PENGARUH TABUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA BARAT Oleh: Febriani, SE, M.Si Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Persoalan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah kurangnya modal untuk melakukan investasi. Kekurangan modal terjadi karena rendahnya pendapatan masyarakat yang berdampak pada rendahnya kemampuan menabung bagi masyarakat, sehingga mengakibatkan dana untuk investasi terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tabungan domestik, jumlah penduduk, ekspor dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Data yang digunakan berbentuk time series. Dari hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa kenaikan jumlah tabungan, jumlah penduduk dan ekspor perpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat pada tingkat kepercayaan 95%. Impor berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat pada tingkat kepercayaan 99%. 31 Sumatera Barat sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, telah mulai melakukan pembangunan ekonomi secara intensif sejak kondisi non-ekonomi mulai menunjukan arah yang stabil, yaitu sekitar tahun 1970-an. Selama ini pemerintah mengangap bahwa peningkatan jumlah penduduk dan ekspor merupakan bagian dari proses pembangunan ekonomi yang sukses dengan pertumbuhan ekonomi yang gemilang. Sebagaimana diketahui peningkatan tabungan melalui peningkatan ekspor dan impor akan dapat meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk membiayai pembangunannya dengan harapan sumber pembiayaan pembangunan diupayakan. Disamping PDRB sebagai sumber dana pembangunan terdapat juga tabungan domestik, yaitu tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Sedangkan sumber pembiayaan pembangunan utama untuk memacu PENDAHULUAN Latar Belakang Kekurangan modal untuk melakukan investasi merupakan salah satu persoalan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang. Kekurangan modal ini terjadi karena rendahnya pendapatan masyarakat yang berdampak pada rendahnya kemampuan menabung sehingga mengakibatkan dana untuk melakukan investasi sangat terbatas. Pada dasarnya dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi negara-negara dunia ketiga, akumulasi hutang luar negeri {exsternal debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar, karena tabungan domestik yang rendah tidak memungkinkan dilakukanya investasi secara memadai sehingga pemeriantah negara-negara seddang berkembang hams menarik dana pinjaman dan investasi dari luar negeri (Michael P. Todaro). Negara Sedang Berkembang (NSB) khususnya Sumatera Barat dalam melakukan pembangunan merasakan perlunya bantuan dana pembangunan yang berasal dari negara maju, guna menambah kapasitas produksi nasionalnya, memperbaiki kesehatan ekonomi dan meningkatkan taraf konsumsi masyarakat. Atas dasar pertimbangan kemanusiaan, ekonomi dan politik, negara-negara maju juga menyadari bahwa perlu memberikan bantuan ekonomi dan finansial untuk pembangunan negara yang sedang berkembang (NSB) agar mencapai kesejahteraan {welfare state). pertumbuhan ekonomi adalah investasi, yang berasal dari swadaya masyarakat (invesment as engine growth economy). Pada tahun 2002 ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan 3.69% dan tahun 2003 mecapai 4.10% melampaui target dan pemerintah dalam APBN yang hanya sebesar 4%. Untuk tahun 2004 pemerintah dan DPR dalam APBN menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 4.8%, jika kondisi kinerja ekonomi tahun 2003 dapat dipertahankan sampai akhir tahun 2004 (BPS, Statistik Indonesia 2004). 32 Berdasarkan uraian diatas, untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia diperlukan pemanfaatan dana pembiayaan pembangunan secara efektif dan efisien serta terus menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang potensial. Diantaranya mengusahakan dana dari dalam negeri melalui peningkatan tabungan masyarakat dan pemerintah, dalam hal ini penerimaan hams lebih besar dari pengeluaran. Alternatif lainnya adalah mengundang investor agar mau berinvestasi di Sumatera Barat ekspor dan impor serta sebagai bahan masukan untuk menyusun dan mengembangkan penelitian yang lain lebih lanjut. Tinjauan Pustaka Berkembangnya pembangunan suatu negara sangat relevan dengan dana yang digunakan, sehingga perlu diketahui sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Indonesia. Sumbersumber pembiayaan pembangunan Indonesia dari tahun ketahun mengalami perekmbangan yang cukup pesat sehingga adanya kebijakan fiskal pemeriantah dalam mempengaruhi tingkat pendapatan khususnya GNP (gros national product) agar tidak terjadi disparitas ekonomi akibat adanya inflasi, pengangguran dan efisit neraca pembayaran (R.Sudiyono, 1981). Pemerintah Indonesia maupun pihak swasta merasa optimis dalam melakukan prinsip akselarasi yang menyatakan bahwa besarnya sumber pembiayaan pembangunan berhubungan proposional terhadap perubahan output atau pendapatan (Nopirin,1987). Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tabungan domestik, jumlah penduduk, ekspor dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Beranjak dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengkaji, menguji dan menganalisis pengaruh tabungan domestik, jumlah penduduk, ekspor dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pemerintah Sumatera Barat dalam menganalisa faktor-faktor (tabungan domestik, jumlah penduduk, ekspor, impor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Disisi lain diharapkan secara praktis dapat mencoba memberikan sumbangan pemikiran menyangkut masalah tabungan domestik, jumlah penduduk, Konsep dan Teori Tabungan Dalam teori pembangunan, Keynes (1930) dalam Jhingan. ML (2004) menayatakan bahwa tabungan sebagai bagian dari pendapatan suatu periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode bersangkutan yang diformulasikan dalam bentuk : Y=C+S Dimana: Y = Pendapatan C = Konsumsi 33 S= Tabungan masyarakat Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan tersebut besar atau kecil dari kenaikan jumlah penduduk atau tidaknya perubahan struktur ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memandang proses pembangunan sebagai suatu urutan tahap-tahap yang harus dilalui oleh sekelompok masyarakat. Konsep ini merupakan kombinasi dari jumlah penduduk, ekspor, impor dengan jumlah yang tepat serta kondisi masyarakat yang berlaku. Pembangunan ekonomi selalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak sebaliknya. Pembangunan ekonomi diartikan dengan pertumbuhan ekonomi agregate atau pertumbuhan merupakan bagian dari pembangnan ekonomi. Triyanto (1990) mengungkapkan bahwa setiap negara melaksnakan pembangunan menginginkan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada model Secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan adalah kemampuan dan kemauan menabung . Kemampuan menabung umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi seperti pendapatan bersih perkapita (teori Absolut income oleh Keynes). Semakin tinggi pendapatan bersih perkapita maka semakin tinggi kemampuan menabung S= s (Y) dan distribusi pendapatan perkapita (teori Relatif Income Dussenbery). Konsep dan Teori Investasi Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang yang terdiri dari pabrik, kantor dan produkproduk tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Investasi yang ditanamkan oleh para investor dismaping dibiayai dari modal sendiri juga dibiayai dari tabungan baik yang dimiliki oleh perusahaan maupun masyarakat. Dalam hal ini sumber pembiayaan pembangunan yang berasal investasi didapatkan dari penananman modal langsung oleh investor asing (FDI) Harrod-Domar sebagai berikut; g= AY x 100% ..........................(1) Y Dimana: G = Tingkat pertumbuhan ekonomi A Y = selisih pertambahan pendapatan nasional (besarnya perubahan GNP) Y = Pendapatan nasional tahun sebelumnya Konsep dan Teori Pembangunan Ekonomi serta Pertumbuhan Ekonomi Istilah pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi (Jhingan.ML (2004). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi, untuk mengetahui besarnya investasi dengan kemampuan masyarakat meningkatkan output/GNP 34 dapat diketahui dengan konsep incremental capital output ratio (ICOR), yang dapat dilihat dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Dalam perekonomian terbuka, sistem pendapatan terbuka (Ahmad Mibarik, 1991) dalam bentuk persamaan berikut: Y = C + 1 + G + (X-M) ...................(6) Y = C + S + T ...................(7) k = I x 100% ...........................(2) AY Dimana: K = ICOR I = Besarnya investasi yang diperlukan untuk menaikan satu unit output Persamaan menjadi: g.k = I/Y (1) dan (2) Dimana: Y = Pendapatan Nasional C = Konsumsi G = Pengelauran Pemeriantah X = Ekspor M = Impor T =Pajak I = Investasi digabung Dari persamaan (6) dan (7) yang disubtitusikan akan diperoleh persamaan sebagai berikut: ....................................