I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 215 PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKAWINAN ENDOGAMI DI DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN KABUPATEN KARANGASEM Oleh: I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Tenganan Pagringsingan, grow and develop with the impression of the original as the village of Bali Aga, the village that has a pattern of life and governance communities based on the regulation of Traditional Adat Village who inherited their ancestors, including the system of marriage that has a style endogamy, As stated in awig awig " and the goods that the person has put aside his village or his female relatives or helping / giving a chance, is totally forbidden, and should be fined by the village. The impact of modernization does not make significant changes on the lives of villagers Tenganan associated with marriage endogamy, there are recorded only 15 cases from the past until now. Keywords : Tenganan Village, Globalization, Endogamous Marriage. Abstrak Desa Tenganan Pagringsingan, Kabupaten Karangasem tumbuh dan berkembang dengan kesan aslinya sebagai Desa Bali Aga, Desa yang memiliki pola hidup dan tata masyarakatnya mengacu pada peraturan Tradisional Adat Desa yang diwariskan nenek moyang mereka, termasuk sistem perkawinannya yang memiliki corak endogamy, Sebagaimana disuratkan dalam awig-awignya “dan prihal barang siapapun orang Desa itu ngasampingan anaknya maupun saudara wanitanya atau ikut membantu/memberi kesempatan, sama sekali dilarang, serta patut didenda oleh Desa. Dampak dari pengaruh modernisasi tidaklah membuat perubahan yang sangat signifikan dari kehidupan masyarakat desa Tenganan terkait dengan perkawinan endogamy, tercatat hanya terdapat 15 kasus dari dulu hingga sekarang. Kata Kunci: Desa Tenganan, Globalisasi, Perkawinan Endogami. A. PENDAHULUAN dapat 1. Latar Belakang Masalah kehidupan manusia, juga sarat dengan Abad ke-21 untuk berbagai abad tantangan negative yang harus dijauhkan globalisasi yang ditandai dengan adanya sebab akan dapat merusak peradaban keterbukaan manusia. dan adalah dimanfaatkan kebebasan dalam berbagai bidang kehidupan, Abad yang Arus globalisasi yang melanda penuh harapan, sarat peluang positif yang Dunia dewasa ini telah terjadi perubahan I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 216 dalam seluruh aspek kehidupan manusia, jadi hukum adalah bagian yang penting terutama Negara-negara dari realitas kehidupan masyarkat dan Indonesia, hukum itu sendiri akan memberikan pada berkembang, perubahan termasuk yang terjadi itu dengan sendirinya terjadi pula pada perubahan implikasi yang kuat pada pembaharuan hukum. hukum, karena kebutuhan masyarakat Desa akan berubah secara kuantitatif dan Kabupaten kualitatif. memberikan Permasalahan yang timbul Tenganan Pagringsingan, Karangasem kesan selalu berbeda bagi dalam perubahan hukum itu adalah sejauh Pariwisata Bali. Tenganan tumbuh dan mana dengan berkembang dengan kesan aslinya sebagai perubahan tersebut dan bagaimana tatanan Desa Bali Aga, Desa yang memiliki pola hukum itu agar tidak tertinggal dengan hidup dan tata masyarakatnya mengacu perubahan masyarakat. Disamping itu pada peraturan Tradisional Adat Desa sejauh mana masyarakat dapat mengikat yang diwariskan nenek moyang mereka, diri dalam perkembangan hukum agar ada termasuk sistem perkawinannya yang keserasian antara masyarakat dan hukum memiliki corak endogami. Hal itu justru supaya membuat hukum bisa melahirkan sesuai ketertiban dan ketentraman yang di harapkan. Salah satu implikasi yang paling istimewa Desa Tenganan dibandingkan Desa lainnya