INTERLEUKIN – 10 (IL-10) BERPERAN UNTUK MENURUNKAN TELUR PER GRAM TINJA (TPG) ASCARIS LUMBRICOIDES PADA IBU HAMIL SETELAH PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS RENDAH RINGKASAN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Bidang Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta DITA NADYA RIZKITA NPM 1106013731 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM JAKARTA SEPTEMBER 2014 Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 ABSTRAK Interleukin – 10 (IL-10) Berperan untuk Menurunkan Telur per Gram Tinja (TPG) Ascaris Lumbricoides pada Ibu Hamil Setelah Pemberian Vitamin A Dosis Rendah Dita Nadya Rizkita Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Universitas Indonesia Email: [email protected] Vitamin A diketahui dapat memodulasi sel T regulator (Treg) sehingga IL-10 mengalami penurunan Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian vitamin A dosis rendah dalam meregulasi respons imun sitokin anti-inflamasi (IL-10) pada ibu hamil sehingga terjadi penurunan jumlah telur per gram tinja (TPG) infeksi A.lumbricoides. Penelitian ini menggunakan data sekunder ibu hamil yang terinfeksi A. lumbricoides di Kalibaru, Jakarta Utara. Terdapat dua kelompok data, vitamin A (18 ibu hamil) dan plasebo (21 ibu hamil). Semua pemeriksaan tinja dan IL-10 dalam serum dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Diagnosis askariasis dengan pemeriksaan tinja menggunakan metode Kato-Katz, dan pemeriksaan IL-10 dalam serum dengan metode ELISA. Sebelum intervensi, rerata konsentrasi IL-10 pada kelompok vitamin A 48,1± 34,2 pg/mL dan plasebo 37,6 ± 26,1 pg/mL. Setelah intervensi, terdapat perbedaan bermakna (p=0.006) antara rerata perubahan konsentrasi IL-10 pada kelompok vitamin A (-2,5±38,88 pg/mL) dengan plasebo (-1,7±27,18 pg/mL). Selain itu, perubahan rerata perubahan TPG pada kelompok vitamin A berbeda bermakna (p=0,000) dengan kelompok plasebo. Perubahan IL-10 tersebut berdampak terjadi perubahan TPG A. lumbricoides pada kelompok vitamin A. Untuk mengurangi intensitas infeksi A. lumbricoides pada ibu hamil diperlukan vitamin A untuk menurunkan IL-10. Kata kunci: Vitamin A, Ibu Hamil, Ascaris Lumbricoides, IL-10 Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 ABSTRACT Interleukin – 10 (IL-10) Play a Role of Decreased Egg per Gram (EPG) Ascaris Lumbricoides in Pregnant Women After Low Doses of Vitamin A Supplementation Dita Nadya Rizkita Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Universitas Indonesia Email: [email protected] Vitamin A has been known for modulating T regulator cells so that it may decrease interleukin 10 (IL-10). The aim of this study was to know the effect of low doses vitamin A supplementation on regulating immune responses of anti-inflamation cytokines (IL-10) in pregnant women to decrease Ascaris lumbricoides egg in each gram of stool (EPG). This study used secondary data from pregnant women infected by A.lumbricoides in Kalibaru, North Jakarta. There were 2 groups, one given vitamin A supplementation (18 pregnant women) and the other one with placebo (21 pregnant women). All of the stool and IL-10 serum samples were examined at before and after intervention. Diagnosis of ascariasis was established by stool sample examination using Kato-Katz method and levels of IL-10 by ELISA. Before intervention, mean of IL-10 level in vitamin A group was 48.1± 34.2 pg/mL and placebo 37.6 ± 26.1 pg/mL. After intervention, there was significant differentiation (p=0.006) between alteraion of mean IL-10 level in vitamin A (2.5±38.88 pg/mL) and placebo (1.7±27.18 pg/mL). In addition, alteration mean of EPG was significant differentiation (p=0.000). Alteration of mean IL-10 level affected on alteration A. lumbricoides EPG especially in vitamin A group. This study showed that IL-10 may play a role of decreasing A. lumbricoides egg per gram of stool in pregnant women. Key words: Vitamin A, Pregnant women, Ascaris Lumbricoides, IL-10 Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 PENDAHULUAN Latar Belakang Ascaris lumbricoides (cacing gelang) merupakan salah satu spesies dari kelompok Soiltransmitted helminths (STH) atau Geohelminths. STH adalah cacing-cacing yang ditularkan melalui tanah. Hal tersebut dikarenakan bentuk infektif dari STH, yaitu telur dan larva yang infektif