BAB III DATA PERANCANGAN 3.1. Tabel Data Perancangan SIfat Data Data Teknis Perancangan Data Objek Perancangan Rincian Data Primer (Utama) Data alat-alat musik tradisional Indonesia Eksplorasi alat-alat musik tradisional Indonesia Data-data kebutuhan website Data-data konten website alat musik tradisional Indonesia Fitur multimedia (image slideshow, audio, video) Sekunder (Pendamping) Hosting Upload file website Desain website dibentuk sesuai tema Table 3.1. Data Perancangan Manfaat Data Dalam Perancangan Untuk mengetahui kategori, jenis-jenis, tempat asal maupun cara bermain pada alat musik tradisional Indonesia Memahami karakter visual/ciri-ciri dari bentuk, warna, dan unsur filosofi Misalkan seperti data-data image, audio dan video alat musik tradisional Indonesia Untuk menyusun isi website yang akan ditampilkan pada setiap halaman website Sebagai fitur pendukung dalam membuat website yang dinamis namun tetap ergonomis Penyewaan server account untuk penyimpanan data-data website Memunculkan data-data website secara online Tampilan website akan terlihat menarik di pandangan pengunjung website 3.2. Data Alat – Alat Musik Tradisional Indonesia Alat – alat musik tradisional Indonesia mempunyai tipe cara yang berbeda beda untuk memainkannya. Alat musik pukul Alat musik tiup Alat musik petik Alat musik gesek Alat musik gabungan 3.2.1. Alat Musik Pukul 3.2.1.1. GONG Gong terbuat dari logam pipih dengan benjolan di tengahnya. Alat musik ini terdapat di daerah Jawa, Bali, NTT, Jakarta, dan berbagai daerah di Indonesia lainnnya. Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan. Gambar 1 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gong’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.2. KENDANG JAWA Jenis Kendang dengan dua sisi ini terdapat di daerah Jawa dan Deli Sumatera Utara sebagai pengiring Gamelan dan Orkes Melayu. Gambar 2 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Kendang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.3. BONANG Bonang berupa jajaran Gong kecil dengan benjolan di tengahnya yang terbuat dari kuningan dan berada pada kotak resonansi. Bonang terdapat di daerah Jawa,Bali, dan daerah Indonesa lainnya. Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan. Gambar 3 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Bonang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.4. GAMBANG Berupa jajaran bilah-bilah kayu berada pada kotak resonansi. Terdapat di daerah Jawa, Bali, dan daerah Indonesia lainnya. Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan. Gambar 4 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gambang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.5. DEMUNG (SARON) dan TABUH DEMUNG (TABUH SARON) (diatasnya) Dalam memainkan demung, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar : pathet = pencet). Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan. Gambar 5 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Saron’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.6. TAMBO Alat musik Tambo merupakan alat musik yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Cara penggunaan alat ini sama seperti Tambur yaitu dengan cara dipukul. Dulunya alat tradisional tersebut dipakai sebagai tanda saat memasuki waktu shalat fardhu. Gambar 6 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Tambo’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.7. RAPAI Rapai berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional Aceh. Gambar 7 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Rapai’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.8. KOLINTANG Sejenis gambang dari kayu khas Minahasa dengan jajaran bilah- bilahnya pada kotak resonansi dan dimainkan dengan cara berdiri dan dipukul dengan alat bantu pukul atau stik. Gambar 8 : Alat Musik Tradisional Minahasa ‘Kolintang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.9. GEUNDRANG Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh. Gambar 9 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Geundrang’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.10. REBANA Terbuat dari kulit binatang yang diregangkan ke kayu berbentuk bundaran. Di sisi bundaran kayu di bubuhi Cimbal-Cimbal. Alat musik ini sebagai pengaruh kebudayaan Islam. Terdapat hampir di seluruh Indonesia. Gambar 10 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Rebana’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.11. CANANG Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda. Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional. Gambar 11 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Canang’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.12. TIFA Sejenis kendang yang banyak terdapat di daerah Maluku dan Papua yg bernama “TIfa’. Gambar 12 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Tifa’ (Koleksi : www.google.com) Gambar 13 : Alat Musik Tradisional Papua ‘Tifa’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.13. TIFA TOTOBUANG Alat musik pukul ini berasal dari Maluku. Ambon adalah musik asli yang sama sekali tidak dipengaruhi budaya luar. Musik ini merupakan musik khas warga yang tinggal di wilayah mayoritas Kristen. Dalam beberapa pertunjukan musik ini biasanya disandingkan dengan musik sawat, yang sebaliknya hanya dapat dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah mayoritas Muslim. Gambar 14 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Tifa Totobuang’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.14. CALUNG Alat musik ini berbentuk jajaran potongan bambu bulat, terdapat di Jawa Barat. Gambar 15 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Calung’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.15. GARPU TALA Alat musik tradisional ini berasal dari daerah Bima, NTB. Garputala atau Druridana adalah alat yang berbentuk seperti garpu bergigi dua (atau berbentuk huruf Y) dan beresonansi pada frekuensi tertentu bila dihentakkan pada suatu benda. Garpu tala ini terbuat dari bambu. Gambar 16 : Alat Musik Tradisional NTB ‘Garpu Tala’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.16. TALEMPONG PACIK Alat musik ini sejenis gong kecil tunggal dengan benjolan di tengahnya. Talempong Pacik terdapat di daerah Sumatera Barat, biasanya dibawa dan dimainkan sambil berjalan sebagai pelengkap arak-arakan atau upacara. Gambar 17 : Alat Musik Tradisional Padang ‘Talempong Pacik’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.17. BIBILIKU FIHAR Alat Musik Tradisional ini berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur). Bibiliku Fihar adalah alat musik yang berbentuk seperti gendang. Hanya saja memiliki satu kulit. Cara memainkannya adalah dengan cara dipukul dengan benda lain Gambar 18 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Bibiliku Fihar’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.18. KENDANG SUNDA Gendang terbuat dari kulit binatang yang di regangkan pada kayu berupa taung sebagai kotak Resonansi ( untuk mendapatkan efek gaung ). Gendang Sunda terdapat di daerah Jawa Barat, di Bali pun ada. Gambar 19 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Kendang Sunda’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.19. MARWAS atau GEDUMBA Jenis Kendang Kecil untuk mengiringi musik Gambus. Terdapat di Sumatera bagian Timur. Gambar 20 : Alat Musik Tradisional Sumatera Timur ‘Marwas’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.1.20. GENDANG PANJANG dan MARWAD Gendang Panjang adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Gambar 21 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gendang Panjang’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.21. DJEMBE Ada kesepakatan umum bahwa dengan kasta Mandinka dari pandai Numu. Penyebaran luas besi, asal yang mula djembe dikaitkan dikenal dari drum djembe seluruh Afrika Barat sebagai mungkin karena migrasi Numu selama milenium pertama Masehi. Tapi di Indonesia juga mem-produksi Djembe, yaitu didaerah Blitar, Bandung dan Bali. Gambar 22 : Alat Musik Tradisional ‘Djembe’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.22. JEGOGAN Jegogan berasal dari Bali dan berada dalam instrumen Gamelan Bali. Jegogan seperti alat musik gender, berbilah besar sebanyak lima buah, bernada rendah, dimainkan dng sebuah pemukul yg berbentuk bulat dan bertangkai. Gambar 23 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Jegogan’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.23. GENDER Gender adalah alat musik tradisional Bali yang paling susah memainkannya. Gender juga adalah alat musik yang paling sakral. Gender sering digunakan untuk mengiringi pementasan wayang kulit, namun bisa juga berdiri sendiri yang terdiri dari dua pemain saja. Terdapat di dalam Gamelan Bali. Gambar 24 : Alat Musik Tradisional Indonesia Bali ‘Gender’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.24. GONG PULU atau GUNTANG Alat musik tradisional yang dipukul ini berasal dari daerah Bali dan biasanya ada didalam Gamelan Bali. Gambar 25 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Gong Pulu’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.25. NEKARA Nekara dari masa paleometalik (zaman logam) ini merupakan alat musik tradisional tertua. Nekara yang ditemukan di P Sangeang Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan berasal dari masa pra sejarah dengan pertanggalan 2500 SM. Nekara yang berukuran besar ini merupakan Nekara Tipe Heger I, terbuat dari perunggu. Oleh masyarakat dimana nekara ini ditemukan, benda ini disebut dengan istilah Makalamau, waisarinci atau saritasangsi yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, yang jika ditabuhkan akan mendatangkan hujan dan bahkan badai. Gambar 26 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Nekara’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.26. KAJAR Alat musik tradisional Bali berpencon mirip ketuk karawitan Jawa, dibunyikan sebagai pemantap ritme yang sering dimainkan sepanjang lagu. Gambar 27 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Kajar’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.27. KEMONG Kemong adalah sebutan gaya Suroboyo-an untuk sebuah tabuhan mirip gong dengan diameter antara 25-35 cm. Alat ini ditabuh atau dipukul bukan untuk iringan musik, tetapi sebagai penanda ketika sebuah kampung ada warganya yang meninggal. Gambar 28 : Alat Musik Tradisional Jawa dan Bali ‘Kemong’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.28. SOWITO Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada, NTT. Seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Gambar 29 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Sowito’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.29. MENDUT Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai, NTT. Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil. Gambar 30 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Mendut’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.30. DOG-DOG Dogdog merupakan alat musik tabuh yang berasal dari Jawa Barat dan terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15 cm dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan panjangnya lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang berdiameter 15 m itu ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan, kemudian diikat dengan tali bambu dan dipaseuk / baji untuk mengencangkan kulit tersebut, sehingga kalau dipukul Akan mengeluarkan suara dog.. dog.. dog. Gambar 31 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Dog-Dog’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.31. RINDIK Rindik adalah salah satu alat musik tradisional dari Bali yang terbuat dari bambu dan memiliki nada slendro. Rindik biasanya dimainkan oleh 2-4 orang, 2 orang sebagai penabuh Rindik dan sisanya sebagai pemain Suling. Kadang kala ada juga Rindik yang dimainkan oleh 5 orang, dengan 1 pemainnya menabuh Gong Pulu. Rindik biasa dipentaskan di hotel - hotel, pada acara pernikahan/resepsi, peresmian dan sebagainya. Gambar 32 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Rindik’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.32. KEMPUL Kempul yang tersebar di daerah Jawa dan Bali ini merupakan instrumen gamelan yang bertugas pada bagian irama. Bentuknya seperti pencon bonang barung bagian bawah yang bergantung pada gayor, akan tetapi ukurannya besar-besar. Pada perangkat gamelan yang lengkap, biasanya laras pelog dan laras slendro mempunyai kempul tersendiri. Nadanada kempil sesuai dengan nada-nada saron. Cara memainkan instrumen ini adalah dengan cara dipukul menggunakan bendha (sejenis bindhi yang berbentuk bulat). Gambar 33 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Kempul’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.33. CENG-CENG Ceng-ceng adalah bagian penting dari seperangkat gamelan Bali. Di antara alat gamelan yang lain, dalam satu performa, ceng-ceng memegang peran yang sangat penting. Ceng-ceng Bali ini juga dikenal dengan sebutan ceng-ceng ricik. Bahan terbuat dari kayu nangka dan tembaga. Terdiri atas 6 (enam) buah logam bundar bagian bawah dan 2 (dua) logam bundar bagian atas. Cara memainkan alat musik tradisional Bali ini adalah dengan cara “memukulkan” bagian tembaga bundar yang atas (berjumbai merah) ke bagian tembaga bundar bawah yang menghadap atas. Ceng-ceng Bali dibuat dengan bentuk kura-kura. Ini bisa dipahami karena pengukirnya mungkin mengambil tokoh legenda Bali yaitu kura-kura mistis. Konon, di kebudayaan Bali, kura-kura mistis ini memiliki nilai magis yaitu menyeimbangkan dunia di atas punggungnya. Gambar 34 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Ceng-Ceng’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.34. TEROMPONG Kata terompong berarti alat gamelan dari perunggu yang memiliki pencong atau “moncot” yang terdiri atas beberapa buah yang disusun dalam satu “tungguh”. Demikian pula halnya dengan terompong beruk itu, hanya bahan dan bentuknya berbeda dengan terompong tersebut. Terdapat di Bali. Gambar 35 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Terompong’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.35. HIDATA Musik bambu Hidata yang berasal dari Maluku Utara ini adalah batangan bambu. Batangan bamboo yang dijadikan peralatan musik ini biasanya hanya terdiri dari 2 ruas dan panjangnya tidah lebih dari 1,75 m. Biasanya batang bambu ini sudah dilubangi sesuai nada tone yg berdasarkan panjang pendeknya bambu. Dan dibutuhkan karung goni agar ubin dan batang bambu tidah mudah rusak bila dibenturkan Gambar 36 : Alat Musik Tradisional Maluku Utara ‘Hidata (koleksi : www.google.com) 3.2.1.36. GEDUK Alat musik tradisional yang berasl dari Sumatera Timur ini adalah sejenis gendang yang mempunyai dua muka. Muka geduk diperbuat daripada belulang lembu atau kerbau. Pada mulanya belulang diletakan pada badan geduk menggunakan perekat. Kemudian belulang itu dipancang dengan baji kayu atau besi. Badan geduk disebut temalang yang diperbuat daripada kayu keras seperti kayu nangka dan bentuknya agak cembung sedikit. Bahagian dalam temalang disebut lompang. Dua bilah buluh dipasang pada satu sisi temalang. Bilah-bilah tersebut lebih panjang daripada temalang dan berfungsi sebagai kaki. Gambar 37 : Alat Musik Tradisional Sumatera Timur ‘Geduk’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.37. THOBO Alat musik tumbuk dari bambu ini berasal Kabupaten Ngada, Flores. Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa. Gambar 38 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Thobo’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.38. DOL Alunan suara bersaut-sautan ini dari alat musik disebut Dol. Di Provinsi Bengkulu, Sumatera, Alat musik Dol bukan hal yang baru. Iramanya kerap terdengar hampir disetiap sudut kota terutama sore hari. Dol pertama kali dibawa oleh pedagang dari India. Bentuknya hampir mirip gendang terbuat dari kulit sapi. Ukurannya bervareasi. Diameter Dol terbesar sekitar 70 centimeter dengan tinggi 80 centimeter. Alat musik tradisional Bengkulu ini terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon nangka. Masyarakat Bengkulu sangat akrab dengan alat musik Dol. Mereka biasanya bermain Dol secara berkelompok di rumah-rumah atau sanggar kesenian. Peminatnya tak terbatas pada orang dewasa atau remaja Gambar 39 : Alat Musik Tradisional Bengkulu ‘Dol’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.39. GENDERANG PERANG Tidak jelas mengapa alat tabuh khas Bengkulu ini di namakan alat musik perang (Slaginstrument) di Tropen Museum, atau mungkin pada jaman dahulu di pakai untuk memberi semangat orang Bengkulu saat berperang. Alat jenis musik tradisional ini yang masih sering terlihat adalah alat musik perang jenis Rebana yang sering dipakai dalam kegiatan adat masyarakat Bengkulu dan sekitar. Gambar 40 : Alat Musik Tradisional Bengkulu ‘Genderang Perang’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.40. CELEMPONG Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang, Aceh. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya. Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. Gambar 41 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Celempong’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.41. BURDAH Sebuah bentuk alat musik hasil akulturasi kebudayaan bangsa Arab denganetnis Sasak. Burdah dimainkan sebagai pengiring lagu bernuansa Islam seperti barzanji saat acara keagamaan yang dapat dimainkan tunggal ataupun berkelompok (Koleksi Museum Balaputradewa Sumatera Selatan). Gambar 42 : Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan ‘Burdah’ (koleksi : www.google.com) 3.2.1.42. GENDANG SILAT Berupa gendang berkepala ganda yang berasal dari RIau. Digunakan sebagai pengatur irama dalam mengiringi lagu, sebagai penentu dan pengubah gerak tari pada tari silat (Koleksi Museum Sang NIla Utama Riau). Gambar 43 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gendang Silat’ (koleksi : wwww.google.com) 3.2.2. ALAT MUSIK TIUP 3.2.2.1. SULING Terbuat dari bambu dengan berbagai variasi, terdapat di hampir di seluruh Indonesia. Seperti Suling Sunda di Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan daerah di Indonesia lainnya. Gambar 44 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Suling’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.2.2. FOY DOA Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa. Seberapa lama usia musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalanpeninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau lebih. Gambar 45 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Foy Doa’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.3. FOI MERE Alat musik tiup dari bambu yang berasal dari Flores ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foi Mere : do, re, mi, fa, sol. Gambar 46 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Foi Mere’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.4. SALUANG Seruling khas Minang, berupa tabung bambu dengan kedua ujungnya terbuka. Gambar 47 : Alat Musik Tradisional Sumatera Barat ‘Saluang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.2.5. PRERE Alat bunyi-bunyian dari Manggarai, NTT ini terbuat dari seruas bambu kecil sekecil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Gambar 48 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Prere’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.6. SULING HIDUNG Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian karena suling ini ditiup dari hidung. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk besar. Gambar 49 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Suling Hidung’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.7. AMYEN atau TROMPET (atas) dan YI (dua bawah) Amyen adalah alat musik tiup yang digunakan untuk mengiringi tarian dan memanggil serta memberi tanda bahaya saat perang. (Koleksi Museum Loka Budaya Uncen Papua). Sedangkan Yi digunakan untuk memanggil penduduk dan juga untuk mengiringi acara tari tarian (Koleksi Museum Negeri Provinsi Papua). Gambar 50 : Alat Musik Tradisional Papua ‘Amyen dan Yi’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.8. KADIRE (kiri) dan KLEDI (kanan) Termasuk alat musik tiup. Sumber bunyinya berasal dari tempurung kelapa yang berfungsi sebagai pengatur nada. Dimainkan saat upacara adat masyarakat Dayak Kenyah (Koleksi Museum Mulawarman Kalimantan Timur), Sedangkan Keledi dibuat dari buah labu yang sudah tua kemudian dikeluarkan isinya, direndam selama satu bulan dan selanjutnya dikeringkan (Koleksi Museum Negeri Prov. Kalimantan Barat). Gambar 51 : Alat Musik Tradisional Kalimantan ‘Kadire dan Kledi’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.9. BANSi Alat tiup yang satu ini berasal dari Aceh. Bansi adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Gambar 52 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Bansi’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.10. SERUNAI Serunai adalah semacam terompet yang terdapat di Sumatera, juga terdapat jenis yang serupa di Jawa Barat dengan nama Tarompet, di Jawa Timur dengan nama Sronen, di Sulawesi Selatan dengan nama Puwi-puwi. Gambar 53 : Alat Musik Tradisional Sumatera Barat ‘Serunai’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.2.11. BEREGUH Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya. Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang, diperkirakan telah mulai punah penggunaannya. Gambar 54 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Bereguh’ (koleksi : www.google.com) 3.2.2.12. SANGKA atau TRITON Alat musik tiup ini terbuat dari siput atau kerang besar berongga. Di salah satu sisi kerang di buat lubang sebagai sumber bunyi. alat musik ini banyak tersebar di Kepulauan Kei (Papua), Minahasa, Halmahera, dan P. Seram. Gambar 55 : Alat Musik Tradisional Minahasa ‘Sangka’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.2.13. TEROMPET REOG Terompet Reog merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Ponorogo Jawa Timur.Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring saat pertunjukan Reog Ponorog. .Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup. Gambar 56 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Terompet Reog’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3. ALAT MUSIK PETIK 3.2.3.1. SAMPEK Sampek merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Kalimantan tepatnya biasanya digunakan oleh Suku Dayak. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Gambar 57 : Alat Musik Tradisional Kalimantan ‘Sampek’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.2. KECAPI Alat musik petik ini memakai jajaran dawai panjang sampai ukuran pendek dengan tabung resonansi yang terbuat dari kotak kayu, kecapi ini terdapat di daerah Jawa Barat. Gambar 58 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Kecapi’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.3. SASANDO Sasando adalah alat musik yang terbuat dari daun lontar dengan bambu berongga dan di lengkapi dengan 36 dawai, Sasando terdapat di daerah Timor. Gambar 59 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Sasando’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.4. PANTING Musik Panting adalah musik tradisional dari suku Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik Panting. Pada awalnya musik Panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Gambar 60 : Alat Musik Tradisional Banjar ‘Panting’ (koleksi : www.google.com) 3.2.3.5. GAMBUS Gambus yang berasal dari Riau ini adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Riau. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Gambar 61 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gambus’ (koleksi : www.google.com) 3.2.3.6. KECAPI “KITOKA” Kecapi merupakan salah satu bentuk alat musik tradisional Sulawesi Selatan. Alat musik ini terdiri atas 2 (dua) senar/dawai dengan masingmasing senar memiliki stem yang berbeda. Dahulu, kecapi dalam masyarakat terdiri atas 3 (tiga) grep namun mengalami perkembangan menjadi 4-6 grep. (Gambar kecapi "kitoka", yang merupakan inovasi kecapi tradisional Bugis Makassar). Gambar 62 : Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan ‘Kecapi Kitoka’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.7. GAMBUS FLORES Alat musik diperkirakan masuk ke Flores Timur sejak masuknya agama Islam sekitar abad 15. Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit hewan, senar, dan paku halus. Alat musik petik ini merupakan instrumen berdawai ganda yaitu, setiap nada berdawai dua/double snar. Dawai pertama bernada do, dawai kedua bernada sol. Dan dawai ketiga bernada re, atau dawai pertama bernada sol, dawai kedua bernada re, dan dawai ketiga bernada la. Gambar 63 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Gambus’ (koleksi : www.google.com) 3.2.3.8. POPONDI atau TOLINDO Popondi terbuat dari kayu berbentuk busur dan bertumpu pada tempurung kelapa, di atasnya terdapat sebuah dawai yang di tegangkan untuk di petik, alat ini terdapat di daerah Toraja. Gambar 23 : Alat Musik Tradisional Toraja ‘Popondi’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.9. IDIOKARDO Alat musik petik yang berdawai 4 yg berasal dari Maluku ini adalah alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di petik. Alat musik ini disebut juga Tatabuhan. Gambar 65 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Idiokardo’ (koleksi : www.google.com) 3.2.3.10. LEKO BOKO atau BIJOL Alat musik petik yang berasal dari NTT ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Gambar 66 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Leko Boko’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.11. KETADU MARA Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi mahkluk halus. Gambar 67 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Ketadu Mara’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.3.12. SITER Siter adalah sejenis kecapi dengan jajaran dawai, memakai tabung resonasi yang bertumpu pada kaki penunjang. Alat musik ini terdapat di Pulau Jawa. Gambar 68 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Siter’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.4. ALAT MUSIK GESEK 3.2.4.1. ARBAB Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai.. Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang. Gambar 69 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Arbab’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.4.2. KESO-KESO Keso-keso yang berasal dari Sulawesi Selatan ini adalah alat musik yang mirip seperti rebab hanya saja keso menggunakan dua dawai saja. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek. Gambar 70 : Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan ‘Keso-Keso’ (koleksi : www.google.com) 3.2.4.3. HEO Alat gesek (heo) asal NTT, terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing bernama : dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do. Gambar 71 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Heo’ (koleksi : www.google.com) 3.2.4.4. KONGAHYAN, TEHYAN dan SUKONG Di Betawi, alat musik gesek ada tiga macam dan dibedakan berdasarkan ukurannya. Alat musik gesek yang berukuran kecil disebut Kongahyan, ukuran sedang disebut Tehyan dan ukuran yang paling besar disebut Sukong. Ketiga alat music gesek ini terdapat di dalam instrument Gambang Kromong. Gambar 72 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Kongahyan’ (koleksi : www.google.com) Gambar 73 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Tehyan’ (koleksi : www.google.com) Gambar 74 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Sukong’ (koleksi : www.google.com) 3.2.4.5. REBAB Rebab adalah alat musik gesek dengan satu dua senar atau dawai. Alat musik ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sebagai pengaruh kebudayaan Islam.1 Gambar 75 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Rebab’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.5. ALAT MUSIK GABUNGAN 3.2.5.1. GAMELAN Gamelan adalah seperangkat alat musik yang biasanya menonjolkan metalofon (Alat perkusi yang terdiri dari batang logam tuned, biasanya dipukul dengan palu)., gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Di Indonesia dalam berbagai jenis, ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan. 1 http://cerita-indonesian.blogspot.com Gambar 76 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gamelan Jawa’ (koleksi : www.google.com) Gambar 77 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Gamelan Bali’ (koleksi : www.google.com) Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu- Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini, pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satusatunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyajikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan. Gambaran tentang alat musik ensembel (kumpulan yang terdiri atas dua atau lebih musisi yang memainkan alat musik ataupun bernyanyi) pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, gambar relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan. Penalaan (proses, atau cara) dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa. Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini. Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.2 MACAM-MACAM INSTRUMEN GAMELAN: 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan Bonang barung dan bonang penerus: Ricikan yang berbentuk pencon yang diletakkan diatas rancakan dengan susunan dua deret yaitu bagian atas disebut brunjung dan bagian bawah disebut dhempok. Terdiri dari dua rancak. satu rancak untuk laras slendro yang berisi 10/12 pencon, dan laras pelok berisi 14 pencon. Wilahan (terdiri dari): Saron 1 dan 2, Demung, Slentem, Peking (Wilahan berbentuk pipih terletak diatas rancakan yang terbuat dari kayu, ada dua rancak, satu rancak untuk laras slendro, dan satu rancak untuk laras pelog). Kempul Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu/ gending untuk menegaskan ketukan. Gong ( Gong gede dan gong suwukan ) Gong menandai permulaan dan akhiran gending dan memberikan rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu. Gambang Gambang ada tiga rancak dengan bilah yang di buat dari kayu, satu rancak untuk slendro, dua rancak untuk pelok, masing-masing rancak terdiri dari 21 bilah mulai dari nada 5 sampai dengan nada 5. Gender ( Gender barung dan gender penerus ) Bentuk bilah menggunakan tabung atau bumbungan yang di buat dari bambu. Sebagai resonator. Gender barung berisi 14 bilah, gender penerus 14 bilah. Kethok kenong Dalam memberi batasan struktur suatu gending, kenong adalah instrument kedua yang peling penting setelah gongdan menuntun alur. Celempung Celempung instrument kawat petik. Kawatnya terdiri dari 13 pasang ditegakkan antara paku atas dan bawah, ada 3 buah satu untuk laras slendro dan 2 untuk laras pelok. Kemanak Bentuknya seperti buah pisang, untuk mengiringi tari budaya dan srimpi. Khendang Kendhan Dimainkan dengan jari dan telapak tangan, Kendhang yang menentukan irama dan tempo, (menjaga keajekan tempo, menuntun peralihan cepat atau lambat, menghentikan irama gamelan). Macam kendhang. ( ada kendang gede, kendang wayangan, kendshang ciblon, dan ketipung). Rebab Rebab berbentuk biola. Nabuhnya dengan cara digesek . Suling (Terbuat dari Bambu yang di lubangi ) Sitter Sitter instrument kawat petik yang terdiri dari 13 pasang, LARAS atau TANGGA NADA DALAM GAMELAN JAWA Pada Gamelan Jawa dikenal ada dua ‘titi laras’ atau ‘laras’ (tangganada) yang berbeda, yaitu ‘laras slendro’ mempunyai susunan sebanyak lima nada, yaitu nada 1, 2, 3, 5, dan 6 (C- D E+ G A) dan ‘laras pelog’ mempunyai susunan sebanyak tujuh nada, yaitu nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 (C+ D E- F# G# A B). Kedua laras itu, dalam teori nada dikategorikan sebagai ‘nada penta tonis’ (mempunyai lima nada). Meskipun demikian, pada bahasan yang lebih mendalam, ternyata laras pelog bisa dibagi lagi menjadi dua laras yang berbeda, yaitu ‘laras pelog bem’ (mempunyai susunan sebanyak enam nada, yaitu nada 1, 2, 3, 4, 5, dan 6) dan ‘laras pelog barang’ (mempunyai susunan sebanyak enam nada, yaitu nada 2, 3, 4, 5, 6,dan 7). Jadi sebenarnya laras dalam Gamelan Jawa ada tiga, yaitu laras slendro, laras pelog bem, dan laras pelog barang. Meskipun demikian, kenyataannya kedua laras pelog itu, biasanya disusun dalam satu kesatuan, yang lazim disebut sebagai ‘Gamelan laras pelog’, yang susunan nadanadanya umumnya terdiri dari nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Penyebabnya adalah, nada-nada 2, 3, 4, 5, dan 6 pada Gamelan laras pelog bem dan laras pelog barang, merupakan nada-nada yang frekuensinya sama. Jadi, penyatuan laras pelog bem dengan laras pelog barang dalam satu susunan nada, sebenarnya lebih didasari segi kepraktisan. Selain itu, dalam sejumlah komposisi gendhing, secara terbatas ada juga permainan nada yang memang menggunakan kedua susunan nada pelog secara bersamaan. Perbedaannya pelog dan slendro hanya pada tangga nadanya. Interval nada-nada pada slendro berbeda dengan interval pada nada-nada di pelog. Nada slendro memiliki interval yang lebih besar dari pada pelog. Nantinya berpengaruh pada tembang (nyanyian) yang dilagukan oleh penyanyi. Pada permainan Gamelan Jawa, dikenal ada tiga ‘pathet’,yaitu: Pada permainan menggunakan gamelan laras slendro, dikenal ada tiga pathet, yaitu: pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Pada permainan menggunakan gamelan laras pelog, dikenal ada tiga pathet, yaitu: pathet lima, pathet nem, dan pathet barang. Dalam masyarakat Jawa, orchestra musik Gamelan biasanya disebut ‘Karawitan’. Berasal dari kata ‘Rawit’ yang berarti rumit, halus dan kecil. Karena music Karawitan memang tidak sekedar berfokus pada bunyi yang dihasilkan oleh alat music, tapi juga harus dapat memahami kedalaman makna dari musik yang sedang dimainkan tersebut. Berdasar didemonstrasikan jarak antar bahasan, oleh nada yang pernah sejumlah panji pembuat Gamelan kepada penulis, pada pendapat, Gamelan dan laras praktik; slendro dan Gamelan laras pelog, ternyata berbeda pada pada setiap pathet tertentu. Karena adanya peristiwa itu, maka jika kita hendak membuat seperangkat Gamelan, maka idealnya (jika suara nada gamelan itu dikehendaki bagus untuk seluruh pathet) kita seharusnya membuat enam (6) perangkat Gamelan yang berbeda, yaitu: 1. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet nem. 2. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet sanga. 3. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet manyura. 4. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet lima. 5. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet nem. 6. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk permainan karawitan pada saat pathet barang.3 PERAN RICIKAN / INSTRUMEN GAMELAN Masing-masing instrument mempunyai perbedaan bantuk, peran dan fungsi. Untuk menyatukan hal tersebut, ada pembagian tugas dari masing-masing instrument, yaitu : Pamurba wirama Bertugas untuk menguasai irama dalam sajian, menentukan tempo dan volume serta menghentikan gendhing. Instrument kendhang. Pamurba lagu Bertugas penetu dan penuntun lagu, menunjukan nafas, jiwa, dan karakter gendhing yang disajikan. Instrument Rebab, gender, boning. Pamangku wirama Bertugas menjaga irama, mempertegas tempo yang telah adea. Instrument Kethuk,kenong,kempyang,kempul dan gong Pamangku lagu Bertugas memjalankan lagu yang sudah ada, serta mempertegas melodi. Instrument Gender,Saron, demung dan peking. Pangrengga lagu Bertugas mengisi lagu. Instrument Gender penerus, suling, celempung dan sitter. NILAI – NILAI STRATEGIS DALAM GAMELAN Menurut Judith Becker dalam buku, “Gamelan Stories: Tantrism, Islam, and Aesthetics in Central Java”, mengemukakan bahwa pada zaman 3 http://kuliahmusikonline.blogspot.com, http://wayangprabu.com pertengahan, di Indonesia, elemen Gamelan digunakan sebagai media pemujaan eksternal dan internal. Dia mengutip Sastrapustaka yang mengungkapkan makna esoteris nada-nada Gamelan yang berhubungan dengan chakra, panca indera dan rasa. Gamelan sebagai yantra, alat, dapat membantu tahapan meditasi sebelum mencapai keadaan Samadhi/Semedi. Melalui media musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan fikir, penjernihan hati dan pemurnian jiwa yang berujung pada penyembuhan psikologis. Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi air, sehingga musik yang indah akan membuat air membentuk kristal hexagonal yang indah. Memahami bahwa baik manusia, hewan dan tanaman mengandung air, maka suara musik akan mempengaruhi semua makhluk hidup. Organ-organ manusia mempunyai getaran dengan berbagai frekuensi. Walau frekuensi yang dapat didengar manusia berkisar 20 Hz-20 KHz, frekuensi suara berbagai alat gamelan sangat bervariasi dan memungkinkan terjadinya frekuensi yang sama dengan organ tubuh. Bila getaran suara Gamelan mempunyai frekuensi yang sama dengan suatu organ tubuh yang lemah, maka resonansi yang terjadi dapat memperkuat dan menyembuhkan organ yang bersangkutan. Musik yang harmonis juga akan mebuat sapi merasa tenang dan mempengaruhi sistem kelenjar yang berhubungan dengan susu. Selanjutnya, getaran frekuensi tinggi dari Gamelan akan merangsang ‘stomata’ tanaman untuk tetap terbuka, meningkatkan proses pertumbuhan. Bunga-bunga yang beraneka warna pada umumnya mempunyai panjang gelombang sama seperti panjang gelombang warnanya. Suara alat-alat musik yang bervariasi panjang gelombangnya dapat mempengaruhi organ yang sama panjang gelombangnya. Sebuah lembaga penelitian tentang perkembangan otak di jepang mengadakan riset tentang pengaruh gelombang suara supersonic terhadap perkembangan otak. Gelombang suara supersonic adalah suara yang tidak dapat dideteksi/didengar oleh khusus. Ternyata gelombang telinga suara kita tanpa supersonic mampu bantuan alat menstimulasi peningkatan produksi beberapa hormon penting di otak yang mana sangat baik untuk perkembangan otak. dan ternyata gamelan (Jawa dan Bali) banyak sekali memproduksi gelombang supersonic ini jauh lebih tinggi dari musik klasik. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh kita yang mempunyai budaya ini, tetapi justru orang asing yang menelitinya dan mampu memanfaatkannya. Pertanyaan yang sangat menggelitik adalah, kenapa bangsa asing begitu giat menggunakan gamelan sebagai media pendidikan? Sedangkan ditanah kelahirannya gamelan masih saja mendapatkan stigma sebagai seni musik tradisional yang ketinggalan jaman? terjebak pada istilah pelestarian seni tradisi dan tidak melihat gamelan sebagai sebuah media pencerdasan emosional dan estetika. Ada beberapa faktor yang membuat gamelan belum maksimal di dunia pendidikan maupun di masyarakat, faktor kurangnya keberanian para praktisi gamelan keluar dari pakem yang selama ini dianutnya, pakem dianggap aturan/tatacara yang sudah final sehingga tidak perlu lagi adanya pakem-pakem baru. Kedua adalah faktor minimnya para peneliti/ilmuwan dalam seni tradisi (gamelan) tentang kegunaan/efek gamelan bagi kecerdasan emosional anak. Ketiga faktor gamelan yang dipresepsikan hanya untuk dimainkan oleh orang dewasa, keempat minimnya komposisi musik gamelan yang khusus dimainkan oleh anak-anak. Kelima hegemoni musik barat yang selalu dipaksakan menjadi acuan dalam pembelajaran musik di Indonesia, padahal sejak era 2000an hingga kini pendidikan musik di Negara maju sudah mulai mengadopsi gamelan sebagai bagian dari pendidikan karakter, karena gamelan dinilai sebagai musik yang humanis, karena nilai-nilai kebersamaan, empati, toleransi dan kolektifitas yang menjadi suatu kekhasan dalam gamelan, karena hal tersebut tidak didapatkan dari musik klasik barat yang cenderung individualis, miskin improvisasi, dan kaku karena harus memainkan sesuai dengan perintah partitur.4 3.2.5.2. RAMPAK KENDANG Rampak kendang itu adalah salah satu kreasi seni asal Sunda. Rampak kendang itu asalnya dari kata ’kendang serempak’. Jadi bisa disimpulkan bahwa rampak kendang adalah bermain kendang secara serempak atau bersama-sama. Tapi walau pun namanya rampak kendang, instrumen yang dimainin di rampak ini nggak cuma kendang saja, ada lagi yang lain, yaitu saron (kita biasa memanggilnya ’Sharon’), gong, Djembe, gitar, dll. Banyak instrumen yang bisa dipadupadankan dengan kesenian rampak ini. Dan yang main rampak ini ada banyak, bisa sampe dua puluhan.. 4 http://zakariaeffendi.blogspot.com Kendang dibagi jadi dua, yaitu kendang duduk dan kendang diri. Kendang duduk itu nafasnya rampak kendang, karena dibandingin sama kendang diri, jumlahnya lebih banyak kendang duduk. Para pemain kendang duduk ini biasanya lemah gemulai. Tapi dibalik gerakannya yang lemah gemulai ini tersimpan kekuatan yang super banget, karena untuk menabuh kendang duduk itu ga gampang, butuh latihan keras baru bisa dapat suara tabuhan yang bagus ditambah tangan yang kuat tahan banting. Sesuai dengan namanya, kendang duduk ini dimainkan sambil duduk, dengan jumlah kendang sebanyak tiga buah, satu kendang utama yang besar dan dua kendang kecil yang berada di kiri - kanan kendang utama. Tapi si kendang duduk ini mendapat tempat spesial, karena mereka juga mendapat kesempatan untuk menabuh kendang sambil berdiri juga. Lain lagi dengan kendang diri. Kendang diri dimainkan sambil berdiri dengan menggunakan stik yang mirip seperti stik drum tapi lebih tebal dan lebih pendek kayunya. Di tim rampak biasanya cuma ada dua penabuh kendang diri. Tapi mainin kendang diri bukan berarti lebih gampang dari kendang duduk. Main kendang diri juga harus pake tenaga yang kuat, supaya bunyinya bisa seimbang sama bunyi kendang diri yang ada banyak itu. Kendang diri juga jumlahnya cuma ada dua, dua-duanya kendang utama tapi diletakkan secara vertikal atau lebih mudahnya diberdiriin gitu lah. Posisi kendang diri di tim rampak ini nggak begitu spesial seperti halnya posisi kendang duduk. Karena seorang pemain kendang duduk bisa dengan mudah beradaptasi dengan kendang diri, tapi seorang pemain kendang diri tuidak bisa langsung begitu saja beradaptasi dengan kendang duduk. Rampak Kendang adalah salah satu kreasi musik tradional yang dimainkan bersama-sama oleh sekitar dua sampai puluhan pemain. Ditabuh secara bersamaan sesuai musik yang dilantunkan. Tabuhannya memiliki efek suara yang keras sehingga menimbulkan perhatian para penonton. Dalam memainkannya, dapat berdiri sendiri, artinya dari rampak kendang itulah membentuk lantunan lagu sendiri, atau sebagai pengiring dari suatu tari Jaipongan. Dalam seni pertunjukan, Seni Rampak Kendang telah diterima sebagai salah satu seni kreasi dan telah dipertunjukan pada acara-acara resmi, baik dilingkup Pemerintahan, lingkup swasta maupun masyarakat umum.5 Gambar 78 : Grup Musik Tradisional Indonesia ‘Rampak Kendang’ (Koleksi : www.google.com) 3.2.5.3. GAMBANG KROMONG Musik khas Betawi. Sejarah musik ini dipengaruhi beberapa unsur musik Cina, yaitu dengan digunakannya alat musik gesek berupa kongahyan, tehyan, dan sukong. Sementara alat musik asli pribumi adalah : kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong dipimpinan oleh golongan Cina yang bernama Nie Hu-kong. Sebuah grup gambang kerap memainkan lagu-lagu Cina yang biasanya dibawakan secara instrumental. Musik Gambang Kromong berkembang sekitar abad ke-delapan belas. Sekitar tahun 1937 orkes-orkes gambang kromong mencapai puncak popularitasnya, salah satu yang terkenal Gambang Kromong Ngo Hong Lao, dengan pemainnya terdiri dari orang-orang Cina semua. Alat-alat musik dalam orkestra tersebut dianggap paling lengkap, terdiri dari alat-alat seperti berikut: sebuah gambang kayu; seperangkat kromong; empat buah rebab Cina yang berbeda-beda ukurannya; alat petik berdawai disebut Sam Hian; sebuah 5 http://iamidzni.wordpress.com bangsing bambu; dua buah alat jenis cengceng disebut ningnong; sepasang Pan, yakni dua potong kayu yang saling dilagakan untuk memberi maat (tempo). Tangga nada yang dipergunakan, bukanlah slendro seperti laras gamelan Jawa, Sunda atau Bali, melainkan modus khas Cina, yang di negeri asalnya dahulu bernama tangga nada Tshi Che; seperti yang di dengar pada gambang. Susunan belanga-belanga kromongnya adalah sebagai berikut : (A) (G) (E) (D) (C) (D) (E) (C) (G) (A) Adapun yang disebut "rebab cina", yang berukuran paling besar dinamakan su kong, sesuai dengan laras dawai-dawainya, yang meniru nada su dan nada kong. Rebab dengan ukuran menengah disebut hoo siang, karena dawai-dawainya dilaras menurut nada hoo dan nada siang. Rebab yang paling kecil dinamakan kong a hian, sesuai dengan larasnya meniru bunyi nada-nada Cina. Rebab yang punya ukuran sedikit lebih besar dari kong a hian, ialah yang bernama tee hian, yang larasnya serupa dengan laras kong a hian. Sam Hian adalah alat berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik seperti memainkan gitar; dan alat itu memainkan jalur melodi (nuclear melody) dalam orkes tersebut. Ketiga dawainya dilaras dengan nama nada dengan notasi demikian, apabila orkes Gambang Kromong memainkan lagu-lagu khas Cina yang disebut Pat fem, maka dipergunakan pula tambahan alat tiup berupa serunai, yakni dai sosa dan cai di (siao sona). Pada waktu pertama kali muncul di Betawi, orkes ini hanya bernama gambang. Sejak awal abad ke-20, mulai menggunakan instrumen tambahan, yaitu bonang atau kromong, sehingga orkes ini dinamakan Gambang Kromong. Pada masa itu hampir setiap daerah di Betawi memiliki orkes Gambang Kromong, bahkan tersebar sampai daerah Jatinegara, Karawang, Bekasi, Cibinong, Bogar, Sukabumi, Tangerang, dan Serang. Bagi orang Cina kaya, tauke-tauke atau babah-babah pada masa "Batavia Centrum", sudah merupakan adat dan tradisi, untuk memeriahkan bermacam ragam pesta dan perayaan mereka, dengan memanggil perkumpulan gambang kromong untuk bermain. Misalnya pesta perkawinan, rasanya tidak sempurna kalau belum memanggil orkes seperti itu ke dalam pesta. Musik dan nyanyian dengan iringan gambang kromong, sudah lazim pula dirasakan belum cukup asam garamnya, kalau belum disertai minum arak, brendi atau alkohol. Pemain musiknya terdiri dari orang Betawi asli atau Cina. Di dalam perayaan tradisional bangsa Cina, yaitu Cap Go Meh tidak lupa dimeriahkan dengan Gambang Kromong. Repertoar Gambang Kromong yang sangat dikenal oleh masyarakat penontonnya, antara lain: Pecah Piring, Duri Rembang, Temenggung Menulis, Go Nio Rindu, Thio Kong len, Engko si Baba, dan lain-lain. Selain itu gambang kromong, biasanya disertai pula dengan lakon-lakon, seperti: Si Pitung, Pitung Rampok Betawi, Bonceng Kawan, Angkri Digantung, dan lain-lain. Adapun lagu Gambang Kromong yang terkenal adalah Jali-Jali. Sedangkan lagu jenis Nina Bobok kebanggaan Gambang Kromong, berJudul indung-indung. Orkes ini memiliki repertoar asli dalam bahasa Cina, yang disebut sebagai lagu-lagu Phobin. Karena para penyanyinya kebanyakan terdiri dari wanita-wanita pribumi, maka repertoar Phobin tidak dinyanyikan, melainkan dimainkan sebagai "gending" (instrumental). Hal itu, bukan karena komposisi-komposisi tersebut memang bersifat gending, karena banyak di antaranya yang benar-benar merupakan "Lied" atau lagu untuk nyanyian vokal. Di antara lagu-lagu pobin ialah: Soe Say Hwee Bin (Joo Su Say sudah kembali), Kim Hoa Tjoen (bunga Kim Hoa berkembang), Pek Bouw Tan (bunga Bow Tan nan putih), Kong Djie Lok, Djien Kwie Hwee (pulang kembalinya pahlawan bernama Siek Jin Kwie). Pada zaman dahulu, masa Hindia Belanda orkes-orkes Gambang Kromong yang bersifat Cina-Indonesia itu, seringkali tidak mempunyai biduanita-biduanita yang dapat menyanyikan Po-bin-po-bin dalam bahasa Cina. Karena itulah lagu itu dimainkan secara instrumental saja, padahal sebagian besar harus dinyanyikan, karena merupakan melodi-melodi vokal. Lagu-lagu berbahasa Indonesia yang dimainkan oleh orkes Gambang Kromong ialah lagu memuja bunga serta tokoh, misalnya Pecah-Piring, Duri Rembang, Temenggung Menulis, Co Nio Rindu, Tion Kong In, Engko si Baba, dan selain itu cerita mengenai peristiwa lampau, umpamanya Bonceng Kawan, cerita Pitung Rampok Betawi, cerita Angkri Digantung di Betawi. Adapun salah satu lagu pengantar tidur yang populer masa itu adalah indungindung. Gambang Kromong sebagai sekumpulan alat musik perpaduan yang harmonis antara unsur pribumi dengan unsur Cina. Orkes Gambang Kromong tidak terlepas dari jasa Nie Hoe Kong, seorang pemusik dan pemimpin golongan Cina pada pertengahan abad XVIII di Jakarta. Atas prakarsanyalah, penggabungan alat-alat musik yang biasa terdapat dalam gamelan (pelog dan selendro) digabungkan dengan alat-alat musik yang berasal dari Tiongkok. Pada masa-masa lalu, orkes Gambang Kromong hanya dimiliki oleh babahbabah peranakan yang tinggal di sekitar Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Di samping untuk mengiringi lagu, Gambang Kromong biasa dipergunakan untuk pengiring tari pergaulan yakni tari Cokek, tari pertunjukan kreasi baru dan teater Lenong.6 Gambar 79 : Grup Musik Gambang Kromong (koleksi : www.google.com) 3.2.5.4. TANJIDOR Salah satu jenis musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa. Pada musik Tanjidor alat musik yang paling banyak dimainkan adalah alat musik tiup, seperti klarinet, piston, trombone serta terompet. Jenis musik ini muncul pada abad ke-18, yang ketika itu dimainkan untuk mengiringi perhelatan atau mengarak pengantin. Namun akhir-akhir ini musik tanjidor sering ditampilkan untuk menyambut tamu agung. Merupakan suatu ansambel musik yang namanya lahir pada masa penjajahan Hindia Belanda di Betawi (Jakarta). Kata "tanjidor" berasal dari kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang berarti "alat-alat musik berdawai (stringed instruments)". Tetapi dalam kenyataannya, nama Tanjidor tidak sesuai lagi dengan istilah asli dari Portugis itu. Namun yang masih sama adalah sistem musik (tonesystem) dari tangedor, yakni sistem diatonik atau duabelas nada berjarak sama rata (twelve equally spaced tones). Ansambel Tanjidor terdiri dari alat-alat musik seperti berikut: klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan side drums (tambur). 