sebagai destinasi daya tarik Pariwisata di dominan saat ini adalah perubahan yang Bali. terjadi pada aspek hukum. Hal ini tentu 2. Rumusan Masalah sejalan dengan apa yang dikemukakan menjadi Berdasarkan latar belakang oleh “CERERO” sebagaimana adagium masalah di atas, maka dapat dibuat yang mengatakan “ubi ius ibi sociatis” rumusan masalah sebagai inti dari pada dimana ada masyarakat di situ ada hukum, penelitian ini yaitu sebagai berikut: I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… a. Apakah masyarakat Desa Adat Tenganan Pagringsingan masih tetap dan keagamaan yang dianut masyarakat bersangkutan. dapat mempertahankan perkawinan endogami sampai sekarang ? b. Bagaimanakah sanksi pelanggaran terhadap 217 Walaupun bangsa Indonesia kini telah memiliki hukum perkawinan jikaterjadi Nasional sebagai aturan pokok, namun sistem adalah kenyataan bahwa di kalangan perkawinan endogami ? masyakat Indonesia masih tetap berlaku adat dan tata-upacara perkawinan yang B. PEMBAHASAN berbeda-beda. Dalam Pasal 1 UU No. 1 1. Perkawinan Endogami di Desa Adat Tenganan Pagringsingan Tahun 1974 dikatakan “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan Perkawinan adalah prilaku mahluk seorang wanita sebagai suami istri dengan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar tujuan membentuk Keluarga (Rumah kehidupan di alam dunia berkembang Tangga) yang bahagia dan kekal baik. Perkawinan bukan saja terjadi di berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa1” kalangan manusia, tetapi juga pada Sedangkan perkawinan menurut hukum tanaman, tumbuhan, dan hewan. Oleh adat pada umumnya di Indonesia adalah karena manusia adalah hewan yang bukan saja berarti sebagai perikatan berakal, maka perkawinan merupakan perdata, tetapi juga merupakan perikatan salah satu budaya yang beraturan yang adat, dan sekaligus merupakan perikatan mengikuti perkembangan budaya manusia kekerabadan dan ketetanggaan. Menurut dalam kehidupan masyarakat .Budaya Ter perkawinan dipengaruhi Haar bahwa “Perkawinan itu oleh merupakan urusan kerabadan, urusan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, 1 Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hal. 22. I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 218 Keluarga, urusan martabad, dan urusan atau Pendeta mempunyai tugas yang pribadi”. sama. Sedangkan menurut hukum Hindu, perkawinan (wiwaha) lainnya adalah harus dilaksanakan berdasarkan hukum Hindu, ikatan jadi kedua calon suami istri harus seorang pria dan wanita sebagai suami menganut Agama Hindu. Jika berbeda istri untuk mengatur hubungan seks yang Agama antara calon suami istri maka layak guna mendapatkan keturunan anak perkawinan tidak dapat disahkan. Untuk pria yang akan menyelamatkan arwah itu jika ada mempelai yang berbeda orang tuanya dari neraka put, yang Agama mempelai itu harus disuddhikan dilangsungkan kedalam Agama Hindu. Dan menurut dengan adalah Syarat upacara ritual menurut Agama Hindu Weda Semerti. tradisi Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. (Pasal 2 (1) UU No.1 Tahun Bali suatu perkawinan dinyatakan sah setelah melaksanakan upacara “Beakala”. Sebelum sampai pada sistem Jadi perkawinan endogami terlebih dahulu perkawinan yang sah menurut hukum penulis uraikan mengenai asas-asas atau Nasional prinsip-prinsip adalah 1974). di perkawinan yang perkawinan menurut dilaksanakan menurut tata tertib aturan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu hukum sebagai berikut2 : yang berlaku dalam Agama masing-masing. Menurut hukum Hindu perkawinan itu dianggap sah apabila dilakukan di hadapan Brahmana atau Pendeta memenuhi atau Pejabad syarat Agama untuk a. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal. b. Perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum Agamanya dan kepercayaan itu. yang melakukan perbuatan itu. Tidak semua Brahmana 2 Gede Pudja, 1974, Pengantar Tentang Perkawinan Menurut Hukum Hindu, Dirjen Bimas Hindu dan Budha Depag, hal. 9. I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… c. Perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangundangan. d. Perkawinan berasas monogami terbuka e. Calon suami istri harus sudah masak jiwa raganya untuk melangsungkan perkawinan. f. Batasan umur perkawianan adalah bagi pria 19 Tahun dan bagi wanita 16 Tahun. g. Perceraian dipersulit dan harus dilakukan di muka sidang Pengadilan. h. Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang. pihak bebas 219 menentukan tempat kedudukannya dan kediaman mereka, menurut kehendak mereka, yang terakhir ini banyak berlaku di kalangan masyarakat keluarga yang telah maju (modern). 3 Tolib Setiady, menyebut dikenal adanya 3(tiga) macam sistem perkawinan yaitu: 1. Sistem Endogami Menurut hukum adat di Indonesia Dimana seorang hanya dibolehkan perkawinan itu dapat berbentuk dan kawin dengan seorang dari suatu suku bersistem perkawinan “Jujur” dimana keluarganya sendiri (satu calon). pelamaran dilakukan oleh pihak pria 2. Sistem Eksogami kepada pihak wanita dan setelah Dalam sistem ini seorang diharuskan perkawian istri mengikuti tempat kawin dengan seorang di luar suku kedudukan dan kediaman suami (Batak, keluarganya (keluar clan).4 Lampung, Bali). Perkawinan “Semanda” 3. Sistem Eleutherogami dimana pelamaran dilakukan oleh pihak Sistem ini tidak mengenal laranganwanita kepada pihak pria dan setelah larangan atau keharusan-keharusan perkawinan suami kedudukan dan mengikuti tempat seperti kediaman halnya endogami (Minangkabau, Semendo, dalam perkawinan istri dan eksogami, tetapi Sumatra larangan yang ada bertalian dengan Selatan). dan perkawinan “Bebas” (Jawa) dimana pelamaran dilakukan oleh pihak 3 Hilman Hadikusuma, Op.Cit, hal. 9. Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Indonesia, dalam kajian kepustakaan, Alfabeta Bandung, hal. 256. 4 pria dan setelah perkawinan kedua belah I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 220 ikatan kekeluargaan. Sistem ini yang laki dari luar Desa Tenganan, maka paling Indonesia, juga tidak dianggap sebagai warga Tenganan desa luas dianut di termasuk Bali, kecuali Pagringsingan. Sistem Tenaganan lagi dalam arti dibuang. yang Tapi Tenganan perkawinan bagi Pagringsingan adalah sebagai berikut: Tenganan Pagringsingan a. Mereka diperbolehkan memenuhi sistem yang sudah ditentukan. melakukan perkawinan adalah mereka Yang harus dipenuhi adalah perkawinan yang harus dilaksanakan antara seorang truna dilakukan Perkawinan di Desa Adat yang bagi laki-laki harus sudah untuk melaksanakan masyarakat adat haruslah menjadi seke truna dan seke deha. dan seorang deha yang berasal dari Desa b. Perkawinan haruslah dilakukan antara Adat Tenganan Pagringsingan, sehingga truna (laki) dan deha (perempuan) setelah memasuki bahtra perkawinan akan Tenganan. laki bisa menjadi anggota krama Desa. Dan Tenganan mengambil seorang istri apabila dilanggar maka akan dikenakan dari luar Desa Tenganan kecuali sangsi warga tersebut. Apabila pasek, seorang maka orang yang demikian ini tidak diakui lagi sebagai warga Desa Tenganan Pageringsingan atau tidak diperkenankan sebagai yaitu diasingkan dari Desa 2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Perkawinan Endogami di Desa Tenganan Pagringsingan Desa Tenganan Pagringsingan krama Desa dan dibuang