analisis kinerja saham berdasarkan tingkat

advertisement
ANALISIS KINERJA SAHAM BERDASARKAN
TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKONYA
PADA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
ALIK PRADITA
H24062837
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ANALISIS KINERJA SAHAM BERDASARKAN
TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKONYA
PADA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ALIK PRADITA
H24062837
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Saham Berdasarkan Tingkat pengembalian dan
Risikonya pada Saham Sektor Industri Pertanian di Bursa Efek
Indonesia
Nama
: Alik Pradita
NIM
: H24062837
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM)
NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1988, yang merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara dari seorang ayahanda bernama Ir. Agus
Cahyono. Dengan didampingi oleh dua orang ibu yang memberikan kasih
sayangnya, penulis merasa bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK KUSUMA JAYA Bogor pada
tahun 1994, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 03 Ciampea dan selesai
pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Bogor dan pada tahun 2006 studinya di
Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor selesai. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor (USMI). Selanjutnya pada tahun 2007, penulis diterima di
Departemen Manajemen, IPB setelah melalui seleksi Indeks Prestasi Kumulatif.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan
seperti panitia MPF-MPD di departemen Manajemen pada tahun ajaran 20082009 dan panitia Economic Contest pada tahun 2008 di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Selain itu, penulis juga merupakan salah satu anggota dari organisasi
kemahasiswaan bernama ENTER yang bergerak pada kegiatan entrepreneurship.
Penulis juga merupakan seorang guru les private untuk tingkatan Sekolah Dasar
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Penulis juga pernah melakukan praktik kerja selama masa liburan. Pada Juli
2008-Agustus 2008 penulis melakukan praktik kerja di PT. Krakatau Steel pada
Marketing Division, selanjutnya pada Juli 2009-Agustus 2009 penulis melakukan
praktik kerja di PT. TASPEN pada Finance Division. Saat ini, penulis sudah
diterima bekerja di PT. Maretzka Kirana Technologies salah satu perusahaan
swasta di Jakarta yang bergerak di bidang IT sebagai Associate Project Manajer.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Rabb semesta alam yang telah
memberikan akal kepada manusia agar dapat merenungkan apa tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang indah ini, dan tidak lupa pula
shalawat serta salam penulis haturkan kepada utusan Allah SWT yang paling
akhir, Nabi Muhamad SAW, yang telah memberikan perilaku yang baik dan benar
di alam semesta ini.
Skripsi ini membahas tentang “Analisis Kinerja Saham Berdasarkan Tingkat
Pengembalian dan Risikonya Pada Saham Sektor Industri Pertanian di Bursa Efek
Indonesia”. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
para investor yang akan menginvestasikan uangnya pada saham di pasar modal.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik agar penulisan di masa
mendatang menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, 2 Oktober 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang besar kepada :
1. Ayahanda tercinta, Ir. Agus Cahyono yang telah merelakan waktu dan
tenaganya bagi penulis demi kelancaran studi penulis selama masa
perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.
2. Kedua Ibunda tercinta, kakakku Ima Hening Anindita, S.Ik. dan adikku
tersayang Yeny Ratnasari yang memberikan dukungannya secara moril
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian dan
kesabarannya dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan
pendapat, masukan serta arahan kepada penulis hingga terselesaikannya
skripsi ini.
4. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME. dan Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE,
MM. selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan
masukan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, Msc selaku ketua Departemen Manajemen.
6. Semua pihak Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan pengambilan data sekunder yang sangat
dibutuhkan pada penelitian ini.
7. Teman-teman satu bimbinganku, Dwi Tia Komala Sari, Anisa Tiara,
Diah Ayu, Ayuningtiyas dan Cecilia Laberta atas semangat, motivasi,
kasih sayang, perhatian dan bantuan moril dan doanya baik secara
langsung maupun tidak, kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabatku, Siti Mulyanti, Hana Tsurayya, Raniasari, Lisma Apriani dan
Ranti Pusparini, atas dukungan, semangat, motivasi, bantuan, dan
doanya serta persahabatan yang indah selama ini.
9. Teman tersayang Emilda, Vitri, Astry, Dian, Astrid, dan Afif yang telah
menemani penulis dan memberikan kesan persahabatan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuanganku, Manajemen 43 yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
11. Seseorang yang telah hadir dengan memberikan kasih sayang yang
penuh, motivasi serta pendapatnya kepada penulis.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namanya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, 2 Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTA…………………………………………………………... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………...
DAFTAR ISI
v
…………………………………………………………….... vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
………………………………………………….............. ix
…………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang
……………………………………………...............
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………................
1.3. Tujuan Penelitian
……………………………………………….
1.4. Manfaat Penelitian
……………………………………...............
1.5. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….
1
4
5
6
6
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….
7
2.1. Investasi
………………………………………………………
2.1.1. Tujuan Investasi .......................................................................
2.1.2 Proses Investasi .......................................................................
2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan ……………................
2.3. Penilaian Saham
……………………………………………….
2.3.1. Penilaian Saham Preferen ........................................................
2.3.2. Penilaian Saham Biasa .............................................................
2.4. Tipe Investor
……………………………………………………..
2.5. Analisis Kinerja Saham
………………………………………….
2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return) ..............................................
2.5.2. Tingkat Pengembalian yang di harapkan .................................
2.5.3. Risiko ..................................................................................
2.6. Penelitian Terdahulu
………………………..............................
7
7
8
10
15
15
15
16
17
17
18
19
20
III. METODOLOGI PENELITIAN………………….…………………...
23
3.1. Kerangka Pemikiran
……………………………………….
3.2. Metodologi Penelitian
………………………………...............
3.2.1. Pengumpulan Data ...................................................................
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................
23
26
26
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
…………………………………….
29
4.1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia …….................
4.1.1. Era Pasca Perang Dunia II ...............................................
29
29
4.1.2. Era Pra Deregulasi .................................................................... 30
4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) ....................................................... 31
4.1.4. Era Pasca Deregulasi ................................................................ 31
4.2. Bursa Efek Indonesia (BEI) .............................................................. 33
4.3. Perusahaan-perusahaan Sektor Industri Pertanian di BEI ..................... 34
4.4. Perspektif Terhadap Sektor Pertanian ................................................ 35
4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham di BEI .. 36
4.5.1. Faktor Makro ............................................................................. 36
4.5.2. Faktor Mikro ............................................................................. 42
4.6. Analisis Kinerja Saham pada Saham-saham
Sub Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia .................................. 43
4.7. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Corps pada Sektor Pertanian
di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ..................................................... 44
4.8. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Plantation pada Sektor
Pertanian
di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ....................................................... 46
4.9. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Animal Husbanry pada
Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ............................ 50
4.10. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Fishery pada Sektor Pertanian
di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ..................................................... 51
4.11. Hal-hal yang Menjadi Kendala .............................................................. 53
4.13. Implikasi Manajerial .............................................................................. 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 56
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 56
5.2. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
..................................................................................... 58
………………………………………………………………… 60
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Volume dan Value Perdagangan Saham
di BEI Pada Tahun 2008 dan2009 ……………………………….
2. Manfaat Ekonomis Penggabungan BES dan BEJ
5
………………...
34
3. Kode Saham dan Pembagian Sub Sektor Perusahaan
Sektor Industri Pertanian .................................................................
34
4. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Corps……… 45
5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Corps .......
46
6. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Plantation …………………………………………………………..
47
7. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor
Plantation ........................................................................................
49
8. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Animal Husbandry………………………………………………….
50
9. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor
Animal Husbandry ...........................................................................
51
10. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Fishery …………………………………………………………..
51
11. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor
Fishery ............................................................................................
53
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kurva Perkembangan Volume Perdagangan Saham
di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008-2009 .............................
2. Hubungan Risiko dan Pengembalian
……………………………..
3. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi
.....................................
4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko
5. Kerangka Pemikiran Konseptual
2
11
14
...............................
17
....................................................
25
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Nama-nama Perusahaan Sektor Industri Pertanian
......................... ….
61
2. Data Harga Saham Bulanan Pada 2008-2009
…………………...
62
3. Daftar Pembagian Deviden Selama Tahun 2008-2009 ………………....
64
4. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham
Sub Sektor Corps
………………....
65
5. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham
Sub Sektor Plantation
………………....
66
6. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham
Sub Sektor Animal Husbandry
………………....
67
7. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham
Sub Sektor Fishery
………………....
68
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat telah menyebabkan
investasi mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan
keadaan yang terjadi. Investasi merupakan salah satu indikator dalam melihat
dan mengukur perekonomian suatu negara. Semakin berkembang dan
majunya perekonomian suatu negara biasanya alternatif investasi yang di
tawarkan akan semakin banyak dan bervariasi. Oleh karena itu, setiap
investor sebaiknya dapat memilih investasi yang tepat agar memperoleh
tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Dalam era globalisasi, setiap negara
harus tunduk pada peraturan organisasi ekonomi regional dan organisasi
ekonomi dunia. Setiap negara akan berusaha meningkatkan efisiensi atau
menghindari ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing dalam harga. Salah
satu cara untuk menekan ekonomi biaya tinggi adalah dengan menggiring
perusahaan swasta masuk ke pasar modal agar struktur modal perusahaan
menjadi lebih baik, lebih efisien dan lebih terkendali oleh masyarakat
(Samsul, 2006).
Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill
atau real asset (membangun pabrik, membuat produk baru, menambah
saluran distribusi, dan sebagainya), pada aktiva finansial (financial asset),
atau sekuritas (membeli sertifikat deposito, commercial paper, saham,
obligasi ataupun sertifikat reksadana). Menurut Sawidji Widiatmojo (2007),
financial asset terbagi kedalam dua hal yaitu pasar uang dan pasar modal.
Pasar uang diantaranya adalah sertifikat deposito, commercial paper , SBPU
(Surat Berharga Pasar Uang), dan lain sebagainya. Sedangkan pada pasar
modal diantaranya adalah saham, obligasi, waran, opsi dan surat berharga
lainnya.
Perekonomian Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat
tinggi dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari pertumbuhan
investasi di pasar modal yang sangat tinggi pula. Pada jurnal Warta Dana
Pensiun, disebutkan bahwa Indonesia setelah mengalami keterpurukan
ekonomi pada tahun 2008, tanda-tanda pemulihan ekonomi di 2009 mulai
nampak. Data kuartal I tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan Gross
Domestic Product (GDP) sebesar 4.4%,
neraca pembayaran luar negeri
surplus sebesar USD 1,8 M, serta cadangan devisa mencapai USD 56,6 M.
Sementara itu, dana reksa sekuritas merilis menguatnya indeks kepercayaan
konsumen hingga 87,8 %, tertinggi dalam dua tahun terakhir serta bursa
saham nampak kembali bergairah.
Gambar 1. Kurva Perkembangan Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2008-2009 (Bursa Efek Indonesia, 2009).
Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan di masingmasing negara. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender yaitu pihak yang
mempunyai kelebihan dana kepada borrower yaitu pihak yang memerlukan
dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders
mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tesebut.
Sedangkan dari pihak borrowers tersedianya dana dari pihak luar
memungkinkan mereka untuk melakukan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam hal ini, akan terjadi
peningkatan produksi, sehingga secara keseluruhan akan terjadi peningkatan
kemakmuran. Fungsi keuangan dilakukan dengan tersedianya dana yang
diperlukan oleh borrowers serta tersedianya dana yang diberikan oleh para
lenders tanpa harus terlibat langsung di dalam kepemilikan aktiva rill yang
diperlukan dalam kepemilikan investasi. Pasar modal dapat menjadi alternatif
penghimpunan dana selain sistem perbankan.
Sebagian besar saham pada pasar modal selalu mengalami fluktuasi
harga. Investasi pada saham harus dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga pada
saham. Hal ini mengharuskan investor mengetahui kondisi apa saja yang
dapat mempengaruhi naik dan turunnya harga saham mereka di pasar modal.
Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan memilih
saham yang efisien yaitu saham yang memiliki risiko yang minimal pada
tingkat keuntungan tertentu atau saham yang memiliki tingkat keuntungan
maksimal pada risiko tertentu, maka investor dapat memaksimalkan tingkat
pengembalian yang akan diperoleh.
Negara Indonesia sampai saat ini masih dikenal sebagai negara agraris,
dimana dalam sejarahnya, sektor pertanian memiliki peranan yang besar
untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia. Namun, pesatnya
perkembangan sektor industri lainnya tidak diikuti dengan perkembangan
pertanian di Indonesia dan berdampak pada tergesernya peranan industri
pertanian dalam memajukan perekonomian. Keadaan ini terindikasi oleh
kecilnya volume dan value saham sektor industri pertanian di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jika investor mengetahui kinerja setiap saham pada sektor
industri pertanian, maka ini dapat menjadikan saham pertanian sebagai salah
satu alternatif investasi sesuai dengan preferensi mereka. Pemilihan sekuritas
di BEI yang dilakukan oleh para investor berpengaruh terhadap
perkembangan sektor industri yang bersangkutan. Banyaknya jumlah emiten
dan besarnya nilai saham pertanian yang diperjualbelikan di pasar modal
dapat menjadikan semakin efisiennya saham pertanian serta memaksimalkan
keuntungan bagi perusahaan dan industri pertanian di Indonesia.
Investor yang mulai melirik saham pertanian secara otomatis akan
melakukan
optimalisasi dengan
melakukan portofolio saham untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar. Dampak dari
optimalisasi pasar modal adalah terciptanya stabilitas sosial, karena pasar
modal menggunakan prinsip full disclosure, yang menuntut perusahaan yang
telah go public membuka informasi tentang dirinya secara transparan.
Pengungkapan usaha perusahaan tersebut bukan hanya mengenai prospek saja
tetapi juga risiko usaha. Selain itu, dengan semakin banyaknya perusahaan
pertanian yang masuk ke pasar modal perusahaan tersebut memberikan
keuntungan secara politis yaitu transparansi informasi atau ekonomis dalam
melakukan fungsi ekonomi dan finansial yang sudah dibahas sebelumnya.
Perusahaan yang sudah masuk dapat melakukan perencanaan keuangan
dengan baik, sehingga perusahaan pertanian di Indonesia bisa berjalan lebih
fleksibel (Suta, 2000).
1.2. Perumusan Masalah
Saham sektor pertanian di BEI, belum menunjukkan perkembangannya.
