PENGARUH KENAIKAN INVESTASI SWASTA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI KALIMANTAN BARAT JURNAL ILMIAH Pada Program Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Oleh Heny Sucihati B61109044 PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014 ABSTRAK Pengaruh kenaikan Investasi Swasta dan pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Ketimpangan Pembangunan Di Kalimantan Barat Penelitian ini bertujuan untuk menguji implemetasi kurva Kuznet “U Terbalik”, dan menganalisis pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dalam kurun waktu 1990 sampai dengan 2010. Teknik penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan analisis deskriptif dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif berdasarkan data yang bersumber dari data sekunder, jurnal, artikel, studi literatur dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan. Pendekatan kuantitatif berdasarkan analisis ekonometrika dengan menggunakan regresi linear berganda Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data runtut waktu dari 1990 sampai dengan 2010 yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI, BPS Provinsi Kalimantan Barat, Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh adalah variabel investasi swasta berpengaruh negatif dan signifikan pada α = 5 %, variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan pada α = 5 % terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan. Nilai F hitung sebesar 15,534 dengan probabilitas 0.0000 lebih kecil dari α = 5 %, sehingga disimpulkan bahwa kedua variabel independen yaitu Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pembangunan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat Kata Kunci : Ketimpangan Pembangunan, Hipotesis Kuznets, Investasi Swasta, dan Pengeluaran Pemerintah ABSTRACK The effect of rising private investment and government expenditure Against Inequality Regional Development In Kalimantan Barat This study aims to examine the implementation of the Kuznets curve "U upside", and analyze the effect of government investment and expenditure on the level of economic inequality that occurred in Kalimantan Barat Province in the period 1990 to 2010. The research technique used is through descriptive analysis and quantitative approach. Descriptive approach based on data from secondary data, journals, articles, literature and previous research related to the problems. A quantitative approach based on econometric analysis using multiple linear regression. The data used in this research is secondary data comprising time series data from 1990 to 2010 were obtained from the BPS, BPS Kalimantan Barat Province, Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) and outcomes research previous. The results obtained are variable private investment and significant negative effect on α = 5%, the variable investment and significant negative effect on α = 5% of the development gaps in the Kalimantan Barat Province. Meanwhile, government spending and a significant positive effect. Calculated F value of 15.534 with probability 0.0000 smaller than α = 5%, so it concluded that two independent variables, namely private investment and government spending jointly affect the level of development gaps in the region of Kalimantan Barat Province Keywords: Inequality Development, Kuznets hypothesis, Private Investment, and Government Spending I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ketimpangan wilayah (regional disparity) merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya wilayah yang maju dangan wilayah yang terbelakang atau kurang maju. Ketidakmerataan pembangunan ini dicerminkan karena adanya perbedaan antara wilayah satu dengan lainnya. Oleh karena itu, perlu peningkatkan investasi swasta dengan memberikan berbagai kemudahan akan berdampak para investor mau menanamkan modalnya, diarahkan pada daerah-daerah yang kurang maju dengan membangun sarana dan prasarana yang mendukung dalam berinvestasi. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah, upaya efisiensi harus selalu dilakukan, agar pengaruh yang mampu diberikan makin besar dan dapat menggerakkan, yaitu dengan melakukan prioritas anggaran pembelanjaan pembangunan infrastruktur yang dapat menumbuhkembangkan perkembangan kegiatan ekonomi yang ada Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan adalah investasi. Pemerintah Daerah hendaknya mengefisienkan segala kebijakan yang berkaitan tentang urusan daerah, dengan harapan agar kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masing-masing daerah, sehingga mampu mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Diharapkan dengan penerapan otonomi daerah pertumbuhan ekonomi lebih baik dari masa sebelumnya. Pertumbuhan suatu perekonomian juga tidak bisa lepas dari peran pemerintah. Kebijakan pengeluaran pemerintah dituangkan dalam APBD tercermin dari total belanja pemerintah yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Pengeluaran pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proposional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan. Hipotesis Kuznet mengenai Kurva U-Terbalik dimana menjelaskan bahwa mulamula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan makin merata. 