Kode/NamaRumpunIlmu:772/PendidikanMatematika LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN DOSEN MUDA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS MAHASISWA TIM PENELITI LINDA HERAWATI, M.PD VEPI APIATI, M.PD 0427108101 0427047502 UNIVERSITAS SILIWANGI 2017 Scanned by CamScanner ABSTRAK Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu makna etika harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang realitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri. Locus of control merupakan salah satu variable kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destinity) sendiri. Locus of control terbagi menjadi dua yaitu: internal locus of control (mengacu pada seseorang yang percaya bahwa suatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang dilakukannya) dan external locus of control (mengacu pada seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi). Ethical Sensitivity (sensivitas etis) merupakan kemampuan untuk menyadari nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis. Ethical Sensitivity dalam penelitian ini dikaitkan dengan kegiatan akademis mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan dalam tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah faktorfaktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. i ABSTRAK ……………………………………………………………....... ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… v DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… vi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………........ 3 1.3 Definisi Operasional ………………………………………… 3 1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 4 1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………... 4 1.6 Luaran Penelitian ……………………………………………. 4 BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis A. Locus of Control …………………………………………. 5 B. Ethical Sensitivity ………………………………………... 8 C. Perilaku Etis Mahasiswa 1. Etika ………………………………………………....... 10 2. Perilaku Etis ………………………………………....... 12 3. Perilaku tidak Etis ……………………………………... 13 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………….. 14 2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………........ 15 2.4 Pertanyaan Penelitian ………………………………………... 15 BAB 3 PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode penelitian ……………………………………………. 16 3.2 Fokus Penelitian ……………………………………………... 16 3.3 Sumber Data …………………………………………………. 17 3.4 Tahap-Tahap Penelitian ……………………………………… 17 iii 3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 19 3.6 Instrumen Penelitian …………………………………………. 19 3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………… 24 3.8 Jadwal Penelitian …………………………………………….. 25 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian A. Deskripsi Faktor Individual locus of control …………….. 26 B. Deskripsi Faktor Individual Ethical Sensitivity …………... 28 4.2 Pembahasan A. Faktor Individual locus of control ....................................... B. Faktor Individual Ethical Sensitivity ……………………... BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……………………………………………………. B. Saran ………………………………………………………... iv 29 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-Kisi Locus of Control …………………………………… 20 Tabel 3.2 Validitas Angket Locus of Control ............................................ 22 Tabel 3.3 Validitas Angket Ethical Sensitivity ………………………...... 23 Tabel 3.4 Reliabilitas Angket …………………………………………… 23 Tabel 3.5 Kategori Ethical Sensitivity …………………………………... 24 Tabel 3.6 Kategori Ethical Sensitivity Penelitian ……………………….. 25 Tabel 3.7 Jadwal Penelitian ……………………………………………... 25 Tabel 4.1 Rata-Rata locus of control Mahasiswa ……………………….. 26 Tabel 4.2 Rata-Rata Locus of Control Mahasiswa Perindikator ………... 26 Tabel 4.3 Data Locus of Control ………………………………………... 28 Tabel 4.4 Data Ethical Sensitivity mahasiswa …………………………... 28 Tabel 4.5 Rata-Rata Ethical Sensitivity Mahasiswa Perindikator ………. 29 v DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teoretis Penelitian ……………………………... vi 15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Anggaran Penelitian 70% …………………………………. Lampiran 2 Susunan Organisasi Penelitian ……………………………. Lampiran 3 Biodata Peneliti …………………………………………… Lampiran 4 Surat Pernyataan Penelitian ……………………………….. Lampiran 5 Data Penelitian A. Data Hasil Angket Locus of Control …………………. B. Penghitungan Angket Locus of Control ……………… C. Data Hasil Angket Ethical Sensitivity ………………... D. Penghitungan Angket Ethical Sensitivity …………….. vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah merupakan jenjang pendidikan setelah sekolah menengah yang tidak termasuk ke dalam program wajib belajar 9 tahun. Seseorang yang ingin mendapatkan ilmu sesuai dengan minatnya akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Kuliah akan dapat dilakukan oleh seseorang apabila seseorang tersebut masuk di perguruan tinggi. Setiap seseorang atau mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi wajib tunduk dan patuh terhadap peraturan institusi tempat mahasiswa tersebut kuliah. Selain itu mahasiswa juga harus memiliki keterampilan, perilaku, dan etika untuk menunjang kesuksesan selama berkuliah. Mahasiswa yang pada dasarnya pelaku dalam pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan membangun tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu makna etika harus lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang realitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri. Perilaku mahasiswa yang tidak