PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP

advertisement
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
215
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKAWINAN ENDOGAMI DI DESA
TENGANAN PEGRINGSINGAN KABUPATEN KARANGASEM
Oleh:
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar
Abstract
Tenganan Pagringsingan, grow and develop with the impression of the original as
the village of Bali Aga, the village that has a pattern of life and governance communities
based on the regulation of Traditional Adat Village who inherited their ancestors, including
the system of marriage that has a style endogamy, As stated in awig awig " and the goods
that the person has put aside his village or his female relatives or helping / giving a chance,
is totally forbidden, and should be fined by the village. The impact of modernization does
not make significant changes on the lives of villagers Tenganan associated with marriage
endogamy, there are recorded only 15 cases from the past until now.
Keywords : Tenganan Village, Globalization, Endogamous Marriage.
Abstrak
Desa Tenganan Pagringsingan, Kabupaten Karangasem tumbuh dan berkembang
dengan kesan aslinya sebagai Desa Bali Aga, Desa yang memiliki pola hidup dan tata
masyarakatnya mengacu pada peraturan Tradisional Adat Desa yang diwariskan nenek
moyang mereka, termasuk sistem perkawinannya yang memiliki corak endogamy,
Sebagaimana disuratkan dalam awig-awignya “dan prihal barang siapapun orang Desa itu
ngasampingan
anaknya maupun saudara wanitanya atau ikut membantu/memberi
kesempatan, sama sekali dilarang, serta patut didenda oleh Desa. Dampak dari pengaruh
modernisasi tidaklah membuat perubahan yang sangat signifikan dari kehidupan masyarakat
desa Tenganan terkait dengan perkawinan endogamy, tercatat hanya terdapat 15 kasus dari
dulu hingga sekarang.
Kata Kunci: Desa Tenganan, Globalisasi, Perkawinan Endogami.
A. PENDAHULUAN
dapat
1. Latar Belakang Masalah
kehidupan manusia, juga sarat dengan
Abad
ke-21
untuk
berbagai
abad
tantangan negative yang harus dijauhkan
globalisasi yang ditandai dengan adanya
sebab akan dapat merusak peradaban
keterbukaan
manusia.
dan
adalah
dimanfaatkan
kebebasan
dalam
berbagai bidang kehidupan, Abad yang
Arus globalisasi yang melanda
penuh harapan, sarat peluang positif yang
Dunia dewasa ini telah terjadi perubahan
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
216
dalam seluruh aspek kehidupan manusia,
jadi hukum adalah bagian yang penting
terutama
Negara-negara
dari realitas kehidupan masyarkat dan
Indonesia,
hukum itu sendiri akan memberikan
pada
berkembang,
perubahan
termasuk
yang
terjadi
itu
dengan
sendirinya terjadi pula pada perubahan
implikasi yang kuat pada pembaharuan
hukum.
hukum, karena kebutuhan masyarakat
Desa
akan berubah secara kuantitatif dan
Kabupaten
kualitatif.
memberikan
Permasalahan
yang
timbul
Tenganan
Pagringsingan,
Karangasem
kesan
selalu
berbeda
bagi
dalam perubahan hukum itu adalah sejauh
Pariwisata Bali. Tenganan tumbuh dan
mana
dengan
berkembang dengan kesan aslinya sebagai
perubahan tersebut dan bagaimana tatanan
Desa Bali Aga, Desa yang memiliki pola
hukum itu agar tidak tertinggal dengan
hidup dan tata masyarakatnya mengacu
perubahan masyarakat. Disamping itu
pada peraturan Tradisional Adat Desa
sejauh mana masyarakat dapat mengikat
yang diwariskan nenek moyang mereka,
diri dalam perkembangan hukum agar ada
termasuk sistem perkawinannya yang
keserasian antara masyarakat dan hukum
memiliki corak endogami. Hal itu justru
supaya
membuat
hukum
bisa
melahirkan
sesuai
ketertiban
dan
ketentraman yang di harapkan.
