BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak menggunakan obat-obat tradisional yang ternyata mujarab. Bahkan, saat ini pertumbuhan industri obat tradisional (jamu) semakin meningkat pesat. Cara meracik ramuan tradisional dapat berbeda beda. Ada dengan cara perebusan, ada dengan cara pemarutan, ada pula dengan cara penggilingan atau penumbukan. Setiap cara menghasilkan jenis ramuan yang berbeda satu sama lain. Namun dengan berkembangnya teknologi maju (modern) menyebabkan sediaan jamu yang pahit telah diganti dengan pil yang tanpa rasa pahit dan lebih praktis. Jamu dan obat tradisional merupakan salah satu aset nasional yang telah digunakan masyarakat secara turun temurun (Rukmana, 2004; Redaksi Agromedia, 2008). Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik (Ditjen, POM., 2005; Tjitrosoepomo, 1994). Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi 1 Universitas Sumatera Utara tanaman tersebut (Ditjen, POM., 2005). Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas (Depkes, RI., 2000). Di Sumatera Utara khususnya di daerah Karo masih banyak tanaman yang digunakan sebagai sumber obat. Salah satunya adalah ingul (Toona sinensis M. Roem). Beberapa bagian pohon terutama kulit batang dan akar sering digunakan untuk ramuan obat, yaitu untuk mengobati diare dan disentri, pengawet minuman, penyemprot hama pada tanaman jeruk. Sementara itu, ekstrak daun ingul dipakai sebagai antibiotik dan insektisida alami (Dharmawati, 2002; Mulyana dan Asmarahman, 2010). Secara tradisional, petani menggunakan daun ingul untuk menghalau hama serangga tanaman. Daun ingul biasanya diletakkan di pinggiran sawah untuk menghalau hama walang sangit (Leptocorisa acuta). Bukti lainya, di Kabupaten Sukabumi, areal pertumbuhan sengon (Paraserianthes falcataria) terhindar dari organisme pengganggu tanaman (OPT) karena penanaman sengon dicampur dengan ingul (Mulyana dan Asmarahman, 2010) Daun ingul memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, tanin dan steroida/triterpenoida yang merupakan hasil skrining fitokimia (Sesilia, 2006). Senyawa metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid, saponin dan steroida/triterpenoid merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri (Robinson, 1995). Berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, diantaranya penyakit diare dan disentri yang banyak 2 Universitas Sumatera Utara diderita oleh masyarakat Indonesia. Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti Escherechia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak. Kasus ini banyak terdapat di negara negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare dan disentri merupakan salah satu penyebab kematian, sedangkan Bacillus subtilis yaitu bakteri gram positif yang merupakan salah satu mikroba yang menimbulkan keracunan pada makanan (Dwijoseputro, 1978; Soenarto, 2011). Kulit batang ingul telah diuji aktivitas antibakteri dalam bentuk ekstrak etanol terhadap beberapa bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Ekstrak etanol kulit batang ingul menunjukkan hasil yang efektif sebagai antibakteri pada konsentrasi 75 mg/ml terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis dengan diameter hambat 14,10 mm dan 14,07 mm sedangkan terhadap bakteri Shigella dysenteriae baru menunjukkan hasil yang efektif pada konsentrasi 100 mg/ml dengan diameter hambat 14,17 mm. Konsentrasi terkecil yang masih menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis yaitu 6 mg/mldengan diameter hambat 7,16 mm dan 6,9 mm sedangkan pada bakteri Shigella dysenteriae yaitu 8 mg/ml dengan diameter hambat 6,66 mm (Siregar, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol, fraksinasi n-heksan dan etilasetat daun ingul (Tonna sinensis (Juss. ) M. Roem) terhadap bakteri Escherichia coli, Salmonella typhidan Bacillus subtilis dengan menggunakan metode difusi agar secara in vitro. 1.2 Perumusan Masalah 3 Universitas Sumatera Utara Rumusan masalah dalam penelititan ini adalah : a. apakah karakteristik simplisia daun ingul (Toona sinensis (Juss.) M.Roem) dapat diketahui ? b. apa saja golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada serbuk simplisia, ekstrak etanol dan fraksi daun ingul? c. apakah ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun ingul mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Salmonella typhidan Bacillus subtilis? 1.3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : a. karakterisasi simplisia daun ingul dapat diketahui dengan menggunakan prosedur dalam Materia Medika Indonesia. b. serbuk simplisia, ekstrak etanol dan fraksi daun ingul mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, saponin dan steroida/triterpenoida c. ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun ingul mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Salmonella typhidan Bacillus subtilis 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah a. untuk mengetahui karakteristik dari simplisia daun ingul. b. untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder apa saja yang terdapat pada serbuk simplisia, ekstrak etanol dan fraksi daun ingul 4 Universitas Sumatera Utara c. untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi nheksana dan fraksi etilasetat daun ingul mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Salmonella typhidan Bacillus subtilis 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi tentang karakteristik simplisia, golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada simplisia dan masing-masing ekstrak daun ingul dan aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri. 5 Universitas Sumatera Utara