BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya. 2.1 Kata Kerja Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya (Anonim 1990). Menurut Keraf (1984), kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Kata kerja lebih lanjut dapat dijelaskan melalui beberapa bagian berikut ini. 2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Kerja Ada beberapa ciri kata kerja yang dapat diketahui, di antaranya dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologinya. Namun demikian, secara umum kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan terutama melalui bentuk kata sifat, karena beberapa hal berikut (Alwi et al. 2003). 1) Kata kerja memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat. Contoh: pencuri itu lari, mereka sedang belajar di kamar, dan bom itu seharusnya tidak meledak. Kata lari merupakan predikat sedangkan sedang belajar dan tidak meledak merupakan inti predikat. 2) Ada makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. 3) Kata kerja yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter yang artinya ‘paling’. Contoh kata kerja mati atau suka, keduanya tidak dapat menjadi termati atau tersuka. 5 4) Secara umum, kata kerja tidak dapat bersatu dengan kata-kata yang maknanya kesangatan, seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali. 2.1.2 Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang di sini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis: signé linguistique). Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas: 1) komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai acuan/ hal yang ditunjuk. Dalam konteks ini, setiap kata kerja mengandung makna inheren. Kata lari dan belajar memiliki makna inheren perbuatan. Kata-kata tersebut dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang dilakukan subjek? Misalnya Apa yang dilakukan siswa itu?, jawabannya belajar. Selain kata lari dan belajar, juga termasuk dalam kata kerja perbuatan adalah mendekat, mencuri, membelikan, memukuli, mandi, memberhentikan, menakut-nakuti, naik haji, dan sebagainya. Selain makna inheren perbuatan, kata kerja juga mengandung makna inheren proses. Kata kerja ini biasanya untuk menjawab pertanyaan Apa yang terjadi pada subjek? Pertanyaan Apa yang terjadi pada bom itu?, dapat dijawab dengan meledak. Kata membesar juga merupakan inheren proses perubahan dari kecil ke keadaan yang tidak kecil lagi. Contoh lain dari makna ini adalah mati, jatuh, mengering, mengecil, kebanjiran, terbakar, terdampar, dan sebagainya. Kata kerja suka dalam kalimat Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia, memiliki makna inheren keadaan. Kata kerja yang memiliki makna ini umumnya tidak dapat menjawab pertanyaan makna inheren perbuatan dan inheren proses. Kata kerja keadaan juga memiki banyak kesamaan dengan kata sifat, bahkan dalam kasus-kasus tertentu sulit dibedakan dan kata kerja keadaan yang 6 kontras makna dengan kata sifat jumlahnya juga sedikit. Ada satu ciri yang umumnya dapat membedakan kata kerja keadaan dan kata sifat yaitu prefiks teryang berarti paling, prefiks ini hanya untuk kata sifat. Misalnya kata sulit dan dingin, dapat berubah menjadi tersulit dan terdingin (paling sulit dan paling dingin), tapi tidak dapat mengubah suka menjadi tersuka. Makna inheren yang disebutkan di atas tidak terpengaruhi dan tidak terikat dengan wujud kata kerjanya, baik itu berwujud kata dasar maupun berafiks. Makna inheren juga tidak selalu terikat dengan ketransitifan suatu kata kerja, sebagai contoh kata kerja pergi (intransitif) memiliki makna inheren perbuatan. Adapun kata kerja transitif umumnya memiliki makna inheren perbuatan meskipun ada juga yang tidak demikian misalnya mendengar dan melihat. Kata mendengar dan melihat dinamakan kata kerja pengalaman. Mendengar dan mendengarkan memiliki perbedaan arti, kata pertama merujuk pada peristiwa begitu saja tanpa ada unsur kesengajaan sementara kata kedua terkandung pengertian kesengajaan. Afiksasi juga dapat memunculkan makna yang berbeda bagi kata kerja. Penambahan afiks me- dalam kata beli menjadi membeli mempunyai makna kata kerja perbuatan, tetapi ketika diberikan sufiks kan pada kata kerja ini sehingga menjadi membelikan memiliki arti perbuatan itu dilakukan untuk orang lain. Tambahan –i menjadi membeli bermakna tambahan perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali, kemudian awalan ter- pada kata terbawa juga memiliki arti tidak sengaja, dan seterusnya. 2.1.3 Kata kerja dari Segi Perilaku Sintaktis Sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki satuan yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Contoh kata kerja mendekat mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku namun tidak membolehkan nomina setelahnya. Berbeda dengan kata kerja mendekati yang mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku dan adanya nomina sesudahnya. Perilaku sintaksis berkaitan dengan makna dan sifat ketransitifan kata kerja. 