1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Salah satu unsur pokok yang harus ada dalam setiap karya penulisan, baik
karya ilmiah maupun non ilmiah adalah judul. Dalam suatu tulisan, judul dapat
memberikan gambaran tentang apa yang menjadi kajian dalam tulisan tersebut,
sehingga judul dapat membantu pembaca untuk lebih cepat mengetahui dan
memperkirakan pada apa yang akan dibaca nanti. Dalam sebuah karya penulisan,
judul juga berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan kepada pembaca tentang
hakekat dari objek dan fokus dari penelitian, wilayah, serta metode yang
dipergunakan.
Maka dari itu, penelitian ini mengambil judul,
"Proses Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mina Kepis"
Pada umumnya, secara teoritis sebuah judul penelitian mempunyai
keterkaitan dengan disiplin ilmu yang ditekuni oleh peneliti, serta adanya aspek
aktualitas dan aspek orisinalitas. Berikut ini adalah alasan-alasan yang mendasari
penelitian dengan judul tersebut, antara lain:
1. Aspek Aktualitas
Isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) semakin tahun menjadi isu yang mulai mendapatkan
perhatian oleh masyarakat. CSR diatur secara tegas di Indonesia dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang
1
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal tersebut dilatarbelakangi
oleh amanat Undang-Undang Dasar 1945 mengenai perekonomian nasional dan
kesejahteraan sosial harus diatur oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Salah satu program CSR yang ada di Kabupaten Sleman adalah program
pengembangan klaster ikan air tawar yang digagas oleh Bank Indonesia KC
Yogyakarta. Program ini berfokus kepada program pemberdayaan masyarakat,
tepatnya pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis dengan konsep
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha bersama
untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan serta terpenuhinya kebutuhan
seluruh masyarakat.
Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah sebagai salah satu
aktornya memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar. Dalam hal ini,
pemerintah menciptakan suatu kebijakan yang didukung dengan Surat Edaran
Menteri BUMN No.SE-21/MBU/2008 yang mengatur mengenai siapa saja yang
wajib melakukan tanggung jawab sosial lingkungan. Bank Indonesia sebagai
bagian dari BUMN adalah salah satu yang termasuk berkewajiban melakukan
program CSR kepada masyarakat. Oleh karena itu, Bank Indonesia KC
Yogyakarta melakukan program pemberdayaan masyarakat melalui program
pengembangan klaster ikan air tawar yang dilaksanakan pada tahun 2012.
Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang memiliki debit air sungai yang cukup tinggi. Hal tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Sleman untuk melakukan budidaya
perikanan. Pada akhir tahun 2013 tercatat terdapat 507 kelompok pembudidaya
2
ikan di Kabupaten Sleman. Meningkatnya budidaya perikanan oleh kelompok
pembudidaya ikan diakui oleh Dirjen Kementrian Budidaya Perikanan, Kelautan
dan Kehutanan yang menyatakan bahwa sesuai catatan BPS pada tahun 2013,
Kabupaten Sleman memiliki pendapatan ikan paling tinggi secara nasional. Salah
satu kelompok pembudidaya ikan yang ada di Kabupaten Sleman adalah
kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang sudah berdiri sejak tahun 1983.
Adanya kelompok pembudidaya ikan tersebut merupakan salah satu usaha
berbasis komunitas yang sangat berperan dalam memfasilitasi perkembangan
kegiatan perekonomian masyarakat. Adanya program pengembangan klaster ikan
air tawar merupakan usaha dalam peningkatan kesejahteraan anggota kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis yang mana laba tersebut didapatkan dari hasil
kegiatan produksi para anggotanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini dapat dikatakan
masih aktual karena program pemberdayaan masyarakat di
tersebut masih
terhitung baru dilangsungkan selama kurang lebih tiga tahun dan merupakan
usaha dalam peningkatan kapasitas kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang
menjadi bagian dalam kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman yang
saat ini sedang berkembang cukup pesat.
2. Aspek Orisinalitas
Isu pemberdayaan masyarakat yang dikemas melalui program CSR saat ini
telah menjadi kajian yang menarik untuk dibahas dan menarik untuk melihat
proses pemberdayaan yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
menjadi lebih mandiri dan berkembang ke arah kesejahteraan yang lebih baik.
3
Kajian mengenai hal tersebut telah tertuang di dalam penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya. Untuk menghindari dari aksi plagiat, maka dalam proses
penyusunan tulisan ini dilakukan studi literatur sebagai bahan acuan agar
penelitian yang dilakukan mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Berikut ini adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang dijadikan
sebagai bahan kajian, antara lain:
a.
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
MELALUI
KELOMPOK
PEMBUDIDAYA IKAN (POKODAN) MINASARI DI DUSUN BEJI,
SUMBERAGUNG, JETIS, BANTUL: penelitian ini dilakukan oleh Aprilia
Veriningtyas, mahasiswi jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Yogyakarta pada tahun 2014. Dalam penelitian ini, Aprilia Veriningtyas
melakukan penelitian untuk mengetahui pemberdayaan perempuan melalui
kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Minasari ditinjau dari perspektif gender
di Dusun Beji dan untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)
Minasari di Dusun Beji. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif.
