interpretasi data geolistrik untuk memetakan potensi air tanah dalam

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK UNTUK MEMETAKAN
POTENSI AIR TANAH DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN
DATA HIDROGEOLOGI DI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
Disusun oleh :
SERLI BIRLINA HAPSARI
M0208053
SKRIPSI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari, 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK UNTUK MEMETAKAN
POTENSI AIR TANAH DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN
DATA HIDROGEOLOGI DI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
Disusun oleh :
SERLI BIRLINA HAPSARI
M0208053
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari, 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II
-Mr?r
€dl^is=f
,lY-t-\>v+o-,
gl.IB)tams lerBI [
$leqes
k,iti,"*M
BIIsld rl?snmf enlex
'qa1o uulqesrq
zo0
r e0666I 0ls0tr6l 'drrr
IS'W''lS'S'oinoEel lpng
IOO T ZOL66T
LZLOOLFT'ilN
IS'W ''lS'S'ouosuq
r00 r I0s00z 0€90086I 'dIN
IS'ru'lS'S'olueruna rslgol^l.z
I00 I t00007, r080216t 'dIN
:'^S'*
IS'W ''lS'S ?umseo;tr
'I
"FoS
: rfn8ue6 trrlup88ug
lz
pE:tw1
umss
IEII
El0zuvrilJ?t
: eped rfnEue4 rr&$.ep qelo
snFI ue{B1efurp rrep l[n1p qqeJ
gs080z0nr
I^[IN
pesdeg eull4g IIreS
eursN
:qelo slp$p EueA
UfiI^UI Y/trYf
'cNvgl^lof N:Ltvdogv)t I(I IcoToacouolH vJvo NVsNVgIAIaONgd
CNVfN0NIII{ ruVTVO HVNVJ, UfV ISNIIOd NV)tVJitrrlltrrl
;1ruNfl )fU"tSnOgC yM ISVfffUdUiIINI :ppnf ueEuep rsdp4g
commit to user
NYIIYStrSNfld
NY}iIVTYH
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Alloh SWT atas segala limpahan nikmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Sholawat
dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Rosululloh SAW sebagai
pembimbing seluruh umat manusia.
Skripsi yang penulis sususn sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan
gelar sarjanasains ini penulis beri judul “ INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK
UNTUK MEMETAKAN POTENSI AIR TANAH DALAM MENUNJANG
PENGEMBANGAN DATA HIDROGEOLOGI DI KABUPATEN JOMBANG,
JAWA TIMUR”. Terselesaikannya skripsi ini adalah suatu kebahagiaan bagi
penulis. Kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini penulis ucapkan terima kasih. Atas bantuannya yang sangat besar
selama proses pengerjaan skripsi ini, ucapan terima kasih secara khusus penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Darsono, selaku pembimbing 1 yang telah membimbing dan
memberikan kesempatan kepada saya untuk ikut penelitian ini
2. Bapak Budi Legowo, pembimbing 2 yang telah membimbing dan
memberikan motivasi.
3. Keluarga Bapak Udi Atmoko, yang telah memberikan tempat inap selama
pengambilan data.
4. Teman – teman Galaksi ’08 yang masih berjuang. Semangat Kawan !
Semoga Alloh SWT membalas jerih payah dan pengorbanan yang telah
diberikan dengan balasan yang leih baik. Aamiin.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Namun demikian, penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK UNTUK MEMETAKAN
POTENSI AIR TANAH DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN DATA
HIDROGEOLOGIDI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
SERLI BIRLINA HAPSARI
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Pemetaan potensi air tanah telah dilakukan untuk menunjang pengembangan
data hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi
pengambilan data berada pada koordinat 112o20’01”BT dan 112o30’01”BT serta
7o20’01”LS dan 7o45’01”LS. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode
geolistrik resistivitas sounding. Akuisisi data resistivitas dilakukan menggunakan
konfigurasi elektroda Schlmberger dengan pengambilan data sebanyak 10 titik
sounding. Penelitian dilaksanakan di beberapa kecamatan, antara lain Mojoagung,
Mojowarno, Bareng, dan Wonosalam.
Pengolahan data menggunakan software Progress Version 3 yang memiliki
prinsip inversi data pengukuran. Data pengukuran sebagai input, kemudian garis
model menginversi mendekati titik-titik data pengukuran. Outputnya berupa kurva
resistivitas yang menunjukkan kedalaman, ketebalan, serta nilai resistivitas batuan.
Hasil pengolahan data secara sounding menunjukkan bahwa lapisan batuan
keempat kecamatan tersebut tersusun lempung dengan nilai resistivitas 1 – 10 Ωm,
lempung pasiran 11 – 19 Ωm, pasir lempungan 20 – 30 Ωm, pasir 31 – 90 Ωm,
serta pasir kerakalan 91 – 135 Ωm. Lapisan akuifer diduga berada pada lapisan
penyusun pasir lempungan, pasir, dan pasir kerakalan.
Data sounding yang diperoleh kemudian dipetakan menggunakan sofware
Surfer 10. Hasil pemetaan berdasarkan nilai resistivitas pada kedalaman tertentu,
menunjukkan bahwa berdasarkan nilai resistivitas pada kedalaman tertentu daerah
yang mempunyai potensi akuifer kedalaman 0 – 30 m adalah Kelurahan
Rejoslamet, Dusun Pulerejo, Desa Mancilan. Potensi akuifer kedalaman 30 – 60 m
adalah Kelurahan Rejoslamet dan Dusun Pulerejo. Potensi akuifer kedalaman 60 –
90 m adalah Kelurahan Rejoslamet, Dusun Ngenden, Dusun Pulerejo, Desa
Nglebak, Desa Panglungan.
Kata Kunci : geolistrik, sounding, schlumberger, resistivitas
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTERPRETATION OF GEOELECTRIC DATA TO MAP GROUNDWATER
POTENTIAL IN SUPPORTING THE DEVELOPMENT OF HYDROGEOLOGY
DATA IN JOMBANG REGENCY,EAST JAVA PROVINCE
SERLI BIRLINA HAPSARI
Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Groundwater potential has been mapped to support the development of
hydrogeology data in Jombang, East Java Province. It is located at coordinates
112o20’01”BT dan 112o30’01”BT and 7o20’01”LS and 7o45’01”LS. It was
mapped using geoelectric resistivity soundings. Resistivity data acquisition using
Schlumberger electrode configuration with data captured in 10 sounding
points. The research took place in district of Mojoagung, Mojowarno, Bareng, and
Wonosalam.
Data processing using Progress Version 3 software has the inversion
principle of measurement data. Measurement data as input, then the line of
approaching the inverse model of measurement data points. The output form
resistivity curve shows the depth, thickness, and resistivity values of rock. The
result of data prosessing by sounding showed that the four sub-strata of rocks are
composed of clay with a value of resistivity 1-10 Ωm, sandy loam 11-19 Ωm, sand
clay 20-30 Ωm, sand 31-90 Ωm, and sand gravel 91-135 Ωm. Aquifer layer is
estimated lay on the constituent layers sand clay, sand, and sand gravel.
Sounding data obtained are then mapped using Surfer software 10. The
results of the mapping based on the value of the resistivity at depth, indicating by
the value of the resistivity at a certain depth areas that have the potential for
aquifer depths 0-30 m is Rejoslamet Village, Hamlet Pulerejo, Village Mancilan.
Potential aquifer depths 30-60 m is Rejoslamet Village and Hamlet Pulerejo.
Potential aquifer depths 60-90 m is the Village Rejoslamet, Ngenden Hamlet,
Hamlet Pulerejo, Nglebak Village, Village Panglungan.
.
Keywords : geoelectric, sounding, schlumberger, resistivity
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan sumber daya alam hayati yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia. Manusia menggunakan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, misalnya mandi, mencuci, konsumsi, dan lainnya. Selain itu
sumber air tanah juga sering dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan,
perikanan, dan industri.
Pemanfaatan air kian hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk. Salah satu daerah yang padat penduduknya adalah
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Jaringan air bersih di Kota Jombang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk air minum dan
kebutuhan rumah tangga lainnya. PDAM melayani jaringan air bersih di Kota
Jombang. Sekitar 23.486 rumah tangga yang ada di Kota Jombang mencakup 20
desa dan kelurahan yang terlayani air bersih dari PDAM. adalah 11.426 rumah
tangga atau sekitar 50% saja. Sedangkan di luar pusat kota memanfaatkan sumur
pompa dan sumur gali (Jombangkab.go.id).
Penggunaan sumber air tanah bersih di Kota Jombang adalah 11.734.900
liter/hari, dimana jumlah penuduknya adalah 117.439 jiwa. Seangkan yang bisa
dilayani oleh PDAM Kota Jombang baru 8.812.800 liter /hari. Jadi, kebutuhan air
bersih yang masih harus dilayani oleh PDAM sebesar 2.931.100 liter /hari
(Jombangkab.go.id). Peningkatan penggunaan air terkadang tidak disertai
pengelolaan sumber air yang baru disebabkan kurangnya informasi mengenai
potensi sumber air tanah. Potensi sumber air tanah berbea-beda sesuai dengan
kondisi geologi sekitarnya. Mengingat faktor kondisi geologi juga berpengaruh
terhadap potensi sumber air tanah, maka perlu dilakukan kajian mengenai potensi
sumber air tanah di Kabupaten Jombang. Berdasarkan data hidrogeologi
Kabupaten Jombang, secara umum menjelaskan tentang potensi air tanah yang
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
tersebar luas. Data hidrogeologi hanya menunjukkan kualitas air tanah pada
keadaan sesuai warna yang didominasi daerah tertentu. Informasi yang ada
tentang kondisi air tanahnya terbatas untuk setempat dan baik yang mempunyai
debit < 20 liter/detik (Peta Indikasi Potensi Air Tanah Kab. Jombang). Sedangkan
kuantintas potensi air tanah yang berupa kedalaman sumber potensi air tanah
belum diketahui. Sehingga masih kurangnya informasi mengenai kedalaman
sumber potensi air tanah. Terkait dengan hal ini, ada empat kecamatan yang
kurang memiliki informasi kedalaman sumber potensi air tanah yaitu, yaitu
Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Bareng, dan
Kecamatan Wonosalam. Informasi lain terkait air tanah adalah ketebalan lapisan
air tanah yang berpengaruh terhadap potensi air tanah.
