Oleh Heny Sucihati B61109044 - Jurnal UNTAN

advertisement
PENGARUH KENAIKAN INVESTASI SWASTA DAN
PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI KALIMANTAN BARAT
JURNAL ILMIAH
Pada Program Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura
Oleh
Heny Sucihati
B61109044
PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK
Pengaruh kenaikan Investasi Swasta dan pengeluaran Pemerintah Daerah
Terhadap Ketimpangan Pembangunan Di Kalimantan Barat
Penelitian ini bertujuan untuk menguji implemetasi kurva Kuznet “U
Terbalik”, dan menganalisis pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah
terhadap tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di Provinsi Kalimantan
Barat dalam kurun waktu 1990 sampai dengan 2010. Teknik penelitian yang
digunakan adalah melalui pendekatan analisis deskriptif dan kuantitatif.
Pendekatan deskriptif berdasarkan data yang bersumber dari data sekunder,
jurnal, artikel, studi literatur dan penelitian sebelumnya yang berhubungan
dengan permasalahan. Pendekatan kuantitatif berdasarkan analisis
ekonometrika dengan menggunakan regresi linear berganda
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang terdiri dari data runtut waktu dari 1990 sampai dengan 2010 yang di
peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI, BPS Provinsi Kalimantan Barat,
Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.
Hasil yang diperoleh adalah variabel investasi swasta berpengaruh
negatif dan signifikan pada α = 5 %, variabel investasi berpengaruh negatif
dan signifikan pada α = 5 % terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi
Kalimantan Barat. Sedangkan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
dan signifikan. Nilai F hitung sebesar 15,534 dengan probabilitas 0.0000 lebih
kecil dari α = 5 %, sehingga disimpulkan bahwa kedua variabel independen
yaitu Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pembangunan wilayah di Provinsi
Kalimantan Barat
Kata Kunci : Ketimpangan Pembangunan, Hipotesis Kuznets, Investasi
Swasta, dan Pengeluaran Pemerintah
ABSTRACK
The effect of rising private investment and government expenditure Against
Inequality Regional Development In Kalimantan Barat
This study aims to examine the implementation of the Kuznets curve
"U upside", and analyze the effect of government investment and expenditure
on the level of economic inequality that occurred in Kalimantan Barat
Province in the period 1990 to 2010. The research technique used is through
descriptive analysis and quantitative approach. Descriptive approach based on
data from secondary data, journals, articles, literature and previous research
related to the problems. A quantitative approach based on econometric
analysis using multiple linear regression.
The data used in this research is secondary data comprising time series
data from 1990 to 2010 were obtained from the BPS, BPS Kalimantan Barat
Province, Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) and outcomes research
previous.
The results obtained are variable private investment and significant
negative effect on α = 5%, the variable investment and significant negative
effect on α = 5% of the development gaps in the Kalimantan Barat Province.
Meanwhile, government spending and a significant positive effect. Calculated
F value of 15.534 with probability 0.0000 smaller than α = 5%, so it
concluded that two independent variables, namely private investment and
government spending jointly affect the level of development gaps in the region
of Kalimantan Barat Province
Keywords: Inequality Development, Kuznets hypothesis, Private Investment,
and Government Spending
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ketimpangan wilayah (regional disparity) merupakan konsekuensi logis
pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Hal
ini terlihat dengan adanya wilayah yang maju dangan wilayah yang terbelakang atau
kurang maju. Ketidakmerataan pembangunan ini dicerminkan karena adanya perbedaan
antara wilayah satu dengan lainnya. Oleh karena itu, perlu peningkatkan investasi swasta
dengan memberikan berbagai kemudahan akan berdampak para investor mau menanamkan
modalnya, diarahkan pada daerah-daerah yang kurang maju dengan membangun sarana
dan prasarana yang mendukung dalam berinvestasi. Dengan keterbatasan anggaran
pemerintah, upaya efisiensi harus selalu dilakukan, agar pengaruh yang mampu diberikan
makin besar dan dapat menggerakkan, yaitu dengan melakukan prioritas anggaran
pembelanjaan
pembangunan
infrastruktur
yang
dapat
menumbuhkembangkan
perkembangan kegiatan ekonomi yang ada
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan adalah investasi. Pemerintah Daerah hendaknya mengefisienkan segala
kebijakan yang berkaitan tentang urusan daerah, dengan harapan agar kebijakan yang
diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi
masing-masing daerah, sehingga mampu mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun. Diharapkan dengan penerapan otonomi daerah pertumbuhan ekonomi
lebih baik dari masa sebelumnya.
Pertumbuhan suatu perekonomian juga tidak bisa lepas dari peran pemerintah.
Kebijakan pengeluaran pemerintah dituangkan dalam APBD tercermin dari total belanja
pemerintah yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Pengeluaran pemerintah yang
terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang
proposional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang
boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada umumnya pengeluaran
pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan.
Hipotesis Kuznet mengenai Kurva U-Terbalik dimana menjelaskan bahwa mulamula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun
setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan makin merata.
1
Peneliti ini ingin mengetahui apakah hipotesis Kuznet tersebut berlaku di Provinsi
Kalimantan Barat. Melihat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang cenderung
meningkat diharapkan dapat terjadi secara merata
Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2010 mencapai sebesar 10.250,72 Trilliun
Rupiah. Hal tersebut menandakan semakin kuatnya pemodalan yang bersumber dari luar
negeri dalam menunjang peningkatan perekonomian. Sementara itu, jumlah investasi
swasta berupa PMDN tahun 2010 juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 8.381,74 Trilliun
Rupiah dari tahun sebelumnya. Tumbuhnya iklim investasi yang sehat dan kompetitif
sangat diharapkan karena akan memacu perkembangan investasi yang saling
menguntungkan baik bagi pemerintah daerah, pihak swasta maupun terhadap
masyarakatnya.
Perkembangan belanja pemerintah rutin dari tahun 1990 s/d 2010 mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 25,94 % menjadi Rp. 832.826.984 pada tahun 2010.
Sedangkan perkembangan belanja pembangunan mengalami peningkatan rata-rata sebesar
29,84 % menjadi Rp. 867.375.345 pada tahun 2010. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata
pengeluaran pembangunan Kalimantan Barat yang digunakan untuk investasi guna
mencapai sasaran-sasaran program yang telah ditetapkan ternyata lebih besar dibandingkan
pengeluaran rutin yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai program dan kegiatan
pemerintahan yang bersifat operasional dan peningkatan jangkauan mutu pelayanan
terhadap masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan mengambil judul: Pengaruh kenaikan Investasi Swasta dan pengeluaran
Pemerintah Daerah Terhadap Ketimpangan Pembangunan Di Kalimantan Barat
1.2 Permasalahan dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan indikasi dan identifikasi masalah diatas, maka lingkup permasalahan
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah hipotesis Kuznets tentang Kurva “U Terbalik” berlaku di Provinsi
Kalimantan Barat?
2. Bagaimana pengaruh investasi terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di
Kalimantan Barat?
3. Bagaimana
pengaruh
pengeluaran
pemerintah
terhadap
Ketimpangan
2
pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat ?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuktikan teori kuznet
2. Menganalisis pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap tingkat
ketimpangan ekonomi yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dari Tahun 19902010?
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan analisis deskriptif
dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif berdasarkan data yang bersumber dari data sekunder,
jurnal, artikel, studi literatur dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
permasalahan. Pendekatan kuantitatif berdasarkan analisis ekonometrika dengan
menggunakan regresi linear berganda.
1.3.1 Data, Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik berupa publikasi tahunan ”Statistik Indonesia”,
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat berupa publikasi tahunan ”Provinsi
Kalimantan Barat Dalam Angka”, ”Produk Domestik Regional Bruto Provinsi
Kalimantan Barat Menurut Sektoral maupun Penggunaan”, Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Propinsi Kalimantan Barat berupa data Investasi (PMA
dan PMDN) Propinsi Kalimantan Barat sejak tahun 1990-2010.