Salah satu implikasi yang paling
istimewa
Desa
Tenganan
dibandingkan
Desa
lainnya
sebagai destinasi daya tarik Pariwisata di
dominan saat ini adalah perubahan yang
Bali.
terjadi pada aspek hukum. Hal ini tentu
2. Rumusan Masalah
sejalan dengan apa yang dikemukakan
menjadi
Berdasarkan
latar
belakang
oleh “CERERO” sebagaimana adagium
masalah di atas, maka dapat dibuat
yang mengatakan “ubi ius ibi sociatis”
rumusan masalah sebagai inti dari pada
dimana ada masyarakat di situ ada hukum,
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
a. Apakah
masyarakat
Desa
Adat
Tenganan Pagringsingan masih tetap
dan keagamaan yang dianut masyarakat
bersangkutan.
dapat mempertahankan perkawinan
endogami sampai sekarang ?
b. Bagaimanakah
sanksi
pelanggaran
terhadap
217
Walaupun bangsa Indonesia kini
telah
memiliki
hukum
perkawinan
jikaterjadi
Nasional sebagai aturan pokok, namun
sistem
adalah kenyataan bahwa di kalangan
perkawinan endogami ?
masyakat Indonesia masih tetap berlaku
adat dan tata-upacara perkawinan yang
B. PEMBAHASAN
berbeda-beda. Dalam Pasal 1 UU No. 1
1. Perkawinan Endogami di Desa
Adat Tenganan Pagringsingan
Tahun 1974 dikatakan “Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan
Perkawinan adalah prilaku mahluk
seorang wanita sebagai suami istri dengan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar
tujuan membentuk
Keluarga (Rumah
kehidupan di alam dunia berkembang
Tangga)
yang
bahagia
dan
kekal
baik. Perkawinan bukan saja terjadi di
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa1”
kalangan
manusia,
tetapi
juga
pada
Sedangkan perkawinan menurut hukum
tanaman, tumbuhan, dan hewan. Oleh
adat pada umumnya di Indonesia adalah
karena manusia adalah hewan yang
bukan saja berarti sebagai perikatan
berakal, maka perkawinan merupakan
perdata, tetapi juga merupakan perikatan
salah satu budaya yang beraturan yang
adat, dan sekaligus merupakan perikatan
mengikuti perkembangan budaya manusia
kekerabadan dan ketetanggaan. Menurut
dalam kehidupan masyarakat .Budaya
Ter
perkawinan
dipengaruhi
Haar
bahwa
“Perkawinan
itu
oleh
merupakan urusan kerabadan, urusan
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
1
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum
Perkawinan Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
hal. 22.
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
218
Keluarga, urusan martabad, dan urusan
atau Pendeta mempunyai tugas yang
pribadi”.
sama.
Sedangkan menurut hukum Hindu,
perkawinan
(wiwaha)
lainnya
adalah
harus
dilaksanakan berdasarkan hukum Hindu,
ikatan
jadi kedua calon suami istri harus
seorang pria dan wanita sebagai suami
menganut Agama Hindu. Jika berbeda
istri untuk mengatur hubungan seks yang
Agama antara calon suami istri maka
layak guna mendapatkan keturunan anak
perkawinan tidak dapat disahkan. Untuk
pria yang akan menyelamatkan arwah
itu jika ada mempelai yang berbeda
orang tuanya dari neraka put, yang
Agama mempelai itu harus disuddhikan
dilangsungkan
kedalam Agama Hindu. Dan menurut
dengan
adalah
Syarat
upacara
ritual
menurut Agama Hindu Weda Semerti.
tradisi
Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan itu. (Pasal 2
(1)
UU
No.1
Tahun
Bali
suatu
perkawinan
dinyatakan sah setelah melaksanakan
upacara “Beakala”.
Sebelum
sampai
pada
sistem
Jadi
perkawinan endogami terlebih dahulu
perkawinan yang sah menurut hukum
penulis uraikan mengenai asas-asas atau
Nasional
prinsip-prinsip
adalah
1974).
di
perkawinan
yang
perkawinan
menurut
dilaksanakan menurut tata tertib aturan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yaitu
hukum
sebagai berikut2 :
yang berlaku dalam Agama
masing-masing. Menurut hukum Hindu
perkawinan itu dianggap sah apabila
dilakukan di hadapan Brahmana atau
Pendeta
memenuhi
atau
Pejabad
syarat
Agama
untuk
a. Perkawinan
bertujuan
membentuk keluarga bahagia
dan kekal.
b. Perkawinan adalah sah bilamana
dilakukan
menurut
hukum
Agamanya dan kepercayaan itu.
yang
melakukan
perbuatan itu. Tidak semua Brahmana
2
Gede Pudja, 1974, Pengantar Tentang
Perkawinan Menurut Hukum Hindu, Dirjen Bimas
Hindu dan Budha Depag, hal. 9.