7 Ketransitifan Ketransitifan kata kerja dapat ditentukan oleh adanya nomina yang terletak di belakang kata kerja sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu kemungkinannya menjadi subjek dalam kalimat pasif. a) Kata kerja Transitif Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh: (1) Ibu sedang membersihkan kamar itu. (2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur. (3) Pemerintah akan memberlakukan peraturan itu segera. Contoh di atas dapat dibentuk menjadi kalimat pasif yaitu (1) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu. (2) Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya. (3) Peraturan itu akan segera diberlakukan oleh pemerintah segera. Kata kerja transitif terbagi menjadi tiga sebagai berikut. (a) Kata kerja ekatransitif adalah kata kerja transitif yang diikuti oleh satu objek. Sebagai contoh: saya sedang mencari pekerjaan, ibu akan membeli baju baru, dan sebagainya. Pada contoh tersebut kata kerja mencari dan membeli hanya membutuhkan satu objek. (b) Kata kerja dwitransitif adalah kata kerja yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Contoh: saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan, ibu akan membelikan kakak baju baru, dan sebagainya. (c) Kata kerja semitransitif adalah kata kerja yang objeknya boleh ada dan boleh juga tidak ada. Contoh kata kerja membaca dalam kalimat ayah sedang membaca koran, boleh juga ayah sedang membaca. b) Kata Kerja Intransitif Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak mempunyai nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh: (1) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi. (2) Kita harus bekerja keras untuk membangun Negara. 8 (3) Petani itu sedang bertanam jagung. Kata kerja mandi dan bekerja tidak dapat diikuti nomina, sedangkan kata kerja bertanam memang diikuti nomina tetapi tidak berfungsi sebagai objek melainkan pelengkap. Dalam kata kerja intransitif terdapat tiga kemungkinan yaitu kata kerja intransitif berpelengkap wajib, kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, dan kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Perhatikan contoh berikut. (1) Rumah orang itu berjumlah dua puluh buah. (2) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan. (3) Dia sudah mulai bekerja. (4) Anak itu kedapatan merokok. (5) Dia berpendapat bahwa kondisi ekonomi kita akan membaik. (6) Nasi telah menjadi bubur. (7) Kekayaannya bernilai seratus miliar rupiah. (8) Bajunya berwarna kuning. (9) Gadis itu tersipu-sipu. (10) Bibit kelapa itu sudah tumbuh. Kata kerja berjumlah, adalah, mulai, berpendapat, dan kedapatan merupakan kata kerja intransitif berpelengkap wajib. Kata kerja menjadi, bernilai, dan berwarna merupakan kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, karena bisa saja dibuat kalimat makin tua makin menjadi, ide-idenya sangat bernilai, dan film itu berwarna. Kata kerja tersipu-sipu dan tumbuh adalah kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Contoh Bibit itu tumbuh subur; kata subur tersebut bukanlah pelengkap melainkan keterangan. c) Kata Kerja Berpreposisi Kata kerja ini merupakan kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu, misalnya beberapa kalimat berikut. (1) Kami belum tahu akan hal itu. (2) Saya sering berbicara tentang hal ini. (3) Hasil ini bergantung pada pelaksanaannya. Selain itu juga beberapa kata lain, misalnya: cinta pada, suka akan, terbagi atas, terdiri atas, sesuai dengan, teringat akan, tergolong dalam, dan sebagainya. 9 Ada beberapa kata kerja berpreposisi yang dapat berubah menjadi kata kerja transitif sehingga preposisinya harus dihilangkan. Contoh: berbicara tentang = membicarakan cinta akan/ pada = mencintai suka akan = menyukai tahu akan/ tentang = mengetahui bertemu dengan = menemui 2.1.4 Kata Kerja dari Segi Bentuknya Pada tataran ini, kata kerja terdiri atas kata kerja dasar dan kata kerja turunan. 2.1.4.1 Kata Kerja Dasar Kata kerja dasar merupakan kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Kata kerja ini dapat mengetahui makna leksikal, artinya makna yang melekat pada kata. Contoh kata kerja asal sebagai berikut: ada jatuh naik tamat bangun kalah paham tenggelam cinta lahir pecah terbit datang lari pergi tiba duduk makan pulang tidur gugur mandi rasa tinggal hancur mati sadar tumbang hidup menang suka tumbuh hilang minum tahan turun ikut muak tahu yakin 2.1.4.2 Kata Kerja Turunan Kata kerja ini dibentuk dari transposisi, pengafiksan, pengulangan (reduplikasi), atau pemaduan. Transposisi merupakan suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya (Alwi et al. 2003). Contoh transposisi dari nomina ke kata kerja: telepon → telepon 10 cangkul → cangkul sikat → sikat Pengafiksan adalah penambahan afiks pada kata dasar. Kata dasar dapat berupa kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. Selanjutnya kata dasar cukup ditulis dengan dasar. Adapun reduplikasi adalah pengulangan suatu kata dasar. Contoh pengafiksan: beli → membeli darat → mendarat temu → bertemu restu → merestui besar → memperbesar Pada reduplikasi, kata-kata yang mengalami proses ini dinamakan kata berulang, artinya kata kerja yang telah direduplikasi juga disebut kata kerja berulang. Contoh reduplikasi: lari → lari-lari makan → makan-makan tembak → tembak-menembak (pengafiksan pada reduplikasi) terka → menerka-nerka (pengafiksan pada reduplikasi) Berbeda dengan reduplikasi, pemaduan merupakan penggabungan dua kata dasar atau lebih sehingga menjadi satu kata yang memiliki satu makna. Contoh pemaduan: jual, beli → jual beli jatuh, bangun → jatuh bangun salah, sangka → salah sangka Pengafiksan dapat juga terjadi pada kata kerja pemaduan, contoh memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan sebagainya. (a) Proses Penurunan Kata kerja Proses penurunan kata kerja melibatkan empat macam afiks, yaitu prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks, dan infiks atau sisipan yang diletakkan di tengah kata dasar. 11 Dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks untuk kata kerja meng-, per-, ber-, di-, dan ter-. Kemudian ada sufiks -kan, -i, dan -an, serta konfiks ke--an dan ber-an. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar prefiks dan sufiks dapat terbentuk menjadi konfiks. Pertama, perpaduan itu bersifat mutlak, artinya antara prefiks dan sufiks langsung diapitkan ke dasar. Contoh: berdatangan, kejatuhan. Kedua, pemisahan dari salah satu afiks itu tidak meninggalkan bentuk kata dan hubungan maknanya masih dapat ditelusuri. Contoh: kata kerja kecurian dan berhalangan, meskipun seolah nampak bahwa kata kerja kecurian berasal dari prefiks ke- dan dasar curian, karena ada dalam bahasa Indonesia dasar curian, namun maknanya tidak dibenarkan dalam bahasa. Oleh karena itu, kecurian adalah konfiks dari kedan -an. Kata kerja berhalangan bukan berasal dari konfiks ber- dan -an tetapi dari prefiks ber- dengan dasar yang sudah bersufiks. (b) Penggabungan Prefiks dan sufiks Dalam kenyataannya tidak setiap prefiks dapat bergabung dengan sufiks. Berikut ini adalah bagan kemungkinan penggabungan prefiks dan sufiks. Prefiks Sufiks mengperberterdike- -kan -i -an Gambar 1 Penggabungan prefiks dan sufiks. Contoh: meng-kan: ter-kan: menidurkan terselesaikan membelikan terabaikan mendekatkan terlemparkan meng-i: ter-i: merestui terpenuhi membohongi teratasi mendekati tersaingi 12 per-kan: di-kan: permainkan ditentukan peristrikan dihabiskan peringatkan dituliskan per-i: di-i: perbaiki didatangi perlengkapi dibatasi peringati diulangi ber-kan: ke-an: berdasarkan kelaparan berisikan kejatuhan berpedomankan kecurian ber-an: ke-i berjatuhan ketahui bepergian berdatangan (c) Morfofonemik Morfofonemik adalah proses perubahan suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem yang mendahuluinya. Morfofonemik Prefiks meng(1) Bentuk meng- akan tetap jika setelahnya berupa kata dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, atau /x/. Contoh: ambil → mengambil ikat → mengikat ukur → mengukur elak → mengelak olah → mengolah erat → mengerat kalah → mengalah garap → menggarap hitung → menghitung 13 (2) Bentuk meng- berubah menjadi me- jika setelahnya berupa dasar yang diawali dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, atau /w/. Contoh: latih → melatih makan → memakan namai → menamai nyatakan → menyatakan nganga → menganga ramaikan → meramaikan yakinkan → meyakinkan wajibkan → mewajibkan (3) Bentuk meng- menjadi men- jika setelahnya berupa dasar yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/. Contoh: tanam → menanam tuduh → menuduh duga → menduga Jika diperhatikan fonem /t/ pada contoh di atas luluh ke dalam fonem /n/. Tetapi ada juga fonem /t/ yang bisa luluh juga bisa tidak ke dalam /n/ seperti contoh: tertawa → menertawakan terjemah → menerjemahkan (4) Jika dasar itu bermula dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- menjadi mem-. Contoh: babat → membabat patuhi → mematuhi fokuskan → memfokuskan Fonem /p/ pada contoh di atas juga mengalami peluluhan menjadi /m/. Tetapi peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- atau pe- tertentu. Contoh: pertinggi → mempertinggi perdalam → memperdalam 14 pedulikan → mempedulikan (5) Jika dasarnya bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/, bentuk mengberubah menjadi meny-. Dalam ejaan baku bentuk meny- yang bergabung dengan fonem /c/, /j/, /sy/ dimodifikasi menjadi men-. Contoh: satukan → menyatukan sucikan → menyucikan syaratkan → mensyaratkan jatuhkan → menjatuhkan cari → mencari (6) Jika dasarnya bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-, meskipun ada bentuk tidak baku seperti beberapa contoh di atas, yaitu tanpa adanya peluluhan. Contoh: tik → mengetik bom → mengebom cek → mengecek (7) Jika kata itu berasal dari bahasa asing maka perlakuannya berbeda-beda, bergantung pada seberapa lama kata itu terpakai. Jika relatif masih baru, maka peluluhan tidak berlaku. Di sini ada perubahan dari meng- menjadi men- jika dasar itu diawali dengan /s/. Kalau kata