3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan
bukti empiris apakah faktor-faktor individual seperti Locus of control dan
Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan
matematika.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan maupun referensi mengenai analisis
faktor-faktor individual (seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity)
terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa. Selain itu dapat membantu
pembaca yang berminat untuk meneliti masalah yang sama untuk dijadikan
sebagai bahan referensi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi para
pendidik di jurusan pendidikan matematika untuk dapat mengembangkan
konsep pendidikan etika dengan lebih memperhatikan perkembangan moral
ataupun perkembangan etis mhasiswa sehingga dapat membentuk perilaku
etis mahasiswa sebagai calon pendidik matematika sejak dini.
1.6 Luaran Penelitian
Target luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Memberikan bukti empiris apakah faktor-faktor individual seperti Locus
of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa
jurusan pendidikan matematika.
b. Menghasilkan publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional
Terakreditasi.
4
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Teoretis
A. Locus of Control
Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh
Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.
Locus of control diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu
peristiwa apakah dia dapat atau tiak dapat mengendalikan peristiwa yang
terjadi pada dirinya.
Locus of control sendiri pada dasarnya berasal dari social learning
theory (Reiss dan Mitra, 1998) yang menyatakan bahwa pilihan dibuat
oleh seseorang dari berbagai macam potensi perilaku yang ada dan
membagi Locus of control menjadi dua, yaitu:
a.
Internal locus of control
Internal locus of control merupakan cara pandang bahwa segala hasil
yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan
faktor-faktor dari dalam diri mereka sendiri. Internal locus of control
mengacu pada seseorang yang percaya bahwa suatu hasil tergantung
pada usaha dan kerja keras yang dilakukannya.
b.
External locus of control
External locus of control merupakan cara pandang bahwa segala hasil
yang didapat, baik atau buruk berada di luar kontrol diri mereka
seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir. Individu yang berada
dalam kategori ini meletakkan tanggung jawab di luar kendalinya.
External locus of control mengacu pada seseorang yang menganggap
bahwa suatu hasil ditentukan oleh factor lain dari luar dirinya.
Seseorang dengan internal locus of control pada umumnya
memiliki tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya, mereka
cenderung menyadari adanya hubungan langsung antara perilaku dan hasil
(outcomes).
Sebagai
hasilnya
5
mereka
cenderung
untuk
dapat
mempertanggungjawabkan hasil pada diri mereka sendiri (Jones and
Kananagh, 1996). Sebaliknya seseorang dengan external locus of control
cenderung untuk melimpahkan tanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan pada factor di luar dirinya. Maka cenderung untuk memberikan
tanggung jawab suatu hasil pada orang lain atau factor situasional.
Lefcourt (dalam Prasetyo,2002) menyatakan bahwa internal locus
of control ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk
yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang, oleh karena itu
terjadinya suatu peristiwa berada dalam kontrol seseorang. Sedangkan
external locus of control ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa
baik atau buruk yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang
pada situasi tertentu, oleh karena itu disebut dengan di luar kontrol
seseorang. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin
berperilaku etis dalam situasi konplik dibanding dengan individu dengan
external locus of control.
Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang
yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan
selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau
salah. Sebaliknya orang dengan external locus of control percaya bahwa
kejadian dalam hidupnya berada di luar kendalinya dan percaya bahwa
hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan dan
lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Locus of control merupakan
suatu konsep yang menunjukkan keyakinan individu mengenai peristiwaperistiwa yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini termasuk pada keyakinan
bahwa keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai
kegiatan di dalam hidupnya disebabkan oleh kendali dirinya atau kendali
di luar dirinya.
Individu dikatakan memiliki internal locus of control karena
individu tersebut meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah di
bawah kendali dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa di dalam diri
6
seseorang tersebut memiliki potensi yang besar untuk menentukan arah
hidupnya, tidak peduli apakan faktor lingkungan akan mendukung atau
tidak. Individu seperti ini percaya mereka mempunyai kemampuan
menghadapi tantangan dan ancaman yang timbul dari lingkungan dan
berusaha memecahkan masalah dengan keyakinan tinggi sehingga strategi
penyelesaian atas konplik yang terjadi dapat diseesaikan dengan baik.
