konflik sunni dan syiah di india pada masa sultan akbar 1556-1605

advertisement
KONFLIK SUNNI DAN SYIAH DI INDIA PADA MASA
SULTAN AKBAR
1556-1605
Oleh:
Fitri Sari Setyorini
NIM: 1220510094
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister Humaniora
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Sejarah dan Kebudayaan Islam
YOGYAKARTA
2014
i
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
            
         
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Qs. Al-Hujurat: 13.
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan untuk keluarga dan kawan seperjuangan
viii
ABSTRAK
Mughal merupakan dinasti Muslim terbesar yang pernah berkuasa di India.
Salah satu periode keemasan Mughal terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar
yang memerintah dari tahun 1556-1605. Pada periode ini kejayaan Mughal tidak
hanya dibuktikan dengan luasnya wilayah India yang berhasil ditaklukan, tetapi
juga majunya pemerintahan Mughal dari segala segi. Hampir di semua sektor
kehidupan, Sultan Akbar berhasil membawa Mughal menjadi salah satu dinasti
Muslim terbesar sehingga pantas disejajarkan dengan dinasti Islam lainnya,
Shafawiyah, dan Turki Usmani.Perkembangan agama Islam pada masa
pemerintahan Sultan Akbar mengalami pasang surut dan tidak jarang berujung
pada konflik antara satu golongan dengan golongan yang lain. Meskipun benihbenih perselisihan telah terjadi sejak periode pemerintahan Sultan Babur, namun
perselisihan di antara mereka mencapai puncaknya pada masa pemerintahan
Sultan Akbar. Tesis ini memfokuskan pembahasan kepada sebab terjadinya
konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar dan
dampak yang ditimbulkan akibat konflik. Untuk menganalisa permasalahan
konflik yang terjadi penulis menggunakan kerangka teori The Function of Social
Conflict dari Lewis A. Coser.
Konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada pemerintahan Sultan Akbar
merupakan titik klimaks dari perselisihan keduanya yang terjadi sejak
pemerintahan Sultan Babur. Faktor agama dan politik menjadi faktor utama yang
menjadi penyebab semakin runcingnya konflik keduanya karena saling
memperebutkan pengaruh politik di dalam istana Mughal. Di samping itu kondisi
heterogenitas masyarakat India menjadi faktor lain penyebab konflik keduanya.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosial budaya dan
teori The Function of Social Conflict dari Lewis A. Coser sebagai alat analisa
pembahasan konflik Sunni-Syiah pada masa pemerintahan Sultan Akbar.
Pendekatan sosial budaya digunakan untuk melihat aspek pluralisme masyarakat
India pada waktu itu. Sementara itu, teori Lewis A. Coser berfungsi sebagai
wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dalam
teorinya Coser mengemukakan gagasan bahwa konflik tidak selalu berdampak
negatif dan merusakkan sistem itu sendiri. Teori Coser menitik beratkan pada
fungsi-fungsi positif dan akibat-akibat positif konflik dalam masyarakat. Konflik
yang terjadi baik di kalangan intern sebuah kelompok maupun antar kelompok
justru bisa menguntungkan sistem itu sendiri. Konflik Sunni-Syiah merupakan
peristiwa normal yang dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial
antar elemen dalam sistem pemerintahan Mughal itu sendiri.
Keyword: Sultan Akbar, Mughal, 1556-1605, Sunni, Syiah, Teori
Konflik, Lewis A. Coser.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Nomor 158 Tahun 1987 dan
Nomor: 0543b/u/1987:
A. Lambang Konsonan
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
‫ا‬
Alif
Tidak
dilambangkan
tidak dilambangkan
‫ب‬
ba’
b
be
‫ت‬
ta’
t
te
‫ث‬
tsa’
ŝ
s (dengan titik di atas)
‫ج‬
jim
j
je
‫ح‬
ha
h
ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬
kha
kh
ka dan ha
‫د‬
dal
d
de
‫ذ‬
żal
ż
ze (dengan titik atas)
‫ر‬
ra’
r
er
‫ز‬
zai
z
zet
‫س‬
sin
s
es
‫ش‬
syin
sy
Es dan ye
‫ص‬
sad
ş
s (dengan titik di bawah)
x
‫ض‬
dad
d
de (dengan titik di bawah)
‫ط‬
ta’
t
te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬
za’
z
zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬
‘ain
‘
koma terbalik di atas
‫غ‬
ghain
g
ge
‫ف‬
fa’
f
ef
‫ق‬
qaf
q
qi
‫ك‬
kaf
k
ka
‫ل‬
lam
l
el/al
‫م‬
mim
m
em
‫ن‬
nun
n
en
‫و‬
wawu
w
we
‫ه‬
ha’
h
ha
‫ء‬
hamzah
‘
apostrof
‫ي‬
ya’
y
ye
B. Lambang Vokal
1. Syaddah atau tasydid
Tanda syaddah atau tasydiddalam bahasa Arab dilambangkan menjadi
huruf ganda atau rangkap, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi
‫ﻣﺘﻌ ّﺪدة‬Contoh :
tanda tasydid.
‫رﺑّﻨﺎ‬
ditulis
ditulis
xi
Muta’addidah
Rabbana
2. Ta’ Marbuttah di akhir kata
a. Bila dimatikan atau mendapat harakat sukun, maka ditulis (h) :
‫ﺣﻜﻤﺔ‬
Ditulis
Hikmah
‫ﺟﺰﯾﺔ‬
Ditulis
Jizyah
( Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali
bila dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
‫اﻷوﻟﯿﺎء ﻛﺮاﻣﺔ‬
Karamah al-auliya’
Ditulis
c. Bila ta’ marbuttah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dammah ditulis (t):
‫اﻟﻔﻄﺮزﻛﺎة‬
Zakat al-fitri atau Zakatul fitri
Ditulis
3. Vokal Pendek (Tunggal)
---- َ◌----
Fathah
ditulis
A
----◌---ِ
Kasrah
ditulis
I
---- ُ◌----
Dammah
ditulis
U
4. Vokal Panjang (maddah)
1.
2.
3.
Fathah + alif
‫ﺟﺎھﻟﯿﮫ‬
Fathah + ya' mati
‫ﺗﻨـﺴﻰ‬
Kasrah + ya' mati
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
xii
a (dengan garis di atas)
jāhiliyyah
a (dengan garis di atas)
tansa
ī (dengan garis di atas)
‫ﻛﺮﯿم‬
Dammah + wawu mati
‫ﻓﺮﻮﺾ‬
4.
ditulis
ditulis
ditulis
karīm
ū (dengan garis di atas)
furūd}
5. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut :
1.
Fathah + ya’ mati
‫ﺑﯿﻨﻜﻢ‬
Fathah + wawu mati
‫ﻗﻮل‬
2.
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
6. Hamzah
Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan
dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di
tengah dan akhir kata, namun apabila terletak di awal kata, maka hamzah
tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh :
‫أأﻧﺘﻢ‬
‫أﻋ ّﺪت‬
‫ﻟﺌﻦ ﺷﻜﺮﺗﻢ‬
Ditulis
Ditulis
Ditulis
a’antum
u’iddat
la’in syakartum
7. Kata Sandang Alif + Lam
a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah disesuaikan
transliterasinya dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai
pula dengan bunyinya. Bila diikuti oleh huruf syamsiyah maupun
qomariyah, maka kata sandang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-). Contoh :
xiii
‫اﻟﻘﺮآن‬
‫اﻟﻘﯿﺎس‬
Ditulis
Ditulis
al-Qur'ān
al-Qiyās
b. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah ditulis sesuai dengan
bunyinya yaitu huruf l (el)nya diganti huruf yang sama dengan huruf
yang langsung mengikuti kata sandang. Contoh :
‫اﻟﺴﻤﺎء‬
Ditulis
as-Samā'
‫اﻟﺸﻤﺲ‬
Ditulis
asy-Syams
8. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il , isim maupun huruf ditulis terpisah.
Hanya kata-kata tertentu yang penyusunannya dengan huruf Arab sudah
lazim dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf Arab atau harakat
yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penyusunan kata tersebut
bisa dirangkaikan juga bisa terpisah dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh :
‫ذوى اﻟﻔﺮوض‬
Ditulis
Zawi al-furud
‫اﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬
Ditulis
Ahl as-sunnah
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu
tajwid.
xiv
KATA PENGANTAR
    
    
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan
kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulillah, berkat rahmat dan pertolongan Allah penulis
dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Magister Humaniora program studi Agama dan Filsafat, konsentrasi Sejarah
Kebudayaan Islam, Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Adapun judul tesis ini adalah KONFLIK SUNNI DAN SYIAH DI INDIA
PADA MASA SULTAN AKBAR TH. 1556-1605. Penulis menyadari bahwa
tesis ini jauh dari sempurna dan tidak dapat terwujud tanpa dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, M.A. selaku Rektor UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya.
2. Prof. Dr. H. Khairuddin Nasution, M.A. selaku Direktur
Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya.
3. Dr. Much Nur Ichwan, M.A. selaku ketua prodi Agama dan
Filsafat Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta
stafnya.
4. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
sertapengarahan kepada penulis.