etis diantaranya banyak mahasiswa yang melakukan pemalsuan dalam presensi perkuliahan atau biasa dikenal oleh kalangan mahasiswa dengan istilah “titip absen”, menyontek pada saat ujian, menjiplak hasilkarya orang lain, berusaha meminta ke dosen agar diberi nilai yang tinggi, atau tidak memberi kontribusi yang memadai pada saat kerja kelompok. Dari kedisiplinan, mahasiswa juga sering terlambat dalam menghadiri perkuliahan atau pada saat mengumpulkan tugas. Dalam menghormati dosen pun terkadang mahasiswa kurang memperhatikan, contohnya tidak menghargai dosen ketika menerangkan di depan kelas, tidak memiliki sopan santun ketika berkomunikasi dengan dosen, atau pada saat 1 bertemu di luar jam perkuliahan mahasiswa tidak menyapa dosen. Oleh karena itu pembentukan sikap dan perilaku etis mahasiswa sangat penting. Kehidupan kampus dan dunia mahasiswa memang menjadi salah satu fase yang khas. Mulai dari puluhan mata kuliah yang siap dipelajari, serta beragam aktivitas yang menantang. Nilai akademik merupakan satu masalah yang paling sering dihadapi mahasiswa. Nilai yang tidak memuaskan tentunya membuat mahasiswa cukup stres dan yang paling berat mahasiswa harus mengulang mata kuliah tersebut. Mahasiswa harus menjumpai berbagai jenis dan karakter dosen di bangku kuliah. Mulai dari dosen yang baik bangat dan murah nilai, dosen yang ngajarnya enak banget, yang galak dan judes, bahkan sanpai yang killer banget. Menghadapi hal ini mahasiswa tentunya harus mengetahui bagaimana mahasiswa harus bersikap, jika tidak mahasiswa bisa menghadapi masalah yang justru berpengaruh dengan nilai akademisnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jones and Kavanagh (1996) terhadap 138 mahasiswa tingkat akhir dengan perbandingan 70 wanita dan 64 pria bertujuan untuk meneliti pengaruh variable situasional dan variable individu terhadap kemungkinan mahasiswa melakukan perilaku tidak etis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku etis antara internal locus of control dengan external locus of control. Mahasiswa dengan external locus of control cenderung untuk berperilaku tidak etis dibandingkan mahasiswa dengan internal locus of control. Moral dan etika biasanya dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kesadaran akan pentingnya berperilaku untuk mengukur tingkat kepekaann terhadap nilai-nilai yang ada baik sehingga membentuk suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus. Kesadaran tentang pentingnya berperilaku etis berbeda-beda antar individu. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam suatu keputusan disebut sebagai sensivitas etika (Ferdinandus, 2014). Sensitivitas Etis (Ethical Sensitivity) ini sangat penting dimiliki oleh setiap individu untuk mengukur tingkat kepekaan terhadap nilai-nilai yang ada baik di dalam maupun di luar lingkungan mereka. Setiap orang pasti 2 mempunyai sensitivitas terhadap etika, terutama pada mahasiswa karena mereka mendapat ilmu tentang etika di bangku perkuliahan. Tentu saja tingkat sensitivitas antar individu berbeda-beda. Tingkat sensitivitas biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya orientasi etika, komitmen profesional, komitmen organisasional, budaya atau kultur lingkungan, dan karakter personal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah faktor-faktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika?” 1.3 Definisi Operasional Berikut ini akan diuraikan pengertian beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan berbagai tafsiran yang saling berbeda: a. Locus of control merupakan salah satu variable kepribadian (personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destinity) sendiri. Locus of control terbagi menjadi dua yaitu: internal locus of control (mengacu pada seseorang yang percaya bahwa suatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang dilakukannya) dan external locus of control (mengacu pada seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi). b. Ethical Sensitivity (sensivitas etis) merupakan kemampuan untuk menyadari nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis. Ethical Sensitivity dalam penelitian ini dikaitkan dengan kegiatan akademis mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan dalam tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis. 3 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris apakah faktor-faktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika. 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun referensi mengenai analisis faktor-faktor individual (seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity) terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa. Selain itu dapat membantu pembaca yang berminat untuk meneliti masalah yang sama untuk dijadikan sebagai bahan referensi. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi para pendidik di jurusan pendidikan matematika untuk dapat mengembangkan konsep pendidikan etika dengan lebih memperhatikan perkembangan moral ataupun perkembangan etis mhasiswa sehingga dapat membentuk perilaku etis mahasiswa sebagai calon pendidik matematika sejak dini. 1.6 Luaran Penelitian Target luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a. Memberikan bukti empiris apakah faktor-faktor individual seperti Locus of control dan Ethical Sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika. b. Menghasilkan publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional Terakreditasi. 