1 PENDAHULUAN Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Keadaan ini membuat populasi orang berlansia di Indonesia semakin tinggi. Menurut laporan WHO (World Health Organization) pada tahun 1998, angka harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun (1997) menjadi 73 tahun (2025). Kondisi ini akan menempatkan Indonesia pada urutan ke-3 yang memiliki populasi lansia terbanyak di dunia pada tahun 2020 (Bangun 2005). Menurut Bapenas (2008) jumlah lansia pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai angka 62,4 juta jiwa. Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah lansia pada 2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih. Jumlah lansia yang semakin meningkat ini memerlukan perhatian lebih terutama dalam hal kesehatan. Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh (Soedjono et al. 2000). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) 60 -74 tahun, usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Komnas Lansia 2008). Perubahan secara mental banyak terjadi pada saat seseorang memasuki masa lansia seperti pikun, depresi, kesedihan, dan merasa dikucilkan. Keadaan jiwa yang bersifat negatif dapat mempercepat memburuknya keadaan fisiologis tubuh. Secara tidak langsung, buruknya kondisi kejiwaan ini akan menurunkan selera makan dan frekuensi makan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan gizi dan status kesehatan tubuh (Astawan & Wahyuni 1988). Sarapan pagi adalah suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Sarapan pagi menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Hal ini berdampak positif pada peningkatan produktivitas. Selain itu sarapan pagi juga akan memberikan kontribusi penting 2 akan beberapa zat gizi yang diperlukan seperti protein, vitamin, lemak dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya fisiologis dalam tubuh dan efektif dalam peningkatan kebugaran. Sarapan pagi akan menyumbangkan sekitar 25% energi untuk beraktivitas. Jumlah ini signifikan untuk mempengaruhi kebutuhan energi dan zat gizi (Khomsan 2005). Kebugaran merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan individu. Menurut Hoeger dan Hoeger (2005) kebugaran tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa kelelahan dan masih mempunyai cadangan energi untuk melakukan aktivitas lain. Kebugaran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Salah satu komponen kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) yaitu daya tahan jantung paru (cardiorespiratory endurance) (Haskell & Kierman 2000). Daya tahan jantung paru adalah kemampuan jantung, paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 maksimal) dan menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan aktif, sehingga dapat digunakan untk proses metabolisme tubuh (Fatmah 2010). Untuk menjaga kondisi lansia tetap bugar salah satu cara yang dapat dilakukan adalah olahraga. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas di dalam tubuh (Sukartini & Nursalam 2009). Dapat dikatakan bugar dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno 1998). Sarapan dan olahraga merupakan hal penting dilakukan berkaitan dengan tingkat kebugaran khususnya daya tahan jantung paru bagi lanjut usia. Sarapan pagi tidak hanya mampu menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi, namun juga meningkatkan kebugaran. Selain sarapan, konsumsi pangan yang bergizi, beragam, dan berimbang akan membantu seseorang untuk dapat memperbaiki status gizi sehingga juga dapat mempengaruhi status kesehatannya. Penelitian ini ingin melihat kebiasaan sarapan, status gizi, status 3 kesehatan dan hubungannya dengan tingkat kebugaran lansia, terutama daya tahan jantung paru lansia peserta senam terpadu lansia di kota Bogor. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari kebiasaan sarapan, status gizi, status kesehatan dan daya tahan jantung paru lansia peserta senam terpadu lansia di kota bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik lansia peserta senam terpadu 2. Mempelajari kebiasaan sarapan lansia peserta senam terpadu 3. Mengukur status gizi lansia peserta senam terpadu 4. Mengidentifikasi status kesehatan lansia peserta senam terpadu 5. Mengukur daya tahan jantung paru lansia peserta senam terpadu 6. Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi lansia 7. Menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan, status gizi dan status kesehatan dengan daya tahan jantung paru lansia Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi lansia 2. Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan, status gizi dan status kesehatan dengan daya tahan jantung paru lansia Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai kebiasaan sarapan, status gizi, status kesehatan dan daya tahan jantung paru lansia peserta Senam Terpadu Lansia di Kota Bogor. Selain itu, hasil penelitin ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi berbagai pihak/lembaga baik pemerintah maupun swasta sebagai untuk program peningkatan pelayanan dan perawatan bagi lanjut usia, serta memberikan motivasi bagi lansia untuk mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.