1.3.2 Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama digunakan alat analisis regresi
linier beganda dengan model matematis :
Y =
b0 + b1X1 + b2X2 + e
Dimana : Y adalah Ketimpangan Pembangunan
X1 adalah investasi
X2 adalah pengeluaran pemerintah
e adalah faktor gangguan
3
Untuk
melihat
adanya
variabel
investasi
dan
pengeluaran
pemerintah
mempengaruhi ketimpangan pendapatan di Kalimantan Barat menggunakan model regresi
linear berganda.
- Ketimpangan Pembangunan sebagai variabel terikat adalah dengan Perhitungan indeks
Wlliamson
- Investasi sebagai variabel bebas adalah investasi perkapita yang diperoleh dari rasio
investasi terhadap Jumlah Penduduk di Kalimantan Barat
- pengeluaran pemerintah sebagai variabel bebas adalah pengeluaran pemerintah
perkapita yang diperoleh dari total nilai realisasi anggaran belanja baik dalam APBD
maupun APBN terhadap jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat (dalam jutaan
rupiah)
- e adalah faktor gangguan.
Guna memperoleh hasil dari variabel investasi swasta perkapita, ratio
pengeluaran pemerintah perkapita di Provinsi Kalimantan Barat, maka untuk masingmasing variabel tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Untuk mengukur variabel investasi swasta per kapita digunakan rumus (Hg. Suseno,
1990):
ZI
X1 = -------- …………………………………………..(1)
Z Pd
dimana :
ZI
=
Z Pd =
Jumlah realisasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat
Dan untuk mengukur Pengeluaran pemerintah per kapita diukur dengan rumus (Suseno,
1990) :
Z Pp
X2 = -------- …………………………………………..(2)
Z Pd
dimana :
Z Pp = Jumlah Realisasi Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Kalimantan Barat
Z Pd = Jumlah Penduduk di Provinsi Kalimantan Barat
Dari ketiga variabel tersebut dapat disusun suatu fungsi Indeks Ketimpangan
Pembangunan Ekomomi yakni :
4
Y = f(X
1
, X 2 )……………………………………….(3)
Dari persamaan (3) indeks
ketimpangan pembangunan ekonomi tersebut
merupakan suatu persamaan yakni :
Y = a0 +axXlt +a2X2t + ij………………………………………… ………..(4)
dimana :
Y = Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Barat.
Xi
= Investasi Swasta di Provinsi Kalimantan Barat per kapita.
X2
= Pengeluaran pemerintah per kapita di Provinsi Kalimantan Barat.
a0
= kosntanta.
ai,a2 = koefisien masing-masing dari Xh X2
t
= tahun.
ij,
= faktor gangguan.
5
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Penelitian
2.1.1. Pembuktian Hipotesis Kuznets
Gambar 2.1 merupakan hubungan antara ketimpangan dengan pertumbuhan
ekonomi. Gambar menunjukan bahwa kurva berbentuk U terbalik. Pada tahun
1995-1997 indeks ketimpangan pembangunan wilayah terus meningkat. Akan tetapi
seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan Barat pada
tahun 1998 dikarenakan krisis ekonomi, indeks ketimpangan pembangunan wilayah
ikut menurun dan kembali meningkat pada tahun 1999 sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang kembali meningkat. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tidak dapat mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah
sehingga dapat dikatakan ada trade off antara ketidakmerataan dengan
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
Hasil dari analisis korelasi Pearson antara pertumbuhan ekonomi dangan
indeks ketimpangan menggunakan pendekatan PDRB per kapita relatif didapatkan
nilai -0,160. Nilai negative ini menandakan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi
meningkat maka akan menurunkan ketimpangan pembangunan wilayah di
Kalimantan Barat. Akan tetapi dari hasil regresi menunjukan tingkat signifikansi
0,478 yang berarti secara statistik korelasi ini kuat karena signifikan pada α= 5 %.
Gambar 2.1
Kurva Hubungan Antara Indeks Ketimpangan Wilayah dengan Pertumbuhan
Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 1990-2010
6
Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun Terbitan, diolah
2.1.2. Investasi
a. Pengaruh Investasi Swasta terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
di Provinsi Kalimantan Barat.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho:
Investasi Swasta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat
Ha:
Investasi Swasta berpengaruh signifikan terhadap Ketimpangan
Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat
Dari hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk Investasi Swasta sebesar 0,359 dan pada t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 95 % (α = 5%), df
= 18 diperoleh 2,101 . Terlihat bahwa t hitung lebih kecil dari t kritis atas,
maka Ho diterima yang berarti bahwa investasi swasta tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Barat.
