GAMBARAN REDUKSI URIN DENGAN METODE BENEDICT PADA PASIEN DIABETES MELITUS Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh : HENDRAYANI ABDUL AZIZ NIM. 13DA277019 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 PENGESAHAN KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan Dewan Penguji Program Studi D3 Analis Kesehatan Pada tanggal 28 Juli 2016 Mengesahkan, Penguji I Penguji II Penguji III Heni Marliany, SKM., M.Kep NIK. 0432777597012 Minceu Sumirah, SKM NIK. 0432778009055 Atun Farihatun, SKM., M.KM NIK. 0432778109054 Mengetahui, Ketua Ketua Program Studi STIKes Muhammadiyah Ciamis, D3 Analis Kesehatan H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes NIK. 0432777295008 Atun Farihatun, SKM., M.KM NIK. 0432778109054 ii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa KTI yang berjudul “Gambaran Reduksi Urin dengan Metode Benedict pada Pasien Diabetes Melitus” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dan karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam perumusan karya tulis ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini. Ciamis,.......,...................2016 Yang membuat pernyataan, Hendrayani Abdul Aziz NIM. 13DA277019 iii GAMBARAN REDUKSI URIN DENGAN METODE BENEDICT PADA PASIEN DIABETES MELITUS1 Hendrayani Abdul Aziz2 Atun Farihatun3 Dewi Kania4 INTISARI Reduksi urin adalah kadar glukosa yang terdapat pada urin karena disebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah serta keluar bersamaan dengan urin disebabkan fungsi ginjal yang kurang baik. Tujuan dari reduksi urin yaitu untuk melihat kadar glukosa urin, untuk mengetahui berat ringannya penyakit Diabetes Melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Klinik RSUD Ciamis pada bulan juli 2016 dengan jumlah 45 responden yang merupakan pasien Diabetes Melitus rawat jalan yang melakukan pemeriksaan glukosa darah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan merupakan data primer yang disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan narasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 39 dari 45 (87%) responden kadar reduksi urin sesuai dengan kadar glukosa darah dan 6 dari 45 (13%) responden kadar reduksi urin tidak sesuai dengan kadar glukosa darah. Kata Kunci : Reduksi Urin Kepustakaan : 20, 2004-2012 Keterangan : 1 Judul, 2 Nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing II iv DESCRIPTION OF REDUCTION OF URINE WITH BENEDICT PATIENTS DIABETES MELLITUS1 Hendrayani Abdul Aziz2 Atun Farihatun3 dr. Dewi Kania Sp. PK.4 ABSTRAK Reduction of urine is glucose contained in the urine because it caused high levels of glucose in the blood and along with the urine due to poor kidney function. The purpose of the reduction of urine is to look at the urinary glucose levels, to determine the severity of diabetes mellitus. The purpose of this study is to describe the reduction of urine with Benedict method in patients with Diabetes Mellitus. This research was conducted in laboratories RSUD Ciamis in July 2016, with the number of 45 respondents who are ambulatory patients with diabetes mellitus who perform blood glucose tests. This research is descriptive. The data used is primary data presented in tabular form, incorporating narration. Based on the results, 39 of 45 (87%) of respondents in accordance with the urine levels of reduction in blood glucose levels and 6 of 45 (13%) of respondents reduction levels of urine does not correspond to blood glucose levels. Keywords : Reduction of urine Literature : 20, 2004-2012 Information : 1Title, 2 Name of student, 3 name of supervisor I, 4 name of supervisor II v KATA PENGANTAR Puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Taufik Rahmat dan Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Gambaran Reduksi Urin Dengan Metode Benedict Pada Pasien Diabetes Melitus”. KTI ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan D3 Analis Kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Dalam penulisan KTI ini, penulis menyadari bahwa KTI ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kepada semua pihak yang terkait, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, dan akan dijadikan bahan koreksi untuk penyempurnaan dimasa yang akan datang. Pada kesempatan yang mulia ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini yaitu kepada yang terhormat : 1. H. Dedi Supriadi., S.Sos,. S.kep.,Ners., M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 2. Atun Farihatun, S.KM., M.KM, selaku Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis, pembimbing I dan penguji III yang telah memberikan motivasi dan arahan serta dukungan dalam penyusunan KTI. 3. dr. Dewi Kania Y, Sp.PK, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi arahan dan dukungan dalam penyusunan KTI. 4. H. Yayat Suryat, S.Ag selaku pembimbing Keagamaan yang telah memberikan bimbingan, motivasi arahan dan dukungan dalam penyusunan KTI. 5. Heni Marliany, SKM., M.Kep, selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. vi 6. Minceu Sumirah, SKM, selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Dosen-dosen serta staf karyawan Prodi D3 Analis Kesehatan yang memberikan pengetahuan selama proses perkuliahan. 