ARTIKEL_ILMIAH Eva Kartika

advertisement
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
Nama
: Eva Kartika
NPM
: 4011072
Prodi
: Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.
2. Idul Adha, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
ABSTRACT
This thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics
Learning Seventh Grade Students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau in
academic year 2015/2016. The research problems, whether learning outcomes
math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw
significantly due ?. The purpose of research, the results of students'
mathematics learning class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning
model Jigsaw significantly due .. The method used in the study was a quasiexperimental comparison classless. The population is all students of class VII
SMP 6 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016. Sampling was conducted
by random sampling study for every class has the ability and opportunity are
relatively similar, and was selected as the sample is VII.6 class as a class
experiment. The data collection was done by using the form of essay test
consisting of six questions. The collected data was then analyzed using t-test.
Based on the results of research and discussion obtained by the average value
of the math test late at 82.76 with the percentage of students who completed
study by 85.29%. This is supported by the results of the analysis obtained t
thitung hypothesis testing (5315)> t table (1.703) so the hypothesis is proven
that the results of learning math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied
learning model Jigsaw significantly incomplete.
Keywords: Application, Learning Outcomes, Jigsaw
A. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses
pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju
pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari
ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang
dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari tingkat pemahaman dan penguasaan
materi yang diberikan oleh guru (Sudjana, 2001:36). Salah satu upaya untuk
meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran yang efektif di mana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang
harus dilakukan. Rusman (2008:13) “Model pembelajaran didefinisikan sebagai
cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan”.
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Menurut Sudjana (2001:37) "Pembelajaran merupakan hasil sinergi dari
tiga komponen pembelajaran utama yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas
pembelajaran". Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran.
Sedangkan menurut Djamarah (2010:107) ”Interaksi antara guru dengan siswa serta
siswa dengan siswa ini tidak akan terjadi bila guru belum mampu menciptakan iklim
pembelajaran yang kreatif dalam menciptakan siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar”.
Berdasarkan observasi peneliti melalui wawancara dengan salah satu guru
matematika SMP Negeri 6 Lubuklinggau pada tanggal 9 Maret 2015 diperoleh
informasi bahwa hasil ulangan harian mata pelajaran matematika masih
menunjukkan nilai yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal ini dapat
dilihat nilai rata-rata siswa yang masih di bawah tingkat KKM yang ditetapkan
sebesar 75. KKM adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai
ketuntasan. KKM ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan.
Menurut Khabibah (2006:2) “Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan
belajar dengan baik jika diberi kesempatan untuk berperan serta dalam menemukan
ide atau gagasan dengan berbagai macam aktivitas. Untuk menciptakan kondisi ini
guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses kegiatan
belajar mengajar”. Hal ini dapat terwujud jika di dalam ruang kelas terdapat
kebebasan dalam pengungkapan ide atau gagasan. Cara yang ditempuh untuk
mewujudkannya adalah dengan penerapan model pembelajaran kolaboratif yang
disertai dengan metode pembelajaran kooperatif.
Lie (2008:69) mengatakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif yaitu
metode pembelajaran yang didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong
royong ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi
pelajaran”. Salah satu model pembelajaran yang dibangun dengan prinsip kooperatif
adalah model pembelajaran Jigsaw. Masih menurut Lie (2008:73) mengatakan
bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar
kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat
sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dengan model
pembelajaran Jigsaw siswa dituntut lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
berpikir. Di samping itu, Jigsaw juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berionteraksi dengan siswa yang
menjadikan aktif dalam kelas.
Penggunaan model pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa secara optimal khususnya pada kelas VII SMP Negeri 6
Lubuklinggau tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, diharapkan dapat melatih siswa
dalam berinteraksi dan saling memberikan informasi materi pelajaran sehingga
terjalin komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa lainnya dan antar siwa
dengan guru serta suasana belajar akan lebih menyenangkan yang akan berimplikasi
ke hasil belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1. Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau
setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas?
2. Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran?
3. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw?
