uu no 3 th 2004

advertisement
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2004
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a. bahwa pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini
merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan dalam rangka mencapai tujuan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa untuk mendukung terwujudnya pembangunan nasional
yang
berkesinambungan
dan
sejalan
dengan
tantangan
perkembangan serta pembangunan ekonomi yang semakin
kompleks,
sistem
perekonomian
keuangan
internasional
yang
yang
semakin
semakin
maju
kompetitif
serta
dan
terintegrasi, maka kebijakan moneter harus dititikberatkan pada
upaya untuk memelihara stabilitas nilai rupiah;
c. bahwa sehubungan dengan itu, perlu dilaksanakan prinsip
keseimbangan
antara
independensi
Bank
Indonesia
dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan pengawasan dan
tanggung jawab atas kinerjanya serta akuntabilitas publik yang
transparan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b dan
huruf c di atas, dipandang perlu mengubah dan menyempurnakan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia;
Mengingat : ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
Mengingat
2
-
: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 20A ayat (1), Pasal 23D,
dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia (LembaranNegara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 66; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3843);
Dengan persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: UNDANG-UNDANG
TENTANG
PERUBAHAN
ATAS
UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG
BANK INDONESIA.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843), diubah sebagai
berikut:
1. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4
berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 4
(1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
(2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini.
(3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undangundang ini.”
2. Ketentuan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
3
-
2. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga
keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 6
(1) Modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurangkurangnya Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah).
(2) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditambah
sehingga menjadi paling banyak 10% (sepuluh perseratus)
dari seluruh kewajiban moneter, dengan dana yang berasal
dari Cadangan Umum atau dari hasil revaluasi aset.
(3) Tata cara penambahan modal dari Cadangan Umum atau dari
hasil revaluasi aset ditetapkan dengan Peraturan Dewan
Gubernur.”
3. Ketentuan Pasal 7 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat baru, yaitu
ayat (2), sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 7
(1) Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank Indonesia
melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan,
konsisten,
transparan,
dan
harus
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.”
4. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a diubah, sehingga keseluruhan
Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 10
(1) Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, Bank
Indonesia berwenang:
a. menetapkan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
4
-
a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;
b. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan
cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada:
1) operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing;
2) penetapan tingkat diskonto;
3) penetapan cadangan wajib minimum;
4) pengaturan kredit atau pembiayaan.
(2) Cara-cara pengendalian moneter sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dapat dilaksanakan juga berdasarkan
Prinsip Syariah.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank
Indonesia.”
5. Ketentuan Pasal 11 ditambah 2 (dua) ayat baru yaitu ayat (4) dan
ayat (5), sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 11
(1) Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang bersangkutan.
(2) Pelaksanaan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
dijamin oleh Bank penerima dengan agunan yang berkualitas
tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar
jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
(4) Dalam ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
5
-
(4) Dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan keuangan yang
berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis
yang membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia dapat
memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah.
(5) Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai
kesulitan
pemberian
keuangan
fasilitas
Bank
yang
pembiayaan
berdampak
darurat,
dan
sistemik,
sumber
pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara diatur dalam undang-undang tersendiri, yang
ditetapkan selambat-lambatnya akhir tahun 2004.”
6. Penjelasan Pasal 34 ayat (1) diubah sebagaimana tercantum dalam
penjelasan, dan ketentuan Pasal 34 ayat (2) diubah, sehingga
keseluruhan Pasal 34 berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 34
(1) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan
dibentuk dengan undang-undang.
(2) Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31
Desember 2010.”
7. Penjelasan Pasal 37 ayat (1) diubah sebagaimana tercantum dalam
penjelasan.
8. Ketentuan Pasal 38 ayat (2) diubah, dan menambah 2 (dua) ayat
baru yaitu ayat (3) dan ayat (4), sehingga keseluruhan Pasal 38
berbunyi sebagai berikut :
“ Pasal 38 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
6
-
“Pasal 38
(1) Dewan Gubernur melaksanakan tugas dan wewenang Bank
Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang ini.
(2) Pembagian tugas dan wewenang Anggota Dewan Gubernur
dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Dewan Gubernur.
(3) Tata tertib dan tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang
Dewan Gubernur ditetapkan dengan Peraturan Dewan
Gubernur.
(4) Kinerja Dewan Gubernur dan Anggota Dewan Gubernur
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dinilai oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.”
9. Ketentuan Pasal 40 huruf b diubah, sehingga keseluruhan Pasal 40
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 40
Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Gubernur, calon
yang bersangkutan harus memenuhi syarat:
a. warga negara Indonesia;
b. memiliki integritas, akhlak, dan moral yang tinggi;
c. memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi,
keuangan, perbankan, atau hukum.”