1 Peneliti ini ingin mengetahui apakah hipotesis Kuznet tersebut berlaku di Provinsi Kalimantan Barat. Melihat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang cenderung meningkat diharapkan dapat terjadi secara merata Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2010 mencapai sebesar 10.250,72 Trilliun Rupiah. Hal tersebut menandakan semakin kuatnya pemodalan yang bersumber dari luar negeri dalam menunjang peningkatan perekonomian. Sementara itu, jumlah investasi swasta berupa PMDN tahun 2010 juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 8.381,74 Trilliun Rupiah dari tahun sebelumnya. Tumbuhnya iklim investasi yang sehat dan kompetitif sangat diharapkan karena akan memacu perkembangan investasi yang saling menguntungkan baik bagi pemerintah daerah, pihak swasta maupun terhadap masyarakatnya. Perkembangan belanja pemerintah rutin dari tahun 1990 s/d 2010 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 25,94 % menjadi Rp. 832.826.984 pada tahun 2010. Sedangkan perkembangan belanja pembangunan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 29,84 % menjadi Rp. 867.375.345 pada tahun 2010. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata pengeluaran pembangunan Kalimantan Barat yang digunakan untuk investasi guna mencapai sasaran-sasaran program yang telah ditetapkan ternyata lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pemerintahan yang bersifat operasional dan peningkatan jangkauan mutu pelayanan terhadap masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh kenaikan Investasi Swasta dan pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Ketimpangan Pembangunan Di Kalimantan Barat 1.2 Permasalahan dan Tujuan Penelitian Berdasarkan indikasi dan identifikasi masalah diatas, maka lingkup permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah hipotesis Kuznets tentang Kurva “U Terbalik” berlaku di Provinsi Kalimantan Barat? 2. Bagaimana pengaruh investasi terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat? 3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap Ketimpangan 2 pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat ? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Membuktikan teori kuznet 2. Menganalisis pengaruh investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dari Tahun 19902010? 1.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan analisis deskriptif dan kuantitatif. Pendekatan deskriptif berdasarkan data yang bersumber dari data sekunder, jurnal, artikel, studi literatur dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan. Pendekatan kuantitatif berdasarkan analisis ekonometrika dengan menggunakan regresi linear berganda. 1.3.1 Data, Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik berupa publikasi tahunan ”Statistik Indonesia”, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat berupa publikasi tahunan ”Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka”, ”Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Barat Menurut Sektoral maupun Penggunaan”, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Kalimantan Barat berupa data Investasi (PMA dan PMDN) Propinsi Kalimantan Barat sejak tahun 1990-2010. 1.3.2 Analisis Data Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama digunakan alat analisis regresi linier beganda dengan model matematis : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y adalah Ketimpangan Pembangunan X1 adalah investasi X2 adalah pengeluaran pemerintah e adalah faktor gangguan 3 Untuk melihat adanya variabel investasi dan pengeluaran pemerintah mempengaruhi ketimpangan pendapatan di Kalimantan Barat menggunakan model regresi linear berganda. - Ketimpangan Pembangunan sebagai variabel terikat adalah dengan Perhitungan indeks Wlliamson - Investasi sebagai variabel bebas adalah investasi perkapita yang diperoleh dari rasio investasi terhadap Jumlah Penduduk di Kalimantan Barat - pengeluaran pemerintah sebagai variabel bebas adalah pengeluaran pemerintah perkapita yang diperoleh dari total nilai realisasi anggaran belanja baik dalam APBD maupun APBN terhadap jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat (dalam jutaan rupiah) - e adalah faktor gangguan. Guna memperoleh hasil dari variabel investasi swasta perkapita, ratio pengeluaran pemerintah perkapita di Provinsi Kalimantan Barat, maka untuk masingmasing variabel tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut : Untuk mengukur variabel investasi swasta per kapita digunakan rumus (Hg. Suseno, 1990): ZI X1 = -------- …………………………………………..(1) Z Pd dimana : ZI = Z Pd = Jumlah realisasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat Dan untuk mengukur Pengeluaran pemerintah per kapita diukur dengan rumus (Suseno, 1990) : Z Pp X2 = -------- …………………………………………..