Perbaikan Aktivitas Belajar Biologi Siswa Melalui Penerapan Model

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
PERBAIKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD (Student Teams Achievement Division)
PADA SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 12 MEDAN
Oleh :
Drs. Lurbin Haloho*)
*)
Guru Mata Pelajaran Biologi SMA Negeri 12 Medan
Abstract
This study aims to improve learning activities and student learning outcomes in biology subjects by
applying models education STAD in class X-3 SMAN 12 North Sumatera. The study of this class action
will be taken within two cycles. From cycle to cycle using STAD learning model with continuously
improving the quality of student learning-oriented activity. Research subject in class X-3 SMAN 12
North Sumatera with number of 46 students.
After the study lasted for two cycles can be concluded that; 1). implementation of STAD models for
teaching and learning in the subject matter of Biodiversity in class X-3 SMAN 12 North Sumatera
managed to improve student learning activities visible improvement in the quality of each criterion for
each activity cycle. In Cycle I read activity by 40%, 28% work, ask peers by 12%, ask the teacher by
10%, and that is not relevant to teaching by 10%, while in the second cycle of reading activities by
24%, work for 44%, ask peers by 16%, ask the teacher by 12%, and that is not relevant to the teaching
of 4%; 2). mastery learning outcomes of students in the subject matter of biological diversity by
applying the model STAD in Cycle I reached an average of 68.9 with classical completeness Cycle II
50% and reach 84.6 to 91.3% classical completeness. Thus an increase in classical completeness
student learning outcomes.
Keywords: Learning activities, learning outcomes, Type STAD Cooperative Learning Model
Student Teams Achievement Division
I.
Pendahuluan
Pendidikan mempunyai arti yang sangat
penting dalam kehidupan kita, baik dalam
kehidupan individu, bangsa maupun negara.
Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai
dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa
terletak pada mutu pendidikan yang dapat
meningkatkan
kualtias
sumber
daya
manusianya.
Dewasa ini pembelajaran mengemban
tugas pada pencapaian kompetensi dengan
berorientasi pada aktivitas belajar siswa, siswa
sebagai pusat pembelajaran. Namun pada
kenyataannya pembelajaran seperti ini belum
18
terlaksana pada prakteknya. Kondisi yang
sama juga terjadi dalam pembelajaran biologi
di SMA Negeri 12 Medan. Pembelajaran
masih berorientasi pada upaya penguasaan
materi sebanyak-banyaknya pada siswa.
Akibatnya,
pembelajaran
cenderung
berlangsung satu arah dengan guru sebagai
sumber belajar utama. Prosesnya adalah guru
sebagai pusat pembelajaran yang aktif
menyampaikan
materi
dengan
metode
ceramah, latihan dan penugasan sebagai
pilihan utama. Sementara guru aktif, siswa
pasif menerima materi menjadi pendengar
yang budiman. Dengan kata lain pembelajaran
tidak berpusat pada siswa, tidak berorientasi
pada aktivitas belajar siswa.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Padahal KTSP saat ini menghendaki
pembelajaran berorientasi pada aktivitasbelajar
siswa sehingga
memberi kesan dan
kebermaknaan
dibenak
siswa.
Siswa
membentuk pemahaman sendiri melalui
interaksi dengan berbagai sumber belajar
bukan hanya sekedar membentuk daya ingat
melalui pemindahan informasi dari guru ke
siswa. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Sementara itu pembelajaran rumpun ilmu
pengetahuan alam seperti biologi mengemban
tugas memberikan penguasaan keterampilan
disamping kompetensi yang harus dicapai.
Sehingga pembelajaran bukan hanya sekedar
menuangkan bahan pelajaran, tetapi teaching is
primarily and always the stimulation of
learner (Wetherington, 1986:131-136), dan
mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan
hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang
terpenting adalah perkembangan pribadi anak,
sekalipun mempelajari pelajaran yang baik,
akan memberikan pengalaman membangkitkan
bermacam-macam
sifat,
sikap
dan
kesanggupan yang konstruktif.
Untuk
kepentingan
penguasaan
kompetensi dan keterampilan maka sanagat
tepat
digunakan
model
pembelajaran
kooperatif. Sesungguhnya, bagi guru-guru di
negeri ini metode gotong royong tidak
terlampau asing dan mereka telah sering
menggunakannya dan mengenalnya sebagai
metode kerja kelompok. Memang tidak bisa
disangkal bahwa banyak guru telah sering
menugaskan para siswa untuk bekerja dalam
kelompok.
