BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Yayasan saat ini sulit dibedakan dengan lembaga lainnya yang berorientasi laba.
Kecenderungan pendirian yayasan biasanya dengan maksud berlindung di balik
status badan hukum. Kecenderungan itu menyebabkan berbagai masalah,
seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dalam
anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain, dan
dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan para pendiri
atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum.
Berbagi fakta yang ada menunjukan bahwa kecenderungan pendidikan yayasan
adalah untuk berlindung dibalik status badan hukum Yayasan, dan bukan wadah
pengembangan wadah sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Selain itu, tujuan
kecenderungan ini biasanya berakhir dengan interpretasi, memperkaya diri para
pendiri, pengurus, dan pengawas.
Sejalan dengan kecenderungan tersebut, berbagai masalah yayasan, mulai
muncul, seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
yang tercantum dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan
pendiri atau pihak lain, dan dugaan bahwa yayasan digunakan untuk
menampung kekayan para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara
melawan hukum. Banyaknya masalah tersebut memunculkan kebutuhan akan
hukum positif atau landasan hukum yuridis.
Dalam rangka penerapan prinisp keterbukaan dan akuntbilitas pada masyarakat,
manajemen yayasan melakukan pembenahan administrasi, termasuk publikasi
pertanggungjawaban laporan keuangan setiap tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk
suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional,
institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
2.2
Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik
jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur,
organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan
organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari
keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba
telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang
Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah
dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda
dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan
kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan
ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan
sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan
kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba.
Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk
mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan
kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan
dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam
kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial.
Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan
organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif
dengan memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang
handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama
masyarakat.
Organisasi nirlaba memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan organisasi
yang berorientasi kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi
nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan untuk mencari laba. Meski
demikian not-for-profit juga harus diartikan sebagai not-for-loss. Oleh karena itu,
organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit. Adapun bila
organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus
tersebut akan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan publik,
dan bukan untuk memperkaya pemilik organisasi nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat
dijual, dialihkan,atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain
itu, kedua jenis organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasinya. Organisasi nirlaba umumnya memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan donatur lain, yang idealnya, tidak mengharapkan
adanya pengembalian atas donasi yang mereka berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para
donatur sebagai salah satu stakeholder utama organisasi nirlaba
tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang mereka
berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau tidak, tentu
tetap menginginkan pelaporan serta pertanggungjawabanyang transparan atas
dana yang mereka berikan. Para donatur ingin mengetahui bagaimana dana
yang mereka berikan dikelola dengan baik dan dipergunakan untuk memberi
manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal ini bagi
sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya masih kecil serta sumber daya-nya
masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal yang menantang untuk
dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini umumnya lebih fokus pada
pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal
tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena organisasi nirlaba tidak boleh hanya
mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan para donaturnya. Akuntabilitas
sangat diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang relevan dan
dapat diandalkan kepada donatur, regulator, penerima manfaat dan
publik secara umum.
2.2 sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba
Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan
entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan
organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota
organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk alat
penyampaian pertanggungjawaban pengurus.
Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara
dengan karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan,
dan masa depan. Bagi mereka akuntansi berguna untuk menginformasikan
kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.
Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan
aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta berharap untuk
memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai
sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu
menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam
besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan
undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial,
politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini,
laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada
berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan secara
seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu. Selain
itu Instansi pemerintah sangat berkepentingan dengan informasi akuntansi. Dari
informasi keuangan suatu organisasi, pemerintah akan dapat menetapkan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh organisasi yang bersangkutan.
Manajer. Seorang manajer perusahaan memerlukan informasi akuntansi untuk
penyusunan perencanaan perusahaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai perusahaan,
serta melakukan tindakan koreksi yang diperlukan
Investor. Para investor sangat memerlukan data akuntansi suatu organisasi untuk
menganalisis perkembangan organisasi yang bersangkutan. Investor telah melakukan
penanaman modal pada suatu usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil. Sehingga,
investor harus melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yang akan dipilihnya
untuk disuntik dana dari investor.