terdapat di tanah sehingga jika manusia tertelan telur infektif atau larva infektif menembus kulit manusia maka manusia terinfeksi STH.1,2 A.lumbricoides merupakan spesies kosmopolit yaitu spesies tersebut tersebar luas di seluruh dunia. Prevalensi askariasis paling tinggi ditemukan di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. WHO2 melaporkan pada tahun 2009, total jumlah anak di seluruh dunia dengan usia sekolah 5 -14 tahun sebesar 882 544 454 anak. Selain infeksi STH pada anak, prevalensi A.lumbricoides juga ditemukan pada ibu hamil. Alli et al3 melaporkan bahwa terdapat 35.8% (n=62) infeksi A.lumbricoides pada ibu hamil di salah satu rumah sakit di Nigeria. Di Uganda, prevalensi infeksi A. lumbricoides sebesar 2,3%, Guatemala 14,5% dan di Venezuela 57,0%.4,5 Di Indonesia, prevalensi askariasis pada ibu hamil di Pondok Gede, Bekasi sebesar 16,0%.6 Infeksi ringan A.lumbricoides pada ibu hamil tidak menimbulkan gejala klinis, sedangkan infeksi berat memperlihatkan gejala klinis. Cacing dewasa A. lumbricoides dengan ukuran yang besar memiliki kemampuan menyerap makanan di dalam usus manusia untuk bertahan hidup. Konsekuensinya, cacing yang berada pada saluran pencernaan mengambil nutrisi dan menyebabkan malabsorbsi vitamin A, sehingga terjadi defisiensi vitamin A.7,8 Mahalanabis et al9 telah membuktikan bahwa askariasis merupakan salah satu penyebab defisien vitamin A. Telah dilaporkan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada sistem imun tubuh. Hal ini telah dibuktikan bahwa defisiensi vitamin A menyebabkan defek pada aktivitas sel TH.10,11 Jadi, defisiensi vitamin A pada ibu hamil mengakibatkan perubahan sistem imun dan mengganggu pertumbuhan janin. Pemberian antihelmintik untuk membunuh cacing A. lumbricoides pada ibu hamil masih kontroversi di Indonesia. WHO12 mengindikasikan pemberian antihelmitik pada ibu hamil di trimester kedua. Ndibizza et al13 melaporkan bahwa pemberian antihelmintik pada trimester kedua dapat menurunkan infeksi cacing usus pada ibu hamil. Selain itu, penelitian di Thailand melaporkan pemberian Albendazol pada ibu hamil trimester kedua dapat menurunkan infeksi cacing A.lumbricoides.14 Pemberian antihelmintik untuk Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 mengeluarkan A.lumbricoides pada ibu hamil di Indonesia masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu sebagai pengganti antihelmintik, pada ibu hamil yang terinfeksi A.lumbricoides diberikan vitamin A dengan dosis rendah. Pemberian vitamin A juga ditujukan untuk meningkatkan kadar vitamin A dalam serum sehingga mampu mengatasi defisiensi vitamin A pada ibu hamil. Pengaruh pemberian vitamin A dalam berbagai penyakit telah banyak dibuktikan. Robert et al15 telah membuktikan bahwa vitamin A mampu menghambat pertumbuhan microbakteria penyebab penyakit. Penelitian di Meksiko dengan menggunakan rancangan penelitian terbatas plasebo, acak dan tersamar ganda untuk mengevaluasi pemberian vitamin A (retinil palmitat) dengan dosis 10.000 SI untuk anak <12 bulan dan 20.000 SI untuk anak berumr 12 tahun keatas. Pemberian vitamin A dilakukan setiap 4 bulan sekali selama empat kali berturut – turut kepada anak yang terinfeksi parasit usus. Hasilnya adalah bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap infeksi parasit usus terutama pada infeksi Giardia spp, dibandiingkan plasebo, tetapi tidak menujukkan respon imun sel TH1 atau TH2 pada kedua kelompok.16 Penelitian lain juga mengevaluasi pengaruh vitamin A dosis rendah (larutan retinol 20.000 IU untuk anak < 12 buan, 45.000 IU anak > 12 bulan, setiap 2 bulan sampai akhir musim panas) terhadap respons imun spesifik patogen penyakit. Hasil penelitian tersebut mempelihatkan terjadinya kenaikan IL4 di dalam feses (OR = 12,06,95% CI 0,95 – 153,85) pada anak terinfeksi A.lumbricoides dibanding kelompok plasebo.17 Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin A terhadap respons imun sitokin antiinflamasi pada ibu hamil terinfeksi A.lumbricoides masih sangat terbatas. Vitamin A memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap infeksi A.lumbricoides pada anak – anak, namun belum diketahui lebih lanjut pengaruh vitamin A terhadap infeksi A.lumbricoides pada ibu hamil. Sejauh ini belum ada laporan pengaruh pemberian vitamin A terhdap IL-10 pada ibu hamil yang terinfeksi A.lumbricoides. Penelitian ini menguji hipotesis, penurunan IL-10 berpengaruh terhadap penurunan jumlah telur per gram tinja (TPG) A.lumbricoides pada ibu hamil setelah pemberian vitamin A dosis rendah. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Apakah ada pengaruh penurunan konsentrasi IL-10 terhadap jumlah telur per gram tinja (TPG) pada ibu hamil terinfeksi A.lumbricoides setelah pemberian vitamin A dosis rendah ? Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Mengetahui pengaruh pemberian vitamin A dosis rendah dalam meregulasi respons imun sitokin anti-inflamasi (IL-10) pada ibu hamil sehingga terjadi penurunan jumlah telur per gram tinja (TPG) infeksi A.lumbricoides. Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsentrasi IL-10 dalam serum dan TPG pada ibu hamil terinfeksi A. lumbricoides sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok vitamin A dan plasebo. 2. Mengetahui perbedaan perubahan konsentrasi IL-10 dalam serum pada ibu hamil terinfeksi A. lumbricoides pada kelompok vitamin A dan plasebo sebelum dan sesudah intervensi. 3. Mengetahui korelasi perubahan antara konsentrasi IL-10 dengan perubahan TPG pada kelompok vitamin A dan plasebo sebelum dan sesudah intervensi. TINJAUAN TEORITIS Morfologi dan Siklus Hidup Ascaris lumbricoides Ascaris lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda lainnya. Cacing Jantan berukuran sekitar 10 – 30 cm x lebar 3 – 5 mm; bagian posterior melengkung kedepan; terdapat kloaka dengan spikula yang dapat ditarik. Pada cacing betina ditemukan sekitar 22-35 cm x lebar 3 – 6mm; vulva membuka kedepan pada 2/3 bagian posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cincin kopulasi.17,18 A.lumbricoides memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai di dalam feses yaitu (1) telur yang dibuahi (fertile), (2) Telur yang mengalami dekortikasi, (3) Telur yang tidak dibuahi (infertile), (4) Telur yang infektif adalah telur yang mengandung larva.18 Siklus hidup A. lumbricoides memakan waktu selama tiga bulan. Ascaris masuk kedalam tubuh manusia dengan tidak sengaja masuk kedalam makanan yang dinamakan. Larva menetas dari telur, kemudian menembus dinding usus dan masuk melalui aliran darah. Mereka berhenti di pembuluh darah darah paru dan tinggal di paru - paru selama berminggu – minggu. Kemudian masuk Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 ke alveoli dan berjalan ke sistem pernafasan yaitu tenggorokan. Migrasi diperlukan untuk berubah menjadi dewasa. Cacing yang sudah dewasa menetap pada dinding usus. Cacing betina mampu memproduksi sekitar 200000 butir per hari dan dikeluarkan melalui feses. Cacing dewasa dapat hidup 1 – 2 tahun.18 Respon Imun Terhadap Infeksi A.lumbricoides Infeksi cacing ditandai dengan tingginya jumlah eosinofil, peningkatan serum IgE dan mastositosis hal ini dikontrol oleh IL-4 dan IL-5. Larva A.lumbricoides yang berada dalam darah manusia menyebabkan respons sel TH1. Saat dewasa, terjadi perubahan respons imun ke arah sel TH2. Sel TH2 memproduksi sitokin yaitu IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, IL-21, dan IL-25 (sitokin proinflamasi). Apabila terjadi infeksi kronis akan menyebabkan respons imun Treg yang menghasilkan sitokin IL-10 (sitokin antiinflamasi). Manfaat dari IL-10 adalah menekan aktivitas sel TH1 dan sel TH2.19,20 Eosinofil merupakan sel yang paling berperan dalam membunuh cacing. Pada infeksi cacing terjadi peningkatan eosinofil dan produksi IgE. IgE akan berikatan dengan reseptor yang ada pada sel mast (FcR1) yang kemudian akan mendegranulasi berbagai macam mediator (seperti histamin). A.lumbricoides dapat mengeluarkan phosphorylcholine (PC) untuk menekan poliferasi sel TH2 dengan cara meningkatkan Treg untuk menghasil IL-10 atau TGF-β. Sitokin IL-10 menstimulasi sel B untuk memproduksi IgG4.19,21,22 Pengaruh Vitamin A Terhadap Imunitas10 Metabolit vitamin A dapat mempengaruhi sistem imun didapat. Asam retinoat menambah produksi sitotoksik dan poliferasi sel T, khususnya menginduksi diferensiasi sel TH2 dengan cara mengatur (upregulation) reseptor gut-homing atau menginduksi gen IL-4. Asam retinoat tidak langsung melalui modulasi antigen presenting cell (APC) melainkan melalui RAR. Selain itu, asam retinoat menghambat diferensiasi sel TH1 dan TH17. Proses ini terjadi karena asam retinoat memblok ekspresi dari sel TH1 dan menginduksi faktor transkripsi sel TH2, seperti GATA3 (GATA-binding protein 3), macrophage-activating factor (MAF) dan signal tranduser, serta aktivator transkripsi 6 (STAT6). Treg diekspresikan oleh faktor transkripsi FOXP3, melalui transforming growth factor-β (TGFβ). Hal ini dipengaruhi oleh asam retinoat. Selain, itu dendritik sel yang berasal dari gut associated lymphoid tissues (GALT) juga membantu asam retinoat dalam menginduksi diferensiasi Treg. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Sitokin Anti-inflamasi Sitokin adalah protein atau glikoprotein regulator yang memiliki berat molekul yang rendah yang diproduksi oleh sel darah putih dan berbagai macam sel didalam tubuh manusia sebagai respons terhadap antigen. Sitokin diproduksi oleh berbagai macam jalur dan sel seperti sitokin yang dihasilkan dengan cara aktivasi sel TH1 sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sel B, sel TC, sel natural killer, makrofag, granulosit, dan hematopoietic germ cell. Sitokin tediri dari interluekin (IL), tumor necrosis factor (TNF), dan lymphotoxins (LT), interferons (IFN), colony-stimulating factors (CSF), chemokines dan sitokin miscellaneous.18 Secara garis besar (berdasarkan kekurasakan jaringan) sitokin dibagi menjadi dua jenis, yaitu sitokin proinflamasi dan antiinflamasi. Sitokin proinflamasi adalah sitokin yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan seperti yang diproduksi TH1 (IFN-γ dan IL-12), TH2 (IL4, IL-5, IL-13, dan IL-21). Sedangkan, sitokin antiinflamasi adalah sitokin yang tidak menimbulkan kerusakan jaringan seperti sitokin yang dihasilkan oleh Treg (IL-10 dan TGFβ).18 Sitokin memiliki peranan dalam interaksi selular terutama pada penginduksian dalam sistem imun. IL-10 berfungsi dalam menghambat poliferasi sel T.11 Malief SM et al23 melaporkan bahwa IL-10 yang dihasilkan oleh monosit melalui induksi produksi IL-6 oleh multipotent stromal cells (MSC) dapat menghambat diferensiasi sel dendritik yang belum matur (CD14-CD1a+). Sistem Imun pada Kehamilan Terjadi perubahan sistem imun selama kehamilan, termasuk di dalamnya sel NK, makrofag dan sel limfosit T yang ditemukan dalam jumlah banyak sedangkan sel B berbanding terbalik. Sel NK berfungsi dalam membantu perkembangan janin dan antigen presenting cells (APCs) untuk menyokong kerja hormon seks steroid pada mediator inflamasi yang dihasilkan oleh makrofag. Di dalam plasenta, kemampuan fagosit menurun terhadap antigen. Sel dendrit uterin di dalam desidua berfungsi untuk mempertahankan kehamilan dengan mengatur imunitas yang dimediasi sel T.24 Selama kehamilan TH2 (anti-inflamasi) lebih dominan dibandingkan TH1. Hal ini terus terjadi hingga proses kelahiran berjalan dengan dengan sukses.24 Dominansi ini disebabkan oleh beberapa mekanisme, tetapi hal yang paling mendasari perubahan ini adalah hormon yang berkerja pada tubuh ibu yang sedang hamil. Hormon seks steroid memodifikasi daur sel sehingga menyebabkan apoptosis sel monosit dan makrofag Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 sehingga jumlah sel tersebut berkurang. Hal ini dapat berefek terjadi peningkatan IL-4 dan IL-10 oleh APC, leucocyte migration-inhibiting factor (LMIF) dan monocyte colonystimulating factor (MCSF). Selain itu, progresteron mengikat faktor penghambat PIBF di dalam limfosit T sehingga menginduksi homodimer JAK dan mengaktifkan STAT6. Terjadi perpindahan homodimer JAK ke dalam nukleus sehingga menginduksi transkripsi peningkatan IL-4, IL-10, dan TGF-β. Sitokin yang dihasilkan menekan respons TH1, sedangkan progesteron menekan TH1 dan meningkatkan respons TH2. Oleh sebab itu, terjadi penurunan produksi IFN-γ, IL-2, dan TNF-α.24,25 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan sumber data hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Vitamin A Dosis Rendah Terhadap Respons Imun Sitokin Proinflamasi dan Antiinflamasi Pada Ibu Hamil Terinfeksi A.lumbricoides” pada tahun 2012. Dalam penelitian ini juga menggunakan desain penelitian eksprimen. Peneliti melakukan analisis apakah terdapat perbedaan kadar IL-10 sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok vitamin A dan plasebo. Penelitian dilakakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat. Dengan Jangka waktu penelitian Juni 2013 sampai dengan