KANDUNGAN VITAMIN C DAN NILAI SPF SEDIAAN BEDAK TABUR YANG MENGANDUNG EKSTRAK BUAH MURBEI (Morus alba L.) Vania Dainoya Pujianty1), Bina Lohita Sari2)dan Dwi Indriati3) dan 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas pakuan Bogor Universitas Pakuan, Bogor. 1), 2) Abstrak Buah murbei (Morus alba L.) adalah buah tropis. Buah murbei mengandung vitamin C (asam askorbat) yang sangat baik untuk kulit.Buah murbei dapat menghapus bintik-bintik gelap diwajah karena adanya kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. Formulasi bedak terdiri dari talk, zinc stearat, zinc oksid, kalsium karbonat, pengaroma mawar dan penambahan ekstrak kering buah murbei dengan konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; dan 1%. Ekstrak kering dari buah murbei diperoleh dengan metode pengeringan beku dengan menggunakan Freeze Dryer. Pengujian terhadap ekstrak kering meliputi penentuan rendemen ekstrak kering buah murbei, kadar air, kadar abu, uji fitokimia (flavonoid, saponin, tannin, alkaloid) dan kadar vitamin C ekstrak kering. Evaluasi sediaan bedak tabur dilakukan dengan uji kandungan vitamin C, penentuan nilai SPF (Sun Protective Factor) dan uji kesukaan bedak tabur pada 20 panelis.Untuk memastikan keamanan sediaan dilakukan uji iritasi pada subjek manusia.Formulasi sediaan bedak tabur menggunakan ekstrak kering buah murbei sebagai sumber kandungan vitamin C menunjukkan sediaan dapat merata pada kulit, dan memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi sebesar 0,7698 – 1,2626 mg/gram. Sediaan yang diujikan kepada panelis memiliki kandungan vitamin C tertinggi pada formula 4 dan 5. Tingkat kesukaan yang tidak berbeda nyata terhadap setiap parameter organoleptik meliputi warna;aroma;dan kerataan. Tidak menunjukkan reaksi iritasi, dan dengan nilai SPF sebesar 53 73,dapat memberikan proteksi tingkat ultra. Kata Kunci :Buah murbei, bedak tabur, vitamin C ABSTRACT Mulberry (Morus alba L.) is a tropical fruit. Mulberry fruit contains vitamin C (ascorbic acid) which is very good for the skin. Mulberries can remove dark spots on the face because of the vitamin C content is high enough. This study use an experimental laboratory. A powder formulation consist of talc, zinc stearate, zinc oxide, calcium carbonate, roses flavor and the addition of mulberry extract dried at concentrations of 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; and 1%. Dry mulberry extract obtained by freeze-drying method using Freeze Dryer. Test of the dried extract is to determine the yield of dry mulberry extract, moisture content, ash content, phytochemical test (flavonoid, saponins, tannin, alkaloids) and vitamin C dry extract content. The evaluation of powder preparation is performed by testing vitamin C content, the value of SPF (Sun Protective Factor) and hedonic test powder at 20 panelists. To ensure the safety of the preparations, it has done irritation test on humans subjects. Powder formulation using a dry mulberry fruit as a source of vitamin C shows the preparation sticks to the skin and contains vitamin C, which is quite high at 0.7698 to 1.2626 mg / gram. The preparation was tested by the panelists has the highest vitamin C content in the formula 4 and 5. The preference level that was not significantly different with each organoleptic parameter which is color, flavor, and flatness. That is no irritation reaction and the SPF values at 53 to 73, can provide ultra level protection. Keyword :Mulberry fruit, loose powder, vitamin C PENDAHULUAN Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar tempat tinggal (Wasitaatmadja, 1997).Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.Abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa. Adanya kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan efek positif berupa manfaat dari kosmetik dan efek negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997). Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang mengenai kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulit.Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997). Pemakaian bedak sangat dianjurkan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari sehingga kulit dapat tetap sehat.Bedak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama (Depkes RI, 1985). Kontrol kualitas sediaan kosmetika yang beredar di masyarakat sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit yang membahayakan kesehatan. Salah satu cara untuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan sumber vitamin C alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti vitamin C sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang diusung oleh masyarakat modern. Sumber vitamin alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber vitamin C dalam sediaan kosmetik adalah kandungan vitamin C dari mulberry atau murbei (Morus alba L.) yang bewarna merah kehitaman. Kandungan vitamin C pada buah murbei cukup tinggi yaitu sekitar 37,06mg/100 gram bahan segar dan dengan perlakuan penambahan maltodekstrin dengan konsentrasi 30% diperoleh sebesar 71,60mg/100 gr (Utomo, 2013). Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang paling banyak dibutuhkan kulit untuk membantu menetralkan radikal bebas yang menumpuk akibat paparan sinar matahari dan juga usia. Selama ini masih banyak masyarakat yang gemar menggunakan kosmetik yang mengandungvitamin C sintetik, namun penggunaan kosmetik vitamin C sintetik yang berlebihan cukup mengkhawatirkan karena berpotensi menimbulkan efek samping berbahaya. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud memberikan alternatif baru kepada masyarakat dalam penggunaan kosmetik dengan sumber vitamin C alamiberupa bedak tabur dari ekstrak kering buah murbei (Morus alba L.). Sediaan bedak tabur ini diharapkan mengandung vitamin C yang tinggi sebagai antioksidan karena bedak tabir surya akan melindungi kulit dari paparan sinar UV sehingga dapat menahan frekuensi terjadinya kanker kulit. METODE PENELITIAN Bahan Buah mulberry atau murbei, zink oksida, kalsium karbonat, zink stearat, pengaroma mawar, talkum,vitamin C (asam askorbat), aquadest dan etanol 95%. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital, Blender merk Miyako BL-101 PL, mortar dan alu, sudip, penyaring, freeze dryer (Scanvac), ayakan Mesh 100,alat-alat gelas, labu ukur, kuvet danalat spektrofotometer UV-Vis (Optizen POP 5U5701-135013-00®). Prosedur 1. Determinasi Tanaman Tujuan determinasi adalah untuk menetapkan kebenaran sampel yang digunakan dalam penelitian. Determinasi buah murbei dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri morfologi yang ada pada buah murbei di Herbarium Bidang Botani Kebun Raya Bogor. (Herbarium Bogoriense, Ir. H. Juanda 22, Bogor 16122, Indonesia). 2. Pembuatan Ekstrak Kering Buah Murbei Sampel buah murbei (Morus alba L.) disortasi serta dicuci dan ditiriskan, lalu ditimbang berat buah murbei. Buah murbei yang telah ditimbang dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan ditiriskan.Kemudian dimasukkan kedalam blender tanpa menggunakan aqua dest.dan didapat berat sari buah murbei dengan mengukur nilai bj dari sari buah murbei. Pembuatan ektrak kering buah murbei dilakukan dengan menggunakan alat Freeze Dryer, dengan penambahan maltodekstrin 30%, selanjutnya dimasukkan kedalam loyangfreeze dryer yang telah didinginkan dan dimasukkan ke dalam freezer sampai membeku ± 3 hari setelah itu dimasukkan dalam alat freeze dryer. Setelah ± 1 minggu ekstrak dikeluarkan dari alat freeze dryer, kemudiaan ekstrak dimasukkan dalam pouch dan dimasukkan silica gel didalam pouch agar ekstrak tetap dalam keadaan baik. Rendemen ekstrak kering dihitung dengan mengurangi berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat maltodekstrin yang digunakan, kemudian dibagi dengan berat awal buah segar. Perhitungan rendemen ekstrak kering dapat dilakukan berdasarkan persamaan berikut:Rendemen = Bobot ekstrak kering-bobot maltodekstrinx 100 % Bobot buah segar 3. Evaluasi Ekstrak Kering Buah Murbei a. Penentuan Kadar Air Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance Analyzer, yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off terlebih dahulu, kemudiaan pinggan disimpan dibagian tengah dengan penahan punch diatasnya, lalu dilakukan pensetingan alat secara keseluruhan baik progam, akurasi maupun temperature sesuai dengan literature sampel yang ada. Punch disimpan diatas penyangga kemudiaan ditara, ditimbang kurang lebih 5 gram serbuk atau ekstrak kering lalu disimpan kedalam alatnya dan diratakan pada permukaan punch kemudiaan ditutup. Tunggu 10 menit atau adanya bunyi yang menandakan pengujian kadar air telah selesai. Setelah prosesnya selesai, maka persen kadar air dari sampel didapat secara otomatis pada alat tersebut. b. Penentuan Kadar Abu Penetapan kadar abu dengan menimbang kurang lebih 2-3 gram sampel ditimbang seksama, di masukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan pada suhu 550-600℃ dan ditara, serbuk diratakan. Dipijarkan perlahan – lahan hingga arang habis, didinginkan kemudian ditimbang.Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Depkes, 1977). Kadar Abu (%) = x 100% c. Uji Fitokimia Uji Flavonoid Sebanyak 500 mg ekstrak kering ditambahkan 10 mL methanol P, menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit.Saring panas melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan filtrate dengan 10 mL air.Setelah dingin tambahkan 5 mL eter minyak tanah P, kocok hati-hati, diamkan.Ambil lapisan methanol, uapkan pada suhu 40℃ dibawah tekanan.Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat, saring. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL etanol 95%, tambahkan 0,1 gram serbuk magnesium dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron (Depkes RI, 1989). Uji Saponin Sebanyak 500 mg ekstrak kering kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan kemudiaan dikocok kuat – kuat selama 10 detik. Terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang maka terdapat saponin. (Depkes RI, 1989). Uji Tanin Sebanyak 500 mg ekstrak kering ditambahkan 100 mL air, kemudiaan dididihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring.Filtrat yang diperoleh ditambahkan larutan besi (III) klorida 10%.Terbentuknya warna hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin (Depkes, 1977). Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 g ekstrak kering masingmasing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9 ml aquadest, kemudian panaskan selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Bouchardat dan Mayer.Jika dengan Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut dalam methanol P dan dengan Bouchardat terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid (DepKes RI, 1989). d. Penentuan Kadar Vitamin C Ekstrak Kering Buah Murbei Analisis Kandungan Vitamin C : 1. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 100 ppm Vitamin C ditimbang sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas (Wardani, 2012). 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Vitamin C Dipipet 1 mL larutan vitamin C 100 ppm dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL (konsentrasi 2 ppm). Lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas dan dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan menggunakan blanko aquadest. 3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Dipipet larutan vitamin C 100 ppm kedalam labu ukur 50 mL masing-masing sebesar 2 mL; 4 mL; 6 mL; dan 8 mL (4; 8; 12; dan 16 ppm). Kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda batas lalu dihomogenkan, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh (Wardani, 2012). 4. Penentuan Kadar Sampel Ekstrak kering ditimbang sebanyak 5 gram.Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.Selanjutnya, diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang didapat. 4. Formulasi Sediaan Bedak Tabur Formulasi bedak tabur dibuat sebanyak 25gram perbatch persediaan kandungan zat aktif ekstrak kering buah murbei denganberbagai konsentrasi seperti 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%. Cara pembuatan sediaan bedak tabur yaitu dengan cara campurkan zink oksida (ayak sebelumnya dengan ayakan Mesh no. 100) di dalam mortar, kemudian ditambahkan kalsium karbonat,zink stearate, talkum, dan penambahan ekstrak buah murbei, aduk hingga homogen. Tambahkan pengaroma mawar sambil terus diaduk hingga homogen. Akhiri dengan pengayakan mesh 100 , hal tersebut dikarenakan serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Formula bedak tabur untuk kontrol negatif tanpa adanya penambahan ekstrak buah murbei, sedangkan formula bedak tabur kontrol positif adanya penambahan zat aktif vitamin C sebanyak 0,02% dan tanpa penambahan ekstrak buah murbei. 5. Evaluasi Bedak Tabur a. Uji Iritasi Sediaan Pengujian keamanan sediaan dilakukan dengan uji iritasi terhadap 5 orang sukarelawan dewasa 21-24 tahun. Teknik yang digunakan adalah uji tempel terbuka (Pacth Test), yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan kanan sukarelawan seluas 2,5 cm2. Uji keamanan dilakukan pada tempat yang sama selama 3 hari berturut-turut setelah pembuatan dan pada hari terakhir penyimpanan untuk masing – masing sediaan. Gejala yang timbul diamati. Umumnya iritasi akan segera ditunjukkan dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit. Iritasi yang demikian disebut iritasi primer dengan diberi tanda + tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau perekatan pada kulit, maka iritasi ini disebut iritasi sekunder dan diberi tanda ++. b. Uji Kandungan Vitamin C Sediaan Analisis Kandungan Vitamin C : 1. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 100 ppm Vitamin C ditimbang sebanyak 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas (Wardani, 2012). 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Vitamin C Dipipet 1 mL larutan vitamin C 100 ppm dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL (konsentrasi 2 ppm). Lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas dan dihomogenkan.Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan menggunakan blanko aquadest. 3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Dipipet larutan vitamin C 100 ppm kedalam labu ukur 50 mL masing-masing sebesar 2 mL; 4 mL; 6 mL; dan 8 mL (4; 8; 12; dan 16 ppm). Kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda batas lalu dihomogenkan, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh (Wardani, 2012). 4. Penentuan Kadar Sampel Bedak tabur ditimbang sebanyak 12,5 gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas kemudian dihomogenkan. Selanjutnya, dilakukan proses penyaringan dan hasil filtrat diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang didapat. c. Penentuan Nilai Sun Protective Factor Penentuan efektivitas UV Protectiondilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan alat spektrofotometer UV-Vis dari bedak taburyang mengandung ekstrak kering buah murbei, kontrol positif, kontrol negatif, dan salah satu bedak tabur dipasaran. Bedak tabur di encerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak 0,1 gram masing-masingdilarutkan dalam etanol 95% sebanyak 25 mL dicampur hingga homogen.Sebelumnya sperktrofotometer dikalibrasi dengan menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam kuvet kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, digunakan etanol 95% sebagai blanko. Kemudian tetapkan serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya.Untuk mendapatkan nilai yang