BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata

advertisement
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk
kehidupanmanusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Mata merupakan bagian yangsangat peka. Meskipun mata telah mendapat
perlindungan dari tulang orbita, bantalanlemak retrobulber, kelopak mata
dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnyamacam-macam alat
untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangattinggi.
Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan
industrimeningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat
kepadatan lalu lintas,belum terhitung kecelakaan akibat
perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenaimata. Pada anak-anak
kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainanyang biasa
dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari
gagangmainan dan lain-lain.
Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral
padadewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera
mata yang parah.Dewasa muda, terutama pria, merupakan kelompok yang
kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah,
kekerasan, ledakan api, cederaakibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas
merupakan keadaan-keadaan yang palingsering menyebabkan trauma mata.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari
cedera.Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh
hubungan tulangyang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk
membentuk penghalang bagibenda asing dan mata bisa mengatasi benturan
yang ringan tanpa mengalamikerusakan. Trauma tajam dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan
rongga orbita. Trauma pada mata memerlukan perawatanyang tepat untuk
mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat ataupun kebutaan.3,4
Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata
karenapada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain
dapatmenyebabkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan
intraokuler.Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan
kaca maupun prolapsbadan siliar.4
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan tinjauan kepustakaan ini adalah
membahasmengenai trauma yang terjadi pada mata khususnya trauma
tajam pada mata danbagaimana penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yangmenimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda
tajam atau bendaberukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus
kornea atau sklera. Traumatajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam
tanpa perforasi dan luka tajamdengan perforasi yang meliputi perforasi
tanpa benda asing intra okuler dan perforasibenda asing intra okuler .
Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur
okular mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan
okular dan jugadapat tertahan atau menetap dalam mata. Baik trauma tajam
yang penetratif atautrauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif
dapat menyebabkan ruptur bolamata. Benda tajam atau benda dengan
kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasilangsung. Benda asing dapat
mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.
Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya
yangditimbulkan dari proses penggilingan atau pemahatan dapat
memberikan manifestasiberupa nyeri ringan atau penurunan visus. Kemosis
hemoragik, laserasi konjungtiva,bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa
pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahanvitreous juga dapat terjadi. Tekanan
intraokuler dapat rendah, normal atau sedikitmeningkat
.
2.2 Epidemiologi
United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber
informasiepidemiologi yang digunakan secara umum di AS. Menurut data
dari USEIR, rata-rata umur orang yang terkena trauma tajam okuli adalah 29
tahun, dan laki-laki lebihsering terkena dibanding dengan perempuan.
Menurut studi epidemiologi internasional, kebanyakan orang yang terkena
trauma tajam okuli adalah laki-lakiumur 25 sampai 30 tahun, sering
mengkonsumsi alkohol dan trauma terjadi dirumah.
Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan
pekerjaan,menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika
Serikat setiaptahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang berhubungan
dengan pekerjaanterjadi di pabrik, dan industri kontruksi. Delapan puluh satu
persen trauma mata yangberhubungan dengan pekerjaan terjadi pada pria
dan kebanyakan terjadi pada pekerjaberusia 25 sampai 44 tahun.
Aktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata.
Lebihdari 40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh
persen terjadi saatolahraga. Tiga puluh persen terjadi pada anak-anak yang
berusia di bawah 16 tahun.
Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di
merikaSerikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka
tersebutmerupakan kasus yang mengganggu visus dan sekitar 40.000
mengalami kehilanganvisus yang signifikan. Trauma merupakan penyebab
utama kebutaan unilateral. Laki-laki lebih sering terkena daripada
perempuan. Frekuensi trauma mata diA
merikaSerikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %), benda
asing pada matabagian luar (25.4 %), kontusio mata dan adneksa (16.0 %),
trauma terbuka padaadneksa dan bola mata (10.1 %), fraktur dasar orbita
(1.3 %), cedera saraf (0.3 %).
2.3 Etiologi
Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain
danberolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang
mempenetrasi,kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut,
benda tajam seperti pisau akanmenyebabkan laserasi berbatas tegas pada
bola mata.
Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan
olehenergi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka
laserasi yangjelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda
asing yang terbang,
Upload
Browse
Library
Upload
DOWNLOAD
STANDARD VIEW
FULL VIEW
OF 18
1
42
Bab i Trauma Mata
Ratings: (0)|Views: 1,504|Likes: 48
Published by Muhammad Taqwa
See more
3
BAB II
T
INJAUAN PUS
T
AKA2.1 Definisi
Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yangmenimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda
tajam atau bendaberukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus
kornea atau sklera. Traumatajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam
tanpa perforasi dan luka tajamdengan perforasi yang meliputi perforasi
tanpa benda asing intra okuler dan perforasibenda asing intra okuler
.
2,5
Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur
okular mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan
okular dan jugadapat tertahan atau menetap dalam mata.
Baik trauma tajam yang penetratif atautrauma tumpul yang mengakibatkan
tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bolamata. Benda tajam atau
benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasilangsung.
Benda asing dapat mempenetrasi mata dan tetap berada di bola mata.
6,7
Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya
yangditimbulkan dari proses penggilingan atau pemahatan dapat
memberikan manifestasiberupa nyeri ringan atau penurunan visus. Kemosis
hemoragik, laserasi konjungtiva,bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa
pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahanvitreous juga dapat terjadi. Tekanan
intraokuler dapat rendah, normal atau sedikitmeningkat
.
7
2.2 Epidemiologi
United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber
informasiepidemiologi yang digunakan secara umum di
A
S. Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang terkena trauma tajam
okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebihsering terkena dibanding dengan
perempuan. Menurut studi epidemiologi
4internasional, kebanyakan orang yang terkena trauma tajam okuli adalah
laki-lakiumur 25 sampai 30 tahun, sering mengkonsumsi alkohol dan trauma
terjadi dirumah.
8
Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan
pekerjaan,menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di
A
merika Serikat setiaptahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang
berhubungan dengan pekerjaanterjadi di pabrik, dan industri kontruksi.
Delapan puluh satu persen trauma mata yangberhubungan dengan
pekerjaan terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi pada
pekerjaberusia 25 sampai 44 tahun.
8
A
ktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata.
Lebihdari 40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh
persen terjadi saatolahraga. Tiga puluh persen terjadi pada anak-anak yang
berusia di bawah 16 tahun.
8
Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di
A
merikaSerikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka
tersebutmerupakan kasus yang mengganggu visus dan sekitar 40.000
mengalami kehilanganvisus yang signifikan. Trauma merupakan penyebab
utama kebutaan unilateral. Laki-laki lebih sering terkena daripada
perempuan. Frekuensi trauma mata di
A
merikaSerikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %), benda
asing pada matabagian luar (25.4 %), kontusio mata dan adneksa (16.0 %),
trauma terbuka padaadneksa dan bola mata (10.1 %), fraktur dasar orbita
(1.3 %), cedera saraf (0.3 %).
9
2.3 Etiologi
Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain
danberolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang
mempenetrasi,kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut,
benda tajam seperti pisau akanmenyebabkan laserasi berbatas tegas pada
bola mata.
7
Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan
olehenergi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka
laserasi yangjelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda
asing yang terbang,
5beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya.
Contohnya padapeluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang
tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan
kerusakan mata yang cukupparah. Kontras dengan pecahan benda tajam
yang memiliki massa yang kecil dengankecepatan tinggi akan menimbulkan
laserasi dengan batas tegas dan beratnyakerusakan lebih ringan
dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.
10
2.4 Patofisiologi
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan
skleraatau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen
posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.
Dalam hal iniakan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps
(lepasnya) iris, lensa,ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat
terjadi apabila trauma mengenaijaringan uvea, berupa hifema atau
henophthalmia.
1
2.5
Manifestasi Klinis
6
Gambar. 1 Lokasi cedera mata; tampak depanGambar. 2 Lokasi cedera mata;
tampak samping
Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam
bolamata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam
penglihatanyang menurun, laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik
mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang berubah, terlihat ruptur pada
kornea atau sklera, terdapatjaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris,
lensa, badan kaca, atau retina, katarak traumatik, dan konjungtiva kemosis.