September 2014. Sumber Data37 Penelitian ini menggunakan data sekunder dari disertasi dengan judul “Pengaruh Pemberian Vitamin A Dosis Rendah Terhadap Respons Imun Sitokin Proinflamasi dan Antiinflamasi Pada Ibu Hamil Terinfeksi A.lumbricoides” pada tahun 2012. Kriteria Inklusi • Data – data ibu hamil yang terinfeksi A.lumbricoides sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. • Data – data kadar IL-10 pada ibu hamil yang terinfeksi A.lumbricoides sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. Kriteria Eksklusi • Data yang tidak lengkap setelah intervensi. Pengolahan Data dan Analisis Data Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Pengolahan data menggunakan uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 17. Jika data tidak normal dan homogen setelah dilakukan transformasi data maka statistik yang digunakan adalah satistik nonparametrik antara lain uji Mann-Whitney, cross-tabs (uji chisquare). Uji kolerasi bivariat (Pearson, data kualitatif) dan spearmann correlation (rho r, data kuantitatif) untuk menguji kolerasi antara variabel bebas (vitamin A dan plasebo) dengan variabel tidak bebas (jumlah telur per gram tinja A. lumbricoides dan IL-10).26 HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Pada penelitian ini menggunakan 39 data responden, dimana 2 data penelitian pada sebelumnya drop out. Data sekunder telah mendeskripsikan karakteristik responden. Usia berkisar antara 18 – 41 tahun, pendidikan ibu hamil lebih banyak tingkat rendah – menengah, dan sebagian ibu hamil merupakan ibu rumah tangga. Selain itu, responden tidak memiliki toilet di rumah, oleh karena itu BAB di MCK umum. Sumber air yang digunakan sehari – hari, yaitu sumur pompa. Tidak satupun responden yang menggunakan air bersih dari PDAM.44 Jadi, responden tinggal di lingkungan santitasi yang buruk (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian Sebelum Intervensi27 Umur 18 - 23 24 - 29 30 - 35 36 - 41 Pendidikan SD SMP SMU Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Karyawan Toilet Ada Tidak Ada Sumber Air Minum Sumur timba Sumur pompa PAM Vitamin A (n=20) n % Plasebo (n=21) n % 6 4 7 3 30,0 20,0 35,0 15,0 7 9 4 1 33,3 42,9 19,0 4,8 8 7 5 40,0 35,0 25,0 12 6 3 57,1 28,6 14,3 19 1 95,0 5,0 21 0 100,0 0,0 7 13 35,0 65,0 1 20 4,8 95,2 5 15 0 20,0 80,0 0,0 5 15 0 23,8 71,4 0,0 Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Konsentrasi IL-10 Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada kelompok vitamin A sebelum intervensi didapatkan pusat kecondongan, konsentrasi IL-10 nilai batas maksimum 132,8 pg/mL minimum 17,4 pg/mL dengan standar deviasi ±34,22. Sedangkan, pada keadaan setelah intervensi didapatkan nilai maksimum 45,4 pg/mL minimum 14,2 pg/mL dengan standar deviasi ±9,29. Pada kelompok plasebo sebelum intervensi didapatkan nilai maksimum 110 pg/mL, nilai minimum 15,5 pg/mL dengan standar deviasi ± 26,07. Setelah intervensi, didapatkan nilai maksimum 43,10 pg/mL minumum 23,5 pg/mL dan standar deviasi ±4,7. Gambar 4.1. Grafik Konsentrasi IL-10 pada Kelompok Vitamin A dan Plasebo Perubahan Konsentrasi IL-10 dan TPG A.lumbricoides Tabel 4.2 memperlihatkan perubahan konsentrasi IL-10 setelah intervensi pada kelompok vitamin A dan plasebo. Pada kelompok vitamin A penurunan IL-10 lebih besar dibandingkan plasebo. Hasil uji statistik memperlihatkan terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perubahan konsentrasi IL-10 dan perubahan TPG pada kedua kelompok seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.2. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Tabel 4.2. Rerata Perubahan Konsentrasi IL-10 dan TPG A.lumbricoides Kelompok Vitamin A Plasebo Rerata ± SD Δ IL - 10 -25 ± 33.78 -1.7 ± 27.18 Rerata ± SD Δ TPG -1620.39 ± 3205.30 1095.38 ± 6300.55 P 0.006 < 0.001 Keterangan : ΔIL –10 = perubahan IL-10, ΔTPG = perubahan TPG Korelasi Perubahan Konsentrasi IL-10 Serum dan TPG A.lumbricoides Gambar 4.3 memperlihatkan tidak terdapat korelas antara perubahan konsentrasi IL-10 dengan TPG A.lumbricoides pada kelompok vitamin A dan plasebo. Tabel 4.3. Korelasi Perubahan Konsentrasi IL-10 dan TPG A.lumbricoides Kelompok Vitamin A Δ TPG Δ IL - 10 r 0.129 p 0.610 Plasebo Δ IL - 10 r 0.008 p 0.973 Keterangan : ΔIL –10 = perubahan IL-10, ΔTPG = perubahan TPG Sebaran Frekuensi Kenaikan dan Penurunan Konsentrasi IL-10 dan jumlah TPG Sesudah Intervensi Pada Kelompok Vitamin A Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kosentransi IL-10 dengan jumlah TPG setelah intervensi pada kelompok vitamin A. Namun, pada tabel memperlihatkan jumlah responden pada kelompok vitamin A yang mengalami penurunan konsentrasi IL-10 serta diikuti penurunan TPG yang cukup banyak. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 Tabel 4.4. Sebaran Frekuensi Kosentrasi IL -10 dengan TPG Kelompok Vitamin A Sesudah Intervensi Telur per Gram (TPG) Tinja A. lumbricoides Konsentrasi IL-10 Total Turun Naik Turun Naik p 15 1 16 2 0 2 0.71 PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pemberian vitamin A pada ibu hamil memperlihatkan penurunan IL10 pada kelompok vitamin A setelah intervensi. Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis, bahwa terdapat perbedaan kadar IL-10 pada kelompok vitamin A dan plasebo setelah intervensi. Metabolit Vitamin A dapat memodulasi respon imun melalui keseimbangan TH1-TH2, diferensiasi Treg dan TH17. Dalam keadaan normal pemberian vitamin A dapat menginduksi diferensiasi sel Treg. Vitamin A bersamaan dengan TGF-β menginduksi ekspresi FOXP3 sehingga akan meningkatkan produksi IL-10. Selain itu, sel dendritik pada gut-associated lymphoid tissue (GALT) atau lamina propia usus halus juga dapat mengingkatkan diferensiasi Treg melalui retinoic acid-dependent manner. Selain menginduksi FOXP3, asam retinoat juga mengupregulasi gut homing reseptor pada sel Treg. Pada keadaan patologis (inflamasi), terjadi penurunan produksi IL-10. Hal ini berkaitan dengan diferensiasi sel TH2. Keadaan inflamasi asam retinoat lebih menginduksi diferensiasi sel TH2 melalui ekspresi gen IL-4. Selain itu juga meningkatkan TH2 cell promoting transcription factor seperti GATA3 (GATA-binding protein 3).28-30 Pada kelompok plasebo tidak terdapat penurunan yang signifikan setelah dilakukan intervensi selama 2 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi infeksi yang kronis. Grainger JR et al28 melakukan penelitian pada hewan coba, infeksi parasit kronis khususnya cacing usus dapat menstimulasi diferensiasi sel Treg secara langsung. Parasit akan mengeluarkan protein antigen, excretory-secretory antigen (ES) akan menginduksi ekspresi FOXP3 secara de novo. ES berikatan dengan reseptor TGF-β akan menginisiasi fosforilasi Smad2/3 sehingga terjadi induksi FOXP3. Serangkaian peristiwa ini lah yang menyebabkan perbedaan kadar IL10 dalam serum pada kelompok vitamin A dan plasebo setelah intervensi. Infeksi parasit usus, khususnya cacing dapat meningkatkan produksi IL-10. Dimana IL10 berperan sebagai sitokin antiinflmasi dapat melindungi keberadaan cacing didalam usus. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 IL-10 memiliki efek biologi yang sangat luas dalam meregulasi respon imun. IL-10 dapat mempengaruhi berbagai macam sel seperti, sel timosit, sel T, sel B, sel NK, monosit, makrofag, sel mast, neutrofil dan eosinofil. Seperti yang telah disebutkan, IL-10 dapat secara langsung menghalangi proliferasi dan sintesis sitokin sel T CD4+, termasuk produksi IL-2 dan IFN-γ oleh TH1 serta IL-5 dan IL-4 oleh sel TH2. Oleh karena IL-10 mengganggu fungsi sel mast, neutrofil, eosinofil, dan sel T maka cacing dapat tumbuh dan berkembang didalam usus. Karena sitokin yang dihasilkan sel – sel tersebut, seperti IL-4, IL-5, IL-13, dan sitokin lainnya dapat mempengaruhi kerja otot polos dan sel epitel mukosa usus sehingga dapat terjadi pengeluaran cacing. Inilah yang terjadi pada kelompok plasebo sehingga pada penelitian ini didapatkan hasil berkorelasi positif sangat lemah dan tidak bermakna. Berkorelasi positif sangat lemah pada kelompok plasebo dikarenakan ada beberapa subjek penelitian pada kelompok plasebo yang mengalami penurunan TPG. Penurunan TPG pada subjek bisa terjadi karena perubahan pola prilaku dari subjek peneliti tetapi pada penelitian sebelumnya tidak ditinjau lebih jauh.29-31 Pada kelompok vitamin A setelah intervensi, terdapat korelasi positif dan tidak bermakna antara IL-10 dan TPG pada ibu hamil. Dalam keadaan inflamasi pemberian vitamin A dapat menekan produksi IL-10, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena produksi IL-10 menurun maka fungsi sel – sel yang bekerja untuk membunuh cacing akan kembali normal sehingga akan terjadi pengeluaran cacing dan penurunan TPG. Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi tidak bermakna pada kedua kelompok, hal ini dikarena karena keterbatasan jumlah sampel penelitian.29,31 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa penurunan IL-10 tidak berhubungan bermakna dengan penurunan TPG pada ibu hamil di kelompok vitamin A. Tetapi didapatkan jumlah persentasi yang cukup tinggi hingga mencapai 93,8% pada subjek yang mengalami penurunan IL-10 dan penurunan TPG pada kelompok vitamin A. Pengeluaran cacing tidak secara langsung disebabkan oleh penurunan IL-10. Sangat banyak faktor yang mempengaruh pengeluaran cacing, khususnya respon sel TH2 dan eosinofil. Dalam pengeluaran cacing sel paling bekerja adalah sel TH2 karena sel ini akan mempengaruhi sel B untuk mengeluarkan IgE dan memanggil eosinofil. Selain itu, sel – sel sistem imun bawaan seperti neutrofil, basophil akan menghasilkan IL-4 yang akan meningkatkan respon imun didapat (sel TH2). Selain sel neutrophil, basofil, eosinofil dan sel TH2, sel goblet juga turut mengambil peran dalam pengeluaran cacing. Sel goblet yang diinduksi sel TH2 akan mengalami hyperplasia dan meningkatkan sekresi mucin sehingga akan merubah pH usus, menjebak cacing dan Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 menghalangi pergerakan cacing. 31-33 Selain itu, didapatkan hasil yang tidak berbuhungan secera statistik dikarenakan jumlah sampel yang terlalu sedikit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian vitamin A dosis rendah pada ibu hamil terinfeksi A.lumbricoides dapat menurunkan kadar sitokin antiinflamasi (IL-10) di dalam serum secara bermakna. 2. Perbedaan perubahan konsentrasi IL-10 dan perubahan TPG antara kelompok vitamin A dan plasebo memiliki hasil bermakna secara statistik. 3. Tidak terdapat korelasi antara perubahan konsentrasi IL-10 dengan jumlah telur per gram tinja (TPG) pada kedua kelompok penelitian. Saran 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian vitamin A dosis rendah terhadap produksi IgA dan IgE. 2. Perlu ditinjau kembali mengenai perubahan prilaku subjek penelitian karena akan memberikan hasil yang sedikit bias. DAFTAR PUSTAKA 1. Hawdon Y, Zhen LI, Hotez P, Shuhua X, Hong, T, Bingxiang Z, et al. Epidemiology of human geohelminth infections (ascariasis, trichuriasis and necatoriasis) in lushui and puer counties, yunan province, china. Department of Epidemiology and Public Health and Pediatrics Yale University School Medicine. 2009 ; 31 (3) : 1-6. 2. World Health Organization. PCT databank soil transmitted helminths. [diakses 20 Juni 2012 pukul 13.00]. diunduh dari: http://www.who.int/wer/2011/wer8625.pdf 3. Alli JA, Okonko IO, Kolade AF, Nwanze JC, Dada VK, Ogundele M. Prevalence of intestinal namatode infection amaong pregnant women attending antenatal clinic at the University College Hospital, Ibdan, Nigeria. Department of Medical Microbiology and Parasitology, University College Hospital, Ibadan, Oyo State, Nigeria.2011; 2(4):1-13. 4. Muhagi L, Woodburn P, Omara M, Omoding N, Kizito D, Mapiwire H, et al. Association between mild to moderate anemia in pregnancy and helminth, malaria and HIV infection in Entebe, Uganda. Trans R Soc Top Med Hyg. 2007;10:899-07. 5. Rodriguez-Morales AJ, Barbella RA, Case C, Arria M, Ravelo M, Viloria A, et al. Intestinal parasitic infections among pregnant women in Venezuela. Infec Dis Obstet Gynecol.2006;2006:1-5. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 6. Wibowo H. Pengaruh infeksi cacing pada ibu hamil terhadap profil imun hospes yang divaksinasi tetanus toxoid; suatu kajian respons imun pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008. 7. Nchito M, P. Wenzel G, Mubila L, Friss H, Olsen A. The effect of iron and multimicronutrient supplementation on Ascaris lumbricoides reinfection among Zambian schoolchildren. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2009; 103:22-36. 8. World Health Organization. Soil-transmitted helminth infection [artikel di internet]. [diakses 07 Januari 2013 pukul 14.00]. Diunduh dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/ 9. Mahalanabis D, Jalan KN, Maria TK. Vitamin A absorption in ascariasis. Am J Clin Nutr. 1976;291372-5. 10. Mora JR, Iwata M, von Adrian UH. Vitamin effects on the immune system: vitamins A and D take centre stage. Nat Rev Immunol. 