KONFLIK SUNNI DAN SYIAH DI INDIA PADA MASA SULTAN AKBAR 1556-1605 Oleh: Fitri Sari Setyorini NIM: 1220510094 TESIS Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Sejarah dan Kebudayaan Islam YOGYAKARTA 2014 i ii iii iv v vi MOTTO Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Qs. Al-Hujurat: 13. vii PERSEMBAHAN Tesis ini penulis persembahkan untuk keluarga dan kawan seperjuangan viii ABSTRAK Mughal merupakan dinasti Muslim terbesar yang pernah berkuasa di India. Salah satu periode keemasan Mughal terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar yang memerintah dari tahun 1556-1605. Pada periode ini kejayaan Mughal tidak hanya dibuktikan dengan luasnya wilayah India yang berhasil ditaklukan, tetapi juga majunya pemerintahan Mughal dari segala segi. Hampir di semua sektor kehidupan, Sultan Akbar berhasil membawa Mughal menjadi salah satu dinasti Muslim terbesar sehingga pantas disejajarkan dengan dinasti Islam lainnya, Shafawiyah, dan Turki Usmani.Perkembangan agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Akbar mengalami pasang surut dan tidak jarang berujung pada konflik antara satu golongan dengan golongan yang lain. Meskipun benihbenih perselisihan telah terjadi sejak periode pemerintahan Sultan Babur, namun perselisihan di antara mereka mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Akbar. Tesis ini memfokuskan pembahasan kepada sebab terjadinya konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar dan dampak yang ditimbulkan akibat konflik. Untuk menganalisa permasalahan konflik yang terjadi penulis menggunakan kerangka teori The Function of Social Conflict dari Lewis A. Coser. Konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar merupakan titik klimaks dari perselisihan keduanya yang terjadi sejak pemerintahan Sultan Babur. Faktor agama dan politik menjadi faktor utama yang menjadi penyebab semakin runcingnya konflik keduanya karena saling memperebutkan pengaruh politik di dalam istana Mughal. Di samping itu kondisi heterogenitas masyarakat India menjadi faktor lain penyebab konflik keduanya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosial budaya dan teori The Function of Social Conflict dari Lewis A. Coser sebagai alat analisa pembahasan konflik Sunni-Syiah pada masa pemerintahan Sultan Akbar. Pendekatan sosial budaya digunakan untuk melihat aspek pluralisme masyarakat India pada waktu itu. Sementara itu, teori Lewis A. Coser berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam teorinya Coser mengemukakan gagasan bahwa konflik tidak selalu berdampak negatif dan merusakkan sistem itu sendiri. Teori Coser menitik beratkan pada fungsi-fungsi positif dan akibat-akibat positif konflik dalam masyarakat. Konflik yang terjadi baik di kalangan intern sebuah kelompok maupun antar kelompok justru bisa menguntungkan sistem itu sendiri. Konflik Sunni-Syiah merupakan peristiwa normal yang dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial antar elemen dalam sistem pemerintahan Mughal itu sendiri. Keyword: Sultan Akbar, Mughal, 1556-1605, Sunni, Syiah, Teori Konflik, Lewis A. Coser. ix PEDOMAN TRANSLITERASI Berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/u/1987: A. Lambang Konsonan Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا Alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب ba’ b be ت ta’ t te ث tsa’ ŝ s (dengan titik di atas) ج jim j je ح ha h ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha د dal d de ذ żal ż ze (dengan titik atas) ر ra’ r er ز zai z zet س sin s es ش syin sy Es dan ye ص sad ş s (dengan titik di bawah) x ض dad d de (dengan titik di bawah) ط ta’ t te (dengan titik di bawah) ظ za’ z zet (dengan titik di bawah) ع ‘ain ‘ koma terbalik di atas غ ghain g ge ف fa’ f ef ق qaf q qi ك kaf k ka ل lam l el/al م mim m em ن nun n en و wawu w we ه ha’ h ha ء hamzah ‘ apostrof ي ya’ y ye B. Lambang Vokal 1. Syaddah atau tasydid Tanda syaddah atau tasydiddalam bahasa Arab dilambangkan menjadi huruf ganda atau rangkap, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi ﻣﺘﻌ ّﺪدةContoh : tanda tasydid. رﺑّﻨﺎ ditulis ditulis xi Muta’addidah Rabbana 2. Ta’ Marbuttah di akhir kata a. Bila dimatikan atau mendapat harakat sukun, maka ditulis (h) : ﺣﻜﻤﺔ Ditulis Hikmah ﺟﺰﯾﺔ Ditulis Jizyah ( Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. اﻷوﻟﯿﺎء ﻛﺮاﻣﺔ Karamah al-auliya’ Ditulis c. Bila ta’ marbuttah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis (t): اﻟﻔﻄﺮزﻛﺎة Zakat al-fitri atau Zakatul fitri Ditulis 3. Vokal Pendek (Tunggal) ---- َ◌---- Fathah ditulis A ----◌---ِ Kasrah ditulis I ---- ُ◌---- Dammah ditulis U 4. Vokal Panjang (maddah) 1. 2. 3. Fathah + alif ﺟﺎھﻟﯿﮫ Fathah + ya' mati ﺗﻨـﺴﻰ Kasrah + ya' mati ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis xii a (dengan garis di atas) jāhiliyyah a (dengan garis di atas) tansa ī (dengan garis di atas) ﻛﺮﯿم Dammah + wawu mati ﻓﺮﻮﺾ 4. ditulis ditulis ditulis karīm ū (dengan garis di atas) furūd} 5. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut : 1. Fathah + ya’ mati ﺑﯿﻨﻜﻢ Fathah + wawu mati ﻗﻮل 2. ditulis ditulis ditulis ditulis ai bainakum au qaul 6. Hamzah Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata, namun apabila terletak di awal kata, maka hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh : أأﻧﺘﻢ أﻋ ّﺪت ﻟﺌﻦ ﺷﻜﺮﺗﻢ Ditulis Ditulis Ditulis a’antum u’iddat la’in syakartum 7. Kata Sandang Alif + Lam a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah disesuaikan transliterasinya dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Bila diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qomariyah, maka kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-). Contoh : xiii اﻟﻘﺮآن اﻟﻘﯿﺎس Ditulis Ditulis al-Qur'ān al-Qiyās b. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah ditulis sesuai dengan bunyinya yaitu huruf l (el)nya diganti huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang. Contoh : اﻟﺴﻤﺎء Ditulis as-Samā' اﻟﺸﻤﺲ Ditulis asy-Syams 8. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il , isim maupun huruf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penyusunannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf Arab atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penyusunan kata tersebut bisa dirangkaikan juga bisa terpisah dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : ذوى اﻟﻔﺮوض Ditulis Zawi al-furud اﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ Ditulis Ahl as-sunnah Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu tajwid. xiv KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, berkat rahmat dan pertolongan Allah penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Humaniora program studi Agama dan Filsafat, konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam, Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Adapun judul tesis ini adalah KONFLIK SUNNI DAN SYIAH DI INDIA PADA MASA SULTAN AKBAR TH. 1556-1605. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna dan tidak dapat terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, M.A. selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya. 2. Prof. Dr. H. Khairuddin Nasution, M.A. selaku Direktur Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya. 3. Dr. Much Nur Ichwan, M.A. selaku ketua prodi Agama dan Filsafat Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya. 4. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan sertapengarahan kepada penulis. 5. Dr. Nurul Hak selaku penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam tesis ini. 6. Kepala beserta staf perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yayasan Hatta, Kolese Ignatius, dan semua pihak yang telah membantu pengadaan kelengkapan data guna terselesaikannya tesis ini. 7. Ayah, bunda, keluarga besar, dan teman-teman tercinta atas dukungannya baik moril maupun materiil. 8. Belahan jiwa saya, Cookies, yang selalu ada dalam suka dan duka dan mengajarkan untuk senantiasa tetap di jalan-Nya, sabar, xv xvi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PENGESAHAN DIREKTUR ............................................................................ ii NOTA DINAS PEMBIMBING.