Sayangnya, berbagai sikap dan kesan
negatif memang bermunculan dalam pelaksaan
pembelajaran kooperatif. Jika kerja kelompok
tidak berhasil, siswa cenderung saling
menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul
perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin
merasa rekannya yang kurang mampu telah
membonceng pada hasil kerja mereka.
Akibatnya, model pembelajaran kooperatif
yang seharusnya bertujuan mulia, yakni
menanamkan
rasa
persaudaraan
dan
kemampuan bekerjasama, justru bisa berakhir
dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan.
Berbagai
dampak
negatif
dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja
guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan
perhatian
dalam
mempersiapkan
dan
menyusun model pembelajaran kooperatif.
Yang
diperkenalkan
dalam
model
pembelajaran cooperative learning bukan
sekedar kerja kelompok, melainkan pada
penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran
cooperative learning bisa didefinisikan sebagai
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja
sama, dan proses kelompok. Salah satu
pembelajaran kooperatif dengan lima unsur ini
adalah tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
Dari latar belakang masalah tersebut,
maka judul yang diangkat dalam penelitian ini
adalah“Perbaikan Aktivitas Belajar Biologi
Siswa
Melalui
Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada
Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 12Medan”.
Merujuk pada uraian latar belakang dan
batasan masalah, dapat dikaji ada beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah aktivitas belajar siswa selama
mengikuti
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
biologi di kelas X-3 SMA Negeri 12
Medan meningkat?
2. Apakah hasil belajar siswa setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
biologi di kelas X-3 SMA Negeri 12
Medan meningkat?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
selama mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
biologi di kelas X-3 SMA Negeri 12
Medan.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran
19
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
3.
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
biologi di kelas X-3 SMA Negeri 12
Medan.
II. Kajian Pustaka
Sanjaya (2005: 101) pembelajaran adalah
”proses
penambahan
informasi
dan
kemampuan atau kompetensi baru”. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 297)
pembelajaran adalah ”kegiatan guru secara
terprogram, dalam disain intruksional, untuk
membuat siswa belajar aktif yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”.
Menurut Sanjaya (2006: 242) pengertian
pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). Wahab dan Solehuddin (dalam
Ratnasari, 2007: 11) menyatakan bahwa
”belajar kooperatif dapat merangsang siswa
mengoptimalkan dirinya dalam perkembangan
intelektual dan selain itu juga dapat
meningkatkan ketrampilan siswanya, hal ini
disebabkan karena dalam belajar koopertaif
siswa dituntut untuk mengimplementasikan
penalarannya dan saling membagi-bagikan
pengalamannya untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif model STAD
merupakan model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa dalam
pembelajaran kooperatif model STAD dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok
kecil mempunyai anggota 4-5 siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri
dari
laki-laki
dan
perempuan,
dan
kemungkinan berasal dari suku, agama dan
etnis yang berbeda.
Handayanto (dalam Ratnasari, 2007:13)
menyatakan bahwa ”pembelajaran kooperatif
model STAD menekankan berbagai ciri
pembelajaran langsung dan merupakan model
yang mudah diterapkan dalam pembelajaran”.
Model pembelajaran langsung tersebut terdiri
dari lima tahap yaitu:
1. Orientasi, guru menetapkan materi
pembelajaran, menelaah singkat materi
sebelumnya
menetapkan
tujuan
pembelajaran dan menetapkan prosedur
pembelajaran.
20
2.
3.
4.
5.
Presentasi, guru menjelaskan atau
mendemonstrasikan
konsep
atau
ketrampilan baru.
Latihan struktur, guru membimbing
kelompok siswa mulai berlatih contoh
dalam langkah tertentu, siswa menanggapi
pertanyaan.
Latihan terbimbing, siswa berlatih semi
independent.
Latihan bebas, siswa berlatih secara
mandiri di rumah atau kelas.
Pembelajaran koopertaif model STAD
menekankan pada pemberian penghargaan
sebagai bentuk reinforcement, sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan semangat
belajar
siswa
yang
akhirnya
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
siswa.
Pembelajaran kooperatif model STAD
merupakan model pembelajaran yang cocok
diterapkan dalam kelas yang memilki
karakteristik yang heterogen, baik dalam
kemampuan akademis, jenis kelamin, suku,
motivasi dan lain-lain. Dalam pembelajaran
koopertaif model STAD ini tanggung jawab
siswa terhadap proses belajar lebih besar
karena siswa lebih banyak bekerja dari pada
sekedar mendengarkan informasi sehingga
metode pembelajaran ini dapat melatih
tanggung jawab siswa terhadap proses
belajarnya.
