KOTA SURABAYA KAMIS, 24 FEBRUARI 2011 HALAMAN 8 Keseharian Wakil Wali Kota Bambang DH Tiada Hari tanpa ”Love Bird” Gayus Wakil Wali Kota (wawali) Bambang DH kini tetap sibuk meski tak seperti dulu lagi. Ini karena posisinya memang tidak seperti ketika ia masih menjabat sebagai wali kota selama 7,5 tahun. Di sela kerja, ia kerap bergurau dengan Gayus. Bahkan saat kerja pun, ia kadang bersama-sama dengan Gayus. Bambang DH kini memang berteman dengan burung cinta (love bird) kesayangannya. SAYANG TEMAN BARU: Bambang DH bersama Gayus, burung kesayangan yang menemani di ruang kerjanya. JAINI JANGAN berpikiran negatif dulu tentang siapa Gayus seperti yang disebutkan di atas. Gayus ini bukan Gayus Tambunan yang divonis 7 tahun penjara oleh majelis PN Jakarta Selatan gara-gara kasus mafia pajak yang menghebohkan itu. Tetapi Gayus ini adalah nama burung. Iya, Bambang DH kini memiliki binatang kesayangan berupa burung lovebird. Ia menamainya burung itu dengan sebutan Gayus. Tidak dijelaskan kenapa ia memilih nama tersebut. “Ya, suka-suka saja,” kata Bambang DH sambil tertawa. Namun kedekatan suami Dyah Katarina ini dengan si Gayus memang erat. Saking eratnya, lovebird tidak dimasukkan ke sangkar. Si burung dibiarkan lepas, tetapi si Gayus ini tidak akan pernah terbang jauh. Sebaliknya, Gayus ingin bermanjamanja di tangan Bambang DH. Ini dibuktikan ketika Gayus dilepaskan di kursi. Hanya dengan memanggil namanya sambil menjentikkan jari tangannya ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA sampai mengeluarkan suara, si Gayus pun terbang dan hinggap di tangan Bambang. Setelah itu, si Gayus akan bermain-main asyik di tangan. Kadangkala, paruh si Gayus juga mematukmatuk kancing lengan baju yang dikenakan Bambang. “Lek wis ngene, lek gak dijupuk, kancingku isok copot kabeh (Kalau sudah bermain kancing lengan baju, kalau tidak segera diambil, kancingnya bisa copot, red),” papar Bambang. Politisi PDIP ini memang begitu sayangnya dengan si Gayus. Buktinya ia bekerja, Gayus pun diajak ngantor di ruang wawali. Bahkan ia jalan-jalan tetapi masih di seputaran Surabaya, Gayus juga diajak. Gayus bakal ditinggal jika Bambang DH ke luar kota atau masuk mal. “Saya tidak mau menarik perhatian orang lain. Nanti dikira cari perhatian,” ucapnya. Bambang DH sendiri juga sangat perhatian ke burung kesayangannya itu. Ia mengatakan ketika ia tidur pun, kadang Gayus ikut menemani. Kalau dia melakukan gerakan yang “pintar”, Bambang pun memberikan hadiah untuk Gayus. Apa itu? “Saya berikan dia kwaci,” jawabnya sambil tertawa lagi. Bambang pun mempraktikkan bagaimana ia memberi kwaci. Ia menaruh kwaci di telapak tangannya, maka si Gayus akan menghampiri. Dengan paruhnya, Gayus akan menguliti kwaci dan langsung memakan isinya. Kegemaran Bambang DH atas binatang peliharaan ini ternyata sudah lama. Ia mengaku memiliki beberapa hewan peliharaan yang lain di rumah. Misalnya burung merpati, bangau dan iguana, termasuk lovebird ini. Bambang DH mengatakan dari dulu memang suka burung. Ia menyatakan dulu punya ba- nyak lovebird di rumahnya. Seluruhnya dibiarkan liar (tidak dimasukkan sangkar). Burungburung itu terbang ke manamana, namun bisa pulang lagi ke rumah Bambang DH. Namun, akhirnya lambat laun burung-burung itu hilang satu persatu. Menurut dia, kesukaannya pada binatang makin menggila ketika ada peluang bisnis. Bambang DH menyatakan ingin masyarakat Surabaya mengantongi ilmu tentang beternak. Ia menerangkan pula hal ini berkaitan dengan pengembangan urban farming di Surabaya yang memang harus didorong. “Saya mengembangkan urban farming, tak hanya di bidang pertanian tapi juga ternak. Bedanya, kalau peternakan di pedesaan lahannya luas, kalau di kota lahan terbatas,” papar pria kelahiran Pacitan itu. Sebagai wawali, Bambang mengaku telah ikut belajar ke mana-mana. Misalnya soal burung. Ia menyatakan datang ke penangkaran burung yang telah berhasil. Misalnya di Bandung. Di sana ia bertemu dengan penangkar burung Kenari yang sukses. Penghasilan bersih per bulan bisa mendapatkan Rp 50 juta. Padahal ruangannya sangat kecil. Tapi untuk membeli burung ke sana, harus inden karena antri. “Teman saya ingin beli burung di sana, tapi tidak bisa karena harus inden dulu,” ungkapnya. Tidak hanya burung, ia mengajak warga Surabaya juga beternak hewan lain, misalnya kelinci potong atau lele. Permintaan kelinci, kata Bambang DH, untuk ke luar Jawa sangat tinggi. (*) redaktur: sumarno | layouter: rahmad s