(2) Z Pd dimana : Z Pp = Jumlah Realisasi Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Kalimantan Barat Z Pd = Jumlah Penduduk di Provinsi Kalimantan Barat Dari ketiga variabel tersebut dapat disusun suatu fungsi Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekomomi yakni : 4 Y = f(X 1 , X 2 )……………………………………….(3) Dari persamaan (3) indeks ketimpangan pembangunan ekonomi tersebut merupakan suatu persamaan yakni : Y = a0 +axXlt +a2X2t + ij………………………………………… ………..(4) dimana : Y = Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Barat. Xi = Investasi Swasta di Provinsi Kalimantan Barat per kapita. X2 = Pengeluaran pemerintah per kapita di Provinsi Kalimantan Barat. a0 = kosntanta. ai,a2 = koefisien masing-masing dari Xh X2 t = tahun. ij, = faktor gangguan. 5 II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil Penelitian 2.1.1. Pembuktian Hipotesis Kuznets Gambar 2.1 merupakan hubungan antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi. Gambar menunjukan bahwa kurva berbentuk U terbalik. Pada tahun 1995-1997 indeks ketimpangan pembangunan wilayah terus meningkat. Akan tetapi seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan Barat pada tahun 1998 dikarenakan krisis ekonomi, indeks ketimpangan pembangunan wilayah ikut menurun dan kembali meningkat pada tahun 1999 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kembali meningkat. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dapat mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah sehingga dapat dikatakan ada trade off antara ketidakmerataan dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Hasil dari analisis korelasi Pearson antara pertumbuhan ekonomi dangan indeks ketimpangan menggunakan pendekatan PDRB per kapita relatif didapatkan nilai -0,160. Nilai negative ini menandakan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan menurunkan ketimpangan pembangunan wilayah di Kalimantan Barat. Akan tetapi dari hasil regresi menunjukan tingkat signifikansi 0,478 yang berarti secara statistik korelasi ini kuat karena signifikan pada α= 5 %. Gambar 2.1 Kurva Hubungan Antara Indeks Ketimpangan Wilayah dengan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 1990-2010 6 Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun Terbitan, diolah 2.1.2. Investasi a. Pengaruh Investasi Swasta terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho: Investasi Swasta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat Ha: Investasi Swasta berpengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat Dari hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk Investasi Swasta sebesar 0,359 dan pada t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 95 % (α = 5%), df = 18 diperoleh 2,101 . Terlihat bahwa t hitung lebih kecil dari t kritis atas, maka Ho diterima yang berarti bahwa investasi swasta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan diketahui sig. atau significance adalah 0,724 atau probabilitas jauh di atas 0,05, maka Ho diterima artinya investasi swasta benar-benar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harrod-Domar (1957) yang dikutip oleh Jhingan (1993) mengemukakan bahwa investasi merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi sebab investasi dapat menciptakan pendapatan dan dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Oleh karena itu, yang diharapkan dari investasi adalah dampak yang ditimbulkan dari investasi terhadap pembangunan nasional maupun wilayah tidak terbukti di Kalimantan Barat. 7 Ho diterima Ho ditolak -2.11 Ho ditolak -1.96 -0.36 0 0.36 1.96 2.11 Gambar 4.3. Kurva Uji t- statistik b. Pengaruh Pengeluaran pemerintah terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho : β2 = 0 Pengeluaran Pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat H1 : β2 ≠ 0 Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat Dari hasil regresi diperoleh nilai t hitung untuk Pengeluaran Pemerintah sebesar 2,764 dan pada t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 95 % (α = 5%), df = 16 diperoleh 1,729. Terlihat bahwa t hitung lebih besar dari t kritis atas, maka Ho ditolak yang berarti bahwa realisasi nilai Pengeluaran Pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. Dari hasil perhitungan diketahui sig. atau significance adalah 0,013 atau probabilitas jauh di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya bahwa realisasi nilai pengeluaran pemerintah benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. 8 Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara investasi swasta dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat hanya terbukti pada variabel pengeluaran pemerintah. 