asing itu sudah melekat maka perubahan morfofonemiknya mengikuti kaidah umum. Contoh: produksi → memproduksi klasifikasi → menglasifikasi survei → mensurvei (8) Jika kata kerja tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu unsur nge- yang di depan dasar dipertahankan. Contoh: tulis → menulis → menulis-nulis cek → mengecek → mengecek-ngecek ulangi → mengulangi → mengulang-ulangi 15 Morfofonemik Prefiks per(1) Prefiks per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau akhir suku pertama dari dasar itu berupa /er/. Contoh: rendah → perendah runcing → peruncing kerjakan → pekerjakan (2) Prefiks per- berubah menjadi pel- jika bertemu dengan bentuk dasar ajar. Contoh: ajari → pelajari (3) Selain kaidah di atas maka bentuk per- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh: lebar → perlebar luas → perluas Morfofonemik Prefiks ber(1) Jika dasar berawal dengan fonem /r/ dan akhir suku pertama dari dasar berupa /er/ maka prefiks ber- berubah menjadi be-. Contoh: rantai → berantai runding → berunding kerja → bekerja pergian → bepergian Ber- pada kata berkarya tidak berubah menjadi bekarya karena akhir suku pertamanya berupa ar. (2) Bentuk ber- berubah menjadi bel- jika bertemu dengan dasar-dasar tertentu. Contoh: ajar → belajar unjur → belunjur (3) Di luar kaidah di atas bentuk ber- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Contoh: layar → berlayar main → bermain 16 Morfofonemik Prefiks ter(1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan fonem /r/. Contoh: rasa → terasa raba → teraba (2) Jika ter- bertemu dengan dasar yang akhir suku pertamanya berupa /er/, maka fonem /r/ nya ada yang muncul dan ada juga yang tidak. Contoh: percaya → terpercaya percik → tepercik (3) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh: pilih → terpilih bawa → terbawa Morfofonemik Prefiks diPrefiks di- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan penulisannya antara di- sebagai kata depan dan di- sebagai prefiks. Contoh: ambil → diambil pukul → dipukul Morfofonemik Sufiks -kan Sufiks –kan tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu dibedakan antara –kan dan –an apabila bertemu dengan dasar yang fonem akhirnya /k/, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Jika sebagai kata kerja maka k-nya dobel sementara jika berupa nomina maka k-nya satu. Contoh: letak → letakkan tarik → tarikkan tembak → tembakkan (kata kerja) tembak → tembakan (nomina) Morfofonemik Sufiks –i Sufiks -i tidak mengalami perubahan apabila bertemu dengan dasar apapun. Namun perlu diperhatikan bahwa dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diberi sufiks -i. 17 Morfofonemik Sufiks –an Sufiks -an juga tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Jika akhir dasar berupa fonem /a/, maka penulisannya dijejerkan. Contoh: dua → berduaan mesra → bermesraan 2.1.5 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif juga ada yang terbentuk dengan proses penurunan kata. Penurunan ini dapat pula mengubah bentuk asal kata kerja serta arti dari kata kerja itu. 2.1.5.1 Penurunan Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif dapat diturunkan melalui transposisi, afiksasi, dan reduplikasi. Berikut penjelasan masing-masing; Transposisi Dalam bahasa Indonesia ada kelompok kata yang memiliki kelas kata nomina sekaligus kata kerja, seperti jalan, telepon, dan cangkul. Untuk membedakan penggunaan keduanya, dalam bahasa formal, harus ditambah afiks jika kata itu menjadi kata kerja. Contoh: jalan → berjalan cangkul → mencangkul sendok → menyendok Afiksasi a. Penurunan dengan mengPenambahan prefiks meng- hanya bisa dilakukan pada kata kerja dasar, bukan dari nomina maupun adjektif. Penambahan ini tidak merusak kelas kata dan maknanya, melainkan hanya membedakan formal dan tidak formal. Contoh: beli → membeli lihat → melihat ambil → mengambil Dalam kalimat pasif prefiks meng- diganti dengan di- atau ter-. 18 b. Penurunan dengan -kan Bentuk aktif dari kata kerja dasar yang bersufiks -kan dapat bergabung dengan prefiks meng- sehingga menjadi afiks meng-kan. Dasar yang dipakai dapat berupa kata kerja asal, kata kerja ber-, nomina, kata sifat, kata tugas, atau frasa preposisional. Contoh: bicara → membicarakan mandi → memandikan ke muka → mengemukakan kuning → menguningkan kecil → mengecilkan satu menyatukan ke depan → mengedepankan bangkit→ membangkitkan Indonesia → mengindonesiakan hancur → menghancurkan anak tiri → menganaktirikan akibat → mengakibatkan cita-cita → mencita-citakan rumah → merumahkan pojok → memojokkan peti es → memetieskan → c. Penurunan dengan -i Bentuk turunan dengan sufiks -i dapat bergabung dengan prefiks meng-, bahkan ada dasar yang diharuskan menjadi berafiks meng-i seperti merestui, mengadili, menangani, dan sebagainya. Pada bentuk lain, status sufiks -i dapat memengaruhi ketransitifan suatu kata kerja seperti mengalir-mengaliri. Mengalir merupakan kata kerja transitif sedangkan mengaliri kata kerja intransitif. Ada pula dasar dengan meng-i