BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan suatu negara dan mencerdaskan generasi bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara besar yang berkembang dan sedang membangun, terutama pada bidang pendidikan. Untuk menilai kemajuan dan keberhasilan pada suatu negara bisa terlihat pada kondisi pendidikan negara tersebut. Sanjaya (2006: 1) mengemukakan, “salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk mnghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari”. Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang tertulis pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas tidak dapat di pungkiri menjadi kegiatan paling utama dalam proses pendidikan. Silberman (2012: 28) mengemukakan, “kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, siswa menyukai penyajian informasi yang runtut. Siswa lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru”. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di pendidikan dasar karena matematika sangat penting digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Wahyudi dan Kriswandani, 2013: 1). Dalam pembelajaran matematika ada banyak berbagai macam model pembelajaran yang bisa 1 2 diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Untuk siswa yang cepat tanggap dalam berpikir tidak akan menjadi masalah bagi dirinya, berbeda dengan siswa yang mengalami kesuliatan belajar dengan berbagai faktor penyebab. Namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran guru masih cenderung menguasai kelas dan siswa pasif mendengarkan. Materi ajar yang harus disampaikan terkadang sulit untuk diterima semua siswa yang pada dasarnya memiliki karakteristik berbeda-beda, penggunaan model pembelajaran pun belum tampak, keadaan kelas yang pasif memancing siswa menjadi bosan dan malas mengikuti proses pembelajaran. Sehingga siswa menganggap bahwa pelajaran matematika tidak akan mempengaruhi hasil belajar yang akan di dapat. “Model pembelajaran adalah sebuah metodologi atau piranti untuk melaksanakan perubahan. Pembelajar adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi untuk membelajarkan peserta didik dengan cara yang tidak konstan, artinya pembelajar harus berinovasi dan mencipta perubahan yang baik pada dirinya maupun pada diri peserta didik dan meninggalkan paradigma lama menuju paradigma baru” (Yamin, 2011: 1). Di Indonesia kurikulum telah ditetapkan pemerintah secara formal dan menyebar pada berbagai wilayah, meskipun realitanya banyak daerah yang belum tersentuh pendidikan secara formal. Maka disinilah seorang guru ditekan dan dituntut untuk mengembangkan proses belajar-mengajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa. Slameto (2010: 2) menyimpulkan “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Setiap peserta didik pasti memiliki keinginan berprestasi tinggi maka guru sebagai penuntun harus mampu mengarahkan, membimbing dan membelajarkan siswa di kelas. Sudjana (2010: 45) menyimpulkan “dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi 3 prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar”. Berdasarkan wawancara dan observasi pada SD Negeri Gedong 03 Banyubiru, rendahnya hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran matematika pada Ulangan Tengah Semester ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif untuk siswa. Dalam pembelajaran matematika guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, menurut beliau model pembelajaran ini efektif untuk disampaikan ke siswa. Guru dapat mengulang kembali pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional jika siswa masih mengalami kesulitan. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru sehingga siswa hanya mendapatkan informasi dari guru. Masalah lain adalah guru dalam mengajar cenderung terfokus pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan saja, siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan cenderung pasif saat pembelajaran berlangsung. Salah satu kendala utamanya yaitu dalam proses belajar mengajar antusias siswa untuk belajar sangat kurang, siswa cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, pasif, enggan mengemukakan ketidakpahaman siswa, serta tidak adanya kerjasama dalam belajar di kelas. Jika dibiarkan akan membuat siswa bingung di pembelajaran berikutnya. Terbaginya perhatian guru dalam mengajar juga menjadi kendala untuk fokus kepada siswa sekelas yang memiliki kebutuhan berbeda–beda. Kurangnya waktu dalam mengulang kembali materi pembelajaran juga dikeluhkan guru kelas sehingga untuk menyampaikan materi belum secara intensif. Selain itu guru juga tidak pernah menyarankan kepada siswa untuk melakukan belajar bersama di dalam kelas secara tim. Melihat secara nyata permasalahan di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru pada siswa kelas III semester 1 rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan, dari 19 siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas hanya 2 siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dan sebanyak 17 siswa nilai yang diperoleh masih belum memenuhi 4 KKM. Berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan KKM 65. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa dikelas ini adalah 84 dan nilai terendah adalah 24. Hal ini bisa dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Ketuntasan Hasi Belajar Matematika Kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester I Tahun 2015/2016 (Pra Siklus) Ketuntasan No. Frekuensi Persentase Keterangan KKM = 65 1. < 65 17 89,47% TIDAK TUNTAS 2. ≥ 65 2 10,53% TUNTAS 19 100% Jumlah 84 Skor Maksimum 24 Skor Minimum Untuk mendapatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang maksimal, diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat di arahkan untuk menemukan suatu informasi atau materi dengan lebih bermakna. Sudah bukan masalah yang biasa, momok pelajaran matematika ini terus menakuti siswa akan pemecahan masalah hitungan. Siswa di tuntut memahami dan kritis pada setiap soal matematika. Tak jarang siswa menjadi tidak peduli akan hasil belajar matematika. Segala upaya perbaikan banyak di lakukan oleh guru maupun siswa namun tak banyak yang berubah, matematika selalu menjadi hal tersulit untuk siswa. Guru kelas III sudah mencoba untuk membantu menemukan cara agar siswa yang masih kesulitan berpikir mampu menemukan solusinya, namun tak semudah yang di harapkan. Belum ditemukannya metode pembelajaran yang sesuai menjadi hipotesis awal peneliti. Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk memfasilitasi siswa belajar dalam suasana yang lebih aktif dan menyenangkan, interaksi tidak hanya guru dengan siswa juga siswa dengan siswa lainnya dapat bekerja sama dan membantu memahami materi yang di ajarkan. Tujuan umum siswa belajar 5 bersama kelompok adalah bagaimana membuat siswa menyukai pembelajaran di kelas yang cenderung membosankan. Atas permasalahan yang terjadi pada siswa kelas III di SD Gedong 03 Banyubiru diharapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualy sangat cocok dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualy peran guru dalam pengelolaan kelas diminimalisir dan siswa akan dilibatkan secara aktif dalam mengkoordinasi kelompok belajar dan teman kelompok yang mengalami kesulitan. Saat pembelajaran dalam model pembelajaran Team Assisted Individualy siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan untuk membentuk kelompok yang heterogen di sini adalah kemampuan akademik siswa. Guru kelas yang sudah memahami kemampuan peserta didiknyanya dapat membagi siswa menjadi masing-masing kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa, sesama anggota kelompok berbagi tanggung jawab untuk kelompoknya. Kemudian siswa di minta untuk bekerja sama dalam belajar secara tim. Kurangnya kemampuan sebagian siswa dalam mata pelajaran Matematika, bukanlah menjadi persoalan sederhana, mengingat peranan penting mata pelajaran Matematika dalam pendidikan. Dalam kehidupan sehari–hari pun matematika sangatlah berpengaruh. Kurangnya minat siswa pada pembelajaran Matematika membawa berbagai macam dampak diantaranya adalah siswa menjadi pasif pada saat proses belajar mengajar berlangsung, serta kurangnya waktu untuk siswa menalar materi juga di keluhkan guru akibatnya siswa lebih banyak diam saat guru mengajukan pertanyaan. Akibat siswa yang sukar untuk paham akan materi yang di ajarkan membuat waktu yang di gunakan pada kelas berkurang. Selain itu kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika akan menjadi suatu ancaman bagi siswa untuk nilai kenaikan kelasnya. Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy Berbantuan Media Flash 6 Card Siswa Kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016”. 1.2 Identifikasi Masalah Hasil belajar siswa yang masih kurang dalam mata pelajaran Matematika, memberi tanda adanya kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Kurang aktifnya siswa dalam hal mencoba memecahkan masalah hitung, mengindikasikan bahwa siswa kurang minat dalam mengkuti suatu materi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti lebih lanjut, rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan antara lain: 1. Dari siswa a. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. b. Kurangnya waktu untuk menalar materi. c. Belum ada keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal yang membingungkan. d. Siswa kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apasaja yang disampaikan oleh guru. e. 2. Tidak ada kerjasama dalam belajar antara siswa. Dari Guru a. Materi ajar yang harus disampaikan terkadang sulit untuk diterima semua siswa yang memiliki karakteristik berbeda-beda setiap siswa. b. Kurangnya waktu dalam pembelajaran untuk menyampaikan materi secara intensif. c. Model pembelajaran dengan metode konvensional yang kurang cocok diterapkan dalam suatu materi ajar. d. Terbaginya fokus guru untuk siswa sekelas yang memiliki kebutuhan berbeda–beda. e. Tidak pernah menyarankan kepada siswa untuk melakukan belajar bersama dalam tim di kelas. 1.3 Rumusan Masalah Peneliti harus lebih terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas 7 masalah–masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari, penggunaan model Team Assisted Individualy untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru. Maka peneliti memilih dua variabel yang relevan dengan permasalahan pokok, penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy (x) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa (y). Hal ini mengandung arti bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 1.4 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualy pada pelajaran matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualy yang berdasarkan bukti empiris mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut: 8 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1) Memperkaya khazanah teoritis tentang ilmu pendidikan, khususnya dalam memperkaya wawasan teoritis tentang metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas. 2) Memberikan sumbangan positif dalam inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan. 3) Sebagai pijakan untutk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualy. 4) Memberikan gambaran yang jelas pada guru tentang model pembelajaran Team Assisted Individualy dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Guru a) Mempermudah guru menyampaikan materi. b) Merupakan alternatif pilihan untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif. c) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Team Assisted Individualy yang dapat di gunakan sebagai metode alternatif dalam proses pembelajaran. d) Adanya inovasi baru model pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy. e) Guru memperoleh suatu variasi model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi. 2. Bagi Siswa a) Mempermudah siswa dalam memahami materi. b) Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. 9 c) Agar siswa tetap melaksanakan pembelajaran sekalipun dengan bermain. d) Menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih mudah, menyenangkan, dan meningkatkan pemahaman siswa melalui belajar dan mengerjakan tugas secara bersama (tim). 3. Bagi Sekolah a) Memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif salah satunya dengan model pembelajaran Team Assisted Individualy. b) Sebagai masukan bagi kepala sekolah agar dapat menyarankan kepada para guru untuk menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualy, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sekolah.