BAB II TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN

advertisement
BAB II
TENTANG TANGGUNG JAWAB, DIREKTUR, PERUSAHAAN,
PEKERJA, DAN KECELAKAAN KERJA
2.1
Tanggung Jawab
2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,
memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab
dan menanggung akibatnya.1 Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya
sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab, apabila tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak
yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia
merasa bertanggung jawab karena dapat menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
1
Wahmuji, 2008, “Kamus bahasa indonesia”, PT Gramedia Pustaka, Jakarta, h.128
1
mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan,
penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setiap
manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung
jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah di lakukan. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari
manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di
kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat
dari perbuatan pihak yang berbuat.
Ridwan Halim mendefinisikan tanggung jawab hukum sebagai
sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik peranan itu
merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan.2 Secara umum tanggung
jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau
berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang
telah ada.3
Ada beberapa macam tanggung jawab menurut para ahli yaitu :
a) Tanggung jawab Individu
Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat
bertanggung jawab. Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan
mereka. Oleh karenanya, istilah tanggung jawab pribadi atau tanggung
2
Ridwan Halim, 2011, “Tanggung jawab hukum”, Bumi aksara, Jakarta, h. 55
Khairunnisa, 2008, Kedudukan Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan,
Pasca Sarjana, hl. 4
3
2
jawab sendiri sebenarnya “mubajir”. Suatu masyarakat yang tidak mengakui
bahwa setiap individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya
tidak mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu
mengenali hakikat kebebasan. Friedrich August von Hayek mengatakan,
Semua bentuk dari apa yang disebut dengan tanggung jawab kolektif
mengacu pada tanggung jawab individu.4 Istilah tanggung jawab bersama
umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi tanggung jawab itu
sendiri. Dalam tanggung jawab politis sebuah masalah jelas bagi setiap
pendelegasian kewenangan (tanggung jawab). Pihak yang disebut
penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan
mereka. Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya
atau pensiun dini. Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak.
Karena itulah para penganut liberal menekankan pada subsidiaritas, pada
keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di kalangan rakyat
yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan tersebut.
b) Tanggung jawab terhadap kebebasan
Kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dipisahkan. Orang yang
dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya dan mempertanggung
jawabkan perbuatannya hanyalah orang yang mengambil keputusan dan
bertindak tanpa tekanan dari pihak manapun atau secara bebas. Liberalisme
menghendaki satu bentuk kehidupan bersama yang memungkinkan
manusianya untuk membuat keputusan sendiri tentang hidup mereka.
4
Friedrich august von hayek, 2001, Tanggung jawab individu, Pradya Paramitha, jakarta,
h. 102
3
Karena itu bagi suatu masyarakat liberal hal yang mendasar adalah
bahwa setiap individu harus mengambilalih tanggung jawab. Ini merupakan
kebalikan dari konsep sosialis yang mendelegasikan tanggung jawab dalam
ukuran seperlunya kepada masyarakat atau negara. Kebebasan berarti
tanggung jawab. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan manusia takut
terhadapnya. George Bernard Shaw mengatakan, Persaingan yang
merupakan unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi
jika ada tanggung jawab individu.5
c) Tanggung jawab sosial
Dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggung jawab
sosial. Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi dari tanggung
jawab secara umum. Namun berbeda dari penggunaan bahasa yang ada,
tanggung jawab sosial dan solidaritas muncul dari tanggung jawab pribadi
dan sekaligus menuntut kebebasan dan persaingan dalam ukuran yang
tinggi. Untuk mengimbangi “tanggungjawab sosial” tersebut pemerintah
membuat sejumlah sistem, mulai dari Lembaga Federal untuk Pekerjaan
sampai asuransi dana pensiun yang dibiayai dengan uang pajak atau
sumbangan-sumbangan paksaan. Institusi yang terkait ditentukan dengan
keanggotaan
paksaan.
Karena
itu
institusi-institusi
tersebut
tidak
mempunyai kualitas moral organisasi yang bersifat sukarela. Orang yang
terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah mereka yang
melaksanakan tanggungjawab pribadi untuk diri sendiri dan orang lain.
5
George Bernard Shaw, 1999, Persaingan Masyrakat, Rajawali press, jakarta, h. 90
4
Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai ganti
tanggungjawab. Carl Horber mengatkan, Pada akhirnya tidak ada yang
bertanggungjawab atas dampak-dampak dari penagaruh politik terhadap
keamanan sosial.6 Akibatnya ditanggung oleh pembayar pajak dan penerima
jasa.
d) Tanggung jawab terhadap orang lain
Setiap manusia mempunyai kemungkinan dan di banyak situasi juga
kewajiban moral atau hukum untuk bertanggungjawab terhadap orang lain.
Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling
memberikan tanggung jawabnya. Si orang tua bertanggung jawab kepada
anaknya, anggota keluarga saling tanggung jawab. Anggota keluarga saling
membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam
keadaan sakit. Ini khususnya menyangkut manusia yang karena berbagai
alasan tidak mampu atau tidak mampu lagi bertanggungjawab terhadap
dirinya sendiri secara penuh. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu
berbentuk perkawinan atau tidak. Tanggung jawab terhadap orang lain
seperti ini tentu saja dapat diterapkan di luar lingkungan keluarga.
Bentuknya bisa beranekaragam. Yang penting adalah prinsip sukarela pada
kedua belah pihak. Pertanggungjawaban manusia terhadap dirinya sendiri
tidak boleh digantikan dengan perwalian.
e) Tanggung jawab terhadap risiko
6
Carl Horber, 2001, Politik terhadap keamanan sosial, Pradya paramitha, Jakarta, h. 79
5
Dalam masyarakat modern orang berhadapan dengan berbagai
risiko. Risiko itu bisa membuat orang sakit dan membutuhkan penanganan
medis yang sangat mahal. Atau membuat orang kehilangan pekerjaan dan
bahkan harta bendanya. Ada berbagai cara untuk mengamankan dari risiko
tersebut, misalnya dengan asuransi. Untuk itu tidak diperlukan organisasi
pemerintah, melainkan hanya tindakan setiap individu yang penuh
tanggungjawab dan bijaksana.7
2.1.2. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Di Perusahaan
Bentuk tanggung jawab di perusahaan bisa di lihat dari beberapa
bentuk tanggung jawab seperti halnya pengusaha berkewajiban untuk
memberikan perlindungan kerja kepada pekerja dalam hal ini pengusaha
memiliki sebuah tanggung jawab kepada segala hal yang berkaitan dengan
perusahaan. Salah satu tanggung jawab di perusahaan yaitu tanggung jawab
pengusaha kepada pekerja untuk meberikan suatu perlindungan kerja,
memenuhi hak dan kewajiban pekerja seperti yang di sebutkan di dalam
Pasal 10 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja menjelaskan mengenai kewajiban pengusaha dalam hal
pelaksanaan jaminan kecelakan kerja, kewajiban pengusaha dalam pasal ini
menjelaskan jika terjadi kecelakaan terhadap pekerja, pengusaha wajib
melaporkan kecelakaan kerja kepada kantor Departemen Tenaga Kerja dan
badan penyelenggara tidak lebih dari 2x24 jam, karena jika pengusaha
7
Widiyono, 2004, Wewenang Dan Tanggung Jawab, Ghalia Indonesia, Bogor, h. 27
6
melebihi waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang maka, proses
klaim tidak dapat dilakukan. Pengusaha diwajibkan melaporkan kepada
Departemen Tenaga Kerja dan badan penyelenggara tidak lebih 2x24 jam
setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya
dinyatakan sembuh. Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa
kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hakhaknya. Adapun bentuk tanggung jawab lainnya seperti:
1. Tanggung Jawab terhadap Karyawan
Bisnis mempunyai sejumlah tanggung jawab terhadap karyawan.