Dalam STAD semua siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk meraih
keberhasilan, karena semua anggota kelompok
mempunyai kesempatan mengkontribusikan
nilai pada kelompok sebagai hasil peningkatan
kemampuan dari waktu sebelumnya. Jadi,
tuntutan yang diminta pada setiap siswa adalah
perlunya selalu meningkatkan kemampuannya
dari waktu ke waktu. Pada awal-awal
pelaksanaan pembelajaran kooperatif model
STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa
tentang ketentuan-ketentuan yang dalam
kelompok kooperatif
Slavin (dalam Isjoni, 2007: 51-54)
menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model STAD adalah
sebagai berikut:
1. Penyajian kelas
Penyampaian materi secara klasikal oleh
guru tentang materi yang akan dipelajari oleh
siswa. Penyajian ditekankan pada materi yang
akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
belajar dalam kelompok kecil untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2. Belajar kelompok
Setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa (1
siswa dari kelompok atas, 2 siswa dari
kelompok sedang dan sisanya berasal dari
kelompok bawah) yang dikelompokkan
berdasarkan kemampuan akademik dan jenis
kelamin. Caranya dengan merangking siswa
berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir
sebelum pembelajaran kooperatif model
STAD. Kemudian dibagi dalam tiga kelompok
(kelompok atas, tengah dan bawah). Adapun
tujuan pengelompokan ini adalah untuk
mendorong adanya kerjasama kelompok dalam
mempelajari materi dan menyelesaikan tugas
yang diberikan guru serta menyiapkan semua
anggota untuk menghadapi tes individual
dengan baik.
3. Soal Tes Hasil Belajar
Setelah belajar kelompok diadakan tes
hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar
siswa terhadap materi yang baru saja
dipelajarinya. Dalam hal ini siswa tidak
dibenarkan untuk kerjasama dengan temannya.
Tujuan kuis atau tes adalah untuk memotivasi
siswa agar berusaha dan bertanggung jawab
secara individual. Siswa dituntut untuk
melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar
kelompoknya. Selain bertanggung jawab
secara individual, siswa juga harus menyadari
bahwa usaha dan keberhasilan mereka
nantinya akan memberi sumbangan yang
sangat berharga bagi kesuksesan kelompoknya.
4. Skor kemajuan individu
Skor kemajuan individu siswa ditentukan
berdasarkan selisih skor kuis atau tes dahulu
(skor dasar) dengan skor kuis atau tes (skor
yang diperoleh setelah pembelajaran kooperatif
model STAD). Bagi siswa yang tidak dapat
meraih poin yang lebih baik dari skor kuis atau
tes terdahulu, maka siswa tersebut juga tetap
diberikan poin peningkatan individual (lihat
tabel 2.3), agar siswa tetap termotivasi belajar.
Dengan cara ini setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk menyumbangkan
poin maksimal bagi kelompok. Adapun kriteria
dari poin kemajuan individu dan skor
kemajuan kelompok adalah sebagai berikut:
Skor Tes
- Lebih dari 10 poin di bawah
skor dasar
- 10 sampai dengan 1 poin
dibawah skor dasar
- Sama dengan skor dasar
sampai dengan 10 poin
diatasnya
- Lebih dari 10 poin di atas
skor dasar
Sumber: Ibrahim, 2000:57
Nilai
Perkem
bangan
0
10
20
30
5. Penghargaan kelompok
Setelah dilakukan penghitungan baru
peningkatan individu, langkah selanjutnya
adalah pemberian pengakuan sebagai bentuk
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil
mencapai kriteria tertentu. Skor kelompok
diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh
point peningkatan individu siswa dalam satu
kelompok dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Kelompok yang memperoleh skor
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan
skor kelompok yang diperoleh, terdapat tiga
tingkatan penghargaan yang diberikan, yaitu:
1. Kelompok dengan skor rata-rata > 25,
sebagai kelompok super
2. Kelompok dengan skor rata-rata 20-24,
sebagai kelompok hebat
3. Kelompok dengan skor rata-rata <19,
sebagai kelompok baik
III. Metodelogi Penelitian
A. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X-3 Negeri 12 Medan
dengan jumlah siswa yang terikut dalam
penelitian sebanyak 46 siswa.
B. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah; 1). tes hasil belajar; 2). lembar
observasi aktivitas siswa.
C. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali
diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika
21
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946
(Aqib, 2006 :13).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau
disekolah
dengan
penekanan
pada
penyempurnaan atau peningkatan proses
pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib
(2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu
Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
D.
Teknik Analisis Data
Metode Analisis Data pada penelitian ini
digunakan
metode
deskriptif
dengan
membandingkan hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar siswa setelah
tindakan.
Langkah-langkah pengolahan data sebagai
berikut:
1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum
tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan
Siklus II.
2. Menghitung nilai rerata atau persentase
hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan dengan hasil belajar setelah
dilakukan tindakan pada Siklus I dan
Siklus II untuk mengetahui adanya
peningkatan hasil belajar.
E.
Kriteria Keberhasilan
Berkaitan dengan indikator kinerja
Suwandi dan Madyo Eko Susilo (2007:36)
menyatakan
bahwa
”Indikator
kinerja
merupakan rumusan kinerja yang akan
dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini
indikator pencapaian apabila nilai siswa secara
individu mencapai KKM biologi kelas X yang
ditetapkan sekolah sebesar 71 dan secara
klasikal ≥85% siswa mencapai KKM tersebut.
klasikal 26 %. Dapat dipahami karena memang
siswa belum diajarkan materi ini, akan tetapi
rendahnya kemampuan awal menggambarkan
bahwa siswa malas membaca dari rumah
sebelum belajar di sekolah.
A. Data Siklus I
1. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk Siklus I dilaksanakan pada KBM I
tanggal 2 Oktober 2013 di Kelas X-3 dengan
diikuti 46 siswa. Materi yang dibahas adalah
keanekaragaman hayati. KBM II hari selasa
tanggal 9 Oktober 2013 di Kelas X-3 dengan
diikuti 46 siswa. Materi yang dibahas adalah
memahami manfaat keanekaragaman hayati.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar. Sedangkan yang bertindak sebagai
pengamat adalah dua orang guru sejawat yaitu
ibu Dra.Robiah Flora dan ibu Dra. Betsaida.
Adapun data yang di peroleh pada siklus I
yakni data aktivitas belajar dan hasil belajar
siswa yang dapat kita lihat pada tabel 1 dan 2
berikut:
Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No
Aktivitas
Skor Proporsi
1
Menulis,membaca 24,25
40%
2
Mengerjakan LKS 16,0
28%
Bertanya pada
3
teman
7
12%
Bertanya pada
4
guru
6
10%
Yang tidak
5
relevan
6,25
10%
Jumlah
50
100%
Tabel 2. Distribusi Hasil Formatif I
Nilai
80
60
50
Jumlah
IV. Hasil Dan Pembahasan
Sebelum dilakukan KMB Siklus I
dilakukan tes hasil belajar sebagai tes
kemampuan awal siswa. Merujuk pada
lampiran data Pretes diperoleh nilai terendah
siswa 50, sedangkan nilai tertingginya 75.
Dengan rata-rata 62,4 sedangkan KKM adalah
71 maka hanya terdapat 12 siswa yang lulus
yang memperoleh nilai tuntas atau ketuntasan
22
2.
Frekuensi
23
17
6
46
Rata-rata
68,7
Tahap Refleksi I dan Revisi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
a. Beberapa siswa kurang aktif apabila guru
menyuruh menyelesaikan soal didepan.
Siswa yang maju didominasi oleh siswa
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
b.
c.
d.
e.
yang pandai dalam menyelesaikan
masalah.
Kurangnya latihan soal, karena waktu
terpotong untuk tes dan menjelaskan
materi pelajaran.
LKS dikerjakan kurang optimal karena
guru tidak memberitahukan kepada siswa
pada pertemuan sebelumnya bahwa akan
diberikan LKS pada setiap pertemuan.
Siswa belum memahami penjelasan guru,
sehingga guru dan peneliti harus
berkeliling untuk mengetahui pemahaman
siswa.
Ketika mengerjakan latihan soal, masih
ada siswa yang berbicara sendiri dengan
temannya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1) Guru menampilkan pelajaran melalui
media pembelajaran (infocus) sehingga
memudahkan
siswa untuk memahami
materi pelajaran.
2) Guru memberikan nilai plus (tambahan)
untuk siswa yang dapat mengerjakan soal
di depan dengan benar.
3) Latihan soal yang dibahas merupakan
latihan soal yang tidak dapat dikerjakan
oleh siswa dan latihan soal ditambah
dengan memberikan pekerjaan rumah.