Individu yang memiliki external locus of control merupakan
individu yang mempercayai bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah di
luar kendalinya sendiri. Individu meyakini bahwa faktor luar atau
lingkungan yang mempunyai pengaruh control terhadap apa yang terjadi
dalam kehidupannya. Individu yang memiliki external locus of control
lebih mudah merasa terancam, menyerah dan tidak berdaya ketika
menghadapi suatu konplik. Individu semacam ini akan memandang
masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya. Bila
mengalami kegagalann dalam menyelesaikann persoalan, maka individu
tersebut cenderung tidak survive dan akhirnya individu tersebut
mengalami kegagalan yang membuatnya ingin lari dari persoalan.
Menurut Crider (M. Nur Ghufron & Rini Risnawati 2010: 23 – 24)
perbedaan karakteristik antara internal locus of control dan external locus
of control adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik internal locus of control
•
Suka bekerja keras
•
Memiliki inisiatif yang tinggi
•
Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah
•
Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin
•
Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika
ingin berhasil
b. Karakteristik external locus of control
•
Kurang memiliki inisiatif
•
Mempunyai persepsi bahwa hanya ada sedikit korelasi antara
usaha dan kesuksesan
7
•
Kurang suka berusaha. Karena percaya bahwa kesuksesan
dikontrol olej faktor lain.
•
Kurang mencari informasi untuk memecahkan suatu masalah
Pengukuran variabel locus of control pada penelitian ini
menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Rotter (1996) dalam
Dewi, Agustina Kartika (2014), yaitu:
1. Indikator Internal locus of control
a. Kepercayaan diri terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan
soal-soal atau tugas
b. Suka bekerja keras dan memiliki usaha yang lebih, dalam
menyelesaikan soal-soal atau tugas dan mencapai prestasi
c. Memiliki kepuasan diri dalam emnyelesaikan tugas tanpa bantuan
orang lain.
2. Indikator external locus of control
a. Kurang suka berusaha dalam mencapai prestasi dan menyelesaikan
soal-soal atau tugas
b. Kurang memiliki inisiatif
c. Memiliki kepercayaan bahwa keberhasilan dan pencapaian
prestasi dipengaruhi oleh faktor dari luar (nasib, keberuntungan,
lingkungan).
B. Ethical Sensitivity
Sensitivitas Etis merupakan kemampuan untuk menyadari nilainilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis. Sensitivitas Etis
merupakan kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etis yang
terjadi. Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat
dipengaruhi oleh sensitivitas indidvidu tersebut terhadap etika. Faktor
yang penting dalam menilai perilaku etis adalah adanya kesadaran para
individu bahwa mereka adalah agen moral. Kesadaran individu tersebut
dapat dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika
dalam suatu keputusan, inilah yang disebut Sensitivitas Etis (Andi, 2013).
8
Sensitivitas Etis dalam penelitian ini dikaitkan dengan kegiatan
akademis mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan
dalam tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis. Nurma
(2011) menjelaskan bahwa Sensitivitas merupakan ciri-ciri tindakan yang
mendeteksi kemungkinan lulusan berperilaku etis. Apabila sebagai calon
sarjana, mahasiswa berperilaku tidak etis maka kemungkinan setelah lulus
akan berperilaku tidak etis. Hal ini perlu dideteksi sejak awal sebagai
langkah awal untuk mencegah perilaku tidak etis melalui cakupan atau
muatan kurikulum etika dalam perkuliahan.
Faktor penting dalam penilaian dan perilaku etis adalah kesadaran
para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kemampuan untuk
menyadari adanya nilai-nilai etik atau moral dalam suatu keputusan inilah
yang disebut dengan Sensitivitas Etis (Ryanto, 2008). Dalam beberapa hal,
banyak keputusan dinilai sebagai keputusan moral hanya karena memiliki
kandungan moral, padahal tidak demikian. Suatu keputusan dapat dinilai
dari segi moral jika keputusan itu dibuat dengan memperhitungkan atau
memasukkan nilai-nilai moral.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Sensitivitas
merupakan tingkat kepekaan seseorang dalam merespon kejadian atau
peristiwa tertentu. Jadi, Sensitivitas Etis dapat diartikan sebagai kesadaran
individu dalam menilai perilaku etis. Kesadaran individu tersebut dapat
dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam
suatu keputusan.