5. Dr. Nurul Hak selaku penguji yang telah memberikan banyak saran
dan masukan dalam tesis ini.
6. Kepala beserta staf perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Yayasan
Hatta, Kolese Ignatius, dan semua pihak yang telah membantu
pengadaan kelengkapan data guna terselesaikannya tesis ini.
7. Ayah, bunda, keluarga besar, dan teman-teman tercinta atas
dukungannya baik moril maupun materiil.
8. Belahan jiwa saya, Cookies, yang selalu ada dalam suka dan duka
dan mengajarkan untuk senantiasa tetap di jalan-Nya, sabar,
xv
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PENGESAHAN DIREKTUR ............................................................................ ii
NOTA DINAS PEMBIMBING.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... iv
HALAMAN BEBAS PLAGIASI ....................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x
KATA PENGANTAR ......................................................................................... xv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 9
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
E. Landasan Teori ............................................................................. 14
F. Metode Penelitian......................................................................... 19
G. Sistematika Pembahasan .............................................................. 23
BAB II : SISTEM PEMERINTAHAN DINASTI MUGHAL
A. Peta Politik India SebelumInvasi Babur ....................................... 25
B. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Mughal .................................. 30
C. Administrasi Pemerintahan ........................................................... 50
D. Ekonomi ....................................................................................... 54
E. Militer ........................................................................................... 55
F. Ilmu Pengetahuan danArsitektur .................................................. 56
BAB III : KONDISI SOSIAL KEAGAMAAN PADA MASA
KEPEMIMPINAN SULTAN AKBAR
A. Kepemimpinan Sultan Akbar ........................................................ 61
1. Kondisi Sosial Masyarakat................................................ 62
2. Administrasi pemerintahan ............................................... 64
3. Perpajakan ......................................................................... 69
4. Divisi Pelayanan Publik (Public Service Divisions) ......... 72
5. Militer................................................................................ 73
6. Ekonomi ............................................................................ 78
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni .................................. 83
C. Perkembangan Agama Islam......................................................... 88
1. Sunni................................................................................ 89
xvii
2. Syiah ................................................................................ 90
3. Filsafat ............................................................................. 94
4. Tasawwuf ........................................................................ 94
BAB IV : DIALOG ANTARA SUNNI DAN SYIAH PADA MASA SULTAN
AKBAR
A. Latar Belakang Terjadinya Konflik.............................................. 99
1. Latar Belakang Politik ..................................................... 99
2. Latar Belakang Keagamaan............................................. 100
B. Bentuk-bentuk Konflik Sunni dan Syiah ..................................... 102
1. Konflik Intern ................................................................... 103
2. Konflik Ektern............................................................108
C. Faktor-faktor Penyebab Konflik Sunni dan Syiah ....................... 135
1. Faktor Politik ................................................................... 135
2. Faktor Agama .................................................................. 136
D. Pengaruh Konflik Sunni Syiah Terhadap Sistem Kebijakan
Mughal ........................................................................................... 137
1. Kebijakan Politik ............................................................. 137
2. Kebijakan Keagamaan terhadap umat Islam ................... 138
BAB V : PENUTUP ......................................................................................... 143
A. Kesimpulan .................................................................................. 143
B. Saran ............................................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 146
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 153
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 156
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam masuk dan berkembang di India melalui sebuah proses sejarah
yang panjang. Pada awalnya peran pedagang Arab dalam memperkenalkan
Islam di India begitu besar. Jauh sebelum kedatangan pasukan Muslim ke
tanah Hindustan, Islam telah dianut oleh sebagian kecil masyarakat India
terutama yang mendiami kawasan pesisir, seperti Goa dan Gujarat. Invasi
yang dilakukan oleh Muhammad bin Qasim dan penakluk-penakluk Muslim
setelahnya semakin mengukuhkan keberadaan Islam secara politik dengan
mendirikan dinasti-dinasti di India.1
Pada perkembangannya, agama Islam melahirkan aliran-aliran karena
munculnya perbedaan pemahaman. Di antara aliran yang menonjol adalah
Sunni dan Syiah. Perbedaan pemahaman baik di bidang ideologi maupun
1
Pasukannya berhasil tiba di daerah Debal sebelum tahun 711. Pelabuhan Debal
merupakan pelabuhan komersial dan ramai pada saat itu. Pelabuhan ini terletak di dekat
Karachi. Pada waktu itu penguasa kawasan ini yang juga meliputi Sind adalah penguasa
Hindu bernama Raja Dahir. Pada waktu itu jumlah pasukan yang dibawa Muhammad ibn
Qasim adalah 15.000 , terdiri dari 6.000 pasukan berkuda dari Syria, 6.000 pasukan unta dan
3.000 kereta pengangkut barang-barang logistik perang. Burton Stein, A History of India edisi
kedua (UK: Blackwell, 2010), hlm. 129. Judith E. Walsh, A Brief History of India (New
York: Fact on File, 2006), hlm. 61. W. W. Hunter, A Brief History of The Indian People edisi
ketiga (London: Tubner, 1883), hlm. 98-99. Ashirbadi Lal Srivastava, The Sultanate of Delhi
(711-1526 AD): Including The Arab Invasion of Sindh, Hindu Rule in Afghanistan and
Causes of the Defeat of The Hindus in Early Medieval Ages (Agra: The Educational Press,
1950), hlm. 14.
1
politik terutama terjadi setelah wafatnya Khalifah Ali ibn Abi Thalib. Dalam
perkembangan sejarahnya, Sunni dan Syiah
tidak jarang saling berebut
pengaruh dalam sebuah dinasti Islam, baik dalam ranah politik maupun sosial
budaya. Pengaruh yang lebih kuat mendapatkan kekuasaan yang lebih besar
dibandingkan kelompok lain. Pengaruh mereka mendominasi istana, mereka
memiliki peran vital dalam menentukan arah kebijakan pemerintahan.
Pengaruh faham Sunni dan Syiah di India tidak terlepas dari proses
interaksi antara Muslim pendatang dengan masyarakat lokal. Secara alamiah
interaksi yang terjadi secara terus-menerus membuat Islam dianut oleh
sebagian masyarakat India. Penduduk India yang melakukan konversi
keagama Islam disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama, pengakuan atas
kesetaraan dalam Islam. Pada umumnya pelaku konversi adalah masyarakat
dari kasta rendah seperti kasta Sudra dan Paria. Ajaran Islam yang
memandang bahwa derajat manusia itu sama dan yang membedakan hanyalah
tingkat ketaqwaan seseorang membuat masyarakat dari kedua kasta ini beralih
untuk memeluk Islam. Sementara itu, dalam ajaran Hindu sistem kasta sangat
tegas membedakan status sosial penganutnya. Faktor kedua, adanya konflik
yang terjadi secara terus-menerus antara penganut Budha dan Hindu di India.2
Banyak warga Budha yang diperlakukan secara keji oleh penguasa
Hindu. Oleh karena itu, mereka mengharapkan adanya kekuatan luar yang
lebih besar dari kekuatan Hindu untuk membebaskan mereka dari
kesewenang-wenangan penguasa Hindu. Setelah Islam datang dengan
2
Srivastava, The Sultanate of Delhi, hlm.18.
2
kekuatan besar dan banyak menaklukkan wilayah India yang sebelumnya
dikuasai oleh Hindu, masyarakat Budha berbondong-bondong masuk Islam
karena menganggap bahwa Islamlah yang telah membebaskan mereka dari
penindasan penguasa Hindu.3
Sunni dan Syiah menjadi semakin berkembang seiring dengan
penaklukan India oleh pasukan Muslim dan banyaknya warga lokal yang
masuk Islam. Di India, Sunni dan Syiah sering terlibat dalam konflik politik.
Hal ini sudah terjadi sejak masa pemerintahan Dinasti Ghaznawi. Meskipun
begitu, konflik yang terjadi antara keduanya masih bersifat terselubung.4 Baru
pada era pemerintahan Mughal terutama periode Sultan Akbar, persaingan
pengaruh kedua kelompok tersebut semakin kentara dan tidak berlangsung
secara sembunyi-sembunyi seperti yang terjadi pada masa sebelumnya.5
Persaingan pengaruh Sunni dan Syiah di istana Mughal berawal dari
pengangkatan Jalaluddin Muhammad Akbar pada usia belia. Hal ini terjadi
karena kematian Humayun begitu mendadak yang disebabkan oleh
kecelakaan. Karena faktor usia dan pengalamannya yang minim dalam
mengelola ketatanegaraan, maka untuk sementara waktu secara de facto
3
Ibid.
Mahmud Ghazni terkenal akan aksinya dalam penghancuran kuil-kuil Hindu di
Kanauj, Mathura, Nagarkot, Somnath (Gujarat) dan Thneswar. Dari sana dia mendapatkan
harta rampasan berupa emas, perak, dan para budak. Pada tahun 1025 harta rampasan tersebut
dibawa ke istananya di Ghazna (sekarang Afghanistan). Pada waktu itu Mahmud
menyombongkan dirinya dengan mengatakan telah membunuh 50.000 orang kafir dan 50.000
Muslim yang dianggapnya telah melakukan perbuatan bid’ah. Sultan Mamud Ghazni
meninggal di Ghazna pada 1030 M. Hunter, India, hlm. 103. Stein, India, hlm. 130. Walsh, A
Brief History, 2006), hlm. 62.