6 http://www.jakarta.go.id/ Pemain-pemainnya terdiri dan 7 sampai 10 orang. Mereka mempergunakan peralatan musik Eropa tersebut, untuk memainkan reportoir laras diatonik maupun lagu-lagu yang berlaras pelog bahkan slendro. Tentu saja terdengar suatu suguhan yang terpaksa, karena dua macam tangga nada yang berlawanan dipaksakan pada peralatan yang khas berisi kemampuan teknis nada-nada diatonik. Karena gemuruhnya bahan perkusi, dan keadaan alat-alat itu sendiri sudah tidak sempuma memainkan laras diatonik yang murni, maka adaptasi lagi pendengaran lama kelamaan menerimanya pula. Para pemain Tanjidor kebanyakan berasal dari desa-desa di luar Kota Jakarta, seperti di daerah Tangerang, Indramayu dll. Dalam membawakannya, mereka tidak dapat membaca not balok maupun not angka, dan lagu-lagunya tidak pula mereka ketahui dan mana asal-usulnya. Namun semua diterimanya secara aural dari orang-orang terdahulu. Ada kemungkinan bahwa orang-orang itu merupakan bekas-bekas serdadu Hindia Belanda, dan bagian musik. Dengan kemudian tidak demikian ada yang peralatan musik masih baru, Tanjidor yang kebanyakan semuanya ditemui sudah bertambalan pateri dan kuning, karena proses oksidasi. Pada zaman dahulu dikala musim mengerjakan sawah, mereka menggantungkan alat-alat musik Tanjidor di rumahnya begitusaja pada dinding gedeg atau papan, tanpa kotak pelindung. Setelah panen selesai, barulah kelompok pemusik tersebut berkutat kembali dengan alat-alat Tanjidor mereka, untuk kemudian menunjukkan kebolehannya bermusik dengan berkunjung dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran dalam Kota Jakarta, Cirebon, melakukan pekerjaannya yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan ngamen atau mengamen. Musik Tanjidor ini lazimnya akrab dengan perayaan Cina, Cap Co Meh; di Cirebon, terdapat pada jalan masuk kompleks masjid serta Makam Sunan Gunung Jati: merayakan hari besar Islam, atau hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani di Cirebon. Diantara lagunya yang terkenal adalah Warung Pojok. Diantara lagu-lagu lain yang sering dibawakan oleh orkes Tanjidor, antara lain Kramton, Bananas, Cente Manis, Keramat Karam (Kramat Karem), Merpati Putih, Surilang, dll. Lagu Keramat Karam lahir karena peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang menelan banyak korban. Lagu-lagu tersebut dimainkan atas dasar keinginan masyarakat kota Betawi yang pada tahun 1920-an sangat digemari dan dianggap 'lagu baru' pada masa itu. Adapun Lagu Kramton dan Bananas adalah lagu Belanda berirama mars. Asal Usul Tanjidor: Tanjidor sebagai satu jenis kesenian musik asli Betawi, dimainkan secara berkelompok. Mengenai asal usul dan sejarah munculnya kesenian ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda- beda. Menurut peneliti sejarah Paramita Abdurrachman, dalam bahasa Portugis terdapat kata tanger yang berarti "memainkan alat musik". Seorang tangedor hakikatnya seorang yang memainkan alat musik berdawai di dalam ruangan. Istilah tangedores kemudian berarti brass band yang dimainkan pada dawai militer atau pegawai keagamaan. Sampai sekarang di Portugal tangedores mengikuti pawai-pawai keagamaan pada pesta penghormatan pelindung masyarakat, misal pesta Santo Gregorius, pelindung Kota Lissabon, tangga124 Juni. Alat-alat yang dipakai adalah tambur Turki, tambur sedang, seruling dan aneka macam terompet. berjalan Biasanya pawai itu diikuti boneka-boneka besar yang selalu berpasangan. Satu berupa laki-laki, yang lain perempuan, dibawa oleh dua orang, yang satu duduk di atas bahu orang yang berjalan. Boneka-boneka itu mirip dengan Ondel-ondel Betawi yang mengiringi rombongan Tanjidor. Ernst Heinz, seorang ahli Musikologi Belanda yang mengadakan penelitian musik rakyat di pinggiran Kota Jakarta tahun 1973, berpendapat bahwa musik rakyat daerah pinggiran itu berasal dari budak belian yang ditugaskan main musik untuk majikannya. Mula-mula pemain musik terdiri atas budak dan serdadu. Sesudah perbudakan dihapuskan, mereka digantikan pemusik bayaran. Tetapi yang jelas para pemusik itu orang Indonesia yang berasal dari berbagai daerah, diberi alat musik Eropa dan disuruh menghidangkan bermacam musik pada berbagai acara. Alat musik yang dipakai kebanyakan alat musik tiup, seperti klarinet, terompet Perancis, komet dan tambur Turki. Pada mulanya mereka memainkan lagu-lagu Eropa karena harus mengiringi pesta dansa, polka, mars, lancier dan lagu-lagu parade. Lambat laun mereka juga mulai memainkan lagu-lagu dan irama khas Betawi. Instrumen yang kuat-kuat ini bisa dipakai turun-temurun. Setelah pemain tidak lagi menjadi bagian dalam rumah tangga orang Barat, lahirlah rombongan-rombongan amatir yang tetap menamakan diri "Tanjidor". Ahli sejarah Batavia lama, Dr. F. De Haan berpendapat bahwa pemusik keliling ini berasal dari orkes-orkes budak zaman Kompeni. Dalam karyanya berjudul Priangan, de Haan menunjukkan catatan tentang Cornelia de Bevers yang mempunyai 59 orang budak belian dalam tahun 1689. Pembagian kerja di antara para budak itu, antara lain "Tiga atau empat anak laki-laki berjalan di belakang saya dan suami saya kalau kami berjalan keluar, ditambah budak perempuan sejumlah itu pula". Pada waktu makan pasangan suami isteri itu didampingi lima sampai enam budak pelayan meja, kemudian masih ada lagi tiga orang budak laki-laki yang masing-masing bertugas memainkan bas, biola, dan harpa sebagai musik pengiring makan. Valentjn juga menyebutkan tentang konser-konser yang dimainkan oleh budak. Umumnya mereka memakai instrumen berdawai. Orkes-orkes itu makin lengkap ketika para pemain diberi tambahan alat tiup. Nekara (pauken), tambur Turki dan triangle, seperti halnya orkes milik Gubernur Jenderal Valckenier (1737) yang berkekuatan 15 orang. Sedang Anfreas Cleyer seorang pejabat tinggi Kompeni, mengatakan "mempunyai kelompok musik lengkap di rumahnya, melulu dari budak-budak yang ahli memainkan segala alat musik. .. ". Banyak sumber menyebutkan bahwa orkes rumah tersebut ikut dilelang apabila majikannya meninggal.7 Gambar 80 : Grup Musik Tanjidor (koleksi : www.google.com) 3.2.5.5. KERONCONG TUGU Tempat lahirnya Keroncong Tugu itu terletak di sebelah timur Kota atau sebelah tenggara Tanjung Priok. Dari Cakung, lebih mudah menemukan lokasi itu, susuri saja jalan Cakung-Cilincing. Di kawasan berikat nusantara Cakung, di tengah kepungan pabrik dan ratusan kontainer, di sanalah letak 7 http://www.jakarta.go.id/ Kampung Tugu. Kini, jalan yang melintas di depannya bernama Jalan Raya Tugu. Menurut warga sekitar, Kampung Tugu dulu bisa ditempuh melalui air. Orang biasa naik dari Pasar Ikan lalu menyusur pantai Cilincing, masuk ke Marunda dan belok melalui Kali Cakung hingga sampai ke Kampung Tugu. Sekarang, bingung arah rasanya jika harus melalui jalan air itu, apalagi sampan-sampan yang memasuki Kali Cakung tak berfungsi lagi sejak tahun 1942, sejak kedatangan Jepang. Mengapa disebut Kampung Tugu? Menurut kabar, pada tahun 1878 di suatu tempat di Tugu, pernah ditemukan sebuah batu berukir yang kemudian dikenal sebagai Prasasti Tugu. "Waktu itu, orang yang menemukannya merasa heran karena dalam batu seperti ada ceritanya, dari bahasa Sanskerta yang katanya ditulis oleh orang Hindu pada abad keempat. Karena itu, tempat ini akhirnya dinamakan Kampung Tugu," jelas Fernando Quiko (57), seorang warga Kampung Tugu keturunan Portugis generasi ke sembilan. M Isa, pemandu wisata sejarah dari Museum Sejarah Jakarta, yang juga alumnus Jurusan Sejarah Universitas Indonesia, mengatakan, Prasasti Tugu sebenarnya ditemukan di Sukapura, tepatnya di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Priok, di selatan perkampungan orang keturunan Portugis Tugu. Dalam Buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta terbitan Yayasan Cupta Loka Laraka 1997 karangan Adolf Heuken SJ, disebutkan bahwa Prasasti Tugu merupakan peninggalan arkeologis paling tua, yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat. Batu-batu besar serupa, yang bertuliskan nama Raja Purnawarman, ditemukan di tempat-tempat lain di Jawa Barat. Raja ini memerintah sebuah kerajaan yang disebut Taruma(negara). "Nama itu mungkin berkaitan dengan nama Ci-tarum, yang kini melalui Bendungan Jatiluhur dan bermuara di Laut Jawa, 20 kilometer timur laut dari Tugu," tulis Heuken. Di Kampung Tugu, saat ini masih tersisa orang keturunan Portugis. Beberapa rumah bergaya Betawi dengan sentuhan Portugis masih berdiri di sana, termasuk rumah yang pada tahun 1661 digunakan sebagai tempat berkumpul untuk berlatih Keroncong Tugu. Fernando mengatakan, tahun 1661 awal mula kedatangan orang Portugis di Jakarta. "Dulu, semua orang di sini berbahasa Portugis dalam waktu cukup lama, diselingi bahasa Melayu kasar. Lalu, ada Pendeta Leideckers yang berdiam di Tugu tahun 1978. Dialah yang memperkenalkan bahasa Indonesia," katanya. GEREJA Tugu di Kampung Tugu saat ini masih berdiri tegak dengan bentuk bangunannya yang asli meski telah beberapa kali direnovasi. Sepintas, bentuk bangunannya memang sangat sederhana. Dinding gereja dicat putih, dengan jendela dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, konon, pendiri Gereja Tugu, Melchior Leydecker, dimakamkan di situ. Gereja yang dibangun tahun 1678 tersebut awalnya terbuat dari kayu, namun lama kelamaan rusak dan lapuk. Tahun 1738, gereja diperbaiki dan disebut sebagai Gereja Tugu yang kedua. Lonceng yang dibangun di sisi gereja makin melengkapi penampilan gereja kedua ini. Menurut Fernando, yang merujuk cerita beberapa kakek buyutnya, pembangunan Gereja Tugu yang ketiga dimulai pada tahun 1744. "Tahun 1940 ada pemberontakan China dan gereja dirusak. Waktu itu, Tugu tidak mempunyai gereja lagi. Saat itu, ada seorang Belanda bernama Justinus Vinck yang menjadi tuan tanah di Cilincing. Di zamannyalah dibangun gereja yang ketiga," paparnya. Gereja ketiga dibangun tidak persis di lokasi semula, namun beberapa ratus meter dari gereja yang dirusak. Menurut beberapa warga, lonceng gereja yang ada saat ini adalah sama dengan lonceng yang dibuat bersama gereja kedua. Namun, menurut beberapa pemandu wisata sejarah dari Museum Sejarah, lonceng besar di sisi gereja saat ini bukan yang asli. "Lonceng ini sebenarnya tiruan, yang asli disimpan," kata Ujo, seorang pemandu. Bagi penikmat wisata sejarah, Gereja Tugu masih berdiri kokoh dan setiap hari Minggu dipenuhi nyanyian dari para jemaat warga sekitar. Kampung Tugu menyimpan sejuta kenangan sejarah. Bahkan, di sana sempat dikenal juga beberapa makanan khas, seperti gado-gado tugu, dendeng tugu, dan pindang serani tugu. Yang paling kerap dibicarakan orang mengenai Kampung tugu, barangkali, adalah Keroncong Tugu (ejaan saat awal berdiri Keroncong Toegoe). Keroncong sendiri sebenarnya adalah alat bermain musik semacam gitar berdawai. Fernando kembali bertutur. Menurut cerita yang dia dengar, keroncong yang pertama didatangkan ke Tugu dibuat di Portugis dengan bahan dari kayu Ahorn. Bentuknya mirip gitar, namun lebih kecil. Ada sebuah lagu sederhana yang kerap dimainkan saat terang bulan dan diberi nama Lagu-Kroncong, dalam bahasa Portugis dinamakan Moresco. Ada lima jenis Keroncong Tugu, baik yang berdawai lima atau enam. Lambat laun, nama Keroncong Tugu dikaitkan dengan sebuah grup menyanyi. Tempat orang-orang Tugu zaman dulu bermain, kini dijadikan tempat untuk menyimpan jenis-jenis alat musik keroncong. Tempat itu ditinggali oleh seseorang yang juga masih keturunan Portugis.8 Gambar 81 : Grup Musik Kroncong Tugu (Koleksi : www.google.com) 3.2.5.6. ORKES GAMBUS Gambus mempunyai beberapa macam arti, yaitu: pertama, musik yang dihasilkan oleh orkes gambus di kalangan masyarakat Jakarta dan Sumatera Selatan; kedua, alat musik petik berdawai yang dikenal di beberapa daerah seperti Jakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara; ketiga, sejenis tari rakyat dari daerah Bangka, Sumatera Selatan, dibawakan secara kelompok berpasangan, dengan instrumen pengiring terdiri dari sebuah gambus, dua buah gendang dan dua buah marakas. Menurut para ahli, seperti Kurt Sachs, Hornbostel, Kunst, Farmer dan lain-lain, setelah mengadakan perbandingan-perbandingan dalam penelitian etnomusikologis meliputi wilayah Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Indonesia, berpendapat bahwa instrumen gambus tersebut berasal dari Arabia. Dalam bayangan orang Eropa, bentuk alat gambus menyerupai buah khas negeri mereka, yaitu buah peer; sedangkan di Indonesia dapat dibayangkan hampir sama dengan bentuk jambu mentega. Asal mula masuknya musik dan alat musik gambus ke daerah-daerah di Indonesia, bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke daerah yang bersangkutan, sehingga warna musiknya pun bernafaskan Islam dengan syair berbahasa Arab. Dalam perkembangannya, musik gambus juga diperkaya 8 http://www.krontjongtoegoe.com/ dengan syair berbahasa Melayu dan India di samping juga membawakan lagu-lagu daerah dengan berbagai ragam variasi dalam jumlah kelengkapan alat musiknya. Akhimya, tidak jarang kita menemukan di pelosok-pelosok, sebuah orkes kecil mempergunakan instrumen bernama gambus, atau tiruan dari gambus dengan lagu-lagu dalam bahasa daerah. Meskipun memiliki banyak variasi, namun tanpa melupakan alat gambusnya dan tanpa menghilangkan