Rest (2000) mengajukan model untuk meneliti pengembangan
proses berpikir moral individual dan perilaku individu dalam mengabil
keputusan dimana tiap komponen tersebut mempengaruhi perilaku moral
dan kegagalan pada komponen yang dapat menyebabkan perilaku tidak
etis. Komponen tersebut dicirikan sebagai berikut:
a) Pengenalan
individu
pengevaluasian
akan
pengaruh
keberadaan
pilihan
kesejahteraan pihak yang berimbas
9
masalah
perilaku
etis
potensial
dan
pada
b) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah
situasi.
c) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai
hasil yang dinilai dan implikasi moralnya.
d) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud tersebut
Pengukuran Ethical Sensitivity (Sensitivitas Etis) diukur dengan
memodifikasi scenario Ethical Sensitivity (Sensitivitas Etis) Shaub (1989),
yaitu:
a. Kegagalan mahasiswa matematika dalam mengerjakan soal atau tugas
dengan waktu yang diminta.
b. Penggunaan jam perkuliahan untuk kepentingan pribadi
c. Subordinasi Judgement mahasiswa matematika dalam hubungannya
dengan prinsif-prinsif matematik.
C. Perilaku Etis Mahasiswa
1.
Etika
Etika merupakan keyakinan atau tindakan mengenai benar
dan salah serta tindakan baik dan buruk yang mempengaruhi hal-hal
lain atau pihak lain. Etika diukur betdasarkan pada budaya setempat,
agama, pendidikan, jenis kelamin, usia, dan lainnya. Perilaku dalam
beretika, dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu perilaku etis yaitu perilaku yang diharapkan oleh masyarakat
dan perilaku yang tidak etis yaitu perilaku yang tidak disukai oleh
orang lain.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak; nilai mengenai nilai benar dan salah; yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Sedangkan menurut Suseno (1987) etika
merupakan suatu ilmu yang membahas tentang bagaiman adan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana
10
kita harus mengambil sikap yang bertangyung jawab berhadapan
dengan berbagai ajaran moral.
Dias dan Shah (2009: 110) mendefinisikan etika sebagai
pemahaman standar-standar perilaku moral yang diterima oleh
masyarakat yang kemudian dinilai benar atau salah. Etika ini biasanya
bersumber dari agama atau budaya. Menurut Dias dan Shah (2009:
114) dalam etika personal ada 5 pendekatan utama yang dapat
membantu seseorang untuk membuat keputusan yang benar baik
secara hukum maupun etika, diantaranya:
a. Pendekatan utilitarian atau manfaat yang berasumsi bahwa
tindakan yang diambil haruslah memberikan apa yang terbaik bagi
lingkungan dan diri sendiri
b. The rights approach yang menekankan bahwa tindakan etis adalah
ketika seseorang bia menjaga sikap dan respek terhadap hak-hak
orang lain.
c. The fairness of justice approach yang menyatakan bahwa tindakan
etis akan membuat manusia pada posisi yang sama atau tidak sama
sesuai dengan kapabilitas masing-masing.
d. The common good approach yang merujuk pada hubungan yang
terjadi dalam masyarakat yang membasiskan pada etika rasional
dan rasa respect atau saling menghormati atau rasa belas kasih
terhadap satu sama lain.
e. The virtue approach yang menyetakan bahwa tindakan etis
setidaknya harus bersifat konsisten dengan kebaikan ideal yang
dapat mengembangkan rasa kemanusiaan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Perilaku beretika dalam kehidupan sehari-hari dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu perilaku etis (perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat) dan perilaku tidak etis yaitu perilaku
yang tidak disukai oleh orang lain.
11
2.
Perilaku Etis
Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan normanorma sosial, agama dan lainnya yang diterima secara umum
sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang
membahayakan. Contoh tindakan etis adalah menghargai orang lain,
berempati terhadap orang lain, tolong menolong dan lain-lain.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006: 58)
perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma soaial
yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan
yang benar dan baik. Perilaku etis ini dapat menentukan kualitas
individu (mahasiswa) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsif yang dijalani dalam
bentuk perilaku.
Menurut Dougall dalam Zulfahmi (2005) factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku etis seseorang meliputi:
a) Faktor personal, yaitu factor yang berasal dari dalam individu
b) Factor situasional, yaitu factor yang berasal dari luar diri
manusian sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung
berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau organisasi
dimana ia ikut di dalamnya.
c) Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku
seseorang.
