EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : Eva Kartika NPM : 4011072 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd. 2. Idul Adha, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016 Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. ABSTRACT This thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh Grade Students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau in academic year 2015/2016. The research problems, whether learning outcomes math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly due ?. The purpose of research, the results of students' mathematics learning class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly due .. The method used in the study was a quasiexperimental comparison classless. The population is all students of class VII SMP 6 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016. Sampling was conducted by random sampling study for every class has the ability and opportunity are relatively similar, and was selected as the sample is VII.6 class as a class experiment. The data collection was done by using the form of essay test consisting of six questions. The collected data was then analyzed using t-test. Based on the results of research and discussion obtained by the average value of the math test late at 82.76 with the percentage of students who completed study by 85.29%. This is supported by the results of the analysis obtained t thitung hypothesis testing (5315)> t table (1.703) so the hypothesis is proven that the results of learning math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly incomplete. Keywords: Application, Learning Outcomes, Jigsaw A. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh guru (Sudjana, 2001:36). Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif di mana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Rusman (2008:13) “Model pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan”. Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. Menurut Sudjana (2001:37) "Pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen pembelajaran utama yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran". Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran. Sedangkan menurut Djamarah (2010:107) ”Interaksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa ini tidak akan terjadi bila guru belum mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kreatif dalam menciptakan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar”. Berdasarkan observasi peneliti melalui wawancara dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 6 Lubuklinggau pada tanggal 9 Maret 2015 diperoleh informasi bahwa hasil ulangan harian mata pelajaran matematika masih menunjukkan nilai yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata siswa yang masih di bawah tingkat KKM yang ditetapkan sebesar 75. KKM adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan. KKM ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan. Menurut Khabibah (2006:2) “Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan belajar dengan baik jika diberi kesempatan untuk berperan serta dalam menemukan ide atau gagasan dengan berbagai macam aktivitas. Untuk menciptakan kondisi ini guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar”. Hal ini dapat terwujud jika di dalam ruang kelas terdapat kebebasan dalam pengungkapan ide atau gagasan. Cara yang ditempuh untuk mewujudkannya adalah dengan penerapan model pembelajaran kolaboratif yang disertai dengan metode pembelajaran kooperatif. Lie (2008:69) mengatakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran yang didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong royong ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi pelajaran”. Salah satu model pembelajaran yang dibangun dengan prinsip kooperatif adalah model pembelajaran Jigsaw. Masih menurut Lie (2008:73) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dengan model pembelajaran Jigsaw siswa dituntut lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. berpikir. Di samping itu, Jigsaw juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berionteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Penggunaan model pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal khususnya pada kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, diharapkan dapat melatih siswa dalam berinteraksi dan saling memberikan informasi materi pelajaran sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa lainnya dan antar siwa dengan guru serta suasana belajar akan lebih menyenangkan yang akan berimplikasi ke hasil belajar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas? 2. Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran? 3. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw? B. Landasan Teori Menurut Tarigan (2005:62) “Efektivitas adalah keberhasilan mulai berlakunya (tentang peraturan) hal yang ditimbulkan, hal yang mempengaruhi yang mendapat membuat hasil lebih baik”. Menurut Anwar (2003:129) "Efektivitas yaitu ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan), hal mulai berlakunya tentang peraturan". Sedangkan menurut Luthans (dalam Tarigan, 2005:61) Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi. Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Trianto (2007:96) menjelaskan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika siswa secara aktif terlibat dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil pembelajaran ini tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan (isi) tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Menurut Nurhadi (2007:112) pengajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Menurut Lie (2008:73), bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Sedangkan menurut Rusman (2008:203) Dalam model pembelajaran jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw adalah model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Berdasarkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang b. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda. c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli. d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok. e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut. f. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. g. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi h. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. i. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan j. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Abidin (2014:256) kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah: Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berlatih komunikasi b. Adanya interaksi social yang baik dalam kelompok c. Membuat siswa lebih aktif dan kreatif d. Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai prestasi yang baik. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 1) Diperlukan kesadaran siswa untuk memaksimalkan kinerjanya 2) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang dalam pembuatan bahan ajar Membutuhkan biaya yang cukup besar. Abidin (2014:256) menyatakan terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Think Pair Share. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu: (a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berlatih komunikasi, (b) Adanya interaksi sosial yang baik dalam kelompok, (c) Membuat siswa lebih aktif dan kreatif, (d) Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai prestasi yang baik. Disamping kelebihan dari pembelajaran Jigsaw ada juga Kelemahannya, menurut Abidin (2014:256) yaitu: (a) Diperlukan kesadaran siswa untuk memaksimalkan kinerjanya, (b) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang dalam pembuatan bahan ajar, (c) Membutuhkan biaya yang cukup besar. C. Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Eksperimen semu adalah eksperimen yang hanya menggunakan satu kelas tanpa kelas pembanding. Adapun desain eksperimen yang digunakan berbentuk desain eksperimen semu kategori pre-test and post-test group. Adapun desain ekpesimen semu menurut Arikunto (2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut : Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. O1 X O2 Keterangan : O1 : Pre-test X : Penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam kelas O2 : Post-test Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah 200 siswa dan sebagai sampel kelas VII.6 dengan jumlah 34 siswa yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan model Jigsaw yang dipilih secara acak (random). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, observasi dan angket. Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk memperoleh dan mengukur data tentang hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian, Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun observasi ini dilakukan saat pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw dalam kelas dengan guru pamong atau teman sejawat yang menjadi observer, Pemberian angket dilakukan setelah pelaksanaan penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam kelas. Jumlah pernyataan yang di jawab responden dalam hal ini siswa sebanyak 10 item. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif pada data tes, observasi dan angket. D. Data Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret 2016 di kelas VII.6 di SMP Negeri 6 Lubuklinggau. Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlangsung di sekolah tersebut. Model pembelajaran yang digunakan adalah model kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok himpunan. Soal yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak 7 soal. Namun sebelum digunakan soal ini di ujicobakan di kelas yang lebih tinggi yaitu kelas VIII. Berdasarkan hasil analisis uji intrumen dengan melihat validitas soal, reabilitas soal, daya pembeda dan tingkat kesukaran didapat bahwa dari tujuh soal, hanya enam soal yang dipakai. Soal nomor 5 tidak dapat digunakan karena soal Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. tidak valid. Sehari sebelum pertemuan pertama dilaksanakan, peneliti mengadakan sosialisasi tentang pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw. Sosialisasi ini perlu dilaksanakan mengingat pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini belum pernah diterapkan sebelumnya. Peneliti juga menginformasikan materi yang akan diajarkan dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini yaitu materi pokok Diagram Venn Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah lima kali pertemuan dengan rincian satu kali pemberian tes awal, tiga kali proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan satu kali pemberian tes akhir. Berdasarkan hasil pretest, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas Vll.6 adalah 53,65 Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif kemampuan awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk kategori belum tuntas. Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 82.76. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk dalam kategori tuntas. Berdasarkan data hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata posttest mengalami peningkatan sebesar 29,11 dan jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan sebesar 85,29%. Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada garafik 1 dibawah ini. Grafik 1 Rata-rata dan Ketuntasan Belajar 90 82.76 80 70 60 53.65 50 40 30 20 10 0 Nilai Rata-Rata 8529% pretes postes 0 Ketuntasan Belajar Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. Dikarenakan penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu maka data yang diuji kenormalannya hanya data postest sedangkan data pretest tidak digunakan. Data pretest hanya digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil postest diperoleh rata-rata ( x ) sebesar 82,76 dan simpangan baku (s) sebesar 8,52. untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan uji kecocokan 2 (chi kuadrat). 2. Pembahasan Setelah dilakukan perbandingan hasil pretest dan postest maka dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Pada pretest nilai rata-rata siswa ( x ) sebesar 53,65 dan setelah penerapan model kooperatif tipe jigsawe rata-rata hasil belajar siswa ( x ) meningkat menjadi 82.76. Peningkatan yang terjadi sebesar 29,11. Jika dibandingkan dengan data pretest, terdapat pula peningkatan jumlah siswa yang tuntas. Jika pada pretest ketuntasan siswa 0% setelah penerapan model kooperatif tipe Jigsaw siswa yang tuntas mencapai 85,29%. Jadi terdapat peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 85,29%. Berdasarkan analisis rekapitulasi nilai rata-rata kelompok untuk tiap tes yang dilakukan setiap pertemuan diperoleh bahwa pada pertemuan pertama rata-rata kelompok sebesar 41,46. Jumlah tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 3 kelompok dari 9 kelompok yang ada. Kecilnya rata-rata ini mungkin disebabkan anggota tiap kelompok masih belum melaksanakan peranannya masingmasing antara pembagian tugas dalam team investigasi yang akan ke kelompok lain. Pada pertemuam kedua nilai rata-rata kelompok meningkat menjadi 61,46. Jumlah tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 6 kelompok dari 9 kelompok yang ada. Peningkatan ini cukup besar karena anggota kelompok telah bisa melakukan peranannya masing-masing walaupun belum maksimal. Pada pertemuan ketiga nilai rata-ratanya meningkat lagi menjadi 72,72. Jumlah tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 8 kelompok dari 9 kelompok yang ada. Pada pertemuan ini kendala-kendala teknis seperti siswa ribut atau malas tidak terlihat lagi. Tiap anggota kelompok melaksanakan peranannya sangat baik, walaupun masih ada satu kelompok yang membutuhkan bimbingan namun dalam pelaksanaannya ini tidak menganggu kinerja kelompok lain. Jadi dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kelompok untuk setiap pertemuan yang dilakukan. Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. Hal yang tampak saat pertama kali diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw di kelas pada pertemuan pertama siswa merasa aneh kenapa mereka diminta untuk berpikir kemudian berpasangan dan berbagi. Namun setelah dijelaskan tentang model kooperatif tipe Jigsaw, siswa terlihat tertarik namun masih belum mengerti cara pelaksanaannya. Sehingga pada pertemuan pertama ini hanya 5 siswa dari 34 siswa yang menjawab. Pada pertemuan pertama ini penelitipun kewalahan menghadapi ributnya siswa mencari pasangan kelompok mereka atau saat melaksanakan pembelajaran kelompok. Hal inipun menjadi pelajaran dan akan direfkleksi untuk pertemuan berikutnya. Nilai Tertinggi 75 Tabel Rekapitulasi Nilai Pertemuan Pertama Nilai Tuntas Tidak Tuntas Terrendah 5 siswa 29 siswa 64 (14,71%) (85,29%) Rata-Rata Nilai 60,31 Adapun kendala yang tampak dalam penelitian ini untuk pertemuan pertama adalah siswa-siswa yang pasif. Tahap diskusi kelompok yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berpikir dan berdiskusi dengan pasangan satu bangku tetapi siswa masih memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan yang lain sehingga terjadi keributan. Untuk mengatasi kendala dalam penerapan model kooperatif tipe Jigsaw tersebut guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal ini dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Tabel Rekapitulasi Nilai Pertemuan Kedua Nilai Tertinggi Nilai Terrendah Tuntas Tidak Tuntas Rata-Rata Nilai 81 72 15 siswa (44,12%) 19 siswa (55,88%) 71,21 Dikarenakan siswa telah mengenal pola pelaksanaan model kooperatif tipe Jigsaw maka pada pertemuan kedua ini terlihat siswa telah mulai bisa mengikuti kegiatan. Siswa terlihat aktif dan antusias dalam kelompok sehingga pada waktu sesi Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. tanya jawab banyak siswa yang bisa menjawab. Dari 15 siswa sebanyak 30 siswa mampu merespon dengan cepat pertanyaan peneliti. Nilai Tertinggi 89 Tabel Rekapitulasi Nilai Pertemuan Ketiga Nilai Tuntas Tidak Tuntas Terrendah 25 siswa 9 siswa 69 (73,53%) (26,47%) Rata-Rata Nilai 79,69 Pada pertemuan ketiga tidak ada kendala yang berarti pada saat penerapan. Fenomena dan kendala yang tampak setiap pertemuan dapat diatasi oleh peneliti dengan bantuan guru pamong. Setiap akhir pertemuan peneliti mengadakan refleksi dengan