B. Landasan Teori
Menurut Tarigan (2005:62) “Efektivitas adalah keberhasilan mulai
berlakunya (tentang peraturan) hal yang ditimbulkan, hal yang mempengaruhi yang
mendapat membuat hasil lebih baik”. Menurut Anwar (2003:129) "Efektivitas yaitu
ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil
guna (tentang usaha, tindakan), hal mulai berlakunya tentang peraturan". Sedangkan
menurut Luthans (dalam Tarigan, 2005:61) Efektivitas merupakan gambaran tingkat
keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan
adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.
Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Trianto (2007:96) menjelaskan
bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika siswa secara aktif terlibat dalam
pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya
menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil pembelajaran ini tidak hanya
menghasilkan peningkatan pengetahuan (isi) tetapi juga meningkatkan keterampilan
berpikir.
Menurut Nurhadi (2007:112) pengajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,
sebagai latihan hidup di masyarakat.
Menurut Lie (2008:73), bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa
bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Sedangkan menurut Rusman (2008:203) Dalam model pembelajaran jigsaw siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii,
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw adalah model belajar kooperatif dengan
cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif
dan bertanggung jawab secara mandiri.
Berdasarkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang
b. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan
semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
f. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
g. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi
h. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada
persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
i. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
telah didiskusikan
j. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Menurut Abidin (2014:256) kelebihan dan kelemahan dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berlatih
komunikasi
b. Adanya interaksi social yang baik dalam kelompok
c. Membuat siswa lebih aktif dan kreatif
d. Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai
prestasi yang baik.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
1) Diperlukan kesadaran siswa untuk memaksimalkan kinerjanya
2) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang dalam
pembuatan bahan ajar
Membutuhkan biaya yang cukup besar.
Abidin
(2014:256)
menyatakan
terdapat
beberapa
kelebihan
dan
kekurangan model pembelajaran Think Pair Share. Kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yaitu: (a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan berlatih komunikasi, (b) Adanya interaksi sosial yang baik dalam
kelompok, (c) Membuat siswa lebih aktif dan kreatif, (d) Dengan adanya
penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai prestasi yang baik.
Disamping kelebihan dari pembelajaran Jigsaw ada juga Kelemahannya,
menurut Abidin (2014:256) yaitu: (a) Diperlukan kesadaran siswa untuk
memaksimalkan kinerjanya, (b) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan
yang matang dalam pembuatan bahan ajar, (c) Membutuhkan biaya yang cukup
besar.
C. Metode Penelitian
Rancangan
penelitian
yang
digunakan
adalah
eksperimen
semu.
Eksperimen semu adalah eksperimen yang hanya menggunakan satu kelas tanpa
kelas pembanding. Adapun desain eksperimen yang digunakan berbentuk desain
eksperimen semu kategori pre-test and post-test group. Adapun desain ekpesimen
semu menurut Arikunto (2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut :
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
O1 X O2
Keterangan :
O1
: Pre-test
X
: Penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam kelas
O2
: Post-test
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah
200 siswa dan sebagai sampel kelas VII.6 dengan jumlah 34 siswa yang diberi
perlakuan pembelajaran matematika dengan model Jigsaw yang dipilih secara acak
(random). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes, observasi dan angket. Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk
memperoleh dan mengukur data tentang hasil belajar matematika siswa pada kelas
eksperimen. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian,
Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Adapun observasi ini dilakukan saat pelaksanaan model
pembelajaran Jigsaw dalam kelas dengan guru pamong atau teman sejawat yang
menjadi observer, Pemberian angket dilakukan setelah pelaksanaan penerapan
model pembelajaran
Jigsaw dalam kelas. Jumlah pernyataan yang di jawab
responden dalam hal ini siswa sebanyak 10 item. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif pada data tes, observasi
dan angket.
D. Data Penelitian dan Pembahasan
1.
Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret
2016 di kelas VII.6 di SMP Negeri 6 Lubuklinggau. Pelaksanaannya dilakukan
secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlangsung di sekolah
tersebut. Model pembelajaran yang digunakan adalah model kooperatif tipe Jigsaw
pada materi pokok himpunan. Soal yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak 7
soal. Namun sebelum digunakan soal ini di ujicobakan di kelas yang lebih tinggi
yaitu kelas VIII. Berdasarkan hasil analisis uji intrumen dengan melihat validitas
soal, reabilitas soal, daya pembeda dan tingkat kesukaran didapat bahwa dari tujuh
soal, hanya enam soal yang dipakai. Soal nomor 5 tidak dapat digunakan karena soal
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
tidak valid. Sehari sebelum pertemuan pertama dilaksanakan, peneliti mengadakan
sosialisasi tentang pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw. Sosialisasi ini
perlu dilaksanakan mengingat pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini
belum pernah diterapkan sebelumnya. Peneliti juga menginformasikan materi yang
akan diajarkan dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini yaitu materi pokok Diagram
Venn
Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah lima kali pertemuan
dengan rincian satu kali pemberian tes awal, tiga kali proses pembelajaran dengan
model kooperatif tipe Jigsaw dan satu kali pemberian tes akhir. Berdasarkan hasil
pretest, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas Vll.6 adalah 53,65 Jadi
secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif kemampuan awal siswa
sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk kategori belum tuntas.
Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap
materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan
hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu
82.76. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah
penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk dalam kategori tuntas.
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
posttest mengalami peningkatan sebesar 29,11 dan jumlah siswa yang tuntas juga
mengalami peningkatan sebesar 85,29%. Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan
hasil belajar siswa dapat dilihat pada garafik 1 dibawah ini.
Grafik 1
Rata-rata dan Ketuntasan Belajar
90
82.76
80
70
60 53.65
50
40
30
20
10
0
Nilai Rata-Rata
8529%
pretes
postes
0
Ketuntasan Belajar
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Dikarenakan penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen
semu maka data yang diuji kenormalannya hanya data postest sedangkan data
pretest tidak digunakan. Data pretest hanya digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw.
Berdasarkan hasil postest diperoleh rata-rata ( x ) sebesar 82,76 dan simpangan baku
(s) sebesar 8,52. untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas
dengan uji kecocokan  2 (chi kuadrat).
2. Pembahasan
Setelah dilakukan perbandingan hasil pretest dan postest maka dapat
diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Pada pretest nilai rata-rata siswa
( x ) sebesar 53,65 dan setelah penerapan model kooperatif tipe jigsawe rata-rata
hasil belajar siswa ( x ) meningkat menjadi 82.76. Peningkatan yang terjadi sebesar
29,11. Jika dibandingkan dengan data pretest, terdapat pula peningkatan jumlah
siswa yang tuntas. Jika pada pretest ketuntasan siswa 0% setelah penerapan model
kooperatif tipe Jigsaw siswa yang tuntas mencapai 85,29%. Jadi terdapat
peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 85,29%.
Berdasarkan analisis rekapitulasi nilai rata-rata kelompok untuk tiap tes
yang dilakukan setiap pertemuan diperoleh bahwa pada pertemuan pertama rata-rata
kelompok sebesar 41,46. Jumlah tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar
sebanyak 3 kelompok dari 9 kelompok yang ada. Kecilnya rata-rata ini mungkin
disebabkan anggota tiap kelompok masih belum melaksanakan peranannya masingmasing antara pembagian tugas dalam team investigasi yang akan ke kelompok lain.
Pada pertemuam kedua nilai rata-rata kelompok meningkat menjadi 61,46. Jumlah
tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 6 kelompok dari 9
kelompok yang ada. Peningkatan ini cukup besar karena anggota kelompok telah
bisa melakukan peranannya masing-masing walaupun belum maksimal. Pada
pertemuan ketiga nilai rata-ratanya meningkat lagi menjadi 72,72. Jumlah tim ahli
yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 8 kelompok dari 9 kelompok yang
ada. Pada pertemuan ini kendala-kendala teknis seperti siswa ribut atau malas tidak
terlihat lagi. Tiap anggota kelompok melaksanakan peranannya sangat baik,
walaupun masih ada satu kelompok yang membutuhkan bimbingan namun dalam
pelaksanaannya ini tidak menganggu kinerja kelompok lain. Jadi dapat dikatakan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kelompok untuk setiap pertemuan yang
dilakukan.