Dalam menganalisis, peneliti menggunakan model analisis interaktif Miles
dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
pemberdayaan yang dilakukan Pokdakan Minasari dapat mengembangkan potensi
perempuan ibu rumah tangga yang menjadi anggotanya sehingga dapat
membudidayakan ikan secara mandiri. Program kegiatan yang rutin dilaksanakan
4
yaitu pemeliharaan ikan secara kelompok dan individu, pertemuan rutin, serta
pelatihan. Ada faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Pokdakan Minasari
dalam proses pemberdayaan. Faktor pendukungnya antara lain: 1) motivasi
anggota Pokdakan Minasari, 2) sarana dan prasarana yang memadai, 3) adanya
pelatihan, 4) memiliki ketua yang aktif, 5) peran pemerintah. Sedangkan yang
menjadi faktor penghambatnya antara lain: 1) modal yang terbatas dan timbulnya
hama penyakit ikan.
b.
KEBERHASILAN
PENERAPAN
CBM
(COMMUNITY
BASED
MANAGEMENT) DALAM MANAJEMEN PELATIHAN DI KELOMPOK
PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) DI MINA KEPIS, DESA BURIKAN, SLEMAN:
penelitian ini dilakukan oleh Widya Harini Wira S, mahasiswi jurusan Ilmu
Administrasi Negara (Manajemen dan Kebijakan Publik), Universitas Gadjah
Mada pada tahun 2013. Dalam penelitian ini, Widya Harini Wira S melakukan
penelitian untuk mengamati keberhasilan manajemen pelatihan sumber daya
manusia di dalam kelompok pembudidaya ikan. Metode penelitian yang dipakai
adalah jenis penelitian kualitatif dangan sudut pandang studi kasus, dengan
kekhususan: “Penerapan manajemen dengan konsep CBM, menyelaraskan antara
teori dengan praktek langsung di lapangan dan mengedepankan partisipasi
anggota KPI”.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah penerapan manajemen
pelatihan yang tepat, sehingga organisasi bisa berkembang dari tahun ke tahun.
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil pengamatan data yang diperoleh, yaitu
kenaikan produktivitas KPI, bertambahnya kemampuan pegawai, dan timbulnya
5
kepuasan kerja dan motivasi pegawai. Rekomendasi dari penelitian ini adalah
keberhasilan penerapan metode CBM dalam manajemen pelatihan suatu program
pemberdayaan (terutama di bidang pertanian dan perikanan), sehingga bisa
dijadikan contoh, terutama dalam hal partisipasi anggota.
Berdasarkan dua penelitian yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini
memiliki fokus tema yang berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, yang sama-sama dilakukan pada kelompok pembudidaya ikan.
Selain itu, meskipun penelitian ini sama-sama dilakukan di kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis, tetepi tema dan fokus pada penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini masih dapat
diklasifikasikan sebagai penelitian yang orisinil dengan mengangkat isu proses
pemberdayaan kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis melalui program
pengembangan klaster ikan air tawar.
3. Relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan studi yang
mempelajari pembangunan dengan menekankan bagaimana tujuan sosial itu
tercapai dalam pembangunan. Dalam studi ini, terdapat tiga hal yang disoroti,
yaitu 1) bagaimana negara memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, 2)
bagaimana kondisi sosial yang berkaitan dengan ketimpangan, ketidakadilan dan
dehumanisasi yang menjadi hambatan terwujudnya masyarakat sejahtera, 3)
bagaimana menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berkembang
mandiri. Studi ilmu ini juga mengkaji masalah-masalah sosial dan cara untuk
mengatasinya dalam upaya untuk menciptakan hubungan yang serasi antara
6
kebutuhan hidup dan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang tersedia.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu dari tiga konsentrasi
yang dimiliki oleh studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Di dalam konsep
pemberdayaan, masyarakat menjadi subjek utama dalam pembangunan agar
masyarakat mampu meningkatkan kapasitas dirinya sehingga dapat secara mandiri
menciptakan kesejahteraan yang diharapkan.
Penelitian ini bertema pemberdayaan masyarakat melalui kelompok
pembudidaya ikan yang berkaitan dengan ilmu Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan, di mana dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang proses
pemberdayaan masyarakat dan keberhasilan program pengembangan klaster ikan
air tawar yang digagas sebagai program CSR oleh Bank Indonesia KC
Yogyakarta sehingga penelitian ini relevan dengan bidang ilmu Pembangunan
Sosial dan Kesejahteraan, terutama pada bidang CSR dan empowerment.
B. Latar Belakang
Indonesia sejak dulu terkenal sebagai negara maritim karena secara
geografis Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas
lautan lebih besar daripada daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya garis
pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (+81.000 km) yang menjadikan
Indonesia menempati urutan kedua setelah Kananda sebagai garis pantai
terpanjang di dunia. Potensi maritim tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah
satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu dari
keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia adalah ikan sebagai unsur
7
makanan yang penting bagi kebutuhan gizi bagi tubuh manusia. Semakin tahun,
kebutuhan akan ikan selalu meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data Food and
Argiculture Organization di 2012 yang menyatakan bahwa Indonesia pada saat ini
menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah
China dan India.
Seiring dengan perkembangan zaman, ikan yang dikonsumsi masyarakat
semakin beragam jenisnya. Tidak hanya ikan dari laut saja yang digemari oleh
masyarakat, ikan air tawarpun tidak kalah favoritnya dengan ikan yang berasal
dari laut. Untuk memenuhi kebutuhan pamgan masyarakat khususnya ikan air
tawar sebagai salah satu sumber makanan yang berprotein tinggi, maka di
masyarakat banyak bermunculan kelompok pembudidaya ikan. Kelompok ini
dituntut untuk memberikan kontribusi utama dalam peningkatan produksi
perikanan nasional dengan meningkatkan target produksi perikanan sebesar 353%
sampai dengan tahun 2014, yaitu dari 5,26 juta ton menjadi 16,89 juta ton.