Kreditor. Kreditor berkepentingan dengan data akuntansi, karena kreditor berkepentingan
untuk pemberian kredit kepada calon nasabahnya. Nasabah yang dipilih kreditor adalah
nasabah yang mampu mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya pada waktu yang
tepat. Oleh karena kreditor sangat berkepentingan dengan laporan keuangan calon nasabah
dan nasabahnya.
•
Organisasi Nirlaba. Meski organisasi nirlaba bertujuan tidak untuk mencari laba,
organisasi ini masih sangat memerlukan informasi keuangan untuk tujuan penyusunan
anggaran, membayar karyawan dan membayar beban-beban yang lain
•
Pemakai lainnya. Informasi akuntansi juga diperlukan oleh organisasi lainnya seperti
organisasi buruh, yang memerlukan informasi akuntansi untuk mengajukan kenaikan
gaji, tunjangantunjangan, serta mengetahui kemajuan perusahaan dimana mereka
bekerja.
•
Pemakai lainnya. Informasi akuntansi juga diperlukan oleh organisasi lainnya seperti
organisasi buruh, yang memerlukan informasi akuntansi untuk mengajukan kenaikan
gaji, tunjangantunjangan, serta mengetahui kemajuan perusahaan dimana mereka
bekerja.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan
informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang
akan datang dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional
dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
2.3 CIRI-CIRI ORGANISASI NIRLABA
1.
Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2.
Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3.
Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.
2.4 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
1.
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial
Accounting
Standards
Board (FASB,
1980)
mengeluarkan Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC
4)
mengenai
tujuan
laporan
keuangan
untuk
organisasi
nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness
organizations).Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4
tersebut adalah:
Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2.
Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3.
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam
menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung
jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4.
Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,
datt kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa
dar. kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan
sumber daya tersebut.
5.
Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu
periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan
keadaan/kondisi sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta
informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara
bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk
menilai kinerja.
6.
Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh
dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
7.
Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai
dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.
2.6 Keadaan Organissai Nirlaba di Indonesia
Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu
organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam
menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja,
sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh,
asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Karakter dan tujuan dari organisasi non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan
dengan organisasi profit. Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan
pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-
jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya
manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada
dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia.
Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi
nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya
saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir
diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup
suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang
bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri,
bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di
Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi
tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit juga mendapatkan
keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka mendapatkan market yang
terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas
pembinaan organisasi nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah. Mereka
sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan
organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti
memberi pengaruh terhadap quantitas dan qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya
organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission
statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana
dan mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba
Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang
mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang
paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi
ini selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi
makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur
organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua bidang, ratarata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik
karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi
underbow partai Golkar.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari seluruh penjuru
dunia, mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi serta menjadi anggota organisasi
nirlaba asing. Disamping itu, komunitas yang tumbuh dan berkembang di dunia maya
sendiri, telah menarik populasi yang sangat besar. Makin hari, organisasi konvensional
makin ditinggalkan, yang dapat berkompetisi kedepan hanyalah organisasi yang mampu
mengkombinasikan aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh
organisasi memegang peranan yang vital, demikian pula dalam organisasi nirlaba.
Kriteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki kemauan.
Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain.
Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang
harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang
harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba. Kriteria kedua adalah memiliki
kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan
kriteria yang penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba karena pemimpin akan
selalu berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orangorang yang menjadi objek dari organisasi. Kriteria ketiga adalah memiliki kemampuan
mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang bukan menghambat kemunculan kaderkader yang lebih muda, tetapi justru memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk
tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil mengkader adalah
pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak langsung. Kriteria
keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat
terkait dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi
antara donatur, volunteer dan masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang
mengaplikasikan kriteria-kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang
karena belum memiliki managemen pengumpulan dana yang baik, kriteria kemampuan
finansial dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama
menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang adalah uang, yang kedua adalah
uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi non profit, tapi
mengelola organisasi non profit tentunya berbeda dengan mengelola armada perang.
