BAB I PENDAHULUAN Pengertian Reproduksi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Reproduksi
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi).
Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai
contoh hewan yang diambil organ reproduksinya (testes atau ovarium) hewan tersebut
tidak mati.
Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa
pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan
hormon yang dihasilkan dalam tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak,
bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan
fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintegrasi antara
proses yang satu dengan yang lainnya. Tingkatan-tingkatan fisiologik tersebut adalah
sebagai berikut, anatar lain : 1) pembentukan sel-sel kelamin (gamet); 2) pelepasan selsel gamet yang telah berdiferensiasi secara fungsional; 3) perkawinan untuk
mempertemukan gamet jantan dan gamet betina; 4) fertilisasi, fusi antara kedua
pronuclei; dan 5) pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan zigote sampai kelahiran
normal
Peranan Proses Reproduksi Dalam Kehidupan Makhluk Hidup
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa reproduksi secara fisiologik tidak vital
bagi kehidupan makhluk hidup, tetapi reproduksi merupakan proses yang sangat
penting untuk kelanjutan suatu jenis atau bangsa hewan. Dalam bidang peternakan,
produktivitas ternak tidak dapat dipisahkan dengan proses reproduksi. Sebagai contoh,
untuk menghasilan telur, susu dan ternak muda, haruslah melalui serangkaian proses
reproduksi yang dimulai dengan pembentukan sel telur/sel sperma, ovulasi, fertilisasi,
pertumbuhan dan perkembangan fetus sampai dengan dilahirkan (partus).
Manajemen perkawinan ternak yang baik sangat penting untuk meningkatkan
efisiensi reproduksi termasuk perbaikan keturunannya. Salah satu cara untuk
memperbaiki manajemen ternak adalah dengan inseminasi buatan (IB). Dengan teknik
IB dapat ditingkatkan perbaikan mutu genetik secara cepat, untuk pencegahan
kemajiran ternak, pencegahan penyebaran penyakit. Pada inseminasi buatan hanya
pejantan-pejantan yang sudah teruji dan mempunyai genetik yang baik yang dipakai
untuk mengawini ternak betina sehingga dapat memperbaiki mutu genetik pada
turunannya. Dengan IB tidak terjadi kontak langsung antar ternak sehingga dapat
mencegah
penyebaran
penyakit
kelamin
menular,
juga
dengan
IB
masih
memungkinkan pejantan unggul yang mempunyai cedera tubuh dimanfaatkan untuk
diambil spermanya untuk mengawini betina. Teknik lainnya untuk meningkatkan
efisiensi reproduksi adalah dengan embrio transfer. Teknik ini biasanya dilakukan
secara bersamaan dengan superovulasi. Dengan teknik superovulasi, betina yang
berkualitas baik yang dipakai sebagai donor embrio dipacu agar dapat mengovulasikan
banyak sel telur, setelah sel-sel telur itu dibuahi dan berkembang menjadi zigot-zigot.
Zigot-zigot tersebut ditransfer pada beberapa resipien. Dengan hal ini berarti
meningkatkan efisiensi reproduksi pada hewan donor tersebut.
Pada periode dekade ini telah berkembang beberapa kemajuan bioteknologi untuk
meningkatkan
efisiensi
reproduksi,
meningkatkan
mutu
genetik
turunan
dan
memperpendek jarak regenerasi, yaitu antara lain dengan pembuatan chimera dan
cloning (penjelasan secara detail lihat di internet dan jurnal). Chimera memungkin
embrio dari seekor hewan dititipkan pada hewan lain yang berlainan speciesnya.
Dengan teknik chimera, maka embrio yang akan dititipkan tersebut telah dimanipulasi
sel-selnya sehingga tidak dikenal sebagai embrio asing dan akhirnya akan dapat
berkembang sampai lahir tanpa adanya penolakan (rejection) dari induk yang dititipi.
Teknik ini sangat bermanfaat bagi usaha meningkarkan populasi hewan-hewan yang
hampir punah (endangered species). Seperti dalam pembuatan chimera, pada
pembuatan cloning juga dilakukan manipulasi embrio. Dengan teknik cloning
memungkinkan diproduksi hewan dengan karakteristik genetik dan performan yang
dikehendaki
secara
besar-besaran.
Akan
tetapi
teknik
chimera
dan
cloning
membutuhkan keahlian yang khusus serta biaya yang tidak sedikit, sehingga masih
dalam tahap penelitian di laboratorium dan belum bisa diaplikasikan di dunia
peternakan secara luas. Sampai saat ini teknik reproduksi yang sudah diterapkan
secara luas adalah inseminasi buatan.
DAFTAR REFERENSI
i.
Arthur, G..E., D.E. Noakes and H. Pearson, 1982, Veterinary Reproduction and
Obstetrics, 5th edition, The English Language Book Society and Bailliere Tindall,
London.
ii.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2nd edition, Book
I: Germ cell and Fertilization, Cambridge University Press, Cambridge
iii.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2 nd edition, Book
II: Embryonic and Fetal Development, Cambridge University Press, Cambridge
iv.
Austin, C.R. and R.V. Short, 1987, Reproduction in Mammals, 2 nd edition, Book
III: Hormonal Control of Reproduction, Cambridge University Press, Cambridge.
v.
Cupps, P.T., 1991, Reproduction in Domestic Animals, 4th edition, Academic
Press Inc, London.
vi.
Hafez, E.S.E., 2003, Reproduction in Farm Animals, 7th edition, Lea and
Febiger, Philadelphia.
vii.
Bearden, J. H. and J.W. Fuquay, 2004, Applied Animal Reproduction, Reston
Publishing Company Inc., Virginia.
viii.
Sorensen, 1979, Animal Reproduction: Principles and Practise, McGraw-Hill,
New York.
Download