Pertama, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lapangan
pekerjaan jika mereka ingin tumbuh. Perusahaan juga memiliki tanggung
jawab terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka,
perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.
-
Keselamatan Karyawan
Perusahaan memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan
dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa tindakan
pencegahannya dengan cara memeriksa mesin dan peralatan guna
memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan
digunakannya kacamata keselamatan atau peralatan lainnya yang dapat
mencegah terjadinya cedera, dan menekankan tindakan pencegahan khusus
dalam seminar-seminar pelatihan.
Perusahaan yang menciptakan lingkungan kerja yang aman
mencegah terjadinya cedera dan meningkatkan moral karyawan. Banyak
7
perusahaan saat ini mengidentifikasikan keselamatan di tempat kerja
sebagai salah satu tujuan utamanya. Pemilik perusahaan mengakui bahwa
perusahaan akan mengeluarkan biaya guna memenuhi tanggung jawab
seperti keselamatan karyawan. Usaha perusahaan untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman mencerminkan biaya penting dalam
menjalankan usaha.
-
Perlakuan yang semestinya oleh karyawan lain
Perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan
diperlakukan dengan semetinya oleh karyawan lain. Dua masalah utama
berkaitan dengan perlakuan karyawan adalah keragaman dan pencegahan
terjadinya pelecehan seksual.
Keragaman, tidak hanya terbatas pada jender dan suku. Karyawan
dapat berasal dari latar belakang yang sepenuhnya berbeda dan memiliki
keyakinan yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan konflik ditempat
kerja. Banyak perusahaan memcoba untuk mengintegrasikan karyawan
dengan latar belakang yang berbeda agar mereka belajar bekerja sama guna
mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun merka memiliki pandangan
yang berbeda mengenai masalah-masalah di luar kerja. Banyak perusahaan
merespons terhadap meningkatnya keregaman antar karyawan dengan
menawarkan seminar mengenai keregaman, yang menginformasikan kepada
karyawan mengenai keregaman budaya.
Pencegahan terjadinya pelecehan seksual. Masalah lain di tempat
kerja adalah seksual(sexual harassment), yang melibatkan komentar atau
8
tindakan yang bersifat seksual tidak di terima. Perusahaan cenderung
mencegah pelecehan seksual dengan memberikan seminar mengenai hal
tersebut. Misalnya, seorang karyawan mungkin akan membuat suatu
paksaan seksual terhadap karyawan lain dan menggunakan kepuasaan
pribadi dalam perusahaan untuk menakuti status pekerjaan lain. Seperti,
seminar deversitas. Seminar ini dapat menolong karyawan menyadari
bagaimana suatu pernyataan atau perilaku mungkin dapat menyinggung
perasaan karyawan lain. Seminar ini tidak hanya suatu tindakan tanggung
jawab terhadap karyawan tetapi juga dapat memperbaiki produktivitas
perusahaan dengan menolong karyawan merasa kerasan dan nyaman.
2. Tanggung Jawab kepada Pemegang Saham (Investor)
Perusahaan bertanggung jawab untuk memuaskan pemiliknya(para
pemegang saham). Karyawan dapat tergoda untuk membuat keputusan yang
memuaskan kepentingan mereka sendiri dan bukannay kepentingan pemilik
saham. Misalnya saja, beberapa karyawan megambil uang perusahaan untuk
kepentingan pribadinya dan bukan kepentingan perusahaan.
3. Tanggung Jawab terhadap Kreditor
Perusahaan
bertanggung
jawab
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya kepada kreditor. Jika suatu perusahaan mengalami masalah
keuangan dan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan
tersebut harus menginformasikan hal ini kepada kreditornya. Suatu
perusahaan memiliki insentif yang kuat untuk memenuhi tanggung
9
jawabnya terhadap kreditor. Jika perusahaan tidak membayar utangnya
kepada kreditor, perusahaan tesebut dapat dipaksa pailit.
4. Tanggung Jawab terhadap lingkungan
Kualitas lingkungan adalah kebaikan public, dimana setiap orang
menikmatinya tanpa peduli siapa yng membayar untuknya. Jika suatu
produk yang dihasilkan suatu perusahaan tentunya membawa dampak
negative tehadap lingkungan (pencemaran lingkunga) seperti, polusi udara,
tanah dan air. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
Polusi udara
Beberapa proses produksi menimbulkan polusi udara yang sangat
berbahaya bagi lingkungan masyarakat karena bisa menimbulkan penyakit
dan saluran pernapasan. Contonya seperti, polusinya kendaraan, produksi
bahan bakar dan baja.
Suatu perusahaan tentunya mempunyai tujuan untuk menghasilkan
suatu produknya yang baik dengan begitu mereka berusaha agar yang
dihasilkan tidak membahayakan lingkungan, contoh pada perusahaan
otomotif dan baja telah mengurangi polusi udara dengan mengubah proses
produksinya sehingga lebih sedikit karbon dioksida yang dilepaskan ke
udara.
Peranan pemerintah dalam mencegah polusi udara. Pemerintah juga
terlibat dalam memberlakukan pedoman tertentu yang mengharuskan
perusahaan untuk membatasi jumlah karbon dioksida yang ditimbulkan
olehproses
produksi.
Pada
tahun
10
1970,
Environmental
Protection
Agency(EPA), diciptakan untuk mengembangkan dan memberlakukan
standar polusi.
-
Polusi Tanah
Tanah telah terpolusi oleh limbah yang beracun yangn tida
dihasilkan dari beberapa proses produksi. Akibatnya tanah akan rusak tidak
subur dan akan berdampak buruk bagi pertanian.