warna nada Timur Tengahnya. Selain itu musik gambus Jakarta juga menyertakan alat musik Barat, seperti organ, gitar, biola, dan sebagainya dalam setiap penampilannya. Sedangkan musik gambus Sumatera Selatan memiliki kekhasan tersendiri, baik penampilan maupun iringan musiknya. Instrumen pengiring berupa gambus, biola, gendang, ketipung dan lagunya berupa pantun dengan berbagai judul. Satu lagu biasanya terdiri atas enam bait, dengan penyanyi yang merangkap sebagai pemain musik dan pandai berpantun. Adapun alat musik gambus juga berasal dari Arab, dimainkan dengan cara dipetik (seperti gitar). Antara daerah yang satu dengan lainnya bentuk gambus hampir sama, terbuat dari kayu, namun memiliki perbedaan dalam ukuran dan jumlah serta bahan dawai. Syech Albar dari Surabaya dan SM Alaydrus merupakan musisi gambus yang terkenal pada tahun 1940-an. SM Alaydrus berhasil mengembangkan orkes harmonium yang pada tahun 1950 menjadi orkes Melayu. Syech Albar pun mempertahankan tradisi gambus. Tahun 1940-an lagu Gambus masih berorientasi ke Yaman selatan. Setelah Bioskop Al Hambra di Sawah Besar banyak memutar film Mesir, gambus lebih berorientasi ke Mesir. Orkes gambus pun mulai mengisi siaran RRI seperti Orkes Gambus Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfiedan Orkes Gambus AlWathan pimpinan Hasan Alaydrus.9 9 http://www.jakarta.go.id/ Gambar 82 : Grup Musik Orkes Gambus (Koleksi : www.google.com) 3.2.5.7. GAMELAN DEGUNG 1. Asal Mula Degung Jaap Kunst dalam bukunya Toonkunst van Java (Kunst, 1934), mencatat bahwa awal perkembangan Degung adalah sekitar akhir abad ke-18/awal abad ke-19. Dalam studi literaturnya, disebutkan bahwa kata “degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata “de gong” (gamelan: Belanda) dalam kamus ini terkandung pengertian: penclon-penclon yang digantung. Menurut Entjar Tjarmedi dalam bukunya Pangajaran Degung, waditra (instrumen: Sunda) ini berbentuk 6 buah gong kecil yang biasanya digantung pada sebuah gantungan yang disebut dengan rancak. Menurut beliau istilah “gamelan Degung” diambil dari nama waditra tersebut, yang kini lebih dikenal dengan istilah jenglong (Tjarmedi, 1974: 7). Adapun mengenai waktu kemunculannya belum ada literatur yang akurat selain kamus H.J. Oosting di atas. Namun sebagaimana Jaap Kunst, Enip Sukanda pun berpendapat dalam karya penelitiannya tentang Dedegungan pada Tembang Sunda Cianjuran, bahwa ketika kamus itu dicetak berarti gamelan Degung-nya sudah ada terlebih dahulu, katakanlah sekitar 100 tahun sebelumnya (Sukanda, 1984:15). Ada pendapat lain yaitu dari Atik Soepandi, dalam tulisannya mengenai Perkembangan Seni Degung Di Jawa Barat, bahwa gamelan Degung adalah istilah lain dari Goong Renteng, mengingat banyak persamaan antara lagu-lagu Degung Klasik dengan lagu-lagu goong renteng (Soepandi, 1974). Perbedaannya adalah apabila Goong Renteng kebanyakan ditemukan di kalangan masyarakat petani (rakyat), maka gamelan Degung ditemukan di lingkungan bangsawan (menak). 2. Istilah “Degung” Istilah “degung” memiliki dua pengertian: pertama, adalah nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan-degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog-salendro, baik dari jenis instrumennya, lagulagunya, teknik memainkannya, maupun konteks sosialnya; kedua, adalah nama laras (tangga nada) yang merupakan bagian dari laras salendro berdasarkan teori R. Machjar Angga Koesoemahdinata. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk nada mi (2) dan la (5)) dan degung triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti (4)). Karena perbedaan inilah maka Degung dimaklumi sebagai musik yang khas dan merupakan identitas masyarakat Sunda. Dihubungkan dengan kirata basa, kata “degung” berasal dari kata “ngadeg” (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa fungsi kesenian ini dahulunya digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E.Sutisna, salah seorang nayaga (penabuh) grup Degung “Parahyangan”, mengatakan bahwa gamelan Degung dulunya hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam buku Sejarah Seni Budaya Jawa Barat Jidlid II yang disusun oleh Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, disebutkan bahwa: “Pada mulanya pemanggungan gamelan Degung terbatas di lingkungan pendopo-pendopo kabupaten untuk mengiringi upacaraupacara yang bersifat resmi. Menurut riwayat, gamelan Degung yang masuk ke kabupaten Bandung berasal dari kabupaten Cianjur. Raden Aria Adipati Wiranatakusumah V yang kemudian dikenal dengan julukan Dalem Haji sebelum menjadi bupati Bandung pernah berkedudukan sebagai bupati Cianjur. Pada waktu itu di kabupaten Cianjur telah berkembang seni Degung. Pada tahun 1920 R.A.A. Wiranatakusumah V mulai diangkat menjadi bupati Bandung, ketika itu beberapa orang pemain seni Degung Cianjur ada yang ikut serta ke Bandung.” (1977: 69) Dari keterangan tersebut bisa disimpulkan bahwa pada awalnya gamelan ini merupakan musik keraton atau kadaleman, di mana nilai-nilai etika sosial dan estetika dijunjung tinggi. Pada saat itu Degung merupakan musik gendingan (instrumental) untuk mengiringi momenmomen yang sakral. Namun kepindahannya secara politis dari kabupaten Cianjur ke kabupaten Bandung, menyebabkan perubahan-perubahan penting yang akan diterangkan pada bagian setelah ini. 3. Struktur Waditra/Instrumen Pada awal pemerintahan Dalem Haji sebagai bupati Bandung, ensambel gamelan Degung hanya terdiri dari alat-alat instrumen: bonang, cecempres (saron/panerus), jengglong (degung), dan goong. Namun atas usul Abah Iyam dan putra-putranya, yaitu Abah Idi, Abah Oyo, dan Abah Atma, para seniman karawitan Bandung yang sudah membentuk grup “Pamagersari” (Abah Idi, 1918) dan “Purbasasaka” (Abah Oyo, 1919), perangkatnya ditambah dengan: peking, kendang, dan suling. Usul ini disampaikan setelah diadakan Cuultuurcongres Java Instituut pada tanggal 18 Juni 1921 yang di dalamnya menampilkan Goong Renteng dari desa Lebakwangi, kecamatan Banjaran, kabupaten Bandung. Pada tahun 1961 oleh R.A. Darya atau R.A. Mandalakusuma (kepala RRI Bandung), ketika menggunakan gamelan Degung untuk mendukung gending karesmen berjudul “Mundinglayadikusumah” garapan Wahyu Wibisana, waditra Degung ditambah lagi dengan gambang dan rebab. Lalu pada tahun 1962, ada yang mencoba memasukkan waditra angklung ke dalam ensambel Degung. Nano S. dalam karya-karya Degung Baru bahkan memasukkan waditra kacapi. Namun penambahan beberapa waditra ini tidak bertahan lama, hanya bersifat situasional dan kondisional pada garapan tertentu, kecuali waditra peking, kendang, dan suling yang masih bertahan sampai sekarang. Dilihat dari bentuknya, waditra bonang, jenglong, dan goong berbentuk penclon, yang secara organologis termasuk ke dalam klasifikasi idiofon (alat pukul) dengan sub klasifikasi gong chime. Sedangkan waditra cecempres dan peking berbentuk wilahan (bilah), yang secara organologis termasuk ke dalam klasifikasi idiofon dengan sub klasifikasi metalofon. Sementara waditra suling termasuk aerofon, dan kendang termasuk membranofon. Klasifikasi ini berdasarkan terjemahan Rizaldi Siagian dari teori Sachs/Hornbostel (1914:6). Banyaknya penclon pada waditra bonang biasanya antara 14 sampai dengan 16 buah, dimulai dengan nada 1 (da) tertinggi sampai nada 1 (da) terendah sebanyak 3 gembyang (oktaf). Penclon-penclon ini disusun di atas rancak (penyangga), dengan menempatkan penclon terkecil (nada tertinggi) di ujung sebelah kanan pemain, berurutan hingga penclon terbesar (nada terendah) di ujung sebelah kiri pemain. Hal ini disesuaikan dengan urutan nada pada laras (tangga nada) Degung. Bonang bertugas sebagai pembawa melodi pokok yang merupakan induk dari semua waditra lainnya. Pangkat (intro) lagu Degung dimulai dari waditra ini. Penclon pada waditra jenglong berjumlah 6 buah yang terdiri dari nada 5 (la) hingga 5 (la) di bawahnya (1 gembyang), dengan ambitus (wilayah nada) yang lebih rendah dari bonang. Penclon-penclon ini digantung dengan tali pada rancak yang berbentuk tiang gantungan (lihat gambar 4 di belakang-kanan). Jenglong bertugas sebagai balunganing gending (bass; penyangga lagu) yakni sebagai penegas melodi bonang. Gong yang terdiri dari 2 buah penclon, yakni kempul (gong kecil) dan goong (gong besar) digantung dengan tali secara berhadapan pada rancak (lihat gambar 8 di belakang-kiri). Kempul berada di sebelah kiri pemain, sementara goong di sebelah kanan pemain. Ambitus nada gong sangat rendah, bertugas sebagai pengatur wiletan (birama) atau sebagai tanda akhir periode melodi dan penutup kalimat lagu. Goong disebut juga sebagai pamuas lagu. Jumlah wilahan pada cecempres adalah 14 buah, disusun di atas rancak yang dimulai dari nada 2 (mi) tertinggi di ujung sebelah kanan pemain hingga nada 5 (la) terendah di ujung sebelah kiri pemain. Cecempres bertugas sebagai rithm (patokan nada) yang menegaskan melodi bonang, yang dipukul dengan pola yang konstan. Adapun jumlah wilahan pada peking adalah sama dengan cecempres, namun nada-nada peking memiliki ambitus (wilayah nada) yang lebih tinggi dari cecempres (biasanya antara sakempyung: kira-kira 1 kwint hingga sagembyang: kira-kira 1 oktav). Tugas peking agak berbeda dari cecempres, yakni sebagai pengiring melodi. Apabila jenglong dan cecempres dipukul tandak (konstan menurut ketukan), maka peking terkesan lebih ber-improvisasi. Peking sering juga disebut sebagai pameulit/pamanis lagu. Sebagaimana penulis jelaskan sebelumnya, peking merupakan waditra tambahan. Seperti halnya peking, waditra kendang dan suling juga merupakan tambahan. Pada awalnya kendang tidak dimainkan seperti pada lagu-lagu berlaras pelog/salendro, tetapi hanya sebagai penjaga ketukan saja seperti pada orkestra Barat. Namun permainan kendang pada lagu-lagu Degung sekarang lebih variatif, sehingga menurut penulis hal ini menyebabkan penonjolan melodi bonang jadi ‘tersaingi’. Begitupun dalam permainan suling. Walaupun dengan timbre (warna suara) yang berbeda, namun kedudukannya sama seperti vokal sehingga pendengar jadi kurang menikmati melodi bonang. Namun pada lagu-lagu Degung Baru kehadiran peking, kendang, dan suling ini menjadi hal biasa, apalagi bagi apresiator yang belum pernah mendengar lagu-lagu Degung. Bahan dasar pembuatan bonang, cecempres, peking, jenglong, dan goong yang paling baik kualitas suaranya adalah dari logam perunggu (campuran timah dan tembaga dengan perbandingan 1 : 3). Ada yang menggunakan bahan dasar logam kuningan dan besi. Namun kedua logam tersebut kualitas suaranya lebih rendah daripada logam perunggu. Kualitas logam ini pun berpengaruh kepada daya tahan terhadap cuaca. 4. Laras/Tangga Nada Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian yang sama dengan tangga nada pada musik Barat, yakni: deretan nada-nada, baik turun maupun naik, yang disusun dalam satu gembyang (oktav) dengan swarantara (interval) tertentu. Satu gembyang adalah jarak antara satu nada ke nada yang sama di atasnya (misalnya dari 1 ke 1’ tinggi). Seperti kita ketahui bahwa pada teori musik Barat, satu gembyang berjarak 1200 sen. Sementara swarantara adalah jarak antara nada satu ke nada berikutnya (misalnya 1 ke 2, 2 ke 3, dan seterusnya). Perbedaan laras Sunda dengan tangga nada musik Barat adalah, apabila pada tangga nada musik Barat penomoran nada diatur naik dari nada rendah ke nada tinggi (berjumlah 7 nada pokok), maka pada laras Sunda penomoran diatur menurun dari nada tinggi ke nada rendah (berjumlah 5 nada pokok). Dalam karawitan Sunda dikenal empat laras pokok, yaitu: laras pelog, laras salendro (yang keduanya dikenal juga di Jawa dan Bali), laras madenda/sorog, dan laras Degung (yang kedua terakhir ini hanya dikenal di daerah Sunda). Keempat laras ini masing-masing memiliki perbedaan pada swarantaranya. Raden Machjar Angga Koemoemadinata dalam buku Ilmu Seni Raras (1969) telah membagi perbedaan swarantara pada laras-laras tersebut, namun uraian mengenai hal itu akan memerlukan pembahasan yang terlalu panjang. Dalam tulisan ini, yang diperlukan adalah perbedaan swarantara pada laras Degung. Laras Degung Seperti pada laras Pelog, swarantara pada laras Degung dari nada yang satu ke nada berikutnya juga berbeda-beda. Namun laras Degung menurut Rd. Machjar merupakan keturunan dari laras Salendro, sehingga 1 gembyangnya dibagi menjadi 15 garis jarak, jadi masing-masing jaraknya adalah 1200/15 = 80 sen. Sen Sen adalah pengukuran logaritmik darinadarelatif atau interval (musik). 