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
c. Perkawinan
harus
dicatat
menurut peraturan perundangundangan.
d. Perkawinan berasas monogami
terbuka
e. Calon suami istri harus sudah
masak jiwa raganya untuk
melangsungkan perkawinan.
f. Batasan umur perkawianan
adalah bagi pria 19 Tahun dan
bagi wanita 16 Tahun.
g. Perceraian dipersulit dan harus
dilakukan di muka sidang
Pengadilan.
h. Hak dan kedudukan suami istri
adalah seimbang.
pihak
bebas
219
menentukan
tempat
kedudukannya dan kediaman mereka,
menurut kehendak mereka, yang terakhir
ini
banyak
berlaku
di
kalangan
masyarakat keluarga yang telah maju
(modern).
3
Tolib
Setiady,
menyebut
dikenal adanya 3(tiga) macam sistem
perkawinan yaitu:
1. Sistem Endogami
Menurut hukum adat di Indonesia
Dimana seorang hanya dibolehkan
perkawinan itu dapat berbentuk dan
kawin dengan seorang dari suatu suku
bersistem perkawinan “Jujur” dimana
keluarganya sendiri (satu calon).
pelamaran dilakukan oleh pihak pria
2. Sistem Eksogami
kepada
pihak
wanita
dan
setelah
Dalam sistem ini seorang diharuskan
perkawian
istri
mengikuti
tempat
kawin dengan seorang di luar suku
kedudukan dan kediaman suami (Batak,
keluarganya (keluar clan).4
Lampung, Bali). Perkawinan “Semanda”
3. Sistem Eleutherogami
dimana pelamaran dilakukan oleh pihak
Sistem ini tidak mengenal laranganwanita kepada pihak pria dan setelah
larangan atau keharusan-keharusan
perkawinan
suami
kedudukan
dan
mengikuti
tempat
seperti
kediaman
halnya
endogami
(Minangkabau,
Semendo,
dalam
perkawinan
istri
dan
eksogami,
tetapi
Sumatra
larangan yang ada bertalian dengan
Selatan). dan perkawinan “Bebas” (Jawa)
dimana pelamaran dilakukan oleh pihak
3
Hilman Hadikusuma, Op.Cit, hal. 9.
Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum
Adat Indonesia,
dalam kajian kepustakaan,
Alfabeta Bandung, hal. 256.
4
pria dan setelah perkawinan kedua belah
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
220
ikatan kekeluargaan. Sistem ini yang
laki dari luar Desa Tenganan, maka
paling
Indonesia,
juga tidak dianggap sebagai warga
Tenganan
desa
luas dianut di
termasuk
Bali,
kecuali
Pagringsingan.
Sistem
Tenaganan
lagi
dalam
arti
dibuang.
yang
Tapi
Tenganan
perkawinan
bagi
Pagringsingan adalah sebagai berikut:
Tenganan
Pagringsingan
a. Mereka
diperbolehkan
memenuhi sistem yang sudah ditentukan.
melakukan perkawinan adalah mereka
Yang harus dipenuhi adalah perkawinan
yang
harus dilaksanakan antara seorang truna
dilakukan
Perkawinan
di
Desa
Adat
yang
bagi
laki-laki
harus
sudah
untuk
melaksanakan
masyarakat
adat
haruslah
menjadi seke truna dan seke deha.
dan seorang deha yang berasal dari Desa
b. Perkawinan haruslah dilakukan antara
Adat Tenganan Pagringsingan, sehingga
truna (laki) dan deha (perempuan)
setelah memasuki bahtra perkawinan akan
Tenganan.
laki
bisa menjadi anggota krama Desa. Dan
Tenganan mengambil seorang istri
apabila dilanggar maka akan dikenakan
dari luar Desa Tenganan kecuali
sangsi
warga
tersebut.
Apabila
pasek,
seorang
maka
orang
yang
demikian ini tidak diakui lagi sebagai
warga Desa Tenganan Pageringsingan
atau tidak diperkenankan sebagai
yaitu
diasingkan
dari
Desa
2. Pengaruh Globalisasi Terhadap
Perkawinan Endogami di Desa
Tenganan Pagringsingan
Desa
Tenganan
Pagringsingan
krama Desa dan dibuang ke Banjar
terletak di kabupaten Karangasem, Bali
Pande di sebelah timur dari Desa
pada ketinggian 50 – 500, dengan luas
Tenganan Pagringsingan.
