faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA
SAAT HANDOVER DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FACTOR AFFECTING COMMUNICATION AT THE TIME OF
HANDOVER IN INPATIENT ROOM OF HASANUDDIN UNIVERSITY
HOSPITAL
Andi Maya Kesrianti , Noer Bahry noor, Alimin Maidin
Bagian MARS, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi :
Andi Maya Kesrianti
Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP: 081342121439
Email : [email protected]
Abstrak
Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit
khususnya pada unit keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap,
ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan dan rekan kerja terhadap handover, variabel komunikasi pada saat
handover yang paling berpengaruh terhadap handover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel yang diambil sebanyak 130
perawat. Cara pengambilan sampel secara total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil
seluruh populasi sampel menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner. Data dianalisis
dengan uji korelasi pearson dan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan dan rekan kerja berpengaruh terhadap handover.
Variabel yang paling berpengaruh terhadap handover adalah pengetahuan. Disarankan agar pihak rumah sakit
mengadakan pelatihan tambahan khususnya mengenai tata cara, teknik dan materi pelaksanaan handover yang
diterapkan di rumah sakit bagi perawat.
Kata kunci : komunikasi, handover, perawat.
Abstract
Communication is part of a coordinated strategy that applies in the setting of hospital services, especially in the
nursing unit. The aims of the research were to analyze the influence of knowledge , attitude , the availability of fixed
procedures , leadership and coworkers on handover , and to analyze the most dominant communication variables at
the time handovers affecting handover inpatient room of Hasanuddin University Hospital. The research was an
analytic survey study with cross sectional study design . The samples consisted of 130 nurses selected using total
sampling technique,i.e to take all the research populations as the samples. The data were obtained using
questionnaires and the data were analyzed using Pearson correlation test and multiple linear regression test . The
results of the research indicate that knowledge, attitude , availability of fixed procedures , leadership and coworkers has influence on handover . The most dominant variable affecting handover is knowledge.
Keywords : communication , handover , nurse .
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan
pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai
informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan
komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana, 2012).
Komunikasi yang
efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan
empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan
bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa
bahwa pesan telah diterima dengan benar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi, diantaranya menurut Amirah
(2013), adalah persepsi, nilai, emosi, latar belakang, peran, pengetahuan dan hubungan.
Selanjutnya, Yudianto (2005), menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempunyai hubungan
dengan komunikasi saat perawat melaksanakan handover adalah karakteristik jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, ketersediaan protap, pimpinan dan teman sejawat. Keterampilan komunikasi
perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan
menegangkan meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis (Fitria, 2013).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh setiap
pasien rawat inap. Salah satunya adalah prosedur serah terima (handover) yang merupakan
kegiatan sehari-hari dan harus dilakukan oleh perawat. Pelaksanaan serah terima pasien
merupakan tindakan keperawatan yang secara langsung akan berdampak pada perawatan pasien,
selain itu juga serah terima pasien dibangun sebagai sarana untuk menyampaikan tanggung
jawab serta penyerahan legalitas yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien
(Safitri, 2012).
Masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan serah terima pasien merupakan keprihatinan
internasional, sebagaimana dilaporkan Cohen & Hilligoss, dalam suatu studinya yaitu dari 889
kejadian malpraktek ditemukan 32% akibat kesalahan komunikasi dalam serah terima pasien
yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat, kesalahpahaman tentang rencana
keperawatan, kehilangan informasi serta kesalahan pada tes penunjang. Dilaporkan juga oleh
World Health Organization [WHO] (2007), bahwa terdapat 11% dari 25.000-30.000 kasus pada
tahun 1995 – 2006 terdapat kesalahan akibat komunikasi pada saat serah terima pasien.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat yang dapat diwujudkan melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan
efektiftasnya adalah saat handover (pergantian shift). Sebab jika komunikasi dalam handover
tidak efektif dapat menyebabkan kesalahan dalam kesinambungan pelayanan juga bisa terjadi
pengobatan yang tidak tepat dan potensi kerugian bagi pasien sehingga, handover pasien di
rumah sakit merupakan salah satu penerapan pelayanan keperawatan yang harus diperhatikan
(Setianti, 2007).