tetapi memiliki status yang sama dengan meng- seperti mencium-menciumi, keduanya berstatus sama yakni kata kerja transitif. d. Penurunan dengan per- dan -kan/-i Bentuk aktif turunan per- dan -kan/i dengan menambahkan meng- dan persaja meskipun ada juga yang mengharuskan menambah sufiks -kan. Contoh: memperbanyak memperbudak mempermudah mempersulit memperbincangkan mempersembahkan mempertimbangkan mempermasalahkan Selain contoh di atas, ada juga bentuk sufiks -kan yang bersifat manasuka, ada yang bersufiks wajib -i, serta ada juga yang bisa -kan juga bisa -i. Contoh: memperistri(kan) mempersunting(kan) memperbaiki memperbarui 19 memperingati memperingatkan e. Penurunan dengan di- dan terKata kerja aktif transitif yang diberi prefiks meng- dapat diubah ke dalam bentuk pasif dengan cara mengganti prefiks meng- menjadi di-. Jika ada sufiks lain dalam kata kerja aktif maka sufiks itu tidak memengaruhi bentuk pasifnya (sufiksnya dibiarkan). Contoh: memakai → dipakai memandikan → dimandikan meninggalkan → ditinggalkan Prefiks di- juga dapat diganti dengan ter-, meskipun sifatnya ada yang tanpa sufiks, wajib sufiks, maupun sufiksnya manasuka. Contoh: membawa → dibawa → terbawa Contoh di atas menunjukkan perubahan pergantian prefiks di- menjadi ter-. termasuk terselesaikan terlempar(kan) termakan terabaikan terpikir(kan) terjual teratasi ternoda(i) Pada umumnya makna dari prefiks ter- menyatakan ‘ketidaksengajaan’ dan ‘dapat di’. f. Penurunan melalui reduplikasi Kata kerja transitif juga dapat diturunkan melalui pengulangan kata dasar, umumnya dengan afiksasi dan bahkan perubahan vokal. Contoh: menyobek-nyobek menerka-nerka mengutak-atik Makna umum dari kata kerja ini adalah bahwa perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali dan tanpa tujuan khusus. 2.1.6 Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif Makna kata kerja intransitif dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu (1) dasar kata yang dipakai, (2) wajib-tidaknya afiks, dan (3) ciri khusus semantik dari dasar kata (Alwi et al. 2003). Bentuk kata kerja intransitif dapat berupa kata asal yang monomorfemis, polimorfemis, dan turunannya. Selain itu juga dasar kata kerja 20 dapat dibentuk menjadi majemuk. Misalnya, naik banding, naik haji, masuk angin, dan sebagainya. 2.1.6.1 Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Afiksasi Penurunan dengan afiksasi meliputi prefiks meng-, prefiks ber-, afiks ber-kan, afiks ber--an, prefiks ter-, afiks ke--an. a. Penurunan dengan mengPada umumnya kata kerja intransitif dan berprefiks meng- diturunkan dari nomina dan kata sifat. Contoh: darat → mendarat batu → membatu kecil → mengecil Ada juga yang diturunkan dari dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata tanpa ada afiksasi. Contoh: alir → mengalir inap → menginap baur → membaur gigil → menggigil Demikian juga untuk kata kerja intransitif yang diturunkan dari kelas kata yang lain. Contoh: satu (numeralia) → menyatu dua (numeralia) → mendua jadi (kata tugas) → menjadi Ada beberapa hubungan semantis yang umum dari kata kerja intransitif, yaitu: menjadi…, misalnya membatu, berfungsi sebagai/menyerupai…, misalnya membukit, makan/minum…, misalnya mengopi, mencari/mengumpulkan…, misalnya merumput, menuju…, misalnya menepi, dan mengeluarkan bunyi…misalnya meraung. b. Penurunan dengan berKata kerja yang dibentuk oleh ber- hanya ada tiga macam, yaitu; ber- dengan kata dasar, ber- yang diikuti -kan (manasuka), dan ber- yang harus diikuti oleh -an. Prefiks ber- tidak dapat bergandengan dengan sufiks -i. Contoh: beragama berdasar(kan) berjatuhan berkawan berisi(kan) bepergian 21 bergegas bermandi(kan) berdatangan Beberapa makna dari prefiks ber- adalah sebagai berikut; i. mempunyai Contoh : beratap, beristri, beranak ii. menggunakan Contoh : bersepeda, berladang, berlayar iii. menghasilkan Contoh : bertelur, berbunyi, bersuara iv. dalam jumlah Contoh : berdua, bertiga, berpuluh-puluh c. Penurunan dengan ber-kan Perilaku sintaksis pada kata kerja ber- dengan kata kerja ber-kan umumnya berbeda. Contoh: bersenjata − bersenjatakan berdasar − berdasarkan berasas − berasaskan Dalam sebuah kalimat, jika sufiks -kan pada kata kerja digunakan maka harus ada nomina di belakangnya. Meskipun ada beberapa contoh yang menyimpang, misalnya bermandi - bermandikan tetap memerlukan nomina setelahnya. d. Penurunan dengan ber-an Kata kerja dengan turunan dari konfiks ber-an kurang banyak digunakan dan jumlahnya terbatas, misalnya bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan, bermunculan, berlarian, dan sebagainya. Tetapi kata kerja yang diturunkan dari ber- dengan dasar yang sudah bersufiks -an jauh lebih banyak. Contohnya berhalangan, bercucuran, berhubungan, bersentuhan, bergandengan, berpacaran, bermusuhan, berbatasan, dan sebagainya. Beberapa makna dari prefiks ber-an adalah sebagai berikut. i. Melakukan kegiatan, mengalami peristiwa, dan menyatakan pengalaman lebih dari satu (jika dasarnya intransitif) Contoh: bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan 22 ii. Resiprokal, peristiwa yang terjadi secara timbal balik (jika dasarnya transitif) Contoh: bersentuhan, bersahutan, berpukulan iii. Berelasi (jika dasarnya kata sifat) Contoh: berdekatan, berjauhan, berseberangan iv. Posesif (jika dasarnya nomina) Contoh: beralasan, berbatasan, berlumuran e. Penurunan dengan terMakna kata kerja intransitif ter- umumnya adalah menjadi dalam keadaan dan ada pula makna yang menyatakan bahwa perbuatan itu dilakukan karena ketidaksengajaan. Misalnya terduduk, terbangun, terjatuh. f. Penurunan dengan ke-an Makna umum dari bentukan ini adalah malafektif atau adversatif, yakni keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya, kelaparan, kedinginan, ketiduran, kemalaman, dan sebagainya. Ada juga beberapa contoh yang mengandung makna ‘dapat di’, misalnya, kelihatan, kedengaran, dan sebagainya. 2.1.6.2 Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Reduplikasi Dalam penurunan kata kerja ini ada beberapa makna yang terkandung; a. Perulangan itu menunjukkan perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan khusus. Contoh: duduk-duduk, mandi-mandi, makan-makan, dan lain-lain. b. Perbuatan dilakukan secara terus-menerus dengan variasi. Contoh: bersalam-salaman, tersendat-sendat, berputar-putar, dan lain-lain. c. Resiprokal atau kesalingan, perbuatan yang berbalasan. Contoh: berpeluk-pelukan, tembak-menembak, tolong-menolong, dan lainlain. d. Adanya intensitas yang tinggi sehingga diperoleh hasil perbuatan yang superlatif. Contoh: cerai-berai, pontang-panting, porak-poranda, dan lain-lain. e. Posesif, menyatakan milik. Contoh: bercita-cita, berangan-angan, dan lain-lain. 23 2.1.7 Kata Kerja Majemuk Kata kerja majemuk adalah kata kerja yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain (Alwi et al. 2003). Berbeda dengan idiom, kata kerja majemuk tidak mengubah makna setelah digabungkan meskipun melalui penelusuran dari setiap kata yang digabungkan. Uraian berikut, menyangkut kata kerja majemuk dari segi bentuknya. 2.1.7.1 Kata Kerja Majemuk Dasar Kata kerja majemuk ini tidak berafiks dan tidak berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh; temu wicara, jumpa pers, tatap muka, salah hitung, hancur lebur, jual beli, dan sebagainya. 2.1.7.2 Kata Kerja Majemuk Berafiks Merupakan kata kerja majemuk yang mengandung afiks tertentu. Contoh: menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, mengambil alih, dan sebagainya. Kata kerja ini terbagi menjadi tiga, yaitu kata kerja majemuk terikat (pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri), misalnya beriba hati, berkembang biak, kata kerja majemuk bebas (pangkalnya berupa bentuk jamak yang dapat berdiri sendiri), misalnya melipatgandakan, menaikturunkan, dan kata kerja majemuk yang komponennya sudah berafiks, misalnya haus kekuasaan, hilang ingatan. 2.1.7.3 Kata Kerja Majemuk Berulang Kata kerja ini berlaku jika kemajemukannya bertingkat dan intinya adalah yang dapat direduplikasi. Contoh: naik-naik pangkat, pulang-pulang kampung, goyang-goyang kaki, dan sebagainya. 2.1.8 Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara ketransitifan dengan afiksasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiksasi dapat bersifat transitif dapat pula intransitif. Contoh: makan, minum, mandi, tidur. 2. Kata kerja yang berprefiks ber- bersifat intransitif. Contoh: berjalan, berjemur, berdasarkan, bermandikan. 24 3. Kata kerja yang berprefiks meng- tanpa sufiks dapat bersifat transitif maupun intransitif. Contoh: membeli, membaca, mendarat, merakyat. 4. Semua kata kerja yang bersufiks –i, kecuali kata kerja tertentu seperti menyerupai dan memadai, bersifat transitif. Contoh: merestui, memukuli, menugasi, mendekati. 5. Kata kerja yang berprefiks meng- dan bersufiks –kan, kecuali merupakan, selalu bersifat transitif. Contoh: mengerjakan, membelikan, menidurkan, menyerahkan. Ada kata kerja tertentu yang objeknya tidak dinyatakan secara eksplisit. Misalnya, menggembirakan, menyedihkan, merugikan, menguntungkan. 6. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja intransitif, maka pasangannya dengan sufiks –kan atau –i merupakan kata kerja ekatransitif. Contoh: menguning, mengeras (intransitif), sedangkan menguningkan dan mengerasi adalah kata kerja ekatransitif. Ada pengecualian pada menyerah (intransitif), menyerahi (dwitransitif). 7. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka pasangannya dengan sufiks –kan sering tergolong kata kerja dwitransitif. Contoh: membeli, mengambil, mencari (ekatransitif), sedangkan membelikan, mengambilkan, mencarikan (dwitransitif). 8. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka penambahan sufiks -i, tetap menjadi ekatransitif. 