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... iv HALAMAN BEBAS PLAGIASI ....................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... vi HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... ix PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x KATA PENGANTAR ......................................................................................... xv DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 9 D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11 E. Landasan Teori ............................................................................. 14 F. Metode Penelitian......................................................................... 19 G. Sistematika Pembahasan .............................................................. 23 BAB II : SISTEM PEMERINTAHAN DINASTI MUGHAL A. Peta Politik India SebelumInvasi Babur ....................................... 25 B. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Mughal .................................. 30 C. Administrasi Pemerintahan ........................................................... 50 D. Ekonomi ....................................................................................... 54 E. Militer ........................................................................................... 55 F. Ilmu Pengetahuan danArsitektur .................................................. 56 BAB III : KONDISI SOSIAL KEAGAMAAN PADA MASA KEPEMIMPINAN SULTAN AKBAR A. Kepemimpinan Sultan Akbar ........................................................ 61 1. Kondisi Sosial Masyarakat................................................ 62 2. Administrasi pemerintahan ............................................... 64 3. Perpajakan ......................................................................... 69 4. Divisi Pelayanan Publik (Public Service Divisions) ......... 72 5. Militer................................................................................ 73 6. Ekonomi ............................................................................ 78 B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni .................................. 83 C. Perkembangan Agama Islam......................................................... 88 1. Sunni................................................................................ 89 xvii 2. Syiah ................................................................................ 90 3. Filsafat ............................................................................. 94 4. Tasawwuf ........................................................................ 94 BAB IV : DIALOG ANTARA SUNNI DAN SYIAH PADA MASA SULTAN AKBAR A. Latar Belakang Terjadinya Konflik.............................................. 99 1. Latar Belakang Politik ..................................................... 99 2. Latar Belakang Keagamaan............................................. 100 B. Bentuk-bentuk Konflik Sunni dan Syiah ..................................... 102 1. Konflik Intern ................................................................... 103 2. Konflik Ektern............................................................108 C. Faktor-faktor Penyebab Konflik Sunni dan Syiah ....................... 135 1. Faktor Politik ................................................................... 135 2. Faktor Agama .................................................................. 136 D. Pengaruh Konflik Sunni Syiah Terhadap Sistem Kebijakan Mughal ........................................................................................... 137 1. Kebijakan Politik ............................................................. 137 2. Kebijakan Keagamaan terhadap umat Islam ................... 138 BAB V : PENUTUP ......................................................................................... 143 A. Kesimpulan .................................................................................. 143 B. Saran ............................................................................................. 144 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 146 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 153 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 156 xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam masuk dan berkembang di India melalui sebuah proses sejarah yang panjang. Pada awalnya peran pedagang Arab dalam memperkenalkan Islam di India begitu besar. Jauh sebelum kedatangan pasukan Muslim ke tanah Hindustan, Islam telah dianut oleh sebagian kecil masyarakat India terutama yang mendiami kawasan pesisir, seperti Goa dan Gujarat. Invasi yang dilakukan oleh Muhammad bin Qasim dan penakluk-penakluk Muslim setelahnya semakin mengukuhkan keberadaan Islam secara politik dengan mendirikan dinasti-dinasti di India.1 Pada perkembangannya, agama Islam melahirkan aliran-aliran karena munculnya perbedaan pemahaman. Di antara aliran yang menonjol adalah Sunni dan Syiah. Perbedaan pemahaman baik di bidang ideologi maupun 1 Pasukannya berhasil tiba di daerah Debal sebelum tahun 711. Pelabuhan Debal merupakan pelabuhan komersial dan ramai pada saat itu. Pelabuhan ini terletak di dekat Karachi. Pada waktu itu penguasa kawasan ini yang juga meliputi Sind adalah penguasa Hindu bernama Raja Dahir. Pada waktu itu jumlah pasukan yang dibawa Muhammad ibn Qasim adalah 15.000 , terdiri dari 6.000 pasukan berkuda dari Syria, 6.000 pasukan unta dan 3.000 kereta pengangkut barang-barang logistik perang. Burton Stein, A History of India edisi kedua (UK: Blackwell, 2010), hlm. 129. Judith E. Walsh, A Brief History of India (New York: Fact on File, 2006), hlm. 61. W. W. Hunter, A Brief History of The Indian People edisi ketiga (London: Tubner, 1883), hlm. 98-99. Ashirbadi Lal Srivastava, The Sultanate of Delhi (711-1526 AD): Including The Arab Invasion of Sindh, Hindu Rule in Afghanistan and Causes of the Defeat of The Hindus in Early Medieval Ages (Agra: The Educational Press, 1950), hlm. 14. 1 politik terutama terjadi setelah wafatnya Khalifah Ali ibn Abi Thalib. Dalam perkembangan sejarahnya, Sunni dan Syiah tidak jarang saling berebut pengaruh dalam sebuah dinasti Islam, baik dalam ranah politik maupun sosial budaya. Pengaruh yang lebih kuat mendapatkan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan kelompok lain. Pengaruh mereka mendominasi istana, mereka memiliki peran vital dalam menentukan arah kebijakan pemerintahan. Pengaruh faham Sunni dan Syiah di India tidak terlepas dari proses interaksi antara Muslim pendatang dengan masyarakat lokal. Secara alamiah interaksi yang terjadi secara terus-menerus membuat Islam dianut oleh sebagian masyarakat India. Penduduk India yang melakukan konversi keagama Islam disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama, pengakuan atas kesetaraan dalam Islam. Pada umumnya pelaku konversi adalah masyarakat dari kasta rendah seperti kasta Sudra dan Paria. Ajaran Islam yang memandang bahwa derajat manusia itu sama dan yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan seseorang membuat masyarakat dari kedua kasta ini beralih untuk memeluk Islam. Sementara itu, dalam ajaran Hindu sistem kasta sangat tegas membedakan status sosial penganutnya. Faktor kedua, adanya konflik yang terjadi secara terus-menerus antara penganut Budha dan Hindu di India.2 Banyak warga Budha yang diperlakukan secara keji oleh penguasa Hindu. Oleh karena itu, mereka mengharapkan adanya kekuatan luar yang lebih besar dari kekuatan Hindu untuk membebaskan mereka dari kesewenang-wenangan penguasa Hindu. Setelah Islam datang dengan 2 Srivastava, The Sultanate of Delhi, hlm.18. 