8. Kepala serta pegawai Laboratorium Rumah Sakit RSUD Ciamis yang telah mengizinkan dan membantu dalam hal pengambilan sampel untuk penelitian KTI. 9. Ayah dan Ibuku tercinta, kakakku serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, dukungan kasih sayang yang tiada hentihentinya baik moril maupun materil. 10. Responden yang telah meluangkan waktunya dalam pelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis angkatan ke-5 yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi D3 Analis Kesehatan. Penulis berharap KTI ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat merangsang kreatifitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Analis Kesehatan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesarbesarnya apabila ada kekurangan dan kesalahan. Terimakasih banyak, semoga yang dicita-citakan kita semua di kabulkan Allah SWT amin. Ciamis, Juli 2016 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. iii INTISARI .......................................................................................... iv ABSTRACT ...................................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................ vi DAFTAR ISI ..................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .................................................................... xiii DAFTAR ISTILAH ............................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4 E. Keaslian Penelitian .............................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6 A. Konsep Dasar ....................................................................... 6 1. Diabetes melitus ............................................................. 6 a. Definisi Diabetes mellitus ........................................ 6 b. Patofisiologi Diabetes mellitus ............................... 6 c. Gejala-gejala Diabetes mellitus .............................. 7 d. Komplikasi Diabetes mellitus .................................. 9 e. Tes untuk mendeteksi Diabetes Melitus ................. 10 viii 2. Glukosa Darah ................................................................ 12 a. Definisi Glukosa Darah ............................................. 12 b. Metabolisme Glukosa Darah .................................... 12 c. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah ......................... 13 d. Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah ........... 15 3. Glukosa Urin ................................................................... 16 a. Definisi glukosa urin ................................................. 16 b. Jenis pemeriksaan glukosa urin .............................. 16 c. Faktor yang Memengaruhi Hasil Reduksi Urin ........ 17 4. Hiperglikemia .................................................................. 18 5. Ginjal ............................................................................... 19 a. Fungsi Ginjal ............................................................. 19 b. Pengaruh DM Terhadap Fungsi Ginjal ..................... 20 c. Gangguan Fungsi Ginjal ........................................... 21 d. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Ginjal ................... 21 6. Penyimpanan Urin .......................................................... 21 B. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 24 A. Rancangan Penelitian ......................................................... 24 B. Variabel dan Definisi Operasional ...................................... 24 C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 24 1. Populasi .......................................................................... 24 2. Sampel ............................................................................ 24 D. Pengumpulan Data .............................................................. 25 1. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 25 2. Instrumen Penelitian ...................................................... 26 E. Prosedur Penelitian ............................................................. 26 F. Pengolaan Data .................................................................... 29 G. Etika Penelitian .................................................................... 29 H. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 29 ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 31 A. Hasil Penelitian .................................................................... 31 B. Pembahasan ........................................................................ 35 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 38 A. Simpulan .............................................................................. 38 B. Saran ..................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 39 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP x DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Obat yang Dapat Menaikan Glukosa Darah ..................... 