KANDUNGAN VITAMIN C DAN NILAI SPF SEDIAAN BEDAK

advertisement
KANDUNGAN VITAMIN C DAN NILAI SPF SEDIAAN BEDAK TABUR
YANG MENGANDUNG EKSTRAK BUAH MURBEI (Morus alba L.)
Vania Dainoya Pujianty1), Bina Lohita Sari2)dan Dwi Indriati3)
dan 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas pakuan Bogor
Universitas Pakuan, Bogor.
1), 2)
Abstrak
Buah murbei (Morus alba L.) adalah buah tropis. Buah murbei mengandung vitamin C
(asam askorbat) yang sangat baik untuk kulit.Buah murbei dapat menghapus bintik-bintik gelap
diwajah karena adanya kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental laboratorium. Formulasi bedak terdiri dari talk, zinc stearat, zinc oksid,
kalsium karbonat, pengaroma mawar dan penambahan ekstrak kering buah murbei dengan
konsentrasi 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; dan 1%. Ekstrak kering dari buah murbei diperoleh dengan
metode pengeringan beku dengan menggunakan Freeze Dryer. Pengujian terhadap ekstrak kering
meliputi penentuan rendemen ekstrak kering buah murbei, kadar air, kadar abu, uji fitokimia
(flavonoid, saponin, tannin, alkaloid) dan kadar vitamin C ekstrak kering. Evaluasi sediaan bedak
tabur dilakukan dengan uji kandungan vitamin C, penentuan nilai SPF (Sun Protective Factor) dan
uji kesukaan bedak tabur pada 20 panelis.Untuk memastikan keamanan sediaan dilakukan uji
iritasi pada subjek manusia.Formulasi sediaan bedak tabur menggunakan ekstrak kering buah
murbei sebagai sumber kandungan vitamin C menunjukkan sediaan dapat merata pada kulit, dan
memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi sebesar 0,7698 – 1,2626 mg/gram. Sediaan yang
diujikan kepada panelis memiliki kandungan vitamin C tertinggi pada formula 4 dan 5. Tingkat
kesukaan yang tidak berbeda nyata terhadap setiap parameter organoleptik meliputi
warna;aroma;dan kerataan. Tidak menunjukkan reaksi iritasi, dan dengan nilai SPF sebesar 53 73,dapat memberikan proteksi tingkat ultra.
Kata Kunci :Buah murbei, bedak tabur, vitamin C
ABSTRACT
Mulberry (Morus alba L.) is a tropical fruit. Mulberry fruit contains vitamin C
(ascorbic acid) which is very good for the skin. Mulberries can remove dark spots on the face
because of the vitamin C content is high enough. This study use an experimental laboratory. A
powder formulation consist of talc, zinc stearate, zinc oxide, calcium carbonate, roses flavor and
the addition of mulberry extract dried at concentrations of 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; and 1%. Dry
mulberry extract obtained by freeze-drying method using Freeze Dryer. Test of the dried extract is
to determine the yield of dry mulberry extract, moisture content, ash content, phytochemical test
(flavonoid, saponins, tannin, alkaloids) and vitamin C dry extract content. The evaluation of
powder preparation is performed by testing vitamin C content, the value of SPF (Sun Protective
Factor) and hedonic test powder at 20 panelists. To ensure the safety of the preparations, it has
done irritation test on humans subjects. Powder formulation using a dry mulberry fruit as a source
of vitamin C shows the preparation sticks to the skin and contains vitamin C, which is quite high at
0.7698 to 1.2626 mg / gram. The preparation was tested by the panelists has the highest vitamin C
content in the formula 4 and 5. The preference level that was not significantly different with each
organoleptic parameter which is color, flavor, and flatness. That is no irritation reaction and the
SPF values at 53 to 73, can provide ultra level protection.
Keyword :Mulberry fruit, loose powder, vitamin C
PENDAHULUAN
Kosmetika berasal dari kata kosmein
(Yunani) yang berarti berhias.Bahan yang
dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri,
dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang
terdapat
di
sekitar
tempat
tinggal
(Wasitaatmadja,
1997).Kosmetik
dikenal
manusia sejak berabad-abad yang lalu.Abad
ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat
perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan.Bahkan sekarang teknologi
kosmetik begitu maju dan merupakan paduan
antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau
yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals)
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik adalah bahan atau campuran
bahan yang dikenakan pada kulit manusia
untuk membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik serta merubah rupa. Adanya kontak
antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika
akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian
yang lebih dalam dari tubuh. Kontak kosmetik
dengan kulit menimbulkan efek positif berupa
manfaat dari kosmetik dan efek negatif atau
merugikan berupa efek samping kosmetik
(Wasitaatmadja, 1997).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak
paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia.Kulit merupakan organ yang
esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan.Kulit sehat berarti
kulit yang tidak menderita penyakit, baik
penyakit yang mengenai kulit secara langsung
ataupun penyakit dalam tubuh secara tidak
langsung
mempengaruhi
kesehatan
kulit.Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari
struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi
kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Pemakaian bedak sangat dianjurkan
untuk melindungi kulit dari paparan sinar
matahari sehingga kulit dapat tetap sehat.Bedak
adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik
untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit
dan meningkatkan penampilan wajah, dengan
menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi
kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal
yang diinginkan dari bedak adalah tidak
membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit
tampak lembut untuk waktu yang lama
(Depkes RI, 1985).
Kontrol kualitas sediaan kosmetika
yang beredar di masyarakat sangat penting
dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit
yang membahayakan kesehatan. Salah satu
cara untuk menghindari efek samping yang
cukup berbahaya, maka telah banyak
digunakan sumber vitamin C alami yang lebih
sehat dan aman sebagai pengganti vitamin C
sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup
back to nature yang diusung oleh masyarakat
modern.
Sumber
vitamin
alami
yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai sumber vitamin C dalam sediaan
kosmetik adalah kandungan vitamin C dari
mulberry atau murbei (Morus alba L.) yang
bewarna merah kehitaman. Kandungan vitamin
C pada buah murbei cukup tinggi yaitu sekitar
37,06mg/100 gram bahan segar dan dengan
perlakuan penambahan maltodekstrin dengan
konsentrasi
30%
diperoleh
sebesar
71,60mg/100 gr (Utomo, 2013). Vitamin C
berfungsi sebagai antioksidan yang paling
banyak dibutuhkan kulit untuk membantu
menetralkan radikal bebas yang menumpuk
akibat paparan sinar matahari dan juga usia.