Dengan begitu perusahaan harus mempunyai suatu strategi yang
mengarah pada pencegahan terhadap polusi tanah. Misalkan, perusahaan
merevisi produksi dan pengemasan guna mengurangi jumlah limbah.
Perusahaan juga harus menyimpan limbah beracunnya ditempat yang
khusus untuk limbah beracun dan perusahaan juga bias mendaur ulang
membatasi penggunaan bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi
limbah padat. Ada banyak perusahaan yang memiliki program lingkungan
yang didesain untuk mengurangi kerusakan lingkuperngan.
-
Polusi Air / Pencemaran Air
Pencemaran air mengacu pada perubahan fisik, biologi, kimia dan
kondisi badan air yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem.Seperti
jenis polusi, hasil polusi air bila jumlah besar limbah yang berasal dari
berbagai sumber polutan tidak dapat lagi ditampung oleh ekosistem alam.
5. Tanggung Jawab terhadap Komunitas
Suatu perusahaan ketika mendirikan basisnya di suatu komunitas,
maka perusahaan tersebut menjadi bagian dari komunitas itu dan
mengandalkan komunitas tersebut sebagai pelanggan dan karyawannya.
11
Perusahaan mendemonstrasikan acara-acara
sumbangan
ke
yayasan
local,
misalkan
local
atau memberikan
perusahaaan
yang
telah
mendonasikan dana ke unversitas.8
2.2.Perusahaan
2.2.1.Pengertian perusahaan
Perusahaan merupakan salah satu pengertian ekonomi yang juga
masuk ke dalam lapangan hukum perdata. Kata perusahaan di dalam kamus
bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) pengertian yaitu :
a. Onderneming, yang berarti suatu bentuk hukum (recht
worm) dari dari suatu perusahaan seperti misalnya
Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Firma (CV). Jika
dikatakan ondereming, maka yang di maksud adalah
menunjuk pada bentuk hukumnya yang berbentuk dua
macam yaitu :
1. Badan Hukum
2. Bukan Badan Hukum
b. Bedrif
yang
berarti
kesatuan
teknik
kegiatan
pengelolaan untuk produksi seperti misalnya home
industry / indrusti rumah tangga atau industri rumahan,
kerajinan atau keterampilan khusus, pabrik.
8
Chrysanti Hasibuan Sedyono, 2015, Tanggung jawab sosial perusahaan, URL:
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, diakses tanggal 05 oktober
2015
12
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di artikan sebagai berikut :
1. Perusahaan yang berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang karena
sifatnya dibebani tanggung jawab terbatas sebatas modal yang
ditanamkan.
2. Perusahaan yang tidak berbadan hukum yaitu suatu perusahaan yang
menurut sifatnya dan bentuknya memiliki tanggung jawab yang luas
secara pribadi.9
Beberapa pakar hukum telah merumuskan beberapa pengertian mengenai
perusahaan, yaitu :
a. Molleggraaff memberikan rumusan : bawasannya perusahaan
adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus,
untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan
atau menyerahkan barang dan atau mengadakan perjanjian
perdagangan.10
Perusaahaan merupakan salah satu sendi utama dalam kehidupan
masyarakat modern, karena perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan
manusia guna memenuhi kehidupannya. Selain itu perusahaan juga sebagai
salah satu sumber pendapatan negara melalui pajak dan wadah peyaluran
tenaga kerja.
Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan bahwa perusahaan adalah :
9
Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 49
Molleggraaff, 2007, Pengertian perusahaan, Rajawali Press, Jakarta, h. 122
10
13
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,
baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
Molleggraaff memandang pengertian perusahaan dari segi ekonomi
karena kaarena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan cara :
-
Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan
menjualnya kembali dengan perhitungan memperoleh
penghasilan berupa keuntungan atau laba.
-
Menyerahkan barang, yaitu melepaskan penguasaan
atas
barang
dengan
perhitungan
memperoleh
penghasilan dengan cara menyewakan barang.
b. Polak merumuskan perusahaan dari sudut komersial, artinya : Bisa
dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi
yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.11
Penambahan unsur laba rugi pada undur-unsur : terus menerus,
terang-terangan dalam badan usaha pada kegiatan di bidang
ekonomi, terbukti dari penjelasannya bahwa apakah suatu
11
Polak, 1997, Sifat Perusahaan, Bumi aksara, Jakarta, h. 50
14
perusahaan dijalankan menurut cara-cara yang lazim atau tidak,
dapat diketahui dari peraturan menjalankan perusahaan itu dan
bukan dijalankan secara teselubung atau tersembunyi. Jika unsur
tersebut tidak ada, maka hilanglah sifat perusahaan dari aspek
hukum perusahaan.
c. Menurut Undang-undang No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan Daftar Perusahaan (UDWP) dalam pasal 1 huruf (b)
disebutkan bahwa :
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat dikemukakan bahwa
dalam pengertian perusahaan terdapat dua hal yaitu :
a. Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, dalam bahasa
inggris disebut “company”.
b. Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang
dilakukan secara terus menerus oleh pengusaha untuk memperoleh
keuntungan dan atau laba, dalam bahasa inggris disebut business.12
1.2.2 Bentuk-bentuk Perusahaan
Berdasarkan pengertian di dalam kamus bahasa Indonesia Kata
perusahaan memiliki 2 (dua) pengertian mengenai bentuk perusahaan yang
telah di jabarkan dan Hukum yang mengatur bentuk-bentuk perusahaan,
pada
umumnya
mencakup
bentuk-bentuk
12
usaha
persekutuan
Andasasmita, 2006, Pengertian perusahaan, Gramedia Pustaka, Jakarta, h.50
15
(Partnership)/Perusahaan tidak berbadan hukum, dan bentuk usaha
berbadan hukum (corporation). 13
Bentuk-bentuk perusahaan secara umum ada 2 (dua) yaitu:
1.
Perusahaan Berbadan Hukum seperti :
a.
Perseroan Terbatas (PT)
Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa : “Badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan
memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.
Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu
badan hukum. PT berbeda dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan
hukum. Sebagai badan hukum dalam PT terdapat pemisahaan
kekayaan antara milik perusahaan dengan milik pribadi pengusaha.
Walau demikian PT sebagai badan hukum yang wajib mendapat
pengesahan dari pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman.
Sedangkan bentuk usaha yang bukan badan hukum tidak memiliki
kewajiban demikian. Dalam pengertian tersebut juga disebutkan
bahwa PT didirikan berdasarkan sebuah perjanjian, PT bukanlah
perusahaan perorangan seperti UD, tetapi suatu persekutuan sama
halnya dengan Fa dan CV yang didirikan oleh lebih dari satu orang.