Tanggung jawab sosial adalah termasuk ke dalam perilaku yang etis
dalam kehidupan sosial. Biasanya tanggung jawab sosial yang sering
dilakukan seseorang adalah seperti:
a. Sikap obstruktif
Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan
usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan
oleh individu.Contoh: pergaulan bebas yang dilakukan para
remaja yang sangat merajalela pad masa ini.
12
b. Sikap defensive
Pendekatan tanggungjawab sosial yang ditandai dengan personal,
hanya memenuhi persyaratan aturan atau hokum secara minimum
atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya. Contohnya: menjalani proses suatu
organisasi dengan sungguh-sungguh.
c. Sikap Akomodatif
Pendekatan tanggungjawab sosial yang diterapkan seseorang
dengan melakukannya apabila diminta melebihi persyaratan atau
hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungan sosialnya. Contohnya: mau bergaul
dengan masyarakat sekitar lingkungan.
d. Sikap proaktif
Pendekatan tanggungjawab sosial yang diterapkan seseorang
dengan secara aktif mencari peluang untuk menyumbangkan demi
kesejahteraan kelompok atau individu dalam lingkungan
sosialnya. Contohnya; berusaha membangun kebiasaan baik,
memperbaiki diri dan lain-lain
3.
Perilaku Tidak Etis
Perilaku tidak etis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan
norma-norma sosial, agama, dan lainnya yang tidak diterima secara
umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan
yang membahayakan. Contoh perilaku yang tidak etis adalah
menyepelekan orang lain, tidak peduli dengan orang lain, tidak
mengikuti peraturan yang berlaku, dan lain-lain. Dalam kehidupan
bermasyarakat. Perilaku etis sangatlah penting. Hal ini disebabkan
karena interaksi antar individu di dalam masyarakat sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai etika.
13
Arens dan Loebbecke (1997: 73) menyebutkan bahwa
terdapat dua factor utama yang mungkin menyebabkan orang
berperilaku tidak etis, yaitu:
1) Standar orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada
umumnya
2) Orang tersebut sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungannya
sendiri
Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat
oleh rasionalisasi yang dikumandangkan sendiri oleh yang
bersangkutanberdasarkan pengamatan dan pengetahuan. Menurut
Arens dan Loebbecke (1997: 75) rasionalisasi tersebut mencakup 3
hal sebagai berikut:
1) Semua orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama
2) Jika suatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan
tersebut tidak melangar etika
3) Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya tidak diketahui orang
lain serta yang harus ditanggung jika perbutan tidak etis tersebut
diketahui orang lain tidak signipikan.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
a.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramita Diah Kartika Sari (2012)
dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas
etika (studi pada inspektorat Jawa Tengah)” dengan mengdapatkan
simpulan bahwa: budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealism,
budaya etis organisasi tidak berpengaruh pada relativisme, dan
relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Syaikhul Falah (2007) dengan judul
“Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap
sensitivitas etika (studi empiris tentang pemeriksa internal bawasda)”,
diperoleh simpulan bahwa: budaya etis organisasi berpengaruh
terhadap idealism, budaya etis organisasi tidak berpengaruh pada
14
relativisme, relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika, dan
idealism tidak berpengaruh pada sensitivitas etika secara signifikan,
meskipun uji tanda diterima.
2.3 Kerangka Berpikir
Faktor-FaktorIndividual
Locus of control
Ethical Sensitivity
Internal Locus of control
External Locus of control
Perilaku etis
Gambar 2.1: Kerangka Teoretis Penelitian
2.4 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor
individual seperti Locus of control dan equitivity sensitivity mempengaruhi
perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika?
15
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan terlebuh dahulu data dari sumber
data dalam penelitian ini. Metode deskriptif ini memusatkan diri pada faktorfaktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa. Pendekatan dalam
penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan
kualitatif diharapkan dapat menghasilkan gambaran tentang objek yang diteliti
secara utuh. Menurut Maleong (2007: 6) “penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian serta perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain
sebagainya”.
Karakteristik khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan
keunikan-keunikan individu, dalam kelompok masyarakat atau organisasi
tertentu dalam kehidupan sehari-hari secara komprehensif dan rinci.
Pendekatan ini merupakan suatu metode penelitian yang diharapkan dapat
menghasilkan suatu deskrifsi tentang ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat
diamati dari suatu individu atau kelompok masyarakat dalam suatu setting
tertentu
3.2 Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor individual terhadap
persepsi perilaku etis mahasiswa yang meliputi Locus of Control dan Ethical
Sensitivity, pada mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan
2014 di fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Siliwangi
Tasikmalaya.