ke Banjar terletak di kabupaten Karangasem, Bali Pande di sebelah timur dari Desa pada ketinggian 50 – 500, dengan luas Tenganan Pagringsingan. wilayah 917.200 Ha, Jumlah penduduk c. Begitu pula apabila seorang hanya 688 orang. Laki-laki sebanyak 333 perempuan tenganan menikah dengan orang dan perempuan 355 orang dengan I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 221 jumlah KK sebanyak 232 KK, secara budaya di Bali, khususnya yang berkaitan umum mata pencaharian warga setempat dengan adalah petani dan sebagian lagi wirausaha endogamiDesa. Hal inilah yang menjadi pariwisata, kerajinan. Desa Tenganan pokok permasalahan dalam penelitian Pagringsingan sudah terdaftar sebagai aset yang penulis lakukan. Tidak ada satu Kota Pusaka Karangasem sejak Tahun masyarakatpun 2011, dan menjadi salah satu dari 16 Kota statisseutuhnya, Pusaka telah dengan pola kebudayaan dan struktur Tenganan sosialnya merupakan keseimbangan yang Pagringsingan sebagai Kota Pusaka tentu dinamis, dalam hal ini integrasi antara semua kalangan termasuk Pemerintah bagian-bagiannya tak pernah tercapai daerah berharap agar Desa Tenganan sepenuhnya. Pembaharuan yang terjadi Pagringsingan tetap lestari dari masa ke dalam masa, tetap dapat mempertahankan tata mempunyai efek pada bagian lainnya. di Indonesia. ditetapkannya Dengan Desa kehidupan yang mengacu pada aturan sistem salah yang bersifat sistem masyarakat satu Demikian perkawinan bagiannya halnya akan dengan tradisional adat Desa yang merupakan masyarakat Bali tidak luput dari proses warisan dari nenek moyang mereka. perubahan Dengan isu perkembangan zaman yang begitu terjadi sejak dengan dunia luar. Terlebih lagi setelah terjadinya proses globalisasi yang di alami hampir oleh modernisasi, globalisasi, dan reformasi, semua masyarakat di dan berkomunikasi telah pengaruh bangsa pesat yang Dunia termasik Bali telah mengalami Indonesia, apakah Desa Adat Tenganan pertumbuhan secara cepat, drastis, dan Pagringsingan bahkan masih mampu dibeberapa daerah tidak mempertahankan tradisi yang menjadi terkendali. Dengan adanya perubahan daya tarik selama ini bagi pariwisata tersebut menutut Tjok Istri Putra Astiti, I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 222 kini masyarakat Bali sedang dalam posisi mengatur segala tindakan masyarakatnya “Goyah” baik dalam kehidupan beragama, agar terjadi keselarasan dan memudahkan maupun dalam kehidupan bermasyarakat dalam pelaksanaan segala kegiatan yang adat. Keadaan ini tentunya tidak dapat menyangkut dibiarkan kalau kita tidak ingin Bali keagamaannya hilang begitu saja dengan menjadi perlu semakin banyaknya pengaruh-pengaruh pemikiran dan langkah-langkah konkrit dari luar yang lebih modern seiring untuk membuat keadaan yang goyah itu dengan perkembangan jaman. Awig-awig menjadi tegak. Desa Adat Tenganan Pagringsingan pada ambruk, Dilain untuk pihak itu masyarakat adat dan upacara adat khusunya yang menyangkut mengenai termasuk pula adat di Bali, khususnya Perkawinan endogami merupakan tradisi Tenganan Pagringsingan pada prinsipnya turun temurun yang sudah ada sejak mempunyai landasan falsafah (Pandangan dahulu. Hidup) adat yang idealis berdasarkan Di Desa Adat Tenganan moral yang mentitik beratkan pada tujuan Pagringsingan, istilah yang dipakai dalam hidup untuk mencapai keluhuran budi hal pekerti, kawin/perkawinan yang kebersamaan, mengedepankan perbuatan adalah istilah keselarasan, merangkat dan istilah nganten. Mengenai menolong. pelaksanaan perkwainan endogamipada Perkawinan endogamy yang dilakukan dasarnya perkawinan ini antara laki-laki oleh masyarakat di Desa Adat Tenganan dan perempuan sudah