Sedikitnya volume serta value perdagangan saham pada sektor ini
mengindikasikan bahwa sektor pertanian belum dapat dikatakan sebagai
sektor yang diminati oleh para investor. Volume dan value perdagangan
saham BEI ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan mengetahui kinerja setiap
saham pada sektor industri pertanian, maka investor dapat melakukan
pemilihan portofolio sahamnya sesuai dengan preferensi mereka.
Karakteristik sektor pertanian yang berisiko tinggi diduga kuat menjadi
penyebab rendahnya minat lembaga pembiayaan untuk mendanai sektor ini
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Sektor pertanian
yang sarat akan risiko memiliki ancaman yang tinggi baik dalam produksi
maupun jatuhnya harga. Disamping itu, pertumbuhan pasar modal dalam
sektor indusri selain pertanian di Indonesia yang cenderung meningkat
mengakibatkan para investor beralih untuk menginvestasikan dana yang
mereka miliki. Hal ini, disebabkan investor menginginkan tingkat
pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya.
Dalam berinvestasi pada saham, investor tidak dapat lepas dari faktor
ketidakpastian (risiko).
Tabel 1. Volume dan value perdagangan saham BEI pada tahun 2008
dan 2009
Klasifikasi
Industri
2008
Volume
%
Value (JtRp)
2009
%
(Jt)
Volume
%
Value (JtRp)
%
(Jt)
Pertanian
84,172
10.68
81,293,244
7.64
64,768
4.41
42,575,345
4.45
Pertambangan
127,217
16.15
431,619,728
40.55
335,378
22.85
368,063,760
38.45
Industri Dasar
46,588
5.91
50,439,200
4.74
50,506
3.44
42,384,579
4.42
14,210
1.80
42,427,831
3.99
24,636
1.68
49,639,054
5.19
21,696
2.75
26,448,977
2.48
32,977
2.25
42,150,672
4.40
116,688
14.81
38,582,707
3.62
211,469
14.41
53,368,976
5.58
118,283
15.01
164,772,368
15.48
310,937
21.19
161,799,151
16.90
Keuangan
144,391
18.33
157,052,862
14.75
74,507
5.08
129,039,837
13.48
Perdagangan,
114,600
14.55
71,890,598
6.75
362,481
24.70
68,149,385
7.12
787,845
100
1,064,527,515
100
1,467,659
100
957,134,759
100
dan Kimia
Aneka
Industri
Industri
Barang dan
Konsumsi
Properti dan
real estate
Infrastruktur,
utility dan
Transportasi
Jasa dan
Investasi
Total
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009.
Dengan mengetahui kinerja setiap saham investor akan mampu
mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu dan
risiko minimal atau dengan tingkat risiko tertentu dan tingkat pengembalian
yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah
yang akan diteliti ialah :
1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor
pertanian di BEI?
2.
Bagaimana kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat
pengembalian dan risikonya?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga
saham sektor pertanian di BEI.
2. Menganalisis kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat
pengembalian dan risikonya.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi para investor dalam menginvestasikan dana yang
mereka miliki pada pasar modal, khususnya dalam sektor pertanian.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan penunjang
studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan adalah
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham,
khususnya saham industri pertanian. Selain itu batasan lainnya adalah
menganalisis kinerja setiap saham terseleksi pada masing-masing sub sektor
pertanian, yaitu saham yang terdaftar selama periode penelitian di pasar
modal Bursa Efek Indonesia (BEI).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi
Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
(Kamaruddin, 2004).
Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill
maupun pada sekuritas. Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal,
baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu obyek dengan tujuan
memperoleh
keuntungan
selama
periode
tertentu.
Karena
pemodal
menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila
pemodal mengharapkan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi,
maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu
karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk melakukan
portofolio investasi. Pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan
diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Karena itulah,
perlu dipahami proses investasi, yaitu dimulai dari proses kebijakan
investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut.
2.1.1. Tujuan Investasi
Menurut Kamaruddin Ahmad (2004), ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaktidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa
yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
memilih
perusahaan
atau
objek
lain,
seseorang
dapat
menghindarkan kekayaan atau harta miliknya sehingga tidak
merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia
banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.
Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009), tujuan dari
investasi
antara
lain
adalah
untuk
terciptanya
continuity
(keberlanjutan) dalam investasi tersebut, terciptanya profit yang
maksimum, terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham,
serta memberikan andil bagi pembangunan suatu negara.
2.1.2. Proses investasi
Menurut Suad Husnan (2003), proses investasi menunjukan
bagaimana seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas,
yaitu sekuritas apa saja yang dipilih, seberapa banyak dan kapan
investasi tersebut dilakukan. Untuk mengambil keputusan ini, langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kebijakkan investasi
Disini, pemodal perlu menentukan apa tujuan dari investasinya,
dan berapa besar investasi tersebut dilakukan. Ada hubungan yang
positif antara risiko dan pengembalian investasi, sehingga pemodal
tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemodal hendaknya
menyadari ada kemungkinan untuk menderita kerugian, sehingga
tujuan investasinya harus dinyatakan baik dalam keuntungan
maupun
risiko.
Jumlah
dana
yang
akan
diinvestasikan
mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dan resiko yang
ditanggung. Pemodal yang bersedia menanggung resiko yang lebih
besar (dan karenanya mengharapkan keuntungan yang lebih besar),
akan mengalokasikan dananya pada sekuritas tertentu. Pemodal
yang meminjam dana dan mendiversifikasikannya pada berbagai
saham, akan menanggung resiko yang lebih tinggi daripada
pemodal yang menggunakan seratus persen modalnya sendiri.
2. Analisis sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individu (atau
sekelompok sekuritas). Terdapat dua filosofi dalam melakukan
analisis sekuritas. Pertama yang berpendapat bahwa ada sekuritas
yang mispriced yang mana analisis dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini,
tetapi pada garis besarnya cara-cara tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal menggunakan perubahan data di masa yang lalu
sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa
mendatang.
Sedangkan
mengidentifikasikan
analisis
prospek
fundamental
perusahaan
berupaya
untuk
bisa
memperkirakan harga saham di masa mendatang. Yang kedua
adalah pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada
sekuritas yang mispriced, analisis tidak dapat mendeteksinya.
Dengan demikian, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi
resiko para pemodal.
3. Pembentukan portofolio
Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana
yang akan dipiih dan beberapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas. Pemilihan sekuritas
dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung.
4. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan penanggulangan terhadap tiga tahap
sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan
terhadap portofolio yang telah dimiliki. Perubahan dilakukan kalau
dirasa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau
tidak sesuai dengan preferensi pemodal.
5. Evaluasi kinerja Portofolio
Dalam tahap ini, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan
yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar, jika
suatu portofolio memberikan keuntungan lebih tinggi pasti lebih
baik dari portofolio lainnya. Dalam hal ini faktor risiko perlu
dimasukkan.
2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan
Keputusan yang diambil oleh para manajer keuangan berasal dari sepuluh
prinsip dasar yang membentuk manajemen keuangan. Sebagian investor ada
yang menyerahkan keputusan investasinya di pasar modal pada manajer
investasi.
Dalam Keown et all (2004), sepuluh prinsip yang membentuk
manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
1. Adanya keseimbangan antara risiko dan pengembalian
Investasi yang dilakukan oleh para investor tidak lain memiliki tujuan
untuk mendapatkan tingkat pengembalian tertentu di masa yang akan
datang. Para investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih besar
dari tingkat inflasi yang diperkirakan. Alternatif-alternatif investasi
mempunyai sejumlah risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda.
Terkadang para investor lebih menyukai menanamkan modalnya pada
investasi yang memiliki risiko yang tinggi dengan penawaran tingkat
pengembalian yang tinggi pula. Namun, ada sebagian orang yang enggan
menggunakan uang yang mereka miliki saat ini untuk melakukan berbagai
investasi, mereka lebih menyukai melakukan penundaan konsusmsi atas
uangnya (menabung).
Adapun hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian ditunjukan
pada Gambar 2. Disebutkan dalam prinsip pertama yang membentuk
manajemen keuangan bahwa jangan menambah risiko pada sejumlah
modal yang dimiliki, kecuali terdapat kompensasi berupa tambahan
pengembalian atas investasi yang dilakuakan. Hal ini berarti, investor
sebaiknya mengetahui dengan pasti kinerja setiap saham melalui ukuran
risiko dan tingkat pengembaliannya.
Expected Return
Pengembalian atas penambahan risiko
Pengembalian atas penundaan konsumsi
Risiko
Gambar 2. Hubungan Risiko dan Pengembalian
2. Nilai waktu uang (opportunity cost)
Uang yang diterima pada saat ini jauh lebih berharga dari pada uang yang
diterima di masa yang akan datang. Konsep nilai waktu uang mengacu
pada biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menghasilkan pendapatan
saat ini. Pada prinsipnya, uang yang akan diterima saat ini adalah ukuran
risiko yang telah dijelaskan pada prinsip 1 manajemen keuangan.
Sehingga, dalam menghitung nilai sekarang harus dipahami bahwa tingkat
suku bunga yang dipakai akan semakin besar untuk proyek-proyek yang
lebih berisiko.
3. Kas adalah raja dalam manajemen keuangan
Dalam mengukur kekayaan perusahaan digunakan arus kas bukan laba
yang diperoleh. Uang kas adalah sesuatu yang secara rill diterima dan
dapat diinvestasikan kembali oleh perusahaan.
4. Pertambahan arus kas
Tambahan arus kas adalah perbedaan arus kas yang diterima oleh
perusahaan antara dua keputusan yaitu keputusan untuk mengambil atau
tidak proyek yang bersangkutan. Harus ada selisih nilai yang positif dalam
arus kas untuk mengambil keputusan usaha.
5. Kondisi persaingan pasar
Kunci untuk mendapatkan investasi yang menguntungkan adalah dengan
mengerti situasi dan kondisi persaingan pasar dimana perusahaan itu
berada. Industri dengan kondisi persaingan yang sempurna tidak akan
bertahan lama.
6. Pasar modal yang efisien
Tujuan manajer keuangan adalah menciptakan kekayaan bagi para
pemegang saham. Efisien tidaknya suatu pasar modal tergantung pada
seberapa cepat dampak informasi yang dicerminkan pada harga saham.
Cirri pasar modal yang efisien adalah banyaknya investor yang bereaksi
terhadap informasi baru yang diterima dengan jalan menjual ataupun
membeli surat berharga yang ada. Implikasi dari pasar yang efisien adalah
harga yang sudah tepat. Harga saham mencerminkan semua informasi
yang ada di masyarakat sehubungan dengan nilai yang ada di masyarakat.
7. Masalah keagenan
Manajer keuangan bekerja untuk para pemilik modal. Sebaiknya, para
manajer
keuangan
menyelaraskan
kepentingan
mereka
dengan
kepentingan para pemegang saham. Dengan kata lain, apa yang terbaik
bagi para pemegang saham juga harus menjadi yang terbaik bagi para
manajer. Jika tidak, maka para manajer akan mengambil keputusan hanya
berdasarkan kepentingan mereka semata tanpa mempertimbangkan
kekayaan para pemegang saham.
8. Pembiasan keputusan bisnis karena perpajakan
Dalam mengevaluasi suatu proyek baru, maka pajak penghasilan
memiliki peranan yang cukup berarti. Pada saat perusahaan menganalisis
pembelian suatu proyek atau peralatan, besarnya pengembalian atas
investasi harus dihitung berdasarkan nilai bersih setelah pajak.
Pemerintah menyadari masalah perpajakan dapat membiaskan keputusan
bisnis dan memanfaatkan pajak sebagai pendorong untuk memperbesar
pengeluaran dengan berbagai cara. Jika pemerintah ingin menciptakan
iklim investasi yang dapat mendorong timbulnya proyek penelitian dan
pengembangan, pemerintah akan menawarkan kredit pajak investasi untuk
proyek-proyek tersebut. Akibatnya, perusahaan akan memilih investasi
yang sebenarnya kurang menguntungkan bagi mereka.
9. Tidak semua risiko sama, ada beberapa risiko yang dapat didiversifikasi
Diversifikasi memungkinkan dua kejadian yang berlawanan saling
menutupi satu sama lain, sehingga dapat mengurangi variabilitas secara
keseluruhan. Dari susut pandang para pemegang saham, diversifikasi dapat
berarti pengurangan risiko yang akan diperoleh dengan cara melakukan
pemilihan saham yang tepat dan portofolio saham.
Beberapa risiko dapat dihapuskan melalui diversifikasi, sedangkan risiko
yang lainnya tidak dapat dihapuskan. Gambar 3 menunjukkan dengan
nyata apa yang dapat kita harapkan terjadi pada variabilitas pengembalian
ketika kita menambah saham tambahan pada portofolio tersebut.
Pengurangan terjadi karena sebagian dari pengembalian saham merupakan
suatu hal yang unik untuk surat berharga itu. Variabilitas pengembalian
yang unik dari saham tunggal cenderung dilawan oleh variabilitas unik
dari surat-surat berharga yang lain. Bagaimanapun, kita mestinya tidak
berharap untuk menghilangkan semua risiko dari portofolio kita. Dalam
praktiknya,
akan
lebih
sulit
untuk
membatalkan
semua
variasi
pengembalian suatu portofolio, sebab harga saham mempunyai beberapa
kecenderungan untuk bergerak bersama-sama, artinya suatu peningkatan
bursa saham cenderung menaikkan kebanyakan (tidak semua) saham. Agar
lebih efektif mengurangi besarnya penyimpangan pengembalian, kita bisa
berinvestasi kedalam berbagai perusahaan kecil dan besar di industri yang
berbeda, seperti halnya perusahan asing. Tetapi, kita tidak dapat
memindahkan semua risiko (variasi pengembalian). Dengan begitu, kita
dapat membagi total risiko (variable total) portofolio kita dalam dua jenis
risiko, yaitu risiko perusahaan spesifik dan risiko yang terkait dengan
pasar. Risiko perusahaan spesifik merupakan risiko yang dapat
didiversifikasikan, sedangkan risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan, ia tidak dapat dihapuskan tidak peduli berapa banyak
kita menganekaragamkan. Total risiko menurun, dan kemudian penurunan
menjadi lebih kecil. Risiko sisanya secara khas merupakan risiko pasar
portofolio. Pada posisi ini, portofolio kita sangat berhubungan dengan
semua surat-surat berharga di pasar. Peristiwa yang mempengaruhi
portofolio kita sekarang tidak sebanyak peristiwa khusus, tetapi berubah
pada peristiwa ekonomi yang umum atau peristiwa politik. Contohnya
perubahan suku bunga yang menurun dan undang-undang pajak yang
mempengaruhi perusahaan.