4 BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis A. Locus of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tiak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi pada dirinya. Locus of control sendiri pada dasarnya berasal dari social learning theory (Reiss dan Mitra, 1998) yang menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh seseorang dari berbagai macam potensi perilaku yang ada dan membagi Locus of control menjadi dua, yaitu: a. Internal locus of control Internal locus of control merupakan cara pandang bahwa segala hasil yang didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor-faktor dari dalam diri mereka sendiri. Internal locus of control mengacu pada seseorang yang percaya bahwa suatu hasil tergantung pada usaha dan kerja keras yang dilakukannya. b. External locus of control External locus of control merupakan cara pandang bahwa segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada di luar kontrol diri mereka seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir. Individu yang berada dalam kategori ini meletakkan tanggung jawab di luar kendalinya. External locus of control mengacu pada seseorang yang menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh factor lain dari luar dirinya. Seseorang dengan internal locus of control pada umumnya memiliki tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya, mereka cenderung menyadari adanya hubungan langsung antara perilaku dan hasil (outcomes). Sebagai hasilnya 5 mereka cenderung untuk dapat mempertanggungjawabkan hasil pada diri mereka sendiri (Jones and Kananagh, 1996). Sebaliknya seseorang dengan external locus of control cenderung untuk melimpahkan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan pada factor di luar dirinya. Maka cenderung untuk memberikan tanggung jawab suatu hasil pada orang lain atau factor situasional. Lefcourt (dalam Prasetyo,2002) menyatakan bahwa internal locus of control ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang, oleh karena itu terjadinya suatu peristiwa berada dalam kontrol seseorang. Sedangkan external locus of control ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang pada situasi tertentu, oleh karena itu disebut dengan di luar kontrol seseorang. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konplik dibanding dengan individu dengan external locus of control. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya orang dengan external locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kendalinya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan dan lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Locus of control merupakan suatu konsep yang menunjukkan keyakinan individu mengenai peristiwaperistiwa yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini termasuk pada keyakinan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai kegiatan di dalam hidupnya disebabkan oleh kendali dirinya atau kendali di luar dirinya. Individu dikatakan memiliki internal locus of control karena individu tersebut meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah di bawah kendali dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa di dalam diri 6 seseorang tersebut memiliki potensi yang besar untuk menentukan arah hidupnya, tidak peduli apakan faktor lingkungan akan mendukung atau tidak. Individu seperti ini percaya mereka mempunyai kemampuan menghadapi tantangan dan ancaman yang timbul dari lingkungan dan berusaha memecahkan masalah dengan keyakinan tinggi sehingga strategi penyelesaian atas konplik yang terjadi dapat diseesaikan dengan baik. Individu yang memiliki external locus of control merupakan individu yang mempercayai bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah di luar kendalinya sendiri. Individu meyakini bahwa faktor luar atau lingkungan yang mempunyai pengaruh control terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya. Individu yang memiliki external locus of control lebih mudah merasa terancam, menyerah dan tidak berdaya ketika menghadapi suatu konplik. Individu semacam ini akan memandang masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya. Bila mengalami kegagalann dalam menyelesaikann persoalan, maka individu tersebut cenderung tidak survive dan akhirnya individu tersebut mengalami kegagalan yang membuatnya ingin lari dari persoalan. Menurut Crider (M. Nur Ghufron & Rini Risnawati 2010: 23 – 24) perbedaan karakteristik antara internal locus of control dan external locus of control adalah sebagai berikut: a. Karakteristik internal locus of control • Suka bekerja keras • Memiliki inisiatif yang tinggi • Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah • Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin • Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil b. Karakteristik external locus of control • Kurang memiliki inisiatif • Mempunyai persepsi bahwa hanya ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan 7 • Kurang suka berusaha. Karena percaya bahwa kesuksesan dikontrol olej faktor lain. • Kurang mencari informasi untuk memecahkan suatu masalah Pengukuran variabel locus of control pada penelitian ini menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Rotter (1996) dalam Dewi, Agustina Kartika (2014), yaitu: 1. Indikator Internal locus of control a. Kepercayaan diri terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas b. Suka bekerja keras dan memiliki usaha yang lebih, dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas dan mencapai prestasi c. Memiliki kepuasan diri dalam emnyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain. 2. Indikator external locus of control a. Kurang suka berusaha dalam mencapai prestasi dan menyelesaikan soal-soal atau tugas b. Kurang memiliki inisiatif c. Memiliki kepercayaan bahwa keberhasilan dan pencapaian prestasi dipengaruhi oleh faktor dari luar (nasib, keberuntungan, lingkungan). B. Ethical Sensitivity Sensitivitas Etis merupakan kemampuan untuk menyadari nilainilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis. Sensitivitas Etis merupakan kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etis yang terjadi. Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas indidvidu tersebut terhadap etika. Faktor yang penting dalam menilai perilaku etis adalah adanya kesadaran para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kesadaran individu tersebut dapat dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan, inilah yang disebut Sensitivitas Etis (Andi, 2013). 8 Sensitivitas Etis dalam penelitian ini dikaitkan dengan kegiatan akademis mahasiswa selama proses belajar mengajar serta direfleksikan dalam tindakan akademis yang berdampak pada perilaku etis. Nurma (2011) menjelaskan bahwa Sensitivitas merupakan ciri-ciri tindakan yang mendeteksi kemungkinan lulusan berperilaku etis. Apabila sebagai calon sarjana, mahasiswa berperilaku tidak etis maka kemungkinan setelah lulus akan berperilaku tidak etis. Hal ini perlu dideteksi sejak awal sebagai langkah awal untuk mencegah perilaku tidak etis melalui cakupan atau muatan kurikulum etika dalam perkuliahan. Faktor penting dalam penilaian dan perilaku etis adalah kesadaran para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etik atau moral dalam suatu keputusan inilah yang disebut dengan Sensitivitas Etis (Ryanto, 2008). Dalam beberapa hal, banyak keputusan dinilai sebagai keputusan moral hanya karena memiliki kandungan moral, padahal tidak demikian. Suatu keputusan dapat dinilai dari segi moral jika keputusan itu dibuat dengan memperhitungkan atau memasukkan nilai-nilai moral. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Sensitivitas merupakan tingkat kepekaan seseorang dalam merespon kejadian atau peristiwa tertentu. Jadi, Sensitivitas Etis dapat diartikan sebagai kesadaran individu dalam menilai perilaku etis. Kesadaran individu tersebut dapat dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam suatu keputusan. Rest (2000) mengajukan model untuk meneliti pengembangan proses berpikir moral individual dan perilaku individu dalam mengabil keputusan dimana tiap komponen tersebut mempengaruhi perilaku moral dan kegagalan pada komponen yang dapat menyebabkan perilaku tidak etis. Komponen tersebut dicirikan sebagai berikut: a) Pengenalan individu pengevaluasian akan pengaruh keberadaan pilihan kesejahteraan pihak yang berimbas 9 masalah perilaku etis potensial dan pada b) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi. c) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil yang dinilai dan implikasi moralnya. d) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud tersebut Pengukuran Ethical Sensitivity (Sensitivitas Etis) diukur dengan memodifikasi scenario Ethical Sensitivity (Sensitivitas Etis) Shaub (1989), yaitu: a. Kegagalan mahasiswa matematika dalam mengerjakan soal atau tugas dengan waktu yang diminta. b. Penggunaan jam perkuliahan untuk kepentingan pribadi c. Subordinasi Judgement mahasiswa matematika dalam hubungannya dengan prinsif-prinsif matematik. C. Perilaku Etis Mahasiswa 1. Etika Etika merupakan keyakinan atau tindakan mengenai benar dan salah serta tindakan baik dan buruk yang mempengaruhi hal-hal lain atau pihak lain. Etika diukur betdasarkan pada budaya setempat, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia, dan lainnya. Perilaku dalam beretika, dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi 2 bagian yaitu perilaku etis yaitu perilaku yang diharapkan oleh masyarakat dan perilaku yang tidak etis yaitu perilaku yang tidak disukai oleh orang lain. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai nilai benar dan salah; yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan menurut Suseno (1987) etika merupakan suatu ilmu yang membahas tentang bagaiman adan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana 10 kita harus mengambil sikap yang bertangyung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Dias dan Shah (2009: 110) mendefinisikan etika sebagai pemahaman standar-standar perilaku moral yang diterima oleh masyarakat yang kemudian dinilai benar atau salah. Etika ini biasanya bersumber dari agama atau budaya. Menurut Dias dan Shah (2009: 114) dalam etika personal ada 5 pendekatan utama yang dapat membantu seseorang untuk membuat keputusan yang benar baik secara hukum maupun etika, diantaranya: a. Pendekatan utilitarian atau manfaat yang berasumsi bahwa tindakan yang diambil haruslah memberikan apa yang terbaik bagi lingkungan dan diri sendiri b. The rights approach yang menekankan bahwa tindakan etis adalah ketika seseorang bia menjaga sikap dan respek terhadap hak-hak orang lain. c. The fairness of justice approach yang menyatakan bahwa tindakan etis akan membuat manusia pada posisi yang sama atau tidak sama sesuai dengan kapabilitas masing-masing. d. The common good approach yang merujuk pada hubungan yang terjadi dalam masyarakat yang membasiskan pada etika rasional dan rasa respect atau saling menghormati atau rasa belas kasih terhadap satu sama lain. e. The virtue approach yang menyetakan bahwa tindakan etis setidaknya harus bersifat konsisten dengan kebaikan ideal yang dapat mengembangkan rasa kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku beretika dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu perilaku etis (perilaku yang diharapkan oleh masyarakat) dan perilaku tidak etis yaitu perilaku yang tidak disukai oleh orang lain. 11 2. Perilaku Etis Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan normanorma sosial, agama dan lainnya yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan. Contoh tindakan etis adalah menghargai orang lain, berempati terhadap orang lain, tolong menolong dan lain-lain. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006: 58) perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma soaial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik. Perilaku etis ini dapat menentukan kualitas individu (mahasiswa) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsif yang dijalani dalam bentuk perilaku. Menurut Dougall dalam Zulfahmi (2005) factor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis seseorang meliputi: a) Faktor personal, yaitu factor yang berasal dari dalam individu b) Factor situasional, yaitu factor yang berasal dari luar diri manusian sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau organisasi dimana ia ikut di dalamnya. c) Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku seseorang. Tanggung jawab sosial adalah termasuk ke dalam perilaku yang etis dalam kehidupan sosial. Biasanya tanggung jawab sosial yang sering dilakukan seseorang adalah seperti: a. Sikap obstruktif Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan oleh individu.Contoh: pergaulan bebas yang dilakukan para remaja yang sangat merajalela pad masa ini. 12 b. Sikap defensive Pendekatan tanggungjawab sosial yang ditandai dengan personal, hanya memenuhi persyaratan aturan atau hokum secara minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Contohnya: menjalani proses suatu organisasi dengan sungguh-sungguh. c. Sikap Akomodatif Pendekatan tanggungjawab sosial yang diterapkan seseorang dengan melakukannya apabila diminta melebihi persyaratan atau hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Contohnya: mau bergaul dengan masyarakat sekitar lingkungan. d. Sikap proaktif Pendekatan tanggungjawab sosial yang diterapkan seseorang dengan secara aktif mencari peluang untuk menyumbangkan demi kesejahteraan kelompok atau individu dalam lingkungan sosialnya. Contohnya; berusaha membangun kebiasaan baik, memperbaiki diri dan lain-lain 3. Perilaku Tidak Etis Perilaku tidak etis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, agama, dan lainnya yang tidak diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan. Contoh perilaku yang tidak etis adalah menyepelekan orang lain, tidak peduli dengan orang lain, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, dan lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku etis sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena interaksi antar individu di dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. 13 Arens dan Loebbecke (1997: 73) menyebutkan bahwa terdapat dua factor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu: 1) Standar orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya 2) Orang tersebut sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungannya sendiri Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang dikumandangkan sendiri oleh yang bersangkutanberdasarkan pengamatan dan pengetahuan. Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 75) rasionalisasi tersebut mencakup 3 hal sebagai berikut: 1) Semua orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama 2) Jika suatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melangar etika 3) Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya tidak diketahui orang lain serta yang harus ditanggung jika perbutan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signipikan. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan a. Penelitian yang dilakukan oleh Pramita Diah Kartika Sari (2012) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas etika (studi pada inspektorat Jawa Tengah)” dengan mengdapatkan simpulan bahwa: budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealism, budaya etis organisasi tidak berpengaruh pada relativisme, dan relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika. b. Penelitian yang dilakukan oleh Syaikhul Falah (2007) dengan judul “Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap sensitivitas etika (studi empiris tentang pemeriksa internal bawasda)”, diperoleh simpulan bahwa: budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealism, budaya etis organisasi tidak berpengaruh pada 14 relativisme, relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika, dan idealism tidak berpengaruh pada sensitivitas etika secara signifikan, meskipun uji tanda diterima. 2.3 Kerangka Berpikir Faktor-FaktorIndividual Locus of control Ethical Sensitivity Internal Locus of control External Locus of control Perilaku etis Gambar 2.1: Kerangka Teoretis Penelitian 2.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor individual seperti Locus of control dan equitivity sensitivity mempengaruhi perilaku etis mahasiswa jurusan pendidikan matematika? 