10. Ketentuan Pasal 41 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah,
sehingga keseluruhan Pasal 41 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 41
(1) Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur
diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Calon ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
7
-
(2) Calon Deputi Gubernur diusulkan oleh Presiden berdasarkan
rekomendasi dari Gubernur.
(3) Dalam hal calon Gubernur, Deputi Gubernur Senior, atau
Deputi Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden wajib
mengajukan calon baru.
(4) Dalam hal calon yang diajukan oleh Presiden sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) untuk kedua kalinya tidak disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden wajib mengangkat
kembali Gubernur, Deputi Gubernur Senior, atau Deputi
Gubernur untuk jabatan yang sama, atau dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat mengangkat Deputi Gubernur
Senior atau Deputi Gubernur untuk jabatan yang lebih tinggi
di dalam struktur jabatan Dewan Gubernur dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dan ayat (6).
(5) Anggota Dewan Gubernur diangkat untuk masa jabatan 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali dalam jabatan yang
sama untuk sebanyak-banyaknya 1 (satu) kali masa jabatan
berikutnya.
(6) Penggantian anggota Dewan Gubernur yang telah berakhir
masa jabatannya dilakukan secara berkala setiap tahun paling
banyak 2 (dua) orang.”
11. Ayat (1) huruf c Pasal 47 dihapus, dan ayat (2) diubah, serta
ditambah 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (3), sehingga keseluruhan
Pasal 47 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 47
(1) Anggota Dewan Gubernur baik sendiri maupun bersamasama dilarang:
a. mempunyai ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
8
-
a. mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung
pada perusahaan mana pun juga;
b. merangkap jabatan pada lembaga lain kecuali karena
kedudukannya wajib memangku jabatan tersebut;
c. dihapus.
(2) Dalam hal Anggota Dewan Gubernur melakukan salah satu
atau lebih larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
huruf a dan huruf b, anggota Dewan Gubernur tersebut wajib
mengundurkan diri dari jabatannya.
(3) Dalam hal Anggota Dewan Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak bersedia mengundurkan diri, Presiden
menetapkan Anggota Dewan Gubernur tersebut berhenti dari
jabatan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.”
12. Ketentuan Pasal 48 diubah, dan ditambah 2 (dua) ayat baru, yaitu
ayat (2) dan ayat (3), sehingga keseluruhan Pasal 48 berbunyi
sebagai berikut:
“Pasal 48
(1) Anggota Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan dalam
masa jabatannya, kecuali karena yang bersangkutan:
a. mengundurkan diri;
b. terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;
c. tidak dapat hadir secara fisik dalam jangka waktu 3 bulan
berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
d. dinyatakan pailit atau tidak mampu memenuhi kewajiban
kepada kreditur; atau
e. berhalangan tetap.
(2) Anggota ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
9
-
(2) Anggota Dewan Gubernur yang direkomendasikan untuk
diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dan d berhak didengar keterangannya.
(3) Pemberhentian anggota Dewan Gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.”
13. Ketentuan Pasal 52 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat baru, yaitu
ayat (2), sehingga keseluruhan Pasal 52 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 52
(1) Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah.
(2) Dalam melaksanakan fungsi tersebut pada ayat (1), Bank
Indonesia memberikan bunga atas saldo kas Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
14. Ketentuan Pasal 54 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 54
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 54
(1) Pemerintah
wajib
meminta
pendapat
Bank
Indonesia
dan/atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet
yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan
yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau masalah
lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia.
(2) Bank
Indonesia
wajib
memberikan
pendapat
dan
pertimbangan kepada Pemerintah mengenai Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.”
15. Ketentuan Pasal 55 ayat (4) dan ayat (5) diubah, sehingga
keseluruhan Pasal 55 berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 55 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
10
-
“Pasal 55
(1) Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang
negara, Pemerintah wajib terlebih dahulu berkonsultasi
dengan Bank Indonesia.
(2) Sebelum menerbitkan surat utang negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah wajib berkonsultasi
dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat utang
negara yang diterbitkan Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(4) Bank Indonesia dilarang membeli surat-surat utang negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk diri sendiri di
pasar primer, kecuali surat utang negara berjangka pendek
yang diperlukan oleh Bank Indonesia untuk operasi
pengendalian moneter.
(5) Bank Indonesia dapat membeli surat utang negara dalam
rangka pemberian fasilitas pembiayaan darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) di pasar primer.”
16. Ketentuan Pasal 58 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 58
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 58
(1) Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan tahunan secara
tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah
pada setiap awal tahun anggaran, yang memuat:
a. pelaksanaan
tugas
dan
wewenangnya
pada
tahun
sebelumnya; dan
b. rencana ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
11
-
b. rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan langkahlangkah pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia
untuk tahun yang akan datang dengan memperhatikan
perkembangan laju inflasi serta kondisi ekonomi dan
keuangan.
(2) Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan triwulanan
secara tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah.