Karena kita dapat memindahkan risiko perusahaan unik itu, atau tidak
sistematis, maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasar akan
memberikan imbalan kepada kita dengan pengembalian tambahan atas
penggunaan risiko yang bisa dihindari begitu saja dengan melakukan
diversifikasi. Portofolio pasar adalah suatu hal yang mempunyai risiko
Deviasi Standar Tingkat Keuntungan
sistematis (tidak dapat didiversifikasikan).
Risiko
Total
Risiko Non-sistematis
Risiko Sistematik
Jumlah Saham Dalam Portofolio
Gambar 3. Pengurangan risiko dengan diversifikasi (Keown et all., 2004)
10. Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis
Perilaku etis berarti melakukan sesuatu yang benar. Namun, kesulitan
muncul ketika para manajer keuangan dihadapkan pada pilihan untuk
memutuskan sesuatu yang tidak benar namun memberikan pengembalian
yang lebih besar. Namun dalam manajemen keuangan terdapat
sekumpulan ataupun dasar hukum yang mengatur perilaku para manajer
keuangan, seperti peratutan dan kebijakan pemerintah.
2.3. Penilaian Saham
2.3.1. Penilaian Saham Preferen
Saham preferen seringkali disebut sebagai surat-surat berharga
hybrid, karena memiliki banyak karakteristik obligasi dan saham
biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Di sisi lain, saham preferen serupa
dengan obligasi karena jumlah deviden memiliki batas tertentu.
Ukuran deviden saham preferen pada umumnya ditetapkan, sehingga
pemilik saham preferen biasanya menerima penghasilan tetap di setiap
periode. Pemilik saham preferen tidak mempunyai hak dalam Rapat
Umum Pemegang Saham untuk menentukan keputusan-keputusan
perusahaan yang memerlukan pemungutan suara.
Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang
saham preferen (Vps) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Vps =
dimana :
D
Kps
………….(1)
Vps = Nilai sekarang dari saham preferen
D
= Nilai deviden tahunan
Kps = Tingkat Pengembalian yang diharapkan
2.3.2. Penilaian Saham Biasa
Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
Keuntungan yang dinikmati oleh para pemegang saham berasal dari
pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya
deviden yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung
pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (Husnan, 2003).
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengambil keputusan di
perusahaan emiten melalui pemungutan suara.
Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang
saham biasa (Vcs) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham serta
tingkat pertumbuhan.
Vcs =
dimana :
D
Kcs - g
………….(2)
Vcs = Nilai sekarang dari saham biasa
D
= Nilai deviden tahunan
K cs = Tingkat pengembalian yang diharapkan
g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan
g = ROE x r
…………..(3)
dimana :
g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan
ROE = Pengembalian atas ekuitas (penghasilan bersih/nilai buku per
saham)
r
= Tingkat penahanan laba
2.4. Tipe Investor
Dalam Mohamad Samsul (2006), dilihat dari kesediaanya menanggung
risiko investasi, seorang investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Risk taker
Investor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah investor yang
berani dalam mengambil risiko. Risk taker akan senang jika ditawari
saham yang memiliki fluktuasi harga yang tinggi. Hal ini dikarenakan
mereka tertarik dengan tingkat pengembalian yang lebih besar walaupun
risiko sahamnya juga besar.
2. Risk averter
Investor dengan kelompok risk averter adalah investor yang takut akan
risiko. Investor yang takut akan risiko akan lebih memilih saham dengan
risiko yang rendah, walaupun tingkat pengembaliannya juga rendah.
3. Risk indifferent
Investor yang termasuk dalam kelompok ini adalah investor yang berhatihati terhadap risiko. Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko
yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin besar
risiko yang dihadapi, semakin besar return yang diharapkan begitupun
sebaliknya. Hal tersebut dikenal dengan sebutan high risk high return, low
risk low return.
Return
Risk averter
Risk indefferent
Risk taker
Risiko
Gambar 4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko
2.5. Analisi Kinerja Saham
Pemilihan jenis saham untuk investasi berkaitan erat dengan tipe investor.
Namun,
dalam
memutuskan
mempertimbangkan
kinerja
pilihan
setiap
sahamnya,
saham
yang
investor
sebaiknya
menjadi
alternatif
investasinya.
Kinerja saham dapat dianalisis melalui berbagai pendekatan, salah satunya
adalah dengan memperhatikan tingkat keuntungan (return), tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return), serta nilai risikonya.
2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return)
Kegiatan investasi penuh dengan ketidakpastian. Seorang investor
tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi
yang
dilakukan.
Oleh
karena
itu,
seorang
investor
dapat
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya,
dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya menyimpang
dari hasil yang diharapkan dengan melakukan analisis kinerja terhadap
saham-saham yang akan dipilihnya.
Untuk menentukan seberapa besar return yang diperoleh dari
investasi yang dilakukan, maka perlu untuk menentukan besarnya
tingkat pengembalian dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian
merupakan
peningkatan
dalam
presentase
kekayaan
dengan
memegang investasi untuk suatu jangka waktu (Rodoni dan Othman,
2002). Tingkat keuntungan sama dengan presentase perbandingan
antara perubahan investasi pada jangka waktu tersebut dengan nilai
awal investasi, yaitu :
=
………………(3)
dimana :
Ri
= Tingkat keuntungan
D1
= Dividen yang dibagikan untuk satu jangka waktu investasi
P0
= Harga saham pada awal jangka waktu
P1
= Harga saham pada akhir jangka waktu
2.5.2. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Return)
Keuntungan yang diharapkan atau expected of Return, setiap asset
adalah rata-rata tertimbang dari return dengan menggunakan
probabilitas setiap return sebagai bobotnya. Expected Return
dikalkulasikan dengan menjumlahkan hasil kali dari return dengan
probabilitasnya. (Kamaruddin, 2004).
Dalam Iskandarsyah (2006), menurut Weston dan Copeland (1991)
digunakan persamaan mencari tingkat pengembalian yang diharapkan.
Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan jumlah dari
besarnya probabilitas perolehan atas investasi dikalikan dengan return
atas investasi pada beberapa pengamatan.
t
= ∑ P t . rt
t-1
……………….(4)
dimana :
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan
rt
= rate of return dari masing-masing saham
pt
= besarnya probabilitas perolehan return
t
= jumlah periode saham yang diamati
Menurut Suad Husnan (2003), dalam kejadian yang sebenarnya
tidak dapat dilihat adanya probabilitas dalam setiap kejadian.
Karenanya diasumsikan distribusi probabilitas return konstan. Tingkat
keuntungan yang diharapkan untuk tiap kejadian yang sama
(historical return), tidak lain merupakan nilai rataan dari tingkat
pengembalian yang diterima. Return ekspektasi dari suatu sekuritas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
…………….(5)
dimana :
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i
Rij
= tingkat pengembalian saham i pada periode ke j
N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.5.3. Risiko
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan untuk rusak, luka,
menyusut atau hilang. Dalam pengertian investasi, risiko selalu
dikaitkan dengan variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat
berharga. Risiko finansial yang digunakan dalam konteks ini diukur
dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan.
Distribusi probabilitas ini dapat dilihat secara objektif maupun
subjektif. Pengertian objektif disusun dengan mengukur data historis
dan menentukan tingkat probabilitasnya atas dasar data tersebut.
Sedangkan yang bersifat subjektif disusun dengan mengambil ramalan
seseorang dalam menentukan probabilitasnya. Tetapi, jika probabilitas
tidak stabil probabilitas historis dari tidak akan banyak membantu
dalam melakukan peramalan distribusi probabilitas yang akan datang.
Distribusi probabilitas dari return sangat penting untuk memperoleh
atau mengukur risiko finansial. (Kamaruddin , 2004).
Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat
keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang
diharapkan. Karena itu, risiko mempunyai dua dimensi, yaitu
menyimpang lebih besar atau menyimpang lebih kecil dari yang
diharapkan. Risiko berarti pemodal juga dihadapkan pada tingkat
keuntungan yang tidak pasti. Untuk mengetahui ukuran risiko,
digunakan ukuran penyebaran distribusi. Ukuran penyebaran ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh nilai kemungkinan
yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (Husnan,
2003). Ukuran risiko ini disebut juga ragam yang dirumuskan sebagai
berikut :
=
……………..(6)
dimana :
σi 2
= ragam saham i
Rij
= return pada saham i pada periode ke j
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham i
N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.6. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Novi Indah Kusuma Dewi (2006), mengenai kajian
kinerja reksa dana saham berdana kelolaan besar (periode Desember 2004Desember 2005) dipilih berdasarkan pertimbangan kelebihan yang dimiliki
oleh reksa dana yaitu investasi awal yang relatif kecil dan likuiditas yang
cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan reksa dana saham
berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan
risiko, menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan
besar berdasarkan risk adjusted measures of performance, mengetahui
seberapa besar variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat
diversifikasinya serta untuk mengetahui reksa dana saham kelolaan besar
yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan
risiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
periode Desember 2004-Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel dan menggunakan uji coefficient of variation
di mana risiko dihitung dari value at risk (VAR), metode risk adjusted
measures of performance dan uji koefisien determinasi. Reksa dana yang
memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko
(VAR), risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi
adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi
Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar,
Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan
karakteristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilainan kinerja superior,
yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar
(IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI).
Penelitian lain dilakukan oleh Reni Kusuma Dewi (2005), mengenai
kinerja investasi reksa dana saham di Indonesia (periode Januari 2004-Maret
2005). Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan bahwa reksa dana sangat menarik
bagi para investor kecil, karena untuk berinvestasi di dalamnya tidak
membutuhkan dana yang terlalu besar. Selain itu, portofolio investasi reksa
dana juga sudah terdiversifikasi, dimana hal ini akan memberikan rasa aman
bagi para investor, baik investor yang memiliki dana dalam jumlah besar
maupun investor yang memiliki dana dalam jumlah besar. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kinerja reksa dana saham
di Indonesia, mengevaluasi kinerja investasi, serta untuk memperoleh pilihan
terhadap reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data penelitian
menggunakan data sekunder mencakup laporan publikasi mengenai nilai
aktiva bersih pada harian Bisnis Indonesia, indeks harga saham gabungan
dari Bursa Efek Jakarta, dan tingkat suku bunga bulanan serifikat Bank
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
Jensen yang digunakan untuk menilai Kinerja Invetasi berdasarkan atas
seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukan
dari 19 reksa dana saham yang diteleti, ada 10 reksa dana yang mampu
memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar, tetapi di sisi lain
investor juga harus menghadapi risiko yang besar karena risikonya berada di
atas risiko pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut juga memberikan tingkat
imbalan yang sebanding dengan risiko yang harus ditanggung oleh para
investornya. Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Bahana Dana Prima,
Bima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah Capital, Manulife Dana Saham,
Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schrorder Dana
Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pada tahun 2008 menuju ke tahun 2009 keadaan pasar modal sedang
mengalami penurunan. Setelah itu memasuki tahun 2009 kondisi pasar modal
dalam keadaan bulish, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sedang naik. Oleh karena itu, terjadi pergeseran aktivitas investor yang
tadinya menginvestasikan dana yang mereka miliki pada sektor bank, yaitu
deposito ke sektor saham di pasar modal. Perdagangan saham di Indonesia
sebagian besar terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat Sembilan
sektor industri pada BEI, diantaranya adalah sektor industry pertanian,
pertambangan, industry dasar dan kimia, aneka industry, industry barang
dagang konsumen, properti, infrastuktur, keuangan dan industry perdagangan
dan investasi. Bangsa Indonesia merupakan bangsa agraris, dimana kegiatan
perekonomiannya banyak terdapat di sektor industri pertanian. Namun, hal ini
tidak diimbangi dengan pertumbuhan perusahaan pertanian di Indonesia.
Bahkan saham-saham sektor pertanian merupakan saham dengan nilai saham
dan volume perdagangan yang belum mengalami pertumbuhan pesat di BEI.
Hal
ini
sering
menjadi
penghambat
bagi
para
investor
untuk
menginvestasikan dana yang mereka miliki di bidang pertanian. Keputusan
untuk memilih jenis saham yang ada oleh investor akan mempengaruhi
perkembangan perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu dengan
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi saham sektor
industri pertanian di BEI akan membantu para perusahaan untuk memperbaiki
kedudukan saham mereka di BEI.
Pasar modal adalah sumber dana segar jangka panjang. Keberadan
institusi ini bukan hanya sebagai sumber pembiayaan, tetapi juga sebagai
sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi dana masyarakat. Dalam
pasar modal, ditawarkan berbagai macam alternatif investasi yang dapat
dimanfaatkan oleh investor sebagai pengganti investasi pada deposito yang
sampai saat ini memiliki kecenderungan untuk terus menurun. Dari berbagai
jenis investasi yang ada, diantaranya terdapat saham. Dalam memilih saham
yang potensial (mendapatkan keuntungan) bagi investor, perlu diketahui
kinerja-kinerja dari saham yang akan dipilih. Kinerja saham ini didasarkan
pada penilaian harga saham yang terjadi pada waktu yang sebelumnya
(penggunaan data historis).
Seorang investor pada pasar modal akan memperoleh potensi penerimaan
dari saham yang dimilikinya, yaitu penerimaan yang berasal dari dividen dan
capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham di
bursa. Pada prinsipnya, capital gain adalah manfaat yang diperoleh dari
selisih positif antara harga penjualan dan pembelian saham. Capital gain
dapat menjadi capital loss apabila selisih antara harga beli dan harga jual di
bursa negatif.
Untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
perkembangan saham sektor industri pertanian di BEI, maka digunakan data
sekunder berdasarkan data historis dan studi pustaka. Sedangkan dalam
menganalisis kinerja masing-masing saham pada sub sektor industri pertanian
dianalisis dengan mencari nilai dari risk dan expected return dengan
menggunakan software Modern Portofolio Theory and Investment Analysis ,
dengan mencari portofolio efisien yang memiliki tingkat keuntungan tertentu
dengan risiko terendah maupun keuntungan tertinggi dengan risiko tertentu.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.
