ABSTRAK INDAH DWI RETNO ASTUTI, POLA KOMUNIKASI

advertisement
ABSTRAK
INDAH DWI RETNO ASTUTI, POLA KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN
KONFLIK PADA PASANGAN SAMA-SAMA BEKERJA (Studi Deskriptif
Kualitatif Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik Keuangan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan
penyelesaian konflik, pada pasangan yang sama-sama bekerja dalam hal keuangan
dengan menggunakan strategi manajemen konflik.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal, pola komunikasi suami dan istri serta strategi manajemen konflik
Joseph A. De Vito.
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik wawancara mendalam ( Indepth interview ).
Disini metode kualitatif menggunakan teori Rachmat Kriyantono.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pertanyaan yang diajukan
kepada infroman berdasarkan interview guide. Peneliti mengambil 5 pasangan
informan sama-sama bekerja. Pasangan informan ini memiliki konflik keuangan
di dalam rumah tangga mereka.
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang di dapat dari hasil
wawancara, secara garis besar adalah pada pasangan informan 1, 2, dan 5
menggunakan pola komunikasi monopoli sedangkan pada pasangan informan 3
dan 4 menggunakan pola komunikasi pemisah tidak seimbang. Dalam
menghadapi dan menyelesaikan konflik keuangan yang terjadi, pasangan
informan 1, 3, 4, dan 5 menggunakan strategi Avoidance and active fighting
strategies (menghindari konflik dengan meninggalkan tempat konflik). Sedangkan
pasangan informan 2 menggunakan strategi Argumentativeness (memendam
perasaan ketika konflik terjadi).
Kata Kunci : Pola Komunikasi, Manajemen Konflik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
INDAH DWI RETNO ASTUTI, PATTERN OF COMMUNICATION AND
CONFLICT MANAGEMENT IN COUPLES BOTH WORKING
(Qualitative Descriptive Study of Communication Patterns and Conflict
Management Finance)
This study aims to determine patterns of communication and conflict
resolution, among couples who both worked in financial terms using strategy of
conflict management.
Theoretical basis used in this study were interpersonal communication,
communication patterns husband and wife as well as conflict management
strategies Joseph A.Devito.
The method used was qualitative research using in-depth interview
technique. Here the qualitative method using the Rachmat Kriyantono. Collecting
data in this study using a question posed to informan based on the interview
guide.
Researches took five pairs of informants are both working. This informant
couples have financial conflict in their household.
The result of this study based on analysis of data obtained from interviews,
an outline is on the couple informants 1, 2, and 5 using the communication
patterns in couples monopoly while informants 3 and 4 using the communication
patterns of the separator is not balanced. In the face of financial conflict occur, the
couple informants 1, 3, 4, and 5 using a strateg of Avoidance and active fighting
strategies ( avoiding conflict by leaving the place of conflict ). Meanwhile, two
pairs of informants using strategies Argumentativeness ( harbored feelings when
conflicts occur)
Keyword : Conflict management, communication patterns
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan
kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri, manusia hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan
yang lain saling membutuhkan untuk tetap melaksanakan kehidupannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal
dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Dedy
Mulyana, 2002:41).
Komunikasi merupakan kunci utama apabila kita ingin berhubungan
dengan orang lain. Bila dua orang terlibat dalam komunikasi, melalui
percakapan maka komunikasi akan berjalan selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang diucapkan. Kesamaan kata yang digunakan dalam
percakapan belum tentu dapat dimengerti, sehingga kita perlu tahu apa makna
dari kata-kata tersebut.
Dorongan untuk menikah pada usia dewasa diikuti dengan harapan
untuk mencapai kebahagiaan melalui pernikahan. Idealnya kebahagiaan yang
diperoleh dalam pernikahan adalah melalui keintiman, pertemanan, kasih
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
2
sayang, pemenuhan kebutuhan seksual, dan kesempatan untuk berkembang
secara emosional. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut sepasang suami istri
harus bekerja sama menjalankan peran dan tanggung jawabnya yang
mengikat pernikahan itu sendiri (Papalia, 2001).