wilayah 917.200 Ha, Jumlah penduduk
c. Begitu
pula
apabila
seorang
hanya 688 orang. Laki-laki sebanyak 333
perempuan tenganan menikah dengan
orang dan perempuan 355 orang dengan
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
221
jumlah KK sebanyak 232 KK, secara
budaya di Bali, khususnya yang berkaitan
umum mata pencaharian warga setempat
dengan
adalah petani dan sebagian lagi wirausaha
endogamiDesa. Hal inilah yang menjadi
pariwisata, kerajinan. Desa Tenganan
pokok permasalahan dalam penelitian
Pagringsingan sudah terdaftar sebagai aset
yang penulis lakukan. Tidak ada satu
Kota Pusaka Karangasem sejak Tahun
masyarakatpun
2011, dan menjadi salah satu dari 16 Kota
statisseutuhnya,
Pusaka
telah
dengan pola kebudayaan dan struktur
Tenganan
sosialnya merupakan keseimbangan yang
Pagringsingan sebagai Kota Pusaka tentu
dinamis, dalam hal ini integrasi antara
semua kalangan termasuk Pemerintah
bagian-bagiannya tak pernah tercapai
daerah berharap agar Desa Tenganan
sepenuhnya. Pembaharuan yang terjadi
Pagringsingan tetap lestari dari masa ke
dalam
masa, tetap dapat mempertahankan tata
mempunyai efek pada bagian lainnya.
di
Indonesia.
ditetapkannya
Dengan
Desa
kehidupan yang mengacu pada aturan
sistem
salah
yang
bersifat
sistem
masyarakat
satu
Demikian
perkawinan
bagiannya
halnya
akan
dengan
tradisional adat Desa yang merupakan
masyarakat Bali tidak luput dari proses
warisan dari nenek moyang mereka.
perubahan
Dengan isu perkembangan zaman
yang
begitu
terjadi
sejak
dengan
dunia
luar.
Terlebih lagi setelah terjadinya proses
globalisasi yang di alami hampir oleh
modernisasi, globalisasi, dan reformasi,
semua
masyarakat
di
dan
berkomunikasi
telah
pengaruh
bangsa
pesat
yang
Dunia
termasik
Bali
telah
mengalami
Indonesia, apakah Desa Adat Tenganan
pertumbuhan secara cepat, drastis, dan
Pagringsingan
bahkan
masih
mampu
dibeberapa
daerah
tidak
mempertahankan tradisi yang menjadi
terkendali. Dengan adanya perubahan
daya tarik selama ini bagi pariwisata
tersebut menutut Tjok Istri Putra Astiti,
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
222
kini masyarakat Bali sedang dalam posisi
mengatur segala tindakan masyarakatnya
“Goyah” baik dalam kehidupan beragama,
agar terjadi keselarasan dan memudahkan
maupun dalam kehidupan bermasyarakat
dalam pelaksanaan segala kegiatan yang
adat. Keadaan ini tentunya tidak dapat
menyangkut
dibiarkan kalau kita tidak ingin Bali
keagamaannya hilang begitu saja dengan
menjadi
perlu
semakin banyaknya pengaruh-pengaruh
pemikiran dan langkah-langkah konkrit
dari luar yang lebih modern seiring
untuk membuat keadaan yang goyah itu
dengan perkembangan jaman. Awig-awig
menjadi tegak.
Desa Adat Tenganan Pagringsingan pada
ambruk,
Dilain
untuk
pihak
itu
masyarakat
adat
dan
upacara
adat
khusunya yang menyangkut mengenai
termasuk pula adat di Bali, khususnya
Perkawinan endogami merupakan tradisi
Tenganan Pagringsingan pada prinsipnya
turun temurun yang sudah ada sejak
mempunyai landasan falsafah (Pandangan
dahulu.
Hidup) adat yang idealis berdasarkan
Di
Desa
Adat
Tenganan
moral yang mentitik beratkan pada tujuan
Pagringsingan, istilah yang dipakai dalam
hidup untuk mencapai keluhuran budi
hal
pekerti,
kawin/perkawinan
yang
kebersamaan,
mengedepankan
perbuatan
adalah
istilah
keselarasan,
merangkat dan istilah nganten. Mengenai
menolong.
pelaksanaan perkwainan endogamipada
Perkawinan endogamy yang dilakukan
dasarnya perkawinan ini antara laki-laki
oleh masyarakat di Desa Adat Tenganan
dan perempuan sudah ada hubungan cinta
Pagringsingan
sama cinta. Suatu saat orang tua si
gotong
kerukunan,
nilai
menyebut
royong,
tolong
yang
menyangkut
mengenai kegiatan adat dan upacara
pemuda
keagamaan, desa yang berupa awig-awig.
melakukan
Awig-awigDesa
peminangan ini dilakukan melalui proses
ini
bertujuan
untuk
pergi
ke
rumah
peminangan.