Pada tahun 2013, terdapat lebih dari 507 kelompok pembudidaya ikan di
Kabupaten Sleman. Banyaknya kelompok pembudidaya ikan ini disebabkan
karena masyarakat memanfaatkan debit air sungai yang cukup tinggi. Berdasarkan
data yang ada dalam perkembangan perikanan di Sleman, prospek pembudidaya
ikan menunjukkan hasil yang sangat bagus. Meningkatnya budidaya perikanan
oleh kelompok pembudidaya ikan tersebut juga diakui oleh Dirjen Kementrian
Budidaya Perikanan, Kelautan dan Kehutanan yang menyatakan bahwa sesuai
catatan BPS pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman memiliki
pendapatan ikan paling tinggi secara nasional. Selain itu, pada tahun 2013 jumlah
8
produksi ikan konsumsi mencapai 25.883,79 ton (meningkat 4 ton lebih
dibandingkan tahun sebelumnya), sedangkan benih ikan 947 juta ekor lebih dan
untuk ikan hias meningkat menjadi 14 juta ekor dibanding tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 13 juta ekor. Pesatnya perkembangan usaha perikanan di Sleman
juga mengakibatkan meningkatnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Sleman.
Ketersediaan ikan konsumsi pada tahun 2013 meningkat 3,98% menjadi 29,79
kg/kapita/tahun dari 28,65 kg/kapita/tahun pada tahun 2012. Ketersediaan ikan
konsumsi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan ketersediaan ikan konsumsi
ikan DIY sebesar 24,59 kg/kapita/tahun.
Pada akhir bulan Desember 2014, Bupati Sleman menyampaikan bahwa
usaha perikanan di Kabupaten Sleman pada saat ini merupakan kegiatan atau
usaha pokok masyarakat Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat Sleman yang bermata pencaharian pokok dari perikanan. Kelompok
pembudidaya ikan merupakan pengembangan secara berkelanjutan dari Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya mansusia dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat pada suatu komunitas. Hal tersebut dilakukan agar kapasitas anggota
kelompok dapat meningkat sehingga target produksi perikanan dapat tercapai
serta mengasah kapasitas anggota kelompok pembudidaya ikan.
Salah satu kelompok pembudidaya ikan yang berperan baik dalam
kegiatan pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman adalah kelompok pembudidaya
ikan Mina Kepis yang beralamat di Dusun Burikan, Desa Sumberadi, Kecamatan
Mlati. Kelompok ini berdiri bukan karena suatu kebetulan atau latah karena
9
kelompok ini sudah didirikan sejak tahun 1983. Sejak berdirinya kelompok ini,
manfaat yang cukup signifikan sudah dirasakan oleh para anggotanya. Kehadiran
kelompok ini telah memberikan kontribusi besar bagi terbukanya lapangan
pekerjaan dan dapat memberikan kegiatan positif bagi
perkembangan
perekonomian desa, serta menekan angka pengangguran. Meningkatnya aktivitas
dan peran kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis adalah berkat berbagai
macam bantuan program pemberdayaan yang dilakukan pada kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis. Salah satu program pemberdayaan yang
diterapkan di kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis adalah program
pengembangan klaster ikan air tawar yang dilaksanakan ada tahun 2012.
Program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan sebuah program
pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas. Program ini merupakan
bentuk dari usaha pengembangan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui
peranan pihak eksternal, dalam hal ini berasal dari lembaga pemerintahan, yaitu
Bank Indonesia KC Yogyakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Program pengembangan klaster
ikan air tawar merupakan bukti bahwa pihak eksternal memiliki kepedulian
terhadap pemberdayaan masyarakat yang ditujukan pada masyarakat lokal. Peran
eksternal dalam hal ini juga bekerja dalam mengusung nilai pemberdayaan dengan
menggunakan
pendekatan
pemberdayaan
sebagai
bagian
dari
proses
pengembangan kapasitas itu sendiri. Oleh karena itu, proses pengembangan
kapasitas terjadi bukan hanya karena stimulan yang berasal dari pihak eksternal,
melainkan peran masyarakat tetap dominan dalam keberhasilan program. Peran
10
pihak eksternal hanya terbatas pada rangsangan dan dorongan agar potensi
masyarakat dapat tumbuh dan berkembang. Dalam melakukan perannya, pihak
eksternal menggunakan prinsip help the people to help themselves dengan tujuan
agar bantuan dari pihak eksternal tidak menimbulkan ketergantungan pada
kelompok penerima bantuan program.
Proses pengembangan kapasitas juga termasuk ke dalam proses
pembangunan masyarakat, di mana masyarakat memiliki keinginan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, sehingga timbullah usaha untuk
mewujudkannya. Pelaksanaan dari konsep pemberdayaan pada umumnya lebih
difokuskan pada level komunitas karena komunitas dianggap sebagai basis
kehidupan masyarakat. Selain itu, masyarakat diasumsikan sebagai tingkat
komunitas sebagai basis kehidupan yang paling mengetahui persoalan dan
kebutuhan yang paling aktual serta paling prioritas. Oleh karena itu, program
pembangunan yang diberikan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat harus
sesuai dengan persoalan dan kebutuhan masyarakat ditingkat taraf hidupnya.