10
Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebirubiruan, karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah
traumamenunjukkan bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan daribagian-bagian yang lebih dalam dari mata, juga perlu
dibuat foto rontgen kepala.Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma,
menunjukkan adanya fraktur daridasar tengkorak. Sebagian besar cedera
tembus menyebabkan penurunan penglihatanyang mencolok, tetapi cedera
akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yangdihasilkan oleh tindakan
menggerinda atau memalu mungkin hanya menimbulkannyeri ringan dan
kekaburan penglihatan. Tanda-tanda lainnya adalah kemosis
7hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan
atau tanpadilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus
vitreus. Tekananintraokuler mungkin rendah, normal, atau yang jarang
sedikit meninggi.
11
2.6
Berbagai Ker
u
sakan Jaringan Mata akibat
T
ra
u
ma
T
emb
u
s
Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan
sepertiberikut :a.
Trauma tembus pada palpebraMengenai sebagian atau seluruhnya, jika
mengenai levator apaneurosis dapatmenyebabkan suatu ptosis yang
permanen
.
12
Gambar. 3 Laserasi palpebra
b.
Trauma tembus pada saluran lakrimalisDapat merusak sistem pengaliran air
mata dari pungtum lakrimalis sampaike rongga hidung. Hal ini dapat
menyebabkan kekurangan air mata.
12
7hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan
atau tanpadilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus
vitreus. Tekananintraokuler mungkin rendah, normal, atau yang jarang
sedikit meninggi.
11
2.6
Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat
Trauma Tembus
Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan
sepertiberikut :a.
Trauma tembus pada palpebraMengenai sebagian atau seluruhnya, jika
mengenai levator apaneurosis dapatmenyebabkan suatu ptosis yang
permanen
.
12
Gambar. 3 Laserasi palpebra
b.
Trauma tembus pada saluran lakrimalisDapat merusak sistem pengaliran air
mata dari pungtum lakrimalis sampaike rongga hidung. Hal ini dapat
menyebabkan kekurangan air mata
.
Trauma tembus pada OrbitaLuka tajam yang mengenai orbita dapat merusak
bola mata, merusak saraf optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot
luar mata sehingga menimbulkanparalisis dari otot dan diplopia. Selain itu
juga bisa menyebabkan infeksi,menimbulkan selulitis orbita, karena adanya
benda asing atau adanya hubunganterbuka dengan rongga-rongga di sekitar
orbita.
12
Gambar. 4 Trauma tembus orbita
d.
Trauma tembus pada KongjungtivaTrauma dapat mengakibatkan robekan
pada konjungtiva. Bila robekankonjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm,
maka tidak perlu dilakukanpenjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu
dilakukan penjahitan untuk mencegahgranuloma. Pada setiap robekan
conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklerayang biasa disertai
robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik jugaperlu diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder
Gambar. 4 Trauma tembus orbita
d.
Trauma tembus pada KongjungtivaTrauma dapat mengakibatkan robekan
pada konjungtiva. Bila robekankonjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm,
maka tidak perlu dilakukanpenjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu
dilakukan penjahitan untuk mencegahgranuloma. Pada setiap robekan
conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklerayang biasa disertai
robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik jugaperlu diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder
.
Gambar. 5 Trauma tembus subkunjungtiva
e. Trauma tembus pada Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan
tekananbola mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar
dapat disertai prolapjaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi
dari bagian dalam bolamata.
f.Trauma tembus pada Kornea
Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan
fungsipenglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga
trauma tembuskornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus
ciliaris prolaps, hal inidapat menurunkan visus.
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea.
Tesfluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan
timbulnyaulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika
atau kemoterapeutikayang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda
asing di kornea diangkat, setelahdiberi anastesi lokal dengan pantokain.
Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus,berikanlah kortison lokal atau
subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison padaluka yang baru atau
bila ada herpes kornea
Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus
yangberdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut
(flapkonjungtiva). Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit.
Kemudian ditutupdengan flap konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai
prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan
di kornea dijahit dan ditutup denganflap konjungtiva. Kalau luka telah
berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik matadepan dibilas terlebih
dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum korneadijahit. Sesudah
selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dansistemik,
juga subkonjungtiva
.
Gambar .6 Laserasi kornea
g.
Trauma tembus pada UveaBila terdapat luka pada uvea maka dapat
menyebabkan pengaturanbanyaknya cahaya yang masuk sehingga muncul
fotofobia atau penglihatan kabur .
h.Trauma tembus pada Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina
sehinggamenurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun
karena dayaakomodasi tidak adekuat.
i.Trauma tembus pada Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada
ronggabadan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang
dalam badankaca.
j.
