MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAMI DALAM IKLAN POLITIK DI TELEVISI

advertisement
MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAMI DALAM IKLAN
POLITIK DI TELEVISI
(Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy
Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh :
Arief Fadillah
NIM: 109051000217
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Oktober 2013
Arief Fadillah
ABSTRAK
Arief Fadillah
MAKNA KEPEMIMPINAN ISLAMI DALAM IKLAN POLITIK DI
TELEVISI (Analisis Semiotika Iklan Kampanye Pasangan Ahmad
Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013)
Pemimpin yang islami ialah pemimpin yang mau menjadi pelayan bagi rakyat
yang dipimpinnya. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda
bahwa pemimpin suatu kelompok adalah pelayan bagi kelompok tersebut (HR
Abu Na’im). Memilih pemimpin merupakan suatu keharusan dalam Islam. Untuk
itu Islam memiliki figur pemimpin yang patut diteladani dan ditiru
kepemimpinannya yakni Rasulullah SAW. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya
kita meneladani dan meniru gaya kepemimpinan ataupun sifat dan karakter
memimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Pertanyaan penelitian adalah bagaimana makna kepemimpinan islami dalam
tayangan iklan kampanye Aher-Demiz versi judul doa?
Kepemimpinan islami ialah upaya mengungkapkan kepribadian Rasulullah
Muhammad SAW dalam menjalankan kepemimpinan. Pemimpin yang islami
harus memiliki karakter yang dekat dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuan dari
seorang pemimpin yang islami yaitu untuk mensejahterahkan rakyat yang
dipimpinnya.
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian yang bersifat kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Fokus penelitian adalah pada makna
kepemimpinan islami yang terdapat dalam iklan pasangan Aher-Demiz versi judul
doa. Peneliti menggunakan metode analisis semiotika model Charles Sanders
Peirce.
Hasil penelitian menemukan bahwa iklan mengandung makna kepemimpinan
islami. Iklan ini digunakan untuk menciptakan citra sebagai pemimpin berkarakter
seperti kepemimpinan Rasulullah SAW, yaitu pemimpin yang amanah, melayani
rakyatnya dan memiliki tujuan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Keyword: Pemimpin, Kepemimpinan islami, Iklan Pasangan Aher-Demiz versi
judul doa, Semiotika Charles Sanders Peirce.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dzat Maha
Sempurna yang senatiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya.
Dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini,
sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW berserta sahabat dan keluarganya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu
syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1)
pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak akan
mampu
menyelesaikan
tanpa
bantuan
dari
pihak
lain.
Penulis
ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang
membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun
materil.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, beserta Wadek I Dr. Suparto, M.Ed, Wadek II Drs.
Jumroni, M.Si, dan Wadek III Drs. Wahidin Saputra, MA.
2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
vi
3. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Fauzun Jamal, Lc selaku Pembimbing Akademik KPI G 2009 yang
selalu mendengarkan keluh kesah kami dan pengarahannya dari semester 1
sampai saat ini.
5. Bapak Muchammad Nasucha, M.Si dan Ibu Bintan Humeira, M.Si yang
telah memberikan pengarahan pada awal pengajuan proposal skripsi ini.
6. Kedua orangtua saya, Bapak Ibrahim dan Ibu Hamilah yang tak pernah
berhenti berusaha mendidik anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih
sayang. Kaka saya Rhienny Hijriah dan Adik saya Astrid Karolina Agustin
7. Dewi Nirmala yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi,
serta bantuan moril kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan tapi
tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terima kasih
banyak ya teman.
Semoga semua bantuan dan do’anya akan menjadi amal ibadah dan
mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis mohon maaf
apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal’alamin. Wassalam.
Jakarta, 23 Oktober 2013
Arief Fadillah
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9
BAB II KERANGKA TEORITIS ............................................................... 11
A. Semiotika Charles Sanders Peirce .................................................... 11
1. Tripologi Tanda ......................................................................... 13
2. Semiotika pada Iklan ................................................................. 16
3. Semiotika pada Iklan Televisi .................................................... 18
B. Komunikasi Politk ............................................................................. 19
C. Iklan .................................................................................................. 22
1. Pengertian Iklan ......................................................................... 22
2. Fungsi Periklanan ...................................................................... 24
D. Iklan Politik Televisi ......................................................................... 25
E. Semiotika Dalam Iklan Politik .......................................................... 28
F. Kepemimpinan dalam Konsep Islam ................................................ 29
1. Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW ........................... 33
2. Kepemimpinan Islami ................................................................. 36
BAB III PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR ............... 42
A. Riwayat Hidup Ahmad Heryawan .................................................... 42
B. Riwayat Hidup Deddy Mizwar ......................................................... 48
C. Narasi Iklan Kampanye Pasangan Aher-Demiz judul Doa ............... 52
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .............................................. 54
A. Analisis Iklan Doa Pasangan Aher-Demiz dalam semiotika
Charles Sander Peirce ........................................................................ 54
B. Interpretasi Penelitian ....................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78
viii
A. Kesimpulan ....................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Semiotika Peircean ............................................................................ 15
Tabel 2 Analisis Scene Satu (Orang Berdoa) ................................................. 55
Tabel 3 Analisis Scene Dua (Deddy Mizwar Berdoa) ................................... 55
Tabel 4 Analisis Scene Tiga (Ahmad Heryawan Berdoa) ............................. 57
Tabel 5 Analisis Scene Empat (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa
Bersama) ........................................................................................................ 60
Tabel 6 Analisis Scene Lima (Tangan Ahmad Heryawan) ............................ 62
Tabel 7 Analisis Scene Enam (Telinga Deddy Mizwar) ................................ 64
Tabel 8 Analisis Scene Tujuh (Mata dan Telinga Deddy Mizwar) ................ 65
Tabel 9 Analisis Scene Delapan (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika
Berdoa) ........................................................................................................... 67
Tabel 10 Analisis Scene Sembilan (Deddy Mizwar Menunduk) ................... 68
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Semiotika Peircean ..................................................................... 15
Gambar 3.1 Banner Kampanye Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar ........ 52
Gambar 4.1 Tangan Deddy Mizwar ............................................................... 54
Gambar 4.2 Deddy Mizwar Berdoa ............................................................... 56
Gambar 4.3 Ahmad Heryawan Berdoa .......................................................... 58
Gambar 4.4 Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama .................. 59
Gambar 4.5 Tangan Ahmad Heryawan .......................................................... 61
Gambar 4.6 Telinga Deddy Mizwar............................................................... 63
Gambar 4.7 Mata dan Telinga Deddy Mizwar............................................... 64
Gambar 4.8 Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa ................................. 66
Gambar 4.9 Deddy Mizwar Menunduk ......................................................... 68
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua elemen yang saling berkaitan.
Pemimpin adalah seseorang yang memimpin suatu kelompok. Kepemimpinan
(George R. Terry (2006 : 495)) adalah kegiatan atau cara seorang pemimpin untuk
mempengaruhi yang dipimpinnya agar mau mengikuti untuk mencapai tujuan
kelompok tersebut secara sukarela.
Dalam pandangan Islam kehadiran seorang pemimpin sangatlah penting.
Dengan adanya pemimpin tujuan hidup umat Islam menjadi jelas terarah. Oleh
karena itu Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memilih pemimpin.
Argumentasi yang dikemukakan adalah pengangkatan imam itu merupakan usaha
untuk menolak kejahatan, dan kejahatan itu tidak mungkin tertolak tanpa adanya
imam.1
Pemilihan kepala daerah merupakan ajang lima tahunan yang dilakukan
untuk menentukan siapa yang berhak menjadi kepala daerah dalam hal ini
Gubernur. Momen ini merupakan titik sentral perubahan guna meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.
Dalam pesta demokrasi ini selalu ada kandidat-kandidat yang mencalonkan
diri sebagai CAGUB (Calon Gubernur) dan CAWAGUB (Calon Wakil
Gubernur). Dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 kali ini terdapat 5 pasang
kandidat CAGUB dan CAWAGUB. Kelima pasang itu adalah Dikdik Mulyana
1
Moh Mufid, Politik dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), cetakan 1,
h. 37.
1
2
Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar,
Dede Yusuf-Lex Laksamana, Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki, dan Irianto MS
Syafiuddin-Tatang Farhunul Hakim. Terdapat dua pasangan incumbent yakni
Gubernur Jawa Barat sekarang Ahmad Heryawan yang berpasangan dengan
Deddy Mizwar dan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf yang berpasangan
dengan Lex Laksamana.
Umat Islam dalam menentukan seorang pemimpin sudah memiliki figur dan
pelaku yang pantas untuk diteladani. Dalam Islam figur pemimpin yang ideal
yang patut diteladani ialah Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana Allah
SWT berfirman:
َ‫خر‬
ِ ‫لَقَدْ كَانَ َلكُمْ فِي رَسُولِ الَّلهِ أُسْ َوةٌ حَسَ َنةٌ ِلمَهْ كَانَ َيرْجُو الَّلهَ وَالْيَوْمَ الْآ‬
‫وَ َذ َكرَ الَّلهَ كَثِيرًا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab
[33]: 21)2.
Ayat tersebut telah menunjukkan bahwa Rasulullah SAW merupakan
manusia yang sempurna yang memiliki akhlak yang mulia. Sehingga tidak
diragukan untuk dijadikan sebagai suri tauladan tak terkecuali dalam hal menjadi
pemimpin dan memimpin umat.
Sebagaimana peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin dalam
perspektif Islam yakni sebagai pelayan dan pemandu bagi rakyatnya. 3 Rasulullah
2
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 420.
3
Ahmadi Sofyan, Islam On Leadership(Jakarta: Lintas Pustaka, 2006), h. 30.
3
SAW memiliki empat sifat wajib yang berkaitan dengan tugasnya sebagai
khalifah Allah SWT di muka bumi. Empat sifat tersebut yakni Amanah, Fatanah,
Siddiq, dan Tabligh. Mencari pemimpin yang tepat berarti menemukan empat sifat
Nabi SAW itu dalam pribadi seorang calon pemimpin. Kepemimpinan Rasulullah
SAW memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun sebagai umat Islam harus
berusaha untuk meniru dan meneladani kepemimipinan Rasulullah SAW tersebut.
Untuk memilih seorang pemimpin yang tepat kita harus mengenali karakter atau
pribadi orang tersebut dalam memimpin.
Guna mendapatkan dukungan dari masyarakat para kandidat CAGUB dan
CAWAGUB tersebut membuat strategi. Strategi yang dilakukan ialah dengan
membuat kampanye. Sebagaimana yang dikutip oleh Arnold Steinberg kampanye
politik ialah suatu usaha yang formal dan tegas, serta diorganisir sebaik-baiknya,
untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan resmi.4 Kampanye dilakukan melalui
iklan di media massa atau dikenal dengan sebutan iklan politik. Iklan politik ialah
upaya menyampaikan pesan verbal visual perikehidupan politik yang didesain
secara komunikatif5.
Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar mengeluarkan beberapa iklan
politik selama periode kampanye kali ini. Salah satunya yang berjudul “Doa”.
Dalam tayangan yang berdurasi 30 detik tersebut pasangan yang dikenal dengan
panggilan Aher-Demiz ini berusaha menciptakan atau memunculkan suatu citra
positif, yakni citra sebagai pemimpin yang islami. Di mana dalam tayangan iklan
4
Arnold Steinberg, Kampanye Politik Dalam Praktek (Jakarta: PT Intermasa, 1981), h. 13
5
Sumbo Tinarbuko, “Menyorot Keberadaan Alat Peraga Kampanye,” artikel di akses pada
18 Sepetember 2013 dari www.sumbotinarbuko.com/-menyorot-keberadaan-alat-peragakamapnye.html
4
tersebut terdapat tanda-tanda yang mengasumsikan bahwa pasangan Aher-Demiz
ini memiliki karakter kepemimpinan yang islami.
Ada lima hal penting yang membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti
iklan tersebut. Pertama, iklan kampanye ini merupakan suatu pencitraan dan
bentuk pendekatan dari pasangan Aher-Demiz kepada masyarakat Jawa Barat.
Kedua, iklan kampanye ini memiliki makna yang terkandung di dalamnya.
Ketiga, dalam konteks Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) terdapat makna
kepemimpinan yang islami dalam penayangan klan kampanye tersebut. Kelima,
semiotika pada iklan politik ditelevisi merupakan hal yang menarik karena televisi
merupakan media massa yang bersifat audiovisual.
Pada intinya iklan dimunculkan untuk memberikan citra positif terhadap
sesuatu yang diiklankan. Di dalam iklan terdapat banyak tanda-tanda audio dan
visual serta simbol yang bertujuan untuk membentuk citra yang dinginkan.
Melalui tanda-tanda kita dapat berkomunikasi. Begitu berartinya suatu tanda
sehingga apabila dikaitkan dengan tanda-tanda lainnya akan menemukan suatu
makna tersembunyi dari suatu iklan.
Berdasarkan yang sudah dipaparkan oleh peneliti di atas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul Makna Kepemimpinan Islami
Dalam Iklan Politik Di Televisi (Analisis Semiotika Iklan Kampanye
Pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Pemilihan Gubernur Jawa
Barat 2013).
5
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka masalah penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana makna kepemimpinan islami disampaikan dalam iklan
kampanye Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar versi judul „Doa‟?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui makna kepemimpinan islami disampaikan dalam
iklan kampanye Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar versi judul „Doa‟.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam perkembangan kajian media dan komunikasi massa.
Khususnya kajian mengenai iklan politik dilihat dari analisis semiotika.
b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi
masyarakat agar dapat lebih cermat dalam melihat pesan yang
disampaikan oleh media massa, khususnya terkait dengan pesan-pesan
politik dalam iklan kampanye pemilihan pemimpin.
6
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Bogdan dan Taylor
mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang diamati.6
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif
adalah
suatu
bentuk
penelitian
yang
ditujukan
untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.7 Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
3. Teknik Pengumpulan Data
Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan:
a. Observasi
Merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Arikunto observasi dapat
diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 9
7
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Tindakan (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 72.
7
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.8 Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap iklan kampanye AherDemiz versi judul „Doa‟.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.9 Dalam hal ini,
peneliti mengambil dokumentasi iklan kampanye Aher-Demiz dengan
mengunduh file video dari website www.youtube.com.
4. Teknik Analisis Data Kualitatif
Menurut Moleong analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.10
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen: 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitentiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskannya apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.11
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 145
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 206
10
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 280.
11
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 248.
8
Teori yang digunakan ini bertujuan untuk melihat tanda berupa gambar dan
teks. Metode ini diawali dengan pendefinisian objek analisis dan pengumpulan
tanda yang akan dikaji serta pengklasfikasian tanda. Objek analisis dalam kajian
ini adalah iklan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang berjudul “Doa”.
Selanjutnya akan diamati tanda-tanda yang terdapat dalam tayangan
tersebut. Pada level ini, analisis yang dilakukan menyangkut pengklasifikasian
dan mengidentifikasi dari tanda audio dan visual.
Sebuah tanda atau representamen adalah sesuatu yang bagi seseorang
mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain
itu oleh Peirce disebut Interpretant-dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang
pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian
menurut Peirce sebuah tanda memiliki relasi
„triadik‟ langsung dengan
interpretan dan objeknya. Peirce mengatakan bahwa tanda-tanda dalam gambar
dapat digolongkan ke dalam ikon, indeks, dan simbol (North, 1995:45).12
E. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku
yang membahas tentang analisis semiotika. Ada beberapa tulisan yang
membicarakan mengenai analisis semiotika dan menjadi acuan dalam penelitian
ini, diantarnya yaitu:
Skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Iklan Politik Partai Bulan
Bintang di Media Televisi (Versi Profil Syariah)”. Karya Noviyanto mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
Sumbo Tinarbuko, 2008, h. 17.
9
Penelitian ini menggunakan model Charles Sanders Peirce dengan metode
penelitian analisis deskriptis. Hasil penelitian ini adalah dapat mengetahui tanda,
makna, dan pesan yang terdapat pada iklan politik Partai Bulan Bintang.