guru pamong, sehingga tiap pertemuan mengalami perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswapun meningkat seiring dengan aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa dinilai oleh observer melalui empat indikator yang masing-masing terdiri dari tiga deskriptor. Rekapitulasi data aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel: Tabel Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan I Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata A. Visual 41,67% 50% 58,34% 58,34% 33,34% 66,67% 50% 46,67% 40% 49,45% A. Lisan 50% 58,34% 50% 66,67% 58,34% 50% 50% 46,67% 53,33% 53,70% A. Mendengar 41,67% 50% 58,34% 58,34% 50% 50% 50% 60% 60% 53,15% A. Gerak 58,34% 66,67% 66,67% 58,34% 58,34% 75% 66,67% 60% 66,67% 64,01% Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan I pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (64,01%), dan yang paling rendah adalah aktivitas visual (49,45 %). Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. Tabel Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan II Kelompok A. Visual A. Lisan A. Mendengar A. Gerak 1 50% 66,67% 50% 66,67% 2 75% 58,34% 58,34% 91,67% 3 75% 66,67% 58,34% 75% 4 58,34% 66,67% 58,34% 66,67% 5 58,34% 75% 50% 66,67% 6 66,67% 50% 50% 75% 7 58,34% 50% 66.67% 66,67% 8 53,33% 60% 66,67% 60% 9 53,33% 60% 73,33% 73,33% Rata-rata 60,93% 61,48% 59,08% 71,30% Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan II pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (71,30%), dan yang paling rendah adalah aktivitas mendengar (59,08 %). Pada pertemuan kedua ini keaktifan siswa terjadi peningkatan pada aktivitas gerak sedangkan yang paling rendah bergeser pada pada aktivitas visual, berbeda dengan pertemuan yang pertama, yang terendah terdapat pada aktivitas visual. Tabel Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan III Kelompok A. Visual A. Lisan A. Mendengar A. Gerak 1 50% 75% 66,67% 91,67% 2 66,67% 58,34% 58,34% 91,67% 3 75% 66,67% 58,34% 75% 4 75% 66,67% 75% 75% 5 75% 75% 58,34% 83,33% 6 66,67% 50% 50% 75% 7 58,34% 50% 66,67% 83,33% 8 53,33% 60% 66,67% 60% 9 60% 60% 80% 73,33% Rata-rata 64,45% 62,41% 64,45% 78,70% Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan III pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (78,70%), dan yang rendah adalah aktivitas lisan (62,41%). Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. dominan dan semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data keempat indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi peningkatan keaktifan siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata 71,34%. Dan yang paling rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase rata-rata 58,28%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin dominan dan semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data keempat indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi peningkatan keaktifan siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata 71,34%. Dan yang paling rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase rata-rata 58,28%. Sedang untuk melihat respon siswa peneliti menyebarkan angket. Berikut hasil rekapitulasi nilai angket siswa. Tabel 4.10 Rekapitulasi Persentase Data Respon Siswa No 1 2 3 4 5 Pernyataan Saya lebih suka pelajaran matematika dari pada pelajaran lain Bagi saya pelajaran matematika karena merupakan pelajaran yang menyenangkan Saya terpaksa belajar matematika karea merupakan salah satu pelajaran yang wajib diikuti Pelajaran matematika sangat merpotkan karena harus disiapkan secara khusus Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari0hari Pelajaran matematika tidak dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari Ne;ajar matematika dengan model pembelajaran jigsaw tidak 7 menarik dan membosankan Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran 8 jigsawmembuat saya senang dan tertarik terhadap matematika Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran 9 Jigsaw tidak ada bedanya dengan pembelajaran matematika seperti biasanya Pembelajaran matematika dengan menggunakan model 10 pembelajaran Jigsaw memudahkan saya memahami materi 6 Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3. Persentase (%) 95 98 78 81 94 55 93 95 48 88 11 12 13 14 Cara dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw bias membuat saya dapat memakai matematika dalam kehidupan sehari-hari Saya lebih senang belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw daripada pembelajaran biasa Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Jigsaw tidak bermanfaat bagi saya Saya merasa tertekan dan tegang selama pembelajaran matematika berlangsung 83 76 47 50 15 Suasana belajar berlangsung menyenangkan dengan modal ini 69 16 Guru dapat mengolah kelas dengan baik 63 17 Cara guru mengajar di kelas tidak menyenangkan 41 Suasana belajar menjadi tidak menyenangkan dengan model pembelajaran Jigsaw Saya tidak berminat mengikuti belajara matematika seperti yang 19 telah diikuti saat ini Saya berminat untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya 20 seperti yang telah saya ikuti sekarang saya 18 41 38 48 Setelah dihitung rata-rata respon siswa di dapat 69% di mana termasuk kategori sedang. E. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai postest sebesar 82,76 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 85,29%. DAFTAR PUSTAKA Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.