ada hubungan cinta Pagringsingan sama cinta. Suatu saat orang tua si gotong kerukunan, nilai menyebut royong, tolong yang menyangkut mengenai kegiatan adat dan upacara pemuda keagamaan, desa yang berupa awig-awig. melakukan Awig-awigDesa peminangan ini dilakukan melalui proses ini bertujuan untuk pergi ke rumah peminangan. si gadis Pelaksanaan I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 223 “masenin” yaitu dengan membawa base (tunangan) dari si teruna dan sejak itu suhunan(sirih, selengkapnya, pula antara deha dan teruna terikat dalam buah-buahan, gula Bali, tebu) ke rumah pertunangan, istilah setempat disebut deha (gadis), upacara ini disebut “Ngaba dengan mesawendengan akibat pihak Base” (membawa sirih pinangan). Base yang satu tidak boleh meninggalkan pihak suhunanitu harus dijunjung oleh seorang lainnya. gadis yang masih ada hubungan keluarga mendapat perlindungan dari Desanya. pinang Dengan demikian si gadis dengan mempelai laki-laki. Di rumah Jadi jarak antara masenin dengan deha utusan itu diterima oleh keluarganya dilangsungkannya perkawinan tidak tentu yaitu wakil-wakil keluarga dari Ayah dan tergantung dari kehendak dari kedua belah Ibu si deha. Pada saat inilah disampaikan pihak. Apabila jaraknya lebih dari satu oleh maksud bulan, maka tiap-tiap bulan ada kewajiban melalui dari pihak teruna untuk membawa base diterimalah suluhanke rumah deha setiap menjelang base suhunanitu oleh pihak deha dan bulan purnama. Demikianlah pertunangan selanjutnya dijadikan porosan(daun sirih itu yang dilaksanakannya perkawinan. Setelah tiba pihak laki-laki kedatangannya. akan Setelah pembicaraan-pembicaraan dipijit), porosanini kemudian berlangsung diberikan kepada pihak teruna sebagai saat tanda melangsungkan bahwa lamarannya diterima. yang sampai sudah saat ditentukan perkawinan, akan untuk teruna Demikian juga kepada anggota keluarga (calon mempelai laki-laki) dengan pihak lainnya dibagi-bagikan pula keluarganya dari pihak ayah dan ibu ke sebagai pemberitahuan bahwa tersebut sudah porosan deha rumah deha (calon mempelai perempuan) yang untuk melakukan penjemputan terhadap si mesenin/nyangkring(meminang). Sejak ini deha. Setelah segala sesuatu yang siap, si deha sudah dianggap sah sebagai gelan pada ada saat kedua mempelai akan I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 224 meninggalkan rumah yang perempuan, Pada saat inilah yaitu saat dibawanya si keduanya terlebih dahulu mohon pamit gadis ke rumah si laki menurut istilah dan menyembah orang tua mempelai setempat disebut merangkat atau nganten. perempuan barulah Menurut adat di sana pada malam itu menuju ke rumah mempelai laki dengan pengantin tidak boleh keluar dari rumah diiringi mempelai meten, dan baru bisa keluar pada hari perempuan. Mempelai memasuki rumah esoknya, namun tidak boleh keluar dari melalui jelanan diwang(pintu masuk), pekarangan rumah. Di dalam pekarangan melewati jalan sebelah utara Bale Tengah, rumah mempelai tidak diperkenankan ke menuju kandang babi dan palungan babi Balai Buga (balai suci). Selanjutnya, (tempat dan oleh selanjutnya keluarga makan banyu(makanan babi) babi) yang diisi apabila ada hari baik atau dewasa untuk dan yang mengadakan upacara perkawinan, menuangkan makanan babi itu haruslah diselenggarakanlah upacara tersebut yang orang yang bertangan dingin memelihara disebut dengan “mebea”. babi dan yang punya anak. Dari sini, Berdasarkan hasil penelitian baik mempelai menuju rumah meten (kamar data yang diberikan oleh Prajuru, Tokoh, tidur) dan di rumah meten ini menikmati dan mantan Prajuru maupun masyarakat nasi nganten. Semalaman itu tidak boleh biasa maka