Proses pemberdayaan masyarakat pada umumnya menggunakan pendekatan
community based development, yang artinya adalah bahwa pemberdayaan
masyarakat dilaksanakan dengan berbasis komunitas. Dalam hal ini, program
pemberdayaan masyarakat yang dikemas sebagai program pengembangan klaster
ikan air tawar diberikan pada komunitas pembudidaya ikan, tepatnya diterima
oleh kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis. Kelompok ini dinilai sebagai
kelompok yang mumpuni yang mengetahui mengenai persoalan yang sedang
dihadapi dan bagaimana cara untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Selain itu
11
kelompok ini juga memiliki peluang besar dalam meningkatkan taraf hidup
anggota kelompoknya karena menumbuhkembangkan potensi perikanan di Dusun
Burikan dan membantu program pemerintah dalam menekan angka pengangguran
di pedesaan merupakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek yang
dimiliki kelompok yang sudah berusia 33 tahun ini.
Unsur utama pemberdayaan adalah kewenangan dan kemampuan.
Keduanya harus berjalan dengan seimbang. Masyarakat harus memiliki
kemampuan
untuk
menjalankan
dan
melaksanakan
kewenangan
agar
pemberdayaan dapat terwujud. Dalam hal ini, kelompok pembudidaya ikan Mina
Kepis diberikan kewenangan untuk menjalankan program pengembangan klaster
ikan air tawar. Pemberian program kepada kelompok Pembudidaya Ikan Air
Tawar berdasarkan kemampuan kelompok yang dinilai cukup baik oleh pihak
CSR Bank Indonesia KC Yogyakarta. Pemilihan lokasi di kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis telah menjadi perhitungan yang sudah
diperkirakan sebelumnya.
Dari sekian banyak kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman,
kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis terpilih karena kelompok ini merupakan
salah satu kelompok pembudidaya ikan yang sudah berdiri sejak lama, tepatnya
33 tahun lalu. Lokasi kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis juga berada pada
tempat yang strategis karena dekat dengan kantor pemerintah sehingga akses
informasi dan monitoring menjadi mudah dan dekat dengan jalan kota sehingga
mudah dijangkau oleh konsumen yang ingin membeli ikan. Selain itu, tingginya
motivasi anggota juga menjadi aspek yang diperhitungkan karena konsep
12
pembangunan masyarakat berbasis komunitas, masyarakat diposisikan sebagai
pelaku yang menentukan tujuan, mengontrol sumber daya dan mengarahkan
proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pendekatan pembangunan masyarakat
berbasis komunitas juga menekankan pada kewenangan kelompok untuk
mengelola
sumber
daya
dalam
rangka
mewujudkan
kebutuhan
dan
kepentingannya sendiri.
Kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis merupakan salah satu contoh
proses pengembangan berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yang ada di Kabupaten Sleman. Dalam proses budidaya ikan, sering kali beberapa
kendala muncul seperti kontinuitas produksi, kualitas, dan kuantitas produk,
keterbatasan akses pasar dan lemahnya kualitas pengelola usaha tersebut. Selain
itu, bencana erupsi Merapi pada tahun 2010 juga berdampak pada berbagai usaha
ekonomi di wilayah sekitar Merapi, bahkan menyebabkan kehilangan total (100%
loss) usaha produktif, termasuk usaha perikanan di zona rawan bencana radius 20
km dari puncak Merapi. Kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis menjadi salah
satu yang terpengaruh oleh bencana erupsi Merapi tersebut. Akan tetapi, usaha
perikanan tersebut dapat dengan cepat pulih kembali akibat motivasi yang tinggi
dari para anggotanya untuk bangkit dan memperbaiki keadaaan.
Salah satu yang mendorong motivasi anggota adalah karena munculnya
program bantuan pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Bank Indonesia
KC
Yogyakarta.
Program
tersebut
dilaksanakan
untuk
menyelesaikan
permasalahan kelompok pembudidaya ikan dan juga sebagai respon untuk
mendorong perbaikan cepat usaha perikanan akibat bencana erupsi Merapi akhir
13
2010 yang lalu. Dalam hal ini, proses yang dilalui oleh kelompok pembudidaya
ikan Mina Kepis tergolong ke dalam proses yang panjang untuk dapat bangkit
setelah adanya bencana erupsi Merapi tahun 2010. Fenomena inilah yang
kemudian menarik diteliti untuk mengetahui proses perencanaan program
pemberdayaan apa saja yang sudah dilalui oleh kelompok pembudidaya ikan Mina
Kepis hingga akhirnya kelompok ini menjadi kelompok yang mandiri dan
berkembang dengan pesat.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat Mina
Kepis?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah upaya untuk menelusuri secara
dalam sebuah masalah. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penetapan fokus
yang berguna sebagai batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai
masalah penelitian. Fokus pada penelitian juga diperlukan agar penelitian ini bisa
berjalan secara jelas dan mengikuti arah yang sistematis. Berikut adalah tujuan
dan manfaat dari penelitian yang peneliti laksanakan:
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati proses perencanaan program
pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta
14
melalui program pengembangan klaster ikan air tawar pada kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis.
b. Untuk mengetahui proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat
pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis
dalam menciptakan
kemandirian bagi anggota kelompok atau justru sebaliknya.