akurat dan dihitung menggunakan persamaan (Mansur, 1986) : ∑ =Abs x EE x 1 Dimana : EE = Spektrum efek eritemal I = Intensitas spectrum sinar Abs = Serapan produk tabir surya CF = Faktor Koreksi Nilai EE x 1 adalah suatukonstanta. Nilainya dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap selisih 5 nm telah ditentukan oleh (Sayre dkk, 1979) seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai EE x 1 pada panjang gelombang 290-320 nm Panjang EE x 1 gelombang (nm) 290 1,0150 295 0,0817 300 0,2874 305 0,3278 310 0,1864 315 0,0839 320 0,0180 Total 1 Serapan diukur pada panjang gelombang 290 nm, 295 nm, 300 nm, 305 nm, 310 nm, 315 nm, 320 nm. Dari nilai serapan yang diperoleh dapat diketahui nilai SPF nya dengan persamaan ∑ Abs x EE x 1 (Setiawan, 2010). d. Uji Kesukaan Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan bedak tabur yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 20 orang panelis dengan kriteria yang digunakan adalah berbadan sehat, tidak dalam keadaan tertekan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan bedak taburyang dibuat dengan berbagai konsentrasi buah murbei pada kulit punggung tangan. Waktu selang untuk mencoba bedak tabur yang selanjutnya kurang lebih 15 menit dan setelah bedak tabur dicoba diharapkan panelis membersihkan tangan nya menggunakan tisu basah untuk mencoba bedak tabur yang selanjutnya dengan berbagai konsentrasi ekstrak. Parameter uji hedonik yang diuji meliputi warna, aroma, kerataan yangMasing – masing akan mendapat penilaian 1: tidak suka, 2: netral, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat suka, 6: amat sangat suka. Hasil uji hedonik dianalisis menggunakan SPSS dengan rancangan friedment test. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Determinasi Hasil Determinasi menyatakan bahwa buah yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu buah murbei dengan nama ilmiah Morus alba L., yang termasuk ke dalam suku Moraceae. 2. Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Buah Murbei Diperoleh buah murbei sebanyak 300 gram dan ekstrak kering yang diperoleh sebanyak 330 mL. Berat jenis sari buah 1,0697 g/mL, maka berat ekstrak kering adalah 129 gram. Rendemen ekstrak yang didapat 7,7 %. Gambar 1. Ekstrak Kering Buah Murbei 3. Hasil Evaluasi Ekstrak Kering Buah Murbei a. Kadar Air Ekstrak Kering Buah Murbei Kadar air yang diperoleh dari ekstrak kering buah murbei dengan menggunakan moisture balance sebesar 4,715%, dengan nilai standar deviasi sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kering buah murbei memenuhi syarat umum yaitu tidak boleh lebih dari 5%. Penetapan ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan air dalam suatu bahan karena dengan adanya kandungan air yang banyak dapat menjadi media pertumbuhan mikroba, kapang dan mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan perubahan kimia pada senyawa aktif. b. Kadar Abu Ekstrak Kering Buah Murbei Hasil pengujian kadar abu yang diperoleh dari ekstrak kering buah murbei adalah sebesar 2,0958%, dengan standar deviasi sebesar 0,03225 . Pengujian kadar abu ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kandungan mineral dan zat anorganik dalam serbuk simplisia. Dari hasil kadar ekstrak kering buah murbei yang diperoleh sebesar 2,0958 %, dimana hasil persentasenya kecil sehingga kandungan mineral dan zat anorganik didalam ekstrak kering buah murbei kecil juga. c. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kering Buah Murbei Pengujian fitokimia ekstrak kering buah murbei bertujuan untuk mengidentifikasi golongan zat aktif dalam ekstrak kering buah murbei secara kualitatif. Golongan senyawa aktif yang terdapat dalam buah murbei berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid, alkaloid dan tidak mengandung saponin serta tanin (Tabel 5). Pada riset sebelumnya Syafutri (2008), membuktikan bahwa buah murbei mengandung beragam senyawa antioksidan yaitu kuersentin, isokuersentin, vitamin C, dan antosianin. Kuersentin salah satu jenis flavonoid dan merupakan zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat kuat. Hasil Penentuan Kadar Vitamin C Ekstrak Kering Buah Murbei Uji kadar vitamin C ekstrak kering buah murbei dilakukan sebelum membuat sediaaan bedak tabur. Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan buah murbei yang dikeringkan dengan alat freeze dryer dengan penambahanan maltodekstrin . Penetepan kadar dilakukan dengan menggunakan instrument spektrofotometri UVVisibel. Kondisi dimulai dengan menentukan panjang gelombang maksimum untuk analisis vitamin C menggunakan spektrofotometri UVVis. Panjang gelombang optimum dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dilakukan terhadap larutan standar vitamin C pada rentang panjang gelombang 200-400 nm karena molekul-molekul dengan ikatan rangkaplah yang mempunyai energi eksitasi yang cukup rendah yang menimbulkan penyerapan dalam daerah UV dekat. Dari hasil pengukuran yang diperoleh, panjang gelombang maksimum untuk larutan standar vitamin C terdapat pada 200 nm. Sebelum dilakukan uji kandungan vitamin C pada ekstrak kering buah murbei, pertamatama dibuat kurva standar larutan vitamin C. Kurva antara