Dalam organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana yang bersifat
jangka panjang. Istilah fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau
disebut sebagai fund development. Istilah ini signifikan karena bukan hanya dana yang
menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donatur dan volunteer
juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka panjang.
2.8 Contoh Organisasi Nirlaba
1. Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat
a. Yayasan Sosial
: Supersemar, Yatim Piatu dsb
b.
Yayasan Dana
RCTI Peduli, Dompet
:YDSF, Pundi Amal SCTV,
Dhuafa
c. Lembaga Advokasi
: Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT
d. Balai Keselamatan
: Tim SAR
e. Konservasi lingkungan / satwa
: WALHI, Pro Fauna
2. Rumah Sakit dan Organisasi Kesehatan Masyarakat
a. Yayasan Kanker Indonesia
b. PMI
2.5 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK)
Nomor 45
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi
seluruh organisasi nirlaba
nonpemerintah.
Dalam
PSAK
karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan
sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang
bukan pemilik entitas dan tak berharap akanhasil, imbalan, atau
keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan
pendapatan dari jasa yang diberikan kepada publik,
walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh
laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi
laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas
Laporan keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau
manfaat entitas dan menjadi sarana pertanggungjawaban
pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban hartautang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan
Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan
bruto, sedang pendapatan investasi disajikan secara neto
setelah dikurangi beban investasi. Informasi tercapainya
program amat penting dalam laporan keuangan, yang
menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan
penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat penting
menggambarkan kualitas prrtanggungjawaban manajemen
keuangan di mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas
perlu dipaparkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK), yang memberi harkat khusus CALK dalam laporan
keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan Kegiatan.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis
laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsurunsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
1) Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
Aset
a. Kas dan setara kas;
Bila ada kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh
penyumbang, maka hal ini harus disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat
penggunaannya.
Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan
penerima jasa yang lain);
Persediaan;
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila dilihat dari susunan tersebut, dapat dipahami bahwa
penyajian aset pada laporan posisi keuangan suatu organisasi
nirlaba juga diurutkan berdasarkan likuiditasnya – kemampuan
suatu aset untuk dengan mudah dikonversi menjadi kas.
Liabilitas
a. Utang dagang;
b. Pendapatan diterima dimuka;
c. Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa
jatuh temponya.
Aset Bersih
Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi
pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan
dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset
bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi,
lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum
dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan
pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi.
Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu
maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa
berlaku terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi
untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa
depan, atau (4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan
ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat
temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan
terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak
untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi
yang mendatangkan pendapatan secara permanen. Kedua jenis
pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aset bersih yang penggunaannya dibatasi secara
permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh laporan posisi keuangan:
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan aset
bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1)
pendapatan, (2) beban, (3)gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih.
Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset
bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan
Adapun
informasi
dalam
laporan
ini
dapat
para stakeholders untuk
1) Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode
2) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer dan
membantu
3) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan
jasa.

Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas adalah sebagai berikut:
Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika


penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat
Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya

pembatasan.
Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi
dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan

diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui
sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika

penggunaannya dibatasi.
Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi
aset bersih sekiranya diperlukan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan aktivitas mencakup:
Pendapatan
Sumbangan;
Jasa layanan;
Penghasilan investasi.
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto. Namun, khusus untuk pendapatan
investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban
penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Komponen lain yang juga disajikan dalam jumlah neto adalah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar
pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan
tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Beban
Beban terkait program pemberian jasa. Aktivitas terkait dengan beban
jenis ini antara lain aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa
kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam
rangka mencapai tujuan atau misi organisasi.
Beban terkait aktivitas pendukung (meliputi semua aktivitas selain
program pemberian jasa). Umumnya, aktivitas pendukung mencakup:
Aktivitas manajemen dan umum, meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan,
penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya.
Aktivitas pencarian dana, meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana; pengadaan
daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana; pembuatan dan
penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka
pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.
Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan pengumpulan
iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis
Perlu dicermati bahwa laporan aktivitas atau catatan atas laporan
keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut
klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama
dan aktivitas pendukung. Klasifikasi ini bermanfaat untuk membantu
para stakeholders dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan
sumber daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secara fungsional,
organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan
mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa,
listrik, bunga, penyusutan.
