BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Belakangan ini

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Belakangan ini banyak perusahaan, organisasi, atau perorangan
yang menghabiskan banyak waktu, sumber daya dan uang guna
memahami lanskap sosial yang berubah cepat akibat media sosial. Mereka
berusaha meningkatkan interaksi dan keterlibatannya dengan pelanggan
dan prospek. Mereka berlomba untuk menjadi merek sosial. Mereka
berinvestasi dalam aplikasi Facebook, Twitter, blog, dan lain sebagainya.
Banyak pula yang memanfaatkan solusi pemantauan online untuk melihat
dan mendengarkan apa yang dibicarakan tentang merek atau perusahaan
mereka. Friend, fans, dan follower pun diburu.
Tidak salah karena memang friend, fans, dan follower memang
penting. Sebab dengan memiliki friend, fans, atau follower yang besar
berarti kans untuk berinteraksi dengan mereka lebih besar. Mereka bias
meningkatkan ekuitas sosial merek melalui keterlibatannya (engage)
dengan
konstituennya
dengan
cara
berdialog
dua
arah
dengan
pelanggannya. Ketika suatu merek berdialog, transparansi menjadi kunci.
Di titik inilah, kendala sering muncul. Sebab, banyak merek atau
perusahaan yang berusaha mati-matian untuk memanusiakan merek
mereka, tetapi di sisi lain mereka gagal memahami bahwa yang pertama
mereka lakukan adalah memanusiakan bisnis mereka terlebih dahulu.
2
Disinilah letak tantangan bisnis. Begitu situs jejaring sosial seperti
Facebook dan Twitter popular dan banyak digunakan orang, selain telah
mengubah cara pelanggan berkomunikasi dengan bisnis, adopsi media
sosisal juga memfasilitasi terjadinya pergeseran paradigma hubungan
pelanggan-merek atau perusahaan. Bila selama ini paradigma hubungan
tersebut berpusat pada pasar yang selalu menggunakan pertimbangan
bisnis (business-centric), kini bergeser ke cutomer-centric. Pelanggan
yang dulunya statis atau diam, kini mendadak dinamis. Pelanggan yang
dinamis kini mengelompok atau dikelompokkan ke dalam pelanggan
sosial (social costumer). Kelahiran segmen pelanggan baru ini melahirkan
cara atau praktik baru suatu bisnis, produk atau layanan dalam berinteraksi
dengan pasar.
Pelanggan sosial itu kini menjadi begitu berpengaruh. Tak
mengherankan, perusahaan berbagi skala di semua insdustri mulai
mengembangkan diri ke arena percakapan yang terbangun melalui media
sosial. Di sisi lain, pelanggan terus belajar dan mengharapkan perusahaan
untuk menjadi bagian dari web sosial. Harapannya, perusahaan
mendengarkan suara mereka.
Untuk mendengarkan suara mereka, perusahaan sekarang agresif
mempekerjakan manager komunitas dan sosial strategis, mengalokasikan
anggaran untuk media sosial, mempekerjakan agen, dan menciptakan
strategi keterlibatan. Mereka melakukan segala sesuatu yang perlu untuk
menjadikan merek mereka begitu sosial. Media sosial – seperti dikatakan
3
oleh Jon Ferrera, CEO Nimble.com – telah memberdayakan pelanggan
sosial sehingga memaksa semua bisnis menjadi lebih manusiawi, selalu
berhubungan dengan pelanggan dan calon pelanggannya, bahkan
masyarakat.
Hal inilah yang dilakukan oleh Tupperware Indonesia selaku
perusahaan dan merek yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Tupperware Indonesia ingin menjangkau pelanggannya yang
ada di segala penjuru Indonesia melalui media sosial, dimana
pelanggannya bisa mengetahui update terbaru melalui media sosial ini.
Pelanggan juga bisa menanyakan apapun yang mereka inginkan melalui
akun Facebook atau Twitter yang dimiliki oleh Tupperware Indonesia.
Tupperware Indonesia berusaha menjalin hubungan sedekat mungkin
dengan pelanggannya.