2.2 2.2.1 Graf dan Graf Berarah Pengertian Graf Graf adalah pasangan terurut (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga dan takkosong dari elemen-elemen graf yang disebut simpul (node, vertex) dan E adalah himpunan pasangan takterurut dari simpul-simpul berbeda di V. Setiap {p, q}∈ E (dengan p, q ∈ V ) disebut sisi (edge) dan dikatakan menghubungkan simpul-simpul p dan q. (Foulds 1992) 25 2.2.2 Graf Berarah Graf berarah (directed graph, digraf) dapat didefinisikan sebagai suatu pasangan terurut (V,A) dengan V himpunan takkosong dan berhingga dan A adalah himpunan pasangan terurut dari elemen-elemen berbeda di V. Elemen di A biasa disebut sisi bearah (arc). (Foulds 1992) Arc merupakan sisi yang menghubungkan satu simpul dengan simpul lainnya, dilambangkan dengan tanda panah berarah maupun tidak berarah. 2.3 Knowledge Graph (KG) Salah satu metode yang berguna untuk meringkas teks yang saat ini sedang berkembang adalah knowledge graph atau KG. Metode ini pertama kali muncul pada tahun 1982 di Department of Sociology, Groningen, Belanda. Penelitian ini kemudian diteruskan oleh Prof. Dr. C. Hoede di Universitas Twente. KG adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikan teks tersebut ke dalam bentuk graf (Zhang & Hoede 2000). KG merupakan graf berarah yang terdiri atas vertex untuk merepresentasikan konsep dan link untuk merepresentasikan relasi antarkonsep dengan himpunan relasi yang terbatas (Lehmann 1992). KG merupakan kombinasi dan integrasi antargraf yang diekstrak dari berbagai teks sehingga dapat tergambarkan suatu konsep dan relasinya. Proses untuk mengekstrak informasi dari suatu teks disebut text analysis. Lebih lanjut Kramer (1996) mengatakan bahwa KG adalah suatu instrumen yang menggambarkan struktur terkonsep yang sudah tertentu sehingga relasi-relasi antara suatu rangkaian dapat diminimalkan dan terbatas. Tujuannya mengekstrak relasi-relasi dari sebuah teks yang menerangkan suatu subjek pada bidang tertentu untuk dituangkan dalam bentuk graf (Vries 1989). Pada dasarnya teori KG terdiri atas concept, binary relationship, dan multivariate relationship (Zhang 2002). 26 2.3.1 Konsep Dalam graf, konsep diinterpretasikan dengan node. Menurut van den Berg (1993), konsep dapat dinyatakan sebagai token (simbol, tanda, karakteristik, dsb), type, dan name. Token adalah konsep yang dipahami oleh seseorang menurut cara pandangnya masing-masing, hal ini berakibat adanya unsur subjektivitas. Misalnya ketika berhadapan dengan kata rambutan maka akan muncul dalam pikiran tiap-tiap orang bisa rasa, bentuk, warna, dan sebagainya. Token dalam KG dinyatakan dengan , yang menandakan adanya sebuah konsep dan dapat disejajarkan dengan fungsi argumen dalam logika. Adapun type dan name memiliki kondisi yang hampir sama, keduanya dapat dibedakan dari relasi yang menghubungkannya dengan token. Type merupakan konsep yang berupa informasi umum dan bersifat objektif karena ada kesepakatan sebelumnya, sedangkan name adalah sesuatu yang bersifat individual. 2.3.2 Word graph Word graph adalah konsep dan relasi yang direpresentasikan dalam bentuk graf (Zhang & Hoede 2000). Dalam teori KG, pengetahuan baru akan terkandung dalam sebuah teks yang diringkas dari dokumen tertentu dan dinyatakan dengan text graph. Text graph adalah gabungan beberapa sentence graph. Di bawah sentence graph terdapat word graph yang merupakan graf kata dan menyatakan arti dari kata. Text graph Sentence graph Word graph Gambar 2 Pembentukan text graph. 2.3.3 Relasi dan Aspek-aspek Ontologi Relasi adalah suatu hubungan yang menghubungkan antara konsep yang satu dengan yang lain. Dalam teori KG terdapat aspek ontologi sebagai gambaran 27 beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang dimaksudkan untuk mendefinisikan ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi, dan logikanya. Dengan cara seperti ini sebuah model dapat dibangun untuk memahami bahasa alami. Teori KG memperkenalkan ontologi word graph berupa token yang dinyatakan dengan node dengan simbol , 9 binary relationships, dan 4 frame relationships yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Zhang 2002): 1. Relasi kesamaan (ALIKENESS/ALI) Relasi ini digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token. Contoh : “padi” adalah type padi ALI Gambar 3 Contoh penggunaan relasi ALI. 2. Relasi kausalitas (CAUSALITY/CAU) Relasi ini menggambarkan hubungan sebab dan akibat antara sesuatu yang saling memengaruhi. Relasi ini dapat digunakan dalam menghubungkan dua konsep yang terdiri atas kata benda dan kata kerja, antara subjek petani dan predikat (kata kerja tanam) maupun predikat dengan objek padi. Contoh: Petani menanam padi. petani ALI CAU CAU ALI padi ALI tanam Gambar 4 Contoh penggunaan relasi CAU. 3. Relasi kesederajatan (EQUALITY/EQU) Relasi ini digunakan untuk menunjukkan konsep yang sederajat, mengungkapkan dua hal yang identik. Dapat pula dikatakan bahwa relasi ini untuk menghubungkan sebuah name dengan token. Kalimat yang menyatakan relasi EQU biasanya menggunakan kata adalah, merupakan, dan sebagainya. Contoh: Montong adalah nama duren, karena adalah dapat direpresentasikan dengan relasi EQU maka gambar montong sebagaimana terlihat pada Gambar 