Berdasarkan probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari 0,05
maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan diketahui sig. atau significance
adalah 0,724 atau probabilitas jauh di atas 0,05, maka Ho diterima artinya
investasi swasta benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harrod-Domar (1957) yang dikutip
oleh Jhingan (1993) mengemukakan bahwa investasi merupakan kunci dari
pertumbuhan ekonomi sebab investasi dapat menciptakan pendapatan dan
dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Oleh karena itu, yang
diharapkan dari investasi adalah dampak yang ditimbulkan dari investasi
terhadap pembangunan nasional maupun wilayah tidak terbukti di
Kalimantan Barat.
7
Ho diterima
Ho ditolak
-2.11
Ho ditolak
-1.96
-0.36
0
0.36
1.96
2.11
Gambar 4.3. Kurva Uji t- statistik
b. Pengaruh Pengeluaran pemerintah terhadap Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : β2 = 0
Pengeluaran Pemerintah tidak berpengaruh signifikan
terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi
Kalimantan Barat
H1 : β2 ≠ 0
Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap
Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi
Kalimantan Barat
Dari hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk Pengeluaran
Pemerintah sebesar 2,764 dan pada t tabel dengan tingkat signifikansi
sebesar 95 % (α = 5%), df = 16 diperoleh 1,729. Terlihat bahwa t hitung
lebih besar dari t kritis atas, maka Ho ditolak yang berarti bahwa realisasi
nilai Pengeluaran Pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap
ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari
0,05 maka Ho diterima dan jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho
ditolak. Dari hasil perhitungan diketahui sig. atau significance adalah 0,013
atau probabilitas jauh di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima
artinya
bahwa
realisasi
nilai
pengeluaran
pemerintah
benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
8
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan antara investasi swasta dan pengeluaran pemerintah terhadap
ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat hanya
terbukti pada variabel pengeluaran pemerintah.
2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan SPSS-21, diperoleh
persamaan regresi linear berganda data series 1990-2010 sebagai berikut:
Log Y=-2,105 -0,064 Log X1 +0,517 Log X2 + ijt
Konstanta sebesar - 2,105 memiliki arti jika Investasi Swasta dan
Pengeluaran Pemerintah tidak mengalami perubahan maka ketimpangan pembangunan
Kalimantan Barat akan turun sebesar 2,105 tiap tahunnya. Pengaruh dari konstanta ini
signifikan terhadap ketimpangan pembangunan Kalimantan Barat dari tahun 19902010 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,0000 (<0,05).
Tanda koefisien yang negatif untuk investasi swasta menunjukkan adanya
hubungan negatif antara investasi swasta dengan tingkat ketimpangan pembangunan
ekonomi di Kalimantan Barat. Artinya semakin tinggi investasi swasta akan
mendorong terjadinya peningkatan pendapatan perkapita sehingga menurunkan
ketimpangan pembangunan ekonomi begitupun sebaliknya dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan.
Koefisien Investasi Swasta (X1) sebesar -0,064 memberikan indikasi bahwa
elastisitas permintaan investasi swasta terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi
bersifat inelastis. Maksudnya, jika investasi swasta meningkat sebesar 1 persen maka
ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat akan menurun
sebesar 0,064 persen, dengan asumsi pengeluaran pemerintah tetap.
Sedangkan tanda koefisien yang positif untuk pengeluaran pemerintah
menunjukkan adanya hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat
ketimpangan pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat. Artinya semakin tinggi
pengeluaran pemerintah maka semakin tinggi tingkat ketimpangan pembangunan
ekonomi begitupun sebaliknya. Koefisien pengeluaran pemerintah (X2) sebesar 0,517
memiliki arti jika pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 1 persen maka
ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat meningkat sebesar
0,517 persen, dengan asumsi investasi swasta tetap.