Salah satu media yang digunakan oleh Tupperware Indonesia
sebagai merek yang ingin mempunyai banyak fans di akun media sosial
Facebook adalah dengan menggunakan iklan facebook (Facebook
Advertising). Tupperware Indonesia lebih banyak bermain di Facebook
dikarenakan oleh pelanggan mereka yang sebagian besar adalah ibu rumah
tangga lebih familiar dengan Facebook, meskipun Tupperware Indonesia
juga mempunya akun Twitter, namun percakapan yang terjadi tidak
seramai pada akun Facebooknya, untuk itu Tupperware Indonesia lebih
banyak melalukuan promosi atau kegiatan melalui akun Facebooknya.
4
Facebook advertising dipilih oleh Tupperware Indonesia sebagai
media beriklan karena Tupperware Indonesia ingin mempunyai jumlah
fans yang lebih banyak lagi dan Tupperware Indonesia ingin setiap
kampanye, event, atau kuis yang mereka adakan, informasinya dapat
tersebar
seluas-luasnya.
Penyebaran
informasi
melalui
Facebook
advertising mengenai iklannya juga lebih spesifik, kita bisa memilih
sendiri target audience untuk setiap iklan yang ditayangkan,
Mark Zuckerberg (CEO Facebook), mengatakan bahwa dalam
seratus tahun terakhir cara beriklan adalah dengan masuk ke madia massa
dengan menyebarkan konten, dalam seratus tahun berikutnya informasi
tidak hanya disebarkan ke orang-orang, informasi akan dibagi diantara
jutaan koneksi yang dimiliki orang-orang. Periklanan akan berubah dan
kita harus masuk ke dalam koneksi ini 1.
Peneliti memilih Tupperware Indonesia sebagai objek penelitian
karena Tupperware Indonesia adalah salah satu merek yang sudah lama
ada di Indonesia, merek yang sudah mempunyai pasar yang besar, merek
yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, merek yang sangat melekat
sebagai merek plastik yang dipercaya untuk tempat makan, minum dan
lain sebagainya. Peneliti ingin mengetahui apakah merek sebesar
Tupperware yang sudah mempunyai banyak pelanggan di dunia nyata ini
akan sukses juga di dunia maya melalui program-program yang
dijalannkannya.
1
Holzner, Steven. Facebook Marketing. E-Tera (PT. IIMaN), Depok, 2009. Hal 7.
5
Alasan peneliti memilih judul ini adalah karena peneliti ingin
mengetahui dan mempelajari lebih dalam lagi mengenai Facebook
Advertising, apakah iklan melalui Facebook lebih efektif dibandingkan
iklan di media online lainnya, mengingat saat ini masyarakat sudah lebih
melek akan adanya internet dan sebagian besar masyarakat saat ini juga
sudah mempunyai akun Facebook. Bukan hanya masyarakat yang
memiliki akun Facebook, bahkan merek-merek besar maupun kecil pun
sudah menggunakan Facebook untuk mempromosikan produknya, jadi
iklan melalui Facebook seharusnya menjadi salah satu yang diperhatikan
oleh merek untuk lebih memperkenalkan atau mempromosikan produknya.
Tidak hanya itu, para pemilik merek saat ini juga saling berlomba
untuk mempunyai fans Facebook dalam jumlah yang besar, disini juga
Facebook Advertising berperan penting. Dengan iklan yang terus menerus
muncul maka para pengguna Facebook akan sering melihatnya dan
mengklik iklan tersebut yang nantinya akan tertuju pada halaman
Facebook dari merek yang diiklankan. Hal inilah yang dilakukan oleh
Tupperware Indonesia, mereka menggunakan Facebook Advertising untuk
mendukung kampanye, game, ataupun kuis yang sedang berjalan pada
akun Facebooknya yang juga bertujuan untuk menaikkan jumlah fans
Facebook mereka.
6
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang menjadi
perhatian adalah sejauh mana peranan Facebook Advertising dalam pertambahan
fans Facebook Tupperware Indonesia.
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah untuk
mengtahui sejauh mana peranan Facebook Advertising dalam pertambahan fans
Facebook Tupperware Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu :
1.4.1 Manfaat Praktis
Dapat
dijadikan
sebagai
bahan
untuk
meningkatkan
pengetahuan mengenai iklan Facebook yang saat ini sudah banyak
dilakukan oleh merek ataupun produk.
1.4.2 Manfaat Akademis
Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan
penggunaan iklan pada Facebook.
Download