MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAMI DALAM IKLAN POLITIK DI TELEVISI (Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Disusun oleh : Arief Fadillah NIM: 109051000217 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M. LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 Oktober 2013 Arief Fadillah ABSTRAK Arief Fadillah MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAMI DALAM IKLAN POLITIK DI TELEVISI (Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013) Pemimpin yang islami ialah pemimpin yang mau menjadi pelayan bagi rakyat yang dipimpinnya. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan bagi kelompok tersebut (HR Abu Na’im). Memilih pemimpin merupakan suatu keharusan dalam Islam. Untuk itu Islam memiliki figur pemimpin yang patut diteladani dan ditiru kepemimpinannya yakni Rasulullah SAW. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya kita meneladani dan meniru gaya kepemimpinan ataupun sifat dan karakter memimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana makna kepemimpinan islami dalam tayangan iklan kampanye Aher-Demiz versi judul doa? Kepemimpinan islami ialah upaya mengungkapkan kepribadian Rasulullah Muhammad SAW dalam menjalankan kepemimpinan. Pemimpin yang islami harus memiliki karakter yang dekat dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuan dari seorang pemimpin yang islami yaitu untuk mensejahterahkan rakyat yang dipimpinnya. Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian yang bersifat kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Fokus penelitian adalah pada makna kepemimpinan islami yang terdapat dalam iklan pasangan Aher-Demiz versi judul doa. Peneliti menggunakan metode analisis semiotika model Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian menemukan bahwa iklan mengandung makna kepemimpinan islami. Iklan ini digunakan untuk menciptakan citra sebagai pemimpin berkarakter seperti kepemimpinan Rasulullah SAW, yaitu pemimpin yang amanah, melayani rakyatnya dan memiliki tujuan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Keyword: Pemimpin, Kepemimpinan islami, Iklan Pasangan Aher-Demiz versi judul doa, Semiotika Charles Sanders Peirce. v KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dzat Maha Sempurna yang senatiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya. Dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini, sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW berserta sahabat dan keluarganya. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak akan mampu menyelesaikan tanpa bantuan dari pihak lain. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Wadek I Dr. Suparto, M.Ed, Wadek II Drs. Jumroni, M.Si, dan Wadek III Drs. Wahidin Saputra, MA. 2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. vi 3. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Fauzun Jamal, Lc selaku Pembimbing Akademik KPI G 2009 yang selalu mendengarkan keluh kesah kami dan pengarahannya dari semester 1 sampai saat ini. 5. Bapak Muchammad Nasucha, M.Si dan Ibu Bintan Humeira, M.Si yang telah memberikan pengarahan pada awal pengajuan proposal skripsi ini. 6. Kedua orangtua saya, Bapak Ibrahim dan Ibu Hamilah yang tak pernah berhenti berusaha mendidik anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Kaka saya Rhienny Hijriah dan Adik saya Astrid Karolina Agustin 7. Dewi Nirmala yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi, serta bantuan moril kepada penulis. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terima kasih banyak ya teman. Semoga semua bantuan dan do’anya akan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis mohon maaf apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal’alamin. Wassalam. Jakarta, 23 Oktober 2013 Arief Fadillah vii DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5 D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9 BAB II KERANGKA TEORITIS ............................................................... 11 A. Semiotika Charles Sanders Peirce .................................................... 11 1. Tripologi Tanda ......................................................................... 13 2. Semiotika pada Iklan ................................................................. 16 3. Semiotika pada Iklan Televisi .................................................... 18 B. Komunikasi Politk ............................................................................. 19 C. Iklan .................................................................................................. 22 1. Pengertian Iklan ......................................................................... 22 2. Fungsi Periklanan ...................................................................... 24 D. Iklan Politik Televisi ......................................................................... 25 E. Semiotika Dalam Iklan Politik .......................................................... 28 F. Kepemimpinan dalam Konsep Islam ................................................ 29 1. Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW ........................... 33 2. Kepemimpinan Islami ................................................................. 36 BAB III PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR ............... 42 A. Riwayat Hidup Ahmad Heryawan .................................................... 42 B. Riwayat Hidup Deddy Mizwar ......................................................... 48 C. Narasi Iklan Kampanye Pasangan Aher-Demiz judul Doa ............... 52 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .............................................. 54 A. Analisis Iklan Doa Pasangan Aher-Demiz dalam semiotika Charles Sander Peirce ........................................................................ 54 B. Interpretasi Penelitian ....................................................................... 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78 viii A. Kesimpulan ....................................................................................... 78 B. Saran ................................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Tabel 1 Semiotika Peircean ............................................................................ 15 Tabel 2 Analisis Scene Satu (Orang Berdoa) ................................................. 55 Tabel 3 Analisis Scene Dua (Deddy Mizwar Berdoa) ................................... 55 Tabel 4 Analisis Scene Tiga (Ahmad Heryawan Berdoa) ............................. 57 Tabel 5 Analisis Scene Empat (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama) ........................................................................................................ 60 Tabel 6 Analisis Scene Lima (Tangan Ahmad Heryawan) ............................ 62 Tabel 7 Analisis Scene Enam (Telinga Deddy Mizwar) ................................ 64 Tabel 8 Analisis Scene Tujuh (Mata dan Telinga Deddy Mizwar) ................ 65 Tabel 9 Analisis Scene Delapan (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa) ........................................................................................................... 67 Tabel 10 Analisis Scene Sembilan (Deddy Mizwar Menunduk) ................... 68 x DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Semiotika Peircean ..................................................................... 15 Gambar 3.1 Banner Kampanye Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar ........ 52 Gambar 4.1 Tangan Deddy Mizwar ............................................................... 54 Gambar 4.2 Deddy Mizwar Berdoa ............................................................... 56 Gambar 4.3 Ahmad Heryawan Berdoa .......................................................... 58 Gambar 4.4 Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama .................. 59 Gambar 4.5 Tangan Ahmad Heryawan .......................................................... 61 Gambar 4.6 Telinga Deddy Mizwar............................................................... 63 Gambar 4.7 Mata dan Telinga Deddy Mizwar............................................... 64 Gambar 4.8 Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa ................................. 66 Gambar 4.9 Deddy Mizwar Menunduk ......................................................... 68 xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua elemen yang saling berkaitan. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin suatu kelompok. Kepemimpinan (George R. Terry (2006 : 495)) adalah kegiatan atau cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi yang dipimpinnya agar mau mengikuti untuk mencapai tujuan kelompok tersebut secara sukarela. Dalam pandangan Islam kehadiran seorang pemimpin sangatlah penting. Dengan adanya pemimpin tujuan hidup umat Islam menjadi jelas terarah. Oleh karena itu Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memilih pemimpin. Argumentasi yang dikemukakan adalah pengangkatan imam itu merupakan usaha untuk menolak kejahatan, dan kejahatan itu tidak mungkin tertolak tanpa adanya imam.1 Pemilihan kepala daerah merupakan ajang lima tahunan yang dilakukan untuk menentukan siapa yang berhak menjadi kepala daerah dalam hal ini Gubernur. Momen ini merupakan titik sentral perubahan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut. Dalam pesta demokrasi ini selalu ada kandidat-kandidat yang mencalonkan diri sebagai CAGUB (Calon Gubernur) dan CAWAGUB (Calon Wakil Gubernur). Dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 kali ini terdapat 5 pasang kandidat CAGUB dan CAWAGUB. Kelima pasang itu adalah Dikdik Mulyana 1 Moh Mufid, Politik dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), cetakan 1, h. 37. 1 2 Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, Dede Yusuf-Lex Laksamana, Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki, dan Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhunul Hakim. Terdapat dua pasangan incumbent yakni Gubernur Jawa Barat sekarang Ahmad Heryawan yang berpasangan dengan Deddy Mizwar dan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf yang berpasangan dengan Lex Laksamana. Umat Islam dalam menentukan seorang pemimpin sudah memiliki figur dan pelaku yang pantas untuk diteladani. Dalam Islam figur pemimpin yang ideal yang patut diteladani ialah Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana Allah SWT berfirman: َخر ِ لَقَدْ كَانَ َلكُمْ فِي رَسُولِ الَّلهِ أُسْ َوةٌ حَسَ َنةٌ ِلمَهْ كَانَ َيرْجُو الَّلهَ وَالْيَوْمَ الْآ وَ َذ َكرَ الَّلهَ كَثِيرًا “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21)2. Ayat tersebut telah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW merupakan manusia yang sempurna yang memiliki akhlak yang mulia. Sehingga tidak diragukan untuk dijadikan sebagai suri tauladan tak terkecuali dalam hal menjadi pemimpin dan memimpin umat. Sebagaimana peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin dalam perspektif Islam yakni sebagai pelayan dan pemandu bagi rakyatnya. 3 Rasulullah 2 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 420. 3 Ahmadi Sofyan, Islam On Leadership(Jakarta: Lintas Pustaka, 2006), h. 30. 3 SAW memiliki empat sifat wajib yang berkaitan dengan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi. Empat sifat tersebut yakni Amanah, Fatanah, Siddiq, dan Tabligh. Mencari pemimpin yang tepat berarti menemukan empat sifat Nabi SAW itu dalam pribadi seorang calon pemimpin. Kepemimpinan Rasulullah SAW memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun sebagai umat Islam harus berusaha untuk meniru dan meneladani kepemimipinan Rasulullah SAW tersebut. Untuk memilih seorang pemimpin yang tepat kita harus mengenali karakter atau pribadi orang tersebut dalam memimpin. Guna mendapatkan dukungan dari masyarakat para kandidat CAGUB dan CAWAGUB tersebut membuat strategi. Strategi yang dilakukan ialah dengan membuat kampanye. Sebagaimana yang dikutip oleh Arnold Steinberg kampanye politik ialah suatu usaha yang formal dan tegas, serta diorganisir sebaik-baiknya, untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan resmi.4 Kampanye dilakukan melalui iklan di media massa atau dikenal dengan sebutan iklan politik. Iklan politik ialah upaya menyampaikan pesan verbal visual perikehidupan politik yang didesain secara komunikatif5. Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar mengeluarkan beberapa iklan politik selama periode kampanye kali ini. Salah satunya yang berjudul “Doa”. Dalam tayangan yang berdurasi 30 detik tersebut pasangan yang dikenal dengan panggilan Aher-Demiz ini berusaha menciptakan atau memunculkan suatu citra positif, yakni citra sebagai pemimpin yang islami. Di mana dalam tayangan iklan 4 Arnold Steinberg, Kampanye Politik Dalam Praktek (Jakarta: PT Intermasa, 1981), h. 13 5 Sumbo Tinarbuko, “Menyorot Keberadaan Alat Peraga Kampanye,” artikel di akses pada 18 Sepetember 2013 dari www.sumbotinarbuko.com/-menyorot-keberadaan-alat-peragakamapnye.html 4 tersebut terdapat tanda-tanda yang mengasumsikan bahwa pasangan Aher-Demiz ini memiliki karakter kepemimpinan yang islami. Ada lima hal penting yang membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti iklan tersebut. Pertama, iklan kampanye ini merupakan suatu pencitraan dan bentuk pendekatan dari pasangan Aher-Demiz kepada masyarakat Jawa Barat. Kedua, iklan kampanye ini memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Ketiga, dalam konteks Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) terdapat makna kepemimpinan yang islami dalam penayangan klan kampanye tersebut. Kelima, semiotika pada iklan politik ditelevisi merupakan hal yang menarik karena televisi merupakan media massa yang bersifat audiovisual. Pada intinya iklan dimunculkan untuk memberikan citra positif terhadap sesuatu yang diiklankan. Di dalam iklan terdapat banyak tanda-tanda audio dan visual serta simbol yang bertujuan untuk membentuk citra yang dinginkan. Melalui tanda-tanda kita dapat berkomunikasi. Begitu berartinya suatu tanda sehingga apabila dikaitkan dengan tanda-tanda lainnya akan menemukan suatu makna tersembunyi dari suatu iklan. Berdasarkan yang sudah dipaparkan oleh peneliti di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Makna Kepemimpinan Islami Dalam Iklan Politik Di Televisi (Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013). 5 B. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana makna kepemimpinan islami disampaikan dalam iklan kampanye Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar versi judul „Doa‟? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui makna kepemimpinan islami disampaikan dalam iklan kampanye Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar versi judul „Doa‟. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian media dan komunikasi massa. Khususnya kajian mengenai iklan politik dilihat dari analisis semiotika. b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat agar dapat lebih cermat dalam melihat pesan yang disampaikan oleh media massa, khususnya terkait dengan pesan-pesan politik dalam iklan kampanye pemilihan pemimpin. 