Skripsi dengan judul “Analisis Semiotika Kepemimpinan Dalam Komik
Strip Si Bujang”. Karya Novita Intan Sari mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan
model Charles Sanders Peirce dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian ini adalah dapat mengetahui Representamen, Object dan Interpretan
yang terdapat dalam komik strip Si Bujang pada edisi kepemimpinan.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing dari
sub bab, yakni:
BAB I
: PENDAHULUAN, pada bab ini memaparkan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
: KERANGKA TEORITIS, bab ini membahas tentang
Semiotika Charles Sanders Peirce, Komunikasi Politik, Iklan,
Iklan
Politik
Televisi,
Semiotika
Dalam
Iklan
Politik,
Kepemimpinan dalam Konsep Islam.
BAB III
: PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR, bab
ini berisi profil CAGUB (Ahmad Heryawan) dan CAWAGUB
(Deddy Mizwar), narasi iklan kampanye Aher-Demiz judul „Doa‟.
10
BAB IV
: TEMUAN DAN ANALISIS DATA, bab ini membahas tentang
analisis iklan kampanye pasangan Aher-Demiz versi judul „Doa‟.
Interpretasi Penelitian.
BAB V
: PENUTUPAN, bab ini adalah bab terakhir yang berisikan
mengenai kesimpulan dan saran peneliti.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Semiotika Charles Sanders Peirce
Istilah semiotik diperkenalkan oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu
ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala.1 Gejala menurut Hippocrates
merupakan Semeion yang dalam bahasa Yunani berarti tanda. Tanda itu sendiri
didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun
sebelumnya. Dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau
kapasitas.2
Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Eco, 1976: 6)3. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu
pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang
memiliki unit dasar dengan „tanda‟. Eco menyebut tanda sebagai suatu
„kebohongan‟. Menurut Eco pada prinsipnya semiotika adalah sebuah disiplin
yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Definisi
ini meskipun agak aneh secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep
dusta di dalam wacana semiotika, sehigga dusta tampaknya menjadi prinsip utama
1
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi Lian
Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 6.
2
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2011), h. 5.
3
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2011), h. 7.
11
12
semiotika. Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan
sebagai tanda.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (represantemen),
berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Menurut Peirce tanda ialah sesuatu yang dapat
mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu (Eco, 1979 :15). Tanda
akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut sebagai objek.
Semiotika memiliki tiga wilayah kajian4:
1. Tanda. Wilayah ini meliputi kajian mengenai jenis tanda yang berbeda,
cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan cara
tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya.
2. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi.
3. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi.
Peirce merujuk bagan tiga dimensi ini sebagai ke-pertamaan, ke-duaan,
dan ke-tigaan. Tanda mulai sebagai struktur sensorik, yaitu sebagai sesuatu yang
dibuat untuk mensimulasi objek dalam kerangka properti sensoriknya. Kemudian
tanda digunakan oleh pengguna tanda untuk membangun koneksi dengan objek,
bahkan jika objek aktualnya tidak hadir untuk dipersepsi indera (=ke-duaan).
Terakhir, tanda itu sendiri menjadi sumber pengetahuan mengenai dunia, saat ia
memasuki dunia budaya dan didistribusikan untuk penggunaan umum (=ketigaan).5
4
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Edisi 3
h. 66.
5
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Edisi 3,
h.68
13
Teori semiotika Peirce sering disebut sebagai grand theory. Karena
gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem
penandaan. Peirce mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan
kembali semua komponen dalam struktur tunggal.6
1. Tripologi Tanda
Pembedaan tipe-tipe tanda yang agaknya paling simpel dan fundamental
adalah di antara ikon, indeks, dan simbol yang didasarkan atas relasi di antara
representamen dan objeknya (Peirce).7
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sebagaimana dapat
dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen
dan objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa kualitas”. Misalnya
suatu peta atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya
sejauh keduanya terdapat keserupaan.
Menurut Zoest, ikon dapat dijelaskan dalam tiga bentuk; 1). Ikon
spasial atau topologis, yang ditandai dengan adanya kemiripan antara ruang atau
profil dan bentuk teks dengan apa yang dijadikan acuannya; 2). Ikon
relasional atau diagramatik di mana terjadi kemiripan antara hubungan dua unsur
tekstual dengan hubungan dua unsur acuan; 3). Ikon metapora, di mana hubungan
dilihat bukan lagi karena adanya kemiripan antara tanda dan acuan, melainkan
antara dua acuan, yang mana kedua-duanya diacu dengan tanda yang sama, yang
bersifat langsung dan tidak langsung. Dalam konteks seni, ikon metafora (menurut
6
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2011), h. 13.
7
Kris Budiman, Semiotika Visual (Konsep, Isu dan Problem Ikonitas), (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), cetakan 1
14
Dahana, dalam Sobur, 2004) biasanya muncul dalam bentuk parabel, alegori atau
kisah metafisis.8
Indeks yaitu tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau eksistensial
di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda
dan objeknya bersifat konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang
sekuensial atau kausal. Misalnya, jejak kaki di atas permukan tanah, merupakan
indeks dari seseorang yang telah lewat di sana.
Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional.
Tanda-tanda seperti kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Simbol
biasa diartikan sebagai suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya
dalam arti ia harus benar-benar diinterpretasi. Interpretasi yang dimaksudkan
adalah satu upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik dengan
melibatkan unsur dari proses belajar, berdasarkan pengalaman sosial dan
kesepakatan
dalam
masyarakat
tentang
makna
lambang
tersebut.
Contoh, bendera disepakati sebagai lambang yang bersifat simbolik dari suatu
bangsa yang karenanya segenap warga bangsa melakukan penghormatan
terhadapnya.
Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material yang
berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretan, yakni suatu
tanda lain yang ekuivalen (arti yang sama), di dalam benak seseorang
(interpreter).
8
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), cetakan 2, h.
158.
15
Interpretant, setiap tanda yang dipahami oleh seseorang membangkitkan
atau berasosiasi dengan tanda lain di dalam benaknya. Tanda yang kemudian ini
merupakan interpretan dari yang pertama. (contoh: sebuah gambar mata
menyebabkan munculnya kata mata sebagai interpretan di dalam benak seseorang
Indonesia). Sering kali kita menginterpratasikan sebuah ikon melalui simbol atau
sebaliknya, simbil melalui ikon. Berdasarkan pengertian tentang tanda yang
diinterpretasikan lewat tanda lain ini, sebagai gerakan yang tak berujung pangkal,
Eco dan Derrida merumuskan proses semiosis yang tak berkesudahan.9
Representamen (X)
Objek (Y)
Interpretan (X=Y)
Gambar 2.1
Semiotika Peircean
Jenis Tanda
(Representamen)
Ikon
Indeks
9
Tabel 1
Semiotika Peircean
Hubungan antar Tanda
dan Sumber Acuannya
Tanda
dirancang
untuk
merepresentasikan sumber acuan
melaui simulasi atau pesanan
(artinya, sumber acuan dapat
dilihat, didengar dan seterusnya,
dalam ikon)
Tanda
dirancang
untuk
mengindikasikan sumber acuan
atau
saling
menghubungkan
sumber acuan
Contoh
Segala macam gambar
(bagan, diagram dan
lain-lain), photo, katakata onomatopoeia dan
seterusnya
Jari yang menunjuk,
kata keterangan seperti
di sini, di sana, kata
ganti seperti aku, kau,
ia dan seterusnya
Kris Budiman, Kosa Semiotika (Yogyakarta: LkiS, 1999), h. 51.
16
Tanda
dirancang
menyandikan
sumber
melalui
kesepakatan
persetujuan
Simbol
untuk Simbol sosial seperti
acuan mawar,
simbol
atau matematika
dan
seterusnya
2. Semiotika pada Iklan
Menurut para ahli semiotika iklan (Gillian Dyer, Torben Vestergaard atau
Judith Williamson) bahwa sebuah iklan selalu berisi unsur tanda yakni berupa
objek yang diiklankan; konteks berupa lingkungan, orang atau makhluk lainnya
yang memberikan makna pada objek dan teks yang memperkuat makna serta
unsur bunyi dan ucapan.10 Dari pandangan-pandangan para ahli semiotika
periklanan dapat dilihat bahwa ada dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan,
yang membedakan iklan secara semiotik dengan objek seni pada umumnya.
Mengkaji tanda verbal (judul, teks) dan tanda visual (ilustrasi, logo,
tipografi, dan tata visual). Melalui pendekatan teori semiotika, diharapkan karya
desain komunikasi visual mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan
makna yang terkandung di dalamnya.
Tanda verbal akan didekati pada aspek ragam bahasa, tema dan pengertian
yang
didapatkan,
sedangkan
tanda
visual
akan
dilihat
dari
cara
menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal atau simbolis, dan
bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya. Tanda-tanda tersebut dilihat
dan dibaca dari dua aspek tersebut kemudian diklasifikasikan, dan dicari
hubungan antara yang satu dengan lainnya. Simbol, ikon, indeks merupakan
perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek dan konsep (interpreatant).
10
Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya Makna),
(Bandung: Matahari, 2012), edisi 4 cetakan 1 h. 341.
17
Bentuk biasanya menimbulkan persepsi setelah dihubungankan dengan objek dan
akan menimbulkan interpretant. Proses ini merupakan proses kognitif yang terjadi
dalam memamahami pesan iklan.11
Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi
yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada
para penerima tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. Fungsi
komunikasi mengharuskan ada relasi antara pengirim dan penerima pesan yang
dimediasi oleh media tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi
komunikasi tetapi bentuk-bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi
signifikasi, yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna.12
Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi
lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna dan bunyi. Untuk
mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, kita bisa mengkajinya melalui sistem
tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang
baik verbal maupun berupa ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam
iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan nonverbal. Lambang verbal adalah
bahasa yang kita kenal, lambang nonverbal adalah bentuk dan warna yang
disajikan dalam iklan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon
adalah bentuk dan warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya
seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003 : 116). Yang penting
11
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), cetakan
3, h. 14.
12
Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya Makna),
(Bandung: Matahari, 2012), edisi 4 cetakan 1, h. 339.
18
dalam meneliti iklan adalah penafsiran kelompok sasaran dalam proses
interpretan.
Penafsiran yang bertahap ini merupakan segi penting dalam iklan, proses
seperti ini disebut semiosis (Hoed, 2001 : 97). Menurut Berger (2000 : 199), bila
akan menganalisis iklan kita harus mengambil iklan dengan orang, objek, latar
belakang menarik, naskah yang menarik. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis iklan :
1
Penanda dan petanda
2
Gambar, indeks dan simbol
3
Fenomena sosiologi, demografi orang dalam iklan dan orang-orang yang
menjadi sasaran iklan, refleksikan kelas-kelas sosial ekonomi, gaya hidup dan
sebagainya.
4
Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk, melalui naskah dan orangorang yang dilibatkan dalam iklan.
5
Desain dari iklan, termasuk tipe perwajahan yang digunakan, warna dan
unsur estetik yang lain.
6
Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh
publikasi tersebut.
3. Semiotika pada Iklan Televisi
Dalam meneliti semiotika pada media seperti televisi ini harus memahami
karakterisitik yang dimiliki oleh media tersebut. Televisi memiliki karakter
sebagai media yang menggabungkan unsur audio dan visual. Dalam mengkaji
iklan yang ada ditelevisi hal yang harus diperhatikan yaitu melihat kembali
19
kepada kedua karakteristik tersebut. Audio dalam hal ini menyangkut suara yang
digunakan dalam iklan tersebut. yakni bisa berupa tanda verbal seperti narasi yang
diucapkan ataupun musik pengiring iklan. Visual, berarti yang menjadi perhatian
ialah gambar, adegan atau tayangan yang muncul dalam iklan tersebut.
Iklan televisi bekerja efektif karena menghadirkan pesan dalam bentuk
verbal dan nonverbal sekaligus. Sebagai sistem pertandaan, maka iklan sekaligus
menjadi sebuah bangunan representasi. Tampilan iklan di televisi senantiasa
melibatkan tanda dan kode. Setiap bagian iklan pun menjadi “tanda” atau sign,
yang secara mendasar berarti sesuatu yang memproduksi makna (Thwaites et al.,
2002: 9).
Tanda berfungsi mengartikan atau merepresentasikan (menggambarkan)
serangkaian konsep, gagasan atau perasaan sedemikian rupa yang memungkinkan
seorang penonton untuk men-decode atau menginterpretasikan maknanya. Jika
tanda adalah material atau tindakan yang menunjuk sesuatu, kode adalah sistem di
mana tanda-tanda diorganisasikan dan menentukan bagaimana tanda dihubungkan
dengan yang lain. Dalam iklan, kode-kode yang secara jelas dapat dibaca adalah
bahasa berupa narasi atau unsur tekstual, audio, dan audiovisual.
B. Komunikasi Politik
Dan Nimmo mendefinisikan komunikasi politik sebagai kegiatan
komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun
20
potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.
Definisi ini menggunakan pendekatan konflik.13
Dalam bukunya Gun Gun Heryanto membagi komunikasi politik ke dalam
dua kajian. Komunikasi politik dalam kajian politik, dapat dipahami sebagai
aktifitas
politik
atau
upaya-upaya
pembentukan
kesepakatan,
misalnya,
kesepakatan menyangkut bagaimana pembagian sumberdaya kekuasaan atau
bagaimana kesepakatan tersebut dibuat. Sementara dalam kajian komunikasi,
komunikasi
politik
dipahami
sebagai
pesan
bercirikan
politik
untuk
mempengaruhi pihak lain dalam mencapai tujuan yang direncanakan.14
Komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan yang bercirikan
politik dari komunikator politik kepada khalayak politik melalui media tertentu
yang bertujuan mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan
suatu kepentingan tertentu di masyarakat.15 Media massa dinilai efektif oleh para
pelaku politik dalam melakukan komunikasi politiknya. Karena sifat media massa
mampu menyampaikan pesan secara serempak kepada khalayak luas yang
heterogen.
Swanson dan Nimmo (dalam New Direction in Political Communication,
1990) menitikberatkan komunikasi politik adalah studi tentang strategi
penggunaan komunikasi untuk mempengaruhi pengetahuan publik, kepercayaan,
13
Dan Nimmo, Komunikasi Politik Khalayak dan Efek ( Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2001), h. 88.
14
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik.(Tangerang Selatan:
Lembaga Penelitian UIN JKT, 2011), h. 3.
15
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik.(Tangerang Selatan:
Lembaga Penelitian UIN JKT, 2011), h. 4.
21
dan tindakan politik; serta studi terhadap keterkatitan kampanye politik sebagai
suatu objek.16
Salah satu tujuan komunikasi politik adalah menciptakan, membangun,
dan memperkuat citra (image) politik di tengah masyarakat khususnya pemilih.
Seperti diungkapakan oleh Arifin (2003), salah satu tujuan dari komunikasi politik
adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak.17 Menurut Water
Lippman (1965) citra adalah pictures in our head atau dunia menurut persepsi
kita. Citra politik menurut Cangara (2007) adalah idenditas politik yang
merupakan visualisasi dari atribut yang diberikan dan dipersepsikan oleh pihak
luar tentang seorang kandidat maupun partai politik.18 Citra seorang politisi dapat
dibentuk melalui iklan di media massa baik cetak maupun elektronik. Citra politik
itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun
melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan
pesan politik yang umum dan aktual.
Para politisi memanfaatkan iklan sebagai media untuk melakukan
komunikasi politiknya. Melalui iklan politik yang disiarkan di televisi citra
seorang politisi akan mudah diterima dan terbentuk ke dalam benak khalayak. Hal
ini dikarenakan televisi sudah menjadi bagian hidup dari keseharian masyarakat
di Indonesia. Banyak dari penduduk di Indonesia mejadikan televisi sebagai
sumber kebenaran. Menurut Dedy Jamaluddin Malik, media telah menjadi sarana
16
Novita Damayanti, “Analisis Semiotika Iklan Politik Pilpres 2009,” Wacana Vol X, No
$ (November 2011): h. 53
17
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi
Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 5.
18
Hafied Cangara, Komunikasi Politi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 40.
22
dalam upaya perluasan ide-ide, gagasan-gagasan dan pemikiran terhadap
kenyataan sosial. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2006
menghasilkan 86 persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia
memiliki aktivitas rutin mengikuti acara televisi dalam seminggu.19 Hal ini
memungkinkan televisi merasuki pikiran penikmatnya dengan sangat persuasif.
Dengan begitu media telah menjadi sarana komunikasi politik para politisi dalam
menyampaikan dan membentuk citranya kepada khalayak khususnya pemilih.
