1 implementasi strategi pembelajaran sains teknologi masyarakat

advertisement
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM
KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH
Naniek Sulistya Wardani
S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Dipresentasikan pada
Seminar Nasional „Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013”
Dalam Rangka Dies Natalis ke -49 UNY
27 April 2013
1
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI
MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM
KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH
Naniek Sulistya Wardani
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: [email protected]
HP 08562698547
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi
strategi pembelajaran STM tematik dalam kurikulum 2013 siswa kelas rendah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi seluruh
siswa kelas III di SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga sebanyak 32 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi terhadap unjuk kerja siswa dan
dokumentasi laporan hasil kerja siswa di lapangan. Instrumen penelitian
menggunakan lembar observasi unjuk kerja apersepsi, pembentukan konsep,
aplikasi konsep, pemantapan konsep dan lembar penilaian laporan. Teknik analisis
data yang digunakan analisis statistik sederhana yakni persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tematik telah
mengintegrasikan 5 kompetensi dasar dari mata pelajaran IPA, matematika, PKn,
IPS dan Bahasa Indonesia. Strategi pembelajaran STM tepat dipergunakan untuk
tema lingkungan yang didukung dengan keberhasilan unjuk kerja (kinerja) siswa
dalam tahap apersepsi 73,84%, tahap pembentukan konsep 75%, tahap aplikasi
konsep 89,06%, tahap pemantapan konsep 87,5 % dan tahap evaluasi laporan
tertulis sebesar 81,25 %. Evaluasi yang dipergunakan adalah evaluasi unjuk kerja
yang menunjukkan 81,35 % dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
pembelajaran STM tema lingkungan dengan sangat baik.
Strategi pembelajaran STM efektif digunakan dalam pembelajaran tematik
dan sesuai dengan kurikulum 2013 yang menyeimbangkan antara pengetahuan,
sikap dan ketrampilan.
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Siswa SD adalah siswa yang berada pada rentangan usia dini. Pada masa
usia dini ini, seluruh potensi yang dimiliki siswa perlu didorong agar potensi
siswa dapat berkembang secara optimal, apalagi pada masa usia ini merupakan
masa yang sangat penting bagi kehidupan siswa. Menurut Kurniawan dalam
Wardani Naniek Sulistya (2012) karakteristik siswa pada usia dini ini, secara
umum memiliki empat karakteristik, yaitu senang bermain, senang bergerak,
senang
bekerja
dalam
kelompok
dan
senang
merasakan
atau
2
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Perkembangan emosi siswa
usia dini antara lain telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah
dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai
belajar tentang benar dan salah. Mendasarkan pada usia ini, maka pembelajaran
siswa SD di kelas rendah terutama kelas III SD yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik), dan masih bergantung kepada obyek-obyek
konkrit dan pengalaman yang dialaminya, maka pendekatan pembelajarannya
adalah tematik.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang memadukan beberapa
mata pelajaran akan mengembangkan siswa untuk berpikir holistik. Pembelajaran
tematik ini akan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga
perkembangan kognitif siswa berjalan melalui sikapnya di lapangan
untuk
memperoleh pengalaman, hal ini terjadi karena siswa memiliki ketrampilan dalam
mendorong keingintahuannya. Pembelajaran tematik seperti inilah yang
diharapkan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berorientasi pada terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, ketrampilan dan
pengetahuan. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, maka pembelajaran perlu
didesain sedemikian rupa, sehingga siswa benar-benar dapat berkembang
potensinya secara optimal.
Strategi pembelajaran sains, teknologi dan masyarakat (STM) adalah salah
satu desain pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan pembelajaran
tematik. STM merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan
terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Dengan demikian
diharapkan, siswa memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk mampu
mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta
mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Keterpaduan dalam strategi pembelajaran STM diwujudkan dalam keterpaduan
berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, keterpaduan berbasis persoalan dan
keterpaduan proses dan produk. Pelaksanaan dalam kelas rendah, keterpaduan
cenderung mengikuti pola keterpaduan antar bidang karena biasanya masih
3
menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan
melalui tema tematik.