18 Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional ................................... 24 Tabel 3.2. Daftar Alat yang Digunakan dalam Penelitian ................. 26 Tabel 3.3. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ............ 26 Tabel 3.4. Uraian Kegiatan Pelakasaaan KTI ................................... 30 Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian ....................................................... 31 Tabel 4.2. Data Distribusi Hasil Penelitian ........................................ 33 xi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 23 Gambar 3.1. Hasil Reduksi Glukosa Urin ......................................... 28 Gambar 4.1. Diagram Jumlah Hasil Penelitian ................................. 34 xii DAFTAR SINGKATAN DM : Diabetes Melitus SM : Sebelum Masehi WHO : Word Healt Organitation ADA : American Diabetes Association Mg/dL : Miligram Perdesiliter mL : Mili Liter CO2 : Carbon Dioksida H2O : Hidrogen GDS : Gula Darah Sewaktu GDP : Gula Darah Puasa G2JPP : Glukosa Darah Dua Jam Post Prandial TTGO : Test Toleransi Glukosa Oral xiii DAFTAR ISTILAH Akut : Penyakit yang berlangsung dalam waktu singkat. Hiperglikemia : Kadar gkukosa tinggi Hipoglikemia : Kadar glukosa rendah Insulin : Hormone yang dibuat oleh organ yang terletak dibelakang perut yang disebut pangkreas Kronis : Penyakit yang berlangsung lama atau penyakit menahun Normoglikemia : Kadar glukosa normal Polidipsia : Banyak Minum Polifagia : Banyak Makan Poliuria : Banyak Kencing Prevalensi : Seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang Siphon : Tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ke tempat lain xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informasi Lampiran 2 Informed Concent Lampiran 3 Gambar Penelitian KTI Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari STIKes Muhammadiyah Ciamis Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol Ciamis Lampiran 6 Surat Keterangan penelitian dari STIKes Muhammadiyah Ciamis xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Kurang lebih 1500 SM oleh Papyrus Ebers di Mesir, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing, 200 tahun kemudian Arateus menyebut diabetes dari kata diabre yang berarti siphon (tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ke tempat lain). Tahun 1674, Willis mengatakan urin tersebut digelimangi madu dan gula, sejak itu penyakit tersebut ditambah dengan kata Melitus yang berarti madu. Secara umum diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan adanya kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Tandra, 2008). Berdasarkan Word Health Organitation (WHO) tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-4 di Dunia dalam hal jumlah penderita terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Kementrian kesehatan pada tahun 2012 menyebutkan bahwa “prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan dengan asumsi penduduk berumur diatas 20 tahun mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 2,18 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes” (Herlini, 2012). Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel dari penderita yang dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis penyakit, mendeteksi penyakit, memantau perkembangan pengobatan yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik (Sacher, 2004). Salah satu tes atau pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kimia klinik, diantaranya adalah 1 2 pemeriksaan glukosa urin. Peran laboratorium dalam pemeriksaan glukosa urin yaitu salah satunya untuk pengelolaan dan mendeteksi Diabetes. Diabetes merupakan masalah penting karena prevalensinya di Indonesia terus mengalami penigkatan (Herlini, 2012). Supaya kita terhindar dari penyakit Diabetes Melitus kita harus melakukan pola hidup yang benar dan meninggalkan pola makanan yang tidak sehat. Karena dari makanan bisa menimbulkan penyakit. Atas dasar itulah, maka Islam memberikan perhatian tentang pola makan dan kesehatan. Meski hal ini kaitannya sangat erat dengan ilmu kedokteran dan Al-Qur’an tidak secara langsung membahas tentang penyakit ini, namun bagi kita semua kesehatan dan terhindar dari penyakit adalah merupakan suatu hal sangat membahagiakan. Salah satu firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah ayat : 168 Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.” Dalam hadist Riwayat Baihaqi pada bab iman Artinya : Dari umar bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi Bersabda: makanlah, minumlah, berpakaianlah dan shodaqohlah tanpa berlebihan dan sikap sombong. (HR. Baihaqi pada bab iman). Glukosa dalam urine (disebut glukosuria) adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia ( peningkatan kadar gula dalam darah ), maka kemungkinan adalah : Diabetes Melitus (DM), 3 penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat, atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral. Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak (Maulana, 2008). Ambang ginjal terhadap glukosa berkisar antara 60-180 mg/dl, angka diatas nilai glukosa segera keluar bersama urin, jadi bila Reduksi positif satu (+1) diperkirakan glukosa darah berkisar antara 160-180 mg/dl, Reduksi positif dua (+2) diperkirakan glukosa darah berkisar antara 180-250 mg/dl, Reduksi positif tiga (+3) diperkirakan glukosa darah berkisar antara 250-300 mg/dl, Reduksi positif empat (+4) diperkirakan berkisar glukosa darah antara >300 mg/dl (Gandasoebrata, 2007). Ambang ginjal meninggi karena proses pengerasan pembuluh darah, akibatnya reduksi masih negatif pada kadar glukosa yang tinggi. Pemeriksaan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi, pada tes semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Kelebihan pemeriksaan reduksi urin dapat memantau kelainan fungsi ginjal dengan cara memeriksa kadar glukosa yang terdapat pada urin. Diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak digunakan. Diantara reagensia untuk menyatakan reduksi, reagen benedict yang terbaik karena mengandung garam cupri hasilnya akan mengalami perubahan warna yang memudahkan dalam membaca hasil (Gandasoebrata, 2007). Akurasi hasil pemeriksaan kadar reduksi urin dipengaruhi beberapa faktor, antara lain zat yang bukan gula dalam urin yang mungkin mengadakan reduksi umpamanya : formalin (pengawet), 4 glucoronat-glucoronat (hasil konjugasi dalam hati dengan macammacam zat dan obat-obat seperti streptomycin), salicylat-salicylat dalam kadar tinggi, dan vitamin C (Gandasoebrata, 2007). Latar belakang tersebut peneliti berminat untuk melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Reduksi Urin dengan Metode Benedict pada Pasien Diabetes Melitus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas muncul permasalahan “Bagaimana gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien diabetes melitus?” C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran reduksi urin dengan metode Benedict pada pasien Diabetes Melitus. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengetahuan khususnya di bidang kimia klinik dan pada kasus penyakit Diabetes Melitus. 2. Bagi Institusi Pendidikan Menambah kepustakaan tentang reduksi urin bagi pembaca dan mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis. 3. Bagi Responden Dapat mengetahui kadar reduksi urin dengan metode Benedict. 5 E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah “Hubungan Antara pH Dan Nefr olithiasis Pada Pasien Dengan Riwayat Diabetes Melitus Di RSUD Dr.Moewardi” yang dilakukan oleh Elysa Septyasari pada tahun 2012. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Elysa Septyasari (2012). Pada penelitian ini, peneliti mengkaji mengenai “Gambaran Reduksi Urin Pada Pasien Diabetes Melitus”. Perbedaan peneliti ini juga terletak pada variabel yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian serta populasi dan sampel yang diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Diabetes Melitus a. Definisi Diabetes Melitus Istilah Diabetes Melitus diperoleh dari bahasa latin yang berasal dari kata yunani, yaitu Diabetes berarti pancuran dan melitus berarti madu. Istilah pancuran madu berkaitan dengan kondisi penderita yang mengeluarkan sejumlah besar urin dengan kadar gula yang tinggi (Corwin, 2009). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja insulin. Sedangkan menurut WHO pada tahun 2012 menyatakan bahwa diabetes Melitus secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana ditemukan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. b. Patofisiologi Diabetes Melitus Pankreas merupakan kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung, merupakan kumpulan pulau langerhans berisi sel beta yang menghasilkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Insulin berfungsi membantu masuknya glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisme menjadi tenaga. Bila tidak terdapat insulin, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan ini yang terjadi pada diabetes tipe 1. 6 7 Pada keadaan diabetes tipe 2, jumlah insulin dapat normal bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan sel kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan glukosa sebagai sumber tenaga, dalam hal lain mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Insulin yang kualitasnya kurang baik dapat mempengaruhi masuknya glukosa ke dalam sel. Selain itu, diabetes dapat terjadi akibat gangguan glukosa itu sendiri sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi. Diabetes Melitus tipe 2 telah banyak dilaporkan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia, yang disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang salah dan tidak sehat (Maulana, 2008 ). c. Gejala – gejala Diabetes Melitus 1) Keluhan Klasik a) Penurunan berat badan dan rasa lemah Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Maka sumber tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot, akibatnya penderita menjadi kurus. b) Poliuria (Banyak Kencing) Kadar gula darah jika lebih dari 160-180 mg/dL, menyebabkan glukosa sampai ke kemih, jika kadarnya lebih tinggi maka ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak. 8 c) Polidipsia (Banyak Minum) Merupakan akibat dari banyaknya tubuh menghasilkan air kemih, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum agar tubuh tidak dehidrasi. d) Polifagia (Banyak Makan) Penderita selalu merasa lapar karena kalori dari makanan yang dimetabolime menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara semestinya (Maulana, 2008). 