Selama ini masih banyak masyarakat
yang gemar menggunakan kosmetik yang
mengandungvitamin C sintetik, namun
penggunaan kosmetik vitamin C sintetik yang
berlebihan
cukup
mengkhawatirkan
karena berpotensi menimbulkan efek samping
berbahaya. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis bermaksud memberikan alternatif baru
kepada
masyarakat dalam penggunaan
kosmetik dengan sumber vitamin C
alamiberupa bedak tabur dari ekstrak kering
buah murbei (Morus alba L.). Sediaan bedak
tabur ini diharapkan mengandung vitamin C
yang tinggi sebagai antioksidan karena bedak
tabir surya akan melindungi kulit dari paparan
sinar UV sehingga dapat menahan frekuensi
terjadinya kanker kulit.
METODE PENELITIAN
Bahan
Buah mulberry atau murbei, zink oksida,
kalsium karbonat, zink stearat, pengaroma
mawar, talkum,vitamin C (asam askorbat),
aquadest dan etanol 95%.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi timbangan digital, Blender merk
Miyako BL-101 PL, mortar dan alu, sudip,
penyaring, freeze dryer (Scanvac), ayakan
Mesh 100,alat-alat gelas, labu ukur, kuvet
danalat spektrofotometer UV-Vis (Optizen
POP 5U5701-135013-00®).
Prosedur
1. Determinasi Tanaman
Tujuan
determinasi
adalah
untuk
menetapkan kebenaran sampel yang digunakan
dalam penelitian. Determinasi buah murbei
dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri
morfologi yang ada pada buah murbei di
Herbarium Bidang Botani Kebun Raya Bogor.
(Herbarium Bogoriense, Ir. H. Juanda 22,
Bogor 16122, Indonesia).
2. Pembuatan Ekstrak Kering Buah
Murbei
Sampel buah murbei (Morus alba L.)
disortasi serta dicuci dan ditiriskan, lalu
ditimbang berat buah murbei. Buah murbei
yang telah ditimbang dicuci dengan air
mengalir
hingga
bersih
dan
ditiriskan.Kemudian dimasukkan kedalam
blender tanpa menggunakan aqua dest.dan
didapat berat sari buah murbei dengan
mengukur nilai bj dari sari buah murbei.
Pembuatan ektrak kering buah murbei
dilakukan dengan menggunakan alat Freeze
Dryer, dengan penambahan maltodekstrin
30%, selanjutnya dimasukkan kedalam
loyangfreeze dryer yang telah didinginkan dan
dimasukkan ke dalam freezer sampai membeku
± 3 hari setelah itu dimasukkan dalam alat
freeze dryer. Setelah ± 1 minggu ekstrak
dikeluarkan dari alat freeze dryer, kemudiaan
ekstrak dimasukkan dalam pouch dan
dimasukkan silica gel didalam pouch agar
ekstrak tetap dalam keadaan baik.
Rendemen ekstrak kering dihitung dengan
mengurangi berat ekstrak yang dihasilkan
dengan berat maltodekstrin yang digunakan,
kemudian dibagi dengan berat awal buah segar.
Perhitungan rendemen ekstrak kering dapat
dilakukan
berdasarkan
persamaan
berikut:Rendemen
= Bobot ekstrak kering-bobot
maltodekstrinx 100 %
Bobot buah segar
3.
Evaluasi Ekstrak Kering Buah Murbei
a. Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air dilakukan dengan
menggunakan alat Moisture Balance Analyzer,
yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off
terlebih dahulu, kemudiaan pinggan disimpan
dibagian tengah dengan penahan punch
diatasnya, lalu dilakukan pensetingan alat
secara keseluruhan baik progam, akurasi
maupun temperature sesuai dengan literature
sampel yang ada. Punch disimpan diatas
penyangga kemudiaan ditara, ditimbang
kurang lebih 5 gram serbuk atau ekstrak
kering lalu disimpan kedalam alatnya dan
diratakan pada permukaan punch kemudiaan
ditutup. Tunggu 10 menit atau adanya bunyi
yang menandakan pengujian kadar air telah
selesai. Setelah prosesnya selesai, maka
persen kadar air dari sampel didapat secara
otomatis pada alat tersebut.
b. Penentuan Kadar Abu
Penetapan kadar abu dengan menimbang
kurang lebih 2-3 gram sampel ditimbang
seksama, di masukkan kedalam krus silikat
yang telah dipijarkan pada suhu 550-600℃
dan ditara, serbuk diratakan. Dipijarkan
perlahan – lahan hingga arang habis,
didinginkan kemudian ditimbang.Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara (Depkes, 1977).
Kadar Abu (%) =
x
100%
c. Uji Fitokimia
 Uji Flavonoid
Sebanyak 500 mg ekstrak kering
ditambahkan
10
mL
methanol
P,
menggunakan alat pendingin balik selama 10
menit.Saring panas melalui kertas saring kecil
berlipat, encerkan filtrate dengan 10 mL
air.Setelah dingin tambahkan 5 mL eter
minyak
tanah
P,
kocok
hati-hati,
diamkan.Ambil lapisan methanol, uapkan
pada suhu 40℃ dibawah tekanan.Sisa
dilarutkan dalam 5 mL etil asetat, saring.
Uapkan hingga kering 1 mL larutan
percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL etanol
95%, tambahkan 0,1 gram serbuk magnesium
dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi
warna merah jingga sampai merah ungu,
menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi
warna kuning jingga, menunjukkan adanya
flavon, kalkon, dan auron (Depkes RI, 1989).
 Uji Saponin
Sebanyak 500 mg ekstrak kering kedalam
tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas,
dinginkan kemudiaan dikocok kuat – kuat
selama 10 detik. Terbentuknya buih yang
mantap selama tidak kurang dari 10 menit,
setinggi 1 sampai 10 cm. Pada penambahan 1
tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang maka
terdapat saponin. (Depkes RI, 1989).
 Uji Tanin
Sebanyak 500 mg ekstrak kering
ditambahkan 100 mL air, kemudiaan
dididihkan selama 15 menit, didinginkan dan
disaring.Filtrat yang diperoleh ditambahkan
larutan besi (III) klorida 10%.Terbentuknya
warna hitam kehijauan menunjukkan adanya
tanin (Depkes, 1977).
 Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g ekstrak kering masingmasing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9
ml aquadest, kemudian panaskan selama 2
menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat
diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan
pereaksi Bouchardat dan Mayer.Jika dengan
Mayer terbentuk endapan menggumpal
berwarna putih atau kuning yang larut dalam
methanol P dan dengan Bouchardat terbentuk
endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka
ada kemungkinan terdapat alkaloid (DepKes
RI, 1989).
d. Penentuan Kadar Vitamin C
Ekstrak Kering Buah Murbei
Analisis Kandungan Vitamin C :
1. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C
100 ppm
Vitamin C ditimbang sebanyak 50 mg
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500
mL dan dilarutkan dengan aquadest sampai
tanda batas (Wardani, 2012).
2. Penentuan
Panjang
Gelombang
Maksimum Larutan Vitamin C
Dipipet 1 mL larutan vitamin C 100 ppm
dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
(konsentrasi 2 ppm). Lalu ditambahkan
aquadest
sampai
tanda
batas
dan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum
pada panjang gelombang 200 – 400 nm
dengan menggunakan blanko aquadest.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan vitamin C 100 ppm
kedalam labu ukur 50 mL masing-masing
sebesar 2 mL; 4 mL; 6 mL; dan 8 mL (4; 8;
12; dan 16 ppm). Kemudian ditambahkan
aquadest
hingga
tanda
batas
lalu
dihomogenkan, lalu diukur serapannya pada
panjang
gelombang
maksimum
yang
diperoleh (Wardani, 2012).
4. Penentuan Kadar Sampel
Ekstrak kering ditimbang sebanyak 5
gram.Setelah itu dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL lalu ditambahkan aquadest
sampai
tanda
batas
kemudian
dihomogenkan.Selanjutnya,
diukur
serapannya
pada
panjang
gelombang
maksimum yang didapat.
4. Formulasi Sediaan Bedak Tabur
Formulasi bedak tabur dibuat sebanyak
25gram perbatch persediaan kandungan zat
aktif
ekstrak
kering
buah
murbei
denganberbagai konsentrasi seperti 0,2%,
0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%.
Cara pembuatan sediaan bedak tabur yaitu
dengan cara campurkan zink oksida (ayak
sebelumnya dengan ayakan Mesh no. 100) di
dalam mortar, kemudian ditambahkan kalsium
karbonat,zink
stearate,
talkum,
dan
penambahan ekstrak buah murbei, aduk hingga
homogen. Tambahkan pengaroma mawar
sambil terus diaduk hingga homogen. Akhiri
dengan pengayakan mesh 100 , hal tersebut
dikarenakan serbuk tabur harus melewati
ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar
tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang
peka.
Formula bedak tabur untuk kontrol negatif
tanpa adanya penambahan ekstrak buah
murbei, sedangkan formula bedak tabur kontrol
positif adanya penambahan zat aktif vitamin C
sebanyak 0,02% dan tanpa penambahan ekstrak
buah murbei.
5. Evaluasi Bedak Tabur
a. Uji Iritasi Sediaan
Pengujian keamanan sediaan dilakukan
dengan uji iritasi terhadap 5 orang sukarelawan
dewasa 21-24 tahun. Teknik yang digunakan
adalah uji tempel terbuka (Pacth Test), yang
dilakukan dengan cara mengoleskan formula
pada punggung tangan kanan sukarelawan
seluas 2,5 cm2. Uji keamanan dilakukan pada
tempat yang sama selama 3 hari berturut-turut
setelah pembuatan dan pada hari terakhir
penyimpanan untuk masing – masing sediaan.
Gejala yang timbul diamati. Umumnya iritasi
akan segera ditunjukkan dengan adanya reaksi
kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan
pada kulit. Iritasi yang demikian disebut iritasi
primer dengan diberi tanda + tetapi jika reaksi
ini timbul beberapa jam setelah penyentuhan
atau perekatan pada kulit, maka iritasi ini
disebut iritasi sekunder dan diberi tanda ++.
b. Uji Kandungan Vitamin C Sediaan
Analisis Kandungan Vitamin C :
1. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C
100 ppm
Vitamin C ditimbang sebanyak 50 mg
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500
mL dan dilarutkan dengan aquadest sampai
tanda batas (Wardani, 2012).
2. Penentuan
Panjang
Gelombang
Maksimum Larutan Vitamin C
Dipipet 1 mL larutan vitamin C 100 ppm
dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
(konsentrasi 2 ppm). Lalu ditambahkan
aquadest
sampai
tanda
batas
dan
dihomogenkan.Diukur serapan maksimum
pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan
menggunakan blanko aquadest.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan vitamin C 100 ppm
kedalam labu ukur 50 mL masing-masing
sebesar 2 mL; 4 mL; 6 mL; dan 8 mL (4; 8; 12;
dan 16 ppm). Kemudian ditambahkan aquadest
hingga tanda batas lalu dihomogenkan, lalu
diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh (Wardani, 2012).
4. Penentuan Kadar Sampel
Bedak tabur ditimbang sebanyak 12,5
gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL lalu ditambahkan aquadest sampai
tanda
batas
kemudian
dihomogenkan.
Selanjutnya, dilakukan proses penyaringan dan
hasil filtrat diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang didapat.
c. Penentuan Nilai Sun Protective
Factor
Penentuan
efektivitas
UV
Protectiondilakukan dengan menentukan nilai
SPF
secara
in
vitro
dengan
alat
spektrofotometer UV-Vis dari bedak taburyang
mengandung ekstrak kering buah murbei,
kontrol positif, kontrol negatif, dan salah satu
bedak tabur dipasaran. Bedak tabur di encerkan
4000 ppm, caranya diambil sebanyak 0,1 gram
masing-masingdilarutkan dalam etanol 95%
sebanyak
25
mL
dicampur
hingga
homogen.Sebelumnya
sperktrofotometer
dikalibrasi dengan menggunakan etanol 95%.
Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan
kedalam kuvet kemudian kuvet tersebut
dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Vis
untuk proses kalibrasi. Setelah itu dibuat kurva
serapan uji dalam kuvet, dengan panjang
gelombang antara 290-320 nm, digunakan
etanol 95% sebagai blanko. Kemudian tetapkan
serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm.
Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung
nilai SPFnya.Untuk mendapatkan nilai yang
akurat dan dihitung menggunakan persamaan
(Mansur, 1986) :
∑ =Abs x EE x 1
Dimana :
EE = Spektrum efek eritemal
I = Intensitas spectrum sinar
Abs = Serapan produk tabir surya
CF = Faktor Koreksi
Nilai EE x 1 adalah suatukonstanta.
Nilainya dari panjang gelombang 290-320 nm
dan setiap selisih 5 nm telah ditentukan oleh
(Sayre dkk, 1979) seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai EE x 1 pada panjang
gelombang 290-320 nm
Panjang
EE x 1
gelombang
(nm)
290
1,0150
295
0,0817
300
0,2874
305
0,3278
310
0,1864
315
0,0839
320
0,0180
Total
1
Serapan diukur pada panjang gelombang
290 nm, 295 nm, 300 nm, 305 nm, 310 nm, 315
nm, 320 nm. Dari nilai serapan yang diperoleh
dapat diketahui nilai SPF nya dengan
persamaan ∑ Abs x EE x 1 (Setiawan,
2010).
d. Uji Kesukaan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan panelis terhadap sediaan bedak tabur
yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara
visual terhadap 20 orang panelis dengan
kriteria yang digunakan adalah berbadan sehat,
tidak dalam keadaan tertekan, mempunyai
pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara
penilaian organoleptik. Setiap panelis diminta
untuk mengoleskan bedak taburyang dibuat
dengan berbagai konsentrasi buah murbei pada
kulit punggung tangan.
Waktu selang untuk mencoba bedak tabur
yang selanjutnya kurang lebih 15 menit dan
setelah bedak tabur dicoba diharapkan panelis
membersihkan tangan nya menggunakan tisu
basah untuk mencoba bedak tabur yang
selanjutnya dengan berbagai konsentrasi
ekstrak. Parameter uji hedonik yang diuji
meliputi warna, aroma, kerataan yangMasing
– masing akan mendapat penilaian 1: tidak
suka, 2: netral, 3: agak suka, 4: suka, 5: sangat
suka, 6: amat sangat suka. Hasil uji hedonik
dianalisis menggunakan SPSS dengan
rancangan friedment test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Determinasi
Hasil Determinasi menyatakan bahwa
buah yang digunakan dalam proses penelitian
ini yaitu buah murbei dengan nama ilmiah
Morus alba L., yang termasuk ke dalam suku
Moraceae.
2. Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Buah
Murbei
Diperoleh buah murbei sebanyak 300 gram dan
ekstrak kering yang diperoleh sebanyak 330
mL. Berat jenis sari buah 1,0697 g/mL, maka
berat ekstrak kering adalah 129 gram.
Rendemen ekstrak yang didapat 7,7 %.
Gambar 1. Ekstrak Kering Buah Murbei
3. Hasil Evaluasi Ekstrak Kering Buah
Murbei
a. Kadar Air Ekstrak Kering Buah
Murbei
Kadar air yang diperoleh dari ekstrak
kering buah murbei dengan menggunakan
moisture balance sebesar 4,715%, dengan nilai
standar deviasi sebesar 0,005. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak kering buah
murbei memenuhi syarat umum yaitu tidak
boleh lebih dari 5%. Penetapan ini perlu
dilakukan
untuk
mengetahui
besarnya
kandungan air dalam suatu bahan karena
dengan adanya kandungan air yang banyak
dapat menjadi media pertumbuhan mikroba,
kapang dan mikroorganisme sehingga dapat
menyebabkan perubahan kimia pada senyawa
aktif.
b. Kadar Abu Ekstrak Kering Buah
Murbei
Hasil pengujian kadar abu yang diperoleh
dari ekstrak kering buah murbei adalah sebesar
2,0958%, dengan standar deviasi sebesar
0,03225 . Pengujian kadar abu ini digunakan
untuk mengetahui seberapa besar kandungan
mineral dan zat anorganik dalam serbuk
simplisia. Dari hasil kadar ekstrak kering buah
murbei yang diperoleh sebesar 2,0958 %,
dimana hasil persentasenya kecil sehingga
kandungan mineral dan zat anorganik didalam
ekstrak kering buah murbei kecil juga.
c. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kering
Buah Murbei
Pengujian fitokimia ekstrak kering buah
murbei bertujuan untuk mengidentifikasi
golongan zat aktif dalam ekstrak kering buah
murbei secara kualitatif. Golongan senyawa
aktif yang terdapat dalam buah murbei
berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid,
alkaloid dan tidak mengandung saponin serta
tanin (Tabel 5). Pada riset sebelumnya Syafutri
(2008), membuktikan bahwa buah murbei
mengandung beragam senyawa antioksidan
yaitu kuersentin, isokuersentin, vitamin C, dan
antosianin. Kuersentin salah satu jenis
flavonoid dan merupakan zat aktif kelas
flavonoid yang secara biologis amat kuat.
Hasil Penentuan Kadar Vitamin C
Ekstrak Kering Buah Murbei
Uji kadar vitamin C ekstrak kering buah
murbei dilakukan sebelum membuat sediaaan
bedak tabur. Penentuan kadar vitamin C
dilakukan dengan menggunakan buah murbei
yang dikeringkan dengan alat freeze dryer
dengan penambahanan
maltodekstrin .
Penetepan
kadar
dilakukan
dengan
menggunakan instrument spektrofotometri UVVisibel.
Kondisi dimulai dengan menentukan
panjang gelombang maksimum untuk analisis
vitamin C menggunakan spektrofotometri UVVis. Panjang gelombang optimum dengan
menggunakan
spektrofotometri
UV-Vis
dilakukan terhadap larutan standar vitamin C
pada rentang panjang gelombang 200-400 nm
karena molekul-molekul dengan ikatan
rangkaplah yang mempunyai energi eksitasi
yang cukup rendah yang menimbulkan
penyerapan dalam daerah UV dekat. Dari hasil
pengukuran
yang
diperoleh,
panjang
gelombang maksimum untuk larutan standar
vitamin C terdapat pada 200 nm.
Sebelum dilakukan uji kandungan vitamin
C pada ekstrak kering buah murbei, pertamatama dibuat kurva standar larutan vitamin C.
Kurva antara absorban sebagai ordinat dan
panjang gelombang sebagai absis akan
menghasilkan suatu spektrum absorpsi. Kurva
kalibrasi atau kurva standar diperoleh dengan
mengukur absorban dari sederet konsentrasi
larutan standar.