15 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan terlebuh dahulu data dari sumber data dalam penelitian ini. Metode deskriptif ini memusatkan diri pada faktorfaktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa. Pendekatan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat menghasilkan gambaran tentang objek yang diteliti secara utuh. Menurut Maleong (2007: 6) “penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian serta perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya”. Karakteristik khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan keunikan-keunikan individu, dalam kelompok masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari secara komprehensif dan rinci. Pendekatan ini merupakan suatu metode penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskrifsi tentang ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu atau kelompok masyarakat dalam suatu setting tertentu 3.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa yang meliputi Locus of Control dan Ethical Sensitivity, pada mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Siliwangi Tasikmalaya. 16 3.3 Sumber Data Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, apalagi sampel. Pada pendeatan kualitatif sumber data lebih tepat disebut dengan situasi sosial tertentu, yang menjadi subjek penelitian adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Seperti yang diutarakan oleh Djam’an Satori (2007: 2) bahwa, “pada penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi, apalagi sampel. Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat di sebut sumber data pada situasi sosial (Social Situation).” Spradley dalam (Sugiono, 2010: 297) mengemukakan bahwa, “Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.” Pada penelitian yang peneliti lakukan ketiga elemen tersebut adalah: a. Tempat (place) Penelitian ini bertempat di Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi Nomor 24 kota Tasikmalaya. b. Pelaku (actor) Pelaku dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. c. Aktivitas (activity) Dalam penelitian ini peneliti menganalisis faktor-faktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa yang meliputi Locus of Control dan Ethical Sensitivity. 3.4 Tahap-Tahap Penelitian Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: A. Tahap Persiapan 1. Menyusun rancangan penelitian, penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang terus 17 berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. 2. Memilih lokasi penelitian, sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka lokasi penelitian digunakan sebagai sumber data. 3. Mengurus perijinan, mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. 4. Menjajagi dan melihat keadaan, proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menentukan lapangan merasa terganggu atau tidak. 5. Memilih dan memanfaatkan informan, ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan narasumber. 6. Menyiapkan instrument penelitian, dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrument). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. B. Lapangan 1. Memahami dan memasuki lapangan, memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi secara langsung dengan orang. 2. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data), peneliti merupakan instrument utama dalam pengumpulan data, jadi peneliti harus berperan aktif dalam pengumpulan sumber. C. Pengolahan Data 1. Analisis data, melakukan analisis data yang telah didapatkan, peneliti dalam hal ini bisa melakukan interprestasi dari data yang didapatkan dilapangan. 18 2. Mengambil kesimpulan dan Verifikasi, dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid atau tidak. Narasi hasil analisis, langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dan biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung menggunakan metode deskriptif analitis 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebagai bahan dalam penyusunan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2010), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Daftar pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian ini berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup karena alternatif-alternatif jawaban telah disediakan. Kuesioner dibuat dengan petunjuk pengisian untuk memudahkan responden dalam pengisian jawaban. 3.6 Instrumen Penelitian Menurut Pabundu, Tika (2006), instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan memperoleh data terhadap variabel penelitian yang dipermasalahkan. Instrumen dalam penelitiabn ini termasuk pada instrument non tes yaitu instrument yang digunakan untuk mengukur sikap dengan menggunakan kuesioner. Adapun kisi-kisi instrument penelitiannya adalah sebagai berikut: 19 Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Locus of Control No. 1 Variabel Locus of Control Indikator No. Butir a. Kepercayaan diri terhadap 1, 3 kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas b. Suka bekerja keras dan 2, 4, 13 memiliki usaha yang lebih, dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas dan mencapai prestasi c. Memiliki kepuasan diri 7, 14 dalam menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain. d. Kurang suka berusaha 6 dalam mencapai prestasi dan menyelesaikan soalsoal atau tugas. e. Kurang memiliki inisiatif. f. Memiliki kepercayaan bahwa keberhasilan dan pencapaian prestasi dipengaruhi oleh faktor dari luar (nasib, keberuntungan, lingkungan). 