(3) Laporan tahunan dan laporan triwulanan yang disampaikan
oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dievaluasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
digunakan sebagai bahan penilaian tahunan terhadap kinerja
Dewan Gubernur dan Bank Indonesia.
(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat memerlukan penjelasan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
dan wewenangnya, termasuk dalam rangka penilaian
terhadap kinerja Bank Indonesia, Bank Indonesia wajib
menyampaikan penjelasan secara lisan dan/atau tertulis.
(5) Laporan tahunan dan laporan triwulanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada
masyarakat secara terbuka melalui media massa dengan
mencantumkan ringkasannya dalam Berita Negara.
(6) Setiap
awal
tahun
anggaran,
Bank
Indonesia
wajib
menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka
melalui media massa yang memuat:
a. evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan moneter pada
tahun sebelumnya;
b. rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran
moneter untuk tahun yang akan datang dengan mempertimbangkan sasaran laju inflasi serta perkembangan
kondisi ekonomi dan keuangan.”
17. Di antara ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
12
-
17. Di antara Pasal 58 dan Pasal 59 disisipkan 1 (satu) pasal baru
menjadi Pasal 58A yang berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 58A
(1) Untuk
membantu
Dewan
Perwakilan
Rakyat
dalam
melaksanakan fungsi pengawasan di bidang tertentu terhadap
Bank Indonesia dibentuk Badan Supervisi dalam upaya
meningkatkan akuntabilitas, independensi, transparansi, dan
kredibilitas Bank Indonesia.
(2) Badan Supervisi terdiri 5 (lima) orang anggota terdiri dari
seorang Ketua merangkap anggota, dan 4 (empat) orang
anggota yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
diangkat oleh Presiden untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan
dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
(3) Keanggotaan Badan Supervisi dipilih dari orang-orang yang
mempunyai integritas, moralitas, kemampuan/kapabilitas/
keahlian,
profesionalisme dan berpengalaman di bidang
ekonomi, keuangan, perbankan, atau hukum.
(4) Seluruh biaya Badan Supervisi dibebankan pada anggaran
operasional Bank Indonesia.
(5) Badan Supervisi berkedudukan di Jakarta.
(6) Badan
Supervisi
menyampaikan
laporan
pelaksanaan
tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurangkurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu
apabila diminta oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
18. Ketentuan Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3) diubah, serta ditambah
1 (satu) ayat baru yaitu ayat (4), sehingga keseluruhan Pasal 60
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 60 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
13
-
“Pasal 60
(1) Tahun anggaran Bank Indonesia adalah tahun kalender.
(2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai
tahun anggaran, Dewan Gubernur menetapkan anggaran
tahunan Bank Indonesia yang meliputi anggaran untuk
kegiatan operasional dan anggaran untuk kebijakan moneter,
sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan
perbankan.
(3) Anggaran kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun berjalan
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, dalam hal ini
alat
kelengkapan
Dewan
Perwakilan
Rakyat
yang
membidanginya, untuk mendapatkan persetujuan.
(4) Anggaran untuk kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta
pengaturan dan pengawasan perbankan, wajib dilaporkan
secara khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat.”
19. Ketentuan Pasal 62 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 62
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 62
(1) Surplus dari hasil kegiatan Bank Indonesia akan dibagi
sebagai berikut:
a. 30% (tiga puluh perseratus) untuk Cadangan Tujuan;
b. sisanya dipupuk sebagai Cadangan Umum sehingga
jumlah modal dan Cadangan Umum menjadi 10%
(sepuluh perseratus) dari seluruh kewajiban moneter
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
(2) Dalam ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
14
-
(2) Dalam hal terjadi risiko atas pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia yang mengakibatkan modal Bank
Indonesia menjadi berkurang dari Rp2.000.000.000.000,00
(dua triliun rupiah), sebagian atau seluruh surplus tahun
berjalan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan untuk Cadangan Umum guna menutup risiko
dimaksud.
(3) Dalam hal setelah dilakukan upaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) jumlah modal Bank Indonesia masih kurang
dari
Rp2.000.000.000.000,00
(dua
triliun
rupiah),
Pemerintah wajib menutup kekurangan tersebut yang
dilaksanakan
setelah
mendapat
persetujuan
Dewan
Perwakilan Rakyat.
(4) Sisa surplus setelah dikurangi pembagian sebagaimana diatur
pada ayat (1) diserahkan kepada Pemerintah.”
20. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 77
Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak
diberlakukannya Undang-undang ini, Bank Indonesia wajib sudah
melepaskan seluruh penyertaannya pada badan hukum atau badan
lainnya yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 64 ayat (1).”
21. Di antara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 1 (satu) pasal baru
menjadi Pasal 77 A yang berbunyi sebagai berikut:
“Pasal 77A ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
15
-
“Pasal 77A
Ketentuan mengenai mata uang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23
Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku hingga diatur lebih
lanjut dengan undang-undang tersendiri.”