2 kekuatan besar dan banyak menaklukkan wilayah India yang sebelumnya dikuasai oleh Hindu, masyarakat Budha berbondong-bondong masuk Islam karena menganggap bahwa Islamlah yang telah membebaskan mereka dari penindasan penguasa Hindu.3 Sunni dan Syiah menjadi semakin berkembang seiring dengan penaklukan India oleh pasukan Muslim dan banyaknya warga lokal yang masuk Islam. Di India, Sunni dan Syiah sering terlibat dalam konflik politik. Hal ini sudah terjadi sejak masa pemerintahan Dinasti Ghaznawi. Meskipun begitu, konflik yang terjadi antara keduanya masih bersifat terselubung.4 Baru pada era pemerintahan Mughal terutama periode Sultan Akbar, persaingan pengaruh kedua kelompok tersebut semakin kentara dan tidak berlangsung secara sembunyi-sembunyi seperti yang terjadi pada masa sebelumnya.5 Persaingan pengaruh Sunni dan Syiah di istana Mughal berawal dari pengangkatan Jalaluddin Muhammad Akbar pada usia belia. Hal ini terjadi karena kematian Humayun begitu mendadak yang disebabkan oleh kecelakaan. Karena faktor usia dan pengalamannya yang minim dalam mengelola ketatanegaraan, maka untuk sementara waktu secara de facto 3 Ibid. Mahmud Ghazni terkenal akan aksinya dalam penghancuran kuil-kuil Hindu di Kanauj, Mathura, Nagarkot, Somnath (Gujarat) dan Thneswar. Dari sana dia mendapatkan harta rampasan berupa emas, perak, dan para budak. Pada tahun 1025 harta rampasan tersebut dibawa ke istananya di Ghazna (sekarang Afghanistan). Pada waktu itu Mahmud menyombongkan dirinya dengan mengatakan telah membunuh 50.000 orang kafir dan 50.000 Muslim yang dianggapnya telah melakukan perbuatan bid’ah. Sultan Mamud Ghazni meninggal di Ghazna pada 1030 M. Hunter, India, hlm. 103. Stein, India, hlm. 130. Walsh, A Brief History, 2006), hlm. 62. 4 5 Stuart Cary Welch, India Art and Culture 1300-1900 ed.II ( New York: Bradford Kelleher. 1986) hlm. 118. Walsh, India,hlm. 73. 3 kendali atas pemerintahan Mughal berada di bawah Bairam Khan yang menjadi wali setelah kematian Humayun. Sultan Akbar baru bisa menjalankan kekuasaannya secara penuh setelah menyingkirkan Bairam Khan dan memerintah Mughal secara mutlak pada tahun 1560 hingga tahun 1605.6 Bairam Khan yang menjabat sebagai komandan pasukan tertinggi Mughal adalah penganut Syiah fanatik. Pengaruh Syiah begitu besar selama periode pemerintahannya. Hampir semua jabatan pemerintahan dipegang oleh orang-orang Syiah yang sebagian besar berasal dari Persia dan hijrah ke India bersama dengan pasukan Humayun. Salah satu jabatan yang memegang peranan penting di istana dan berpengaruh terhadap segala kebijakan terhadap umat Islam di India adalah Sadr as-Sudr. Bairam Khan masa pemerintahannya mengangkat seorang Syiah bernama Shaikh Gudai untuk menduduki posisi ini. 7 Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena Sultan Akbar segera menyadari usaha Bairam Khan yang ingin menjadikan paham Syiah sebagai ideologi resmi Mughal, seperti yang terjadi pada Dinasti Shafawiyah, Persia, segera mengirimnya ke Mekkah agar pengaruhnya tidak semakin kuat di istana. Dengan disingkirkannya Bairam Khan oleh Sultan Akbar, pengaruh Syiah secara drastis berkurang dan kelompok Sunni bangkit kembali dengan menduduki pos-pos penting dalam pemerintahan Mughal. Akbar yang walaupun lahir dari ibu yang berasal dari Persia, namun secara ideologi dia 6 Ibid., hlm. 73. Makhanlal Roychoudhury, The Din-I-Ilahi or The Religion of Akbar (India: Calcutta University Press, 1941), hlm. 130. 7 4 adalah Sunni. Semua jabatan dalam pemerintahan yang tadinya dikendalikan oleh orang-orang Syiah sekarang digantikan oleh orang-orang Sunni. Kefanatikan kelompok Sunni di istana Akbar dalam menekan perkembangan pengaruh Syiah terjadi secara terus-menerus di bidang pemerintahan. Jabatan Sadr as-Sudr kemudian dijabat oleh orang Sunni, Shaikh Abdul Nabi dan Shaikh-al Islam dijabat oleh Mukhdum ul-Mulk posisi Sultanpuri. 8 oleh Abdullah Akibatnya, posisi orang-orang Syiah semakin terjepit di pemerintahan Mughal. Mereka tidak diizinkan untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan dan kegiatan keagamaan di istana. Pergeseran pengaruh Syiah ke Sunni ini terjadi dalam kurun waktu tahun 1564-1578.9 Sebelum Dinasti Mughal berkuasa, di India sudah terdapat dinastidinasti Muslim yang telah menjadikan paham Sunni maupun Syiah sebagai ideologi resmi negara. Dinasti Ghaznawi, Ghuri dan Kesultanan Delhi adalah dinasti yang mengusung paham Sunni sebagai ideologi resmi kerajaan. Sementara Kesultanan Bahmani yang didirikan oleh Aladdin Hasan Bahman Shah (1347-1358) menganut faham Syiah sebagai agama negara dengan pusat pemerintahan yang terletak di Gulbarga (1347-1425) dan Bidar (1425-1527). Pada tahun 1518 Kesultanan Bahmani terpecah menjadi lima kesultanan yakni Ahmadnagar, Berar, Bidar, Bijapur dan Golconda. Kesemuanya tunduk pada dinasti Mughal. 10 Dinasti yang menganut faham Syiah adalah Vijayanagar. 8 Ibid., hlm. 122. Ibid., hlm. 131. 10 Ibid., hlm. 72 dan Konstantin S. Nossov, Indian Castles 1206-1526 The Rise and Fall of The Delhi Sultanate (USA: Osprey, 2006), hlm. 7. 9 5 Dinasti ini diperintah pertama kali oleh Harihara I (1336-1357). Vijayanagar pada awalnya menganut agama Hindu namun kemudian beralih menjadi Islam dan pernah tunduk di bawah pemerintahan Dinasti Tuglug. Vijayanagar diperintah oleh beberapa raja besar seperti Krishnadevaraya (1509-1529), Achyutadevaraya (1529-1542), dan Aliya Rama Raja (1542-1565).11 Kelompok Sunni di istana Sultan Akbar memiliki karakteristik menentang segala bentuk inovasi dan perubahan yang terjadi. Berbeda halnya dengan kelompok Syiah yang mengedepankan sikap rasionalitas, keterbukaan dalam menerima inovasi dan tidak menolak adanya pembaharuan asalkan tidak merugikan. Sebagai akibatnya kelompok Syiah di India memiliki pola pemikiran yang bebas dan terbuka. Hal ini bertolak belakang dengan golongan Sunni. Pengaruh Syiah mulai terlihat kembali ketika Sultan Akbar mengundang mereka dalam sebuah diskusi terbatas yang dihadiri para pemuka agama Islam terkenal seluruh India di Diwan i-Khass. 12 Pada awalnya, Diwan i-Khass hanya diperuntukkan bagi kelompok Sunni saja untuk mendiskusikan berbagai persoalan teologi Islam. Turut diundangnya kelompok Syiah pada forum diskusi ini atas perintah Sultan Akbar sendiri. Sultan tidak puas dengan penjelasan ulama tentang hukum kawin mut’ah yang dirasa janggal dan tidak memuaskan. Oleh sebab itu Sultan ingin mengetahui bagaimana pendapat kawin mut’ah dari perspektif kelompok Islam lain, yaitu Syiah. Mayoritas 11 Ibid., hlm. 72. Oleh kalangan orientalis sering disebut dengan istilah Ibadat Khana. Secara terminologis Ibadat bermakna ibadah dan Khana yang berarti rumah. 12 6 ulama Sunni di istana Mughal memutuskan bahwa kawin mut’ah hukumnya tidak diperbolehkan, sementara ulama Syiah memperbolehkan. Forum kelompok Sunni dan Syiah yang diadakan setiap malam Jumat yang pada mulanya bertujuan untuk diskusi keagamaan, lama kelamaan berubah menjadi semacam adu kecerdasan dan saling klaim bahwa kecerdasan satu kelompok lebih unggul dibanding kelompok yang lain. Materi diskusi menjadi tidak sehat dan membuat Sultan Akbar kecewa dan kesal kepada para ulama dan cendekiawan yang hadir. Selama ini kajian tentang Dinasti Mughal sudah banyak dilakukan oleh para sejarawan terutama aspek kegemilangan dari segi politik. Akan tetapi satu hal yang luput dari perhatian para sejarawan terdahulu adalah bagaimana perkembangan aliran keagamaan Islam pada pemerintahan Sultan Akbar terjadi. Aspek keagamaan yang berkembang pada saat itu jarang sekali disinggung, apalagi penjelasan tentang seberapa besar peran Sunni dan Syiah dalam mempengaruhi jalannya roda pemerintahan Mughal dan bagaimana interaksi antar keduanya belum banyak dikaji secara mendalam. Penulisan ini mengkaji fenomena konflik Sunni dan Syiah pada masa pemerintahan Sultan Akbar dengan batasan tahun 1556-1605. Batasan tahun ini penting dilakukan untuk menghindari pembahasan yang melebar terhadap fokus kajian yang diteliti. Di samping itu, pada masa pemerintahan Sultan Akbar konflik Sunni dan Syiah mencapai titik klimaks yang sempat menimbulkan huru-hara dan menggoncangkan stabilitas pemerintah. Konflik yang terjadi antara keduanya merupakan imbas dari trauma politik masa lalu 7 antara Sunni Mughal dengan Syiah Shawafiyah. Kondisi sosial budaya masyarakat India yang pluralis dan sikap Sultan Akbar yang menjunjung tinggi toleransi di India menjadi pemantik meletupnya perselisihan Sunni dan Syiah. Oleh karena itu, penelitian tentang sejauh mana interaksi antara kelompok Sunni dan Syiah pada masa Dinasti Mughal yang menjadi penyebab konflik keduanya serta dampak yang ditmbulkan penting untuk diteliti. Hal ini bertujuan untuk mengisi salah satu mata rantai sejarah yang hilang dan mengungkap hubungan antara kedua kelompok keagamaan yang saling berebut pengaruh di dalam istana Mughal selama pemerintahan Sultan Akbar, bukan hanya dari aspek kebudayaan, melainkan juga dari segi politik. B. Rumusan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada persoalan konflik yang terjadi antara Sunni dan Syiah pada periode pemerintahan Sultan Akbar dengan mengacu pada rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik Sunni dan Syiah pada masa dinasti Mughal terjadi? 