Investor
Nilai IHSG yang
cenderung naik
Investasi Saham
BEI
Saham
Pertambangan
Industri
dasar dan
kimia
Sub sektor
Corps
Aneka
Industri
Barang
dagang
konsumen
Saham
Pertanian
Sub sektor
Plantation
Saham-saham sektor industri pertanian
Saham
Properti
Saham
Infrastruktur
Sub sektor
Animal
Saham
Keuangan
Perdagangan dan
investasi
Sub sektor
Fishery
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga saham industri sektor
pertanian di BEI
Kinerja masing-masing saham terseleksi
pada setiap sub sektor
Expected
return
Risiko
Informasi Kinerja
Saham
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
terletak di jalan Jenderal Soedirman Kav 52-53 Jakarta 12190. BEI
dipilih secara sengaja (purposive), dengan alasan bahwa BEI
merupakan pasar modal terbesar di Indonesia setelah bergabungnya
Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006, yang
menyediakan sarana bertransaksi bagi para investor melalui perantara
broker (pialang) sehingga menyediakan data yang dibutuhkan dengan
lengkap dan sampai saat ini menjadi tolok ukur kegiatan investasi
sektor non rill di Indonesia.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari BEI berupa data harga saham harian
sektor industri pertanian yang kemudian dikerucutkan menjadi harga
saham bulanan dan diambil pada hari akhir setiap bulannya. Selain itu
data lainnya diperoleh dari studi pustaka mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham sektor pertanian di BEI. Pengerucutan
harga saham dari harian ke bulanan dilakukan karena ada beberapa
saham sektor pertanian di BEI yang tidak selalu mengalami transaksi
setiap hari, sehingga harga sahamnya cenderung stabil. Data yang
diambil adalah data untuk tahun 2008 dan 2009 mulai bulan Januari
2008 sampai dengan bulan Desember 2009. Hal ini mengingat pada
periode tersebut kondisi pasar modal sedang mengalami turun-naik.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2010.
3.2.2. Pengelolaan dan Analisis Data
A. Dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
fluktuasi harga saham pada sektor industri pertanian, dilakukan
dengan analisis deskriptif melalui studi pustaka dari berbagai
sumber, seperti buku dan media internet.
B. Sedangkan untuk menentukan kinerja saham sektor industri
pertanian dilakukan dengan menghitung nilai return dan risiko
masing-masing
saham.
Pengolahan
data
dibantu
dengan
menggunakan software portofolio dan Microsoft Office Excell
2007. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Memilih saham sektor pertanian menurut klasifikasi BEI.
2. Menghitung tingkat keuntungan saham dan dalam satu periode
dengan menggunakan rumus 1.
3. Memasukkan nilai tingkat keuntungan yang didapat dari setiap
saham pada masing-masing sub sektor ke dalam software
Modern Portofolio Theory and Investment Analysis
untuk
mendapatkan nilai Excpected Return (Ri) dan Risiko (σi) dari
masing-masing saham di setiap sub sektor saham industri
pertanian.
4. Menggunakan
software
Investment Analysis
Modern
Portofolio
Theory
and
untuk menghitung varians dan standar
deviasi dari setiap saham pada satu periode. Dalam Ahmad
Rodoni dan Othman Yong (2002) perhitungan secara manual
dijelaskan dengan rumus berikut :
=
……………(7)
dimana :
Var (r) = risiko atau kecenderungan saham untuk menghasilkan
keuntungan yang berada di atas atau dibawah rata-rata
ri
= tingkat keuntungan saham
r
= tingkat keuntungan rata-rata saham pada satu periode
n
= jumlah periode
sd
=
dimana :
sd
= standar deviasi (risiko)
var (r) = varians
5. Menggunakan
software
Modern
Portofolio
Theory
and
Investment Analysis untuk menghitung kovarians dan koefisien
korelasi antar saham pada setiap sub sektor industri pertanian.
Dalam Ahmad Rodoni dan Othman Yong (2002) perhitungan
secara manual dijelaskan dengan rumus berikut :
=
…………….(8)
dimana :
kov (rA,rB) = kovarians antara saham A dan B
ri
= tingkat keuntungan saham A
rA
= tingkat keuntungan rata-rata saham A pada satu
periode
rB
= tingkat keuntungan rata-rata saham B pada satu
periode
Koefisien korelasi =
.....……….(9)
Dalam menganalisis kinerja setiap saham sektor industri
pertanian,
penulis
memisahkan
saham-saham
tersebut
berdasarkan pada masing-masing sub sektor industri pertanian,
dimana sub sektor Corps dan Other digabungkan menjadi satu,
karena hanya ada satu saham yang terdaftar pada masing-masing
sub sektor. Penggolongan ini didasarkan kepada pembagian sub
sektor dalam perdagangan bursa efek yang terdapat di BEI,
selain itu penggolongan ini dapat menyederhanakan perhitungan
dibandingkan dengan jika semua saham digabungkan menjadi
satu.
Analisis kinerja saham didasarkan pada pembagian sub sektor
saham pertanian yang telah ditetapkan di BEI dengan menghitung
nilai risk dan return-nya.
Pembagian sub sektor saham tersebut adalah :
1. Sub sektor Corps
2. Sub sektor Plantation
3. Sub sektor Animal Husbandry
4. Sub sektor Fishery
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Sejarah pasar modal Indonesia dimulai sejak zaman kolonial Belanda.
Dimana pada saat itu, Belanda benar-benar membutuhkan satu biro yang
memperdagangkan efek-efeknya di Indonesia. Oleh karena itu, pada 14
Desember 1912 Amsterdamse Effectenbureurs memilih Batavia sebagai
cabangnya. Bursa ini tercatat kembali sebagai bersa keempat yang tertua di
Asia setelah Hongkong (1817), Mumbai (1830) dan Tokyo (1878).
Seperti halnya pasar modal sekarang, bursa efek batavia pada waktu itu
sebagai sumber pembiayaan bagi perkebunan Belanda di Indonesia maju
pesat, sehingga dalam waktu singkat menjadi salah satu bursa internasional
yang sangat menguntungkan. Yang diperdagangkan pada waktu itu adalah
saham dan obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia dan
obligasi pemerintah Hindia Belanda. Tuntutan pasar yang begitu pesat
terhadap perdagangan efek, membuat pemerintah Belanda memutuskan
bahwa kantor perdagangan bursa tidak cukup didirikan hanya di Batavia saja.
Pada tanggal 11 Januari 1925, dibukalah bursa efek di Surabaya. Kemudian
pada tanggal 1 Agustus 1925 menyusul dibuka kantor perdagangan efek di
Semarang. Menurut data dari Fritz Arenz Oroh, seorang bekas Kepala
Pembantu Urusan Pasar Uang dan Pasar Modal Bank Indonesia,
menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 1938 terdapat 107 perusahaan
swasta yang go public dengan total modal disetor sebesar 183,03 juta gulden
dan emisi obligasi senilai 21,75 juta gulden (Suta, 2000).
4.1.1. Era Pasca Perang Dunia II
Pasca perang dunia II, Jerman berhasil menduduki Belanda,
kemudian saham-saham orang Belanda direbut oleh Jerman. Tentu
saja hal tersebut sangat mempengaruhi pasar modal Indonesia yang
pada waktu itu sangat bergantung pada eksistensi Belanda. Akhirnya,
pada 10 Mei 1940 bursa efek Batavia terpaksa ditutup. Hal ini
membuat pemegang saham dan pedagangnya resah, karena pada saat
itu terdapat 250 jenis saham dengan nilai 1,4 miliar gulden. Untuk
mengatasi keadaan tersebut, pada 23 Desember 1940 kantor bursa
Batavia dibuka kembali. Eksistensi bursa efek Batavia tidak
berlangsung lama, karena tidak lama kemudian Jepang masuk ke
Indonesia. Sesudah itu, bursa efek Batavia libur panjang.
Pada
17
Agustus
1945,
Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaanya. Sebuah negara yang baru berdiri jelas membutuhkan
modal pembangunan yang besar. Apalagi bersamaan dengan itu
terjadi revolusi fisik, yang membuat negara ini semakin terpuruk pada
masalah sumber dana. Pemerintah memerlukan sumber pembiayaan
bagi pembangunan. Untuk itu, maka pada tanggal 1 September 1951
dikeluarkan UU Darurat No. 13, tentang Bursa dan kemudian
ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 tahun 1952. Berdasarkan itu,
pada 3 Juni 1952 Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikusumo
meresmikan kembali BEJ yang berkantor di gedung De Javashe Bank
(Bank Indonesia, Jakarta Kota). Sayangnya perjalanan bursa ini
tertatih-tatih, praktis meskipun pemerintah telah memiliki UU Bursa,
namun sama sekali tidak ada aktivitas jual beli saham.
Kevakuman ini terus berlangsung hingga pemerintahan presiden
Soekarno, Orde Lama jatuh dan beralih ke pemerintahan Orde Baru.
Pada awalnya, pemerintahan Orde Baru meski sangat membutuhkan
dana pembangunan, tetapi belum terfikir untuk menghidupkan
kembali aktivitas pasar modal Indonesia. Namun begitu, peresmian
tersebut bukan berarti pasar moal Indonesia telah memasuki era
kebangkitan. Perjalanan pasar modal Indonesia membutuhkan waktu
yang cukup panjang untuk sampai pada kondisi yang seperti sekarang
ini.
4.1.2. Era Pra Deregulasi
Di masa ini bisa dibilang pasar modal Indonesia mengalami masa
yang cukup suram. Sebab saat itu perusahaan masih kental diwarnai
budaya perusahaan keluarga. Ciri perusahaan seperti ini sangat
tertutup, jangankan membuka diri agar sahamnya bisa dimiliki oleh
publik di pasar modal, untuk memberi sedikit sahamnya kepada satu
atau dua orang saja terasa berat dan bahkan tabu.
Kondisi seperti itu tentu saja membuat pemerintah harus bekerja
keras untuk membujuk perusahaan-perusahaan tersebut agar mau
membuka diri dan masuk ke pasar modal. Berbagai kemudahan
diberikan pemerintah seperti tax incentive, tetapi belum mampu
merangsang minat pengusaha untuk menjual sahamnya ke masyarakat.
Masalah lain yang membuat pasar modal Indonesia kurang
diminati oleh perusahaan adalah faktor yang muncul dari lembaga
pasar modal itu sendiri. Banyak aturan pasar modal yang dianggap
pemilik perusahaan tidak begitu menguntungkannya, antara lain :
1. Adanya persyaratan laba minimum 10% dari modal.
2. Tertutup kesempatan bagi investor asing untuk ikut dalam
kepemilikan saham.
3. Adanya batas minimum fluktuasi harga saham sebesar 4% dari
harga awal dalam setiap hari perdagangan di bursa.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama, terutama dalam hal pajak
terhadap penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan
dividen.
5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan
seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa.
4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990)
Pemerintah mulai merombak berbagai aturan yang dianggap
menghambat minat perusahaan untuk masuk ke dalam bursa. Oleh
karena itu, diluncurkan tiga perangkat paket penting kebijakan pasar
modal. Intinya berupa penyederhanaan aturan yang dikemas dalam
paket-paket deregulasi, yaitu :
1. Paket Desember 1987 (Pakdes)
2. Peket Oktober 1988 (Pakto)
3. Paket Desember 1988
4.1.4. Era Pasca Deregulasi
Dengan
adanya berbagai kebijakan ini telah
menebalkan
kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Puncak
kepercayaan itu, terjadi setelah pemerintah menetapkan Undang-
Undang (UU) No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku
secara efektif mulai 1 Januari 1996. Pemberlakuan berbagai kebijakan
ini dikatakan sebagai momentum penting dalam perjalanan pasar
modal Indonesia, sehingga sampai tahun 1996 Bapepam telah
mengeluarkan 102 peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan teknis dari
UU itu. Melalui peraturan-peraturan itu, setidaknya pasar modal
Indonesia memiliki seperangkat peraturan yang komperhensif.
Lahirnya berbagai deregulasi kebijakan itu, mulai dari UU sampai
Keputusan
Bapepam
mengakibatkan
pasar
modal
Indonesia
berkembang pesat. Ini bisa terlihat perkembangan statistik di bursa
pada akhir tahun 1996, tercatat ada 295 emiten yang melakukan
penawaran umum dengan total emisi RP. 61,4 triliun. Sedangkan
untuk meningkatkan peran investor domestik, sampai 31 Desember
1996 telah beroperasi 25 reksa dana dengan total asset Rp 2,7 triliun.
Namun era gemilang ini tidak berjalan mulus karena perekonomian
Indonesia mengalami musibah pada tahun 1997, pada awalnya hanya
menghantam nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp
17.000 per dolar AS. Depresiasi rupiah pada gilirannya berimbas pada
pasar modal, karena mayoritas emiten memiliki utang dalam mata
uang asing, dan sayangnya utang tersebut jarang yang diberi bemper
hedging, akibatnya emiten mengalami kesulitan likuiditas, utang
macet dan rugi kurs. Hal ini membuat harga saham anjlok, dan indeks
saham sulit diselamatkan.
Musibah krisis moneter yang menimpa ekonomi nasional tidak
dapat dipungkiri merupakan ujian yang terberat bagi pasar modal
Indonesia. Namun, bukan berarti pasar modal Indonesia telah
berakhir, buktinya indeks pada awal tahun 2000 mencapai level 700
dan emiten baru mulai bermunculan. Pada awal tahun 2005 indeks
malah mencapai angka 1.015 dan jumlah emiten mencapai angka 335
perusahaan. Krisis keuangan global yang melanda pasar perumahan di
Amerika Serikat pada awal 2008 memberikan sedikit dampaknya pada
pasar modal di Indonesia. Hal tersebut berimplikasi terhadap turunnya
nilai IHSG hingga pada level 1.355,40 (Bapepam, 2009). Namun, di
awal tahun 2009, pasar modal telah menunjukkan kegairahannya
kembali.
4.2. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan pasar modal. Bursa efek sudah mulai beroperasi sejak
tahun 1912 pada masa kolonial Belanda hingga saat ini. Pada awalnya
terdapat dua bursa yang ada di Indonesia yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tanggal 1 Desember 2007 para pemegang
saham bursa efek secara resmi telah menyetujui rancangan penggabungan
kedua perusahaan yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi 2009, kebijakan untuk
menggabungkan dua bursa tersebut sudah menjadi harapan lama oleh
pemerintah, yaitu dalam hal ini Bapepem-LK (Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan). Gagasan penggabungan ini memiliki alasan logis,
yaitu :
1. Pasar modal Indonesia termasuk yang tertinggal dibandingkan dengan
bursa-bursa dari negara lain termasuk negara tetangga, baik dari nilai
kapitalisasinya, jumlah emitennya, produk investasi, serta masih
rendahnya kompetisi investor lokal yang ikut bermain.