C. Iklan
1. Pengertian Iklan
Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya
„menggiring orang pada gagasan‟.20 Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai
pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat
suatu media. Morrison dalam bukunya mendefinisikan iklan sebagai “any paid
form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or
idea by an identified sponsor” (Setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai
suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang
diketahui). Ada pun maksud „dibayar‟ ialah menunjukan bahwa ruang atau waktu
bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata „nonpersonal‟
yaitu suatu iklan melibatkan media massa seperti koran, majalah, radio, dan
19
Komaruddin Hasan, “Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis Pencitraan
Politik di Indonesia)” artikel diakses pada 17 Januari 2014 dari http://kamaruddinblog.blogspot.com/2010/10/komunikasi-politik-dan-pecitraan.html
20
Anwar Efendi, “Bahasa dan Pembentukan Citra dalam Komunikasi Periklanan di
Televisi,” Komunika, Vol. 2, No. 2 (Juli – Desember 2008), h. 140.
23
televisi yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kelompok individu
pada saat bersamaan.21
Jefkins mendefinisikan periklanan adalah pesan-pesan penjualan yang
paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas
produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.22
Periklanan merupakan salah satu alat dari alat yang paling umum digunakan
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan
masyarakat.
Sebenarnya di Indonesia sendiri istilah iklan sering disebut dengan istilah
lain, yaitu advertensi dan reklame. Kedua istilah itu diambil dari bahasa Belanda
(advertensi) dan bahasa Prancis (reclame). Namun secara resminya, sebutan iklan
lebih sering digunakan dibanding dengan kedua kata tersebut. Soedardjo lebih
memilih rujukan dari bahasa Arab untuk menyebut advertentie atau reklame. Ia
melafalkan kata I‟lan dalam bahasa Arab untuk diucapkan ke dalam lidah orang
Indonesia sebagai istilah iklan. Istilah inilah yang sampai sekarang ini populer
digunakan. Pilihan Soedardjo ini karena semangat anti-Barat yang mana pada
masa itu Belanda sedang menjajah Indonesia.23
Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia (MPI) mengartikan iklan
sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan
lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Sementara istilah periklanan (Riyanto, 2001) diartikan sebagai keseluruhan proses
21
Morissan,
edisi 1, h. 17.
22
23
Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, (Jakarta: Kencana, 2010),
Frank Jefkins. Periklanan (Jakarta: Harcourt College Publisher, 1996), h.5.
Rendra Widyatama, Pengatar Perikalanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005),
cetakan 1, h. 14.
24
yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksaan dan pengawasan penyampaian
iklan.24 Pada dasarnya tujuan periklanan adalah agar produknya terjual atau laku.
Seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins: advertising aims to pursuade people to
buy. 25 Karena iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli,
2. Fungsi Periklanan
Menurut Terence A. Shimp (2003), secara umum periklanan mempunyai
fungsi komunikasi. Ada beberapa fungsi iklan, yaitu:26
a) Informasi, iklan mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi
penjualannya serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
b) Persuasif,
iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-
merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan
tersebut.
c) Pengingat, iklan terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah
produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa
memperdulikan merek pesaingnya.
d) Nilai tambah, memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi
persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih
elegan, bergaya, bergengsi dan lebih unggul dari tawaran pesaing.
e) Mendampingi, memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses
komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan sebagai
24
Rendra Widyatama, Pengatar Perikalanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005),
cetakan 1, h. 16.
25
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia),
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007), cetakan 5, h. 9.
26
Terence A. Shimp. Promotion Management and Marketing Communication. Penerjemah
oleh Revyani, (Jakarta: Erlangga, 2003), edisi 5, jilid 1, h. 357.
25
alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kuponkupon dan undian. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu
perwakilan dari perusahaan.
D. Iklan Politik Televisi
Iklan politik adalah “political advertising refers to the purchase and use of
advertising space, paid for at commercial rates, in order to transmit political
messages to a mass audience”. Melalui iklan politik para calon bisa
mengkomunikasikan pesan-pesan, ide, dan programnya kepada para calon
pemilih.27 Lynda Lee Kaid mendefinisikan iklan politik sebagai proses
komunikasi melalui sumber (kandidat atau partai politik), mengambil kesempatan
untuk mengekspos komunikan melalui saluran media massa dari pesan-pesan
politik untuk memengaruhi sikap, kepercayaan dan perlaku politik khalayak.28
Pada dasarnya iklan politik menggambarkan suatu mekanisme yang konvergen
sifatnya. Jadi sifat utama dari iklan politik adalah one-to-many-communication
terhadap individu-individu dalam massa yang heterogen sifatnya.29
Konten dan pesan yang disampaikan melalui iklan politik tersebut selalu
berisi muatan politik. Di mana isinya tidak jauh dari untuk memperkenalkan
kandidat ataupun seruan untuk memilih kandidat yang diiklankan. Muatan pesan
27
Hafied Cangara, Komunikasi Politik (Konsep, Teori, Strategi) (Jakarta: Rajawali,2011)
28
Gun Gun Heryanto, dkk., Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2011)
29
Abidin Miranti, Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi, (2002)
26
dalam sebuah iklan politik tentunya meliputi informasi visi misi politik, jargon,
platform, program politik, dan juga fungus produk yang disampaikan.30
Iklan politik di Indonesia muncul sejak era reformasi.31 Semula iklan
politik hanya muncul pada media cetak dan radio saja. Seiring dengan
berkembangnya zaman maka iklan politikpun muncul pada media massa seperti
televisi. Televisi memiliki kekuatan audio visual yang dahsyat dari segi interaksi.
Dengan kekuatan audio visual ini televisi menjadi satu media yang sangat
diunggulkan dalam melakukan pendekatan secara persuasif kepada khalayak.
Seiring perkembangan televisi yang sedemikian rupa dan telah
menjangkau hampir setiap rumah tangga. Kini televisi sudah menjadi salah satu
media yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat di Indonesia untuk
mendapatkan informasi.32 Sehingga televisi menjadi media yang sangat relevan
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Dengan
demikian, iklan politik di televisi menjadi sangat efektif sebagai cara untuk
menjangkau rakyat pemilih.
Wilbur Schramm (1955) mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya suatu
pesan, yaitu; pertama pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa
sehingga pesan itu dapat menarik perhatian khalayak; kedua pesan haruslah
menggunakan tanda-tanda yang sudah dikenal oleh komunikator dan khalayak
sehingga kedua pengertian itu bertemu; ketiga pesan harus membangkitkan
30
Gun Gun Heryanto, dkk., Komunikasi Politik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2011), h. 58-59.
31
Farid Hamid, dkk., Ilmu Komunikasi (Sekarang dan Tantangan Masa Depan) (Jakarta:
Kencana, 2011)
32
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi) (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h. 33.
27
kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan agar cara-cara tersebut tepat
mencapai kebutuhan itu; dan keempat pesan harus menyarankan sesuatu jalan
untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi khalayak.33
Dunia periklanan melihat televisi adalah media yang paling ideal untuk
penyampaian ide iklan, karena kemampuan audio visualnya. Melalui kekuatan
audio visualnya iklan televisi tidak saja mampu menampilkan citra produk yang
artistik dan rasional, namun juga mampu mengkonstruksi image produk kepada
pemirsa dengan optimal.
Iklan televisi mengambil peran penting, dalam :
1. Membangun dan mengembangkan citra positif bagi suatu perusahaan dan
produk yang dihasilkan, melalui proses sosialisasi yang terencana dan
tertata dengan baik.
2. Membentuk publik opini yang positif terhadap perusahaan atau produk
tersebut.
3. Mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap produk konsumsi dan
perusahaan yang memproduksinya.
4. Menjalin komunikasi secara efektif dan efisien dengan masyarakat luas,
sehingga dapat terbentuk pemahaman dan pengertian yang sama terhadap
suatu produk atau jasa yang ditawarkan pada masyarakat oleh perusahaan
tersebut. Mengembangkan alih pengetahuan
33
Anwar Arifin, Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi
Politik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 163.
28
E. Semiotika Dalam Iklan Politik
Iklan politik di televisi juga dimaknai sebagai alat pencitraan yang efektif.
Selain karena jangkauannya yang luas, iklan televisi dirasakan sebagai media
yang persuasif sehingga khalayak tidak merasa dipaksakan untuk memilih seorang
calon pemimpin.
Menurut Hoed, iklan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
tentang suatu produk (ide, barang, dan jasa) tetapi iklan sekaligus bersifat
“mendorong” dan “membujuk” agar orang menyukai, memilih kemudian
membeli. Dalam situasi ini, iklan dapat dimaknai sebagai sarana komunikasi
politik yang paling persuasif. Karena sifat iklan yang persuasif, maka suatu iklan
politik harus dikemas sedemikian rupa guna menghasilkan citra yang baik. Iklan
oleh karenanya harus mengandung tanda atau simbolisasi-simbolisasi tertentu
guna mendukung citra yang diinginkan. Iklan adalah alat komunikasi politik yang
sangat penting guna mencapai suatu pencitraan tertentu sesuai dengan keinginan
komunikator dari komunikasi politik yang dilakukan.34
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya
sedemikian rupa –”penggabungan kepentingan” (interest aggregation)” dan
“perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi
public policy.35
Iklan politik yang baik juga membutuhkan keahlian dari komunikator
dalam menyampaikan visi dan misi politiknya ke dalam iklan tersebut. Untuk
34
Ari Pandu, dkk., “Pencitraan Pemimpin Bangsa dalam Iklan Kampanye Pasangan
Presiden dan Wakil Presiden 2009,” Jurnal Riset Komunikasi Vol.1 No. 2 (Desember 2010).
35
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1982), h.163.
29
sampai ke tahap persuasif butuh proses salah satunya dengan memasuki nilai-nilai
yang dipahami oleh penerima pesan. Para tokoh politik kemudian menggunakan
iklan sebagai sarana mencitrakan bahwa diri mereka adalah sosok pemimpin yang
ideal sehingga layak untuk dipilih dalam pemilihan umum. Iklan politik
mengemas tokoh politik sedemikian rupa supaya mereka memang pantas menjadi
pemimpin.
Jika semiotika dikaitkan dengan bekerjanya sebuah iklan politik, maka
setiap pesan merupakan pertemuan antara tanda-tanda. Mengingat bahwa iklan
politik mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal (audio) dan visual, serta
merujuk bahwa teks iklan politik dan penyajian visualnya juga mengandung ikon
terutama berfungsi dalam sistem-sistem nonkebahasaan untuk mendukung peran
kebahasaannya. Dalam semiotika, maka iklan politik pada hakikatnya bermainmain dengan tanda dan simbolisasi.
Freddy Istanto (2000) melalui analisis semiotika terhadap iklan
menemukan bahwa iklan kini tidak secara vulgar langsung bertujuan menjual
produknya. Iklan justru dapat mencitrakan produknya dengan cara yang sangat
persuasif, kreatif dan menarik.36
F. Kepemimpinan dalam Konsep Islam
Kepemimpinan adalah kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepemimpinan secara etimologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan awalan me- menjadi “memimpin” maka
berarti menuntun, menunjukan jalan dan membimbing. Dengan kata lain
36
Yearry Panji,”Seminar Nasional Periklanan,” Efektivitas Iklan dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat pada Pilpres 2009,”(Himakom: UNTIRTA, 2009).
30
pemimpin adalah orang yang memimpin
atau mengetuai atau mengepalai.
Bertolak dari kata pemimpin berkembang pula perkataan kepemimpinan, berupa
penambah awalan ke dan akhiran an pada kata pemimpin. Perkataan
kepemimpinan menunjukan pada sebuah perihal dalam memimpin, termasuk juga
kegiatannya.37 Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua elemen yang saling
berkaitan. Kepemimpinan adalah cerminan dari karakter atau perilaku seorang
pemimpin.
Dilihat dari ajaran Islam berarti kepemimpinan merupakan kegiatan
menuntun, membimbing, memandu dan menunjukan jalan yang diridhai Allah
SWT. Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu fitrah bagi setiap manusia.
Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin, dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (HR. Bukhari
dan Muslim).38 Manusia telah diamanahi oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah
dimuka bumi.
ْ‫جعَوُ فِيهَا مَه‬
ْ َ‫وَإِذْ قَاهَ رَ ُّبلَ ىِ ْيمَيَا ِئ َنةِ إِوِي جَاعِوٌ فِي ا ْىَأرْضِ خَيِي َفةً ۖ قَاىُىا أَت‬
‫ل ۖ قَاهَ إِوِي أَعْيَمُ مَا‬
َ ‫ك وَوُقَ ِدسُ َى‬
َ ِ‫حمْد‬
َ ِ‫ه وُسَّبِحُ ّب‬
ُ ْ‫يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْ ِفلُ اى ِدمَاءَ وَوَح‬
َ‫ىَا َتعَْيمُىن‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
37
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), h. 28.
38
HR. Al-Bukhari dari Abdullah binUmar, Kitab Al-Itq, Bab Karahiyatut Tathaawul alaa
Ar-Raqiiq (2416), Muslim, Fii Al-Imaraat,Fadhilatul Imam Adil wa Uqubatul Jair (1829).
31
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah : 30)39.
Firman tersebut dengan jelas mengatakan bahwa manusia sebagai makluk
ciptaan Allah SWT yang terpilih untuk menjadi seorang khalifah di bumi.
Pengangkatan seorang imam adalah wajib. Kewajiban itu bukan hanya datang dari
Allah SWT, melainkan karena kebutuhan manusia itu sendiri. Argumentasi yang
dikemukakan adalah pengangkatan imam itu merupakan usaha untuk menolak
kejahatan, dan kejahatan itu tidak mungkin tertolak tanpa adanya imam.40
Kewajiban itu juga tersirat dalam firman Allah SWT dalam QS Al-Furqan (25):
74,“… Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang
bertaqwa”.41 Kewajiban memilih pemimpin itu juga pernah diajurkan oleh
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang menyatakan bahwa wajib menunujuk
seorang pemimpin diantara tiga orang yang melakukan suatu perjalanan.
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk
menggerakan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan
atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk
bertindak dengan cara yang tidak memaksa.42
Setiap muslim wajib memiliki kemampuan memimipin dan menguasai
ilmu kepemimpinan. Berdasarkan pandangan Islam di dalam manajemen harus
39
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 6.
40
Moh Mufid, Politik dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), h. 37.
41
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 366.
42
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004), h. 64.
32
terdapat sifat ri‟ayah atau jiwa kepemimpinan. Sifat ri‟yah tersebut dapat
dilakukan denga tujuh tindakan sebagai berikut43:
1. Memberikan perhatian atau kepedulian kepada bawahan
2. Membuat perencanaan kerja secara matang dan baik
3. Bersungguh-sungguh dan teliti dalam melaksanakan rencana kerja
4. Melakukan pengawasan secara terus-menerus
5. Menegakkan disiplin dalam waktu kerja
6. Memikul tanggung jawab terhadap hasil akhir
7. Lakukan evaluasi hasil kerja secara berkala
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing, karena
kepemimpinan berkaitan dengan karakter atau cara memimpin seorang pemimpin.
Pemimpin yang baik akan mengkomunikasikan energinya, antusiasmenya,
ambisinya, kesabarannya, kesukaannya dan arahannya.44
Setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus berusaha secara
maksimal untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah sebagai kongkretisasi
kepemimpinan Allah SWT.45
Dalam QS An Nisaa‟ ayat 64 & 80 dan Al Hasyr ayat 7, mempertegas
bahwa kepemimpinan Allah SWT tidak sekedar dapat dihayati oleh hati nurani
orang-orang beriman. Kepemimpian itu secara khusus dan prima telah
dikongkretkan dalam kepemimpinan Rasulullah SAW.
43
Hery Sucipto, “Leadership dan Kepemimpinan Dalam Islam,”Dewan Masjid Indonesia
(DMI), 14 September 2013.
44
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004), h. 67.
45
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), h. 24.
33
Kepemimpinan yang sempurna itu sebagai perwujudan kehendak Allah
SWT, merupakan rakhmat yang tidak ternilai harganya bagi seluruh umat Islam
sepanjang zaman. Namun nilai yang tinggi itu tidak ada artinya jika setiap umat
Islam tidak berusaha mencontoh dan meneladaninya untuk diterapkan dalam
lingkungan masing-masing.46
1.