6 D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang diamati.6 2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.7 Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya 3. Teknik Pengumpulan Data Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan: a. Observasi Merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Arikunto observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 9 7 Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Tindakan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 72. 7 suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.8 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap iklan kampanye AherDemiz versi judul „Doa‟. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode yang mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.9 Dalam hal ini, peneliti mengambil dokumentasi iklan kampanye Aher-Demiz dengan mengunduh file video dari website www.youtube.com. 4. Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Moleong analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.10 Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen: 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitentiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskannya apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 145 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 206 10 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 280. 11 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 248. 8 Teori yang digunakan ini bertujuan untuk melihat tanda berupa gambar dan teks. Metode ini diawali dengan pendefinisian objek analisis dan pengumpulan tanda yang akan dikaji serta pengklasfikasian tanda. Objek analisis dalam kajian ini adalah iklan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang berjudul “Doa”. Selanjutnya akan diamati tanda-tanda yang terdapat dalam tayangan tersebut. Pada level ini, analisis yang dilakukan menyangkut pengklasifikasian dan mengidentifikasi dari tanda audio dan visual. Sebuah tanda atau representamen adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu oleh Peirce disebut Interpretant-dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Peirce sebuah tanda memiliki relasi „triadik‟ langsung dengan interpretan dan objeknya. Peirce mengatakan bahwa tanda-tanda dalam gambar dapat digolongkan ke dalam ikon, indeks, dan simbol (North, 1995:45).12 E. Tinjauan Pustaka Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis semiotika. Ada beberapa tulisan yang membicarakan mengenai analisis semiotika dan menjadi acuan dalam penelitian ini, diantarnya yaitu: Skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Iklan Politik Partai Bulan Bintang di Media Televisi (Versi Profil Syariah)”. Karya Noviyanto mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12 Sumbo Tinarbuko, 2008, h. 17. 9 Penelitian ini menggunakan model Charles Sanders Peirce dengan metode penelitian analisis deskriptis. Hasil penelitian ini adalah dapat mengetahui tanda, makna, dan pesan yang terdapat pada iklan politik Partai Bulan Bintang. Skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Kepemimpinan Dalam Komik Strip Si Bujang”. Karya Novita Intan Sari mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan model Charles Sanders Peirce dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah dapat mengetahui Representamen, Object dan Interpretan yang terdapat dalam komik strip Si Bujang pada edisi kepemimpinan. F. Sistematika Penulisan Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing dari sub bab, yakni: BAB I : PENDAHULUAN, pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II : KERANGKA TEORITIS, bab ini membahas tentang Semiotika Charles Sanders Peirce, Komunikasi Politik, Iklan, Iklan Politik Televisi, Semiotika Dalam Iklan Politik, Kepemimpinan dalam Konsep Islam. BAB III : PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR, bab ini berisi profil CAGUB (Ahmad Heryawan) dan CAWAGUB (Deddy Mizwar), narasi iklan kampanye Aher-Demiz judul „Doa‟. 10 BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA, bab ini membahas tentang analisis iklan kampanye pasangan Aher-Demiz versi judul „Doa‟. Interpretasi Penelitian. BAB V : PENUTUPAN, bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran peneliti. BAB II KERANGKA TEORITIS A. Semiotika Charles Sanders Peirce Istilah semiotik diperkenalkan oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala.1 Gejala menurut Hippocrates merupakan Semeion yang dalam bahasa Yunani berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya. Dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.2 Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1976: 6)3. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan „tanda‟. Eco menyebut tanda sebagai suatu „kebohongan‟. Menurut Eco pada prinsipnya semiotika adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Definisi ini meskipun agak aneh secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta di dalam wacana semiotika, sehigga dusta tampaknya menjadi prinsip utama 1 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 6. 2 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 5. 3 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 7. 11 12 semiotika. Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (represantemen), berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Menurut Peirce tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu (Eco, 1979 :15). Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut sebagai objek. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian4: 1. Tanda. Wilayah ini meliputi kajian mengenai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan cara tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. 2. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi. 3. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Peirce merujuk bagan tiga dimensi ini sebagai ke-pertamaan, ke-duaan, dan ke-tigaan. Tanda mulai sebagai struktur sensorik, yaitu sebagai sesuatu yang dibuat untuk mensimulasi objek dalam kerangka properti sensoriknya. Kemudian tanda digunakan oleh pengguna tanda untuk membangun koneksi dengan objek, bahkan jika objek aktualnya tidak hadir untuk dipersepsi indera (=ke-duaan). Terakhir, tanda itu sendiri menjadi sumber pengetahuan mengenai dunia, saat ia memasuki dunia budaya dan didistribusikan untuk penggunaan umum (=ketigaan).5 4 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Edisi 3 h. 66. 5 John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Edisi 3, h.68 13 Teori semiotika Peirce sering disebut sebagai grand theory. Karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.6 1. Tripologi Tanda Pembedaan tipe-tipe tanda yang agaknya paling simpel dan fundamental adalah di antara ikon, indeks, dan simbol yang didasarkan atas relasi di antara representamen dan objeknya (Peirce).7 Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa kualitas”. Misalnya suatu peta atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya sejauh keduanya terdapat keserupaan. Menurut Zoest, ikon dapat dijelaskan dalam tiga bentuk; 1). Ikon spasial atau topologis, yang ditandai dengan adanya kemiripan antara ruang atau profil dan bentuk teks dengan apa yang dijadikan acuannya; 2). Ikon relasional atau diagramatik di mana terjadi kemiripan antara hubungan dua unsur tekstual dengan hubungan dua unsur acuan; 3). Ikon metapora, di mana hubungan dilihat bukan lagi karena adanya kemiripan antara tanda dan acuan, melainkan antara dua acuan, yang mana kedua-duanya diacu dengan tanda yang sama, yang bersifat langsung dan tidak langsung. Dalam konteks seni, ikon metafora (menurut 6 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 13. 7 Kris Budiman, Semiotika Visual (Konsep, Isu dan Problem Ikonitas), (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), cetakan 1 14 Dahana, dalam Sobur, 2004) biasanya muncul dalam bentuk parabel, alegori atau kisah metafisis.8 Indeks yaitu tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda dan objeknya bersifat konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Misalnya, jejak kaki di atas permukan tanah, merupakan indeks dari seseorang yang telah lewat di sana. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Tanda-tanda seperti kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Simbol biasa diartikan sebagai suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benar-benar diinterpretasi. Interpretasi yang dimaksudkan adalah satu upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik dengan melibatkan unsur dari proses belajar, berdasarkan pengalaman sosial dan kesepakatan dalam masyarakat tentang makna lambang tersebut. Contoh, bendera disepakati sebagai lambang yang bersifat simbolik dari suatu bangsa yang karenanya segenap warga bangsa melakukan penghormatan terhadapnya. Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretan, yakni suatu tanda lain yang ekuivalen (arti yang sama), di dalam benak seseorang (interpreter). 8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), cetakan 2, h. 158. 15 Interpretant, setiap tanda yang dipahami oleh seseorang membangkitkan atau berasosiasi dengan tanda lain di dalam benaknya. Tanda yang kemudian ini merupakan interpretan dari yang pertama. (contoh: sebuah gambar mata menyebabkan munculnya kata mata sebagai interpretan di dalam benak seseorang Indonesia). Sering kali kita menginterpratasikan sebuah ikon melalui simbol atau sebaliknya, simbil melalui ikon. Berdasarkan pengertian tentang tanda yang diinterpretasikan lewat tanda lain ini, sebagai gerakan yang tak berujung pangkal, Eco dan Derrida merumuskan proses semiosis yang tak berkesudahan.9 Representamen (X) Objek (Y) Interpretan (X=Y) Gambar 2.1 Semiotika Peircean Jenis Tanda (Representamen) Ikon Indeks 9 Tabel 1 Semiotika Peircean Hubungan antar Tanda dan Sumber Acuannya Tanda dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melaui simulasi atau pesanan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dan seterusnya, dalam ikon) Tanda dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan Contoh Segala macam gambar (bagan, diagram dan lain-lain), photo, katakata onomatopoeia dan seterusnya Jari yang menunjuk, kata keterangan seperti di sini, di sana, kata ganti seperti aku, kau, ia dan seterusnya Kris Budiman, Kosa Semiotika (Yogyakarta: LkiS, 1999), h. 51. 16 Tanda dirancang menyandikan sumber melalui kesepakatan persetujuan Simbol untuk Simbol sosial seperti acuan mawar, simbol atau matematika dan seterusnya 2. Semiotika pada Iklan Menurut para ahli semiotika iklan (Gillian Dyer, Torben Vestergaard atau Judith Williamson) bahwa sebuah iklan selalu berisi unsur tanda yakni berupa objek yang diiklankan; konteks berupa lingkungan, orang atau makhluk lainnya yang memberikan makna pada objek dan teks yang memperkuat makna serta unsur bunyi dan ucapan.10 Dari pandangan-pandangan para ahli semiotika periklanan dapat dilihat bahwa ada dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan, yang membedakan iklan secara semiotik dengan objek seni pada umumnya. Mengkaji tanda verbal (judul, teks) dan tanda visual (ilustrasi, logo, tipografi, dan tata visual). Melalui pendekatan teori semiotika, diharapkan karya desain komunikasi visual mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya. Tanda verbal akan didekati pada aspek ragam bahasa, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya. Tanda-tanda tersebut dilihat dan dibaca dari dua aspek tersebut kemudian diklasifikasikan, dan dicari hubungan antara yang satu dengan lainnya. Simbol, ikon, indeks merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek dan konsep (interpreatant). 10 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya Makna), (Bandung: Matahari, 2012), edisi 4 cetakan 1 h. 341. 17 Bentuk biasanya menimbulkan persepsi setelah dihubungankan dengan objek dan akan menimbulkan interpretant. Proses ini merupakan proses kognitif yang terjadi dalam memamahami pesan iklan.11 Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada para penerima tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. Fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi antara pengirim dan penerima pesan yang dimediasi oleh media tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi tetapi bentuk-bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi, yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna.12 Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna dan bunyi. Untuk mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, kita bisa mengkajinya melalui sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun berupa ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan nonverbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang nonverbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003 : 116). Yang penting 11 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), cetakan 3, h. 14. 12 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya Makna), (Bandung: Matahari, 2012), edisi 4 cetakan 1, h. 339. 18 dalam meneliti iklan adalah penafsiran kelompok sasaran dalam proses interpretan. Penafsiran yang bertahap ini merupakan segi penting dalam iklan, proses seperti ini disebut semiosis (Hoed, 2001 : 97). Menurut Berger (2000 : 199), bila akan menganalisis iklan kita harus mengambil iklan dengan orang, objek, latar belakang menarik, naskah yang menarik. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis iklan : 1 Penanda dan petanda 2 Gambar, indeks dan simbol 3 Fenomena sosiologi, demografi orang dalam iklan dan orang-orang yang menjadi sasaran iklan, refleksikan kelas-kelas sosial ekonomi, gaya hidup dan sebagainya. 4 Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk, melalui naskah dan orangorang yang dilibatkan dalam iklan. 