16
3.3 Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, apalagi
sampel. Pada pendeatan kualitatif sumber data lebih tepat disebut dengan
situasi sosial tertentu, yang menjadi subjek penelitian adalah benda, hal atau
orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Seperti yang
diutarakan oleh Djam’an Satori (2007: 2) bahwa, “pada penelitian kualitatif
tidak mengenal istilah populasi, apalagi sampel. Populasi atau sampel pada
pendekatan kualitatif lebih tepat di sebut sumber data pada situasi sosial (Social
Situation).” Spradley dalam (Sugiono, 2010: 297) mengemukakan bahwa,
“Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis.”
Pada penelitian yang peneliti lakukan ketiga elemen tersebut adalah:
a. Tempat (place)
Penelitian ini bertempat di Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi Nomor 24
kota Tasikmalaya.
b. Pelaku (actor)
Pelaku dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi
pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
c. Aktivitas (activity)
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis faktor-faktor individual
terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa yang meliputi Locus of Control
dan Ethical Sensitivity.
3.4 Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
A. Tahap Persiapan
1. Menyusun rancangan penelitian, penelitian yang akan dilakukan
berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang terus
17
berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat
berlangsungnya penelitian.
2. Memilih lokasi penelitian, sesuai dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian, maka lokasi penelitian digunakan sebagai sumber
data.
3. Mengurus perijinan, mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk
kelancaran kegiatan penelitian.
4. Menjajagi dan melihat keadaan, proses penjajagan lapangan dan
sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat
utamanya maka kitalah yang akan menentukan lapangan merasa
terganggu atau tidak.
5. Memilih dan memanfaatkan informan, ketika kita menjajagi dan
mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu
kita lakukan yaitu menentukan narasumber.
6. Menyiapkan instrument penelitian, dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrument). Peneliti
terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah
informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan
data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi.
B. Lapangan
1. Memahami dan memasuki lapangan, memahami latar penelitian; latar
terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi secara langsung
dengan orang.
2. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data), peneliti merupakan
instrument utama dalam pengumpulan data, jadi peneliti harus berperan
aktif dalam pengumpulan sumber.
C. Pengolahan Data
1. Analisis data, melakukan analisis data yang telah didapatkan, peneliti
dalam hal ini bisa melakukan interprestasi dari data yang didapatkan
dilapangan.
18
2. Mengambil kesimpulan dan Verifikasi, dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya,
langkah
selanjutnya
adalah
menyimpulkan
dan
melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid atau
tidak.
Narasi hasil analisis, langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam
bentuk tulisan dan biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung
menggunakan metode deskriptif analitis
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan sebagai bahan dalam penyusunan penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2010), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Daftar pertanyaan atau
pernyataan dalam penelitian ini berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup
karena alternatif-alternatif jawaban telah disediakan. Kuesioner dibuat dengan
petunjuk pengisian untuk memudahkan responden dalam pengisian jawaban.
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Pabundu, Tika (2006), instrument penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur dan memperoleh data terhadap variabel
penelitian yang dipermasalahkan. Instrumen dalam penelitiabn ini termasuk
pada instrument non tes yaitu instrument yang digunakan untuk mengukur
sikap dengan menggunakan kuesioner.
Adapun kisi-kisi instrument penelitiannya adalah sebagai berikut:
19
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Locus of Control
No.
1
Variabel
Locus of Control
Indikator
No. Butir
a. Kepercayaan diri terhadap
1, 3
kemampuannya dalam
menyelesaikan soal-soal
atau tugas
b. Suka bekerja keras dan
2, 4, 13
memiliki usaha yang
lebih, dalam
menyelesaikan soal-soal
atau tugas dan mencapai
prestasi
c. Memiliki kepuasan diri
7, 14
dalam menyelesaikan
tugas tanpa bantuan orang
lain.
d. Kurang suka berusaha
6
dalam mencapai prestasi
dan menyelesaikan soalsoal atau tugas.
e. Kurang memiliki inisiatif.
f. Memiliki kepercayaan
bahwa keberhasilan dan
pencapaian prestasi
dipengaruhi oleh faktor
dari luar (nasib,
keberuntungan,
lingkungan).
20
9, 15
5, 8, 10,
11, 12, 16
No.