9
Hal ini berarti bahwa apabila pengeluaran pemerintah meningkat Rp 1 juta
perkapita, maka indeks Williamson akan meningkat sebesar 0.517. Ini menunjukkan
bahwa pengeluaran pemerintah yang tinggi akan semakin tinggi ketimpangan ekonomi
di provinsi Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan karena kondisi daerah yang berbedabeda baik jumlah penduduk maupun pendapatan asli daerah maka besaran nilai
pengeluaran pemerintah akan tidak sama pula.
Interpretasi hasil regresi pengaruh dari investasi swasta dan pengeluaran
pemerintah terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan
Barat tahun 1990-2010 adalah sebabai berikut :
2.2.1. Implikasi kepada kebijakan investasi swasta
Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa Investasi Swasta berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat.
Kenaikan 1 persen investasi swasta akan mengurangi ketimpangan pembangunan di
Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,064 persen.
Teori Myrdal yang mengatakan bahwa adanya perpindahan modal dan motif
laba yang cenderung meningkatkan ketimpangan wilayah tidak terbukti di Provinsi
Kalimantan Barat. Menurut Myrdal (Jhingan, 1993) motif laba yang mendorong
berkembangnya pembangunan di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi,
sementara wilayah-wilayah lain tetap terlantar. Akan tetapi dari hasil regresi
menunjukan hubungan negatif yang terjadi antara investasi swasta dengan
ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat, semakin banyak investasi yang
digunakan untuk melakukan proses produksi barang jasa, dimana tenaga kerja dapat
diserap lebih banyak juga sehingga terjadi pemerataan pendapatan perkapita (Sadono
Sukirno,1985). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Budiantoro Hartono
(2008) juga menghasilkan hubungan negatif antara investasi swasta dengan
ketimpangan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah. Dalam penelitiannya
Budiantoro mengemukakan bahwa setiap peningkatan investasi swasta yang berarti
peningkatan penanaman modal maka akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan
peningaktan kemakmuran sehingga ketimpangan akan berkurang.
10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi swasta berpengaruh negatif
terhadap ketimpangan pembangunan tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
diajukan, maka hipotesis penelitian ditolak.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dan dipandang sebagai fenomena
positif untuk meningkatkan investasi dalam negeri (swasta) dan investasi luar negeri
adalah melakukan reformasi birokrasi layanan investasi, membangun sistim informasi
potensi investasi, serta peningkatan dan provisi infrastruktur fisik.
2.2.2 Implikasi kepada pengeluaran pemerintah
Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa
pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi
Kalimantan Barat. Kenaikan 1 persen pengeluaran pemerintah akan menambah
ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,517 persen. Hasil
regresi tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yang menduga terdapat
hubungan negatif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah dengan ketimpangan
pembangunan.
Model diatas menjelaskan bahwa semakin besar rasio pengeluaran
pemerintah yang ditujukan langsung kepada masyarakat akan meningkatkan
pendapatan perkapita yang pada akhirnya mengurangi ketimpangan pendapatan.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Asri N (2008) yang menunjukkan pengeluaran
pemerintah berkorelasi positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
berpengaruh terhadap penurunan ketimpangan pendapatan.
Kebijakan arah alokasi pengeluaran pembangunan terhadap sektor-sektor
produktif belum mampu berbuat banyak untuk menggerakan sektor-sektor lainnya.
Untuk itu diperlukan kebijakan dari pemerintah daerah yang lebih konsisten dalam
mengidentifikasi sektor-sektor produktif untuk menggerakan sektor- sektor lainnya.
Selain memperhatikan sektor produktif, pemerintah daerah Propinsi Kalimantan Barat
harus memberikan perhatian sepenuhnya pada kebijakan pembangunan yang
mempersempit ketimpangan regional.
Implikasi lainnya adalah bahwa peningkatan rasio belanja pemerintah daerah
efektif dalam menstimulus pendapatan perkapita, melalui peningkatan produk
domestik regional bruto. Peningkatan rasio ini juga menjelaskan bahwa perbaikan
11
kondisi sarana dan prasarana serta sosial ekonomi masyarakat akan meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat,
yang
pada
akhirnya
menurunkan
ketimpangan
pembangunan di Kalimantan Barat.