Dalam pelaksanaan di lapangan, banyak SD yang menyatakan
pembelajarannya dilakukan secara tematik bagi siswa kelas rendah. Namun dalam
kenyataannya proses pembelajaran terpisah yakni berdasarkan mata pelajaran,
sehingga tidak ada keterpaduan antar mata pelajaran. Demikian pula yang terjadi
pada siswa kelas III SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga pada tahun 2011/2012.
Pemikiran siswa terkotak-kotak, seperti dengan matematika, bahasa Indonesia,
IPA, IPS dan PKn. Siswa tidak lagi dalam melihat keholistikan realita kehidupan,
sehingga potensi yang dimiliki siswa tidak berkembang optimal. Pembelajaran
didominasi oleh proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur, sehingga
tidak salah jika dikatakan bahwa dalam pembelajaran siswa hanya menghafal
konsep dan pembelajaran tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi
siswa dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Siswa tidak dapat
merasakan dan melihat secara langsung di lapangan, materi pembelajaran menjadi
abstrak. Kondisi seperti inilah menyebabkan keseimbangan pengetahuan, sikap
dan ketrampilan tidak dapat tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu
strategi pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengalaman siswa ke dalam
pengetahuan, melibatkan siswa dalam memecahkan permasalahan dan menggali
isu sosial yang terkait dengan perkembangan sains dan teknologi yang dikemas
dalam keterpaduan mata pelajaran secara tematik dengan menggunakan strategi
pembelajaran STM sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013.
Mendasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah
bagaimanakah gambaran implementasi strategi pembelajaran STM tematik dalam
kurikulum 2013 siswa kelas rendah.
II. KAJIAN TEORI
Seorang pengajar yang akan melaksanakan pembelajaran tentu akan
menentukan jurus yang paling jitu, agar pembelajarannya berhasil yakni
menggunakan strategi pembelajaran. Menurut Dick & Carey dalam bukunya yang
berjudul The systematic Design Instruction (2001) menyatakan bahwa strategi
4
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk mencapai hasil belajar. Dengan demikian strategi
pembelajaran
meliputi
strategi
pengorganisasian
pembelajaran,
strategi
penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) sering disebut dengan Science
Technology Society and Environment (STSE) atau sains Teknologi Lingkungan
dan Masyarakat (Salingtemas), ada juga yang menyebutnya Sains-TeknologySociety (STS), yang pada prinsipnya masyarakat itu adalah lingkungan sosial. Hal
ini dijelaskan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About
Scince and Society”, bahwa dalam STM, konsep-konsep dan proses sains
seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari (Hidayati. 2008:6.29).
STM
merupakan
sebuah
strategi
dalam
pembelajaran
yang
mengorganisasikan pembelajaran tematik berbasis pada isu-isu yang terjadi di
masyarakat yang dipadukan dengan sains dan teknologi (antar mata pelajaran);
menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan sintaks apersepsi (inisiasi,
invitasi, dan eksplorasi), pembentukan konsep, aplikasi konsep atau penyelesaian
masalah, pemantapan konsep dan evaluasi; dengan strategi pengelolaan
pembelajaran menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan siswa
membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan
lingkungan, sehingga dalam pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu
pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi. Dengan demikian
pembelajaran yang menggunakan strategi STM sesuai dengan kurikulum 2013
yang menekan pada keseimbangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Pengorganisasian pembelajaran tematik kelas III dengan tema lingkungan
akan memadukan 5 mata pelajaran dengan kompetensi dasar membedakan ciri-ciri
lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan (IPA),
menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah (matematika), mengenal
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar (PKn) dengan isu
sosial kesehatan lingkungan, menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar
rumah dan sekolah (IPS) dan menceritakan pengalaman yang mengesankan
5
dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami (Bahasa
Indonesia).
Melalui strategi pembelajaran STM akan mengantarkan siswa untuk
melihat ilmu sebagai dunianya, siswa akan mengenal dan memiliki pengalaman
langsung di lapangan sebagaimana yang pernah dialami oleh seorang ilmuwan.
STM dengan teknologinya menjembatani antara ilmu dan masyarakat. Siswa akan
memperoleh pengetahuan yang sulit dipahami menjadi pengetahuan yang mudah
dan menyenangkan melalui pengalaman langsungnya di masyarakat.