2
Variabel
Ethical Sensitivity
Indikator
a. Kegagalan mahasiswa
No. Butir
1
matematika dalam
mengerjakan soal atau
tugas dengan waktu yang
diminta.
b. Penggunaan jam
2
perkuliahan untuk
kepentingan pribadi
c. Subordinasi Judgement
3
mahasiswa matematika
dalam hubungannya
dengan prinsif-prinsif
matematik.
Pernyataan-pernyataan dalam skala Locus of Control pada penelitian
ini disajikan dalam dua arah, namun bukan berupa pernyataan positif dan
negative. Pernyataan dalam instrument ditujukan untuk mengungkap
kecenderungan Locus of Control mahasiswa, apakah ke arah internal atau
eksternal. Untuk mengukur Locus of Control, peneliti menggunakan skala
Work Locus of Control yang merupakan adaptasi dari Work Locus of Control
Scale (WLCS). Skala WLCS tersebut dikembangkan oleh Spector pada tahun
1988. Skala Work Locus of Control ini menggunakan skala Likert yang
mempunyai enam alternative jawaban, dengan rentang skor dari 1 – 6, yaitu:
1 = subyek sangat tidak sesuai dengan pernyataan
2 = subyek tidak sesuai dengan pernyataan
3 = subyek agak tidak sesuai dengan pernyataan
4 = subyek agak sesuai dengan pernyataan
5 = subyek sesuai dengan pernyataan
6 = subyek sangat sesuai dengan pernyataan
21
Pemberian skor ini didasarkan pada jumlah jawaban yang tersedia pada setiap
item, yaitu mempunyai enam pilihan jawaban mulai dari sangat tidak sesuai
dengan sangat sesuai.
Sedangkan untuk mengukur Ethical Sensitivity peneliti menggunakan
skala Likert yang dapat mengukur sikap dengan menyatakan sebuah kesetujuan
dan ketidaksetujuan terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Menurut Sugiyono (2011), skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert yang digunakan
dalam pengukuran penelitian ini dimodifikasi dengan empat alternative
jawaban, diantaranya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS).
A. Uji Validitas Angket
Menurut Widaningsih, Dedeh (2013: 2) “validitas adalah suatu alat
evaluasi disebut valid (abash atau shahih) apabila alat tersebut mampu
mengevaliasi apa yang seharusnya dievaluasi.” Data validitas pada
instrument penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Validitas Angket Locus of Control
No. Koefisien Harga Harga
Kriteria
Item validitas !"#!$%& !!'()*
Validitas
1
0,430
2,78
1.76
Cukup Tinggi
keterangan
Valid
2
0,403
2,57
1.76
Cukup Tinggi
Valid
3
0,414
2,65
1.76
Cukup Tinggi
Valid
4
0,574
4,08
1.76
Cukup Tinggi
Valid
5
0,703
5,77
1.76
Tinggi
Valid
6
0,823
8,44
1.76
Tinggi
Valid
7
0,528
3,63
1.76
Cukup Tinggi
Valid
8
0,733
6,28
1.76
Tinggi
Valid
9
0,816
8,22
1.76
Tinggi
Valid
10
0,719
6,03
1.76
Tinggi
Valid
11
0,406
2,59
1.76
Cukup Tinggi
Valid
22
No. Koefisien
Item validitas
12
0,737
Harga
!"#!$%&
6,37
Harga
!!'()*
1.76
Kriteria
Validitas
Tinggi
keterangan
Valid
13
0,493
3,31
1.76
Cukup Tinggi
Valid
14
0,449
2,93
1.76
Cukup Tinggi
Valid
15
0,416
2,67
1.76
Cukup Tinggi
Valid
16
0,801
7,79
1.76
Tinggi
Valid
Dari tabel 3.2 terlihat bahwa pernyataan angket locus of control sebanyak
16 pernyataan semuanya valid dengan 9 pernyataan kriteria validitasnya
cukup tinggi dan 7 pernyataan kriteria validitasnya tinggi.
Tabel 3.3
Validitas Angket Ethical Sensitivity
No. Koefisien Harga Harga
Kriteria
Item validitas !"#!$%& !!'()*
Validitas
1
0,764
6,91
6,31
Tinggi
keterangan
Valid
2
0,735
6,33
6,31
Tinggi
Valid
3
0,744
6,49
6,31
Tinggi
Valid
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa pernyataan angket Ethical Sensitivity
sebanyak 3 paragraf semuanya valid dengan validitasnya tinggi.