2.2.3 Implikasi kepada strategi pemerataan pembangunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi swasta dan dan
pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Barat. Nilai koefisien dari variabel investasi swasta perkapita
memiliki tanda negatif yang artinya apabila investasi swasta di provinsi Kalimantan
Barat meningkat maka akan mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi.
Sebaliknya bila investasi swasta di Provinsi Kalimantan Barat menurun maka tingkat
ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat akan meningkat.
Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian
Tantia
Hastharini
(2002)
yang
menyimpulkan bahwa investasi berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan
ekonomi. Persebaran kegiatan investasi yang tidak merata dapat menyebabkan
kegiatan ekonomi dan peningkatan kemakmuran penduduk antar daerah menjadi tidak
seimbang. Adanya perpindahan modal juga dapat meningkatkan ketimpangan antar
daerah. Di daerah yang sudah maju, permintaan yang meningkat akan merangsang
investasi yang pada giliranya akan meningkatkan pendapatan dan menyebabkan
permintaan meningkat. Oleh kaerana itu peningkatan investasi diharapkan tidak hanya
pada daerah-daerah yang sudah maju karena memiliki sarana dan prasarana yang lebih
lengkap, namun pada daerah-daerah yang tertinggal juga perlu ditingkatkan
investasinya dengan memberikan insentif investasi serta meningkatkan sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam investasi.
Dalam memacu akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah, maka Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat perlu mengembangkan fungsi dari Kawasan
Pembangunan Ekonomi Terpadu (Kapet) dan fungsi Kamar Dagang Dan Industri
(KADIN), sehingga akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan
ekonomi wilayah. Perlu diperhatikan pula bahwa perkembangan investasi swasta
sangat tergantung dari fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah berupa
sarana dan prasarana yang merangsang guna menarik investor asing maupun dalam
negeri.
12
Sementara itu pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan
pembangunan tergantung daripada rencana kegiatan yang dibuat oleh pemerintah
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Apabila porsi dana
pengeluaran lebih besar untuk belanja barang dan jasa daripada belanja pegawai maka
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan perbaikan
pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan ketimpangan
pendapatan.
Peranan pemerintah daerah sejak dilaksanakanya otonomi daerah semakin
dominan, sebagai implikasi dari pemberian kewenangan yang semakin luas kepada
pemerintah daerah, daerah dituntut untuk dapat mandiri melaksanakan pembangunan,
baik sisi perencanaan maupun sisi pelaksanaannya sesuai dengan prinsip-prinsip
otonomi daerah. Sejalan dengan esensi otonomi daerah,maka besarnya pengeluaran
pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Diharapkan agar local government
spending akan benar-benar bermanfaat dan menjadi stimulus fiskal bagi perekonomian
di daerah dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu keberhasilan
pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat tergantung dari pengalokasian
belanja daerah terutama pada program atau kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat (kepentingan publik), sehingga dapat mendorong perekonomian yang pada
akhirnya akan mengurangi ketimpangan.
Kebijakan yang lebih efektif yang sangat diperlukan untuk mengatasi
ketimpangan pendapatan di Kalimantan Barat adalah :
1. Meningkatkan akses wilayah terhadap terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang
kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi. Pembangunan infrastruktur yang merata
akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian.
2. Pemerintah daerah harus melengkapi kerangka hukum untuk memastikan bahwa
sumber daya mereka alokasikan secara strategis, bertanggung jawab dan
transparan. Pemerintah daerah harus menetapkan kerangka kerja peraturan dan
mekanisme perencanaan partisipatif yang sesuai serta prosedur pembukuan dan
pelaporan yang akurat dan tepat waktu. Di samping itu, mereka harus
mempersiapkan dan melaksanakan mekanisme pemantauan dan pengawasan yang
independen dan transparan.
13
3. Investasi untuk aparat administratif secara nyata harus menghasilkan peningkatan
efisiensi yang selayaknya. Apabila peningkatan efisiensi tidak mendukung untuk
dilakukanya investasi, sumber daya harus dialihkan kepada layanan masyarakat.
Keuntungan dari menginvestasikan dana publik untuk meningkatkan layanan
masyarakat dampaknya lebih besar daripada pembangunan gedung-gedung baru
untuk administrasi umum.