Penelitian sebelumnya untuk mendeteksi air tanah sudah dilakukan
khususnya dengan metode geolistrik resistivitas. Seperti Selvam (2012)
melakukan penelitian tentang identifikasi zona potensi air tanah menggunakan
survai geolistrik, studi kasus di daerah Medak, India. Anomohanran (2011)
melakukan penelitian tentang menentukan potensi air tanah di Asaba, Nigeria
menggunakan geolistrik. Di wilayah Ifon Ondo, Okolie et.al.(2010) melakukan
penelitian mengenai penerapan konfigurasi Schlumberger dalam deliniasi
pembentukan dan distribusi air tanah. Masih ada lagi dimana Metwaly (2012)
melakukan eksplorasi air tanah menggunakan teknik geolistrik resistivity di area
pusat Al-Quwy’yia Saudi Arabia. Air tanah terdapat pada lapisan akuifer, yaitu
lapisan pembawa air yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan ini terletak
pada kedalaman tertentu, bahkan bisa mencapai kedalam hingga 100 meter.
Lapisan ini tersusun oleh batuan yang kedap air. Selain itu lapisan ini juga
memiliki porositas tertentu yang dapat menyimpan air dan mengalirkan air dalam
jumlah yang cukup.
Salah satu metode geofisika yang dapat mendeteksi adanya lapisan bawah
permukaan adalah metode geolistrik resistivitas. Prinsip dari metode ini adalah
memanfaatkan adanya kontras resistivitas batuan terhadap tanah di sekitarnya. Hal
ini dimungkinkan karena lapisan tanah dan batuan yang terisi air sangat mudah
commit
to user Lapisan tanah konduktif seperti
mengalirkan arus listrik atau bersifat
konduktif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
ini biasanya memiliki harga resistivitas tertentu (nilai resistivitasnya rendah.
Hasilnya menampilkan penampang vertikal resistivitas bawah permukaan yang
diprediksi sebagai lapisan-lapisan tanah atau batuan yang tersaturasi air. Sehingga
dapat memprediksi lokasi dan kedalaman tempat lapisan tanah yang mengandung
air tawar (Sultan, 2009). Metode ini lebih banyak digunakan karena tekniknya
sederhana dan resistivitas batuannya sangat sensitif terhadap kadar airnya.
Menggunakan metode ini kedalaman, ketebalan tiap lapisan, dan hasil kapasitas
air tanah dengan mudah dapat disimpulkan (Selvam, 2012). Selain itu metode ini
mampu menentukan perbedaan yang signifikan di dalam parameter geolistrik dari
top soil (tanah penutup) dengan material lain, daerah yang retak atau patahan, dan
batuan bawah tanah (Anudu, 2011). Metode ini juga dapat menaksirkan ketebalan
permukaan tanah dengan baik serta daerah patahan dengan teliti (Coker, 2012).
Terkait penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan
untuk menunjang pengembangan data hidrogeologi dan pengembangan potensi air
tanah. Metode resistivitas sounding untuk mengetahui perbedaan resistivitas arah
vertikal yang berupa kedalaman. Dari hasil ini maka dapat dipetakan sehingga
diketahui penyebaran lapisan akuifernya. Hasil penelitian inilah yang akan
menunjang pengembangan data hidrogeologi Kabupaten Jombang, khususnya di
Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Bareng, dan
Kecamatan Wonosalam
1.2.Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi
beberapa pertanyaan, antara lain :
a. Bagaimana potensi air tanah daerah penelitian?
b. Bagaimana lapisan akuifer, kedalaman, serta ketebalan lapisan akuifer
daerah penelitian?
c. Bagaimana pemetaan penyebaran lapisan akuifer daerah penelitian?
1.3.Batasan Masalah
a. Daerah penelitian melingkupi Kecamatan Mojowarno, Kecamatan
Mojoagung, Kecamatan Bareng, dan Kecamatan Wonosalam Kabupaten
commit to user
Jombang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
b. Penelitian dibatasi berdasarkan data resistivity konfigurasi elektroda
Schlumberger secara sounding. Panjang bentangan kabel AB/2 hingga
mencapai 400 meter.
c. Pengolahan data menggunakan software Progress version 3.0, dan
pemetaan penyebaran lapisan akuifer menggunakan software Surfer 10.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
a. Mengetahui lapisan akuifer, kedalaman, serta ketebalan lapisan akuifer
daerah penelitian.
b. Mengetahui pemetaan penyebaran lapisan akuifer daerah penelitian.
c. Mengetahui potensi air tanah daerah penelitian.
1.5.Manfaat Penelitian
Dari hasil studi penelitian ini, manfaat yang dapat diambil antara
lain :
a. Mengetahui potensi air tanah guna memberikan informasi sumber air tanah
sekitar.
b. Sebagai referensi untuk daerah yang memiliki kondisi geologi dan
hidrogeologi sama.
c. Sebagai referensi pengeboran titik sumur bor daerah sekitar dan izin
pengeboran daerah sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Tanah
Air merupakan sumber daya alam hayati yang dapat diperbaharui.
Kandungan air di bumi sangat melimpah, jumlahnya keseluruhan mencapai
sekitar 1.400.000.000 km3, terdiri dari 97% air laut (air asin) yang dapat
dimanfaatkan secara langsung dan tidak langsung dalam kehidupan manusia.
Hanya 3% sisanya yang berupa air tawar, meliputi 2% berupa gunung-gunung es
di kedua kutub bumi. Selebihnya sekitar 0,75% merupakan air tawar yang
digunakan makhluk hidup baik di darat, di danau, di sungai, dan di dalam tanah.
Air tawar berasal dari siklus air (daur hidrologi) secara alami dan prosesnya
panjang sehingga untuk mendapatkan air tawar yang diperlukan sehari-hari
tidaklah mudah (Sultan, 2009).
Siklus air yang panjang tersebut melalui proses penguapan air dari air laut,
danau, maupun sungai kemudian mengembun menjadi uap air di atmosfer. Uap
air tersebut jatuh menjadi air hujan yang turun ke permukaan bumi mengalir di
permukaan bumi yang ditahan oleh tumbuh-tumbuhan. Ada juga yang meresap ke
bawah permukaan bumi mengalir melewati tanah sebagai aliran air bawah
permukaan. Penguapan dari daratan terdiri dari penguapan secara langsung dari
tanah dan permukaan tumbuhan, atau transpirasi melalui daun pada tumbuhan.
Secara bersamaan proses ini disebut evapotranspirasi. Meresapnya air ke dalam
tanah bisa lebih dalam lagi, sehingga bisa menjadi sumber air (Todd, 2005). Air
yang meresap ke dalam tanah tadi terdapt pada suatu lapisan batuan dan berada
pada suatu cekungan air tanah. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan
batuan yang dikenal dengan akuifer siklus air dapat dilihat pada Gambar 2.1.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Gambar 2.1. Siklus air (Todd, 2005)
Air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air
permukaan, sementara lapisan tanah yang berisi air tanah disebut zona saturasi air.
Air tanah secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi, maka
formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik
berupa formasi tanah, batuan, atau keduanya. Akuifer biasanya mempunyai area
yang luas dan di bawah lapisan batasan dasar yang mana ditetapkan sebagai bahan
impermeable secara relatif.
Ada beberapa tipe lapisan batasan dasar yaitu :
a) Aquiclude adalah lapisan dasar yang penuh, tetapi bahan impermeable
tidak menghasilkan kualitas air cukup besar. Misalnya lempung.
b) Aquifuge merupakan lapisan kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan atau memancarkan air. Batuan Granit termasuk ke
dalam kategori ini.
c) Aquitard adalah lapisan yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi
dengan laju yang sangat lambat. Cukup tipis, dan merupakan zona
penyimpanan air yang penting. Misalnya adalah lempung pasiran (Todd,
2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi:
a. Unconfined Aquifer (Akuifer Bebas) adalah lapisan lolos air yang hanya
sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Lapisan
pembatasnya adalah aquitard dan mempunyai muka air tanah (water
table). Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai
keperluan dengan kedalaman sumur umumnya antara 1- 25 meter. Seperti
pada Gambar 2.2.
b. Confined Aquifer (Akuifer Tertekan) : adalah akuifer yang jumlah air
seluruhnya dibatasi oleh lapisan kedap air. Baik yang di atas maupun di
bawah, serta mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Semi Unconfined Aquifer (Akuifer semi bebas) : adalah akuifer yang
bagian bawahnya merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atas
merupakan material berbutir halus. Sehingga lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air.