Contoh laporan aktivitas
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi
penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba, sama
dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas
pun bisa menggunakan metode langsung (direct method) maupun metode tidak
langsung (indirect method).
Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa,
sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang
berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi biasanya
mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian
peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan
berasal dari penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi
yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan pemeliharaan
aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari hasil investasi
yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
Semetara itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang mengakibatkan
perubahan pada komponen posisi keuangan, namun perubahan tersebut tidak
mengakibatkan kas. Misalnya, adanya pembelian kendaraan operasional dengan utang,
sumbangan berupa bangunan atau aset investasi lainnya. Transaksi sejenis ini (yang tidak
mengakibatkan adanya perubahan kas) harus diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
Contoh laporan arus kas menggunakan metode langsung:
4. Catatan atas laporan keuangan
Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan
keuangan organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali
pada 3 hal utama, yaitu:
a. Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki
beberapa keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan
keuangan organisasi bisnis. Hal ini akan dijelaskan pada bagian
berikutnya.
b. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan
ini dapat dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral
dalam laporan laba rugi umumnya terletak pada komponen laba atau
rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam satu periode. Sementara
itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak pada perubahan
aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
c. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas
sebagaimana layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi
nirlaba tidak dimiliki oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi
nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang akan disajikan pada
laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari tiga jenis,
sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a. Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat, itu berarti
sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan tertentu.
Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
b. Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan
tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi
nirlaba itu sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset tertentu).
c. Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan secara permanen. Namun demikian, organisasi nirlaba diizinkan untuk
menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang
berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset jenis ini adalah dana abadi, warisan,
maupun wakaf.
Meski PSAK 45 didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar
ini juga dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit
sejenis lainnya. Namun perlu dicatat bahwa penerapan pada organisasi
selain nirlaba tersebut hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP YAYASAN
Pengertian yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam
bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan
tersendiri dari berbagai macam sumber. Yayasan ini sifatnya tidak
memiliki anggota. Dilihat dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit
atau keuntungan. Yayasan selanjutnya memiliki kewenangan untuk
mendirikan sebuah atau beberapa buah badan usaha sesuai dengan visi
dan misi yang dimiliki oleh yayasan.
Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai
macam bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada
bidang kerja yang menjadi usahanya. Meskipun non-profit, yayasan dapat
memperoleh income dari badan usaha yang didirikan. Income ini
bertujuan untuk menghidupi operasional yayasan dan badan usaha yang
ada dibawahnya, bukan untuk memperkaya diri si pemilik yayasan.
Yayasan akan memiliki banyak keuntungan seiring dengan banyaknya
badan usaha yang didirikan. Badan usaha tersebut adalah modal hidup
nyata sebuah yayasan.
Menurut UU No. 16 Tahun 2001, sebagai dasar hukum positif yayasan,
pengertian yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri dari
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuan dengan cara mendirikan badan usaha atau ikut serta dalam suatu
badan usaha.
Yayasan berbeda dengan perkumpulan karena perkumpulan pengertian
yang lebih luas, yaitu meliputi suatu persekutuan, koperasi, dan
perkumpulan saling menanggung. Selanjutnya, perkumpulan terbagi atas
2 jenis, yaitu:
1) Perkumpulan yang berbentuk badan hukum, seperti PT, Koperasi, dan
perkumpulan saling menanggung.
2) Perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, seperti
persekutuan perdata, CV, dan Firma.
Dilain pihak, yayasan merupakan bagian dari perkumpulan yang
berbentuk badan hukum dengan pengertian yang dinyatakan dalam pasal
1 Butir 1 UU No 16 Tahun 2001 tentang yayasan, yaitu suatu badan
hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan
dengan tidak mempunyai anggota.