5 (kiri). Relasi EQU juga dapat digambarkan dengan tanda hubung seperti Gambar 5 (kanan) jika menunjukkan dua buah konsep yang sama. 28 EQU montong EQU Gambar 5 Contoh penggunaan relasi EQU 4. Relasi yang bertautan (SUBSET/SUB) Relasi ini menggambarkan dua buah token yang mengekspresikan rangkaian secara bertautan, maksudnya sesuatu merupakan bagian dari sesuatu yang lain. Dalam relasi, jika diberikan dua buah konsep A dan B, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu konsep A lebih luas dari B atau sebaliknya konsep B lebih luas dari A. Dasar relasi ini menggambarkan satu bagian dari sebuah konsep yang utuh sehingga fungsi SUB erat kaitannya dengan konsep kepemilikan. Contoh: Daun bagian dari pohon. Karena bagian merepresentasikan relasi SUB maka word graphnya sebagai berikut. daun ALI SUB ALI pohon Gambar 6 Contoh penggunaan relasi SUB. 5. Relasi perbedaan (DISPARATNESS/DIS) Relasi ini menggambarkan bahwa antara dua token tidak ada hubungannya. Logika matematikanya jika A DIS B, maka A B = . Contoh: Padi berbeda dengan ubi. berbeda merupakan satu contoh relasi DIS sehingga word graphnya sebagai berikut. ALI padi DIS ALI ubi Gambar 7 Contoh penggunaan relasi DIS. 6. Relasi yang berurutan (ORDERING/ORD) Relasi ini menjelaskan bahwa dua benda memiliki urutan satu sama lain, bisa urutan waktu maupun urutan tempat. Contoh: dari awal sampai akhir. dari dan sampai menggambarkan relasi ORD sehingga contoh di atas dapat dibuat word graphya sebagai berikut. awal ALI ORD ALI Gambar 8 Contoh penggunaan relasi ORD. akhir 29 7. Relasi atribut (ATTRIBUTE/PAR) Relasi PAR digunakan untuk menjelaskan satu elemen berkaitan dan memiliki sifat elemen lainnya. Misalnya daun hijau, kata hijau merupakan atribut dari daun. Karena hijau merupakan atribut dan merepresentasikan relasi PAR maka dapat dibuat word graph sebagai berikut. hijau ALI PAR ALI daun Gambar 9 Contoh penggunaan relasi PAR. 8. Relasi kebergantungan informasi (SKOLEM/SKO) Relasi ini berlaku jika konsep yang satu informasinya bergantung pada konsep yang lain. Relasi SKO dalam KG menyatakan informasi bergantung dan mampu menggambarkan kuantifikasi. Selain itu, digunakan juga dalam logika predikat yang memuat existential quantifiers maupun universal quantifiers (van den Berg, 1993). Contoh: nilai a bergantung b a ALI SKO ALI b Gambar 10 Contoh penggunaan relasi SKO. 9. Ontologi FOCUS (F) Ontologi F, di sini disimbolkan dengan , digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graf. Contoh: Petani menanam padi, fokus dalam kalimat tersebut adalah token petani yang digambarkan dengan token berarsir. petani ALI CAU CAU ALI ALI tanam Gambar 11 Contoh penggunaan ontologi F. Kemudian 4 frame relationships, yaitu; 1) Focusing on a situation : FPAR 2) Negation of a situation : NEGPAR 3) Possibility of a situation : POSPAR 4) Necessity of a situation : NECPAR padi 30 Empat frame di atas dapat merepresentasikan sebuah pernyataan yang dibentuk dalam graf, misalnya p = bulan ini panen, dinyatakan dengan frame. Maka negasi dari p dapat dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi NEGPAR. Frame dengan relasi POSPAR dapat ditambahkan dalam graf p jika menjadi modal preposisi, hal itu juga berlaku untuk NECPAR. Berikut adalah gambarnya. NEG p NEC POS p p p Gambar 12 Contoh penggunaan 4 frame relationships. Gambar di atas secara berturut-turut dapat diartikan sebagai bulan ini panen, bulan ini tidak panen, mungkin bulan ini panen, dan seharusnya bulan ini panen. 2.3.4 Kata Kerja dan Ekspresinya dalam KG Sebagaimana diuraikan pada bagian awal Bab 2, kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Secara umum berdasarkan relasi predikatnya, kata kerja terbagi menjadi dua yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif. Hoede dan Nurdiati (2008a) memberi acuan contoh sentence graph kalimat aktif dan pasif yang dapat ditransformasi sebagai berikut: Petani mencangkul sawah dan Sawah dicangkul petani. Sentence graph kalimat tersebut adalah: petani ALI CAU CAU ALI ALI ALI sawah mencangkul Cangkul Gambar 13 Contoh word graph kata mencangkul. Gambar 13 menunjukkan bahwa kata kerja mencangkul merupakan proses pekerjaan sehingga word graphnya sebagaimana dibatasi garis putus-putus. Letak fokus (token berarsir) berada pada kata kerja yang satu frame dengan subjek petani. Hal ini berbeda dengan kata kerja dicangkul yang fokusnya satu frame 31 dengan objek sawah. Perbedaan ini karena posisi subjek memiliki makna tidak sama dalam kalimat aktif dan pasif. Berikut adalah word graph yang terbangun. petani ALI CAU CAU ALI ALI sawah ALI dicangkul cangkul Gambar 14 Contoh word graph kata dicangkul. Contoh berikut juga memberikan penjelasan word graph kata kerja dengan penambahan prefiks ber-, misalnya kata berangkat yang berupa kata kerja aktif intransitif dan menggambarkan sebuah proses serta bermakna meninggalkan. Berikut adalah word graph dari kata kerja berangkat. ALI ALI berangkat angkat Gambar 15 Contoh word graph kata berangkat.