FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS PROSES INTEGRASI SOSIAL KARYAWAN DAN MASYARAKAT (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun) SKRIPSI DIAJUKAN OLEH : ASRI SIMANIHURUK 030901010 DEPARTEMEN SOSIOLOGI GUNA MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 ABSTRAKSI Kehadiran aktivitas perekonomian acap kali mempengaruhi sistem sosial budaya masyarakat. Keterlibatan masyarakat akan aktivitas perekonomian baru berarti mereka memasuki sistem dan lingkungan kerja baru atau mereka berinteraksi dengan lingkungan baru sebagai sistem baru yang berbeda dalam sistem ekonomi keluarga. Perubahan ini setidaknya terjadi dalam tiga wujud, yakni hubungan kerja, hubungan kekeluargaan, dan kehidupan komuniti dan perkumpulan-perkumpulan. Realisasi dari hal tersebut adalah berada pada interaksi sosial untuk mewujudkan proses integrasi sosial. PT.Allegrindo merupakan salah satu perusahaan peternakan terbesar di Asia Tenggara, yang bergerak dalam bidang usaha pengembangbiakan ternak, yang banyak merekrut karyawan sehingga penulis tertarik untuk melihat bagaimana proses integrasi karyawan dan masyarakat dengan adanya PT.Allegrindo. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya PT. Allegrindo di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya PT. Allegrindo di Desa Urung Panei. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang bersifat deskriptif yang mencoba menggambarkan proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya PT.Allegrindo. Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis distribusi tabel frekuensi. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga yang bertempat tinggal di Desa Urung Panei dan yang menjadi sampel dalam penelitian adalah 50 orang yaitu 40 % dari 124 responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sistem acak (random) dengan cara undi, dimana semua populasi diberikan kesempatan yang sama (probabilitas) untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun instrument yang digunakan adalah angket pertanyaan dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian di analisa. Hasil penelitian di PT. Allegrindo dapat diketahui bahwa proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dilihat dari interaksi sosial pengelola perusahaan dengan masyarakat melalui pembagian keuntungan kepada masyarakat yaitu Program Comunity Development (CD). Interaksi sosial yang dilakukan oleh pengelola perusahaan terhadap masyarakat merupakan proses adaptasi, agar masyarakat dapat menerima kehadiran perusahaan. Melalui interaksi dan adaptasi tersebut integrasi sosial terjadi antara pengelola perusahaan dan masyarakat. Interaksi sosial karyawan dan masyarakat melalui kegiatan organisasi/perkumpulan. Fungsi manifest yaitu Peningkatan pendapatan karyawan dan masyarakat secara merata, sehingga tidak ada jarak sosial antara karyawan dan masyarakat dalam melakukan interaksi sosial. Dengan demikian proses integrasi antara karyawan dan masyarakat dapat terjalin dengan baik. Disfungsi sistem yaitu kehadiran perusahaan sudah dapat diterima masyarakat. Dalam hal ini PT.Allegrindo mempunyai fungsi yang positif dalam proses integrasi antara karyawan dalam bermasyarakat. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat-Nya dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga pada saat penyusunan skripsi yang berjudul: “ Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi penulis. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yesus Kristus yang memberi ketabahan, kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan juga para teman-teman yang selalu memberikan motivasi, dukungan pada saat-saat penulis mengalami kesulitan. ` Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran-saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. DR. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dra. Marhaeni Munthe M.Si, selaku dosen wali penulis semenjak semester pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini 5. Ibu Dra. Ria Manurung M.Si, selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU. 7. Kedua orang tuaku (Ayahanda Jamakmur Manihuruk dan Ibunda Kannalina Br. Purba) serta Kakakku Melli Manihuruk S.Sos dan adik-adikku tercinta Rando Manihuruk, Imral Manihuruk, Joko Frima Manihuruk, Tardo Manihuruk, dan Monika Manihuruk, yang telah memberikan perhatian, dukungan serta doa kepada penulis. 8. Rekan mahasiswa Sosiologi Stambuk 2003 : Krisma, Nelly, Rochi, Ratna, Hendra, ilham, Ferdinan, Dewi, Eva Rahmadani, Sari, Rizki Zulaikha, Sulasri, Sri Sulastri, Kiki oktania, Rinda, Eva, Lena, Rosa, Ina, Mini, Eva Fadilah, Wildan, Zayuna, Dikky, Sebastian, Mansur, Sidik, Madan, Ferri. Ismail, Sarah, Grace, Tri Endah, Nidya yang memberikan doanya maupun pemikiran hingga tulisan ini dapat selesai. 9. Kepada seluruh responden penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberi informasi melalui jawaban atas kuissioner penelitian sehingga Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dapat menjawab permasalahan penelitian, dan penulis dapat menyusun laporan penelitian yang berbentuk skripsi ini. 10. Kepada oppung R. Purba dan teman-teman kostku : Senta Purba, Lina Sipayung, Rini Manalu, Nurbaya Situmorang yang telah memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis. 11. Kepada semua sanak famili, terima kasih atas doa dan nasehat-nasehatnya agar penulis dapat tegar dan sabar dalam penyelesaian skripsi ini, serta kepada teman-teman yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian, penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Januari 2009 Penulis Asri Simanihuruk Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 6 1.4.1. Manfaat Teoritis ...................................................... 6 1.4.2. Manfaat Praktis ....................................................... 6 1.5. Defenisi Konsep ................................................................. 6 BAB II KERANGKA TEORI ..................................................................... 8 2.1. Interaksi Sosial .................................................................... 8 2.2. Teori Integrasi Talcont Parson ............................................. 11 2.3. Integrasi sosial ……………………………………………… 15 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 17 3.1. Jenis Penelitian .................................................................... 17 3.2. Lokasi Penelitian ................................................................. 17 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3.3. Unit Analisi Dan Informan …………………………………. 18 3.4. Populasi dan Sampel ............................................................ 19 3.4.1. Populasi ................................................................... 19 3.4.2. Besar Ukuran Sampel ............................................... 19 3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 20 3.5.1. Studi Kepustakaan .................................................... 20 3.5.2. Penelitian Lapangan ................................................. 20 3.6. Teknik Analisis Data ............................................................ 21 3.7. Jadwal Penelitian ................................................................. 22 3.8. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 23 BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN......................................... 24 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ..................................... 24 4.1.1. Gambaran Daerah Penelitian ………………………….... 24 4.1.1.1. Letak Geografis Desa……………………………24 4.1.1.2. Sejarah Desa Urung Panei ................................ 26 4.1.1.3. Gambaran Sosial Budaya ................................. 27 4.1.2. Gambaran Perusahaan…………………………............ 33 4.1.2.1. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Allegrindo……. 33 4.1.2.2. Struktur Organisasi .......................................... 34 4.1.2.3. Gambaran Karyawan ....................................... 37 4.2. Karakteristik Responden ........................................................ 42 4.2.1. Umur Responden……………………………………….. 43 4.2.2. Pendidikan Responden ................................................... 44 4.2.3. Agama Responden ......................................................... 45 4.2.4. Penghasilan/Pendapatan Responden .............................. 46 4.3. Gambaran Informan ................................................................ 47 4.4. Gambaran Proses Interaksi Sosial………………………………52 4.4.1. Interaksi Perusahaan Dan Masyarakat ………………… 52 4.4.1.1. Bidang Bantuan Perusahaan Kepada Masyarakat……………………………………. 56 4.4.2. Interaksi Sosial Karyawan Dan Masyarakat ………….. 59 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 4.4.2.1. Media Interaksi………………………………. 61 4.4.2.2. Frekuensi Interaksi/Komunikasi……………...64 4.4.2.3. Jarak Sosial ………………………………….. 68 4.4.2.4. Intensitas Waktu Bertemu Tiap Hari…………70 4.5. Fungsi Manifest …………………………………………… ..72 4.5.1. Kemampuan Menabung Karyawan dan Masyarakat……………………………………….73 4.5.2. Pendapatan Per Bulan Karyawan dan Masyarakat……………………………………….75 4.6. Disfungsi Sistem ……………………………………………...77 4.6.1. Deskripsi Konflik Pada PT. Allegrindo ………….77 4.6.2. Pelapisan Masyarakat Berdasarkan Dimensi Ekonomi (Kelas-Kelas Sosial …………. 83 4.6.2.1. Status Rumah Responden……………. 83 4.6.2.2. Pemilikan Lahan Pertanian………….... 86 4.6.2.3. Status Tanah Pertanian………………. 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 89 5.1. Kesimpulan......................................................................... 89 5.2. Saran .................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan ………………………………………..……… 22 Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………………….. 27 Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT. Allegrindo………………………… 28 Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT.Allegrindo..................................... . 29 Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT. Allegrindo………………………… 31 Tabel 4. 5 Jumlah Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga…………………. 32 Tabel 4. 6 Jadwal Kerja Karyawan ………………………………………. Tabel 4. 7 Status Responden Dan Usia Responden ............................... .. 43 Tabel 4. 8 Status Responden Dan Tingkat Pendidikan Responden .......... .. 44 Tabel 4. 9 Status Responden Dan Agama Responden ............................. …45 37 Tabel 4. 10 Status Responden Dan Penghasilan/Pendapatan Responden ... …46 Tabel 4. 11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Bantuan Yang Diberikan Perusahaan Terhadap Masyarakat ……………56 Tabel 4. 12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Media Interaksi sosial Karyawan dengan Masyarakat………………………………….. 62 Tabel 4. 13 Distribusi Jawaban Responden terhadap Frekuensi Waktu Kegiatan Bersama ……………………………………………….63 Tabel 4. 14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jarak Sosial……………69 Tabel 4. 15 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Intensistas Waktu Bertemu Per Hari…………………………………………71 Tabel 4. 16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemilikan Tabungan…...73 Tabel 4. 17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendapatan Per Bulan…76 Tabel 4. 18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Konflik Antara Masyarakat setempat Dengan Pengelola Perusahaan……………. 80 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4. 19 Distribusi Jawaban Responden Tetntang Konflik Antara Masyarakat Setempat Dengan Masyarakat Pendatang ……......... 82 Tabel 4. 20 Distribusi Jawaban Responden Tentang status Rumah…….. … 85 Tabel 4. 21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemilikan Lahan Pertanian…………………………………………………87 Tabel 4. 22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Status Tanah Pertanian…….. ………………………………………… 88 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Devisi Farming PT.Allegrindo Tahun 2007……………………………………………………… 36 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Kuesioner Lampiran 2 Panduan Wawancara Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara Lampiran 4 Data-Data PT.Allegrindo Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Kelurahan Tiga Runggu Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini pertumbuhan perusahaan semakin pesat. Perusahaan yang merupakan salah satu instrumen perekonomian, dinegara mana pun sangat besar perananya dalam gerak ekonomi. Namun, disisi lain perusahaan tidak terlepas dari masalah-masalah sosial yang ada, yang perlu dikaji dari sudut sosiologis. Permasalahan yang ditimbulkan dalam perusahaan tidak hanya segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan kinerja atau proses produksi, akan tetapi banyak juga hal lain yang secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam perusahaan tersebut. Misalnya masalah upah atau gaji, kesejahteraan, peraturan organisasi yang ada dalam perusahaan, dan lain-lain. Perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan selalu berinteraksi dengan lingkungannya sebab lingkungan memberikan andil dan kontribusi bagi perusahaan. Perusahaan adalah bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan demi kelangsungan hidupnya, sehingga berakibat pada dampak lingkungan baik secara positif maupun secara negatif (Harahap, 1991). Menurut Munarti,1998 ada 2 pergeseran pandangan terhadap tujuan perusahaan yaitu : Pertama, pandangan konvensional yaitu menggunakan keuntungan sebagai ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik adalah Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 perusahaan yang mampu memperoleh keuntungan maksimum untuk kesejahteraan masyarakat. Kedua, pandangan modern yaitu tujuan perusahaan tidak hanya untuk mencapai keuntungan yang maksimum tetapi juga kesejahteraan sosial dan lingkugannya seperti yang diungkapkan Glueck dan Janclek (1984) bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan, efisiensi, kepentingan dan pengembangan karyawan, tanggung jawab sosial dan hubungan baik dengan masyarakat, kelangsungan usaha dan tujuan lembaga. Perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat sekitar dan pada masyarakat umumnya (http/www. kabar indonesia.com.php?pil, Rabu 2 juli 2008, 15:58 Wib). Kehadiran perusahaan disuatu daerah tertentu tidak dipungkiri dapat mempengaruhi situasi sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaanperusahaan tersebut didirikan. Sehubungan dengan uraian diatas, hadirnya PT.Allegrindo sebagai salah satu perusahaan peternakan babi yang berada didesa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun, tentu memiliki pengaruh terhadap sistem sosial masyarakat disekitar lokasi peternakan PT. Allegrindo tersebut. Menurut Bachriadi kesepakatan dengan masyarakat tentang bagaimana perusahaan beroperasi haruslah dicapai, dengan menjelaskan secara detail apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh kedua belah pihak. Hal pertama yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah memastikan bahwa dampak-dampak negatif yang ada terlebih dahulu dihitung dengan cermat dan bersama-sama dengan seluruh pihak yang berkepentingan mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya. Dengan demikian, perusahaan akan dianggap menunjukkan niat baik dalam memperoleh izin sosial dari masyarakat, dan dari situlah Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 pengembangan selanjutnya dimungkinkan (http/www.bangrusli. net/opac/index. php?id.71 & optio. Com & task.view, Jumat 25 Juli 2008,13:49 Wib). Kehadiran perusahaan juga tidak terlepas dari sistem sosial masyarakat yaitu interaksi sosial masyarakat. Parsons dalam bukunya “The Social System” yang menggambarkan masyarakat sebagai suatu kesatuan, artinya dalam interaksi sosial tersebut orang mencapai secara timbal balik persetujuan dan konfirmasi satu dari yang lain dengan cara menyesuaikan diri dengan simbol-simbol yang dibagi bersama. Parsons menekan bahwa sistem sosial merupakan wujud kelakuan atau wujud sosial suatu komplek aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu (http/asysyuravoice.blogspot.com/2007/04 berdasarkan sistem sosial adat kelakuan masyarakat oleh rudiono.html. Jumat, 25 Juli 2008,19 : 44 Wib). Adapun sistem sosial yang ada didalam masyarakat adalah : 1. Sistem Mata Pencahariaan. 2. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial 3. Bahasa 4. Sistem Kepercayaan Dalam mengelola hubungan tersebut dengan masyarakat, dikenal empat cara untuk memaksimumkan dampak positif kehadiran perusahaan, yaitu program pengembangan masyarakat (community development), donasi yang sah dan strategis untuk kegiatan-kegiatan diluar pengembangan masyarakat, mengikutsertakan masyarakat sekitar sedapat mungkin pada bisnis utama Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 perusahaan, dan respons atas tuntutan yang sah dari kelompok penekan, apabila keempat cara tersebut dilaksanakan, perusahaan akan menyebarkan dampak positif kehadirannya tidak saja kepada masyarakat yang dekat atau terkena dampak langsung perusahaan, tapi juga kepada mereka yang lebih jauh. Keberhasilan keempat cara tersebut juga akan meningkatkan perasaan memiliki bisnis pada masyarakat sekitar (http/sumenep.go.id/main.php?go= wisata &kd=60,Kamis 24 Juli 2008, 06 : 00 Wib). Menurut H.M Rusli Zainal, kehadiran perusahaan besar maupun menegah sangat berdampak positif bagi masyarakat, karena bukan saja memperluas lapangan kerja, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dapat dilihat pada kehadiran perusahaan yang sangat menguntungkan bagi masyarakat terutama pengurangan angka pengangguran dan kemiskinan dengan adanya lapangan kerja baru meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar (http /www. korantempo. com/ korantempo /2006 /03 /16/opini /krn. 2006 id.ht. Kamis, 24 Juli 2008, 03 : 16 Wib). Kehadiran perusahaan PT. Allegrindo di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun merupakan salah satu perusahaan yang dapat membuka lapangan kerja baru dengan munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian baru bagi masyarakat sekitar. Selain itu, peningkatan sosial ekonomi masyarakat sebagai akibat kehadiran aktivitas perekonomian ini juga tidak terlepas dari dua faktor, yakni sejauh mana kesempatan yang diberikan perusahaan tersebut bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan sejauh mana kemampuan masyarakat berpartisipasi dalam aktivitas perekonomian baru tersebut Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 (http/www.libraryusu.ac.id/download/fe/tesis-matias.pdf. Kamis 24 Juli 2008. 16.30 Wib). Kehadiran aktivitas perekonomian acapkali mempengaruhi sistem sosial budaya masyarakat. Keterlibatan masyarakat akan aktivitas perekonomian baru berarti mereka memasuki sistem dan lingkungan kerja baru atau mereka berinteraksi dengan lingkungan baru sebagai sistem baru yang berbeda dari sistem ekonomi keluarga. Perubahan ini setidaknya terjadi dalam tiga wujud, yakni hubungan kerja, hubungan kekeluargaan, dan kehidupan komuniti dan perkumpulan-perkumpul (http /www. library usu. ac. Id/ download /fe /tesismatias. pdf. Kamis 24 Juli 2008. 16.30 Wib). Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana proses integrasi antara karyawan dan masyarakat di desa Urung Panei dengan hadirnya PT.Allegrindo. 1.2. Perumusan Masalah Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses integrasi karyawan dan masyarakat dengan adanya PT.Allegrindo. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses integrasi karyawan dan masyarakat dengan adanya PT.Allegrindo. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimanakah proses integrasi karyawan dan masyarakat dengan kehadiran sebuah perusahaan dalam kehidupan masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengembangkan kemampuan berpikir melalui kajian ilmiah. b. Dapat digunakan sebagai suatu masukan baik bagi pemerintah dan penelitian selanjutnya lebih komprehensif. c. Memberikan kontribusi pemikiran bagi perusahaan peternakan agar lebih menigkatkan usahanya terutama yang berada di pedesaan. 1.5. Defenisi Konsep Konsep adalah merupakan kerangka acuan penelitian di dalam desain instrumen penelitian. Konsep digunakan agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian apa yang dimaksud dengan variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitianya (Bungin, 2001 : 73) a. Integrasi Sosial adalah suatu bentuk atau pola kesatuan interaksi atau hubungan timbal balik yang harmonis dan utuh antara karyawan dan masyarakat sekitar. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 b. Karyawan adalah keseluruhan pekerja yang terdaftar pada perusahaan, baik itu sebagai karyawan tetap dan karyawan tidak tetap yang berhubungan dengan perusahaan yang berhak mendapatkan upah dalam hal ini, yang menjadi pusat perhatian adalah karyawan PT. Allegrindo di Desa Urung Panei. c. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang menempati wilayah tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama, yang membentuk aturan atau norma berdasarkan konsensus bersama. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang berada di Desa Urung Panei. d. Interaksi Sosial : Merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompokkelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2001 : 67) e. Stratifikasi Sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelaskelas tinggi dan kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat. f. PT. Allegrindo adalah sebuah perusahaan peternakan pengembangbiakan ternak khususnya ternak babi terbesar di Asia Tenggara, yang berada di kaki gunung Simarjarunjung yaitu di Desa Urung Panei Kecamatan. Purba, Kabupaten. Simalungun. g. Pembangunan adalah suatu proses perubahan masalah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangn pendapatan kearah yang lebih baik. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Kehidupan manusia secara wajar, telah dilihat dari segi tingkat pendapatannya serta besar jumlah uang yang dikomsumsikan, juga tidak terlepas dari posisi di dalam pergaulan hidup di dalam lingkungan. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Kimnall Young mengatakan bahwa bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia saling bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikayan dan sebagainya. Tipe interaksi sosial di daerah desa dan di kota memiliki perbedaan yang sangat kontras, baik dari aspek kualitasnya maupun kuantitasnya. Perbedaan yang penting dalam interaksi sosial adalah : 1. Masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan tingkat mobilitas sosialnya rendah, maka kontak pribadi per individu lebih sedikit. 2. Dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. Penduduk kota lebih sering kontak, cenderung formal sepintas lalu, dan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tidak bersifat pribadi (impersonal), dan pribadi. Sedangkan di kota lebih tersebar pada daerah yang lebih luas, melalui perdagangan, perusahaan, industri, pemerintahan, pendidikan, agama, dan sebagainnya. Teori interaksi sosial juga dikaji oleh tokoh Simmel, yang mengkaji masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Penjelasan Simmel tentang interaksi sosial adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat terbentuk dari jaringan relasi-relasi antar orang, sehingga mereka merupakan suatu kesatuan. Dalam jaringan relasi tersebut terjadi aksi dan reaksi yang tak terbilang banyaknya, sehingga masyarakat merupakan proses dinamis yang ditentukan oleh perilaku anggotanya. 2. Jaringan relasi-relasi itu tidak sama sifatnya. Artinya, dari jaringan relasi tersebut, dapat terbentuk komunitas sosial. Bahkan ada pergeseran dari pola relasi efektif dan personal menjadi fungsional dan rasional. 3. Dalam jaringan relasi tidak selamanya terbentuk integrasi dan harmonis, tetapi dapat pula terjadi kritik, oposisi, konflik, dan lain-lain. Tetapi, baik hal negatif atau positif menurut pandangan sepintas sebenarnya mempunyai efek positif dalam proses interaksi. Bahkan tindakan yang dianggap negatif menurut individu-individu sebenarnya mempunyai akibat positif bagi keseluruhan relasi yang ada dalam masyarakat. 4. Frekuensi interaksi dan antar interaksi bervariasi, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Semakin penting hal yang mempertemukan orang dalam relasi timbal balik, maka akan semakin cepat relasi-relasi itu dilembagakan. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Jadi pada intinya, Simmel memandang masyarakat sebagai produk dari proses interaksi individu-individu. Terjadinya interaksi akibat adanya kesatuan sosial yang sifatnya dapat lama atau sementara. Tujuan dan dorongannya itu sendiri adalah sebagai isi sosialisasi. Proses sosialisasi itu sendiri terdapat dalam bentuk-bentuk yang berupa interaksi. Interaksi sosial merupakan bentuk umum sistem sosial dari kelompok sosial oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Interaksi yang terdapat dalam hubungan pergaulan antara orang perorangan terwujud dalam pergaulan masyarakat secara nyata. Seorang akan bergaul dengan lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga juga lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan tempat seseorang melakukan aktivitas kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Manusia mempunyai berbagai kebutuhan di bidang ekonomi, misalnya kebutuhan pangan, sandang, papan, jasa, dan benda-benda ekonomi lainnya. Untuk memenuhi kebutuhanya di bidang ekonomi tersebut manusia menciptakan pranata ekonomi. Menurut Jonathan M.Turner (Suyanto, 2004 : 267) yang dimaksud pranata ekonomi adalah sekelompok status sosial, norma umum dan peran relatif stabil dan saling berhubungan di sekitar pengumpulan sumber daya produksi dan distribusi barang serta jasa. Pranata ekonomi bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia di bidang ekonomi itu. Adapun pranata ekonomi tersebut yaitu kehadiran PT.Allegrindo yang merupakan sebuah institusi. Institusi adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara formal sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2.2. Teori Integrasi Sosial Talcont Parson Menurut Talcont Parson (Suyanto, 2004:129), pada dasarnya masyarakat cenderung kearah equilibrium (home statis). Prosesnya terjadi pada penerapan fungsi adaptasi pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola. Sistem tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi pada dasarnya, tiap-tiap sistem memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan beradaptasi demi pencapaian tujuan masyarakat secara keseluruhan demi integrasi. Kehadiran perusahaan sebagai lembaga ekonomi memiliki prasyarat fungsional untuk mencapai keseimbangan. Setiap komponen yang membentuk sistem sosial masyarakat dalam perusahaan sebagai lembaga ekonomi memiliki fungsi dan peranan sesuai dengan posisinya masing-masing. Adapun Prasyarat tersebut yaitu konsep AGIL menurut Parson (Ritzer, 2004) agar sistem sosial tersebut tetap bertahan yaitu : 1. Adaptasi (adaptation) : menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungan eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, lingkungan dan kebutuhannya. 2. Pencapaian Tujuan (goal attainment) : sebuah sistem harus mendefinisikan tujuan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integrasi (integration) : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponenya. Sistem juga harus mengatur antar hubungan ketiga fungsi lainnya (A,G,L). 4. Latensi atau pemeliharaan pola (latency) : sebuah sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Persyaratan tersebut manfaatnya untuk mencapai keseimbangan. Gagasan keseimbangan terhadap kehadiran perusahaan sebagai lembaga ekonomi dalam masyarakat dapat dilihat dalam peningkatan lapangan kerja, interaksi sosial, stratifikasi sosial. Kehadiran perusahaan sebagai lembaga ekonomi diharapkan dapat menjadi keseimbangan (equilibrium) dalam proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat Urung Panei. Menurut Parson (Ritzer, 2004) sistem sosial cenderung bergerak menuju kearah keseimbangan, dengan kata lain keteraturan merupakan norma sistem dimana aktivitas ekonomi merupakan aktivitas sosial dan merupakan bagian dari masyarakat sebagai sistem. Suatu masyarakat fungsional, dimana ekonomi termasuk menghadapi empat dalam subsistem problem adaptif yang mengorganisir masyarakat untuk memperoleh penghidupan dalam lingkunganya, sedangkan negara dikhususkan sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui institusi pemerintahan. Subsistem integratif disebut sebagai komunitas sosial, dan subsistem pelestarian pola laten disebut sebagai sistem yang bertanggung jawab atas stabilitas pola-pola nilai-nilai yang dibentuk dalam karakter masyarakat. Merton (Poloma, 2000) mengemukakan bahwa masyarakat sebagai sistem sosial itu bersifat fungsional, dimana seluruh bagian sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai tanpa menimbulkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi. Namun, masyarakat juga tidak hanya fungsional dalam suatu struktur, karena suatu tindakan sosial yang fungsional bagi suatu kelompok dapat menjadi tidak fungsional bagi kelompok lain akan tetapi, mengalami disfungsi. Setiap tindakan adaptasi dan penyesuaian yang dilakukan individu selalu memberikan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dampak yang positif bagi sistem sosial yang saling berhubungan satu sama lain akan tetapi, suatu faktor sosial juga dapat memiliki akibat yang bersifat negatif bagi sistem sosial lainnya. Karena semua aspek masyarakat yang sudah baku tidak hanya mempunyai fungsi positif tetapi juga mencerminkan bagian-bagian yang sangat di perlukan agar masyarakat dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan. Dalam setiap tindakan sosial yang ada masyarakat selalu memiliki fungsi yang bersifat manifest (nyata) yaitu sesuatu yang diharapkan sebagai akibat imbalan bagi tindakan yang telah dilakukan, selain itu juga menurut Merton (Poloma, 2000) setiap tindakan sosial yang dilakukan dalam seluruh sistem juga memiliki fungsi laten (tidak nyata) yaitu suatu akibat yang tidak diharapkan terjadi imbalan tindakan yang dilakukan. Organisasi perilaku melaksanakan fungsi adaptasi dan menyesuaikan diri dengan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya. Sistem budaya menanggulangi sistem integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponenya. Terakhir sistem budaya melaksanakan fungsi pemeliharaan dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai. Sistem sosial merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini sistem sosial terjadi karena manusia adalah makhluk sosial. Sistem sosial dipertahankan keberadaanya oleh manusia, karena sistem sosial dapat berubah baik disegaja maupun tidak disegaja manusia. Sistem sosial mempengaruhi prilaku manusia, karena di dalamnya tercakup nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap sistem sosial pada tingkatan- Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tingkatan tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya (sistem sosial lainnya). Lawang (Darsono, 2004 :125) mengatakan bahwa sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang melakukan hubungan timbal-balik yang bersifat konstan. Sistem sosial bisa bersifat kelompok formal maupun kelompok informal yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam suatu kegiatan bersama. Sistem sosial dalam kelompok masyarakat umumnya memiliki 3 unsur (Darsono, 2004 : 126) yaitu : 1. Dalam setiap sistem sosial ada sejumlah orang dan kegiatan 2. Orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan secara timbal balik 3. Hubungan yang bersifat timbal balik tersebut bersifat konstan. Suparlan (Darsono, 2004 :126) mengatakan bahwa setiap unsur atau bagian dalam suatu sistem sosial mempunyai fungsi, artinya bagian-bagian itu memainkan perananya sendiri dalam mempertahankan sistem. Sedangkan keadaan dimana semua bagian dari suatu sistem sosial mempunyai hubungan timbal balik yang pas dan membentuk keseluruhan disebut dengan integrasi. Integrasi pada umumnya menunjukkan suatu peryataan dari kelompok, oleh karena itu apabila derajat integrasi yang longgar, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap dirinya. Sistem sosial menunjukkan kegiatan-kegiatan pokok, bagaimana kegiatan itu saling berhubungan satu sama lain, dengan cara apa kegiatan itu memperlihatkan keseimbangan dan terus bertahan. Ada beberapa hal membuat manusia menciptakan sistem sosial (Tarik Ibrahim, 2003 : 30), antara lain karena : Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 1. Manusia mempunyai kebutuhan dasar biologi tertentu seperti pangan, sandang, dan seks. 2. Untuk memuaskan kebutuhan tersebut manusia tergantung kepada organisasi-organisasi pada masyarakat. 3. Kenyataan tersebut menciptakan kebutuhan-kebutuhan lain yaitu kebutuhan sistem pada diri individu. 4. Dan akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari kebutuhan dirinya. Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal (Suyanto, 2004 :139) berikut ini : a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. b. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dilakukan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. 2.3. Integrasi Sosial Integrasi memiliki dua pengertian, yaitu : Pertama, pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Kedua, membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau masyarakat. Suatu Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 integrasi di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya(http/www. wapedia .mobi/id/ integrasi sosial, Sabtu 17 Januari 2009, 20:54Wib). Menurut penganut fungsionalisme, integrasi sosial senantiasa muncul dan tumbuh berdasarkan consensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar). Selain itu, integrasi bisa tercipta melalui berbaurnya anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Jika suatu ketika terjadi konflik di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainya maka akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial (http: //www. csrc. or. id/ artikel /index. php? detail=20081202041302, Jumat 23 Januari 2009: 02:53 Wib). Proses integrasi akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh normanorma sosial dan adat istiadat yang baik. Norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku. Tercapainya integrasi sosial memerlukan pengorbanan baik pengorbanan perasaan,maupun pengorbanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuain antara banyak sekali perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian. Apabila pengorbanan dan toleransi dapat dicapai dalam bentuk consensus (kesepakatan), kemungkinan terjadinya integrasi tahap awal akan mulai nampak (http// civics education. wordpress. com/2008/08/08/ketaatan-norma-norma-sosial-menuju-integrasi-sosial, Kamis 22 Januari 2009, 21:24Wib. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan mengunakan gabungan pendekatan kuantitatif didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif tidak terlalu menitik beratkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Walaupun populasi penelitian besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis baik melalui rumus- rumus statistik maupun komputer (Burgin, 2001:29). Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang akan dikumpulkan melalui penyebaran angket. Adapun yang digambarkan dalam penelitian ini adalah proses integrasi sosial antara karyawan dan masyarakat Urung Panei dengan adanya PT. Allegrindo. 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanankan di Desa Urung Panei, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah: 1. Karena PT.Allegrindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangbiakan ternak babi terbesar di Asia Tenggara. 2. Tersediannya fasilitas dan akses untuk meneliti. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3.3. Unit Analisis Dan Informan Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat Urung Panei yang bekerja dan tidak bekerja di PT. Allegrindo. Selain itu juga dapat diwawancarai kepala desa dan tokoh adat sebagi informan agar dapat diperoleh informasi lebih menyeluruh tentang proses integrasi karyawan dan masyarakat. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah: a. Masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tetap dan karyawan tidak tetap * Laki-laki yang berusia 21 tahun sampai 50 tahun, sebagai batasan dari produktifitas seseorang. * Telah bekerja sedikitnya 5 (lima) tahun. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa dalam masa kerja selama itu, karyawan dinyakini telah memiliki pengalaman dan pemahaman yang cukup memadai tentang proses integrasi sosial karyawan dengan masyarakat. * Telah tinggal di desa tersebut sedikitnya selama 5 (lima) tahun b. Masyarakat bukan karyawan * Laki-laki yang berusia 21 tahun sampai 50 tahun, sebagai batasan dari produktifitas seseorang. * Berstatus bukan merupakan karyawan PT. Allegrindo. * Merupakan penduduk asli desa Urung Panei tersebut. c. Pimpinan Perusahaan, kepala desa dan tokoh adat. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3.4. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Burgin, 2005 : 99). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Urung Panei yang berjumlah 124 kepala keluarga yang telah tinggal selama 5 tahun keatas. Kepala keluarga merupakan seorang dari kelompok keluarga yang ditunjuk dan dianggap sebagai kepala didalam keluarga. 3.4.2. Sampel Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya untuk menetukan sampel dalam penelititan ini. Penulis mengutip pendapat Arikunto yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 10-40 % dari jumlah populasi data, data ini telah dianggap representatif (Arikunto, 2002 :149). Dari pendapat tersebut maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 40 % dari 124, yakni 49,6 dibulatkan menjadi 50 orang, dengan alasan karena masyarakat homongen.Teknik sampel yang digunakan adalah sistem acak (random) dengan cara undi, dimana semua populasi diberikan kesempatan yang sama (probabilitas) untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Responden yang dipilih adalah kepala keluarga, Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tetapi apabila kepala keluarga berhalangan dapat diganti oleh istrinya yang dianggap juga paham atas hal yang dibutuhkan peneliti. 3.5. Teknik pengumpulan data. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 3.5.1 Studi Kepustakaan Yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, majalah dan internet yang dianggap relevan dan berhubungan dengan penelitian ini. 3.5.2 Penelitian Lapangan Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu : 1. Wawancara mendalam, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung pada informan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan yang telah disusun sebelumnya, yakni menggunakan interview guide (panduan wawancara) untuk menggali informasi bagaimana proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat 2. Observasi, yaitu pengamatan langsung pada saat penelitian untuk mengetahui bagaimana proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3. Kuisioner, pengumpulan data diperoleh melalui penyebaran angket. Angket adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian dengan cara membagikan atau menyebarkan pertanyaan dalam bentuk angket kepada responden untuk memperoleh data yang sesuai dengan variabel penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Angket ini ditujukan kepada masyarakat Urung Panei yang sesuai dengan krakteristik penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang bagaimana gambaran proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya PT.Allegrindo. Pertanyaan dalam angket bersifat terbuka, untuk mengetahui latar belakang responden, juga ditanyakan pertanyaan tertutup, yaitu responden memilih jawaban-jawaban yang telah ditetapkan oleh peneliti (Bungin, 2001 : 130). 3.6. Teknik Analisa Data Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yng sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data. Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian ini. Data tersebut Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 disusun dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorisasikan dan diinterpretasikan secara kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. 3.7. Jadwal Penelitian Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya untuk persiapan penelitian langsung ke lapangan. Untuk lebih rinci, kegiatan penelitian dapat dilihat dari tabel 3.1 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan dan Laporan Penelitian Kegiatan Bulan I Pengajuan judul Penyusunan proposal Seminar proposal Revisi proposal Pengurusan izin adm.penelitian Membuat interview Guide Observasi dan Wawancara Interpretasi Data Bulan II Bulan Bulan III IV Bulan V Bulan VI X XX X XXXX X XX X XXXX XXXX Penyusunan Laporan Penelitian XXXX Revisi Laporan Penelitian XXXX Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3.8. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini mencakup pengurusan izin penelitian, keterbatasan pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian, dan keterbatasan data melalui buku atau dokumen yang mendukung penelitian, dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para responden. Keterbatasan dalam pembuatan surat izin penelitian adalah begitu banyaknya rentetan jalur pengurusan surat izin penelitian yang harus peneliti jalani sehingga menyebabkan lamanya waktu yang peneliti habiskan untuk mengurus surat baik dilingkungan fakultas, birokrasi pemerintah maupun pada tempat peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Keterbatasan pengetahuan peneliti, mengenai metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan dan data-data yang diperoleh dilapangan menjadi tidak terlalu dalam. Keterbatasan data melalui buku atau dokumen menyebabkan peneliti agak kesulitan untuk menjelaskan maksud dari penelitian ini karena data-data akurat yang dapat mendukung jelas sangat dibutuhkan ketika peneliti akan memulai proses penelitian. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Daerah Penelitian 4.1.1.1. Letak Geografis Desa Desa Urung Panei, terletak di kaki Gunung Simarjarunjung, Kec. Purba, Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Jalan raya melintasi kaki gunung ini dan sisi Baratnya terdapat pemandangan Danau Toba beserta jejeran Bukit Barisan yang berpanorama indah. Sebelum krisis keuangan melanda Indonesia pada tahun 1997, daerah ini banyak dilintasi bus-bus pariwisata yang membawa turis domestik maupun mancanegara menelusuri kaki gunung Simarjarunjung. PT. Allegrindo Nusantara yang disebut sebagai peternakan babi terbesar di Asia Tenggara berada persis di bawah kaki gunung Simarjarunjung. Di sebelah Barat jika dilihat dari PT. Allegrindo bersisi curam dan di bawahnya terdapat perkampungan penduduk yaitu desa Salbe yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan juga petani yang mengolah lahan-lahan yang berlereng sebagai lahan pertanian. Di sekitar perusahaan PT.Allegrindo ini banyak berdiri rumah-rumah penduduk, warung makan, warung kelontong, warung kopi dan warung tuak. Pelanggan warung-warung makan di desa Urung Panei ini umumnya adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan Allegrindo. Selain itu juga terdapat usaha hiburan bagi laki-laki yaitu sebuah permainan bola bilyar. Pada umumnya di Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 warung makan, warung kopi dan warung tuak ini merupakan tempat pertemuan antara karyawan dan masyarakat setempat yang biasanya pada pagi dan sore hari. Berdasarkan intruksi menteri dalam negeri No. 23 tahun 1989 pada tanggal 28 september 1989. Data monografi Kelurahan Tiga Runggu. Keadaan Bulan : 1 Januari 2007. Desa Urung Panei merupakan salah satu desa dari 14 desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Desa Urung Panei berjarak 7 Km dari ibu kota Kecamatan Purba dan 50 Km dari ibu kota Kabupaten Simalungun, sedangkan dari ibu kota Propinsi Sumatera Utara jaraknya 170 Km. Desa Urung Panei terdiri dari 2 dusun yaitu : Dusun I : Urung Panei I (Sabah) Dusun II : Urung Panei II Ke 14 dusun yang terdapat di Kecamatan Purba hanya di kepalai oleh satu kepala dusun yang disebut dengan lurah. Desa Urung Panei yang terdiri dari 2 dusun tersebut luasnya 2,5 Ha dengan jumlah penduduk 1240 jiwa atau terdiri dari 124 Kepala Keluarga (Sumber : Kantor Kelurahan Tiga Runggu, 2007), adapun batas-batas desa Urung Panei adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tiga Runggu Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Allegrindo Nusantara Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Salbe Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean Desa Urung Panei yang mempunyai daerah dataran rendah dan berbukitbukit tersebut seluruhnya adalah seluas 20,67 Ha, dan tanah ini digunakan untuk daerah pemukiman dan untuk lahan pertanian yang pada umumnya ditanami Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tanaman seperti kopi dan sayur-sayuran. Sebagian kecil digunakan untuk fungsi sosial seperti tanah pekuburan, lapangan olah raga dan lain-lain. Alat pengelolaan tanah berupa traktor disamping alat tradisional seperti cangkul. Areal persawahan mereka tanami padi sekali dalam setahun dan sekarang sawah mereka gunakan untuk kolam ikan atau keramba. Tanah peladangan ditanami tomat, kentang, kol, cabe, sayur, jagung dan kopi. Perumahan atau pemukiman penduduk umumnya dibangun secara menyebar di sepanjang tepian jalan raya. 4.1.1.2. Sejarah Desa Urung Panei Desa Urung Panei adalah salah satu desa di Kecamatan Purba yang mempunyai kajian dalam penelitian ini yang mempunyai latar belakang sejarah namun, secara catatan resmi penulis tidak memperoleh keterangan tentang asal usul daerah ini. Menurut L. Damanik seorang tokoh adat di desa Urung Panei yang lahir pada tahun 1937, mengatakan bahwa desa Urung Panei ini terbentuk pada tahun 1903 oleh Tuan Marhali Purba dari Kerajaan Panei yang ada di Panei Tongah. Seiring dengan perkembangan zaman kemudian Kerajaan Panei memperluas daerahnya. Adapun desa bentukan dari Kerajaan Panei tersebut terdiri dari tiga desa yaitu: Desa Urung Panei, Naga Panei, dan Marubun Panei (Sumber Wawancara: Tokoh Adat, 9 Oktober 2007). Menurut tokoh adat, desa Urung Panei awalnya berada di pedalaman saat ini disebut masyarakat huta lama kira-kira 400 meter dari jalan raya. Pada tahun 1916 terjadi kebakaran yang memusnahkan rumah-rumah juga gereja yang ada di desa tersebut sehingga mendorong sebagian besar penduduk pindah dan mendirikan rumah di luar kampung (huta) tersebut, ada yang kearah Utara dan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 kearah Selatan huta lama. Pada akhirnya penduduk membentuk perkampungan baru lagi yang sekarang disebut Urung Panei I dan Urung Panei II dimana Urung Panei I berada disebelah Selatan Urung Panei II dan merupakan lokasi berdirinya PT.Allegrindo. Saat ini huta lama tidak lagi ditempati oleh penduduk sebagai pemukiman tetapi hanya digunakan untuk lahan pertanian. 4.1.1.3. Gambaran Sosial Budaya 4.1.1.3.1. Gambaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 23 tahun 1989, tanggal 28 September 1989 data monografi Kelurahan Tiga Runggu keadaan bulan 1 Januari 2007. Gambaran penduduk Desa Urung Panei pada tahun 2007 di diami 1240 jiwa penduduk yang terdiri dari 124 Kepala Keluarga. Penduduk yang berjumlah 1240 jiwa ini terdiri atas 728 laki-laki, dan 512 perempuan. Berdasarkan rasio jenis kelamin berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 728 58,7% 2 Perempuan 512 41,3% Jumlah 1240 100% Sumber: Kantor Kepala Kelurahan Tiga Runggu 2007 4.1.1.3.2. Gambaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan hasil rekapitulasi keadaan penduduk Kelurahan Tiga Runggu tahun 2000 jumlah penduduk Desa Urung Panei tercatat 463 jiwa yang terdiri dari Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 103 Kepala Keluarga (KK). Pada tahun 2007 menurut data kantor Kelurahan Tiga Runggu jumlah penduduk di desa Urung Panei tersebut meningkat menjadi 1240 jiwa yaitu terdiri dari 124 Kepala Keluarga. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan telah terbukanya isolasi desa Urung Panei dengan daerah-daerah lain yaitu dengan hadirnya perusahaan peternakan di daerah tersebut. Disamping itu kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan melaju dengan pesat, dengan cara meningkatkan sistem mata pencaharian diantaranya lapangan kerja baru di perusahaan peternakan, dan banyaknya tenaga kerja dari luar desa yang bekerja diperusahaan turut menambah jumlah penduduk di desa tersebut. Dengan kehadiran perusahaan, membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan jumlah penduduk maka jumlah penduduk tersebut di distribusikan menurut kelompok umur. Untuk lebih jelas lihat tabel dibawah ini : Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT. Allegrindo. Sebelum Sesudah Kelompok No n f n f Umur 1 0-6 93 20,1% 260 21,0% 2 7-10 59 12,7% 208 16,8% 3 11-16 51 11,0% 216 17,4% 4 17-55 244 52,7% 381 30,7% 5 >55 16 3,5% 176 14.1% Jumlah 463 100% 1.240 100% Sumber: Kantor Kepala Kelurahan Tiga Runggu Tahun 2000/2007 Pada tabel 4.2 dijelaskan bahwa sebelum hadirnya PT.Allegrindo penduduk kelompok umur 0-6 berjumlah 20,1 (93 orang) dan sesudah hadirnya perusahaan kelompok umur 0-6 berjumlah 21,0 (260 orang), penduduk kelompok umur 7-10 sebelum hadirnya perusahaan berjumlah 12,7 % (59 orang) dan sesudah hadirnya perusahaan menjadi 16,8 % (208 orang), sebelum hadirnya perusahaan penduduk kelompok umur 11-16 berjumlah 11 % (51 orang) dan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 sesudah hadirnya perusahaan menjadi 17,4 % (216 orang), penduduk kelompok umur 17-55 tahun sebelum hadirnya perusahaan berjumlah 52,7 % (244 orang) dan sesudah hadirnya perusahaan menjadi 30,7 % (381 orang). Demikian juga umur 55 tahun keatas sebelum hadirnya perusahaan berjumlah 3,5 % (16 orang) dan sesudah hadirnya perusahaan menjadi 14,1 % (176 orang). Dari kelompok umur ini dapat dilihat dari seluruh usia pertambahan yang mencolok adalah usia 55 tahun keatas, sedangkan usia yang paling dominan setelah hadirnya perusahaan adalah usia 17-55 tahun. Data kelompok umur tersebut merupakan jumlah keseluruh penduduk yang telah terdaftar di kelurahan Tiga Runggu, baik penduduk asli maupun penduduk pendatang. 4.1.1.3.3. Gambaran Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis Mayoritas penduduk desa Urung Panei adalah suku/etnis Simalungun. Hal ini dikarenakan yang pertama-tama menempati daerah ini adalah Suku Simalungun (penduduk asli). Akan tetapi pada masa sekarang selain penduduk asli banyak juga suku/etnis perantau yang datang seperti : Suku Karo, Suku Batak Toba, sehingga hadirnya PT. Allegrindo tidak hanya dari jumlah penduduk yang bertambah namun, dari jumlah suku juga mengalami pertambahan yang menjadikan suku/etnis di desa Urung Panei tersebut semakin bervariasi. Untuk lebih jelasnya perbandingan daripada jumlah penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT. Allegrindo Sebelum Sesudah No Suku/Etnis n f n f 1 Simalungun 103 100% 115 92,8% 2 Batak Toba 5 4,0% 3 Batak Karo 4 3,2% Jumlah 103 100% 124 100% Sumber: Kantor Kepala Kelurahan Tiga Runggu Tahun 2000/2007 Sebagaimana diuraikan pada tabel 4.3 diatas, jumlah penduduk berdasarkan suku/etnis desa Urung Panei sebelum hadirnya PT.Allegrindo berjumlah 103 kepala keluarga yang didiami mayoritas Suku Batak Simalungun, sedangkan etnis yang lainnya seperti Batak Toba dan Batak Karo tidak ada. Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa sesudah hadirnya PT.Allegrindo penduduk Desa Urung Panei bertambah menjadi 124 kepala keluarga yang terdiri dari: etnis Simalungun meningkat menjadi 92,8 % (115 kepala keluarga), Batak Toba 4,0 % (5 kepala keluarga), Batak Karo 3,2 % (4 kepala keluarga). 4.1.1.3.4.Gambaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Ditinjau dari segi mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Purba pada umumnya dan Desa Urung Panei adalah bertani sayur-sayuran. Jenis usaha tani yang dilakukan adalah berladang yaitu menanam padi, jagung, kopi, dan sayur-sayuran seperti tomat, cabe, kentang dan sebagainnya. Disamping itu juga banyak penduduk yang mempunyai ternak ayam baik untuk dijual sebagai bahan konsumsi masyarakat maupun untuk dikomsumsi sendiri. Jenis mata pencaharian yang lain adalah pedagang yaitu mengangkut hasil panen masyarakat kemudian menjualnya ke luar daerah. Sebagian kecil masyarakat juga berstatus pegawai negeri yang kebanyakan guru Sekolah Dasar Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dan perangkat desa. Penduduk yang bekerja pada perusahaan peternakan berjumlah sekitar 76,6 % (95 orang), sebagian diantaranya yang bekerja diperusahaan berasal dari daerah lain. Pada tahun 2000 dan tahun 2007 tercatat jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Purba, Desa Urung Panei adalah seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sebelum Dan Sesudah Hadirnya PT. Allegrindo Sebelum Sesudah No Mata Pencaharian n f n f 1 Petani 80 77,7% 16 12,9% 2 Buruh/Karyawan 95 76,6% 3 Pegawai Negeri 15 14,6% 8 6,5% 4 Pedagang 8 7,7% 5 4,0% Jumlah 103 100% 124 100% Sumber: Kantor Kelurahan Tiga Runggu Tahun 2000 dan 2007 Berdasarkan gambaran mata pencaharian penduduk tabel 4.4 diatas sebelum dan sesudah hadirnya perusahaan, penduduk yang bermata pencahariaan sebagai petani berjumlah 77,7 % (80 orang) mengalami penurunan menjadi 12,9 % (16 orang), sebelum hadirnya perusahaan penduduk tidak ada yang bermata pencaharian sebagai buruh/karyawan perusahaan namun, setelah hadirnya perusahaan buruh/karyawan berjumlah 76,6 % (95 orang), sebelum hadirnya perusahaan penduduk bermata pencaharian sebagai pegawai negeri berjumlah 14,6 % (15 orang) mengalami penurunan setelah hadirnya perusahaan menjadi 6,5 % (8 orang), sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang 7,7 % (8 orang) mengalami peningkatan setelah hadirnya perusahaan menjadi 4,0 % (5 orang). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan hadirnya perusahaan mata pencaharian penduduk Desa Urung Panei semakin bervariasi, dan pertanian tidak lagi merupakan pekerjaan utama Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 masyarakat, melainkan sebagai pekerjaaan sampingan yang biasanya dilakukan oleh istri (perempuan). 4.1.1.3.5. Gambaran Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga (KK) Menurut data pada tahun 2007 terdapat 2 SD Negeri/Inpres di desa Urung Panei, sedangkan untuk pendidikan tingkat SLTP dan SLTA berada di kota kecamatan. Dalam kehidupan sehari-hari murid Sekolah Dasar untuk mencapai sekolah pada umumnya berjalan kaki dengan jarak sekitar 1 km. Siswa- siswa SLTP dan SLTA mencapai sekolah dengan mempergunakan kendaraan roda empat atau bus karena jarak sekolah tersebut sekitar 7 km dari desa tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, para murid dan siswa kebanyakan membantu orang tua mereka bertani, dan lainnya setelah pulang sekolah. Jenis dan tingkat pendidikan tersebut untuk lebih jelas lihat tabel di bawah ini : Tabel 4. 5 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga (KK) No Tingkat Jumlah Persentase Pendidikan 1. Tidak Sekolah 52 41,9% 2. Tamat SD 34 27,4% 3. Tamat SLTP 21 16,9% 4. Tamat SMU 12 9,7% 5. Diploma 5 4,1% Jumlah 124 100% Sumber: Kantor Kelurahan Tiga Runggu 2007 Tingkat pendidikan penduduk Desa Urung Panei masih redah karena berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya tamat Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah Pertama lebih banyak dibandingkan dengan tamatan Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Desa ini juga masih ada penduduk yang buta huruf sebesar 41,9 % (52 orang), tamat SD 27,4 % Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 (34 orang), tamat SLTP 16,9 % (21 orang), tamat SMU 9,7 % (12 orang), sedangkan tamat Diploma 4,1 % (5 orang). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala keluarga di Desa Urung Panei masih banyak tidak menduduki bangku sekolah/pendidikan. 4.1.2. Gambaran Perusahaan 4.1.2.1. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Allegrindo PT. Allegrindo terletak dikaki gunung Simarjarunjung desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Perusahaan ini menjalankan usaha yang bergerak dibidang peternakan babi. Pada tahun 1980-an, peternakan ini didirikan dan dikelola oleh pemerintah tetapi karena pengelolaan kurang atau tidak optimal, sehingga pemerintah mengalami kerugian. Kemudian pihak swasta mengambil alih aset perusahaan dari pemerintah pada 20 April 1989 yang disebut sebagai peternakan babi terbesar di Asia Tenggara. Adapun nama lengkap dari perusahaan ini adalah PT. Allegrindo Nusantara. Peternakan ini dikelola diatas areal seluas 40.000 Ha. Peternakan tersebut tidak sekedar memproses pengemukan 25.000 ekor ternak tetapi juga memproduksi ternak setiap hari minimal 300 ekor seberat 90 Kg/ekor. Selama mengalami proses pengemukan 6 bulan, kemudian dipasok kepasar lokal di Propinsi Sumatera Utara. Untuk areal peternakan seluas 40.000 Ha tersebut kapasitas ternak yang di izinkan hanya 50.000 ekor ternak. (Sumber: Data-Data Perternakan PT.Allegrindo, 2007). PT.Allegrindo mempekerjakan 329 orang karyawan yang terdiri dari pegawai administrasi, satpam, dan buruh harian. Karyawan tersebut berasal dari daerah atau masyarakat sekitar peternakan yaitu desa Urung Panei dan dari luar Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 daerah seperti dari Kecamatan Dolok Pardamean. Bahan baku pakan ternak seperti jagung, bukil kacang kedelai, dedak padi, dan mineral. Bahan baku pakan ternak seperti jagung akan diperoleh dari pedagang yang ada didaerah tersebut, yang terlebih dahulu dilakukan proses pengelolaan oleh pihak perusahaan. PT.Allegrindo di Desa Urung Panei yang awalnya sempat diprotes warga sekitar namun, sekarang warga telah bisa menerima kehadirannya setelah peternakan tersebut dilengkapi Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL), sehingga air limbah sudah aman dari berbagai bakteri. 4.1.2.2. Struktur Organisasi PT. Allegrindo Nusantara Organisasi merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan rasional. Pembentukan organisasi dan pendelegasian wewenang serta tugas terlibat didalamnya demi tercapainya tujuan. Seorang pemimpin perusahan harus mempunyai pandangan yang luas, selain itu juga pemimpin harus tahu bagaimana mengatur organisasi. Menentukan bagian-bagian yang tepat untuk diduduki orang yang tepat. Bentuk organisasi yang dianut oleh suatu perusahan juga mempengaruhi kebijaksanaan perusahaan dalam mengorganisasikan bawahannya, karena ikut dalam menetapkan suatu kebijakan terlebih dahulu harus ditetapkan bentuk organisasi yang akan ditetapkan dalam menyelesaikan susunan dan penetapan orang yang sesuai dengan keahliannya. Penetapan struktur organisasi juga berhubungan erat dengan bidang usaha perusahaan dan besar kecilnya perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi maka setiap pimpinan dan bawahan yang ada dalam perusahaan akan mengetahui Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dengan jelas sampai dimana kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan batasbatas mana kekuasaan yang ada padanya dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab dan siapa yang harus bertanggung jawab kepadanya. Dalam suatu struktur organisasi terdapat kerangka kerja dan bagaimana menggambarkan wewenang, tanggung jawab, dan hubungana kerja tiap bagian yang ada didalamnya. Dari struktur organisasi ini dapat terlihat jenjang wewenang dan tanggung jawab atasan hingga bawahan dalam melaksanakan operasinya. Hal ini dimaksudkan agar ada kejelasan batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap individu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Dengan kejelasan itu segala aktivitas individu dalam organisasi tidak tumpang tindih. Demikian juga halnya dengan PT. Allegrindo Nusantara di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun. Sebagai suatu organisasi juga mempunyai struktur organisasi. Agar lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini: Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI DEVISI FARMING PT. ALLEGRINDO NUSANTARA SENOR MANAGER WKL. SENOR MANAGER Manager : PEBT Ass.Mgr.Pe mbibitan Manager : Adm & Keu Manager : Pemasaran Manager Induk Ass.Mgr.Ind Ass.Mgr.Sta rte ukkk k Ass.Mgr.A dm Ass.Mgr.Gr ower Ass.Mg r.Logist Kesw an Kabag Brad & Lab Kabag Induk A Kabag Induk B Kabag Induk C Kabag Starter A Kasi Kas i Kas i Kasi Kasi Kas i Kasi Angg ota Angg ota Angg ota Angg ota Angg ota Angg ota Angg ota Kabag Pembibita n Kabag Starter B Kabag Growe rB Kabag Growe rC Kabag Keuan gan Kabag Administrasi Kas i Kasi Kasi Kasi Kas i Angg ota Angg ota Angg ota Kabag Growe rA Keterangan : KABAG = Kepala Bagian Sumber : PT. Allegrindo Nusantara Tahun 2007 KASI = Kepala Seksi Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Kabag Bhn Baku Angg ota S Kas i ang gota A 4.1.2.3. Gambaran Karyawan Pekerjaan baru yang muncul dalam PT.Allegrindo dapat dibedakan menjadi dua, yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja sebagai staff dan administrasi. Karyawan yang bekerja di bagian administrasi dibagi atas 4 bagian yaitu : administrasi kantor, administrasi lapangan, administrasi perbekalan (gudang), administrasi populasi ternak sedangkan, karyawan tidak tetap adalah karyawan yang bekerja sebagai pemelihara ternak yang biasanya karyawan memberi makan ternak, membersihkan kandang, dan memandikan ternak, menyuntik ternak, mengangkut ternak untuk dijual, supir langsir dalam lokasi peternakan, bagian limbah (IPAL), langsir pakan ternak dari gudang kelapangan. Jadwal kerja karyawan perusahaan terdiri atas 2 bagian yaitu : Tabel 4. 6 Jadwal Kerja Karyawan Jadwal Kerja Karyawan Pagi ( WIB ) Siang ( WIB ) Senin 07.30 - 11.00 13.30 - 17.00 Selasa 07.30 - 11.00 13.30 - 17.00 Rabu 07.30 - 11.00 13.30 - 17.00 Kamis 07.30 - 11.00 13.30 - 17.00 Jumat 07.30 - 10.00 13.30 - 17.00 Sabtu 07.30 - 10.00 13.30 - 17.00 Minggu 07.30 - 10.00 13.30 - 17.00 Sumber Data : PT. Allegrindo, Oktober 2008 Hari Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jadwal kerja karyawan pada hari senin sampai dengan hari kamis dimulai dari pukul 07.30 – 11.00 wib kemudian kembali bekerja setelah jam istirahat yaitu mulai pukul 13.30 – 17.00 wib. Hari jumat sampai dengan hari minggu dimulai pukul 7.30 -10.00 wib, dilanjutkan kembali pukul 13.30 -17.00 wib. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Senin sampai dengan hari kamis jadwal kerja karyawan berbeda dengan hari jumat sampai dengan hari minggu. Adapun yang menjadi alasan terjadinya perbedaan waktu kerja tersebut yaitu hari jumat karena ada pekan (pasar mingguan), sabtu karena akhir pekan sedangkan hari minggu para karyawan menunaikan ibadah dimana mayoritas penduduk desa tersebut adalah beragama kristen. Setiap karyawan diberikan libur sesuai dengan jadwal kalender (setiap hari merah). Jadwal kerja karyawan tersebut di sesuaikan dengan jadwal kerja masingmasing karyawan supaya setiap hari karyawan tetap ada yang bekerja walaupun jadwal kalender merah/libur. Berhubung karena perusahaan merupakan perusahaan peternakan, sehingga bagi perusahaan tidak ada sistem tutup (ternak wajib diberikan makan). Gaji/upah yang terima oleh karyawan di PT.Allegrindo Nusantara disesuaikan dengan ditetapkan oleh standar upah minimum Sumatera Utara (UMP) yang pemerintah Sumatera Utara. Karyawan menerima upah/penghasilan perbulan terdiri dari gaji pokok, kerajinan, tunjangan masa kerja. Gaji karyawan diberikan berdasarkan posisi kerja sebagai berikut : Gaji/upah karyawan tetap: Gaji pokok Rp.860.000 + kerajinan Rp.80.000 + tunjangan masa kerja Rp.40.000 jadi total gaji karyawan tetap Rp. 980.000/bulan. Sedangkan upah karyawan tidak tetap dihitung berdasarkan jumlah hari kerja Rp. 30.000/hari - 5 hari libur/bulan (30 hari - 5 hari = 25) berarti 25 x 30.000 = Rp.750.000/bulan.Tunjangan lain yang diberikan perusahaan kepada karyawan yaitu apabila karyawan sakit maka perusahaan akan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 memberikan uang berobat, dan fasilitas perumahan diberikan kepada karyawan secara gratis yang dibagun didalam areal perusahaan. Karyawan PT.Allegrindo berasal dari Desa Urung Panei yaitu masyarakat sekitar perusahaan dan luar daerah yaitu Kecamatan Dolok Pardamean. Data secara tertulis untuk mengetahui asal karyawan tidak ada di perusahaan, data asal karyawan diperoleh dari hasil wawancara dari beberapa informan dan observasi dari lapangan sebagai berikut. Pernyataan ini ditunjukkan dari hasil wawancara dengan T.G (lk, 26 thn, staf) mengatakan bahwa: Pihak perusahaan masih mengutamakan karyawan yang bekerja di peternakan adalah putra daerah khususnya masyarakat Urung Panei, adapun dari luar daerah seperti Kecamatan Dolok Pardamean. Sebagian besar penduduk disekitar perusahaan tersebut bekerja sebagai karyawan/buruh harian, satpam, dan satu dua orang yang memiliki pendidikan setingkat sarjana bekerja sebagai pengawai administrasi (Wawancara,Oktober 2008) Hal ini sejalan dengan pernyataan J.S (lk,48 thn, staf) yang merupakan penduduk setempat sebagai berikut : Karyawan yang bekerja diperusahaan yang memang benar-benar penduduk asli desa ini dibagian administrasi ada 4 orang, dan kepala bagian hanya saya sendiri selebihnya berasal dari luar daerah, tapi karyawan lepas banyak yang berasal dari desa ini (Wawancara,Oktober 2008) Sejalan dengan hasil wawancara J.G (lk,38 thn) seorang karyawan tetap mengatakan bahwa : Setahu saya perusahaan merekrut karyawan dari masyarakat setempat dan penduduk pendatang atau bisa dikatakan 50% karyawan setempat dan 50% lagi merupakan penduduk pendatang (Wawancara,Oktober2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara L.P (lk,42 thn) seorang karyawan tidak tetap mengatakan bahwa : Awal mula beroperasinya