PENGARUH LATIHAN PENGUATAN OTOT TUNGKAI BAWAH DENGAN METODE ONE REPETITION MAXIMUM (1RM) TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN LANJUT USIA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sain Terapan Fisioterapi Disusun oleh : MEYTA TATARINA J110080060 PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ABSTRACT MUSCLE STRENGTHENING EFFECT OF THE LEG WITH ONE REPETITION MAXIMUM (1RM) METHODE FOR THE BALANCING OF ELDERLY. Meyta Tatarina. J110080060:. Student of Program Study at Diploma IV physioterapy, Muhammadiyah University Of Surakarta. (Consist of : 38 Guide,V chapters, III Figure, VI Tables) (Guided by : Dwi Rosella K, SST.Ft, M.Fis and Sugiono, SST.Ft). Period of aging cause a variety of changes in physiological systems. One impact of these changes is the disruption or reduction muskuluskeletal system, neuromuscular and cardiorespiratory, where the decline in physiological systems that result in reduced system of balance in elderly patients. This research aims to determine the effect of strengthening the leg muscles by the method of one repetition maximum (1RM) for the balance of the elderly, where 1 RM is the maximum load that can lift one time through a range of motion. Dose of exercise can be adjusted with the objectives to be achieved for example in the mobilization, coordination, endurance and muscle strengthening. The research place Conducted in the village 1 dan 2 Ngreden Kadus, Wonosari, Klaten for 3 weeks. This study uses experiments with quasi-experiment approach and research design with pre and post test control design. The number of samples in this study were 36 samples, consisting of 18 subjects treated 18 subjects as controls. The data obtained were not normally distributed, statistical tests using the Wilcoxon test on getting the results of 0.317, meaning there is no balance of influence between the elderly who do not follow the practice. While the results obtained in the treated group 0.000, meaning there is the influence of lower extremity muscle strengthening exercises with the 1RM method to balance the elderly. Based on the Mann-Whitney test showed that there are different levels of balance between the elderly control group (no exercise) in the treatment group (exercise) p = 0.000. Thereby the lower leg muscle strengthening exercise with the 1RM method effective the increased balance of elderly. Key words: Exercise 1RM, balance, elderly. PENDAHULUAN Penduduk dunia mengalami penuaan dengan sangat cepat karena peningkatan angka harapan hidup dan program pembatasan kelahiran. Diperkirakan proporsi lansia (60 tahun keatas) akan menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% di tahun 2050. Di Indonesia sendiri jumlah lansia pada tahun 2010 sekitar 24 juta jiwa atau 9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Tahun 2020 diperkirakan lansia meningkat menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari total jumlah penduduk, yang di ungkapkan oleh Kepala Pusat Intelegensia Kemenkes (Sutriyanto, 2012). Beberapa hal yang akan di hadapi lansia yang salah satunya adalah masalah keseimbangan yang menyebabkan meningkatnya risiko jatuh pada lansia karena gangguan keseimbangan. Setelah masa lansia tiba seseorang pasti akan mengalami berbagai macam kemunduran dan perubahan. Misalnya terjadinya perubahan morfologis pada otot yang berakibat terjadinya perubahan fungsional otot yang juga berakibat pada terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan dan reaksi. Penurunan fungsional dan penurunan kekuatan otot akan mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh lansia (Kusnanto et all., 2007). Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa latihan keseimbangan yang di lakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu dapat dapat meningkatkan keseimbangan postural lansia (Kusnanto et all., 2007) dan latihan penguatan otot memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan keseimbangan lansia ( Howe et all.,2008). Menurut Hess et all (2005) latihan penguatan otot dengan intensitas tinggi dengan 1RM dapat meningkatkan keseimbangan lansia. Menurut Whardani et all (2011) bahwa penguatan otot quadrisep femoris di rumah dapat meningkatkan keseimbangan lansia. Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh latihan penguatan otot tungkai bawah terhadap tingkat keseimbangan lanjut usia. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh latihan penguatan otot tungkai bawah dengan metode one repetition maximun (1RM) terhadap peningkatan keseimbangan lansia. LANDASAN TEORI Menurut (Pudjiastuti, 2003) proses menua akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan secara fisiologis sesuai dengan kronologis usia, disebut juga penuaan primer yang dipengaruhi oleh faktor endogen berupa perubahan yang dimulai dari sel, jaringan, organ dan sistem pada tubuh. Di dalam proses penuaan akan terjadi beberapa perubahan termasuk perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan fisiologis pada lansia yang mempengaruhi keseimbangannyaitu: a. Sistem muskuloskeletal. Perubahan sistem muskuloskeletal, terjadi pada: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), Kartilago, Tulang. Otot, Sendi, Sistem saraf Sistem saraf pada lansia akan mengalami perubahan morfologis dan biokimia pada susunan saraf pusat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan persepsi sensorik dan respon motorik Sistem kardiovaskuler dan respirasi b. Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi c. Sistem sensoris 1) Visual 2) Somatosensoris 3) Vestibular Pada keadaan menua, kemampuan mempertahankan keseimbangan menjadi berkurang karena terjadiya penurunan sistim tubuh. Impairment keseimbangan dapat menurunkan fungsi, dan membawa kepada disabilitas. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantarana input sensorik dan kekuatan otot (Darmojo, 2011). Keseimbangan merupakan proses yang komplek yang melibatkan kerja sama otak, otot, tulang, dan integrasi input sensorik dan perencanaan serta pelaksanaan gerakan untuk mencapai tujuan yang membutuhkan postur tegak, menjaga seseorang dari jatuh, baik ketika jalan, bangkit, dari duduk atau naik tangga, serta pada permukaan yang tidak rata. Berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada lansia. Faktor yang paling berpengaruh adalah kekuatan otot ekstensor tungkai (Suhartono, 2005). Sedangkan pada lansia akan terjadi penurunan kekuatan otot yang signifikan. Pada lansia, sistem neuromuskuloskeletal mempunyai karakteristik khusus akibat dari proses penuaan, yaitu sistem neuromotor menjadi lambat. Hal ini terjadi secara bersamaan dengan penurunan jumlah dan ukuran serabut otot sehingga terjadi penurunan kekuatan otot secara bertahap. Dengan demikian lansia akan cenderung mengalami penurunan keseimbangan (Suhartono, 2005). Penelitian terdahulu yang relevan diantaranya bahwa latihan keseimbangan yang di lakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu dapat dapat meningkatkan keseimbangan postural lansia (Kusnanto et all., 2007) dan latihan penguatan otot memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan keseimbangan lansia ( Howe et all., 2008). Menurut Hess (2005) latihan penguatan otot dengan intensitas tinggi dengan 1RM dapat meningkatkan keseimbangan lansia. Menurut Whardani et all (2011) bahwa penguatan otot quadrisep femoris di rumah dapat meningkatkan keseimbangan lansia. Meninjau dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka fisioterapi sebagai salah satu profesi yang bergerak dalam bidang peningkatan kapasitas fisik, meningkatkan kebugaran, dan peningkatan keseimbangan yang secara langsung meningkatkan kemampuan fungsional. Akibat penurunan morfologis pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu diantaranya penurunan kekuatan otot. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan duduk ke berdiri dan peningkatan resiko jatuh. (Pudjiastuti, 2003). Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistim kekuatan otot, karena massa otot mulai berkurang, hingga 6% ketika seorang individu menginjak usia 30 tahun. Kekuatan otot baik statis maupun dinamis mulai berkurang ketika seseorang menginjak usia 45 tahun. Sedangkan kekutan otot secara endurance akan berkurang 1% setiap tahunnya (Budiarjo, 2005). Pada usia 60 tahun otot akan kehilangan 10-20% dari keseluruhan kekuatan otot yang dimilikinya di usia 30 tahun (Soejono, 2000 ). Metode 1RM yaitu jumlah tahanan maksimal yang masih mampu dilawan oleh pasien pada satu gerakan saja. Umumnya dilakukan untuk latihan kekuatan, metode cukup sederhana, dan ditujukan pada satu gerakan yang spesifik, one repetition maximum (1 RM), dimana beban maksimum yang dapat diangkat 1 kali melewati sebuah lingkup gerak sendi dan seterusnya. Latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu sesuai dengan pernyataan dari American College of Sport Medicine dalam Kusnanto et all (2007) bahwa latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan postural pada lansia dapat di lakukan 3-4 minggu latihan dengan frekuensi 3X seminggu. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertempat di wilayah Kadus 1 dan 3 Desa Ngreden. 1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pre and Posttest with Control Group Design. Dalam penelitian ini sampel diberikan perlakuan latihan berupa latihan penguatan dengan metode one repetition maximun (1RM) secara rutin 3 kali dalam satu minggu selama tiga minggu, dan kelompok kontrol yang tidak di berikan perlakuan latihan penguatan. a. Besar Sampel 18 responden menurut Perhitungan sample pada penelitian ini berdasarkan penelitian Howe tahun 2007 tentang latihan penguatan otot tungkai bawah dengan metode 1RM. (Lhamshow, 1997) Teknik Pengambilan Sampel adalah menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, Kriteria Inklusi: Lansia yang berusia 60 tahun keatas, Lansia dengan nilai keseimbangan <16, Bersedia ikut dalam penelitian secara sukarela, Tidak mengalami gangguan neurologis dan muskuluskeletal yang mempengaruhi pola jalan, Tidak mengalami gangguan kognitif intelektual, Tidak mengalami penyakit progresif misalnya kanker, Sehat atau tidak sedang sakit saat pemeriksaan dan pemberian, intervensi. Berdasarkan Kriteria Eksklusi: Lansia yang tidak mau menjadi sampel, Mengalami gangguan sensoris, Mengalami gangguan system kardiovaskuler dan respirasi, Mengalami gangguan sistim syaraf pusat, Sedang sakit saat pemeriksaan atau pemberian intervensi, Tidak sedang rutin mengikuti kegiatan olahraga. Berdasarkan Kriteria Pengguguran (drop out): Lansia yang berhenti atas kemauannya sendiri tanpa paksaan, Lansia yang mengikuti intervensi tetapi tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Latihan dilakukan dengan cara pertama subjek diposisikan high sitting di kursi, beban/tahanan diatur untuk masing-masing subjek, beban yang di gunakan adalah sandbags yang berisi pasir dengan berat sesuai dengan kondisi masingmasing pasien, letakkan beban pada bagian anterior ankle dan di ikat. Intensitas yang digunakan 50% dari 1 RM (Hess et all.,2008), beban awal untuk tes submaksimal sebesar 2,5 kg, 8 kali repetisi, 3 sesi latihan, dan waktu istirahat 3 menit diantara sesi dan 2 menit diantara 2 kaki, dosis 50 % untuk gerakan inverse serta eversi ankle, gerakan yang dilakukan adalah flexi-extensi knee, dorsi-plantar flexi ankle serta inverse dan eversi ankle. Hasil Penelitian Tabel 4:1 Distribusi Kelompok Umur Pada Kelompok Perlakuan Kelompok Jumlah 45-59 th (pertengahan ) 60-74 17 (manula tua 74-90 th 1 ( kelompok manula ) >90 th ( sangat tua ) Total 18 Tabel 4:4 Nilai keseimbangan responden Nilai Keseimbangan Perlakuan Pre 0-5 6-10 11-15 18 Total 18 Tabel 4:5 Uji Normalitas Data Presentase 94% 6% 100 % Tanpa Perlakuan Post 18 18 Pre 18 18 post 18 18 Kelompok Statistik P.value Keterangan Perlakuan ,848 ,008 Tidak Normal Tanpa Perlakuan ,841 ,004 Tidak Normal Latihan penguatan otot tungkai bawah dengan metode one repetition maximum (1RM) yang diaplikasikan pada lansia terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap peningkatan keseimbangannya. Berdasarkan hasil uji pengaruh dengan Wilcoxon Test pada kelompok kontrol di ketahui bahwa p > 0,05 yang artinya, tidak ada pengaruh terhadap tingkat keseimbangan lansia yang tidak mengikuti latihan penguatan. Sedangkan pada kelompok perlakuan p < 0,05, artinya, ada pengaruh penguatan otot tungkai bawah dengan metode one repetition maximum (1RM) terhadap tingkat keseimbangan lansia. dilihat dalam hasil statistik yang di peroleh juga terjadi peningkatan rata-rata nilai keseimbangan secara keseluruhan yaitu sebesar 0,58 setelah 3 minggu latihan. Sesuai dengan penelitian dari Kusnanto., et all tahun 2007, yang menyatakan bahwa latihan penguatan otot yang di lakukan selama 3 minggu menyebabkan timbulnya kontraksi otot quadrisep pada lansia yang kemudian akan mengakibatkan timbulnya peningkatan serat otot (hipertropi), serat otot yang hipertropi ini akan mengalami peningkatan system metabolismenya seperti fosfagen, ATP dan fosfokreatin sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan otot quadrisep pada kususnya dan otot tungkai bawah pada umumnya, karena otot quadrisep inilah otot yang paling berperan saat posisi berdiri statik untuk mempertahankan posisi. Dengan adanya peningkatan kekuatan otot pada lansia inilah yang akan di ikuti dengan peningkatan keseimbangan pada lansia. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Howe et all., (2008) menyatakan bahwa latihan penguatan otot tungkai bawah memberikan efek yang signifikan terhadap tingkat keseimbangan lansia. Sedangkan pada pengujian beda data dua sample dengan menggunakan uji Mann Whitney di dapat hasil terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan nilai p < 0,05. Pada kelompok perlakuan hampir semua subyek mengalami peningkatan nilai keseimbangan hal ini membuktikan tentang teori yang di ungkapkan oleh American College of Sport Medicine (2003) bahwa latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot yang pada akhirnya akan meningkatkan keseimbangan postural pada lansia dapat dilakukan 3-4 minggu dengan frekuensi 3X seminggu. Pada kelompok perlakuan juga dapat di peroleh data bahwa latihan penguatan yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan ternyata dapat meningkatkan serta mempertahankan nilai keseimbangan pada lansia. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapat tindakan apapun mengenai latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot yang akan di ikuti oleh peningkatan nilai keseimbangan ternyata mengalami peningkatan sebesar 5,6% hal ini di tinjau dari latar belakang aktivitas subyek yang tidak bisa di kontrol oleh peneliti. Kesimpulan Ada pengaruh penguatan otot tungkai bawah dengan metode one repetition maximum (1RM) terhadap tingkat keseimbangan lanjut usia. Saran 1. Penelitian selanjutnya untuk lebih meningkatkan homogenitas subyek mengenai, lingkungan aktifitas, pekerjaan, jenis kelamin serta masa lalunya. 2. Penelitian selanjutnya agar menggunakan teknik pengukuran keseimbangan, 1RM serta alat pengukuran yang lebih baik. 3. Penelitian selanjutnya agar menggunakan sampel yang lebih banyak. 4. Penelitian selanjutnya agar memberikan fiksasi pada sendi kneenya, agar tidak terjadi gerakan kompensasi pada sendi hipnya. 5. Penelitian selanjutnya agar memberikan beban awal pada tes submaksimalnya sesuai dengan kemampuan tiap responden. 6. Penelitian selanjutnya juga agar melakukan pengukuran 1RM pada post testnya. 7. Penelitian selanjutnya agar memperhatikan jumlah sampel pria dan wanita agar hasil yang didapat lebih valid. DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, et all . 2005. Pengaruh senam aerobic low impact intensitas sedang terhadap kelenturan badan wanita lanjut usia terlatih. Berkala ilmu kedokteran. 37(4:178) Chandler, J.M., 2000; Balance and Falls in the Elderly Issues in Evaluation and Treatment; dalam Guccione A.; Geriatric Physical Therapy; second edition, Mosby, United State of America, hal 281-284. Darmojo, R., 2011; Teori Proses Menua. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 2. Balai Penerbit FKUI Jakarta., hal 1-10. David C. Gosselin. Gender Issues Related to Males Coaching Female Athletes. 23 June 2002 Evan, 2009; Biomekanik Pada Regio Ankle dan Kaki. Diakses tanggal 8 Desember 2012. Dari http://evan-biomekanikankle.blogspot.com/2009/10/biomekanik-pada-regio-ankle-dan-kaki.html Guccione,AA.2000. Geriatric physical Therapy.2nd edition. Philadelpia:Mosby. Hal:45, 102, 285, 461 Gunarto, Sigit.2005. Pengaruh latihan four square step terhadap keseimbangan pada lansia. Tesis. Tidak dipublikasikan. Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik FKUI. Jakarta. Guyton, Arthur C. 1997 . Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC Hardjono, J. 2012. Pengaruh Pemberian Latihan Metode De Lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadrisep. http://www.esaunggul.ac.id/index.php?mib=artikel.detail&id=117 Hislop, Helen J.,et all. 1995. Muscle Testing Techniques of Manual Examination. Edisi 6. University of Southern California: Los Angeles Hess A Jennifer dan Marjorie Woollacott.2005.Effect of High-Intensity StrenngtTraining on Functional Measure of Balance Ability in Balance-Impaired Older Adults.Journal of Manipulatif and physiological Therapeutics.Volume 28.Number 8:October 2005: Page 582-590 Kusnanto, Retno Indarwati dan Nisfil Mufidah . 2007. Peningkatan Stabilitas Postural Pada Lansia Melalui Balance Exercise.Media Ners. Volume 1. Nomor 2 : Oktober 2007: halaman 49 Kusumawati, K. 2003. Pengaruh Latihan Isotonik dengan EN-TREE Terhadap Pengurangan Nyeri dan Perbaikan Kapasitas Fungsional pada OA Lutut. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran: Universitas Indonesia Lamshow, et all, 1997. Besar Sample Minimal Bidang Kesehatan , Gramedia Pustaka Utama : Yogyakarta Lewis, Carol B, et all. 1994. Geriatric Physical Therapy. School of Health Care Sciences: Wasington DC Magee, David.1998. Orthopedic Assesment. Canada: Alabama University. Mustikasari Nina. 2009. Perbandingan Kesimbangan antara anak laki-laki usia 7-10 tahun dan 11-15 tahun dengan CTSIB .UMS: Surakarta Nugroho, W. 2008. Keperawatan gerontik. Edisi 3. Jakarta: EGC Nurse, Indonesian. 2008. Kekuatan Otot Lansia. http://indonesiannursing.com/2008/05/kekuatan-otot-lansia/ diakses tanggal 24 februari 2012 Oostdam, Nicolette., et all. 2009. Design of Fit For2 study: the effects of an exercise program on insulin sensitivity and plasma glucose levels in pregnant women at high risk for gestational diabetes. http://www.biomedcentral.com/1471-2393/9/1 Di akses tanggal 12 mei 2012. Pudjiastuti, 2003; Fisioterapi Pada Lansia; Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta. Rahmanto, Safun. 2008. Hubungan Antara Kekuatan Otot Quadrisep Femoris dengan Tingkat Keseimbangan Postural Pada Lanjut Usia.UMS:Surakarta Siburian, Pirma. 2006. Bagaimana memberdayakan kemampuan fisik lansia, WWW.Waspada.co.id/cetak/indekx.php?article_id=74423. Diakses tanggal 10 februari 2012. Pukul 13.00 Soegiarto.,et all. 2003. American College of Sport Medicine ACSM: Panduan uji latihan jasmani dan peresepannya. Edisi 5. Jakarta: EGC. Soejono, CH.,et all. 2000. Pedoman pengelolaan kesehatan pasien geriatric untuk dokter dan perawat. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Suhartono, 2005, Mekanisme Keseimbangan Postural Pada Lansia; Diakses tanggal 7 Desember 2012. Dari http://contohaskep.blogspot.com/2008/08/mekanisme-keseimbangan-postural pada.html. Sutriyanto, Eko, 2012; Jumlah Lansia di Indonesia, Tribunnews.com.17 juni 2012: Jakarta Stone, 2002; Physical Assesment.Canada.Alabama University. Tinneti, ME.Performance-Oriented Assesement of Mobility Problem in Elderly Patien, JAGS1986;34:119-126. TE Howe,Rochester L,Jackson A,Banks PMH dan Blair VA.2008. Exercise For Improving in Older People (Review).Diakses tanggal 5 Desember 2011; Dari http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org