20 9, 15 5, 8, 10, 11, 12, 16 No. 2 Variabel Ethical Sensitivity Indikator a. Kegagalan mahasiswa No. Butir 1 matematika dalam mengerjakan soal atau tugas dengan waktu yang diminta. b. Penggunaan jam 2 perkuliahan untuk kepentingan pribadi c. Subordinasi Judgement 3 mahasiswa matematika dalam hubungannya dengan prinsif-prinsif matematik. Pernyataan-pernyataan dalam skala Locus of Control pada penelitian ini disajikan dalam dua arah, namun bukan berupa pernyataan positif dan negative. Pernyataan dalam instrument ditujukan untuk mengungkap kecenderungan Locus of Control mahasiswa, apakah ke arah internal atau eksternal. Untuk mengukur Locus of Control, peneliti menggunakan skala Work Locus of Control yang merupakan adaptasi dari Work Locus of Control Scale (WLCS). Skala WLCS tersebut dikembangkan oleh Spector pada tahun 1988. Skala Work Locus of Control ini menggunakan skala Likert yang mempunyai enam alternative jawaban, dengan rentang skor dari 1 – 6, yaitu: 1 = subyek sangat tidak sesuai dengan pernyataan 2 = subyek tidak sesuai dengan pernyataan 3 = subyek agak tidak sesuai dengan pernyataan 4 = subyek agak sesuai dengan pernyataan 5 = subyek sesuai dengan pernyataan 6 = subyek sangat sesuai dengan pernyataan 21 Pemberian skor ini didasarkan pada jumlah jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu mempunyai enam pilihan jawaban mulai dari sangat tidak sesuai dengan sangat sesuai. Sedangkan untuk mengukur Ethical Sensitivity peneliti menggunakan skala Likert yang dapat mengukur sikap dengan menyatakan sebuah kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Menurut Sugiyono (2011), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini dimodifikasi dengan empat alternative jawaban, diantaranya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). A. Uji Validitas Angket Menurut Widaningsih, Dedeh (2013: 2) “validitas adalah suatu alat evaluasi disebut valid (abash atau shahih) apabila alat tersebut mampu mengevaliasi apa yang seharusnya dievaluasi.” Data validitas pada instrument penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Validitas Angket Locus of Control No. Koefisien Harga Harga Kriteria Item validitas !"#!$%& !!'()* Validitas 1 0,430 2,78 1.76 Cukup Tinggi keterangan Valid 2 0,403 2,57 1.76 Cukup Tinggi Valid 3 0,414 2,65 1.76 Cukup Tinggi Valid 4 0,574 4,08 1.76 Cukup Tinggi Valid 5 0,703 5,77 1.76 Tinggi Valid 6 0,823 8,44 1.76 Tinggi Valid 7 0,528 3,63 1.76 Cukup Tinggi Valid 8 0,733 6,28 1.76 Tinggi Valid 9 0,816 8,22 1.76 Tinggi Valid 10 0,719 6,03 1.76 Tinggi Valid 11 0,406 2,59 1.76 Cukup Tinggi Valid 22 No. Koefisien Item validitas 12 0,737 Harga !"#!$%& 6,37 Harga !!'()* 1.76 Kriteria Validitas Tinggi keterangan Valid 13 0,493 3,31 1.76 Cukup Tinggi Valid 14 0,449 2,93 1.76 Cukup Tinggi Valid 15 0,416 2,67 1.76 Cukup Tinggi Valid 16 0,801 7,79 1.76 Tinggi Valid Dari tabel 3.2 terlihat bahwa pernyataan angket locus of control sebanyak 16 pernyataan semuanya valid dengan 9 pernyataan kriteria validitasnya cukup tinggi dan 7 pernyataan kriteria validitasnya tinggi. Tabel 3.3 Validitas Angket Ethical Sensitivity No. Koefisien Harga Harga Kriteria Item validitas !"#!$%& !!'()* Validitas 1 0,764 6,91 6,31 Tinggi keterangan Valid 2 0,735 6,33 6,31 Tinggi Valid 3 0,744 6,49 6,31 Tinggi Valid Dari tabel 3.3 terlihat bahwa pernyataan angket Ethical Sensitivity sebanyak 3 paragraf semuanya valid dengan validitasnya tinggi. B. Uji Reliabilitas Angket Menurut Widaningsih, Dedeh (2013: 5) “reliabilitas adalah suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suau alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg)”. Data reliabilitas pada instrument penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor Individual Locus of Control Ethical Sensitivity Tabel 3.4 Reliabilitas Angket Koefisien Kriteria reliabilitas 1,02 Sangat tinggi 1,04 Sangat tinggi 23 !!'()* Kesimpulan 0,482 Reliabel 0,95 Reliabel Nilai tabel r product moment dengan dk = n-1 = 15, dengn taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,482. Jika r11>rtabel maka reliabel sedangkan jika r11<rtabel maka tidak reliabel. Untuk faktor individual Locus of Control diperoleh +,, = 1,02, sehingga r11 > rtabel maka angket Locus Of Control Reliabel. Nilai tabel r product moment dengan dk = n-1 = 2, taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,95. Jika r11>rtabel maka reliabel sedangkan jika r11<rtabel maka tidak reliabel. Untuk faktor individual Ethical Sensitivity diperoleh +,, = 1,02, sehingga r11 > rtabel maka angket Ethical Sensitivity Reliabel. 3.7 Teknik Analisis Data A. Analisis data Locus of Control Untuk menentukan apakah individu mempunyai kecenderungan Work Locus of Control internal atau eksternal, berdasarkan nilai rata-rata skor maka dibuat ketentuan skor yaitu: • Rata-rata skor antara 1.00 – 3.50 = Work Locus of Control cenderung internal • Rata-rata skor antara 3.51 – 6.00 = Work Locus of Control cenderung eksternal Pemberian skor ini didasarkan pada jumlah jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu mempunyai enam pilihan jawaban mulai dari sangat tidak sesuai dengan sangan sesuai. B. Analisis data Ethical Sensitivity Untuk mendapatkan gambaran mengenai Ethical Sensitivity dalam penelitian ini menggunakan kategori seperti di bawah ini: Tabel 3.5 Kategori Ethical Sensitivity Kategori Rumus Rendah - < /0 − 230 Sedang /0 − 230 ≤ - ≤ /0 + 230 24 Kategori Rumus Tinggi - > /0 + 230 Rumus untuk mencari Mean ideal dan strandar deviasi ideal adalah sebagai berikut: /789;<78= = , ? 