Kode/NamaRumpunIlmu:761/ PendidikanJasmani, KesehatandanRekreasi DRAFT ARTIKEL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN POOMSAE I MATA KULIAH TAEKWONDO PENGUSUL KETUA : DR. H. CUCU HIDAYAT, M.Pd. NIDN.0009046301 ANGGOTA : 1. DICKY TRI JUNIAR, M.Pd. NIDN.0010068603 2. MELYA NUR HERLIANA, M.Pd NIDN.0004128902 UNIVERSITAS SILIWANGI JULI 2017 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN POOMSAE I MATA KULIAH TAEKWONDO Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd (1) Dicky Tri Juniar, M.Pd (2) Melya Nur Herliana, M.Pd (3) 1 Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537 2 Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537 3 Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323537 E-mail : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model cooperative learning terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan poomsae I mata kuliah Taekwondo. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model cooperative learning terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan poomsae I pada mahasiswa PJKR yang mengontrak mata kuliah taekwondo tahun ajaran 2016-2017. Pada penelitian yang penyusun lakukan ini, peneliti menggunakan metode penelitian yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Sampel yang diambil dengan cara statisfied sampling karena ditentukannya kelas yang paling rendah kualitas keterampilannya dibandingkan kelas yang lain (stratanya yang lebih rendah). Hasil penelitiannya menunjukkan pada siklus I ketuntasan belajar mahasiswa masih berada pada 70,5 % yaitu terdapat 28 orang yang sudah menunjukkan ketuntasan belajarnya. Siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu sudah sampai 87,5 % (35 orang) yang sudah tuntas belajar atau dikatakan lulus. Bagi para pelaksana olahraga terutama guru penjaskes perlu kiranya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran beladiri terutama taekwondo. Kata Kunci : Penerapan,Jigsaw dan Poomsae Pendahuluan Pendidikan merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap orang. Pendidikan sifatnya wajib dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara agar menjadi manusia yang cerdas baik akal, pikiran dan hati. Menurut wikipedia (2016), pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dalam hal ini pendidikan yang biasa dilakukan secara formal baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, yang menekankan peningkatan kemampuan baik kognitif, afektif dan bahkan psikomotornya. Dalam UU No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar proses peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran peserta didik mampu mengembangkan segala kemampuan dirinya untuk menggali potensi lebih dalam lagi agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan bisa bermanfaat bagi msyarakat. Tujuan pendidikan pada hakekatnya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam membentuk manusia yang berkualitas maka harus menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas juga dengan didukung dari berbagai lini kehidupan mulai dari sekolah, masyarakat, dan sampai pada keluarga. Namun pada kenyataanya orang tua berfikir hanya sekolah yang mampu memberikan pendidikan dan perubahan menyeluruh kepada anak-anaknya tanpa melihat segala keterbatasan yang diperoleh. Tapi sebagai wadah pendidikan yang formal, sekolah harus memberikan seluruh pelayanannya dengan baik dalam penyelenggaraan pendidikan agar mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan bermanfaat. Pembelajaran yang dilaksanakan pada pendidikan tinggi lebih mengutamakan aktualisasi diri dari peserta didik atau mahasiswa itu sendiri. Sehingga kesempatan yang diberikan oleh pendidik harus lebih terbuka lebar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa. Terutama di jurusan Pendidikan, Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi yang secara substansinya perbandingan mata kuliah teori dan prakteknya hampir sama, sehingga selain teori harus dipahami mahasiswa juga harus menguasai secara praktik dengan baik. Salah satu mata kuliah yang memberikan pendidikan bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan, Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi adalah Teori dan Praktek Taekwondo. Mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah pilihan yang diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal olahraga beladiri taekwondo. Hasil belajar dari mata kuliah taekwondo adalah mahasiswa mampu memahami dan mempraktikkan seluruh teknik-teknik taekwondo dan peraturan pertandingan yang biasa dilaksanakan dalam suatu kejuaraan. Sehingga implikasinya pada mahasiswa mampu membimbing atau melatih peserta didik pada saat melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di sekolah-sekolah. Bahkan