absorban sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis akan menghasilkan suatu spektrum absorpsi. Kurva kalibrasi atau kurva standar diperoleh dengan mengukur absorban dari sederet konsentrasi larutan standar. Larutan vitamin C yang dibuat memiliki konsentrasi 100 ppm, kemudian diambil sejumlah larutan vitamin C tersebut dan dilakukan pengenceran dalam labu ukur 50 ml hingga didapatkan variasi konsentrasi 4, 8, 12, dan 16 ppm. Selanjutnya diukur serapannya pada panjang gelombang 200 nm. Kurva kalibrasi diperoleh hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi, didapatkan persamaan y = 9,025×10-3 x + 1,149 dan harga linieritas sebesar 0,9498. Besarnya harga linieritas tersebut mendekati 1 (satu), sehingga dapat dikatakan absorbansi merupakan fungsi yang besarnya berbanding lurus dengan konsentrasi. Hasil penentuan kadar berdasarkan persamaan kurva kalibrasi pada ekstrak kering buah murbei memiliki kadar vitamin C dengan hasil 6,318mg/gram ekstrak. Kandungan vitamin C cukup besar, hal ini disebabkan ekstrak kering buah murbei tersebut belum teroksidasi dengan komponen lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harper (1979) yang menyatakan bahwa vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan karena ia mudah dioksidasi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Prawirokusumo (1994) yang menyatakan bahwa disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses d. tersebut dipercepat oleh panas, sinar, atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. 4. Hasil Formulasi Sediaan Bedak Tabur Penggunaan zink oksida pada sediaan bedak tabur untuk membuat bedak menempel pada tubuh(kulit). Selain itu, zink oksida berguna sebagai terapeutik dan membantu menutupi kecacatan pada kulit. Zink oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak dengan mesh 100 sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi. Penggunaan zink oksida pada sediaan bedak tabur sebanyak 24%. Penambahan kalsium karbonat 40% dalam sediaan bedak tabur dapat digunakan untuk mengurangi sifat mengkilat talkum dan mempunyai daya menutup kecacatan pada kulit.Kalsium karbonat juga dapat mengabsorsi pengaroma dan dapat mengaborsi keringat yang dihasilkan oleh kulit. Zink stearat digunakan sebagai adhesif dan anti air.Selain itu, zink stearat juga memiliki efek menenangkan.Penggunaan zink stearate sebagai adhesif adalah sebanyak 6%.Sedangkan pengaroma mawar digunakan sebagai pemberi aroma sediaan bedak tabur, penggunaannya sebanyak 10 tetes. Gambar 2.Hasil Sediaan Bedak Tabur Ekstrak Buah Murbei Formula 1;Formula 2;Formula 3 (kiri) dan Formula 4;Formula 5 (kanan) Perubahan yang tak berarti terjadi karena penambahan ekstrak kering buah murbei dengan konsentrasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,2%, 0,4%,0,6%, 0,8%, dan 1%. Hal tersebut ditujukan untuk menghindari rasa kesat yang akan muncul pada kulit yang disebabkan oleh tingginya kadar ekstrak kering buah murbei yang digunakan. Rasa kesat pada ekstrak kering buah murbei disebabkan oleh adanya kandungan flavonoid (golongan polifenol) yang tinggi (Syafutri, 2008). 5. Hasil Evaluasi Bedak Tabur a. Hasil Uji Iritasi Sediaan Bedak Tabur Talkum merupakan bahan dasar dari sediaan bedak tabur yang memiliki sifat mudah menyebar ke permukaan kulit dan mudah melekat pada kulit. Penggunaan talkum sebagai bahan dasar adalah ad 25 yaitu bobot talkum diperoleh dari hasil selisih antara bobot tersebut dengan bahan penyusun sediaan, sehingga hasil akhir sediaan tetap sama dengan yang tertulis dalam formulasi. Pembuatan sediaan bedak tabur menggunakan beberapa konsentrasi ekstrak kering buah murbei (0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%;dan 1%), kontrol positif,dan kontrol negatif. Kontrol negatif hanya terdiri dari bahan dasar dan bahan penyusun sediaan, hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan kontrol negatif tidak mengandung ekstrak kering buah murbei. Sedangkan kontrol positif digunakan zat aktif vitamin C 0,02% pada sediaan bedak tabur. Menurut Sinaga (2014) vitamin C yang terkandung sebanyak 0,02% (20 mg) mampu memiliki kemampuan terhadap proteksi UV. Sediaan bedak tabur yang diperoleh berupa serbuk halus, warna putih dan sedikit berwarna merah yang timbul, dan bau khas buah murbei tertutupi oleh aroma pengaroma mawar.Segi warna menunjukkan adanya sedikit perbedaan, meskipun hasil formulasi dengan kandungan ekstrak tertinggi lebih baik daripada kandungan yang lebih rendah namun perbedaan yang terjadi tidak signifikan. Uji iritasi dilakukan terhadap 5 orang yang sukarelawan yang dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan bedak tabur mengiritasi atau tidak. Pengujian iritasi dengan teknik patch test yaitu tempel terbuka yang dilakukan dengan mengoleskan sediaan (F1, F2, F3, F4, dan F5) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan kanan panelis. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa semua formulasi bedak tabur yang dibuat memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yaitu tidak adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit. b. Hasil Uji Kandungan Vitamin C Sediaan Bedak Tabur Sediaan bedak tabur selanjutnya di uji kandungan vitamin C menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis. Dalam penelitian ini digunakan pelarut aqua destilata, karena vitamin C mudah larut dalam air. Pengujian dimulai dengan membuat deret larutan standar untuk menentukan kurva kalibrasi larutan standar vitamin C yaitu 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, dan 16 ppm. Dari deret larutan standar tersebut, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang didapat. Panjang gelombang optimum dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dilakukan terhadap larutan standar vitamin C pada rentang 200-400 nm, dengan panjang gelombang maksimum yaitu 200 nm. Hasil dari perhitungan persamaan regresi kurva diperoleh persamaan garis y = Hasil uji kandungan vitamin C dari sediaan bedak tabur yang mengandung ekstrak kering buah murbei tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi semakin besar pula kandungan vitamin C dalam sediaan . Kandungan vitamin C paling tinggi pada Formula 4 (ekstrak kering buah murbei Gambar diatas menunjukkan pengaruh konsentrasi ekstrak kering buah murbei terhadap kandungan vitamin C pada sediaan bedak tabur didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kering buah murbei, maka 9,025×10-3 x + 1,149 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9498. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan serapan. Artinya, dengan meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa terdapat 99,9% data yang memiliki hubungan linier. Sediaan bedak tabur sebanyak 12,5 gram dilarutkan dalam aqua destilata ad 50 ml terlebih dahulu, selanjutnya filtrat yang terbentuk dibaca pada alat spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 200 nm. 0,8%(0,8 gram)) dengan kandungan vitamin C sebesar 1,0521 mg/gram dan Formula 5 (ekstrak kering buah murbei 1% (1,0 gram)) dengan kandungan vitamin C sebesar 1,2626 mg/gram. Kandungan vitamin C terendah pada Formula 1 (ekstrak kering buah murbei 0,2%(0,2gram)) dengan kandungan vitamin C sebesar 0,7698 mg/gram. peningkatan kandungan vitamin C semakin besar. Kandungan vitamin C pada ekstrak kering buah murbei yang ditambahkan pada tiap formula akan terikat atau terlarut secara sempurna sehingga jumlah kandungan vitamin C yang dianalisis cukup besar atau melebihi formula kontrol negatif dan positif. Berdasarkan hasil uji kandungan vitamin C yang terdapat pada Tabel 12 diketahui bahwa kandungan vitamin C pada formula kontrol negatif adalah 0,71 mg/gram dan pada formula kontrol positif sebesar 0,7627 mg/gram. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kandungan vitamin C kontrol positif lebih besar dibandingkan kandungan vitamin C kontrol negatif. Hal ini disebabkan zat aktif vitamin C yang ditambahkan saat proses pembuatan belum mengalami kondisi zat yang teroksidasi sehingga mempengaruhi peningkatan kadar vitamin C pada formula kontrol positif. Menurut Prawirokusumo (1994) zat yang teroksidasi dapat dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi.Basis atau bahan dasar bedak tabur mempengaruhi (meningkatkan) kandungan vitamin C sediaan yang Hasil pengukuran nilai SPF pada formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, dan formula 5 dapat diketahui bahwa kelima sediaan bedak tabur tersebut memberikan nilai SPF sebesar 53-73. Hasil ini menunjukkan bahwa kelima formula sediaan bedak tabur menunjukkan adanya efek perlindungan terhadap sinar matahari dengan mengujinya mengandung ekstrak kering buah murbei. Kandungan vitamin C tertinggi pada Formula 4 dan Formula 5 dapat menjadi pelindung kulit dari pengaruh buruk sinar UV sehingga dapat memperlambat proses penuaan dan mencegah kanker kulit. c. Hasil Penentuan Nilai SPF (Sun Protective Factor) Penentuan nilai SPF sediaan bedak tabur dilakukan dengan menentukkan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Penentuan nilai SPF dilakukan terhadap kelima formula sediaan bedak tabur ekstrak kering buah murbei,kontrol negatif, kontrol positif dan bedak taburyang terdapat dipasaran sebagai pembanding. Tiaptiap sediaan diukur serapannya pada panjang gelombang 290 nm- 320 nm, kemudian dihitung nilai SPF-nya.Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. secara in vitro.Hasil perhitungan nilai SPF diperoleh peningkatan nilai SPF yang linear.Hal tersebut dikarenakan konsentrasi ekstrak kering buah murbei yang ditambahkan ditingkatkan pada tiap formula.Hasil grafik nilai SPF pada kelima formula sediaan bedak tabur ekstrak kering buah murbei terdapat pada Gambar 7. Nilai SPF formula kontrol negatif (sediaan yang tidak mengandung ekstrak kering buah murbei) cukup besar yaitu 36.Hal tersebut menunjukkan bahwa basis atau bahan dasar mempengaruhi (meningkatkan) nilai SPF sediaan yang mengandung ekstrak kering buah murbei.Sedangkan, nilai SPF formula kontrol positif adalah 67.Nilai tersebut diperoleh karena sediaan kontrol positif mengandung tambahan zat aktif vitamin C. Sediaan bedak tabur pasaran digunakan bedak tabur Energizing Aromatic Sari Ayu Martha Tilaar sebagai pembanding karena merupakan sediaan bedak tabur yang menyatakan atau mencantumkan tabir surya sebagai salah satu manfaat ekstra pada produk tersebut.Hasil