2) Keluhan lain a) Ganguan syaraf tepi atau kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu waktu istirahat. b) Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan pengelihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat lebih baik. c) Gatal atau bisul Kelainan kulit berupa gatal biasanya terdapat di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak atau di bawah payudara. Sering juga dikeluhkan bisul dan luka yang lama sembuhnya. d) Gangguan ereksi Pria penderita diabetes memiliki 2 sampai 5 kali lebih besar menderita impotensi, karena penyakit ini dapat merusak pembuluh darah perifer dan syaraf yang mengatur otot-otot ereksi. 9 e) Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan (Subekti, 2005). d. Komplikasi Diabetes Melitus Diabetes sering disebut sebagai the great imitator yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga orang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Jelas bahwa diabetes dapat menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis. 1) Komplikasi akut Terjadi jika kadar gula darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah dapat menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal. 2) Komplikasi kronis Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan syaraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata, jantung, syaraf dan kulit. a) Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri di jantung, otak, tungkai dan penis. Dinding pembuluh darah kecil mengalami pengrusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran. Sirkulasi buruk menyebabkan 10 penyembuhan luka yang lama dan dapat menyebabkan penyakit jantung, stoke, ganggren kaki dan tangan, impoten serta infeksi. b) Mata Terjadi kerusakan di pembuluh darah kecil retina. Gangguan pengelihatan dan akhirnya dapat terjadi kebutaan. c) Ginjal Penebalan pembuluh darah ginjal mengakibatkan protein tidak dapat tersaring dan masuk ke dalam air kemih. Fungsi ginjal yang buruk tersebut dapat mengakibatkan gagal ginjal jika terus-menerus. d) Saraf Gangguan pada syaraf, banyak ditimbulkan salah satunya mononeuropati yaitu salah satu syaraf yang mengalami kelainan fungsi, seperti lemah, kesemutan dan nyeri. e) Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya kepekaan rasa yang menyebabkan cidera berulang berakibat infeksi dalam, dan penyembuhan luka yang lama. f) Darah Terjadi gangguan fungsi sel darah putih, sehingga mudah terkena infeksi saluran kemih dan kulit (Vicynthia Tjahjadi, 2005). e. Tes untuk mendeteksi Diabetes Melitus 1) Tes Glukosa Darah Kapiler Cara Screening ini cepat dan murah, yakni dengan menusuk ujung jari untuk mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler. Tes ini disebut finger-prick blood sugar creening 11 atau lazim disingkat gula darah Stick. Dapat dipakai untuk memeriksa glukosa darah puasa, 2 jam sesudah makan, maupun gula darah sewaktu. 2) Tes Glukosa Darah Vena Biasanya dilakukan oleh laboratorium dengan mengambil darah dari pembuluh darah vena di lengan bagian dalam untuk menilai kadar glukosa darah setelah puasa minimal 8 jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan (2 Jam pp-post prandial). 3) Tes Toleransi Glukosa Tes ini lebih teliti. Setelah 10jam puasa, pagi harinya diperiksa glukosa darah. Lalu, minum glukosa 75 gram (kirakira 2-3 kali lebih manis daripada minuman Softdrink), dan 2jam kemudian diperiksa lagi glukosa darahnya. 4) Tes Glukosa Urin Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar melalui urin dan terdeteksi pada tes urin. Adanya glukosa dalam urin adalah indikasi bahwa seseorang terkena diabetes Melitus. 5) Tes HbA1c (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin) Tes ini memberikan gambaran tentang keadaan glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir. Glukosa darah yang tinggi akan diikat pada molekul hemoglobin (Hb) dalam darah, dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia hemoglobin, yaitu 2-3 bulan. Makin tinggi glukosa darah, makin banyak molekul hemoglobin yang berikatan dengan gula. Tes ini dipakai untuk memantau pengobatan diabetes, serta menilai keberhasilan diet dan olahraga (Tandra, 2008). 12 2. Glukosa Darah a. Definisi Glukosa Darah Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka (Kee, 2007). Energi sebagian besar berfungsi untuk kebutuhan sel dan jaringan yang berasal dari glukosa. Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170mg/dl. Banyak hormon yang berperan dalam mempertahankan glukosa darah. Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan untuk memantau mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan berlebihan kadar glukosa darah dari normal baik tinggi maupun rendah, maka terjadi gangguan homeostatis yang dapat berhubungan dengan hormon (Sacher , 2004). b. Metabolisme Glukosa Darah Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup. Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang mempengaruhi kadar gula darah, yaitu : 1) Metabolisme Karbohidrat Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian makanan sehari-hari, dan sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi karbohidrat dalam metabolisme adalah untuk bahan bakar oksidasi dan menyediakan energi untuk proses-proses metabolisme lainnya. 13 Karbohidrat dalam makanan terdiri dari polimerpolimer penting yaitu glukosa, laktosa, fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-isomer. Hasil utama metabolisme karbohidrat adalah glukosa (Ganong, 2008). 2) Metabolisme gula darah Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk ke dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO 2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya terutama otak. Kadar gula darah dikendalikan oleh suatu hormon insulin yang berasal dari sekresi sel beta pankreas, jika hormon insulin kurang maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa darah meninggi hingga melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama dengan urin (glukosuria) (Depkes RI, 2008). c. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi daripada serum dimana serum memiliki kadar melarutkan lebih banyak glukosa. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme-mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah mengisyaratkan gangguan homeostasis dan dari hal tersebut mendorong kita melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Sacher, 2004). 14 Macam-macam pemeriksaan glukosa darah adalah sebagai berikut. 1) Glukosa darah sewaktu (GDS) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan yang dilakukan seketika waktu itu, dan lakukan kapan saja, tanpa ada puasa. Nilai normal kadar glukosa darah sewaktu adalah 70 – 125 mg/dl. 2) Glukosa darah puasa (GDP) Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mengatur kadar glukosa darah supaya dapat terkontrol secara baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien disarankan agar puasa lebih dahulu puasa selama 8–10 jam. Nilai normal glukosa darah puasa adalah 60–110 mg/dl. 3) Glukosa darah dua jam post prandial (G2JPP) Pemeriksaan ini merupakan tes penyaring untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menghilangkan beban glukosa yang ada dalam tubuh. Setelah melakukan puasa selama 8–10 jam kemudian pasien diminta untuk puasa kembal selama dua jam. Nilai normal kadar glukosa G2JPP adalah 100–140 mg/dl. 4) Test toleransi glukosa oral ( TTGO) Pemeriksaan ini dilakukan untuk tes jika kadar glukosa dua jam post prandial tidak normal (abnormal). Test ini bertujuan memberikan keterangan yang lebih lengkap mengenai adanya ganguan metabolisme karbohidrat. Pada test toleransi glukosa oral, kadar glukosa darah puasa diukur, nilai normal TTGO >140 mg/dl (Tandra, 2008). 15 d. Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah 1) Makanan Makanan yang berbeda juga menimbulkan efek kenaikan glukosa darah yang berbeda-beda. Makanan terdiri dari Karbohidrat, Protein dan Lemak. Ketiganya menaikan glukosa, tetapi karbohidratlah yang paling kuat meningkatkan glukosa. 2) Hati Makanan ditimbun di hati dalam bentuk glikogen. Bila glukosa darah turun, hati mencegah glikogen menjadi glukosa (proses glikogenolisis) dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hati juga dapat membentuk glukosa dari bahan selain karbohidrat, seperti protein atau lemak yang disebut sebagai gluconeogenesis. Proses penyimpanan dan pengeluaran glukosa oleh hati yang berjalan terus menerus ini akan mengatur glukosa darah supaya stabil. 3) Olahraga dan Aktifitas Semua gerak badan dan olahraga mengurangi resistensi insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan mempercepat pengangkutan glukosa masuk kedalam sel untuk kebutuhan energy. Makin banyak olahraga, makin cepat dan makin banyak glukosa yang dipakai. 4) Obat Glukosa darah tergantung juga pada insulin yang disuntikan atau obat diabetes yang diminum. Berapa lama memakai obat dan berapa dosisnya menentukan berapa banyak glukosa darah yang turun. 5) Penyakit Penyakit lain, seperti flu, infeksi virus, dan infeksi bakteri, merupakan stress fisik yang dapat mengeluarkan hormon tertentu yang dapat menaikan glukosa darah. Trauma 16 atau penyakit berat seperti Stroke atau serangan jantung juga dapat meningkatkan glukosa. 6) Alkohol Alkohol penghambat hati melepaskan glukosa ke darah sehingga kadar glukosa darah dapat turun. Bila mengkonsumsi obat diabetes atau suntik insulin, hipoglikemia dapat timbul bila seseorang peminum alkohol (Hans Tandra, 2008). 