Strategi penyampaian pembelajaran STM menurut Yager (Arnie
Fajar.2002:27), memiliki karakteristik sebagai berikut (1) identifikasi masalah
setempat yang memiliki kepentingan dan dampak; (2)menggunakan sumber daya
setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi pemecahan
masalah; (3) melibatkan siswa aktif mencari informasi untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan sehari-hari; (4) identifikasi dampak sains dan
teknologi terhadap masyarakat di masa depan; (5) adanya kebebasan atau otonomi
dalam proses belajar.
Mendasarkan
hal
tersebut
maka
sintak
implementasi
strategi
pembelajaran STM adalah sebagai berikut.
1. Tahap apersepsi, siswa menyimak materi kesehatan lingkungan (inisiasi), siswa
mengemukakan masalah kesehatan dan masalah lingkungan yang ada di
masyarakat (invitasi) dan siswa mengkaji materi kesehatan lingkungan dari
pustaka lainnya (eksplorasi).
2. Tahap pembentukan konsep, siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri
melalui observasi lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat di
sekitar sekolah, melakukan eksperimen dengan menentukan masalah
lingkungan dan kesehatan masyarakat, dan diskusi untuk merumuskan masalah
lingkungan dan kesehatan.
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis masalah
lingkungan dan kesehatan serta menemukan pemecahan masalah kesehatan
lingkungan.
6
4. Tahap pemantapan konsep, siswa mengkonfirmasi pemahaman konsep
lingkungan dan kesehatan
5. Tahap evaluasi, dilakukan melalui unjuk kerja siswa dari kinerja tahap 1 – 4
dan laporan kegiatan yang merupakan evaluasi hasil.
Secara rinci, pembelajaran STM dengan tema lingkungan dan sub tema
kesehatan lingkungan digambarkan melalui gambar 1 berikut ini.
Tema Lingkungan
Sub Tema Kesehatan Lingkungan
Strategi Pembelajaran STM
Tahap 1 Apersepsi
1. menyimak materi kesehatan lingkungan (inisiasi)
2. mengemukakan masalah kesehatan dan lingkungan (invitasi)
3. mengkaji materi kesehatan lingkungan (eksplorasi)
Tahap 2 Pembentukan Konsep
1. melakukan observasi lingkungan alam dan buatan yang
sehat dan tidak sehat di sekitar sekolah
2. melakukan eksperimen dengan menentukan masalah
lingkungan dan kesehatan masyarakat
3. diskusi merumuskan masalah lingkungan dan kesehatan.
Tahap 3 Aplikasi Konsep
1. menganalisis data lingkungan dan kesehatan
2. menemukan pemecahan masalah.
Tahap 4 Pemantapan Konsep
1. konfirmasi pemahaman konsep lingkungan dan kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
Tahap5 Evaluasi
pengamatan apersepsi
pengamatan pembentukan konsep
pengamatan aplikasi konsep
pengamatan pemantapan konsep
laporan hasil
Gambar 1
Sintaks Implementasi Pembelajaran STM dengan Tema Lingkungan
7
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga pada
semester I tahun 2011/2012. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan
populasi seluruh siswa kelas III sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi terhadap unjuk kerja siswa dan dokumentasi laporan hasil
kerja siswa di lapangan. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi
unjuk kerja dalam apersepsi, pembentukan konsep, aplikasi konsep dan
pemantapan konsep dan lembar penilaian laporan. Teknik analisis data yang
digunakan analisis statistik sederhana yakni persentase.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. strategi pembelajaran STM yaitu strategi yang digunakan untuk memberikan
pembelajaran tema lingkungan dengan tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan
eksplorasi), pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan
evaluasi
2. pembelajaran tematik yaitu pembelajaran tentang tema lingkungan yang
akvitas siswa:
a. membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat (IPA)
b. menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah (matematika)
c. mengenal aturan-aturan yang berlaku (PKn)
d. menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar sekolah (IPS)
e. menceritakan pengalaman (Bahasa Indonesia)
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi RPP dengan
tema lingkungan telah dilaksanakan dengan baik oleh guru sesuai RPP yang
dirancang dengan langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan sintak dalam
pembelajaran STM melalui apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi),
pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan evaluasi. Dalam
proses pembelajaran, guru melakukan penilaian proses terhadap unjuk kerja siswa
yang terdiri dari 4 kinerja siswa yakni apersepsi , pembentukan konsep, aplikasi
konsep dan pemantapan konsep. Penilaian hasil belajar dilakukan melalui laporan
8
kerja siswa. Guru telah melaksanakan pembelajaran tematik dengan betul, yang
ditunjukkan melalui hasil observasi melalui kinerja siswa dalam:
1. melakukan eksperimen (tahap pembentukan konsep) untuk menentukan
masalah lingkungan dan kesehatan dengan membedakan ciri-ciri lingkungan
sehat dan tidak sehat (IPA)
2. menganalisis masalah lingkungan dan kesehatan (tahap aplikasi konsep)
menggunakan alat ukur timbangan untuk memecahkan masalah lingkungan dan
kesehatan (matematika)
3. menemukan pemecahan masalah (tahap aplikasi konsep) melalui pengenalan
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat seperti kebersihan rumah (PKn)
4. konfirmasi pemahaman konsep lingkungan dan kesehatan (tahap pemantapan
konsep) dengan menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar sekolah
(IPS)
5. laporan hasil pembelajaran lingkungan (tahap evaluasi) dengan menceritakan
pengalamannya dalam bentuk laporan tertulis (Bahasa Indonesia).