si
gadis
Pelaksanaan
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
223
“masenin” yaitu dengan membawa base
(tunangan) dari si teruna dan sejak itu
suhunan(sirih,
selengkapnya,
pula antara deha dan teruna terikat dalam
buah-buahan, gula Bali, tebu) ke rumah
pertunangan, istilah setempat disebut
deha (gadis), upacara ini disebut “Ngaba
dengan mesawendengan akibat pihak
Base” (membawa sirih pinangan). Base
yang satu tidak boleh meninggalkan pihak
suhunanitu harus dijunjung oleh seorang
lainnya.
gadis yang masih ada hubungan keluarga
mendapat perlindungan dari Desanya.
pinang
Dengan
demikian
si
gadis
dengan mempelai laki-laki. Di rumah
Jadi jarak antara masenin dengan
deha utusan itu diterima oleh keluarganya
dilangsungkannya perkawinan tidak tentu
yaitu wakil-wakil keluarga dari Ayah dan
tergantung dari kehendak dari kedua belah
Ibu si deha. Pada saat inilah disampaikan
pihak. Apabila jaraknya lebih dari satu
oleh
maksud
bulan, maka tiap-tiap bulan ada kewajiban
melalui
dari pihak teruna untuk membawa base
diterimalah
suluhanke rumah deha setiap menjelang
base suhunanitu oleh pihak deha dan
bulan purnama. Demikianlah pertunangan
selanjutnya dijadikan porosan(daun sirih
itu
yang
dilaksanakannya perkawinan. Setelah tiba
pihak
laki-laki
kedatangannya.
akan
Setelah
pembicaraan-pembicaraan
dipijit),
porosanini
kemudian
berlangsung
diberikan kepada pihak teruna sebagai
saat
tanda
melangsungkan
bahwa
lamarannya
diterima.
yang
sampai
sudah
saat
ditentukan
perkawinan,
akan
untuk
teruna
Demikian juga kepada anggota keluarga
(calon mempelai laki-laki) dengan pihak
lainnya
dibagi-bagikan
pula
keluarganya dari pihak ayah dan ibu ke
sebagai
pemberitahuan
bahwa
tersebut
sudah
porosan
deha
rumah deha (calon mempelai perempuan)
yang
untuk melakukan penjemputan terhadap si
mesenin/nyangkring(meminang). Sejak ini
deha. Setelah segala sesuatu yang siap,
si deha sudah dianggap sah sebagai gelan
pada
ada
saat
kedua
mempelai
akan
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
224
meninggalkan rumah yang perempuan,
Pada saat inilah yaitu saat dibawanya si
keduanya terlebih dahulu mohon pamit
gadis ke rumah si laki menurut istilah
dan menyembah orang tua mempelai
setempat disebut merangkat atau nganten.
perempuan
barulah
Menurut adat di sana pada malam itu
menuju ke rumah mempelai laki dengan
pengantin tidak boleh keluar dari rumah
diiringi
mempelai
meten, dan baru bisa keluar pada hari
perempuan. Mempelai memasuki rumah
esoknya, namun tidak boleh keluar dari
melalui jelanan diwang(pintu masuk),
pekarangan rumah. Di dalam pekarangan
melewati jalan sebelah utara Bale Tengah,
rumah mempelai tidak diperkenankan ke
menuju kandang babi dan palungan babi
Balai Buga (balai suci). Selanjutnya,
(tempat
dan
oleh
selanjutnya
keluarga
makan
banyu(makanan
babi)
babi)
yang
diisi
apabila ada hari baik atau dewasa untuk
dan
yang
mengadakan
upacara
perkawinan,
menuangkan makanan babi itu haruslah
diselenggarakanlah upacara tersebut yang
orang yang bertangan dingin memelihara
disebut dengan “mebea”.
babi dan yang punya anak.