2. Manfaat Hasil Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kelompok pembudidaya ikan Mina
Kepis dalam mengembangkan program pemberdayaan agar dapat berjalan
dengan baik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi
pengembangan kajian Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan maupun
untuk peneliti umum dalam memberikan informasi maupun pemikiran yang
dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya terkait isu pemberdayaan
masyarakat.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menyalurkan informasi kepada pembaca
mengenai salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh
Bank Indonesia KC Yogyakarta pada kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis
yang terdapat di Dusun Burikan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman.
E. Tinjauan Pustaka dan Teori
Sebelum membahas mengenai teori yang digunakan sebagai landasan
pemikiran dari penelitian yang dilakukan, perlu penjelasan terlebih dahulu
15
mengenai konsep perencanaan dan konsep pemberdayaan masyarakat yang
digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap fenomena yang
sedang dikaji. Tanpa atau dengan disadari, salah satu hasrat yang dimiliki oleh
manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kondisi yang sejahtera dalam
hidupnya. Untuk mencapai keinginan tersebut, manusia berusaha dengan
melakukan berbagai cara agar kebutuhan hidupnya dapat tercapai. Usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk menggapai kehidupan yang sejahtera tidak akan
pernah ada habisnya. Hal itu disebabkan karena kondisi yang sejahtera tidak akan
pernah tercapai secara mutlak dan sempurna. Seiring berjalannya waktu, akan
terus ada kebutuhan-kebutuhan baru yang harus dipenuhi oleh manusia. Oleh
karena itu, upaya perubahan menuju kondisi ideal yang sejahtera akan terus
dilakukan manusia sepanjang waktunya.
Dalam rangka memperkembangkan perubahan ke arah keadaan yang
dianggap lebih baik, seringkali dilakukan proses atas dasar cara yang berencana.
Perencanaan dipakai sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan perubahan
masyarakat secara lebih baik dan teratur (Yuwono, 1980: 5). Dalam hal
perencanaan program pemberdayan masyarakat, dilibatkan peran eksteranl yang
berfungsi untuk merangsang masyarakat agar berpartisipasi aktif untuk
mensukseskan program pemberdayaan masyarakat. Perencanaan pemberdayaan
masyarakat seringkali dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan status
ekonomi masyarakat penerima program. Peranan pihak eksternal di sini
dilaksanakan secara luas melalui cara perencanaan untuk membangun ekonomi
16
masyarakat penerima program dan melakukan perubahan kesejahteraan ke arah
yang semakin baik.
Penyusunan perencanaan dan proses pemberdayaan merupakan dua unsur
yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan suatu
perencanaan, proses pemberdayaan yang akan terjadi dalam periode perencanaan
tersebut diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan itu sendiri. Selain
itu, terdapat juga faktor lain yang akan mempengaruhi pelaksanaan perencanaan
dan proses pemberdayaan tersebut, seperti partisipasi aktif dan juga kesempatan
untuk mengambil keputusan. Sebuah perencanaan pemberdayaan merupakan
refkleksi dari adanya keinginan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik.
Perencanaan pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam suatu pola, di
mana arah dan kegiatan program pemberdayaan diserahkan pada kekuatankekuatan dalam masyarakat itu sendiri dengan menggunakan keterlibatan
masyarakat dalam forum yang membahas perencanan program pemberdayaan.
Posisi seperti ini bersifat pengarahan pertumbuhan dan pemberdayaan yang
memberikan keleluasaan masyarakat penerima program yang pada akhirnya
masyarakat itu sendiri yang melakukan kegiatan-kegiatan program pemberdayaan.
Proses pemberdayaan secara berencana akan lebih dirasakan sebagai suatu
usaha yang lebih rasional dan teratur bagi masyarakat yang belum atau baru
berkembang (Yuwono, 1980:6). Dalam hal pemikiran mengenai proses rancangan
perencanaan program pemberdayaan, diperlukan analisis terhadap kondisi
masyarakat yang dihadapi. Analisis ini berguna sebagai alat untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh masyarakat. Ini
17
sangat penting untuk dilakukan agar program pemberdayaan masyarakat bisa
mencapai tujuannya dengan baik dan melahirkan kebermanfaatan program bagi
masyarakat yang menerimanya.
Pemberdayaan pada hakekatnya memiliki dua aspek, yaitu to give or
authority to dan to give ability to or enable. Dalam unsur pertama, pemberdayaan
memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan
otoritas ke pihak lain. Kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan (Harry Hikmat, 2006: 43). Unsur utama
dari pemberdayaan masyarakat adalah kewenangan dan kemampuan. Kedua hal
ini tidak dapat dipisahkan, karena walaupun sudah memperoleh kewenangan,
akan tetapi apabila masyarakat belum atau tidak mempunyai kemampuan untuk
menjalankan dan melaksanakan kewenangan tersebut, maka pemberdayaan belum
terwujud (Soetomo, 2011:12).