2. Keinginan untuk menciptakan pasar modal yang kuat dan mampu
bertarung dengan bursa lain.
3. Fenomena penggabungan berbagai bursa di seluruh dunia dengan dasardasar seperti ingin menciptakan efisiensi dan menghadapi persaingan
global.
Dengan penggabungan ini diharapkan pasar modal Indonesia menjadi
lebih kuat dan efisien karena para pelaku pasar hanya mengenal satu bursa
efek yang memfasilitasi semua segmen pasar, sehingga perusahaan efek
cukup menjadi anggota di satu bursa dan emiten cukup tercatat di satu bursa.
Infrastruktur perdagangan menjadi terintegrasi dan memfasilitasi seluruh
instrument yang diperdagangkan.
Tabel 2. Manfaat Ekonomis Penggabungan BES dan BEJ
Sudut Pandang
Sinergi
1. Pengurangan biaya teknologi informasi
2. Pengurangan biaya SDM yang memiliki tugas
sama
Efisiensi Biaya
Peningkatan
Pendapatan
Peningkatan pendapatan jasa transaksi perdagangan
Optimalisasi
Peningkatan sumber daya tanpa perubahan struktur
Permodalan
modal
Sumber : Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi, 2009.
BEI beralamat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jl. Jendral Sudirman kav
52-53, Jakarta Selatan, yang merupakan gedung awal BEJ.
4.3. Perusahaan- Perusahaan Sektor Industri Pertanian di BEI
BEI menggolongkan saham-saham menjadi 9 sektor, dimana setiap
sektor dibagi lagi menjadi beberapa sub sektor untuk menggolongkan masingmasing perusahaan sekuritas ke dalam jenis usahanya. Salah satunya adalah
saham sektor industri pertanian. Adapun saham sektor industri pertanian
digolongkan menjadi 5 sub sektor, yaitu corps, plantation, animal husbandry,
fishery dan other.
Tabel 3. Kode Saham dan Pembagian Sub Sektor Perusahaan Sektor
Industri Pertanian
No
Kode Saham
1 BISI
2 BWPT
3 AALI
4 UNSP
5 GZCO
6 LSIP
7 SGRO
8 SMAR
9 TBLA
10 CPDW
11 MBAI
12 CPRO
13 DSFI
14 IIKP
15 BTEK
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009.
Sub Sektor
Corps
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Animal Husbandry
Animal Husbandry
Fishery
Fishery
Fishery
Others
Data mengenai kode saham perusahaan dan pembagian sub-sub sektor
yang tergabung dalam sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan
untuk data nama-nama perusahaan yang termasuk ke dalam sektor keuangan,
secara lengkap disajikan dalam Lampiran 1.
Tidak semua perusahaan di Tabel 3 dimasukkan ke dalam perhitungan
analisis kinerja saham, namun terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap
saham-saham tersebut. Saham yang tidak terdaftar di salah satu tahun antara
tahun 2008 dan 2009 akan dihilangkan. Hal ini disebabkan saham yang tidak
terdaftar di salah satu tahunnya, akan menyebabkan nilai harga saham
tersebut nol. Selain itu, investor juga tidak bisa memilih saham tersebut untuk
menyimpan dana investasinya. Pada tahun 2008, PT. Gozco Plantation Tbk
(GZCO) baru terdaftar pada periode di akhir tahun tepatnya di bulan
November dan Desember, sehingga saham ini tidak disertakan dalam
perhitungan. Hal ini juga terjadi pada saham PT. BW Plantation Tbk (BWPT)
yang baru saja terdaftar di tahun 2009.
4.4. Perspektif Terhadap Sektor Pertanian
Peran serta sektor pertanian dalam pembangunan sangat besar, terutama
dalam menyalurkan dana sebagai penggerak sektor rill. Sektor pertanian
merupakan salah satu sektor industri yang berkaitan erat dengan
pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu
didukung oleh berbagai pihak agar mampu meningkatkan pembangunan pada
sektor rill.
Penurunan tingkat suku bunga SBI pada saat ini yaitu pada tingkat 6,5%
(Bank Indonesia, 2009), memberikan pengaruh positif terhadap sektor
industri pertanian, sebab dengan demikian sektor pertanian semakin gencar
dan inovatif dalam meraih pendapatan dengan menarik para investor asing
maupun
lokal
yang
awalnya
memilih
sektor
perbankan
dalam
menginvestasikan dana yang mereka miliki. Kondisi ekonomi yang semakin
baik dan stabil juga merupakan faktor yang mendorong membaiknya
performa pasar modal. Sedikitnya jumlah volume dan value perdagangan
saham pada sektor pertanian, membuat rendahnya kemajuan sektor ini
dibandingkan dengan yang lainnya. Padahal, jika dikaji lebih dalam sektor
pertanian juga memiliki prospek yang baik kedepan, jika keputusan investasi
pada sub sektor didalamnya dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, analisis
kinerja saham yang tepat dapat membantu para investor untuk menentukan
kearah mana mereka harus menginvestasikan dana yang dimiliki pada sektor
pertanian. Pemilihan setiap saham berdasarkan kinerjanya tergantung pada
perspektif investor. Dengan mengetahui kinerja masing-masing saham pada
sektor industri pertanian, maka minat investor terhadap saham pertanian
menjadi lebih besar. Hal ini dapat membantu meningkatkan volume dan value
perdagangan saham sektor pertanian di BEI serta turut memberikan andil bagi
pembangunan bangsa.
4.5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham Sektor
Pertanian di BEI
Secara fundamental harga suatu jenis saham dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja
perusahaan tercermin dari laba operasional dan laba bersih per saham serta
beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Risiko perusahaan tercermin dari daya tahan
perusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi serta faktor makro ekonomi
dan makro non ekonomi. Dengan kata lain, kinerja perusahaan dan risiko
yang dihadapi dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi (Samsul
Mohamad, 2006).
4.5.1. Faktor Makro
Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan,
tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
Mohamad Samsul (2006), faktor makro ekonomi tersebut antara lain
adalah :
A. Tingkat Bunga Umum Domestik
Kenaikan tingkat bunga pinjaman akan meningkatkan beban
bunga kredit dan menurunkan nilai laba bersih sehingga
mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan
berakibat pada turunnya harga saham di pasar. Naiknya suku bunga
deposito akan membuat investor beralih dalam menginvestasikan
dana yang mereka miliki untuk ditabungkan pada deposito.
Kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan
mengakibatkan turunnya harga saham, begitupun sebaliknya.
B. Tingkat Inflasi
Pengaruh tingkat inflasi dapat berdampak positif atau negatif
terhadap harga saham, hal tersebut bergantung pada derajat inflasi
itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian
secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan
mengalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi dapat menjatuhkan
harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan
pada akhirnya harga saham juga akan bergerak sangat lamban.
C. Peraturan Perpajakan
Kenaikan pajak penghasilan, dapat menurunkan nilai laba bersih
perusahaan yang selanjutnya akan menurunkan harga saham.
Begitu pula dengan kenaikan pajak penjualan serta pajak
penghasilan konsumen. Jadi kenaikan pajak secara keseluruhan
dapat mengurangi nilai laba bersih perusahaan yang nantinya
mempengaruhi harga saham di pasaran, yaitu menurunnya harga
saham. Namun hal ini tetap tergantung pada penggunaan dan
penerimaan dana pajak oleh pemerintah. Penggunaan dan
penerimaan pajak ke sektor ekonomi luas akan mempunyai
pengaruh yang berbeda daripada ke sektor khusus yang sempit.
Jika penggunaan dana pajak oleh pemerintah digunakan untuk
mendukung kesejahteraan sektor pertanian, seperti ditingkatkannya
subsidi alat-alat operasional bagi perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam bidang sektor industri pertanian, maka hal ini tentu
akan
mengurangi
beban
operasional
perusahaan,
sehingga
meningkatkan laba bersih perusahaan dan menaikan harga saham
sektor industri pertanian di BEI.
D. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mempunyai
dampak tertentu terhadap perusahaan yang dikenai kebijakan
tersebut. Kebijakan yang sama dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap perusahaan yang berbeda. Sebagai contoh
kebijakan pemerintah dalam bidang pertanian, antara lain
penghapusan dan atau pengurangan subsidi terhadap pupuk atau
alat operasional lainnya, penurunan tarif impor komoditi pangan
yang merupakan bahan pokok (beras, terigu, gula, dll.), dan
pengurangan peran pemerintah dalam perdagangan bahan pangan
(contohnya merubah BULOG dari lembaga pemerintah nondepartemen menjadi perusahaan umum yang dimiliki pemerintah).
Kebijakan-kebijakan tersebut sangat mempengaruhi profitabilitas
perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Apabila pemerintah
menurunkan subsidi terhadap alat-alat pertanian maka beban
operasional perusahaan akan meningkat. Penurunan tarif impor
tehadap komoditi pangan akan mengurangi penjualan perusahaan
dalam negeri yang bergerak di bidang pangan sehingga
profitabilitas perusahaan pertanian menurun. Begitupun juga
dengan berkurangnya peranan pemerintah dalam perdagangan
bahan pangan, semakin memperburuk kondisi ekonomi bidang
pertanian di Indonesia. Hal tersebut tentu saja akan mengurangi
harga saham sektor industri pertanian di BEI. Namun, bagi
perusahaan yang berada di sektor properti misalnya, kebijakan
pemerintah tersebut tidak berdampak apapun.
E. Kurs Valuta Asing
Kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak
negatif terhadap emiten yang mempunyai utang dalam dolar
sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Hal tersebut
dikarenakan jumlah dana yang harus dikembalikan oleh perusahaan
menjadi lebih besar dari dana yang dipinjam sebelumnya.
Sedangkan produk perusahaan yang bersangkutan dijual secara
lokal sehingga pendapatan perusahaan dalam bentuk rupiah.
Sementara, emiten yang berorientasi ekspor justru akan menerima
dampak positif dari kenaikan kurs US$ terebut. Indeks harga
saham gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak positif dan
negatif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya. Jika
BEI pada saat tertentu dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan dalam
negeri yang modalnya berasal dari luar, maka banyak perusahaan
emiten yang rugi dan IHSG cenderung menurun.
F. Tingkat Bunga Pinjaman Luar Negeri
Tingkat suku bunga pinjaman luar negeri berkisar antara 2% 4%. Semakin besar suku bunga pinjaman, maka semakin besar
dana yang harus dikeluarkan oleh para emiten saham dalam
membayar utang pinjaman luan negeri, sehingga mengurangi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai laba bersih
perusahaan.
Jika
profitabilitas
perusahaan
menurun,
maka
kepercayaan investor akan menginvestasikan dana yang mereka
miliki juga menurun, sehingga hal ini dapat menurunkan harga
saham perusahaan emiten yang bersangkutan.
G. Kondisi Perekonomian Internasional
Kondisi negara tujuan ekspor atau negara asal impor sangat
berpengaruh terhadap kinerja emiten. Salah satu cara mengetahui
kondisi perekonomian negara tujuan maupun negara asal adalah
dengan melihat nilai IHSG negara yang bersangkutan. Ketika
kondisi perekonomian negara tujuan ekspor atau negara asal impor
sedang dalam keadaan membaik, maka nilai IHSG negara yang
bersangkutan cenderung stabil atau bahkan naik. Hal tersebut dapat
meningkatkan hasil ekspor atau impor produk-produk pertanian
dalam negeri, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Apabila profitabilitas perusahaan meningkat, maka harga saham
perusahaan tersebut juga naik, dan sebaliknya.
H. Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi mempunyai pengaruh terhadap harga saham
selama masa lebih dari 5 tahun. Pada masa siklus ekonomi yang
tumbuh, lapangan pekerjaan tersedia banyak, setiap bidang usaha
memperoleh kemajuan, pengangguran relatif kecil, pendapatan
masyarakat relatif meningkat, dan keamanan lebih terjamin, hal
tersebut dapat membuat kegiatan bursa efek menjadi lebih
semarak. Harga saham mengalami kenaikan sepanjang periode
tersebut. Jenis saham yang mengalami kenaikan tajam pada masa
tersebut adalah saham yang diterbitkan oleh emiten yang
memproduksi barang-barang tahan lama (durable goods) seperti
barang-barang modal, property, otomotif, produk baja, peralatan
rumah tangga, dan barang yang lainnya. Sementara jenis saham
yang diterbitkan oleh emiten yang memproduksi barang-barang
yang tidak tahan lama (non durable goods) seperti produk
pertanian mengalami kenaikan harga yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan kenaikan harga saham dari durable goods.
I. Faham Ekonomi
Faham ekonomi yang dianut oleh suatu negara sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.
Hal ini berhubungan dengan faham ekonomi menentukan
kebijakan-kebijakan yang diambil dalam bidang ekonomi. Di
Indonesia sendiri faham ekonomi yang dianut adalah faham
ekonomi liberal yang sesuai dengan filosofi bapak ekonomi kita,
yaitu Adam Smith. Kegiatan ekonomi dilaksanakan oleh
masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintah sebagai
penyelenggara negara hanya bertindak sebagai pengatur agar
kegiatan ekonomi masyarakat berjalan teratur dan persaingan
berjalan sehat. Ketika faham ekonomi yang dianut oleh suatu
negara tepat dengan kondisi negaranya, maka pertumbuhan
ekonomi di negara yang bersangkutan akan cenderung stabil,
sehingga nilai IHSG negaranya juga stabil.
J. Peredaran Uang
Pemerintah dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi melaluli
kebijakan fiskal (pajak) dan kebijakan moneter (peredaran uang).
Kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Sentral melalui 3 cara,
yaitu :
1. Perubahan reserve requirements
Yaitu sejumlah dana deposit yang wajib dimiliki oleh bank
komersil terhadap bank sentral. Biasanya berkisar dari 7%
hingga 22%. Bank sentral dapat memperbesar nilai reserve
requirements untuk mengurangi jumlah uang beredar sehingga
mengurangi laju inflasi dan sebaliknya. Ketika jumlah uang
yang beredar di masyarakat berkurang, maka kegiatan
perekonomian di masyarakat cenderung menurun, dan hal
tersebut berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan dan
perorangan. Ini akan mengurangi harga saham perusahaanperusahaan emiten. Namun, jika pemerintah tidak berusaha
untuk menstabilkan jumlah uang beredar dengan membiarkan
jumlah uang yang beredar tetap banyak di masyarakat, maka hal
ini akan menaikan laju inflasi yang nantinya juga akan
berpenagruh buruk terhadap perekonomian negara yang
bersangkutan. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu
memainkan peranannya dalam kebijakan moneter yang akan
berpengaruh terhadap harga saham-saham di BEI.
2. Kebijakan suku bunga
Pada saat tingkat suku bunga kredit dinaikkan maka ini
bertujuan agar uang yang keluar dapat secara selektif, artinya
hanya pihak-pihak yang mampu membeyar suku bunga kredit
saja yang dapat melakukan pinjaman. Oleh karena itu, kebijakan
ini dapat mengurangi jumlah uang beredar dan investor
cenderung menginvestasikan uang yang mereka miliki ke
deposito, sehingga pasar modal mengalami kelesuan.
3. Open market operation
Pengendalian jumlah uang yang beredar dilakukan melalui
penjualan surat berharga yang dimiliki dengan harga yang
terjangkau, sehingga hal ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat dan mengurangi laju inflasi. Ketika laju
inflasi berkurang, maka hal ini akan berdampak pada naiknya
harga saham di BEI.
4.5.2. Faktor Mikro
Baik buruknya kinerja perusahaan tercermin dari rasio-rasio
keuangan yang secara rutin diterbitkan oleh emiten. Pada umumnya
perusahaan yang sudah go public diwajibkan oleh peraturan yang
dikeluarkan Bapepam untuk menerbitkan laporan keuangan triwulan,
tengah tahunan, dan tahunan baik yang sudah diaudit maupun yang
belum diaudit. Faktor mikro ekonomi yang mempunyai pengaruh
terhadap harga saham suatu perusahaan itu sendiri, yaitu variabelvariabel seperti :
A. Laba bersih per saham
Laba bersih adalah jumlah pendapatan perusahaan setelah
dikurangi dengan beban-beban dan utang perusahaan. Ketika laba
bersih perusahaan meningkat dikarenakan beberapa hal, seperti
naiknya penjualan maupun berkurangnya beban-beban operasional
maka ini akan menaikan minat para investor untuk berinvestasi
pada saham di perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut
mengakibatkan nilai harga saham akan meningkat di BEI.
B. Nilai buku per saham
Earning Per Share (EPS) atau nilai buku per saham adalah nilai
yang diperoleh dengan cara membagi laba yang didapatkan oleh
perusahaan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar.
Pemodal seringkali memperhatikan EPS dalam melakukan analisis.
Semakin besar nilai buku per sahamnya maka semakin besar pula
kepercayaan dan minat para investor untuk menginvestasikan dana
yang mereka miliki ke perusahaan tersebut, sehingga hal ini dapat
menaikan harga saham di BEI.
C. Rasio ekuitas terhadap utang
Rasio ekuitas terhadap utang yaitu perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri yang dimiliki. Investor perlu mengetahui
kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri
dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari modal
pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut.
Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas
terhadap utang ataupun debt to equity ratio (DER). Semakin besar
niali DER perusahaan, maka kepercayaan dan minat investor
terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akan berkurang,
sehingga nilai harga saham akan turun, begitupun sebaliknya.
D. Rasio laba bersih terhadap ekuitas (ROE).
Investor
ingin
mengetahui
efisiensi
manajemen
dalam
menjalankan modalnya melalui rasio tingkat laba bersih terhadap
ekuitas (return on equity). ROE diperoleh dengan membagi nilai
laba setelah pajak dengan ekuitas. Semakin besar nilai ROE maka
semakin besar pula profitabilitas perusahaan, hal ini akan
memperbesar kepercayaan dan minat investor terhadap saham
perusahaan tersebut, sehingga nilai harga saham akan meningkat di
Bursa Efek Indonesia, begitupun sebaliknya.
E. Cash Flow per saham
Bagi perusahaan yang baru berdiri dan mendapatkan fasilitas
perpajakan, seringkali laba bersihnya negatif tetapi arus kasnya
positif. Hal ini terjadi karena diterapkannya metode penyusutan,
sehingga di tahun-tahun awal laba minimum bahkan negatif namun
di tahun selanjutnya laba semakin besar. Dalam hal ini investor
akan menggunakan cash flow per saham dan bukan laba bersih per
saham. Sehingga apabila perusahaan yang dianalisis oleh investor
adalah perusahaan yang baru saja berdiri profitabilitas perusahaan
tersebut dilihat dari cash flow per sahamnya. Apabila cash flow
perusahaan positif maka profitabilitas perusahaannya baik dan
harga sahamnya akan naik.
4.6. Analisis Kinerja Saham pada Saham-saham Sub Sektor Pertanian di
Bursa Efek Indonesia
Dalam memilih saham-saham sektor industri pertanian di Bursa Efek
Indonesia, maka investor sebaiknya mengetahui terlebih dahulu kinerja
setiap saham yang ada pada sektor industri pertanian. Analisis kinerja saham
didapatkan dengan mengetahui terlebih dahulu nilai-nilai dari tingkat
pengembalian (Ri) dan nilai risiko (Var) dari masing-masing saham. Nilainilai tersebut digunakan sebagai indikator penilaian kinerja suatu saham.
Saham dengan kinerja yang baik dapat menjadi alternatif investor untuk
menanamkan investasinya. Kriteria baik atau tidaknya saham industri
pertanian tergantung pada pandangan dan sikap investor terhadap risiko dan
tingkat pengembalian.
Nilai R (presentase tingkat keuntungan) diperoleh dari perhitungan
terhadap penjumlahan nilai Deviden yang dibagikan oleh perusahaan setiap
tahunnya per saham dengan perubahan harga saham (bulanan) dibagi harga
saham pada awal jangka waktu. Perubahan harga saham yang dimaksud
adalah harga saham Quartalan di tahun 2009. Perhitungan tersebut
menggunakan persamaan 1. Nilai R hasil perhitungan inilah yang akan
dimasukkan ke dalam software Modern Portofolio Theory and Investment
Analysis untuk mendapatkan nilai Excpected Return (Ri) dan risiko (σi) dari
masing-masing saham di setiap sub sektor saham industri pertanian.
4.7. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Corps Pada Sektor Pertanian
di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi
Penggolongan sub sektor Corps dengan Other dilakukan secara sengaja
oleh penulis, dikarenakan beberapa pertimbangan. Diantaranya adalah hanya
ada satu perusahaan saja yang terdaftar dalam masing-masing sub sektor
tersebut, sehingga sulit melihat adanya hubungan saling mempengaruhi
antar satu saham dengan saham lain, yang nantinya akan berguna dalam
pembentukan portofolionya. Penggolongan tersebut menjadikan saham BISI
dan BTEK menjadi satu portofolio dalam saham Corps.
Dalam Tabel 4, terlihat bahwa saham BISI memiliki risiko yang lebih
rendah yaitu sebesar 0.229 dengan nilai expected return (Ri) yang lebih kecil
yaitu sebesar 0.002 dibandingkan dengan saham BTEK. Risiko dapat
diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh
menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Semakin kecil nilai
risikonya, maka semakin kecil pula kemungkinan saham tersebut
menyimpang dalam memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Tingkat pengembalian yang diharapkan untuk saham BTEK lebih besar
yaitu 0.014 dengan tingkat risiko yang lebih pesar pula yaitu 0.263
dibandingkan dengan saham BISI. Hal ini sesuai dengan pernyataan
investasi pada pasar modal yang mengatakan hubungan antara tingkat
pengembalian dan risiko yaitu high risk high return.
Tabel 4. Nilai Ri dan σi serta kovarian pada saham sub sektor Corps.
Ri
σi
BISI
BTEK
BISI
0.053 -0.006
0.002
0.229
BTEK
0.014
0.263 -0.006 0.0069
Dalam memilih saham yang akan masuk ke dalam portofolio
invetasinya, seorang investor yang rasional akan memilih untuk memegang
portofolio yang efisien yaitu memaksimumkan keuntungan pada tahap risiko
tertentu atau meminimumkan risiko pada tingkat keuntungan yang
diharapkan tertentu. Oleh karena itu, hal ini mengindikasikan pemilihan
saham didasarkan kepada masing-masing persepsi investor. Saham BISI
memiliki kinerja yang lebih baik dari saham BTEK jika dilihat dari tingat
risiko yang minimum pada tingkat keuntungan yang diharapkan tertentu.
Namun jika investor bertindak sebagai risk taker maka saham BTEK
merupakan saham yang memiliki kinerja lebih baik dibandingkan dengan
saham BISI karena memberikan nilai return yang lebih besar. Nilai kovarian
antara saham BISI dengan BTEK adalah -0.006. hal ini mengindikasikan
hubungan keuntungan antara kedua sekuritas tersebut. Dengan kovarians
yang negatif, ini berarti apabila saham BISI menghasilkan keuntungan yang
melebihi keuntungan rata-rata maka saham BTEK tidak mempunyai
kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang sama, yaitu melebihi
keuntungan rata-ratanya, begitupun sebaliknya.
Pada Tabel 5, diperlihatkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi
antara saham BISI dengan BTEK. Koefisien korelasi terbagi menjadi 3 nilai
ekstrim. Ketiga nilai tersebut yaitu koefisien korelasi positif sempurna (+1)
yang mengindikasikan tidak ada alternatif yang dapat diambil untuk
mengurangi risiko yang diperoleh oleh investor dengan menyertakan kedua
saham dalam portofolio investasi, korelasi nol (0) yang menyatakan bahwa
jika portofolio dibentuk dengan sempurna, risiko satu portofolio yang terdiri
dari satu dan dua saham akan kurang daripada risiko sekuritas manapun,
serta korelasi negatif sempurna (-1) yang berarti berkemungkinan untuk
diwujudkan satu strategi untuk menghapuskan jumlah risiko portofolio.
Namun, pada kenyataannya ketiga hal tersebut jarang sekali terjadi.
Koefisien korelasi biasanya berkisar antara -1 sampai dengan +1.
Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Corps
BISI
BISI
BTEK
BTEK
1
-0.1
-0.1
1
Nilai koefisien korelasi antara saham BISI dengan saham BTEK adalah
-0.1. Rodoni dan Othman Young (2002), menjelaskan bahwa dalam keadaan
korelasi negatif berkemungkinan untuk diwujudkan satu strategi untuk
menghapuskan jumlah portofolio. Artinya, bahwa masih ada satu strategi
yang dapat diwujudkan dalam membentuk portofolio Corps dengan
menyertakan kedua saham tersebut.
4.8. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Plantation Pada Sektor
Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi
Pada sub sektor Plantation, terdapat 6 saham terseleksi dari 8 saham
yang ada. Kedua saham yang tidak dimasukkan dalam perhitungan antara
lain adalah saham PT. Gozco Plantation Tbk dengan kode saham GZCO
yang baru terdaftar pada periode akhir di tahun 2008 tepatnya di bulan
November dan Desember. Hal ini juga terjadi pada saham PT. BW
Plantation Tbk dengan kode saham BWPT yang baru saja terdaftar di tahun
2009. Saham yang dimasukkan dalam perhitungan analisis kinerja saham
dan pembentukan portofolio optimal pada portofolio plantation antara lain
adalah saham dengan kode AALI, UNSP, LSIP, SGRO, SMAR dan TBLA.
Penambahan deviden tidak setiap bulan dilakukan. Hal ini dikarenakan
pada corporate activity terdapat aktivitas yang berbeda-beda pada setiap
perusahaan. Ada perusahaan yang hanya memberikan deviden kepada para
pemegang saham dalam jangka waktu semesteran (enam bulanan), tahunan
(dua belas bulanan) atau bahkan pada tahun tersebut perusahaan yang
bersangkutan tidak membayarkan devidennya disebabkan perusahaan yang
bersangkutan tidak mampu memperoleh laba bersih di tahun terkait. Sebagai
contoh, pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dengan kode saham
UNSP deviden diberikan sebanyak dua kali selama periode penelitian, yaitu
pada bulan Juli 2008 sebesar Rp 17,- serta pada bulan agustus 2009 sebesar
Rp 9,- . Besarnya deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham
juga tidak sama. Hal ini mengindikasikan investor diasumsikan sebagai
pemegang saham biasa (bukan saham preferen) yang mendapatkan deviden
sesuai dengan nilai pendapatan bersih perusahaan.
Untuk lebih lengkapnya, pada lampiran 3 ditunjukkan deviden
perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam sub sektor plantation serta
waktu pembagiannya. Sehingga apabila ada kesalahan dalam penambahan
deviden di waktu yang tidak tepat ataupun tidak ditambahkanya deviden
yang seharusnya dibagikan oleh perusahaan maka hal ini akan
mempengaruhi nilai tingkat keuntungan yang dihasilkan dan otomatis
mempengaruhi nilai Ri serta nilai σi.
Penilaian kinerja saham-saham pada sub sektor plantation dilihat dari
nilai expected return (Ri) dan risiko (σi) dari masing-masing saham yang
terdaftar pada sub sektor plantation.
Tabel 6. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Plantation.
Ri
AALI
σi
AALI UNSP LSIP
SGRO SMAR TBLA
0.013 0.198
0.024 0.264
0.039
0.03 0.033
0.017
0.023
0.015
0.03
0.07 0.044
0.03
0.043
0.047
0.01 0.208
SGRO 0.009 0.147
SMAR 0.032 0.202
0.033
0.044 0.043
0.025
0.031
0.035
0.017
0.03 0.025
0.021
0.018
0.025
0.023
0.043 0.031
0.018
0.041
0.028
TBLA
0.015
0.047 0.035
0.025
0.028
0.066
UNSP
LSIP
0.009 0.257
Dalam Tabel 6, saham SGRO memiliki nilai risiko minimal pada tingkat
Ri tertentu. Saham SGRO memiliki nilai risiko sebesar 0.147 dengan
expected return sebesar -0.009. Sedangkan saham LSIP memiliki nilai risiko
yang lebih besar yaitu 0.208 dengan expected return yang lebih besar pula
sebesar 0.01. Hal ini sesuai dengan teori dasar keuangan yang menyatakan
bahwa semakin besar nilai risikonya maka semakin besar pula tingkat
keuntungannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa investor
memiliki kecenderungan bersikap risk averse yaitu menghindari atau
menolak risiko maka sebaiknya dalam kondisi seperti ini, investor lebih
memilih untuk menginvestasikan dana yang ia miliki ke saham SGRO
dibandingkan dengan yang lainnya, karena dilihat dari faktor risikonya,
saham SGRO memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan saham
lain. Namun, jika investor tersebut bersikap risk taker maka SMAR adalah
saham yang memberikan tingkat return paling besar yaitu 0.032 dengan
tingkat risiko 0.202.