Air yang masuk ke dalam tanah melewati daerah tangkapan air (recharge area)
dimana letaknya lebih tinggi. Daerah ini biasanya terletak di pegunungan atau di
gunung. Air tersebut kemudian mengalir ke bawah, yaitu ke daerah yanglebih
rendah karena pengaruh gaya gravitasi melalui pori-pori akuifer. Air yang ada di
bagian bawah akuifer mendapat tekanan yang lebih besar oleh berat air yang
diatasnya dan tekanan ini tidak dapt hilang atau berpindah. Jika ada pemboran
sumur sampai akuifer tertekan, maka air akan memancar ke atas melawan gaya
gravitasi hingga mencapai permukaan tanah. Sumur ini disebut dengan sumur
artesis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Gambar 2.2. Aliran akuifer confined, unconfined, serta sistem artesis
(Wuryantoro, 2007)
2.2. Permeabilitas dan Porositas
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah
hingga mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antarbutirannya sangat–
sangat sempit sehingga tidak memungkinkan air tersebut dapat melewatinya.
Lapisan ini memiliki sifat impermeabel. Permeabilitas adalah kemampuan batuan
atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Air tanah mengalir melewati
rongga-rongga yang kecil, semakin kecil rongganya maka air akan semakin
lambat mengalirnya. Apabila rongganya sangat kecil, maka molekul air akan
tertinggal, kejadian semacam ini terjadi pada lempung.
Selain permeabilitas, porositas juga mempengaruhi jumlah dan aliran air
tanah. Porositas adalah jumlah atau persentase pori atau rongga dalam total
volume batuan. Kapasitas penyimpanan atau cadangan air suatu bahan
ditunjukkan dengan Persamaan:
=
100%(2.1)
dimana η adalah persen porositas (%),
adalah volume rongga (cm3),
adalah
volume total batuan (cm3). Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas
berkisar antara 25% sampai 75% sedangkan batuan yang terkonsolidasi
(consolidated rock) berkisar antara 0 sampai 10%. Tanah berbutir halus
mempunyai porositas yang lebih commit
besar dibandingkan
dengan tanah yang berbutir
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
kasar. Porositas pada tiap material berbeda, seperti pada Gambar 2.3.
(Wuryantoro, 2007).
Gambar 2.3. Porositas dan permeabilitas (Wuryantoro, 2007)
2.3. Dasar Kelistrikan
Pada rangkaian listrik sederhana berlaku Hukum Ohm yang menyatakan
bahwa beda potensial berbanding lurus dengan arus listrik., sehingga dinyatakan
sebagai berikut :
Gambar 2.4. Rangkaian listrik sederhana
dimana ∆
∆ = (2.2)
tegangan (Volt), R adalah resistansi (Ohm), dan I adalah arus
(Ampere).
Resistivitas merupakan hasil pengukuran dari geolistrik jika bumi bersifat
homogen isotropis maka resistivitas yang terukur merupakan resistivitas
sebenarnya. Keadaan di lapangan bumi tidak bersifat homogen, maka nilai
resistivitas ini merupakan nilai rata-rata resitivitas yang dilalui arus listrik disebut
resistivitas semu (John Milsom, 2003). Prinsip ini secara sederhana dianalogikan
jika arus dari suatu sumber dialirkan pada sebuah beban, maka besar R dapat
commit to user
diperkirakan berdasarkan besarnya potensial dan arus yang mengalir pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Dalam hal ini nilai resistivitas tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis
material karena masih bergantung pada ukuran atau geometrinya.
V
I
L
A
Gambar 2.5. Resistivitas pada batang homogen
Jika ditinjau sebuah balok konduktor dengan lebar L, luas penampang yang diarsir
A, dan resistansinya R, maka persamaannya :
=
(2.3)
dimana, R adalah resistansi (Ohm),
adalah resistivitas (tahanan jenis)
(Ohmmeter), L adalah panjang balok (m), dan A adalah luas penampang (m2),
hubungannya dengan Hukum Ohm diperoleh persamaan
∆
=
=
∆
(2.4)
(Reynold, 1997)(2.5)
2.4.Aliran Listrik di Dalam Bumi
Bumi dianggap sebagai medium homogen isotropis, maka ketika ada arus
yang mengalir di dalam bumi aliran arusnya akan sama dan dan terus-menerus.
Sehingga, ketika arus diinjeksikan di permukaan bumi maka distribusi
potensialnya adalah ditribusi koordinat setengah bola, dan beda potensial yang
terukur di setiap titik adalah sama (ekipotensial).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 2.6. Injeksi arus di permukaan pada medium homogen isotropis
(Telford, 1990)
Untuk distribusi koordinat bola berlaku Persamaan Laplace
∇
=
Dikalikan dengan
=
+
2
= 0(2.6)
dan diintegralkan, sehingga diperoleh
(2.7)
Diintegralkan lagi didapatkan
=−
A
+ C(2.8)
r
Dimana A dan C adalah konstan. Karena V = 0 ketika r = tak hingga, maka C = 0.
Dengan demikian total arus yang tersebar sepanjang distribusi koordinat bola
adalah
=4
Jika = − ∇
=
σ
= −4 σA(2.9)
, sehingga Persamaan (2.7) menjadi
=−
Maka diperoleh
J = −4
4
4
(2.10)
1
atau =
4
(2.11)
Karena pada kasus di atas adalah distribusi setengah bola maka
persamaannya menjadi
=
2
1
2
atau =
(2.12)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.5.
digilib.uns.ac.id
12
Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik ialah salah satu metode dalam bidang geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Tujuan dari metode geolistrik untuk
mengetahui distribusi resistivitas bawah permukaan dengan mengukur di
permukaan bumi (Loke, 2000). Resistivitas batuan dihubungkan dengan
bermacam-macam parameter geologi, seperti mineral dan fluida yang mengisi
batuan, porositas dan tingkat pemenuhan air di dalam batuan. Metode geolistrik
sudah digunakan di hidrogeologi, pertambangan, dan penyelidikan geoteknik.
Baru-baru ini metode geolistrik sudah digunakan untuk survei lingkungan (Loke,
2000).
Metode geolistrik resistivitas menggunakan arus listrik yang diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua elektroda arus C1 dan C2 (A dan B pada Gambar 2.7.).
Beda potensial yang timbul sebagai akibat injeksi arus (ΔV) diukur melalui dua
elektroda potensial P1 dan P2 (M dan N) (Hauck and Kneisel, 2008). Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, maka
dapat menentukan variasi harga resistivitas masing-masing lapisan di bawah titik
ukur (titik sounding) atau sering disebut datum.
A
V
C1
P1
P2
C2
Gambar 2.7. Konfigurasi empat elektroda pada metode resistivitas
Metode ini diasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis seperti
yang dijelaskan di awal. Dengan asumsi ini resistivitas yang terukur merupakan
resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung pada spasi elektroda. Pada
kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan
yang berbeda-beda.
Sehingga dari data pengukuran secara sounding, yang medium sebenarnya adalah
tidak homogen dengan distribusi resistivitas sembarang hasil pengukuran arus dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
potensial, kemudian dikalikan dengan faktor geometri, sesuai dengan Persamaan
(2.13) diperoleh resistivitas semu (apparent resisitivity):
Dimana
=
.
∆
(2.13)
adalah resistivitas semu (Ohmmeter), ∆
tegangan (Volt), K adalah
faktor geometri, dan I adalah arus (Ampere). Harga resistivitas yang terukur
bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja dan bergantung pada
spasi elektroda. Resistivitas semu dapat dikatakan sebagai resistivitas medium
homogen ekivalen. Artinya jika medium setengah ruang tak homogen digantikan
oleh medium homogen dengan resistivitas
maka arus sebesar I akan
menghasilkan potensial sebesar V pada elektroda-elektroda dengan faktor
geometri K. Meskipun resistivitas semu tidak mencerminkan secara langsung
resistivitas medium, distribusi harga resistivitas semu hasil pengukuran
mengandung informasi mengenai distribusi resistivitas medium.
Nilai resistivitas batuan ditentukan berdasarkan pada literatur tabel
resistivitas batuan menurut Telford (1990), nilai tabel resistivitas bisa dilihat pada
Lampiran D. Selain tabel resistivitas, data pendukung lain juga dibutuhkan seperti
data sumur bor daerah sekitar dan peta geologi. Data sumur bor menunjukkan
lapisan batuan sampai kedalaman 100 meter, dengan ketebalan lapisan batuan
yang berbeda. Peta geologi dibutuhkan untuk mengontrol dan memberikan
informasi mengenai geologi daerah penelitian didominasi oleh batuan yang
terdeteksi sebagai lapisan akuifer.
2.6. Konfigurasi Elektroda Schlumberger
Pada penelitian ini menggunakan konfigurasi elektroda schlumberger
dengan pengukuran secara sounding.
Gambar 2.8. Konfigursi elektroda Sclumberger (Coker, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Untuk A dan B adalah elektroda arus yang diinjeksikan ke dalam bumi dengan
jarak L dari elektroda A sampai ke titik pusat O. Sedangkan beda potensial
sebagai akibat dari penginjeksian arus terukur dengan elektroda M dan N, dimana
jarak l dari elektroda N ke titik pusat O
Nilai K didapat dari
=
=
=
=
=
=
−
2
−
−
−
2
+
−2
−
+
2
−
+
+
+
−
(2.14)
(2.15)
(2.16)
( − )( + )
(2.17)
2( )
[( ) − ( ) ]
(2.18)
2( )
[( ) − ( ) ] ∆
(2.19)
2( )
2.7. Kondisi Geologi Daerah Penelitian
Kabupaten Jombang yang secara geologis berada diantara 112o20’01” dan
112o30’01”BT serta antara 7o20’01” dan 7o45’01”LS. Struktur geologi Kabupaten
Jombang didominasi oleh jenis batuan dari hasil gunung api. Berdasarkan jenis
batuan, di Kabupaten Jombang termasuk endapan alluvium dan kwarter dari
gunung api baik berupa kerikil, pasir, tuff, maupun lempung. Menurut Van
Bemmelen, Kabupaten Jombang termasuk dalam Zone Solo dan Zone Kendeng
Ridge. Yang termasuk Zone Solo yaitu Jombang bagian selatan (selatan Sungai
Brantas. Zone Solo merupakan depresi yang ditumbuhi oleh vulkan-vulkan
kuarter. Vulakn kuarter yang ada di Jombang bagian selatan yaitu kompleks
Anjasmoro-Arjuno-Kawi-Butak-Welirang-Kelud.