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dan upaya yang
bersifat multidimensi. Upaya pemberdayaan masyarakat menyangkut setiap
dimensi yang diharapkan bersifat sinergis. Hal tersebut karena pemberdayaan
masyarakat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
berbagai aspek pembangunan, sehingga setiap program yang dilaksanakan
menumbuhkan penyadaran akan minat dan kepentingan yang sama dengan tujuan
dari pemberdayaan tersebut. Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam unsur
pemberdayaan karena masyarakat dituntut untuk berperan dalam menjalankan
program pemberdayaan agar tujuan program tersebut dapat dicapai. Suatu
18
pemberdayaan harus dilakukan melalui beberapa kegiatan (Kartasasmita,
1996:159-160), yaitu:
a. Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk dapat
berkembang (enabling). Suasana kondusif tersebut adalah pengenalan bahwa
setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hal tersebut terjadi
karena proses pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya untuk membangun
daya dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam
tahap ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Penguatan tersebut meliputi langkah yang
nyata menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan
akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Dengan
menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, dan kebertanggungjawaban, hal tersebut juga termasuk ke dalam
bagian dari proses pemberdayaan. Demikian pula pembaharuan institusiinstitusi sosial serta pengintegrasiannya dalam kegiatan pembangunan. yang
terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.
c. Memberdayakan berarti melindungi (protecting). Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena ketidakberdayaan
19
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan pada
pihak yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang dalam bentuk eksploitasi pihakpihak yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi semakin tergantung pada berbagai program karitatif atau
charity saja. Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, serta membangun kemampuan masyarakat untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dengan
adanya kesadaran masyarakat sasaran agar mengubah pemberdayaan yang
bersifat penguasaan menjadi bentuk kemitraan serta membentuk solidaritas
pada masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
pemberdayaan masyarakat (Suparjan dan Hempri, 2003: 44):
a. Meningkatkan kesadaran kritis atas posisi masyarakat dalam struktur
sosial
politik. Kesadaran
masyarakat
kritis
mampu membuat
yang
muncul
argumentasi
diharapkan
terhadap
berbagai
membuat
macam
eksploitasi sekaligus berpartisipasi dalam membuat keputusan. Dalam hal
ini, anggota kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis diharapkan memiliki
kesadaran dan semangat bahwa mereka bisa mengubah kondisi kehidupan
menjadi lebih baik.
b. Peningkatan kapasitas masyarakat dengan melihat faktor ekonomi, sosial, dan
budaya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari upaya pemberdayaan yang
20
bersifat multi aspek dalam upaya peningkatan kapasitas anggota kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis.
c. Menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada pada tradisi budaya masyarakat
lokal, seperti gotong royong, arisan, sumbangan yang dipandang sebagai
modal sosial dalam mewujudkan kemajuan pembangunan masyarakat.
Hasil penelitian Bayu Dwi Prasetya (2015) terhadap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan air tawar di Bojongsari,
Kabupaten Purbalingga menunjukkan bahwa proses pemberdayaan yang
dilakukan meliputi penyadaran, pengkapasitasan melalui pembinaan pengetahuan
dan ketrampilan, dan pendayaan. Terdapat faktor pendorong yang menjadi
keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan program pemberdayaan ini, yaitu
kesadaran anggota yang memiliki kemauan untuk maju dan memiliki semangat
untuk mencapai keberhasila. Keberhasilan program ini dapat dilihat dari dampak
yang timbul pada aspek ekonomi yang terdiri dari penambahan penghasilan,
membantu ekonomi keluarga dan memberikan motivasi usaha dan membuka
lapangan kerja baru. Selain pada aspek ekonomi, program ini juga berdampak
pada aspek sosial dan pendidikan, yaitu peningkatkan rasa kepedulian antar
kelompok, lingkungan dan masyarakat sekitar. serta peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan mengenai budidaya ikan.
Dalam mengimplementasikan konsep pemberdayaan masyarakat melalui
pendekatan berbasis komunitas, diperlukan upaya agar hasil yang diperoleh dapat
sesuai dengan harapan yang selaras dengan prinsip pemberdayaan, di mana
komunitas yang diberdayakan dapat meningkatkan kualitas dan menjadi
21
komunitas yang mandiri. Dalam proses pemberdayaan yang dibantu oleh pihak
eksternal, dalam hal ini kelompok pembudidaya ikan Mina Kepis yang dibantu
oleh Bank Indonesia KC Yogyakarta, harus dapat menunjukan bahwa stimuli
eksternal yang dilakukan Bank Indonesia KC Yogyakarta telah mampu
menumbuh kembangkan energi sosial dalam masyarakat yang dapat menggerakan
proses pembangunan yang mendorong terwujudnya keberlanjutan kegiatan
pembangunan yang berorientasi pada kemandirian. Bentuk perkembangan
pendekatan yang berbasis masyarakat kemudian disempurnakan dalam bentuk
Community Driven Development (CDD) atau pembangunan yang digerakan
masyarakat.
Program pengembangan klaster ikan air tawar merupakan konsep
pemberdayaan yang lebih difokuskan pada level komunitas. Pemilihan pada level
komunitas dianggap merupakan proses pembangunan yang dimulai dari
kehidupan yang lebih dasar. Hal tersebut dikarenakan komunitas yang dianggap
sebagai basis dari kehidupan masyarakat yang paling mengetahui persoalan dan
kebutuhan yang paling aktual. Keterlibatan masyarakat digunakan untuk membuat
masyarakat menjadi berdaya. Dalam mengimpelentasikan konsep pemberdayaan
masyarakat, perlu didukung oleh sejumlah langkah dan tindakan agar program
yang diimplementasikan dapat sesuai dengan persoalan dan kebutuhan masyarakat
yang ditingkatkan taraf hidupnya. Selain itu, langkah dan tindakan yang
direncanakan dengan baik juga digunakan untuk dapat meminimalisasikan
kemungkinan adanya hambatan dalam proses pemberdayaan. Soetomo (2011)
menjelaskan langkah-langkah tersebut, antara lain adalah:
22
a. Reorientasi: reorientasi mutlak perlu dilakukan oleh karena setiap perspektif
memiliki orientasi dan pandangan yang berbeda tentang kapasitas masyarakat
dan tentang posisi masyarakat dalam hubunganya dengan berbagai pihak,
terutama terhadap pasar dan negara. Oleh sebab itu, karena proses
pembangunan masyarakat melibatkan berbagai pihak yang terkait, maka
reorientasi perlu dilakukan meliputi seluruh stakeholder. Reorientasi sendiri
harus dilihat sebagai bagian dari proses bekerja sambil belajar. Bagi
masyarakat sendiri reorientasi diperlukan, karena selama ini mereka berposisi
sebagai obyek, sementara pengambilan keputusan dan perencanaan dibuat oleh
pemerintah. Dengan perubahan sikap dan pola pikir tersebut, prakarsa lokal
dapat dikembangkan, partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan sejak
identifikasi masalah dan kebutuhan sampai pelaksanaan dapat diwujudkan.