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua
pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, dan kebiasaan yang berbeda.
Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap
pernikahan selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam,
kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar
belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Orang menikah bukan
hanya mempersatukan diri tetapi juga seluruh keluarga besar. Pernikahan
adalah ungkapan iman, terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda,
di dalamnya seseorang terdapat makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam
diri seseorang lainnya (Norwan, 2007;195)
Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah
kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami
hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan
sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan
peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus
menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Pembagian peran dalam pernikahan adalah berdasarkan pembagian
peran jenis kelamin yang umumnya dibuat dan dianut oleh masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
Pembagian peran pekerjaan dan tugas keluarga dimasa lalu sangatlah jelas.
Peran suami adalah pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri
merawat keluarga dan anak-anak. Sejalan dengan perkembangan bisnis dan
dunia usaha, kesempatan menempuh pendidikan dan bekerja terbuka tidak
hanya bagi lelaki namun juga perempuan. Saat ini makin banyak perempuan
yang bekerja di berbagai bidang dan memiliki karir tersendiri. Dulu, tugas
laki-laki adalah bekerja mencari nafkah dan tugas perempuan adalah
mengurus rumah tangga. Dengan adanya pembagian peran ini diharapkan
suami istri dapat bekerja sama untuk membina rumah tangga dan saling
memenuhi kebutuhan anggotanya.
Batasan antara peran laki-laki dan perempuan semakin samar.
Perubahan tersebut diantaranya terjadi pada pembagian peran dan tanggung
jawab suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Pada era modernisasi
semakin banyak wanita yang memasuki dunia kerja dan memiliki karir yang
sederajat dengan para laki-laki atau bahkan dengan suami mereka sendiri. Hal
ini dibuktikan dengan perhitungan statistik, pada tahun 2006 terdapat 75%
perusahaan di negara yang sedang berkembang memiliki pekerja wanita lebih
dominan dibandingkan pekerja pria ( Wallstreet, 2006).
Semakin berkembangnya jaman, mampu mengubah cara pemikiran
seseorang dan cara pandang. Pada jaman dahulu, hampir setiap orang
berpikiran jika tugas seorang wanita hanya “melahirkan, merawat anak,
memasak, menemani” (goode, 2002:141). Selain hal-hal tersebut, wanita
tidak dapat melakukan hal apapun sehingga seringkali wanita hanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
dipandang sebelah mata oleh kaum pria. Namun sekarang, wanita mulai
menyadari bahwa kodrat seorang wanita tidak hanya “melahirkan, merawat
anak, memasak, menemani” lagi. Mereka juga melakukan hal yang dahulu
dianggap hanya bisa dilakukan oleh seorang pria. Seorang wanita ingin
menunjukkan eksistensi diri dengan mengubah cara pandang pria , bahwa
sekarang wanita juga dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri,
bahkan tidak menutup kemungkinan wanita menduduki jabatan yang lebih
tinggi dibanding kaum pria. Banyaknya jumlah wanita yang bekerja di pabrik,
perusahaan-perusahaan, dan kantor-kantor telah menghancurkan faham kuno
tentang “laki-laki harus dilapangan dan wanita tempatnya di dapur”
(Khairuddin, 1997:78).
Kecenderungan pasangan suami istri yang berada di kota-kota besar
saat ini adalah keduanya bekerja (dual career). Ini dilakukan tidak hanya
karena tuntutan kebutuhan ekonomi rumah tangga semata, namun juga karena
baik bapak (suami) maupun ibu (istri) memiliki keinginan untuk aktualisasi
diri di masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah mereka
peroleh di bangku pendidikan.
“Dualcareer individuals are defined as those in managerial or
professional jobs, with children, and spouse also in a managerial or
professional job” (Dua karir individu didefinisikan sebagai orang-orang
dalam pekerjaan manajerial atau profesional, dengan anak-anak, dan
pasangan juga dalam pekerjaan manajerial atau profesional).(Higgins and
Duxbury, 1992:390). Sedangkan menurut Stone (2005:383), “Dual-career is
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
the situation where both spouses or partners have career responsibilities
andaspiration” (Dua karir adalah situasi kedua pasangan atau mitra memiliki
tanggung jawab karir dan aspirasi).