Larutan vitamin C yang dibuat memiliki
konsentrasi 100 ppm, kemudian diambil
sejumlah larutan vitamin C tersebut dan
dilakukan pengenceran dalam labu ukur 50 ml
hingga didapatkan variasi konsentrasi 4, 8, 12,
dan 16 ppm. Selanjutnya diukur serapannya
pada panjang gelombang 200 nm.
Kurva kalibrasi diperoleh hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi, didapatkan
persamaan y = 9,025×10-3 x + 1,149 dan harga
linieritas sebesar 0,9498. Besarnya harga
linieritas tersebut mendekati 1 (satu), sehingga
dapat dikatakan absorbansi merupakan fungsi
yang besarnya berbanding lurus dengan
konsentrasi.
Hasil penentuan kadar
berdasarkan
persamaan kurva kalibrasi pada ekstrak kering
buah murbei memiliki kadar vitamin C dengan
hasil 6,318mg/gram ekstrak. Kandungan
vitamin C cukup besar, hal ini disebabkan
ekstrak kering buah murbei tersebut belum
teroksidasi dengan komponen lain. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Harper (1979) yang
menyatakan bahwa vitamin C sangat mudah
dirusak oleh pemanasan karena ia mudah
dioksidasi.
Oksidasi akan terhambat bila vitamin C
dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu
rendah. Hal ini sesuai dengan literatur
Prawirokusumo (1994) yang menyatakan
bahwa disamping sangat larut dalam air,
vitamin C mudah teroksidasi dan proses
d.
tersebut dipercepat oleh panas, sinar, atau
enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan
besi.
4. Hasil Formulasi Sediaan Bedak Tabur
Penggunaan zink oksida pada sediaan
bedak tabur untuk membuat bedak menempel
pada tubuh(kulit). Selain itu, zink oksida
berguna sebagai terapeutik dan membantu
menutupi kecacatan pada kulit. Zink oksida
memiliki kecenderungan untuk mengepalkan
partikel, oleh karena itu harus diayak dengan
mesh 100 sebelum pencampuran dengan bahan
lain dalam formulasi. Penggunaan zink oksida
pada sediaan bedak tabur sebanyak 24%.
Penambahan kalsium karbonat 40%
dalam sediaan bedak tabur dapat digunakan
untuk mengurangi sifat mengkilat talkum dan
mempunyai daya menutup kecacatan pada
kulit.Kalsium karbonat juga dapat mengabsorsi
pengaroma dan dapat mengaborsi keringat
yang dihasilkan oleh kulit.
Zink stearat digunakan sebagai adhesif
dan anti air.Selain itu, zink stearat juga
memiliki efek menenangkan.Penggunaan zink
stearate sebagai adhesif adalah sebanyak
6%.Sedangkan pengaroma mawar digunakan
sebagai pemberi aroma sediaan bedak tabur,
penggunaannya sebanyak 10 tetes.
Gambar 2.Hasil Sediaan Bedak Tabur Ekstrak
Buah Murbei Formula 1;Formula 2;Formula 3
(kiri) dan Formula 4;Formula 5 (kanan)
Perubahan yang tak berarti terjadi karena
penambahan ekstrak kering buah murbei
dengan konsentrasi yang tidak terlalu jauh
yaitu 0,2%, 0,4%,0,6%, 0,8%, dan 1%. Hal
tersebut ditujukan untuk menghindari rasa
kesat yang akan muncul pada kulit yang
disebabkan oleh tingginya kadar ekstrak kering
buah murbei yang digunakan. Rasa kesat pada
ekstrak kering buah murbei disebabkan oleh
adanya kandungan flavonoid (golongan
polifenol) yang tinggi (Syafutri, 2008).
5. Hasil Evaluasi Bedak Tabur
a. Hasil Uji Iritasi Sediaan Bedak Tabur
Talkum merupakan bahan dasar dari
sediaan bedak tabur yang memiliki sifat mudah
menyebar ke permukaan kulit dan mudah
melekat pada kulit. Penggunaan talkum sebagai
bahan dasar adalah ad 25 yaitu bobot talkum
diperoleh dari hasil selisih antara bobot
tersebut dengan bahan penyusun sediaan,
sehingga hasil akhir sediaan tetap sama dengan
yang tertulis dalam formulasi.
Pembuatan
sediaan
bedak
tabur
menggunakan beberapa konsentrasi ekstrak
kering buah murbei (0,2%; 0,4%; 0,6%;
0,8%;dan 1%), kontrol positif,dan kontrol
negatif. Kontrol negatif hanya terdiri dari
bahan dasar dan bahan penyusun sediaan, hal
tersebut menunjukkan bahwa sediaan kontrol
negatif tidak mengandung ekstrak kering buah
murbei. Sedangkan kontrol positif digunakan
zat aktif vitamin C 0,02% pada sediaan bedak
tabur. Menurut Sinaga (2014) vitamin C yang
terkandung sebanyak 0,02% (20 mg) mampu
memiliki kemampuan terhadap proteksi UV.
Sediaan bedak tabur yang diperoleh
berupa serbuk halus, warna putih dan sedikit
berwarna merah yang timbul, dan bau khas
buah murbei tertutupi oleh aroma pengaroma
mawar.Segi warna menunjukkan adanya sedikit
perbedaan, meskipun hasil formulasi dengan
kandungan ekstrak tertinggi lebih baik daripada
kandungan yang lebih rendah namun perbedaan
yang terjadi tidak signifikan.
Uji iritasi dilakukan terhadap 5 orang yang
sukarelawan yang dilakukan untuk mengetahui
apakah sediaan bedak tabur mengiritasi atau
tidak. Pengujian iritasi dengan teknik patch test
yaitu tempel terbuka yang dilakukan dengan
mengoleskan sediaan (F1, F2, F3, F4, dan F5)
seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan kanan
panelis. Hasil pengamatan memperlihatkan
bahwa semua formulasi bedak tabur yang
dibuat memberikan hasil negatif terhadap
parameter reaksi iritasi yaitu tidak adanya
kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit.
b. Hasil Uji Kandungan Vitamin C Sediaan
Bedak Tabur
Sediaan bedak tabur selanjutnya di uji
kandungan vitamin C menggunakan metode
Spektrofotometri UV-Vis. Dalam penelitian ini
digunakan pelarut aqua destilata, karena
vitamin C mudah larut dalam air. Pengujian
dimulai dengan membuat deret larutan standar
untuk menentukan kurva kalibrasi larutan
standar vitamin C yaitu 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm,
dan 16 ppm. Dari deret larutan standar tersebut,
kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum yang didapat. Panjang
gelombang optimum dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dilakukan terhadap
larutan standar vitamin C pada rentang 200-400
nm, dengan panjang gelombang maksimum
yaitu 200 nm.