Nilai kovarian antara saham pada sub sektor plantation juga disajikan
dalam Tabel 6. Nilai kovarian antar saham tersebut memiliki nilai yang
positif. Nilai kovarian menerangkan kepada kita hubungan keuntungan
antara sekuritas. Dengan kovarian yang positif, ini berarti apabila saham
AALI menghasilkan keuntngan yang melebihi keuntungan rata-rata maka
saham UNSP, LSIP, SGRO, SMAR dan TBLA juga mempunyai
kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang sama.
Koefisien korelasi antara sekuritas menunjukkan dapat atau tidaknya
kombinasi saham dilakukan pada suatu portofolio untuk mengurangi risiko
pada portofolio tersebut. Jika koefisien korelasi menunjukan nilai positif
sempurna (+1) maka tidak ada pilihan yang dapat dilakukan oleh investor
dengan kombinasi saham seperti itu. Nilai positif yang sempurna juga
menyatakan
tidak
ada
pengurangan
risiko
yang
dicapai
dengan
pembentukkan portofolio seperti itu. Hal ini biasanya terjadi apabila kita
membentuk satu portofolio dengan kombinasi saham yang sama. Misalnya,
untuk kasus portofolio plantation, investor menginvestasikan seluruh dana
yang ia miliki pada saham AALI, maka koefisien korelasi yang muncul
adalah positif sempurna yaitu +1. Oleh karena itu, dalam dunia nyata jarang
sekali ditemukan kondisi seperti ini. Sehingga jika nilai tersebut tetap positif
dan terletak antara -1 sampai dengan +1 maka dapat berarti bahwa tetap ada
pengurangan risiko yang dicapai dengan pembentukkan portofolio yang
seperti itu. Keseluruhan koefisien korelasi pada sub sektor plantation
ditunjukan pada tabel 7.
Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor
Plantation
AALI
UNSP LSIP
SGRO SMAR TBLA
AALI
1
0.567
0.812
0.594
0.57
0.293
UNSP
1
0.801
0.775
0.807
0.69
0.567
LSIP
1
0.828
0.729
0.655
0.812
0.801
SGRO
1
0.621
0.667
0.594
0.775
0.828
SMAR
1
0.542
0.57
0.807
0.729
0.621
TBLA
1
0.293
0.69
0.655
0.667
0.542
Dalam menghitung 6 sekuritas yang ada, maka kita harus menentukan nilai
koefisien korelasi sebanyak
=
= 15 yaitu :
1. AALI dengan UNSP memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.567.
2. AALI dengan LSIP memiliki koefisien korelasi yang positif sebesar
0.812.
3. AALI dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.594.
4. AALI dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.570.
5. AALI dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.293.
6. UNSP dengan LSIP memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.801.
7. UNSP dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.775.
8. UNSP dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.807.
9. UNSP dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.690.
10. LSIP dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.828.
11. LSIP dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.729.
12. LSIP dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.655.
13. SGRO dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.621.
14. SGRO dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.667.
15. SMAR dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.542.
Dalam menganalisis kinerja saham-saham yang terdaftar pada sub sektor
plantation, terlihat bahwa saham SGRO memiliki kinerja yang paling baik
jika dilihat dari tingkat risikonya.
4.9. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Animal Husbandry Pada
Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi
Dalam sub sektor saham Animal Husbandry terdapat dua sekuritas,
yaitu PT. Cipendawa Tbk dengan kode saham CPDW serta PT.
Multibreeder Adirama Ind Tbk dengan kode saham MBAI.
Nilai tingkat pengembalian yang diharapkan serta risiko masing-masing
saham merupakan output yang dihasilkan dari proses pengolahan data yang
dilakukan. Dalam tabel 13 disajikan nilai expected return (Ri) dan risiko (σi)
untuk masing-masing saham yang menyusun sub sektor Animal Husbandry.
Hal ini dimaksudkan guna menganalisis kinerja masing-masing saham
pembentuk sub sektor Animal Husbandry yang dilihat dari nilai Ri dan σi.
Tabel 8. Nilai Ri dan σ1 Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Animal Husbandry
Ri
σi
CPDW
MBAI
CPDW
0.029
0.165
0.027
-0.001
MBAI
0.037
0.251
0.063
-0.001
Dalam Tabel 8, terlihat bahwa CPDW memiliki risiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan saham MBAI yaitu sebesar 0.165. Pemilihan saham
didasarkan atas persepsi dari investor. Dengan mengasumsikan investor
bersikap risk averse maka investor akan lebih memilih saham yang
meminimumkan risiko pada tingkat pengembalian tertentu. Oleh karena itu,
dalam hal ini saham CPDW memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan saham MBAI.
Jika investor bersikap sebagai risk taker maka saham MBAI memiliki
kinerja yang lebih baik karena menawarkan nilai expected return yang lebih
besar sebesar 0.037 pada tingkat risiko tertentu sebesar 0.251.
Adapun nilai dari koefisien korelasi antar saham CPDW dengan saham
MBAI pada sub sektor Animal Husbandry dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Animal
Husbandry
CPDW
MBAI
CPDW
1
-0.02
MBAI
-0.02
1
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan software Modern
Portofolio Theory And Investment Analysis didapatkan nilai koefisien
korelasi antara saham CPDW dengan MBAI sebesar -0.02. Tanda negatif
mengindikasikan bahwa ada alternatif yang dapat dilakukan oleh investor
dalam pembentukan portofolio dengan menyertakan kedua saham ini guna
mengurangi risiko sekuritas yang ada.
4.10. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Fishery Pada Sektor
Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi
Pada sub sektor Fishery terdapat tiga perusahaan emiten yang terdaftar
selama periode penelitian. Diantaranya adalah PT.Central Proteinprima Tbk
yang memiliki kode saham CPRO, PT. Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk yang memiliki kode saham DSFI serta PT. Inti Agri Resources Tbk
dengan kode saham IIKP.
Analisis kinerja masing-masing saham dilakukan dengan menghitung
nilai Ri dan σi. Pada tabel 10 disajikan nilai Ri, σi, serta nilai kovarian antar
sekuritas yang terdaftar pada sub sektor Fishery.
Tabel 10. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor
Fishery
Ri
σi
CPRO
DSFI
IIKP
CPRO
-0.051
0.199
0.04
0.001
0.01
DSFI
-0.008
0.049
0.001
0.002
0.007
IIKP
0.071
0.073
0.266
0.01
0.007
Dari Tabel 10, terlihat bahwa saham yang memiliki nilai risiko paling
rendah pada tingkat expected return tertentu adalah saham dengan kode
DSFI. Saham ini memiliki nilai risiko paling rendah diantara ketiga saham
lain yang terdaftar pada sub sektor Fishery sebesar 0.049 dengan tingkat
expected return tertentu sebesar -0.008. Sedangkan saham yang memiliki
tingkat risiko paling tinggi adalah saham dengan kode IIKP yaitu sebesar
0.266, namun saham ini memiliki nilai expected return yang lebih besar
dibandingkan dengan saham CPRO. IIKP mempunyai nilai expected return
sebesar 0.073, sedangkan saham CPRO hanya memiliki nilai expected
return sebesar -0.051 dengan tingkat risiko yang lebih besar dari saham
DSFI sebesar 0.199. Hal ini dapat dijadikan dasar pembentukan portofolio
saham pada sub sektor Fishery. Saham yang memiliki kinerja terbaik sesuai
dengan persepsi investor akan memperoleh persentase dana yang lebih besar
dibandngkan dengan saham lainnya.
Dalam menilai kinerja saham dapat dilihat dari dua hal, yaitu expected
return sebagai sesuatu yang disukai oleh investor dan risiko sebagai sesuatu
yang tidak disukai oleh investor. Dalam Tabel 12, terlihat dengan jelas
bahwa saham DSFI memiliki nilai risiko paling rendah. Nilai return yang
negatif, yaitu sebesar -0.008 merupakan nilai return terbesar ke dua setelah
saham IIKP. Dengan mengasumsikan investor bersikap risk averse, maka
saham dengan nilai risiko paling rendah dapat dikatakan sebagai saham
dengan kinerja yang paling baik. Hal ini berarti saham DSFI memiliki
kinerja yang paling baik diantara saham lain. Jika diasumsikan investor
bersikap risk taker, maka saham IIKP merupakan saham dengan kinerja
paling baik yang menawarkan nilai expected return maksimal.
Nilai kovarian antara saham sub sektor Fishery dapat dilihat juga pada
Tabel 12.
1. Kovarian CPRO, DSFI sebesar 0.001, hal ini mengindikasikan hubungan
tingkat keuntungan diantara saham CPRO dengan saham DSFI. Jika
saham CPRO dapat menghasilkan keuntungan di atas keuntungan ratarata, maka saham DSFI akan cenderung melakukan hal yang sama
dengan saham CPRO yaitu menghasilkan keuntungan yang juga di atas
keuntungan rata-rata.
2. Kovarian CPRO, IIKP sebesar 0.010. Dengan kovarian yang positif
maka terdapat kecenderungan pergerakan tingkat keuntungan yang sama
diantara saham CPRO dengan IIKP.
3. Kovarian DSFI, IIKP sebesar 0.007. saham DSFI cenderung melakukan
pergerakan tingkat keuntungan yang sama dengan saham IIKP.
Selain diperoleh nilai kovarian antara saham, dalam penggunaan
software Modern Portofolio Theory And Investment Analysis juga diperoleh
nilai koefisien korelasi. Nilai ini menyatakan terdapat atau tidaknya
alternative yang dapat diambil oleh investor dalam membentuk portofolio
yang bersangkutan untuk mengurangi risiko sekuritasnya. Nilai koefisien
korelasi terletak antara +1 sampai dengan -1. Jika nilai koefisian korelasinya
adalah positif sempurna, yaitu +1 maka tidak ada alternatif yang dapat
dilakukan pleh investor untuk mengurangi risiko sekuritasnya dengan
pembentukan portofolio tersebut. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh
untuk saham yang terdaftar dalam sub sektor Fishery dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor
Fishery
CPRO
DSFI
CPRO
DSFI
IIKP
1
0.065
0.19
0.065
1
0.539
IIKP
1
0.19
0.539
Nilai koefisien korelasi antara sekuritas pada sub sektor Fishery terletak
antara +1 sampai dengan -1. Hal ini mengindikasikan bahwa ada alternatif
yang dapat diambil oleh investor dalam pembentukan portofolio Fishery
yang menyertakan saham CPRO, DSFI dan IIKP untuk mengurangi risiko
sekuritasnya.
4.11. Hal-hal yang Menjadi Kendala
Investasi dalam saham sebenrnya mampu memberikan keuntungna
yang besar bagi investor apabila investor tersebut mampu menentukan
saham yang tepat dan melakukan diversifikasi secara baik terhadap
portofolio investasi yang dimilikinya. Namun sayangnya, di Indonesia tidak
terlalu banyak orang yang mengerti mengenai saham, sehingga kurang
tertarik untuk berinvestasi pada saham, dan itu mungkin sebagian darinya.
Selebihnya, mereka lebih akrab dengan deposito dan berbagai jenis tabungan
pada bank.
Faktor-faktor penyebab yang dapat diamati dari kurang populernya
investasi pada pasar modal (saham) adalah karena tidak adanya kepastian
tingkat keuntungan yang akan diterima investor, pada suatu periode investasi
tertentu, serta besarnya risiko yang harus dihadapi akibat harga saham
berfluktuasi hampir setiap harinya dan besarnya modal yang dibutuhkan
untuk berinvestasi dalam pasar modal.
Selain itu, untuk berinvestasi pada saham diperlukan ketelitian dan
keahlian tertentu dalam memilih saham yang bagus untuk dibeli. Tidak
seperti pada deposito, dimana investor cukup memperhatikan deposito mana
yang memeberikan tingkat pengembalian yang tinggi, tetapi dalam saham
investor harus dapat menetukan apakah saham yang akan dibelinya
memeberikan tingkat risiko yang tinggi atau tidak serta investor harus
mampu memprediksikan saham yang memberikan tingkat keuntungan.
Berbagai masalah diatas menjadi kendala tersendiri dalam mengganti
investasi deposito menjadi investasi dalam bentuk saham. Namun
sebenarnya kendala ini dapat diminimalisasi dengan semakin banyaknya
manajer investasi, perusahaan sekuritas, kelompok-kelompok investasi dan
berbagai bentuk reksa dana yang menawarkan berbagai macam investasi
pasar modal, termasuk saham.
4.12. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat diberikan, antara lain adalah :
1. Investor mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai
investasi di pasar modal yang mampu memberikan tingkat
pengembalian sehingga para investor dapat memilih saham di pasar
modal menjadi bagian dari investasinya selain dari pada sektor
perbankan.
2. Perusahaan yang telah terdaftar di BEI menjadi perusahaan emiten
dapat mengetahui kinerja saham perusahaannya melalui tingkat
pengembalian dan risiko yang dimiliki, sehingga perusahaan emiten
mengetahui seberapa besar ketertarikan investor untuk membeli
saham perusahaannya. Dengan demikian, perusahaan emiten dapat
menentukan waktu yang tepat dalam menyerap dana dari pasar
modal dengan efisien untuk segera melakukan ekspansi pada
perusahaan mereka.
3. Perusahaan sekuritas dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai referensi untuk menentukan kinerja saham-saham sektor
industri pertanian. Hal ini akan menambah informasi mengenai data
historis kinerja saham sektor pertanian dan perusahaan sekuritas
bisa melakukan investasi pada sektor pertanian berdasarkan pada
hasil analisis kinerja saham pada penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Sebagian besar harga saham pertanian di BEI setiap harinya mengalami
fluktuasi. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor makro dan
faktor mikro. Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan,
antara lain tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan
perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman
luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi, faham
ekonomi yang dianut oleh negara Indonesia serta peredaran uang yang
berhubungan dengan kebijakan moneter pemerintah. Adapun faktor mikro
diantaranya adalah laba bersih per saham, nilai buku per saham, rasio ekuitas
terhadap utang, rasio laba bersih terhadap ekuitas dan cash flow per saham.