(3) Menurut Marsudi Djojodipuro (1994), Pendapatan Nasional adalah hasil akhir suatu negara dalam waktu satu tahun yang dinyatakan dalam mata uang. Todaro (1989) menyatakan bahwa hubungan antara tabungan dengan pendapatan nasional dapat dinyatakan C + I + G + (X-M) = C + S + T (X-M) = (T-G = (S-1)............(8) Kecendrungan yang sering terjadi di Indonesia adalah : 1. Defisit neraca pembayaran (X - M) 2. Defisit anggaran pemeriantah (T< G) 3. Rendahnya tabungan terhadap investasi (S < 1) dengan persamaan: S = s. Y .............................(4) Dimana: S = Tabungan nasional (pemeriantah) S = Kecendrungan untuk menabung/MPS Y = Pendapatan Nasional Pemulihan defisit akan mencakup defisit investasi tabungan domestik, neraca pembayaran, defisit anggaran pemeriantah. Persamaan (8) berlaku untuk perekonomian Indonesia. Untuk menaggulangi defisit, diperlukan dana dari luar negeri, yang dapat berupa peningkatan ekspor dan menurunkan jumlah impor. Jelas bahwa peningkatan jumlah tabungan memiliki peranan penting untuk meningkatkan Bila diasumsikan I = S, persamaan (3) dan (4) disubtitusikan sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: g.k = s/k ....................................(5) 35 pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia khususnya Sumatera Barat. Hipotesis Hipotesis 1 : Hipotesis 2 : Hipotesis 3 : (miliar rupiah). Penyesuaian data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data PDRB memiliki tiga tahun dasar yaitu 2002, 2003, 2004 data tersebut disesuaikan dengan tahun dasar (atas dasar harga konstan) 2002 melalui indek berantai sehingga diperoleh PDRB penyesuaian. 2. Data tabungan domestik yang merupakan penjumlahan dari jumlah penduduk, ekspor, impor data diambil melalui selisih realisasi penerimaan dengan realisasi pengeluaran negara dalam APBN. Oleh karena telah berubahnya perhitungan anggaran, maka dilakukan penyesuaian perhitungan tabungan pemerintah dan tahun anggaran menjadi tahun kalender. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya selama periode waktu enam tahun (2002-2007). Jumlah Penduduk berpengaruh posisti terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Ekspor berpengaruh positif terhadap ertumbuhan Eonomi di Sumatera Barat Impor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat METODE Metode dalam penelitian ini secara berurutan akan membahas tentang : data, sampel yang digunakan, variabel dan definisi operasional variabel, pengujian hipotesis, pengujian koefisienan determinasi (R) dan diagnosis model. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk time series. Data ini diperoleh dari badan Pusat Statistik (BPS). Bank Indonesia (BI) dan instansi lain yang terkait. Sebelum data di regresi dengan menggunakan sofware SPSS, dilakukan penyesuaian data dengan tujuan agar data produk domestik bruto (PDB), tabungan pemerintah, tabungan swasta, hutang luar negeri dan penanaman modal asing memiliki ukuran dan satuan yang sama Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Judgement sampling (Sample tidak acak berdasarkan pertimbangan). Adapun pengujian hipotesis atau disebut juga dengan pengujian signifikasi yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda dengan tahap-tahap sebagai berikut: Uji - F (F-test) Uji-F bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh seluruh 36 Jika persamaan regresi berganda ditranspormasi kedalam bentuk ekonometrik, maka persamaan berubah menjadi: variabel independen terhadap variabel dependen. Uji - F dilakukan dengan membandingkan nilai F-test dengan nilai F-tabel. Atau bisa juga dengan membandingkan nilai sig ddengan nilai alpa (tingkat kesalahan). Nilai F-test dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Domodar Gujarati, 1999:120): Y = (βo + βlXl + β2X2 + β3X3 + ei Dimana: Y = Produk Domestik Bruto Pi = Koefisienan regresi XI = Tabungan X2 = Ekspor X3 = Impor 2 F-test = R /(k-l) (l-R2) / (n-k) Dimana: F-test = Nilai F-hitung R2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variable N = Jumlah tahun pengamatan Regional Uji -t (test) Uji -t bertujuan untuk melihat ada atau tiaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara persial terhadap variabel dependen (Damadar Gujarati 1999:144). Uji-t dilakukan dengan membandingkan nilai t-test dengan nilai tabel. Atau bisa juga dengan membandingkan dengan nilai ttest dengan nilai t-tabel. Atau bisa juga Ketentuan pengambilan keputusan dengan menggunakan F-tes adalah sebagai berikut: 1. Jika F-tes < F-tabel atau jika nilai sig > nilai a maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya variabel independen secara keselurahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhaddap variabel dependen. 