Meneladani Kepemimpinan Rasulullah SAW
Kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai perwujudan kepemimpinan Allah
SWT bagi umat manusia, rahasianya hanya ada pada Sang Pencipta yang
mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul. Kenyataan pertama yang terdapat
dalam pribadi Rasulullah SAW sebagai manusia yang kepemimpinannya patut
diteladani adalah ketangguhan beliau tidak dipengaruhi keadaan masyarakat
disekitarnya, yang mana pada masa itu masyarakat sekitarnya berakhlak buruk.
Kenyataan berikutnya bahwa Allah SWT memenuhi janji-Nya untuk
melengkapi manusia yang menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji.
Sifat-sifat Wajib bagi seorang Rasul Allah SWT, yang dimiliki juga oleh
Muhammad SAW. Sifat-sifat wajib itu adalah sebagai berikut47:
a) Shidiq
Sifat ini berarti Rasulullah SAW mencintai dan berpihak pada
kebenaran yang datangnya dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran, sikap
dan emosi yang ditampilkan dalam perilaku, ucapan (sabda) dan diamnya
beliau merupakan sesuatu pasti benar. Dalam kepemimpinan sifat ini dapat
46
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), h. 25.
47
Abdul Hakim, Kepemimpinan Islami (Semarang: Unissula Press, 2007), cetakan 1, h.
46
34
diartikan kejujuran. Kejujuran dalam bersikap dan bekerja sebagai
pemimpin. Karena tanpa kejujuran akan terjadi penyalagunaan wewenang
dan jabatan.
b) Amanah
Sifat yang berarti seseorang yang dapat dipercaya. Mampu
memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang dirahasiakan
dan mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Sifat
amanah ini berarti juga jujur dalam menunaikan tugas-tugas. Dengan
amanah maka akan terhindar dari tindakan kolusi, korupsi, dan manipulasi
serta akan dapat memberikan kepercayaan penuh dari para anggotanya atau
orang lain sehingga program-program kepemimpinan akan dapat dukungan
optimal dari para anggota yang dipimpinnya.
c) Tabligh (Menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat amanah, tetapi sifat ini memiliki
kemampuan dalam menyampaikan atau mendakwahkan wahyu Allah SWT,
sehingga jelas maksdunya dan dapat dimengerti. Pemimpin mampu
mengajak serta memberikan contoh kepada para anggotanya atau pihak lain,
melakukan sosialisasi dengan teman kerja, mempunyai kemampuan untuk
bernegosiasi,
dan
penuh
keterbukaan
dalam
melaksanakan
kepemimpinanya.
d) Fatanah (Pandai)
Sifat ini
berarti Allah SWT membekali Rasulullah SAW dengan
tingkat kecerdasan yang tinggi. Karena agama Islam diturunkan adalah
untuk semua manusia dan sebagai rakhmat bagi alam semesta. Oleh karena
35
itu hanya pemimpin yang cerdas yang akan mampu memberikan petunjuk,
nasihat, bimbingan, pendapat dan pandangan bagi umatnya. Dalam
memimpin mampu menyelesaikan masalah, memiliki kemampuan mencari
solusi, dan memiliki wawasan yang luas. Pemimpin yang cerdas akan dapat
mengambil inisiatif secara cermat, tepat, dan cepat ketika menghadapi
masalah-masalah yang terjadi dalam kepemimpinannya.
e) Maksum (Bebas dari dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang berakhlak
mulia, yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipu dan disesatkan oleh setan
yang terkutuk. Dengan demikian beliau merupakan manusia yang paling
sempurna.
Dengan sifat-sifat seperti di atas sangat menunjang pelaksanaan
kepemimpinan yang beliau laksanakan. Kepemimpinan Muhammad SAW
berbeda prinsipal dari kepemimpinan manusia biasa, semata-mata karena karunia
Allah SWT.
Demikianlah lukisan kepribadian Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang
dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta sehingga berkuasa untuk
kehendaknya. Dalam kepemimpinannya Rasulullah SAW lebih mendahulukan
memberikan bantuan bagian orang-orang yang menderita daripada kepentingan
dirinya dan keluarga.
Kepemimpinan Rasulullah SAW dijalankan dengan kerelaan dan
ketulusan serta keikhlasan demi kaumnya dan seluruh umat manusia.48
48
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), h. 281.
36
Kepemimpinan seperti ini dijalankan untuk memakmurkan masyarakat Arab yang
pada masa itu hidup didaerah yang tandus.
Kepemiminpinan Rasulullah SAW pada dasarnya bersifat situasional.
Dalam setiap situasi
yang berbeda-beda beliau selalu menampilkan
kepemimpinan tepat dan bijaksana, karena yang didasari oleh keagungan
kepribadian yang beliau miliki.
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan bahwa pemimpin suatu
kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut (HR Abu Na’im).49 Sehingga
sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat dan mampu melayani serta menolong
orang lain untuk maju dengan ikhlas.
2.
Kepemimpinan Islami
Kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu tanggungjawab yang besar
bagi seorang pemimpin. Rahman (1991) menyatakan bahwa kepemimpinan islami
adalah upaya mengungkap kepribadian Rasulullah Muhammad SAW dalam
menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan islami dipandang sebagai sesuatu
yang bukan diinginkan secara pribadi, melainkan sebagai kebutuhan dalam suatu
tatanan sosial. Karakter seorang pemimpin yang islami harus dekat dengan
prinsip-prinsip Islam. Kepemimpinan islami memiliki gaya yang khas yakni
pemimpin yang bermusyawarah kepada bawahannya. Penerapan prinsip syura
menunjukkan kepemimpinan islami berada di antara gaya kepemimpinan yang
otoriter dan laissez faire (organisasi tidak mempunyai pengarahan ataupun
sehingga semua pihak mengambil keputusan sendiri-sendiri. Artinya penerapan
syura maka seorang pemimpin diwajibkan untuk berkonsultasi atau bermusyawah
49
Kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4,
hal. 117-118.
37
dengan staf/bawahan dan mendengarkan pendapatnya sebelum memutuskan
sesuatu.50 Hal ini sering dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam setiap urusan
seperti peperangan, kenegaraan, maupun kemaslahatan umat Rasulullah SAW
melakukan musyawarah.51 Sebagaimana firman Allah SWT,
ْ‫ح َمةٍ مِهَ اىَيهِ ىِىْتَ َىهُمْ ۖ وَىَىْ مُىْتَ َفّظًا غَيِيظَ اىْقَيْبِ ىَاوْفَّضُىا مِه‬
ْ َ‫فَ ِّبمَا ر‬
ْ‫ع َزمْتَ فَتَ َىمَو‬
َ ‫عفُ عَ ْىهُمْ وَاسْ َتغْ ِفرْ َىهُمْ وَشَا ِورْهُمْ فِي ا ْىَأ ْمرِ ۖ َفإِذَا‬
ْ ‫حَىِْىلَ ۖ فَا‬
َ‫عَيَى اىَيهِ ۚ إِنَ اىَي َه يُحِبُ ا ْىمُتَ َىمِيِيه‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.” (Q.S. Ali Imran (3) : 159)52.
Ada beberapa nilai yang menjadikan kepemimpinan Muhammad SAW
sukses,53 yaitu: 1) mutu kepemimpinan; 2) keberanian dan ketegasan; 3)
pengendalian diri; 4) kesabaran dan daya tahan; 5) keadilan dan persamaan; 6)
kepribadian; dan 7) kebenaran dan kemuliaan tujuan.
Kepemimpinan dalam pandangan Al-Qur‟an dan hadits adalah sebuah
amanah
yang
harus
diemban
dengan
sebaik-baiknya,
dengan
penuh
50
Muhammad A. Al-Buraery. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan
(Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986), h. 374.
51
Mochtar Effendy. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam
(Palembang: Penerbit UNSRI, 2009), cetakan 3, h. 223.
52
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 71.
53
Moh, Subhan. “Kepemimpinan Islami dalam Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan
Islam,” artikel diakses pada 30 oktober 2013 dari http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen
/2013/06/28/kepemimpinan-islami-dalam-peningkatan-mutu-lembaga-pendidikan-islam-569319.
html
38
tanggungjawab, keikhlasan, profesional. Kepemimpinan dalam Islam memiliki
beberapa prinsip antara lain prinsip tauhid, asy-syura (musyawarah), al-„adalah
(keadilan), al burriyyah ma‟a mas‟uliyyah (kebebasan disertai tanggung jawab),
kepastian hukum, jaminan haq al-ibad54. Pemimpin harus mempunyai visi dan
misi yang jelas, serta tahu bagaimana memimpin dan mengatur. Pemimpin harus
mempunyai keberanian untuk menegakkan hukum dan keadilan.
Di dalam Al-Quran juga dijumpai beberapa ayat yang berhubungan
dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya
terdapat dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiya (21): 73. Sifat-sifat
dimaksud adalah: (1). Kesabaran dan ketabahan "…Kami jadikan mereka
pemimpin ketika mereka sabar/tabah"55. (2). Mampu menunjukkan jalan
kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. "Mereka
memberi petunjuk dengan perintah Kami…"56. Pemimpin dituntut tidak hanya
menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan
kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu
mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya ke tengah
masyarakat.
Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi yaitu, apabila
rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat
54
Abdul Hakim, Kepemimpinan Islami (Semarang: Unissula Press, 2007), cetakan 1, h.
67.
55
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 417.
56
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005), h. 328
39
sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.57 Kepimpinan Islam
digerakkan oleh ilmu, iman dan amal soleh yang dilandasi oleh keikhlasan dalam
semua bentuk tindakan yang dilakukan.58
Khalifah Abu Bakar Assiddiq ra pernah berpidato ketika beliau dilantik
menjadi pemimpin umat sepeninggalan Rasulullah SAW. Ada tujuh poin yang
dapat diambil dari pidato khalifah Abu Bakar ra tersebut untuk melihat karakter
pemimpin yang baik, yaitu59:
1.
Sifat rendah hati.
Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan
kedudukan rakyatnya. Ia bukan orang yang harus terus diistimewakan. Ia seolah
pelayan rakyat yang di atas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti
dipertanggungjawabkan, dan seperti seorang partner dalam batas-batas yang
tertentu bukan seperti tuan dengan hambanya. Kerendahan hati biasanya
mencerminkan
persahabatan
dan
kekeluargaan,
sebaliknya
keegoan
mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.
2.
Sifat terbuka untuk dikritik.
Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi rakyat dan
terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif.
Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan atau orang yang
mengkritik sebagai lawan yang akan menjatuhkannya lantas dengan kekuasaannya
mendzalimi orang tersebut. Sebab sehebat apapun seorang pemimpin itu pastilah
57
Agus Saputera, “Petunjuk Al-Quran Dalam Memilih Pemimpin,” 18 Februari 2011
58
Omar bin Abdul, “Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam,” h. 3.
59
Alfathpens, “Pentingnya Mencari Seorang Pemimpin,” artikel diakses pada 7 Januari
2014 dari http://liqoalfath.wordpress.com/2009/04/14/pentingnya-mencari-seorang-pemimpin/
40
memerlukan partisipasi dari orang banyak dan mitranya. Disinilah perlunya
social-support dan social-control. Prinsip-prinsip dukungan dan kontrol
masyarakat ini bersumber dari norma-norma Islam yang diterima secara utuh dari
ajaran Nabi Muhammad SAW.
3.
Sifat jujur dan memegang amanah.
Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat
terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah
diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari
sebuah kemajuan dan perbaikan.
4.
Sifat berlaku adil.
Keadailan adalah konteks nyata yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran rakyatnya. Keadilan bagi manusia
tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap
yang essensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan
sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja-berat
sebelah.
5.
Komitmen dalam perjuangan.
Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi
seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan
kebenaran dan keadilan. Menjadi orang yang pertama berada di depan musuhmusuh yang hendak menghancurkan konstitusi yang telah di sepakati bersama.
6.
Bersikap demokratis.
Demokrasi merupakan alat untuk membentuk masyarakat yang madani,
dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat.
41
Dalam hal ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya
musyawarah yang mufakat. Sebab dengan keterlibatan rakyat terhadap
pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan,
sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
7.
Berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT.
Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah
SWT, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang
menentukannya adalah tetap Allah SWT. Hubungan seorang pemimpin dengan
Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada
Allah SWT. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho Allah SWT
semata. Sifat yang harus terus ia aktualisasikan adalah ridho menerima apa yang
dicapainya. Syukur bila meraih suatu keberhasilan dan memacunya kembali untuk
lebih maju lagi, sabar serta tawakkal dalam menghadapi setiap tantangan dan
rintangan, serta sabar dan tawakkal juga saat menghadapi kegagalan.
Pemimpin islami harus memiliki perilaku yang baik. Memberikan
perhatian kepada rakyatnya dan membangun hubungan kerja antara pemimpin dan
bawahannya. Seorang pemimpin yang islami itu mempunyai visi-misi memimpin
yang jelas, adil dan pandai dalam menjalankan tugasnya. Sebagai pemimpin yang
islami harus amanah dan mampu mewujudkan harapan orang-orang yang
dipimpinnya
agar
terwujud
kesejahteraan.
Kepemimpinan
islami
yaitu
kepemimpinan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman dalam memimpin.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan islami ialah upaya untuk meneladani
dan meniru gaya kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad
SAW.
BAB III
PROFIL AHMAD HERYAWAN-DEDDY MIZWAR
A. Riwayat Hidup Ahmad Heryawan
Profil1
Nama Lengkap
: H. Ahmad Heryawan, Lc
Alias
: Heryawan | Kang Aher
Tempat Lahir
: Sukabumi, Jawa Barat
Tanggal Lahir
: Minggu, 19 Juni 1966
Warga Negara
: Indonesia
Istri
: Hj. Netty Prasetiyani, M.Si
Pendidikan
* SD Negeri Sela Awi 1 Sukaraja
* SLTP Negeri Sukaraja
* SLTA Negeri 3 Sukabumi
* S1 Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA)
Jakarta
Riwayat Organisasi
* Ketua OSIS SMP
* Ketua Rohis SMA
* Ketua Majelis Pemuda
* Ketua Pemuda Persatuan Umat Islam
1
Profil Ahmad Heryawan artikel diakses pada 2 Agustus 2013 dari http://www.ahmad
heryawan.com/home/ahmad-heryawan/profil
42
43
* Ketua Persatuan Umat Islam
* Ketua DPW PK DKI Jakarta 1999-2003
* Ketua DPW PKS DKI Jakarta 2003-2006
* Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah PKS DKI Jakarta 2006-2010
Riwayat Pekerjaan
* Dosen Lembaga Dakwah Islam Al Hikmah
* Dosen Universitas Ibnu Khaldun Bogor
* Dosen Tidak Tetap FE Extention UI Jakarta
* Ketua Fraksi PK DPRD DKI 1999-2004
* Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 2004-2009
* Gubernur Jawa Barat 2008-sekarang
1.
Biografi Ahmad Heryawan
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.”
Kutipan sabda Rasulullah SAW tersebut menjadi motivasi dalam keseharian H.
Ahmad Heryawan, Lc, atau dikenal dengan sebutan Kang Aher. Sebagai salah
satu tokoh cendikiawan muslim,2 Kang Aher dikenal sebagai tokoh publik yang
cerdas, ramah, bijaksana, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Kang Aher lahir pada 19 Juni 1966 di Sukabumi. Suami dari Hj. Netty
Prasetiyani, M.Si ini terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 20082013. Kang Aher dibesarkan di lingkungan pedesaan Selaawi dengan kondisi
penuh kesederhanaan. Selepas menimba ilmu di Fakultas Syariah LIPIA Jakarta
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) tahun 1992, ayah dari enam orang
anak ini langsung menjatuhkan pilihan profesinya sebagai pengajar dibeberapa
2
Buku saku Mengenal H. Ahmad Heryawan, Lc (Bandung, 2012)
44
perguruan tinggi, antara lain Ma’had Al Hikmah, Dirosah Islamiyyah Al Hikmah,
Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Jakarta, dan Pusat Studi Islam Al Manar.3
2.
Karier Politik
Selain sebagai akademisi, kang Aher juga aktif di berbagai organisasi.
Begitu Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) lahir, kang Aher terjun ke dunia
politik. Karier politiknya terus menanjak ketika menjadi anggota DPRD DKI
Jakarta. Pada periode 1999-2004 dia sebagai anggota biasa, kemudian pada
periode berikutnya dia terpiih kembali sebagai wakil rakyat dan menjadi wakil
ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta.4
Semula Heryawan hanya mendapat amanah dari partainya (PKS) untuk
posisi wakil gubernur di Jawa Barat. Tetapi sebagai pendatang baru di dunia
perpolitikan Jawa Barat, nama Ahmad Heryawan (kang Aher) tak dilirik para
calon gubernur. Apalagi, usia kang Aher saat itu baru menginjak 41 tahun
sehingga dianggap belum memiliki banyak pengalaman di dunia birokrasi.