4
5
Stuart Cary Welch, India Art and Culture 1300-1900 ed.II ( New York: Bradford
Kelleher. 1986) hlm. 118. Walsh, India,hlm. 73.
3
kendali atas pemerintahan Mughal berada di bawah Bairam Khan yang
menjadi wali setelah kematian Humayun. Sultan Akbar baru bisa menjalankan
kekuasaannya secara penuh setelah menyingkirkan Bairam Khan dan
memerintah Mughal secara mutlak pada tahun 1560 hingga tahun 1605.6
Bairam Khan yang menjabat sebagai komandan pasukan tertinggi
Mughal adalah penganut Syiah fanatik. Pengaruh Syiah begitu besar selama
periode pemerintahannya. Hampir semua jabatan pemerintahan dipegang oleh
orang-orang Syiah yang sebagian besar berasal dari Persia dan hijrah ke India
bersama dengan pasukan Humayun. Salah satu jabatan yang memegang
peranan penting di istana dan berpengaruh terhadap segala kebijakan terhadap
umat Islam di India adalah Sadr as-Sudr. Bairam Khan masa pemerintahannya
mengangkat seorang Syiah bernama Shaikh Gudai untuk menduduki posisi
ini. 7 Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena Sultan Akbar segera
menyadari usaha Bairam Khan yang ingin menjadikan paham Syiah sebagai
ideologi resmi Mughal, seperti yang terjadi pada Dinasti Shafawiyah, Persia,
segera mengirimnya ke Mekkah agar pengaruhnya tidak semakin kuat di
istana.
Dengan disingkirkannya Bairam Khan oleh Sultan Akbar, pengaruh
Syiah secara drastis berkurang dan kelompok Sunni bangkit kembali dengan
menduduki pos-pos penting dalam pemerintahan Mughal. Akbar yang
walaupun lahir dari ibu yang berasal dari Persia, namun secara ideologi dia
6
Ibid., hlm. 73.
Makhanlal Roychoudhury, The Din-I-Ilahi or The Religion of Akbar (India: Calcutta
University Press, 1941), hlm. 130.
7
4
adalah Sunni. Semua jabatan dalam pemerintahan yang tadinya dikendalikan
oleh orang-orang Syiah sekarang digantikan oleh orang-orang Sunni.
Kefanatikan kelompok Sunni di istana Akbar dalam menekan perkembangan
pengaruh Syiah terjadi secara terus-menerus di bidang pemerintahan. Jabatan
Sadr as-Sudr kemudian dijabat oleh orang Sunni, Shaikh Abdul Nabi dan
Shaikh-al Islam dijabat oleh Mukhdum ul-Mulk
posisi
Sultanpuri.
8
oleh Abdullah
Akibatnya, posisi orang-orang Syiah semakin terjepit di
pemerintahan Mughal. Mereka tidak diizinkan untuk ikut berpartisipasi dalam
pemerintahan dan kegiatan keagamaan di istana. Pergeseran pengaruh Syiah
ke Sunni ini terjadi dalam kurun waktu tahun 1564-1578.9
Sebelum Dinasti Mughal berkuasa, di India sudah terdapat dinastidinasti Muslim yang telah menjadikan paham Sunni maupun Syiah sebagai
ideologi resmi negara. Dinasti Ghaznawi, Ghuri dan Kesultanan Delhi adalah
dinasti yang mengusung paham Sunni sebagai ideologi resmi kerajaan.
Sementara Kesultanan Bahmani yang didirikan oleh Aladdin Hasan Bahman
Shah (1347-1358) menganut faham Syiah sebagai agama negara dengan pusat
pemerintahan yang terletak di Gulbarga (1347-1425) dan Bidar (1425-1527).
Pada tahun 1518 Kesultanan Bahmani terpecah menjadi lima kesultanan yakni
Ahmadnagar, Berar, Bidar, Bijapur dan Golconda. Kesemuanya tunduk pada
dinasti Mughal. 10 Dinasti yang menganut faham Syiah adalah Vijayanagar.
8
Ibid., hlm. 122.
Ibid., hlm. 131.
10
Ibid., hlm. 72 dan Konstantin S. Nossov, Indian Castles 1206-1526 The Rise and Fall
of The Delhi Sultanate (USA: Osprey, 2006), hlm. 7.
9
5
Dinasti ini diperintah pertama kali oleh Harihara I (1336-1357). Vijayanagar
pada awalnya menganut agama Hindu namun kemudian beralih menjadi Islam
dan pernah tunduk di bawah pemerintahan Dinasti Tuglug. Vijayanagar
diperintah oleh beberapa raja besar seperti Krishnadevaraya (1509-1529),
Achyutadevaraya (1529-1542), dan Aliya Rama Raja (1542-1565).11
Kelompok Sunni di istana Sultan Akbar memiliki karakteristik
menentang segala bentuk inovasi dan perubahan yang terjadi. Berbeda halnya
dengan kelompok Syiah yang mengedepankan sikap rasionalitas, keterbukaan
dalam menerima inovasi dan tidak menolak adanya pembaharuan asalkan
tidak merugikan. Sebagai akibatnya kelompok Syiah di India memiliki pola
pemikiran yang bebas dan terbuka. Hal ini bertolak belakang dengan golongan
Sunni.
Pengaruh Syiah mulai terlihat kembali ketika Sultan Akbar mengundang
mereka dalam sebuah diskusi terbatas yang dihadiri para pemuka agama Islam
terkenal seluruh India di Diwan i-Khass. 12 Pada awalnya, Diwan i-Khass
hanya diperuntukkan bagi kelompok Sunni saja untuk mendiskusikan berbagai
persoalan teologi Islam. Turut diundangnya kelompok Syiah pada forum
diskusi ini atas perintah Sultan Akbar sendiri. Sultan tidak puas dengan
penjelasan ulama tentang hukum kawin mut’ah yang dirasa janggal dan tidak
memuaskan. Oleh sebab itu Sultan ingin mengetahui bagaimana pendapat
kawin mut’ah dari perspektif kelompok Islam lain, yaitu Syiah. Mayoritas
11
Ibid., hlm. 72.
Oleh kalangan orientalis sering disebut dengan istilah Ibadat Khana. Secara
terminologis Ibadat bermakna ibadah dan Khana yang berarti rumah.
12
6
ulama Sunni di istana Mughal memutuskan bahwa kawin mut’ah hukumnya
tidak diperbolehkan, sementara ulama Syiah memperbolehkan.
Forum kelompok Sunni dan Syiah yang diadakan setiap malam Jumat
yang pada mulanya bertujuan untuk diskusi keagamaan, lama kelamaan
berubah menjadi semacam adu kecerdasan dan saling klaim bahwa kecerdasan
satu kelompok lebih unggul dibanding kelompok yang lain. Materi diskusi
menjadi tidak sehat dan membuat Sultan Akbar kecewa dan kesal kepada para
ulama dan cendekiawan yang hadir.
Selama ini kajian tentang Dinasti Mughal sudah banyak dilakukan oleh
para sejarawan terutama aspek kegemilangan dari segi politik. Akan tetapi
satu hal yang luput dari perhatian para sejarawan terdahulu adalah bagaimana
perkembangan aliran keagamaan Islam pada pemerintahan Sultan Akbar
terjadi. Aspek keagamaan yang berkembang pada saat itu jarang sekali
disinggung, apalagi penjelasan tentang seberapa besar peran Sunni dan Syiah
dalam mempengaruhi jalannya roda pemerintahan Mughal dan bagaimana
interaksi antar keduanya belum banyak dikaji secara mendalam.
Penulisan ini mengkaji fenomena konflik Sunni dan Syiah pada masa
pemerintahan Sultan Akbar dengan batasan tahun 1556-1605. Batasan tahun
ini penting dilakukan untuk menghindari pembahasan yang melebar terhadap
fokus kajian yang diteliti. Di samping itu, pada masa pemerintahan Sultan
Akbar konflik Sunni dan Syiah mencapai titik klimaks yang sempat
menimbulkan huru-hara dan menggoncangkan stabilitas pemerintah. Konflik
yang terjadi antara keduanya merupakan imbas dari trauma politik masa lalu
7
antara Sunni Mughal dengan Syiah Shawafiyah. Kondisi sosial budaya
masyarakat India yang pluralis dan sikap Sultan Akbar yang menjunjung
tinggi toleransi di India menjadi pemantik meletupnya perselisihan Sunni dan
Syiah.
Oleh karena itu, penelitian tentang sejauh mana interaksi
antara
kelompok Sunni dan Syiah pada masa Dinasti Mughal yang menjadi penyebab
konflik keduanya serta dampak yang ditmbulkan penting untuk diteliti. Hal ini
bertujuan untuk mengisi salah satu mata rantai sejarah yang hilang dan
mengungkap hubungan antara kedua kelompok keagamaan yang saling
berebut pengaruh di dalam istana Mughal selama pemerintahan Sultan Akbar,
bukan hanya dari aspek kebudayaan, melainkan juga dari segi politik.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada persoalan konflik yang terjadi antara
Sunni dan Syiah pada periode pemerintahan Sultan Akbar dengan mengacu
pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik
Sunni dan
Syiah pada masa dinasti Mughal terjadi?