5 Desain dari iklan, termasuk tipe perwajahan yang digunakan, warna dan unsur estetik yang lain. 6 Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut. 3. Semiotika pada Iklan Televisi Dalam meneliti semiotika pada media seperti televisi ini harus memahami karakterisitik yang dimiliki oleh media tersebut. Televisi memiliki karakter sebagai media yang menggabungkan unsur audio dan visual. Dalam mengkaji iklan yang ada ditelevisi hal yang harus diperhatikan yaitu melihat kembali 19 kepada kedua karakteristik tersebut. Audio dalam hal ini menyangkut suara yang digunakan dalam iklan tersebut. yakni bisa berupa tanda verbal seperti narasi yang diucapkan ataupun musik pengiring iklan. Visual, berarti yang menjadi perhatian ialah gambar, adegan atau tayangan yang muncul dalam iklan tersebut. Iklan televisi bekerja efektif karena menghadirkan pesan dalam bentuk verbal dan nonverbal sekaligus. Sebagai sistem pertandaan, maka iklan sekaligus menjadi sebuah bangunan representasi. Tampilan iklan di televisi senantiasa melibatkan tanda dan kode. Setiap bagian iklan pun menjadi “tanda” atau sign, yang secara mendasar berarti sesuatu yang memproduksi makna (Thwaites et al., 2002: 9). Tanda berfungsi mengartikan atau merepresentasikan (menggambarkan) serangkaian konsep, gagasan atau perasaan sedemikian rupa yang memungkinkan seorang penonton untuk men-decode atau menginterpretasikan maknanya. Jika tanda adalah material atau tindakan yang menunjuk sesuatu, kode adalah sistem di mana tanda-tanda diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan dengan yang lain. Dalam iklan, kode-kode yang secara jelas dapat dibaca adalah bahasa berupa narasi atau unsur tekstual, audio, dan audiovisual. B. Komunikasi Politik Dan Nimmo mendefinisikan komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun 20 potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik.13 Dalam bukunya Gun Gun Heryanto membagi komunikasi politik ke dalam dua kajian. Komunikasi politik dalam kajian politik, dapat dipahami sebagai aktifitas politik atau upaya-upaya pembentukan kesepakatan, misalnya, kesepakatan menyangkut bagaimana pembagian sumberdaya kekuasaan atau bagaimana kesepakatan tersebut dibuat. Sementara dalam kajian komunikasi, komunikasi politik dipahami sebagai pesan bercirikan politik untuk mempengaruhi pihak lain dalam mencapai tujuan yang direncanakan.14 Komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan yang bercirikan politik dari komunikator politik kepada khalayak politik melalui media tertentu yang bertujuan mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu kepentingan tertentu di masyarakat.15 Media massa dinilai efektif oleh para pelaku politik dalam melakukan komunikasi politiknya. Karena sifat media massa mampu menyampaikan pesan secara serempak kepada khalayak luas yang heterogen. Swanson dan Nimmo (dalam New Direction in Political Communication, 1990) menitikberatkan komunikasi politik adalah studi tentang strategi penggunaan komunikasi untuk mempengaruhi pengetahuan publik, kepercayaan, 13 Dan Nimmo, Komunikasi Politik Khalayak dan Efek ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), h. 88. 14 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik.(Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN JKT, 2011), h. 3. 15 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik.(Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN JKT, 2011), h. 4. 21 dan tindakan politik; serta studi terhadap keterkatitan kampanye politik sebagai suatu objek.16 Salah satu tujuan komunikasi politik adalah menciptakan, membangun, dan memperkuat citra (image) politik di tengah masyarakat khususnya pemilih. Seperti diungkapakan oleh Arifin (2003), salah satu tujuan dari komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak.17 Menurut Water Lippman (1965) citra adalah pictures in our head atau dunia menurut persepsi kita. Citra politik menurut Cangara (2007) adalah idenditas politik yang merupakan visualisasi dari atribut yang diberikan dan dipersepsikan oleh pihak luar tentang seorang kandidat maupun partai politik.18 Citra seorang politisi dapat dibentuk melalui iklan di media massa baik cetak maupun elektronik. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual. Para politisi memanfaatkan iklan sebagai media untuk melakukan komunikasi politiknya. Melalui iklan politik yang disiarkan di televisi citra seorang politisi akan mudah diterima dan terbentuk ke dalam benak khalayak. Hal ini dikarenakan televisi sudah menjadi bagian hidup dari keseharian masyarakat di Indonesia. Banyak dari penduduk di Indonesia mejadikan televisi sebagai sumber kebenaran. Menurut Dedy Jamaluddin Malik, media telah menjadi sarana 16 Novita Damayanti, “Analisis Semiotika Iklan Politik Pilpres 2009,” Wacana Vol X, No $ (November 2011): h. 53 17 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 5. 18 Hafied Cangara, Komunikasi Politi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 40. 22 dalam upaya perluasan ide-ide, gagasan-gagasan dan pemikiran terhadap kenyataan sosial. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2006 menghasilkan 86 persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia memiliki aktivitas rutin mengikuti acara televisi dalam seminggu.19 Hal ini memungkinkan televisi merasuki pikiran penikmatnya dengan sangat persuasif. Dengan begitu media telah menjadi sarana komunikasi politik para politisi dalam menyampaikan dan membentuk citranya kepada khalayak khususnya pemilih. C. Iklan 1. Pengertian Iklan Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya „menggiring orang pada gagasan‟.20 Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Morrison dalam bukunya mendefinisikan iklan sebagai “any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (Setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Ada pun maksud „dibayar‟ ialah menunjukan bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata „nonpersonal‟ yaitu suatu iklan melibatkan media massa seperti koran, majalah, radio, dan 19 Komaruddin Hasan, “Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis Pencitraan Politik di Indonesia)” artikel diakses pada 17 Januari 2014 dari http://kamaruddinblog.blogspot.com/2010/10/komunikasi-politik-dan-pecitraan.html 20 Anwar Efendi, “Bahasa dan Pembentukan Citra dalam Komunikasi Periklanan di Televisi,” Komunika, Vol. 2, No. 2 (Juli – Desember 2008), h. 140. 23 televisi yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan.21 Jefkins mendefinisikan periklanan adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.22 Periklanan merupakan salah satu alat dari alat yang paling umum digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat. Sebenarnya di Indonesia sendiri istilah iklan sering disebut dengan istilah lain, yaitu advertensi dan reklame. Kedua istilah itu diambil dari bahasa Belanda (advertensi) dan bahasa Prancis (reclame). Namun secara resminya, sebutan iklan lebih sering digunakan dibanding dengan kedua kata tersebut. Soedardjo lebih memilih rujukan dari bahasa Arab untuk menyebut advertentie atau reklame. Ia melafalkan kata I‟lan dalam bahasa Arab untuk diucapkan ke dalam lidah orang Indonesia sebagai istilah iklan. Istilah inilah yang sampai sekarang ini populer digunakan. Pilihan Soedardjo ini karena semangat anti-Barat yang mana pada masa itu Belanda sedang menjajah Indonesia.23 Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia (MPI) mengartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah periklanan (Riyanto, 2001) diartikan sebagai keseluruhan proses 21 Morissan, edisi 1, h. 17. 22 23 Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta: Kencana, 2010), Frank Jefkins. Periklanan (Jakarta: Harcourt College Publisher, 1996), h.5. Rendra Widyatama, Pengatar Perikalanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005), cetakan 1, h. 14. 24 yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksaan dan pengawasan penyampaian iklan.24 Pada dasarnya tujuan periklanan adalah agar produknya terjual atau laku. Seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins: advertising aims to pursuade people to buy. 25 Karena iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli, 2. Fungsi Periklanan Menurut Terence A. Shimp (2003), secara umum periklanan mempunyai fungsi komunikasi. Ada beberapa fungsi iklan, yaitu:26 a) Informasi, iklan mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannya serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. b) Persuasif, iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek- merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut. c) Pengingat, iklan terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya. d) Nilai tambah, memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, bergaya, bergengsi dan lebih unggul dari tawaran pesaing. e) Mendampingi, memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan sebagai 24 Rendra Widyatama, Pengatar Perikalanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005), cetakan 1, h. 16. 25 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia), (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007), cetakan 5, h. 9. 26 Terence A. Shimp. Promotion Management and Marketing Communication. Penerjemah oleh Revyani, (Jakarta: Erlangga, 2003), edisi 5, jilid 1, h. 357. 25 alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kuponkupon dan undian. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan dari perusahaan. D. Iklan Politik Televisi Iklan politik adalah “political advertising refers to the purchase and use of advertising space, paid for at commercial rates, in order to transmit political messages to a mass audience”. Melalui iklan politik para calon bisa mengkomunikasikan pesan-pesan, ide, dan programnya kepada para calon pemilih.27 Lynda Lee Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses komunikasi melalui sumber (kandidat atau partai politik), mengambil kesempatan untuk mengekspos komunikan melalui saluran media massa dari pesan-pesan politik untuk memengaruhi sikap, kepercayaan dan perlaku politik khalayak.28 Pada dasarnya iklan politik menggambarkan suatu mekanisme yang konvergen sifatnya. Jadi sifat utama dari iklan politik adalah one-to-many-communication terhadap individu-individu dalam massa yang heterogen sifatnya.29 Konten dan pesan yang disampaikan melalui iklan politik tersebut selalu berisi muatan politik. Di mana isinya tidak jauh dari untuk memperkenalkan kandidat ataupun seruan untuk memilih kandidat yang diiklankan. Muatan pesan 27 Hafied Cangara, Komunikasi Politik (Konsep, Teori, Strategi) (Jakarta: Rajawali,2011) 28 Gun Gun Heryanto, dkk., Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011) 29 Abidin Miranti, Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi, (2002) 26 dalam sebuah iklan politik tentunya meliputi informasi visi misi politik, jargon, platform, program politik, dan juga fungus produk yang disampaikan.30 Iklan politik di Indonesia muncul sejak era reformasi.31 Semula iklan politik hanya muncul pada media cetak dan radio saja. Seiring dengan berkembangnya zaman maka iklan politikpun muncul pada media massa seperti televisi. Televisi memiliki kekuatan audio visual yang dahsyat dari segi interaksi. Dengan kekuatan audio visual ini televisi menjadi satu media yang sangat diunggulkan dalam melakukan pendekatan secara persuasif kepada khalayak. Seiring perkembangan televisi yang sedemikian rupa dan telah menjangkau hampir setiap rumah tangga. Kini televisi sudah menjadi salah satu media yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat di Indonesia untuk mendapatkan informasi.32 Sehingga televisi menjadi media yang sangat relevan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Dengan demikian, iklan politik di televisi menjadi sangat efektif sebagai cara untuk menjangkau rakyat pemilih. Wilbur Schramm (1955) mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya suatu pesan, yaitu; pertama pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian khalayak; kedua pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh komunikator dan khalayak sehingga kedua pengertian itu bertemu; ketiga pesan harus membangkitkan 30 Gun Gun Heryanto, dkk., Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011), h. 58-59. 31 Farid Hamid, dkk., Ilmu Komunikasi (Sekarang dan Tantangan Masa Depan) (Jakarta: Kencana, 2011) 32 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi) (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 33. 27 kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan agar cara-cara tersebut tepat mencapai kebutuhan itu; dan keempat pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi khalayak.33 Dunia periklanan melihat televisi adalah media yang paling ideal untuk penyampaian ide iklan, karena kemampuan audio visualnya. Melalui kekuatan audio visualnya iklan televisi tidak saja mampu menampilkan citra produk yang artistik dan rasional, namun juga mampu mengkonstruksi image produk kepada pemirsa dengan optimal. Iklan televisi mengambil peran penting, dalam : 1. Membangun dan mengembangkan citra positif bagi suatu perusahaan dan produk yang dihasilkan, melalui proses sosialisasi yang terencana dan tertata dengan baik. 2. Membentuk publik opini yang positif terhadap perusahaan atau produk tersebut. 3. Mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap produk konsumsi dan perusahaan yang memproduksinya. 4. Menjalin komunikasi secara efektif dan efisien dengan masyarakat luas, sehingga dapat terbentuk pemahaman dan pengertian yang sama terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan pada masyarakat oleh perusahaan tersebut. Mengembangkan alih pengetahuan 33 Anwar Arifin, Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 163. 28 E. Semiotika Dalam Iklan Politik Iklan politik di televisi juga dimaknai sebagai alat pencitraan yang efektif. Selain karena jangkauannya yang luas, iklan televisi dirasakan sebagai media yang persuasif sehingga khalayak tidak merasa dipaksakan untuk memilih seorang calon pemimpin. Menurut Hoed, iklan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi tentang suatu produk (ide, barang, dan jasa) tetapi iklan sekaligus bersifat “mendorong” dan “membujuk” agar orang menyukai, memilih kemudian membeli. Dalam situasi ini, iklan dapat dimaknai sebagai sarana komunikasi politik yang paling persuasif. Karena sifat iklan yang persuasif, maka suatu iklan politik harus dikemas sedemikian rupa guna menghasilkan citra yang baik. Iklan oleh karenanya harus mengandung tanda atau simbolisasi-simbolisasi tertentu guna mendukung citra yang diinginkan. Iklan adalah alat komunikasi politik yang sangat penting guna mencapai suatu pencitraan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator dari komunikasi politik yang dilakukan.34 Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –”penggabungan kepentingan” (interest aggregation)” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy.35 Iklan politik yang baik juga membutuhkan keahlian dari komunikator dalam menyampaikan visi dan misi politiknya ke dalam iklan tersebut. Untuk 34 Ari Pandu, dkk., “Pencitraan Pemimpin Bangsa dalam Iklan Kampanye Pasangan Presiden dan Wakil Presiden 2009,” Jurnal Riset Komunikasi Vol.1 No. 2 (Desember 2010). 35 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1982), h.163. 29 sampai ke tahap persuasif butuh proses salah satunya dengan memasuki nilai-nilai yang dipahami oleh penerima pesan. Para tokoh politik kemudian menggunakan iklan sebagai sarana mencitrakan bahwa diri mereka adalah sosok pemimpin yang ideal sehingga layak untuk dipilih dalam pemilihan umum. Iklan politik mengemas tokoh politik sedemikian rupa supaya mereka memang pantas menjadi pemimpin. Jika semiotika dikaitkan dengan bekerjanya sebuah iklan politik, maka setiap pesan merupakan pertemuan antara tanda-tanda. Mengingat bahwa iklan politik mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal (audio) dan visual, serta merujuk bahwa teks iklan politik dan penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem-sistem nonkebahasaan untuk mendukung peran kebahasaannya. Dalam semiotika, maka iklan politik pada hakikatnya bermainmain dengan tanda dan simbolisasi. Freddy Istanto (2000) melalui analisis semiotika terhadap iklan menemukan bahwa iklan kini tidak secara vulgar langsung bertujuan menjual produknya. Iklan justru dapat mencitrakan produknya dengan cara yang sangat persuasif, kreatif dan menarik.36 F. Kepemimpinan dalam Konsep Islam Kepemimpinan adalah kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kepemimpinan secara etimologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan awalan me- menjadi “memimpin” maka berarti menuntun, menunjukan jalan dan membimbing. Dengan kata lain 36 Yearry Panji,”Seminar Nasional Periklanan,” Efektivitas Iklan dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pilpres 2009,”(Himakom: UNTIRTA, 2009). 