1200 sen adalah sama dengan satuoktaf ,dan padasetengahnadadalamtemperamen sama adalah 100 sen. Rumus untuk menentukan nilai sen antara dua not dengan frekuensi ‘a’ dan ‘b’ adalah : 10 10 http://classicaldegung.wordpress.com Gambar 83 : Grup Musik Gamelan Sunda atau Degung (koleksi : www.google.com) 3.2.5.8. ORKES SAMRAH Alat musik yang membentuk Samrah adalah harmonium, biola, gitar, dan tamborin. Kadang-kadang dilengkapi pula dengan rebana dan gendang. Orkes Samrah biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian. Lagu yang dimainkan adalah Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning, Masmura, Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung, dsb. Terdapat berbagai versi tentang asal mula disebut sebagai musik Samrah. Musik Samrah dilahirkan di Betawi pada tahun 1918 dan berasal dari teater Riau Dulmuluk, yang dahulu dikenal sebagai teater bangsawan. Kemudian musik itu dikenal sebagai kesenian Samrah yang menyajikan cerita-cerita dikelompokkan menjadi empat rakyat. Kesenian periode yang Samrah dalam dapat setiap periode menggunakan alat musik yang berbeda. Musik Samrah dipergunakan untuk mengiringi lagu dan tari. Kostum yang dipakai pemain musik Samrah ada dua macam, yaitu pertama peci, jas, dan kain pelekat; atau kedua peci, baju sadariah, dan celana batik. Dewasa ini sering pula dikenakan Jung Serong (ujungnya serong) yang terdiri dari tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup dengan pentolan satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan di bawah jas, dilipat menyerong, ujungnya menyembul ke bawah. Penyebaran musik Samrah terbatas di daerah budaya Betawi Tengah di Jakarta Pusat, antara lain di Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, Kemayoran, Sawah Besar, dan Petojo. Pendukung musik ini sebagian besar adalah masyarakat dari golongan menengah, akan tetapi perkembangan kesenian ini semakin menurun dan ikut serta dalam orkes-orkes lain, seperti Orkes Keroncong dan Orkes Melayu.11 Gambar 84 : Grup Musik Orkes Samrah (koleksi :www.google.com) Selain dilihat dari segi cara memainkan yang tertera diatas, ada lagi cara unik dari alat musik tradisional Indonesia, contohnya seperti 3.2.6. KARINDING Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir hama di sawah—bunyinya yang low decible sangat merusak konsentrasi hama. Karinding menghasilkan suara berkarakter low decibel dan juga menghasilkan frekuensi ultrasonik yang tidak bisa didengar oleh manusia. Namun, ternyata suara ini mengganggu wereng, belalang, dan hama-hama di lahan lainnya. Karena merasa terganggu oleh frekuensi ultrasonik ini, maka mereka pun akan pergi meninggalkan lahan. Karena ia mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia sebagai alat musik. Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang pun karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Bahkan, 11 http://www.jakarta.go.id/ konon, karinding ini digunakan oleh para kaum lelaki untuk merayu atau memikat hati wanita yang disukai. Jika keterangan ini benar maka dapat kita duga bahwa karinding, pada saat itu, adalah alat musik yang popular di kalangan anak muda hingga para gadis pun akan memberi nilai lebih pada jejaka yang piawai memainkannya. Mungkin keberadaannya saat ini seperti gitar, piano, dan alat-alat musik modern-popular saat ini. Beberapa sumber menyatakan bahwa karinding telah ada bahkan sebelum adanya kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan maka karinding diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau. Dan ternyata karinding pun bukan hanya ada di Jawa Barat atau priangan saja, melainkan dimiliki berbagai suku atau daerah di tanah air, bahkan berbagai suku di bangsa lain pun memiliki alat musik ini–hanya berbeda namanya saja. Di Bali bernama genggong, Jawa Tengah menamainya rinding, karimbi di Kalimantan, dan beberapa tempat di “luar” menamainya dengan zuesharp ( harpanya dewa Zues). Dan istilah musik modern biasa menyebut karinding ini dengan sebutan harpa mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di sentir), di tap (dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang. Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda dimainkan dengan cara di tap atau dipukul. Gambar 85 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Karinding’ (Koleksi : www.google.com) Material yang digunakan untuk membuat karinding (di wilayah Jawa Barat), ada dua jenis: pelepah kawung dan bambu. Jenis bahan dan jenis disain bentuk karinding ini menunjukan perbedaan usia, tempat, dan sebagai perbedaan gender pemakai. Semisal bahan bambu yang lebih menyerupai susuk sanggul, ini untuk perempuan, karena konon ibu-ibu menyimpannya dengan di tancapkan disanggul. Sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung dengan ukuran lebih pendek, karena biasa disimpan di tempat mereka menyimpan tembakau. Tetapi juga sebagai perbedaan tempat dimana dibuatnya, seperti di wilayah priangan timur, karinding lebih banyak menggunakan bahan bambu karena bahan ini menjadi bagian dari kehidupannya. Karinding umumnya berukuran: panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Namun ukuran ini tak berlaku mutlak; tergantung selera dari pengguna dan pembuatnya—karena ukuran ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bunyi yang diproduksi. Karinding terbagi menjadi tiga ruas: ruas pertama menjadi tempat mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karinding diketuk dengan jari. Dan ruas ke tiga (paling kiri) berfungsi sebagai pegangan. Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menempelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karinding dengan satu jari hingga “jarum” karinding pun bergetar secara intens. Dari getar atau vibra “jarum” itulah dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh mulut. Suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah. Secara konvensional—menurut penuturan Abah Olot–nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada empat jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.12 12 http://aldowillysefscc05.blogspot.com Gambar 86 : ukuran Karinding (koleksi : www.google.com / www.datasunda.org) 3.2.7. CELEMPUNG Lalu ada lagi alat musik tradisional Indonesia yang mempunyai cara unik untuk memainkannya, yaitu Celempung. Gambar 897 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Celempung’ (koleksi : www.google.com / www.datasunda.org) Celempung merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat yang asal mula keberadaannya tidak diketahui berasal darim a n a d a n k a p a n a l a t m u s i k t e r s e b u t d i c i p t a k a n . Celempung sendiri merupakan alat musik yang terbuat dari hinis bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang bambu. Saat ini celempung yang waditranya mempergunakan bambu masih dipertahankan di Desa Narimbang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Gambar 88 : Cara memainkan ‘Celempung’ (Koleksi : www.google.com) Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. Cara memainkan alat musik ini ada dua cara, yaitu : cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara bergantian tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain musik, pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan untuk mengolah suara untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan) celempung. Jika menghendaki suara tinggi lubang (baham) dibuka lebih besar, sedang untuk suara rendah lubang ditutup rapat-rapat Suara celempung bisa bermacam-macam tergantung kepada kepintaran si pemain musik. Untuk saat ini alat musik ini sudah jarang dimainkan , dalam ensambel celempungan perannya sudah diganti dengan kendang.13 3.2.8. KNOBE KHABETAS Masyarakat Dawan, NTT percaya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu 13 http://infotimun.blogspot.com bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alatalat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana). Gambar 89 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Knobe Khabetas’ (koleksi : www.google.com) 3.3. Sejarah Website Saat ini kehidupan sehari – hari kita tidak terlepas dari web. Bahkan sudah menjadi salah satu bagian kebutuhan yang sifatnya mendapatkan informasi.Web yang pada awalnya asing didengar dan hanya dapat digunakan oleh pengguna yang memiliki akses tertentu, saat ini web sangatlah popular dan mudah diakses, bukan hanya di kota tapi juga telah menjangkau pelosok desa. Tapi apakah anda tahu darimana sejarah web bermula? Berbicara masalah web maka akan menyinggung juga keberadaan jaringan internet. Keduanya merupakan bagian yang saling berkaitan dan saling mendukung. Web tidak akan semakin popular tanpa adanya perkembangan internet. Semakin tinggi teknologi internet yang diterapkan, berbanding lurus dengan perkembangan teknologi web pula. Karena keberadaan jaringan internet layaknya landasan yang mampu membuat web bisa berjalan. Internet sendiri awal berkembang pada tahun 1970, digunakan agar dua computer atau lebih bisa melakukan komunikasi dan bertukar informasi. Pada saat itu pun perkembangan teknologi internet digunakan di lingkungan angkatan bersenjata Amerika Serikat. Perlahan penerapan jaringan internet merambah kedunia pendidikan, hingga lahirlah terus inovasi dalam dunia internet. Salah satunya adalah teknologi web. Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada di dalam World Wide Web (WWW) di Internet". Dan Sebuah halaman web adalah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang hampir selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browser. Semua publikasi dari website-website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar. Pada web sering kita dengar istilah URL yang berfungsi untuk mengatur halaman-halaman situs untuk menjadi sebuah hirarki.Beberapa website membutuhkan subskripsi (data masukan) agar para user bisa mengakses sebagian atau keseluruhan isi website tersebut. Contohnya, ada beberapa situs-situs bisnis, situs-situs e-mail gratisan, yang membutuhkan subkripsi agar kita bisa mengakses situs tersebut. Sejarah web itu sendiri bermula dari Sir Timothy John ¨Tim¨ BernersLee yang merasakan kesulitan untuk memberbarui informasi dengan rekan kerjanya, pada tahun 1991 website yang tersambung jaringanpun mulai muncul. Pada tanggal 30 April 1993 MR.TIM dan CERN ( tempatnya bekerja) membuat gebrakan dimana semua orang didunia dapat menggunakan www secara gratis. Pada saat ini pengertian website sudah masuk ke dalam ranah publik karena sudah bias digunakan oleh semua orang di manapun dan kapanpun saja. Ada 2 macam jenis Website, yaitu website statis dan website dinamis. Pengertian website statis, adalah website yang ingfromasinya merupakan informasi satu arah, yakni hanya berasal dari pemilik softwarenya saja. Umumnya website ini bersifat tetap, jarang berubah dan hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja. Contohnya yaitu profil perusahaan. Sementara itu pengertian website dinamis merupakan website yang mempunyai informasi dua arah, yakni yang berasal dari pengguna dan pemilik, sehingga pengupdate-an dapat dilakukan oleh pengguna dan juga pemilik website. Contohnya sebagainya. yaitu Facebook, Twitter, Multiply, Friendster dan 14 Sedangkan arti dari Website itu sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). 3.4. Unsur – Unsur Dalam Penyediaan Website atau Situs 3.4.1. Nama domain (Domain name/URL – Uniform Resource Locator) Nama domain atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL adalah alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah website, atau dengan kata lain domain name adalah alamat yang digunakan untuk menemukan sebuah website pada dunia internet. Contohnya seperti http://www.baliorange.net. Nama domain diperjualbelikan secara bebas di internet dengan status sewa tahunan. Setelah Nama Domain itu terbeli di salah satu penyedia jasa pendaftaran, maka pengguna disediakan sebuah kontrol panel untuk administrasinya. Jika pengguna lupa/tidak memperpanjang masa sewanya, maka nama domain itu akan di lepas lagi ketersediaannya untuk umum. Nama domain sendiri mempunyai identifikasi ekstensi/akhiran keberadaan website sesuai tersebut. dengan Contoh kepentingan nama domain dan lokasi ber-ekstensi internasional adalah com, net, org, info, biz, name, ws. Contoh nama domain ber-ekstensi lokasi Negara Indonesia adalah : a. .co.id : Untuk Badan Usaha yang mempunyai badan hukum sah b. .ac.id : Untuk Lembaga Pendidikan c. .go.id : Khusus untuk Lembaga Pemerintahan Republik Indonesia d. .mil.id : Khusus untuk Lembaga Militer Republik Indonesia e. .or.id : Untuk segala macam organisasi yand tidak termasuk dalam kategori “ac.id”,”co.id”,”go.id”,”mil.id” dan lain lain 14 www.anneahira.com f. .war.net.id : untuk industri warung internet di Indonesia g. .sch.id : khusus untuk Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan seperti SD, SMP dan atau SMU h. .web.id : Ditujukan bagi badan usaha, organisasi ataupun perseorangan yang melakukan kegiatannya di World Wide Web. 3.4.2. Rumah Tempat Website (Web Hosting) Web Hosting dapat diartikan sebagai ruangan yang terdapat dalam harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar, video, data email, statistik, database dan lain sebagainya yang akan ditampilkan di website. Besarnya data yang bisa dimasukkan tergantung dari besarnya web hosting yang disewa/dipunyai, semakin besar web hosting semakin besar pula data yang dapat dimasukkan dan ditampilkan dalam website. Web Hosting juga diperoleh dengan menyewa. Pengguna akan memperoleh kontrol panel yang terproteksi dengan username dan password untuk administrasi websitenya. Besarnya hosting ditentukan ruangan harddisk dengan ukuran MB (Mega Byte) atau GB (Giga Byte). Lama penyewaan web hosting rata-rata dihitung per tahun. Penyewaan hosting dilakukan dari perusahaan-perusahaan penyewa web hosting yang banyak dijumpai baik di Indonesia maupun Luar Negeri. Lokasi peletakan pusat data (datacenter) web hosting bermacam-macam. Ada yang di Jakarta, Singapore, Inggris, Amerika, dll dengan harga sewa bervariasi. 