4) Guru memberitahukan untuk mengulang
materi sebelumnya dan mempelajari materi
berikutnya, karena setiap pertemuan akan
diberikan LKS.
B. Data Siklus II
1. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk Siklus II dilaksanakan pada KBM III
hari selas tanggal 23 Oktober 2013 di Kelas X3 dengan diikuti 46 siswa. Materi yang dibahas
adalah Mendeskripsikan ciri-ciri devisio dalam
dunia tumbuhan dan peranannya bagi
kelangsungan hidup bumi. KBM IV tanggal 30
Oktober 2013 di Kelas X-3 dengan diikuti 46
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai
pengamat adalah dua orang guru sejawat.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
RPP 3 dan 4 dengan memperhatikan revisi
pada Siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada Siklus I tidak terulang lagi
pada Siklus II.
Adapun data yang diperoleh pada
siklus II yakni data aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa pada siklus II seperti pada tabel 3
dan 4 berikut ini:
Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Aktivitas
Skor Proporsi
1
Menulis,membaca 13,25
24%
Mengerjakan
2
LKS
24
44%
Bertanya
pada
3
teman
9
16%
Bertanya
pada
4
guru
6,5
12%
Yang
tidak
5
relevan
2,25
4%
Jumlah
55
100%
Tabel 4. Distribusi Hasil Formatif II
Nilai
Frekuensi
Rata-rata
100
10
90
5
80
65
Jumlah
27
4
46
84,6
2. Tahap Refleksi II dan Revisi
Beberapa hal yang dapat dicatat dalam
refleksi pembelajaran Siklus II adalah
sebagai berikut:
1). Siswa mulai aktif dalam diskusi dengan
ditunjukkan oleh hasil observasi aktivitas
belajarnya yang sedikit lebih baik dari
pada Siklus I
2). Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
dari 50% atau gagal menjadi 91,3% atau
dalam ketogori berhasil
3). Siswa mulai terbiasa mengungkapkan
pendapatnya terlihat dari dokumentasi
penelitian dan aktivitas belajar siswa
dimana aktivitas diskusi meningkat dan
mencapai dominan, berarti media belajar
menggunakan infocus membantu dalam
memicu keinginan/minat siswa dalam
belajar.
Pada siklus II guru telah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
23
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Merujuk pada Gambar 1, peningkatan
kualitas aktivitas belajar ditunjukkan dengan
perubahan aktivitas Siklus I ke Siklus II. Ratarata aktivitas menulis dan membaca
mengalami perubahan dari proporsi 40%
menjadi 24%. Aktivitas mengerjakan dalam
diskusi naik dari 28% menjadi 44%. Aktivitas
bertanya pada teman naik dari 12% menjadi
16%. Aktivitas bertanya kepada guru naik dari
10% menjadi 12%. Dan aktivitas yang tidak
relevan dengan KBM turun dari 10% menjadi
4%.
Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari
pada Siklus I, perubahan aktivitas individual
seperti menulis dan membaca terjadi
perubahan pada Siklus II yakni siswa semain
mempersiapkan diri dari rumah, namun
aktivitas kerja mengalami kenaikan karna
siswa semain mengetahui apa yang harus
dikerjakannya. Keberanian siswa bertanya
kepada guru meningkat, siswa tidak lagi
merasa takut/canggung, dan diikuti naiknya
ketergantungan positif antar siswa dengan
naiknya aktivitas bertanya sesama siswa.
Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan
bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan
KBM pada Siklus II menyusut sedikit dari
Siklus I.
Berdasarkan data penelitian dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata sebelum penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
berupa nilai pretes adalah 62,4 dengan
ketuntasan belajar yang dicapai 26%, setelah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
nilai
siswa
mengalami
peningkatan.
Berdasarkan hasil tes pada Siklus I, nilai ratarata hasil belajar yang dicapai siswa adalah
68,7 dengan persentasi 50%, untuk nilai ratarata hasil belajar dan persentasi ketuntasan
klasikal yang dicapai belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan karena
24
masih banyak siswa memperoleh nilai yang di
bawah kriteria ketuntasan minimum.
Setelah dilaksanakan Siklus II, maka hasil
belajar siswa menurut Formatif II adalah ratarata 84,6 dengan ketuntasan klasikal mencapai
91,3%. Karena nilai rata-rata di atas KKM
sebesar (71) dan ketuntasan klasikal telah
mencapai 85%. Maka tindakan Siklus II dapat
dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa samapai pada kriteria ketuntasan yang
ditetapkan.