2. Jika F-test > F-tabel atau jika nilai sig < nilai & maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya variabel independen secara keseluruhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. dengan membandingkan nilai sig dengan nilai alpa (tingkat kesalahan). Hipotesis yang bisa dikemukakan adalah : Ho : koefisienan regresi tidak signifikan Ha : koefisienan regresi signifikan Ketentuan pengambilan keputusan dengan menggunakan t-test adalah sebagai berikut: 1. Jika t-test < t-tabel atau jika nilai sig > nilai a maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak. Artinya variabel independent (Xi) tidak memiliki Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = po + (31X1 + P2X2 + P3X3 37 Ho : Ekspor tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Ha : Ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika t-test > t-tabel atau jika nilai sig < nilai & maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya variabel independent (Xi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Formulasi t-test sebagai berikut: T tes = β_ Se(β2) Hipotesis 1 Untuk pengujian hipotesis 1, guna membuktikan apakah kenaikan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia digunakan uji-t(t-test). Ho : Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Ha : Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Dimana: T tes = nilai t test Se (β2) = standar error β2 B2 = koefisienan regresi variabel β 2 dari Hipotesis 3 Untuk pengujian hipotesis 3, guna membuktikan apakah impor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat digunakan uji-t (t tes) dengan hipotesis sebagai berikut: Ho = Impor tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Ha = Impor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat Formulasi t-test sebagai berikut: Ttes= β1 Se (β 1) Dimana: T test = nilai t test Se(βi) = standar error dari variabel βI B = koefisienan regrsi Dari variabel XI Formulasi t-test sebagai berikut: Ttes= β3 Se (β) Dimana: T test = nilai t test Se(β3) = standar error dari β3 B3 = koefisienan regrsi dari variabel X3 Hipotesis 2 Untuk pengujian hipotesis 2, guna membuktikan apakah ekspor berpengaruh positif terhaddap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat digunakan uji-t (test) 38 pendekatan plot normal probabilitas yang membandingkan distribusi komulatif nilai data aktual dengan ditribusi kumulatif pada distribusi normal. Serta juga dapat menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian Koefisienan Determinasi (R2) Koefisienan Determinasi Berganda bermanfaat untuk melihat seberapa besar proposi sumbangan seluruh variabel independen (bebas) terhadap variabel (naik turunya) nilai variabel diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut (Domodar Gujarati, 1999 : 199) Autokorelasi Menurut Gujarati (1995), autokorelasi dapat didefmisikan sebgai R2 = β Σ Xi Y Σ Yi korelasi antara anggota serangkaian 2 observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau Nilai R2 berkisar antara nol dan satu : 0 dan 1, jika nilai R2 = 0, berarti antara variabel independen dengan variabel dependen tidak ada hubungan, jika R2 =1, berarti antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki hubungan yang sempurna. Dengan kata lain besarnya proposi sumbangan variabel dependen terhadap variabel independen adalah 100%. ruang (seperti data dalam cross sectional). Korelasi merupakan kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance. Pada aoutokorelasi, korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderatan secara series dalam bentuk waktu jika datanya time series atau korelasi antara tempat yang berdekatan bila datanya cross sectional. Uji yang digunakan untuk mendekati Diagnosa Model Dalam menggunakan analisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS), sebelum melakukan pengujian hipotesis, agar nantinya model regresi tidak bias dan pengambilan keputusan hasil tidak diragukan kebenarannya maka perlu dilakukan uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas. adanya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilainilai taksiran faktor yang berurutan. Multikolineritas Menurut Gujarati (1995), satu asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah adalah tidak terdapat multikolieritas diantara variabelvariabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model. Multikolineritas berarti adanya hubungan sempurna atau pasti diantara beberpa atau semua variabel yang menjelaskan ddari model Normalitas Normalitas data merupakan uji astimsi yang sangat mendasar dalam analisis multivariate. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada hasil gambar histogram. Dapat juga menggunakan 39 regresi. Untuk mendeteksi adanya multikolineritas dapat dilakukan pula dengan melihat nilai Tolerance value dan nilai Variance Inflation fakctor (VIF). metoda grafik (Gujarati, 1995). Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas akan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi peringkat spearmen (Spearman Rank Correlation Test). Uji korelasi peringkat Spearmen dapat dilakukan dengan menguji nilai absolut residual (A-RES) dengan masing-masing variabel independen. Apabila hasil korelasi independen tidak signifikan berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas Menurut Gujarati (1995), satu asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi populasi adalah homoskedastisitas ; yaitu semua gangguan tadi memiliki varians yang sama Homoscedasticity merupakan asumsi yang berkaitan dengan dependensi hubungan antar variabel dimana variabel dependen menunjukan tingkat varian yang sama antar variabel dimana variabel dependen menunjukan tingkat varian yang sama antar variabel prediktor. Dalam model regresi homosekdastisitas; yaitu semua gangguan tadi memiliki varians yang sama. Homoscesdasticity diharapkan terjadi, bila dilanggar dinamakan HASIL Untuk mengetahu pengaruh tabungan, jumlah penduduk, ekspor dan impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat, dapat dilihat dari pembahasan sebagai berikut mengenai: deskripsi statistik, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, pengujian hipotesis, pengujian keefisienan determinasi (R2) heteroskedastisitas. Untuk mendiagnosis terjadinya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji Park, uji Glejser, uji korelasi peringkat spearman atau dengan menggunakan A. Deskripsi statistic Deseriptive Statistics Minimum Maximum Mean N Penduduk Ekspor Investasi PDRB Valid N (listwise) 6 6 6 6 6 4243510 4555810 208180,00 685756,00 4777,13 5081,41 22375278,65 29159480,57 40 Std. Deviation 4452542,00 123912,807 401894,0000 195909,25843 4864,5033 111,74645 25304539,8500 2320708,54314 normal perlu ditransformasikan agar berubah normal. Variabel hutang luar negeri ditransformasikan dengan akar kuadrat (Hair, 1984). Hasil uji Komogorov-Smirnov dan plotting probabilitas normal setelah ditransformasikan ternyata bahwa variabel hutang luar negeri yang sudah ditranspormasikan dengan akar kuadrat memiliki Asymp Sig > 5%. Ini berarti semua variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal B. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak perlu dilakukan uji Kolmogorof-Smirnov terhadap variable independent dan variable dependen. Data dikatakan berdistribusi normal bila Asymp sig (2tailed) > alpha (1%, 5%, 10%). Pada uji normalitas variable yang berdistribusi normal adalah PDRB, penduduk, ekspor dan impor. Sedangkan variable hutang luar negeri tidak normal karena Asymp Sig < dari 5%. Variabel yang tidak Histogram Dependent Variable : PDRB normal akan ditujukan dalam garis diagonal, sedangkan data aktual diplot sesuai dengan distribusinya. Dari model regresi yang diteliti terlihat bahwa plotting data aktual mendekati garis yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Pada gambar hstogram dan gambar plot probabilitas normal (normal probability plot) terhadap semua variabel yang diuji, terlihat bahwa distribusi komulatif nilai data aktual mendekati distribusi kumulatif pada distribusi normal. Pada pendekatan normal probability plot, distribusi 41 model regresi ini dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regrsi ini. C. Uji Autokorelasi Nilai Durbin-Watson dapat digunakan untuk mendekati ada atau tidaknya autokorelasi. Nilai DurbinWatson (DW) adalah 1.208, sedangkan nilai batas bawah (dl) dengan 4 explanatory variabel dan 24 sampel yang digunakan dalam penelitian ini menunjukan angka 0.80 serta nilai batas atas (du) sebesar 1.53 pada level signifikan 1%. Pada tingkat signifikan 5% diperoleh dl sebesar 1.01 dan du sebesar 1.48. Dengan menggunakan ramus dl< dw < du pada level signifikan 1% menunjukan angka 8.80 < 1.208 < 1.53. Pada level signifikan 5% menunjukan angka 1.01 < 1.208 < 1.48 maka nilai Durbin-Watson menunjukan hasil pengujian yang tidak konklusuf, sehingga tidak dapat ditentukan apakah terdapat autokorelasi atau tidak pada D. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas terjadi apabila terdapat hubungan linear yang signifikan diantara dua variabel independent atau lebih variabel yang digunakan dalam model regresi. Metode untuk menguji terjadinya multikolineritas dapat dilihat dari korelasi antar variabel independen, tolerence value, variance inflation factors (VIF). Masalah multikolinieritas terjadi apabila koefisenan korelasi antar nilai dua variabel bebas lebih besar dari 0.9 maka multikolinearitas merupakan masalah serius. Batas dari tolerance value adalah 0,1 sedangkan batas VIF adalah 10 (hair, 1998). Corelation Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N PDRB Penduduk Ekspor Investasi PDRB Penduduk Ekspor Investasi PDRB Penduduk Ekspor Investasi PDRB 1,000 ,338 ,861 ,074 ,256 ,014 ,444 6 6 6 6 Analisis seperti yang diatas menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antar variabel independent, karena koefisienan Penduduk ,338 1,000 ,615 -,155 ,256 ,097 ,384 6 6 6 6 Ekspor ,861 ,615 1,000 -,173 ,014 ,097 ,372 6 6 6 6 Investasi ,074 -,155 -,173 1,000 ,444 ,384 ,372 6 6 6 6 korelasi antara dua variabel independent memiliki nilai dibawah 0,9. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi ini. 42 Uji Multikolinieritas dengan Tolerence dan VIF Coefficients (a) Model 1 Collinearity Statistics (Constant) Penduduk Ekspor Investasi Tolerance VIF ,620 ,616 ,966 1,614 1,623 1,035 a Dependent Variable: PDRB Hasil analisis ini menunjukan bahwa nilai tolerance semua variabel independen berada diatas 0,1 dan nilai VIF semua varaibel independen berada dibawah 10. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi ini. variabel independent dengan nilai mutlak residunya maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil Spearmen antara absolut residual (A-RES) dengan masing-masing variabel independen terlihat semuanya tidak signifikan pada tingkat signifikansi 1%, 5% maupun 10%. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada regresi ini. E. Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas digunakan uji korelasi peringkat Spearmen dengan meregresikan variabel dependen (PDRB/Y dengan masing-masing variabel independent (Jumlah penduduk, ekspor, impor) untuk mendapatkan nilai residual. Nilai mutlak residual di uji dengan masing-masing variabel independen Jika tidak signifikan secara statistik antara Model 1 Sum of Squares Pengujian Hipotesis a. Uji - F (F-test) Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh seluruh variabel independent terhadap variabel dependen digunakan uji F. Salah satu cara untuk melakukan uji-F adalah dengan membandingkan nilai sig dengan nilai a (alpa)/ tingkat kesalahan Anova (b) df Mean Square F Sifl. Regression 22765511849932,51 3 7588503949977,500 41,156 .000(a) 0 Residual 4162928861004,250 2 2081464430502,125 Total 26928440710936,75 5 0 a. Predictors: (Constant), Investasi, Penduduk, Ekspor b. Dependent Variable: PDRB 43 Nilai F test sebesar 41,156 dengan tingkat signifikan 0,000 atau 0%. Oleh karena propabilitas (sig) jauh lebih kecil dari alpha 1%, maka model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (Y/ PDRB), hal ini juga berarti bahwa secara keseluruhan variabel-variabel penduduk (XI), ekspor (X2), dan impor (X3) berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variable PDRB (Y) pada tingkat kepercayaan 90%. b. Uji -1 (t-test) Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regrsi signifikan atau tidak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan meregresikan masing-masing variabel dependen dengan variabel independent agar diperoleh nilai dari ttest Uji t Coefficients(a) Model 1 Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) Penduduk Ekspor Investasi a. 22679309,999 -5,450 12,761 4473,972 41747461,449 6,614 4,196 5873,747 Standardized Coefficients