bisa menjadi bekal setelah lulus nanti apabila mengabdi menjadi seorang guru mampu membimbing atau mengajar materi taekwondo kepada siswa-siswanya. Paradigma masyarakat sekarang ini nilai yang layak harus dimiliki mahasiswa dalam ketuntasan belajarnya adalah nilai A dan B. Walaupun secara akademik dan aturan yang berlaku bahwa nilai yang dianggap sudah layak atau tuntas belajar adalah minimal nilai C. Tetapi sesuai dengan visi dan misi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang mentargetkan nilai IPK harus mencapai minimal 3,00 maka setiap mahasiswa harus mendapat nilai minimal rata-rata B. Pada kenyataanya yang terjadi setiap tahun nilai rata-rata yang didapat mahasiswa yang mengontrak mata kuliah praktek taekwondo terutama pada kajian materi poomsae adalah nilai C, sehingga masih belum dikatakan tuntas belajar. Sebab tersebut adalah jumlah mahasiswa yang relatif banyak sehingga proses pembelajaran yang semakin sulit terkendali dan tidak kondusif. Apalagi dengan metode yang digunakan masih klasikal yaitu metode yang berpusat pada dosen, yang memungkinkan mahasiswa merasa cepat bosan dan jenuh sehingga materi yang disampaikan tidak dipahami dan tidak dikuasai. Formula baru perlu dikembangkan dan ditingkatkan untuk perubahan proses pembelajaran yang lebih kondusif, kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran yang bisa memberikan warna baru dalam proses pembelajaran praket taekwondo. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan gabungan model interaksional dan filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik sendiri dan belajar dari teman (Munasih;2016). Pada prosesnya peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang heterogen, didalamnya diberikan materi yang berbeda-beda setiap orangnya. Dimungkinkan mahasiswa akan saling memberikan motivasi dan berbagi pengetahuan sehingga materi yang terpisah tersebut menjadi satu kesatuan materi yang utuh. Maka akan berkembangnya peran mahasiswa yang berawal dari pembelajar pasif menjadi pembelajar aktif. Bukan hanya dari segi keaktifannya saja melainkan keterampilannya pun jelas akan meningkat dengan signifikan, karena dengan proses pembelajaran yang kondusif dan interaktif serta menarik akan memeberikan pengaruh motivasi besar bagi peserta didik khususnya mahasiswa yang mempunyai karakteristik kritis, aktif, komunikatif dan interaktif. Dalam hal ini karena mata kuliah taekkwondo lebih kepada penerapan aktifitas praktik sehingga lebih mengutamakan keterampilan dan keatifannya saja dibandingkan menanamkan pengetahuannya. Sehingga penulis pada kesempatan ini mengutamakan peningkatan keterampilan gerak dan komunikasi sosial dengan temannya. Belajar pada hakekatnya adalah suatu perubahan diri seseorang dari segi pengetahuan, sikap atau bahkan keterampilan. Kokom (2010:2) menjelaskan terdapat beberapa ciri kegiatan suatu belajar: 2.1.1.1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang, baik secara aktual maupun potensial. 2.1.1.2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama. 2.1.1.3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu. Gagne (Kokom, 2010:2) mendifinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinarja). Sunaryo (Kokom, 2010:2) juga memberikan pendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atu menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Belajar dibutuhkan sepanjang hidup, karena dengan belajar segala hal yang diharapkan kemungkinan besar akan bisa tercapai. Apalagi dengan adanya UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang didalamnya menjelaskan mengenai kewajiban belajar hingga usia 15 tahun. Dalam mewadahi proses belajar yang baik dan bermutu maka pemerintah memfasilitasi suatu pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, baik pendidikan bersifat formal, nonformal bahkan informal. Dalam suatu proses pendidikan terdapat beberapa hal yang menjadi komponen penting dalam melihat perkembangan belajar seseorang atau peserta didik, diantaranya adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan komponen yang terintegrasi dalam suatu kegiatan pendidikan karena untuk melihat seberapa jauh perkembangan seseorang selama melaksanakan proses belajar. Sudjana (e-jurnal, 2013) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sebagian kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang berupa penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar yang disebut kemampuan. Hasil belajar tidak akan muncul apabila pengalaman belajar yang diberikan tidak bermakna. Sehingga dibutuhkan suatu pengalaman yang bermakna dan mempunyai arti untuk memberikan perubahan terhadap seluruh komponen kompetensi baik itu pengetahuan, sikap atau keterampilan. Penilaian hasil belajar pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peseta didik (Mulyasa, 2009:208). Mulyasa mengatakan (2009:209) bahwa penilaian hasil belajar dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut maka penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Penilaian proses dan hasil belajar harus sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yaitu: edukatif, otentik, ebjektif, akuntabel dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi (Permenristekdikti No. 44 tahun 2015). Prinsip-prinsip penilaian tersebut yang tercantum dalam Permenristekdikti No. 44 tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Prinsip edukatif merupakan penilaian yang memotivasi mahasiswa agar mampu memperbaiki perancanaan dan cara belajar, serta meraih capaian pembelajaran lulusan. 2. Prinsip otentik merupakan penilaian yang berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Prinsip objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada standar yang disepakati antara dosen dan mahasiswa serta bebas dari pengaruh subjektifitas penilai dan yang dinilai. 4. Prinsip akuntabel merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kriteria yang jelas, disepakati pada awal kuliah dan dipahami oleh mahasiswa. 5. Prinsip transparan merupakan penilaian yang prosedur dan hasil penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan. Dalam prinsip-prinsip tersebut menjelaskan bahwa setiap hal yang menyangkut penilaian terutama di tingkat perguruan tinggi harus lebih dilakukan dan diutamakan melalui kesepakatan bersama antara dosen dan mahasiswa sehingga pada akhirnya nanti tidak akan ada yang merasa dirugikan. Apalagi dengan karakteristik mahasiswa yang sesuai dengan perkembanganya pada zaman sekarang dengan begitu kritisnya terhadap hal-hal yang dianggap tabu atau kurang benar menurutnya sehingga memunculkan ketidak kondusifan dilingkungan perguruan tinggi. Pada praktiknya dalam mata kuliah taekwondo sudah melakukan penilaian sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang sudah dijelaskan diatas, sehingga mahasiswa dari tahun ke tahun selalu merasa puas dengan hasil yang didapatnya, walaupun masih banyak yang belum dikatakan tuntas belajar. Aktivitas pembelajaran yang memberikan pengalaman yang baik dan berkualitas tentunya membutuhkan perencanaan yang matang. Pembelajaran yang kreatif adalah pembelajaran yang mampu untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya (Ahmadi & Sofan Amri, 2011:3). Terutama di lingkungan perguruan tinggi yang menekankan pengembangan potensi yang dimiliki mahasiswa agar bisa mengaplikasikannya dilingkungan msyarakat. Sebagaimana dalam Permenristekdikti No. 44 tahun 2015 bahwa lulusan yang diharapkan adalah mahasiswa yang mempunyai sikap dan perilaku yang benar serta berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan dan penguasaan konsep, teori, metode dan falsafah bidang ilmu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja dan penelitian. Serta mahasisswa yang memiliki kemampuan dalam unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori, bahan dan intrumen yang diperoleh melalui proses pembelajaran, pengalaman kerja, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Joyce (Ahmadi & Sofan Amri, 2011:7) mengatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Soekamto, dkk (Ahmadi & Sofan Amri, 2011:8) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan verfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar menajar. Banyak model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan yang menyeluruh dalam mengembangkan potensi peserta didik. Modelmodel pembelajaran tersebut diantaranya : Problem Based-Learning, Service Learning, Concept Learning, Value Lerning dan Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill (Riyanto, 2009:271). Pembelajaran yang dilakukan memberikan pengalaman untuk mengembangkan kemampuan dalam suasana di sekolah, kemampuan berinteraksi di masyarakat dan juga dalam mengembangkan pribadi yang berkarakter. Depdiknas (Komalasari, 2010:62) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini peranan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat mendominasi, terlihat dalam kondisi belajar yang memaksimalkan kerja sama antara satu dengan yang lainnya di suatu kelompok sehingga mampu mengembangkan interaksi sosial yang baik dan kreatifitas berfikir yang tinggi. Dalam rangka meningkatkan kemampuan berfikir logis dan mengambil keputusan yang berbasis teman sebaya untuk bisa saling bekerja sama, model pembelajan kooperatif sangat disarankan untuk di gunakan. Slavin (Komalasari, 2010:62) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang bisa diaplikasikan kedalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik. Model-model pembelajaran kooperatif diantaranya tipe numbered head together, tipe cooperative skript, tipe student team achievement division, tipe think pair and share, tipe jigsaw, tipe snowball throwing, tipe team game tournament, tipe cooperative integrated reading and composition dan tipe two stay two stray. Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengutamakan pengembangan berfikir kreatif dan belajar bekerja sama dengan teman. Menurut Sudarsana dkk (2014), tipe jigsaw adalah salah satu pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajarandan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Pada dasarnya tipe jigsaw membagi materi yang cukup luas menjadi komponen-komponen kecil yang disebarkan kepada setiap orang dalam suatu kelompok, sehingga menjadi subtopiksubtopik yang perlu dipelajari oleh setiap individu dalam kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab atas subtopik yang diperoleh dari hasil pembagian oleh pendidik. Komalasari (2010:65) menjelaskan mengenai langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan tipe jigsaw, yaitu: a. Siswa dikelompokkan kedalam = 4 anggota tim. b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. g. Guru memberi evaluasi. h. Penutup. Menurut Jhonson and Johnson (Putra dan Sasminta, 2014:526-531) manfaat atau kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diantaranya: a) Meningkatkan hasil belajar, b) Meningkatkan daya ingat, c) Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi, d) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu), e) Meningkatkan hubungan antara manusia yang heterogen, f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah, g) Meningkatkan sifat positif terhadap guru, h) Meningkatkan harga diri anak, i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, j) Meningkatkan keterampilan hidup dalam gotong royong. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Killen (Putra dan Sasminta, 2014:526-531), yaitu: a. Perbedaan persepsi siswa dalam memahami suatu konsep, b. Siswa cenderung meyakinkan siswa lain bila percaya diri yang dimiliki siswa tersebut kurang, c. Guru cenderung membutuhkan waktu yang laman untuk merekap hasil belajar siswa berupa nilai dan kepribadian siswa, d. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menguasai model pembelajaran ini, e. Model pembelajaran ini cenderung lebih sulit apabila siswa jumlah siswa lebih banyak. Mata kuliah taekowndo adalah salah satu mata kuliah yang bersifat pilihan yang ditawarkan dalam struktur kurikulum Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Siliwangi. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah praktek dengan bobot 2 sks dengan keseluruhan praktek. Mata kuliah ini berada pada semester genap dengan memberikan beberapa kajian materi diantaranya adalah teknik kuda-kuda, teknik pukulan, teknik tangkisan, teknik tendangan, peraturan pertandingan dan mempelajari rangkaian gerak dasar (poomsae). Distribusi penyampaian materi untuk mata kuliah taekwondo adalah setengah semester mempelajari pengenalan teknik dasar kuda-kuda, tangkisan, pukulan dan tendangan yang akan diaplikasikan kedalam rangkaian gerak dasar poomsae. Setengah semester lagi untuk mempelajari aplikasi teknik-teknik tendangan untuk sebuah kejuaraan serta pengenalan peraturan pertandingan dan perwasitan dalam suatu pertandingan. Tujuan dari mata kuliah taekwondo ini adalah memberikan pengalaman baru dan mempelajari tentang olahraga taekwondo baik itu mengenai teknik-teknik yang ada di olahraga taekwondo ataupun peraturan pertandingan dan perwasitan yang dilaksanakan dalam suatu pertandingan. Karena olahraga ini sudah sangat bermasyarakat bahkan diseluruh sekolah yang ada di Kota Tasikmalaya ekstrakurikuler taekwondo sudah menjadi olahraga yang digemari. Sehingga tidak menutup kemungkinan memberikan bekal kepada mahasiswa lulusan untuk bisa mengaplikasikan keilmuannya kelak saat menjadi guru olahraga. Kompetensi yang diharapkan setelah lulus mata kuliah taekwondo adalah : a. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah dan prinsip-prinsip olahraga taekwondo. b. Mahasiswa mampu mempraktekan teknik dasar kuda-kuda dan tangkisan. c. Mahasiswa mampu mempraktekan keterampilan teknik dasar pukulan dan sabetan. d. Mahasiswa mampu mempraktekan keterampilan teknik dasar poomsae (rangkaian gerakan). e. Mahasiswa mampu mempraktekan dan mengkombinasikan teknik dasar tendangan. f. Mahasiswa mampu mempratekan strategi bertanding dengan baik dan benar. g. Mahasiswa mampu mempraktikkan peraturan pertandingan dan perwasitan olahraga taekwondo. Target akhir yang ingin dicapai sebagai hasil akhir belajar mahasiswa pada mata kuliah taekwondo materi poomsae I adalah akumulasi dari nilai keterampilan poomsae I dan keaktifan yang muncul selama proses pembelajaran. Sehingga nilai yang muncul adalah nilai akhir yang terdiri dari nilai proses (observasi sikap) dan nilai hasil (keterampilan poomsae I). Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan evaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuantujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Komalasari, 2010:3). Berkaitan dengan hal diatas bahwa pembelajaran selalu direncanakan dan didesain terlebih mulai dari mempersiapkan materi, peralatan yang dibutuhkan, metode yang akan digunakan sampai alternatif kegiatan bila terkendala hal-hal yang diluar kendali. Sehingga pada prosesnya nanti akan terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Disaat proses evaluasi akan sangat mudah bagi kita untuk menentukan mahasiswa mana yang sudah tuntas dan yang belum tuntas belajar. Selain konsep diatas, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian berdasarkan PP No. 32 tahun 2013, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang dilaksanakan pada mata kuliah taekwondo dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu sebagai berikut: a. Dosen membagi materi poomsae I menjadi kedalam 5 bagian submateri. b. Dosen memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran. c. Mahasiswa dibagi ke dalam 8 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 3-5 orang. d. Dosen memberikan materi pomsae I yang sudah dipersiapkan untuk mahasiswa. e. Setiap mahasiswa dalam kelompok mendapatkan materi yang berbeda. f. Mahasiswa yang mempunyai materi sama membuat kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan materi yang dipelajari. g. Setelah waktu yang ditentukan habis untuk mendiskusikan dan mempelajari materi mahasiswa kembali kepada kelompok asal. h. Setiap mahasiswa saling bergantian memberikan penjelasan mengenai materi yang dipelajarinya. i. Setiap kelompok mempresentasikan dan mempraktikkan hasil belajarnya didepan seluruh mahasiswa. j. Dosen memberikan evaluasi hasil belajar yang sudah dipraktikkan. k. Dosen memberikan umpan balik kepada seluruh mahasiswa. Proses evaluasi diberikan kepada mahasiswa saat mereka sedang melaksanakan presentasi akhir setiap kelompok, sehingga keterampilan poomsae yang dihasilkan dari proses pembelajaran akan bisa diamati dan dinilai. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Berdasarkan namanya penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan solusi dalam suatu permasalahan yang muncul, terutama permasalahan kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di lapangan. Menurut Hasan (Sangadji dan Sopiah, 2010:110) penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide kedalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata situasi. Seluruh ide yang muncul diantaranya bisa berupa perbaikan metode mengajar, media ajar, pengelolaan kelas atau pengembangan substansi dari materi yang akan diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Penyiapan dan pengambilan sampel dilakukan sebagai upaya peneliti untuk menetapkan bagian dari populasi dengan mempertimbangkan representasi dari elemen populasi untuk memperoleh data dan informasi penelitian (Indrawan dan Yaniawati, 2014 : 93). Dalam hal ini, untuk menentukan sampel penelitian adalah dengan cara sampel berstrata (statisfied sampling). Sampel yang menjadi subjek penelitian adalah kelas B yang jumlah anggota mahasiswa nya sebanyak 40 orang yang mengontrak mata kuliah Teori dan Praktek Taekwondo karena dari survey diketahui kelas ini yang paling kurang keterampilan poomsae I dibandingkan beberapa kelas yang lainnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes keterampilan dalam bentuk rubrik penilaian. Arikunto mengatakan (Sangadji dan Sopiah, 2010:150) bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pembahasan Penelitian Pembahasan hasil tindakan ini merupakan pembahasan yang dijelaskan dari hasil analisis dan pengolahan data dalam setiap siklus adalah sebagai berikut: Siklus I menunjukkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar keterampilan poomsae I pada mata kuliah T & P Taekwondo adalah belum tuntasnya hasil belajar mahasiswa. Karena hasil dari observasi dan tes keterampilan poomsae I yang sudah dilaksanakan menunjukkan sebanyak 28 orang atau sebesar 70,5 % yang sudah masuk kedalam kriteria ketuntasan (kelulusan) minimal. Ini menjelaskan bahwa secara keseluruhan masih kurangnya kemampuan mahasiswa dalam mempelajari keterampilan poomsae I karena persentasenya kriteria ketuntasan (kelulusan) minimal (KKM) masih dibawah 75%. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah : motivasi mahasiswa masih kurang, mahasiswa masih banyak yang tidak mampu memahami materi lewat media gambar tanpa keterangan atau penjelasan setiap gambarnya, mahasiswa masih bersikap individualistik, tidak jelasnya teknis dalam pembelajaran kelompok, proses pengawasan dosen kurang, waktu belajar dengan kelompok asal dan kelompok ahli sangat terbatas, sebelum akhir pembelajaran tidak ada kegiatan penyeragaman gerakan. Maka dari itu perlu dilanjutkan ke dalam siklus II dengan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan dari siklus I, agar hasil belajar pada siklus berikutnya bisa meningkat. Siklus II menunjukkan hasil belajar yang lebih baik atau lebih meningkat secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis dan pengolahan data mengenai pencapaian kriteria ketuntasan (kelulusan) minimal hasil belajar mahasiswa yang sudah mencapai 87,5% yaitu sebanyak 35 orang. Artinya secara keseluruhan mahasiswa kelas B sudah memenuhi kriteria ketuntasan (kelulusan) minimal 75% terhadap hasil belajar poomsae I dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal ini membuktikkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar keterampilan poomsae I dalam mata kuliah T & P Taekwondo pada mahasiswa kelas B Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi tahun ajaran 2016/2017. Simpulan dan Saran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh yang berbarti terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan poomsae I mata kuliah T & P Taekwondo pada mahasiswa kelas B Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Rekareasi tahun ajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan hasil peningkatan belajar yang sudah mencapai KKM adalah sebanyak 35 orang atau sebesar 87,5%. Ini berarti seluruh mahasiswa sudah melebihi 75% dari kriteria ketuntasan (kelulusan) minimal. Bagi para peneliti diharapkan agar lebih memperhatikan objek dan variabel penelitian dalam memberikan tindakan agar hasil yang dicapai sesuai harapan. Bagi para guru dan pelaksana olahraga diharapkan untuk bisa mengimplementasikan hasil penelitian ini yaitu menerapkan metode jigsaw untuk memberikan penyampaian ilmu atau wawasan dalam proses pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran praktek. Daftar Pustaka Ahmadi, Khoiru dan Sofan Amri. (2011). PAIKEM GEMBROT. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka. Indrawan, Rully dan Poppy Yuniawati. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Campuran untuk Menejemen, Pembangunan dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama Jurnal Hasil Riset, http://www.ejurnal.com/2013/11/pengertian-hasilbelajar.html diakses pada tanggal 23 November 2013 Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama. Mulyasa, (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan-Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Munasih, Siti. (2016). Meningkatkan Kreatifitas Gerak Dasar Lempar Tangkap Bola Lunak melalui Pembelajaran Jigsaw. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas. Pekalongan. Volume 17 No. 1, 2016. Nurhasan dan Abdul Narlan. (2004). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. Universitas Siliwangi. Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: CV. ANDI Offset. Siswanto, Heri. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Bola Voli dan Bola Basket Siswa SMK. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Universitas Negeri Semarang. Volume 3 No. 3, 2013. Subiantoro, Fendi dan Taufik Hidayat. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning (Jigsaw) terhadap Hasil Belajar Service Bola Voli. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Negeri Surabaya. Volume 1 No. 2, 2013. Sudarsana, I KM dkk. (2014). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw I Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Passing Control Sepakbola. E-Jurnal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 1, 2014. Sugiartana, Made dkk. (2014). Penerapan Kooperatif Jigsaw I untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar bola Voli. Ejurnal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 1, 2014. Sukmadinata, Nana Syaodih, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suwiwa, I Gede. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Kuliah Teori dan Praktek Renang II. Jurnal Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan Ganesha. Voluma 4 No. 2, 2015. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia. Jakarta. Undang-Undang RI No. 12 tahun 2012. Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Republik Indonesia. Jakarta. Universitas Siliwangi, (2012). Pedoman Akademik Tahun 2012/2013. Tasikmalaya. Universitas Siliwangi. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan?ve action=edit diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Yulaikah, Mei. (2013). Penerapan Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. E-Jurnal Dinas Pendidikan. Surabaya. Volume 6, 2013.