Hasil penelitian tentang strategi pembelajaran STM menunjukkan bahwa:
1. Tahap apersepsi
Dalam tahap ini ada 3 kegiatan yang diukur yakni menyimak materi kesehatan
lingkungan, mengemukakan masalah kesehatan dan lingkungan dan mengkaji
materi kesehatan lingkungan. Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail
melalui tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Hasil Pengamatan Apersepsi
N
o
Indikator
A
Inisiasi
menyimak teks sampai selesai
seluruh waktu yang diberikan untuk
menyimak
Invitasi
Mengemukakan masalah kesehatan
Mengemukakan masalah lingkungan
Eksplorasi
Menemukan kelebihan kesehatan lingk
Menemukan kelemahan kesehatan lingk
Menemukan solusi kesehatan lingk
B
C
Skor
%
12
%
34
Jml
Angka
%
6
5
18,75
15,63
26
27
81,25
84,37
32
32
100
100
2
7
6,25
21,88
30
25
93,75
78,22
32
32
100
100
3
8
4
9,38
25
12,5
29
24
28
90,63
75
87,5
32
32
32
100
100
100
9
Keberhasilan kinerja siswa dalam apersepsi ditunjukkan oleh besarnya skor
yang diperoleh yakni 3 sampai 4. Nampak dalam tabel 1 bahwa keberhasilan
apersepsi siswa sebesar 73,84 % yang dirinci dalam kinerja inisiasi 82,81 %;
kinerja invitasi 86 % dan kinerja eksplorasi 84,38%. Angka ini menunjukkan
keberhasilan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran mencapai
optimal.
2. Tahap pembentukan konsep
Dalam tahap ini ada 3 kegiatan yang diukur yakni melakukan observasi
lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat, melakukan
eksperimen menentukan masalah dan diskusi untuk merumuskan masalah
lingkungan dan kesehatan. Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail melalui
tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Hasil Pengamatan Pembentukan Konsep
N
o
A
B
C
Indikator
12
Observasi Lingkungan Alam dan
Buatan Sehat dan Tidak Sehat
Identifikasi lingkungan AB sehat
Identifikasi lingkungan AB tidak sehat
Eksperimen
Membedakan ciri lingkungan sehat dan
tidak
Diskusi
Merumuskan masalah
%
34
Skor
%
Jml
Angka
%
8
8
25
25
24
24
75
75
32
32
100
100
9
28,13
23
71,87
32
100
7
21,88
25
78,22
32
100
Keberhasilan kinerja siswa dalam pembentukan konsep ditunjukkan dalam
tabel 2 sebesar 75% yang dirinci dalam kinerja observasi 75 %; eksperimen
71,87 % dan kinerja diskusi 78,22%. Dalam kinerja eksperimen ini
membedakan ciri lingkungan sehat dan tidak sehat menekankan pada mata
pelajaran IPA.