Karena tak ada yang meminang menjadi wakil gubernur, DPW PKS Jawa
Barat melakukan langkah berani dengan menjadikan kang Aher sebagai calon
gubernur. Mereka kemudian mengajak DPW PAN Jawa Barat untuk berkoalisi
menghadapi pilgub. PAN mengajukan nama Yusuf Macan Effendi alias Dede
Yusuf untuk menjadi pendamping kang Aher. Pasangan ini pun kemudian
3
Yudha P Sunandar, “Ahmad Heryawan, Mubaligh yang juga Politikus,” artikel diakses
pada 4 Agustus 2013 dari http://salmanitb.com/2011/08/ahmad-heryawan-mubaligh-yang-jugapolitikus/
4
Djoko Suceno, “Ahmad Heryawan; Memenuhi Harapan Masyarakat Jadi Tujuan,”
artikel diakses pada 2 Agustus 2013 dari http://www.republika.co.id//berita/event/tokohperubahan-republika-2011/12/04/11/m2auga-ahmad-heryawan-memenuhi-harapan-masyarakatjadi-tujuan
45
dideklarasikan dengan sebutan Hade, dalam bahasa Sunda berarti 'bagus' atau
'baik'.
Kemudian pasangan muda yang sebelumnya tak diperhitungkan ini justru
mampu memenangi pilgub pertama Jawa Barat yang dipilih langsung oleh rakyat
tersebut.
3.
Gubernur berprestasi
Menurutnya kemenangan ini merupakan amanah dari masyarakat Jawa
Barat. Karena itu begitu dilantik, keduanya melakukan berbagai program dengan
tujuan memenuhi harapan dan keinginan masyarakat Jawa Barat. Janji-janji saat
kampanye satu per satu mulai direalisasikan. Bidang yang menjadi prioritas Aher
yaitu pada bidang pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat,
perbaikan ekonomi masyarakat, hingga membenahi infrastruktur di seluruh Jawa
Barat.
Kerja keras selama hampir tiga tahun mulai membuahkan hasil. Apresiasi
terhadap kinerjanya diberikan pemerintah pusat melalui berbagai penghargaan.
Bahkan, dalam satu bulan pada bulan Desember 2011, kang Aher menerima
empat anugerah dan penghargaan.
Penghargaan pertama diterimanya saat Hari Nusantara (13 Desember ) di
Dumai, Riau, kemudian Satya Lencana Kebaktian Sosial di Yogyakarta pada
Peringatan HKSN (19 Desember), Parahita Ekapraya Pratama di Jakarta pada
Peringatan Hari Ibu (22 Desember), dan Transmigrasi Award pada 27 Desember
2011. Tak banyak kepala daerah yang menerima empat penghargaan berkategori
nasional dalam waktu sebulan.
46
Sebelum itu, sederet penghargaan diraih oleh kang Aher dalam rentang
2011, antara lain, Entrepreneurship Development dari Menteri Koperasi dan
UKM. Pemerintah pusat juga mengganjar Pemprov Jawa Barat dengan
penghargaan bertajuk "Anugerah Pangripa Nusantara" karena dinilai memiliki
perencanaan pembangunan terbaik dan dinilai sukses meningkatkan kualitas
pembangunan daerah.
Menteri Pendidikan memberikan penghargaan kepada kang Aher karena
dinilai berhasil membina sekaligus mendorong perkembangan pendidikan
inklusif. Kiprahnya dalam mengelola pemerintahan di Jawa Barat juga mendapat
apresiasi dari Youngsan University Korea Selatan. Salah satu Universitas
terkemuka di Negeri Ginseng ini mengganjarnya dengan gelar doctor honoris
causa bidang manajemen pemerintahan.5
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono turut
memberikan penghargaan kepada kang Aher sehubungan kebijakannya yang
dinilai berpihak pada upaya peningkatan kesejahteraan kaum disabilitas. Selain
penghargaan yang disebutkan tersebut, total sudah 91 penghargaan atau prestasi
yang diraih kang Aher ini selama ia menjabar menjadi gubernur dari tahun 2008
hingga akhir 2012 silam.
Semua penghargaan itu diakuinya berhasil didapatkan berkat keberhasilan
seluruh stakeholder Jawa Barat baik itu pemerintahan ataupun seluruh lapisan
masyarakat.
5
Siwi Tri Puji B, “Ahmad Heryawan Terima Gelar Honoris Causa dari Universitas
Korea,” artikel diakses pda 7 Agustus 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/regional/
nusantara/11/11/14/lumx45-ahmad-heryawan-terima-gelar-honoris-causa-dari-universitas-korea
47
4.
Politisi Mubaligh
Selain aktif didunia akademisi dan politik kang Aher juga aktif dalam
organisasi massa Islam, antara lain sebagai ketua umum pengurus besar Persatuan
Umat Islam (PUI). Kang Aher adalah politikus yang juga aktif sebagai pendakwah
atau mubaligh. Hal ini tidak terlepas dari lingkungannya, kang Aher dibesarkan
dan dididik dalam nuansa pengajian di kampung. Sejak Sekolah Dasar (SD)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) kang Aher sangat akrab dengan dunia
pengajian dan pesantren.6 Ia belajar ilmu tafsir, menghafal Al-Qur’an dan
mengkaji beberapa kitab kuning selama sekolah dahulu. Kang Aher juga suka
diminta oleh guru ngajinya untuk memberi ceramah setiap subuh kepada jamaah.7
Hal inilah yang menjadikan setiap pidatonya tidak terlepas dari hal yang
bermuatan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini diakui oleh
Adi Nugroho seorang staf media Kang Aher di pemerintahan dalam buku AHER
UNDERCOVER.
Bekerja
dalam
hening.
Mungkin
itulah
hal
yang paling tepat
menggambarkan Ahmad Heryawan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kang
Aher. Tanpa ingar bingar di media, ia melakukan banyak kerja nyata. Sejak awal
mendapat amanah sebagai Gubernur Jawa Barat, dia sudah blusukan ke berbagai
pelosok daerah meski jarang terpublikasi di media massa. Lebih dari 90
penghargaan nasional dan internasional ia terima dalam waktu sekitar empat
tahun, baik sebagai pribadi ataupun dalam kapasitas sebagai gubernur. Gaya
6
Ranting Basah, dkk., AHER UNDERCOVER (Bandung: Khazanah Intelektual, 2013), h.
7
Ranting Basah, dkk., AHER UNDERCOVER (Bandung: Khazanah Intelektual, 2013), h.
3.
16.
48
seperti inilah yang juga pernah dicontohkan oleh para sahabat Nabi Muhammad
SAW, diantaranya adalah sahabat Umar Ibn Khattab ra, yang sering berjalan
menyusuri daerah pemerintahannya guna mencari tahu dan memberi solusi
terhadap masalah yang menimpa rakyatnya.
B. Riwayat Hidup Deddy Mizwar
Profil
Nama: Deddy Mizwar
Lahir: Jakarta, 5 Maret 1955
Isteri: Giselawaty Wiranegara
1.
Dunia Seni
Deddy Mizwar merupakan putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan H.
Adrian Andres (Belanda-Betawi) dan Sun'ah (Bugis-Betawi) yang menikah pada
tahun 1948.8 Lahirnya Deddy Mizwar sangat dinantikan Bunda setelah sekian
lama merindukan seorang anak laki-laki dari rahimnya.
Bakat akting Deddy sudah dirasakan sang bunda terhadap anak
kesayangannya ini sejak kecil. Banyak sekali hal-hal unik yang ditemui sang
Bunda terhadap Deddy. Kepiawaiannya dalam seni peran merupakan sifat
menurun yg diturunkan dari Ibunya Ny. Sun'ah yang pernah memimpin sanggar
seni Betawi. Pertama kali ia manggung ialah saat acara 17 Agustus-an di
kampungnya. Kecintaanya terhadap dunia seni peran tidak terbantahkan lagi.
Buktinya selepas sekola ia sempat Pernah menjadi pegawai negeri pada Dinas
8
Eko Setiawan, “Profil Deddy Mizwar,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari
http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/
49
Kesehatan DKI Jakarta, namun hanya bertahan 2 tahun hingga akhirnya hati
nuraninya condong dengan dunia seni peran.
Beranjak dewasa sekitar tahun 1973 ia mulai aktif di teater Remaja
Jakarta. Lewat teater inilah bakat akting Deddy mulai terasah. Deddy pernah
terpilih sebagai Aktor Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki.
Tidak sekedar mengandalkan bakat, Deddy Mizwar kemudian kuliah di LPKJ,
tapi cuma dua tahun. Memulai karier di film pada 1976, Deddy bekerja keras dan
mencurahkan kemampuan aktingnya di berbagai film yang dibintangi. Pertama
kali main film, dalam film Cinta Abadi (1976) yang disutradarai oleh Wahyu
Sihombing, dosennya di LPKJ, dia langsung mendapat peran utama.
Puncaknya, perannya di film Naga Bonar kian mendekatkannya pada
popularitas. Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan meraih 4 Piala
Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam
Arie Hanggara (1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta
(1986), Aktor Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987), dan Pemeran Pembantu
Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987).
Di awal tahun 90-an, karirnya mencapai puncak. Ia pantas berbangga hati
jika dirinya dikenal sebagai salah satu aktor dengan bayaran cukup mahal. Hasil
yang dicapainya itu berkat kerja keras dan semangat belajar yang tinggi dan tak
lelah untuk mengasah diri serta tetap konsisten sekaligus selektif dalam memilih
peran yang dimainkannya.
2.
Berdakwah melalui dunia seni peran
Meski namanya semakin popular, Deddy merasa hampa. Di tengah rasa
hampa. pikirannya membawanya kembali pada masa kecilnya di mana ia
50
dibesarkan dalam wilayah yang religius. Pergolakan batinnya akhirnya berakhir
setelah ia meyakini bahwa hidup ini semata-mata beribadah kepada Allah SWT.
Sejak itu. Deddy belajar agama secara intens. Kini segala hal harus bernilai ibadah
baginya. Termasuk pada bidang yang digelutinya yakni dunia perfilman dan
sinetron.
Deddy
Mizwar
kemudian
memutuskan
untuk
terjun
langsung
memproduksi sinetron dan film bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya
kepada Allah SWT. Didirikanlah PT Demi Gisela Citra Sinema pada tahun 1996.
Tekadnya sudah bulat kendati pada perkembangan berikutnya banyak rintangan
dan hambatan ditemui.9 Ketika itu sinetron religius Islam masih menjadi barang
langka dan kurang bisa diterima pihak stasiun televisi. Kondisi ini tidak
menyurutkan langkahnya. Maka dibuatlah sinetron Hikayat Pengembara yang
tayang di bulan Ramadhan. Rating sinetron ini cukup menggembirakan. Setelah
itu hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron religius bulan Ramadhan.
Diakuinya produk sinetron yang bernafaskan religius Islam sulit mendapatkan
tempat di stasiun televisi selain di bulan Ramadhan.
Ia percaya bahwa film merupakan salah satu media dakwah yang efektif
untuk menyampaikan pesan-pesan islam kepada masyarakat luas termasuk
kalangan non-Muslim. Untuk bisa merealisasikan itu dibutuhkan sistem perfilman
nasional yang baik sehingga makin mendorong lembaga-lembaga perfilman untuk
membuat sebuah karya film yang bermutu.
Deddy bertekad akan terus berusaha konsisten memproduksi film dan
sinetron religius. Sejak 1997, ia mendirikan production house-nya sendiri, PT
9
Bety, “Berdakwa di Dunia Film,” artikel diakses pada 5 Agustus 2013 dari http://www.
tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/1023-berdakwah-di-dunia-film
51
Demi Gisela Citra Sinema, dengan produksi pertama serial tv "Mat Angin",
disusul kemudian dengan serial ramadan "Lorong Waktu" (6 season), "Demi
Masa", "Kiamat Sudah Dekat" (film dan serial tv), film "Ketika", film "Nagabonar
Jadi 2", serial televisi "Para Pencari Tuhan", dan terakhir film "Identitas" yang
meraih Piala Citra sebagai film terbaik FFI 2009. Di semua judul itu, Deddy
Mizwar bertindak selaku produser sekaligus aktor dan sutradaranya. Sinetron dan
film produksi Citra Sinema dikenal konsisten mengandung muatan religi dan
komedi, meski beberapa judul bergenre drama, misalnya serial televise "Adillah"
(RCTI), "Rinduku CintaMu" (SCTV), dan "Gerbang Penantian" (Lativi).
3.
Dunia Politik
Selain dalam dunia seni peran Deddy Mizwar juga melebarkan sayapnya
di bidang politik. Pada tahun 2012 Deddy memutuskan terjun dalam dunia politik
mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat dalam Pilkada Jabar 2013
mendampingi gubernur Ahmad Heryawan. Pada Pilpres 2009 silam ia sempat
mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama dengan Brigadir Jendral Saurip
Kadi namun usahanya tersebut gagal karena persyaratan untuk mencalonkan
sebagai presiden tidak memadai.10 Dunia politik merupakan ranah yang baru yang
dijajaki oleh aktor senior dengan segudang prestasi dibidang seni ini. Deddy
Mizwar membawa satu misi dalam melebarkan sayapnya ke ranah politik. Yakni
hendak untuk melayani masyarakat. Ia ingin mengabdi secara langsung kepada
masyarakat setelah bertahun-tahun hanya bisa mengabdi melalui film yang
diperankan ataupun diproduksi sendiri.
10
Bandung Mediacitra, “Deddy Mizwar, dari Panggung Sandiwara ke Pentas Politik,”
artikel diakses pada 6 Agustus 2013 dari http://www.inohong.com/2013/07/deddy-mizwar-daripanggung-sandiwara-ke.html
52
Gambar 3.1 Banner Kampanye Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar
Filosofi Kemaja Putih & Kancing Beureum (Kancing Merah)
a) Kemeja putih bersih dengan Kancing Beureum (beureum = merah, Sunda, pen).
b) Logo Kancing Beureum terdiri atas lingkaran berdasar merah dengan empat
lubang. Ini simbol empat pilar kebangsaan; UUD 1945, Pancasila, Bhineka
Tunggal Ika, dan NKRI.
c) Sementara lima helai benang yang saling menguatkan melambangkan
simbol 5 sila Pancasila.
d) Sementara perpaduan baju putih dan kancing, serta bendera kecil di dada,
merujuk pada keberanian mengusung kebenaran dan sikap antikorupsi.
C. Narasi Iklan Pasangan Aher-Demiz Versi Judul ‘Doa’
Dalam iklan doa ini narasi iklan dibacakan oleh Deddy Mizwar, seorang
aktor dan budayawan yang akan menjadi wakil dari gubernur Ahmad Heryawan.
53
Berikut narasinya:
“Ya Allah Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat
Jawa Barat
Berikan Juga Kami Kekuatan Iman untuk Menjadi Pelayan Agar
Terwujud Kesejahteraan.
Bimbing Kami Ya Allah Agar Selalu Mendengar, Melihat, Merasakan
untuk melaksanakan apa yang diharapkan rakyat. Amin”
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Iklan “Doa” Pasangan Aher-Demiz dalam semiotika Charles
Sanders Peirce
Scene satu
Gambar 4.1 (Tangan Deddy Mizwar)
Dalam scene ini terlihat seorang yang sedang mengangkat kedua
tangannya dengan mengenakan kaos dalam putih dan kemeja putih berkancing
merah. Dilengkapi dengan aksesoris pin kancing merah di atas saku kanan dan
bordiran bendera merah putih di atas saku kiri.
Dalam tayangan ini memaknai sebagai pasangan calon pemimpin yang
islami. Adegan yang dilakukan yakni berupa tangan yang terangkat sejajar dengan
dada layaknya seorang sedang berdoa. Sebagai seorang muslim doa merupakan
salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Dengan berdoa orang
tersebut meyakini bahwa segala sesuatunya merupakan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa sehingga untuk memulai segala sesuatunya pun harus berdoa.