Pasal II
1. Sepanjang Undang-undang sebagaimana dimaksud pada Pasal 11
ayat (5) belum ditetapkan maka pengaturan hal-hal sebagaimana
dimaksud pada Pasal 11 ayat (5) tersebut dituangkan dalam nota
kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
2. Nota
kesepakatan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
ditandatangani oleh Pemerintah dan Bank Indonesia selambatlambatnya akhir Februari 2004.
3. Selama penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia belum
berakhir, Cadangan Tujuan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
perseratus).
4. Sepanjang belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur bahwa surplus Bank Indonesia dikenakan pajak
penghasilan, maka berdasarkan Undang-undang ini surplus Bank
Indonesia tidak dikenakan pajak penghasilan.
Pasal III
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
16
-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 15 Januari 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Januari 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 7
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2004
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA
UMUM
Kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional memerlukan penyesuaian
kebijakan moneter dengan tujuan yang dititikberatkan pada upaya mencapai dan
memelihara stabilitas nilai rupiah yang ditopang oleh tiga pilar utama yaitu kebijakan
moneter dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat, tepat, dan
aman, serta sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan efisien. Mekanisme
perumusan kebijakan moneter tersebut harus terkoordinasi dengan perumusan
kebijakan di bidang fiskal dan sektor riil.
Sistem keuangan internasional yang semakin kompetitif dan terintegrasi telah
membentuk suatu perekonomian global yang memudahkan pergerakan arus modal
disertai dengan semakin ketatnya persaingan. Pergerakan arus modal dan persaingan
tersebut, selain dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, juga dapat mengakibatkan
kerentanan perekonomian nasional.
Untuk mengatasi berbagai tantangan di atas, perlu dilakukan penyesuaian mekanisme
perumusan kebijakan moneter dan penataan kembali kelembagaan Bank Indonesia
sebagai penanggung jawab otoritas kebijakan moneter. Langkah tersebut diperlukan
untuk memperkuat akuntabilitas, transparansi, dan kredibilitas Bank Indonesia tanpa
mengurangi makna independensi lembaga negara tersebut.
Berkenaan dengan penataan kelembagaan, untuk membantu Dewan Perwakilan Rakyat
dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang tertentu terhadap Bank Indonesia
dibentuk Badan Supervisi. Pembentukan Badan Supervisi ini merupakan bagian dari
upaya ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
2
-
upaya meningkatkan akuntabilitas, independensi, transparansi, dan kredibilitas Bank
Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, Badan Supervisi tidak melakukan penilaian
terhadap kinerja Dewan Gubernur dan tidak ikut mengambil keputusan serta tidak ikut
memberikan penilaian terhadap kebijakan di bidang sistem pembayaran, pengaturan
dan pengawasan bank serta bidang-bidang yang merupakan penetapan dan
pelaksanaan kebijakan moneter. Badan Supervisi menyampaikan pelaksanaan tugasnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Sehubungan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, selama ini pelaksanaan fungsi
sebagai the Lender of the Last Resort (LoLR) dilakukan oleh Bank Indonesia melalui
pemberian fasilitas kredit kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka
pendek dan dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan.
Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last
Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau krisis. Untuk itu dengan
Undang-undang ini dimungkinkan Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas
pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban pemerintah, dalam hal suatu
bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi
mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan. Mekanisme ini
merupakan bagian dari konsep jaring pengaman sektor keuangan (Indonesia Financial
Safety Net) yang akan diatur dalam undang-undang tersendiri.
Berkaitan dengan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN), Undang-undang ini mewajibkan Bank Indonesia untuk memberikan
pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah mengenai RAPBN serta kebijakan lain
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Kewajiban tersebut
dimaksudkan agar penyusunan RAPBN dapat mempertimbangkan lebih cermat aspek
moneter yang terkait dengan berbagai kebijaksanaan di bidang fiskal.
Tugas
Bank
Indonesia
untuk
mengawasi
bank
menurut
Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1999 bersifat sementara. Namun demikian mengingat amanat
pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yaitu selambat-lambatnya
tanggal 31 Desember 2002 telah terlampaui, maka dengan Undang-undang
ini ditegaskan kembali bahwa pengawasan terhadap bank akan dilaksanakan oleh
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen yang akan dibentuk
selambat- ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
3
-
selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2010. Pengunduran batas waktu
pembentukan lembaga tersebut, ditetapkan dengan memperhatikan kesiapan sumber
daya manusia dan infra struktur lembaga tersebut dalam menerima pengalihan
pengawasan bank dari Bank Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas, dengan menitikberatkan
pada lebih terkoordinasinya penyusunan kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal
dan sektor riil, dan terwujudnya prinsip keseimbangan antara independensi yang
diberikan kepada Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
dengan pengawasan dan tanggung jawab terhadap kinerjanya yang harus memenuhi
akuntabilitas publik yang transparan, dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian
dengan mengubah dan menyempurnakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia.
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Bank Sentral adalah lembaga negara yang
mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang
sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi
sebagai lender of the last resort.
Bank
Sentral
dimaksud
mempunyai
tujuan
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dan tidak melakukan kegiatan
intermediasi seperti yang dilakukan oleh Bank pada umumnya.
Walaupun demikian, dalam rangka mendukung tugas-tugasnya
Bank Sentral dapat melakukan aktifitas perbankan yang dianggap
perlu.
Di Indonesia hanya ada satu Bank Sentral sesuai dengan Pasal 23D
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
4
-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan campur tangan adalah semua bentuk
intimidasi, ancaman, pemaksaan, dan bujuk rayu dari pihak lain
yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
kebijakan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Tidak termasuk dalam pengertian campur tangan adalah kerja sama
yang dilakukan oleh pihak lain atau bantuan teknis yang diberikan
oleh pihak lain atas permintaan Bank Indonesia dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan pihak lain adalah semua pihak di luar Bank
Indonesia termasuk Pemerintah dan/atau lembaga lainnya.
Ketentuan
ini
dimaksudkan
agar
Bank
Indonesia
dapat
melaksanakan tugas dan wewenangnya secara efektif.
Ayat (3)
Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan Undangundang ini dan dimaksudkan agar terdapat kejelasan wewenang
Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, Bank Indonesia
sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan dan
mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya.
Angka 2
Pasal 6
Ayat (1)
Modal Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat ini berasal
dari
kekayaan
negara
yang
dipisahkan,
yang
merupakan
penjumlahan dari modal, Cadangan Umum, Cadangan Tujuan dan
bagian dari laba yang belum dibagi menurut Undang-undang
Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral sebelum Undangundang ini diberlakukan.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
5
-
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kewajiban moneter adalah kewajiban Bank
Indonesia kepada masyarakat, bank, dan Pemerintah yang terdiri
atas uang kartal yang diedarkan, saldo kredit rekening milik bank,
milik Pemerintah, dan milik pihak lain yang tercatat di Bank
Indonesia serta surat utang yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Ayat (3)
Pokok-pokok ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan
Dewan Gubernur meliputi antara lain:
a. Perlakuan akuntansi untuk modal Bank Indonesia.
b. Persyaratan dan tata cara revaluasi aset.
c. Persyaratan penambahan modal yang berasal dari Cadangan
Umum atau revaluasi aset.
Angka 3
Pasal 7
Ayat (1)
Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud dalam ayat ini adalah
kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, serta terhadap
mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan
jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi.
Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur
dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain.
Kestabilan
nilai
rupiah
sangat
penting
untuk
mendukung
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan agar kebijakan moneter yang diambil
oleh Bank Indonesia secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan
dapat dijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi dunia usaha dan
masyarakat ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
6
-
masyarakat luas. Di samping itu, ketentuan ini dimaksudkan pula
agar
kebijakan
yang
diambil
oleh
Bank
Indonesia
sudah
mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian nasional
secara keseluruhan, termasuk bidang keuangan negara dan
perkembangan di sektor riil.
Angka 4
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam
menetapkan sasaran laju inflasi, Pemerintah berkoordinasi
dengan Bank Indonesia.
Huruf b
Angka 1
Termasuk dalam operasi pasar terbuka pada ayat ini
adalah intervensi di pasar valuta asing yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dalam rangka stabilisasi rupiah.
Angka 2
Yang dimaksud dengan penetapan tingkat diskonto adalah
penetapan tingkat bunga tertentu yang diberlakukan oleh
Bank Indonesia antara lain dalam operasi pasar terbuka
dalam rangka kredit dari Bank Indonesia maupun dalam
pelaksanaan fungsi lender of last resort
Angka 3
Cukup jelas
Angka 4
Yang
dimaksud
dengan
pengaturan
kredit
atau
pembiayaan adalah penetapan pertumbuhan penyaluran
kredit atau pembiayaan oleh lembaga perbankan secara
keseluruhan berkaitan dengan pengendalian moneter.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
7
-
Ayat (2)
Operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter melalui
Bank berdasarkan prinsip syariah dilakukan dengan cara penetapan
nisbah bagi hasil atau imbalan sebagai pengganti tingkat diskonto
yang diberlakukan pada Bank konvensional.
Ayat (3)
Pokok-pokok ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia meliputi antara lain:
a. tata cara pelaksanaan operasi pasar terbuka di pasar uang
rupiah;
b. tata cara pelaksanaan intervensi valuta asing dalam rangka
stabilisasi rupiah;
c. instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka;
d. tata cara penetapan tingkat diskonto;
e. penetapan jenis dan besaran cadangan wajib minimum bagi
Bank, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing;
f. penetapan sanksi administratif terhadap pelanggaran cadangan
wajib minimum;
g. pembatasan kredit atau pembiayaan termasuk juga segala bentuk
fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta asing;
h. pengaturan huruf c, huruf d, dan huruf g yang didasarkan pada
Prinsip Syariah, terutama mengenai penetapan nisbah bagi hasil
atau imbalan.