B. Uji Reliabilitas Angket
Menurut Widaningsih, Dedeh (2013: 5) “reliabilitas adalah suatu
alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suau alat yang
memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg)”. Data reliabilitas pada
instrument penelitian ini adalah sebagai berikut:
Faktor
Individual
Locus of
Control
Ethical
Sensitivity
Tabel 3.4
Reliabilitas Angket
Koefisien
Kriteria
reliabilitas
1,02
Sangat tinggi
1,04
Sangat tinggi
23
!!'()*
Kesimpulan
0,482
Reliabel
0,95
Reliabel
Nilai tabel r product moment dengan dk = n-1 = 15, dengn taraf signifikan
5% diperoleh rtabel = 0,482. Jika r11>rtabel maka reliabel sedangkan jika
r11<rtabel maka tidak reliabel. Untuk faktor individual Locus of Control
diperoleh +,, = 1,02, sehingga r11 > rtabel maka angket Locus Of Control
Reliabel. Nilai tabel r product moment dengan dk = n-1 = 2, taraf
signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,95. Jika r11>rtabel maka reliabel sedangkan
jika r11<rtabel maka tidak reliabel. Untuk faktor individual Ethical
Sensitivity diperoleh +,, = 1,02, sehingga r11 > rtabel maka angket Ethical
Sensitivity Reliabel.
3.7 Teknik Analisis Data
A. Analisis data Locus of Control
Untuk menentukan apakah individu mempunyai kecenderungan
Work Locus of Control internal atau eksternal, berdasarkan nilai rata-rata
skor maka dibuat ketentuan skor yaitu:
•
Rata-rata skor antara 1.00 – 3.50 = Work Locus of Control cenderung
internal
•
Rata-rata skor antara 3.51 – 6.00 = Work Locus of Control cenderung
eksternal
Pemberian skor ini didasarkan pada jumlah jawaban yang tersedia pada
setiap item, yaitu mempunyai enam pilihan jawaban mulai dari sangat
tidak sesuai dengan sangan sesuai.
B. Analisis data Ethical Sensitivity
Untuk mendapatkan gambaran mengenai Ethical Sensitivity dalam
penelitian ini menggunakan kategori seperti di bawah ini:
Tabel 3.5
Kategori Ethical Sensitivity
Kategori
Rumus
Rendah
- < /0 − 230
Sedang
/0 − 230 ≤ - ≤ /0 + 230
24
Kategori
Rumus
Tinggi
- > /0 + 230
Rumus untuk mencari Mean ideal dan strandar deviasi ideal adalah sebagai
berikut:
/789;<78= =
,
?
9@=8@A8BC@ADA + 9@=8@A@9@ADA
2E89<8+<7F@8C@@<78= =
1
9@=8@A8BC@ADA − 9@=8@A@9@ADA
6
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kategori Ethical Sensitivity
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Ethical Sensitivity Penelitian
Kategori
Rumus
Rendah
-<2
Sedang
2≤-≤3
Tinggi
->3
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2017 sampai dengan bulan
Agustus 2017. Berikut jadwal penelitiannya:
Tabel 3.7
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1
Identifikasi masalah
2
Studi Literatur
3
Studi Lapangan
4
Pengumpulan data
5
Pengolahan Data
6
Analisis dan Kesimpualan
7
Penulisan Laporan Akhir
Bulan
25
Bulan
Bulan
Bulan Bulan
Ke-1
Ke-2
Ke-3
Ke-4
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang
Analisis faktor-faktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa
pendidikan matematika angkatan 2014 di jurusan pendidikan matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
4.1 Hasil Penelitian
A. Deskripsi Faktor Individual locus of control
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
sebanyak 171 mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh dalam
penelitian, locus of control mahasiswa matematika di fakultas keguruan
dan Ilmu pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya cenderung
mengarah ke locus of control eksternal. Berikut adalah data locus of
control yang diperoleh dari data penelitian:
Tabel 4.1
Rata-Rata locus of control Mahasiswa
Rata-Rata
Kategori
4,21
Cenderung eksternal
Dari masing-masing indikator akan terlihat hasil yang lebih bervariasi.
Berikut hasil penelitian locus of control mahasiswa dari masing-masing
indikator:
No.