2. Bagaimana pengaruh konflik Sunni dan Syiah terhadap kehidupan politik dan sosial budaya Dinasti Mughal? 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sejarah tentang konflik yang terjadi antara kelompok Sunni dan Syiah pada masa pemerintahan Sultan Akbar menarik untuk diteliti kembali. Hal ini mengingat sebagian besar tulisan-tulisan sebelumnya menitik beratkan pada kajian Dinasti Mughal dari segi politik. Pembahasan mengenai sisi perkembangan keagamaan Islam dan keikutsertaan golongan keagamaan dalam pemerintahan masih belum dilakukan. Di samping itu, sebagian penelitian dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat yang melihat Dinasti Mughal dari sudut pandang mereka. Oleh karena itu, penelitian sejarah ini dilakukan agar dapat mengungkapkan adanya konflik antara kelompok Sunni dan Syiah pada periode pemerintahan Sultan Akbar secara menyeluruh dari sudut pandang ketimuran. Bertolak dari asumsi bahwa banyak penelitian tentang sejarah Islam di India khususnya tentang Dinasti Mughal yang perlu diadakan penelitian lebih mendalam, maka kajian ini memiliki arti penting dalam rangka memperkaya khazanah historiografi India. Fokus kajian dalam tesis ini sangat berguna terutama bagi mereka yang berminat meneliti perkembangan aliran-aliran agama Islam di India sebagai satu kekuatan besar yang telah berperan dalam mengisi mata rantai sejarah perkembangan dinasti Islam di India. Perkembangan Islam pada masa Dinasti Mughal memiliki karakteristik yang unik di mana kelompok atau golongan keagamaan memiliki peran yang begitu penting dalam berlangsungnya sebuah pemerintahan. Perebutan dominasi kekuasaan antar golongan keagamaan tidak hanya berpengaruh pada ranah 9 politik, tetapi tidak jarang berimbas juga pada kepribadian penguasa dan kehidupan sosial budayanya. Dengan demikian, hasil penelitian ini, di samping dapat dijadikan sebagai bahan revisi terhadap karya sejarah terdahulu, diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pemahaman umum mengenai pengaruh aliran keagamaan terhadap kehidupan politik Dinasti Mughal terutama selama periode pemerintahan Sultan Akbar. Di samping itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat merangsang peneliti-peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian dengan tema perkembangan sejarah Islam di India. D. Tinjauan Pustaka Kajian mengenai Islam di India telah banyak dilakukan oleh para sejarawan Barat maupun Timur. Akan tetapi penelitian tentang bagaimana konflik Sunni dan Syiah muncul dan berkembang di India khususnya pada masa Mughal belum mendapatkan perhatian dari kalangan sejarawan lokal maupun asing. Para sejarawan terdahulu lebih suka mengungkapkan fakta sejarah yang berkaitan dengan kegemilangan Mughal pada aspek militer dan administrasi pemerintahan, tetapi mengesampingkan perkembangan Sunni dan Syiah. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya sumber-sumber primer yang membahas secara mendalam tentang Sunni dan Syiah. Sejarawan sezaman 10 lebih tertarik untuk menulis hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa ekspansi, militer, pemerintahan, sosial kemasyarakatan, dan bidang seni. Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dan untuk menegaskan posisi penelitian ini, maka perlu dilakukan kajian pustaka. Tinjauan pustaka ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembanding atas tema penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Di samping itu, juga untuk menghindari pengulangan pembahasan antara topik dahulu dengan yang sedang dikaji, sekaligus untuk mengemukakan aspek kebaharuan kajian ini. Salah satu sumber primer yang begitu fenomenal pada masa Mughal dan berisi tentang biografi Sultan Akbar adalah karya Abul Fazl Allami yang berjudul Akbar Nama dan Ain-i-Akhbari. Buku ini telah diterjemahkan dari bahasa Urdu ke dalam bahasa Inggris oleh Susannah Beveridge dan terdiri dari tiga jilid. Kedua buku ini membahas pemerintahan Sultan Akbar secara kronologis dan tematik. Pembahasan tidak hanya terpaku pada aspek penaklukan wilayah tetapi juga menyoroti kondisi sosial budaya masyarakat India. Bagaimana perkembangan keagamaan India pada waktu itu sedikit sekali dibahas dalam buku ini dan hanya dijelaskan secara sepintas. Namun begitu, dari aspek historiografi buku ini perlu dikritik karena berasal dari tulisan Sekretaris dan penasehat pribadi Sultan. Sisi subyektifitas tampak lebih menonjol dibandingkan obyektifitasnya. Pembahasan Sunni dan Syiah hanya dijelaskan secara umum dan sepintas saja. 11 Sumber primer kedua yang penulis gunakan sebagai pembanding adalah karangan Mohammed Karim Feristha yang juga telah diterjemahkan oleh John Briggs dari bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris berjudul History of The Rise of The Mohamedan Power in India Till The Year 1612. Buku ini terdiri dari empat jilid. Pembahasan mengenai Dinasti Mughal dari pemerintahan Sultan Babur hingga periode Sultan Akbar terdapat di jilid kedua. Dalam bukunya Feristha menyajikan tulisan sejarah secara kronologis. Akan tetapi karya ini perlu dikritik apakah fakta-fakta sejarah yang ditulis oleh Feristha berdasarkan hasil pengamatannya sendiri ataukah ia memperoleh data dari orang lain. Feristha datang ke Bijapur, India pada tahun 1589 dan menghabiskan sisa hidupnya mengabdi kepada Sultan Shah Ibrahim Adil II hingga tahun 1611. Atas permintaan Sultan juga Feristha menulis karya sejarah fenomenalnya ini. Fakta sejarah yang disuguhkan oleh Feristha wajib di kritik karena rentang waktu ia ke India dengan pemerintahan Sultan Akbar adalah tigapuluh tiga tahun. Sementara itu, faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah bahwa secara geografis ibu kota Mughal dengan domisili Feristha sangat jauh yakni Delhi dengan Bijapur. Adapun sumber-sumber sekunder yang memiliki tema yang sama yang penulis gunakan sebagai pembanding adalah buku berjudul Akbar: Makers of The Muslim World karangan Andre Wink yang diterbitkan oleh One World Oxford pada tahun 2009 menceritakan biografi singkat Sultan Akbar. Sebagian besar buku ini menfokuskan kajian pada aspek politik dan administrasi negara, dan sedikit sekali menyinggung persoalan perkembangan 12 agama Islam pada masa Sultan Akbar berkuasa. Wink hanya membahas hubungan Sultan Akbar dengan Islam dalam beberapa sub bab saja. Di salah satu sub bab dalam buku ini dijelaskan bagaimana hubungan Akbar dengan Islam secara agak mendetail. Namun sayangnya penulis lebih banyak mengutip pendapat sejarawan lain ketika menyoroti kehidupan keagamaan Sultan Akbar. Bagaimana perkembangan Sunni dan Syiah pada Dinasti Mughal hanya sekilas disinggung. Berikutnya adalah buku karangan Harbans Mukia yang berjudul The Mughals of India yang diterbitkan oleh Blackwell Publishing, Australia pada tahun 2004. Buku ini banyak menyoroti kehidupan istana dan sultan-sultan Mughal dari Babur hingga kejatuhan Mughal. Namun perkembangan agama Islam khususnya paham Sunni dan Syiah tidak banyak dikaji dalam buku ini. Hal ini disebabkan fokus kajian menitikberatkan pada kehidupan sosial budaya di lingkup istana Mughal. Buku lain yang mengkaji tentang perkembangan Syiah di India adalah buku karangan Justins Jones yang berjudul Shia Islam in Colonial India yang diterbitkan oleh Cambridge University Press pada tahun 2012. Buku ini berisi sejarah singkat Syiah dan perkembangannya pada masa kolonial Inggris di India. Buku ini secara keseluruhan membahas bagaimana Syiah dan sistem pengajaran yang mereka anut serta bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Syiah berperan serta dalam menyebarkan ajarannya di India. 