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Hal yang tampak saat pertama kali diterapkan model kooperatif tipe
Jigsaw di kelas pada pertemuan pertama siswa merasa aneh kenapa mereka diminta
untuk berpikir kemudian berpasangan dan berbagi. Namun setelah dijelaskan
tentang model kooperatif tipe Jigsaw, siswa terlihat tertarik namun masih belum
mengerti cara pelaksanaannya. Sehingga pada pertemuan pertama ini hanya 5 siswa
dari 34 siswa yang menjawab. Pada pertemuan pertama ini penelitipun kewalahan
menghadapi ributnya siswa mencari pasangan kelompok mereka atau saat
melaksanakan pembelajaran kelompok. Hal inipun menjadi pelajaran dan akan
direfkleksi untuk pertemuan berikutnya.
Nilai
Tertinggi
75
Tabel
Rekapitulasi Nilai Pertemuan Pertama
Nilai
Tuntas
Tidak Tuntas
Terrendah
5 siswa
29 siswa
64
(14,71%)
(85,29%)
Rata-Rata
Nilai
60,31
Adapun kendala yang tampak dalam penelitian ini untuk pertemuan
pertama adalah siswa-siswa yang pasif. Tahap diskusi kelompok yang seharusnya
menyelesaikan soal dengan berpikir dan berdiskusi dengan pasangan satu bangku
tetapi siswa masih memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi
pelajaran dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta
menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan yang lain sehingga terjadi
keributan. Untuk mengatasi kendala dalam penerapan model kooperatif tipe Jigsaw
tersebut guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang
harus siswa lalui. Hal ini dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya
dalam proses pembelajaran ini.
Tabel
Rekapitulasi Nilai Pertemuan Kedua
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terrendah
Tuntas
Tidak Tuntas
Rata-Rata
Nilai
81
72
15 siswa
(44,12%)
19 siswa
(55,88%)
71,21
Dikarenakan siswa telah mengenal pola pelaksanaan model kooperatif tipe
Jigsaw maka pada pertemuan kedua ini terlihat siswa telah mulai bisa mengikuti
kegiatan. Siswa terlihat aktif dan antusias dalam kelompok sehingga pada waktu sesi
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
tanya jawab banyak siswa yang bisa menjawab. Dari 15 siswa sebanyak 30 siswa
mampu merespon dengan cepat pertanyaan peneliti.
Nilai
Tertinggi
89
Tabel
Rekapitulasi Nilai Pertemuan Ketiga
Nilai
Tuntas
Tidak Tuntas
Terrendah
25 siswa
9 siswa
69
(73,53%)
(26,47%)
Rata-Rata
Nilai
79,69
Pada pertemuan ketiga tidak ada kendala yang berarti pada saat penerapan.
Fenomena dan kendala yang tampak setiap pertemuan dapat diatasi oleh peneliti
dengan bantuan guru pamong. Setiap akhir pertemuan peneliti mengadakan refleksi
dengan guru pamong, sehingga tiap pertemuan mengalami perbaikan pembelajaran
dan hasil belajar siswapun meningkat seiring dengan aktifnya siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa dinilai oleh observer melalui
empat indikator yang masing-masing terdiri dari tiga deskriptor. Rekapitulasi data
aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel:
Tabel
Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas
Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan I
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata
A. Visual
41,67%
50%
58,34%
58,34%
33,34%
66,67%
50%
46,67%
40%
49,45%
A. Lisan
50%
58,34%
50%
66,67%
58,34%
50%
50%
46,67%
53,33%
53,70%
A. Mendengar
41,67%
50%
58,34%
58,34%
50%
50%
50%
60%
60%
53,15%
A. Gerak
58,34%
66,67%
66,67%
58,34%
58,34%
75%
66,67%
60%
66,67%
64,01%
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan I
pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara
keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (64,01%), dan yang paling
rendah adalah aktivitas visual (49,45 %).