Kemudian sang narrator mengucapkan kalimat “Ya Allah” Hal ini menandakan
bahwa pasangan Aher-Demiz ini pemimpin yang beriman. Dari adegan dan narasi
yang ada pada scene ini memunculkan citra sebagai pemimpin yang islami.
54
55
Sebagai sosok yang selalu ingat kepada Allah SWT dan menyadari segala
sesuatunya merupakan kehendak Allah SWT untuk itu hanya kepada-Nya lah ia
berdoa. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Al Baqarah: 152. “Ingatlah kamu
kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kalian mengingkari nikmat-Ku.”
Dalam tayangan ini kandidat pasangan Aher-Demiz juga menunjukan ciri
khasnya. Hal itu dapat dilihat dari pin kancing merah dan pin kancing merah, ini
merupakan simbol dari pasangan Aher-Demiz dalam pemilihan gubernur Jawa
Barat 2013.
Tabel 2 (Orang Berdoa)
Analisis Scene Satu
No
1
Tipe Tanda
Representamen (X):
Ikon
Indeks
Simbol
Data
 Seseorang sedang mengangkat kedua
tangannya. Ia memakai jam tangan pada
tangan kirinya dan memakai kaos dalam
dan kemeja berwarna putih berkancing
merah dengan bendera merah putih di dada
sebelah kiri dan pin kancing merah di dada
sebelah kanan.
 Adegan mengangkat tangan keatas
sejajar dengan dada
 Menjadi tanda sedang berdoa
 Suara narrator yang menyebutkan “Ya
Allah”
 Kalimat dalam doa ini menyimbolkan
sebagai seorang yang beriman dan
bertaqwa.
Seorang kandidat Wakil Gubernur
2
Objek (Y)
3
Interpretant (X=Y)
Seorang pemimpin yang sedang berdoa
4
Makna
Sikap calon pemimpin yang islami
56
Scene Dua
Gambar 4.2 (Deddy Mizwar Berdoa)
Dalam scene ini terlihat jelas raut wajah seorang Deddy Mizwar yang
sedang bermunajat kepada Allah SWT sambil mengangkat kedua tangannya.
Dengan adanya teks yang bertuliskan Deddy Mizwar semakin menjelaskan sosok
tersebut ialah Deddy Mizwar. Dalam tayangan ini narrator mengucapkan “Jika
Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin Rakyat Jawa Barat”.
Tayangan ini ingin mengenalkan sosok calon pemimpin yang islami
tersebut dengan pengambilan gambar close-up pada wajah Deddy Mizwar dan
munculnya teks bertuliskan Deddy Mizwar tanda ini ingin memperjelas siapa
sosok calon pemimpin baru yang akan memimpin Jawa Barat. Tayangan tersebut
menegaskan sebagai adegan berdoa, karena dikuatkan dengan narasi yang
menunjukan sebuah permohonan. “Engkau” dalam narasi bisa menunjukan pada
Sang Pencipta atau Tuhan, namun bisa juga ditujukan bagi seluruh warga Jawa
Barat. Namun, dalam adegan tersebut, narasi lebih dominan tampak sebagai
permohonan kepada Tuhan. Dalam doanya Deddy Mizwar memohon kepada
Allah SWT untuk diberikan amanah agar bisa menjadi pemimpin bagi rakyat Jawa
Barat. Doa ini menunjukan bahwa Deddy Mizwar ingin menjadi pemimpin di
Jawa Barat dan diterima oleh rakyat Jawa Barat dengan kerelaan atas kehendak
57
Tuhan. Kerelaan itu nampak dalam teks “Jika Engkau Berkenan” menunjukan
bahwa sosok tersebut rendah hati dan penuh ikhlas atau tidak ambisius. Kalimat
doa menunjukan ke ikhlasan yang ada pada Deddy Mizwar apakah Allah SWT
akan memberikan amanah memimpin pada dirinya ataupun tidak. Tanda verbal ini
mengambarkan karakter pemimpin yang tidak ambisius dalam menerima jabatan
pemimpin
Pada kalimat ucapan doa selanjutnya yakni „Memberi Amanah Memimpin
Rakyat Jawa Barat‟. Sosok ini menyadari bahwa kepemimpinan itu merupakan
suatu titipan/amanah dari Allah SWT bukan sekedar karena kemenangan dalam
pemilu semata. Sikap inilah yang menunjukan sikap seorang pemimpin yang
islami dengan karakter pemimpin yang rendah hati dan amanah.
No
1
Tabel 3 (Deddy Mizwar Berdoa)
Analisis Scene Dua
Tipe Tanda
Data
Representamen (X):
 Sosok Deddy Mizwar yang sedang
Ikon
mengangkat kedua tangannya.
Indeks
 tagline bertuliskan Deddy Mizwar dan
pengambilan gambar Close-up wajah
Deddy Mizwar dengan tangan terangkat
ke atas.
 Menjadi tanda bahwa Deddy Mizwar
sedang berdoa
Simbol
 Kalimat doa yang diucapkan oleh
narrator “Jika Engkau Berkenan
Memberi Amanah Memimpin Rakyat
Jawa Barat”.
2
3
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
4
Makna
 Menjadi tanda bahwa Deddy Mizwar
merupakan sosok pemimpin yang
amanah dan bukan pemimpin yang
berambisius.
Deddy Mizwar (Wakil Gubernur).
Deddy Mizwar/Wakil Gubernur yang
sedang memohon kepada Tuhannya.
Sosok pemimpin yang amanah dalam
menjalankan kepemimpinannya.
58
Scene Tiga
Gambar 4.3 Ahmad Heryawan Berdoa
Dalam scene ini terlihat sosok Gubernur Jawa Barat yang berkacamata
mengenakan kemeja putih berkancing merah sedang mengangkat kedua
tangannya. Adanya teks berupa nama ini memperjelas sosok tersebut yakni
Ahmad Heryawan. Dalam scene ini sang narrator mengucapkan “Berikan Juga
Kami Kekuatan Iman untuk Menjadi Pelayan”.
Gambar closeup dan teks nama yang muncul di samping sosok tersebut.
Ingin menunjukkan lebih jelas sosok tersebut, yaitu Ahmad Heryawan. Scene ini
ingin mengingatkan eksistensinya kepada masyarakat sebagai pemimpin Jawa
Barat yang sudah melayani mereka dalam lima tahun terakhir.
Kalimat doa “Kekuatan Iman” menunjukkan bahwa pemimpin ini
menjalankan kepemimpinannya dengan keimanan yang meyakini bahwa
kepemimpinan itu sebuah amanah. Narasi teks “Menjadi Pelayan” untuk
menunjukan
sebagai
pemimpin
yang
islami
sangat
menyadari
bahwa
kepemimpinannya kelak yaitu untuk melayani rakyatnya, hal ini merupakan amal
soleh
yang
dilakukan
seorang
pemimpin
terhadap
yang
dipimpinnya.
Sebagaimana sabda nabi bahwa pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka
(HR. Abu Na‟im). Dalam kalimat doanya ia menggunakan kalimat “kami” hal ini
menunjukan sikap pemimpin yang tidak bekerja sendiri, yaitu pemimpin yang
59
mampu bekerja sama dengan seluruh staf pembantunya. Ini kembali menunjukan
karakter pemimpin yang islami, pemimpin yang menerapkan syura dalam
kepemimpinannya.
Artinya
pemimpin
yang
selalu
bermusyawarah
dan
mendengarkan pendapat dari bawahannya sebelum memutuskan sesuatu.
No
1
2
3
4
Tabel 4 (Ahmad Heryawan Berdoa)
Analisis Scene Tiga
Tipe Tanda
Data
Representamen (X):
 Sosok Ahmad Heryawan yang memakai
Ikon
kacamata sedang mengangkat kedua
tangannya.
Indeks
 Closeup Ahmad Heryawan yang
berkacamata dengan tagline berupa
namanya.

 Menunjukan eksistensi dirinya sebagai
pemimpin Jawa Barat (Gubernur).
Simbol
 Kalimat doa yang diucapkan oleh
narrator:
“Berikan
Juga
Kami
Kekuatan
Iman
untuk
Menjadi
Pelayan”.

 Menjadi tanda bahwa inilah pemimpin
yang siap untuk menjadi pelayan
rakyatnya.
Objek (Y)
Ahmad Heryawan (Gubernur)
Interpretant (X=Y)
Ahmad Heryawan yang sedang berdoa
Makna
Karakter pemimpin yang akan melayani
rakyat/pemipin pelayan
Scene Empat
Gambar 4.4 (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama)
60
Dalam scene ini terlihat pasangan Gubernur (Ahmad Heryawan) dan
Wakil Gubernur (Deddy Mizwar). Keduanya mengenakan pakaian yang sama
yakni kemeja putih berkancing merah dengan pin kancing merah pada dada
sebelah kananya serta menggunkan kaos dalam berwarna putih. Keduanya sedang
mengangkat kedua tangannya dan juga memakai jam tangan. Dalam scene kali ini
keduanya berada dalam satu frame, hal ini berbeda dengan scene sebelumnya.
Kalimat doa yang diucapkan yaitu “Agar Terwujud Kesejahteraan”.
Scene ini ingin menyatukan dua gaya kepemimpinan dari dua orang yang
berbeda. Dengan karakter kepemimpinan yang dimiliki oleh Ahmad Heryawan
dan Deddy Mizwar ini, kelak jika disatukan akan menjadi kepemimpinan yang
sangat
ideal
menurut
Islam.
Pemimpin
yang amanah
dan
mendasari
kepemimpinannya dengan ilmu, iman dan amal soleh maka akan sangat mampu
mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin ini akan siap melayani
rakyatnya dengan bekerja secara disiplin hingga terwujudnya kesejahteraan yang
akan dirasakan oleh rakyatnya di bawah kepemimpinan Aher-Deddy.
Tabel 5 (Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Berdoa Bersama)
Analisis Scene Empat
No
1
Tipe Tanda
Representamen (X):
Ikon

Indeks
Data
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur
yang
sedang
mengangkat
kedua
tangannya dan memakai jam tangan serta
mengenakan pakaian kampanye mereka.
 Jam tangan yang membalut tangan
Aher dan Demiz.
 Ini menunjukan keduanya pribadi
yang menegakkan disiplin terhadap
waktu kerja.
 Kalimat doa : “Agar Terwujud
Kesejahteraan”.
Simbol

61
2
3
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
4
Makna
 Menandai bahwa pasangan ini
memiliki
tujuan
dari
kepemimpinannya yakni mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat Jawa Barat.
Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar
Pasangan Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur yang sedang berdoa
bersama
Gubernur dan Wakil Gubernur yang
mempunyai karakter memimpin yang
mampu mewujudkan kesejahteraan.
Scene Lima
Gambar 4.5 (Tangan Ahmad Heryawan)
Dalam scene kali ini terlihat kedua tangan Ahmad Heryawan yang
terangkat dan sosok Ahmad Heryawan yang mengenakan kemeja putih dan
kancing merah. Kamera memberi fokus pada kedua tangan tersebut. Dalam
tayangan ini narrator mengucapkan „Bimbing kami Ya Allah‟.
Tayangan ini memaknai sebagai pemimpin sangat menyadari betul bahwa
segala sesuatu yang benar dan baik datangnya dari Allah SWT. Tangan
merupakan anggota badan yang memiliki fungsi salah satunya yaitu untuk meraih
sesuatu. Dalam hal ini yaitu meraih atau menerima bimbingan dari orang-orang
yang ahli dibidangnya guna memperlancar kinerja hingga menciptakan
masyarakat yang sejahtera. Kepemimpinan merupakan tanggungjawab yang harus
dilaksanakan dengan baik. Perlu kerjasama antara pemimpin dengan yang
dipimpin. Dalam kalimat doa yang diucapkan “Bimbing Kami Ya Allah”, ini
62
menunjukan bahwa pemimpin ini tidak menempatkan dirinya sebagai superior
tetapi sebagai seorang pembelajar hidup. Artinya sebagai seorang pemimpin ia
sadar bahwa dirinya tidak sempurna dan bersedia mengoreksi dirinya sehingga
membutuhkan bimbingan dari pihak lain. Sifat terbuka untuk dikritik ini harus
dimiliki karena sehebat apapun seorang pemimpin pasti memerlukan partisipasi
dari orang banyak dan mitranya. Di dalam setiap keputusan dan kebijakannya
sebagai pemimpin ia selalu berdoa agar apa yang dilakukannya mendapatkan
ridho Allah SWT dan berharap selalu berada dalam bimbingan Allah SWT.
Tabel 6 (Tangan Ahmad Heryawan)
Analisis Scene Lima
No
Tipe Tanda
1
Representamen (X):
Ikon
Indeks
Simbol
2
3
4
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
Makna

Data
Kedua tangan Ahmad Heryawan dengan
jam tangan pada tangan kanannya. Serta
pin kancing merah dan benderah merah
putih yang nampak pada kemeja yang
dikenakan.
 Closeup pada tangan Aher
yang
terangkat dan terbuka.
 Menandai bahwa pemimpin yang siap
menerima dan terbuka.
 Kalimat yang diucapkan narrator:
„Bimbing kami Ya Allah‟
 Ini menandai karakter pemimpin yang
selalu mengharap ridho Allah SWT dan
bimbingan
dalam
menjalankan
kepemimpinannya.
Ahmad Heryawan
Sosok yang mau menerima bimbingan
Sifat pemimpin yang rendah hati dan
terbuka untuk dikritik ataupun menerima
saran dari orang lain.
63
Scene Enam
Gambar 4.6 (Telinga Deddy Mizwar)
Dalam scene ini hanya terlihat kepala bagian sebelah kiri Deddy Mizwar
dan yang menjadi fokus ialah telinganya. Narrator mengucapkan “Agar Selalu
Mendengar”.
Scene ini memaknai sebagai pemimpin yang islami maka sikap demokratis
harus dijunjung tinggi. Untuk menjadi pemimpin yang demokratis diperlukan
karakter pemimpin yang mau mendengarkan segala aspirasi rakyatnya ataupun
dari bawahannya. Karena demokrasi pada prinsipnya segala sesuatu dari rakyat,
untuk rakyat dan oleh rakyat. Telinga merupakan indera yang memiliki fungsi
untuk mendengar ataupun sebagai alat keseimbangan. Hal ini menunjukan
karakter pemimpin yang mampu berlaku adil atau tidak berat sebelah dalam
menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang adil dalam membuat suatu
keputusan atau kebijakan tentu akan menerapkan hukum yang sama dan setara
kepada semua yang dipimpinnya. Tak terkecuali anggota keluarganya sendiri
apabila melanggar hukum pemimpin ini akan berlaku adil. Dalam QS An-Nisa‟
ayat 58 memerintahkan agar kaum muslimin berlaku adil dan di dahului dengan
perintah untuk menjalankan amanah kepemimpinan dengan sebaik-baiknya
bahkan ketika berurusan dengan para penentang mereka. “Sesungguhnya Allah
memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
64
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum antara manusia supaya kamu
berlaku adil…” (QS. An-Nisa‟ : 58).
Tabel 7 (Telinga Deddy Mizwar)
Analisis Scene Enam
No
Tipe Tanda
1
Representamen (X):
Ikon
Indeks
Simbol
2
3
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
4
Makna

Data
Bagian sebelah kiri wajah Deddy Mizwar,
dan telinga yang menjadi fokus
 Tayangan yang memfokuskan pada
telinga atau alat keseimbangan tubuh
 Ini menjadi tanda bahwa pemimpin ini
mampu berlaku adil terhadap semua
yang dipimpinnya.
 Kalimat “Agar Selalu Mendengar”.
 Menandai karakter pemimpin yang
selalu
mendengarkan
aspirasi
rakyatnya.
Telinga Deddy Mizwar
Pemimpin yang mau mendengarkan
rakyatnya
Pemimpin yang menjunjung demokrasi
dan berlaku adil terhadap yang
dipimpinya.
Scene Tujuh
Gambar 4.7 (Mata dan Telinga Deddy Mizwar)
Dalam scene ini terlihat mata dan telinga dari Deddy Mizwar. Mata
berfungsi untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Yang menjadi fokus pada
tayangan ini ialah pada matanya. Ini diperjelas dengan tanda verbal dari narrator
yang mengatakan “Melihat”.
65
Pada tayangan ini ingin memaknai
sebagai pemimpin mau melihat
langsung keadaan masyarakat yang dipimpinnya. Tanda mata ini berkaitan dengan
tanda sebelumnya yaitu telinga. Hal ini dapat diartikan karakter pemimpin yang
peduli terhadap rakyatnya.