13 E. Landasan Teori Dalam mengkaji konflik Sunni dan Syiah pada periode pemerintahan Sultan Akbar, peneliti menggunakan pendekatan sosial budaya dan menggunakan kerangka teori konflik Lewis Coser menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam teori konflik sendiri, konsep wewenang dan posisi memegang faktor sentra. Pendekatan sosial budaya digunakan untuk melihat kondisi masyarakat India pada waktu pemerintahan Sultan Akbar yang melatar belakangi terjadinya konflik yang memunculkan kebijakan-kebijakan yang tidak jarang berakibat pada konflik antara Sunni dan Syiah. Sementara itu, pendekatan sejarah digunakan untuk menganalisa peristiwa secara kronologis. Konsep wewenang dan posisi sebagaimana diungkapkan oleh Dahrendoff memegang peran penting dalam konflik yang mana memang keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang terkecuali secara tidak merata tanpa menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat. Kekuasaan yang selalu memisahkan pihak yang berkuasa dan pihak yang dikuasai juga menjadi faktor penentu terjadinya ketegangan dan pertentangan dalam masyarakat. Konsep inilah yang menjadi titik utama pembahasan penelitian ini.13 Teori konflik Lewis A. Coser bertujuan untuk menganalisis elemenelemen yang dapat menimbulkan konflik baik konflik yang terjadi dalam 13 Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society, (California: Stanford University Press, 1959), hlm. 295-301. 14 kelompok (in-group) maupun konflik antar kelompok (out-group) dengan variabel Sunni dan Syiah dalam kurun waktu pemerintahan Sultan Akbar. Konflik antara kelompok Sunni dan Syiah terjadi sebagai akibat adanya interaksi yang berlangsung secara terus-menerus dari periode pemerintahan Babur yang mencapai klimaksnya pada pemerintahan Sultan Akbar. Konflik yang terjadi antar keduanya berpengaruh terhadap stabilitas politik di India pada waktu itu dan mempengaruhi aspek sosial budaya yang berkembang pada abad ke enam belas. Seperti halnya Simmel, Coser tidak mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia yakin bahwa setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial adalah prematur. Memang Simmel tidak pernah menghasilkan risalah sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx. Namun, Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk menyempurnakan dan mengembangkan bentuk-bentuk atau konsep-konsep sosiologi dimana isi dunia empiris dapat ditempatkan. Meskipun demikian, konflik yang terjadi baik di dalam kelompok maupun antar kelompok tidak semata-mata merugikan dan merusak tatanan pemerintahan Dinasti Mughal. Lewis Coser mengemukakan bahwa konflik tidak serta-merta merusakkan, berkonotasi disfungsional, disintegrasi pada sebuah sistem yang sedang mengalami konflik. Analisis-analisis yang dikemukakan Coser terfokus pada fungsi-fungsi positif konflik sosial dan mencoba menunjukkan akibat-akibat positifnya. Konflik justru menawarkan 15 konsekuensi-konsekuensi positif yang dapat menguntungkan sistem itu sendiri, dalam hal ini adalah pemerintahan Sultan Akbar.14 Terjadinya konflik dalam sebuah sistem justru memiliki kontribusi positif yakni dapat memelihara, menyesuaikan diri atau beradaptasi dalam sebuah hubungan sosial dan di dalam struktur sosial, contohnya, meredakan ketegangan untuk memungkinkan sistem-sistem berlanjut.15 Coser memiliki pandangan bahwa konflik dalam masyarakat merupakan peristiwa normal yang dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial antara elemen yang terdapat dalam sebuah sistem. Meskipun begitu tidak adanya konflik dalam sebuah masyarakat tidak dapat dianggap sebagai indikasi stabilitas hubungan sosial dalam masyarakat. 16 Dalam karyanya, Coser mengklarifikasi dan mengkonsolidasi skema konsep yang berhubungan dengan data konflik sosial yang lebih memfokuskan kepada fungsi daripada disfungsi sosial. 17 Secara garis besar teori fungsi konflik yang dikemukakan Coser adalah:18 1. Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. 14 Artikel Denis Trapido, dalam Binding Conflict: The Competition to Cooperation Switch in Firm Dyads, Stanford University Press, hlm. 3. Lewis A. Coser, The Functions of Social Conflict (New York: The Free Press, 1956), hlm. 45. 15 Coser, Social Conflict, hlm. 151. George Ritzer & Barry Smart, Handbook Teori Sosial terj, Imam Muttaqien cetakan ke-II (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm. 285. 16 Ibid. 17 Hilal Ahmad Wani dalam Understanding Conflict Resolution, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. I, No. 2, Februari, 2011, hlm. 108. 18 Lewis A. Coser, Social Conflict and The Theory of Social Change, The British Journal of Sociology, Vol. VIII, No. 3. September 1957, hlm. 197-207. 16 2. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. 3. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindungi agar tidak melebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya. 4. Katup penyelamat (savety-valve) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. 5. Bila segala sesuatu dianggap sama, konflik antara dua orang yang saling kenal akan menjadi kurang tajam. Coser membedakan konflik yang terjadi dalam sebuah sistem sosial berdasarkan cakupan wilayahnya menjadi in-group conflict (konflik dalam sebuah kelompok) dan out-group conflict (konflik antar kelompok). Sementara itu Coser juga membedakan konflik menjadi realistic conflict dan non-realistic conflict. Coser memandang bahwa konflik in-grup berdampak positif karena dapat membantu elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah kelompok untuk bersamasama membentuk kembali kesatuan dan kepaduan setelah sebelumnya mereka terpecah karena sentimen permusuhan antar anggota kelompok.19 Konflik in-grup ini penulis gunakan dalam menganalisa konflik yang terjadi di masing-masing kubu kelompok Sunni dan Syiah selama masa pemerintahan Sultan Akbar. Sementara itu, untuk menganalisa konflik yang terjadi antara kedua kelompok yaitu Sunni dan Syiah, peneliti menggunakan konflik antar kelompok. 19 Coser, Social Conflict, hlm. 73, 151. 17 Konflik yang timbul karena sikap kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dari para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan disebut dengan konflik realistis.20 Penjabaran konflik ini penulis gunakan dalam menganalisa sentimen permusuhan yang ditunjukkan oleh kelompok Sunni terhadap pemerintahan Bairam Khan sekaligus kepada kelompok Syiah itu sendiri dan sikap Sultan Akbar yang dirasa oleh kelompok Sunni lebih mengutamakan kepentingan kelompok Syiah di istananya. Sementara itu, konflik non-realistis merupakan konflik yang tidak berasal dari saingan antagonis tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan setidaknya dari salah satu pihak.21 F. Metode Penelitian Dalam usaha untuk menjabarkan konflik yang terjadi antara Sunni dan Syiah serta pengaruhnya terhadap sistem politik Mughal pada masa pemerintahan Sultan Akbar penulis menggunakan tahapan-tahapan metode penelitian yang mencakup pengumpulan data (heuristic), kritik sumber (verifikasi), penafsiran (interpretation), dan penulisan (historiografi). 22 Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang mengacu pada sumber tertulis (dokumenter) dengan mencari data dari tulisan-tulisan yang mendukung penelitian. 20 Ibid., hlm. 49. Ibid., hlm. 54. 22 Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 64. 21 18 1. Teknik pengumpulan sumber (heuristic) Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan India khususnya pada periode pemerintahan Sultan Akbar terutama sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang ada di antaranya adalah Akbar Nama, Ain-i-Akhbari karangan Abul Fazl dan telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris oleh Susannah S. Beveridge yang terdiri dari tiga volume, dan karya Badauni berjudul Muntakhabut atTawarikh berbahasa Persia. Sayangnya, buku Muntakhabut Tawarikh tidak berhasil penulis temukan untuk dijadikan sebagai acuan terhadap penelitian ini. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akses ke perpustakaan yang terdapat di India. Penulis buku yang terakhir ini hanya memposisikan dirinya sebagai sejarawan luar istana pada masa itu tetapi sekaligus menjadi orang dekat dengan istana dan banyak terlibat dalam persoalan yang terjadi di dalam istana. Buku lain terdiri dari karangan sejarawan sezaman seperti BaburNama, Humayun-Nama, The History of Deccan, Tabaqat-i-Akhbari, History of The Rise of The Mohamedan Power in India Till 1612, Storia do Mogor serta buku-buku sekunder tulisan sejarawan India maupun dari kalangan orientalis seperti History of India, Tarikh-i-Shahi, The Sultanate of Delhi, Akbar and The Rise of The Mughal Empire, India at The Death of Akbar, The Emperor Akbar vol. i, ii, dan sebagainya. 19 2. Kritik sumber (verification) Dalam tahapan ini ada dua hal utama untuk dipahami dan dilakukan yakni meninjau kembali keaslian dan keshahihan sumber yang terkumpul. Kritik ini sangat penting karena untuk mengetahui di mana dan sebagai apa penulis buku memposisikan dirinya ketika menulis dengan tema tertentu. Apakah ia memposisikan dirinya sebagai sejarawan istana, sejarawan oposisi dengan pemerintahan dan sebagai sejarawan netral yang tidak memihak kepada salah satu kubu. Dengan kritik ini akan dapat diketahui sejauh mana obyektifitas tulisan. Kritik sumber terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern dilakukan dengan menguji bagian-bagian fisik yakni mencocokkan ejaan dan tahun penerbitan sumber tersebut dari segi penampilan luarnya. Kritik intern dilakukan dengan cara membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain (isi sumber). Kritik intern ini dilakukan untuk memperoleh sumber yang kredibel.23 Kritik ekstern penulis lakukan terutama terhadap sumber-sumber primer yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan menggunakan ejaan lama seperti yang terdapat dalam buku karangan Feristha dan Niccolao Manucci. Kesalahan penulisan seperti Akbar ditulis Akbur sering ditemukan dalam kedua buku tersebut. Di samping itu, penulisan nama orang dan nama tempat seringkali ditulis dengan bahasa yang tidak umum dan bisa dimengerti. Kritik intern penulis lakukan ketika menemukan data-data yang tidak memiliki keseragaman dalam menyajikan fakta sejarah antara satu sumber 23 Ibid., hlm. 101. 20 dengan sumber lainnya. Misalnya saja, dalam buku karya Stuart Cary Welch mengatakan bahwa usia Sultan Akbar ketika naik tahta adalah empat belas tahun. Sementara itu, pendapat yang berbeda dikemukakan oleh G. B. Malleson, Ishwari Prasad, J. C. Powell berpendapat bahwa Akbar kala itu berusia tiga belas tahun empat bulan. 3. Interpretasi Interpretasi atau analisis data merupakan tahapan metode penelitian yang dilakukan sebelum memasuki tahapan akhir berupa penulisan sejarah (historiografi). Interpretasi sejarah sering disebut analisis sejarah. Dalam interpretasi terdapat dua cara yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedang sintesis bermakna menyatukan. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumbersumber sejarah yang membahas tentang konflik yang terjadi antara Sunni dan Syiah pada pemerintahan Sultan Akbar. Bersama-sama dengan teori yang dipergunakan disusunlah fakta-fakta sejarah ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.24 Analisis ini penting dilakukan untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi suatu peristiwa terjadi sehingga akan mengacu pada apa, siapa saja yang terlibat dalam sebuah peristiwa, kapan dan di mana peristiwa itu terjadi, serta mengapa peristiwa itu terjadi. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi seorang penguasa atau sekelompok masyarakat melakukan aksi sehingga memunculkan reaksi dari masing-masing elemen yang ada baik di dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat. Interpretasi dengan 24 Ibid., hlm. 73. 21 mengacu pada pertanyaan-pertanyaan di atas diharapkan dapat mengupas apa yang sebenarnya terjadi pada sebuah peristiwa berdasarkan sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan tema penelitian sehingga akan memunculkan jawaban yang mendekati kebenaran (objektif) dengan peristiwa yang terjadi sebenarnya. 4. Historiografi Tahapan terakhir dalam metode penelitian ini adalah penulisan sejarah atau historiografi. Dalam tahap penulisan, peneliti harus bersandar pada kaidah-kaidah tata bahasa yang berlaku saat ini dengan tidak mengesampingkan bobot isi yang ditulisnya. Sistematika penulisan dalam tesis ini dilakukan berdasarkan urutan tahun (hawliyat). Hal ini dipilih karena dengan melakukan penulisan berdasarkan metode hawliyat maka tulisan diharapkan bisa runtut dan sistematis. Selain itu juga untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap tahunnya selama pemerintahan Sultan Akbar. Dari sini akan kita dapati bagaimana perkembangan Sunni dan Syiah hingga menimbulkan konflik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan politik Dinasti Mughal. 22 G. Sistematika Pembahasan Penyajian penelitian dalam bentuk tesis ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, pembahasan dari penelitian dan penutup atau kesimpulan yang terdiri dari lima bab dengan sub bab bahasan yang jumlahnya tidak mengikat dan menguraikan hasil penelitian serta berkaitan antara satu bab dengan bab lainnya. Pada bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teoritis, kerangka metodologis, dan sistematika penulisan. Adapun tujuan dari sistematika pembahasan ini adalah agar pembahasan yang dilakukan dapat berjalan secara kronologis dan sistematis. Hasil penelitian disajikan dalam empat bab berikutnya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pada bab kedua dipaparkan pokok bahasan berkaitan dengan perkembangan sistem pemerintahan Mughal dari masa pemerintahan Babur hingga masa Sultan Akbar. Permasalahan penting yang dibahas dalam bab ini meliputi latar belakang berdirinya Dinasti Mughal pada masa Babur, Humayun, dan Akbar. Untuk pembahasan mengenai Babur dan Humayun, penulis membatasi pembahasan pada sistem pemerintahan yang dianut, penataan administrasi pemerintahan, ekonomi, militer, politik, dan sosial kemasyarakatan. Hal ini penting diuraikan secara lebih rinci dan mendalam untuk mengetahui perkembangan Dinasti Mughal dari aspek pemerintahan. Bab ketiga membahas kondisi sosial keagamaan dan perkembangan agama Islam pada masa Dinasti Mughal. Fokus kajian dalam bab ini menekankan pada 23 aspek individual Sultan Akbar dari segi kepemimpinan maupun kebijakankebijakan yang ia terapkan termasuk di dalamnya kebijakan di bidang keagamaan. Di samping itu perlu untuk dibahas lebih rinci sistem sosial kemasyarakatan dan kondisi keagamaan masyarakat India di bawah kepemimpinan Sultan Akbar. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kondisi sosial kemasyarakatan pada masa Sultan Akbar, maka penulis akan menjabarkan pula perkembangan keagamaan dari masa Babur hingga Sultan Akbar. Bab keempat menitik beratkan pada pembahasan interaksi yang terjadi antara Sunni dan Syiah. Bab ini akan menguraikan tentang kondisi sosial budaya masyarakat India yang berpengaruh terhadap perkembangan agama Islam pada masa Dinasti Mughal berikut hal apa saja yang terjadi pada kedua aliran keagamaan tersebut selama periode Sultan Akbar. Bab ini menekankan pada usaha mengupas secara kritis analitis terhadap konflik yang terjadi antara Sunni dan Syiah baik yang sifatnya ideologi maupun fisik berikut pengaruh konflik terhadap sistem politik Mughal. Bab kelima adalah penutup. Bab terakhir ini terdiri dari dua bagian yakni kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah dari penelitian. Sementara itu, saran berisi anjuran atau masukan terhadap penelitian lain yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang dilakukan. 