13
Agus Sardjono, 2014, Pengantar Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 25
16
Adapun ciri-ciri Perseroan Terbatas yaitu :
1. Berbadan hukum memiliki harta kekayaan yang terpisah
dengan harta pribadi.
2. Modal terdiri dari saham-saham sehingga tanggung jawab
pemegang saham terbatas pada sejumlah saham yang
dimasukannya.
3. Sistemnya lebih tertutup sehingga segala jenis pengoperasian,
pembubaran dan aturan lainnya diatur berdasarkan UndangUndang.14
Pendirian Perseroan terbatas harus dengan akta notaris dan memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang harus disahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM, dan kewajiban mendaftarkan/mengumumkan
berada dipundak direksi. Selanjutnya didaftarkan ke Departemen
Perindustrian dan perdagangan dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara.15
b. Koperasi
Pada dasarnya koperasi berasal dari Bahasa Inggris Coperation
terdiri dari dua suku kata “Co yang berarti bersama, dan Operation
yang berarti bekerja.” Sehingga koperasi bisa diartikan bekerja sama.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
koperasi merupakan
perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para
14
15
Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 58
Ibid
17
anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan
harga murah (tidak bermaksud mencari untung).
Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoprasian pada Bab I
Pasal 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Menurut Moh. Hatta “Bapak Koperasi Indonesia”, koperasi adalah
usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut
didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan
seorang buat semua dan semua buat seorang.
Modal koperasi bersumber dari anggota baik berupa simpanan
pokok, simpanan wajib maupun simpanan sukarela: simpanan dari
anggota, hibah, dana cadangan, dari SHU (sisa hasil usaha) dan
pinjaman-pinjaman lain. Seluruh modal dipergunakan untuk sebesarbesar keperluan dan kesejateraan anggota koperasi.16
Pendirian koperasi primer dapat dilakukan dengan jumlah anggota
minimal 20 orang. Disamping itu di dalam praktik dapat juga dibentuk
koperasi pusat yaitu koperasi yang terdiri dari minimal tiga koperasi
primer, dan koperasi gabungan dapat dibentuk dengan jumlah minimal
16
Ibid, h. 62
18
tiga koperasi pusat, dan koperasi induk dapat dibentuk minimal tida
koperasi gabungan.17
Berhubung koperasi didirikan atas asas kekeluargaan, maka
koperasi merupakan soko guru perekonomian bangsa yang diharapkan
menjadi kekuatan perekonomian rakyat maka koperasi memiliki
beberapa prinsip yaitu:
1) Sukarela
2) Demokratis
3) Sisa Hasil Usaha dipergunakan untuk masing-masing anggota
4) Kemandirian.18
Pendirian koperasi harus dilaksanakan dengan membuat Anggaran
Dasar (AD) yang disahkan oleh Kantor Perdagangan dan Koperasi
setempat dan diumumkan Tambahhan berita negara Republik
Indonesia.
Organ Koperasi terdiri dari: Rapat anggota sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi, Pengurus sebagai pengelola koperasi sehari-hari
dan Pengawas yang bertindak mengawasi sepak terjang koperasi.19
c. Yayasan
Yayasan
(foundation)
adalah
suatu
Badan
Hukum
yang
mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan, didirikan dengan memerhatikan persyaratan formal
17
Ibid, h. 63
Ibid
19
Ibid
18
19
yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.20
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan /atau ikut serta
dalam suatu badan usaha. Yayasan tidak boleh membagikan hasil
kegiatan usaha kepada Pembina., Pengurus, dan Pengawas. Yayasan
didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal. Pendirian yayasan
dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
Biaya
pembuatan
akta
notaris
ditetapkan
dengan
Peraturan
Pemerintah21.
Dalam hal yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama
orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendirian yayasan tersebut
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pengesahan akta pendirian
diajukan
oleh
pendirian
atau
kuasanya
dengan
mengajukan
permohonan tertulis kepada Menteri Kehakiman dan HAM.
Pengesahan akan diberikan dalam waktu paling lambat 30 hari
terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Dalam
20
21
Ibid, h. 64
Ibid
20
waktu di perlukan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam
jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal jawaban
permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait; atau setelah
lewat
30
hari
terhitung
sejak
tanggal
jawaban
permintaan
pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.22
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus,
dan Pengawas.
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang
tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawa oleh undang-undang
ini atau anggaran Dasar. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
1)
Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar.
2)
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan
anggota Pengawas.
3)
Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran
Dasar Yayasan.
4)
Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan
Yayasan.
5)
Penetapan
keputusan
pembubaran Yayasan.
22
Ibid
21
mengenai
penggabungan
atau
Pengurusan
adalah
organ
yayasan
yang
melaksanakan
kepengurusan yayasan. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah
orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.23
Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan
rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 kali masa jabatan. Susunan Pengurus sekurangkurangnya terdiri atas:
1) Seorang ketua;
2) Seorang sekretaris/ dan
3) Seorang bendahara.
Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan
serta
memberi
menjalankan
kegiatan
nasihat
yayasan.
kepada
Yayasan
pengurus
memiliki
dalam
pengawas
sekurang-kurangnya 1(satu) orang pengawas yang wewenang, tugas,
dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar. Yang dapat
diangkat menjadi Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum, Pengawas tidak boleh merangkap
sebagai Pembina atau Pengurus.24
2.
Perusahaan tidak berbadan hukum seperti :
a.
23
24
Perusahaan Perorangan / Usaha Dagang (UD)
Ibid, h. 65
Ibid
22
Perusahaan Perorangan merupakan bentuk usaha paling sederhana
yang termasuk kedalam usaha swasta yang pengusahanya satu orang.
Pengusaha disini adalah pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang
dimaksudkan dapat berupa uang, benda atau tenaga (keahlian) yang
semuanya bernilai uang.
Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal pengambilan
keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang
ada. Sedangkan kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang
besar untuk menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.25
b.
Persekutuan Perdata
Pasal 1618 KUHD menyebutkan bahwa maatschap adalah suatu
perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya.26
Persekutuan memiliki arti persatuan orang perseorangan yang
mempunyai kepentingan yang sama terhadap suatu perusahaan tertentu.
Sedangkan arti sekutu adalah peserta pada suatu perusahaan. Jadi,
persekutuan dapat diartikan sebagai perkumpulan orang orang yang
menjadi peserta pada suatu perusahaan tertentu. Jika badan usaha tersebut
tidak menjalankan perusahaan, maka badan itu bukanlah Persekutuan
Perdata, tetapi dikatakan sebagai Perserikatan Perdata, orang-orang yang
mengurus badan usaha itu disebut anggota bukan sekutu.