Selain mau mendengarkan aspirasi rakyatnya.
Pemimpin ini juga akan melihat langsung keadaan rakyat yang dipimpinnya.
Hal ini memunculkan makna bahwa pemimpin ini merupakan pemimpin
yang mau melihat dan memperhatikan persoalan yang ada di masyarakat.
Pemimpin dengan karakter seperti ini akan terjun langsung ke lapangan untuk
mengawasi ataupun mengatasi persoalan yang ada tersebut. Dengan mata yang
terbuka semakin memaknai bahwa pemimpin ini tidak akan menutup mata
terhadap permasalah yang terjadi. Pemimpin dengar karakter mau mendengar aau
turun langsung ke lapangan ini menunjukan sifat pemimpin yang peduli dan
perhatian dengan rakyat yang dipimpinnya. Seperti inilah kepemimpinan islami
pemimpin yang selalu memperhatikan rakyatnya dan bertanggung jawab atas
rakyat yang dipimpimnya.
Tabel 8 (Mata dan Telinga Deddy Mizwar)
Analisis Scene Tujuh
No
Tipe Tanda
1
Representamen (X):
Ikon
Indeks
Simbol

Data
Ikon yang terlihat ialah mata yang terbuka
dan telinga
 Gambar yang memfokuskan pada mata
yang terbuka
 Menandai sifat pemimpin yang sangat
memperhatikan
rakyat
yang
dipimpinnya.
 Tanda verbal dari narrator yang
mengucapkan “Melihat”
 Menandakan pemimpin yang peduli
dengan mau melihat keadaan rakyat
66
2
3
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
4
Makna
yang dipimpinnya.
Mata dan telinga Deddy Mizwar
Pemimpin yang mau turun langsung
kelapangan.
Pemimpin yang peduli terhadap persoalan
yang ada dirakyatnya.
Scene Delapan
Gambar 4.8 (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa)
Dalam scene ini paras wajah Deddy Mizwar terlihat sedang merasakan
sesuatu sambil mengangkat kedua tangannya. Tanda verbal dalam scene ini ialah
“Merasakan, untuk Melaksanakan Apa yang Diharapkan Rakyat”.
Dalam tayangan ini kita bisa turut merasakan perasaan yang dirasakan oleh
Deddy Mizwar. Dengan ekspresi yang penuh pengharapan dan perasaan itu
menandakan begitu hikmat dan khusyunya Deddy Mizwar dalam memohon
kepada Allah SWT. Dalam scene ini kalimat doa yang diucapkan ialah
“Merasakan, untuk Melaksanakan Apa Yang Diharapkan Rakyat”. Merasakan
adalah salah satu prinsip yang harus dipegang oleh seorang pemimpin ialah
melaksanakan harapan rakyatnya. Hubungan antara pemenuhan tanggungjawab
dan harapan kelompok dalam kepemimpinan islami menjadi dasar dari tindakan
kepatuhan dan kepengikutan bawahan/staf.1 Seorang pemimpin harus mempunyai
kepekaan yang tinggi, yaitu apabila rakyatnya menderita dia yang pertama sekali
1
Muhammad A. Al-Buraery. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan
(Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986), h. 380
67
meraskan pedihnya dan apabila rakyatnya sejahtera cukup dia yang terakhir sekali
menikmatinya. Seorang pemimpin harus konsisten dalam memegang amanat yang
telah diamanahkan. Karena hal tersebut menjadi kunci sebuah kemajuan dari
perbaikan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan khalifah Abu Bakar
ketika diangkat sebagai khalifah, beliau mengatakan bahwa kunci dari sebuah
kemajuan dan perbaikan ialah pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat.
Deddy Mizwar terlihat berdoa memohon kepada Allah SWT agar semua yang
dikerjakannya kelak ketika menjadi pemimpin Jawa Barat sesuai dengan harapan
rakyatnya.
Tabel 9 (Raut Muka Deddy Mizwar Ketika Berdoa)
Analisis Scene Delapan
No
Tipe Tanda
1
Representamen (X):
Ikon
Indeks
Simbol
2
3
4
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
Makna

Data
Deddy Mizwar yang sedang mengangkat
kedua tangannya, dengan ekspresi wajah
yang penuh pengharapan.
 Ekspresi wajah yang diperlihatkan
 Menjadi tanda pemimpin yang peka
terhadap rakyatnya
 Tanda verbal: “Merasakan, untuk
Melaksanakan Apa yang Diharapkan
Rakyat”.
 Ini menandai bahwa pemimpin ini
pemimpin yang peduli terhadap
harapan rakyatnya.
Deddy Mizwar
Pemimpin yang bertanggungjawab
Pemimpin yang peka dan peduli
68
Scene Sembilan
Gambar 4.9 (Deddy Mizwar Menunduk)
Dalam scene ini terlihat Deddy Mizwar sedang menundukan kepalanya
dengan mata tertutup serta tangan yang tetap terangkat keatas. Narrator
mengucapkan kalimat “Amin”. Kalimat “Amin” merupakan kalimat yang biasa
digunakan orang untuk mengakhiri doanya dengan harapan agar doa yang
dipanjatkan terkabul.
Hal ini ingin memaknai bahwa sebagai pemimpin yang beriman dan bertakwa
selalu berserah diri kepada Allah SWT dengan memasrahkan semuanya kepada
Allah SWT. Mengembalikan semuanya kepada Allah SWT yang Maha Kuasa.
Sebagai manusia yang beriman hanya bisa berusaha dan berdoa untuk selebihnya
bertawakal kepada Allah SWT serta berharap semua doanya agar menjadi
pemimpin yang amanah, perhatian dan melayani rakyatnya dapat dikabulkan oleh
Allah SWT.
Tabel 10 (Deddy Mizwar Menunduk)
Analisis Scene Sembilan
No
1
Tipe Tanda
Representamen (X):
Ikon
Indeks

Data
Deddy Mizwar dengan tangan terangkat
dan mata yang tertutup serta kepala yang
menunduk.
 Kepala tertunduk dengan mata yang
menutup serta tangan yang tetap
terangkat
69
 Ini menandakan sebagai pribadi yang
menyerahkan semua kepada Allah
SWT
 Narrator
mengucapkan
“Amin”
merupakan kalimat penutup doa
Simbol
2
3
Objek (Y)
Interpretant (X=Y)
4
Makna
 Ini menandakan pengharapan kepada
Allah SWT agar doanya dikabulkan.
Deddy Mizwar
Deddy Mizwar pasrah menyerahkan
semuanya kepada Allah SWT
Karakter pemimpin yang berbakti dan
mengabdi kepada Allah SWT
B. Interpretasi Penelitian
Pasangan
Ahmad
Heryawan
(Aher)
-
Deddy
Mizwar
(Demiz)
mengeluarkan sebuah iklan kampanye yang berbeda dengan umumnya. Iklan yang
berjudul versi „Doa‟ ini berdurasi selama 30 detik. Dalam iklan ini sosok CAGUB
dan CAWAGUB (Aher-Demiz) ditayangkan secara utuh dari awal hingga akhir.
Kemunculan Deddy Mizwar lebih dominan jika dibandingkan dengan Ahmad
Heryawan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan sosok Deddy Mizwar yang
merupakan orang baru dalam dunia perpolitikan khususnya di Jawa Barat,
sedangkan pasangannya Aher merupakan sosok yang sudah dikenal dilingkungan
Jawa Barat khususnya, karena Aher merupakan Gubernur yang telah memipin
Jawa Barat dalam kurun 5 tahun terakhir.
Adegan yang diperagakan oleh Aher-Demiz dalam iklan ini ialah berdoa
bersama. Hal itu nampak dalam tayangan tersebut Aher dan Demiz menadahkan
kedua telapak tangannya setinggi pundak mereka masing-masing dengan
menghadapkan telapak tangan bagian dalam ke atas (ke langit) dan punggung
telapak tangan menghadap ke bawah (ke bumi).
70
Gerakan tersebut merupakan cara berdoa yang pernah dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang terdapat dalam hadist sebagai berikut:
‫سأَلُى ُه ِبظُهُى ِرهَا‬
ْ َ‫ال ت‬
َ َ‫سأَلُى ُه بِ ُبطُىنِ أَ ُك ِفّ ُكمْ و‬
ْ ‫سَألْ ُتمُ اَللَّ َه فَا‬
َ ‫ِإذَا‬
“Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah dengan telapak
tanganmu,dan jangan dengan punggung tanganmu” (HR. Abu Daud)2.
Dalam iklan ini Aher-Demiz berdoa kepada Allah SWT agar harapannya
menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur dalam pemilihan Gubernur tahun 2013 ini
dapat tercapai. Peneliti menemukan bahwa kalimat doa yang diucapkan dalam
iklan ini menggambarkan gaya kepemimpinan islami dari Aher-Demiz, yaitu
pemimpin yang amanah, dekat dengan rakyat, peduli dengan rakyat, menjadi
pelayan rakyat dan memiliki tujuan mensejahterahkan rakyat yang dipimpinnya.
Dalam scene awal Deddy Mizwar digambarkan sebagai pemimpin yang
amanah dan pemimpin yang tidak berambisius dalam meraih jabatan memimpin.
Ini dapat dilihat dalam kalimat ucapan doa yang pertama kali diucapkan dalam
iklan ini, yaitu “Ya Allah, Jika Engkau Berkenan Memberi Amanah Memimpin
Rakyat Jawa Barat”. Terpilihnya seorang pemimpin itu karena dipilih oleh orangorang yang mempercayai orang yang dipilih tersebut. Amanah kepemimpinan itu
datangnya dari Allah SW. Hal ini dipercayai oleh pemimpin yang islami sehingga
seorang pemimpin tidak terlalu terambisi untuk mendapatkannya. Keimanan yang
dimiliki oleh pemimpin dapat mengalahkan rasa ambisius tersebut. Allah SWT
pun membenci kepada pemimpin yang terlalu berambisi dalam mengejar jabatan.
2
1486, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 595
71
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah r.a, ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda kepadaku,
'Wahai Abdurrahman, janganlah engkau meminta jabatan
pemerintahan, sebab apabila engkau diberi jabatan itu karena engkau
memintanya maka jabatan tersebut sepenuhnya dibebankan kepadamu.
Namun apabila jabatan tersebut diberikan bukan karena permintaanmu
maka engkau akan dibantu dalam melaksanakannya'," (HR Bukhori dan
Muslim)3.
Amanah merupakan kualitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan
masyarakat yang telah diserahkan kepada dirinya. Allah SWT berfirman dalam
Surat An-Nisa‟, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menunaikan
amanah itu kepada orang yang berhak memperolehnya...” (QS. An-Nisa’ : 58)4.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa amanah kepemimpinan itu erat
kaitannya dengan tanggung jawab. Pemimpin yang amanah akan menjalankan
kepemimpinannya dengan penuh tanggung jawab. John C. Maxwell “Kualitas
tertinggi dari seseorang yang bertanggung jawab adalah kemampuannya untuk
menyelesaikan tugas”5. Ia menekankan bahwa tanggung jawab bukan sekedar
melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggung jawab harus
melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan dan
kesempurnaan. Dengan sikap amanah ini seorang pemimpin akan berlaku sebaiksebaiknya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.
3
Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 7146 danAl-Imam Muslim dalam Shahihnya no. 1652
4
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media,
2005), h. 57.
5
John C. Maxwell.
Nelson, 1999), h. 124
The 21 Indispensable Quality of Leader (USA: Thomas
72
Dalam scene selanjutnya Ahmad Heryawan muncul sebagai sosok
pemimpin yang menjadikan dirinya pelayan rakyat. Seorang pemimpin dalam
Islam memang ditempatkan sebagai pelayan bagi yang dipimpinnya. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW „Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.‟ (HR.
Abu Na‟im)6. Oleh karena itu, pemimpin hendaklah ia melayani rakyatnya untuk
maju. Pemimpin harus merelakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk melayani
rakyatnya agar terwujudnya kesejahteraan di bawah kepemimpinannya.
Kemudian diakhir doa mereka berdoa agar menjadi pemimpin yang
diharapkan rakyatnya dan dekat dengan rakyat. Sebagaimana kalimat doa yang
diucapkan sebagai berikut, “Bimbing Kami Ya Allah Agar Selalu Mendengar,
Melihat, Merasakan untuk Melaksanakan Apa yang Diharapkan Rakyat”. Hal ini
dapat diartikan bahwa Aher-Demiz siap menjadi pemimpin yang melayani
rakyatnya dengan mendengarkan aspirasi atau apapun yang dikomunikasikan oleh
rakyatnya. Selain mampu mendengarkan pasangan ini juga mau turun ke
masyarakat untuk melihat segala permasalahan yang ada. Sebagai pemimpin yang
menerapkan kepemimpinan pelayan kurang tepat rasanya kalau tidak memiliki
sikap empati atau mampu merasakan apa yang dirasakan ataupun diinginkan
rakyatnya. Jika semua ini sudah mampu terwujud maka akan timbul rasa saling
peduli sehingga antar pemimpin dan yang dipimpin akan bekerja sama untuk
mecapai suatu kesejahteraan bersama. Nabi saw bersabda,
"Sebaik-baik pemimpinmu adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka
mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan
6
kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani, juz 4,
hlm 117-118
73
sejelek-jelek pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan mereka
membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian." Para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang?"
Beliau menjawab, "Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kalian
melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian tidak sukai, maka bencilah
perbuatannya (saja); dan janganlah keluar dari ketaatan kepadanya." (HR.
Muslim)7.
Pemimpin yang islami memiliki misi mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat
yang dipimpinnya. Hal ini dapat terwujud dengan bekerja secara optimal dalam
menjalankan kepemimpinannya dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan
islami. Larry Spears (1995) melakukan studi terhadap tulisan yang dihasilkan oleh
Robert K. Greenleaf tentang model kepemimpinan pelayan “Servant Leadership”.
Dari hasil studi yang dilakukan, Spears mengajukan 10 karakteristik utama
seorang pemimpin pelayan yaitu sebagai berikut8: (1). Mendengarkan, (2).
Empati, (3). Menyembuhkan, (4). Kesadaran Diri, (5). Persuasif, (6).
Konseptualisasi, (7). Memiliki Visi, (8). Komitmen, (9). Membangun Komunitas,
dan (10). Kemampuan Melayani. Beberapa karakteristik tentang kepemimpinan
pelayan tersebut
merupakan karakter
yang dimiliki
oleh Aher-Demiz.
Sebagaimana yang tergambarkan dalam iklan doa ini bahwa sosok Aher-Demiz
merupakan pemimpin yang amanah dan perhatian dengan rakyatnya. Pemimpin
7
HR. Muslim no.1855 (65), ad-Darimi no.2793, Ahmad (VI/24,28, dan Ibnu Abi „Ashim
dalam Kitaabus Sunnah no.1071 dari Sahabat „Auf bin Malik al-Asyja‟i. Dishahihkan oleh syaikh
al-Albani dalam Kitaabus Sunnah Libni Abi Ashim wama‟abu Zhilaalil Jannah fi Takbriijis
Sunnah hal.501 dan Silsilatul Abaadiitsish Shahiihah no.907.
8
Nuryati, Kepemimpinan pelayan: Pendekatan baru model kepemimpinan, STIE “AUB”
Surakarta.
74
yang mampu memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dan memiliki
misi untuk mensejahterahkan rakyat Jawa Barat.
Aher-Demiz dalam iklan ini digambarkan sebagai seorang muslim yang
baik. Yang menerapkan gaya kepemimpinan Rasulullah SAW ke dalam
kepemimpinannya. Namun tidak berarti Aher-Demiz pemimpin yang antiNasionalisme. Peneliti melihat dari simbol-simbol dalam iklan ini yang
menunjukkan bahwa Aher-Demiz pemimpin yang Nasionalisme.
Hal tersebut dapat dilihat dari tanda kancing merah yang merupakan
simbol dari pasangan Aher-Demiz dalam pemilihan gubenur Jawa Barat 2013.
Logo kancing merah terdiri atas lingkaran berdasar merah dengan empat lubang.
Ini simbol empat pilar kebangsaan; UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika,
dan NKRI. Sementara lima helai benang yang saling menguatkan melambangkan
simbol 5 sila Pancasila. Selain kancing merah itu pada kemeja putih bagian dada
sebelah kiri terdapat simbol bendera merah putih. Bendera merah putih
merupakan bendera Indonesia. Dari simbol-simbol ini menunjukkan bahwa AherDemiz bukan pemimpin yang anti-Nasionalisme.
Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah ibarat dua sisi mata uang yang
saling memberikan makna. Nasionalisme selalu meletakkan keberagaman atau
pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar yang
menyatukan sebuah negara bangsa.9
9
Achmad Muhibbin Zuhri, “Konsep Islam dan Nasionalisme serta Implikasinya dalam
Kehidupan Bernegara.” Relasi Islam Dengan Nasionalisme Dalam Menangkal Radikalisme Dan
Terorisme, 22 November 2011 (Surabaya: Badko HMI Jawa Timur, 2011)
75
Keislaman dengan Nasionalisme berawal dari satu kata, yaitu adil. Adil
adalah
memberikan
sesuatu
sesuai
haknya
masing-masing,
bisa
juga
menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya. Seorang pemimpin harus berlaku
Adil dan Bijaksana. Jika pemimpin dapat berlaku adil, maka kaumnya akan
mengikutinya dengan ikhlas dan negara ini dapat bersatu. Sebagaimana firman
Allah SWT,
”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS AL Ma’idah: 8).
Menurut Suryadharma Ali Islam dan Nasionalisme bersifat sinergis bagi
kemajuan bangsa (NKRI). Nasionalisme tanpa diikuti ajaran Islam akan menjadi
kering pemaknaannya dan bahkan bisa merusak tatanan harmoni umat dan bangsa
(NKRI). Sebaliknya, ajaran Islam tanpa ditanamkan jiwa Nasionalisme akan
melahirkan penyempalan dengan mengambil pola perjuangan di luar semangat
NKRI.10
Pada umumnya iklan dibuat untuk menciptakan suatu citra positif kepada
khalayak tentang produk yang diiklankan. Demikian pula dengan iklan politik,
sebagaimana dengan yang ungkapkan Anwar Arifin dalam bukunya bahwa
komunikasi politik bertujuan untuk membentuk citra politik yang baik. Melalui
iklan versi „Doa‟ ini, Aher-Demiz berusaha membentuk citra sebagai pemimpin
yang islami, yaitu pemimpin amanah, dekat dengan rakyat, peduli dengan rakyat,
10
Suryadharma Ali, “Pemimpin Islam yang Percaya Nasionalisme,” artikel diakses pada
27 Januari 2014 dari http://www.indonesia-2014.com/read/2012/11/25/pemimpin-islam-yangpercaya-nasionalisme#.UuVFcdLZHIU
76
menjadi pelayan rakyat dan memiliki tujuan untuk mensejahterahkan rakyat yang
dipimpinnya.
Iklan politik menurut Kaiddan Holtz-Bacha didefinisikan sebagai suatu
pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagai saluran yang
didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai,
kelompok, pemerintah atau suatu organisasi.11 Iklan politik digunakan oleh
politisi sebagai media komunikasi politik. Tujuannya ialah mempersuasi dan
memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut iklan politik tampil impresif dengansenantiasa mengedepankan informasi
tentang siapa kandidat, apa yang telah kandidat lakukan dan kandidat mewakili
siapa.12 Isi iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang
diangkat, kualitas kepemimpinan, kinerja atau track record -nya
dan
pengalamannya.
Iklan doa ini tampil mengesankan dengan mengenalkan sosok pemimpin
Aher-Demiz sebagai pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan yang
islami. Citra ini semakin mudah diterima oleh masyarakat secara persuasif karena
disampaikan melalui televisi. Dengan kemampuan audio dan visualnya televisi
sangat mudah untuk menyampaikan dan membentuk citra baik kepada khalayak
luas. Yaitu melalui permainan kata-kata yang diucapkan narrator, adegan yang
diperagakan, musik pengiring dan simbol-simbol yang terdapat dalam iklan
tersebut.
11
Akhmad Danial, Iklan Politik; Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru
(Yogyakarta: LKis, 2009) h. 90.
12
Yuni Retnowati, “Efektivitas Iklan Dalam Meraih Partisipasi Politik,” Akademi
Komunikasi Indonesia YPK Yogyakarta (November 2010)
77
Dalam iklan doa ini Aher-Demiz mengenakan pakaian yang sama yakni
kemeja putih berkancing merah, dengan bordiran bendera merah putih di atas saku
sebelah kanan dan pin kancing merah di atas saku sebelah kiri. Pakaian yang
dikenakan ini merupakan pakaian kampanye Aher-Demiz yang digunakan selama
masa pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013. Sehingga apabila orang melihat
kemeja putih berkancing merah mereka akan langsung teringat dengan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Aher-Demiz.
Pakaian berwarna putih ini merupakan pakaian yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW. Warna putih itu memiliki filosofi pertanda bersih dan suci.
Warna putih ini hakikatnya bersih dan suci. Dalam hal ini berarti pasangan AherDemiz ini bersih dari segala tindakan korupsi, yang mana korupsi merupakan
suatu tindakan yang dapat merugikan orang banyak. Karena pelaku korupsi
biasanya telah melakukan kecurangan dalam berbagai cara atau bentuk yang
tujuannya ialah untuk kepentingan pribadi. Orientasinya sebagai pemimpin sudah
bukan untuk rakyat melainkan untuk pribadi. Pemimpin yang seperti ini bukanlah
pemimpin yang patut dipilih karena tidak amanah dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin. Pemimpin yang menipu rakyatnya akan mendapatkan ancaman
diakhirat kelak. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “tiada seorang yang
diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu
rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga. (HR. Bukhori
Muslim)13
13
(2/324),
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 7150-7151), Muslim (no. 142), Ad-Daarimiy
78
Kemudian pada baju yang dikenakan oleh Aher-Demiz terdapat kancing
berwarna merah. Warna merah adalah warna yang sangat menarik perhatian dan
menyerukan untuk segera mengambil tindakan. Dalam ilmu psikologi arti warna
merah berarti berani, energi, gairah, aktion, kekuatan dan kegembiraan.14 Hal ini
menandakan bahwa Aher-Demiz pemimpin yang berani untuk mengusung
kebenaran dan sikap melawan korupsi yang akan merugikan kepemimpinannya.
Islam memang agama yang rahmatan lil „alamin (agama yang membawa
rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta). Sudah seharusnya setiap
orang yang beriman menyadari hal tersebut. Dalam hal kepemimpinan, Islam pun
telah memberi petunjuk untuk diikuti. Banyak masyarakat yang merindukan sosok
pemimpin yang mau menjadi pelayan rakyat dan amanah di jaman sekarang ini.
Kepemimpin itu merupakan amanah yang memiliki nilai tanggungjawab yang
besar. Untuk itu sudah seharusnya pemimpin sekarang ini menjadi pemimpin
yang benar-benar memimpin untuk rakyatnya dengan bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya. Bukan menjadi pemimpin yang hanya menginginkan
jabatan sebagai pemimpin untuk kepentingan pribadi, untuk memperkaya diri
dengan berbagai tindakan kotor seperti korupsi dan sebagainya.
14
Rendi Syahputra, Arti warna dan Psikologi, artikel diakses pada18 Oktober 2013 dari
http://reemill.blogspot.com/2013/01/arti-warna-dan-psikologis.html
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil temuan penelitian dan pembahasan mengenai kepemimpinan
islami dalam iklan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dengan judul doa
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam iklan ini menggunakan berbagai tanda mulai dari representamen,
objek, dan interpretan. Ikon yang sering dimunculkan adalah ikon Deddy
Mizwar. Sebagai cara untuk memperkenalkan kepada masyarakat calon
pemimpin mereka yang baru. Karena Deddy Mizwar sosok baru dalam dunia
perpolitikan khususnya Jawa Barat.
2. Pesan dan makna kepemimpinan yang ditujukan dalam iklan ini ialah
karakter seorang pemimpin yang sesuai dengan kepemimpinan islami yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan khalifah. Dalam iklan ini
digambarkan karakter yang dimiliki oleh pasangan Aher-Demiz ialah
pemimpin yang amanah, perhatian dan peduli terhadap rakyatnya serta ingin
mewujudkan kesejahteraan di Jawa Barat.
B. Saran
1. Penelitian ini bisa menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya. Untuk
melakukan penelitian mengenai semiotika tidak hanya pada iklan di media
massa, tetapi juga pada film, design, musik, dan juga objek lain.
2. Masyarakat dapat lebih cermat dalam melihat pesan yang disampaikan oleh
media massa, khususnya terkait dengan pesan-pesan politik dalam iklan
78
79
kampanye pemilihan pemimpin. Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali pemimpin yang akan dipilih sesuai dengan keinginannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Buraery, Muhammad A. Islam Landasan Alternatif Adminitrasi Pembangunan
Jakarta: Jakarta Raja Wali, 1986.
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi
Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Budiman, Kris. Semiotika Visual (Konsep, Isu dan Problem Ikonitas).
Yogyakarta: Jalasutra, 2011. cetakan 1
Budiman, Kris. Kosa Semiotika.Yogyakarta: LkiS, 1999.
Buku saku Mengenal H. Ahmad Heryawan, Lc. Bandung, 2012.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik (Konsep, Teori, Strategi). Jakarta:
Rajawali,2011.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna. Penerjemah Evi Setyarini dan Lusi
Lian Piantari. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Daniel, Akhmad. Iklan Politik TV Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde
Baru. Yogyakarta: LkiS, 2009.
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2005.
Efendi, Anwar. “Bahasa dan Pembentukan Citra dalam Komunikasi Periklanan di
Televisi,” Komunika, Vol. 2, No. 2 (Juli – Desember 2008).
Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.
Palembang: Penerbit UNSRI, 2009. cetakan 3
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi, Ed 3. Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2012.
Hakim, Abdul . Kepemimpinan Islami. Semarang: Unissula Press, 2007, cetakan 1
Hamid, Farid, dkk. Ilmu Komunikasi (Sekarang dan Tantangan Masa Depan).
Jakarta: Kencana, 2011.
Heryanto, Gun Gun, dkk. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2011.
Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia).
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007. cetakan 5
80
81
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi). Jakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Miranti, Abidin. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi, 2002.
Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Ed 1. Jakarta: Kencana,
2010.
Mufid, Moh. Politik dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004.
cetakan 1
Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1993.
Piliang, Yasraf Amir. Semiotika dan Hipersemiotika (Gaya, Kode Matinya
Makna) Edisi 4. Bandung: Matahari, 2012. Cetakan 1
Rivai, Veithzal. Kiat Memimin dalam Abad ke 21. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004.
Shimp, Terence A. Promotion Management and Marketing Communication. Edisi
ke 5 jilid 1 Penerjemah oleh Revyani. Jakarta: Erlangga, 2003.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Cetakan 2
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya, 2009.
Sofyan, Ahmadi. Islam On Leadership. Jakarta: Lintas Pustaka, 2006.
Steinberg, Arnold. Kampanye Politik Dalam Praktek Jakarta: PT Intermasa, 1981.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2011.
. Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Univ Prof DR Moestopo
(beragama), 2006.
Widyatama, Rendra. Pengatar Perikalanan. Jakarta: Buana Pustaka Indonesia,
2005. cetakan 1
Kitab
Kitab Al-Mawahib al-Laduniyah karangan al-Qastholani dan Syarah Az-Zarqani,
juz 4,
Kitab Al-Itq, Bab Karahiyatut Tathaawul alaa Ar-Raqiiq , Muslim, Fii AlImaraat,Fadhilatul Imam Adil wa Uqubatul Jair.
82
Kitaabus Sunnah Libni Abi Ashim wama’abu Zhilaalil Jannah fi Takbriijis
Sunnah. dan Silsilatul Abaadiitsish Shahiihah.
Jurnal
Abdul, Omar bin. “Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Perspektif Islam”.
Ansor, “Peran Iklan Politik Pencitraan dan Dampaknya pada Pilkada di
Kabupaten Sleman,” Jurnal Penelitian IPTEK-KOM Volume 13, No.2,
2011.
Damayanti, Novita. “Analisis Semiotika Iklan Politik Pilpres 2009,” Wacana,
Volume X No. 4, 2011.
Hermawan, Anang. “Membaca” Iklan Televisi: Sebuah Perspektif Semiotika,”
Jurnal Komunikasi UII Volume 2 No. 1, 2007.
Ilhamsyah, “Analisis Semiotik Iklan Cetak Mobil Grand Livina,”, 2008.
Intan Marlina, Tengku, dkk. “Teori Semiotik Peirce dan Morris: Suatu
Pengenalan,”, 2008.
Nuryati, “Kepemimpinan pelayan: Pendekatan baru model kepemimpinan,” STIE
“AUB” Surakarta, 2010.
Pandu, Ari. dkk., “Pencitraan Pemimpin Bangsa dalam Iklan Kampanye Pasangan
Presiden dan Wakil Presiden 2009,” Jurnal Riset Komunikasi Vol.1 No. 2
Desember, 2010.
Sandi, Ekayuda. “Makna Tanda Dalam Iklan Kampanye Pilkada JABAR di
Televisi.”, 2008.
Saputera, Agus. “Petunjuk Al-Quran Dalam Memilih Pemimpin,” 18 Februari,
2011.
Sucipto, Hery. “Leadership dan Kepemimpinan Dalam Islam,”Dewan Masjid
Indonesia (DMI), 14 September 2013.
Sundari, Wiwiek. “Analisis Semiotika Iklan Coca Cola,” Fakultas Sastra UNDIP.
2008.
Tinarbuko, Sumbo. “Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi
Visual,” FSR-ISI Yogyakarta, 2003.
Wicaksono, Andri. “Analisis Wacana Iklan Rokok Sampoerna Mild Edisi “Tanya
Kenapa?”, 2011.
Ebook
83
Basah, Ranting, dkk. AHER UNDERCOVER (Menyikapi Sisi Lain Ahmad
Heryawan). Bandung: Khazanah Intelektual, 2013.
Internet
Alfathpens, “Pentingnya Mencari Seorang Pemimpin,” artikel diakses pada 7
Januari 2014 dari http://liqoalfath.wordpress.com/2009/04/14/pentingnyamencari-seorang-pemimpin/
Bandung Mediacitra, “Deddy Mizwar, dari Panggung Sandiwara ke Pentas
Politik,” artikel diakses pada 6 Agustus 2013 dari http://www.
inohong.com/2013/07/deddy-mizwar-dari-panggung-sandiwara-ke.html
Hasan, Komaruddin. “Komunikasi Politik dan Pecitraan (Analisis Teoritis
Pencitraan Politik di Indonesia)” artikel diakses pada 17 Januari 2014 dari
http://kamaruddin-blog.blogspot.com/2010/10/komunikasi-politik-danpecitraan.html
Jeffry,
Inengah. “Fenomena Iklan Politik Di Indonesia,” http://politik.
kompasiana.com/2013/04/09/fenomena-iklan-politik-di-indonesia-544612
.html
Profil
Ahmad Heryawan
artikel
diakses
pada 2
Agustus
2013 dari
http://www.ahmadheryawan.com/home/ahmad-heryawan/profil
Setiawan, Eko. “Profil Deddy Mizwar,” artikel diakses pada 4 Agustus 2013 dari
http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/
Subhan, Moh. “Kepemimpinan Islami dalam Peningkatan Mutu Lembaga
Pendidikan Islam,” artikel diakses pada 30 oktober 2013 dari http://
ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/06/28/kepemimpinan-islamidalam-peningkatan-mutu-lembaga-pendidikan-islam-569319.html
Sunandar, Yudha P. “Ahmad Heryawan, Mubaligh yang juga Politikus,” artikel
diakses pada 4 Agustus 2013 dari http://salmanitb.com/2011/08/ahmadheryawan-mubaligh-yang-juga-politikus/
Syahputra, Rendi. “Arti warna dan Psikologi,” artikel diakses pada 18 Oktober
2013 dari http://reemill.blogspot.com/2013/01/arti-warna-dan- psikologis.
html
84
Tinarbuko, Sumbo. “Iklan Politik dan Pencitraan Politik,” artikel diakses pada 25
Mei 2013 dari http://sumbotinarbuko.blogspot.com/2008/11/iklan-politikdan-pencitraan-politik.html
Wahyu, Anhar. “Iklan Politik dalam Realitas Media,” artikel diakses pada 26 Mei
2013 dari http://artikel.blog.stisitelkom.ac.id/iklan-politik-dalam-realitasmedia.html
Download