perusahaan ini, bisa dikatakan setiap kepala keluarga dan anak lajang di desa ini merupakan karyawan di perusahaan (Wawancara,Oktober 2008) Penduduk Desa Urung Panei memilih bekerja menjadi karyawan di perusahaan karena bertani menurut mereka sudah semakin sulit dan berbiaya mahal, tanah kerontang di musim kemarau. Dimusim hujan, tanaman cepat rusak diserang hama. Harga jual hasil-hasil pertanian tidak menentu. Harga hasil panen sepenuhnya dikendalikan oleh keiginan pasar. Harga pupuk dan obat-obatan terus mengalami peningkatan. Hal ini merupakan hasil wawancara L.P (lk,42 thn) seorang karyawan tidak tetap yang mengatakan bahwa : Bekerja diperusahaan karena modal untuk bertani tidak mencukupi dan seringnya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan untuk bertani. Bekerja diperusahaan mendapatkan upah setiap bulanya (Wawancara, Oktober 2008) Interaksi sosial sesama karyawan biasanya terjadi pada waktu bekerja dan saat istirahat berlangsung. Berdasarkan observasi yang diperoleh pada jam istirahat mereka mempergunakan waktu untuk melakukan aktivitas lain, seperti yang dilakukan oleh R. Purba (lk,31thn) seorang karyawan di perusahaan yang bekerja di bagian gudang, mempergunakan waktu jam istirahat dengan melakukan pekerjaan lain yaitu menarik becak. Sedangkan karyawan yang lain mempergunakan jam istirahat dengan bermain bola bilyard, minum di warung kopi dan warung tuak. Untuk mempererat hubungan karyawan, seperti yang dituturkan oleh H. Sinaga salah satu karyawan perusahaan tersebut biasanya melakukan kegiatan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 arisan yang biasa disebut arisan saroha (satu nasib) dimana anggotanya adalah karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Durkheim (Doyle, 1994 : 189) mengatakan hubungan tersebut adalah solidaritas mekanik, dimana dengan pembagian kerja yang sangat berkembang serta pola-pola saling ketergantungan yang kompleks, integrasi mungkin dirusak oleh koordinasi yang tidak memadai lagi antara orang-orang yang memiliki spesialisasi yang tinggi yang kegiatannya tidak dapat dihubungkan menjadi satu. Dengan heterogenitas organik, berkembang dari pembagian kerja yang tinggi, ikatan bersama yang mempersatukan anggota masyarakat menjadi kendor. Individu mulai mengindentifikasikan dirinya dengan kelompok yang lebih terbatas yang terdapat dalam masyarakat, seperti kelompok pekerja. Sama halnya dengan karyawan perusahaan yang mempunyai spesialisasi kerja maka untuk mempersatukan ikatan sosial mereka maka karyawan membentuk kelompok pekerja disebut dengan Arisan Saroha. Kegiatan arisan ini dilakukan 1 kali dalam seminggu secara bergilir yaitu setiap minggu sore. Jumlah anggota arisan ini kira-kira 50 orang sedangkan jumlah setoran arisan setiap minggunya sebesar Rp. 20.000, sehingga jumlah uang yang terkumpul setiap pertemuan sebesar Rp.1000.000. Anggota yang berhak mendapatkan uang tersebut sebanyak 3 orang yang diperoleh dengan cara membuat kertas undian dari kertas- kertas kecil yang telah diberi nomor dan bagi siapa yang mendapatkan kertas undian yang diberi nomor khusus maka merekalah yang mendapatkan uang tersebut dan demikianlah seterusnya secara bergantian. Hubungan kerja sama yang dibentuk oleh sesama karyawan bisa dikatakan baik Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 karena dengan adanya acara arisan tersebut dapat mempererat hubungan silaturahmi sesama mereka. Dari hasil wawancara dengan M.M (lk, 29 thn) seorang karyawan tetap perusahaan menuturkan bahwa: Setiap ada kegiatan arisan, saya selalu datang sebab diadakan pada hari minggu sore. Kegunaan perkumpulan itu dapat bertemu dengan tetangga yang bekerja diperusahaan.Kalau tidak ikut tidak seperti umumnya masyarakat setempat (Wawancara, Oktober 2008) Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan L. P (lk,42 thn) seorang karyawan tidak tetap perusahaan mengatakan bahwa Arisan karyawan ini sering saya ikuti. Melalui arisan inilah saya lebih mengenal karyawan yang lain, karena arisan ini tidak hanya diikuti oleh karyawan yang berasal dari Urung Panei ini saja, tetapi juga karyawan yang berasal dari luar daerah (Wawancara, Oktober 2008) 4.2. Karakteristik Responden Hasil temuan data dari 50 angket yang telah disebarkan kepada responden, ada tiga kriteria responden yang ditemukan yaitu : 1. Sebanyak 14 orang adalah karyawan tetap yang bekerja dibagian administrasi yang terdiri dari 4 bagian yaitu administrasi kantor, administrasi lapangan, administrasi perbekalan dan administrasi populasi ternak. 2. Sebanyak 29 orang adalah karyawan tidak tetap yang bekerja sebagai pemelihara ternak, yang biasanya bekerja memberi makan ternak, membersihkan kandang ternak, memandikan ternak, menyuntik ternak, mengangkut ternak untuk dijual, supir langsir dilokasi perusahaan, bagian limbah (IPAL) dan langsir pakan ternak dari gudang ke lapangan. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3. Sebanyak 7 orang adalah bukan karyawan perusahaan yaitu responden yang bekerja sebagai petani, wiraswasta, pedagang dan kuli bangunan. 4.2.1. Usia Responden Seluruh responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bekerja dan yang tidak bekerja di perusahaan. Pememilihan responden ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat, sebab kepala keluarga yang bekerja dan tidak bekerja diperusahaan telah memiliki tanggung jawab kepada keluarga, sehingga secara langsung memahami apa yang sebenarnya terjadi pada proses integrasi sosial antara karyawan dan masyarakat di Desa Urung Panei dengan adanya PT.Allegrindo.Dari sebaran angket diperoleh data kelompok usia responden 21-30 tahun berjumlah 48 % (24 orang), dan responden yang berada pada usia 31-40 tahun berjumlah 26 % (13 orang), sedangkan responden yang berada pada usia 41-50 tahun berjumlah 26 % (13 orang), sebagaimana di paparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 7 Status Responden Dan Usia Responden Status Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total 21-30 thn n f 8 16% 15 30% 1 2% 24 48% Usia 31-40 thn n f 4 8% 5 10% 4 8% 13 26% 41-50 thn n f 2 4% 9 18% 2 4% 13 26% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket, April, 2008 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, usia responden 21-30 tahun 48 % (24 orang), sebanyak 30 % (15 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 16 % (8 orang) merupakan karyawan tetap, 2 % (1 orang) bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) responden usia 31-40 tahun, sebanyak 10 % (5 orang) merupakan karyawan tidak Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tetap, 8 % (4 orang) merupakan karyawan tetap, 8 % (4 orang) bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) responden usia 41-50 tahun, sebanyak 18 % (9 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tetap, 4 % (2 orang) bukan karyawan. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa usia responden yang paling banyak bekerja di perusahaan adalah usia 21-30 tahun yaitu sebagai karyawan tidak tetap. 4.2.2. Pendidikan Responden Berdasarkan data angket yang disebarkan kepada 50 responden dapat diketahui responden paling banyak memiliki tingkat pendidikan SLTA. Pada tabel 4. 8 berikut ini, sebanyak 74 % (36 orang) memiliki tingkat pendidikan SLTA, 22 % (11 orang) responden memiliki tingkat pendidikan SLTP, 4 % (2 orang) memiliki tingkat pendidikan SD. Tabel 4. 8 Status Responden Dan Tingkat Pendidikan Responden Status Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total SD n 1 1 2 f 2% 2% 4% Pendidikan SLTP n f 7 14% 4 8% 11 22% Total SLTA n 14 21 2 36 f 28% 42% 4% 74% N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Dari tabel tabel 4. 8 diatas, dapat diketahui bahwa responden paling banyak memiliki tingkat pendidikan SLTA, yaitu dari 74 % (36 orang), sebanyak 42 % (21 orang) diantaranya merupakan karyawan tidak tetap, sedangkan 28 % (14 orang) lainnya merupakan karyawan tetap, dan 4 % (2 orang) lagi bukan karyawan. Dari 22 % (11 orang) responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTP, sebanyak 14 % (7 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 8 % (4 orang) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 bukan karyawan. Dari 4 % (2 orang) responden yang memiliki tingkat pendidikan SD, sebanyak 2 % (1 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 2 % (1 orang) bukan karyawan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan SLTA seluruhnya adalah karyawan tetap, sedangkan tingkat pendidikan karyawan tidak tetap dan bukan karyawan bervariasi yaitu tamat SD, SLTP dan SLTA. 4.2.3. Agama Responden Menurut Durkheim (Soekanto, 2006 : 351) agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan halhal suci. Agama merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Agama yang dianut masyarakat Urung Panei mayoritas beragama Kristen Protestan. Hal ini terlihat dari 2 bagunan tempat ibadah yaitu Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), sedangkan bangunan tempat ibadah untuk agama lain seperti agama Islam dan Katolik, tidak ditemukan di daerah tersebut. Berdasarkan data yang ada responden lebih banyak beragama kristen 96% (48 orang). Dimana kristen protestan sebanyak 92% (46 orang) dan diikuti 4% (2 orang) beragama katolik, sedangkan 4% (2 orang) beragama Islam sebagaimana yang dipaparkan pada tabel 4.9 dibawah ini. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4. 9 Status Responden Dan Agama Responden Status Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total n 2 2 Islam f 4% 4% Agama Protestan n f 12 24% 27 54% 7 14% 46 92% Total Katolik n f 2 4% 2 4% N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angke Aprilt, 2008 Sebagaimana diuraikan pada tabel 4. 9 diatas, dapat diketahui bahwa dari 92 % (46 orang) responden beragama Protestan, sebanyak 54 % (27 orang) karyawan tidak tetap, 24 % (12 orang) merupakan karyawan tetap dan 14 % (7 orang) merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 4 % (2 orang) responden yang beragama Katolik, seluruhnya karyawan tidak tetap. Dari 4 % (2 orang) responden seluruhnya merupakan karyawan tetap. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa agama yang dinyakini oleh masyarakat Urung Panei adalah agama Kristen Protestan. Dengan demikian melalui media agama tersebut interaksi sosial antara karyawan dan bukan karyawan dapat terjadi. 4.2.4. Penghasilan/Pendapatan Responden Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti: sewa, bunga dan deviden. Berdasarkan data angket dapat dilihat pendapatan responden paling banyak >Rp.1000.000. Pada tabel 4. 10 berikut ini sebanyak 54% (27 orang) memiliki penghasilan tiap bulan >Rp.1000.000, 26% (13 orang) memiliki penghasilan tiap bulan Rp.600.000 – Rp.1000.000, 20% (10 orang) memiliki penghasilan tiap bulan <Rp.600.000. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.10 Status Responden Dan Penghasilan/Pendapatan Responden Status Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Penghasilan/Pendapatan Tiap Bulan < Rp.600rb Rp.600rb> Rp.1jt Rp.1 jt n 10 10 f 20% 20% n 8 5 13 f 16% 10% 26% n 14 11 2 27 f 28% 22% 4% 54% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Berdasarkan data tabel 4. 10 diatas, dapat diketahui bahwa 54 % (21 orang) berpendapatan >Rp.1000.000, sebanyak 28 % (14 orang) merupakan karyawan tetap, 22 % (11 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 4 % (2 orang) bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) karyawan berpendapatan Rp.600.000Rp.1000.000, sebanyak 16 % (8 orang) merupakan responden yang bukan karyawan, 10 % (5 orang) merupakan karyawan tidak tetap. Dari 20 % (10 orang) responden yang mempunyai tingkat pendapatan <Rp.600.000 merupakan karyawan tidak tetap. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa penghasilan/pendapatan responden yang bekerja sebagai karyawan tetap dan tidak tetap, bukan karyawan ternyata ada yang mendapat penghasilan >Rp.1000.000 sebanyak 54 % (27 orang). Ini menunjukkan perbedaan ekonomi tidak membawa pengaruh besar terhadap status pekerjaan masyarakat terutama bagi masyarakat yang bekerja di perusahaan. Perbedaan pendapatan dapat membuat adanya hambatan individu berinteraksi dalam masyarakat. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 4.3. Gambaran Informan 1. J. Saragih J. Saragih adalah seorang karyawan di PT. Allegrindo sebagai kepala bagian umum (kabag umum), ia dilahirkan pada tahun 1959 dan sekarang beliau berusia 48 tahun. J. Saragih yang berpostur tubuh tinggi besar ini merupakan pria yang bersuku Simalungun. J. Saragih telah memiliki istri berusia 45 tahun dan memiliki 4 orang anak, 2 orang laki-laki dan dua orang anak perempuan. J.Saragih tinggal di kawasan PT. Allegrindo yaitu berada tepat di tepi jalan raya. Rumah itu sudah menjadi miliknya sendiri. J.Saragih tinggal menetap di Desa Urung Panei sejak tahun 1994, sebelumnya tinggal di Jakarta. J.Saragih adalah penduduk asli Desa Urung Panei kemudian setelah tamat SMU merantau ke Jakarta dan tinggal menetap di Jakarta. Pada tahun 1994 keluarga J.Saragih kembali ke Desa Urung Panei karena menurutnya tinggal di Jakarta tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Sejak kembali kekampung halaman tidak langsung bekerja di perusahaan tetapi selama 5 tahun bekerja sebagai petani. Pada tahun 1999 J. Saragih melamar pekerjaan ke PT. Allegrindo sebagai supir perusahaan. Berkat ketekunan dan kerajinan J.Saragih kemudian diangkat sebagai pegawai tetap yaitu sebagai kepala bagian di perusahaan. Pendapatan yang diterima oleh J. Saragih sebesar Rp. 1500.000/bulan. J.Saragih tetap mengusahakan pertanian yang di kelola oleh istrinya. Bila ada waktu libur J.Saragih akan membantu istrinya keladang. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2. J. Girsang J.Girsang merupakan salah satu karyawan tetap di perusahaan di bagian Humas di perusahaan Allegrindo, beliau berusia 38 tahun. Pendidikan terakhir J. Girsang hanya tamatan SMU. J.Girsang yang sangat kental logat simalungunnya telah menikah dan mempunyai 5 orang anak yaitu laki-laki 3 orang dan 2 orang perempuan. J.Girsang ini sudah lama tinggal di desa Urung Panei sejak lahir. Sebelum bekerja diperusahaan, ia bekerja sebagai petani, tetapi karena modal untuk bertani tidak cukup, kemudian ia bekerja di perusahaan. Pada tahun 2000 J.Girsang bekerja sebagai karyawan tidak tetap, tetapi karena berkat ketekunan dan kerajinanya perusahaan kemudian menggangkatnya menjadi karyawan tetap (humas). Pendapatan yang di peroleh setiap bulannya adalah Rp. 900.000/bulan. J. Girsang tetap mengusahakan pertanian yang dikelola istri. Bila ada libur kerja baru bisa membantu istri keladang. 3. M. Marpaung M.Marpaung merupakan seorang pria yang bekerja di perusahaan sebagai operator lapangan, beliau sudah berusia 29 tahun. M.Marpaung ini merupakan pria yang bersuku Batak Toba, telah menikah dengan istrinya yang berasal dari desa Urung Panei, dengan 2 orang anak laki-laki. M.Marpaung tinggal di desa Urung Panei sejak tahun 2003 (5 tahun) yaitu sejak bekerja di perusahaan Allegrindo tersebut. M.Marpaung pertama bekerja di perusahaan sejak berusia 24 tahun, masih lajang (belum menikah). Pendidikan terakhir hanya sampai pada tingkat SMK. M. Marpaung awalnya mengetahui adanya pekerjaan di perusahaan dari salah satu temanya kebetulan bekerja di perusahaan. Sekarang M.Marpaung Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 telah tinggal menetap di desa Urung Panei dan telah mempunyai rumah sendiri. Pendapatan yang diperoleh Rp. 900.000/bulan. Tetap mengusahakan pertanian yang biasanya diusahakan istri, jika ada waktu libur kerja baru membantu istri keladang. 4. L. Purba L.Purba adalah seorang karyawan di perusahaan yaitu sebagai karyawan tidak tetap, beliau telah berusia 32 tahun. L. Purba telah menikah dan mempunyai 5 orang anak yaitu 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Bekerja di perusahaan sejak tahun 2004 (4 tahun). Pendidikan yang terakhir L.Purba adalah tamat SMU dan tinggal disekitar lokasi perusahaan. Lama tinggal di desa Urung Panei selama 32 tahun atau sejak lahir. Sebelum bekerja di perusahaan L.Purba bekerja sebagai petani namun, karena hasil pertanian tidak memuaskan (tomat yang saya tanam diserang hama virus). Pada tahun 2004 saya melamar pekerjaan ke perusahaan karena tertarik melihat teman-teman saya banyak yang bekerja di perusahaan. Pendapatan yang L. Purba peroleh Rp.750.000/bulan. Tetap mengusahakan pertanian tetapi dikerjakan oleh istrinya, jika ada libur membantu istri keladang. 5. H. Sinaga H. Sinaga adalah merupakan karyawan tidak tetap PT. Allegrindo yang lahir pada tahun 1972 di P. Siantar dan sekarang beliau berusia 36 tahun. H. Sinaga mulai bekerja di perusahaan sejak tahun 2000 (8 tahun). Jejang pendidikan terakhir tamat SMU, H. Sinaga tinggal di desa Urung Panei 8 tahun sejak tahun Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2000. H. Sinaga merupakan masyarakat pendatang di Desa Urung Panei yaitu berasal dari P. Siantar. H. Sinaga telah berkeluarga dan memiliki 3 orang anak, 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Pendapatan yang di peroleh Rp. 750.000 per bulan. Tetap mengusahakan pertanian, tetapi dikerjakan oleh istri. Jika ada libur baru bekerja keladang. 6. A. Sipayung A.Sipayung berusia 33 tahun, bekerja sebagai petani. Sejak lahir tinggal di desa Urung Panei. Telah berkeluarga dan mempunyai 3 orang anak. Pendidikan terakhir A. Sipayung tamat SMU. Pendapatan yang di peroleh Rp. 600.000/bulan. A.Sipayung pernah bekerja di perusahaan selama 3 tahun yaitu pada tahun 20032005 namun, karena beliau sakit dan berhenti bekerja dari perusahaan. Sekarang A. Sipayung hanya bekerja bertani. 7. J. M. Purba J.M.Purba berusia 44 tahun berasal dari P.Raya. Lama tinggal di desa Urung Panei 8 tahun sejak tahun 2000. J.M.Purba bekerja di perusahaan sejak masih lajang yaitu selama 5 tahun. Tahun 2002 menikah, dengan istrinya yang berasal dari daerah tersebut. Istri J.M.Purba merupakan salah satu karyawan staf administrasi di perusahaan. Pada tahun 2005 J.M.Purba berhenti bekerja dari perusahaan dan membuka warung makan di dekat perusahaan. Pendapatan yang diperoleh menurut J.M.Purba sebesar Rp.1000.000/bulan. Menurut J.M.Purba penghasilan dari warung makan cukup lumayan. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 8. J. Saragih J.Saragih merupakan Kepala Desa di Kelurahan Tiga Runggu, Kec, Purba, Kab. Simalungun. Berusia 48 tahun, telah 5 tahun sebagai Lurah di Tiga Runggu sejak tahun 2004. Bertempat tinggal di Desa Urung Panei. Telah menikah dan mempunyai 5 orang anak. Jenjang pendidikan terakhir tamat SMU. Pendapatan yang diperoleh bapak J.Saragih Rp.1500.000/bulan. 9. L. Damanik L. Damanik yang lahir pada tahun 1937 dan sekarang dia sudah berusia 71 tahun. Telah menikah dan mempunyai 10 orang anak. L. Damanik sebagai keturunan dan pungka huta dikenal sebagai tuan Urung Panei ataupun Sipungka Huta (pembuka kampung) yang tinggal di desa Urung Panei karena lahir dari daerah ini, yang beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah SPG dan untuk kegiatan sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani setelah dia pensiun sebagai guru dari sekolah dasar. Penghasilan yang diperoleh Rp.500.000 per bulan. L.Damanik di pilih sebagai informan karena mengetahui sejarah dan perkembangan desa Urung Panei. 4.4. Gambaran Proses Interaksi Sosial 4.4.1. Interaksi Perusahaan Dan Masyarakat PT.Allegrindo sebagai lembaga ekonomi kehadirannya masih tergolong baru oleh karena itu, PT.Allegrindo masih harus berusaha untuk bisa diterima dan eksis di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu PT. Allegrindo sebagai lembaga ekonomi harus bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa dengan kehadirannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, terutama dengan merekrut masyarakat Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 sekitar sebagai tenaga kerja di perusahaan. Sesuai dengan fungsi adaptasi, perusahaan harus dapat mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar agar masyarakat dapat menerima perusahaan sebagai lapangan kerja baru. Selain itu perusahaan sebagai lembaga ekonomi juga harus mampu mengadaptasikan diri tidak hanya untuk memperoleh keuntungan belaka tetapi juga meperhatikan pengaruh yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Aminuddin (Aminuddin, 2000 : 38) penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu diantaranya : 1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Menyalurkan ketenangan sosial 3. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial 4. Bertahan hidup Untuk mencapai tujuan tersebut sehingga PT.Allegrindo melakukan adaptasi dengan memberikan batuan terhadap masyarakat sekitar sebagai berikut : 1. Pembagian Keuntungan Kepada Masyarakat Melalui Program Community Developmet (CD) a. Pengelolaan Limbah Menjadi Pupuk Cair dan Kompos Limbah indentik dengan penyakit yang menakutkan, sehingga perusahaan melengkapi Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL), sehingga air limbah aman dari berbagai bakteri. PT. Allegrindo selain menghasilkan ternak juga mengelola limbah menjadi pupuk yang dapat digunakan masyarakat petani untuk menyuburkan tanaman mereka. Dari 250 ton limbah yang dihasilkan perhari diolah menjadi pupuk cair dan kompos yang digunakan oleh karyawan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani dan penduduk disekitar perusahaan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tersebut untuk bercocok tanam. Dengan adanya limbah ini akan lebih menghemat petani dalam membeli pupuk kompos sebab pupuk kompos (kotoran ayam) jauh lebih mahal dari pada kompos limbah perusahaan. Adapun olahan limbah itu digunakan dalam bercocok tanam seperti : cabe, tomat, sayur, kopi dan sebagainya dan hasilnya tidak jauh beda dengan menggunakan kompos yang lainnya (kotoran ayam). Olahan limbah perusahaan ada 2 jenis ada yang bersifat cair dan ada yang sudah kering. Khusus yang kering masyarakat mengangkut langsung dari perusahaan melalui badan pengembangan pertanian, sedangkan yang masih cair pada umumnya mereka tidak menjualnya tetapi hanya memberikannya secara cuma-cuma kepada masyarakat sekitar. Sebagian masyarakat yang telah diberikan limbah cair yang gratis untuk meningkatkan pendapatanya dengan mengeringkan limbah cair yang gratis tersebut kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat yang membutuhkanya.Umumnya orang yang membeli olahan tersebut adalah masyarakat yang mempunyai lahan pertanian yang sangat jauh dari desa Urung Panei. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.S (lk,48 thn,staf) mengatakan bahwa : Kompos diberikan gratis untuk masyarakat urung Panei, kompos diberikan kepada masyarakat sesuai dengan permintaan masyarakat yang membutuhkan kompos tersebut.Dengan bantuan tersebut meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya penghasilan masyarakat petani (Wawancara Oktober, 2008) Perusahaan memberikan bantuan kepada masyarakat melalui pemberian kompos secara gratis kepada masyarakat sekitar yang dapat meningkatkan pendapatan. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dengan A.S (lk,33 thn) yang bermata pencaharian sebagai petani menuturkan bahwa : Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Kompos diberikan perusahaan secara gratis. Bantuan ini saya pergunakan untuk tanaman kopi, sekarang tanaman kopi saya subur karena saya sering memesan kompos dari perusahaan (Wawancara Oktober,2008) b. Tenaga Kerja Pihak perusahaan merekrut tenaga kerja sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar (mengutamakan putra daerah) yaitu penduduk Desa Urung Panei, dan luar daerah Kecamatan Dolok Pardamean. Perusahaan telah mempekerjakan 329 karyawan yang terdiri dari : karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.G (lk,38 thn) merupakan karyawan tetap perusahaan yang mengatakan bahwa : Setahu saya perusahaan merekrut karyawan dari masyarakat setempat dan penduduk pendatang atau bisa dikatakan 50 % karyawan setempat dan 50 % lagi merupakan penduduk pendatang (Wawancara Oktober,2008) c. Sosial Keagamaan Dan Pendidikan Pihak PT.Allegrindo memberikan bantuan dalam pembangunan gedung gereja GKPS yang ada di Desa Urung Panei. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, gedung gereja tersebut dibangun dengan biaya berkisar 1 milyar rupiah. Selain itu, perusahaan juga memberikan bantuan kepada masyarakat khususnya pada hari-hari besar keagamaan seperti natal dan tahun baru yaitu memberikan sumbangan daging melalui gereja secara gratis kepada masyarakat. Bagi murid yang berprestasi juara 1,2,3 diberikan perusahaan beasiswa Rp.100.000/semester dan alat-alat perlengkapan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.S (lk,48 thn, staf) mengatakan bahwa : Gereja di desa ini dibagun perusahaan. Setiap natal dan tahun baru di berikan sumbangan daging kepada masyarakat melalui gereja, Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 bagi murid SD yang berperstasi diberikan beasiswa dan bantuan berupa alat perlengkapan sekolah setiap semester (Wawancara Oktober,2008) d. Pembagunan Bak-Bak Penampungan Air di Depan Rumah-Rumah Penduduk PT.Allegrindo memberikan fasilitas bagi masyarakat yaitu bak penampungan air di depan rumah-rumah penduduk dengan memasang pipa dari sumber air gunung Simarjarungjung namun, sekarang tidak bertahan sebab pipa saluran sudah dipotong oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun pihak perusahaan memperbaikinya lagi namun pengrusakan (pemotongan pipa) tetap terjadi dan hinggga pada akhirnya bak-bak penampungan tidak digunakan lagi. 4.4.1.1. Bidang Bantuan Perusahaan Terhadap Masyarakat Bidang bantuan yang diberikan perusahaan kepada masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Bidang Ekonomi: Perusahaan memberikan pembagian keuntungan bagi masyarakat melalui pembagian pupuk hasil olahan limbah bagi masyarakat, perusahaan merekrut masyarakat sebagai karyawan di perusahaan. 2. Bidang pendidikan: bagi siswa yang berpretasi juara 1,2,3 akan diberikan beasiswa setiap bulan sebesar Rp. 100.00 per bulan dan perlengkapan alat-alat sekolah setiap semester. 3. Bidang sosial budaya yaitu pembangunan tempat ibadah yaitu Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), dan pembangunan tempat penampungan air di depan rumah penduduk. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Bidang batuan perusahaan terhadap masyarakat dapat dilihat berdasarkan data yang disebarkan kepada 50 responden yang menunjukkan bahwa responden yang mengatakan bantuan yang diterima bidang ekonomi berjumlah 52 % (26 orang), bidang sosial budaya 38 % (19 orang), bidang pendidikan 10 % (5 orang), sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.11 dibawah ini Tabel 4. 11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Bantuan Yang Diberikan Perusahaan Kepada Masyarakat Responden Karyawan Tetap Karyawan TidakTetap Masyarakat/Bukan Karyawan Total Sumber :Hasil Angket, April 2008 Bidang Bantuan Perusahaan Sosial Ekonomi Pendidikan Budaya n f n f n f 7 14% 3 6% 4 8% 15 30% 1 2% 13 26% 4 8% 1 2% 2 4% 26 52% 5 10% 19 38% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 4% 100% Sebagaimana di paparkan pada tabel 4.11 dari 52 % (26 orang) responden yang mengatakan bantuan perusahaan bidang ekonomi, sebanyak 30% (15 orang) merupakan karyawan tetap, 14 % (7 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 8 % (4 orang) merupakan masyarakat yang bukan karyawan. Dari 38 % (19 orang) mengatakan bantuan perusahaan bidang sosial budaya, sebanyak 26 % (13 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 8 % (4 orang) merupakan karyawan tetap, 4 % (2 orang) merupakan masyarakat yang bukan karyawan. Dari 10 % (5 orang) yang mengatakan bantuan perusahaan bidang pendidikan 6 % (3 orang) merupakan karyawan tetap, 2 % (1 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 2 % (1 orang) merupakan masyarakat yang bukan karyawan. Berdasarkan data tabel dapat disimpulkan bahwa, diantara seluruh bidang bantuan perusahaan, bidang ekonomi lebih banyak diperoleh karyawan terutama karyawan tidak tetap. Perbedaan bantuan yang diterima tersebut karena karyawan tidak tetap mempunyai pekerjaan sampingan yaitu bertani, selain itu karyawan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dapat mempergunakan kompos dari perusahaan untuk pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.S (lk, 48 thn) yang bekerja sebagai kabang umum perusahaan menuturkan bahwa Kompos diberikan gratis untuk masyarakat Urung Panei, kompos diberikan kepada masyarakat sesuai dengan permintaan masyarakat yang membutuhkan kompos tersebut. Dengan bantuan tersebut meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya penghasilan masyarakat petani (Wawacara Oktober 2008) Perusahaan memberikan bantuan kepada masyarakat melalui pemberian kompos secara gratis kepada masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dengan J.G (lk, 38 thn) yang bekerja sebagai karyawan tetap menuturkan bahwa Kompos diberikan perusahaan kepada msyarakat yang memesan. Bagi kami yang lebih terasa kehadiran perusahaan kami dapat bekerja diperusahaan dan menerima gaji setiap bulan (wawancara Oktober 2008) Perusahaan tidak hanya memberikan kompos kepada masyarakat, tetapi perusahaan juga membagun gereja yang ada desa tersebut dan memberikan diskon terhadap harga ternak yang dibeli oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan L.P (lk, 42 thn) yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap menuturkan bahwa Perusahaan membagun gereja, tenaga kerja di perusahaan direkrut dari desa ini. Kalau ada masyarakat yang berpesta diberikan diskon 30 % dari harga ternak, gereja dibagun, bak penampungan air dibagun didepan rumah penduduk (Wawancara Oktober 2008) Bantuan yang diberikan perusahaan berupa kompos juga meningkatkan pendapatan masyarakat yang bukan karyawan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan A.S (lk,33 thn) yang bekerja sebagai petani menuturkan bahwa Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Kompos diberikan secara gratis, gereja di bangun. Seperti saya bantuan yang saya terima kompos yang saya pergunakan untuk tanaman kopi, sekarang tanaman kopi saya subur karena saya sering memesan kompos dari perusahaan (Wawancara Oktober 2008) Dari kutipan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan untuk mempererat hubungan dengan masyarakat yaitu melalui pemberian bantuan berupa kompos hasil olahan limbah secara gratis, setiap natal dan tahun baru perusahaan memberikan daging melalui gereja kepada masyarakat, harga ternak diberikan diskon sebesar 30 % bagi masyarakat sekitar, beasiswa bagi murid SD yang berprestasi. Bantuan yang diberikan perusahaan merupakan proses integrasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat. 4.4.2. Interaksi Sosial Karyawan Dan Masyarakat 4.4.2.1. Media Interaksi Masyarakat Urung Panei adalah mayoritas suku Simalungun. Simalungun sebagai sebuah suku yang memiliki budaya tersendiri dalam menata kehidupan masyarakatnya. Proses adaptasi yang dilakukan karyawan dan masyarakat yaitu melalui dalihan natolu yaitu pemilikan persamaan, yang dalam bahasa Simalungunnya disebut tolu sahundulan yang berarti tondong, sanina dan boru. Proses adaptasi juga dilakukan oleh karyawan dan masyarakat melalui tarombo (martarombo : asal usul keluarga dan marga). Kegiatan ini pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat pendatang dalam mendekatkan diri dengan masyarakat sekitar. Kehidupan masyarakat Simalungun yang dilandasi sebuah tata nilai yang terimplementasi dalam pandangan hidup Simalungun. Tata nilai ini kemudian Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 dijadikan pedoman masyarakat Simalungun dalam bergaul dengan sesama mereka dan kelompok luar mereka. Pandangan Simalungun yang dapat dijumpai pada pustaka-pustaka peninggalan leluhur Simalungun yang sampai sekarang menjadi pedoman hidup Simalungun adalah Habonaron Do Bona, yang artinya kebenaran adalah unsur segalanya bagi kehidupan dalam sebuah tulisannya menceritakan bahwa Falsafah Habonaron Do Bona ini merupakan pedoman bagi masyarakat Simalungun untuk bertindak dalam setiap gerak langkah kehidupan mereka, baik itu dalam sisi mata pencaharian, bergaul, berkeluarga dan bermasyarakat. Penghayatan dan praktek langsung petuah ini telah dibuktikan oleh orang-orang Simalungun secara turun-temurun yang harus menghindari segala hal-hal yang bersifat penipuan, pencurian dan lain sebagainnya yang menyangkut hidup bersama (bermasyarakat). Secara ringkas Habonaron do bona diungkapkan sebagai semua perbuatan harus didasari kejujuran, keadilan, tidak berat sebelah, saling memberi satu sama lain agar tercipta keindahan yang murni (Pepeng, 2007). Habonaron Do Bona bagi masyarakat Simalungun bukan saja menjadi pedoman untuk mengatur tatanan sosial Simalungun tetapi, pengamalan nilai ini juga berkembang dalam kehidupan bermasyarakat dengan suku bangsa yang beraneka ragam. Kemampuan untuk hidup dan bersama dengan masyarakat yang lainnya menunjukkan sifat keterbukaan suku Simalungun terhadap dunia luar (Pepeng, 2007) Dalam bermasyarakat suku Simalungun selalu didasarkan atas prinsip Habonaron Do Bona atau kejujuran, sedangkan masyarakat pendatang harus menyesuaikan diri dengan prinsip Habonaron Do Bona agar masyarakat Urung Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Panei bisa menerima kehadiran mereka didaerah tersebut dan masyarakat juga harus menghormati adat istiadat masyarakat Urung Panei. Hal ini seiring dengan pendapat Aminuddin (Aminuddin, 2000) yang menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan tertentu, salah satunya adalah untuk mempertahankan kelompok agar tidak mengarah kepada konflik. Manusia sebagai makluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia harus hidup berdampingan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Sehubungan dengan hal ini manusia membentuk perkumpulan atau organisasi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini penduduk Urung Panei juga membentuk perkumpulan atau organisasi sosial seperti : Serikat tolong Menolong (STM), arisan saroha atau satu perusahaan PT. Allegrindo dan kegiatan keagamaan. Perkumpulan ini tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat Urung Panei, tetapi terbuka untuk masyarakat didaerah itu (tidak tertutup). Perkumpulan ini terbentuk atas dasar kesamaan kebutuhan dan tempat tinggal. Serikat Tolong Menolong (STM) yang dibentuk masyarakat Urung Panei ini anggotanya tidak hanya masyarakat tetapi juga karyawan bekerja di perusahaan. Perkumpulan ini bersifat non formal dan tidak mempunyai aturan dan peraturan secara tertulis. Musyawarah dan mufakat merupakan dasar utamanya. Organisasi ini tidak merupakan kegiatan secara rutinitas walaupun dari segi strukturnya tidak jauh berbeda dengan organisasi yang formal mempunyai pengurus (ketua, bendahara dan sektretaris), dan anggota. Aktivitas perkumpulan dalam bidang STM yaitu apabila salah seorang anggota keluarga mengalami musibah seperti meninggal dunia, musibah Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 kebakaran acara pernikahan, memasuki rumah baru dan lain sebagainnya maka STM turut berperan serta dengan membantu meringankan beban si penderita. Adapun Hal yang dilakukan adalah mengumpulkan sumbangan minimal RP. 10.000 setiap kepala keluarga disamping itu juga menyumbangkan beras dan kebutuhan lain yang dibutuhkan. Sumbangan tersebut turut serta mempercepat proses terjadinya integrasi antara karyawan dengan masyarakat, yang juga samasama anggota STM. Organisasi sosial lainnya yaitu kegiatan keagamaan, dalam hal ini anggotanya adalah masyarakat yang beragama kristen, baik karyawan perusahaan maupun bukan karyawan. Kegiatan ini dilakukan 1 kali seminggu yaitu setiap hari rabu secara bergilir di rumah penduduk, sedangkan kegiatan arisan yang ada hanya diikuti oleh karyawan yang bekerja di perusahaan karena kegiatan ini didasarkan pada rasa senasib dan sepenaggungan bekerja di perusahaan. Sejalan dengan hal diatas, media kegiatan ini dibedakan sesuai dengan jenisnya, meliputi dalam bentuk Arisan, Serikat Tolong Menolong (STM) dan kegiatan keagamaan. Diperkuat dengan data kuantitatif berikut penjelasan tabel 4.12 responden yang mengatakan mengikuti kegiatan STM (Serikat Tolong Menolong) berjumlah 36 % (18 orang), responden yang mengatakan mengikuti seluruh kegiatan berjumlah 26% (13 orang), dan responden yang mengatakan mengikuti kegiatan keagamaan berjumlah 22 % (11 orang), sedangkan responden yang mengatakan mengikuti kegiatan Arisan 16 % (8 orang). Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Bersama Yang Dikuti Media Kegiatan Yang Diikuti n 2 6 - f 4% 12% - n 5 8 5 f 10% 16% 10% n 1 8 2 f 2% 16% 4% Mengikuti Seluruh Kegiatan n f 6 12% 7 14% - 8 16% 18 36% 11 22% 13 Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Masyarakat/Bukan Karyawan Total Arisan STM Kegiatan Keagamaan 26% Total N 14 29 7 F 28% 58% 14% 50 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Sebagaimana yang diuraikan dalam tabel 4.12 diatas, dari 36 % (18 orang) responden yang megikuti STM, sebanyak 16 % (8 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 10 % (5 orang) merupakan karyawan tetap, 10 % (5 orang) merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) responden yang megikuti seluruh kegiatan, sebanyak 14 % (7 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 12 % (6 orang) merupakan karyawan tetap. Dari 22 % (11 orang) responden yang megikuti kegiatan keagamaan, sebanyak 16 % (8 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 2 % (4 orang) merupakan masyarakat yang bukan karyawan, 2 % (1 orang) merupakan karyawan tetap. Dari 16% (8 orang) responden yang mengikuti kegiatan arisan, sebanyak 12 % (6 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tetap. Berdasarkan data tersebut, dari berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh responden, kegiatan yang dominan dilakukan adalah Serikat Tolong Menolong (STM). Hal ini menunjukkan bahwa semangat hidup atau jiwa kerja sama dalam hubungan timbal balik dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi dilingkungan tempat tinggal, masih kuat di pertahankan. Hal ini mempercepat proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Masyarakat Urung Panei yang memiliki ikatan-ikatan persaudaraan dengan penduduk lainnya masih tetap terpelihara. Hal ini terlihat dari aktivitasaktivitas adat atau upacara-upacara lainnya sehingga masyarakat membentuk perkumpulan-perkumpulan yaitu Serikat Tolong Menolong (STM) yang bertujuan sebagai wadah masyarakat apabila diadakan kegiatan–kegiatan perkawinan, kematian dan kegiatan keagamaan. Dengan adanya kegiatan ini akan mepermudah berinteraksi karena dalam organisasi misalnya STM ini tempat bertemunya seluruh masyarakat yang ada di Urung Panei baik yang bekerja sebagai karyawan maupun yang bukan karyawan di perusahaan fakta ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan J.G (lk, 38 thn) seorang karyawan tetap menuturkan bahwa: Kegiatan STM dilakukan apabila ada kemalangan dan pesta adat (perkawinan) setiap orang yang mengikuti kegiatan tersebut mempunyai jadwal kerja dalam bahasa Simalungun disebut parhobas berdasarkan sektor/lingkungan dalam kegiatan ini terjadi hubungan timbal-balik (Wawancara,Oktober 2008) Sejalan dengan hasil wawancara dengan L.P (lk,42 thn) yang bekerja sebagai karyawan tetap menuturkan bahwa: Kegiatan kerja sama yang kami lakukan kegiatan keagamaan, arisan dan STM, kegiatan ini sebenarnya tidak diharuskan tetapi apabila kita tidak mengikutinya kita merasa terkucil/tersisih dengan masyarakat umum karena dengan kegiatan inilah kita dapat meningkatkan interaksi dengan yang lainnya, karena itu saya mengikuti semuanya kegiatan yang ada didesa ini (Wawancara,Oktober 2008) Begitu juga hasil wawancara dengan A.S (lk,33thn) merupakan masyarakat/bukan karyawan menuturkan bahwa : Kerjasama yang lebih banyak diikuti oleh karyawan dan masyarakat yaitu kegiatan STM karena dengan kegiatan ini sangat membantu sukses atau tidak suatu pesta yang sedang berlangsung. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Karena itu apabila kita tidak datang pada kegiatan itu kita akan dikenakan sangsi yaitu membayar upah satu hari kerja sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Waktu itu saya tidak dapat datang karena saya sakit maka saya mencarikan orang lain untuk menggantikan saya mengikuti kegiatan STM tersebut dan jika ada undangan pesta jika saya tidak bisa datang akan saya wakilkan kepada saudara, sedangkan kegiatan arisan tidak saya ikuti karena biaya yang dikeluarkan terlalu banyak karena itu yang biasa mengikutinya adalah sesama mereka yang bekerja diperusahaan (Wawancara, Oktober 2008) Data di atas dapat disimpulkan bahwa antara karyawan dan masyarakat ada proses integrasi sosial untuk mempererat hubungan (interaksi sosial) yang di implementasikan lebih banyak berdasarkan kegiatan STM, dan kegiatan keagamaan, sedangkan kegiatan arisan hanya diikuti oleh karyawan perusahaan. 4.4.2.2. Frekuensi Interaksi Kegiatan Bersama Tiap Minggu Rangkaian hubungan-hubungan sosial yang dilakukan masyarakat satu sama lain tidak sama. Tidak setiap anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial dengan semua orang yang menjadi warga masyarakat. Warga masyarakat yang mempunyai hubungan dengan sejumlah warga masyarakat tidaklah sama dalam hal frekuensi (sering) dan eratnya hubungan sosial. Ada sejumlah orang yang mempunyai hubungan sosial dengan tingkat frekuensi yang tinggi dan erat dengan orang luar, dan ada pula sejumlah orang yang jarang mengadakan interaksi sosial dan hubungan sosialnya tidak erat. Karena, faktor pendorong integrasi sosial adalah homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok karena, pada kelompok yang kecil biasanya tingkat kemajemukannya juga relatif kecil, mobilitas geografis, efektivitas dan efisiensi komunikasi yang berlangsung di dalam masyarakat akan mempercepat integrasi sosial. Simmel juga Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 mengatakan dalam kajian masalah hubungan antar pribadi (interpersonal) tentang interaksi sosial yaitu frekuensi interaksi dan antar interaksi bervariasi, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Semakin penting hal yang mempertemukan orang dalam relasi timbal balik, maka semakin cepat relasi-relasi tersebut dilembagakan. Kegiatan hubungan sosial STM dan kegiatan keagamaan antara karyawan dan masyarakat tersebut diintegrasikan berdasarkan frekuensi waktu bertemu/komunikasi. Sama halnya dengan karyawan dan masyarakat, frekuensi interaksi sosial yang dilakukan akan sangat berbeda sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam melakukan interaksi. Berdasarkan data angket pertanyaan yang disebarkan kepada 50 responden menunjukkan bahwa responden yang mengatakan mengikuti kegiatan STM 2-3 kali berjumlah 44 %, kegiatan agama 1 kali (22 %), kegiatan arisan 1 kali (20 %) dan kegiatan STM 1 kali (14 %), dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini. Tabel 4. 13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Interaksi Kegiatan Bersama Tiap Minggu Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Masyarakat/ BukanKaryawan Kegiatan Bersama STM Arisan 2-3kali 1 kali 1 kali Total Kegiatan Agama 2-3 kali 1 kali 2-3 kali n 3 7 f 6% 14% n - f - n 3 4 f 6% 8% n 6 12 f 12% 24% n 2 6 f 4% 12% n - f - N 14 29 F 28% 58% - - - - - - 4 8% 3 6% - - 7 14% - 7 14% 22 44% 11 22% - - 50 100% 10 20% Total Sumber : Data Angket April, 2008 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.13 dari 44 % (22 orang) responden yang mengatakan kegiatan STM 2-3 kali, sebanyak 24 % (12 orang) merupakan karyawan tidak tetap,12 % (6 orang) merupakan karyawan tidak tetap 8 % (4 orang) merupakan masyarakat yang bukan karyawan. Dari 22 % (11 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 orang) responden yang mengatakan kegiatan agama 1 kali, sebanyak 12 % (6 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 6 % (3 orang) merupakan responden yang bukan karyawan, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tetap. Dari 20 % (10 orang) responden yang mengatakan kegiatan arisan 1 kali, sebanyak 14 % (7 orang) karyawan tidak tetap, 3 % (6 orang) karyawan tetap. Dari 14 % (7 orang) responden mengatakan kegiatan STM 1 kali, sebanyak 8 % (4 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 6 % (3 orang) karyawan tetap. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi interaksi sosial karyawan dan masyarakat tetap terjalin dengan baik. Interaksi tersebut lebih banyak terjadi pada kegiatan Serikat Tolong Menolong (STM). Dengan kegiatan bersama tersebut terjadi hubungan timbal-balik yang harmonis yang memperkuat proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat. Data diatas diperkuat juga oleh L.P (lk, 42 thn) yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap yang mengatakan bahwa Dalam seminggu bisa saja mengikuti STM 2-3 kali tergantung ada tidaknya masyarakat mengadakan upacara-upacara adat. Seperti minggu kemaren saya mengikuti kegiatan STM sebanyak 2 kali karena adanya pesta pernikahan dan kemalangan. Biasanya untuk menyiasati agar waktu bekerja di perusahaan tidak terlantar, Saya minta tolong sama teman yang kebetulan satu tempat kerja, atau kalau tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan saya, maka upah saya dipotong atau untuk menggantikannya saya masuk kerja pada hari minggu, sedangkan kalau kegiatan keagamaan 1 kali yaitu pada malam rabu dan arisan diikuti 1 kali dalam seminggu yaitu pada sore hari sepulang dari gereja (Wawancara,Oktober,2008) Sejalan dengan itu J.G (lk,38 thn) yang bekerja sebagai karyawan tetap yang menuturkan bahwa : Kalau kita tidak ikut serta, kita akan di berikan sangsi/denda satu hari kerja walaupun sebenarnya tidak ada peraturan secara tertulis tapi sudah merupakan kesepakatan seluruh anggota. Karena kelancaran pesta tersebut adalah tanggung jawab bersama Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 anggota STM dan kegiatan merupakan kegiatan timbal-balik (Wawancara,Oktober 2008) Dari hasil data wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat dan karyawan lebih dominan mengikuti kegiatan STM dari pada kegiatan yang lainnya. Kegiatan keagamaan yang dilakukan 1 kali dalam seminggu diikuti seluruh karyawan dan masyarakat, sedangkan kegiatan arisan yang dilakukan 1 kali dalam seminggu hanya diikuti oleh masyarakat yang bekerja di perusahaan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Dengan dominannya masyarakat dan karyawan dalam kegiatan STM, hal ini menunjukkan bahwa karyawan dan masyarakat tetap ikut serta dalam kegiatan bersama yang diadakan di Desa Urung Panei. Berdasarkaan frekuensi waktu hubungan sosial tersebut dapat mempererat hubungan karyawan dan masyarakat karena dengan semakin tingginya frekuensi dan derajat pertemuan hingga sampai terjadi sampai 2-3 kali dalam seminggu, maka semakin tinggi pula solidaritras internal dan integrasi in-group di antara karyawan dan masyarakat. Hal ini semakin memperkuat kembali identitas kedua belah pihak, dan kedua kelompok tersebut ingin mempertahankan eksistensi kelompoknya masing-masing. 4.4.2.3. Jarak Sosial Terjadinya interaksi sosial dan integrasi sosial dapat dipengaruhi oleh adanya jarak sosial dari pelaku interaksi itu sendiri. Jarak sosial itu ditentukan oleh faktor obyektif dan subyektif (Http//civic seducation wordpress.com/2008/08/08/ketaatan norma-norma menuju integrasi sosial, Kamis 22 Januari 2009, 21:24 Wib). Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Faktor obyektif umpamanya jarak yang disebabkan oleh keadaan geografis dengan kesukaran trasportasi, adanya perbedaan dalam tingkat pendidikan, agama, etnis dan sosial ekonomi. Semakin jauh tempatnya dan semakin jauh perbedaan, kemungkinan interaksi sedikit terjadi dan apabila semakin dekat tempatnya dan banyak kesempatan/sarana dan prasarana yang tersedia dan kecil perbedaan seseorang dengan yang lain, akan banyak kemungkinan terjadi interaksi sosial. Faktor subyektif adalah perasaan dan pikiran seseorang terhadap orang lain yang hendak atau tidak igin diajak berkomunikasi. Walaupun dekat tempatnya tetapi jauh jarak sosialnya maka interaksi sosial akan sulit kemungkinannya akan terjadi. Berdasarkan faktor-faktor jarak sosial tersebut maka interaksi sosial karyawan dan masyarakat setiap hari dapat diketahui dari sering tidaknya melakukan kontak/komunikasi. Dari hasil temuan data angket pertanyaan yang disebarkan kepada 50 responden, maka responden yang mengatakan sering bertemu dengan masyarakat 66 % (33 orang), responden yang mengatakan jarang bertemu 26 % (13 orang), sedangkan responden yang mengatakan sangat sering bertemu berjumlah 8 % (4 orang). Tabel 4. 14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Pertemuan Tiap Hari Responden Frekuensi Pertemuan Tiap Hari Sangat Sering Sering Jarang Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Masyarakat/Bukan Karyawan Total Sumber : Data Angket April, 2008 n 3 1 4 f 6% 2% 8% n 9 22 2 33 f 18% 44% 4% 66% n 2 6 5 13 f 4% 12% 10% 26% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.14 dari 8 % (4 orang) responden yang mengatakan sangat sering, sebanyak 6 % (3 orang) merupakan karyawan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tetap, 2 % (1 orang) merupakan karyawan tidak tetap. Dari 66 % (33 orang) responden yang mengatakan sering, sebanyak 44 % (22 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 18 % (9 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 4 % (2 orang) merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) responden yang mengatakan jarang, sebanyak 12 % (6 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 10 % (5 orang) merupakan responden yang bukan karyawan, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tetap. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi waktu bertemu karyawan dan masyarakat sering. Interaksi sosial tersebut biasanya terjadi setiap hari dikedai kopi pada pagi dan sore hari. Data tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan J.G (lk,38 thn) seorang karyawan yang bekerja sebagai karyawan tetap yang menuturkan bahwa: Sering bertemu dengan masyarakat, biasanya kedai kopi pada pagi dan sore hari. Karena di desa ini sudah merupakan suatu tradisi bahwa seorang laki-laki yang telah dewasa ke kedai kopi pada pagi dan sore hari yaitu sebelum dan sesudah selesai kerja (Wawancara,Oktober 2008) Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan J.M.P (lk, 44 thn) merupakan masyarakat yang bukan karyawan yaitu seorang pedagang sebagai berikut : Saya sering bertemu dengan mereka yang bekerja diperusahaan, dalam satu hari bertemu kalau tidak pagi sore hari di kedai kopi atau kedai tuak, karena karyawan biasanya beristirahat di kedai tersebut setelah pulang kerja. Setelah itu pulang kerumah (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Hal ini berbeda karena adanya jarak sosial tempat tinggal dengan hasil wawancara dengan A.S (lk, 33 thn) merupakan masyarakat yang bukan karyawan/petani mengatakan bahwa Jarang bertemu dengan karyawan perusahaan karena kebetulan rumah saya jauh dari perusahaan, apalagi karyawan yang bertempat tinggal di perusahaan, kurang kenal (Wawancara, Oktober 2008) Dari kutipan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial masyarakat yang bekerja di perusahaan sebagai karyawan tetap dan karyawan tidak tetap lebih sering bertemu, sedangkan masyarakat yang bukan karyawan intensitas pertemuanya jarang dengan masyarakat yang bekerja di perusahaan, karena adanya jarak sosial tempat tinggal yang jauh dari perusahaan. Interaksi sosial antara karyawan dengan masyarakat biasanya terjadi apabila karyawan telah selesai bekerja, biasanya interaksi tersebut terjadi dikedai kopi dan kedai tuak yang ada disekitar perusahaan. 4.4.2.4. Intensitas Waktu Bertemu Tiap Hari Adapun intensitas waktu bertemu responden per hari dipaparkan pada tabel berikut, responden selama 60 menit per hari 52 % (26 orang), responden yang mengatakan 30 menit per hari 26 % (13 orang), dan yang mengatakan 15 menit per hari 22 % (11 orang). Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Intensitas Bertemu Tiap Hari Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Intensitas Bertemu Per Hari 60 Menit 30 Menit 15 Menit n f n f n f 5 10% 8 16% 1 2% 18 36% 5 10% 6 12% 3 6% 4 8% 26 52% 13 26% 11 22% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.15 dari 52 % (26 orang) yang mengatakan 60 menit, sebanyak 36 % (18 orang) merupakan karyawan tetap, 10 % (5 orang) merupakan karyawan tetap dan 6 % (3 orang) merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 26 % (13 orang) responden yang mengatakan 30 menit, ditemukan sebanyak 16 % (8 orang) yang merupakan karyawan tetap dan 10 % (5 orang) yang merupakan karyawan tidak tetap. Dari 22 % (11 orang) responden, yang mengatakan intensitas bertemu setiap hari sebanyak 15 menit sebanyak 6 % (12 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 8 % (4 orang) merupakan responden yang bukan karyawan dan 2 % (1 orang) merupakan karyawan tetap. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi waktu bertemu sesama karyawan (karyawan tetap dan karyawan tidak tetap) lebih sering yaitu selama 60 menit per hari, sedangkan masyarakat yang bukan karyawan frekuensi waktu bertemu dengan masyarakat yang bekerja diperusahaan hanya selama 15 menit per hari. Hal ini menunjukkan frekuensi waktu bertemu sesama karyawan lebih sering dibandingkan dengan masyarakat yang bukan karyawan. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara dengan J.G (lk, 38 thn) seorang karyawan yang bekerja sebagai karyawan tetap yang mengatakan bahwa Saya biasanya bertemu, pada pagi hari dan sore hari di kedai kopi sebelum dan sesudah kerja dan pada saat istirahat. Selama 60 menit, biasanya sambil minum dan sambil cerita. Menunggu jam kerja (Wawancara, Oktober 2008). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan L.P (lk,42 thn) seorang karyawan tetap yang mengatakan bahwa Selama istirahat kerja, biasanya bertemu dikedai kopi dan kedai tuak. Selama 1 jam sambil menunggu jam kerja (Wawancara,Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Hal ini juga sejalan dengan dengan hasil wawancara dengan A.S (lk, 33 thn) merupakan masyarakat yang bukan karyawan mengatakan bahwa Sering bertemu dengan masyarakat. Dikedai kopi pada pagi dan sore hari, selama 15 menit. Habis minum ya pulang (Wawancara, Oktober 2008) Data diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan dan masyarakat biasanya bertemu di kedai kopi pada pagi dan sore hari sebelum dan sesudah jam kerja. Frekuensi waktu bertemu berlangsung 1 jam, karena menurut informan pertemuan ini merupakan proses terjadinya integrasi sosial antara karyawan dan masyarakat yaitu melalui kontak dan komunikasi secara timbal balik. 4.5. Fungsi Manifest Fungsi manifest adalah konsekuensi-konsekuensi obyektif yang membantu penyesuaian atau adaptasi dari sistem dan disadari oleh para partisipan dalam sistem tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi manifest (nyata) yaitu sesuatu yang diharapkan sebagai akibat imbalan bagi tindakan yang telah dilakukan. Perusahaan sebagai lembaga ekonomi merupakan suatu perusahaan yang baru di desa Urung Panei. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengembangbiakan ternak babi oleh karena itu perusahaan sangat membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja perusahaan pada umumnya berasal dari desa Urung Panei dan dari luar daerah. Perusahaan merekrut tenaga kerja dari luar daerah karena tenaga kerja dari masyarakat sekitar tidak mencukupi. Masyarakat mengharapkan dengan adanya perusahaan dapat meningkatkan lapangan kerja baru, sehingga masyarakat dapat bekerja di Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 perusahaan. Dengan bekerja di perusahaan tersebut masyarakat mengharapkan mendapatkan upah/pendapatan. Dengan peningkatan upah tersebut masyarakat dapat menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk ditabung. Maka yang menjadi fungsi manifest (nyata) yaitu sesuatu yang diharapkan sebagai akibat imbalan bagi tindakan yang telah kita lakukan. Pemilikan tabungan tersebut sangat manifest bagi masyarakat yang bekerja di perusahaan terutama bagi masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap. 4.5.1. Kemampuan Menabung Karyawan Dan masyarakat Kemampuan menabung adalah investasi, juga dapat mencerminkan bahwa penghasilan sudah dapat mencukupi semua kebutuhan dasarnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket yang di sebarkan kepada 50 responden maka responden mengatakan memiliki tabungan berjumlah 60 % (30 orang), dan responden yang mengatakan tidak memiliki tabungan berjumlah 40 % (20 orang). Lebih jelas lihat tabel dibawah ini. Tabel 4. 16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemilikan Tabungan Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Pemilikan Tabungan Ya Tidak n f n f 12 24% 2 4% 16 32% 13 26% 2 4% 5 10% 30 60% 20 40% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.16 dari 60 % (30 orang) responden yang mengatakan memiliki tabungan, sebanyak 32 % (16 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 24 % (12 orang) merupakan karyawan tetap, 4 % (2 orang) bukan karyawan. Dari 40 % (20 orang) responden yang mengatakan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tidak memiliki tabungan, sebanyak 26 % (13 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 10 % (5 orang) bukan karyawan, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tetap. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan perusahaan lebih banyak memiliki tabungan dari pada masyarakat yang bukan karyawan, karena masyarakat yang bekerja sebagai karyawan mempunyai pekerjaan sampingan yaitu bertani. Karyawan tetap memiliki tabungan di bank, hal ini sesuai dengan hasil dari wawancara dengan J.G (lk,38 thn) sebagai karyawan tetap yang mengatakan bahwa Jika pendapatan saya lebih, biasanya saya menabungkannya di bank. Biasanya pendapatan saya lebih apabila hasil panen dari ladang panen. Saya menabung untuk biaya sekolah anak (Wawancara, Oktober 2008) Data tersebut dapat diperkuat berdasarkan wawancara dengan L.P (lk,42 thn) karyawan tidak tetap mengatakan bahwa : Pendapatan saya bertambah, biasanya jika saya panen dari ladang. Pendapatan dari panen saya simpan di bank yaitu bank BRI. Pendapatan saya dari perusahaan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (Wawancara,Oktober 2008) Berbeda dengan bukan karyawan jika memperoleh pendapatan lebih tidak menabung ke bank tetapi memodalkannya untuk usaha pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.M.P (lk,44 thn) merupakan masyarakat yang bukan karyawan sebagai berikut : Jika memperoleh pendapatan yang lebih, saya belikan bibit, pupuk dan obat-obatan, tabungan saya diladang (Wawancara, Oktober 2008) Dari kutipan wawancara dan data tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja sebagai karyawan perusahaan lebih banyak memiliki tabungan di Bank. Karyawan terbagi 2 yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tetap diantara kedua karyawan tersebut karyawan tidak tetap lebih banyak memiliki tabungan. Berbeda dengan masyarakat yang bukan karyawan jika memiliki pendapatan lebih tidak menabung ke bank melainkan memodalkanya keladang. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tempat menabung antara karyawan dengan yang bukan karyawan. 4.5.2. Pendapatan Per Bulan Karyawan Dan Masyarakat Kehidupan ekonomi merupakan menyangkut cara bagaimana seseorang individu didalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Setiap manusia membutuhkan pekerjaan dan dengan pekerjaan itu manusia tersebut mendapatkan imbalan baik berupa uang ataupun barang yang sering diistilahkan sebagai pendapatan, yang fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan merupakan suatu imbalan atau balas jasa yang diterima oleh seseorang atas jasa atau tenaga yang dikorbankan untuk suatu pekerjaan. Dari data yang diperoleh melalui penyebaran angket terhadap para responden maka diketahui bahwa responden yang mengatakan mempunyai jumlah pendapatan >Rp.1000.000 berjumlah 54 % (27 orang), Rp.600.000 - Rp.1000.000 berjumlah 26 % (13 orang) dan responden yang mengatakan jumlah pendapatan >Rp.600.000 berjumlah 20 % (10 orang), sebagaimana di paparkan pada tabel 4.17 berikut. Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pendapatan Per Bulan Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total >Rp.600rb n f 10 20% 10 20% Pendapatan Per Bulan Rp.600rb-Rp. 1jt n f 8 16% 5 10% 13 26% >Rp.1jt n f 14 28% 11 22% 2 4% 27 54% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.17 dari 20 % (10 orang) responden yang mengatakan pendapatan >Rp. 600.000, seluruhnya merupakan karyawan tidak tetap. Dari 26 % (13 orang) responden yang mengatakan pendapatan Rp.600.000-Rp. 1.000.000, sebanyak 16 % (8 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 10 % (5 orang) bukan karyawan. Dari 54 % (27 orang) responden yang mengatakan >Rp. 1000.000 sebanyak 28 % (14 orang) merupakan karyawan tetap, 22 % (11 orang) merupakan karyawan tidak tetap dan 4 % (2 orang) bukan karyawan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tetap, seluruhnya memperoleh pendapatan satu juta sampai dengan satu juta lima ratus ribu rupiah per bulan, dan masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap dari 58 %, sebanyak 36 % memperoleh pendapatan enam ratus ribu rupiah sampai dengan satu juta rupiah perbulan, sedangkan masyarakat yang bukan karyawan dari 14 %, sebanyak 10 % memperoleh pendapatan enam ratus ribu rupiah per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap karyawan tetap memperoleh pendapatan yang sama, sedangkan karyawan tidak tetap tidak memperoleh pendapatan yang sama, karena sistem pengupahan dilakukan berdasarkan jumlah hari kerja. 4.6.Disfungsi Sistem Kehadiran perusahaan di desa Urung Panei selain menguntungkan bagi masyarakat tapi juga mempunyai pengaruh yang negatif bagi masyarakat namun tidak disadari oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Merton yang mengatakan bahwa setiap tindakan sosial yang dilakukan dalam seluruh sistem Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 juga memiliki fungsi laten (tidak nyata) yaitu sebagai akibat yang tidak diharapkan terjadi imbalan tindakan yang dilakukan. Di daerah penelitian, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya konflik pada PT. Alegrindo dan pelapisan masyarakat yang ada berdasarkan dimensi ekonomi (kelas kelas sosial). 4.6.1. Deskripsi Konflik Pada PT. Allegrindo Pada PT. Allegrindo pernah terjadi konflik yaitu sekitar tahun 2001. Dimana pada saat itu penduduk Desa Salbe melakukan demonstrasi ke pihak PT.Allegrindo. Menurut mereka kotoran ternak tersebut limbahnya mencemari kelestarian danau toba. Menurut J. Purba Pak-pak mengatakan bahwa : “bau busuk tercium bila angin dari arah peternakan tersebut berhembus kedesa kami”. Konon pula danau toba yang letaknya dibawah peternakan milik PT.Allegrindo itu tak mungkin disangkal limbahnya mencemari danau toba (Dikutip dari Harian Analisa,23 Juli 2001). Penduduk di tepi danau yaitu Desa Salbe pernah mengeluh bahwa lahan pertanian dicemari oleh limbah peternakan yang ada diatas perkampungan mereka. Beberapa lembaga swadaya masyarakat sudah pernah mendampingi masyarakat untuk memperjuangkan hak-hak mereka tetapi sekarang ini perjuangan itu sudah selesai.. Setelah penduduk tepi danau protes, maka pihak perusahaan membangun pengolahan limbah dilokasi peternakan yang telah ditinjau oleh Dewan Komisi DPRD. Penduduk desa Urung Panei sendiri kelihatanya apatis karena sebahagian besar mereka bekerja disana sebagai satpam, buruh harian dan satu dua orang memiliki pendidikan setingkat sarjana bekerja sebagai pegawas dan administrasi, kelihatanya penduduk desa Urung Panei senang sebab di desa Urung Panei Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tersebut ada lapangan kerja baru. Hal itu terlihat dari bukan hanya penduduk desa itu yang bekerja sebagai karyawan di peternakan tetapi juga orang-orang luar desa datang bekerja kedesa Urung Panei tersebut. Pihak PT. Allegrindo juga memberikan fasilitas rumah bagi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut yang berlokasi didalam peternakan tersebut yang sebahagian dihuni oleh beberapa keluarga sekaligus (http:/sihaloho.blongs.frienter com/my-blong/Rabu,12 September 2007.21:27 wib). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.S (lk,48 thn) seorang kabang umum perusahaan yang mengatakan bahwa Pernah terjadi konflik, pada tahun 2001. Penduduk salbe demostrasi keperusahaan, mereka menuntut perusahaan dengan pencemaran terhadap danau toba dan pertanian mereka (Wawancara, Oktober 2008) Cara perusahaan mengatasi konflik dengan masyarakat Salbe hasil wawancara dengan J.S (lk, 48 thn) sebagai kabag umum perusahaan yang telah disusun peneliti dengan berbentuk pragraf mengatakan bahwa Pihak perusahaan berusaha menaggapi tuntutan masyarakat salbe, sekitar tahun 2004 yang lalu. Saluran aliran limbah dari PT.Allegrindo diberi tembok dan dilakukan penyaringan limbah 5 kali proses penyaringan, sehingga air yang mengalir kedanau toba itu sudah bersih. Itu dapat dibuktikan dari hasil penyaringan limbah dapat lagi kami pergunakan untuk memandikan ternak dan membersihkan kandang ternak. Selain itu juga pihak perusahaan juga membangun puskesmas, PLN (listrik) untuk penerangan dan menempatkan 2 guru bantu yang kami bayar RP. 600.000/bulan untuk 2 orang. Jalan raya yang ada di desa Salbe kami perbaiki, jika masyarakat membeli ternak kami berikan diskon 30 % dan pihak perusahaan juga memberikan beasiswa bagi murid SD yang berprestasi Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 yaitu berupa alat-alat perlengkaspan sekolah setiap semester. Jika murid berprestasi kami berikan bantuan berupa alat-alat perlengkapan sekolah kami berikan setiap semester. Dengan kepedulian pihak perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Salbe maka sekarang hubungan pihak perusahaan dengan masyarakat Salbe menjadi baik dan pada akhirnya dapat menerima kehadiran PT. Allegrindo. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang di peroleh dari lapangan yaitu di desa Salbe. Kehadiran perusahaan dalam masyarakat selama ini belum mengenal industri secara langsung merupakan dua pola sisi kehidupan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Masyarakat yang selama ini yang tergantung kepada tanah pada dasarnya telah membentuk suatu kebudayaan yang tercermin di dalam berbagai tingkah laku individu serta nilai-nilai yang berkembang. Di satu pihak industri dengan perangkat pendukungnya telah membawa kebudayaan yang sama sekali tidak tergantung kepada tanah sebagai sarana mata pencaharian. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa responden yang mengatakan pernah terjadi konflik antara masyarakat setempat dengan pengelola perusahaan berjumlah 72 % (36 orang), sedangkan responden yang mengatakan tidak pernah terjadi konflik berjumlah 28 % (14 orang). Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Konflik Antara Masyarakat Setempat Dengan Pengelola Perusahaan Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Konflik Tidak Pernah f n f 12% 8 16% 54% 2 4% 6% 4 8% 72% 14 28% Total Pernah n 6 27 3 36 N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Sebagaimana yang diuraikan dalam tabel 4.18 diatas, dari 72 % (36 orang) responden yang mengatakan pernah konflik, sebanyak 54 % (27 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 12 % (6 orang) merupakan karyawan tetap, 6 % (3 orang) bukan karyawan. Dari 28 % (14 orang) responden yang mengatakan pernah konflik, sebanyak 16 % (8 orang) merupakan karyawan tetap, 8 % (4 orang) merupakan bukan karyawan, 4 % (2 orang) merupakan karyawan tidak tetap. Responden yang mengatakan pernah terjadi konflik antara masyarakat dengan pengelola perusahaan adalah limbah peternakan yang menimbulkan polusi udara, tikus banyak, lalat, dan penduduk yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi tidak diterima bekerja diperusahaan akhirnya sakit hati, sehingga melakukan aksi pencurian terhadap ternak-ternak yang ada pada malam hari. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.G (lk, 38 thn) seorang karyawan tetap mengatakan bahwa Ya pernah pada tahun 2001, masyarakat yang tidak diterima bekerja sehingga mencuri ternak pada malam hari. Pada saat itu juga banyak karyawan yang dipecat karena ketahuan bekerja sama dengan penduduk (Wawancara, Oktober 2008) Antara masyarakat dengan pengelola perusahaan pernah terjadi konflik pada tahun 2001, namun pada saat dilakukan penelitian tidak pernah terjadi konflik antara karyawan dengan masyarakat karena pihak perusahaan telah melakukan pengadaptasian dengan masyarakat sekitar. Kehadiran perusahaan tersebut sangat menguntungkan masyarakat, karena dengan adanya peternakan tersebut pekerjaan masyarakat bervariasi, dan mereka dapat bekerja dipeternakan dan menerima gaji setiap bulannya. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan L.P (lk,42 thn) seorang karyawan tidak tetap yang mengatakan bahwa Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Perusahaan menguntungkan masyarakat sekitar yaitu lapangan kerja baru bagi masyarakat. Masyarakat dapat bekerja diperushaan selain bekerja sebagai petani (Wawancara,Oktober 2008) Responden juga mengatakan tidak pernah terjadi konflik lagi antara pengelola perusahan dengan masyarakat karena menurut responden pengelola perusahaan dengan masyarakat sekitar jarang komunikasi, apalagi bagi masyarakat yang tidak bekerja diperusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan A.S (lk,33 thn) merupakan masyarakat yang bukan karyawan mengatakan bahwa Pengelola perusahaan dan penduduk yang bukan karyawan jarang melakukan komunikasi (Wawancara, Oktober 2008) Konflik pernah terjadi antara masyarakat dan pengelola perusahaan tetapi pada saat dilakukan penelitian konflik tidak terjadi lagi. Konflik juga tidak pernah terjadi antara karyawan dan masyrakat pendatang hal ini dapat di ketahui dari jawaban data angket pertanyaan yang disebarkan kepada responden yang mengatakan bahwa tidak pernah terjadi konflik antara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang berjumlah 62 % (31 orang), sedangkan responden yang mengatakan pernah terjadi konflik antara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang berjumlah 38 % (19 orang). Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Konflik Masyarakat Setempat Dengan Masyarakat Pendatang Konflik Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Pernah n 6 10 3 19 f 12% 20% 6% 38% Tidak Pernah n f 8 16% 19 38% 4 8% 31 62% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.19 dari 38 % (19 orang) responden mengatakan pernah konflik, sebanyak 20 % (10 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 12 % ( 6 orang) merupakan karyawan tetap, 6 % ( 3 orang) bukan karyawan. Dari 62 % (31 orang) responden yang mengatakan tidak pernah konflik, sebanyak 38 % (19 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 16 % (8 orang) merupakan karyawan tetap, 8 % (4 orang) bukan karyawan. Data tersebut diatas menunjukkan bahwa masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang tidak pernah terjadi konflik tetapi bukan berarti hubungannya sangat baik, karena ada juga responden yang mengatakan pernah terjadi konflik, biasanya konflik tersebut hanya sebatas salah paham antara masyarakat dengan pendatang. Konflik tersebut biasanya hanya diselesaikan secara kekeluarga. Hal ini sesuai dengan penuturan informan J.S (lk,42 thn) karyawan tetap sebagai berikut. Lebih banyak terjadi konflik masyarakat yang bekerja diperusahaan dibandingkan dengan yang bukan karyawan, karena biasanya masyarakat yang bekerja diperusahaan yang sering berinteraksi. Itupun hanya sebatas salah paham biasanya soal pekerjaan (Wawancara,Oktober 2008) Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak L.P (lk,42 thn) seorang karyawan tidak tetap yang mengatakan bahwa Tidak pernah terjadi konflik karena biasanya karyawan yang bekerja diperusahaan tinggal dilokasi perusahaan yaitu diperumahan perusahaan sehingga untuk bertemu dengan masyarakat pada saat kerja dan apabila masyarakat pendatang tersebut datang kekedai kopi dan kedai tuak. Hanya pada saat itulah interaksi terjadi (Wawancara, Oktober 2008) Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak pernah terjadi konflik antara karyawan dan masyarakat setempat karena biasanya karyawan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 perusahaan sebagian besar tinggal diperumahan yang disediakan oleh perusahaan sehingga untuk bertemu dengan masyarakat setempat jarang terjadi yang mengakibatkan adanya isolasi atau jarak sosial antara karyawan dan masyarakat. 4.6.2. Pelapisan Masyarakat Yang Ada Berdasarkan Dimensi Ekonomi 4.6.2.1. Status Rumah Responden Pelapisan sosial terjadi karena adanya sesuatu penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Marx (Suyanto, 2004:152-153) indikator yang dipergunakan untuk membagi pelapisan atas dasar dimensi ekonomi pada masyarakat adalah kekayaan. Kekayaan adalah material atau kebendaan yang dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial yang ada. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, maka akan termasuk lapisan masyarakat teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya. Barang siapa tidak mempunyai kekayaan digolongkan kedalam lapisan paling rendah, kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tertier yang dimilikinya, cara berpakaian maupun kebiasaan dalam berbelanja. Menyangkut pemilikan benda-benda berharga atau aset produksi seseorang atau keluarga. Di kalangan masyarakat desa yang termasuk benda-benda berharga bisa berupa tanah, perhiasan, rumah dan sebagainya. Rumah mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam kondisi ekonomi yang bagaimanapun setiap manusia mempunyai keiginan memiliki rumah yang layak, bagi mereka yang tingkat ekonominya kecukupan bahkan mampu akan dapat memiliki rumah yang layak dihuni artinya Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 mempunyai kondisi yang baik. Demikian halnya di daerah penelitian, dengan adanya peningkatan pendapatan rumah tangga, akan terjadi perubahan terhadap rumah tempat tinggal. Perubahan yang terjadi pada dasarnya mengarah pada peningkatan kualitas rumah. Berdasarkan jawaban responden melalui angket pertanyaan yang di sebarkan. Menunjukkan bahwa status responden yang di dasarkan atas ukuran pemilikan kekayaan atau kebendaan akan dinilai berdasarkan status tempat tinggal yang di tempati oleh responden. Status tempat tinggal responden dibagi atas 3 golongan, sewa, milik sendiri, orang tua dan lain-lain. Responden yang mengatakan status tempat tinggal yang di tempati milik sediri berjumlah 70 % (35 orang), responden yang mengatakan lain-lain seperti : milik perusahaan (mess) berjumlah 16 % (8 orang), responden yang mengatakan milik orang tua berjumlah 10 % (5 orang), responden yang mengatakan menyewa berjumlah 4 % (2 orang). Untuk lebih jelas lihat tabel 4.20 di bawah ini. Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Status Rumah/Tempat Tinggal Status Rumah/Tempat Tinggal Milik Milik Menyewa Perusahaan Responden Sendiri Orang Tua (mess) n f n f n f n f Karyawan Tetap 14 28% Karyawan Tidak Tetap 17 34% 2 4% 2 4% 8 16% Bukan Karyawan 4 8% 3 6% 35 70% 5 10% 2 4% 8 16% Total Sumber : Data Angket April, 2008 Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sebagaimana yang diuraikan dalam tabel 4.20 dari 70 % (35 orang) responden yang mengatakan milik sendiri, sebanyak 26 % (14 orang) merupakan karyawan tetap, 34 % (17 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 8 % (4 orang) bukan karyawan. Dari 10 % (5 orang) responden yang mengatakan milik orang tua, sebanyak 4 % (2 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 6 % (3 orang) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 4 % (2 orang) responden yang mengatakan menyewa, seluruhnya responden karyawan tidak tetap. Dari 16 % (8 orang) responden yang mengatakan lain-lain (milik perusahaan), seluruhnya responden merupakan karyawan tidak tetap. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tetap seluruhnya memiliki rumah sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.G (lk,38 thn) seorang karyawan tetap yang mengatakan bahwa Rumah saya milik sendiri, tanahnya saya beli dari orang tua saya. Dimana selain harga yang cukup ringan juga bisa dilakukan secara cicil sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang lainnya (Wawancara, Oktober 2008) Masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap dari 58 % ada 24 % yang tidak memiliki rumah sendiri yaitu menyewa, tinggal dengan orang tua dan tinggal di mess perusahaan, karena bagi karyawan yang tidak memiliki tempat tinggal sendiri perusahaan memberikan tempat tinggal secara gratis selama masih bekerja di perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan H.S (lk,36 thn) seorang karyawan tidak tetap yang mengatakan bahwa Tinggal di perumahan perusahaan, dengan tinggal diperumahan ini dapat menghemat karena perusahaan memberikan fasilitas perumahan seperti air dan listrik secara gratis sehingga kita tidak perlu mengeluarkan uang (Wawancara, Oktober 2008) Masyarakat yang bukan karyawan dari 14 % ada 6 % tidak memiliki rumah sendiri yaitu masih tinggal bersama orang tua. Pada umumnya masyarakat Urung Panei mempunyai rumah sendiri jika tidak mempunyai rumah sendiri maka akan tinggal bersama orang tua. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan J.M.P (lk, 44 thn) yang bermata pencaharian berdangang mengatakan bahwa Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Kami masih menempati rumah orang tua karena belum bisa membangun rumah sendiri, kebetulan lagi rumah ini sangat strategis dijadikan tempat berjualan makanan karena dekat dengan perusahaan ini (Wawancara, Oktober 2008) Berdasarkan data wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan tetap seluruhnya memiliki rumah sendiri sedangkan karyawan tidak tetap dan masyarakat yang bukan karyawan masih ada yang tidak memiliki rumah sendiri. 4.6.2.2. Pemilikan Lahan Pertanian Masyarakat Urung Panei pada umumnya memiliki lahan pertanian. Berdasarkan jawaban dari 50 angket yang disebarkan kepada responden, dimana 72 % (36 orang) responden memiliki lahan pertanian dan 28 % (14 orang) responden tidak memiliki lahan pertanian. Tabel 4. 21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemilikan Lahan Pertanian Pemilikan lahan Pertanian Ya Tidak n f n f Karyawan Tetap 9 18% 5 10% Karyawan Tidak Tetap 23 46% 6 12% Bukan Karyawan 4 8% 3 6% 36 72% 14 28% Total Sumber : Data Angket April, 2008 Total Responden N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sebagaimana diuraikan pada tabel 4.21 dari 72 % ( 36 orang) responden yang mengatakan memiliki lahan pertanian, sebanyak 46 % (23 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 18 % (9 orang) merupakan karyawan tetap, 8 % (4 orang) bukan karyawan. Dari 28 % (14 orang) responden yang mengatakan tidak, sebanyak 12 % (6 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 10 % (5 orang) merupakan karyawan tetap, 6 % (3 orang) bukan karyawan. Berdasarkan data Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tersebut dapat disimpulkan bahwa responden lebih banyak memiliki lahan pertanian yaitu karyawan tidak tetap. 4.6.2.3. Status Tanah Pertanian Masyarakat Urung Panei sebagai penduduk lokal khususnya etnis Simalungun memiliki lahan pertanian yang luas karena sebelumnya, mata pencaharian penduduk tersebut merupakan petani dan bagi yang tidak memiliki lahan pertanian maka mereka akan menyewa, dan mengerjakan lahan pertanian milik perusahaan. Status tanah pertanian tersebut dapat diketahui dari hasil angket yang disebarkan kepada 50 responden. Dimana responden yang mengatakan status tanah yang di kerjakan milik sendiri berjumlah 50 % (25 orang), sedangkan responden yang mengatakan lain-lain (milik perusahaan, tanah warisan) berjumlah 46 % (23 orang). mengatakan status tanah yang di kerjakan sewa berjumlah 4 % (2 orang), hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. 22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Status Tanah Pertanian Status Tanah Pertanian Responden Karyawan Tetap Karyawan Tidak Tetap Bukan Karyawan Total Sewa n 2 2 f 4% 4% Milik Sendiri n 6 16 3 25 f 12% 32% 6% 50% Warisan Orang Tua n f 8 16% 13 26% 2 4% 23 46% Total N 14 29 7 50 F 28% 58% 14% 100% Sumber : Data Angket April, 2008 Sebagaimana yang diuraikan pada tabel 4.22 dari 4 % (2 orang) yang mengatakan sewa, seluruhnya merupakan responden yang bukan karyawan. Dari 50 % (25 orang) responden yang mengatakan milik sendiri, sebanyak 32 % (16 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 12 % (6 orang) merupakan karyawan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 tetap, 6 % (3 orang) bukan karyawan. Dari 46 % (23 orang) responden yang mengatakan warisan orang tua, sebanyak 26 % (13 orang) merupakan karyawan tidak tetap, 16 % (8 orang) merupakan karyawan tetap, 4 % (2 orang) bukan karyawan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tetap lebih banyak mengerjakan tanah warisan orang tua sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai karyawan tidak tetap lebih banyak memiliki lahan pertanian sendiri, sedangkan masyarakat yang bukan karyawan dari 14 %, sebanyak 8 % tidak memiliki lahan pertanian sendiri, tetapi sewa dan warisan orang tua. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat sebagai berikut : 1. Karyawan dan masyarakat melakukan interaksi sosial yaitu dengan mengikuti kegiatan Serikat Tolong Menolong (STM) dan kegiatan keagamaan setiap minggu di desa Urung Panei. 2. Interaksi sosial yang hadir mampu menjaga pola dan nilai yang ada pada masyarakat Urung Panei karena, interaksi sosial tidak menghambat karyawan dan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang ada di desa Urung Panei. Hal ini terlihat dari pola norma dan nilai yang ada pada masyarakat tetap terjaga dengan baik. Pola dan norma tersebut dilihat dari frekuensi waktu mengikuti kegiatan tersebut tetap walaupun masyarakat banyak yang bekerja di perusahaan sebagai karyawan. 3. Dalam kehidupan sehari-hari karyawan dan masyarakat melakukan interaksi biasanya interaksi tersebut terjadi juga sering di kedai kopi sebelum dan sesudah selesai kerja, ini merupakan tradisi bagi masyarakat Urung Panei. Berdasarkan analisis data fekuensi waktu interaksi tersebut terjadi selama 1 Jam (60 menit) per hari. 4. Kehadiran PT. Allegrindo juga ikut berperan dalam mempercepat proses integrasi sosial karyawan dan masyarakat. Hal ini dilihat dari adanya fungsi manifes kehadiran perusahaan yang mampu meningkatkan Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 pendapatan karyawan dan masyarakat, sehingga tidak ada jarak sosial antara karyawan dan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial. Dengan demikian proses integrasi antara karyawan dan masyarakat dapat terjalin dengan baik. 5. Kehadiran perusahaan juga mampu meredakan konflik yang pernah terjadi, dengan melakukan penyesuaian kepada masyarakat dengan memberikan bantuan. Adanya peningkatan status sosial masyarakat hal ini terlihat dari status rumah dan kepemilikan tanah karyawan dan masyarakat merupakan milik sendiri. Dalam hal ini berarti bahwa kehadiran PT.Allegrindo mempunyai fungsi yang positif dalam proses integrasi sosial antara karyawan dan masyarakat. 5.2. Saran 1. Perusahaan sebagai lembaga ekonomi mengadaptasikan diri tidak hanya untuk memperoleh keuntungan belaka tetapi juga harus memperhatikan pengaruh yang ditimbulkan oleh perusahaan kepada masyarakat. 2. Perusahaan dalam menerima buruh/karyawan di perusahaan yang diutamakan adalah penduduk setempat sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing sehingga jumlah pengangguran di daerah tersebut berkurang dan pendapatan penduduk meningkat, yang selanjutnya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya masyarakat Urung Panei. Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi.Bogor :Ghalia Indonesia. Burgin, Burhan.2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Burgin, Burhan.2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media. Ibrahim, Tarik, Jabal. Sosiologi Pedesaan. Malang : Universitas Muhamadiah Poloma, M. Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada Ritzer, dkk.2003. Teori Sosiologi Modren. Jakarta : Kencana. Soekanto, Soerjono.2001. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : Prenada Media. Wisadirana, Darsono. 2004. Soiologi Pedesaan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Sumber lain : Web.site http/www.kabar Indonesia.com.php?pil,Rabu 2 Juli 2008,15 :58 Wib Rudiono, 2007.Sistem Sosial Masyarakat http : //www. asysyuravoice.blogsspot.com/2007/04/html.Jumat 25 Juli 2008,19:58 Wib. Matias Siagian,2004 Pengaruh Perusahaan Besar Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Dan Sosial Budaya Masyarakat Serta Respons Terhadapnya : Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Studi Kasus Tentang Kehadiran P.T. Inti Indorayon Utama Di Kecamatan Dati II Kabupaten Tapanuli Utara http:/www.library.usu.ac.id/download/fe/tesis-matias.pdf. Safasi Ramadhan,2006 Jalal Memihak Masalah Kinerja Sosial Dan lingkungan Perusahaan. http/www.Korantempo.com/Korantempo/2006/03/16/opini/krn.2006,03: 16 Wib. Idealnya : CD bentuk simbiosis mutualistik perusahaan dengan masyarakat sekitar http/www.sumenep.go.id/main.php? go=wisata&kd=60,Kamis 24 Juli 2008,06:00 Wib. Irianty Mantjar, 2001. Dampak Perusahaan Hutan Pada Kehidupan Masyarakat:Studi Kasus pada masyarakat dayak ngaju di sekitar perusahaan PT. Hutan Mulyo, Kabupaten Kotawaringi Timur, Propinsi Tegah. http/www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp/id=73560&lokasi =local,jumat25 Juli 2008,23:57 Wib. Arif Herdianto. Diferensiasi dan stratifikasi sosial http/www.dimenum.go.id.23 April 2007 Heri Irawan, Dampak Berdirinya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Elaeis Guineensis Jacq) PT. Mustika Sepuluh Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar. http/www. Tesis –skripsi blogspot.com/2008/01 dampak hadirnya perusahaan perkebunan.html.25 Juli 2008,23: 57 Wib Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Pepeng , 2007. Nilai-Nilai Luhur Dalam Ajaran Habonaron Do Bona Sumatera Utara Http:/ali gultom.mn/teply.com/journal item/196/nilai-nilai. luhur dalam ajaran habonaron do bona. Diakses 27 April 2008, 02:15 Wib. http://wapedia.mobi/id/integrasi sosial.Diakses Sabtu 17 Januari 2009, 20:54 Wib) Http:// civicseducation.wordpress.com/2008/08/08/ketaatan norma-norma-sosialmenuju-integrasi-sosial. Diakses Kamis 22 Januari 2009, 21:24 Wib) Sholehudin A.Aziz. Merajut Damai Melalui Integrasi Sosial Masyarakat Htt://www.csrc. or. Id /artikel /index. Php ? detail = 2008120241302.Diakses Jumat 23 Januari 2009. 02:53 Wib). Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Lampiran : Kuesioner Penelitian Kepada Yth, Bapak/Ibu/saudara/saudari Di Tempat Dengan hormat, sehubungan penyelesaian penulisan skripsi, saya mohon kiranya bapak/ibu/saudara/saudari bersedia sebagai responden untuk mengisi angket penelitian skripsi saya yang berjudul “Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat” (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun). Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Nim Departemen Fakultas : Asri Simanihuruk : 030901010 : Sosiologi : FISIPOL USU Hormat saya peneliti, Asri Simanihuruk I. Identitas Responden 1. Nama 2. Alamat 3. Jenis Kelamin : : : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Umur : 5. Tingkat pendidikan : 6. Status perkawinan : a. Kawin b. Tidak Kawin c. Janda/Duda Cerai d. Janda/ Duda Meninggal 7. Agama : 8. Pekerjaan : 9. Penghasilan : Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Petunjuk Pengisian Lingkarilah salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar sesuai dengan jawaban yang tersedia dan isilah titik-titik yang disediakan dengan jawaban yang saudara anggap benar. A. Interaksi Sosial 1. Bagaimanakah frekuensi pertemuan saudara dengan masyarakat ? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 2. Jika sering, berapakah frekuensi/waktu saudara bertemu per hari ? a. 60 menit b. 30 menit c. 15 menit d. Lainnya, sebutkan…………………….. 3. Jika tidak pernah bertemu mengapa hal tersebut terjadi? …………………………………………………….. ……………………………………………………. 4. Bagaimanakah frekuensi pertemuan saudara dengan karyawan perusahaan? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 5. Jika sering, apa sebabnya ? Jika jarang, apa sebabnya ? ……………………………………………………………. ……………………………………………………………. 6. Apakah ada kegiatan bersama-sama yang dilakukan oleh masyarakat? a. Ya, ada b. Tidak ada Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Jika ada kegiatan apa saja ? a. Kerja bakti/gotong-royong b. STM (Serikat Tolong Menolong) c. Kebaktian lingkungan d. Lainnya,sebutkan………………. 7. Apakah kegiatan bersama yang saudara ikuti di desa ini? a. Kerja bakti/gotong-royong b. STM (Serikat Tolong Menolong) c. Kebaktian lingkungan d. Lainnya,sebutkan…………….. 8. Berapakah frekuensi waktu pertemuan saudara dalam kegiatan bersama per minggu? a. 1 kali b. 1-2 kali c. 2-3 kali d. 3-4 kali e. Lainnya,sebutkan ……………… 9. Menurut saudara apakah dengan kegiatan tersebut dapat mempererat hubungan karyawan dengan masyarakat ? a. Ya b. Tidak B. Fungsi Manifest 10. Apakah saudara memiliki tabungan ? a. Ya b. Tidak 11. Berapakah pendapatan yang saudara peroleh setiap bulan ? a. >Rp.600.000 b. Rp. 600.000-Rp.1000.000 c. >Rp. 1000.000 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 C. Disfungsi Sistem 12. Apakah pernah terjadi konflik atau masalah antara masyarakat dengan pengelola perusahaan ? a.Pernah b. Tidak pernah 13. Jika pernah dalam hal apa ? …………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………. 14. Apakah pernah terjadi konflik atau masalah antara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang perusahaan ? a. Pernah b. Tidak pernah 15. Bagaimana status rumah/tempat tinggal yang saudara tempati ? a. Milik sendiri b. Milik orang tua c. Menyewa d. Lainnya, sebutkan …………… 16. Bagaimanakah bentuk rumah yang saudara tempati ? a. Permanen b.Semi permanen 17. Apakah saudara memiliki lahan pertanian ? a. Ya b. Tidak 18. Jika ya, berapakah luas tanah yang saudara miliki ? …………………………………………………………… 19. Bagaimanakah status tanah pertanian yang saudara kerjakan ? a. Sewa b. Milik sendiri c. Lainnya, sebutkan ……… 20. Apakah pekerjaan utama saudara ? a. Petani b. Pegawai negeri c. Pedagang d. Karyawan perusahaan e. Lainnya, sebutkan …………………… 21. Apakah saudara bekerja diperusahaan tersebut ? a. Ya b. Tidak Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 22. Jika saudara bekerja diperusahaan tersebut, bagaimanakah status pekerjaan saudara pada perusahaan tersebut? a. Pegawai tetap b. Buruh harian c. Lainnya sebutkan…… 23. Jika ya apakah motivasi saudara bekerja di perusahaan tersebut ? a. Untuk menambah penghasilan b. Mengisi waktu luang c. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga. d. Lainnya, sebutkan…………………… 24. Jika tidak mengapa saudara tidak bekerja di perusahaan tersebut ? ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Lampiran : Panduan Wawancara Judul Penelitian ANALISIS PROSES INTEGRASI SOSIAL KARYAWAN DAN MASYARAKAT (Studi Deskriptif Pada PT.Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab. Simalungun) Peneliti Asri Simanihuruk (Nim 030901010/Departemen Sosiologi) 1. Untuk Pimpinan Perusahaan I. Riwayat Kehidupan Informan Nama : Usia : Pendidikan : Agama : Status : Asal Istri : Jumlah Anak : Pendapatan : Jabatan/Pekerjaan : Lama Tinggal : Lama Bekerja : II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan 1. Menurut saudara/i bagaimanakah latar belakang berdirinya perusahaan di desa ini? 2. Bagaimanah status pekerjaan pegawai yang bekerja diperusahaan ? 3. Menurut saudara/i darimanakah perusahaan merekrut karyawan ? 4. Menurut saudara/i apa sajakah yang dilakukan perusahaan untuk mempererat hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar? 5. Pernah konflik dengan masyarakat salbe, bagaimanakah menurut saudara/i mengatasi/menanggulagi konflik tersebut ? 6. Setelah konflik tersebut teratasi bagaimanakah menurut saudara interaksi perusahaan dengan masyarakat salbe? Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2. Untuk Karyawan Tetap I. Riwayat Kehidupan Informan Nama : Usia : Pendidikan : Agama : Status : Asal : Jumlah Anak : Pendapatan : Jabatan/Pekerjaan : Lama Tinggal : Lama Bekerja : II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan 1. Menurut saudara/i dari manakah perusahaan merekrut tenaga kerja? 2. Bagaimanakah interaksi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya perusahaan di desa ini ? Dan dalam bentuk apakah interaksi sosial yang dilakukan karyawan dan masyarakat tersebut ? 3. Bagaimanakah frekuensi waktu interaksi, dan dimanakah interaksi sosial tersebut terjadi ? 4. Bagaimanakah menurut saudara/i hubungan (interaksi sosial) sesama karyawan perusahaan ? 5. Bagaimanakah pendapatan saudara/i setelah bekerja di perusahaan ? 6. Menurut saudara/i bagaimanakah hubungan perusahaan dengan masyarakat ? 7. Selain bekerja di perusahaan, apakah saudara/i mempunyai pekerjaan lain? Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3. Untuk Karyawan Tidak tetap I. Riwayat Kehidupan Informan Nama : Usia : Pendidikan : Agama : Status : Asal : Jumlah Anak : Pendapatan : Jabatan/Pekerjaan : Lama Tinggal : Lama Bekerja : II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan 1. Menurut saudara/i darimankah perusahaan merekrut pekerja ? 2. Bagaimanakah interaksi sosial karyawan dan masyarakat ? Dan dalam bentuk apakah interaksi tersebut terjadi ? 3. Bagaimanakah frekuensi waktu interaksi, dan biasanya dimanakah interaksi sosial tersebut terjadi ? 4. Menurut saudara/i bagaimanakah interaksi sosial sesama karyawan ? 5. Bagaimanakah pendapatan saudara dengan bekerja di perusahaan ? 6. Menurut saudara/i bagaimanakah hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar ? 7. Selain bekerja di perusahaan ini, apakah pekerjaan saudara ? Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 4. Untuk Masyarakat/Bukan Karyawan I Riwayat kehidupan Informan Nama : Usia : Pendidikan : Agama : Status : Asal : Jumlah Anak : Pendapatan : Jabatan/Pekerjaan : Lama Tinggal : Lama Bekerja : II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan 1. Menurut saudara/i dari manakah perusahaan merekrut tenaga kerja ? 2. Menurut saudara/i bagaimanakah interaksi karyawan dan masyarakat? 3. Bagaimana pendapatan saudara/i dengan adanya perusahaan ini ? 4. Menurut saudara/i bagaimanakah hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar ? 5. Menurut saudara/i apakah perusahaan membawa kemakmuran bagi masyarakat sekitar ? Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Transkip Hasil Wawancara Lampiran 1. Pimpinan Perusahaan 1. Nama : J. Saragih Usia : 44 Tahun Pendidikan : SMU Agama : Protestan Status : Kawin Asal : Jakarta Jumlah Anak : 4 Orang Pendapatan : Rp ±1500.000/Bulan Jabatan/Pekerjaan : Kepala Bgian (Kabag) Lama Tinggal : 15 tahun Sejak Tahun 1994 Lama Bekerja : 10 tahun Sejak Tahun 2000 II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i bagaimanakah latar belakang berdirinya perusahaan di desa ini? Jawab (Informan) : Pada awalnya milik pemerintah pada tahun 1984, peternakan dikelola diatas areal 1 Ha dapat dikatakan masih sangat kecil. Pada saat dikelola pemerintah peternakan tidak begitu menguntungkan karena pemerintah tidak serius dalam mengelolanya. Pada tahun 1988 perusahaan pernah berhenti beroperasi karena karyawan yang bekerja sering upah tidak diberikan. Pada tahun 1989 perusahaan kembali beroperasi tepatnya pada tanggal 20 april 1989 yang dikelola oleh pihak swasta oleh seorang etnis tioghoa (cina). Perusahaan ini setelah dikelola pihak swasta sekitar 19 tahun. Pada tahun 2000 perusahaan semakin memperluas arealnya yaitu 40.000 Ha. Perusahaan mempekerjakan karyawanya semakin banyak Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 yaitu 329 karyawan. Perusahaan memperoses penggemukan dan memproduksi ternak yang dipasarkan di Sumatera Utara. Sekarang, hampir setiap keluarga di desa ini anggota keluarga kebanyakan laki-laki yang bekerja dipeternakan sebagai satpam satu dua orang bekerja dibagian administrasi dan selebihnya karyawan tidak tetap (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Bagaimanah status pekerjaan pegawai/karyawan yang bekerja di perusahaan ? Jawab (Informan) : Karyawan tetap bagian kantor administrasi yang terdiri dari 4 bagian : administrasi keuangan (kantor), administrasi lapangan, administrasi perbekalan (gudang), adminisrasi populasi ternak. Sedangkan karyawan tidak tetap yaitu karyawan yang diupah jika masuk kerja yang terdiri dari karyawan yang bekerja sebgaai pemberi pakan ternak, membersihkan kandang ternak, menyuntik ternak, menganggkut ternak untuk dijual, supir dalam lokasi peternakan (supir langsir), bagian limbah (IPAL), langsir pakan ternak dari gudang kelapangan (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i darimanakah perusahaan merekrutkaryawan? Jawab (Informan) : Karyawan yang bekerja diperusahaan yang memang benar-benar penduduk asli desa ini dibagian administrasi ada 4 orang, dan kepala bagian hanya saya sendiri selebihnya berasal dari luar daerah, tapi karyawan lepas banyak yang berasal dari desa ini (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i apa sajakah yang dilakukan perusahaan untuk mempererat hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar? Jawab (Informan) : Kompos diberikan gratis untuk masyarakat Urung Panei, kompos diberikan kepada masyarakat sesuai dengan permintaan masyarakat yang membutuhkan kompos tersebut. Dengan pendapatan bantuan masyarakat tersebut meningkatkan khususnya penghasilan masyarakat petani”. Setiap natal dan tahun baru diberikan daging kepada masyarakat melalui gereja. Jika Pesta masyarakat diberikan 30 % diskon dari harga ternak, bagi murid SD yang berprestasi diberikan beasiswa dan bantuan berupa alat perlengkapan sekolah setiap semester (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Pernah konflik dengan masyarakat salbe, bagaimanakah menurut saudara/i mengatasi/menanggulangi konflik tersebut? Jawab (Informan) : Pernah konflik, pada tahun 2001. Penduduk salbe demostrasi keperusahaan, mereka menuntut perusahaan dengan pencemaran terhadap danau toba dan pertanian mereka. Kami juga selaku pihak perusahaan berusaha menaggapi tuntutan masyarakat salbe, sekitar tahun 2004 yang lalu. Saluran aliran limbah dari PT.Allegrindo ditembok dan dilakukan penyaringan limbah 5 kali proses penyaringan , sehingga air yang mengalir kedanau toba itu sudah bersih. Itu dapat dibuktikan dari hasil penyaringan limbah dapat lagi kami pergunakan untuk memandikan ternak dan membersihkan kandang ternak. Bukan itu saja, kami juga membangun puskesmas, PLN (listrik) untuk penerangan, kami melihat guru di SD salbe kurang kami tempatkan 2 guru bantu yang Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 kami bayar RP. 600.000/bulan untuk 2 orang. Jalan raya yang ada di desa Salbe kami perbaiki, jika masyarakat membeli ternak kami berikan diskon 30 %. Ada lagi bantuan yang kami berikan kepada masyarakat salbe. Jika murid berprestasi kami berikan bantuan berupa alat-alat perlengkapan sekolah kami berikan setiap semester (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Setelah konflik tersebut teratasi bagaimanakah menurut saudara interaksi perusahaan dengan masyarakat salbe? Jawab (Informan) : Kami pihak perusahaan sebenarnya telah memberikan yang terbaik bagi masyarakat salbe. Jadi sekarang hubungan kami dengan masyarakat Salbe baik. Masyarakat salbe telah dapat menerima kehadiran PT. Allegrindo (Wawancara,Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 2. Karyawan Tetap 1. Nama : J. Girsang Usia : 38 Tahun Pendidikan : SMU Agama : Protestan Status : Kawin Asal : Urung Panei Jumlah Anak : 5 Orang Pendapatan : Rp ±1500.000/Bulan Jabatan/Pekerjaan : Humas (Karyawan Tetap) Lama Tinggal : 38 Tahun Sejak Lahir Lama Bekerja : 8 Tahun Sejak Tahun 2000 II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i dari manakah perusahaan merekrut tenaga kerja? Jawab (Informan) : Setahu saya perusahaan merekrut karyawan dari masyarakat setempat dan penduduk pendatang atau bisa dikatakan 50 % karyawan setempat dan 50 % lagi merupakan penduduk pendatang (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Bagaimanakah interaksi sosial karyawan dan masyarakat dengan adanya perusahaan di desa ini ? Dan dalam bentuk apakah interaksi sosial yang dilakukan karyawan dan masyarakat tersebut ? Jawab (Informan) : Kerjasama yang saya diikuti adalah kegiatan keagamaan yang diadakan 1 kali dalam seminggu pada rabu malam secara bergilir di rumah penduduk, sedangkan kegiatan STM dilakukan apabila ada kemalangan dan pesta adat (perkawinan) setiap orang yang mengikuti kegiatan tersebut Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 mempunyai jadwal kerja dalam bahasa Simalungun disebut parhobas berdasarkan sektor/lingkungan. Kegiatan arisan dilakukan 1 kali seminggu pada hari minggu setelah pulang gereja secara bergilir (wawancara, Oktober 2008) Tanya(Peneliti) : Bagaimanakah frekuensi waktu interaksi, dan dimanakah interaksi sosial tersebut terjadi ? Jawab (Informan) : Sering bertemu dengan masyarakat, biasanya di kedai kopi pada pagi dan sore hari. Karena didesa ini sudah merupakan suatu tradisi bahwa seorang laki-laki yang telah dewasa ke kedai kopi pada pagi dan sore hari yaitu sebelum dan sesudah selesai kerja (Wawancara,Oktober 2008) Tanya ( Peneliti) : Dimanakah proses interaksi tersebut terjadi dan frekuensi waktu bertemu saudara per hari ? Jawab (Informan) : Saya biasanya bertemu pada pagi hari dan sore hari di kedai kopi sebelum dan sesudah kerja dan pada saat istirahat. selama 60 menit, biasanya sambil minum dan sambil cerita. Menunggu jam kerja (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Bagaimanakah menurut saudara/i hubungan (interaksi sosial) sesama karyawan perusahaan ? Jawab (Informan) : Setiap ada kegiatan arisan, saya selalu datang sebab diadakan pada hari minggu sore. Kegunaan perkumpulan itu dapat bertemu dengan tetangga yang bekerja diperusahaan. Kalau tidak ikut serta kita tidak seperti umumnya masyarakat setempat (Wawancara,Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tanya (Peneliti) :Bagaimanakah pendapatan saudara/i setelah bekerja di perusahaan dan jika lebih apakah yang saudara lakukan terhadap pendapatan tersebut ? Jawab (Informan) : Mengalami peningkatan, jika pendapatan saya lebih biasanya saya menabungkannya di bank. Biasanya pendapatan saya lebih apabila hasil panen dari ladang panen. Saya menabung untuk biaya sekolah anak-anak saya (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i bagaimanakah hubungan perusahaan dengan masyarakat ? Jawab (Informan) : Ya pernah pada tahun 2001, masyarakat yang tidak diterima bekerja mencuri ternak pada malam hari. Pada saat itu juga banyak karyawan yang dipecat karena ketahuan bekerja sama dengan penduduk.Tetapi sekarang tidak pernah terjadi lagi (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Selain bekerja di perusahaan, apakah saudara/i mempunyai pekerjaan lain ? Jawaban (Informan) : Mengusahakan pertanian, jika ada libur membantu istri keladang (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) Jawab (Informan) : Bagaimanakah status rumah yang saudara tempati ? : Milik sendiri, awalnya untuk memperingan biaya tanahnya saya beli dari orang tua. Dimana selain harga yang cukup ringan juga bisa dilakukan secara cicil sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang lainnya (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 3. Karyawan Tidak Tetap 1. Nama : L. Purba Usia : 42 Tahun Pendidikan : SMU Agama : Protestan Status : Kawin Asal : Urung Panei Jumlah Anak : 5 Orang Pendapatan : Rp ±900.000/Bulan Jabatan/Pekerjaan : Karyawan Tidak Tetap Lama Tinggal : 42 Tahun Sejak Lahir Lama Bekerja : 10 Tahun Sejak Tahun 1999 II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i darimanakah perusahaan merekrut pekerja? Jawab (Informan) : Awal mula beroperasinya perusahaan ini, bisa dikatakan setiap kepala keluarga dan anak lajang didesa ini merupakan karyawan di perusahaan (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Bagaimanakah interaksi sosial karyawan dan masyarakat ? Dan dalam bentuk apakah interaksi tersebut terjadi ? Jawab (Informan) : Kerja sama yang kami lakukan kegiatan keagamaan, arisan dan STM, kegiatan ini sebenarnya tidak diharuskan tetapi apbila kita tidak mengikutinya kita merasa terkucil/tersisih dengan masyarakat umum karena dengan kegiatan inilah kita dapat meningkatkan interaksi dengan yang lainnya, karena itu saya mengikuti semuanya kegiatan yang ada didesa ini (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tanya (Peneliti) : Bagaimanakah frekuensi waktu interaksi, dan biasanya dimanakah interaksi sosial tersebut terjadi ? Jawab (Informan) : Dalam seminggu mau mengikuti STM 2-3 kali tergantung ada tidaknya masyarakat mengadakan pesta dan kemalangan (kematian). Seperti minggu kemaren saya mengikuti kegiatan STM 2 kali pertama adanya pesta pernikahan yang hari kedua adanya kemalangan. Biasanya untuk menyiasati agar waktu bekerja perusahaan tidak terlantar. saya minta tolong sama teman yang kebetulan satu tempat kerja, atau kalau tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan saya, maka upah saya dipotong atau untuk menggantikanya saya masuk kerja pada hari minggu. Sedangkan kalau kegiatan keagamaan 1 kali pada malam rabu dan arisan diikuti 1 kali dalam seminggu yaitu pada sore hari sepulang dari gereja (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i bagaimanakah interaksi sosial sesama karyawan Jawab (Informan) : Kami sesama karyawan saling tolong menolong misalnya “jika ada karyawan tidak masuk kerja” kami akan saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, agar tidak terjadi ketelantaran kerja yang lainnya. Selain itu untuk mempererat hubungan kami sesama karyawan membentuk arisan yasng disebut dengan arisan saroha yang diadakan 1 kali dalam seminggu secara bergilir. Dengan arisan ini saya merasakan komunikasi dan hubungan semakin erat dengan karyawan yang lainnya (Wawamcara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Tanya (Peneliti) :Bagaimanakah pendapatan saudara dengan bekerja di perusahaan ? Jawab (Informan) : Pendapatan saya lebih, biasanya jika saya panen dari ladang. Pendapatan dari panen saya simpan di bank yaitu bank BRI. Pendapatan saya dari perusahaan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i bagaimanakah hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar ? Jawab (Informan) : Hubungan perusahan sangat baik dengan masyarakat. Perusahaan menguntungkan bagi masyarakat karena dengan hadirnya perusahaan mayarakat dapat bekerja diperusahaan, selain itu juga dapat bekerja keladang (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Selain bekerja di perusahaan ini, apakah pekerjaan saudara ? Jawab (Informan) : Keladang (bertani) jika ada waktu libur dari peusahaan (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 4. Masyarakat Yang Bukan Karyawan 1. Nama : A. Sipayung Usia : 33 Tahun Pendidikan : SMU Agama : Protestan Status : Kawin Asal : Urung Panei Jumlah Anak : 3 Orang Pendapatan : Rp ±500.000/Bulan Jabatan/Pekerjaan : Bertani Lama Tinggal : 33 Tahun II. Daftar Pertanyaan Kepada Informan Tanya (Penelit) : Menurut saudara/i dari manakah perusahaan merekrut tenaga kerja? Jawab (Informan) : Penduduk setempat dan penduduk luar (pendatang) bias dikatakan 50 % merupkan penduduk luar (Wawancara,Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i bagaimanakah interaksi sosial karyawan dan masyarakat ? Jawab (Informan) Kerja sama yang lebih banyak diikuti oleh karyawan dan masyarakat yaitu kegiatan STM karena dengan kegiatan ini sangat membantu sukses atau tidak suatu pesta yang sedang berlangsung. Karena itu apabila kita tidak datang pada kegiatan itu kita akan dikenakan sangsi yaitu membayar upah satu hari kerja sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Waktu itu saya tidak dapat datang karena saya sakit maka saya mencarikan orang lain untuk Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 menggantikan saya mengikuti kegiatan STM tersebut dan jika ada undangan pesta jika saya tidak bisa datang akan saya wakilkan kepada saudara, sedangkan kegiatan arisan tidak saya ikuti karena biaya yang dikeluarkan terlalu banyak karena itu yang biasa mengikutinya adalah sesama mereka yang bekerja di perusahaan (Wawancara,Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Bagaimana frekuensi waktu bertemu/interaksi sosial saudara/i dengan karyawan perusahaan ? Jawab (Informan) : Jarang bertemu dengan karyawan perusahaan karena kebetulan rumah saya jauh dari perusahaan, apalagi karyawan yang bertempat tinggal di perusahaan, kurang kenal. Sedangkan dengan masyarakat sering bertemu dikedai kopi pada pagi hari dan sore hari, selama 15 menit. Habis minum ya pulang (Wawancara, Oktober 2008) Tanya (Peneliti) : Menurut saudara/i apakah pernah terjadi konflik antara pengelola perusahaan dengan masyarakat sekitar ? Jawab (Informan) : Tidak pernah konflik, karena pengelola perusahaan dan penduduk yang bukan karyawan jarang melakukan komunikasi (Wawancara, Oktober 2008) Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009 Asri Simanihuruk : Analisis Proses Integrasi Sosial Karyawan Dan Masyarakat (Studi Deskriptif Pada PT. Allegrindo Di Desa Urung Panei Kec. Purba, Kab.Simalungun), 2009. USU Repository © 2009