Hasil dari perhitungan persamaan
regresi kurva diperoleh persamaan garis y =
Hasil uji kandungan vitamin C dari
sediaan bedak tabur yang mengandung ekstrak
kering buah murbei tersebut menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi semakin
besar pula kandungan vitamin C dalam sediaan
. Kandungan vitamin C paling tinggi pada
Formula 4 (ekstrak kering buah murbei
Gambar diatas menunjukkan pengaruh
konsentrasi ekstrak kering buah murbei
terhadap kandungan vitamin C pada sediaan
bedak tabur didapat bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak kering buah murbei, maka
9,025×10-3 x + 1,149 dengan koefisien korelasi
(r) sebesar 0,9498. Hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif
antara kadar dan serapan. Artinya, dengan
meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi
juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa
terdapat 99,9% data yang memiliki hubungan
linier.
Sediaan bedak tabur sebanyak 12,5
gram dilarutkan dalam aqua destilata ad 50 ml
terlebih dahulu, selanjutnya filtrat yang
terbentuk dibaca pada alat spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum
yang didapat yaitu 200 nm.
0,8%(0,8 gram)) dengan kandungan vitamin C
sebesar 1,0521 mg/gram dan Formula 5
(ekstrak kering buah murbei 1% (1,0 gram))
dengan kandungan vitamin C sebesar 1,2626
mg/gram. Kandungan vitamin C terendah pada
Formula 1 (ekstrak kering buah murbei
0,2%(0,2gram)) dengan kandungan vitamin C
sebesar 0,7698 mg/gram.
peningkatan kandungan vitamin C semakin
besar. Kandungan vitamin C pada ekstrak
kering buah murbei yang ditambahkan pada
tiap formula akan terikat atau terlarut secara
sempurna sehingga jumlah kandungan vitamin
C yang dianalisis cukup besar atau melebihi
formula kontrol negatif dan positif.
Berdasarkan hasil uji kandungan
vitamin C yang terdapat pada Tabel 12
diketahui bahwa kandungan vitamin C pada
formula kontrol negatif adalah 0,71 mg/gram
dan pada formula kontrol positif sebesar 0,7627
mg/gram. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kandungan vitamin C kontrol positif lebih
besar dibandingkan kandungan vitamin C
kontrol negatif. Hal ini disebabkan zat aktif
vitamin C yang ditambahkan saat proses
pembuatan belum mengalami kondisi zat yang
teroksidasi
sehingga
mempengaruhi
peningkatan kadar vitamin C pada formula
kontrol positif. Menurut Prawirokusumo (1994)
zat yang teroksidasi dapat dipercepat oleh
panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh
katalis lembaga dan besi.Basis atau bahan dasar
bedak tabur mempengaruhi (meningkatkan)
kandungan
vitamin
C
sediaan
yang
Hasil pengukuran nilai SPF pada
formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, dan
formula 5 dapat diketahui bahwa kelima
sediaan bedak tabur tersebut memberikan nilai
SPF sebesar 53-73. Hasil ini menunjukkan
bahwa kelima formula sediaan bedak tabur
menunjukkan adanya efek perlindungan
terhadap sinar matahari dengan mengujinya
mengandung ekstrak kering buah murbei.
Kandungan vitamin C tertinggi pada Formula 4
dan Formula 5 dapat menjadi pelindung kulit
dari pengaruh buruk sinar UV sehingga dapat
memperlambat proses penuaan dan mencegah
kanker kulit.
c. Hasil Penentuan Nilai SPF (Sun Protective
Factor)
Penentuan nilai SPF sediaan bedak
tabur dilakukan dengan menentukkan nilai SPF
secara
in
vitro
dengan
metode
spektrofotometri.
Penentuan
nilai
SPF
dilakukan terhadap kelima formula sediaan
bedak tabur ekstrak kering buah murbei,kontrol
negatif, kontrol positif dan bedak taburyang
terdapat dipasaran sebagai pembanding. Tiaptiap sediaan diukur serapannya pada panjang
gelombang 290 nm- 320 nm, kemudian
dihitung nilai SPF-nya.Hasil perhitungan dapat
dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
secara in vitro.Hasil perhitungan nilai SPF
diperoleh peningkatan nilai SPF yang
linear.Hal tersebut dikarenakan konsentrasi
ekstrak kering buah murbei yang ditambahkan
ditingkatkan pada tiap formula.Hasil grafik
nilai SPF pada kelima formula sediaan bedak
tabur ekstrak kering buah murbei terdapat pada
Gambar 7.
Nilai SPF formula kontrol negatif
(sediaan yang tidak mengandung ekstrak kering
buah murbei) cukup besar yaitu 36.Hal tersebut
menunjukkan bahwa basis atau bahan dasar
mempengaruhi (meningkatkan) nilai SPF
sediaan yang mengandung ekstrak kering buah
murbei.Sedangkan, nilai SPF formula kontrol
positif adalah 67.Nilai tersebut diperoleh
karena sediaan kontrol positif mengandung
tambahan zat aktif vitamin C.
Sediaan
bedak
tabur
pasaran
digunakan bedak tabur Energizing Aromatic
Sari Ayu Martha Tilaar sebagai pembanding
karena merupakan sediaan bedak tabur yang
menyatakan atau mencantumkan tabir surya
sebagai salah satu manfaat ekstra pada produk
tersebut.Hasil perhitungan nilai SPF pada
sediaan pembanding menunjukkan bahwa
sediaan memenuhi persyaratan sebagai tabir
surya karena nilai SPF yang dihasilkan sebesar
79.