Angka 5
Pasal 11
Ayat (1)
Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
kepada Bank yang dimaksudkan dalam pasal ini hanya dilakukan
untuk mengatasi kesulitan Bank karena adanya ketidaksesuaian
antara arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus
dana keluar.
Yang ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
8
-
Yang dimaksud dengan hari pada ayat ini adalah hari kalender.
Jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari yang dimaksud
pada
ayat ini merupakan jangka waktu maksimum
yang
dimungkinkan termasuk perpanjangannya.
Apabila kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah tidak
dapat dilunasi pada saat jatuh tempo, Bank Indonesia sepenuhnya
berhak mencairkan agunan yang dikuasainya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bank yang dapat memperoleh bantuan likuiditas adalah Bank yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
misalnya secara nyata berdasarkan informasi yang diperoleh Bank
Indonesia bahwa Bank yang bersangkutan mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek, memiliki agunan yang cukup dan apabila
diperlukan, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap
kondisi Bank tertentu.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan
oleh Pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat
tinggi berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang
kompeten dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar
untuk dijadikan uang tunai.
Yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
misalnya bagi hasil atau risiko yang ditanggung bersama secara
proporsional.
Ayat (3)
Pokok-pokok ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia memuat antara lain:
a. persyaratan dan tata cara pemberian kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, termasuk didalamnya persyaratan
Bank penerima. Dalam rangka meneliti pemenuhan kesehatan
Bank tersebut, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan Bank
calon penerima kredit atau pembiayaan;
b. jangka ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
9
-
b. jangka waktu, tingkat suku bunga atau nisbah bagi hasil dan
biaya lainnya;
c. jenis agunan berupa surat berharga dan atau tagihan yang
mempunyai peringkat tinggi;
d. tata cara pengikatan agunan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Angka 6
Pasal 34
Ayat (1)
Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan
pengawasan terhadap Bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa
keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas,
modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain
yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan
kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban
menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan tugasnya lembaga ini
(supervisory board) melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam
Undang-undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud.
Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan Bank dengan
koordinasi dengan Bank Indonesia dan meminta penjelasan dari
Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
10
-
Ayat (2)
Pengalihan fungsi pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dilakukan secara
bertahap
setelah
dipenuhinya
syarat-syarat
yang
meliputi
infrastruktur, anggaran, personalia, struktur organisasi, sistem
informasi, sistem dokumentasi, dan berbagai peraturan pelaksanaan
berupa
perangkat
hukum
serta
dilaporkan
kepada
Dewan
Perwakilan Rakyat.
Angka 7
Pasal 37
Ayat (1)
Jumlah anggota Dewan Gubernur disesuaikan setelah fungsi
pengawasan bank dialihkan kepada lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi.
Angka 8
Pasal 38
Ayat (1)
Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, Dewan Gubernur dapat
menetapkan organisasi berikut perangkatnya.
Ayat (2) dan Ayat (3)
Pokok-pokok ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan
Dewan Gubernur memuat antara lain:
a. pembagian tugas anggota Dewan Gubernur;
b. pendelegasian wewenang;
c. kode etik Dewan Gubernur.
Ayat (4)
Cukup jelas
Angka 9 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
11
-
Angka 9
Pasal 40
Huruf a
Yang dimaksud dengan warga negara Indonesia adalah orang yang
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
dinyatakan sebagai warga negara Indonesia.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan memiliki keahlian adalah seseorang yang
menguasai suatu bidang keahlian berdasarkan latar belakang
pendidikan, keilmuan, dan pengalaman yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan tugas yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan memiliki pengalaman adalah latar
belakang perjalanan karir yang bersangkutan dalam salah satu
bidang ekonomi, keuangan, perbankan atau hukum khususnya
yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Sentral.
Angka 10
Pasal 41
Ayat (1)
Untuk setiap jabatan Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan
Deputi Gubernur, Presiden menyampaikan sebanyak-banyaknya 3
(tiga) orang calon kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Usulan
tersebut disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan yang bersangkutan.
Usulan Presiden tersebut dilakukan dengan memperhatikan pula
aspirasi masyarakat.
Dewan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
12
-
Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui atau menolak calon
Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak usul diterima.
Dalam rangka pemberian persetujuan tersebut, Dewan Perwakilan
Rakyat dapat meminta calon Gubernur, Deputi Gubernur Senior,
dan Deputi Gubernur untuk melakukan presentasi dalam sidang
Dewan Perwakilan Rakyat menyangkut visi, pengalaman, keahlian
atau kemampuan, serta hal-hal yang berkaitan dengan moral dan
akhlak calon Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi
Gubernur.