perhitungan nilai SPF pada sediaan pembanding menunjukkan bahwa sediaan memenuhi persyaratan sebagai tabir surya karena nilai SPF yang dihasilkan sebesar 79. Berdasarkan literatur, buah murbei mengandung antosianin dan vitamin C yang cukup tinggi didalamnya, dimana diketahui bahwa antosianin merupakan antioksidan yang dapat menghambat proses penuaan kulit yang dipapar sinar UV-B dan vitamin C juga memiliki kemampuan antioksidan serta melindungi dari kerusakan UV. Vitamin C melawan radikal bebas dengan menetralisir radikal bebas, sedangkan nilai SPF dapat melihat kemampuan tabir surya untuk melindungi kulit dari ultra violet yang berasal dari sinar matahari dimana hal tersebut merupakan salah satu dengan demikian sama halnya ketika sediaan bedak tabur ekstrak kering buah murbei diukur nilai SPF-nya dengan metode spektrofotometri ini, nilai SPF yang dihasilkan menunjukkan bahwa sediaan bedak tabur ekstrak kering buah murbei memenuhi persyaratan sebagai tabir surya yang memberikan proteksi ultra dimana nilai SPF pada kelima formula sediaan bedak tabur lebih dari 15. d. Hasil Uji Kesukaan Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang panelis. Uji ini meliputi penilaian terhadap karakteristik sediaan bedak tabur yaitu warna, aroma, dan kerataan.Tingkat kesukaan meliputi amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, dan tidak suka.Pada penelitian ini uji hedonik dilakukan pada formula 4 dan formula 5dimana pada 2 formula tersebut memiliki kandungan vitamin C tertinggi diantara formula yang lainnya, dan hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak kering buah murbei yang ditambahkan terhadap setiap parameter organoleptik produk sediaan bedak tabur yang diamati. Berdasarkan hasil uji Friedman terhadap daya terima warna sediaan bedak tabur dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 ,menunjukkan bahwa nilai p-value. (0,132) > α (0,05), sehingga Ho diterima. Oleh karena Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan, artinya panelis memiliki tingkat kesukaan yang sama terhadap warna sediaan bedak murbei formula 4 dan formula 5. Dikarenakan tidak terdapat perbedaan secara signifikan, maka tidak perlu dilanjutkan analisis Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji Friedman terhadap daya terima aroma sediaan bedak tabur dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 ,menunjukkan bahwa nilai p-value. (0,366) > α (0,05), sehingga Ho diterima. Oleh karena Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan artinya panelis memiliki tingkat kesukaan yang sama terhadap aroma sediaan bedak murbei formula 4 dan formula 5. Tidak adanya perbedaan secara signifikan, maka tidak perlu dilanjutkan analisis Wilcoxon Signed Rank Test. Daya terima kerataan sediaan bedak tabur dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 pada hasil uji Friedman,menunjukkan bahwa nilai p-value. (0,593) > α (0,05), sehingga Ho diterima. Oleh karena Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan, artinya panelis memiliki tingkat kesukaan yang sama terhadap kerataan sediaan bedak murbei formula 4 dan formula 5. Perbedaan tidak ada secara signifikan, maka tidak perlu dilanjutkan analisis Wilcoxon Signed Rank Test. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Bedak tabur ekstrakkering buah murbei dengan kadar ekstrak 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; dan 1% menunjukkan kandungan vitamin C yang relatif tinggi yaitu sebesar 0,7698mg/gram; 0,8203mg/gram; 0,9752mg/gram; 1,0521mg/gram; dan 1,2626mg/gram. Bedak tabur ekstrak kering buah murbei memiliki aktivitas sebagai tabir surya yang memberikan nilai SPF berturut-turut sebesar 53; 64; 65; 65; dan 73. 2. Hasil analisisstatistik menunjukkan bahwa bedak tabur ekstrak kering buah murbei formula 4 dan formula 5dengan kadar ekstrak 0,8% dan 1% memiliki tingkat kesukaan yang tidak berbeda nyata terhadap setiap parameter organoleptik yang diamati yaitu pada warna, aroma, dan kerataan sediaan bedak tabur ekstrak kering buah murbei. Saran 1. Perluadanya uji stabilitas agar diketahui waktu daya tahan bedak tabur ekstrak kering buah murbei. 2. Perlu dilakukanuji pH agar bedak tabur ekstrak kering buah murbei menghasilkan sediaan yang aman bagi kulit wajah. 3. Perlu dilakukan uji kemampuan tabir surya sediaan secara in vivo agar efikasinya sebagai tabir surya dapat diketahui pada kulit manusia. formula sediaan lipstick berupa cream agar warna yang dihasilkan baik. Daftar Pustaka Andersen, O.M. dan Bernard. 2001. Chemistry , Analysis and Application of Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruits, and Vegetables.Available at http://www.Uib.no/makerereuib/Subproject%201.htm-18 (diakses 15 Februari 2015). Anonymousb. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka Penyakit. Agro Media Pustaka. Jakarta. Hal 180 Anonymousa. 2002. Murbei. http://www.iptek.net.id. (diakses 21 Februari 2015) Atmosoedarjo, S., Katsumata, Kartasubrata, Kaomini, Saleh, dan Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Azmi, A.N., dan Yunianta. 2014. Ekstraksi Antosianin dari Buah Murbei(Morus alba L.) Metode Microwave Assisted Extraction (Kajian Waktu Ekstraksi dan Rasio Bahan: Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 3 No.3 p.835-846. Andarwulan, N., dan Koswara, S. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta Balsam, M.S., dan Sagarin, E. 1972. Cosmetics Science and Technology. United States of America. Counsell, J.N., dan Hornig, D.H. 1981. Vitamin C. Applied Science.Publisher. London. Hal; 123-124. Deny, F., Lestari, K., dan Hakim, Z. 2006. Penggunaan Vitamin E dan Vitamin C Topikal dalam Bidang Kosmetik. Majalah Kedokteran Andalas. No. 2 Vol. 30: 40. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal 130, 135 . 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Jakarta. Hal 1922,83,97,185,356 . 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.Jakarta. Hal 548, 551, 552 . 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Jakarta. Hal 10-12 . 2012. Formula Kosmetika Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Jakarta. Hal 105 Desroiser, 1998.Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljahardjo. UI-Press. Jakarta. Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. , 1999. Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen.Trubus. Jakarta. Fadly. 2012. Hambatan Vitamin C Terhadap Reaksi Fotohemolisis Oleh Radikal Bebas Akibat Fotosensitiser Siprofloksasin Yang Diinduksi Oleh Paparan Sinar Ultraviolet. Universitas Tadulako. Palu. Harborne JB.1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Terjemahan dari: Phytochemical Methode.Penerbit ITB. Bandung. Hal 76-78 Harper, H.A. 1979. Biokimia.Diterjemahkan oleh Martin M. EGC, Jakarta. Jellineck, S. 1970. Formulation and Function of Cosmetics.John Wiley and Sons.Inc. New York. hal 510. Karinda, M., Fatimawali, dan Citraningtyas, G. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Pharmacon-Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT 2(1) : 87 Lailiyana. 2012. Analisis Kandungan Zat Gizi dan Uji Hedonik Cookies Kaya Gizi pada Siswi SMPN 27 Pekanbaru Tahun 2012. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Mansur, J.S., Breder, M.N., Mansur, M.C., dan Azulay, R.D. 1986. Determination of Sun Protection Factor by Spectrophotometry.An Bras Dermatol 61: 121-124. Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung. Mulyawan, D., dan Suriana, N. 2013.A-Z tentang Kosmetik.PT Alex Media Komputindo. Jakarta. Hal 101. Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Elsveir Science. Amsterdam. Hal.3, 13, 121, 386. Mokodompit, A.N., Hosea, J.E., dan Weny, W. 2013. Penentuan Nilai Sun Protective Factor (SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Alpukat. Pharmacon-Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT 2(3): 84-85 Osterwalder, U. dan Herzog, B.. 2009. Sun Protection Factor : World Wide Confusion, British Journal of Dermatology, 161 (Suppl.3), 13-24. Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE.Yogyakarta. Retno, I.T., dan Fatma, L. 2007. Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Saparudin, I. 2009. Studi Perancangan Otomatisasi Kontrol Freeze Dryer Di Unit Vaksin BCG PT Biofarma.Skripsi Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta. Sayre, R.M., Agin, P.P, Levee, G.J., and Marlowe, E. 1979. Comparison Of In Vivo Testing Of Sunscreenings Formulas. Photochem. Photchem. Photobiol. Oxford. Vol 29. Page 559- 556. Setiawan, T. 2010. Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya yang Mengandung Ekstrak Daunt Teh Hijau (Camelia Sinensis L.) Oktil Metoksisinamat dan Titanium Dioksida,Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia Sinaga, A.A. 2014. Uji Efektivitas Antioksidan Losio Ekstrak Metanol Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton dan Rose). J. Program Studi Farmasi Fakultas KedokteranUniversitas Tanjungpura. Hal 5 Siegel, S. 1977. Statistika Non Parametrik.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhadi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Syafutri, M.I. 2008. Potensi Sari Buah Murbei (Morus alba L.) sebagai Minuman Berantioksidan dan Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Tikus Percobaan. Jurnal Gizi dan Pangan-IPB 4(1): Hal 29-32. Tranggono R. I. S., dan Latifah, F., 2007, Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 7-8, 9396. Utomo, D. 2013. Pembuatan Serbuk Effervescent Murbei (Morus alba L.) Dengan Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan Suhu Pengering.Jurnal Teknologi Pangan, Vol. 5 No.1 Hal 2-5 Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Product.Dalam Remington: the Science and Practice of Pharmacy. Volume 1. Editor: Alfonso Gennaro.Lippincott Williams & Wilkins. London. Wardani, L.A. 2012. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Buah Kemasan Dengan Spektrofotometri UV-Visibel .FMIPA.Depok. Wardlaw, G.M. 2003. Contemporary Nutrition.Edisi V. Cambridge University Press. New York. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik . UI- Press. Jakarta. Hal 28. Wilkinson, J.B. dan Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmetology, 7th.GeorgeGodwin publ., London.Hal 325. Winarno, F.G. 2002.Ilmu Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarsih H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.Kanisius.Yogyakarta. Hal 13; 79-80