3. Tahap aplikasi konsep
Dalam tahap ini ada 2 kegiatan yang diukur yakni melakukan analisis data
lingkungan yang sehat dan tidak sehat berdasar berat dan tinggi badan dengan
timbangan, luasnya lingkungan yang tidak sehat dengan meteran (mata
10
pelajaran matematika) serta menemukan pemecahan masalah dengan
ditemukannya aturan-aturan yang berlaku di masyarakat seperti lingkungan
rumah yang bersih dan adanya kegiatan gotong royong membersihkan
lingkungan (mata pelajaran PKn). Hasil pengukuran ditunjukkan secara detail
melalui tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Hasil Pengamatan Aplikasi Konsep
N
o
Indikator
A
Analisis Data Lingkungan Alam dan
Buatan Sehat dan Tidak Sehat
Mengukur berat dan tinggi badan
Mengukur luas lingkungan sehat
Mengukur luas lingkungan tidak sehat
Menemukan pemecahan masalah
Menemukan aturan-aturan di masyarakat
B
Skor
%
12
%
34
Jml
Angka
%
3
5
4
9,38
15,63
12,5
29
27
28
90,62
84,37
87,5
32
32
32
100
100
100
2
6,25
30
93,75
32
100
Keberhasilan kinerja siswa dalam aplikasi konsep ditunjukkan dalam tabel 3
sebesar 89,06% yang dirinci dalam kinerja analisis 87,5 %; dan pemecahan
masalah sebesar 93,75 %. Angka ini menunjukkan keberhasilan guru dalam
melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga mencapai hasil optimal.
4. Tahap pemantapan konsep
Dalam tahap ini hanya 1 kegiatan yang diukur yakni mengukur konfirmasi
pemantapan konsep lingkungan dengan menceriterakan secara lesan konsep
lingkungan alam dan buatan yang sehat dan tidak sehat dalam kegiatan tanya
jawab di kelas. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa siswa dapat
menceriterakan dengan jelas sebanyak 87,5 %. Tahap ini menekankan pada
mata pelajaran IPS.
5. Tahap evaluasi
Dalam tahap ini ada 5 kegiatan, namun 4 kegiatan yang berupa pengamatan
telah dilakukan pada 4 tahap di atas dan tahap pemberian skor pada laporan
kegiatan secara tertulis. Dalam laporan ini, siswa menceritakan seluruh
pengalaman yang diperoleh dalam pembelajaran STM. Laporan ini merupakan
aktivitas mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang hasilnya menunjukkan bahwa
11
siswa dapat menceriterakan pengalamannya dengan baik sesuai dengan kaidah
penulisan bahasa Indonesia mencapai 81,25 % atau sebanyak 26 siswa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
maka
diperoleh
kesimpulan bahwa:
Pembelajaran tema lingkungan dengan sub tema kesehatan lingkungan
bagi siswa kelas III SD dengan menggunakan strategi STM menunjukkan hasil
yang memuaskan yang ditunjukkan oleh:
1. Pembelajaran yang berlangsung merupakan pembelajaran tematik yang
mengintegrasikan 5 kompetensi dasar dari mata pelajaran IPA, matematika,
PKn, IPS dan Bahasa Indonesia
2. Strategi pembelajaran STM tepat ddipergunakan untuk tema lingkungan yang
didukung dengan keberhasilan kinerja siswa dalam tahap apersepsi 73,84%,
tahap pembentukan konsep 75%,
tahap aplikasi konsep 89,06%, tahap
pemantapan konsep 87,5 % dan tahap evaluasi yang berupa laporan tertulis
sebesar 81,25 %. Evaluasi yang dipergunakan adalah evaluasi unjuk kerja
yang menunjukkan 81,35 % dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
pembelajaran STM tema lingkungan dengan sangat baik.
Mendasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, disarankan kepada
guru untuk mau mencoba membuat desain pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran seperti
STM, agar potensi siswa dapat dikembangkan
secara optimal. Pendekatan STM dalam pembelajaran khususnya di jenjang
sekolah dasar dapat dijadikan salah satu solusi bagi guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran STM siswa memiliki bekal pengetahuan
untuk mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah yang ada
dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang
telah diambilnya. Para guru perlu memiliki keterampilan sebagai bekal untuk
menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arnie Fajar.2002. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Dick and Carey. 2001. The systematic Design Instruction (5th ed.). New York:
Longman
Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bahan Ajar Cetak. Jakarta:
Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Iskandar, Srini,M. 1996. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam
Pendidikan IPA. Makalah Seminar Regional Jurusan Pendidikan Kimia :
Malang
Wardani Naniek Sulistya.dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya
Sari
13
Download