2. Bagaimana
pengaruh konflik Sunni dan Syiah terhadap kehidupan
politik dan sosial budaya Dinasti Mughal?
8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejarah tentang konflik yang terjadi antara kelompok Sunni dan Syiah
pada masa pemerintahan Sultan Akbar menarik untuk diteliti kembali. Hal ini
mengingat sebagian besar tulisan-tulisan sebelumnya menitik beratkan pada
kajian Dinasti Mughal dari segi politik. Pembahasan mengenai sisi
perkembangan keagamaan Islam dan keikutsertaan golongan keagamaan
dalam pemerintahan masih belum dilakukan. Di samping itu, sebagian
penelitian dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat yang melihat Dinasti Mughal
dari sudut pandang mereka. Oleh karena itu, penelitian sejarah ini dilakukan
agar dapat mengungkapkan adanya konflik antara kelompok Sunni dan Syiah
pada periode pemerintahan Sultan Akbar secara menyeluruh dari sudut
pandang ketimuran.
Bertolak dari asumsi bahwa banyak penelitian tentang sejarah Islam di
India khususnya tentang Dinasti Mughal yang perlu diadakan penelitian lebih
mendalam, maka kajian ini memiliki arti penting dalam rangka memperkaya
khazanah historiografi India. Fokus kajian dalam tesis ini sangat berguna
terutama bagi mereka yang berminat meneliti perkembangan aliran-aliran
agama Islam di India sebagai satu kekuatan besar yang telah berperan dalam
mengisi mata rantai sejarah perkembangan dinasti Islam di India.
Perkembangan Islam pada masa Dinasti Mughal memiliki karakteristik yang
unik di mana kelompok atau golongan keagamaan memiliki peran yang begitu
penting dalam berlangsungnya sebuah pemerintahan. Perebutan dominasi
kekuasaan antar golongan keagamaan tidak hanya berpengaruh pada ranah
9
politik, tetapi tidak jarang berimbas juga pada kepribadian penguasa dan
kehidupan sosial budayanya.
Dengan demikian, hasil penelitian ini, di samping dapat dijadikan
sebagai bahan revisi terhadap karya sejarah terdahulu, diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pemahaman umum mengenai pengaruh
aliran keagamaan terhadap kehidupan politik Dinasti Mughal terutama selama
periode pemerintahan Sultan Akbar. Di samping itu, dengan adanya penelitian
ini diharapkan dapat merangsang peneliti-peneliti berikutnya untuk melakukan
penelitian dengan tema perkembangan sejarah Islam di India.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian mengenai Islam di India telah banyak dilakukan oleh para
sejarawan Barat maupun Timur. Akan tetapi penelitian tentang bagaimana
konflik Sunni dan Syiah muncul dan berkembang di India khususnya pada
masa Mughal belum mendapatkan perhatian dari kalangan sejarawan lokal
maupun asing. Para sejarawan terdahulu lebih suka mengungkapkan fakta
sejarah yang berkaitan dengan kegemilangan Mughal pada aspek militer dan
administrasi pemerintahan, tetapi mengesampingkan perkembangan Sunni dan
Syiah. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya sumber-sumber primer yang
membahas secara mendalam tentang Sunni dan Syiah. Sejarawan sezaman
10
lebih tertarik untuk menulis hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa ekspansi,
militer, pemerintahan, sosial kemasyarakatan, dan bidang seni.
Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dan untuk
menegaskan posisi penelitian ini, maka perlu dilakukan kajian pustaka.
Tinjauan pustaka ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembanding atas tema
penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Di samping itu,
juga untuk menghindari pengulangan pembahasan antara topik dahulu dengan
yang sedang dikaji, sekaligus untuk mengemukakan aspek kebaharuan kajian
ini.
Salah satu sumber primer yang begitu fenomenal pada masa Mughal dan
berisi tentang biografi Sultan Akbar adalah karya Abul Fazl Allami yang
berjudul Akbar Nama dan Ain-i-Akhbari. Buku ini telah diterjemahkan dari
bahasa Urdu ke dalam bahasa Inggris oleh Susannah Beveridge dan terdiri
dari tiga jilid. Kedua buku ini membahas pemerintahan Sultan Akbar secara
kronologis dan tematik. Pembahasan tidak hanya terpaku pada aspek
penaklukan wilayah tetapi juga menyoroti kondisi sosial budaya masyarakat
India. Bagaimana perkembangan keagamaan India pada waktu itu sedikit
sekali dibahas dalam buku ini dan hanya dijelaskan secara sepintas. Namun
begitu, dari aspek historiografi buku ini perlu dikritik karena berasal dari
tulisan Sekretaris dan penasehat pribadi Sultan. Sisi subyektifitas tampak lebih
menonjol dibandingkan obyektifitasnya. Pembahasan Sunni dan Syiah hanya
dijelaskan secara umum dan sepintas saja.
11
Sumber primer kedua yang penulis gunakan sebagai pembanding adalah
karangan Mohammed Karim Feristha yang juga telah diterjemahkan oleh John
Briggs dari bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris berjudul History of The
Rise of The Mohamedan Power in India Till The Year 1612. Buku ini terdiri
dari empat jilid. Pembahasan mengenai Dinasti Mughal dari pemerintahan
Sultan Babur hingga periode Sultan Akbar terdapat di jilid kedua.
Dalam bukunya Feristha menyajikan tulisan sejarah secara kronologis.
Akan tetapi karya ini perlu dikritik apakah fakta-fakta sejarah yang ditulis
oleh Feristha berdasarkan hasil pengamatannya sendiri ataukah ia memperoleh
data dari orang lain. Feristha datang ke Bijapur, India pada tahun 1589 dan
menghabiskan sisa hidupnya mengabdi kepada Sultan Shah Ibrahim Adil II
hingga tahun 1611. Atas permintaan Sultan juga Feristha menulis karya
sejarah fenomenalnya ini. Fakta sejarah yang disuguhkan oleh Feristha wajib
di kritik karena rentang waktu ia ke India dengan pemerintahan Sultan Akbar
adalah tigapuluh tiga tahun. Sementara itu, faktor lain yang menjadi
pertimbangan adalah bahwa secara geografis ibu kota Mughal dengan domisili
Feristha sangat jauh yakni Delhi dengan Bijapur.
Adapun sumber-sumber sekunder yang memiliki tema yang sama yang
penulis gunakan sebagai pembanding adalah buku berjudul Akbar: Makers of
The Muslim World karangan Andre Wink yang diterbitkan oleh One World
Oxford pada tahun 2009 menceritakan biografi singkat Sultan Akbar.
Sebagian besar buku ini menfokuskan kajian pada aspek politik dan
administrasi negara, dan sedikit sekali menyinggung persoalan perkembangan
12
agama Islam pada masa Sultan Akbar berkuasa. Wink hanya membahas
hubungan Sultan Akbar dengan Islam dalam beberapa sub bab saja. Di salah
satu sub bab dalam buku ini dijelaskan bagaimana hubungan Akbar dengan
Islam secara agak mendetail. Namun sayangnya penulis lebih banyak
mengutip pendapat sejarawan lain ketika menyoroti kehidupan keagamaan
Sultan Akbar. Bagaimana perkembangan Sunni dan Syiah pada Dinasti
Mughal hanya sekilas disinggung.
Berikutnya adalah buku karangan Harbans Mukia yang berjudul The
Mughals of India yang diterbitkan oleh Blackwell Publishing, Australia pada
tahun 2004. Buku ini banyak menyoroti kehidupan istana dan sultan-sultan
Mughal dari Babur hingga kejatuhan Mughal. Namun perkembangan agama
Islam khususnya paham Sunni dan Syiah tidak banyak dikaji dalam buku ini.
Hal ini disebabkan fokus kajian menitikberatkan pada kehidupan sosial
budaya di lingkup istana Mughal.
Buku lain yang mengkaji tentang perkembangan Syiah di India adalah
buku karangan Justins Jones yang berjudul Shia Islam in Colonial India yang
diterbitkan oleh Cambridge University Press pada tahun 2012. Buku ini berisi
sejarah singkat Syiah dan perkembangannya pada masa kolonial Inggris di
India. Buku ini secara keseluruhan membahas bagaimana Syiah dan sistem
pengajaran yang mereka anut serta bagaimana lembaga-lembaga pendidikan
Syiah berperan serta dalam menyebarkan ajarannya di India.
13
E. Landasan Teori
Dalam mengkaji konflik Sunni dan Syiah pada periode pemerintahan
Sultan Akbar, peneliti menggunakan pendekatan sosial budaya dan
menggunakan kerangka teori konflik Lewis Coser menjelaskan fenomena yang
diamati. Dalam teori konflik sendiri, konsep wewenang dan posisi memegang
faktor sentra. Pendekatan sosial budaya digunakan untuk melihat kondisi
masyarakat India pada waktu pemerintahan Sultan Akbar yang melatar
belakangi terjadinya konflik yang memunculkan kebijakan-kebijakan yang
tidak jarang berakibat pada konflik antara Sunni dan Syiah. Sementara itu,
pendekatan sejarah digunakan untuk menganalisa peristiwa secara kronologis.