Transfer informasi dan tanggung jawab penting untuk perawatan pasien ke penyedia
layanan kesehatan lain dan merupakan komponen integral dari komunikasi dalam perawatan
kesehatan. Titik kritis perpindahan ini dekenal sebagai handover atau handoff atau serah terima
pasien. Serah terima pasien yang efektif mendukung informasi penting dan kontinuitas
perawatan dan pengobatan. Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa serah terima pasien
yang tidak memadai sering menjadi kegagalan pertama dalam keselamatan pasien (Mursidah,
2012).
Handover adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat handover pasien, antara unit-unit
pelayanan serta antar tim pelayanan dalam satu unit, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan pelayanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien (WHO, 2007).
Pelaksanaan serah terima diperlukan komunikasi yang efektiif, sebagaimana pada
Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 dikatakan bahwa sasaran keselamatan pasien
meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh. Kesenjangan yang terjadi pada saat serah terima
pasien sering diakibatkan karena komunikasi yang tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan
gangguan dalam kontinuitas keperawatan yang berpotensi membahayakan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi pada saat melakukan handover di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional yang
bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara variable bebas dan terikat, artinya variabel
bebas dan terikat pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu
yang bersamaan). Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor- faktor komunikasi pada
saat melakukan handover di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap
dengan total populasi berjumlah 130 perawat. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat rawat inap yang bekerja di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar pada saat
penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, dimana
seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 130 perawat rawat inap.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang
dibagikan kepada responden.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
HASIL
Analisa Univariat
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa umur rata-rata dari sebagian besar
perawat yang menjadi responden penelitian adalah 25 tahun, lama bekerja dari sebagian besar
perawat yang menjadi responden penelitian adalah rata-rata selama 2 tahun, jenis kelamin
responden didominasi oleh perawat berjenis kelamin perempuan sebanyak 131 orang (86,9%),
pengalaman kerja sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian adalah selama 2
tahun, pendidikan terakhir sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian adalah
didominasi NERS sebanyak 63 orang (48,5%), S1 sebanyak 35 orang (26,9%), D3 sebanyak 32
orang (24,6%) dan ditinjau dari status kepegawaian dari sebagian besar perawat yang menjadi
responden penelitian adalah didominasi oleh pegawai kontrak yaitu sebanyak 109 orang (83,8%).
Analisa Bivariat
pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p< 0,05) antara
pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,665dan p = 0,000). Artinya semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka proses pelaksanaan handover yang dilakukan juga
baik. Untuk variabel sikap dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan korelasi
Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p< 0,05) antara
pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,299 dan p = 0,001). Artinya semakin baik
sikap seorang perawat, maka proses pelaksanaan handover yang dilakukan juga baik.
Untuk variabel prosedur kerja dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,361 dan p = 0,000). Artinya
apabila prosedur tetap untuk proses handover tersedia, maka proses pelaksanaan handover akan
berjalan dengan baik.
Untuk variabel kepemimpinan dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,300 dan p = 0,001). Artinya
semakin baik kepemimpinan, maka proses pelaksanaan handover akan berjalan dengan baik.
Untuk variabel rekan kerja dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,305 dan p = 0,000). Artinya
semakin baik hubungan kerja sama sesama perawat, maka akan proses pelaksanaan handover
akan berjalan dengan baik.
Analisa Multivariat
Pada table 3 terlihat bahwa uji ANOVA atau uji F didapat nilai F hitung sebesar 21,735
dengan tingkat probabilitas 0,000. probabilitas yang jauh lebih kecil jika dibandingkan 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap pelaksanaan handover di ruang rawat inap RS. Universitas Hasanuddin.
Pada table 4 terlihat bahwa Uji T menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel
diatas dapat diketahui bahwa dari berbagai faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
handover diperoleh faktor yang dominan berpengaruh adalah pengetahuan dengan nilai
signifikansi 0,000 (< 0,05).
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh rumus regresi sebagai berikut : Y = (9,353) +
0,332 X1 + 0,071 X2 + 0,061 X3 – 0,002 X4 + 0,039 X5 Dari persamaan diatas dapat disimpulkan
jika semua variabel independen memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel dependen (Beta)
sebesar 9,353.
Nilai koefisien pengetahuan sebesar 0,332. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
kenaikan pengetahuan satu satuan maka variabel Beta akan naik sebesar 0,332 dengan asumsi
bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Nilai koefisien sikap sebesar 0,071. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan sikap
satu satuan maka variabel Beta akan naik sebesar 0,071 dengan asumsi bahwa variabel bebas
yang lain dari model regresi adalah tetap.