3. Glukosa Urin a. Definisi Glukosa Urin Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urin termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi; pada tes semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa (Gandasoebrata, 2007). Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung dengan nilai normal 180mg/dl. Pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan kadar glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat dipakai untuk memantau glukosuria penderita diabetes Melitus, dengan uji reduksi urin seperti pemeriksaan benedict dan uji enzimatik berupa pemeriksaan carik celup (Soewondo, 2006). b. Jenis Pemeriksaan Glukosa Urin 1) Cara Benedict Membaca ditambahkan hasil reagen reduksi Benedict urin, yang sesuai sebelumnya prosedur untuk menentukan kadar glukosa dalam urin secara semi kuantitatif, 17 berupa negative (-) warnanya tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hujauan dan agak keruh, positif (1+) warnanya hijau kekuning-kuningan dan keruh, positif (2+) warnanya kuning keruh, positif (3+) warnanya jingga atau warna lumpur keruh, positif (4+) warnanya merah keruh. 2) Cara carik-celup Carik-celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni glukosa oxidasa dan peroxidasa serta semacam zat o-tolidine yang berubah warna jika teroksidasi. Jika ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan asam glukonat dan hidrogen peroksida, karena pengaruh peroxidasa hydrogen peroxida yang menghasilkan oksigen untuk otolidine sehingga berubah warna menjadi biru. Lebih banyak glukosa lebih tua warna yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penilaian semi kuantitatif (Gandasoebrata, 2007). c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pemeriksaan Reduksi Urin 1) Pengaruh obat-obatan 2) Terdapat vitamin C 3) Zat bukan gula yang mungkin mengadakan reduksi seperti formalin 4) Trauma atau stress, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa 5) Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa 6) Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, menurunkan kadar glukosa (Gandasoebrata, 2007). dapat 18 4. Hiperglikemia Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur (Nabyl, 2009). Hiperglikemia dapat dipengaruhi oleh obat-obatan yang dapat menaikan kadar glukosa antara lain adalah hormon steroid, beberapa obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol. Tabel 2.1 obat yang dapat menaikan Glukosa darah No 1 Golongan Obat Hormo Steroid Contoh Prednison Dexamethasone 2 Hormon Steroid Seks Testosterone Progesteron Pil KB 3 Diuretik dosis tinggi Hydrochlorothiazide (HCT) Furosemide (Lasix) 4 Beta Blockers Propranolol (Inderal) Atenolol (Tenormin) Metoprolol (Lopressor) 5 Penurun Kolesterol Niacin 6 Obat Tuberkulosa Isoniacid (INH) 7 Obat Anti HIV Pentamidine, Protease Inhibitors 19 No Golongan Obat Contoh 8 Imunosupresif Cyclosporin 9 Hormon Tiroid Levothyroxine 10 Hormon Lain Megestrol (Megace) Octreotide (Sandostatin) 11 Obat Jantung Dopexamine 12 Obat Asma Salbutamol Terbutaline Ritodrine 13 Penenang Clozapine 5. Ginjal Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) dan bertugas menyaring atau membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari (Guyton, 2007). a. Fungsi Ginjal Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak, mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang, produksi hormon yang mengontrol tekanan darah, produksi hormon erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah (Guyton, 2007). Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan sekelompok senyawa yang mempunyai makna 20 endokrin yang penting. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal sehingga penderita DM yang menderita gangguan ginjal membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit (Price, 2005). b. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Fungsi Ginjal Kadar glukosa dalam keadaan normal difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi di tubulus proksimal ginjal tidak mengontrol kadar glukosa darah karena ginjal hanya berfungsi sebagai memfiltrasi dan mereabsorbsi, sedangkan pankreas melalui insulin mengontrol glukosa darah. Hilangnya fungsi ginjal pada penderita gagal ginjal berarti proses filtrasi dan reabsorbsi pankreas melalui insulin dalam mengontrol glukosa darah juga terganggu. Kadar glukosa darah apabila naik pada kadar yang relatif tinggi, maka glukosa terus difiltrasi oleh glomerulus tetapi biasanya kembali ke darah oleh sistem reabsorbsi tubuli ginjal. Reabsorbsi glukosa berhubungan dengan fosforilasi oksidatif dan penyediaan ATP (Adenosin trifosfat). Kapasitas sistem tubuler untuk mereabsorbsi glukosa terbatas sampai kecepatan 350 mg/menit. Apabila kadar glukosa darah naik, filtrat glomerulus dapat mengandung lebih banyak glukosa dari pada yang dapat direabsorbsi. Kelebihan glukosa akan keluar bersama urin untuk menghasilkan glukosuria. Pada orang normal glikosuria terjadi apabila glukosa darah melebihi 170-180 mg/dl yang disebut sebagai ambang ginjal untuk glukosa. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan membawa natrium, bersamaan dengan efek insulin yang merangsang reabsorbsi tubuler natrium yang akan menyebabkan volume ekstrasel meningkat sehingga terjadi hiperfiltrasi (Rindiastuti, 2008). 21 c. Gangguan Fungsi Ginjal Gangguan atau kerusakan pada fungsi ginjal menimbulkan masalah kesehatan pada tubuh karena akan terjadi penumpukan sisa-sisa metabolisme tubuh. Gangguan pada fungsi ginjal tidak menunjukkan gejala berarti. Penderita baru merasakan ada kelainan pada dirinya, jika fungsi ginjal menurun menjadi 25%, bahkan 10% pada penderita muda. Penumpukan sisa metabolisme yang merupakan racun tubuh akibat penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan racun diserap dan menyebar kembali ke seluruh tubuh. Hal ini mengakibatkan berbagai gangguan tubuh dan gangguan pengontrolan tekanan darah. d. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Ginjal Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal meliputi : gangguan fungsi glomerulus ( penetapan kadar ureum dan kreatinin dalam darah ), gangguan fungsi tubulus ( diukur berat jenis urine dan kadar natrium dalam urine), gangguan fungsi glomerulus maupun tubulus (diukur volume urine). 6. Penyimpanan Urin Penyimpanan dan Pengawetan Urin sama – sama memiliki tujuan penting untuk menjaga integritas urin dan mencegah pertumbuhan mikroba pada urin tersebut. Pencegahan tersebut dilakukan dengan menyimpan langsung spesimen urin yang baru dikumpulkan kedalam refrigrator, dan jika dibutuhkan tambahkan bahan – bahan kimia untuk pengawetannya. Dalam penyimpanan urin, sebaiknya urin disimpan pada suhu 4°C dalam refrigrator dan urin tersebut dimasukkan terlebih dahulu kedalam botol tertutup untuk memperkecil perubahan susunan urin oleh kuman – kuman. 22 Idealnya spesimen tersebut harus dikirim ke laboratorium dan dianalisis dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan. Bahan yang digunakan sebagai pengawet : a. Sodium Florida : Digunakan untuk tes glukosa , menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah glikolisis sel. b. Formalin : Mengawetkan elemen – elemen dalam urine. c. HCL : Mengawetkan kalsium untuk tes phosporus. d. Boric Acid : Mengawetkan elemen urin seperti estriol dan esterogen selama lebih dari 7 hari . Mengawetkan Kreatinin, Asam urat, Glukosa. Mempertahankan pH dan mengawetkan protein. e. Sodium Carbonate : Mengawetkan Porphyrin, urobilin. f. Toluena : Menghambat perombakan urin oleh kuman dan baik dipakai untuk mengawetkan glukosa. g. Thymol : Mempunyai daya awet seperti Toluena. h. Natrium Carbonate : Mengawetkan Urobiinogen jika hendak menentukan ekskresinya per 24 jam. i. Asam Sulfat Pekat : Mengawetkan Urin untuk penetapan kuantitatif kalsium, nitrogen, dan zat organik lain. j. Formaldehyde, mercury, benzoate : Meningkatkan berat jenis urin (Ganong, 2008). 23 B. Kerangka Konsep Penelitian ini dapat dikembangkan dan disajikan dalam bentuk kerangka konsep yang menjelaskan tentang gambaran reduksi urin positif terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yaitu sebagai berikut : Pasien Diabetes Melitus dengan Glukosa Darah diketahui Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Carik Celup Metode Benedict Faktor yang - + mempengaruhi hasil Benedict Keterangan : = Yang diteliti 1. Obat-obatan 2. Zat yang bukan gula dalam urin 3. Lama Penyimpanan 4. Waktu tunda urin 5. Vitamin C 6. Keadaan Ginjal = Yang tidak diteliti Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, M. dkk. (2012) Dasar-dasar metode statistika untuk penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Al-Qur’an. (2010) Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit Dipenogoro. Bintang, Maria. 2010. Biokimia – Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Ketiga. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan Republlik Indonesia. 2008. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar. Jakarta : Departemen Repubik Kesehatan Indonesia. Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Herlini (2012) Diabetes Mellitus Indonesia Diduduki Peringkat ke-4 Dunia. Tersedia dalam http://health .liputan6.com/read/68590/diabetesmelitus-indonesia-duduki-peringkat-ke-4-dunia Desember 2015]. 39 [Diakses 15 40 Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC. Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani Penyakit kencing Manis. Jogjakarta : Katahati. Nabyl. (2009) Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Price A S, Wilson M N, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi 6. Alih Bahasa : Huriawati Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Rindiastuti, Y., 2008. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronik, Fakultas Kedokteran UNS. Sacher, Ronald A & Mc Pherson, Richard A. (2004) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta : EGC. Soewondo, P. 2006.Ketoasidosis Diabetik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indnesia. Subekti, Imam. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ketiga. Jakarta : EGC. 41 Tandra, H. 2008. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.