Konsep wewenang dan posisi sebagaimana diungkapkan oleh Dahrendoff
memegang peran penting dalam konflik yang mana memang keduanya merupakan
fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang
terkecuali
secara tidak merata tanpa
menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis.
Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam
masyarakat. Kekuasaan yang selalu memisahkan pihak yang berkuasa dan pihak
yang dikuasai juga menjadi faktor penentu terjadinya ketegangan dan
pertentangan dalam masyarakat. Konsep inilah yang menjadi titik utama
pembahasan penelitian ini.13
Teori konflik Lewis A. Coser bertujuan untuk menganalisis elemenelemen yang dapat menimbulkan konflik baik konflik yang terjadi dalam
13
Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society, (California: Stanford
University Press, 1959), hlm. 295-301.
14
kelompok (in-group) maupun konflik antar kelompok (out-group) dengan
variabel Sunni dan Syiah dalam kurun waktu pemerintahan Sultan Akbar.
Konflik antara kelompok Sunni dan Syiah
terjadi sebagai akibat adanya
interaksi yang berlangsung secara terus-menerus dari periode pemerintahan
Babur yang mencapai klimaksnya pada pemerintahan Sultan Akbar. Konflik
yang terjadi antar keduanya berpengaruh terhadap stabilitas politik di India
pada waktu itu dan mempengaruhi aspek sosial budaya yang berkembang pada
abad ke enam belas.
Seperti halnya Simmel, Coser tidak mencoba menghasilkan teori
menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia yakin bahwa
setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang mencakup
seluruh fenomena sosial adalah prematur. Memang Simmel tidak pernah
menghasilkan risalah sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx.
Namun, Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk
menyempurnakan dan mengembangkan bentuk-bentuk atau konsep-konsep
sosiologi dimana isi dunia empiris dapat ditempatkan.
Meskipun demikian, konflik yang terjadi baik di dalam kelompok
maupun antar kelompok tidak semata-mata merugikan dan merusak tatanan
pemerintahan Dinasti Mughal. Lewis Coser mengemukakan bahwa konflik
tidak serta-merta merusakkan, berkonotasi disfungsional, disintegrasi pada
sebuah sistem yang sedang mengalami konflik. Analisis-analisis yang
dikemukakan Coser terfokus pada fungsi-fungsi positif konflik sosial dan
mencoba menunjukkan akibat-akibat positifnya. Konflik justru menawarkan
15
konsekuensi-konsekuensi positif yang dapat menguntungkan sistem itu sendiri,
dalam hal ini adalah pemerintahan Sultan Akbar.14 Terjadinya konflik dalam
sebuah sistem justru memiliki kontribusi positif yakni dapat memelihara,
menyesuaikan diri atau beradaptasi dalam sebuah hubungan sosial dan di
dalam struktur sosial, contohnya, meredakan ketegangan untuk memungkinkan
sistem-sistem berlanjut.15
Coser memiliki pandangan bahwa konflik dalam masyarakat merupakan
peristiwa normal yang dapat memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial
antara elemen yang terdapat dalam sebuah sistem. Meskipun begitu tidak
adanya konflik dalam sebuah masyarakat tidak dapat dianggap sebagai indikasi
stabilitas hubungan sosial dalam masyarakat.
16
Dalam karyanya, Coser
mengklarifikasi dan mengkonsolidasi skema konsep yang berhubungan dengan
data konflik sosial yang lebih memfokuskan kepada fungsi daripada disfungsi
sosial. 17 Secara garis besar teori fungsi konflik yang dikemukakan Coser
adalah:18
1. Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial.
14
Artikel Denis Trapido, dalam Binding Conflict: The Competition to Cooperation Switch
in Firm Dyads, Stanford University Press, hlm. 3. Lewis A. Coser, The Functions of Social
Conflict (New York: The Free Press, 1956), hlm. 45.
15
Coser, Social Conflict, hlm. 151. George Ritzer & Barry Smart, Handbook Teori Sosial
terj, Imam Muttaqien cetakan ke-II (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm. 285.
16
Ibid.
17
Hilal Ahmad Wani dalam Understanding Conflict Resolution, International Journal of
Humanities and Social Science, Vol. I, No. 2, Februari, 2011, hlm. 108.
18
Lewis A. Coser, Social Conflict and The Theory of Social Change, The British Journal of
Sociology, Vol. VIII, No. 3. September 1957, hlm. 197-207.
16
2. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok.
3. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas
kelompok dan melindungi agar tidak melebur ke dalam dunia sosial di
sekelilingnya.
4. Katup penyelamat (savety-valve) ialah salah satu mekanisme khusus yang
dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik
sosial.
5. Bila segala sesuatu dianggap sama, konflik antara dua orang yang saling
kenal akan menjadi kurang tajam.
Coser membedakan konflik yang terjadi dalam sebuah sistem sosial
berdasarkan cakupan wilayahnya menjadi in-group conflict (konflik dalam sebuah
kelompok) dan out-group conflict (konflik antar kelompok). Sementara itu Coser
juga membedakan konflik menjadi realistic conflict dan non-realistic conflict.
Coser memandang bahwa konflik in-grup berdampak positif karena dapat
membantu elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah kelompok untuk bersamasama membentuk kembali kesatuan dan kepaduan setelah sebelumnya mereka
terpecah karena sentimen permusuhan antar anggota kelompok.19 Konflik in-grup
ini penulis gunakan dalam menganalisa konflik yang terjadi di masing-masing
kubu kelompok Sunni dan Syiah selama masa pemerintahan Sultan Akbar.
Sementara itu, untuk menganalisa konflik yang terjadi antara kedua kelompok
yaitu Sunni dan Syiah, peneliti menggunakan konflik antar kelompok.
19
Coser, Social Conflict, hlm. 73, 151.
17
Konflik yang timbul karena sikap kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan
khusus yang terjadi dalam hubungan dari para partisipan, dan yang ditujukan pada
obyek yang dianggap mengecewakan disebut dengan konflik realistis.20 Penjabaran
konflik ini penulis gunakan dalam menganalisa sentimen permusuhan yang
ditunjukkan oleh kelompok Sunni terhadap pemerintahan Bairam Khan sekaligus
kepada kelompok Syiah itu sendiri dan sikap Sultan Akbar yang dirasa oleh
kelompok Sunni lebih mengutamakan kepentingan kelompok Syiah di istananya.
Sementara itu, konflik non-realistis merupakan konflik yang tidak berasal dari
saingan antagonis tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan setidaknya
dari salah satu pihak.21
F. Metode Penelitian
Dalam usaha untuk menjabarkan konflik yang terjadi antara Sunni dan
Syiah serta pengaruhnya terhadap sistem politik Mughal pada masa
pemerintahan Sultan Akbar penulis menggunakan tahapan-tahapan metode
penelitian yang mencakup pengumpulan data (heuristic), kritik sumber
(verifikasi), penafsiran (interpretation), dan penulisan (historiografi).
22
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library
research), yaitu penelitian yang mengacu pada sumber tertulis (dokumenter)
dengan mencari data dari tulisan-tulisan yang mendukung penelitian.
20
Ibid., hlm. 49.
Ibid., hlm. 54.
22
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hlm. 64.
21
18
1. Teknik pengumpulan sumber (heuristic)
Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan sumber-sumber yang
berkaitan dengan India khususnya pada periode pemerintahan Sultan Akbar
terutama sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang ada di
antaranya adalah Akbar Nama, Ain-i-Akhbari karangan Abul Fazl dan telah
dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris oleh Susannah S. Beveridge yang
terdiri dari tiga volume, dan karya Badauni berjudul Muntakhabut atTawarikh berbahasa Persia. Sayangnya, buku Muntakhabut Tawarikh tidak
berhasil penulis temukan untuk dijadikan sebagai acuan terhadap penelitian
ini. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akses ke perpustakaan yang
terdapat di India. Penulis buku yang terakhir ini hanya memposisikan dirinya
sebagai sejarawan luar istana pada masa itu tetapi sekaligus menjadi orang
dekat dengan istana dan banyak terlibat dalam persoalan yang terjadi di dalam
istana. Buku lain terdiri dari karangan sejarawan sezaman seperti BaburNama, Humayun-Nama, The History of Deccan, Tabaqat-i-Akhbari, History
of The Rise of The Mohamedan Power in India Till 1612, Storia do Mogor
serta buku-buku sekunder tulisan sejarawan India maupun dari kalangan
orientalis seperti History of India, Tarikh-i-Shahi, The Sultanate of Delhi,
Akbar and The Rise of The Mughal Empire, India at The Death of Akbar, The
Emperor Akbar vol. i, ii, dan sebagainya.
19
2. Kritik sumber (verification)
Dalam tahapan ini ada dua hal utama untuk dipahami dan dilakukan
yakni meninjau kembali keaslian dan keshahihan sumber yang terkumpul.
Kritik ini sangat penting karena untuk mengetahui di mana dan sebagai apa
penulis buku memposisikan dirinya ketika menulis dengan tema tertentu.