Bagian
paling
tua
dalam
kompleks ini adalah Gunung Anjasmoro, bahkan tertua pada Zone Solo. Jombang
bagian utara (utara Sungai Brantas) termasuk dalam Zona Kendeng Ridge. Secara
commit to user
regional daerah penelitian termasuk ke dalam lingkungan pengendapan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
kwarter Gunung Anjasmoro. Secara lokal daerah penelitian didominasi oleh
aluvium,endapan lahar, dan batuan gunung api anjasmara tua, beberapa referensi
menyebutkan didominasi aluvium endapan dataran terdiri dari kerikil dan pasir
dengan sisipan lempung.
Gambar 2.9. Peta Geologi Lembar Kediri daerah penelitian skala 1:100.000
commitBandung)
to user
(PPPG,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian telah dilakukan di Kabupaten Jombang, Jawa
Timur. Secara geografis, Kabupaten Jombang berada 112o20’01”BT dan
112o30’01”BT serta 7o20’01”LS dan 7o45’01”LS. Pengambilan data berada di
Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Bareng, Kecamatan Wonosalam, dan
Kecamatan Mojoagung. Waktu pengambilan data
dimulai pada tanggal 30
November 2011 sampai 5 Desember 2011. Pengolahan data penelitian untuk
mengetahui potensi air tanah di Kabupaten Jombang dilakukan selama 6 bulan
pada Juli 2012 hingga Desember 2012
Lokasi
Penelitian
Gambar 3.1. Peta administrasi Kabupaten Jombang
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode geolistrik resistivitas. Kegiatan
penelitian ini meliputi survei tempat dan pengukuran langsung di titik tersebut.
Konfigurasi yang dipakai adalah konfigurasi elektroda schlumberger. Secara
berurutan prosedur penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.2.
Persiapan alat
Pengambilan data sounding
diperoleh AB/2, MN/2, V, I,ρ
Pengolahan data dengan
Software Progress
Ketebalan, kedalaman, ρ
sesungguhnya
Pemetaan dengan
Surfer
Data
sounding
Peta isoresistivitas
berdasarkan kedalaman
Analisa
Informasi peta
geologi
Data Sumur
Bor
Kesimpulan
Gambar 3.2. Bagan metode penelitian
Penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Persiapan Alat
Sebelum pengambilan data dipersiapkan dulu peralatan yang digunakan dan
survei tempat titik lokasi pengambilan data. Peralatan dicek satu per satu jika ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
yang kurang lengkap. Sehingga pada waktu pengambilan data di lapangan tidak
begitu kebingungan dalam memperbaiki alat. Selain itu persiapan bahan yang
dibutuhkan jika terjadi sesuatu di lapangan, seperti kabel terkelupas sehingga
membutuhkan selotip. Maka dalam persiapan alat ini harus dipersiapkan dengan
matang.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah resistivitimeter merk OYO
model 2119C digital McOHM-EL. Menginjeksikan arus dan beda potensial ke
dalam bumi digunakan elektroda sebanyak empat buah. Empat buah kabel gulung
yang masing-masing panjangnya 400 meter. Meteran empat buah yang masingmasing panjangnya 200 meter. Sumber arus yang dipakai adalah arus searah yaitu
satu buah accu 12 V. Menentukan posisi titik yang akan diukur menggunakan
GPS (Global Positioning System). Palu lima buah digunakan untuk memukul
elektroda ke dalam tanah. HT (Hand Talky) empat buah untuk berkomunikasi.
Peralatan tambahan yang lain yaitu multimeter , kalkulator, lembar tabel data,
kertas bilog, dan alat tulis. Peralatan yang digunakan ditunjukkan Gambar 3.3.
(a)
(b)
Gambar 3.3. peralatan yang digunakan
(a) Seperangkat alat Resistivitimeter. (b) alat tulis, kalkulator, GPS, dan HT
b. Pengambilan data
Survei tempat dilakukan untuk menentukan titik lokasi yang digunakan
untuk pengambilan data. Untuk mengetahui titik yang akan diukur digunakan
GPS sebagai penentu titiknya. Yaitu dengan memasukkan koordiant lintang dan
bujur yang diperoleh pada peta. Pengukuran menggunakan metode geolistrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
tahanan jenis dengan konfigurasi elektroda Schlumberger di Kabupaten Jombang,
Jawa Timur terdiri dari sepuluh (10) titik sounding. Sepuluh titik tersebut tersebar
di empat kecamatan yaitu Kecamatan Mojowarno 6 titik, Kecamatan Mojoagung
1 titik, Kecamatan Bareng 1 titik, dan Kecamatan Wonosalam 2 titik. Kemudian
disiapkan
alat resistivitimeter, aki, kabel, dan elektroda. Setelah titik lokasi
ditemukan kemudian dilakukan pengambilan data dengan membentang kabel ke
arah kanan dan kiri sejauh 400 meter. Aki dihubungkan dengan resistivitimeter
sebagai sumber arus, kemudian dari resistivitimeter dihubungkan ke kabel gulung.
Kabel gulung tersebut yang dipasangkan ke elektroda, dimana elektrodanya sudah
ditancapkan ke dalam tanah sesuai dengan lembar tabel data yang sudah disiapkan
sebelumnya. Data-data tersebut memiliki jarak elektroda arus (AB/2) mulai dari 1
sampai 400 meter dan jarak elektroda potensial (MN/2) mulai dari 0,3 sampai 30
meter. Jarak elektroda potensial bisa dipakai untuk beberapa kali pengambilan
data antar jarak elektroda arusnya. Setiap pengambilan data yang masih belum
konsisten nilainya dilakukan pengulangan pengukuran pada titik yang dimaksud.
Sehingga akan diperoleh data yang lebih baik.
Untuk pengambilan data dilakukan tanggal 30 November 2011 sampai 5
Desember 2011. Titik lokasi ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Titik lokasi pengambilan data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Tabel 3.1. Letak koordinat titik Pengambilan data
No.
Titik
Nama Desa
Koordinat
Elevasi (m)
1.
B16
Ds. Mancilan (Kec.
Mojoagung)
07o33’39,41” LS
112o20’47,04” BT
50
2.
B22C
B22C1
4.
B22C2
5.
C12
6.
C21C
7.
C21C1
8.
C21C2
9.
D14
10.
D+
07o36’34,15” LS
112o18’23,10” BT
07o36’13,04” LS
112o19’32,34” BT
07o36’7,36” LS
112o20’16,83” BT
07o39’48,58” LS
112o19’26,97” BT
07o37’38,37” LS
112o18’17,16” BT
07o37’47,11” LS
112o18’13,11” BT
07o37’56,34” LS
112o18’8,67” BT
07o40’18,50”LS
112o22’12,68” BT
07o40’29,61” LS
112o23’31,53” BT
66
3.
Dsn. Ngenden (Kec.
Mojowarno)
Kel. Rejoslamet (Kec.
Mojowarno)
Ds. Mojowarno (Kec.
Mojowarno)
Ds. Nglebak (Kec.
Bareng)
Dsn. Mojojejer (Kec.
Mojowarno)
Dsn. Mojoroto (Kec.
Mojowarno)
Ds. Mojowangi (Kec.
Mojowarno)
Dsn. Pulerejo (Kec.
Wonosalam)
Ds. Panglungan (Kec.
Wonosalam)
54
62
102
72
73
71
408
532
Data yang dicatat dalam lembar tabel data geolistrik adalah arus, beda potensial,
dan resistivitas semu. Resistivitas semu diperoleh dengan menghitung nilai beda
potensial yang sudah dicatat dikalikan dengan faktor geometri kemudian dibagi
arus. Faktor geometri diperoleh ketika pembuatan lembar tabel data dan sesuai
dengan konfigurasi yang dipakai. Setelah diperoleh nilai resistivitas semunya,
kemudian dimasukkan ke kertas bilog sebagai kontrol nilai resistivitas semu.