Dari sini,
Berdasarkan hasil penelitian baik
mempelai menuju rumah meten (kamar
data yang diberikan oleh Prajuru, Tokoh,
tidur) dan di rumah meten ini menikmati
dan mantan Prajuru maupun masyarakat
nasi nganten. Semalaman itu tidak boleh
biasa maka disimpulkan bahwa warga
keluar
keluarga
Desa Tenganan Pagringsingan hingga saat
mempelai laki-laki lainnya yang biasanya
ini masih tetap taat terhadap sistem
terdiri
selanjutnya
perkawinan yang dianut menurut awig
pejati/nyalanang pejati
yang ada yaitu perkawinan endogami,
kamar
dari
mengadakan
sedangkan
dua
orang
(pemberitahuan) ke rumah si wanita, ke
begitu
pula
masih
tetap
Balai Agung, kelian pauman, kelian
mempertahankannya
dinas, dan kepada kepala desa (perbekel).
dengan berbagai alasan seperti : Supaya
hingga
ingin
kapanpun
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
225
adat budaya tetap lestari, karena itu
yang menyangkut hal-hal yang sangat
merupakan warisan leluhur yang sudah
fundamental
turun temurun sehingga harus dijaga,
masyarakat, ada pula yang menyangkut
karena selama ini sistem endogami inilah
hal kecil-kecil saja. Adapun bentuk
menjadi
Tengan
perubahan
yang
Pagringsingan yang menjadikan Desa
senantiasa
mengalaminya.
Tenganan menjadi terkenal dan banyak
disebabkan karena manusia tidak hanya
dikunjungi oleh wistawan. Akan tetapi
merupakan kumpulan sejarah manusia,
tidak dipungkiri pula bahwasannya karena
melainkan tersusun pula dalam berbagai
derasnya
modernisasi,
kelompok dan pelembagaan, sehingga
pergaulan bebas tentu tidak bisa seratus
kepentingan antara masyarakat menjadi
persen
taat,
tidak sama. L.M. Friedmann, mengatakan
sehingga dari dulu hingga saat ini kurang
bahwa perubahan dan pelembagaan dalam
lebih ada 15 pelanggaran dan terhadap
suatu masyarakat dimanapun di dunia ini
yang bersangkutan menerima dengan baik
merupakan gejala yang normal, hal ini
sanksi yang dijatuhkan oleh Desa.
merupakan
3. Sanksi
Terhadap
Pelanggaran
Perkawinan Endogami
melanjunya arus globalisasi terutama
ciri
khas
pengaruh
masih
Desa
masyarakatnya
dalam
terjadi
konsekuensi
kehidupan
masyarakat
Hal
dari
ini
akibat
kemajuan dalam bidang Ilmu pengatahuan
Masyarakat senantiasa mengalami
dan Teknologi.5
perubahan dan yang menjadi pembeda
Kesadaran
hanyalah
pada
sifat
atau
hukum
masyarakat
tingkat
merupakan hal yang sangat penting dan
perubahannya. Perubahan yang terjadi
menentukan berlakunya suatu hukum
pada kehidupan masyarakat ada yang
dalam dalam masyarakat. Hal ini berarti
terlihat dan ada pula tidak terlihat, ada
5
yang cepat dan ada pula yang lambat, ada
L.M. Friedmann, 1975, The Legal
Sistem, A Social Science Perspective, New York,
Russel Sage Fondation, hal.42.
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
226
kesadaran hukum masyarakat menjadi
lebih penting adalah adanya kesadaran
parameter utamadalam proses penataan
dari warga masyarakat sendiri bahwa
hukum.
mereka memang membutuhkan awig-
Bukan
karena
sanksiataupun
karena rasa takut melainkan karena
awig supaya mereka dapat hidup tentram.
kesadaran
Walaupun awig-awig mempunyai sanksi,
(keinsafan)
bahwa
hukum
tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang
fungsi
tumbuh
dalam
pelanggaran awig-awig sebenarnya tidak
ditaati.
sama dengan fungsi pemberian sanksi
dan
masyarakat,
berkembang
sehingga
harus
Masyarakat Bali dikenal oleh masyarakat
pemberian
Pemberian sanksi dalam hukum
menjalankan kehidupan beragama dan
adat
bermasyarakat.
terhadap
bermasyarakat
harus
diartikan
suatu
sebagai
reaksi
pelanggaran
yang
dilihat
dalam
dianggap menggoncangkan/mengganggu
organisasi
sosial
keharmonisan
tatanan
hidup
bermasyarakat, yang disebut reaksi adat.
bermasyarakat yang sebagian tertuang
Reaksi semacam itu ada kalanya juga
dalam bentuk awig-awig. Awig-awig
ditujukan
mempunyai peranan yang sangat penting
sendiri, misalnya keluarga pelaku. Oleh
untuk mengatur prilaku warga (krama).