Reorientasi juga dibutuhkan pada level aparat birokrasi di lapangan. Apabila
sebelumnya lebih memposisikan diri sebagai pengusaha terhadap masyarakat,
perlu dirubah dalam posisi sebagai yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Gerakan Sosial: penggunaan pendekatan pemberdayaan masyarakat secara
meluas telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penguatan
civil society. Pada level mikro, penguatan civil society tercermin dari
meningkatnya kewenangan masyarakat lokal dalam proses pembangunan yang
menyangkut masa depannya, termasuk kewenangan dalam mengelola proses
pembangunannya sejak identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
Untuk
memperoleh tambahan
kewenangan,
diperlukan
23
perjuangan melalui gerakan sosial. Melalui gerakan sosial, posisi tawar
masyarakat sipil dapat ditingkatkan. Selain itu, gerakan sosial dapat
mendorong kehidupan bermasyarakat yang ikut dalam pengambilan keputusan
dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan masyarakat.
c. Institusi lokal: pada tingkat masyarakat lokal, instrumen terpenting dalam
proses pemberdayaan adalah kehadiran institusi lokal. Institusi lokal berfungsi
untuk memfasilitasi tindakan bersama yang sudah terpola sehingga fungsinya
bukan hanya sebagai suatu organisasi, tetapi juga pranata sosial. Institusi yang
mapan akan memiliki fungsi sebagai instrumen pemberdayaaan dari hubungan
internal maupun eksternal. Secara internal, institusi lokal akan memfasilitasi
kapasitas masyarakat dalam proses pengelolaan pembangunan secara mandiri,
termasuk sebagai sarana pengambilan keputusan dan pengelolaan sumberdaya.
Secara eksternal, institusi lokal berfungsi sebagai representasi komunitas dalam
menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder.
d. Pengembangan kapasitas: pengembangan kapasitas merupakan salah satu unsur
utama proses pemberdayaan di samping pemberian kewenangan. Proses ini
bermuara pada kemandirian masyarakat dalam pengelolaan pembangunan.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam hal
pengembangan kapasitas. Dalam proses pengembangan kapasitas, terdapat
peran dari pihak eksternal dalam memberikan stimuli dan pendampingan. Akan
tetapi, peran eksternal tidak boleh mendominasi proses karena posisinya hanya
untuk menumbuhkan potensi dan kapasitas masyarakat. Hal ini dilakukan agar
bantuan dari pihak eksternal tidak justru menimbulkan ketergantungan.
24
Penelitian Syamsudin (2015) di Kelompok Pembudidaya Ikan Mina
Sejahtera menunjukkan bahwa partisipasi anggota menunjukan terjadinya
peningkatan kapasitas individu dan kelompok. Peran kelompok sebagai media
berkumpul, berinteraksi dan belajar sudah berjalan baik, tetapi masih diperlukan
peran dari luar anggota untuk memberikan motivasi dan pendampingan guna
mengembangkan kelompok dalam pencapaian kesejahteraan bagi masing-masing
anggota.
Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan suatu
proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi dan
kemampuan masyarakat lokal. Dalam konteks ini,
. Hal ini memiliki arti menempatkan masyarakat sebagai aktor (subjek)
pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka objek pembangunan.
Pembangunan masyarakat adalah proses perubahan menuju kondisi
kehidupan yang semakin baik (Soetomo, 2009: 166). Kondisi kehidupan yang
lebih baik tersebut secara lebih konkret sering disebut dengan peningkatan taraf
hidup masyarakat. Dengan demikian, peningkatan taraf hidup masyarakat
dianggap sebagai tujuan yang hendak dicapai melalui proses pembangunan
masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan taraf hidup diposisikan sebagai
indikator untuk melihat keberhasilan proses pembangunan masyarakat tersebut.