Yayasan sebagai suatu Badan Hukum mmpu dan berhak serta
berwewenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada
dasarnya, keberadaan badan hukum yayasan bersifat permanen, yaitu
hanya dapat dibubarkan melalui persetujuan para pendiri atau
anggotanya. Yayasan hanya dapat dibubarkan jika segala ketentuan dan
persyaratan dalam anggaran dasarnya telah dipenuhi. Hal terebut sama
kedudukannya dengan perkumpuln yang berbentuk badan hukum, dimana
subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum dan,yang
menyandang hak dan kewajiban, dapat digugat maupun menggugat di
pengadilan.
Hak dan kewaiban yang dimiliki oleh yayasan dan perkumpulan yang
berbentuk Badan Hukum adalah sama, yaitu sebagai berikut:
·
Hak: berhak untuk mengajukan gugatan
·
Kewajiban: wajib mendaftarkan perkumpulan atau yayasan kepada
instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum
SIFAT DAN KARAKTERISTIK YAYASAN
A. Tujuan Yayasan
Setiap organisasi, termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan
unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat
kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa
pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktifitas. Sementara tujuan
kwalitatif dapat di sebutkan sebagai efensiensi dan efektivitas organisasi,
manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi,
reputasi organisasi, stabilitas pelyanan kepada masyarakat, dn citra
perusahaan.
Tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu
yang akan dicapai. Setiap tujuan kegiatan disebut sebagai “sasaran” atau
“target”. Beberapa penulis membedakkan arti tujuan dan sasaran dimana
tujuan mempunyai pengertian yang lebih luas, sedangkan sasaran adalah
lebih khusus.
B. Visi
Visi merupakan pandangan kedepan dimana suatu organisasi akan
diarahkan. Dengan mmpunyai visi, yayasan dapat berkarya secara
konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah
suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan suatu yayasan.
C. Misi
Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu yayasan
sebagai penjabaran atau visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan
misi, seluruh unsur yayasan dan pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui serta mengenal keberadaan dan peran yayasannya.
Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga
terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh yayasan berdasarkan
peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan teknologi sesuai
strategi yang dipilih.
D. Sumber Pembiayaan/Kekayaan
Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang
dipisahkan dalam bentuk uang atau barang. Selain itu, yayasan juga
memperoleh sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat seperti
berupa:

Wakaf,

Hibah,

Hibah Wasiat,

Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar
yayasan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
E.
Pola Pertanggungjawaban
Dalam yayasan, pengelolah bertanggung jawab pada kepada Pembina
yang disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali.
Pola pertanggung jawaban diyayasan bersifat vertical dan horizontal.
Pertanggung jawaban vertical adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana pada otoritas yang lebih tinggi, seperti
pertanggungjawaban yayasan kepada Pembina. Sedangkan
pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban ke
masyrakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban sector public tersebut
mmerupakan elemen penting dari proses akuntabilitas public.
Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting
bagi kredibilitas manajemen di yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip
pertanggungjawaban tersebut dapat menimbulkan implikasi yang luas.
F.
Struktur Organisasi Yayasan
Struktur organisasi yayasan merupakan turunan dari fungsi, strategi, dan
tujuan organisasi. Sementara itu, tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan
orientasi organisasi, sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur
birokrasi pada yayasan.
Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2001, yayasan mempunyai
organ yang terdiri dari Pembina, pengurus, dan
pengawas. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan
yang tidak di serahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undangundang tersebut atau Anggaran Dasar. Pengurus adalah organ yayasan
yang melaksanakan kepengurusan yayasan, dan pihak yang dapat
diangkat menjadi pengurus adalah individu yang mampu melakukan
perbuatan hukum. Sedangkan Pengawasadalah organ yayasan yang
bertugas melakukan pengawasan serta member nasihat kepada pengurus
dalam menjalankan yayasan.
G. Karakteristik Anggaran
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan
perencanaan strategik yang telah dibuat. Dalam bentuk yang paling
sederhana, anggaran merupakan suatu dokumen yang menggambarakan
kondisi keuangan yayasan yag meliputi informasi mengenai pendapatan,
belanja, dan aktivitas
H. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi merupkan prinsip akuntansi yang menentukan kapan
transaksi keuangan harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem
akuntansi ini berhubungan dengan waktu pengukuran dilakukkan dan
pada umumnya, bisa dipilih menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan
berbasis aktual.