Calon yang telah memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat ditetapkan dan diangkat menjadi Gubernur, Deputi
Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur oleh Presiden sebagai
kepala negara dengan keputusan Presiden.
Ayat (2)
Rekomendasi dari Gubernur diberikan setelah dilakukan proses
seleksi secara transparan, akuntabel, dan objektif.
Bakal calon Deputi Gubernur yang diseleksi berasal baik dari Bank
Indonesia maupun dari luar Bank Indonesia dengan memberikan
kesempatan yang sama serta memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini.
Jumlah calon yang diajukan Gubernur kepada Presiden sekurangkurangnya 4 (empat) orang dan sebanyak-banyaknya 6 (enam)
orang.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
13
-
Ayat (6)
Penggantian anggota Dewan Gubernur yang dilakukan secara
berkala
dimaksudkan
untuk
menjamin
kesinambungan
kepemimpinan dan pelaksanaan tugas pengelolaan Bank Indonesia.
Angka 11
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan mempunyai kepentingan langsung
pada suatu perusahaan adalah apabila yang bersangkutan
duduk sebagai pengurus dalam suatu perusahaan atau
menjalankan sendiri usaha perdagangan barang atau jasa. Yang
dimaksud dengan mempunyai kepentingan tidak langsung
adalah apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan
melalui kepemilikan saham suatu perusahaan di atas 25 %(dua
puluh lima perseratus).
Huruf b
Mengingat anggota Dewan Gubernur memiliki tugas yang
sangat strategis di bidang moneter, sistem pembayaran, dan
pengaturan dan pengawasan bank sudah sewajarnya apabila
anggota Dewan Gubernur lebih profesional dan loyal terhadap
pelaksanaan tugasnya.
Rangkap jabatan yang dimaksud termasuk pengurus pada
partai politik serta lembaga atau organisasi lainnya yang dapat
mengganggu kinerja dan profesionalitasnya berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia.
Namun, berdasarkan keterkaitan tugas dan jabatannya anggota
Dewan Gubernur secara ex-officio dapat merangkap jabatan
pada lembaga-lembaga tertentu antara lain pada International
Monetary Fund (IMF), World Bank, dan Institut Bankir
Indonesia.
Huruf c ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
14
-
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam hal Deputi Gubernur Senior dan atau Deputi Gubernur yang
diketahui telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pada
ayat (1) tidak bersedia mengundurkan diri, Gubernur mengajukan
usul
kepada
Presiden
untuk
meminta
yang
bersangkutan
mengundurkan diri. Apabila yang melakukan pelanggaran adalah
Gubernur,
Presiden
meminta
yang
bersangkutan
untuk
mengundurkan diri.
Ayat (3)
Cukup jelas
Angka 12
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Pengunduran diri sebagaimana disebut dalam pasal ini adalah
diajukan secara sukarela oleh yang bersangkutan atau
disebabkan oleh ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 ayat (2) atau Pasal 47 ayat (2).
Huruf b
Pemberhentian karena melakukan tindak pidana kejahatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini harus dibuktikan
dengan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Huruf c
Tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana dimaksud
dalam pasal ini adalah apabila anggota Dewan Gubernur tidak
hadir secara fisik tanpa pemberitahuan kepada Dewan
Gubernur.
Huruf d ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
15
-
Huruf d
Pailit
dan
tidak
mampu
memenuhi
kewajiban
adalah
berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Huruf e
Yang dimaksud dengan berhalangan tetap adalah meninggal
dunia, mengalami cacat fisik dan/atau cacat mental yang tidak
memungkinkan yang bersangkutan untuk melaksanakan tugastugasnya dengan baik, atau kehilangan kewarganegaraan
Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Angka 13
Pasal 52
Ayat (1)
Sebagai pemegang kas Pemerintah, Bank Indonesia pada dasarnya
menatausahakan
seluruh
rekening
Pemerintah.
Pelaksanaan
penatausahaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan
Bank Indonesia bersama Pemerintah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah
undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.
Angka 14
Pasal 54
Cukup jelas
Angka 15 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
16
-
Angka 15
Pasal 55
Ayat (1)
Konsultasi ini diperlukan agar penerbitan surat utang negara tepat
waktu dan tidak berakibat negatif terhadap kebijakan moneter
sehingga pelaksanaan penjualan surat utang tersebut dapat
dilakukan dengan persyaratan yang dapat diterima pasar serta
menguntungkan Pemerintah.
Ayat (2)
Pelaksanaan konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan
dengan komisi yang membidangi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Ayat (3)
Apabila penerimaan negara dari pajak, laba, perusahaan negara, dan
sebagainya tidak cukup untuk membiayai pengeluaran negara
seluruhnya, kekurangan tersebut di atas ditutup dengan dana yang
berasal dari masyarakat, baik berupa pinjaman dalam negeri
maupun masyarakat luar negeri dengan menerbitkan surat-surat
utang negara.