25
26
Ibid
Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, h. 49
23
Perkembangan lebih lanjut di belanda penggunaan istilah
maatschap ditiadakan dan dimasukkan ke dalam pengertian vennootschap
yang menyatakan bahwa perseroan perdata adalah suatu bentuk perjanjian
kerja sama. Persekutuan perdata ini merupakan bentuk pemitraan yang
paling sederhana, karena :
1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang “besarnya”
modal.
2. Dalam hal pemasukan sesuatu dalam persekutuan atau
maatschap selain terbentuk uang atau barang, dapat hanya
menyumbangkan tenaga kerja.
3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, dan dapat didalam bidang
perdagangan.
4. Tidak terdapat pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang
dilakukan dalam Firma. Apabila tidak ditetapkan lain didalam
persetujuan perjanjian, maka kerja sama tersebut sudah mulai
berlaku setelah adanya perjanjian.
Perjanjian dalam persekutuan perdata pada umumnya berisi hal-hal
sebagai berikut :
1. Pembagian keuntungan. Apabila pembagian keuntungan tidak
diatur, maka berlaku ketentuan menurut Undang-undang.
2. Tujuan kerjasama.
3. Waktu atau lamanya.
24
Pasal 1619 KUHPerdata menetapkan bahwa segala Perseroan
harus mengenai suatu usaha dan dibuat untuk kemanfaatan bersama.
Kemanfaatan bersama dari pihak yang bersangkutan dimaksudkan bahwa
masing-masing sekutu berjanji untuk mendapatkan keuntungan, yang akan
dibagi bersama diantara para anggota sekutu.
c.
Persekutuan Firma (Fa)
Firma merupakan suatu persekutuan karena pengusahanya
merupakan sekutu (partner) yang lebih dari satu orang. Firma adalah tiap
persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah
satu nama bersama dan tanggung jawab secara tanggung menanggung.27
Menurut Pasal 16 KUH Dagang bahwa tiap-tiap persekutuan yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Jadi firma
merupakan persekutuan Perdata khusus, dimana kekhususannya terletak
pada 3 (tiga) unsur mutlak yaitu :
1. Menjalankan Perusahaan
2. Dengan nama bersama atau Firma
3. Adanya pertanggung jawaban sekutu yang bersifat pribadi
untuk keseluruhan (tanggung jawab tentang perikatan /
perjanjian persekutuan).
Menurut Pasal 22 KUHD, firma didirikan dengan akta autentik yang
dimuat dimuka notaris. Dalam pasal 26 KUHD Akta pendirian tersebut memuat
anggaran firma dengan rincian sebagai berikut :
27
Ibid, h. 26
25
1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu.
2. Penetap nama bersama atau firma.
3. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan
perusahaan bidang tertentu.
4. Nama-nama
sekutu
yang
tidak
diberi
kuasa
untuk
menandatangani perjanjian bagi firma.
5. Saat mulai dan berakhirnya firma.
6. Ketentuan-ketentuan lain mengenai pihak ketiga terhadap
sekutu.
Akta pendirian firma harus didaftarkan di Kepanitraan pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan firma yang
bersangkutan hal tersebut dijelaskan di dalam Pasal 23 KUHD.
Selanjutnya dalam pasal 28 KUHD, akta pendirian harus diumumkan
dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara.
Firma dimasukkan kedalam golongan bukan badan hukum, karena:
1. Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan
dengan pribadi sekutu-sekutu, setiap sekutu bertanggung jawab
untuk keseluruhan.
2. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri
Kehakiman.
d.
Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan komanditer merupakan persekutuan terbuka yang terangterangan menjalankan perusahaan disamping satu orang atau lebih sekutu biasa
26
yang bertindak sebagai pengurus, mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam
yang bertanggung jawab atas jumlah pemasukannya.28
Menurut pasal 19 KUHD bahwa persekutuan komanditer (CV) adalah
suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang di bentuk antara satu
orang atau lebih, persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab
untuk seluruhnya pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas
(pemberi) uang pada pihak yang lain.
Pengaturan CV dalam KUHD hanya terdapat dalam tiga pasal yaitu Pasal
19,10, dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di tengah pasal-pasal
yang mengatur persekutuan firma tersebut sudah sepatutnya, karena persekutuan
komanditer merupakan persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususan
tersebut terletak pada adanya sekutu komanditer, sedangkan didalam persekutuan
firma tidak terdapat sekutu komanditer. Pada persekutuan firma hanya terdapat
sekutu-sekutu kerja “Firmant” , sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali
sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak bekerja, sekutu
yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.
Kelebihan CV terdapat pada sekutu diam tersebut yang menyebabkan CV
lebih fleksibel karena tersedianya sarana pemodal untuk berinvestasi di dalam
pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu bertindak
sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja.
Dengan demikian, persekutuan komanditer terdapat 2 (dua) macam sekutu
yaitu :
28
Ibid, h.29
27
a. Sekutu Komplementer (sekutu aktif) : Sekutu ini aktif menjalankan
perusahaan dan berhubungan hukum serta bertanggung jawab terhadap
pihak ketiga. Sehingga tanggung jawab sekutu kerja ini adalah
tanggung jawab secara pribadi. Apabila sekutu kerja ini lebih dari
seorang, harus ditegaskan di dalam Anggaran Dasarnya apakah
diantara mereka ada yang dilarang untuk bertindak keluar mengadakan
hubungan hukum/transaksi dengan pihak ketiga (Pasal 17 KUHD).
Meski demikian, sekutu kerja yang dikeluarkan dari kewenangan
untuk bertindak keluar mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga tersebut, tanggung jawabnya tetap sebagaimana ditetapkan di
dalam Pasal 18 KUHD.
b. Sekutu Komanditer (Sekutu Pasif) : Sekutu yang hanya menyerahkan
uang, benda, ataupun tenaga kepada persekutuan seperti apa yang di
sanggupinya, dan untuk itu berhak menerima keuntungan dari
persekutuan. Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada
sejumlah modal yang di sanggupi untuk di setor, dan sekutu imi tidak
boleh ikut campur di dalam pengurusan atau mencampuri tugas dari
sekutu kerja namun hanya berhak mengawasi jalannya perusahaan.
Menurut Pasal 20 ayat (2) KUHD, sekutu komanditer tidak
diperkenankan melakukan pengurusan dalam CV meskipun di beri kuasa.
Apabila sekutu komanditer tetap melakukan pengurusan pada perusahaan
tersebut maka sebagai sanksinya bahwa sekutu komanditer tersebut dapat
28
dipertanggungjawabkan sebagai sekutu komplementer yaitu tanggung
jawab secara pribadi untuk seluruhnya.