Berdasarkan literatur, buah murbei
mengandung antosianin dan vitamin C yang
cukup tinggi didalamnya, dimana diketahui
bahwa antosianin merupakan antioksidan yang
dapat menghambat proses penuaan kulit yang
dipapar sinar UV-B dan vitamin C juga
memiliki kemampuan antioksidan serta
melindungi dari kerusakan UV. Vitamin C
melawan radikal bebas dengan menetralisir
radikal bebas, sedangkan nilai SPF dapat
melihat kemampuan tabir surya untuk
melindungi kulit dari ultra violet yang berasal
dari sinar matahari dimana hal tersebut
merupakan salah satu dengan demikian sama
halnya ketika sediaan bedak tabur ekstrak
kering buah murbei diukur nilai SPF-nya
dengan metode spektrofotometri ini, nilai SPF
yang dihasilkan menunjukkan bahwa sediaan
bedak tabur ekstrak kering buah murbei
memenuhi persyaratan sebagai tabir surya yang
memberikan proteksi ultra dimana nilai SPF
pada kelima formula sediaan bedak tabur lebih
dari 15.
d. Hasil Uji Kesukaan
Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk.
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang
panelis. Uji ini meliputi penilaian terhadap
karakteristik sediaan bedak tabur yaitu warna,
aroma, dan kerataan.Tingkat kesukaan meliputi
amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka,
netral, dan tidak suka.Pada penelitian ini uji
hedonik dilakukan pada formula 4 dan formula
5dimana pada 2 formula tersebut memiliki
kandungan vitamin C tertinggi diantara formula
yang lainnya, dan hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak
kering buah murbei yang ditambahkan terhadap
setiap parameter organoleptik produk sediaan
bedak tabur yang diamati.
Berdasarkan hasil uji Friedman terhadap daya
terima warna sediaan bedak tabur dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05
,menunjukkan bahwa nilai p-value. (0,132) > α
(0,05), sehingga Ho diterima. Oleh karena Ho
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan, artinya
panelis memiliki tingkat kesukaan yang sama
terhadap warna sediaan bedak murbei formula
4 dan formula 5. Dikarenakan tidak terdapat
perbedaan secara signifikan, maka tidak perlu
dilanjutkan analisis Wilcoxon Signed Rank
Test.
Hasil uji Friedman terhadap daya
terima aroma sediaan bedak tabur dengan
tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05
,menunjukkan bahwa nilai p-value. (0,366) > α
(0,05), sehingga Ho diterima. Oleh karena Ho
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan artinya
panelis memiliki tingkat kesukaan yang sama
terhadap aroma sediaan bedak murbei formula
4 dan formula 5. Tidak adanya perbedaan
secara signifikan, maka tidak perlu dilanjutkan
analisis Wilcoxon Signed Rank Test.
Daya terima kerataan sediaan bedak tabur
dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05
pada hasil uji Friedman,menunjukkan bahwa
nilai p-value. (0,593) > α (0,05), sehingga Ho
diterima. Oleh karena Ho diterima, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan, artinya panelis memiliki
tingkat kesukaan yang sama terhadap kerataan
sediaan bedak murbei formula 4 dan formula 5.
Perbedaan tidak ada secara signifikan, maka
tidak perlu dilanjutkan analisis Wilcoxon
Signed Rank Test.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bedasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bedak tabur ekstrakkering buah murbei
dengan kadar ekstrak 0,2%; 0,4%; 0,6%;
0,8%; dan 1% menunjukkan kandungan
vitamin C yang relatif tinggi yaitu sebesar
0,7698mg/gram;
0,8203mg/gram;
0,9752mg/gram; 1,0521mg/gram; dan
1,2626mg/gram. Bedak tabur ekstrak
kering buah murbei memiliki aktivitas
sebagai tabir surya yang memberikan nilai
SPF berturut-turut sebesar 53; 64; 65; 65;
dan 73.
2. Hasil
analisisstatistik
menunjukkan
bahwa bedak tabur ekstrak kering buah
murbei formula 4 dan formula 5dengan
kadar ekstrak 0,8% dan 1% memiliki
tingkat kesukaan yang tidak berbeda
nyata
terhadap
setiap
parameter
organoleptik yang diamati yaitu pada
warna, aroma, dan kerataan sediaan bedak
tabur ekstrak kering buah murbei.
Saran
1. Perluadanya uji stabilitas agar
diketahui waktu daya tahan bedak
tabur ekstrak kering buah murbei.
2.
Perlu dilakukanuji pH agar bedak
tabur ekstrak kering buah murbei
menghasilkan sediaan yang aman bagi
kulit wajah.
3. Perlu dilakukan uji kemampuan tabir
surya sediaan secara in vivo agar
efikasinya sebagai tabir surya dapat
diketahui pada kulit manusia. formula
sediaan lipstick berupa cream agar
warna yang dihasilkan baik.
Daftar Pustaka
Andersen, O.M. dan Bernard. 2001. Chemistry
, Analysis and Application of
Anthocyanin Pigments from
Flowers,
Fruits,
and
Vegetables.Available
at
http://www.Uib.no/makerereuib/Subproject%201.htm-18
(diakses 15 Februari 2015).
Anonymousb. 2008. Buku Pintar Tanaman
Obat: 431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Hal 180
Anonymousa.
2002.
Murbei.
http://www.iptek.net.id.
(diakses 21 Februari 2015)
Atmosoedarjo, S., Katsumata, Kartasubrata,
Kaomini,
Saleh,
dan
Moerdoko. 2000. Sutera Alam
Indonesia. Yayasan Sarana
Wana Jaya.
Azmi, A.N., dan Yunianta. 2014. Ekstraksi
Antosianin
dari
Buah
Murbei(Morus alba L.) Metode
Microwave Assisted Extraction
(Kajian Waktu Ekstraksi dan
Rasio Bahan: Pelarut). Jurnal
Pangan dan Agroindustri, Vol.
3 No.3 p.835-846.
Andarwulan, N., dan Koswara, S. 1992. Kimia
Vitamin.
Rajawali
Press.
Jakarta
Balsam, M.S., dan Sagarin, E. 1972. Cosmetics
Science
and
Technology.
United States of America.
Counsell, J.N., dan Hornig, D.H. 1981. Vitamin
C. Applied Science.Publisher.
London. Hal; 123-124.
Deny, F., Lestari, K., dan Hakim, Z. 2006.
Penggunaan Vitamin E dan
Vitamin C Topikal dalam
Bidang Kosmetik. Majalah
Kedokteran Andalas. No. 2
Vol. 30: 40.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1977.