Kontrol nilai ini dilakukan langsung di lapangan agar diketahui data yang nilainya
kurang bagus, sehingga pada waktu itu juga pengambilan data bisa diulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.5. Suasana penganmbilan data
(a) Pengoloran meteran dan kabel. (b) Penancapan elektroda
(c) Pengukuran dengan Resistivitimter.
c. Pengolahan dengan Software Progress Version 3.0
Pengolahan data mengguanakan software Progress Version 3.0. Data yang
dimasukkan ke dalam software ini adalah AB/2 dan resistivitas semu yang telah
diukur. Hasil pengolahannya berupa data sounding yaitu ketebalan lapisan,
kedalaman, dan nilai resistivitas sesungguhnya arah vertikal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Gambar 3.6. Hasil pengolahan data
d. Pemetaan dengan Software Surfer 10
Dari hasil yang diperoleh pada software Progress Version 3.0, maka dapat
dipetakan dengan software surfer 10. Data yang dimasukkan adalah koordinat
lintang, bujur, dan nilai resistivitas kedalaman tiap titiknya. Pemetaannya
berdasarkan kedalaman yaitu 0-30 meter, 30-60 meter, dan 60-90 meter.
e. Analisa
Tahap selanjutnya analisis hasil pengolahan data dan pemetaan dengan
bantuan informasi peta geologi. Peta geologi dari daerah penelitian sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
menunjang dan membantu penelitian. Melalui peta geologi akan diperoleh
informasi tentang struktur batuan yang menjadi penyusun lapisan batuan daerah
tersebut. Selain peta geologi, data sumur bor juga sangat diperlukan, karena
sebagai kontrol untuk interpretasi data.
f. Kesimpulan
Dari hasil pembahsan maka akan diperoleh beberapa kesimpulan yang
akan menjawab tujuan. Sehingga dari penarikan kesimpulan ini diketahui bahwa
penelitian yang dilakukan menghasilkan apa, apakah berhasil sesuai tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Pengukuran dengan konfigurasi elektroda Schlumberger secara sounding
diperoleh nilai tahanan jenis dan kedalaman secara vertikal pada tiap titik yang
diukur. Data yang diperoleh pada waktu pengukuran masih resistivitas semu,
untuk memperoleh nilai resistiviats sebenarnya maka data tersebut diolah
menggunakan Software Progress. Kemudian nilai resistivitas tiap lapisan yang
berbeda
kedalamannya
dipetakan
dengan
kedalaman
tertentu
diperoleh
interpretasi bawah permukaan. Kedalaman air tanah dapat diketahui dengan
membandingkan nilai resistivitas dengan jenis batuannya. Rentang nilai
resistivitas hasil pengolahan data lempung 1 – 10 Ωm, lempung pasiran 11 – 19
Ωm, pasir lempungan 20 – 30 Ωm, pasir 31 – 90 Ωm, serta pasir kerakalan 91 –
135 Ωm.
IV.1.1. Interpretasi Titik Sounding
1.1.1.
Titik Sounding (B16) Desa Mancilan
Gambar 4.1. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Ds. Mancilan Kec. Mojoagung
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Tabel 4.1. Informasi perlapisan di Ds. Mancilan Kec. Mojoagung
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
50,96
Jenis Batuan
0,0 – 0,44
Ketebalan
(m)
0,44
1
2
0,44 – 10,55
10,11
7,2
Lempung
3
10,55 – 41,44
30,89
19,98
Pasir lempungan
4
41,44 – 74,09
32,65
6,66
Lempung
5
74,09 – 80,07
5,98
13,97
Lempung pasiran
6
80,07 – 85,69
5,62
24,33
Pasir lempungan
7
85,69 – 100,79
15,1
15,63
Lempung pasiran
8
100,79 – 129,96
29,17
20,33
Pasir lempungan
Top soil
Desa Mancilan terletak pada koordinat 07o33’39,41” LS dan 112o20’47,04” BT
dengan elevasi 50 meter. Gambar 4.1 hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan error 8,8%, sedangkan Tabel 4.1 menunjukkan nilai resistivitas batuan
serta pendugaan jenis batuannya. Pendugaan jenis batuan tersebut bedasarkan peta
geologi, litologi daerah ini tersusun oleh kerakal-kerikil, pasir, lempung, dan
lumpur. Selain itu data sumur bor juga berpangaruh terhadap interpretasi
pendugaan jenis batuannya, yang kemudian dihubungkan dengan tabel literatur
resistivitas batuan yang sudah ada. Pada hasil tersebut akuifer yang terdeteksi
diduga mempunyai nilai resistivitas sekitar 19,98 – 24,33 Ωm. Pada kedalaman
10,55 m, memiliki resistivitas 19,98 Ωm diduga lapisan batuannya adalah pasir
lempungan dengan ketebalan 30,89 m. Lapisan ini diduga adalah lapisan akuifer
dangkal. Kedalaman 80,07 m memiliki resistivitas 24,33 Ωm diduga lapisan
batuannya pasir lempungan. Lapisan ini diduga adalah lapisan akuifer dalam
berpotensi kecil karena ketebalannya 5,62 m. Sedangkan kedalaman 100,79 m
memiliki resistivitas 20,33 Ωm diduga lapisan ini berlitologi pasir lempungan.
Pada lapisan ini juga terdeteksi akuifer dalam dengan ketebalan 29,17 m dan
berpotensi besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.2
digilib.uns.ac.id
26
Titik Sounding (B22C) Desa Ngenden
Gambar 4.2. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Desa Ngenden Kec. Mojowarno
Tabel 4.2. Informasi perlapisan di Ds. Ngenden Kec. Mojowarno
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
41,76
Jenis Batuan
0,0 – 0,40
Ketebalan
(m)
0,4
1
2
0,40 – 0,75
0,35
2,37
Lempung
3
0,75 – 8 ,5
7,75
48,74
Pasir
4
8,5 – 30,33
21,83
69,64
Pasir
5
30,33 – 36,93
6,6
33,51
Pasir
6
36,93 – 60,95
24,02
27,84
Pasir lempungan
7
60,95 – 67,03
6,12
57,70
Pasir
8
67,03 – 122,90
55,83
46,41
Pasir
Top soil
Desa Ngenden terletak pada koordinat 07o36’34,15” LS dan 112o18’23,10” BT
dengan elevasi 66 meter. Gambar 4.2 hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan nilai error 5,8% dan Tabel 4.2 menunjukkan nilai resistivitas batuan
serta pendugaan jenis batuannya.commit
Berdasarkan
to user peta geologi, litologi daerah ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
tersusun oleh kerakal-kerikil, pasir, lempung, dan lumpur. Akuifer yang terdeteksi
mempunyai rentang nilai resistivitas antara 27,84 – 46,41 Ωm. Pada kedalaman
8,5 meter diduga terdeteksi akuifer berlitologi pasir. Hal ini menunjukkan bahwa
daerah ini mempunyai muka air tanah yang dangkal. Hasil pengolahan data bahwa
daerah tersebut diduga sebagian besar tersusun oleh pasir. Pada kedalaman 8,5 m
ketebalan lapisan pasir sekita 21,83 m, menunjukkan bahwa lapsisan ini
merupakan akufer dangkal. Pada kedalaman 67,03 m diduga juga terdeteksi
akuifer dengan resistivitas 46,41 Ωm ketebalannya 55,83 m. Ketebalan tersebut
menunjukkan bahwa lapisan tersebut merupakan lapisan akuifer dalam dengan
potensi besar.
1.1.3
Titik Sounding (B22C1) Kel. Rejoslamet
Gambar 4.3. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Kel. Rejoslamet Kec. Mojowarno
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Tabel 4.3. Informasi perlapisan di Kel. Rejoslamet Kec. Mojowarno
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
26,75
Jenis Batuan
0,0 – 0,41
Ketebalan
(m)
0,41
1
2
0,41 – 2,91
2,5
8,16
Lempung
3
2,91 – 13,76
10,85
35,34
Pasir
4
13,76 – 90,48
76,72
31,24
Pasir
5
90,48 – 118,96
28,48
12,04
Lempung pasiran
6
118,96 – 143,93
24,97
9,29
Lempung
7
143,93 – 147,72
3,79
47,44
Pasir
8
147,71 – 156,32
8,6
43,06
Pasir
Kelurahan
Rejoslamet
terletak
pada
koordinat
Top soil
07o36’13,04”
LS
dan
112o19’32,34” BT dengan elevasi 54 meter. Gambar 4.3 hasil pengolahan dengan
software Progress didapatkan nilai error 2,5% dan Tabel 4.3 menunjukkan nilai
resistivitas batuan serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi,
litologi daerah ini tersusun oleh kerakal-pasir gunung api, tuf, lempung, dan sisa
tumbuhan atau peradaban. Rentang nilai resistivitas 31,24 – 47,44 Ωm diduga
lapisan tersebut adalah pasir yang berpotensi terdapat akuifer. Lapisan tersebut
terdeteksi pada kedalaman 2,91 – 13,76 meter dengan ketebalan 10,85 m.
Sedangkan kedalaman 13,76 – 90,48 m yang diduga terdeteksi akuifer memiliki
resistivitas 31,24 Ωm memiliki ketebalan 76,72 m. Diduga pada kedalaman 4
meter sudah dapat ditemukan potensi air yang termasuk muka air tanah. Sesuai
dengan catatan pada waktu pengambilan data bahwa daerah tersebut mempunyai
kedalaman sumur 4 – 7 meter. Akuifer terdeteksi pada kedalaman 13,76 meter
yang diduga akuifer dangkal. Pada kedalaman 143,93 meter diduga terdeteksi
akuifer dengan nilai resistivitas batuannya 47,44 Ωm memiliki ketebalan sekitar
3,79 – 8,6 m. Ketebalan tersebut berpotensi sebagai akuifer, tetapi kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.4
digilib.uns.ac.id
29
Titik Sounding (B22C2) Desa Mojowarno
Gambar 4.4. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
Di Desa Mojowarno Kec. Mojowarno
Tabel 4.4. Informasi perlapisan di Desa Mojowarno Kec. Mojowarno
Lapisan
1
Kedalaman (m) Ketebalan
(m)
0,0 – 1,09
1,09
Resistivitas
(Ωm)
122,96
Jenis Batuan
Top soil
2
1,18 – 7,15
5,97
79,45
Pasir
3
7,15 – 12,65
5,5
15,41
Lempung pasiran
4
12,65 – 18,63
5,98
35,62
Pasir
5
18,63 – 40,08
21,45
132,62
Pasir kerakalan
6
40,08 – 57,72
17,64
33,04
Pasir
7
57,72 – 111,64
53,92
19,75
Pasir lempungan
Desa Mojowarno terletak pada koordinat 07o36’7,36” LS dan 112o20’16,83” BT
dengan elevasi 62 meter. Gambar 4.4 hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan error 9,1% dan Tabel 4.4 menunjukkan nilai resistivitas batuan serta
pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah ini tersusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
oleh breksi gunung api, tuf, lava, dan retas. Pada kedalaman 1,18 – 7,15 m
terdeteksi akuifer dengan nilai resistivitas 79,45 Ωm diduga berlitologi pasir,
Lapisan ini mempunyai ketebalan sekitar 5,97 m dan berpotensi memiliki akuifer
yang kecil. Kedalaman 18,63 – 40,08 m memiliki resistivitas sebesar 132,62 Ωm
diduga berlitologi pasir kerakalan. Pasir kerakalan merupakan pasir dengan
campuran kerakal yang mempunyai porositas sekitar 25 – 30 % dan koefisien
permeabilitas 0,1 – 0,01 (Sosrodarsono & Takeda, 1993). Lapisan ini diduga
sebagai akuifer dengan ketebalan 21,45 m dan merupakan akuifer dangkal dengan
potensi akuifer sedang.