Nilai koefisien prosedur tetap sebesar 0,061. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
kenaikan prosedur tetap satu satuan maka variabel Beta akan naik sebesar 0,061 dengan asumsi
bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Nilai koefisien kepemimpinan sebesar 0,002 dan bertanda negatif, ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan risiko sistematis. Hal
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kepemimpinan satu satuan maka variabel Beta akan
turun besar 0,002 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Nilai koefisien rekan kerja sebesar 0,039. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan
pengetahuan satu satuan maka variabel Beta akan naik sebesar 0,039 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini terlihat bahwa factor pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur, rekan
kerja, dan kepemimpinan mempenagruhi komunikasi pada saat handover di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan handover dan variabel
independen yang paling berpengaruh adalah variabel pengetahuan.
Hasil penelitian pada karasteristik individu dapat diketahui bahwa umur rata-rata dari
sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian adalah 25 tahun, lama bekerja dari
sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian adalah rata-rata selama 2 tahun, jenis
kelamin responden didominasi oleh perawat berjenis kelamin perempuan sebanyak 131 orang
(86,9%), pengalaman kerja sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian adalah
selama 2 tahun, pendidikan terakhir sebagian besar perawat yang menjadi responden penelitian
adalah didominasi NERS sebanyak 63 orang (48,5%), S1 sebanyak 35 orang (26,9%), D3
sebanyak 32 orang (24,6%) dan ditinjau dari status kepegawaian dari sebagian besar perawat
yang menjadi responden penelitian adalah didominasi oleh pegawai kontrak yaitu sebanyak 109
orang (83,8%) .
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
suatu tindakan atau aktivitas seseorang. Hal ini bila dihubungkan dengan teori Suprapta (2012),
tingkat pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam berperilaku positif, karena dengan
pengetahuannya seseorang akan memulai mengenal dan mencoba atau melakukan suatu
tindakan. Penambahan pengetahuan tidak bisa hanya dalam waktu yang singkat, tetapi harus
secara terus menerus dan berkelanjutan, juga perlu ditambah dengan informasi-informasi baru,
sehingga pengetahuan terus bertambah dan mendalam, karena dengan mengkristalisasinya
pengetahuan akan tetap menjadikan kontrol terhadap seseorang untuk berperilaku baik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap pelaksanaan handover di
ruang rawat inap RS. UNHAS dengan nilai p = 0,000 (< 0,05).
Sikap yang terbentuk dalam diri seseorang dapat mempengaruhi seseorang dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari. dengan sikap positif diharapkan seseorang mempunyai kinerja
dan motivasi yang tinggi. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Hasil penelitian menunjukkan sikap berpengaruh terhadap
pelaksanaan handover di ruang rawat inap RS. UNHAS dengan nilai p = 0,001 (< 0,05).
Untuk variabel prosedur kerja dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,361 dan p = 0,000) dengan
kekuatan hubungan sedang. Artinya apabila prosedur tetap untuk proses handover tersedia, maka
proses pelaksanaan handover akan berjalan dengan baik.
Namun, hasil uji hubungan antara kepentingan bersama dengan praktik kolaborasi
perawat dokter menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
kepentingan bersama terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di Unit Rawat Inap RSUD
Morowali (p=0,019, p<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ernawati (2010)
yang menyatakan bahwa kerjasama yang baik antara perawat dan dokter di RSUP Haji Adam
Malik dapat meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien, dan memberikan kejelasan
tentang batas tugas dan wewenang kerja dokter dan perawat
Untuk variabel kepemimpinan dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,300 dan p = 0,001) dengan
kekuatan hubungan lemah. Artinya semakin baik kepemimpinan, maka proses pelaksanaan
handover akan berjalan dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendpat James & Harvard bahwa jika bawahan telah
termotivasi dengan baik oleh pimpinannya maka mereka dapat menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan baik. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam
komunikasi dua arah misalnya dengan mendengar, memotivasi, memudahkan interaksi dan
melibatkan para pengikut dalam pengambilan keputusan (Ratih, 2008).