Apakah ia memposisikan dirinya sebagai sejarawan istana, sejarawan oposisi
dengan pemerintahan dan sebagai sejarawan netral yang tidak memihak
kepada salah satu kubu. Dengan kritik ini akan dapat diketahui sejauh mana
obyektifitas tulisan. Kritik sumber terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern dilakukan dengan menguji bagian-bagian fisik yakni
mencocokkan ejaan dan tahun penerbitan sumber tersebut dari segi
penampilan luarnya. Kritik intern dilakukan dengan cara membandingkan
sumber yang satu dengan sumber yang lain (isi sumber). Kritik intern ini
dilakukan untuk memperoleh sumber yang kredibel.23
Kritik ekstern penulis lakukan terutama terhadap sumber-sumber
primer yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan menggunakan
ejaan lama seperti yang terdapat dalam buku karangan Feristha dan Niccolao
Manucci. Kesalahan penulisan seperti Akbar ditulis Akbur sering ditemukan
dalam kedua buku tersebut. Di samping itu, penulisan nama orang dan nama
tempat seringkali ditulis dengan bahasa yang tidak umum dan bisa dimengerti.
Kritik intern penulis lakukan ketika menemukan data-data yang tidak
memiliki keseragaman dalam menyajikan fakta sejarah antara satu sumber
23
Ibid., hlm. 101.
20
dengan sumber lainnya. Misalnya saja, dalam buku karya Stuart Cary Welch
mengatakan bahwa usia Sultan Akbar ketika naik tahta adalah empat belas
tahun. Sementara itu, pendapat yang berbeda dikemukakan oleh G. B.
Malleson, Ishwari Prasad, J. C. Powell berpendapat bahwa Akbar kala itu berusia
tiga belas tahun empat bulan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau analisis data merupakan tahapan metode penelitian
yang dilakukan sebelum memasuki tahapan akhir berupa penulisan sejarah
(historiografi). Interpretasi sejarah sering disebut analisis sejarah. Dalam
interpretasi terdapat dua cara yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti
menguraikan, sedang sintesis bermakna menyatukan. Analisis sejarah
bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumbersumber sejarah yang membahas tentang konflik yang terjadi antara Sunni dan
Syiah pada pemerintahan Sultan Akbar. Bersama-sama dengan teori yang
dipergunakan disusunlah fakta-fakta sejarah ke dalam suatu interpretasi yang
menyeluruh.24
Analisis
ini
penting
dilakukan
untuk
mengetahui
apa
yang
melatarbelakangi suatu peristiwa terjadi sehingga akan mengacu pada apa,
siapa saja yang terlibat dalam sebuah peristiwa, kapan dan di mana peristiwa
itu terjadi, serta mengapa peristiwa itu terjadi. Hal-hal apa saja yang
mempengaruhi seorang penguasa atau sekelompok masyarakat melakukan
aksi sehingga memunculkan reaksi dari masing-masing elemen yang ada baik
di dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat. Interpretasi dengan
24
Ibid., hlm. 73.
21
mengacu pada pertanyaan-pertanyaan di atas diharapkan dapat mengupas apa
yang sebenarnya terjadi pada sebuah peristiwa berdasarkan sumber-sumber
primer dan sekunder yang berkaitan dengan tema penelitian sehingga akan
memunculkan jawaban yang mendekati kebenaran (objektif) dengan peristiwa
yang terjadi sebenarnya.
4. Historiografi
Tahapan terakhir dalam metode penelitian ini adalah penulisan sejarah
atau historiografi. Dalam tahap penulisan, peneliti harus bersandar pada
kaidah-kaidah
tata
bahasa
yang
berlaku
saat
ini
dengan
tidak
mengesampingkan bobot isi yang ditulisnya. Sistematika penulisan dalam
tesis ini dilakukan berdasarkan urutan tahun (hawliyat). Hal ini dipilih karena
dengan melakukan penulisan berdasarkan metode hawliyat
maka tulisan
diharapkan bisa runtut dan sistematis. Selain itu juga untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap tahunnya selama pemerintahan Sultan
Akbar. Dari sini akan kita dapati bagaimana perkembangan Sunni dan Syiah
hingga menimbulkan konflik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan
politik Dinasti Mughal.
22
G. Sistematika Pembahasan
Penyajian penelitian dalam bentuk tesis ini terdiri dari tiga bagian yaitu
pendahuluan, pembahasan dari penelitian dan penutup atau kesimpulan yang
terdiri dari lima bab dengan sub bab bahasan yang jumlahnya tidak mengikat dan
menguraikan hasil penelitian serta berkaitan antara satu bab dengan bab lainnya.
Pada bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan beberapa hal pokok mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teoritis, kerangka metodologis, dan sistematika penulisan.
Adapun tujuan dari sistematika pembahasan ini adalah agar pembahasan yang
dilakukan dapat berjalan secara kronologis dan sistematis.
Hasil penelitian disajikan dalam empat bab berikutnya sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pada bab kedua dipaparkan pokok
bahasan berkaitan dengan perkembangan sistem pemerintahan Mughal dari masa
pemerintahan Babur hingga masa Sultan Akbar. Permasalahan penting yang
dibahas dalam bab ini meliputi latar belakang berdirinya Dinasti Mughal pada
masa Babur, Humayun, dan Akbar. Untuk pembahasan mengenai Babur dan
Humayun, penulis membatasi pembahasan pada sistem pemerintahan yang dianut,
penataan administrasi pemerintahan, ekonomi, militer, politik, dan sosial
kemasyarakatan. Hal ini penting diuraikan secara lebih rinci dan mendalam untuk
mengetahui perkembangan Dinasti Mughal dari aspek pemerintahan.
Bab ketiga membahas kondisi sosial keagamaan dan perkembangan agama
Islam pada masa Dinasti Mughal. Fokus kajian dalam bab ini menekankan pada
23
aspek individual Sultan Akbar dari segi kepemimpinan maupun kebijakankebijakan yang ia terapkan termasuk di dalamnya kebijakan di bidang keagamaan.
Di samping itu perlu untuk dibahas lebih rinci sistem sosial kemasyarakatan dan
kondisi keagamaan masyarakat India di bawah kepemimpinan Sultan Akbar.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kondisi sosial kemasyarakatan pada
masa Sultan Akbar, maka penulis akan menjabarkan pula perkembangan
keagamaan dari masa Babur hingga Sultan Akbar.
Bab keempat menitik beratkan pada pembahasan interaksi yang terjadi
antara Sunni dan Syiah. Bab ini akan menguraikan tentang kondisi sosial budaya
masyarakat India yang berpengaruh terhadap perkembangan agama Islam pada
masa Dinasti Mughal berikut hal apa saja yang terjadi pada kedua aliran
keagamaan tersebut selama periode Sultan Akbar. Bab ini menekankan pada
usaha mengupas secara kritis analitis terhadap konflik yang terjadi antara Sunni
dan Syiah baik yang sifatnya ideologi maupun fisik berikut pengaruh konflik
terhadap sistem politik Mughal.
Bab kelima adalah penutup. Bab terakhir ini terdiri dari dua bagian yakni
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah dari
penelitian. Sementara itu, saran berisi anjuran atau masukan terhadap penelitian
lain yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang dilakukan.
24
143
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyebaran dan perkembangan ajaran Syiah di India tidak bisa dilepaskan
kaitannya dari besarnya pengaruh dinasti Shafawiyah, Persia. Kedekatan secara
geografi antara India dengan Iran memudahkan paham Syiah tumbuh dengan
subur di India. Perkembangan ajaran Syiah di India pada mulanya berawal dari
hubungan niaga antara keduanya yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama
dengan intensitas tinggi.
Konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Akbar
disebabkan dua faktor, yakni faktor politik dan agama.Perbedaan paham dalam
hal ideologi yang kemudian merambah pada dimensi ilmu pengetahuan lain
membuat hubungan Sunni dan Syiah berjalan dengan tidak sehat. Perselisihan
paham tidak hanya terbatas pada perbedaan pemikiran saja, tetapi meluas hingga
bidang sosial budaya di lingkup Mughal. Kondisi yang tidak sehat ini semakin
kritis ketika pada tahun 1575 Sultan Akbar sengaja mendirikan sebuah bangunan
bernama Diwan-i-Khass sebagai media diskusi antar tokoh agama Islam.
Namun, yang terjadi berikutnya justru semakin memperparah konflik antara
Sunni dengan Syiah yang sudah ada sebelumnya. Kekecewaan Sultan Akbar atas
sikap mereka membuatnya mendeklarasikan sebuah mahzar 1579 yang tiga tahun
144
kemudian disusul dengan memproklamirkan sebuah paham baru dengan istilah
Din-e-Ilahi atau biasa disebut dengan Tauhid Ilahi.
Konflik Sunni dan Syiah yang mencapai puncaknya pada pemerintahan
Sultan Akbar memang sangat mempengaruhi kehidupan politik, dan keagamaan.
Namun, meskipun demikian kecakapan Sultan Akbar dalam menjalankan
pemerintahan tidak membuat Mughal sampai harus mengalami nasib yang sama
dengan leluhurnya, terusir dari India. Banyaknya pemberontakan yang coba
dilancarkan oleh politisi Sunni dalam rangka mengalahkan dominasi Syiah tidak
membuat kestabilan kekuasaan Mughal goyah.
B.