1.1.5
Titik Sounding (C12) Dusun Nglebak
Gambar 4.5. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Dsn. Nglebak Desa Nglebak Kec. Bareng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Tabel 4.5. Informasi perlapisan di Dsn. Nglebak Kec. Bareng
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
45,97
Jenis Batuan
0,0 – 0,35
Ketebalan
(m)
0,35
1
2
0,35 – 1,54
1,19
8,73
Lempung
3
1,54 – 8,97
7,43
11,61
Lempung pasiran
4
8,97 – 16,12
7,15
37,19
Pasir
5
16,12 – 30,36
14,24
63,48
Pasir
6
30,36 – 47,15
16,79
26,03
Pasir lempungan
7
47,15 – 67,79
20,64
27,20
Pasir lempungan
8
67,79 – 126,88
59,09
36,99
Pasir
Top soil
Dusun Nglebak terletak pada koordinat 07o39’48,58” LS dan 112o19’26,97” BT
dengan elevasi 102 meter. Gambar 4.5 hasil pengolahan dengan software
Progress didapatkan nilai error 6,1% dan Tabel 4.5 menunjukkan nilai resistivitas
batuan serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah
ini tersusun oleh breksi gunung api, tuf, lava, dan retas. Akuifer terdeteksi
mempunyai rentang nilai resistivitas 26,03 – 63,48 Ωm, dengan akuifer dangkal
diduga terdapat pada kedalaman 8,97 – 16,12 m berlitologi pasir. Lapisan ini
memiliki ketebalan 7,43 m dan berpotensi akuifer kecil. Sebagian besar daerah ini
disusun oleh lapisan pasir. Pada kedalaman 67,79 – 126,88 m diduga terdeteksi
akuifer dengan resistivitas 36,99 Ωm berlitologi pasir. Lapisan ini memiliki
ketebalan 59,09 m berpotensi akuifer besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.6
digilib.uns.ac.id
32
Titik Sounding (C21C) Dusun Mojojejer
Gambar 4.6. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
Di Dsn. Mojojejer Desa Mojowangi Kec. Mojowarno
Tabel 4.6. Informasi perlapisan di Dsn Mojojejer Ds. Mojowangi
Kec. Mojowarno
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
49,69
Jenis Batuan
0,0 – 0,71
Ketebalan
(m)
0,71
1
2
0,71 – 4,50
3,79
6,00
Lempung
3
4,50 – 17,40
12,9
26,94
Pasir lempungan
4
17,40 – 24,13
6,73
45,52
Pasir
5
24,13 – 35,47
11,34
78,56
Pasir
6
35,17 – 68,42
32,95
7,49
Lempung
7
68,42 – 83,89
15,47
12,85
Lempung pasiran
8
83,89 – 130,82
46,93
17,76
Lempung pasiran
Top soil
Dusun Mojojejer terletak pada koordinat 07o37’38,37” LS dan 112o18’17,16” BT
dengan elevasi 72 meter. Gambar 4.6 hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan nilai error 4,1% dan Tabel 4.6 menunjukkan nilai resistivitas batuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah ini
tersusun oleh kerakal-pasir gunung api, tuf, lempung, dan sisa tumbuhan atau
peradaban. Kedalaman 4,50 – 17,40 meter dengan nilai resistivitas 26,94 Ωm
diduga sebagai akuifer berlitologi pasir lempungan. Ketebalan lapisan ini adalah
12,9 m. Lapisan di bawahnya memiliki resistivitas 45,52 Ωm berada pada
kedalaman 17,40 – 24,13 diduga lapisan ini berlitologi pasir. Ketebalan lapisan
pasir ini sekitar 6,73 m, berpotensi sebagai akuifer, tetapi kecil. Pada kedalaman
35,17 – 68,42 m mempunyai nilai resistivitas 7,49 Ωm. Lapisan ini diduga
lempung dengan ketebalan 32,95 m. Lempung mempunyai porositas yang tinggi
yaitu 45 – 55 % (Todd, 2005) dibandingkan dengan pasir, tetapi koefisien
permeabilitas lempung sangat kecil karena ukuran partikel lempung yang sangat
kecil yaitu 0,0001 (Sosrodarsono dan Takeda, 1993). Ukuran butir atau partikel
inilah yang membuat lempung kedap air atau lapisan ini adalah lapisan
impermeabel.
1.1.7
Titik Sounding (C21C1) Dusun Mojoroto
Gambar 4.7. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
Di Dusun. Mojoroto Desa Mojowangi Kec. Mojowarno
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Tabel 4.7. Informasi perlapisan di Dsn. Mojoroto Ds. Mojowangi
Kec. Mojowarno
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
37,96
Jenis Batuan
0,0 – 1,07
Ketebalan
(m)
1,07
1
2
1,07 – 5,07
4
5,20
Lempung
3
5,07 – 18,06
12,99
48,03
Pasir
4
18,06 – 34,45
16,39
23,96
Pasir lempungan
5
34,45 – 45,67
11,22
34,39
Pasir
6
45,67 – 53,99
8,32
49,06
Pasir
7
53,99 – 64,15
10,16
96,75
Pasir kerakalan
8
64,15 – 149,44
85,29
7,01
Lempung
Top soil
Dusun Mojoroto terletak pada koordinat 07o37’47,11” LS dan 112o18’13,11” BT
dengan elevasi 73 meter. Gambar 4.7. hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan nilai error 5,6% dan Tabel 4.7 menunjukkan nilai resistivitas batuan
serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah ini
tersusun oleh kerakal-pasir gunung api, tuf, lempung, dan sisa tumbuhan atau
peradaban. Kedalaman 5,07 meter diduga terdeteksi akuifer dengan nilai
resistivitas 48,03 Ωm dengan litologi daerah tersebut adalah pasir lapisan ini
termasuk muka air tanah dangkal. Lapisan ini diduga lapisan akuifer dangkal
dengan ketebalan 12,99 meter. Pada kedalaman 18,06 – 34,45 meter memiliki
nilai resistivitas 23,96 Ωm lapisan penyusunnya adalah pasir lempungan yang
diduga lapisan akuifer. Pada kedalaman 53,99 – 64,15 meter memiliki resistivitas
96,75 Ωm, diduga lapisan ini berlitologi pasir kerakalan. Lapisan ini berpotensi
akuifer, tetapi berpotensi kecil karena memiliki ketebalan 10,16 meter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.8
digilib.uns.ac.id
35
Titik Sounding (C21C2) Desa Mojowangi
Gambar 4.8. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Ds. Mojowangi Kec. Mojowarno
Tabel 4.8. Informasi perlapisan di Ds. Mojowangi Kec. Mojowarno
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
42,51
Jenis Batuan
0,0 – 1,44
Ketebalan
(m)
1,44
1
2
1,44 – 2,16
0,72
1,18
Lempung
3
2,16 – 11,37
9,21
20,28
Pasir lempungan
4
11,37 – 24,21
12,84
55,02
Pasir
5
24,21 – 29,71
5,5
28,55
Pasir lempungan
6
29,71 – 44,55
14,84
24,89
Pasir lempungan
7
44,55 – 61,01
16,46
32,97
Pasir
8
61,01 – 133,71
72,7
6,21
Lempung
Top soil
Desa Mojowangi terletak pada koordinat 07o37’56,34” LS dan 112o18’8,67” BT
dengan elevasi 71 meter. Gambar 4.8 hasil pengolahan dengan software Progress
didapatkan nilai error 3,7% dan Tabel 4.8 menunjukkan nilai resistivitas batuan
serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
tersusun oleh kerakal-pasir gunung api, tuf, lempung, dan sisa tumbuhan atau
peradaban. Pada kedalaman 2,16 – 11,37 meter diduga terdeteksi akuifer dengan
nilai resistivitas sebesar 20,28 Ωm yang berupa pasir lempungan, diduga pada
kedalaman ini air sudah dapat ditemukan. Ketebalan lapisan ini adalah 9,21 meter
berpotensi sebagai akuifer, tetapi kecil. Setelah lapisan tersebut pada kedalamn
11,37 – 24,21 meter dengan nilai resistivitas 55,02 Ωm litologi batuannya adalah
pasir. Ketebalan lapisan ini adalah 12,84 meter, lapisan ini diduga berpotensi
sebagai akuifer kecil. Hasil pengolahan, diduga pada kedalaman 4 meter air sudah
dapat ditemukan yang merupakan muka air tanah, sedangkan pada kedalaman
44,55 – 61,01 meter diduga terdapat air tanah dalam mempunyai resistivitas
sebesar 32,97 Ωm dengan litologinya pasir. Lapisan ini memiliki katebalan sekitar
16,46 meter dan berpotensi akuifer keci.