Hal ini disebabkan karena menilai proses yang diharapkan ditentukan oleh
seberapa jauh proses tersebut telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Keberhasilan pembangunan juga ditentukan dari
25
bagaimana manfaat yang ditimbulkan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Salah satu pendekatan dalam pembangunan masyarakat adalah pendekatan
yang berorientasi pada komunitas. Menurut pendekatan ini, masyarakat tidak
diberi peranan sebagai objek, melainkan sebagai pelaku yang menentukan tujuan,
megontrol sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Pendekatan pengelolaan sumber yang bertumpu pada komunitas
(community based recources management) sebetulnya merupakan bagian dari
konsep pembangunan yang berpusat pada sumber daya manusia. Beberapa ciri
pokok dari padanya adalah (Tjokrowinoto, 1986: 10 dalam Soetomo, 2009: 244):
a. Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada masyarakat sendiri.
b. Fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memobilisasikan sumber-sumber yang terdapat di komunitas
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
c. Pendekatan ini menoleransi variasi lokal, sehingga sifatnya amat fleksibel
menyesuaikan dengan kondisi lokal.
d. Di dalam melaksanakan pembangunan, pendekatan ini menekankan pada
proses belajar sosial dimana terdapat interaksi kolaboratif antara birokrasi dan
komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek dengan
mendasarkan diri pada saling belajar.
e. Proses pembentukan jaringan (net working) antara birokrat dan lembaga
swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri,
26
merupakan bagian integral dari pendekatan ini, baik untuk meningatkan
kemampuan mereka dalam mengidentifikasi dan mengelola berbagai sumber,
maupun untuk menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal.
Dalam mengembangkan kapasitas masyarakat, terkandung makna
pengembangan kapasitas manusia sebagai aktor yang membentuk masyarakat.
Pengembangan kapasitas manusia ini dapat berupa pengembangan wawasan dan
tingkat pengetahuan, peningkatan kemampuan untuk merespon dinamika
lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses terhadap informasi, ataupun
peningkatan akses dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai perubahan
terencana, yang direncanakan adalah bagaimana memberikan rangsangan dan
dorongan agar masyarakat terbangun dan berkembang kapasitasnya.
Dengan demikian, walaupun pihak eksternal (Bank Indonesia KC
Yogyakarta) ikut terlibat, yang lebih penting adalah membangun kapasitas
internal masyarakat agar lebih mampu berkembang secara berkelanjutan. Apabila
dalam perubahan yang terencana tersebut terkandung induksi atau masuknya
energi eksternal, fungsinya tidak lebih sebagai sarana untuk merangsang kapasitas
interal. Faktor eksternal yang diinduksikan juga harus dijaga agar tidak
menimbulkan ketergantungan.
Realitas pembangunan masyarakat tersebut dilihat sebagai salah satu
bentuk proses perubahan sosial yang berlangsung secara terus menerus. Salah satu
teori pembangunan yang menjadi rujukan utama dalam perspektif pembangunan
berbasis masyarakat adalah people centered development. Posisi masyarakat yang
marginal dan powerless dibuat menjadi lebih berdaya. Pendekatan utama yang
27
digunakan dalam implementasi perspektif tersebut adalah pemberdayaan
masyarakat. Pada dasarnya pokok pikiran dari teori pembangunan yang berpusat
pada rakyat yang dalam implementasinya dijabarkan ke dalam pendekatan
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan
kesempatan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama
masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunannya. Kewenangan tersebut
meliputi keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah dan
kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil
pembangunan. Di samping akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan
tersebut, masyarakat lokal juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap
sumberdaya.
Asumsi yang mendasari pemikiran tersebut adalah bahwa kontrol terhadap
proses pengambilan keputusan harus diberikan kepada mereka yang nantinya
paling menanggung akibat dari keputusan tersebut. Dalam hal ini kelompok
pembudidaya ikan Mina Kepis adalah masyarakat pada tingkat lokal yang
diperhitungkan paling menanggung akibat dari pelaksanaan pembangunan yang
diputuskan, termasuk resiko kegagalan dan dampak negatif yang mungkin terjadi
seperti ketergantungan masyarakat pada bantuan yang diberikan oleh pihak
eksteral, dalam hal ini Bank Indonesia KC Yogyakarta. Dengan demikian,
masyarakat lokal memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan yang
diberikan. Hal ini mendorong masyarakat lokal agar dapat meningkatkan
kapasitas agar dapat menjalankan kewenangan dengan baik. Oleh sebab itu, unsur
28
utama dari pemberdayaan masyarakat di samping pemberian wewenang adalah
peningkatan kapasitas masyarakat. (Soetomo, 2011: 69-70)
Di dalam pembangunan masyarakat, terkandung empat unsur dasar
(Soetomo, 2011: 34). Keempat unsur dasar tersebut adalah: 1) pembangunan
masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan, 2) pembangunan
masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara
kebutuhan masyarakat dengan potensi, sumberdaya dan peluang, 3) pembangunan
masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon
berbagai persoalan yang berkembang, 4) pembangunan masyarakat merupakan
proses yang bersifat multidimensi. Keempat asumsi dan konsep dasar tersebut
masing-masing dapat didudukan sebagai pilar-pilar penyangga, sehingga
bangunan tersebut cukup kokoh. Dari sisi yang lain, keempat asumsi dan konsep
dasar tersebut juga dapat dilihat sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait.
Dalam posisi seperti ini, keempatnya dapat berfungsi sebagai kerangka atau body
of knowledge dari konsep pembangunan masyarakat yang akan dikembangkan.
Memperhatikan keterkaitan keempat asumsi yang dijadikan konsep dasar
tersebut, dapat dibuat rumusan bahwa pembangunan masyarakat adalah proses
perubahan yang bersifat multidimensi. Proses ini diarahkan menuju kondisi
semakin terwujudnya hubungan yang serasi antara needs dan resources melalui
pengembangan
kapasitas
masyarakat.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
mengambangkan diri, terutama dalam memanfaatkan peluang dan sumber daya,
mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga
terwujudnya kondisi kehidupan yang semakin sejahtera (Soetomo, 2011: 35).
29
Download