IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH Naniek Sulistya Wardani S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Dipresentasikan pada Seminar Nasional „Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013” Dalam Rangka Dies Natalis ke -49 UNY 27 April 2013 1 IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH Naniek Sulistya Wardani Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Email: [email protected] HP 08562698547 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi strategi pembelajaran STM tematik dalam kurikulum 2013 siswa kelas rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi seluruh siswa kelas III di SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi terhadap unjuk kerja siswa dan dokumentasi laporan hasil kerja siswa di lapangan. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi unjuk kerja apersepsi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan lembar penilaian laporan. Teknik analisis data yang digunakan analisis statistik sederhana yakni persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tematik telah mengintegrasikan 5 kompetensi dasar dari mata pelajaran IPA, matematika, PKn, IPS dan Bahasa Indonesia. Strategi pembelajaran STM tepat dipergunakan untuk tema lingkungan yang didukung dengan keberhasilan unjuk kerja (kinerja) siswa dalam tahap apersepsi 73,84%, tahap pembentukan konsep 75%, tahap aplikasi konsep 89,06%, tahap pemantapan konsep 87,5 % dan tahap evaluasi laporan tertulis sebesar 81,25 %. Evaluasi yang dipergunakan adalah evaluasi unjuk kerja yang menunjukkan 81,35 % dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas pembelajaran STM tema lingkungan dengan sangat baik. Strategi pembelajaran STM efektif digunakan dalam pembelajaran tematik dan sesuai dengan kurikulum 2013 yang menyeimbangkan antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan. I. LATAR BELAKANG MASALAH Siswa SD adalah siswa yang berada pada rentangan usia dini. Pada masa usia dini ini, seluruh potensi yang dimiliki siswa perlu didorong agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal, apalagi pada masa usia ini merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan siswa. Menurut Kurniawan dalam Wardani Naniek Sulistya (2012) karakteristik siswa pada usia dini ini, secara umum memiliki empat karakteristik, yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau 2 melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Perkembangan emosi siswa usia dini antara lain telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Mendasarkan pada usia ini, maka pembelajaran siswa SD di kelas rendah terutama kelas III SD yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), dan masih bergantung kepada obyek-obyek konkrit dan pengalaman yang dialaminya, maka pendekatan pembelajarannya adalah tematik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang memadukan beberapa mata pelajaran akan mengembangkan siswa untuk berpikir holistik. Pembelajaran tematik ini akan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga perkembangan kognitif siswa berjalan melalui sikapnya di lapangan untuk memperoleh pengalaman, hal ini terjadi karena siswa memiliki ketrampilan dalam mendorong keingintahuannya. Pembelajaran tematik seperti inilah yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berorientasi pada terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, maka pembelajaran perlu didesain sedemikian rupa, sehingga siswa benar-benar dapat berkembang potensinya secara optimal. Strategi pembelajaran sains, teknologi dan masyarakat (STM) adalah salah satu desain pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan pembelajaran tematik. STM merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Dengan demikian diharapkan, siswa memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya. Keterpaduan dalam strategi pembelajaran STM diwujudkan dalam keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, keterpaduan berbasis persoalan dan keterpaduan proses dan produk. Pelaksanaan dalam kelas rendah, keterpaduan cenderung mengikuti pola keterpaduan antar bidang karena biasanya masih 3 menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik. Dalam pelaksanaan di lapangan, banyak SD yang menyatakan pembelajarannya dilakukan secara tematik bagi siswa kelas rendah. Namun dalam kenyataannya proses pembelajaran terpisah yakni berdasarkan mata pelajaran, sehingga tidak ada keterpaduan antar mata pelajaran. Demikian pula yang terjadi pada siswa kelas III SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga pada tahun 2011/2012. Pemikiran siswa terkotak-kotak, seperti dengan matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan PKn. Siswa tidak lagi dalam melihat keholistikan realita kehidupan, sehingga potensi yang dimiliki siswa tidak berkembang optimal. Pembelajaran didominasi oleh proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa dalam pembelajaran siswa hanya menghafal konsep dan pembelajaran tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Siswa tidak dapat merasakan dan melihat secara langsung di lapangan, materi pembelajaran menjadi abstrak. Kondisi seperti inilah menyebabkan keseimbangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan tidak dapat tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu strategi pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengalaman siswa ke dalam pengetahuan, melibatkan siswa dalam memecahkan permasalahan dan menggali isu sosial yang terkait dengan perkembangan sains dan teknologi yang dikemas dalam keterpaduan mata pelajaran secara tematik dengan menggunakan strategi pembelajaran STM sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Mendasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah bagaimanakah gambaran implementasi strategi pembelajaran STM tematik dalam kurikulum 2013 siswa kelas rendah. II. KAJIAN TEORI Seorang pengajar yang akan melaksanakan pembelajaran tentu akan menentukan jurus yang paling jitu, agar pembelajarannya berhasil yakni menggunakan strategi pembelajaran. Menurut Dick & Carey dalam bukunya yang berjudul The systematic Design Instruction (2001) menyatakan bahwa strategi 4 pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk mencapai hasil belajar. Dengan demikian strategi pembelajaran meliputi strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) sering disebut dengan Science Technology Society and Environment (STSE) atau sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat (Salingtemas), ada juga yang menyebutnya Sains-TeknologySociety (STS), yang pada prinsipnya masyarakat itu adalah lingkungan sosial. Hal ini dijelaskan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About Scince and Society”, bahwa dalam STM, konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari (Hidayati. 2008:6.29). STM merupakan sebuah strategi dalam pembelajaran yang mengorganisasikan pembelajaran tematik berbasis pada isu-isu yang terjadi di masyarakat yang dipadukan dengan sains dan teknologi (antar mata pelajaran); menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan sintaks apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi), pembentukan konsep, aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, pemantapan konsep dan evaluasi; dengan strategi pengelolaan pembelajaran menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan, sehingga dalam pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi. Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan strategi STM sesuai dengan kurikulum 2013 yang menekan pada keseimbangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengorganisasian pembelajaran tematik kelas III dengan tema lingkungan akan memadukan 5 mata pelajaran dengan kompetensi dasar membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan (IPA), menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah (matematika), mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar (PKn) dengan isu sosial kesehatan lingkungan, menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah (IPS) dan menceritakan pengalaman yang mengesankan 5 dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami (Bahasa Indonesia). Melalui strategi pembelajaran STM akan mengantarkan siswa untuk melihat ilmu sebagai dunianya, siswa akan mengenal dan memiliki pengalaman langsung di lapangan sebagaimana yang pernah dialami oleh seorang ilmuwan. STM dengan teknologinya menjembatani antara ilmu dan masyarakat. Siswa akan memperoleh pengetahuan yang sulit dipahami menjadi pengetahuan yang mudah dan menyenangkan melalui pengalaman langsungnya di masyarakat. Strategi penyampaian pembelajaran STM menurut Yager (Arnie Fajar.2002:27), memiliki karakteristik sebagai berikut (1) identifikasi masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak; (2)menggunakan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi pemecahan masalah; (3) melibatkan siswa aktif mencari informasi untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari; (4) identifikasi dampak sains dan teknologi terhadap masyarakat di masa depan; (5) adanya kebebasan atau otonomi dalam proses belajar. Mendasarkan hal tersebut maka sintak implementasi strategi pembelajaran STM adalah sebagai berikut. 1. Tahap apersepsi, siswa menyimak materi kesehatan lingkungan (inisiasi), siswa mengemukakan masalah kesehatan dan masalah lingkungan yang ada di masyarakat (invitasi) dan siswa mengkaji materi kesehatan lingkungan dari pustaka lainnya (eksplorasi). 2. Tahap pembentukan konsep, siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat di sekitar sekolah, melakukan eksperimen dengan menentukan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat, dan diskusi untuk merumuskan masalah lingkungan dan kesehatan. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis masalah lingkungan dan kesehatan serta menemukan pemecahan masalah kesehatan lingkungan. 