2.3. Direktur Perusahaan
2.3.1. Pengertian direktur perusahaan
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja bahwasannya direktur merupakan pejabat yang di tunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja untuk memimpin perusahaannya sendiri atau orang
profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan
memimpin perusahaannya, direktur juga dapat disebut sebagai dewan
manager, dewan gubernur, atau dewan eksekutif. Direktur merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, bertanggung jawab
merekrut para pekerja, menggaji pekerja,mengatur jadwal kerja, mengatasi
segala permasalahan pekerja dan mengurusi semua tentang kebutuhan
pekerja untuk menjalankan pekerjaannya, memberikan perlindungan hak
dan kewajiban pekerja perusahaan. Dan direktur memiliki tanggung jawab
atas kerugian di perusahaan yang disebabkan direktur tidak menjalankan
kepengurusan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan
anggaran dasar, kebijakan yang tepat dalam menjalankan perusahaan. Atas
kerugian perusahaan, direktur akan dimintai pertanggung jawabannya baik
secara perdata maupun pidana. Apabila kerugian perusahaan disebabkan
kerugian bisnis dan direktur telah menjalankan kepengurusan perusahaan
sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan anggaran dasar, kebijakan
29
yang tepat dalam menjalankan perusahaan, maka direktur tidak dapat
dipersalahkan atas kerugian yang dialami perusahaan.29
Setiap perusahaan pasti memiliki orang yang akan mengelola atau
menjalankan usaha tersebut. Salah satu yg diberi kuasa untuk mengelola
perusahaan adalah pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan (bedrif
leider, manager) adalah orang yang diberi kuasa oleh pengusaha untuk
menjalankan perusahaan atas nama pengusaha. Pemimpin perusahaan
berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa dalam segala hal yang
berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya. Pemimpin
perusahaan bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan kemunduran
perusahaan pada perusahaan berbentuk dewan pimpinan yang disebut
Direksi yang di ketuai oleh seorang Direktur Utama.30
2.3.2.Kewenangan Direktur Di Perusahaan
Secara umum di Indonesia pengaturan terhadap direktur terdapat di
dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas di
jabarkan mengenai Tugas, Wewenang, dan Tanggung jawab direktur
perusahaan.31
Beberapa tugas dan wewenang direktur di perusahaan :
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang
a.
administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.
29
Memphis, 2014, pengertian direktur, Serial Online, URL: http;//www.wikipedia.org,
diakses tanggal 25 Agustus 2015
30
Zainal Asikin, 2014, Hukum Dagang, Jakarta, Rajawali Pers, h. 10
31
https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 2015
30
b.
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan
peralatan perlengkapan.
c.
Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
d.
Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif
e.
Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi.
f.
Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan
tata-tertib, keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi
secara tepat, menyesuaikan alokasi waktu per item masalah, menentukan
urutan agenda, mengarahkan diskusi ke arah konsensus, menjelaskan
dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan
g.
Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan
dunia luar
h.
Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board
dan sub-komite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas
i.
Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan pada situasi tertentu
yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-meeting.
j.
Menetapkan peraturan perusahaan, Merencanakan, menetapkan sistem
operasional bank, Menetapkan strategi pencapaian visi dan misi Bank,
Menetapkan strategi pencapaian tingkat kesehatan bank yang sehat dan
31
wajar, Menetapkan kebijakan tentang ketentuan-ketentuan pelaksanaan
operasional bank dengan pembagian tugas yang jelas.32
1.4.
Pengertian Pekerja
Istilah buruh sangat populer di dunia perburuhan/ketenagakerjaan,
selain istilah tersebut sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari
zaman penjajahan Belanda, karena peraturan perundang-undangan yang
lama
(sebelum
Undang-undang
No.13
Tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan) menggunakan istilah Buruh. Pada Zaman penjajahan
belanda yang dimaksudkan dengan buruh/pekerja adalah pekerja kasar
seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar yang disebut
juga dengan “Bule Collar”. Sedangkan buruh/pekerja yang melakukan
pekerjaan
di
kantor
“Kariawan/Pegawai”
pemerintah
(White
maupun
Collar).
swasta
Pembedaan
disebut
yang
sebagai
membawa
konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh
pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya memecah belah orang-orang
pribumi.
Setelah merdeka tidak terdapat perbedaan antara buruh halus dan
buruh kasar tersebut, semua semua orang yang bekerja disektor swasta baik
pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal tersebut di jelaskan
dalam pasal 1 ayat (1) a Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 Tentang
32
https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 2015
32
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan bahwa “Barang siapa yang bekerja
pada majikan dengan menerima upah”.33
Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah
sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja
rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan
Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung
kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Akan
tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata tersebut sama mempunyai arti satu
yaitu Pekerja. hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan,
yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.34
Yang dimaksud dengan pekerja yaitu para tenaga kerja yang bekerja
pada perusahaan, dimana para pekerja itu harus tunduk kepada perintah dan
peraturan kerja yang di tetapkan oleh pengusaha (majikan) yang
bertanggung jawab atas tanggung jawab perusahaannya, dan tenaga kerja itu
akan mendapatkan upah dan atau jaminan hidup lainnya yang sewajarnya,
Pengertian tentang pekerja juga dapat di lihat di dalam Undang-undang
kerja, Undang-undang perlindungan dan Keselamatan Kerja, serta beberapa
Undang-undang lainnya dan peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan
dengan Undang-undang tersebut, dimana buruh atau pekerja diartikan
sebagai “tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, yang tunduk dan ada di
33
Lalu Husni, 2012, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Rajawali
Pers, h. 43
34
https://id.wikipedia.org/wiki, Buruh, Diakses tanggal 28 Agustus 2015
33
bawah perintah pengusaha, sesuai dengan peraturan kerja yang berlaku
dalam lingkungan perusahaannya”.35
Sedangkan di dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
“Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat”, dan
pasal 1 angka 3 mengatakan bahwa “Pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan di atas sejalan dengan pengertian tenaga
kerja menurut konsep ketenaga kerjaan pada umumnya sebagaimana di tulis
oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower
adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari kerja dan melakukan pekerjaan lain seperti perusahaan.36
1.4.1. Hak dan Kewajiban Pekerja Perusahaan
1.
Hak Pekerja
a. Setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Undang-undang RI No. 13
Tahun 2003 Pasal 88 Ayat 1).
35
https://id.wikipedia.org/wiki, Direktur, Diakses tanggal 18 September 2015
Payaman J. Simanjuntak, 1985, Pengertian Tenaga Kerja, Bumi Aksara, Jakarta, h. 2
36
34
b. Tuntutan upah pekerja/ buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2
tahun (dua tahun sejak timbul hak) (Undang-undang RI No. 13 Tahun
2003 Pasal 96).
c. Menerima tunjangan bila sakit (Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003
Pasal 93 Ayat 3).
d. Hak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja (Undangundang RI No. 13 Tahun 2003 Pasal 104 Ayat 1).
e. Menerima hak jaminan tenaga kerja (Undang-undang No. 7 Tahun 1992
Pasal 4 Ayat 1).
f. Hak untuk berorganisasi dan berunding bersama (Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 18 Tahun 1956 tentang konvensi ILO).
g. Hak penerimaan upah pada hari raya resmi (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER. 03/ MEN/ 1987).