Trauma tembus pada corpus siliar
L
uka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk,
karenakemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis
yang berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma.
Sedangkan pada mata yang sehatdapat timbul oftalmia simpatika. Oleh
karena itu, bila lukanya besar, disertai prolapsdari isi bola mata, sehingga
mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya dienukleasi bulbi, supaya
mata yang sehat tetap menjadi baik
2.7 Diagnosis
Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa,
informasi yangdiperoleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya
trauma, bahan/bendapenyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui
penyebabnya.
A
namnesis harusmencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera sesudah cedera.Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat
progresif lambat atau berawitanmendadak. Harus dicurigai adanya benda
asing intraokuler apabila terdapat kegiatanmemahat, mengasah atau adanya
ledakan. Cedera pada anak dengan riwayat yangtidak sesuai dengan cedera
yang di derita, harus dicurigai adanya penganiayaan padaanak. Riwayat
kejadian harus diarah secara khusus pada detail terjadinya trauma,riwayat
pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya dan energi.
3
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan
ketajamanpenglihatan.
A
pabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,
diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata
dansensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada
bagian tepitulang orbita.
3,6,9
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera
disegmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk
mewarnai kornea,sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan
tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan bola mata.
Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan denganoftalmoskop indirek penting
untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asingintraokuler. Bila
benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seideluntuk
mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan
caramemberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemudian diuji pada
stripfluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt
biru, sehinggaakan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila
ada pengeluaran cairanmata.
3,6
Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui
posisibenda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda
logam.Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya
degenarasi padaretina dan sering digunakan pada pasien yang tidak
berkomunikasi dengan pemeriksa.Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola
mata, atau adanya kecenderungan ruptur bolamata, maka tidak dilakukan
pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelindungtanpa bebat, kemudian
dirujuk ke spesialis mata.
6,10
2.8 Penatalaksanaan
T
ra
u
ma
T
emb
u
s
Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah
2,12,13
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:- Mata tidak boleh dibebat
dan diberikan perlindungan tanpa kontak.- Tidak boleh dilakukan manipulasi
yang berlebihan dan penekanan bola mata.- Benda asing tidak boleh
dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.- Sebaiknya pasien di puasakan
untuk mengantisipasi tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan di rumah sakit:- Pemberian antibiotik spektrum luas.Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.- Pemberian
toksoid tetanus sesuai indikasi.- Pengangkatan benda asing di kornea,
konjungtiva atau intraokuler (bila mataintak).- Tindakan pembedahan
/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.Keadaan trauma tembus
pada mata merupakan hal yang gawat darurat danharus segera mendapat
perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya sepertiinfeksi,
Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.Pada setiap tindakan harus
dilakukan usaha untuk mempertahankan bolamata bila masih terdapat
kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan.Bila terdapat benda
asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkanbanda asing
tersebut.
1,6,12
A
pabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut
harusdihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum
pembedahan jangandiberi obat siklopegik atau antibiotik topikal karena
kemungkinan toksisitas padajaringan intraokular yang terpajan. Berikan
antibiotik parenteral spektrum luas danpakaikan pelindung
FOX
pada mata.
A
nalgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanusdiberikan sesuai kebutuhan,
serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk matatidak boleh diberi
salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak bolehdiberikan
steroid lokal, dan bebat yang diberikan pada mata tidak menekan bolamata.
13
Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik
bedahmikro. Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon
10-0
untuk menghasilkanpenutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang
mengalami inkarserasi danterpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke
dalam bola mata denganviskoelastik atau dengan memasukkan suatu
spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan
keluar dari luka.
A
pabila hal ini tidak dapat
dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam, atau apabila
jaringantersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan
yang prolaps harusdieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong
harus dikirim kelaboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan
untuk memeriksakemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan
darah dikeluarkandengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi.
Reformasi kamera anterior selama tindakan perbaikan dapat dicapai dengan
cairan intraokuler fisiologis, udaraatau viskoelastik.
13
Luka sklera ditutup dengan jahitan
8-0
atau
9-0
interupted yang tidak dapatdiserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara
dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah dilakukan. Luka keluar
di bagian posterior sklera pada cederatembus ganda dapat sembuh sendiri,
dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.