Beta t ,543 -,291 +,824 1,077 3,041 ,215 ,762 Sig. ,641 ,497 ,093 ,526 Dependent: Variable PDRB Berdasarkan uji-t didapatkan persamaan regresi sebagai berikut : Konstanta sebesar 0,543 dapat diinterprestasikan bahwa jika variabel independen (penduduk, ekspor, impor) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (PDRB), maka nilai dari PDRB adalah sebesar 4,97 miliar. Koefisien regresi tabungan domestik sebesar 2,91 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tandanya (-) satu Miliar Rupiah penduduk akan menurunkan nilai variabel dependen sebesar 2,91 miliar. Koefisien regresi variabel independen penduduk, ekspor, dan impor adalah sebesar 5,45 Angka ini berarti bahwa setiap penurunan (karena tandanya (-) satu Miliar Rupiah nilai ekspor akan menurunkan nilai variabel dependen PDRB sebesar 5,43 miliar Sedangkan koefisienan regresi ekspor sebesar 1,07 miliar dapat diinterprestasikan bahwa setiap penambahan ekspor satu Miliar Rupiah akan meningkatkan nilai variabel dependen PDRB sebesar Rp 1,07 milyar. Selama periode 2002 s/d 2007 terlihat pada kolom sig, nilai sig untuk variabel tabungan domestik adalah 0,6 Angka ini berada dibawah probabilitas 5%, 10%, dengan kata lain nilai sig variabel PDRB lebih kecil dari nilai probabilitas ? alpha (0,034 < 5%). Ini 44 berarti Ho ditolak, Ha diterima. Dengan kata lain jumlah penduduk, ekspor dan impor berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada tingkat kepercayaan 99%. besar proporsi sumbangan seluruh variabel independen (bebas) terhadap variasi (naik turunya) nilai variabel dependen (tidak bebas) secara bersamasama. Pada tabel dibawah ini yang berisikan informasi mengenai Koefisien Determinasi Berganda dari persamaan regresi penelitian. c. Pengujian Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi berganda bermanfaat untuk melihat seberapa Pengujian Koefisienan Determinasi Model Summary Model 1 R .919(a) R Square Adjusted R Square ,845 ,614 Std. Error of the Estimate 1442728,12078 a Predictors: (Constant), Investasi, Penduduk, Ekspor Hasil analisis menunjukan nilai koefisienan determinasi (R) sebesar 0,91 atau 0,91 %. Koefisienan ini dapat diinterprestasikan bahwa 0,91 % variabel dependen PDRB (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen jumlah penduduk, ekspor dan impor. Sedangkan sisanya (100 - 91 = 9%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model variasi naik turunya. Jadi kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 91%, sedangkan sisanya sebesar 9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model. 2. 3. Sumatera Barat pada tingkat kepercayaan 95%. Ekspor akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Impor berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. SARAN 1. Sampel penelitian masih terbatas sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar meningkatkan sampel penelitiannya dan menambah periode waktu yang lebih panjang untuk hasil penelitian yang lebih valid. 2. Kebijakan pemeriantah bisa merangsang dan mendorong tabungan domestik masih sangat relevan untuk terus ditingkatkan KESIMPULAN Dalam periode 2002 s/d 2007 menyimpulkan bahwa: 1. Jumlah penduduk berpengaruh terhadap positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di 45 dalam rangka memacu laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. 1985, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan, FE-UI, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Goni, John Hein, 1990, Upaya Peningkatan Pembangunan Masyarakat Desa Pantai di Daerah Sulawesi Utara, Jurnal Ilmiah Harahap, Erni Febrina, Analisis Perubahan Struktur Perekonomian di Sumatera Barat, Jurnal Ekonomi, Bisnis Vol. 5. No. 2 Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang, 2004 Harahap, Erni Febrina, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Industri Manufaktur di Indonesia, Jurnal Ekonomi, Bisnis Vol. 8. No. 2 APTISI, Kopertis Wilayah X, 2005. Haryanto, 2005, Analisis Pertumbuhan Ekonomi Suatu Pendekatan Pertumbuhan Ideal, Skripsi FE.UBH Padang M. Suparmoko , Irawan (1996) : Ekonomika Pembanguanan, cet.ke 6 BPFE- Yogyakarta, 2002 Badan Pusat Statistik, 2000-2005, Statistik Indonesia, Jakarta ---------2000-2005, Sumatera Dalam Angka Barat Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta Kuncoro, Mudrajat, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, YKPN, Yogyakarta Sukirno, Sadono, 46 47 . 48