Saran
Sejarah Islam di India merupakan tema yang sangat menarik untuk dikaji
lebih dalam, minat -peneliti Indonesia terhadapnya masih minim sehingga
membuat sejarah Islam di India sedikit terabaikan jika dibandingkan dengan
kajian mengenai sejarah Islam di Timur Tengah, dan Eropa. Hal ini disebabkan
karena minimnya sumber yang bisa diakses ketika hendak mengkaji tentang Islam
India. Di sisi lain, dalam perjalanan sejarahnya Indonesia dan India memiliki
ikatan emosional dan geografis yang sangat erat. Oleh sebab itu, para pihak terkait
bisa mengupayakan mudahnya akses terhadap sumber-sumber sejarah India yang
bersifat primer dan sekunder agar bisa memudahkan kajian Islam India. dari situ
bisa melahirkan kajian terhadap Islam India secara proprsional. Sementara itu,
bagi para peneliti yang melakukan kajian penelitian dengan tema Islam di India
145
sebaiknya memperhatikan kondisi India yang bersifat multi kultural. Hal ini
dimaksudkan agar, setiap peneliti dapat menganalisa persoalan yang dikajinya
sesuai dengan konteksnya.
146
DAFTAR PUSTAKA
I.
Buku:
Abdurahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007.
Aceh, Abubakar, Perbandingan Mahzab Syiah: Rasionalisme Dalam Islam,
Jakarta: Yayasan Lembaga Penyelidikan Islam, 1965.
Adams, W. H. Davenport, Warriors of The Crescent edisi ke-2, London:
Hutchinson & Co, 1893.
Allami, Abul Fazl, Ain-i-Akhbari Vol. I, II, III, terj. Blochmann, Colonel H.S.
Jarret, Calcutta: Baptist Mission Press, 1873.
. Akbar Nama Vol. I, II, III, terj. H. Beveridge, Calcutta:
Baptist Mission Press, 1907.
Annoshahr, Ali, The Ghazi Sultans and The Frontiers of Islam: A
Comparative Study of The Late Medieval and Early Modern Periods,
London: Rooutledge, 2009.
Babur, Zahiruddin Muhammad, Babur Nama: Memoirs of Babur Vol. I, II,
terj. Annete Susannah Beveridge, New Delhi: Munshiram Manoharlal
Publisher, 1979.
Basham, A. L, ed., A Cultural History of India, New York: Oxford University
Press, 1975.
Borradori, Giovanna, The American Philosopher; Conversation with Quine,
Davidson, Putnam, Nozick, Danto, Rorty, Cavell, MacIntyre, and Kuhn,
London: The University of Chicago Press, 1991.
Begum, Gulbadan, Humayun Nama, terj. Annete Susannah Beveridge,
London: Biling & Sons Ltd, 1902.
Bernier, Francois, Travels in The Mogul Empire A.D. 1656-1668,
Westminster: Archibald Constable, MDCCCXCI.
Bokhari, Raana & Mohammad Seddon, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Erlangga,
2010.
Chatterjee, Rajeswari, A History of The People of The Subcontinent of India in
a Nutshell, Nevada: Frandsen Humanities Press, 2003.
Chaudhuri, Jatindra Bimal, Muslim Patronage to Sanskritic Learning Part. 1,
Delhi: Idarah-i Adabiyat-i, 2009.
147
Chopra, Pran Nath, Some Aspects of Society & Culture During The Mughal
Age 1526-1707, Agra: Shiva Lal Agarwala & Co. Ltd, 1955.
Coser, Lewis, The Functions of Social Conflict, New York: The Free Press,
1956.
Dale, Stephen F., The Gardens of The Eight Paradises: Babur and The
Culture of in Central Asia, Afghanistan and India (1483-1530) Vol. X,
Leiden: E.J. Brill, 2004.
De Metcalf, Barbara dan Thomas, A Concise History of Modern India edisi
kedua, London: Cambridge University Press, 2006.
Dughlat, Mirza Muhammad Haidar, Tarikh-i-Rasidi: A History of The
Moghuls of Central Asia, terj. E. Denison Ross, London: Sampson Low,
Marston &Company, 1895.
Edwardes, S. M. & H. L. O. Garret, Mughal Rule in India, London: Oxford
University Press, 1930.
Elphinstone, Monstuart, The History of India: The Hindu and Mahometan
Periods edisi ke-9, London: John Murray, 2013.
Eraly, Abraham , The Mughal World: Life in India’s Last Golden Age, New
Delhi: Penguins Books, 2007.
Faruqi, Munish D., The Princes of The Mughal Empire 1504-1719, New
York: Cambridge University Press, 2012.
Feristha, Muhammad Karim, History of The Rise of The Mohamedan Power in India
Till The Year A.D. 1612 Vol. II, terj. John Briggs, Calcutta: R. Chambray,
1909.
Ferrier, J. P., History of The Afghans, London: John Murray, 1858.
Feducia, Fideet, Invasions of India From Central Asia, London: Richard
Bentlen & Son, 1879.
Ghani, Muhammad Abdul, History of Persian Language & Literature at The
Mughal Court with a Brief Survey of The Growth of Urdu Language
Babur to Akbar: Part I. Babur, Allahabad: The Indian Press Ltd, 1929.
Gommans, Jons, Mughal Warfare: Indian Frontiers and High Roads to
Empire 1500-170, London: Routledge, 2002.
Grenard, Fernand, Baber First of The Moguls, London: Thornton Butterworth,
1931.
Grewal, J. S., Religious Movements and Institutions in Medeval India, Inggris:
Oxford University Press,…
148
Haig, Wolseley. ed, Turks and Afghans, London: Cambridge University Press, 1928.
Hodgson, Marshall G. S., The Venture of Islam. Vol. III: The Gunpowder Empires
and Modern Times, London: The University of Chicago Press, 1974.
Holden, Edward S., The Moguls Emperors of Hindustan A. D. 1398-A. D. 1707, New
York: Charles Scribner’s Son, 1895.
Hollister, John Norman, The Shi’a of India. London: Luzac & Company, Ltd. 1953.
Howarth, Toby M., The Twelver Shi’a as a Muslims Minority in India: Pulpit of
Tears, New York: Routledge, 2005.
Hunter, William Wilson, A Brief History of The Indian Peoples edisi ke-2, London:
Oxford University Press, 1893.
Irvine, William, The Army of The Indian Moghuls: Its Organization and
Administration, London: Luzac & Co, 1903.
Israr, C., Sejarah Kesenian Islam Jilid 2, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Jaffar, S. M., The Mughal Empire From Babar to Aurangzeb, Peshawar: S.
Muhammad Sadiq Khan, 1936.
Jaffar, S. M., Medieval India Under Muslim Kings: The Rise and Fall of The
Ghaznawids, India: Muhammad Shadiq Khan Press, 1940.
Jones, Justins, Syiah Islam in Colonial India, New York : Cambridge
University Press, 2012.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam 1 & 2, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999.
Keene, H.G., History of India: From The Earliest Times to The Present Day vol. I,
London: W. H. Ellen & Co, 1893.
Lee, Samuel, The Travel’s of Ibn Batuta, London: John Murray, 1829.
Lewis, Bernard et. al, The World of Islam: Faith, People, Culture, London: Thames
and Hudson, 2010.
Madhavananda, Swami dan Ramesh Chandra Majumdar ed., Great Women of India,
Himalaya: Swami Ghambhirananda, 1953.
Majumdar, Ramesh Chandra, An Advanced History of India, London: Mac Millan
and Co, 1953.
Malleson, G. B., Akbar and The Rise of The Mughal Empire,
Clarendon Press, 1896.
Oxford: The
Mannuci, Niccolao, Storia do Mogor or Mogul India 1653-1708 Vol. I, terj. William
Irvine, London: John Murray, 1907.
149
Marcum, James A., Thomas Kuhn’s Revolution; An Historical Philosophy of
Science, London: Continuum, 2005.
Maryam, Siti et. al, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta: LP3ES, 2004.
Monsutti, Alessandro et. al, The Other Shiites From The Mediterranean to
Central Asia, Bern: Offprint, 2007.
Moreland, W. H., India at The Death of Akbar: An Economic Study, London:
Macmillan & Co, 1920.
Mukhia, Harbans, The Mughals of India, Australia: Blackwell Publishing,
2004.
Nickles, Thomas, Thomas Kuhn, UK: Cambridge University Press, 2003.
Nicolle, David, Mughul India 1504-1761, Inggris: Osprey, 1997.
, Medieval Siege Weapons (2): Byzantium, The Isamic World
and India AD 476-1526, Inggris: Osprey, 2003.
Noer, F. A, The Emperor Akbar: A Contribution Towards The History of India
in The 16th Century Vol. I, terj. Annete Susannah Beveridge, Calcutta:
Thacker, Spink & Co, 1890.
Nossov, Konstantin S., Indian Castles 1206-1526 The Rise and Fall of The
Delhi Sultanate, USA: Osprey, 2006.
Page, John Burton, Indian Islamic Architecture: Forms and Typologies, Sites
and Monuments Vol. XX, Leiden: Brill, 2008.
Pant, D, The Commercial Policy of The Moguls, Bombay: D. B. Taraporevala
Sons & Co, 1930.
Poole, Stanley Lane, Medieval India Under Mohammedan Rule 712-1764,
New York: G.P. Putnam’s Sons, 1903.