2.2 Pembahasan Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan SPSS-21, diperoleh persamaan regresi linear berganda data series 1990-2010 sebagai berikut: Log Y=-2,105 -0,064 Log X1 +0,517 Log X2 + ijt Konstanta sebesar - 2,105 memiliki arti jika Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah tidak mengalami perubahan maka ketimpangan pembangunan Kalimantan Barat akan turun sebesar 2,105 tiap tahunnya. Pengaruh dari konstanta ini signifikan terhadap ketimpangan pembangunan Kalimantan Barat dari tahun 19902010 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,0000 (<0,05). Tanda koefisien yang negatif untuk investasi swasta menunjukkan adanya hubungan negatif antara investasi swasta dengan tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat. Artinya semakin tinggi investasi swasta akan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan perkapita sehingga menurunkan ketimpangan pembangunan ekonomi begitupun sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan. Koefisien Investasi Swasta (X1) sebesar -0,064 memberikan indikasi bahwa elastisitas permintaan investasi swasta terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi bersifat inelastis. Maksudnya, jika investasi swasta meningkat sebesar 1 persen maka ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat akan menurun sebesar 0,064 persen, dengan asumsi pengeluaran pemerintah tetap. Sedangkan tanda koefisien yang positif untuk pengeluaran pemerintah menunjukkan adanya hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat. Artinya semakin tinggi pengeluaran pemerintah maka semakin tinggi tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi begitupun sebaliknya. Koefisien pengeluaran pemerintah (X2) sebesar 0,517 memiliki arti jika pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 1 persen maka ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat meningkat sebesar 0,517 persen, dengan asumsi investasi swasta tetap. 9 Hal ini berarti bahwa apabila pengeluaran pemerintah meningkat Rp 1 juta perkapita, maka indeks Williamson akan meningkat sebesar 0.517. Ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah yang tinggi akan semakin tinggi ketimpangan ekonomi di provinsi Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan karena kondisi daerah yang berbedabeda baik jumlah penduduk maupun pendapatan asli daerah maka besaran nilai pengeluaran pemerintah akan tidak sama pula. Interpretasi hasil regresi pengaruh dari investasi swasta dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat tahun 1990-2010 adalah sebabai berikut : 2.2.1. Implikasi kepada kebijakan investasi swasta Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa Investasi Swasta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat. Kenaikan 1 persen investasi swasta akan mengurangi ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,064 persen. Teori Myrdal yang mengatakan bahwa adanya perpindahan modal dan motif laba yang cenderung meningkatkan ketimpangan wilayah tidak terbukti di Provinsi Kalimantan Barat. Menurut Myrdal (Jhingan, 1993) motif laba yang mendorong berkembangnya pembangunan di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sementara wilayah-wilayah lain tetap terlantar. Akan tetapi dari hasil regresi menunjukan hubungan negatif yang terjadi antara investasi swasta dengan ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat, semakin banyak investasi yang digunakan untuk melakukan proses produksi barang jasa, dimana tenaga kerja dapat diserap lebih banyak juga sehingga terjadi pemerataan pendapatan perkapita (Sadono Sukirno,1985). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Budiantoro Hartono (2008) juga menghasilkan hubungan negatif antara investasi swasta dengan ketimpangan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah. Dalam penelitiannya Budiantoro mengemukakan bahwa setiap peningkatan investasi swasta yang berarti peningkatan penanaman modal maka akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan peningaktan kemakmuran sehingga ketimpangan akan berkurang. 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi swasta berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pembangunan tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan, maka hipotesis penelitian ditolak. Beberapa langkah yang perlu dilakukan dan dipandang sebagai fenomena positif untuk meningkatkan investasi dalam negeri (swasta) dan investasi luar negeri adalah melakukan reformasi birokrasi layanan investasi, membangun sistim informasi potensi investasi, serta peningkatan dan provisi infrastruktur fisik. 2.2.2 Implikasi kepada pengeluaran pemerintah Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat. Kenaikan 1 persen pengeluaran pemerintah akan menambah ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,517 persen. Hasil regresi tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yang menduga terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah dengan ketimpangan pembangunan. Model diatas menjelaskan bahwa semakin besar rasio pengeluaran pemerintah yang ditujukan langsung kepada masyarakat akan meningkatkan pendapatan perkapita yang pada akhirnya mengurangi ketimpangan pendapatan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Asri N (2008) yang menunjukkan pengeluaran pemerintah berkorelasi positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh terhadap penurunan