disimpulkan bahwa warga keluar keluarga Desa Tenganan Pagringsingan hingga saat mempelai laki-laki lainnya yang biasanya ini masih tetap taat terhadap sistem terdiri selanjutnya perkawinan yang dianut menurut awig pejati/nyalanang pejati yang ada yaitu perkawinan endogami, kamar dari mengadakan sedangkan dua orang (pemberitahuan) ke rumah si wanita, ke begitu pula masih tetap Balai Agung, kelian pauman, kelian mempertahankannya dinas, dan kepada kepala desa (perbekel). dengan berbagai alasan seperti : Supaya hingga ingin kapanpun I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 225 adat budaya tetap lestari, karena itu yang menyangkut hal-hal yang sangat merupakan warisan leluhur yang sudah fundamental turun temurun sehingga harus dijaga, masyarakat, ada pula yang menyangkut karena selama ini sistem endogami inilah hal kecil-kecil saja. Adapun bentuk menjadi Tengan perubahan yang Pagringsingan yang menjadikan Desa senantiasa mengalaminya. Tenganan menjadi terkenal dan banyak disebabkan karena manusia tidak hanya dikunjungi oleh wistawan. Akan tetapi merupakan kumpulan sejarah manusia, tidak dipungkiri pula bahwasannya karena melainkan tersusun pula dalam berbagai derasnya modernisasi, kelompok dan pelembagaan, sehingga pergaulan bebas tentu tidak bisa seratus kepentingan antara masyarakat menjadi persen taat, tidak sama. L.M. Friedmann, mengatakan sehingga dari dulu hingga saat ini kurang bahwa perubahan dan pelembagaan dalam lebih ada 15 pelanggaran dan terhadap suatu masyarakat dimanapun di dunia ini yang bersangkutan menerima dengan baik merupakan gejala yang normal, hal ini sanksi yang dijatuhkan oleh Desa. merupakan 3. Sanksi Terhadap Pelanggaran Perkawinan Endogami melanjunya arus globalisasi terutama ciri khas pengaruh masih Desa masyarakatnya dalam terjadi konsekuensi kehidupan masyarakat Hal dari ini akibat kemajuan dalam bidang Ilmu pengatahuan Masyarakat senantiasa mengalami dan Teknologi.5 perubahan dan yang menjadi pembeda Kesadaran hanyalah pada sifat atau hukum masyarakat tingkat merupakan hal yang sangat penting dan perubahannya. Perubahan yang terjadi menentukan berlakunya suatu hukum pada kehidupan masyarakat ada yang dalam dalam masyarakat. Hal ini berarti terlihat dan ada pula tidak terlihat, ada 5 yang cepat dan ada pula yang lambat, ada L.M. Friedmann, 1975, The Legal Sistem, A Social Science Perspective, New York, Russel Sage Fondation, hal.42. I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 226 kesadaran hukum masyarakat menjadi lebih penting adalah adanya kesadaran parameter utamadalam proses penataan dari warga masyarakat sendiri bahwa hukum. mereka memang membutuhkan awig- Bukan karena sanksiataupun karena rasa takut melainkan karena awig supaya mereka dapat hidup tentram. kesadaran Walaupun awig-awig mempunyai sanksi, (keinsafan) bahwa hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang fungsi tumbuh dalam pelanggaran awig-awig sebenarnya tidak ditaati. sama dengan fungsi pemberian sanksi dan masyarakat, berkembang sehingga harus Masyarakat Bali dikenal oleh masyarakat pemberian Pemberian sanksi dalam hukum menjalankan kehidupan beragama dan adat bermasyarakat. terhadap bermasyarakat harus diartikan suatu sebagai reaksi pelanggaran yang dilihat dalam dianggap menggoncangkan/mengganggu organisasi sosial keharmonisan tatanan hidup bermasyarakat, yang disebut reaksi adat. bermasyarakat yang sebagian tertuang Reaksi semacam itu ada kalanya juga dalam bentuk awig-awig. Awig-awig ditujukan mempunyai peranan yang sangat penting sendiri, misalnya keluarga pelaku. Oleh untuk mengatur prilaku warga (krama). karena itu perlu