3.4.3. Bahasa Program (Scripts Program) Adalah bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan setiap perintah dalam website yang pada saat diakses. Jenis bahasa program sangat menentukan statis, dinamis atau interaktifnya sebuah website. Semakin banyak ragam bahasa program yang digunakan maka akan terlihat website semakin dinamis, dan interaktif serta terlihat bagus. Beragam bahasa program saat ini telah hadir untuk mendukung kualitas website. Jenis jenis bahasa program yang banyak dipakai para desainer website antara lain HTML, ASP, PHP, JSP, Java Scripts, Java applets, XML, Ajax dsb. Bahasa dasar yang dipakai setiap situs adalah HTML sedangkan PHP, ASP, JSP dan lainnya merupakan bahasa pendukung yang bertindak sebagai pengatur dinamis, dan interaktifnya situs. Bahasa program ASP, PHP, JSP atau lainnya bisa dibuat sendiri. Bahasa program ini biasanya digunakan untuk membangun portal berita, artikel, forum diskusi, buku tamu, anggota organisasi, email, mailing list dan lain sebagainya yang memerlukan update setiap saat. 3.4.4. Desain Website Setelah melakukan penyewaan domain name dan web hosting serta penguasaan bahasa program (scripts program), unsur website yang penting dan utama adalah desain. Desain website menentukan kualitas dan keindahan sebuah website. Desain sangat berpengaruh kepada penilaian pengunjung akan bagus tidaknya sebuah website. Untuk membuat website biasanya dapat dilakukan sendiri atau menyewa jasa website designer. Saat ini sangat banyak jasa web designer, terutama di kota-kota besar. Perlu diketahui bahwa kualitas situs sangat ditentukan oleh kualitas designer. Semakin banyak penguasaan materi tentang beragam program/software pendukung pembuatan situs maka akan dihasilkan situs yang semakin berkualitas, demikian pula sebaliknya. Jasa web designer ini yang umumnya memerlukan biaya yang tertinggi dari seluruh biaya pembangunan situs dan semuanya itu tergantung kualitas designernya. Program-program desain website salah satunya adalah Macromedia Firework, Adobe Photoshop, Adobe Dreamweaver, Microsoft Frontpage, dll.15 Prinsip – prinsip dasar desain Unik, yang dimaksud unik dalam mendesain suatu website adalah kesadaran seorang desainer untuk tidak meniru atau menggunakan karya orang lain. Komposisi, untuk memperindah tampilan halaman web, seorang web desainer harus benar – benar memahami komposisi, baik bentuk maupun warna yang akan digunakan dalam website yang dibuatnya Simple atau sederhana, banyak dari seorang web desainer yang membuat tampilann sederhana tapi menarik. Hal ini ditujukan agar tampilan website terlihat rapi, bersih dan informatif. Semiotik, semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda – tanda. Dalam hal ini diharapkan pengunjung dapat dengan 15 www.baliorange.web.id mudah dan cepat mengerti ketika melihat tanda dan gambar yang ada dalam suatu website. Ergonomis, ergonomis dalam mendesain website adalah kepunyaan yang akan didapatkan pengunjung dalam membaca dan kecepatan yang akan diperoleh pengunjung dalam mencari informasi. Hal – hal yang perlu diperhatikan oleh seorang web desainer untuk mencapai prinsip ini adalah; Pemilihan ukuran font yang tepat sehingga mudah dibaca dan menempatkan link sedemikian rupa sehingga dengan cepat dan mudah diakses dan yang lebih penting lagi apabila website bersifat informatif. Fokus, fokus adalah hierarki prioritas dari pesan yang akan disampaikan, dengan adanya fokus tersebut, diharapkan pengunjung dapat memahami dan menentukan pesan mana yang lebih dulu harus dibaca atau dilihat. Konsistensi, konsistensi adalah pemilihan bentuk yang digunakan pada elemen – elemen perancangan web dan digunakan pada semua halaman website. Website yang konsisten akan menonjolkan karakter desain itu sendiri dengan memperlihatkan visi dan misi dari website tersebut.16 Elemen Desain Desain grafis dalam halaman web terdiri dari elemen berikut : Teks, adalah bagian yang paling utama untuk menampilkan informasi dalam bentuk font Grafik atau Image, merupakan elemen yang dapat membantu menjalankan informasi dan menjadikan pesan lebih mudah dipahami. Animasi, merupakan sarana untuk menampilkan informasi dengan baik dan membuat suatu image yang akan diingat pengunjung website. Video, dapat merupakan hasil rekaman dari suatu informasi yang memudahkan pengunjung website untuk mencari informasi dalam bentuk video. 16 Buku Tips n Trik Computer Graphics Design (hal.29-42). Hendi Hendratman, ST Suara atau Audio, memberikan efek khusus pada tampilan suatu website yang akan memberi kenyamanan pengunjung website di saat website dibuka. Konsep Desain Pada intinya konsep dalam mendesain suatu website sangat berhubungan dengan desain grafis. Jadi alangkah baiknya jika dalam mendesain tampilan website juga memperhatikan prinsip desain. Prinsip – prinsip desain tersebut adalah : Komunikatif, prinsip komunikatif berhubungan dengan corporate identity (profil perusahaan). Estetis, fungsi dari estetis ini adalah memberikan suatu keindahan dalam suatu desain sehingga lebih menarik khalayak untuk menggali informasi yang ditawarkan dari suatu website. Ekonomis, desain website harus memperhatikan faktor ekonomis, dalam arti pada ukuran file yang digunakan. Hal ini dikarenakan berhubungan dengan kecepatan akses yang ditawarkan suatu website. Pembuatan Layout Website Dalam membuat suatu layout website, banyak langkah yang berbeda beda dalam menuangkannya. Berikut merupakan proses secara umum banyak dilakukan dalam pembuatan layout. Membuat sketsa desain, seorang desainer bisa saja menuangkan ide dalam pembuatan layout yang berupa ilustrasi sketsa di kertas. Akan tetapi untuk kebanyakan orang, tahap ini biasanya dilewatkan dan langsung membuat langkah layout desain dengan menggunakan software. Membuat layout desain, banyak software yang digunakan dalam pembuatan layout. Salah satunya adalah Macromedia. Proses ini dikerjakan setelah pembuatan sketsa desain. Terkadang pembuatan layout adalah hal yang paling pertama dikerjakan. Membagi gambar dalam potongan – potongan kecil. Proses ini diperlukan untuk mengoptimize waktu download. Membuat Animasi, animasi diperlukan untuk menghidupkan atau menjadikan website lebih interaktif. Membuat Audio, audio terkadang membuat pengunjung lebih tertarik untuk membuka atau melihat website yang dibuat. Membuat Video, video dibutuhkan untuk lebih memperkuat website akan informasi yang lebih mendetail. Membuat HTML, setelah merapikan layout desain lengkap dengan tombol, image, teks, script HTML, hal yang perlu dilakukan kemudian adalah membuat layout ke format HTML. 3.4.5. Program transfer data ke pusat data Para web designer mengerjakan website dikomputernya sendiri. Berbagai bahasa program, data informasi teks, gambar, video, dan suara telah menjadi file-file pendukung adanya website. File tersebut bisa dibuka menggunakan program penjelajah (browser) sehingga terlihatlah sebuah website utuh di dalam komputer sendiri (offline). Tetapi file-file tersebut perlu untuk diletakkan dirumah hosting versi online agar terakses ke seluruh dunia. Pengguna akan diberikan akses FTP (File Transfer Protocol) setelah memesan sebuah web hosting untuk memindahkan file-file website ke pusat data web hosting. Untuk dapat menggunakan FTP diperlukan sebuah program FTP, misalnya WS FTP, Smart FTP, Cute FTP, dll. Program FTP ini banyak ditemui di internet dengan status penggunaan gratis maupun harus membayar. Para web designer pun dapat menggunakan fasilitas FTP yang terintegrasi dengan program pembuat website, misal Adobe Dreamweaver. 3.4.6. Publikasi Website Keberadaan website tidak ada gunanya dibangun tanpa dikunjungi atau dikenal oleh masyarakat atau pengunjung internet. Karena efektif tidaknya situs sangat tergantung dari besarnya pengunjung dan komentar yang masuk. Untuk mengenalkan situs kepada masyarakat memerlukan apa yang disebut publikasi atau promosi. Publikasi situs di masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan pamflet-pamflet, selebaran, baliho, kartu nama dan lain sebagainya tapi cara ini bisa dikatakan masih kurang efektif dan sangat terbatas. Cara yang biasanya dilakukan dan paling efektif dengan tak terbatas ruang atau waktu adalah publikasi langsung di internet melalui search engine-search engine (mesin pencari, seperti : Yahoo, Google, MSN, Search Indonesia, dsb). Cara publikasi di search engine ada yang gratis dan ada pula yang membayar. Yang gratis biasanya terbatas dan cukup lama untuk bisa masuk dan dikenali di search engine terkenal seperti Yahoo atau Google. Cara efektif publikasi adalah dengan membayar, walaupun harus sedikit mengeluarkan akan tetapi situs cepat masuk ke search engine dan dikenal oleh pengunjung.17 3.5. Data Pembanding Website beserta Kekurangannya WEBSITE KEKURANGAN http://repostkaskus.blogspot.com/2012/0 4/jenis-alat-alat-musik-tradisional.html Informasi tentang alat-alat musik tradisional cukup lengkap, tetapi tampilan biasa saja, terlihat monoton dan waktu loading membutuhkan waktu yang cukup lama (kurangnya sisi ergonomis) Tampilan web cukup menarik, akan tetapi informasi yang ditampilkan kurang lengkap, tidak adanya video dari beberapa alat musik tradisional http://repindonesiaraya.blogspot.com/20 11/04/alat-musik-tradisional.html http://www.azamku.com/alat-musiktradisional-Indonesia.html http://www.menjelma.com/2012/07/peng golongan-alat-musik-tradisional.html http://www.proghita.com/read/2012/08/0 7/8105/19-alat-musik-tradisionalIndonesia-universal-update.php Tidak ada tampilan video untuk permainan dari alat-alat musik tradisional tersebut dan tampilan web masih monoton dengan background putih saja Kurangnya penjelasan tentang cara untuk memainkan alat-alat musiknya Informasi yang disampaikan lumayan terserap oleh pengunjung, tetapi tampilan masih standar yang masih menggunakan warna putih saja Tabel 3.2. Data Pembanding 17 http://www.baliorange.web.id 3.6. Objek Referensi Perancangan Website Alat Musik Tradisional Indonesia 3.6.1. http://blog.kangdede.web.id/ Gambar 90 : Referensi Web ‘Kangdede’ Alasan Referensi Komposisi web menarik dengan warna background krem, warna background button coklat muda dan button yang sederhana. Informasi yang dicantumkan cukup lengkap karena adanya foto dan video di tiap alat musik tradisional (ada di Gambar 32 dan Gambar 33) Informasi tentang gabungan alat musik tradisional tercantum di video. Proses loading yang cepat. Kekurangan Hanya mencantumkan informasi tentang alat music yang terbuat dari bambu saja. Informasi video tentang alat musik gabungan kurang lengkap Tabel 3.3. Alasan Referensi dan Kekurangan ‘Kangdede’ Gambar 91 : Referensi Web ‘Kangdede’ Gambar 92 : Referensi Web ‘Kangdede’ 3.6.2. http://www.anneahira.com/musik-tradisional.htm Gambar 93 : Referensi Web ‘Anneahira’ Gambar 94 : Referensi Web ‘Anneahira’ Gambar 95 : Referensi Web ‘Anneahira’ Alasan Referensi Komposisi web sangat baik, sederhana namun dimengerti oleh pengunjung web. Banyak button yang mempermudah akses untuk mencari informasi lain. Tampilan pertama menunjukkan untuk dapat berlangganan di websitenya. Pengunjung tidak dapat meng-copy data maupun informasi yang ada pada websitenya. Informasi tentang alat musik tradisional cukup lengkap dengan adanya foto dan daerah asal alat musik. Kekurangan Tampilan background kurang menarik atau monoton, dikarenakan masih menggunakan background putih saja. Informasi yang ditampilkan cukup informative, akan tetapi video tentang alat musik tidak tertera. Tabel 3.4. Kelebihan dan Kekurangan ‘Anneahira’