14
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis Kuznet mengenai Kurva U-Terbalik tidak terbukti untuk Provinsi Kalimantan
Barat. Pada pertumbuhan awal ketimpangan di Provinsi Kalimantan Barat memang
memburuk, kemudian pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan menurun. Akan tetapi,
suatu waktu ketimpangan tersebut akan kembali meningkat sehingga terbukti bahwa
terjadi trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan ketidakmerataan.
2. a. Dari hasil regresi variabel investasi swasta berpengaruh negatif dan
signifikan sebesar 0,064 pada α = 5%. Hal ini berarti kenaikan investasi swasta
sebesar 1 persen akan mengurangi ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat
sebesar 0,064 persen. Peningkatan investasi yang terjadi di Kalimantan Barat
membuat kegiatan ekonomi semakin tumbuh dan berujung pada kemakmuran. Oleh
karena itu, selama periode penelitian investasi yang bertambah mempengaruhi
pengurangan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat. Selanjutnya Variabel
independen kedua yaitu pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
sebesar 0,517 pada α = 5%. Hal ini berarti kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1
persen akan meningkatkan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat sebesar
0,517 persen. Peningkatan pengeluaran pemerintah yang terjadi di Kalimantan Barat
mempengaruhi peningkatan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat,
apabila programnya tepat sasaran.
b. Uji F-statistik menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi
yaitu investasi swasta dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi
Kalimantan Barat.
c. Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh Investasi dan pengeluaran pemerintah
terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat tahun 19902010 menunjukkan bahwa besarnya nilai R2 cukup tinggi yaitu 0,633. Nilai ini
berarti bahwa model yang dibentuk cukup baik dimana 63,30 persen variasi
variabel dependen ketimpangan pembangunan dapat dijelaskan dengan baik oleh
variabel-variabel independen yakni investasi dan pengeluaran pemerintah.
15
Sedangkan sisanya sebesar 36,70 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain atau
variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam studi ini.
3. Tingkat ketimpangan yang terjadi di Kalimantan Barat relatif tidak tinggi namun
meningkat hampir setiap tahunnya. Akan tetapi pada tahun 1997 ketimpangan ini
berkurang dari 0,021072 pada tahun 1996 menjadi 0,010516. Hal ini disebabkan karena
dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Krisis ekonomi ini
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat menurun bahkan sampai -4,71
% dan berdampak pada penurunan tingkat ketimpangan wilayah di Provinsi
Kalimantan Barat.
3.2 Saran
1. Peningkatkan investasi swasta dengan memberikan berbagai kemudahan akan
berdampak para investor mau menanamkan modalnya. Investasi juga diarahkan pada
daerah-daerah yang kurang maju dengan membangun sarana dan prasarana yang
mendukung dalam berinvestasi.
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah membuat keadaan yang dapat
meningkatkan investasi melalui kebijakan-kebijakan yang mempermudah masuknya
investasi. Misalnya dengan program perijinan investasi satu atap dan menghilangkan
pungutan liar agar industri dapat kompetitif, serta memberikan insentif yang
memungkinkan untuk menarik investasi di Kalimantan Barat.
2. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah, upaya efisiensi harus selalu dilakukan, agar
pengaruh yang mampu diberikan makin besar dan dapat menggerakkan, yaitu dengan
melakukan prioritas anggaran pembelanjaan pembangunan infrastruktur yang dapat
menumbuhkembangkan perkembangan kegiatan ekonomi yang ada.
Di samping itu, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat diharapkan mengalokasikan
belanja daerah secara proporsional antara belanja rutin yang konsumtif dengan belanja
pembangunan yang lebih memihak kepentingan public sehingga mampu memberikan
efek positif terhadap pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat.
3. Guna pengembangan keilmuan lebih lanjut, diperlukan studi empirik yang lebih
mendalam yang terkait dengan tema studi ini. Oleh sebab itu untuk penelitian yang
berikutnya, diharapkan dapat memperluas cakupan periode penelitian dan memperluas
cakupan variabel seperti variabel kesempatan kerja, konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat.
16
Download