30 pemimpin adalah orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Bertolak dari kata pemimpin berkembang pula perkataan kepemimpinan, berupa penambah awalan ke dan akhiran an pada kata pemimpin. Perkataan kepemimpinan menunjukan pada sebuah perihal dalam memimpin, termasuk juga kegiatannya.37 Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling berkaitan. Kepemimpinan adalah cerminan dari karakter atau perilaku seorang pemimpin. Dilihat dari ajaran Islam berarti kepemimpinan merupakan kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukan jalan yang diridhai Allah SWT. Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu fitrah bagi setiap manusia. Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (HR. Bukhari dan Muslim).38 Manusia telah diamanahi oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah dimuka bumi. ْجعَوُ فِيهَا مَه ْ َوَإِذْ قَاهَ رَ ُّبلَ ىِ ْيمَيَا ِئ َنةِ إِوِي جَاعِوٌ فِي ا ْىَأرْضِ خَيِي َفةً ۖ قَاىُىا أَت ل ۖ قَاهَ إِوِي أَعْيَمُ مَا َ ك وَوُقَ ِدسُ َى َ ِحمْد َ ِه وُسَّبِحُ ّب ُ ْيُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْ ِفلُ اى ِدمَاءَ وَوَح َىَا َتعَْيمُىن Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan 37 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 28. 38 HR. Al-Bukhari dari Abdullah binUmar, Kitab Al-Itq, Bab Karahiyatut Tathaawul alaa Ar-Raqiiq (2416), Muslim, Fii Al-Imaraat,Fadhilatul Imam Adil wa Uqubatul Jair (1829). 31 mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah : 30)39. Firman tersebut dengan jelas mengatakan bahwa manusia sebagai makluk ciptaan Allah SWT yang terpilih untuk menjadi seorang khalifah di bumi. Pengangkatan seorang imam adalah wajib. Kewajiban itu bukan hanya datang dari Allah SWT, melainkan karena kebutuhan manusia itu sendiri. Argumentasi yang dikemukakan adalah pengangkatan imam itu merupakan usaha untuk menolak kejahatan, dan kejahatan itu tidak mungkin tertolak tanpa adanya imam.40 Kewajiban itu juga tersirat dalam firman Allah SWT dalam QS Al-Furqan (25): 74,“… Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa”.41 Kewajiban memilih pemimpin itu juga pernah diajurkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang menyatakan bahwa wajib menunujuk seorang pemimpin diantara tiga orang yang melakukan suatu perjalanan. Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa.42 Setiap muslim wajib memiliki kemampuan memimipin dan menguasai ilmu kepemimpinan. Berdasarkan pandangan Islam di dalam manajemen harus 39 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 6. 40 Moh Mufid, Politik dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h. 37. 41 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 366. 42 Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 64. 32 terdapat sifat ri‟ayah atau jiwa kepemimpinan. Sifat ri‟yah tersebut dapat dilakukan denga tujuh tindakan sebagai berikut43: 1. Memberikan perhatian atau kepedulian kepada bawahan 2. Membuat perencanaan kerja secara matang dan baik 3. Bersungguh-sungguh dan teliti dalam melaksanakan rencana kerja 4. Melakukan pengawasan secara terus-menerus 5. Menegakkan disiplin dalam waktu kerja 6. Memikul tanggung jawab terhadap hasil akhir 7. Lakukan evaluasi hasil kerja secara berkala Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing, karena kepemimpinan berkaitan dengan karakter atau cara memimpin seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan mengkomunikasikan energinya, antusiasmenya, ambisinya, kesabarannya, kesukaannya dan arahannya.44 Setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah sebagai kongkretisasi kepemimpinan Allah SWT.45 Dalam QS An Nisaa‟ ayat 64 & 80 dan Al Hasyr ayat 7, mempertegas bahwa kepemimpinan Allah SWT tidak sekedar dapat dihayati oleh hati nurani orang-orang beriman. Kepemimpian itu secara khusus dan prima telah dikongkretkan dalam kepemimpinan Rasulullah SAW. 43 Hery Sucipto, “Leadership dan Kepemimpinan Dalam Islam,”Dewan Masjid Indonesia (DMI), 14 September 2013. 44 Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 67. 45 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 24. 33 Kepemimpinan yang sempurna itu sebagai perwujudan kehendak Allah SWT, merupakan rakhmat yang tidak ternilai harganya bagi seluruh umat Islam sepanjang zaman. Namun nilai yang tinggi itu tidak ada artinya jika setiap umat Islam tidak berusaha mencontoh dan meneladaninya untuk diterapkan dalam lingkungan masing-masing.46 1. Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW Kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai perwujudan kepemimpinan Allah SWT bagi umat manusia, rahasianya hanya ada pada Sang Pencipta yang mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul. Kenyataan pertama yang terdapat dalam pribadi Rasulullah SAW sebagai manusia yang kepemimpinannya patut diteladani adalah ketangguhan beliau tidak dipengaruhi keadaan masyarakat disekitarnya, yang mana pada masa itu masyarakat sekitarnya berakhlak buruk. Kenyataan berikutnya bahwa Allah SWT memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Sifat-sifat Wajib bagi seorang Rasul Allah SWT, yang dimiliki juga oleh Muhammad SAW. Sifat-sifat wajib itu adalah sebagai berikut47: a) Shidiq Sifat ini berarti Rasulullah SAW mencintai dan berpihak pada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran, sikap dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan (sabda) dan diamnya beliau merupakan sesuatu pasti benar. Dalam kepemimpinan sifat ini dapat 46 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 25. 47 Abdul Hakim, Kepemimpinan Islami (Semarang: Unissula Press, 2007), cetakan 1, h. 46 34 diartikan kejujuran. Kejujuran dalam bersikap dan bekerja sebagai pemimpin. Karena tanpa kejujuran akan terjadi penyalagunaan wewenang dan jabatan. b) Amanah Sifat yang berarti seseorang yang dapat dipercaya. Mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang dirahasiakan dan mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Sifat amanah ini berarti juga jujur dalam menunaikan tugas-tugas. Dengan amanah maka akan terhindar dari tindakan kolusi, korupsi, dan manipulasi serta akan dapat memberikan kepercayaan penuh dari para anggotanya atau orang lain sehingga program-program kepemimpinan akan dapat dukungan optimal dari para anggota yang dipimpinnya. c) Tabligh (Menyampaikan) Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, tetapi sifat ini memiliki kemampuan dalam menyampaikan atau mendakwahkan wahyu Allah SWT, sehingga jelas maksdunya dan dapat dimengerti. Pemimpin mampu mengajak serta memberikan contoh kepada para anggotanya atau pihak lain, melakukan sosialisasi dengan teman kerja, mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi, dan penuh keterbukaan dalam melaksanakan kepemimpinanya. d) Fatanah (Pandai) Sifat ini berarti Allah SWT membekali Rasulullah SAW dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Karena agama Islam diturunkan adalah untuk semua manusia dan sebagai rakhmat bagi alam semesta. Oleh karena 35 itu hanya pemimpin yang cerdas yang akan mampu memberikan petunjuk, nasihat, bimbingan, pendapat dan pandangan bagi umatnya. Dalam memimpin mampu menyelesaikan masalah, memiliki kemampuan mencari solusi, dan memiliki wawasan yang luas. Pemimpin yang cerdas akan dapat mengambil inisiatif secara cermat, tepat, dan cepat ketika menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam kepemimpinannya. e) Maksum (Bebas dari dosa) Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang berakhlak mulia, yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipu dan disesatkan oleh setan yang terkutuk. Dengan demikian beliau merupakan manusia yang paling sempurna. Dengan sifat-sifat seperti di atas sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Kepemimpinan Muhammad SAW berbeda prinsipal dari kepemimpinan manusia biasa, semata-mata karena karunia Allah SWT. Demikianlah lukisan kepribadian Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta sehingga berkuasa untuk kehendaknya. Dalam kepemimpinannya Rasulullah SAW lebih mendahulukan memberikan bantuan bagian orang-orang yang menderita daripada kepentingan dirinya dan keluarga. Kepemimpinan Rasulullah SAW dijalankan dengan kerelaan dan ketulusan serta keikhlasan demi kaumnya dan seluruh umat manusia.48 48 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 281. 36 Kepemimpinan seperti ini dijalankan untuk memakmurkan masyarakat Arab yang pada masa itu hidup didaerah yang tandus. Kepemiminpinan Rasulullah SAW pada dasarnya bersifat situasional. Dalam setiap situasi yang berbeda-beda beliau selalu menampilkan kepemimpinan tepat dan bijaksana, karena yang didasari oleh keagungan kepribadian yang beliau miliki. Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut (HR Abu Na’im).49 Sehingga sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat dan mampu melayani serta menolong orang lain untuk maju dengan ikhlas. 2. Kepemimpinan Islami Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu tanggungjawab yang besar bagi seorang pemimpin. Rahman (1991) menyatakan bahwa kepemimpinan islami adalah upaya mengungkap kepribadian Rasulullah Muhammad SAW dalam menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan islami dipandang sebagai sesuatu yang bukan diinginkan secara pribadi, melainkan sebagai kebutuhan dalam suatu tatanan sosial. Karakter seorang pemimpin yang islami harus dekat dengan prinsip-prinsip Islam. Kepemimpinan islami memiliki gaya yang khas yakni pemimpin yang bermusyawarah kepada bawahannya. Penerapan prinsip syura menunjukkan kepemimpinan islami berada di antara gaya kepemimpinan yang otoriter dan laissez faire (organisasi tidak mempunyai pengarahan ataupun sehingga semua pihak mengambil keputusan sendiri-sendiri. Artinya penerapan syura maka seorang pemimpin diwajibkan untuk berkonsultasi atau bermusyawah 49 Kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4, hal. 117-118. 37 dengan staf/bawahan dan mendengarkan pendapatnya sebelum memutuskan sesuatu.50 Hal ini sering dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam setiap urusan seperti peperangan, kenegaraan, maupun kemaslahatan umat Rasulullah SAW melakukan musyawarah.51 Sebagaimana firman Allah SWT, ْح َمةٍ مِهَ اىَيهِ ىِىْتَ َىهُمْ ۖ وَىَىْ مُىْتَ َفّظًا غَيِيظَ اىْقَيْبِ ىَاوْفَّضُىا مِه ْ َفَ ِّبمَا ر ْع َزمْتَ فَتَ َىمَو َ عفُ عَ ْىهُمْ وَاسْ َتغْ ِفرْ َىهُمْ وَشَا ِورْهُمْ فِي ا ْىَأ ْمرِ ۖ َفإِذَا ْ حَىِْىلَ ۖ فَا َعَيَى اىَيهِ ۚ إِنَ اىَي َه يُحِبُ ا ْىمُتَ َىمِيِيه “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” (Q.S. Ali Imran (3) : 159)52. Ada beberapa nilai yang menjadikan kepemimpinan Muhammad SAW sukses,53 yaitu: 1) mutu kepemimpinan; 2) keberanian dan ketegasan; 3) pengendalian diri; 4) kesabaran dan daya tahan; 5) keadilan dan persamaan; 6) kepribadian; dan 7) kebenaran dan kemuliaan tujuan. Kepemimpinan dalam pandangan Al-Qur‟an dan hadits adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh 50 Muhammad A. Al-Buraery. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan (Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986), h. 374. 51 Mochtar Effendy. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Palembang: Penerbit UNSRI, 2009), cetakan 3, h. 223. 52 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 71. 53 Moh, Subhan. “Kepemimpinan Islami dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,” artikel diakses pada 30 oktober 2013 dari http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen /2013/06/28/kepemimpinan-islami-dalam-peningkatan-mutu-lembaga-pendidikan-islam-569319. html 38 tanggungjawab, keikhlasan, profesional. Kepemimpinan dalam Islam memiliki beberapa prinsip antara lain prinsip tauhid, asy-syura (musyawarah), al-„adalah (keadilan), al burriyyah ma‟a mas‟uliyyah (kebebasan disertai tanggung jawab), kepastian hukum, jaminan haq al-ibad54. Pemimpin harus mempunyai visi dan misi yang jelas, serta tahu bagaimana memimpin dan mengatur. Pemimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan hukum dan keadilan. Di dalam Al-Quran juga dijumpai beberapa ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya terdapat dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiya (21): 73. Sifat-sifat dimaksud adalah: (1). Kesabaran dan ketabahan "…Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah"55. (2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami…"56. Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya ke tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi yaitu, apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat 54 Abdul Hakim, Kepemimpinan Islami (Semarang: Unissula Press, 2007), cetakan 1, h. 67. 55 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 417. 56 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 328 39 sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.57 Kepimpinan Islam digerakkan oleh ilmu, iman dan amal soleh yang dilandasi oleh keikhlasan dalam semua bentuk tindakan yang dilakukan.58 Khalifah Abu Bakar Assiddiq ra pernah berpidato ketika beliau dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggalan Rasulullah SAW. Ada tujuh poin yang dapat diambil dari pidato khalifah Abu Bakar ra tersebut untuk melihat karakter pemimpin yang baik, yaitu59: 1. Sifat rendah hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan rakyatnya. Ia bukan orang yang harus terus diistimewakan. Ia seolah pelayan rakyat yang di atas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan, dan seperti seorang partner dalam batas-batas yang tertentu bukan seperti tuan dengan hambanya. Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri. 2. Sifat terbuka untuk dikritik. Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan atau orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan menjatuhkannya lantas dengan kekuasaannya mendzalimi orang tersebut. Sebab sehebat apapun seorang pemimpin itu pastilah 57 Agus Saputera, “Petunjuk Al-Quran Dalam Memilih Pemimpin,” 18 Februari 2011 58 Omar bin Abdul, “Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam,” h. 3. 59 Alfathpens, “Pentingnya Mencari Seorang Pemimpin,” artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari http://liqoalfath.wordpress.com/2009/04/14/pentingnya-mencari-seorang-pemimpin/ 40 memerlukan partisipasi dari orang banyak dan mitranya. Disinilah perlunya social-support dan social-control. Prinsip-prinsip dukungan dan kontrol masyarakat ini bersumber dari norma-norma Islam yang diterima secara utuh dari ajaran Nabi Muhammad SAW. 3. Sifat jujur dan memegang amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan. 4. Sifat berlaku adil. Keadailan adalah konteks nyata yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran rakyatnya. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang essensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja-berat sebelah. 5. Komitmen dalam perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Menjadi orang yang pertama berada di depan musuhmusuh yang hendak menghancurkan konstitusi yang telah di sepakati bersama. 6. Bersikap demokratis. Demokrasi merupakan alat untuk membentuk masyarakat yang madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. 41 Dalam hal ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama. 7. Berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah SWT, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah tetap Allah SWT. Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho Allah SWT semata. Sifat yang harus terus ia aktualisasikan adalah ridho menerima apa yang dicapainya. Syukur bila meraih suatu keberhasilan dan memacunya kembali untuk lebih maju lagi, sabar serta tawakkal dalam menghadapi setiap tantangan dan rintangan, serta sabar dan tawakkal juga saat menghadapi kegagalan. Pemimpin islami harus memiliki perilaku yang baik. Memberikan perhatian kepada rakyatnya dan membangun hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya. Seorang pemimpin yang islami itu mempunyai visi-misi memimpin yang jelas, adil dan pandai dalam menjalankan tugasnya. Sebagai pemimpin yang islami harus amanah dan mampu mewujudkan harapan orang-orang yang dipimpinnya agar terwujud kesejahteraan. Kepemimpinan islami yaitu kepemimpinan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman dalam memimpin. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan islami ialah upaya untuk meneladani dan meniru gaya kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. BAB III PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR A. Riwayat Hidup Ahmad Heryawan Profil1 Nama Lengkap : H. Ahmad Heryawan, Lc Alias : Heryawan | Kang Aher Tempat Lahir : Sukabumi, Jawa Barat Tanggal Lahir : Minggu, 19 Juni 1966 Warga Negara : Indonesia Istri : Hj. Netty Prasetiyani, M.Si Pendidikan * SD Negeri Sela Awi 1 Sukaraja * SLTP Negeri Sukaraja * SLTA Negeri 3 Sukabumi * S1 Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta Riwayat Organisasi * Ketua OSIS SMP * Ketua Rohis SMA * Ketua Majelis Pemuda * Ketua Pemuda Persatuan Umat Islam 1 Profil Ahmad Heryawan artikel diakses pada 2 Agustus 2013 dari http://www.ahmad heryawan.com/home/ahmad-heryawan/profil 42 43 * Ketua Persatuan Umat Islam * Ketua DPW PK DKI Jakarta 1999-2003 * Ketua DPW PKS DKI Jakarta 2003-2006 * Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah PKS DKI Jakarta 2006-2010 Riwayat Pekerjaan * Dosen Lembaga Dakwah Islam Al Hikmah * Dosen Universitas Ibnu Khaldun Bogor * Dosen Tidak Tetap FE Extention UI Jakarta * Ketua Fraksi PK DPRD DKI 1999-2004 * Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 2004-2009 * Gubernur Jawa Barat 2008-sekarang 1. Biografi Ahmad Heryawan “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.” Kutipan sabda Rasulullah SAW tersebut menjadi motivasi dalam keseharian H. Ahmad Heryawan, Lc, atau dikenal dengan sebutan Kang Aher. Sebagai salah satu tokoh cendikiawan muslim,2 Kang Aher dikenal sebagai tokoh publik yang cerdas, ramah, bijaksana, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Kang Aher lahir pada 19 Juni 1966 di Sukabumi. Suami dari Hj. Netty Prasetiyani, M.Si ini terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 20082013. Kang Aher dibesarkan di lingkungan pedesaan Selaawi dengan kondisi penuh kesederhanaan. Selepas menimba ilmu di Fakultas Syariah LIPIA Jakarta (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) tahun 1992, ayah dari enam orang anak ini langsung menjatuhkan pilihan profesinya sebagai pengajar dibeberapa 2 Buku saku Mengenal H. Ahmad Heryawan, Lc (Bandung, 2012) 44 perguruan tinggi, antara lain Ma’had Al Hikmah, Dirosah Islamiyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, dan Pusat Studi Islam Al Manar.3 2. Karier Politik Selain sebagai akademisi, kang Aher juga aktif di berbagai organisasi. Begitu Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) lahir, kang Aher terjun ke dunia politik. Karier politiknya terus menanjak ketika menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Pada periode 1999-2004 dia sebagai anggota biasa, kemudian pada periode berikutnya dia terpiih kembali sebagai wakil rakyat dan menjadi wakil ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta.4 Semula Heryawan hanya mendapat amanah dari partainya (PKS) untuk posisi wakil gubernur di Jawa Barat. Tetapi sebagai pendatang baru di dunia perpolitikan Jawa Barat, nama Ahmad Heryawan (kang Aher) tak dilirik para calon gubernur. Apalagi, usia kang Aher saat itu baru menginjak 41 tahun sehingga dianggap belum memiliki banyak pengalaman di dunia birokrasi. Karena tak ada yang meminang menjadi wakil gubernur, DPW PKS Jawa Barat melakukan langkah berani dengan menjadikan kang Aher sebagai calon gubernur. Mereka kemudian mengajak DPW PAN Jawa Barat untuk berkoalisi menghadapi pilgub. PAN mengajukan nama Yusuf Macan Effendi alias Dede Yusuf untuk menjadi pendamping kang Aher. Pasangan ini pun kemudian 3 Yudha P Sunandar, “Ahmad Heryawan, Mubaligh yang juga Politikus,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari http://salmanitb.com/2011/08/ahmad-heryawan-mubaligh-yang-jugapolitikus/ 4 Djoko Suceno, “Ahmad Heryawan; Memenuhi Harapan Masyarakat Jadi Tujuan,” artikel diakses pada 2 Agustus 2013 dari http://www.republika.co.id//berita/event/tokohperubahan-republika-2011/12/04/11/m2auga-ahmad-heryawan-memenuhi-harapan-masyarakatjadi-tujuan 45 dideklarasikan dengan sebutan Hade, dalam bahasa Sunda berarti 'bagus' atau 'baik'. Kemudian pasangan muda yang sebelumnya tak diperhitungkan ini justru mampu memenangi pilgub pertama Jawa Barat yang dipilih langsung oleh rakyat tersebut. 3. Gubernur berprestasi Menurutnya kemenangan ini merupakan amanah dari masyarakat Jawa Barat. Karena itu begitu dilantik, keduanya melakukan berbagai program dengan tujuan memenuhi harapan dan keinginan masyarakat Jawa Barat. Janji-janji saat kampanye satu per satu mulai direalisasikan. Bidang yang menjadi prioritas Aher yaitu pada bidang pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat, perbaikan ekonomi masyarakat, hingga membenahi infrastruktur di seluruh Jawa Barat. Kerja keras selama hampir tiga tahun mulai membuahkan hasil. Apresiasi terhadap kinerjanya diberikan pemerintah pusat melalui berbagai penghargaan. Bahkan, dalam satu bulan pada bulan Desember 2011, kang Aher menerima empat anugerah dan penghargaan. Penghargaan pertama diterimanya saat Hari Nusantara (13 Desember ) di Dumai, Riau, kemudian Satya Lencana Kebaktian Sosial di Yogyakarta pada Peringatan HKSN (19 Desember), Parahita Ekapraya Pratama di Jakarta pada Peringatan Hari Ibu (22 Desember), dan Transmigrasi Award pada 27 Desember 2011. Tak banyak kepala daerah yang menerima empat penghargaan berkategori nasional dalam waktu sebulan. 46 Sebelum itu, sederet penghargaan diraih oleh kang Aher dalam rentang 2011, antara lain, Entrepreneurship Development dari Menteri Koperasi dan UKM. Pemerintah pusat juga mengganjar Pemprov Jawa Barat dengan penghargaan bertajuk "Anugerah Pangripa Nusantara" karena dinilai memiliki perencanaan pembangunan terbaik dan dinilai sukses meningkatkan kualitas pembangunan daerah. Menteri Pendidikan memberikan penghargaan kepada kang Aher karena dinilai berhasil membina sekaligus mendorong perkembangan pendidikan inklusif. Kiprahnya dalam mengelola pemerintahan di Jawa Barat juga mendapat apresiasi dari Youngsan University Korea Selatan. Salah satu Universitas terkemuka di Negeri Ginseng ini mengganjarnya dengan gelar doctor honoris causa bidang manajemen pemerintahan.5 Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono turut memberikan penghargaan kepada kang Aher sehubungan kebijakannya yang dinilai berpihak pada upaya peningkatan kesejahteraan kaum disabilitas. Selain penghargaan yang disebutkan tersebut, total sudah 91 penghargaan atau prestasi yang diraih kang Aher ini selama ia menjabar menjadi gubernur dari tahun 2008 hingga akhir 2012 silam. Semua penghargaan itu diakuinya berhasil didapatkan berkat keberhasilan seluruh stakeholder Jawa Barat baik itu pemerintahan ataupun seluruh lapisan masyarakat. 5 Siwi Tri Puji B, “Ahmad Heryawan Terima Gelar Honoris Causa dari Universitas Korea,” artikel diakses pda 7 Agustus 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/regional/ nusantara/11/11/14/lumx45-ahmad-heryawan-terima-gelar-honoris-causa-dari-universitas-korea 47 4. Politisi Mubaligh Selain aktif didunia akademisi dan politik kang Aher juga aktif dalam organisasi massa Islam, antara lain sebagai ketua umum pengurus besar Persatuan Umat Islam (PUI). Kang Aher adalah politikus yang juga aktif sebagai pendakwah atau mubaligh. Hal ini tidak terlepas dari lingkungannya, kang Aher dibesarkan dan dididik dalam nuansa pengajian di kampung. Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) kang Aher sangat akrab dengan dunia pengajian dan pesantren.6 Ia belajar ilmu tafsir, menghafal Al-Qur’an dan mengkaji beberapa kitab kuning selama sekolah dahulu. Kang Aher juga suka diminta oleh guru ngajinya untuk memberi ceramah setiap subuh kepada jamaah.7 Hal inilah yang menjadikan setiap pidatonya tidak terlepas dari hal yang bermuatan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini diakui oleh Adi Nugroho seorang staf media Kang Aher di pemerintahan dalam buku AHER UNDERCOVER. Bekerja dalam hening. Mungkin itulah hal yang paling tepat menggambarkan Ahmad Heryawan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kang Aher. Tanpa ingar bingar di media, ia melakukan banyak kerja nyata. Sejak awal mendapat amanah sebagai Gubernur Jawa Barat, dia sudah blusukan ke berbagai pelosok daerah meski jarang terpublikasi di media massa. Lebih dari 90 penghargaan nasional dan internasional ia terima dalam waktu sekitar empat tahun, baik sebagai pribadi ataupun dalam kapasitas sebagai gubernur. Gaya 6 Ranting Basah, dkk., AHER UNDERCOVER (Bandung: Khazanah Intelektual, 2013), h. 7 Ranting Basah, dkk., AHER UNDERCOVER (Bandung: Khazanah Intelektual, 2013), h. 3. 16. 48 seperti inilah yang juga pernah dicontohkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW, diantaranya adalah sahabat Umar Ibn Khattab ra, yang sering berjalan menyusuri daerah pemerintahannya guna mencari tahu dan memberi solusi terhadap masalah yang menimpa rakyatnya. B. Riwayat Hidup Deddy Mizwar Profil Nama: Deddy Mizwar Lahir: Jakarta, 5 Maret 1955 Isteri: Giselawaty Wiranegara 1. Dunia Seni Deddy Mizwar merupakan putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan H. Adrian Andres (Belanda-Betawi) dan Sun'ah (Bugis-Betawi) yang menikah pada tahun 1948.8 Lahirnya Deddy Mizwar sangat dinantikan Bunda setelah sekian lama merindukan seorang anak laki-laki dari rahimnya. Bakat akting Deddy sudah dirasakan sang bunda terhadap anak kesayangannya ini sejak kecil. Banyak sekali hal-hal unik yang ditemui sang Bunda terhadap Deddy. Kepiawaiannya dalam seni peran merupakan sifat menurun yg diturunkan dari Ibunya Ny. Sun'ah yang pernah memimpin sanggar seni Betawi. Pertama kali ia manggung ialah saat acara 17 Agustus-an di kampungnya. Kecintaanya terhadap dunia seni peran tidak terbantahkan lagi. Buktinya selepas sekola ia sempat Pernah menjadi pegawai negeri pada Dinas 8 Eko Setiawan, “Profil Deddy Mizwar,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/ 49 Kesehatan DKI Jakarta, namun hanya bertahan 2 tahun hingga akhirnya hati nuraninya condong dengan dunia seni peran. Beranjak dewasa sekitar tahun 1973 ia mulai aktif di teater Remaja Jakarta. Lewat teater inilah bakat akting Deddy mulai terasah. Deddy pernah terpilih sebagai Aktor Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki. Tidak sekedar mengandalkan bakat, Deddy Mizwar kemudian kuliah di LPKJ, tapi cuma dua tahun. Memulai karier di film pada 1976, Deddy bekerja keras dan mencurahkan kemampuan aktingnya di berbagai film yang dibintangi. Pertama kali main film, dalam film Cinta Abadi (1976) yang disutradarai oleh Wahyu Sihombing, dosennya di LPKJ, dia langsung mendapat peran utama. Puncaknya, perannya di film Naga Bonar kian mendekatkannya pada popularitas. Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan meraih 4 Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam Arie Hanggara (1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986), Aktor Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987), dan Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987). Di awal tahun 90-an, karirnya mencapai puncak. Ia pantas berbangga hati jika dirinya dikenal sebagai salah satu aktor dengan bayaran cukup mahal. Hasil yang dicapainya itu berkat kerja keras dan semangat belajar yang tinggi dan tak lelah untuk mengasah diri serta tetap konsisten sekaligus selektif dalam memilih peran yang dimainkannya. 2. Berdakwah melalui dunia seni peran Meski namanya semakin popular, Deddy merasa hampa. Di tengah rasa hampa. pikirannya membawanya kembali pada masa kecilnya di mana ia 50 dibesarkan dalam wilayah yang religius. Pergolakan batinnya akhirnya berakhir setelah ia meyakini bahwa hidup ini semata-mata beribadah kepada Allah SWT. Sejak itu. Deddy belajar agama secara intens. Kini segala hal harus bernilai ibadah baginya. Termasuk pada bidang yang digelutinya yakni dunia perfilman dan sinetron. Deddy Mizwar kemudian memutuskan untuk terjun langsung memproduksi sinetron dan film bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah SWT. Didirikanlah PT Demi Gisela Citra Sinema pada tahun 1996. Tekadnya sudah bulat kendati pada perkembangan berikutnya banyak rintangan dan hambatan ditemui.9 Ketika itu sinetron religius Islam masih menjadi barang langka dan kurang bisa diterima pihak stasiun televisi. Kondisi ini tidak menyurutkan langkahnya. Maka dibuatlah sinetron Hikayat Pengembara yang tayang di bulan Ramadhan. Rating sinetron ini cukup menggembirakan. Setelah itu hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron religius bulan Ramadhan. Diakuinya produk sinetron yang bernafaskan religius Islam sulit mendapatkan tempat di stasiun televisi selain di bulan Ramadhan. Ia percaya bahwa film merupakan salah satu media dakwah yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan islam kepada masyarakat luas termasuk kalangan non-Muslim. Untuk bisa merealisasikan itu dibutuhkan sistem perfilman nasional yang baik sehingga makin mendorong lembaga-lembaga perfilman untuk membuat sebuah karya film yang bermutu. Deddy bertekad akan terus berusaha konsisten memproduksi film dan sinetron religius. Sejak 1997, ia mendirikan production house-nya sendiri, PT 9 Bety, “Berdakwa di Dunia Film,” artikel diakses pada 5 Agustus 2013 dari http://www. tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1023-berdakwah-di-dunia-film 51 Demi Gisela Citra Sinema, dengan produksi pertama serial tv "Mat Angin", disusul kemudian dengan serial ramadan "Lorong Waktu" (6 season), "Demi Masa", "Kiamat Sudah Dekat" (film dan serial tv), film "Ketika", film "Nagabonar Jadi 2", serial televisi "Para Pencari Tuhan", dan terakhir film "Identitas" yang meraih Piala Citra sebagai film terbaik FFI 2009. Di semua judul itu, Deddy Mizwar bertindak selaku produser sekaligus aktor dan sutradaranya. Sinetron dan film produksi Citra Sinema dikenal konsisten mengandung muatan religi dan komedi, meski beberapa judul bergenre drama, misalnya serial televise "Adillah" (RCTI), "Rinduku CintaMu" (SCTV), dan "Gerbang Penantian" (Lativi). 