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dualcareer
merupakan mereka yang demikian pula pasangannya, memiliki aspirasi serta
tanggung jawab karir dengan bekerja baik di bidang manajerial maupun
pekerjaan profesional lainnya.
Dual-career memunculkan masalah baru
apabila pasangan tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara masalah
pekerjaan dan masalah keluarga.
Pola keluarga seperti ini mengakibatkan sulitnya pembagian waktu
antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Dalam kehidupan kerja mereka sering
mengalami konflik pekerjaan, seperti pekerjaan yang beresiko, peralatan kerja
yang tidak memadai, berbagai tuntutan kerja dari atasan atau rekan, dan lain
sebagainya. Selain itu mereka juga sering mengalami konflik keluarga, seperti
terjadinya perdebatan mengenai keuangan, anak-anak, rekreasi, atau urusan
keluarga lainnya. Sulitnya menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga
dapat menimbulkan konflik sehingga mengganggu kehidupan keluarga atau
urusan keluarga mengganggu kehidupan pekerjaan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kinerja baik suami ataupun istri yang bekerja.
Konflik yang dialami oleh pasangan yang sama-sama bekerja ini
dapat mengarah ke perceraian. Dalam data Pengadilan Agama (PA) Surabaya
selama tahun 2010, terdapat 2.849 kasus yang berakhir perceraian. Kasus
tersebut dibagi menjadi beberapa aspek yang menjadi pemicu munculnya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
perceraian. Faktor pertama sebanyak 193 perkara perceraian dipicu masalah
cemburu. Faktor kedua, sebanyak 383 perkara perceraian dipicu masalah
ekonomi (seperti masalah keuangan dalam keluarga). Sedangkan masalah
ketidakharmonisan dalam rumah tangga mencapai 1.021 perkara. Tingkat
perceraian ini akan semakin bertambah sampai tahun 2011. Terhitung dari
Januari – Juni 2011 sebanyak 1.152 kasus perceraian. Dengan faktor
ketidakharmonisan mencapai 520 perkara, lalu faktor ekonomi dengan 323
perkara dan terakhir faktor cemburu sebanyak 309 perkara. Diperkirakan
akan terus meningkat sampai akhir tahun 2011.
Sebagian besar permohonan gugatan cerai dilakukan istri, masih sama
dengan tahun 2010, 70% yang mengajukan gugatan cerai adalah pihak
perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 ini, sampai Juni , mencapai 55%
pihak yang menggugat cerai adalah pihak istri. “Banyak faktor yang
menyebabkan pihak istri menggugat cerai, yaitu diantaranya gangguan pihak
ketiga, istri punya penghasilan sendiri, hingga kesabaran yang masih kurang.
“Istri yang punya penghasilan itu bisa menjadi pemicu. Tidak cocok sedikit
minta cerai karena merasa mampu mencari nafkah sendiri. Kalau pasangan itu
sabar sebenarnya perceraian tidak perlu terjadi, ” kata Humas PA Surabaya
Sulaiman. Sebab itu diimbau agar pernikahan tidak hanya dilandasi untuk
memenuhi kebutuhan biologis saja.“Menikah itu ibadah. Itu harus selalu
diingat,”tegasnya. (http://pa.go.id /17/11/00.58).
Ketika istri dan suami sama-sama bekerja, hal ini perlu membutuhkan
pertimbangan dan solusi yang tepat. Ketakutan akan adanya waktu yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
dihabiskan istri maupun suami di luar rumah akan dapat berdampak pada pola
komunikasi suami istri yang dapat mengakibatkan hubungan pernikahan
bermasalah. Masalah selanjutnya, gaji istri lebih besar maupun gaji suami dan
istri sama-sama besar yang dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
Dikarenakan konflik ini akan mendorong kecemburuan pihak suami maupun
istri dari sisi ekonomi.