Pada sebuah yayasan, penekanan diberikan pada penyediaan biaya data
yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang menggunakan
sistem akuntansi berbasis aktual yaitu akuntansi pendapatan dan biaya.
KEDUDUKAN HUKUM YAYASAN
A. Kedudukan Hukum Yayasan dalam Sistem Hukum Indonesia
Yayasan adalah suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu
lintas hukum di Indonesia sudah diakui oleh masyarakat berdasarkan
realita hukum positif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Kecenderungan masyarakat memilih bentuk yayasan
disebabkan karena:
a)
Proses pendiriannya sederhana;
b)
Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah;
c)
Persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak
Bedasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah diakui sebagai
badan hukum privat di manan subjek mandiri terlepas dari kedudukan
subjek hukum para pendiri dari pengurusnya. Sebagai subjek hukum
mandiri, yayasan dapt menyandang hak dan kewajiban, menjadi debitor
maupun kreditor dan melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak
ketiga. Legalisasi badan hukum menurut UU Yayasan adalah saat akta
pendiriannya, yang di buat dihadapan notaries, disahkan oleh Menteri
Hukum dan Perundang-undangan dan HAM. Kekayaan yayasan sebagian
berasal dari bantuan Negara, bantuan luar negri dan sumbangan dari
masyarakat.
B. Yayasan sebagai Entitas hukum prifat
Yayasan yang diberikan oleh swasta atau perorangan, menurut UU
yayasan, harus didirikan dengan akta Notaris. Kekayaannya di pisahkan
dari milik para pendiri atau pengurus yayasan yang bersangkutan. Akta
notaris tersebut harus didaftarkan di kantor kepaniteraan pengadilan
negeri setempat.
Banyak yayasan didirikan dengan tujuan yang berbeda dan menyimpang
dari tujuan semula, yaitu sebagai usaha yang menguntungkan seperti
sebuah perusahaan yang melakukan lalu lintas dagang. Unsur-unsur
menjalankan perusahaan, seperti dokumen perusahaan, mempunyai izin
usaha, dikenai pajak, menggaji pengurus, memperhitungkan atau
menghitung untung rugi lalu mencatatnya dalam pembukuan adalah ciri-
ciri suatu kegiatan yang berbentuk hukum perusahaan. Tanda-tanda
yayasan mulai menyimpang dari tujuan semula, yang secara nyata,
dituangkan dalam anggaran dasar suatu yayasan.
Dalam anggaran dasar diatur beberapa hal seperti keanggotaan yayasan
yang abadi dimana pendiri mempunyai kekuasaan mutlak dan abadi
bahkan kedudukannya dapat diwariskan. Yayasan tersebut bergerak
dalam bidang pendidikan. Pendiri berasumsi bahwa keuntungan yang
diperoleh suatu saat akan dikendalikan. Oleh karena itu, untuk
mengamankan kedudukannya, di dalam anggaran dasar, kedudukan
pendiri di atur sebagai abadi, dapat diwariskan, dan mempunyai hak veto.
Dengan keluarnya UU yayasan, eksistensi dan landasan yuridis Yayasan
sebagai entitas hukum privat tidak perlu dipermasahkan lagi atau tidak
perlu diragukan. Yayasan pada hakikatnya dalah kekayaan yang
dipisahkan dan diberi sattus badan hukum. Sebagai subyek hukum, organ
yayasan difungsikan dengan sebutan pembina, pengawas, dan pengurus.
Analog dengan hukum PT, kedudukan dewan pembina itu sama dengan
RUPS (rapat umum pemegang saham). Pengawas sama dengan komisaris,
dan pengurus sama dengan direksi.
Dengan demikian, yayasan pada hakikatnya adalah:
1.
Harta kekayaan yang dipisahkan
2.