24 143 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penyebaran dan perkembangan ajaran Syiah di India tidak bisa dilepaskan kaitannya dari besarnya pengaruh dinasti Shafawiyah, Persia. Kedekatan secara geografi antara India dengan Iran memudahkan paham Syiah tumbuh dengan subur di India. Perkembangan ajaran Syiah di India pada mulanya berawal dari hubungan niaga antara keduanya yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama dengan intensitas tinggi. Konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Akbar disebabkan dua faktor, yakni faktor politik dan agama.Perbedaan paham dalam hal ideologi yang kemudian merambah pada dimensi ilmu pengetahuan lain membuat hubungan Sunni dan Syiah berjalan dengan tidak sehat. Perselisihan paham tidak hanya terbatas pada perbedaan pemikiran saja, tetapi meluas hingga bidang sosial budaya di lingkup Mughal. Kondisi yang tidak sehat ini semakin kritis ketika pada tahun 1575 Sultan Akbar sengaja mendirikan sebuah bangunan bernama Diwan-i-Khass sebagai media diskusi antar tokoh agama Islam. Namun, yang terjadi berikutnya justru semakin memperparah konflik antara Sunni dengan Syiah yang sudah ada sebelumnya. Kekecewaan Sultan Akbar atas sikap mereka membuatnya mendeklarasikan sebuah mahzar 1579 yang tiga tahun 144 kemudian disusul dengan memproklamirkan sebuah paham baru dengan istilah Din-e-Ilahi atau biasa disebut dengan Tauhid Ilahi. Konflik Sunni dan Syiah yang mencapai puncaknya pada pemerintahan Sultan Akbar memang sangat mempengaruhi kehidupan politik, dan keagamaan. Namun, meskipun demikian kecakapan Sultan Akbar dalam menjalankan pemerintahan tidak membuat Mughal sampai harus mengalami nasib yang sama dengan leluhurnya, terusir dari India. Banyaknya pemberontakan yang coba dilancarkan oleh politisi Sunni dalam rangka mengalahkan dominasi Syiah tidak membuat kestabilan kekuasaan Mughal goyah. B. Saran Sejarah Islam di India merupakan tema yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam, minat -peneliti Indonesia terhadapnya masih minim sehingga membuat sejarah Islam di India sedikit terabaikan jika dibandingkan dengan kajian mengenai sejarah Islam di Timur Tengah, dan Eropa. Hal ini disebabkan karena minimnya sumber yang bisa diakses ketika hendak mengkaji tentang Islam India. Di sisi lain, dalam perjalanan sejarahnya Indonesia dan India memiliki ikatan emosional dan geografis yang sangat erat. Oleh sebab itu, para pihak terkait bisa mengupayakan mudahnya akses terhadap sumber-sumber sejarah India yang bersifat primer dan sekunder agar bisa memudahkan kajian Islam India. dari situ bisa melahirkan kajian terhadap Islam India secara proprsional. Sementara itu, bagi para peneliti yang melakukan kajian penelitian dengan tema Islam di India 145 sebaiknya memperhatikan kondisi India yang bersifat multi kultural. Hal ini dimaksudkan agar, setiap peneliti dapat menganalisa persoalan yang dikajinya sesuai dengan konteksnya. 146 DAFTAR PUSTAKA I. Buku: Abdurahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. Aceh, Abubakar, Perbandingan Mahzab Syiah: Rasionalisme Dalam Islam, Jakarta: Yayasan Lembaga Penyelidikan Islam, 1965. Adams, W. H. Davenport, Warriors of The Crescent edisi ke-2, London: Hutchinson & Co, 1893. Allami, Abul Fazl, Ain-i-Akhbari Vol. I, II, III, terj. Blochmann, Colonel H.S. Jarret, Calcutta: Baptist Mission Press, 1873. . Akbar Nama Vol. I, II, III, terj. H. Beveridge, Calcutta: Baptist Mission Press, 1907. Annoshahr, Ali, The Ghazi Sultans and The Frontiers of Islam: A Comparative Study of The Late Medieval and Early Modern Periods, London: Rooutledge, 2009. Babur, Zahiruddin Muhammad, Babur Nama: Memoirs of Babur Vol. I, II, terj. Annete Susannah Beveridge, New Delhi: Munshiram Manoharlal Publisher, 1979. Basham, A. L, ed., A Cultural History of India, New York: Oxford University Press, 1975. Borradori, Giovanna, The American Philosopher; Conversation with Quine, Davidson, Putnam, Nozick, Danto, Rorty, Cavell, MacIntyre, and Kuhn, London: The University of Chicago Press, 1991. Begum, Gulbadan, Humayun Nama, terj. Annete Susannah Beveridge, London: Biling & Sons Ltd, 1902. Bernier, Francois, Travels in The Mogul Empire A.D. 1656-1668, Westminster: Archibald Constable, MDCCCXCI. Bokhari, Raana & Mohammad Seddon, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Erlangga, 2010. Chatterjee, Rajeswari, A History of The People of The Subcontinent of India in a Nutshell, Nevada: Frandsen Humanities Press, 2003. Chaudhuri, Jatindra Bimal, Muslim Patronage to Sanskritic Learning Part. 1, Delhi: Idarah-i Adabiyat-i, 2009. 147 Chopra, Pran Nath, Some Aspects of Society & Culture During The Mughal Age 1526-1707, Agra: Shiva Lal Agarwala & Co. Ltd, 1955. Coser, Lewis, The Functions of Social Conflict, New York: The Free Press, 1956. Dale, Stephen F., The Gardens of The Eight Paradises: Babur and The Culture of in Central Asia, Afghanistan and India (1483-1530) Vol. X, Leiden: E.J. Brill, 2004. De Metcalf, Barbara dan Thomas, A Concise History of Modern India edisi kedua, London: Cambridge University Press, 2006. Dughlat, Mirza Muhammad Haidar, Tarikh-i-Rasidi: A History of The Moghuls of Central Asia, terj. E. Denison Ross, London: Sampson Low, Marston &Company, 1895. Edwardes, S. M. & H. L. O. Garret, Mughal Rule in India, London: Oxford University Press, 1930. Elphinstone, Monstuart, The History of India: The Hindu and Mahometan Periods edisi ke-9, London: John Murray, 2013. Eraly, Abraham , The Mughal World: Life in India’s Last Golden Age, New Delhi: Penguins Books, 2007. Faruqi, Munish D., The Princes of The Mughal Empire 1504-1719, New York: Cambridge University Press, 2012. Feristha, Muhammad Karim, History of The Rise of The Mohamedan Power in India Till The Year A.D. 1612 Vol. II, terj. John Briggs, Calcutta: R. Chambray, 1909. Ferrier, J. P., History of The Afghans, London: John Murray, 1858. Feducia, Fideet, Invasions of India From Central Asia, London: Richard Bentlen & Son, 1879. Ghani, Muhammad Abdul, History of Persian Language & Literature at The Mughal Court with a Brief Survey of The Growth of Urdu Language Babur to Akbar: Part I. Babur, Allahabad: The Indian Press Ltd, 1929. Gommans, Jons, Mughal Warfare: Indian Frontiers and High Roads to Empire 1500-170, London: Routledge, 2002. Grenard, Fernand, Baber First of The Moguls, London: Thornton Butterworth, 1931. Grewal, J. S., Religious Movements and Institutions in Medeval India, Inggris: Oxford University Press,… 148 Haig, Wolseley. ed, Turks and Afghans, London: Cambridge University Press, 1928. Hodgson, Marshall G. S., The Venture of Islam. Vol. III: The Gunpowder Empires and Modern Times, London: The University of Chicago Press, 1974. Holden, Edward S., The Moguls Emperors of Hindustan A. D. 1398-A. D. 1707, New York: Charles Scribner’s Son, 1895. Hollister, John Norman, The Shi’a of India. London: Luzac & Company, Ltd. 1953. Howarth, Toby M., The Twelver Shi’a as a Muslims Minority in India: Pulpit of Tears, New York: Routledge, 2005. Hunter, William Wilson, A Brief History of The Indian Peoples edisi ke-2, London: Oxford University Press, 1893. Irvine, William, The Army of The Indian Moghuls: Its Organization and Administration, London: Luzac & Co, 1903. Israr, C., Sejarah Kesenian Islam Jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Jaffar, S. M., The Mughal Empire From Babar to Aurangzeb, Peshawar: S. Muhammad Sadiq Khan, 1936. Jaffar, S. M., Medieval India Under Muslim Kings: The Rise and Fall of The Ghaznawids, India: Muhammad Shadiq Khan Press, 1940. Jones, Justins, Syiah Islam in Colonial India, New York : Cambridge University Press, 2012. Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam 1 & 2, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999. Keene, H.G., History of India: From The Earliest Times to The Present Day vol. I, London: W. H. Ellen & Co, 1893. Lee, Samuel, The Travel’s of Ibn Batuta, London: John Murray, 1829. Lewis, Bernard et. al, The World of Islam: Faith, People, Culture, London: Thames and Hudson, 2010. Madhavananda, Swami dan Ramesh Chandra Majumdar ed., Great Women of India, Himalaya: Swami Ghambhirananda, 1953. Majumdar, Ramesh Chandra, An Advanced History of India, London: Mac Millan and Co, 1953. Malleson, G. B., Akbar and The Rise of The Mughal Empire, Clarendon Press, 1896. Oxford: The Mannuci, Niccolao, Storia do Mogor or Mogul India 1653-1708 Vol. I, terj. William Irvine, London: John Murray, 1907. 