Kegagalan mencapai ketuntasan belajar
pada Siklus I, diakibatkan beberapa
kekurangan, yaitu:
1. Beberapa siswa kurang aktif apabila guru
menyuruh menyelesaikan soal di depan.
Siswa yang maju didominasi oleh siswa
yang pandai dalam menyelesaikan
masalah.
2. Kurangnya latihan soal, karena waktu
terpotong untuk tes dan menjelaskan
materi pelajaran.
3. LKS dikerjakan kurang optimal karena
guru tidak memberitahukan kepada siswa
pada pertemuan sebelumnya bahwa akan
diberikan LKS pada setiap pertemuan.
4. Siswa belum memahami penjelasan guru,
sehingga guru dan peneliti harus
berkeliling untuk mengetahui pemahaman
siswa.
5. Ketika mengerjakan latihan soal, masih
ada siswa yang berbicara sendiri dengan
temannya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1) Guru memberikan nilai plus (tambahan)
untuk siswa yang dapat mengerjakan soal
di depan dengan benar.
2) Latihan soal yang dibahas merupakan
latihan soal yang tidak dapat dikerjakan
oleh siswa dan latihan soal ditambah
dengan memberikan pekerjaan rumah.
3) Guru memberitahukan untuk mengulang
materi sebelumnya dan mempelajari materi
berikutnya, karena setiap pertemuan akan
diberikan LKS.
4) Guru
menggunakan
infocus
ketika
mengajar untuk lebih memudahkan siswa.
Pembelajaran yang diterapkan pada Siklus
II sama seperti pada Siklus I, yaitu penerapan
pembelajaran tipe STAD pada mata pelajaran
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
biologi. Tahapan pembelajaran juga masih
sama yaitu dengan menggunakan tiga tahapan
sebagai berikut: tahap awal (persiapan), tahap
inti (pelaksanaan), dan tahap akhir (penutup).
Selama pengamatan terhadap kegiatan
siswa Siklus II (aktivitas siswa), penilaian
terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan
dokumentasi terhadap pelaksanaan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus II,
meski masih terlihat hal-hal yang harus
diadakan perbaikan, namun secara keseluruhan
tahapan pembelajaran sudah berlangsung
cukup baik. Karena keterbatasan waktu dan
biaya maka penelitian ini direncanakan dalam
dua siklus saja. Hasil belajar siswa sudah
menunjukkan peningkatan dan semua siswa
dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua
aspek dalam hasil belajar mengalami
peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Karena
proses pelaksanaan pada Siklus I dan Siklus II
telah dapat mencapai hasil dari pembelajaran
yang diharapkan dan telah dapat menjawab
rumusan masalah pada penelitian ini, maka
tidak diadakan Siklus selanjutnya.
IV. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penerapan model
kooperatif tipe STAD selama kegiatan belajar
mengajar biologi di kelas X-3 SMA Negeri 12
Medan sebagai berikut:
a) Data aktivitas siswa rata-rata menurut
pengamatan pengamat pada Siklus I antara
lain menulis / membaca (40%), bekerja
(28%), bertanya sesama teman (12%),
bertanya kepada guru (10%), dan yang
tidak relevan dengan KBM (10%).
b) Data aktivitas siswa rata-rata menurut
pengamatan pada Siklus II antara lain
menulis / membaca (24%), bekerja (44%),
bertanya sesama teman (16%), bertanya
kepada guru (12%), dan yang tidak
relevan dengan KBM (4%). Sehingga
terjadi perbaikan aktivitas belajar siswa
selama dua siklus.
c) Hasil belajar siswa dengan menerapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe
STAD pada Formatif I dan Formatif II
menunjukkan rata-rata 67,8 dan 84,6 dari
data tersebut menunjukkan tuntas sesuai
dengan KKM dengan ketuntasan klasikal
60% dan 91,3% atau ketuntasan klasikal
tercapai pada Siklus II.
Daftar Pustaka
Ali, M. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Combs. A.W. 1984. The Profesional
Education of Teachers. Allin and
Bacon, Inc. Boston.
Djamarah, S.B. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik,
O.
1999.
Kurikulum
dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mukhlis, Al. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan
Kelas. Makalah Panitian Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guruguru se-Kabupaten Tuban.
Murdiyatmoko, J. 2009. Biologi Untuk SMA
Kls. X. Jakarta: Erlangga.
Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
Taupan, M. 2007. Biologi Untuk SMA Kls. X.
Jakarta: Bumi Aksara
25
Download