dipahami dengan baik Untuk tersebut bahwa pemberian sanksi menurut hukum ditaati oleh warga, setiap awig-awig adat sebenarnya bermakna, Pertama : dilengkapi dengan sanksi. Dalam hal ini Untuk dapat menimbulkan rasa malu baik perlu dipahami bahwa sanksi bukanlah bagi satu-satunya alat supaya awig-awig atau pelanggaran hukum adat ditaati, sebenarnya hal yang melakukan pelanggaran, Kedua : dapat berbagai dapat kehidupan dalam dalam Hukum Pidana. luar, antara lain karena tradisi dalam Tradisi sanksi bentuk tradisional dan menjamin awig-awig dalam kepada orang yang kehidupan bukan sudah maupun pelakunya melakukan yang ingin I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… menjaga keharmonisan dalam pergaulan bermasyarakat. hidup bermasyarakat. kenyataannya, tidak ada suatu masyarakat Jika masyarakat Bali Namun 227 dalam benar yang tidak berubah atau statis secara mempunyai komitmen yang besar untuk mutlak, apabila masyarakat yang sedang mewujudkan ajeg Bali, maka salah satu membangun, alat/cara yang dapat digunakan tiada lain masyarakat yang sedang dilanda arus adalah awig-awig sebgai tatanan hidup globalisasi yang maha dahsyat. Seperti masyarakat Bali. Awig-awig disini perlu saat ini, termasuk Bali, maupun Desa dipahami dan diberi makna dinamis sesuai Tenganan Pagringsingan. dan lebih-lebih lagi dengan sifat hukum adat pada umumnya. Kekuatan berlakunya hukum adat Dengan sifat yang dinamis maka awig- sangat tergantung pada konteks, yaitu awig akan dapat berfungsi ganda, yaitu sosial budaya dimana hukum adat itu sebgai alat kontrol sosial (social control) tumbuh, hidup dan berkembang. Apabila yang dapat menjaga keajegan Bali dan hukum itu walaupun tidak tertulis,tetapi dilain pihak dapat berfungsi sebagai alat ditaati secara sadar dan sepenuh hati, pembaharuan (social engineering) yang maka dapat materiilnya tebal. Sebaliknya jika hukum mendinamiskan keajegan Bali tersebut. kekuatan berlakunya secara itu ditaati setelah diundangkan maka Berfungsinya awig-awig sebagai kekuatan formalnya yang tebal. Desa alat control social, sebenarnya dapat Adat Tenganan Pagringsingan sebenarnya dikatakan bahwa adanya awig-awig Desa telah mempunyai aturan atau peraturan Adat adalah untuk menjaga jangan sampai asli sejak zaman nenek moyangnya, ada perubahan-perubahan yang dapat namun mengganggu atau kebakaran hebat dan semua surat-surat keharmonisan dalam hubungan hidup yang dimiliki Desa ikut terbakar, dan pada keseimbangan pada Tahun 1941 terjadi I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 228 Tahun 1993 berhasil disuratkan kembali diluar daerah, pergaulan bebas, dan berdasarkan ingatan para tokoh-tokoh terhadap mereka tetap patuh atau bersedia kedalam bahasa Bali dan diterjemahkan menerima sanksi.Adapun sanksi yang ke dalam bahasa Indonesia. Masalah dijatuhkan oleh Desa terhadap yang perkawinan endogmi adalah termasuk melanggar aturan perkawinan endogami salah satu yang telah diatur didalam awig- adalah dapat berupa : awig Desa Adat Tenganan Pagringsingan a. Orang tua dari anak yang kawin yang dapat dikutip ke dalam bahasa keluar Desa didenda 75.000,- uang Indonesia yaitu “Dan prihal barang siapa kepeng. orang Desa itu ngasampingan b. Kehilangan hak dan kewajiban (membiarkan kawin keluar Desa) anaknya sebagai krama Desa Adat Tenganan maupun saudara wanitanya atau ikut Pagringsingan. membantu/memberi kesempatan, sama sekali dilarang, serta patut didenda oleh Desa sebesar 75.000,- diserahkan kepada Desa semuanya”. lakukan Banjar Pande. d. Bagi yang perempuan hak warisnya hilang. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis c. Dipindahkan tempat tinggalnya ke ternyata dapat Terhadap Pagringsingan berani melakukan pelanggaran terhadap penelitian sistem menyimpulkan endogami ini, perkawinan endogami yang berlaku di Desa Tenganan disimpulkan tidaklah begitu banyak yang perkawinan sistem ini, berdasarkan hasil penulis menemukan dan adalah berlaku masih ada walaupun ada sekitar 15 kasus dari dulu mutlak, hingga sekarang, itupun dapat dipahami pengecualiannya yaitu : Apabila seorang karena penyebab laki ( pemuda) Tenganan Pagringsingan misalnya, karena pendidikan, bekerja mengawini seorang perempuan dari luar beberapa faktor karena tidak I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… Desa Tenganan Pagringsingan yang 229 yang diatur dalam awig-awig, serta berasal dari keluarga (warga) pasek maka telah dianggap kehidupan bermasyarakat yang aman, tidak melanggar atau dibolehkan, karena menurut kepercayaan dapat merasakan dalam tertib dan serasi, bahkan ada rasa masyarakat Desa Tenganan asal orang kebanggaan warga karena nilai luar Desa itu berkasta, dan zaman dahulu tradisionalnya yang dianggap kasta itu mampu menjadikan adalah Desa Tenganan Pagringsingan wargapasek, sedangkan di Desa Tenganan sendiri tidak dikenal soroh dengan menjadi salah satu Desa Bali Aga yang banyak dikunjungi wisatawan. sebutan kasta (catur wangsa). b. Adapun sanksi yang dikenakan kepada C. PENUTUP warga yang melanggar perkawianan 1. Kesimpulan endogami di Desa Adat Tenganan a. Walaupun ditengah-tengah derasnya Pagringsingan adalah dapat berupa arus globalisasi yang menimpa Bali denda saat ini namun masyarakat Desa Adat yang dibayar ke Desa, diungsikan ke Tenganan masih Banjar Pande yang letaknya di sebelah mampu mempertahankan dan tetap Timur Desa Tenganan Pagringsingan, bertekad kehilangan hak dan kewajiban sebagai Pagringsingan mempertahankan sistem sebesar 75.000 uang kepeng perkawinan endogami, yang telah krama manjadi warisan leluhur secara turun Pagringsingan, kehilangan hak dan temurun. Hal ini membuktikan masih kewajibankrama Desa Adat Tenganan adanya kesadaran dan kepatuhan yang Pagringsinga, serta bagi yang wanita tinggi terhadap nilai-nilai tradisional tidak mendapat warisan. Desa Adat Tenganan I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh… 230 modern secara bijaksana sehingga 2. Saran a. Hendaknya kearifan lokal yang akan benar-benar dapat berfungsi diwariskan oleh para leluhur dan sebagai sarana control social. sebahagian telah diabaikan dan tidak Melainkan juga dapat difungsikan dikenal lagi oleh generasi sekarang, sebagai alat pembaruan masyarakat perlu digali lagi, dikembangkan, dan dalam mewujudkan Bali yang ajeg diangkat dalam awig-awig sehingga secara dinamis. dapat dijadikan landasan yang kuat untuk membangun Bali ke depan DAFTAR PUSTAKA dalam menghadapi arus kekuatan Buku global, sehingga masyarakat Bali tidak Hilman mudah goyah. Terhadap awig-awig yang telah ada termasuk di Desa Adat Tenganan perlu diberdayakan dengan Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Mandar Maju, Bandung. Gede Pudja, 1974, Pengantar Tentang Perkawinan Menurut Hukum Hindu, Dirjen Bimas Hindu dan Budha Depag. memperbaharui isi dan fungsinya, selanjutnya benar-benar ditegakkan Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Indonesia, dalam kajian kepustakaan, Alfabeta Bandung. dengan didasari oleh kearifan dan kebijaksanaan yang mencerminkan prinsip-prinsip moral Agama Hindu. b. Dalam pembentukan L.M. Friedmann, 1975, The Legal Sistem, A Social Science Perspective, New York, Russel Sage Fondation. maupun Sumber Hukum pembaharuan awig-awig perlu memadukan unsur tradisional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.