Harta kekayaan tersebut diberi badan hkum
3. Keberadaanny untuk tujuan tertentu di bidang sosial, manusia dan
keagamaan
Yayasan ditempatkan pada kedudukan yuridis sebagai badan hukum yang
berfungsi sosial, idiil, dan keagamaan. Yayasan boleh menggunakan
kegiatan usaha, boleh mempunyai sisa hasil usaha, tetapi tidak boleh
profit orientet sudah seperti halnya PT. Sisa hasil usaha belum ada, tetapi
tidak boleh dibagi kepada organ yayasan. Yayasan mendirikan badan
usaha, misalnya PT, dengan modal usaha maksiamal 25% dari seluruh
aset.
Yayasan harus membuat laporan keuangan, diamana laporan keuangan
itu harus diperiksa oleh akuntan pubik untuk yayasan yang memilik aset
seniali Rp. 20 milyar lebih dan yang mendapat bantuan senilai Rp. 500
juta ke atas. Laporan keuangan tersebut harus diumumkan dan
tembusannya harus disampaikan kepada Menteri.
PENGEMBANGAN ORGANISASI YAYASAN
Pada dasarnya, yayasan merupakan suatu organisasi sehingga
pendekatan yang digunakan dalam pengembangannya juga tidak jauh
berbeda dengan pendekatan yang digunaka dalam pengembangan
organisasi pada umumnya.
Pengembangan yayasan adalah suatu usaha jangka panjang untuk
memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan
organisasi, terutama melalui manajemen budaya organisasi yang lebih
efektif dan kolaboratif dengan teanan khusus pada budaya tim kerja
formal dengan bantuan pengantar perubahan, katalisator, dan
penggunaan teori serta teknologi ilmiah keperilakuan terapan termasuk
riset kegiatan.
Melaui proses pembaharuan, para pengelolah yayasan menyesuaikan
gaya dan tujuan pemecahan masalah untk memenuhi berbagai
permintaan perubahan lingkungan yayasan. Jadi, salah satu tujuan
pengembangan yayasan adalah untuk memperbaiki proses pembaharua
itu sendiri, sehingga para pengelolah dapat lebih cepat mengambil gaya
manajemen yang sesuai dengan msalah-masalah baru yang dihadapi.
Riset kegiatan merupakan metode perubahan organisasi dalam
menjalankan aspek-aspek yayasan yang perlu diperbaiki. Kegiatan riset
meliputi:
Diagnosis pendahuluan terhadap masalah pengantar perubahan
pengembangan yayasan,
1)
Pengumpulan data untuk mendukung diagnosis,
2)
Umpan balik datar kepada para anggota pengelola,
3)
Eksplorasi data oleh para anggota pengelola,
4)
Perencanaan kegiatan yang tepat,
5)
Pengambilan kegiatan yang tepat.
Teknik-teknik Pengembangan Yayasan
Teknik pengembangan organisasi dapat diguanakan untuk memperbaiki
efektifitas perseorangan, hubungan pekerjaan antara 2 atau 3i ndividu,
pemfungsian kelompok-kelompok, hubungan antara kelompok atau
efektifitas yayasan secara keseluruhan. Teknik yang digunakan untuk
kelompok sasaran yaitu:
·
Pengembangan organisasi untuk perseorangan
·
Pengembangan organisasi untuk dua atau tiga orang
·
Pengembangan organisasi untuk tim atau kelompok
·
Pengembangan organisasi untuk hubungan antar kelompok
·
Pengembangan organisasi untuk organisasi keseluruhan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar
negeri, atau pihak lain, atau memiliki kekayaan dalam jumlah yang
ditentukan pada Undang-undang No. 16 Tahun 2001, wajib diaudit oleh
akuntan publik dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat
kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini diberlakukan dalam rangka
penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat.
Semua ini didasarkan pada fakta bahwa masyarakat cenderung
mendirikan yayasan untuk berlindung di balik status badan hukum
yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan
kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, tetapi juga memperkaya
para pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Jadi, yayasan perlu membenahi
administrasinya, termasuk pertanggungjawaban keuangan, pengendalian
internal, masalah organisasi, dan manajemen yang jelas.
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak
komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi
nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis,
bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh,
asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah
Download