1.1.9
Titik Sounding (D14) Dusun Pulerejo
Gambar 4.9. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Dsn. Pulerejo Kec. Wonosalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Tabel 4.9. Informasi perlapisan di Dsn. Pulerejo Kec. Wonosalam
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
28,50
Jenis Batuan
0,0 – 0,73
Ketebalan
(m)
0,73
1
2
0,73 – 4,11
3,38
15,95
Lempung pasiran
3
4,11 – 12,02
7,91
18,11
Lempung pasiran
4
12,02 – 40,98
28,96
71,85
Pasir
5
40,98 – 50,01
9,03
3,37
Lempung
6
50,01 – 54,15
4,14
69,11
Pasir
7
54,15 – 87,41
33,26
123,64
Pasir kerakalan
8
87,41 – 134,33
46,92
91,80
Pasir kerakalan
Top soil
Dusun Pulerejo terletak pada koordinat 07o40’18,50” LS dan 112o22’12,68” BT
dengan elevasi 408 meter. Gambar 4.9 hasil pengolahan dengan software
Progress didapatkan nilai error 4,8% dan Tabel 4.9 menunjukkan nilai resistivitas
batuan serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi, litologi daerah
ini tersusun oleh breksi gunung api, tuf, lava, dan retas. Akuifer terdeteksi pada
kedalaman 12,02 – 40,98 meter dengan nilai resistivitas sebesar 71,85 Ωm yang
tersusun oleh pasir. Lapisan ini diapit oleh lapisan lempung yang mempunyai nilai
resistivitas di bawahnya yaitu 3,37 Ωm dan di atasnya 18,11 Ωm diperkirakan
lempung pasiran. Lempung bersifat kedap air, sehingga lapisan yang terapit ini
diduga lapisan akuifer tertekan karena berada pada lapisan yang kedap air.
Lapisan akuifer ini termasuk akuifer dangkal dengan kedalaman kira-kira 15
meter. Ketebalan lapisan ini sekitar 28,96 meter dan berpotensi akuifer sedang.
Lapisan dibawahnya berada pada kedalaman 50,01 meter diduga tersusun oleh
pasir dengan resistivitas 69,11 Ωm, ketebalannya sekitar 4,14 meter. Pada
kedalaman 54,15 – 87,41 meter dengan resistivitas 123,64 Ωm terdeteksi akuifer
diduga berlitologi pasir kerakalan. Lapisan ini memiliki ketebalan 33,26 meter,
karena pada kedalaman tersebut maka lapisan ini termasuk akuifer dalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.1.10
digilib.uns.ac.id
38
Titik Sounding (D+) Desa Panglungan
Gambar 4.10. Kurva dan Log resistivitas batuan terhadap kedalaman
di Ds. Panglungan Kec. Wonosalam
Tabel 4.10. Informasi perlapisan di Ds. Panglungan Kec. Wonosalam
Lapisan
Kedalaman (m)
Resistivitas
(Ωm)
67,95
Jenis Batuan
0,0 – 1,62
Ketebalan
(m)
1,62
1
2
1,62 – 6,71
5,09
71,07
Pasir
3
6,71 – 15,74
9,03
44,82
Pasir
4
15,74 – 24,45
8,71
10,28
Lempung
5
24,45 – 34,49
10,04
18,49
Lempung pasiran
6
34,49 – 55,57
21,08
16,65
Lempung pasiran
7
55,57 – 74,83
19,26
32,05
Pasir
8
74,83 – 132,54
57,71
46,82
Pasir
Top soil
Desa Panglungan terletak pada koordinat 07o40’29,61” LS dan 112o23’31,53” BT
dengan elevasi 408 meter. Gambar 4.10 hasil pengolahan dengan software
Progress didapatkan nilai error 10,7% dan Tabel 4.10 menunjukkan nilai
resistivitas batuan serta pendugaan jenis batuannya. Berdasarkan peta geologi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
litologi daerah ini tersusun oleh breksi gunung api, tuf, lava, dan retas. Akuifer
terdeteksi pada kedalaman 6 meter dengan lapisan penyusunnya diduga pasir
mempunyai rentang nilai resistivitas 44,82 Ωm. Akuifer yang terdeteksi pada
kedalaman tersebut termasuk ke dalam muka air tanah, karena pada kedalaman
tersebut diduga sudah ditemukan air. Ketebalan lapisan ini sekitar 9,03 meter
berpotensi akuifer, tetapi kecil. Kemudian pada kedalaman 55, 57 meter dengan
nilai resistivitas 32,05 Ωm diduga terdeteksi akuifer berlitologi pasir. Ketabalan
lapisan ini sekitar 19,26 meter, berpotensi akuifer sedang. Terdapat dalam catatan
saat pengambilan data bahwa daerah ini dekat dengan sumber air.
IV.1.2. Interpretasi Pemetaan Akuifer
Hasil pengolahan dapat diketahui kedalaman dan ketebalan lapisan batuan
hingga kedalaman 180 – 220m. Pemetaannya berdasarkan kedalaman, mulai dari
kedalaman 0 – 30m, 30 – 60m, dan 60 – 90m,. Kemudian dipetakan berdasarkan
nilai resistivitas mneggunakan software Surfer, untuk masukan X Bujur Timur, Y
Lintang Selatan, dan Z rho pada kedalaman tertentu. Rho yang dimasukkan
merupakan rho pada lapisan tersebut yang memiliki potensi akuifer besar. Selain
itu litologi batuan juga berpengaruh terhadap besar kecilnya potensi sumber air
tanah tersebut.
Hasil pengolahan data secara sounding menggunakan Software Progress
diperoleh nilai resistivitas sebenarnya, kedalaman, serta ketebalan lapisan
tersebut. Nilai resistivitas serta litologi batuannya dapat dilihat sebagai contoh
pada Tabel 4.9. dengan nilai resistivitas 3,37 Ωm berlitologi lempung. Sedangkan
rentang nilai resistivitas 69,11 – 71,85 Ωm berlitologi pasir, dengan ukuran
partikel 0,02 – 0,2 mm membuat air lebih banyak tertampung dan koefisien
permeabilitas pasir 0,1 – 0,001 air lebih mudah melewatinya (Seyhan, 1990).
Secara umum peta hidrogeologi daerah penelitian hanya mencantumkan
warna yang mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut memiliki potensi air tanah
yang baik maupun kurang baik. Masih kurangnya informasi mengenai kedalaman
potensi air tanah khususnya pada daerah penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Gambar 4.11. Peta Indikasi Potensi Air tanah daerah penelitian
(Dept. Pekerjaan Umum Kab. Jombang)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
1.2.1. Pemetaan dengan kedalaman 0 – 30 meter
Gambar 4.12. Peta kedalaman 0 – 30 meter
Hasil pengolahan data tersebut kemudian dikorelasikan dengan geologi daerah
penelitian serta data sumur bor sebagai referensi pendugaan lapisan akuifernya.
Berdasarkan nilai resistivitas batuan atau material, tiap lapisan mempunyai nilai
resistivitas yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan jenis batuan atau material
yang ada di bawah permukaan tanah berbeda-beda. Pada peta isoresitivitas diatas
menunjukkan nilai resistivitas pada kedalaman yang berbeda, dengan kontur
warna persebaran nilai resistivitas yang sama untuk beberapa titik yang warnanya
sama.
Peta kedalaman 0 – 30 m menunjukkan distribusi lapisan batuan untuk
masing-masing titik yang ditandai dengan warna kuning sebagai titik pengambilan
data. Desa Mancilan didominasi commit
warna to
biru
tua merupakan interpretasi lapisan
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
batuan yang mempunyai rentang nilai resistivitas 20 – 30 Ωm. Lapisan batuan ini
diduga pasir lempungan dengan ketebalan lapisan sekitar 30,89 m. Informasi peta
geologi menunjukkan Desa Mancilan didominasi oleh aluvium yaitu kerakal,
kerikil, pasir, lempung, dan lumpur. Desa Mojowarno didominasi warna merah
merupakan interpretasi lapisan batuan yang mempunyai rentang nilai resistivitas
91 – 135 Ωm. Lapisan batuan tersebut diduga pasir kerakalan dengan ketebalan
lapisan sekitar 21,45 m. Menurut informasi peta geologi, Desa Mojowarno
didominasi oleh batuan gunung api anjasmara tua yaitu breksi gunung api, lava,
tuff, dan retas. Sedangkan titik daerah yang berwarna biru sebagian besar
didominasi lapisan batuan dengan rentang nilai 31 – 90 Ωm. Lapisan batuan ini
diduga pasir dengan ketebalan tiap titik yang berbeda-beda.
Ketiga lapisan ini mempunyai potensi sebagai penyusun lapisan pembawa
air atau akuifer. Batun pasir berpotensi baik sebagai penyusun akuifer daripada
batuan pasir lempungan karena batuan pasir mempunyai porositas dan
permeabilitas yang tinggi daripada batuan pasir lempungan. Batuan pasir
lempungan merupakan bataun pasir yang terdapat sisipan lempung didalamnya.
Batuan pasir kerakalan memiliki potensi yang lebih baik sebagai penyusun akuifer
karena ukuran butir efektifnya adalah >2 mm. Ukuran butir tersebut lebih besar
daripada pasir maupun pasir lempungan, sehingga lebih mudah dalam meloloskan
air. Namun, dilihat dari ketebalan lapisan pembawa iar juga berpenagruh terhadap
baik tidaknya potensi akuifer tersebut. Ketebalan lapisan pasir lempungan di
Dusun Mojoroto dan Desa Mojowangi adalah 16,39 m serta 14,84 m. Ketebalan
lapisan pasir di Kelurahan Rejoslamet adalah 76,72 m, Dusun Ngenden 21,83 m,
Desa Nglebak 14,24 m, Dusun Mojojejer 11,34 m, Dusun Pulerejo 28,96 m, dan
Desa Panglungan 9,03 m.