Terdapat dua saham yang terdaftar pada sub sektor corps, yaitu BISI dan
BTEK. Saham BISI memiliki nilai risiko yang lebih rendah dari pada saham
BTEK yaitu sebesar 0.229 dengan nilai expected return sebesar 0.002. Saham
BTEK memiliki nilai risiko yang lebih besar dengan expected retutn yang
lebih besar pula. Nilai risiko BTEK adalah 0.263 dengan nilai expected return
sebesar 0.014.
Pada sub sektor plantation terdapat 6 saham terseleksi dari 8 saham yang
terdaftar. Saham SGRO adalah saham dengan nilai risiko yang paling rendah
sebesar 0.147. Saham LSIP adalah saham yang memberikan nilai expected
return paling besar yaitu 0.01 dengan nilai risiko 0.208. Investor dengan
sikap risk taker lebih menyukai saham LSIP dari pada saham lain pada sub
sektor plantation.
Terdapat dua saham pada sub sektor Animal Husbandry. Saham CPDW
memiliki nilai risiko yang rendah sebesar 0.165 pada expected return 0.029.
sedangkan saham MBAI menawarkan nilai expected return yang lebih besar
yaitu 0.037 dengan nilai risiko sebesar 0.251.
Pada sub sektor fishery terdapat tiga saham, yaitu CPRO, DSFI dan IIKP.
Saham dengan nilai expecteted return paling besar adalah saham IIKP yaitu
0.073 pada tingkat risiko sebesar 0.266.
2. Saran
Bagi kalangan investor, dalam memilih alternatif investasi pada sektor
pertanian di pasar modal perlu dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Hal ini
dimaksudkan agar dapat dibentuk suatu alternatif investasi yang dapat
meminimumkan
risiko
yang
dihadapi
oleh
investor
serta
dapat
menguntungkan investor. Banyak investor yang belum menyadari faktor
risiko, padahal berinvestasi dalam saham tidak terlepas dari unsur risiko
(ketidakpastian). Selain itu, perlu diperhatikan pula faktor-faktor makro dan
mikro yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di
BEI, sehingga mempermudah investor dalam melakukan analisis kinerja
saham perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, manajer investasi
sebagai pengelola dana yang dimiliki oleh investor dapat membantu
memberikan gambaran mengenai tingkat risiko yang akan dihadapi investor
atas investasi yang ditawarkannya sesuai dengan persepsi mereka masingmasing.
Analisis kinerja saham merupakan tahap awal dalam memilih saham
bagi investor yang akan menanam investasi pada pasar modal. Tahap
selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu
setelah dilakukan analisis kinerja saham dapat dilakukan analisis portofolio
yang akan dibentuk, evaluasi portofolio serta revisi portofolio. Selain itu,
dalam menganalisis kinerja saham sebaiknya penelitian dapat mencakup
keseluruhan sektor industri yang terdapat pada BEI.
dijadikan bahan pertimbangan selanutnya oleh investor.
Hal tersebut dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Rineka Cipta,
Jakarta.
Bapepam. 2009. Siaran Pers Akhir Tahun 2009.
http://bapepam.go.id/ pasar modal Indonesia.
Bursa Efek Indonesia. 2009. IDX Statistik 2009.
http://idx.co.id/indeks harga saham gabungan.
Daniri, A. 2008. Menakar Dampak Krisis Finansial Global. Artikel.
Dewi, N. I. K. Kajian Kinerja Reksa Dana Saham Berdana Kelolaan Besar
(Periode Desember 2004-Desember 2005). Skripsi pada Departemen
Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Dewi, R. K. Kinerja Investasi Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode Januari
2004-Maret 2005). Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Alfabeta, Bandung.
Greja Kristen Jawi Wetan. 2009. Warta Dana Pensiun.
http://www.gkjw.web.id/ investasi dana pensiun.
Husnan, S. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP
YKPN, Yogyakarta.
Keown et al., 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-prinsip dan Aplikasi
(Terjemahan). Indeks, Jakarta.
Markowitz, H. 1952. Portofolio Selection. Journal Of Finance. Vol VII No 1.
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2005. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
http://pustaka-deptan.go.id/ saham pertanian.
Rodoni, A dan Y. Othman. 2002. Analisis Investasi dan Teori Portofolio. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga,
Jakarta.
Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAP Satria Bhakti,
Jakarta.
Wicaksono, D.T. 2005. Analisis Portofolio Optimal Dari Saham Sektor Industri
Keuangan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widoatmodjo, S. 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Lampiran 1. Nama-Nama Perusahaan Sektor Industri Pertanian
10 PT. Cipendawa Tbk.
CPDW
11 PT. Multibreeder Adirama Ind Tbk.
12 PT. Central Proteinaprima Tbk.
PT. Dharma Samudera Fishing
13 Industries Tbk.
14 PT. Inti Agri Resources Tbk.
15 PT. Bumi Tekno Kultura Unggul Tbk.
MBAI
CPRO
Klasifikasi
Usaha
Corps
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Plantation
Animal
Husbendry
Animal
Husbendry
Fishery
DSFI
IIKP
BTEK
Fishery
Fishery
Other
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Perusahaan
PT. Bisi International Tbk.
PT. Astra Agro Lestari Tbk.
PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
PT. BW Plantation Tbk.
PT. Gozco Plantation Tbk.
PT. PP London Sumatera Tbk.
PT. Sampoerna Agro Tbk.
PT. SMART Tbk.
PT. Tunas Baru Lampung
Kode Saham
BISI
AALI
UNSP
BWPT
GZCO
LSIP
SGRO
SMAR
TBLA
Lampiran 2.
Daftar Harga Saham Bulanan 2008-2009
1
2
3
4
5
6
7
AALI
29900
31600
26750
32200
26450
28800
21750
2
BISI
2400
3250
3875
4475
5050
5200
4250
3
BTEK
181
200
152
144
187
175
190
4
CPDW
150
150
150
150
170
299
229
5
CPRO
325
310
270
250
255
235
220
6
DSFI
62
70
61
62
62
54
50
7
IIKP
250
555
620
710
670
640
640
8
LSIP
11650
12550
9650
8900
10300
10400
7900
9
MBAI
3450
3450
3000
3000
2400
2500
2500
10
SMAR
9800
10000
9450
6950
6800
6100
5000
11
SGRO
4375
4475
3875
3575
4050
3850
3125
12
TBLA
580
570
460
375
730
710
610
13
UNSP
2450
2550
1850
1610
1950
1890
1400
8
9
10
11
12
13
14
AALI
17950
13250
6050
8450
9800
10900
12850
2
BISI
3050
3000
1590
1100
1810
2100
1940
3
BTEK
295
90
95
90
99
50
50
4
CPDW
229
229
229
229
229
229
229
5
CPRO
195
189
80
68
57
50
50
6
DSFI
50
50
50
50
50
50
50
7
IIKP
630
640
630
500
500
480
500
8
LSIP
5750
3550
1960
2725
2925
3000
3325
9
MBAI
3200
2900
2475
2000
2000
2000
2000
10
SMAR
3600
3175
1430
1500
1650
1680
1600
11
SGRO
2450
1750
1150
1080
1190
1170
1180
12
TBLA
520
405
182
193
190
185
200
13
UNSP
1060
730
270
245
260
250
320
15
16
17
18
19
20
21
AALI
14250
15850
17800
17500
19300
21600
21100
2
BISI
1530
1600
1750
1920
1940
2150
2050
3
BTEK
50
60
81
76
64
81
80
4
CPDW
229
229
229
229
229
229
229
No
1
No
1
No
1
Saham/bulan
Saham/bulan
Saham/bulan
5
CPRO
50
79
105
102
101
87
83
6
DSFI
50
50
50
51
50
50
50
7
IIKP
500
620
690
600
600
500
500
8
LSIP
3575
4950
5750
6150
6900
8100
7450
9
MBAI
2000
1500
1500
1530
1530
3100
3100
10
SMAR
1700
2200
3400
3350
3075
3425
3475
11
SGRO
1330
1700
1690
1670
1810
2100
2075
12
TBLA
215
280
330
305
320
355
345
Lanjutan Lampiran 2.
15
16
17
18
19
20
21
325
540
760
710
800
920
880
22
23
24
AALI
21650
22200
22200
2
BISI
1700
1550
1370
3
BTEK
105
95
87
4
CPDW
229
229
229
5
CPRO
67
68
58
6
DSFI
50
50
50
7
IIKP
450
550
550
8
LSIP
7800
8000
8100
9
MBAI
3700
5000
4800
10
SMAR
2925
2700
2550
11
SGRO
2300
2450
2550
12
TBLA
315
320
345
13
UNSP
700
740
540
No
13
No
1
Saham/bulan
UNSP
Saham/bulan
Lampian 3. Daftar Pembagian Deviden Selama Tahun 2008-2009
Nama Perusahaan
PT. Bisi International Tbk.
PT. Astra Agro Lestari Tbk.
PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
PT. PP London Sumatera Tbk.
PT. Sampoerna Agro Tbk.
PT. SMART Tbk.
PT. Tunas Baru Lampung
PT. Cipendawa Tbk.
PT. Multibreeder Adirama Ind Tbk.
PT. Central Proteinaprima Tbk.
PT. Dharma Samudera Fishing Industries
Tbk.
PT. Inti Agri Resources Tbk.
PT. Bumi Tekno Kultura Unggul Tbk.
Deviden/Saham
Rp 0
Rp 350
Rp 155
Rp 220
Rp 17
Rp 9
Rp 208
Rp 90
Rp 5
Rp 180
Rp 17.36
Rp 0
Rp 0
Rp 0
Rp 0
Rp 1.24
Rp 0
Waktu
Pembayaran
Nov, 2008
Juni, 2009
Nov, 2009
Juli, 2008
Agst, 2009
Mei, 2009
Juli, 2009
Juni, 2008
Juli, 2009
Sept, 2008
Juni, 2008
Lampiran 4. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor
Corps (Setiap Bulan)
BISI
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
BTEK
0.354167
0.192308
0.154839
0.128492
0.029703
-0.18269
-0.28235
-0.01639
-0.47
-0.30818
0.645455
0.160221
-0.07619
-0.21134
0.045752
0.09375
0.097143
0.010417
0.108247
-0.04651
-0.17073
-0.08824
-0.11613
0.104972
-0.24
-0.05263
0.298611
-0.06417
0.085714
0.552632
-0.69492
0.055556
-0.05263
0.1
-0.49495
0
0
0.2
0.35
-0.06173
-0.15789
0.265625
-0.01235
0.3125
-0.09524
-0.08421
Lampiran 5. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor
Plantation (Setiap Bulan)
AALI
UNSP
LSIP
SGRO
SMAR
TBLA
R1
0.056856
0.040816
0.077253
0.022857
0.020408
-0.01724
R2
-0.15348
-0.27451
-0.23108
-0.13408
-0.055
-0.19298
R3
0.203738
-0.12973
-0.07772
-0.07742
-0.26455
-0.18478
R4
-0.17857
0.21118
0.157303
0.132867
-0.02158
0.946667
R5
0.088847
-0.03077
0.009709
-0.04938
-0.10221
-0.0274
R6
-0.24479
-0.25026
-0.24038
-0.18831
-0.18033
-0.14085
R7
-0.17471
-0.24286
-0.27215
-0.216
-0.28
-0.14754
R8
-0.26184
-0.31132
-0.38261
-0.28571
-0.11806
-0.18777
R9
-0.5434
-0.63014
-0.44789
-0.34286
-0.54961
-0.55062
R10
0.454545
-0.09259
0.390306
-0.06087
0.048951
0.06044
R11
0.159763
0.061224
0.073394
0.101852
0.1
-0.01554
R12
0.112245
-0.03846
0.025641
-0.01681
0.018182
-0.02632
R13
0.178899
0.28
0.108333
0.008547
-0.04762
0.081081
R14
0.108949
0.015625
0.075188
0.127119
0.0625
0.075
R15
0.112281
0.661538
0.384615
0.278195
0.294118
0.302326
R16
0.123028
0.407407
0.203636
-0.00588
0.545455
0.178571
R17
-0.00815
-0.06579
0.069565
-0.01183
-0.01471
-0.07576
R18
0.102857
0.126761
0.121951
0.137725
-0.02836
0.04918
R19
0.119171
0.16125
0.173913
0.160221
0.113821
0.109375
R20
-0.02315
-0.04348
-0.08025
-0.0119
0.014599
-0.02817
R21
0.026066
-0.20455
0.04698
0.108434
-0.15827
-0.08696
R22
0.035566
0.057143
0.025641
0.065217
-0.07692
0.015873
R23
0
-0.27027
0.0125
0.040816
-0.05556
0.078125
Lampiran 6. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor
Animal Husbandry (Setiap Bulan)
CPDW
MBAI
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
0
0
0
0.133333
0.758824
-0.23411
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.13043
0
-0.2
0.041667
0
0.28
-0.09375
-0.14655
-0.19192
0
0
0
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.25
0
0.02
0
1.026144
0
0.193548
0.351351
-0.04
Lampiran 7. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor
Fishery (Setiap Bulan)
CPRO
DSFI
IIKP
R1
-0.04615
0.129032
1.22
R2
-0.12903
-0.12857
0.117117
R3
-0.07407
0.016393
0.145161
R4
0.02
0
-0.05634
R5
-0.07843
-0.12903
-0.04293
R6
-0.06383
-0.07407
0
R7
-0.11364
0
-0.01563
R8
-0.03077
0
0.015873
R9
-0.57672
0
-0.01563
-0.15
0
-0.20635
R10
R11
-0.16176
0
0
R12
-0.12281
0
-0.04
R13
0
0
0.041667
R14
0
0
0
R15
0.58
0
0.24
R16
0.329114
0
0.112903
R17
-0.02857
0.02
-0.13043
R18
-0.0098
-0.01961
0
R19
-0.13861
0
-0.16667
R20
-0.04598
0
0
R21
-0.19277
0
-0.1
R22
0.014925
0
0.222222
R23
-0.14706
0
0
Download