Tabel 4.2
Rata-Rata Locus of Control Mahasiswa Perindikator
Indicator
RataPersentase Kategori
Rata
1
Kepercayaan diri
5,123
terhadap
85%
Cenderung
Eksternal
26
No.
Indicator
Rata-
Persentase
Kategori
80%
Cenderung
Rata
kemampuannya dalam
menyelesaikan soalsoal atau tugas.
2
Suka bekerja keras dan
4,791
memiliki usaha yang
Eksternal
lebih, dalam
menyelesaikan soalsoal atau tugas dan
mencapai prestasi
3
Memiliki kepuasan diri
5,18
86%
dalam menyelesaikan
Cenderung
Eksternal
tugas tanpa bantuan
orang lain
4
Kurang suka berusaha
3,64
61%
dalam mencapai
Cenderung
Eksternal
prestasi dan
menyelesaikan soalsoal atau tugas
5
Kurang memiliki
3,46
58%
inisiatif
6
Internal
Memiliki kepercayaan
3,72
bahwa keberhasilan dan
pencapaian prestasi
dipengaruhi oleh faktor
dari luar (nasib,
keberuntungan,
lingkungan)
Cenderung
27
62%
Cenderung
Eksternal
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa pada umumnya locus of control mahasiswa
angkatan 2014 program studi pendidikan matematika cenderung ekternal.
Berikut data locus of control mahasiswa:
Tabel 4.3
Data Locus of Control
Kategori
Persentase
Cenderung Eksternal
92%
Cenderung Internal
8%
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 92% mahasiswa menganggap
bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya dan faktor
lain yang tidak dapat diprediksi
B. Deskripsi Faktor Individual Ethical Sensitivity
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Siliwangi
Tasikmalayasebanyak 171 mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh
dalam penelitian, Ethical Sensitivity mahasiswa matematika di fakultas
keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya berada
pada kriteria sedang. Berikut adalah data Ethical Sensitivity yang diperoleh
dari data penelitian:
Tabel 4.4
Data Ethical Sensitivity mahasiswa
Rata-Rata
Kategori
2,28
Sedang
Dari masing-masing indikator akan terlihat hasil yang lebih bervariasi.
Berikut hasil penelitian Ethical Sensitivity mahasiswa dari masing-masing
indicator:
28
No.
1
Tabel 4.5
Rata-Rata Ethical Sensitivity Mahasiswa Perindikator
Indikator
Rata-Rata Persentase Kategori
Kegagalan mahasiswa
2,46
61%
Sedang
2,05
51%
Sedang
2,33
58%
Sedang
matematika dalam
mengerjakan soal atau
tugas dengan waktu
yang diminta
2
Penggunaan jam
perkuliahan untuk
kepentingan pribadi
3
Subordinasi Judgement
mahasiswa matematika
dalam hubungannya
dengan prinsif-prinsif
matematik.
4.2 Pembahasan
A. Faktor Individual locus of control
B. Faktor Individual Ethical Sensitivity
29
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. The Effect of Individual Difference
Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.
Journal of Business Ethics 17: 1581-1593.
Carlson, Patricia J., dan Frances Burke. 1998. Lessons Learned from Ethics in the
Classroom: Exploring Student Growth in Flexibility, Complexity and
Comprehension. Journal of Business Ethics 17: 1179-1187.
K. Bertens. (2002). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Muawanah, Umi dan Nur Indriantoro. 2001. Perilaku Akuntan publik dalam Situasi
Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran
Etis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Mei): 133-147.
Prasetyo, Priyono P. 2002. Pengaruh Locus of Control terhadap Hubungan antara
Ketidakpastian Lingkungan dengan Karakteristik Informasi Sistem
Akuntansi Manajemen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), 5 (1), 119136.
Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. The Effect of Individual Difference
Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.
Journal of Business Ethics 17: 1581-1593.
Rest, J. R. (2000). “A Neo-Kohlbergian Approach to Morality Research.” Journal
of Moral education, Vol 29.
Shaub, M. K. (1989). “An Empirical Examination of the Determinants of
Auditors’ Ethical Sensitivity”. A Dissertation, Graduate Faculty of Texas
Tech.
Winarna, Jaka. 2003. Pengaruh Gender dan Perbedaan Disiplin Akademis terhadap
Penilaian Etika oleh Mahasiswa. KOMPAK, Nomor 7: 118-136.
Download