Pembelian surat-surat utang negara oleh Bank Indonesia hanya
dapat dilakukan secara tidak langsung atau di pasar sekunder.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan surat utang negara yang diperlukan untuk
operasi pengendalian moneter dalam ayat ini adalah surat utang
negara berjangka pendek dengan waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Ayat (5)
Cukup jelas
Angka 16
Pasal 58
Ayat (1)
Laporan tahunan yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan
tahunan kepada Pemerintah adalah dalam rangka informasi.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
17
-
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Penyampaian informasi kepada masyarakat, di samping sebagai
cerminan azas transparansi juga dimaksudkan agar masyarakat
mengetahui arah kebijakan moneter yang dapat dipakai sebagai
salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan usaha para
pelaku pasar.
Angka 17
Pasal 58A
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pengawasan di bidang tertentu adalah
melakukan tugas:
a. telaahan atas laporan keuangan tahunan Bank Indonesia;
b. telaahan atas anggaran operasional dan investasi Bank Indonesia;
c. telaahan
atas
prosedur
pengambilan
keputusan
kegiatan
operasional di luar kebijakan moneter dan pengelolaan aset Bank
Indonesia.
Badan Supervisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud di
atas tidak melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur
dan tidak ikut mengambil keputusan serta tidak ikut memberikan
penilaian terhadap kebijakan di bidang sistem pembayaran,
pengaturan dan pengawasan bank serta bidang-bidang yang
merupakan penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter. Badan
Supervisi tidak dapat:
a. menghadiri Rapat Dewan Gubernur;
b. mencampuri ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
18
-
b. mencampuri dan menilai kebijakan Bank Indonesia;
c. mengevaluasi kinerja Dewan Gubernur;
d. menyatakan pendapat untuk mewakili Bank Indonesia;
e. menyampaikan informasi yang terkait dengan pelaksanaan
tugasnya langsung kepada publik.
Hasil telaahan atas laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia tersebut disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Ayat (2)
Keanggotaan Badan Supervisi diusulkan oleh Presiden sekurangkurangnya 10 (sepuluh) orang.
Ketua Badan Supervisi dipilih dari dan oleh anggota Badan Supervisi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Badan Supervisi bertempat yang disediakan oleh Bank Indonesia.
Ayat (6)
Cukup jelas
Angka 18
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat ini diberikan melalui
konsultasi dengan komisi yang membidangi Bank Indonesia dan
perbankan selambat-lambatnya 31 Desember tiap tahun anggaran.
Apabila setelah tanggal 31 Desember belum mendapat persetujuan,
anggaran yang diusulkan dianggap disetujui.
Ayat (4) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
19
-
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan secara khusus adalah dilaporkan secara
tertutup kepada komisi yang membidangi Bank Indonesia dan
perbankan.
Angka 19
Pasal 62
Ayat (1)
Cadangan Umum dipergunakan untuk menambah modal atau
menutup defisit Bank Indonesia, sedangkan Cadangan Tujuan
dipergunakan antara lain untuk biaya penggantian dan atau
pembaruan harta tetap, pengadaan perlengkapan yang diperlukan,
dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia dalam
melaksanakan tugas dan wewenang Bank Indonesia serta penyertaan
yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan
tugas
Bank
Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64.
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral, pembagian surplus Bank Indonesia untuk Cadangan Tujuan
ditetapkan sebesar 20% (dua puluh perseratus) yang digunakan
untuk biaya penggantian/pembaruan aktiva tetap dan perlengkapan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan usaha Bank
Indonesia.
Dalam Undang-undang ini, Cadangan Tujuan digunakan untuk
biaya penggantian dan atau pembaruan harta tetap, pengadaan
perlengkapan yang diperlukan, pengembangan sumber daya
manusia dan organisasi dalam melaksanakan tugas dan wewenang
Bank Indonesia serta penyertaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
64.
Pembagian surplus pada Bank Indonesia untuk Cadangan Tujuan
dalam Undang-undang ini ditingkatkan menjadi 30% (tiga puluh
perseratus), mengingat tantangan yang dihadapi Bank Indonesia,
antara lain perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang berkesinambungan serta perlunya peningkatan kualitas
teknologi.
Ayat (2) ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
20
-
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Dalam hal modal termasuk Cadangan Umum telah mencapai 10%
(sepuluh perseratus) dari kewajiban moneter, sisa surplus yang
merupakan bagian Pemerintah terlebih dahulu harus digunakan
untuk membayar kewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia.
Angka 20
Pasal 77
Cukup jelas
Angka 21
Pasal 77A
Cukup jelas
Pasal II
Cukup jelas
Pasal III
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4357
Download