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Tabel
Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas
Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan II
Kelompok
A. Visual
A. Lisan
A. Mendengar
A. Gerak
1
50%
66,67%
50%
66,67%
2
75%
58,34%
58,34%
91,67%
3
75%
66,67%
58,34%
75%
4
58,34%
66,67%
58,34%
66,67%
5
58,34%
75%
50%
66,67%
6
66,67%
50%
50%
75%
7
58,34%
50%
66.67%
66,67%
8
53,33%
60%
66,67%
60%
9
53,33%
60%
73,33%
73,33%
Rata-rata
60,93%
61,48%
59,08%
71,30%
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan II
pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara
keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (71,30%), dan yang paling
rendah adalah aktivitas mendengar (59,08 %). Pada pertemuan kedua ini keaktifan
siswa terjadi peningkatan pada aktivitas gerak sedangkan yang paling rendah
bergeser pada pada aktivitas visual, berbeda dengan pertemuan yang pertama, yang
terendah terdapat pada aktivitas visual.
Tabel
Rekapitulasi Persentase Data Aktivitas
Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan III
Kelompok
A. Visual
A. Lisan
A. Mendengar
A. Gerak
1
50%
75%
66,67%
91,67%
2
66,67%
58,34%
58,34%
91,67%
3
75%
66,67%
58,34%
75%
4
75%
66,67%
75%
75%
5
75%
75%
58,34%
83,33%
6
66,67%
50%
50%
75%
7
58,34%
50%
66,67%
83,33%
8
53,33%
60%
66,67%
60%
9
60%
60%
80%
73,33%
Rata-rata
64,45%
62,41%
64,45%
78,70%
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan III
pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara
keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (78,70%), dan yang rendah
adalah aktivitas lisan (62,41%). Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
dominan dan semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil
analisis data keempat indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi
peningkatan keaktifan siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata
71,34%. Dan yang paling rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase
rata-rata 58,28%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama
diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw terjadi peningkatan aktivitas belajar
siswa.
Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin dominan dan semakin
meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data keempat
indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi peningkatan keaktifan
siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata 71,34%. Dan yang paling
rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase rata-rata 58,28%. Sedang
untuk melihat respon siswa peneliti menyebarkan angket. Berikut hasil rekapitulasi
nilai angket siswa.
Tabel 4.10
Rekapitulasi Persentase Data Respon Siswa
No
1
2
3
4
5
Pernyataan
Saya lebih suka pelajaran matematika dari pada pelajaran lain
Bagi saya pelajaran matematika karena merupakan pelajaran
yang menyenangkan
Saya terpaksa belajar matematika karea merupakan salah satu
pelajaran yang wajib diikuti
Pelajaran matematika sangat merpotkan karena harus disiapkan
secara khusus
Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari0hari
Pelajaran matematika tidak dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
Ne;ajar matematika dengan model pembelajaran jigsaw tidak
7
menarik dan membosankan
Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
8
jigsawmembuat saya senang dan tertarik terhadap matematika
Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
9 Jigsaw tidak ada bedanya dengan pembelajaran matematika
seperti biasanya
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model
10 pembelajaran Jigsaw memudahkan saya memahami materi
6
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Persentase
(%)
95
98
78
81
94
55
93
95
48
88
11
12
13
14
Cara dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw bias
membuat saya dapat memakai matematika dalam kehidupan
sehari-hari
Saya lebih senang belajar matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Jigsaw daripada pembelajaran biasa
Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
Jigsaw tidak bermanfaat bagi saya
Saya merasa tertekan dan tegang selama pembelajaran
matematika berlangsung
83
76
47
50
15 Suasana belajar berlangsung menyenangkan dengan modal ini
69
16 Guru dapat mengolah kelas dengan baik
63
17 Cara guru mengajar di kelas tidak menyenangkan
41
Suasana belajar menjadi tidak menyenangkan dengan model
pembelajaran Jigsaw
Saya tidak berminat mengikuti belajara matematika seperti yang
19
telah diikuti saat ini
Saya berminat untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya
20
seperti yang telah saya ikuti sekarang saya
18
41
38
48
Setelah dihitung rata-rata respon siswa di dapat 69% di mana termasuk
kategori sedang.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah
diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai
postest sebesar 82,76 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar
85,29%.
DAFTAR PUSTAKA
Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.
Download