ketimpangan pendapatan. Kebijakan arah alokasi pengeluaran pembangunan terhadap sektor-sektor produktif belum mampu berbuat banyak untuk menggerakan sektor-sektor lainnya. Untuk itu diperlukan kebijakan dari pemerintah daerah yang lebih konsisten dalam mengidentifikasi sektor-sektor produktif untuk menggerakan sektor- sektor lainnya. Selain memperhatikan sektor produktif, pemerintah daerah Propinsi Kalimantan Barat harus memberikan perhatian sepenuhnya pada kebijakan pembangunan yang mempersempit ketimpangan regional. Implikasi lainnya adalah bahwa peningkatan rasio belanja pemerintah daerah efektif dalam menstimulus pendapatan perkapita, melalui peningkatan produk domestik regional bruto. Peningkatan rasio ini juga menjelaskan bahwa perbaikan 11 kondisi sarana dan prasarana serta sosial ekonomi masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang pada akhirnya menurunkan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat. 2.2.3 Implikasi kepada strategi pemerataan pembangunan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi swasta dan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Nilai koefisien dari variabel investasi swasta perkapita memiliki tanda negatif yang artinya apabila investasi swasta di provinsi Kalimantan Barat meningkat maka akan mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya bila investasi swasta di Provinsi Kalimantan Barat menurun maka tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat akan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Tantia Hastharini (2002) yang menyimpulkan bahwa investasi berpengaruh terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi. Persebaran kegiatan investasi yang tidak merata dapat menyebabkan kegiatan ekonomi dan peningkatan kemakmuran penduduk antar daerah menjadi tidak seimbang. Adanya perpindahan modal juga dapat meningkatkan ketimpangan antar daerah. Di daerah yang sudah maju, permintaan yang meningkat akan merangsang investasi yang pada giliranya akan meningkatkan pendapatan dan menyebabkan permintaan meningkat. Oleh kaerana itu peningkatan investasi diharapkan tidak hanya pada daerah-daerah yang sudah maju karena memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap, namun pada daerah-daerah yang tertinggal juga perlu ditingkatkan investasinya dengan memberikan insentif investasi serta meningkatkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam investasi. Dalam memacu akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah, maka Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat perlu mengembangkan fungsi dari Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (Kapet) dan fungsi Kamar Dagang Dan Industri (KADIN), sehingga akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi wilayah. Perlu diperhatikan pula bahwa perkembangan investasi swasta sangat tergantung dari fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah berupa sarana dan prasarana yang merangsang guna menarik investor asing maupun dalam negeri. 12 Sementara itu pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pembangunan tergantung daripada rencana kegiatan yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Apabila porsi dana pengeluaran lebih besar untuk belanja barang dan jasa daripada belanja pegawai maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan perbaikan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan ketimpangan pendapatan. Peranan pemerintah daerah sejak dilaksanakanya otonomi daerah semakin dominan, sebagai implikasi dari pemberian kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah, daerah dituntut untuk dapat mandiri melaksanakan pembangunan, baik sisi perencanaan maupun sisi pelaksanaannya sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah. Sejalan dengan esensi otonomi daerah,maka besarnya pengeluaran pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Diharapkan agar local government spending akan benar-benar bermanfaat dan menjadi stimulus fiskal bagi perekonomian di daerah dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu keberhasilan pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat tergantung dari pengalokasian belanja daerah terutama pada program atau kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (kepentingan publik), sehingga dapat mendorong perekonomian yang pada akhirnya akan mengurangi ketimpangan. Kebijakan yang lebih efektif yang sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan pendapatan di Kalimantan Barat adalah : 1. Meningkatkan akses wilayah terhadap terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi. Pembangunan infrastruktur yang merata akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian. 2. Pemerintah daerah harus melengkapi kerangka hukum untuk memastikan bahwa sumber daya mereka alokasikan secara strategis, bertanggung jawab dan transparan. Pemerintah daerah harus menetapkan kerangka kerja peraturan dan mekanisme perencanaan partisipatif yang sesuai serta prosedur pembukuan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu. Di samping itu, mereka harus mempersiapkan dan melaksanakan mekanisme pemantauan dan pengawasan yang independen dan transparan. 