Memiliki penghasilan lebih dari satu tentu lebih menyenangkan
daripada hanya bergantung dari satu penghasilan saja. Sebuah keluarga juga
akan merasa lebih aman dari sisi finansial jika penghasilan keluarga tidak
bergantung pada satu sumber penghasilan saja. Namun, pada kenyataannya
pasangan suami istri yang bekerja tidak selalu bisa menjawab permasalahan
keuangan keluarga yang muncul.
Masalah siapa yang bertanggung jawab pada apa, siapa yang harus
menbayar apa, siapa yang bertanggung jawab untuk tabungan dan investasi
keluarga, apakah penghasilan suami adalah penghasilan istri namun
penghasilan istri tetap jadi penghasilan istri, haruskah hutang salah satu
pasangan juga menjadi tanggung jawab pasangannya, bagaimana jika salah
satu pasangan harus kehilangan pekerjaan, bagaimana jika salah satu
pasangan tiba-tiba mendapat rejeki nomplok, dan lain sebagainya.(
http://www.perencanakeuangan.com/files/JgnBertengkarKrnUang.html//21/1
2/1.12)
Konflik merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Konflik bisa
terjadi di mana-mana , baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Menurut De Vito, konflik yang terjadi dapat dibedakan menjadi konflik isi
dan konflik hubungan. Konflik isi berpusat pada objek, peristiwa dan orang
yang terlibat dalam konflik. Sedangkan konflik hubungan adalah konflik yang
terjadi antara individu yang memliki hubungan ,seperti konflik dalam
hubungan perkawinan(De Vito, 1994:374). Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Konflik di satu sisi bisa berakibat buruk, tetapi di sisi lain konflik juga
bermanfaat. Sisi buruk dari konflik akan muncul seiring dengan ketidak
mampuan mengendalikan dan menyelesaikan sebuah konflik. Sebuah rumah
tangga bisa dibangun dan bertumbuh sehat dengan adanya konflik, konflik
juga dapat merubah pasangan suami istri ke arah kedewasaan. Tanpa
kedewasaan,dapat dipastikan suami istri sulit menyelesaikan konflik rumah
tangganya dengan bijak.
Hal-hal yang sering terjadi dan menjadi pemicu konflik pada
pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, adalah masalah keuangan
dalam hal ini masalah penghasilan. Akibat masalah keuangan dalam status
pernikahan juga dapat memicu adanya tindakan perselingkuhan. Hal ini
seperti disebutkan Safron dan Hill,dari 10 besar alasan individu
meninggalkan hubungan pernikahan dan memilih untuk berselingkuh,
persoalan keuangan menjadi salah satu penyebabnya ( Safron, 1979 dan Hill
et al., 1976 dalam Guerero dan Andersen dan Afifi, 2007:333).
Penelitian yang dilakukan oleh E.L Boroughs dan G. Hudson pada
pasangan Amerika dalam parrot (Parrot, 1998:122) juga menyebutkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
masalah uang merupakan topik utama sebagai penyebab konflik diantara
pasangan
suami
istri.
Bluimstein
dan
Schwarts
dalam
De
Vito
mengembangkan persamaan umum yakni ketidakpuasan dengan uang =
ketidakcocokan dalam hubungan. Uang begitu penting dalam sebuah
hubungan sebab memliki hubungan erat dengan kekuasaan di dalam
hubungan itu sendiri yang dapat memicu terjadinya konflik (De Vito,
1994:380). Konflik bisa terjadi jika masing-masing individu memiliki
kebiasaan yang berbeda dalam mengatur keuangannya. Apalagi jika ada
kesenjangan antara gaji istri yang lebih besar daripada suami, sehingga dapat
menimbulkan kecemburuan salah satu pihak. Jika tidak diatasi, konflik
tersebut dapat menyebabkan perceraian.
Salah satu pasangan suami istri atau bahkan keduanya melakukan
perselingkuhan dari akibat tidak adanya kesepahaman dalam mengambil
sikap untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, terutama jika
sudah menyangkut masalah perekonomian. Mereka akan mencari kepuasan
lain untuk menghibur diri ketika ada konflik.