2008;8(9): 685—698. 11. Cooper PJ, Chico ME, Sandoval C, Espinel I, Guevara A, Kennedy MW, et al. Human infectictions with A.lumbricoides infections is assciated with polarized cytokines respones. J Infect Dis. 2000;182:1207-13. 12. World Health Organization. Report of WHO informal consultation on the use of chemotheraphy for the control mordibity due to soil-transmitted nematodes in human. WHO/CTD/SIP/96.2.1996. 13. Ndizza J, Muhangi L, Akhisule D, Kiggudu M, Ameke C, Oweke J, et al. Effect of deworming during pregnancy on maternal and perinatal outcomes in Entebe, Uganda: A randomized controlled trial. Clin Infect Dis. 2010; 50:531-40. 14. Liabsuetrakul T, The Southern Soil-Transmitted Helminthes and Maternal Health (SSTH and MH) Working Group. Epidemiology and effect of treatment of soil-transmitted helminthiasis in pregnant women in southern Thailand. Southest Asian J Top Med Public Health. 2009;40:211-22. 15. Greenstein RJ, Liya SU, Brown ST. Vitamins a & d inhibit growth mycobacteria in radiometric culture. Department of Surgery, James J. Peters Veterans Affairs Medical Center, New York. 2012 Jan:7(1). 16. Long KZ, Estrada-Garcia T, Rosado JL, Santos JL, Haas M, Firestone M, et al. The effect of vitamin A supplementation on the intestinal immune response in Mexican children modified by pathogen infections and diarrhea. J Nutr. 2006:136:1365-70. 17. World Health Organization. Intestinal worms. [diunduh 10 Januari 2013 pukul 13.20]. diunduh dari : http://www.who.int/intestinal_worms/en/ 18. Natadisastra D, Agoes R, editor. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta;2009.p.7-11 19. Abbas AK, Litchman AH, Pillai S. Cytokines. Dalam Cellular and Molecular immunology. 7th ed. Philadelphia, WB Saunders C, 2012. 20. Kindt TJ, Goldby RA, Osborne BA. Kuby Immunology. 6th ed. New York: WH Freemean and Company. 21. Kidd. TH1/ TH2 balance: the hipothesis, its limitations, and implications for health and disease. Altern Med Rev. 2003 8:223-46. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014 22. Van Riert E, Haartgers FC, Yazdanbaksh M. Chronic helminth infections induce immunomodulates in helminth infections. Nature Rev. 2007;7:975-89. 23. Malief SM, Geutskens SB, Fibbe W, Roelofs H. Multipotent stromal cells skew monocytes towards an anti-inflamatory IL-10 producing phenotype by production of IL-6. Haematologica. 2013 Jan 24. 24. Boudreax CE, Chumbley LB, Scott VL, Wise DA, Coats KS. Imbalance of placenta regulatory T cell and Th17 cell population dynamics in the FIV-infected pregnant cat. Virology Journal. 2012;1:88. 25. Alan R, Liss. Recommendations for vitamin A use during pregnancy. Teratology. 1987;35:269-75. 26. Meddis R. Statistical handbook for non-stasticians. London: McGraw-Hill Book Company (UK) Limit;1975. 27. Subahar R. Pengaruh pemberian vitamin A dosis rendah terhadap respons imun sitokin proinflamasi dan antiinflamasi pada ibu hamil terinfeksi Ascaris Lumbricoides.[Desertasi]. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. 28. Grainger JR, Smith KA, Hewitson JP, McSorley HJ, Harcus Y, Filbey KJ, et al. Helminth secretion induce de novo T cell Foxp3 expression and regulatory function through the TGF-β function. The Journal of Experimental Medicine. 2007;207(11):2331-41. 29. Gracia PO. Micronutrient, immunology and inflammation effect of vitamin A deficiency on the immune response in obesity. Proceedings of the Nutrition Society. 2012;71(1):29097. 30. McSorley HJ, Hewitson JP, Maizels RM. Immunomodulation by helminth parasites: defining mechanisms and mediators. International Journal for Parasitology. 2013;43(1):301-10. 31. Sabat R, Grutz G, Warszawska K, Krisch S, Witte E, Wolk K, et al. Biology of interleukin – 10. Cytokine & Growth Factor Review. 2010;21(1):331-44. 32. Hotez PJ, Brindley PJ, Bethony JM, King CH, Pearce EJ, Jacobson J. Helminth infections:the great neglected tropical diseases. The Journal of Clinical Investigation. 2008;118(1):1311-21. 33. Turner JD, Jackson JA, Faulkner, Behnke J, Else KJ, Kamgno J, et al. Intensity of intestinal infection with multiple worm species is related cytokine output and immune hyporesponsiveness. The Journal of Infectious Diseases.2008;197:1204-12. Interleukin 10 (IL-10) berperan untuk..., Dita Nadya Rizkita, FK UI, 2014