13 3. Investasi untuk aparat administratif secara nyata harus menghasilkan peningkatan efisiensi yang selayaknya. Apabila peningkatan efisiensi tidak mendukung untuk dilakukanya investasi, sumber daya harus dialihkan kepada layanan masyarakat. Keuntungan dari menginvestasikan dana publik untuk meningkatkan layanan masyarakat dampaknya lebih besar daripada pembangunan gedung-gedung baru untuk administrasi umum. 14 III. KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis Kuznet mengenai Kurva U-Terbalik tidak terbukti untuk Provinsi Kalimantan Barat. Pada pertumbuhan awal ketimpangan di Provinsi Kalimantan Barat memang memburuk, kemudian pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan menurun. Akan tetapi, suatu waktu ketimpangan tersebut akan kembali meningkat sehingga terbukti bahwa terjadi trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan ketidakmerataan. 2. a. Dari hasil regresi variabel investasi swasta berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 0,064 pada α = 5%. Hal ini berarti kenaikan investasi swasta sebesar 1 persen akan mengurangi ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat sebesar 0,064 persen. Peningkatan investasi yang terjadi di Kalimantan Barat membuat kegiatan ekonomi semakin tumbuh dan berujung pada kemakmuran. Oleh karena itu, selama periode penelitian investasi yang bertambah mempengaruhi pengurangan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat. Selanjutnya Variabel independen kedua yaitu pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0,517 pada α = 5%. Hal ini berarti kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1 persen akan meningkatkan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat sebesar 0,517 persen. Peningkatan pengeluaran pemerintah yang terjadi di Kalimantan Barat mempengaruhi peningkatan ketimpangan pembangunan di Kalimantan Barat, apabila programnya tepat sasaran. b. Uji F-statistik menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi yaitu investasi swasta dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen ketimpangan pembangunan ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat. c. Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh Investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat tahun 19902010 menunjukkan bahwa besarnya nilai R2 cukup tinggi yaitu 0,633. Nilai ini berarti bahwa model yang dibentuk cukup baik dimana 63,30 persen variasi variabel dependen ketimpangan pembangunan dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel independen yakni investasi dan pengeluaran pemerintah. 15 Sedangkan sisanya sebesar 36,70 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain atau variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam studi ini. 3. Tingkat ketimpangan yang terjadi di Kalimantan Barat relatif tidak tinggi namun meningkat hampir setiap tahunnya. Akan tetapi pada tahun 1997 ketimpangan ini berkurang dari 0,021072 pada tahun 1996 menjadi 0,010516. Hal ini disebabkan karena dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Krisis ekonomi ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat menurun bahkan sampai -4,71 % dan berdampak pada penurunan tingkat ketimpangan wilayah di Provinsi Kalimantan Barat. 3.2 Saran 1. Peningkatkan investasi swasta dengan memberikan berbagai kemudahan akan berdampak para investor mau menanamkan modalnya. Investasi juga diarahkan pada daerah-daerah yang kurang maju dengan membangun sarana dan prasarana yang mendukung dalam berinvestasi. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah membuat keadaan yang dapat meningkatkan investasi melalui kebijakan-kebijakan yang mempermudah masuknya investasi. Misalnya dengan program perijinan investasi satu atap dan menghilangkan pungutan liar agar industri dapat kompetitif, serta memberikan insentif yang memungkinkan untuk menarik investasi di Kalimantan Barat. 2. Dengan keterbatasan anggaran pemerintah, upaya efisiensi harus selalu dilakukan, agar pengaruh yang mampu diberikan makin besar dan dapat menggerakkan, yaitu dengan melakukan prioritas anggaran pembelanjaan pembangunan infrastruktur yang dapat menumbuhkembangkan perkembangan kegiatan ekonomi yang ada. Di samping itu, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat diharapkan mengalokasikan belanja daerah secara proporsional antara belanja rutin yang konsumtif dengan belanja pembangunan yang lebih memihak kepentingan public sehingga mampu memberikan efek positif terhadap pembangunan ekonomi di Kalimantan Barat. 3. Guna pengembangan keilmuan lebih lanjut, diperlukan studi empirik yang lebih mendalam yang terkait dengan tema studi ini. Oleh sebab itu untuk penelitian yang berikutnya, diharapkan dapat memperluas cakupan periode penelitian dan memperluas cakupan variabel seperti variabel kesempatan kerja, konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. 16