13
Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan
melaluikeratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan
penanaman kornea.Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan
bila bola mata mengalamikerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap
oftalmika simpatetik bila terjadi traumatembus mata terutama bila ada
kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi inijarang terjadi.
12,13
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus
adalahendoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan
oftalmiasimpatika.
7,8
Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam
beberapaminggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat.
Endoftalmitis dapatberlanjut menjadi panoftalmitis.
7
Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang
tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90%
terjadi dalam 1tahun
.
8
Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena cedera,
keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, danfotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang
cedera.
7,13
2.10 Prognosis
Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe
danluasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda
asing. Secaraumum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi
atau ruptur, prognosissemakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek
besar yang menyebabkanlaserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus,
sklera dan retina yang tidak lukamempunyai prognosis penglihatan yang
baik dibandingkan laserasi kecil yangmelibatkan bagian posteror. Trauma
tembus akibat benda asing yg bersifat inert punmempunyai prognosis yang
baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnyareaktif magnetik lebih
mudah dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik. Pada lukapenetrasi, 50-75%
mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.
3
,
13
2.11 Pencegahan
Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada
masyarakatuntuk menghindari terjadinya trauma mata, seperti
2
:
Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali
traumatajam perkelahian.Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma
tajam.A
wasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi
matanya.Orang yang menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang
bekerjadalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki resiko
terkena pecahanfragmen lensa. Kaca mata yang paling efektif untuk
mencegah cedera terdiri darilensa polikarbonat dalam rangka poliamida
dengan tepi penahan di posterior.Sebaiknya digunakan bingkai pada
wraparound
(bukan bingkai berengsel) karenalebih dapat menahan pukulan dari samping.
Pada atletik atau aktivitas rekreasiberesiko tinggi (misalnya perang-perangan
dengan peluru hampa atau cat), pelindung
mata tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara adekuat. Perlindungan
matayang sesuai terutama diindikasikan bagi mereka yang bermain bola
raket, bolatangan, dan squash. Banyak kebutaan yang terjadi akibat olah
raga ini, terutamaakibat trauma kontusio pada mata yang tidak terlindung
dengan baik.
BAB IIIKESIMPULAN
Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yangmenimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda
tajam atau bendaberukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus
kornea atau sklera.
2
Bendaasing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera
atau korneaserta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen
posterior kemudianbersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.
1
Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain
danberolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang
mempenetrasi,kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut.
3,4
Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah,
angulusiridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya
ada ruptur padakornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas),
seperti: iris, lensa, retina,kemosis konjungtiva.
Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah endoftalmitis,panoftalmitis,
oftalmia simpatika, hemoragik intraokular.
2,3,13
Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan
segeradikirim pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan
antibiotik sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus profilaktik,
analgesik dan sedatif bila perlu.Steroid lokal dan bebat tidak boleh diberikan.
Pengeluaran benda asing sebaiknyadilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
yang memadai.
13
Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi
atauruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek
besar yangmenyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus,
sklera dan retina yangtidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang
baik dibandingkan laserasi kecilyang melibatkan bagian posterior. Trauma
tembus akibat benda asing yg bersifat inertpun mempunyai prognosis yang
baik
.
DAF
T
AR PUS
T
AKA
1.
A
sbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi
XVII.Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.2.
Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.3.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8.4.
Peate, W. F, Work Related Eye Injuries
A
nd Illness.
A
vailable at: www.aafp.org.January 15, 2011.5.
Soeroso,
A
. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata
A
kibat Ruda Paksa.www.portalkalbe.com. Diunduh pada 12 februari 2011.6.
Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi.
Jakarta:Erlangga. 2006; 176 ± 85.7.
Indiana University. Traumatic Cataract.
A
vailable at:http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07.
February 13,2011.8.
Edward SH Eye Institute. Digital Reference of OphthalmologyTraumaticCataract.
A
vailable at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. February 18,2011.9.
Webmaster. Traumatic Cataract.
A
vailable at:http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February
18, 2011.10.
Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6
th
ed.
A
merican
A
cademy of Ophtalmology. 1993; 82-87.11.
Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma
Ocular,.Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002; 7186.12.
Rodriguez, Jorge. Prevention
A
nd Treatment Of Common Eye Injuries In Sport.
A
vailable at: www.aafp.org. June 10, 2010.13.
Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management.
A
vailable at:www.pacificu.edu/optometry. June 16, 2010.
Download