3. Dunia Politik Selain dalam dunia seni peran Deddy Mizwar juga melebarkan sayapnya di bidang politik. Pada tahun 2012 Deddy memutuskan terjun dalam dunia politik mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dalam Pilkada Jabar 2013 mendampingi gubernur Ahmad Heryawan. Pada Pilpres 2009 silam ia sempat mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama dengan Brigadir Jendral Saurip Kadi namun usahanya tersebut gagal karena persyaratan untuk mencalonkan sebagai presiden tidak memadai.10 Dunia politik merupakan ranah yang baru yang dijajaki oleh aktor senior dengan segudang prestasi dibidang seni ini. Deddy Mizwar membawa satu misi dalam melebarkan sayapnya ke ranah politik. Yakni hendak untuk melayani masyarakat. Ia ingin mengabdi secara langsung kepada masyarakat setelah bertahun-tahun hanya bisa mengabdi melalui film yang diperankan ataupun diproduksi sendiri. 10 Bandung Mediacitra, “Deddy Mizwar, dari Panggung Sandiwara ke Pentas Politik,” artikel diakses pada 6 Agustus 2013 dari http://www.inohong.com/2013/07/deddy-mizwar-daripanggung-sandiwara-ke.html 52 Gambar 3.1 Banner Kampanye Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar Filosofi Kemaja Putih & Kancing Beureum (Kancing Merah) a) Kemeja putih bersih dengan Kancing Beureum (beureum = merah, Sunda, pen). b) Logo Kancing Beureum terdiri atas lingkaran berdasar merah dengan empat lubang. Ini simbol empat pilar kebangsaan; UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. c) Sementara lima helai benang yang saling menguatkan melambangkan simbol 5 sila Pancasila. d) Sementara perpaduan baju putih dan kancing, serta bendera kecil di dada, merujuk pada keberanian mengusung kebenaran dan sikap antikorupsi. C. Narasi Iklan Pasangan Aher-Demiz Versi Judul ‘Doa’ Dalam iklan doa ini narasi iklan dibacakan oleh Deddy Mizwar, seorang aktor dan budayawan yang akan menjadi wakil dari gubernur Ahmad Heryawan. 53 Berikut narasinya: “Ya Allah Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat Berikan Juga Kami Kekuatan Iman untuk Menjadi Pelayan Agar Terwujud Kesejahteraan. Bimbing Kami Ya Allah Agar Selalu Mendengar, Melihat, Merasakan untuk melaksanakan apa yang diharapkan rakyat. Amin” BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Iklan “Doa” Pasangan Aher-Demiz dalam semiotika Charles Sanders Peirce Scene satu Gambar 4.1 (Tangan Deddy Mizwar) Dalam scene ini terlihat seorang yang sedang mengangkat kedua tangannya dengan mengenakan kaos dalam putih dan kemeja putih berkancing merah. Dilengkapi dengan aksesoris pin kancing merah di atas saku kanan dan bordiran bendera merah putih di atas saku kiri. Dalam tayangan ini memaknai sebagai pasangan calon pemimpin yang islami. Adegan yang dilakukan yakni berupa tangan yang terangkat sejajar dengan dada layaknya seorang sedang berdoa. Sebagai seorang muslim doa merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Dengan berdoa orang tersebut meyakini bahwa segala sesuatunya merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa sehingga untuk memulai segala sesuatunya pun harus berdoa. Kemudian sang narrator mengucapkan kalimat “Ya Allah” Hal ini menandakan bahwa pasangan Aher-Demiz ini pemimpin yang beriman. Dari adegan dan narasi yang ada pada scene ini memunculkan citra sebagai pemimpin yang islami. 54 55 Sebagai sosok yang selalu ingat kepada Allah SWT dan menyadari segala sesuatunya merupakan kehendak Allah SWT untuk itu hanya kepada-Nya lah ia berdoa. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al Baqarah: 152. “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari nikmat-Ku.” Dalam tayangan ini kandidat pasangan Aher-Demiz juga menunjukan ciri khasnya. Hal itu dapat dilihat dari pin kancing merah dan pin kancing merah, ini merupakan simbol dari pasangan Aher-Demiz dalam pemilihan gubernur Jawa Barat 2013. Tabel 2 (Orang Berdoa) Analisis Scene Satu No 1 Tipe Tanda Representamen (X): Ikon Indeks Simbol Data Seseorang sedang mengangkat kedua tangannya. Ia memakai jam tangan pada tangan kirinya dan memakai kaos dalam dan kemeja berwarna putih berkancing merah dengan bendera merah putih di dada sebelah kiri dan pin kancing merah di dada sebelah kanan. Adegan mengangkat tangan keatas sejajar dengan dada Menjadi tanda sedang berdoa Suara narrator yang menyebutkan “Ya Allah” Kalimat dalam doa ini menyimbolkan sebagai seorang yang beriman dan bertaqwa. Seorang kandidat Wakil Gubernur 2 Objek (Y) 3 Interpretant (X=Y) Seorang pemimpin yang sedang berdoa 4 Makna Sikap calon pemimpin yang islami 56 Scene Dua Gambar 4.2 (Deddy Mizwar Berdoa) Dalam scene ini terlihat jelas raut wajah seorang Deddy Mizwar yang sedang bermunajat kepada Allah SWT sambil mengangkat kedua tangannya. Dengan adanya teks yang bertuliskan Deddy Mizwar semakin menjelaskan sosok tersebut ialah Deddy Mizwar. Dalam tayangan ini narrator mengucapkan “Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat”. Tayangan ini ingin mengenalkan sosok calon pemimpin yang islami tersebut dengan pengambilan gambar close-up pada wajah Deddy Mizwar dan munculnya teks bertuliskan Deddy Mizwar tanda ini ingin memperjelas siapa sosok calon pemimpin baru yang akan memimpin Jawa Barat. Tayangan tersebut menegaskan sebagai adegan berdoa, karena dikuatkan dengan narasi yang menunjukan sebuah permohonan. “Engkau” dalam narasi bisa menunjukan pada Sang Pencipta atau Tuhan, namun bisa juga ditujukan bagi seluruh warga Jawa Barat. Namun, dalam adegan tersebut, narasi lebih dominan tampak sebagai permohonan kepada Tuhan. Dalam doanya Deddy Mizwar memohon kepada Allah SWT untuk diberikan amanah agar bisa menjadi pemimpin bagi rakyat Jawa Barat. Doa ini menunjukan bahwa Deddy Mizwar ingin menjadi pemimpin di Jawa Barat dan diterima oleh rakyat Jawa Barat dengan kerelaan atas kehendak 57 Tuhan. Kerelaan itu nampak dalam teks “Jika Engkau Berkenan” menunjukan bahwa sosok tersebut rendah hati dan penuh ikhlas atau tidak ambisius. Kalimat doa menunjukan ke ikhlasan yang ada pada Deddy Mizwar apakah Allah SWT akan memberikan amanah memimpin pada dirinya ataupun tidak. Tanda verbal ini mengambarkan karakter pemimpin yang tidak ambisius dalam menerima jabatan pemimpin Pada kalimat ucapan doa selanjutnya yakni „Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat‟. Sosok ini menyadari bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu titipan/amanah dari Allah SWT bukan sekedar karena kemenangan dalam pemilu semata. Sikap inilah yang menunjukan sikap seorang pemimpin yang islami dengan karakter pemimpin yang rendah hati dan amanah. No 1 Tabel 3 (Deddy Mizwar Berdoa) Analisis Scene Dua Tipe Tanda Data Representamen (X): Sosok Deddy Mizwar yang sedang Ikon mengangkat kedua tangannya. Indeks tagline bertuliskan Deddy Mizwar dan pengambilan gambar Close-up wajah Deddy Mizwar dengan tangan terangkat ke atas. Menjadi tanda bahwa Deddy Mizwar sedang berdoa Simbol Kalimat doa yang diucapkan oleh narrator “Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat”. 2 3 Objek (Y) Interpretant (X=Y) 4 Makna Menjadi tanda bahwa Deddy Mizwar merupakan sosok pemimpin yang amanah dan bukan pemimpin yang berambisius. Deddy Mizwar (Wakil Gubernur). Deddy Mizwar/Wakil Gubernur yang sedang memohon kepada Tuhannya. Sosok pemimpin yang amanah dalam menjalankan kepemimpinannya. 58 Scene Tiga Gambar 4.3 Ahmad Heryawan Berdoa Dalam scene ini terlihat sosok Gubernur Jawa Barat yang berkacamata mengenakan kemeja putih berkancing merah sedang mengangkat kedua tangannya. Adanya teks berupa nama ini memperjelas sosok tersebut yakni Ahmad Heryawan. Dalam scene ini sang narrator mengucapkan “Berikan Juga Kami Kekuatan Iman untuk Menjadi Pelayan”. Gambar closeup dan teks nama yang muncul di samping sosok tersebut. Ingin menunjukkan lebih jelas sosok tersebut, yaitu Ahmad Heryawan. Scene ini ingin mengingatkan eksistensinya kepada masyarakat sebagai pemimpin Jawa Barat yang sudah melayani mereka dalam lima tahun terakhir. Kalimat doa “Kekuatan Iman” menunjukkan bahwa pemimpin ini menjalankan kepemimpinannya dengan keimanan yang meyakini bahwa kepemimpinan itu sebuah amanah. Narasi teks “Menjadi Pelayan” untuk menunjukan sebagai pemimpin yang islami sangat menyadari bahwa kepemimpinannya kelak yaitu untuk melayani rakyatnya, hal ini merupakan amal soleh yang dilakukan seorang pemimpin terhadap yang dipimpinnya. Sebagaimana sabda nabi bahwa pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na‟im). Dalam kalimat doanya ia menggunakan kalimat “kami” hal ini menunjukan sikap pemimpin yang tidak bekerja sendiri, yaitu pemimpin yang 59 mampu bekerja sama dengan seluruh staf pembantunya. Ini kembali menunjukan karakter pemimpin yang islami, pemimpin yang menerapkan syura dalam kepemimpinannya. Artinya pemimpin yang selalu bermusyawarah dan mendengarkan pendapat dari bawahannya sebelum memutuskan sesuatu. No 1 2 3 4 Tabel 4 (Ahmad Heryawan Berdoa) Analisis Scene Tiga Tipe Tanda Data Representamen (X): Sosok Ahmad Heryawan yang memakai Ikon kacamata sedang mengangkat kedua tangannya. Indeks Closeup Ahmad Heryawan yang berkacamata dengan tagline berupa namanya. Menunjukan eksistensi dirinya sebagai pemimpin Jawa Barat (Gubernur). Simbol Kalimat doa yang diucapkan oleh narrator: “Berikan Juga Kami Kekuatan Iman untuk Menjadi Pelayan”. Menjadi tanda bahwa inilah pemimpin yang siap untuk menjadi pelayan rakyatnya. Objek (Y) Ahmad Heryawan (Gubernur) Interpretant (X=Y) Ahmad Heryawan yang sedang berdoa Makna Karakter pemimpin yang akan melayani rakyat/pemipin pelayan Scene Empat Gambar 4.4 (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama) 60 Dalam scene ini terlihat pasangan Gubernur (Ahmad Heryawan) dan Wakil Gubernur (Deddy Mizwar). Keduanya mengenakan pakaian yang sama yakni kemeja putih berkancing merah dengan pin kancing merah pada dada sebelah kananya serta menggunkan kaos dalam berwarna putih. Keduanya sedang mengangkat kedua tangannya dan juga memakai jam tangan. Dalam scene kali ini keduanya berada dalam satu frame, hal ini berbeda dengan scene sebelumnya. Kalimat doa yang diucapkan yaitu “Agar Terwujud Kesejahteraan”. Scene ini ingin menyatukan dua gaya kepemimpinan dari dua orang yang berbeda. Dengan karakter kepemimpinan yang dimiliki oleh Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar ini, kelak jika disatukan akan menjadi kepemimpinan yang sangat ideal menurut Islam. Pemimpin yang amanah dan mendasari kepemimpinannya dengan ilmu, iman dan amal soleh maka akan sangat mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin ini akan siap melayani rakyatnya dengan bekerja secara disiplin hingga terwujudnya kesejahteraan yang akan dirasakan oleh rakyatnya di bawah kepemimpinan Aher-Deddy. Tabel 5 (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama) Analisis Scene Empat No 1 Tipe Tanda Representamen (X): Ikon Indeks Data Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang sedang mengangkat kedua tangannya dan memakai jam tangan serta mengenakan pakaian kampanye mereka. Jam tangan yang membalut tangan Aher dan Demiz. Ini menunjukan keduanya pribadi yang menegakkan disiplin terhadap waktu kerja. Kalimat doa : “Agar Terwujud Kesejahteraan”. Simbol 61 2 3 Objek (Y) Interpretant (X=Y) 4 Makna Menandai bahwa pasangan ini memiliki tujuan dari kepemimpinannya yakni mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Jawa Barat. Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang sedang berdoa bersama Gubernur dan Wakil Gubernur yang mempunyai karakter memimpin yang mampu mewujudkan kesejahteraan. Scene Lima Gambar 4.5 (Tangan Ahmad Heryawan) Dalam scene kali ini terlihat kedua tangan Ahmad Heryawan yang terangkat dan sosok Ahmad Heryawan yang mengenakan kemeja putih dan kancing merah. Kamera memberi fokus pada kedua tangan tersebut. Dalam tayangan ini narrator mengucapkan „Bimbing kami Ya Allah‟. Tayangan ini memaknai sebagai pemimpin sangat menyadari betul bahwa segala sesuatu yang benar dan baik datangnya dari Allah SWT. Tangan merupakan anggota badan yang memiliki fungsi salah satunya yaitu untuk meraih sesuatu. Dalam hal ini yaitu meraih atau menerima bimbingan dari orang-orang yang ahli dibidangnya guna memperlancar kinerja hingga menciptakan masyarakat yang sejahtera. Kepemimpinan merupakan tanggungjawab yang harus dilaksanakan dengan baik. Perlu kerjasama antara pemimpin dengan yang dipimpin. Dalam kalimat doa yang diucapkan “Bimbing Kami Ya Allah”, ini 62 menunjukan bahwa pemimpin ini tidak menempatkan dirinya sebagai superior tetapi sebagai seorang pembelajar hidup. Artinya sebagai seorang pemimpin ia sadar bahwa dirinya tidak sempurna dan bersedia mengoreksi dirinya sehingga membutuhkan bimbingan dari pihak lain. Sifat terbuka untuk dikritik ini harus dimiliki karena sehebat apapun seorang pemimpin pasti memerlukan partisipasi dari orang banyak dan mitranya. Di dalam setiap keputusan dan kebijakannya sebagai pemimpin ia selalu berdoa agar apa yang dilakukannya mendapatkan ridho Allah SWT dan berharap selalu berada dalam bimbingan Allah SWT. Tabel 6 (Tangan Ahmad Heryawan) Analisis Scene Lima No Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon Indeks Simbol 2 3 4 Objek (Y) Interpretant (X=Y) Makna Data Kedua tangan Ahmad Heryawan dengan jam tangan pada tangan kanannya. Serta pin kancing merah dan benderah merah putih yang nampak pada kemeja yang dikenakan. Closeup pada tangan Aher yang terangkat dan terbuka. Menandai bahwa pemimpin yang siap menerima dan terbuka. Kalimat yang diucapkan narrator: „Bimbing kami Ya Allah‟ Ini menandai karakter pemimpin yang selalu mengharap ridho Allah SWT dan bimbingan dalam menjalankan kepemimpinannya. Ahmad Heryawan Sosok yang mau menerima bimbingan Sifat pemimpin yang rendah hati dan terbuka untuk dikritik ataupun menerima saran dari orang lain. 63 Scene Enam Gambar 4.6 (Telinga Deddy Mizwar) Dalam scene ini hanya terlihat kepala bagian sebelah kiri Deddy Mizwar dan yang menjadi fokus ialah telinganya. Narrator mengucapkan “Agar Selalu Mendengar”. Scene ini memaknai sebagai pemimpin yang islami maka sikap demokratis harus dijunjung tinggi. Untuk menjadi pemimpin yang demokratis diperlukan karakter pemimpin yang mau mendengarkan segala aspirasi rakyatnya ataupun dari bawahannya. Karena demokrasi pada prinsipnya segala sesuatu dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Telinga merupakan indera yang memiliki fungsi untuk mendengar ataupun sebagai alat keseimbangan. Hal ini menunjukan karakter pemimpin yang mampu berlaku adil atau tidak berat sebelah dalam menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang adil dalam membuat suatu keputusan atau kebijakan tentu akan menerapkan hukum yang sama dan setara kepada semua yang dipimpinnya. Tak terkecuali anggota keluarganya sendiri apabila melanggar hukum pemimpin ini akan berlaku adil. Dalam QS An-Nisa‟ ayat 58 memerintahkan agar kaum muslimin berlaku adil dan di dahului dengan perintah untuk menjalankan amanah kepemimpinan dengan sebaik-baiknya bahkan ketika berurusan dengan para penentang mereka. “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, 64 dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum antara manusia supaya kamu berlaku adil…” (QS. An-Nisa‟ : 58). Tabel 7 (Telinga Deddy Mizwar) Analisis Scene Enam No Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon Indeks Simbol 2 3 Objek (Y) Interpretant (X=Y) 4 Makna Data Bagian sebelah kiri wajah Deddy Mizwar, dan telinga yang menjadi fokus Tayangan yang memfokuskan pada telinga atau alat keseimbangan tubuh Ini menjadi tanda bahwa pemimpin ini mampu berlaku adil terhadap semua yang dipimpinnya. Kalimat “Agar Selalu Mendengar”. Menandai karakter pemimpin yang selalu mendengarkan aspirasi rakyatnya. Telinga Deddy Mizwar Pemimpin yang mau mendengarkan rakyatnya Pemimpin yang menjunjung demokrasi dan berlaku adil terhadap yang dipimpinya. Scene Tujuh Gambar 4.7 (Mata dan Telinga Deddy Mizwar) Dalam scene ini terlihat mata dan telinga dari Deddy Mizwar. Mata berfungsi untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Yang menjadi fokus pada tayangan ini ialah pada matanya. Ini diperjelas dengan tanda verbal dari narrator yang mengatakan “Melihat”. 