149 Marcum, James A., Thomas Kuhn’s Revolution; An Historical Philosophy of Science, London: Continuum, 2005. Maryam, Siti et. al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LP3ES, 2004. Monsutti, Alessandro et. al, The Other Shiites From The Mediterranean to Central Asia, Bern: Offprint, 2007. Moreland, W. H., India at The Death of Akbar: An Economic Study, London: Macmillan & Co, 1920. Mukhia, Harbans, The Mughals of India, Australia: Blackwell Publishing, 2004. Nickles, Thomas, Thomas Kuhn, UK: Cambridge University Press, 2003. Nicolle, David, Mughul India 1504-1761, Inggris: Osprey, 1997. , Medieval Siege Weapons (2): Byzantium, The Isamic World and India AD 476-1526, Inggris: Osprey, 2003. Noer, F. A, The Emperor Akbar: A Contribution Towards The History of India in The 16th Century Vol. I, terj. Annete Susannah Beveridge, Calcutta: Thacker, Spink & Co, 1890. Nossov, Konstantin S., Indian Castles 1206-1526 The Rise and Fall of The Delhi Sultanate, USA: Osprey, 2006. Page, John Burton, Indian Islamic Architecture: Forms and Typologies, Sites and Monuments Vol. XX, Leiden: Brill, 2008. Pant, D, The Commercial Policy of The Moguls, Bombay: D. B. Taraporevala Sons & Co, 1930. Poole, Stanley Lane, Medieval India Under Mohammedan Rule 712-1764, New York: G.P. Putnam’s Sons, 1903. , History of India: Vol. IV From The Reign of Akbar the Great to the Fall of The Moghul Empire. London: The Grolier Society Publishers, 1906. , History of India: Vol. III: Medieval India from The Mohamedan Conquest to the Reign of Akbar The Great, London: The Grolier Society Publishers, 1906. Prawdin, Michael, The Builders of The Mogul Empire, London: George Allen & Unwin Ltd, 1963. Price, J. C. Powell, A History of Indian, London: Thomas Nelson & Sons Ltd, 1955. 150 Prasad, Ishwari, A Short History of Muslim Rule in India: From The Conquest of Islam to The Death of Aurangzeb edisi ke-2, Allahabad: The Indian Press Limited, 1931. Raman, Sita Anantha. Women in India: A Social and Cultural History. California: Santa Barbara. 2009. Rawlinson, H. G., A Concise History of The Indian People, London: Oxford University Press, 1956. Richards, John F., The New Cambridge History of India: The Mughal Empire, UK: Cambridge University Press, 1995. Ritzer, George & Barry Smart, Handbook Teori Sosial terj, Imam Muttaqien cetakan ke-II (Bandung: Nusa Media, 2012. Rizvi, Saiyid Athar Abbas, Religious and Intellectual History of the Muslims in Akbar’s Reign: With Special Reference to Abu’l Fazl 1556-1605, Delhi: Munshiram Manoharlal Publishers Pvt, 1975. Roychoudhury, Makhanlal, The Din-I-Ilahi or The Religion of Akbar, India: Calcutta University Press, 1941. Saran, P., Studies in Medieval Indian History, Delhi: Ranjit Printers & Pubishers, 1952. Sewell, Robert, The Analytical History of India: From The Earliest Times to The Abolition of The Honourable East India Company in 1858, London: W. M. H. Allen & Co., 1870. Sharma, S.R., Mughal Empire in India 1526-1761 Vol. I, Bombay: Karnatak Printing Press, 1934. Sharp, H., Delhi: Its Story and Buildings, London: Oxford University Press, 1921. S. H. M. Elliot, History of India as Told by Its Own Historians: The Muhammadan Period, editor John Downson edisi ke-2, Calcutta: Susil Gupta Ltd. 1952. Sherwani, Haroon Khan, The Bahmanis of The Deccan : An Objective Study, Hyderabad: Saood Manzil Himayatnagar, 1953. Shiddiqi, Iqtidar Husain, Islams and Muslims in South Asia: Historical Perspektif, Delhi: Adam Publisher, 1997. Shiddiqi, Iqtidar Husain, Mughal Relations With The Indian Rulling Elite, New Delhi: Munshiram Manoharlal Publisher, 1983. Shiddiqi, Nourouzzaman, Syi’ah dan Khawarij dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: PLP2M, 1985. 151 Smith, Vincent A., Akbar The Great Mogul 1542-1605, Oxford: Clarendon Press, 1917. Sokah, Umar Assasudin, Din-I-Ilahi ; Kontroversi Keberagaman Sultan Akbar Agung (India 1556-1605 M), Yogyakarta: Ittaqa Press, 1994. Srivastava, Ashirbadi Lal, The Sultanate of Delhi (711-1526 AD): Including The Arab Invasion of Sindh, Hindu Rule in Afghanistan and Causes of the Defeat of The Hindus in Early Medieval Ages, Agra: The Educational Press, 1950. Stein, Burton, A History of India edisi ke-2, UK: Blackwell, 2010. Strnad, Jaroslav, Monetary History of Mughal India as Reflected in Silver Coin Hoards, Prague:..., 2000. Sundaram, Lanka, Mughal Land Revenue System, Inggris: Surrey, 1929. Symond, A.R. ed., Introduction to The Geography and History of India and of The Countries Adjacent edisi ke-2, Madras: American Mission Press, 1845. Thohir, Ajid, Islam di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan dan Bangladesh, Bandung: Humaniora, 2006. Van Noer, Frederick August, The Emperor Akbar: A Contribution Towards The History in the 16th Century, Vol. I terj. Annete Susannah Beveridge. Calcutta: Thacker Spink & Co., 1890. Walsh, Judith E., A Brief History of India. New York: Fact on File, 2006. Welch, Stuart Cary, India Art and Culture 1300-1900 edisi ke-2, New York: Bradford Kelleher, 1986. Welch, Stuart Cary et, al, The Emperor’s Album: Images of Mughal India, New York; The Metropolitan Museum of Art, 1987. Wink, Andre, Akbar: Makers of The Muslim World, Oxford: One World, 2009. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. II. Artikel dan jurnal: Jurnal “South Asian Studies: A Research Journal of South Asian Studies”. Vol. 25, No. 2, July-December, 2010. Artikel Denis Trapido, dalam Binding Conflict: The Competition to Cooperation Switch in Firm Dyads, Stanford University Press. Hilal Ahmad Wani dalam Understanding Conflict Resolution, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. I, No. 2, Februari, 2011, hlm. 108. 152 Lewis A. Coser, Social Conflict and The Theory of Social Change, The British Journal of Sociology, Vol. VIII, No. 3. September 1957. III. Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia. Diakses pada 11 Agustus 2014, jam 12:41. 153 Daftar Tabel: Tabel 1: Jumlah pajak yang diterima Mughal pada masa pemerintahan Babur Sarkar Bhira, Lahore, Sialkot, Dibalpur, dan lain-lain Sirhindi Hisar-Firuza Delhi dan sekitarnya Mewar Mian-wilayat Gwalior Kalpi dan Seondha Qanauj Sambhal Lucknow dan Baskar Khairabad Oud dan Bahraj Jawnpur Karra dan Manikpur Bihar Sarwar Saran Champaran Kandla Tirhut Upeti berupa siver hitam dan tembaga yang diberikan oleh Raja Rupanarain Ranthambor Nagur Raja Bikramajit dari Ranthambor Kalanjar Raja Birsang Raja Bikam Raja Bikam Chand Bhira, Lahore, Sialkot, Dibalpur, dan lain-lain Sirhindi Hisar-Firuza 25 Krore25 3 Laks 33 Tankas 15. 989 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 4 1 1 29 30 69 69 44 29 91 23 28 36 38 39 12 17 0 63 5 55 - 10 90 31. 985 75. 174 50. 254 81. 000 14. 930 76. 919 19 57. 450 55. 950 63. 358 44. 000 82. 433 65. 000 1.369 88. 333 27. 282 60. 000 17. 506 18. 373 86. 060 3 43 2 27 20 33 30. 300 55. 000 50. 000 15. 989 1 1 29 30 31. 985 75. 174 Krore senilai dengan £ 4. 212. 000. Babur, Babur Nama Vol. II, hlm. 521. 154 Delhi dan sekitarnya Mewar Mian-wilayat Gwalior Kalpi dan Seondha Qanauj Sambhal Lucknow dan Baskar Khairabad Oud dan Bahraj Jawnpur Karra dan Manikpur Bihar Sarwar Saran Champaran 3 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 4 1 1 69 69 44 29 91 23 28 36 38 39 12 17 0 63 5 55 50. 254 81. 000 14. 930 76. 919 19 57. 450 55. 950 63. 358 44. 000 82. 433 65. 000 1.369 88. 333 27. 282 60. 000 17. 506 Kandla Tirhut Upeti berupa siver hitam dan tembaga yang diberikan oleh Raja Rupanarain Ranthambor Nagur Raja Bikramajit dari Ranthambor Kalanjar Raja Birsang Raja Bikam Raja Bikam Chand - 10 90 18. 373 86. 060 - 43 2 27 20 - 30. 300 55. 000 50. 000 - 155 Tabel 2: Penerimaan jumlah pajak dinasti Mughal dari masa Sultan Akbar sampai pemerintahan Aurangzeb.26 Pemerintahan Tahun Sultan Akbar 1594 1605 1628 1648 1655 1667 1697 Jahangir Shah Jahan Aurangzeb Jumlah pendapatan dari pajak tanah dalam satuan Euro (£) £ 18.650.000 £ 19.430.000 £ 19.680.000 £ 24.750.000 £ 30.000.000 £ 30.850.000 £ 43.500.000 Tabel 3: Gaji tentara Mughal pada masa pemerintahan Sultan Akbar Mansabdar 10.000 5.000 1.000 500 100 10 26 Jumlah gaji tentara per bulan dalam satuan Rupee Kelas atas Kelas menengah Kelas bawah 60.000 30.000 29.000 28.000 8.200 8.100 8.000 2.500 2.300 2.100 700 600 500 100 82,5 75 Poole, Medieval India, hlm. 262. 156