Materia
Medika
Indonesia Jilid I. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta. Hal 130, 135
.
1985. Formularium Kosmetika
Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengawasan
Obat
Dan
Makanan. Jakarta. Hal 1922,83,97,185,356
.
1989.
Materia
Medika
Indonesia Jilid V. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan
Makanan.Jakarta. Hal 548, 551,
552
.
2000.
Parameter
Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Cetakan Pertama. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan
Makanan. Jakarta. Hal 10-12
.
2012. Formula Kosmetika
Indonesia. Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.Jakarta. Hal 105
Desroiser,
1998.Teknologi
Pengawetan
Pangan.
Penerjemah
M.
Muljahardjo. UI-Press. Jakarta.
Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. , 1999. Awet
Muda dengan Tumbuhan Obat
dan Diet Suplemen.Trubus.
Jakarta.
Fadly. 2012. Hambatan Vitamin C Terhadap
Reaksi Fotohemolisis Oleh
Radikal
Bebas
Akibat
Fotosensitiser Siprofloksasin
Yang Diinduksi Oleh Paparan
Sinar Ultraviolet. Universitas
Tadulako. Palu.
Harborne
JB.1987.
Metode
Fitokimia.
Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah; Niksolihin S,
editor.
Terjemahan
dari:
Phytochemical
Methode.Penerbit
ITB.
Bandung. Hal 76-78
Harper, H.A. 1979. Biokimia.Diterjemahkan
oleh Martin M. EGC, Jakarta.
Jellineck, S. 1970. Formulation and Function
of Cosmetics.John Wiley and
Sons.Inc. New York. hal 510.
Karinda, M., Fatimawali, dan Citraningtyas, G.
2013. Perbandingan Hasil
Penetapan Kadar Vitamin C
Mangga
Dodol
dengan
Menggunakan
Metode
Spektrofotometri UV-Vis dan
Iodometri. Pharmacon-Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSRAT 2(1) :
87
Lailiyana. 2012. Analisis Kandungan Zat Gizi
dan Uji Hedonik Cookies Kaya
Gizi pada Siswi SMPN 27
Pekanbaru Tahun 2012. Tesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok.
Mansur, J.S., Breder, M.N., Mansur, M.C., dan
Azulay,
R.D.
1986.
Determination
of
Sun
Protection
Factor
by
Spectrophotometry.An
Bras
Dermatol 61: 121-124.
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.
Alfabeta. Bandung.
Mulyawan, D., dan Suriana, N. 2013.A-Z
tentang Kosmetik.PT Alex
Media Komputindo. Jakarta.
Hal 101.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Elsveir
Science. Amsterdam. Hal.3, 13,
121, 386.
Mokodompit, A.N., Hosea, J.E., dan Weny, W.
2013. Penentuan Nilai Sun
Protective Factor (SPF) Secara
In Vitro Krim Tabir Surya
Ekstrak Etanol Kulit Alpukat.
Pharmacon-Jurnal
Ilmiah
Farmasi-UNSRAT 2(3): 84-85
Osterwalder, U. dan Herzog, B.. 2009. Sun
Protection Factor : World Wide
Confusion, British Journal of
Dermatology, 161 (Suppl.3),
13-24.
Prawirokusumo,
S.
1994.
Ilmu
Gizi
Komparatif. BPFE.Yogyakarta.
Retno, I.T., dan Fatma, L. 2007. Pegangan
Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Saparudin, I. 2009. Studi Perancangan
Otomatisasi Kontrol Freeze
Dryer Di Unit Vaksin BCG PT
Biofarma.Skripsi
Program
Studi Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Jakarta.
Sayre, R.M., Agin, P.P, Levee, G.J., and
Marlowe, E. 1979. Comparison
Of In Vivo Testing Of
Sunscreenings
Formulas.
Photochem.
Photchem.
Photobiol. Oxford. Vol 29.
Page 559- 556.
Setiawan, T. 2010. Uji Stabilitas Fisik dan
Penentuan Nilai SPF Krim
Tabir
Surya
yang
Mengandung Ekstrak Daunt
Teh Hijau (Camelia Sinensis
L.) Oktil Metoksisinamat dan
Titanium
Dioksida,Skripsi.
Fakultas MIPA Program Studi
Farmasi. Universitas Indonesia
Sinaga, A.A. 2014. Uji Efektivitas Antioksidan
Losio Ekstrak Metanol Buah
Naga
Merah
(Hylocereus
polyrhizus Britton dan Rose). J.
Program
Studi
Farmasi
Fakultas
KedokteranUniversitas Tanjungpura. Hal
5
Siegel,
S.
1977.
Statistika
Non
Parametrik.Penerbit
PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhadi. 1989.
Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.
Liberty.
Yogyakarta.
Syafutri, M.I. 2008. Potensi Sari Buah Murbei
(Morus alba L.) sebagai
Minuman Berantioksidan dan
Serta Pengaruhnya Terhadap
Kadar
Kolesterol
dan
Trigliserida
Serum
Tikus
Percobaan. Jurnal Gizi dan
Pangan-IPB 4(1): Hal 29-32.
Tranggono R. I. S., dan Latifah, F., 2007,
Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Hal. 7-8, 9396.
Utomo, D. 2013. Pembuatan Serbuk
Effervescent Murbei (Morus
alba L.) Dengan Kajian
Konsentrasi Maltodekstrin dan
Suhu
Pengering.Jurnal
Teknologi Pangan, Vol. 5 No.1
Hal 2-5
Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical
Product.Dalam Remington: the
Science and Practice of
Pharmacy. Volume 1. Editor:
Alfonso
Gennaro.Lippincott
Williams & Wilkins. London.
Wardani, L.A. 2012. Validasi Metode Analisis
dan Penentuan Kadar Vitamin
C Pada Minuman Buah
Kemasan
Dengan
Spektrofotometri
UV-Visibel
.FMIPA.Depok.
Wardlaw,
G.M.
2003.
Contemporary
Nutrition.Edisi V. Cambridge
University Press. New York.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik . UI- Press.
Jakarta. Hal 28.
Wilkinson, J.B. dan Moore, R.J., 1982, Harry’s
Cosmetology,
7th.GeorgeGodwin publ., London.Hal
325.
Winarno, F.G. 2002.Ilmu Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarsih H. 2007. Antioksidan Alami dan
Radikal
Bebas.Kanisius.Yogyakarta.
Hal
13;
79-80
Download