65 Pada tayangan ini ingin memaknai sebagai pemimpin mau melihat langsung keadaan masyarakat yang dipimpinnya. Tanda mata ini berkaitan dengan tanda sebelumnya yaitu telinga. Hal ini dapat diartikan karakter pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya. Selain mau mendengarkan aspirasi rakyatnya. Pemimpin ini juga akan melihat langsung keadaan rakyat yang dipimpinnya. Hal ini memunculkan makna bahwa pemimpin ini merupakan pemimpin yang mau melihat dan memperhatikan persoalan yang ada di masyarakat. Pemimpin dengan karakter seperti ini akan terjun langsung ke lapangan untuk mengawasi ataupun mengatasi persoalan yang ada tersebut. Dengan mata yang terbuka semakin memaknai bahwa pemimpin ini tidak akan menutup mata terhadap permasalah yang terjadi. Pemimpin dengar karakter mau mendengar aau turun langsung ke lapangan ini menunjukan sifat pemimpin yang peduli dan perhatian dengan rakyat yang dipimpinnya. Seperti inilah kepemimpinan islami pemimpin yang selalu memperhatikan rakyatnya dan bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpimnya. Tabel 8 (Mata dan Telinga Deddy Mizwar) Analisis Scene Tujuh No Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon Indeks Simbol Data Ikon yang terlihat ialah mata yang terbuka dan telinga Gambar yang memfokuskan pada mata yang terbuka Menandai sifat pemimpin yang sangat memperhatikan rakyat yang dipimpinnya. Tanda verbal dari narrator yang mengucapkan “Melihat” Menandakan pemimpin yang peduli dengan mau melihat keadaan rakyat 66 2 3 Objek (Y) Interpretant (X=Y) 4 Makna yang dipimpinnya. Mata dan telinga Deddy Mizwar Pemimpin yang mau turun langsung kelapangan. Pemimpin yang peduli terhadap persoalan yang ada dirakyatnya. Scene Delapan Gambar 4.8 (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa) Dalam scene ini paras wajah Deddy Mizwar terlihat sedang merasakan sesuatu sambil mengangkat kedua tangannya. Tanda verbal dalam scene ini ialah “Merasakan, untuk Melaksanakan Apa yang Diharapkan Rakyat”. Dalam tayangan ini kita bisa turut merasakan perasaan yang dirasakan oleh Deddy Mizwar. Dengan ekspresi yang penuh pengharapan dan perasaan itu menandakan begitu hikmat dan khusyunya Deddy Mizwar dalam memohon kepada Allah SWT. Dalam scene ini kalimat doa yang diucapkan ialah “Merasakan, untuk Melaksanakan Apa Yang Diharapkan Rakyat”. Merasakan adalah salah satu prinsip yang harus dipegang oleh seorang pemimpin ialah melaksanakan harapan rakyatnya. Hubungan antara pemenuhan tanggungjawab dan harapan kelompok dalam kepemimpinan islami menjadi dasar dari tindakan kepatuhan dan kepengikutan bawahan/staf.1 Seorang pemimpin harus mempunyai kepekaan yang tinggi, yaitu apabila rakyatnya menderita dia yang pertama sekali 1 Muhammad A. Al-Buraery. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan (Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986), h. 380 67 meraskan pedihnya dan apabila rakyatnya sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya. Seorang pemimpin harus konsisten dalam memegang amanat yang telah diamanahkan. Karena hal tersebut menjadi kunci sebuah kemajuan dari perbaikan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan khalifah Abu Bakar ketika diangkat sebagai khalifah, beliau mengatakan bahwa kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan ialah pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat. Deddy Mizwar terlihat berdoa memohon kepada Allah SWT agar semua yang dikerjakannya kelak ketika menjadi pemimpin Jawa Barat sesuai dengan harapan rakyatnya. Tabel 9 (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa) Analisis Scene Delapan No Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon Indeks Simbol 2 3 4 Objek (Y) Interpretant (X=Y) Makna Data Deddy Mizwar yang sedang mengangkat kedua tangannya, dengan ekspresi wajah yang penuh pengharapan. Ekspresi wajah yang diperlihatkan Menjadi tanda pemimpin yang peka terhadap rakyatnya Tanda verbal: “Merasakan, untuk Melaksanakan Apa yang Diharapkan Rakyat”. Ini menandai bahwa pemimpin ini pemimpin yang peduli terhadap harapan rakyatnya. Deddy Mizwar Pemimpin yang bertanggungjawab Pemimpin yang peka dan peduli 68 Scene Sembilan Gambar 4.9 (Deddy Mizwar Menunduk) Dalam scene ini terlihat Deddy Mizwar sedang menundukan kepalanya dengan mata tertutup serta tangan yang tetap terangkat keatas. Narrator mengucapkan kalimat “Amin”. Kalimat “Amin” merupakan kalimat yang biasa digunakan orang untuk mengakhiri doanya dengan harapan agar doa yang dipanjatkan terkabul. Hal ini ingin memaknai bahwa sebagai pemimpin yang beriman dan bertakwa selalu berserah diri kepada Allah SWT dengan memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Mengembalikan semuanya kepada Allah SWT yang Maha Kuasa. Sebagai manusia yang beriman hanya bisa berusaha dan berdoa untuk selebihnya bertawakal kepada Allah SWT serta berharap semua doanya agar menjadi pemimpin yang amanah, perhatian dan melayani rakyatnya dapat dikabulkan oleh Allah SWT. Tabel 10 (Deddy Mizwar Menunduk) Analisis Scene Sembilan No 1 Tipe Tanda Representamen (X): Ikon Indeks Data Deddy Mizwar dengan tangan terangkat dan mata yang tertutup serta kepala yang menunduk. Kepala tertunduk dengan mata yang menutup serta tangan yang tetap terangkat 69 Ini menandakan sebagai pribadi yang menyerahkan semua kepada Allah SWT Narrator mengucapkan “Amin” merupakan kalimat penutup doa Simbol 2 3 Objek (Y) Interpretant (X=Y) 4 Makna Ini menandakan pengharapan kepada Allah SWT agar doanya dikabulkan. Deddy Mizwar Deddy Mizwar pasrah menyerahkan semuanya kepada Allah SWT Karakter pemimpin yang berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT B. Interpretasi Penelitian Pasangan Ahmad Heryawan (Aher) - Deddy Mizwar (Demiz) mengeluarkan sebuah iklan kampanye yang berbeda dengan umumnya. Iklan yang berjudul versi „Doa‟ ini berdurasi selama 30 detik. Dalam iklan ini sosok CAGUB dan CAWAGUB (Aher-Demiz) ditayangkan secara utuh dari awal hingga akhir. Kemunculan Deddy Mizwar lebih dominan jika dibandingkan dengan Ahmad Heryawan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan sosok Deddy Mizwar yang merupakan orang baru dalam dunia perpolitikan khususnya di Jawa Barat, sedangkan pasangannya Aher merupakan sosok yang sudah dikenal dilingkungan Jawa Barat khususnya, karena Aher merupakan Gubernur yang telah memipin Jawa Barat dalam kurun 5 tahun terakhir. Adegan yang diperagakan oleh Aher-Demiz dalam iklan ini ialah berdoa bersama. Hal itu nampak dalam tayangan tersebut Aher dan Demiz menadahkan kedua telapak tangannya setinggi pundak mereka masing-masing dengan menghadapkan telapak tangan bagian dalam ke atas (ke langit) dan punggung telapak tangan menghadap ke bawah (ke bumi). 70 Gerakan tersebut merupakan cara berdoa yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang terdapat dalam hadist sebagai berikut: سأَلُى ُه ِبظُهُى ِرهَا ْ َال ت َ َسأَلُى ُه بِ ُبطُىنِ أَ ُك ِفّ ُكمْ و ْ سَألْ ُتمُ اَللَّ َه فَا َ ِإذَا “Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah dengan telapak tanganmu,dan jangan dengan punggung tanganmu” (HR. Abu Daud)2. Dalam iklan ini Aher-Demiz berdoa kepada Allah SWT agar harapannya menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur dalam pemilihan Gubernur tahun 2013 ini dapat tercapai. Peneliti menemukan bahwa kalimat doa yang diucapkan dalam iklan ini menggambarkan gaya kepemimpinan islami dari Aher-Demiz, yaitu pemimpin yang amanah, dekat dengan rakyat, peduli dengan rakyat, menjadi pelayan rakyat dan memiliki tujuan mensejahterahkan rakyat yang dipimpinnya. Dalam scene awal Deddy Mizwar digambarkan sebagai pemimpin yang amanah dan pemimpin yang tidak berambisius dalam meraih jabatan memimpin. Ini dapat dilihat dalam kalimat ucapan doa yang pertama kali diucapkan dalam iklan ini, yaitu “Ya Allah, Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat”. Terpilihnya seorang pemimpin itu karena dipilih oleh orangorang yang mempercayai orang yang dipilih tersebut. Amanah kepemimpinan itu datangnya dari Allah SW. Hal ini dipercayai oleh pemimpin yang islami sehingga seorang pemimpin tidak terlalu terambisi untuk mendapatkannya. Keimanan yang dimiliki oleh pemimpin dapat mengalahkan rasa ambisius tersebut. Allah SWT pun membenci kepada pemimpin yang terlalu berambisi dalam mengejar jabatan. 2 1486, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 595 71 Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, 'Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta jabatan pemerintahan, sebab apabila engkau diberi jabatan itu karena engkau memintanya maka jabatan tersebut sepenuhnya dibebankan kepadamu. Namun apabila jabatan tersebut diberikan bukan karena permintaanmu maka engkau akan dibantu dalam melaksanakannya'," (HR Bukhori dan Muslim)3. Amanah merupakan kualitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan kepada dirinya. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa‟, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menunaikan amanah itu kepada orang yang berhak memperolehnya...” (QS. An-Nisa’ : 58)4. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa amanah kepemimpinan itu erat kaitannya dengan tanggung jawab. Pemimpin yang amanah akan menjalankan kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab. John C. Maxwell “Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertanggung jawab adalah kemampuannya untuk menyelesaikan tugas”5. Ia menekankan bahwa tanggung jawab bukan sekedar melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggung jawab harus melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan dan kesempurnaan. Dengan sikap amanah ini seorang pemimpin akan berlaku sebaiksebaiknya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. 3 Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 7146 danAl-Imam Muslim dalam Shahihnya no. 1652 4 Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 57. 5 John C. Maxwell. Nelson, 1999), h. 124 The 21 Indispensable Quality of Leader (USA: Thomas 72 Dalam scene selanjutnya Ahmad Heryawan muncul sebagai sosok pemimpin yang menjadikan dirinya pelayan rakyat. Seorang pemimpin dalam Islam memang ditempatkan sebagai pelayan bagi yang dipimpinnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW „Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.‟ (HR. Abu Na‟im)6. Oleh karena itu, pemimpin hendaklah ia melayani rakyatnya untuk maju. Pemimpin harus merelakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk melayani rakyatnya agar terwujudnya kesejahteraan di bawah kepemimpinannya. Kemudian diakhir doa mereka berdoa agar menjadi pemimpin yang diharapkan rakyatnya dan dekat dengan rakyat. Sebagaimana kalimat doa yang diucapkan sebagai berikut, “Bimbing Kami Ya Allah Agar Selalu Mendengar, Melihat, Merasakan untuk Melaksanakan Apa yang Diharapkan Rakyat”. Hal ini dapat diartikan bahwa Aher-Demiz siap menjadi pemimpin yang melayani rakyatnya dengan mendengarkan aspirasi atau apapun yang dikomunikasikan oleh rakyatnya. Selain mampu mendengarkan pasangan ini juga mau turun ke masyarakat untuk melihat segala permasalahan yang ada. Sebagai pemimpin yang menerapkan kepemimpinan pelayan kurang tepat rasanya kalau tidak memiliki sikap empati atau mampu merasakan apa yang dirasakan ataupun diinginkan rakyatnya. Jika semua ini sudah mampu terwujud maka akan timbul rasa saling peduli sehingga antar pemimpin dan yang dipimpin akan bekerja sama untuk mecapai suatu kesejahteraan bersama. Nabi saw bersabda, "Sebaik-baik pemimpinmu adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan 6 kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4, hlm 117-118 73 sejelek-jelek pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang?" Beliau menjawab, "Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian tidak sukai, maka bencilah perbuatannya (saja); dan janganlah keluar dari ketaatan kepadanya." (HR. Muslim)7. Pemimpin yang islami memiliki misi mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya. Hal ini dapat terwujud dengan bekerja secara optimal dalam menjalankan kepemimpinannya dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan islami. Larry Spears (1995) melakukan studi terhadap tulisan yang dihasilkan oleh Robert K. Greenleaf tentang model kepemimpinan pelayan “Servant Leadership”. Dari hasil studi yang dilakukan, Spears mengajukan 10 karakteristik utama seorang pemimpin pelayan yaitu sebagai berikut8: (1). Mendengarkan, (2). Empati, (3). Menyembuhkan, (4). Kesadaran Diri, (5). Persuasif, (6). Konseptualisasi, (7). Memiliki Visi, (8). Komitmen, (9). Membangun Komunitas, dan (10). Kemampuan Melayani. Beberapa karakteristik tentang kepemimpinan pelayan tersebut merupakan karakter yang dimiliki oleh Aher-Demiz. Sebagaimana yang tergambarkan dalam iklan doa ini bahwa sosok Aher-Demiz merupakan pemimpin yang amanah dan perhatian dengan rakyatnya. Pemimpin 7 HR. Muslim no.1855 (65), ad-Darimi no.2793, Ahmad (VI/24,28, dan Ibnu Abi „Ashim dalam Kitaabus Sunnah no.1071 dari Sahabat „Auf bin Malik al-Asyja‟i. Dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Kitaabus Sunnah Libni Abi Ashim wama‟abu Zhilaalil Jannah fi Takbriijis Sunnah hal.501 dan Silsilatul Abaadiitsish Shahiihah no.907. 8 Nuryati, Kepemimpinan pelayan: Pendekatan baru model kepemimpinan, STIE “AUB” Surakarta. 