Menurunnya hubungan adalah perusakan dan kemungkinan tejadi
pemutusan hubungan (Duck, 1982). Ini akibat melemahnya ikatan yang
mempertalikan hubungan pernikahan, dan dapat terjadi secara berangsur atau
mendadak, sedikit demi sedikit atau ekstrim. Jika dikaitkan dengan
permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, hal ini sebagai akibat dari tidak
adanya komunikasi yang efektif antar suami istri ketika keduanya sama-sama
sibuk bekerja dan sedikit memiliki waktu untuk saling terbuka satu sama lain.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
Untuk menjaga dan memperbaiki hubungan yang sudah tampak akan
timbul konflik, maka sebuah komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara
menjadikan hubungan yang sedang dijalani sebagai suatu bentuk hubungan
yang menyenangkan. Pasangan suami istri tersebut mempunyai cara dalam
mengkomunikasikannya dengan baik agar hubungan mereka bisa bervariasi
dan tidak monoton, sehingga akan tampak lebih menyenangkan, terlebih tidak
mudah bagi pasangan tersebut untuk mengabaikan mengenai masalah
keuangan pada tiap pasangan.
Komunikasi yang baik menjadi hal sangat penting yang harus
dilakukan dalam sebuah hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalah
pahaman antara kedua belah pihak. Sedikit terjadinya kesalah pahaman yang
dilalui, akan mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam suatu hubungan
tersebut. Untuk itu, pada suami istri yang sama-sama bekerja dan memiliki
penghasilan sendiri, dapat dicari jalan keluarnya dengan cara berkomunikasi
yang efektif dan mencari jalan keluar dalam pembagian tugas dalam
mengurus rumah tangga. Untuk itu dalam sebuah hubungan juga diperlukan
adanya saling keterbukaan.
Rasa saling keterbukaan diperlukan untuk saling berbagi dengan
pasangannya. Keterbukaan tersebut dapat mengurangi rasa curiga terhadap
pasangannya. Terutama rasa curiga akan waktu dan materi yang dikeluarkan
oleh masing-masing pasangan. Dalam keterbukaan ini, semua bentuk
pemikiran yang mengganjal dapat diutarakan pada pasangan agar saling
percaya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
Dalam menyelesaikan konflik, selain komunikasi yang efektif,
pasangan yang bekerja juga membutuhkan sebuah sikap mental tertentu untuk
membantunya menyelesaikan konflik yang terjadi. Sangat penting bagi
pasangan bekerja untuk memiliki manajemen konflik yang baik sehingga
pasangan dapat mempertahankan pernikahannya, dan ini memerlukam cara
khusus dalam mengelola konflik.
Untuk itu agar kedekatan tetap terjaga, berusaha menyenangkan
pasangan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Terlihat menarik di depan
pasangan menjadikan hubungan semakin romantis dan menyenangkan.
Perbedaan pekerjaan maupun penghasilan tidak mengganggu untuk pasangan
tersebut mengekspresikan dirinya dalam memberikan sesuatu yang menarik
bagi pasangannya (De Vito, 2007:263-264).
Melihat kenyataan di atas, masih banyak juga suami istri yang samasama bekerja, memiliki masalah dalam hal keuangan, tetapi kehidupan rumah
tangga mereka masih harmonis dan baik-baik saja.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi dan manajemen konflik yang
tepat pada pasangan yang sama-sama bekerja, memiliki masalah dalam hal
keuangan dan kehidupan rumah tangganya masih harmonis.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi pasangan yang sama-sama
bekerja dalam menyelesaikan konflik keuangan ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi dan penyelesaian konflik pada pasangan yang sama-sama bekerja
dalam hal keuangan keluarga dengan menggunakan strategi manajemen
konflik.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Berbagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
konstribusi berkaitan dengan pola komunikasi suami dengan istri.
Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum
tentang pola komunikasi diantara suami istri dalam menyelesaikan konflik
dalam rumah tangga.
b. Secara praktis
Hasil penelitian dapat memberi masukan pada suami istri tentang pola
komunikasi manajemen konflik yang tepat untuk menyelesaikan setiap
konflik diantara suami istri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Download