2.
Kewajiban Pekerja
Tentang Pekerja/buruh yang baik, menurut pasal 1603-d KUHPerdata
dinyatakan sebagai berikut : Yaitu buruh yang menjalankan kewajibankewajibannya dengan baik, yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau
tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama, seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan.
Buruh yang benar-benar telah menghayati nilai-nilai Pancasila, tentunya
dengan keterikatannya dalam hubungan kerja akan mengetahui tentang apa yang
baik yang harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus dihindari, dengan
35
demikian maka pekerja telah turut berperanserta dalam mewujudkan perusahaan
yang stabil, yang akan maju dan berkembang, dimana pekerja akan dapat
menikmati aspek-aspek positif sehubungan dengan kemajuan dan atau
perkembangan perusahaan tempat dimana mereka bekerja, seperti misalnya
peningkatan upah dan jaminan kerja, pendidikan yang diadakan perusahaan,
penghargaan-penghargaan bagi hari tua dan sebagainya, dan dan yang paling
penting pekerja akan dapat bekerja memperoleh upah selama mungkin, sepanjang
perusahaan tetap berdiri dan berkembang.37
Dengan demikian pengusaha wajib memberitahukan atau menyampaikan
kewajiban-kewajiban di dalam bekerja sesuai dengan perjanjian kerja yang dibuat
antara pengusaha dan pekerja berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
tentang Kewajiban Pekerja , yang disebutkan pada pasal-pasal sebagai berikut :
a. Pasal 1603 KUH Perdata : Buruh berkewajiban melakukan pekerjaan
yang dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
b. Pasal 1603-a KUH Perdata : Buruh berkewajiban melakukan sendiri
pekerjaannya, hanyalah dengan seizin pengusaha ia dapat menyuruh
seorang keriga menggantikannya.
c. Pasal 1603-b KUH Perdata : Buruh wajib mentaati peraturan mengenai
hal melakukan pekerjaan dan peratturan yang ditunjukan pada
peningkatan tata tertib dalam perusahaan, peraturan yang diberikan
kepadanya oleh atau atas nama pengusaha dalam batas aturan
37
Kartasaputra, 1986, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Bina
Aksara, Jakarta, h. 62
36
perundang-undangan atau perjanjian atau peraturan pengusaha, atau jika
hal itu tidak ada, yaitu oleh kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
d. Buruh yang bertempat tinggal pada pengusaha, wajib berkelakuan
menurut tata tertib rumah tangga pengusaha.38
3.
a.
Hak Untuk Menerima Upah
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang No.33 Tahun 1947 tentang
kecelakaan kerja yang dimaksud dengan kata “upah” dalam undang-undang ini
adalah :
1)
Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai
ganti pekerjaan.
2)
Perumahan, makanan, bahkan makanan dan pakaian dengan percuma
yang nilainya ditaksir menurut harga umum di tempat itu.
b.
Pengertian upah juga terdapat di dalam Undang-undang RI No. 3 Tahun
1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, yakni terkandung dalam pasal 1 ayat (5)
dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan upah adalah :
Suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pengusaha kepada tenaga
kerja untuk suatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan, dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan
perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan pekerja, termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri
maupun keluarganya.
38
Kartasaputra, 1986, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Bina
Aksara, Jakarta, h. 63
37
Demi meningkatkan taraf hidup (upah) pekerja/ buruh. Biasanya meraka
melakukan beberapa usaha melalui proses pendidikan yang dapat ditempuh
melalui 3 jalur, yaitu :
a.
Pendidikan formal (sekolah).
b.
Pendidikan informal (kursus ketrampilan).
c.
Pendidikan magang (belajar sekaligus bekerja).
Menurut Ubu Ahmad dan Nur Uhbiyati pendidikan terdapat tiga bagian
yaitu :
a.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai jenjang yang
bertingkat, seperti lembaga pendidikan SD dari kelas I sampai
dengan kelas VI, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang dilakukan
karena tugas jabatan oleh guru kepada murid-muridnya.
b.
Pendidikan informal adalah pendidikan tidak resmi yaitu pendidikan
keluarga yang dilakukan karena kewajiban kodrati oleh orang tua
kepada anaknya.
c.
Pendidikan non formal yaitu Pendidikan tersebut bukan resmi seperti
dalam pramuka, Organisasi masyarakat, PKK, pengajian dan
sebagainya.39
Di samping Tri Pusat pendidikan tersebut, dengan istilah-istilah yang
berbeda, ada juga yang mengatakan istilah lain yaitu pendidikan unformal (tak
39
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,1991, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, h. 191
38
resmi). Istilah informal ini dimaksudkan untuk lembaga-lembaga pendidikan yang
tidak mempunyai jenjang tertinggi, seperti kursus-kursus, misalnya kursus
mengetik, montir, menjahit, computer dan lain-lain.
Dari pembahasan di atas dapat diasumsikan bahwa untuk meningkatkan
produktifitas rakyat, perlu memiliki pendidikan yang memadai. Namun, usaha
dalam peningkatan taraf hidup atau lebih sering kita dengar dengan pengentasan
kemiskinan melalui jalur-jalur pendidikan tersebut marupakan usaha yang sia-sia
saja, karena pendidikan perlu banyak biaya, apalagi masa sekarang ini, kebutuhan
hidup meningkat termasuk di dalamnya biaya pendidikan. Dalam kenyataan
usaha-usaha yang dilakukan masyarakat hanya untuk bertahan hidup dan
perhatian dibidang pendidikan sama sekali tidak ada.
1.5.
Pengertian Kecelakaan Kerja
Tenaga kerja merupakan tulang punggung dari perusahaan, tanpa adanya
tenaga kerja maka suatu perusahaan tidak dapat melaksanakan kegiatan
perusahaan. Oleh sebab itu maka diadakan hubungan kerja antara pihak
perusahaan dengan pihak tenaga kerja dengan terlebih dahulu melakukan
perjanjian kerja. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak pertama, si
buruh mengikatkan dirinya dengan pihak lain yaitu majikan untuk bekerja dengan
mendapatkan upah.40 Perjanjian kerja yang telah dibuat oleh kedua belah pihak
tidak boleh bertentangan dengan perjanjian perburuhan yang telah dibuat oleh
pihak pengusaha dengan serikat buruh yang ada pada perusahaan. Demikian juga
40
Lalu husni, 1993, dasar-dasar hukum perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
h.51
39
peraturan kerja tersebut tidak boleh bertentangan denan peraturan perusahaan
yang telah dibuat oleh pihak pengusaha.
Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan dalam
dunia bisnis yang semakin ketat, maka peningkatan mutu bagi perusahaan wajib
dilaksanakan untuk memuaskan konsumen dimana tenaga kerja memegang
peranan pentig untuk mewujudkan hal tersebut. Penggunaan peralatan-peralatan
yang tersedia pada saat ini merupakan peralatan yang bertujuan untuk
memudahkan dan bersifat efisien namun tidak jarang memiliki bahaya apabila
terjadi sedikit. Pekerjaan yang dilakukan akan semakin tinggi dan tidak jarang
terjadi kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja.
Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Terjadinya suatu
kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak diduga dan tidak diinginkan oleh
setiap tenaga kerja. Tidak diduga karena kecelakaan kerja terjadi tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan akan menyebabkan kerugian fisik dan mental
pekerja.
Dalam suatu peristiwa kecelakaa kerja selain akan menyebabkan kerugian
fisik, baik itu luka ringan sampai dengan kemungkinan yang terburuk yakni
kematian dan cacat seumur hidup tentunya tidak jarang disertai juga dengan
kerugian materi. Dalam pasal 6 ayat 1 UU Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja yang terjadi dalam
40
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali melalui
jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Adapun beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian dari kecelakaan
kerja sebagai berikut; menurut imam soepomo yang dimaksud dengan kecelakaan
kerja adalah kecelakaan yang terjadi bila seorang buruh dalam perjalanan menuju
tempat kerja maupun setelah pulang dari melakukan pekerjaan menuju tempat
tinggalnya melalui jalur yang semestinya. 41 Sedangkan darwin prinst memberikan
pengertian bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang dialami seorang
buruh sewaktu melakukan pekerjaan42, serta suma’mur mebuat batasan bahwa
kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja
dengan perusahaan, hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena
pekerjaan pada waktu melaksanakan pekerjaan.43
Pada dasarnya pengertian kecelakaan kerja seluruhnya mencakup faktor
yang sama yaitu kecelakaan yang terjadi yang berhubungan dengan hubungan
kerja dari suatu perjanjian kerja yang telah disepakati sebelumnya, termasuk juga
penyakit yang timbul dari hubungan kerja, dalam hal ini pihak perusahaan wajib
untuk memberikan pertanggung jawaban atas terjadinya kecelakaan kerja yang
menimpa tenaga kerja tersebut atas dasar perjanjian kerja yang telah disetujui oleh
pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja yang memuat hak dan kewajiban dari
41
Imam Soepomo, 1983, Hukum perburuhan bidang kesehatan kerja, Cet. V, Pradya
Paramitha, Jakarta, h.8
42
Darwin Prinst, 2000, Hukum ketenagakerjaan Indonesia, Cet. II, PT Citra aditya bakti,
Bandung, h.213
43
Suma,Mur, 1988, Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Masagung, Jakarta, h. 60
41
kedua belah pihak. Salah satunya terdapat kewajiban dari pihak perusahaan untuk
memberikan perlindungan berupa jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.
Namun terkadang kecelakaan kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga
meliputi kecelakaan-kecelakaan di rumah atau pada waktu rekreasi atau cuti, dan
lain-lain. Hal tersebut merupakan di luar makna kecelakaan akibat kerja,
sekalipun pencegahannya seiring dimasukkan ke dalam program keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk ke dalam
kecelakaan umum, hanya saja menimpa tenaga kerja dari suatu perusahaan namun
di luar lingkup pekerjaan.
1.5.1. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja
Dari hasil berbagai kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi di dalam
suatu perusahaan, di peroleh data bahwa kecelakaan terjadi karena beberapa tipe:
1) Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
2) Jatuh dari ketinggian yang sama.
3) Kejatuhan benda ( berat,keras,runcing,tajam dll )
4) Tersentuh benda panas.
5) Tersentuh aliran listrik.
6) Terbentur.
7) Terbakar.
8) Tersiram cairan panas, uap panas, debu, gas.
9) Keracunan bahan kimia, gas.
10) Tertusuk, teriris, tergores, ( benda tajam, runcing )
42
11) Terpapar radioaktif,
12) Dan lain-lain (yang mungkin bertambah sesuai dengan kemajuan
tehnologi, cara kerja dan pemakaian bahan).
Dari beberapa jenis kecelakaan kerja yang terjadi di dalam perusahaan
tersebut yang di jelaskan peneliti di atas, sebagian besar di sebabkan beberapa
faktor yang terjadi dan mengakibatkan kecelakaan kerja.
Menurut Bennett Santoso terdapat empat faktor bergerak dalam satu
kesatuan berantai yang dapat menyebabkan kecelakaan, yaitu : lingkungan,
peralatan, bahaya dan manusia.44 Ada beberapa sebab yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai menurut Mangkunegara,
diantaranya yaitu :
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang
kurang diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.45
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya.
44
Bennett Santoso, 2004, Kecelakaan Perusahaan, Pradya Paramitha, Jakarta, h. 98
Mangkunegara, 2001, Kesehatan Pegawai, Bina aksara, jakarta, h. 43
45
43
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Kerusakan alat indra dan stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
resiko bahaya.
Menurut Dessler, ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu:
1. Kejadian yang bersifat kebetulan.
2. Kondisi tidak aman :
a. Peralatan pelindung yang tidak memadai.
b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin atau
peralatan.
d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh.
e. Penerangan yang tidak memadai.
f. Ventilasi tidak memadai.46
3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan :
a. Membuang bahan-bahan
46
Dessler, 1997, Kecelakaan Kerja, Rajawali press, Jakarta, h. 51
44
b.
Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.
c.
Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik.
d.
Menggunakan peralatan yang tidak aman.
e.
Menggunakan prosedur yang tidak aman.
f.
Mengambil posisi tidak aman.
g.
Mengangkat secara tidak tepat.
h.
Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih, dan
permainan kasar.
Penyebab dari kecelakaan kerja dimana meliputi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan adanya suatu bahaya dari kecelakaan kerja itu sendiri di bagi
menjadi dua kategori yaitu:
a. Kecelakaan industri (Industrial Accident) merupakan kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau adanya
bahaya itu sendiri.
b. Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) merupakan
kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan
adanya hubungan kerja.47
Dari beberapa penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan, ternyata
faktor manusia didalam timbulnya kecelakaan kerja memiliki peran yang sangat
dominan, terdapat 80-85 % kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian
manusia atau human error.48
47
Suma’Mur. PK, op.cit, h.212
Soukidjo Notoatmodjo,2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet.
II, Rineka Cipta, Jakarta, h. 65
48
45
46
Download