Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan

advertisement
Dampak Pencemaran Pantai Dan
Laut Terhadap Kesehatan Manusia
Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk,
semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta
semakin berkembangnya Kawasan Industri di kota besar, akan
memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada perairan
pantai dan laut. Hal ini disebabkan karena semua limbah dari
daratan, baik yang berasal dari pemukiman perkotaan maupun
yang bersumber dari kawasan industri, pertanian dll. pada
akhirnya bermuara ke pantai.
Limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, perhotelan,
rumah sakit dan industri rumah tangga yang terbawa oleh air
sisa-sisa pencucian akan terbuang ke saluran drainase dan
masuk ke kanal dan selanjutnya terbawa ke pantai. Limbah
yang dibuang pada tempat pembuangan sampah akan terkikis
oleh air hujan dan terbawa masuk ke kanal atau sungai dan
selanjutnya juga bermuara ke pantai. Limbah yang berasal dari
kawasan industri baik yang sudah diolah maupun yang belum,
juga pada akhirnya akan terbuang ke perairan pantai.
Polutan dalam Organisme Laut
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan
lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan
bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat
penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir.
Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk
ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut
dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke
sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi,
kerang, rumput laut dan lain-lain).
Kemudian,polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung
oleh fitoplankton.
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama
dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan
zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton
lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya.
Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua.
Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya
dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung
konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara
seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam
berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring
air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton
ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan
terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi
konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari
fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai
ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh
organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi,
kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan
manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan.
Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan
besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood)
yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi
kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World
Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan
FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi
Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar
logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu
elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil
dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh
manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan
kematian. Beberapa logam berat yang berbahaya adalah air
raksa atau mercury (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Tembaga (Cu), dan lain-lain.
Mercury
Air Raksa atau Mercury (Hg) adalah salah satu logam berat
dalam bentuk cair. Terjadinya pencemaran mercury di perairan
laut lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibanding
faktor alam. Meskipun pencemaran mercury dapat terjadi
secara alami tetapi kadarnya sangat kecil. Pencemaran
mercury secara besar-besaran disebabkan karena limbah yang
dibuang oleh manusia.
Manusia telah menggunakan mercury oksida (HgO) dan
mercury sulfida (HgS) sebagai zat pewarna dan bahan
kosmetik sejak jaman dulu. Dewasa ini mercury telah
digunakan secara meluas dalam produk elektronik, industri
pembuatan cat, pembuatan gigi palsu, peleburan emas,
sebagai katalisator, dan lain-lain. Penggunaan mercury sebagai
elektroda dalam pembuatan soda api dalam industri makanan
seperti minyak goreng, produk susu, kertas tima, pembungkus
makanan juga kadang mencemari makanan tersebut.
Pencemaran logam mercury (Hg) mulai mendapat perhatian sejak
munculnya kasus minamata di Jepang pada tahun 1953. Pada
saat itu banyak orang mengalami penyakit yang mematikan akibat
mengonsumsi ikan, kerang, udang dan makanan laut lainnya
yang mengandung mercury.
Kasus Minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah
menyebabkan ribuan orang meninggal dunia akibat pencemaran
mercury di Teluk Minamata Jepang. Industri Kimia Chisso
menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam
memproduksi acetaldehyde sintesis di mana setiap memproduksi
satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100 gr
mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke
laut Teluk Minamata.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut
baik secara langsung dari air maupun mengikuti rantai
makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi
pada daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang
merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat
Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam
rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata
mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang
mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut dalam
jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh,
kehilangan indera perasa dan bahkan banyak yang
meninggal dunia.
Kadmium
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang
berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di
wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan
pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di
Jepang menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya
ditandai dengan ketidak-normalan tulang dan beberapa
organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang
disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis
tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman,
serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan
kerapuhan tulang.
Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri
antara lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai,
minyak pelumas, bahan bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas
mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd
sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan
ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan
pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd
masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan
bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke
laut. Konsentrasi Cd pada air laut yang tidak tercemar adalah
kurang dari 1 mg/l atau kurang dari 1 mg/kg sedimen laut.
Konsentrasi Cd maksimum dalam air minum yang diperbolehkan
oleh Depkes RI dan WHO adalah 0,01,mg/l. Sementara batas
maksimum konsentrasi atau kandungan Cd pada daging
makanan laut yang layak bagi kesehatan yang direkomendasikan
FAO dan WHO adalah lebih kecil dari 0,95 mg/kg. Sebaliknya
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan merekomendasikan tidak
lebih dari 2,0 mg/kg.
Timbal
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya
toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak
perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan
penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi
anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air
dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb
ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas
bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir.
Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan
kejadian tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi
tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi
pencemaran Pb di atmosfir.
WHO dan FAO merekomendasikan bahwa konsentrasi Pb pada
daging makanan laut yang layak konsumsi adalah lebih kecil dari
0,715 mg/kg. Sebaliknya Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan
merekomendasikan tidak lebih dari 2,0 mg/kg.
Perlu Perhatian Serius
Berdasarkan hasil beberapa penelitian baik penelitian skripsi
mahasiswa, penelitian perguruan tinggi, penelitian Litbang
Pemerintah, penelitian LSM, penelitian Bapedalda menunjukkan
bahwa beberapa titik di Pantai Losari sudah mengalami tekanan
pencemaran yang cukup serius. Oleh karena itu, pencemaran
Pantai Losari seharusnya perlu mendapat perhatian yang serius
dari berbagai pihak, baik masyarakat awam, Lembaga Sosial
Masyarakat, pemerhati lingkungan, peneliti, perguruan tinggi
maupun pemerintah sebagai pengambil kebijakan.
Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada perhatian serius
maka tidak menutup kemungkinan dampak yang ditimbulkan jauh
lebih besar dan harus mengeluarkan biaya kesehatan dan biaya
sosial yang jauh lebih besar. Selanjutnya, dilakukan monitoring
dan kontroling terhadap konsentrasi logam berat pada makanan
laut yang diambil di sekitar area yang tercemar terutama pantai
Losari dan muara Sungai Tallo demi kemaslahatan umat manusia.
Download