6 4. Tahap pemantapan konsep, siswa mengkonfirmasi pemahaman konsep lingkungan dan kesehatan 5. Tahap evaluasi, dilakukan melalui unjuk kerja siswa dari kinerja tahap 1 – 4 dan laporan kegiatan yang merupakan evaluasi hasil. Secara rinci, pembelajaran STM dengan tema lingkungan dan sub tema kesehatan lingkungan digambarkan melalui gambar 1 berikut ini. Tema Lingkungan Sub Tema Kesehatan Lingkungan Strategi Pembelajaran STM Tahap 1 Apersepsi 1. menyimak materi kesehatan lingkungan (inisiasi) 2. mengemukakan masalah kesehatan dan lingkungan (invitasi) 3. mengkaji materi kesehatan lingkungan (eksplorasi) Tahap 2 Pembentukan Konsep 1. melakukan observasi lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat di sekitar sekolah 2. melakukan eksperimen dengan menentukan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat 3. diskusi merumuskan masalah lingkungan dan kesehatan. Tahap 3 Aplikasi Konsep 1. menganalisis data lingkungan dan kesehatan 2. menemukan pemecahan masalah. Tahap 4 Pemantapan Konsep 1. konfirmasi pemahaman konsep lingkungan dan kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. Tahap5 Evaluasi pengamatan apersepsi pengamatan pembentukan konsep pengamatan aplikasi konsep pengamatan pemantapan konsep laporan hasil Gambar 1 Sintaks Implementasi Pembelajaran STM dengan Tema Lingkungan 7 III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga pada semester I tahun 2011/2012. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan populasi seluruh siswa kelas III sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi terhadap unjuk kerja siswa dan dokumentasi laporan hasil kerja siswa di lapangan. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi unjuk kerja dalam apersepsi, pembentukan konsep, aplikasi konsep dan pemantapan konsep dan lembar penilaian laporan. Teknik analisis data yang digunakan analisis statistik sederhana yakni persentase. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. strategi pembelajaran STM yaitu strategi yang digunakan untuk memberikan pembelajaran tema lingkungan dengan tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi), pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan evaluasi 2. pembelajaran tematik yaitu pembelajaran tentang tema lingkungan yang akvitas siswa: a. membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat (IPA) b. menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah (matematika) c. mengenal aturan-aturan yang berlaku (PKn) d. menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar sekolah (IPS) e. menceritakan pengalaman (Bahasa Indonesia) IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi RPP dengan tema lingkungan telah dilaksanakan dengan baik oleh guru sesuai RPP yang dirancang dengan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan sintak dalam pembelajaran STM melalui apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi), pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan evaluasi. Dalam proses pembelajaran, guru melakukan penilaian proses terhadap unjuk kerja siswa yang terdiri dari 4 kinerja siswa yakni apersepsi , pembentukan konsep, aplikasi konsep dan pemantapan konsep. Penilaian hasil belajar dilakukan melalui laporan 8 kerja siswa. Guru telah melaksanakan pembelajaran tematik dengan betul, yang ditunjukkan melalui hasil observasi melalui kinerja siswa dalam: 1. melakukan eksperimen (tahap pembentukan konsep) untuk menentukan masalah lingkungan dan kesehatan dengan membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat (IPA) 2. menganalisis masalah lingkungan dan kesehatan (tahap aplikasi konsep) menggunakan alat ukur timbangan untuk memecahkan masalah lingkungan dan kesehatan (matematika) 3. menemukan pemecahan masalah (tahap aplikasi konsep) melalui pengenalan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat seperti kebersihan rumah (PKn) 4. konfirmasi pemahaman konsep lingkungan dan kesehatan (tahap pemantapan konsep) dengan menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar sekolah (IPS) 5. laporan hasil pembelajaran lingkungan (tahap evaluasi) dengan menceritakan pengalamannya dalam bentuk laporan tertulis (Bahasa Indonesia). Hasil penelitian tentang strategi pembelajaran STM menunjukkan bahwa: 1. Tahap apersepsi Dalam tahap ini ada 3 kegiatan yang diukur yakni menyimak materi kesehatan lingkungan, mengemukakan masalah kesehatan dan lingkungan dan mengkaji materi kesehatan lingkungan. Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail melalui tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Hasil Pengamatan Apersepsi N o Indikator A Inisiasi menyimak teks sampai selesai seluruh waktu yang diberikan untuk menyimak Invitasi Mengemukakan masalah kesehatan Mengemukakan masalah lingkungan Eksplorasi Menemukan kelebihan kesehatan lingk Menemukan kelemahan kesehatan lingk Menemukan solusi kesehatan lingk B C Skor % 12 % 34 Jml Angka % 6 5 18,75 15,63 26 27 81,25 84,37 32 32 100 100 2 7 6,25 21,88 30 25 93,75 78,22 32 32 100 100 3 8 4 9,38 25 12,5 29 24 28 90,63 75 87,5 32 32 32 100 100 100 9 Keberhasilan kinerja siswa dalam apersepsi ditunjukkan oleh besarnya skor yang diperoleh yakni 3 sampai 4. Nampak dalam tabel 1 bahwa keberhasilan apersepsi siswa sebesar 73,84 % yang dirinci dalam kinerja inisiasi 82,81 %; kinerja invitasi 86 % dan kinerja eksplorasi 84,38%. Angka ini menunjukkan keberhasilan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran mencapai optimal. 2. Tahap pembentukan konsep Dalam tahap ini ada 3 kegiatan yang diukur yakni melakukan observasi lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat, melakukan eksperimen menentukan masalah dan diskusi untuk merumuskan masalah lingkungan dan kesehatan. Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail melalui tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hasil Pengamatan Pembentukan Konsep N o A B C Indikator 12 Observasi Lingkungan Alam dan Buatan Sehat dan Tidak Sehat Identifikasi lingkungan AB sehat Identifikasi lingkungan AB tidak sehat Eksperimen Membedakan ciri lingkungan sehat dan tidak Diskusi Merumuskan masalah % 34 Skor % Jml Angka % 8 8 25 25 24 24 75 75 32 32 100 100 9 28,13 23 71,87 32 100 7 21,88 25 78,22 32 100 Keberhasilan kinerja siswa dalam pembentukan konsep ditunjukkan dalam tabel 2 sebesar 75% yang dirinci dalam kinerja observasi 75 %; eksperimen 71,87 % dan kinerja diskusi 78,22%. Dalam kinerja eksperimen ini membedakan ciri lingkungan sehat dan tidak sehat menekankan pada mata pelajaran IPA. 3. Tahap aplikasi konsep Dalam tahap ini ada 2 kegiatan yang diukur yakni melakukan analisis data lingkungan yang sehat dan tidak sehat berdasar berat dan tinggi badan dengan timbangan, luasnya lingkungan yang tidak sehat dengan meteran (mata 10 pelajaran matematika) serta menemukan pemecahan masalah dengan ditemukannya aturan-aturan yang berlaku di masyarakat seperti lingkungan rumah yang bersih dan adanya kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan (mata pelajaran PKn). Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail melalui tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Hasil Pengamatan Aplikasi Konsep N o Indikator A Analisis Data Lingkungan Alam dan Buatan Sehat dan Tidak Sehat Mengukur berat dan tinggi badan Mengukur luas lingkungan sehat Mengukur luas lingkungan tidak sehat Menemukan pemecahan masalah Menemukan aturan-aturan di masyarakat B Skor % 12 % 34 Jml Angka % 3 5 4 9,38 15,63 12,5 29 27 28 90,62 84,37 87,5 32 32 32 100 100 100 2 6,25 30 93,75 32 100 Keberhasilan kinerja siswa dalam aplikasi konsep ditunjukkan dalam tabel 3 sebesar 89,06% yang dirinci dalam kinerja analisis 87,5 %; dan pemecahan masalah sebesar 93,75 %. Angka ini menunjukkan keberhasilan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga mencapai hasil optimal. 4. Tahap pemantapan konsep Dalam tahap ini hanya 1 kegiatan yang diukur yakni mengukur konfirmasi pemantapan konsep lingkungan dengan menceriterakan secara lesan konsep lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat dalam kegiatan tanya jawab di kelas. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa siswa dapat menceriterakan dengan jelas sebanyak 87,5 %. Tahap ini menekankan pada mata pelajaran IPS. 5. Tahap evaluasi Dalam tahap ini ada 5 kegiatan, namun 4 kegiatan yang berupa pengamatan telah dilakukan pada 4 tahap di atas dan tahap pemberian skor pada laporan kegiatan secara tertulis. Dalam laporan ini, siswa menceritakan seluruh pengalaman yang diperoleh dalam pembelajaran STM. Laporan ini merupakan aktivitas mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang hasilnya menunjukkan bahwa 11 siswa dapat menceriterakan pengalamannya dengan baik sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia mencapai 81,25 % atau sebanyak 26 siswa. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa: Pembelajaran tema lingkungan dengan sub tema kesehatan lingkungan bagi siswa kelas III SD dengan menggunakan strategi STM menunjukkan hasil yang memuaskan yang ditunjukkan oleh: 1. Pembelajaran yang berlangsung merupakan pembelajaran tematik yang mengintegrasikan 5 kompetensi dasar dari mata pelajaran IPA, matematika, PKn, IPS dan Bahasa Indonesia 2. Strategi pembelajaran STM tepat ddipergunakan untuk tema lingkungan yang didukung dengan keberhasilan kinerja siswa dalam tahap apersepsi 73,84%, tahap pembentukan konsep 75%, tahap aplikasi konsep 89,06%, tahap pemantapan konsep 87,5 % dan tahap evaluasi yang berupa laporan tertulis sebesar 81,25 %. Evaluasi yang dipergunakan adalah evaluasi unjuk kerja yang menunjukkan 81,35 % dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas pembelajaran STM tema lingkungan dengan sangat baik. Mendasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, disarankan kepada guru untuk mau mencoba membuat desain pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran seperti STM, agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal. Pendekatan STM dalam pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar dapat dijadikan salah satu solusi bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran STM siswa memiliki bekal pengetahuan untuk mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah yang ada dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya. Para guru perlu memiliki keterampilan sebagai bekal untuk menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. 12 DAFTAR PUSTAKA Arnie Fajar.2002. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dick and Carey. 2001. The systematic Design Instruction (5th ed.). New York: Longman Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bahan Ajar Cetak. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Iskandar, Srini,M. 1996. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam Pendidikan IPA. Makalah Seminar Regional Jurusan Pendidikan Kimia : Malang Wardani Naniek Sulistya.dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari 13