, History of India: Vol. IV From The Reign of Akbar the
Great to the Fall of The Moghul Empire. London: The Grolier Society
Publishers, 1906.
, History of India: Vol. III: Medieval India from The
Mohamedan Conquest to the Reign of Akbar The Great, London: The
Grolier Society Publishers, 1906.
Prawdin, Michael, The Builders of The Mogul Empire, London: George Allen
& Unwin Ltd, 1963.
Price, J. C. Powell, A History of Indian, London: Thomas Nelson & Sons Ltd,
1955.
150
Prasad, Ishwari, A Short History of Muslim Rule in India: From The Conquest
of Islam to The Death of Aurangzeb edisi ke-2, Allahabad: The Indian
Press Limited, 1931.
Raman, Sita Anantha. Women in India: A Social and Cultural History.
California: Santa Barbara. 2009.
Rawlinson, H. G., A Concise History of The Indian People, London: Oxford
University Press, 1956.
Richards, John F., The New Cambridge History of India: The Mughal Empire, UK:
Cambridge University Press, 1995.
Ritzer, George & Barry Smart, Handbook Teori Sosial terj, Imam Muttaqien cetakan
ke-II (Bandung: Nusa Media, 2012.
Rizvi, Saiyid Athar Abbas, Religious and Intellectual History of the Muslims in
Akbar’s Reign: With Special Reference to Abu’l Fazl 1556-1605, Delhi:
Munshiram Manoharlal Publishers Pvt, 1975.
Roychoudhury, Makhanlal, The Din-I-Ilahi or The Religion of Akbar, India:
Calcutta University Press, 1941.
Saran, P., Studies in Medieval Indian History, Delhi: Ranjit Printers &
Pubishers, 1952.
Sewell, Robert, The Analytical History of India: From The Earliest Times to
The Abolition of The Honourable East India Company in 1858, London:
W. M. H. Allen & Co., 1870.
Sharma, S.R., Mughal Empire in India 1526-1761 Vol. I, Bombay: Karnatak
Printing Press, 1934.
Sharp, H., Delhi: Its Story and Buildings, London: Oxford University Press,
1921.
S. H. M. Elliot, History of India as Told by Its Own Historians: The
Muhammadan Period, editor John Downson edisi ke-2, Calcutta: Susil
Gupta Ltd. 1952.
Sherwani, Haroon Khan, The Bahmanis of The Deccan : An Objective Study,
Hyderabad: Saood Manzil Himayatnagar, 1953.
Shiddiqi, Iqtidar Husain, Islams and Muslims in South Asia: Historical
Perspektif, Delhi: Adam Publisher, 1997.
Shiddiqi, Iqtidar Husain, Mughal Relations With The Indian Rulling Elite,
New Delhi: Munshiram Manoharlal Publisher, 1983.
Shiddiqi, Nourouzzaman, Syi’ah dan Khawarij dalam Perspektif Islam,
Yogyakarta: PLP2M, 1985.
151
Smith, Vincent A., Akbar The Great Mogul 1542-1605, Oxford: Clarendon
Press, 1917.
Sokah, Umar Assasudin, Din-I-Ilahi ; Kontroversi Keberagaman Sultan Akbar
Agung (India 1556-1605 M), Yogyakarta: Ittaqa Press, 1994.
Srivastava, Ashirbadi Lal, The Sultanate of Delhi (711-1526 AD): Including
The Arab Invasion of Sindh, Hindu Rule in Afghanistan and Causes of
the Defeat of The Hindus in Early Medieval Ages, Agra: The
Educational Press, 1950.
Stein, Burton, A History of India edisi ke-2, UK: Blackwell, 2010.
Strnad, Jaroslav, Monetary History of Mughal India as Reflected in Silver
Coin Hoards, Prague:..., 2000.
Sundaram, Lanka, Mughal Land Revenue System, Inggris: Surrey, 1929.
Symond, A.R. ed., Introduction to The Geography and History of India and of
The Countries Adjacent edisi ke-2, Madras: American Mission Press,
1845.
Thohir, Ajid, Islam di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial, Politik
Islam di India, Pakistan dan Bangladesh, Bandung: Humaniora, 2006.
Van Noer, Frederick August, The Emperor Akbar: A Contribution Towards
The History in the 16th Century, Vol. I terj. Annete Susannah
Beveridge. Calcutta: Thacker Spink & Co., 1890.
Walsh, Judith E., A Brief History of India. New York: Fact on File, 2006.
Welch, Stuart Cary, India Art and Culture 1300-1900 edisi ke-2, New York:
Bradford Kelleher, 1986.
Welch, Stuart Cary et, al, The Emperor’s Album: Images of Mughal India,
New York; The Metropolitan Museum of Art, 1987.
Wink, Andre, Akbar: Makers of The Muslim World, Oxford: One World,
2009.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000.
II.
Artikel dan jurnal:
Jurnal “South Asian Studies: A Research Journal of South Asian Studies”. Vol.
25, No. 2, July-December, 2010.
Artikel Denis Trapido, dalam Binding Conflict: The Competition to Cooperation Switch
in Firm Dyads, Stanford University Press.
Hilal Ahmad Wani dalam Understanding Conflict Resolution, International Journal of
Humanities and Social Science, Vol. I, No. 2, Februari, 2011, hlm. 108.
152
Lewis A. Coser, Social Conflict and The Theory of Social Change, The British
Journal of Sociology, Vol. VIII, No. 3. September 1957.
III.
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia. Diakses pada 11 Agustus 2014, jam 12:41.
153
Daftar Tabel:
Tabel 1: Jumlah pajak yang diterima Mughal pada masa pemerintahan
Babur
Sarkar
Bhira, Lahore, Sialkot, Dibalpur, dan
lain-lain
Sirhindi
Hisar-Firuza
Delhi dan sekitarnya
Mewar
Mian-wilayat
Gwalior
Kalpi dan Seondha
Qanauj
Sambhal
Lucknow dan Baskar
Khairabad
Oud dan Bahraj
Jawnpur
Karra dan Manikpur
Bihar
Sarwar
Saran
Champaran
Kandla
Tirhut Upeti berupa siver hitam dan
tembaga yang diberikan oleh Raja
Rupanarain
Ranthambor
Nagur
Raja Bikramajit dari Ranthambor
Kalanjar
Raja Birsang
Raja Bikam
Raja Bikam Chand
Bhira, Lahore, Sialkot, Dibalpur, dan
lain-lain
Sirhindi
Hisar-Firuza
25
Krore25
3
Laks
33
Tankas
15. 989
1
1
3
1
1
2
2
1
1
1
1
4
1
4
1
1
29
30
69
69
44
29
91
23
28
36
38
39
12
17
0
63
5
55
-
10
90
31. 985
75. 174
50. 254
81. 000
14. 930
76. 919
19
57. 450
55. 950
63. 358
44. 000
82. 433
65. 000
1.369
88. 333
27. 282
60. 000
17. 506
18. 373
86. 060
3
43
2
27
20
33
30. 300
55. 000
50. 000
15. 989
1
1
29
30
31. 985
75. 174
Krore senilai dengan £ 4. 212. 000. Babur, Babur Nama Vol. II, hlm. 521.
154
Delhi dan sekitarnya
Mewar
Mian-wilayat
Gwalior
Kalpi dan Seondha
Qanauj
Sambhal
Lucknow dan Baskar
Khairabad
Oud dan Bahraj
Jawnpur
Karra dan Manikpur
Bihar
Sarwar
Saran
Champaran
3
1
1
2
2
1
1
1
1
4
1
4
1
1
69
69
44
29
91
23
28
36
38
39
12
17
0
63
5
55
50. 254
81. 000
14. 930
76. 919
19
57. 450
55. 950
63. 358
44. 000
82. 433
65. 000
1.369
88. 333
27. 282
60. 000
17. 506
Kandla
Tirhut Upeti berupa siver hitam dan
tembaga yang diberikan oleh Raja
Rupanarain
Ranthambor
Nagur
Raja Bikramajit dari Ranthambor
Kalanjar
Raja Birsang
Raja Bikam
Raja Bikam Chand
-
10
90
18. 373
86. 060
-
43
2
27
20
-
30. 300
55. 000
50. 000
-
155
Tabel 2: Penerimaan jumlah pajak dinasti Mughal dari masa Sultan Akbar
sampai pemerintahan Aurangzeb.26
Pemerintahan
Tahun
Sultan Akbar
1594
1605
1628
1648
1655
1667
1697
Jahangir
Shah Jahan
Aurangzeb
Jumlah pendapatan
dari pajak tanah dalam
satuan Euro (£)
£ 18.650.000
£ 19.430.000
£ 19.680.000
£ 24.750.000
£ 30.000.000
£ 30.850.000
£ 43.500.000
Tabel 3: Gaji tentara Mughal pada masa pemerintahan Sultan Akbar
Mansabdar
10.000
5.000
1.000
500
100
10
26
Jumlah gaji tentara per bulan dalam satuan Rupee
Kelas atas
Kelas menengah
Kelas bawah
60.000
30.000
29.000
28.000
8.200
8.100
8.000
2.500
2.300
2.100
700
600
500
100
82,5
75
Poole, Medieval India, hlm. 262.
156
Download