Menurut ketebalan lapisannya, Desa Mancilan dan Dusun Pulerejo
mempunyai potensi akuifer yang baik. Namun, Kelurahan Rejoslamet mempunyai
potensi akuifer yang sangat baik dan labih besar, karena mempunyai ketebalan
yang lebih tebal dari kedua desa tersebut. Desa Panglungan mempunyaipotensi
akuifer yang kecil jika dilihat dari ketebalan lapisannya, sedangkan desa dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
dusun yang lain mempunyai potensi akuifer berdasarkan ketebalannya. Pada Peta
Indikasi Potensi Air Tanah Kabupaten Jombang yangdigunakan sebagai acuan,
Desa Mancilan dan Dusun Ngenden pada kedalaman dangkal memiliki potensi air
tanah yang baik. Kecamatan Mojowarno dan Bareng memiliki potensi air tanah
baik / terbatas setempat, sedangkan Kecamatan Wonosalam terbatas setempat.
Hasil pemetaannya menunjukkan bahwa Kecamatan Wonosalam mempunyai
potensi air tanah yang sedang dan kecil. Sedangkan Kecamatan Mojowarno
memiliki potensi air tanah sedang. Hasil tersebut masih sesuai dengan data pada
Peta Indikasi Potensi Air Tanah.
1.2.2. Pemetaan dengan kedalaman 30 – 60 meter
Gambar 4.13. Peta kedalaman 30 – 60 meter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Peta 30 – 60 m menunjukkan distribusi lapisan batuan. Pada kedalaman 30 – 60 m
ada daerah yang didominasi warna coklat berada di Desa Mancilan merupakan
interpretasi dari lapisan batuan dengan nilai resistivitas 5 – 10 Ωm. Lapisan
batuan ini diduga adalah lempung dengan ketebalan 32,65 m, di Dusun Mojojejer
lapisan batuannya diduga adalah lempung karena memiliki nilai resistivitas 7,49
Ωm. Tebal lapisan batuan lempung ini adalah 32,65 m. Namun, pada peta tidak
kelihatan distribusinya, dikarenakan jarak dengan titik yang lain sangat denkat
sehingga nilai tersebut tidak terdistribusikan dengan baik. Kelurahan Rejoslamet
masih pada lapisan yang sama dengan atasnya yaitu pasir, karena ketebalannya
76,72 m.
Daerah yang berwarna merah yaitu Dusun Pulerejo memiliki rentang nilai
resistivitas 91 – 125 Ωm, litologi penyusunnya adalah pasir kerakalan dengan
ketebalan lapisan 33,26 m. Dusun Ngenden dan Desa Nglebak memiliki nilai
resistivitas 20 – 30 Ωm, lapisan ini diduga lapisan batuan pasir lempungan.
Masing – masing lapisan ini memepunyai ketebalan sebesar 24,02 m dan 20,64 m.
Daerah yang didominasi warna biru muda memiliki rentang nilai resistivitas
sekitar 31 – 90 Ωm, lapisan ini diduga adalah pasir dengan kedalaman tiap titik
yang berbeda – beda. Ketebalan lapisan batuan pasir di Desa Mojowarno 17,64 m,
Dusun Mojoroto 11,22 m, Desa Mojowangi 16,64 m, dan Desa Panglungan 19,26
m. Kelurahan Rejoslamet masih mempunyai sumber potensi akuifer yang besar
setelah itu Dusun Pulerejo dan Dusun Ngenden. Sedangkan Desa Mojowarno,
Desa Nglebak, Dusun Mojoroto,Desa Mojowangi, dan Desa Panglungan
mempunyai sumber potensi akuifer sedang berdasarkan ketebalan lapisannya.
Namun, Desa Mancilan dan Dusun Mojojejer bukan merupakan lapisan penyusun
akuifer karena batuan lempung mempunyai permeabilitas yang rendah yaitu
0,0001 maka sangat sulit untuk meloloskan air. Lapisan batuan lempung ini
disebut juga lapisan kedap air / impermeabel.
Peta Indikasi Potensi air tanah menunjukkan Desa Mancilan dan Dusun
Ngenden memiliki potensi air tanah yang baik. Kecamatan Mojowarno dan
Bareng memiliki potensi air tanah yang baik. Sedangkan Kecamatan Wonosalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
memiliki potensi air tanah yang baik / terbatas setempat. Menurut pemetaannya
Desa Mancilan dan Dusun Mojojejer (Kec. Mojowarno) memiliki potensi air
tanah yang kecil, diduga daerah tersebut didominasi oleh lempung dan lempung
pasiran. Kecamatan Wonosalam memiliki potensi air tanah sedang di Desa
Panglungan, sedangkan Dusun Pulerejo memiliki potensi air tanah yang besar.
1.2.3. Pemetaan dengan kedalaman 60 – 90 meter
Gambar 4.14. Peta kedalaman 60 – 90 meter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Pada peta kedalaman 60 – 90 m menunjukkan Dusun Mojoroto dan Desa
Mojowangi memiliki nilai resistivitas batuan 5 – 10 Ωm, diduga lapisan ini adalah
lempung. Masing – masing mempunyai ketebalan sebesar 85,29 m dan 72,7 m,
lapisan ini merupakan lapisan kedap air. Sedangkan Dusun Mojojejer memiliki
rentang resistivitas 11 – 19 Ωm, diduga lapisan ini adalah lapisan lempung
pasiran. Ketebalan lapisan ini sekitar 46,93 m, dimana lapisan ini kurang baik
sebagai lapisan penyusun akuifer, karena lapisan ini merupakan lapisan lempung
yang tersisipi oleh pasir. Desa Mancilan dan Desa Mojowarno memiliki rentang
resistivitas 20 – 30 Ωm, diduga lapisan ini merupakan lapisan pasir lempungan.
Ketebalan masing – masing lapisan adalah 5,62 m dan 53,92 m.
Desa Nglebak, Dusun Ngenden, dan Desa Panglungan memiliki rentang
resitivitas sama dengan Kelurahan Rejoslamet diduga lapisan penyususnnya
adalah pasir. Kedalaman masing – masing adalah 59,09 m,55,83 m, dan 57,71 m,
dengan ketebalan sebesar ini ketiga desa tersebut memiliki sumber potensi akuifer
yang besar kedua setelah Kelurahan Rejoslamet.Dusun Mojojejer, Dusun
Mojoroto, dan Desa Mojowangi merupakan daerah dengan potensi sumber kecil
karen lapisan penyusun pada kedalaman ini adalah lempung.
Desa Mancilan dan Dusun Ngenden memiliki potensi air tanah yang baik
menurut Peta Indikasi Potensi Air Tanah. Kecamatan Mojowarno dan Bareng
memiliki potensi air tanah yang baik pula, sedangkan di Kecamatan Wonosalam
memiliki potensi air tanah yang baik / terbatas setempat. Hasil pemetaannya
menunjukkan bahwa Kecamatan Mojowarno memiliki potensi air tanah yang
kecil, karena didominasi oleh lempung dan lempung pasiran.
Penambahan data hidrogeologi berupa kedalaman sumber potensi air tanah
untuk masing – masing kedalaman dengan rentang kedalaman terdapat pada Tabel
4.11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 4.11. Penambahan data kedalaman potensi air tanah
Notasi
0 – 30 (Dangkal)
Baik
Kedalaman (m)
30 – 60 (Sedang)
Baik
60 – 90 (Dalam)
Baik
Baik
Baik / Kecil
Baik / Kecil
Baik
Kecil
Baik
Berdasarkan data pada Peta Indikasi Potensi Air Tanah, kemudian dibandingkan
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa desa atau dusun yang
tidak sesuai dengan data pada Peta. Ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa
masih terdapatnya potensi air tanah di beberapa daerah dengan kedalaman
tertentu. Selain itu, lapisan penyusun batuan juga mempengaruhi dalam
pembentukan lapisan air tanah, karena tidak semua lapisan batuan mampu
menampung serta meloloskan air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
a. Hasil pengolahan data secara sounding menunjukkan keempat daerah
tersebut lapisan batuannya diduga tersusun oleh lempung dengan nilai resistivitas
1 – 10 Ωm, lempung pasiran 11 – 19 Ωm, pasir lempungan 20 – 30 Ωm, pasir 31
– 90 Ωm, serta pasir kerakalan 91 – 135 Ωm. Diduga lapisan akuifer berada pada
lapisan penyusun pasir lempungan, pasir, dan pasir kerakalan.
b. Hasil pengolahan secara pemetaan berdasarkan nilai resistivitas pada
kedalaman tertentu daerah yang mempunyai potensi akuifer kedalaman 0 – 30 m
adalah Kelurahan Rejoslamet, Dusun Pulerejo, Desa Mancilan. Potensi akuifer
kedalaman 30 – 60 m adalah Kelurahan Rejoslamet dan Dusun Pulerejo. Potensi
akuifer kedalaman 60 – 90 m adalah Kelurahan Rejoslamet, Dusun Ngenden,
Dusun Pulerejo, Desa Nglebak, Desa Panglungan.
IV.2. Saran
Perlu dilakukan studi geolistrik lebih lanjut untuk kecamatan yang hanya
diukur satu titik dengan menambah titik lintasan lagi. Sehingga distribusi
penyebaran lapisan akuifer terwakilkan dengan penambahan titik yang lebih rapat.
Selain itu disarankan menggunakan metode geolistrik dengan konfigurasi yang
lain, serta dalam interpretasi data atau pemetaannya dengan 3 dimensi.
commit48to user
Download