karena itu perlu dipahami dengan baik
Untuk
tersebut
bahwa pemberian sanksi menurut hukum
ditaati oleh warga, setiap awig-awig
adat sebenarnya bermakna, Pertama :
dilengkapi dengan sanksi. Dalam hal ini
Untuk dapat menimbulkan rasa malu baik
perlu dipahami bahwa sanksi bukanlah
bagi
satu-satunya alat supaya awig-awig atau
pelanggaran
hukum adat ditaati, sebenarnya hal yang
melakukan pelanggaran, Kedua : dapat
berbagai
dapat
kehidupan
dalam
dalam Hukum Pidana.
luar, antara lain karena tradisi dalam
Tradisi
sanksi
bentuk
tradisional
dan
menjamin
awig-awig
dalam
kepada
orang
yang
kehidupan
bukan
sudah
maupun
pelakunya
melakukan
yang
ingin
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
menjaga keharmonisan dalam pergaulan
bermasyarakat.
hidup bermasyarakat.
kenyataannya, tidak ada suatu masyarakat
Jika
masyarakat
Bali
Namun
227
dalam
benar
yang tidak berubah atau statis secara
mempunyai komitmen yang besar untuk
mutlak, apabila masyarakat yang sedang
mewujudkan ajeg Bali, maka salah satu
membangun,
alat/cara yang dapat digunakan tiada lain
masyarakat yang sedang dilanda arus
adalah awig-awig sebgai tatanan hidup
globalisasi yang maha dahsyat. Seperti
masyarakat Bali. Awig-awig disini perlu
saat ini, termasuk Bali, maupun Desa
dipahami dan diberi makna dinamis sesuai
Tenganan Pagringsingan.
dan
lebih-lebih
lagi
dengan sifat hukum adat pada umumnya.
Kekuatan berlakunya hukum adat
Dengan sifat yang dinamis maka awig-
sangat tergantung pada konteks, yaitu
awig akan dapat berfungsi ganda, yaitu
sosial budaya dimana hukum adat itu
sebgai alat kontrol sosial (social control)
tumbuh, hidup dan berkembang. Apabila
yang dapat menjaga keajegan Bali dan
hukum itu walaupun tidak tertulis,tetapi
dilain pihak dapat berfungsi sebagai alat
ditaati secara sadar dan sepenuh hati,
pembaharuan (social engineering) yang
maka
dapat
materiilnya tebal. Sebaliknya jika hukum
mendinamiskan
keajegan
Bali
tersebut.
kekuatan
berlakunya
secara
itu ditaati setelah diundangkan maka
Berfungsinya awig-awig sebagai
kekuatan formalnya yang tebal. Desa
alat control social, sebenarnya dapat
Adat Tenganan Pagringsingan sebenarnya
dikatakan bahwa adanya awig-awig Desa
telah mempunyai aturan atau peraturan
Adat adalah untuk menjaga jangan sampai
asli sejak zaman nenek moyangnya,
ada perubahan-perubahan yang dapat
namun
mengganggu
atau
kebakaran hebat dan semua surat-surat
keharmonisan dalam hubungan hidup
yang dimiliki Desa ikut terbakar, dan pada
keseimbangan
pada
Tahun
1941
terjadi
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
228
Tahun 1993 berhasil disuratkan kembali
diluar daerah, pergaulan bebas, dan
berdasarkan ingatan para tokoh-tokoh
terhadap mereka tetap patuh atau bersedia
kedalam bahasa Bali dan diterjemahkan
menerima sanksi.Adapun sanksi yang
ke dalam bahasa Indonesia. Masalah
dijatuhkan oleh Desa terhadap yang
perkawinan endogmi adalah termasuk
melanggar aturan perkawinan endogami
salah satu yang telah diatur didalam awig-
adalah dapat berupa :
awig Desa Adat Tenganan Pagringsingan
a. Orang tua dari anak yang kawin
yang dapat dikutip ke dalam bahasa
keluar Desa didenda 75.000,- uang
Indonesia yaitu “Dan prihal barang siapa
kepeng.
orang
Desa
itu
ngasampingan
b. Kehilangan
hak
dan
kewajiban
(membiarkan kawin keluar Desa) anaknya
sebagai krama Desa Adat Tenganan
maupun saudara wanitanya atau ikut
Pagringsingan.
membantu/memberi kesempatan, sama
sekali dilarang, serta patut didenda oleh
Desa sebesar 75.000,- diserahkan kepada
Desa semuanya”.
lakukan
Banjar Pande.
d. Bagi yang perempuan hak warisnya
hilang.
Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis
c. Dipindahkan tempat tinggalnya ke
ternyata
dapat
Terhadap
Pagringsingan
berani melakukan pelanggaran terhadap
penelitian
sistem
menyimpulkan
endogami
ini,
perkawinan
endogami yang berlaku di Desa Tenganan
disimpulkan tidaklah begitu banyak yang
perkawinan
sistem
ini,
berdasarkan
hasil
penulis
menemukan
dan
adalah
berlaku
masih
ada
walaupun ada sekitar 15 kasus dari dulu
mutlak,
hingga sekarang, itupun dapat dipahami
pengecualiannya yaitu : Apabila seorang
karena
penyebab
laki ( pemuda) Tenganan Pagringsingan
misalnya, karena pendidikan, bekerja
mengawini seorang perempuan dari luar
beberapa
faktor
karena
tidak
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
Desa
Tenganan
Pagringsingan
yang
229
yang diatur dalam awig-awig, serta
berasal dari keluarga (warga) pasek maka
telah
dianggap
kehidupan bermasyarakat yang aman,
tidak
melanggar
atau
dibolehkan, karena menurut kepercayaan
dapat
merasakan
dalam
tertib dan serasi, bahkan ada rasa
masyarakat Desa Tenganan asal orang
kebanggaan
warga
karena
nilai
luar Desa itu berkasta, dan zaman dahulu
tradisionalnya
yang
dianggap
kasta
itu
mampu
menjadikan
adalah
Desa
Tenganan
Pagringsingan
wargapasek, sedangkan di Desa Tenganan
sendiri
tidak
dikenal
soroh
dengan
menjadi salah satu Desa Bali Aga
yang banyak dikunjungi wisatawan.
sebutan kasta (catur wangsa).
b. Adapun sanksi yang dikenakan kepada
C. PENUTUP
warga yang melanggar perkawianan
1. Kesimpulan
endogami di Desa Adat Tenganan
a. Walaupun ditengah-tengah derasnya
Pagringsingan adalah dapat berupa
arus globalisasi yang menimpa Bali
denda
saat ini namun masyarakat Desa Adat
yang dibayar ke Desa, diungsikan ke
Tenganan
masih
Banjar Pande yang letaknya di sebelah
mampu mempertahankan dan tetap
Timur Desa Tenganan Pagringsingan,
bertekad
kehilangan hak dan kewajiban sebagai
Pagringsingan
mempertahankan
sistem
sebesar 75.000 uang kepeng
perkawinan endogami, yang telah
krama
manjadi warisan leluhur secara turun
Pagringsingan, kehilangan hak dan
temurun. Hal ini membuktikan masih
kewajibankrama Desa Adat Tenganan
adanya kesadaran dan kepatuhan yang
Pagringsinga, serta bagi yang wanita
tinggi terhadap nilai-nilai tradisional
tidak mendapat warisan.
Desa
Adat
Tenganan
I Gusti Ngurah Anom, S.H., M.H. Pengaruh…
230
modern secara bijaksana sehingga
2. Saran
a. Hendaknya
kearifan
lokal
yang
akan benar-benar dapat berfungsi
diwariskan oleh para leluhur dan
sebagai
sarana
control
social.
sebahagian telah diabaikan dan tidak
Melainkan juga dapat difungsikan
dikenal lagi oleh generasi sekarang,
sebagai alat pembaruan masyarakat
perlu digali lagi, dikembangkan, dan
dalam mewujudkan Bali yang ajeg
diangkat dalam awig-awig sehingga
secara dinamis.
dapat dijadikan landasan yang kuat
untuk membangun Bali ke depan
DAFTAR PUSTAKA
dalam menghadapi arus kekuatan
Buku
global, sehingga masyarakat Bali tidak
Hilman
mudah goyah. Terhadap awig-awig
yang telah ada termasuk di Desa Adat
Tenganan perlu diberdayakan dengan
Hadikusuma, 2007, Hukum
Perkawinan Indonesia, Mandar
Maju, Bandung.
Gede Pudja, 1974, Pengantar Tentang
Perkawinan Menurut Hukum
Hindu, Dirjen Bimas Hindu dan
Budha Depag.
memperbaharui isi dan fungsinya,
selanjutnya benar-benar ditegakkan
Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat
Indonesia,
dalam
kajian
kepustakaan, Alfabeta Bandung.
dengan didasari oleh kearifan dan
kebijaksanaan
yang mencerminkan
prinsip-prinsip moral Agama Hindu.
b. Dalam
pembentukan
L.M. Friedmann, 1975, The Legal Sistem,
A Social Science Perspective,
New
York,
Russel
Sage
Fondation.
maupun
Sumber Hukum
pembaharuan
awig-awig
perlu
memadukan unsur tradisional dan
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Download