Untuk variabel rekan kerja dari hasil pengujian korelasi menggunakan pendekatan
korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel diatas bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<
0,05) antara pengetahuan dan handover dengan nilai korelasi (r = 0,305 dan p = 0,000) dengan
kekuatan hubungan sedang. Artinya semakin baik hubungan kerja sama sesama perawat, maka
akan proses pelaksanaan handover akan berjalan dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada
saat handover di Ruang Rawat Inap di RS. Universitas Hasanuddin, dapat disimpulkan sebagai
berikut : Variabel pengetahuan mempengaruhi komunikasi pada saat handover di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Variabel sikap mempengaruhi komunikasi pada saat
handover di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Variabel ketersediaan
prosedur tetap mempengaruhi komunikasi pada saat handover di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Universitas Hasanuddin. Variabel rekan kerja mempengaruhi komunikasi pada saat
handover di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Variabel kepemimpinan
mempengaruhi komunikasi pada saat handover di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin. Hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan handover dan variabel independen yang
paling berpengaruh adalah variabel pengetahuan. Bagi manajemen rumah sakit khususnya
bidang keperawatan untuk lebih mengintensifkan supervisi khususnya pada saat pelaksanaan
handover tiap pergantian shift.
DAFTAR PUSTAKA
Amirah. (2013). Hubungan Komunikasi (Mendengarkan, Menjelaskan Dan Kompetensi) Dengan
Kepercayaan, Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Di
Makassar.FKM Unhas, Makassar.
Fitria Cemy Nur. (2013). Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Motivasi
dan Psikomotor Perawat di Ruang Medikal Bedah RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Mursidah Dewi. (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal
Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012.
Ratih Agnes. (2008). Hubungan Komunikasi Antar Pribadi dengan peningkatan kinerja
Karyawan PT Asa Globalindo Pratama, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta.
Safitri Rina. (2012). Pengaruh Teknik Komunikasi SBAR terhadap Motivasi dan Kepuasan
Perawat dalam Melakukan Operan di Ruang Rawat Inap RSUP dr. M. Djamil Padang,
keperawatan Aliansinuniversitas Indonesia, Universitas Andalas.
Setianti Yanti. (2007). Komunikasi Terapeutik antara Perawat dan Pasien, Fakultas Ilmu
komunikasi Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Suhriana. (2012). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Bula Kabupaten Seram Bagian Timur, FKM Unhas
Makassar.
Suprapta Anik. (2012). Hubungan Metoda Komunikasi Sbar Pada Handover Keperawatan
Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Triage Igd Rsup Sanglah Denpasar Provinsi Bali,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
WHO.
(2007).
Communications
during
patient
hand-overs.
Dari
http://www.ccforpatientsafety.org/common/pdfs/fpdf/presskit/PS-Solution3.pdf.
Diperoleh 21 April 2012.
Yudianto K. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan pasien perawat
pelaksana di perjan RS Hasan sadikin bandung.
Tabel 1. Karasteristik Responden Perawat RS. Universitas Hasanuddin
NO
Variabel
Distribusi
1
Umur, M(±SD)
25 (1,7)
2
Lama bekerja, M(±SD)
2 (0,8)
3
Jenis kelamin, n(%)
Laki-laki, 17(13,1%) & perempuan, 113 (86,9%)
4
Pengalaman kerja, M(±SD)
2 (1,2)
5
Pendidikan terakhir, n(%)
D3 32(24,6%), S1 35(26,9%), NERS 63 (48,5%)
6
Status kepegawaian, n(%)
PNS 21 (16,2%) dan kontrak 109 (83,8 %)
Sumber : Data Primer 2014
Tabel 2. Hubungan Variabel Independen terhadap Variabel dependen RS. Universitas
Hasanuddin
NO
VARIABEL DEPENDEN
HANDOVER
VARIABEL
INDEPENDEN
r
p
1
Pengetahuan
0,665
0,000
2
Sikap
0,299
0,001
3
Prosedur tetap
0,361
0,000
4
Kepemimpinan
0,300
0,001
5
Rekan kerja
0,305
0,000
Tabel 3. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
595,139
5
Residual
679,504
124
Total
1274,192
129
F
119,028 21,735
5,476
Sig.
,000a
Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji T)
Model
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
1
(Constant)
Std. Error
9,353
1,731
Total Pengetahuan
,332
,041
Total Sikap
,071
Total Prosedur Tetap
Total Kepemimpinan
Total Rekan Kerja
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
5,405
,000
,593
8,049
,000
,791
1,265
,062
,084
1,148
,253
,809
1,236
,061
,047
,103
1,309
,193
,697
1,435
-,002
,089
-,002
-,022
,983
,614
1,630
,039
,093
,036
,424
,672
,603
1,658
Download