74 yang mampu memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dan memiliki misi untuk mensejahterahkan rakyat Jawa Barat. Aher-Demiz dalam iklan ini digambarkan sebagai seorang muslim yang baik. Yang menerapkan gaya kepemimpinan Rasulullah SAW ke dalam kepemimpinannya. Namun tidak berarti Aher-Demiz pemimpin yang antiNasionalisme. Peneliti melihat dari simbol-simbol dalam iklan ini yang menunjukkan bahwa Aher-Demiz pemimpin yang Nasionalisme. Hal tersebut dapat dilihat dari tanda kancing merah yang merupakan simbol dari pasangan Aher-Demiz dalam pemilihan gubenur Jawa Barat 2013. Logo kancing merah terdiri atas lingkaran berdasar merah dengan empat lubang. Ini simbol empat pilar kebangsaan; UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Sementara lima helai benang yang saling menguatkan melambangkan simbol 5 sila Pancasila. Selain kancing merah itu pada kemeja putih bagian dada sebelah kiri terdapat simbol bendera merah putih. Bendera merah putih merupakan bendera Indonesia. Dari simbol-simbol ini menunjukkan bahwa AherDemiz bukan pemimpin yang anti-Nasionalisme. Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah ibarat dua sisi mata uang yang saling memberikan makna. Nasionalisme selalu meletakkan keberagaman atau pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar yang menyatukan sebuah negara bangsa.9 9 Achmad Muhibbin Zuhri, “Konsep Islam dan Nasionalisme serta Implikasinya dalam Kehidupan Bernegara.” Relasi Islam Dengan Nasionalisme Dalam Menangkal Radikalisme Dan Terorisme, 22 November 2011 (Surabaya: Badko HMI Jawa Timur, 2011) 75 Keislaman dengan Nasionalisme berawal dari satu kata, yaitu adil. Adil adalah memberikan sesuatu sesuai haknya masing-masing, bisa juga menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya. Seorang pemimpin harus berlaku Adil dan Bijaksana. Jika pemimpin dapat berlaku adil, maka kaumnya akan mengikutinya dengan ikhlas dan negara ini dapat bersatu. Sebagaimana firman Allah SWT, ”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS AL Ma’idah: 8). Menurut Suryadharma Ali Islam dan Nasionalisme bersifat sinergis bagi kemajuan bangsa (NKRI). Nasionalisme tanpa diikuti ajaran Islam akan menjadi kering pemaknaannya dan bahkan bisa merusak tatanan harmoni umat dan bangsa (NKRI). Sebaliknya, ajaran Islam tanpa ditanamkan jiwa Nasionalisme akan melahirkan penyempalan dengan mengambil pola perjuangan di luar semangat NKRI.10 Pada umumnya iklan dibuat untuk menciptakan suatu citra positif kepada khalayak tentang produk yang diiklankan. Demikian pula dengan iklan politik, sebagaimana dengan yang ungkapkan Anwar Arifin dalam bukunya bahwa komunikasi politik bertujuan untuk membentuk citra politik yang baik. Melalui iklan versi „Doa‟ ini, Aher-Demiz berusaha membentuk citra sebagai pemimpin yang islami, yaitu pemimpin amanah, dekat dengan rakyat, peduli dengan rakyat, 10 Suryadharma Ali, “Pemimpin Islam yang Percaya Nasionalisme,” artikel diakses pada 27 Januari 2014 dari http://www.indonesia-2014.com/read/2012/11/25/pemimpin-islam-yangpercaya-nasionalisme#.UuVFcdLZHIU 76 menjadi pelayan rakyat dan memiliki tujuan untuk mensejahterahkan rakyat yang dipimpinnya. Iklan politik menurut Kaiddan Holtz-Bacha didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagai saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi.11 Iklan politik digunakan oleh politisi sebagai media komunikasi politik. Tujuannya ialah mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil impresif dengansenantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat, apa yang telah kandidat lakukan dan kandidat mewakili siapa.12 Isi iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat, kualitas kepemimpinan, kinerja atau track record -nya dan pengalamannya. Iklan doa ini tampil mengesankan dengan mengenalkan sosok pemimpin Aher-Demiz sebagai pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan yang islami. Citra ini semakin mudah diterima oleh masyarakat secara persuasif karena disampaikan melalui televisi. Dengan kemampuan audio dan visualnya televisi sangat mudah untuk menyampaikan dan membentuk citra baik kepada khalayak luas. Yaitu melalui permainan kata-kata yang diucapkan narrator, adegan yang diperagakan, musik pengiring dan simbol-simbol yang terdapat dalam iklan tersebut. 11 Akhmad Danial, Iklan Politik; Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru (Yogyakarta: LKis, 2009) h. 90. 12 Yuni Retnowati, “Efektivitas Iklan Dalam Meraih Partisipasi Politik,” Akademi Komunikasi Indonesia YPK Yogyakarta (November 2010) 77 Dalam iklan doa ini Aher-Demiz mengenakan pakaian yang sama yakni kemeja putih berkancing merah, dengan bordiran bendera merah putih di atas saku sebelah kanan dan pin kancing merah di atas saku sebelah kiri. Pakaian yang dikenakan ini merupakan pakaian kampanye Aher-Demiz yang digunakan selama masa pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013. Sehingga apabila orang melihat kemeja putih berkancing merah mereka akan langsung teringat dengan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aher-Demiz. Pakaian berwarna putih ini merupakan pakaian yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Warna putih itu memiliki filosofi pertanda bersih dan suci. Warna putih ini hakikatnya bersih dan suci. Dalam hal ini berarti pasangan AherDemiz ini bersih dari segala tindakan korupsi, yang mana korupsi merupakan suatu tindakan yang dapat merugikan orang banyak. Karena pelaku korupsi biasanya telah melakukan kecurangan dalam berbagai cara atau bentuk yang tujuannya ialah untuk kepentingan pribadi. Orientasinya sebagai pemimpin sudah bukan untuk rakyat melainkan untuk pribadi. Pemimpin yang seperti ini bukanlah pemimpin yang patut dipilih karena tidak amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Pemimpin yang menipu rakyatnya akan mendapatkan ancaman diakhirat kelak. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga. (HR. Bukhori Muslim)13 13 (2/324), Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 7150-7151), Muslim (no. 142), Ad-Daarimiy 78 Kemudian pada baju yang dikenakan oleh Aher-Demiz terdapat kancing berwarna merah. Warna merah adalah warna yang sangat menarik perhatian dan menyerukan untuk segera mengambil tindakan. Dalam ilmu psikologi arti warna merah berarti berani, energi, gairah, aktion, kekuatan dan kegembiraan.14 Hal ini menandakan bahwa Aher-Demiz pemimpin yang berani untuk mengusung kebenaran dan sikap melawan korupsi yang akan merugikan kepemimpinannya. Islam memang agama yang rahmatan lil „alamin (agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta). Sudah seharusnya setiap orang yang beriman menyadari hal tersebut. Dalam hal kepemimpinan, Islam pun telah memberi petunjuk untuk diikuti. Banyak masyarakat yang merindukan sosok pemimpin yang mau menjadi pelayan rakyat dan amanah di jaman sekarang ini. Kepemimpin itu merupakan amanah yang memiliki nilai tanggungjawab yang besar. Untuk itu sudah seharusnya pemimpin sekarang ini menjadi pemimpin yang benar-benar memimpin untuk rakyatnya dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Bukan menjadi pemimpin yang hanya menginginkan jabatan sebagai pemimpin untuk kepentingan pribadi, untuk memperkaya diri dengan berbagai tindakan kotor seperti korupsi dan sebagainya. 14 Rendi Syahputra, Arti warna dan Psikologi, artikel diakses pada18 Oktober 2013 dari http://reemill.blogspot.com/2013/01/arti-warna-dan-psikologis.html BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil temuan penelitian dan pembahasan mengenai kepemimpinan islami dalam iklan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dengan judul doa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam iklan ini menggunakan berbagai tanda mulai dari representamen, objek, dan interpretan. Ikon yang sering dimunculkan adalah ikon Deddy Mizwar. Sebagai cara untuk memperkenalkan kepada masyarakat calon pemimpin mereka yang baru. Karena Deddy Mizwar sosok baru dalam dunia perpolitikan khususnya Jawa Barat. 2. Pesan dan makna kepemimpinan yang ditujukan dalam iklan ini ialah karakter seorang pemimpin yang sesuai dengan kepemimpinan islami yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan khalifah. Dalam iklan ini digambarkan karakter yang dimiliki oleh pasangan Aher-Demiz ialah pemimpin yang amanah, perhatian dan peduli terhadap rakyatnya serta ingin mewujudkan kesejahteraan di Jawa Barat. B. Saran 1. Penelitian ini bisa menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya. Untuk melakukan penelitian mengenai semiotika tidak hanya pada iklan di media massa, tetapi juga pada film, design, musik, dan juga objek lain. 2. Masyarakat dapat lebih cermat dalam melihat pesan yang disampaikan oleh media massa, khususnya terkait dengan pesan-pesan politik dalam iklan 78 79 kampanye pemilihan pemimpin. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali pemimpin yang akan dipilih sesuai dengan keinginannya. DAFTAR PUSTAKA Al-Buraery, Muhammad A. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986. Arifin, Anwar. Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Budiman, Kris. Semiotika Visual (Konsep, Isu dan Problem Ikonitas). Yogyakarta: Jalasutra, 2011. cetakan 1 Budiman, Kris. Kosa Semiotika.Yogyakarta: LkiS, 1999. Buku saku Mengenal H. Ahmad Heryawan, Lc. Bandung, 2012. Cangara, Hafied. Komunikasi Politik (Konsep, Teori, Strategi). Jakarta: Rajawali,2011. Cangara, Hafied. Komunikasi Politi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari. Yogyakarta: Jalasutra, 2012. Daniel, Akhmad. Iklan Politik TV Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru. Yogyakarta: LkiS, 2009. Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005. Efendi, Anwar. “Bahasa dan Pembentukan Citra dalam Komunikasi Periklanan di Televisi,” Komunika, Vol. 2, No. 2 (Juli – Desember 2008). Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Palembang: Penerbit UNSRI, 2009. cetakan 3 Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi, Ed 3. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012. Hakim, Abdul . Kepemimpinan Islami. Semarang: Unissula Press, 2007, cetakan 1 Hamid, Farid, dkk. Ilmu Komunikasi (Sekarang dan Tantangan Masa Depan). Jakarta: Kencana, 2011. Heryanto, Gun Gun, dkk. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011. Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007. cetakan 5 80 81 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi). Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Miranti, Abidin. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi, 2002. Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Ed 1. Jakarta: Kencana, 2010. Mufid, Moh. Politik dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004. cetakan 1 Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993. Piliang, Yasraf Amir. Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya Makna) Edisi 4. Bandung: Matahari, 2012. Cetakan 1 Rivai, Veithzal. Kiat Memimin dalam Abad ke 21. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004. Shimp, Terence A. Promotion Management and Marketing Communication. Edisi ke 5 jilid 1 Penerjemah oleh Revyani. Jakarta: Erlangga, 2003. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Cetakan 2 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya, 2009. Sofyan, Ahmadi. Islam On Leadership. Jakarta: Lintas Pustaka, 2006. Steinberg, Arnold. Kampanye Politik Dalam Praktek Jakarta: PT Intermasa, 1981. Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011. . Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Univ Prof DR Moestopo (beragama), 2006. Widyatama, Rendra. Pengatar Perikalanan. Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005. cetakan 1 Kitab Kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4, Kitab Al-Itq, Bab Karahiyatut Tathaawul alaa Ar-Raqiiq , Muslim, Fii AlImaraat,Fadhilatul Imam Adil wa Uqubatul Jair. 82 Kitaabus Sunnah Libni Abi Ashim wama’abu Zhilaalil Jannah fi Takbriijis Sunnah. dan Silsilatul Abaadiitsish Shahiihah. Jurnal Abdul, Omar bin. “Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam”. Ansor, “Peran Iklan Politik Pencitraan dan Dampaknya pada Pilkada di Kabupaten Sleman,” Jurnal Penelitian IPTEK-KOM Volume 13, No.2, 2011. Damayanti, Novita. “Analisis Semiotika Iklan Politik Pilpres 2009,” Wacana, Volume X No. 4, 2011. Hermawan, Anang. “Membaca” Iklan Televisi: Sebuah Perspektif Semiotika,” Jurnal Komunikasi UII Volume 2 No. 1, 2007. Ilhamsyah, “Analisis Semiotik Iklan Cetak Mobil Grand Livina,”, 2008. Intan Marlina, Tengku, dkk. “Teori Semiotik Peirce dan Morris: Suatu Pengenalan,”, 2008. Nuryati, “Kepemimpinan pelayan: Pendekatan baru model kepemimpinan,” STIE “AUB” Surakarta, 2010. Pandu, Ari. dkk., “Pencitraan Pemimpin Bangsa dalam Iklan Kampanye Pasangan Presiden dan Wakil Presiden 2009,” Jurnal Riset Komunikasi Vol.1 No. 2 Desember, 2010. Sandi, Ekayuda. “Makna Tanda Dalam Iklan Kampanye Pilkada JABAR di Televisi.”, 2008. Saputera, Agus. “Petunjuk Al-Quran Dalam Memilih Pemimpin,” 18 Februari, 2011. Sucipto, Hery. “Leadership dan Kepemimpinan Dalam Islam,”Dewan Masjid Indonesia (DMI), 14 September 2013. Sundari, Wiwiek. “Analisis Semiotika Iklan Coca Cola,” Fakultas Sastra UNDIP. 2008. Tinarbuko, Sumbo. “Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi Visual,” FSR-ISI Yogyakarta, 2003. Wicaksono, Andri. “Analisis Wacana Iklan Rokok Sampoerna Mild Edisi “Tanya Kenapa?”, 2011. Ebook 83 Basah, Ranting, dkk. AHER UNDERCOVER (Menyikapi Sisi Lain Ahmad Heryawan). Bandung: Khazanah Intelektual, 2013. Internet Alfathpens, “Pentingnya Mencari Seorang Pemimpin,” artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari http://liqoalfath.wordpress.com/2009/04/14/pentingnyamencari-seorang-pemimpin/ Bandung Mediacitra, “Deddy Mizwar, dari Panggung Sandiwara ke Pentas Politik,” artikel diakses pada 6 Agustus 2013 dari http://www. inohong.com/2013/07/deddy-mizwar-dari-panggung-sandiwara-ke.html Hasan, Komaruddin. “Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis Pencitraan Politik di Indonesia)” artikel diakses pada 17 Januari 2014 dari http://kamaruddin-blog.blogspot.com/2010/10/komunikasi-politik-danpecitraan.html Jeffry, Inengah. “Fenomena Iklan Politik Di Indonesia,” http://politik. kompasiana.com/2013/04/09/fenomena-iklan-politik-di-indonesia-544612 .html Profil Ahmad Heryawan artikel diakses pada 2 Agustus 2013 dari http://www.ahmadheryawan.com/home/ahmad-heryawan/profil Setiawan, Eko. “Profil Deddy Mizwar,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/ Subhan, Moh. “Kepemimpinan Islami dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,” artikel diakses pada 30 oktober 2013 dari http:// ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/06/28/kepemimpinan-islamidalam-peningkatan-mutu-lembaga-pendidikan-islam-569319.html Sunandar, Yudha P. “Ahmad Heryawan, Mubaligh yang juga Politikus,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari http://salmanitb.com/2011/08/ahmadheryawan-mubaligh-yang-juga-politikus/ Syahputra, Rendi. “Arti warna dan Psikologi,” artikel diakses pada 18 Oktober 2013 dari http://reemill.blogspot.com/2013/01/arti-warna-dan- psikologis. html 84 Tinarbuko, Sumbo. “Iklan Politik dan Pencitraan Politik,” artikel diakses pada 25 Mei 2013 dari http://sumbotinarbuko.blogspot.com/2008/11/iklan-politikdan-pencitraan-politik.html Wahyu, Anhar. “Iklan Politik dalam Realitas Media,” artikel diakses pada 26 Mei 2013 dari http://artikel.blog.stisitelkom.ac.id/iklan-politik-dalam-realitasmedia.html