9@=8@A8BC@ADA + 9@=8@A@9@ADA 2E89<8+<7F@8C@@<78= = 1 9@=8@A8BC@ADA − 9@=8@A@9@ADA 6 Dalam penelitian ini penulis menggunakan kategori Ethical Sensitivity sebagai berikut: Tabel 3.6 Kategori Ethical Sensitivity Penelitian Kategori Rumus Rendah -<2 Sedang 2≤-≤3 Tinggi ->3 3.8 Jadwal Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2017 sampai dengan bulan Agustus 2017. Berikut jadwal penelitiannya: Tabel 3.7 Jadwal Penelitian No Kegiatan 1 Identifikasi masalah 2 Studi Literatur 3 Studi Lapangan 4 Pengumpulan data 5 Pengolahan Data 6 Analisis dan Kesimpualan 7 Penulisan Laporan Akhir Bulan 25 Bulan Bulan Bulan Bulan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisis faktor-faktor individual terhadap persepsi perilaku etis mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2014 di jurusan pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. 4.1 Hasil Penelitian A. Deskripsi Faktor Individual locus of control Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya sebanyak 171 mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, locus of control mahasiswa matematika di fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya cenderung mengarah ke locus of control eksternal. Berikut adalah data locus of control yang diperoleh dari data penelitian: Tabel 4.1 Rata-Rata locus of control Mahasiswa Rata-Rata Kategori 4,21 Cenderung eksternal Dari masing-masing indikator akan terlihat hasil yang lebih bervariasi. Berikut hasil penelitian locus of control mahasiswa dari masing-masing indikator: No. Tabel 4.2 Rata-Rata Locus of Control Mahasiswa Perindikator Indicator RataPersentase Kategori Rata 1 Kepercayaan diri 5,123 terhadap 85% Cenderung Eksternal 26 No. Indicator Rata- Persentase Kategori 80% Cenderung Rata kemampuannya dalam menyelesaikan soalsoal atau tugas. 2 Suka bekerja keras dan 4,791 memiliki usaha yang Eksternal lebih, dalam menyelesaikan soalsoal atau tugas dan mencapai prestasi 3 Memiliki kepuasan diri 5,18 86% dalam menyelesaikan Cenderung Eksternal tugas tanpa bantuan orang lain 4 Kurang suka berusaha 3,64 61% dalam mencapai Cenderung Eksternal prestasi dan menyelesaikan soalsoal atau tugas 5 Kurang memiliki 3,46 58% inisiatif 6 Internal Memiliki kepercayaan 3,72 bahwa keberhasilan dan pencapaian prestasi dipengaruhi oleh faktor dari luar (nasib, keberuntungan, lingkungan) Cenderung 27 62% Cenderung Eksternal Dari tabel 4.3 terlihat bahwa pada umumnya locus of control mahasiswa angkatan 2014 program studi pendidikan matematika cenderung ekternal. Berikut data locus of control mahasiswa: Tabel 4.3 Data Locus of Control Kategori Persentase Cenderung Eksternal 92% Cenderung Internal 8% Dari tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 92% mahasiswa menganggap bahwa suatu hasil ditentukan oleh faktor lain dari luar dirinya dan faktor lain yang tidak dapat diprediksi B. Deskripsi Faktor Individual Ethical Sensitivity Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2014 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalayasebanyak 171 mahasiswa. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, Ethical Sensitivity mahasiswa matematika di fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya berada pada kriteria sedang. Berikut adalah data Ethical Sensitivity yang diperoleh dari data penelitian: Tabel 4.4 Data Ethical Sensitivity mahasiswa Rata-Rata Kategori 2,28 Sedang Dari masing-masing indikator akan terlihat hasil yang lebih bervariasi. Berikut hasil penelitian Ethical Sensitivity mahasiswa dari masing-masing indicator: 28 No. 1 Tabel 4.5 Rata-Rata Ethical Sensitivity Mahasiswa Perindikator Indikator Rata-Rata Persentase Kategori Kegagalan mahasiswa 2,46 61% Sedang 2,05 51% Sedang 2,33 58% Sedang matematika dalam mengerjakan soal atau tugas dengan waktu yang diminta 2 Penggunaan jam perkuliahan untuk kepentingan pribadi 3 Subordinasi Judgement mahasiswa matematika dalam hubungannya dengan prinsif-prinsif matematik. 4.2 Pembahasan A. Faktor Individual locus of control B. Faktor Individual Ethical Sensitivity 29 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. The Effect of Individual Difference Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors. Journal of Business Ethics 17: 1581-1593. Carlson, Patricia J., dan Frances Burke. 1998. Lessons Learned from Ethics in the Classroom: Exploring Student Growth in Flexibility, Complexity and Comprehension. Journal of Business Ethics 17: 1179-1187. K. Bertens. (2002). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka. Muawanah, Umi dan Nur Indriantoro. 2001. Perilaku Akuntan publik dalam Situasi Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Mei): 133-147. Prasetyo, Priyono P. 2002. Pengaruh Locus of Control terhadap Hubungan antara Ketidakpastian Lingkungan dengan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), 5 (1), 119136. Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. The Effect of Individual Difference Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors. Journal of Business Ethics 17: 1581-1593. Rest, J. R. (2000). “A Neo-Kohlbergian Approach to Morality Research.” Journal of Moral education, Vol 29. Shaub, M. K. (1989). “An Empirical Examination of the Determinants of Auditors’ Ethical Sensitivity”. A Dissertation, Graduate Faculty of Texas Tech. Winarna, Jaka. 2003. Pengaruh Gender dan Perbedaan Disiplin Akademis terhadap Penilaian Etika oleh Mahasiswa. KOMPAK, Nomor 7: 118-136.