I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi seharihari. Pada tahun 2010, total konsumsi gula nasional baik konsumsi industri maupun rumah tangga sebesar 4,55 juta ton sedangkan produksi gula hanya 2,44 juta ton sehingga terjadi kekurangan suplai gula (Simposium Gula Nasional, 2012). Kekurangan suplai gula tersebut dipenuhi dengan melakukan impor gula. Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan sehingga pemerintah harus melakukan impor gula. Produksi yang tidak mampu mengimbangi konsumsi gula disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu penurunan areal perkebunan tebu karena lahan dikonversi untuk daerah perumahan dan industri, penurunan rendemen, harga gula yang terus menurun, dan penurunan efisiensi pabrik (Susila, 2006). Tabel 1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton) Tahun Produksi Impor Total Suplai Konsumsi Langsung Konsumsi Industri Total Permintaan 2005 2,24 2,37 4,61 2,78 1,21 3,99 2006 2,31 1,71 4,02 3,08 1,22 4,3 2007 2,95 2,84 5,79 3,39 1,31 4,7 2008 2,57 2,04 4,61 3,83 1,51 5,34 2009 2,3 2,75 5,05 2,97 1,57 4,54 2010 2,24 2,91 5,15 2,86 Sumber: Simposium Gula Nasional (2012) 1,69 4,55 Gula merah merupakan salah satu alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan gula di Indonesia (Priyono, 2006). Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu menggunakan teknik pengolahan yang sangat sederhana dan dapat diusahakan pada skala industri rumah 2 tangga. Gula merah tebu dihasilkan dari pengolahan nira tebu yang berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua (Lhestari, 2006). Gula merah banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebagai pemanis, penambah aroma dan warna. Salah satu sifat yang membedakan gula merah dan gula pasir adalah gula merah dapat menimbulkan tekstur makanan yang lebih empuk. Gula merah juga digunakan sebagai bahan baku pada industri kecil baik makanan maupun minuman seperti industri kecap dan tauco yang menggunakan gula merah sebagai pemanis (Soekarto dkk, 2010). Pola hidup masyarakat yang semakin memperhatikan nutrisi makanan yang dikonsumsi, gula merah akan semakin diminati sebagai pengganti konsumsi gula putih. Gula merah memiliki manfaat nutrisi yang lebih baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Perbandingan kandungan dan manfaat antara gula putih dan gula merah ditunjukkan pada Tabel 2. Keunggulan tersebut mampu menjadi pendukung dikembangkannya usaha gula merah tebu (Narulita, 2008) Tabel 2. Perbandingan gula pasir dan gula merah Variabel Gula Pasir Rasa Manis Ya Glukosa Ada Galaktomanan (berfungsi Tidak ada untuk kesehatan) Energi spontan (energi bisa Tidak langsung digunakan oleh tubuh) Antioksidan Tidak Lebih bermanfaat untuk Tidak diabetes Mengandung senyawa nonTidak gizi yg bermanfaat untuk diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan) Aroma khas nira Tidak Mengandung senyawa yg Tidak bermanfaat untuk kesehatan seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI, non publikasi) Sumber: www.javasugar.com/gula.htm (2007) Gula Merah Ya Ada Ada Ya Ya Ya Ya Ya Ya 3 Industri gula merah tebu merupakan salah satu industri berpotensi meraup keuntungan besar. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya relatif mudah, alat-alat yang dibutuhkan sederhana, dan dapat menjadi alternatif pengolahan tebu selain diolah menjadi gula kristal di pabrik gula. Industri ini juga dapat dijalankan dengan mudah karena biaya investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga dapat diusahakan pada skala industri kecil maupun rumah tangga. Potensi tersebut juga didukung oleh permintaan gula merah tebu oleh pihak industri sangat tinggi, misalnya di Jawa Timur dari kebutuhan sebesar 30-40 ribu ton per tahun, petani hanya bisa memenuhi kebutuhan produksi sekitar 5 ribu ton (Rosdiansyah, 2012). Gula merah tebu juga memiliki potensi ekspor sehingga semakin menguntungkan industri gula merah tebu. Permintaan ekspor gula merah terbesar berasal dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa. Permintaan mencapai 500 ton per bulan sedangkan pasokan gula merah saat ini hanya sebesar 30 hingga 50 ton per bulan (www.metrotvnews.com, 2011). Di Jawa Timur telah ada industri gula merah tebu, milik Ahmad Rubai, yang menjadi produsen sekaligus eksportir tunggal untuk gula merah tebu ke Jepang sejak tahun 1995. Ahmad Rubai mengekspor gula merah tebu sebanyak 300 ton per tahun dengan omset mencapai Rp. 15 M pertahun. Jepang menggunakan gula merah tebu sebagai bahan baku untuk industri sirup, kecap dan kue basah (Astuti, 2009). Produksi gula merah tebu merupakan aktivitas baru yang dikenal oleh petani tebu di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Gula merah tebu di Kabupaten Takalar juga berpotensi untuk dikembangkan dengan melihat ketersediaan lahan, iklim yang sesuai dan juga teknik budidaya tebu yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Pada tahun 2010, di Sulawesi Selatan terdapat areal pertanaman tebu seluas 2.473 hektar, jumlah petani 1.559 orang dengan produksi 64.190,16 ton tebu sedangkan di Kabupaten Takalar sendiri terdapat perkebunan tebu seluas 918,71 ha, jumlah petani 500 orang dengan produksi 918,71 ton (BPS 4 Sulsel, 2011). Menurut Darma (2011), masih terdapat lahan dengan luas 252.790 hektar sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan tebu sebagai bahan baku gula merah di Sulawesi Selatan. UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah usaha pengolahan gula merah tebu dengan lokasi pabrik di Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Usaha ini dirintis pendiriannya pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun 2011. Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu per hari untuk memenuhi permintaan lokal. Produk juga akan dipasarkan ke pasar nasional (antar pulau) dan akan dikembangkan ke pasar ekspor. Untuk melakukan pengembangan usaha, perlu dikaji kelayakan pengembangan usaha tersebut berdasarkan aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan dari usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan? 2. Bagaimana sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi berkaitan pelaksanaan bisnis? 5 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kelayakan dari usaha pengolahan gula merah UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. 2. Menganalisis sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi menyangkut pelaksanaan bisnis. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang studi kelayakan bisnis terhadap komoditas pertanian di Indonesia. 2. Bagi pengusaha gula merah dapat memberikan informasi mengenai kelayakan dari aspek kelayakan finansial dan non finansial dalam pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu. 3. Bagi investor dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada usaha pengembangan gula merah tebu. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia di Kabupaten Takalar dengan melihat aspek finansial dan non finansial yaitu aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan. Penelitian ini juga akan menganalisis sensitivitas usaha pengolahan gula merah tebu terhadap perubahan yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis.