BAB III DATA PERANCANGAN 3.1. Tabel Data Perancangan

advertisement
BAB III
DATA PERANCANGAN
3.1.
Tabel Data Perancangan
SIfat Data
Data Teknis Perancangan
Data Objek Perancangan
Rincian Data
Primer
(Utama)
Data alat-alat musik
tradisional Indonesia

Eksplorasi alat-alat
musik tradisional
Indonesia

Data-data kebutuhan
website

Data-data konten
website alat musik
tradisional Indonesia

Fitur multimedia
(image slideshow,
audio, video)

Sekunder
(Pendamping)
Hosting

Upload file website

Desain website
dibentuk sesuai tema

Table 3.1. Data Perancangan
Manfaat Data Dalam
Perancangan
Untuk mengetahui
kategori, jenis-jenis,
tempat asal maupun cara
bermain pada alat musik
tradisional Indonesia
Memahami karakter
visual/ciri-ciri dari bentuk,
warna, dan unsur filosofi
Misalkan seperti data-data
image, audio dan video
alat musik tradisional
Indonesia
Untuk menyusun isi
website yang akan
ditampilkan pada setiap
halaman website
Sebagai fitur pendukung
dalam membuat website
yang dinamis namun tetap
ergonomis
Penyewaan server
account untuk
penyimpanan data-data
website
Memunculkan data-data
website secara online
Tampilan website akan
terlihat menarik di
pandangan pengunjung
website
3.2.
Data Alat – Alat Musik Tradisional Indonesia
Alat – alat musik tradisional Indonesia mempunyai tipe cara yang berbeda
beda untuk memainkannya.

Alat musik pukul

Alat musik tiup

Alat musik petik

Alat musik gesek

Alat musik gabungan
3.2.1. Alat Musik Pukul
3.2.1.1.
GONG
Gong terbuat dari logam pipih dengan benjolan di tengahnya. Alat
musik ini terdapat di daerah Jawa, Bali, NTT, Jakarta, dan berbagai daerah di
Indonesia lainnnya. Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan.
Gambar 1 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gong’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.2.
KENDANG JAWA
Jenis Kendang dengan dua sisi ini terdapat di daerah Jawa dan Deli
Sumatera Utara sebagai pengiring Gamelan dan Orkes Melayu.
Gambar 2 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Kendang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.3.
BONANG
Bonang berupa jajaran Gong kecil dengan benjolan di tengahnya
yang terbuat dari kuningan dan berada pada kotak resonansi. Bonang
terdapat di daerah Jawa,Bali, dan daerah Indonesa lainnya. Alat ini termasuk
didalam instrument Gamelan.
Gambar 3 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Bonang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.4.
GAMBANG
Berupa jajaran bilah-bilah kayu berada pada kotak resonansi.
Terdapat di daerah Jawa, Bali, dan daerah Indonesia lainnya. Alat ini
termasuk didalam instrument Gamelan.
Gambar 4 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gambang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.5.
DEMUNG (SARON) dan TABUH DEMUNG (TABUH SARON)
(diatasnya)
Dalam memainkan demung, tangan kanan memukul wilahan /
lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang
dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari
pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar :
pathet = pencet). Alat ini termasuk didalam instrument Gamelan.
Gambar 5 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Saron’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.6.
TAMBO
Alat musik Tambo merupakan alat musik yang berasal dari Nanggroe
Aceh Darussalam. Cara penggunaan alat ini sama seperti Tambur yaitu
dengan cara dipukul. Dulunya alat tradisional tersebut dipakai sebagai tanda
saat memasuki waktu shalat fardhu.
Gambar 6 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Tambo’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.7.
RAPAI
Rapai berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Rapai terbuat dari
bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana
dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul
(percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional Aceh.
Gambar 7 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Rapai’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.8.
KOLINTANG
Sejenis gambang dari kayu khas Minahasa dengan jajaran bilah-
bilahnya pada kotak resonansi dan dimainkan dengan cara berdiri dan
dipukul dengan alat bantu pukul atau stik.
Gambar 8 : Alat Musik Tradisional Minahasa ‘Kolintang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.9.
GEUNDRANG
Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya
dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang
dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh
seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap
tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
Gambar 9 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Geundrang’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.10. REBANA
Terbuat dari kulit binatang yang diregangkan ke kayu berbentuk
bundaran. Di sisi bundaran kayu di bubuhi Cimbal-Cimbal. Alat musik ini
sebagai pengaruh kebudayaan Islam. Terdapat hampir di seluruh Indonesia.
Gambar 10 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Rebana’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.11. CANANG
Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara
sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari
kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat
musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.
Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional.
Gambar 11 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Canang’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.12. TIFA
Sejenis kendang yang banyak terdapat di daerah Maluku dan Papua
yg bernama “TIfa’.
Gambar 12 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Tifa’
(Koleksi : www.google.com)
Gambar 13 : Alat Musik Tradisional Papua ‘Tifa’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.13. TIFA TOTOBUANG
Alat musik pukul ini berasal dari Maluku. Ambon adalah musik asli
yang sama sekali tidak dipengaruhi budaya luar. Musik ini merupakan musik
khas warga yang tinggal di wilayah mayoritas Kristen. Dalam beberapa
pertunjukan musik ini biasanya disandingkan dengan musik sawat, yang
sebaliknya hanya dapat dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah
mayoritas Muslim.
Gambar 14 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Tifa Totobuang’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.14. CALUNG
Alat musik ini berbentuk jajaran potongan bambu bulat, terdapat di
Jawa Barat.
Gambar 15 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Calung’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.15. GARPU TALA
Alat
musik
tradisional
ini
berasal
dari
daerah
Bima,
NTB.
Garputala atau Druridana adalah alat yang berbentuk seperti garpu bergigi
dua (atau berbentuk huruf Y) dan beresonansi pada frekuensi tertentu bila
dihentakkan pada suatu benda. Garpu tala ini terbuat dari bambu.
Gambar 16 : Alat Musik Tradisional NTB ‘Garpu Tala’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.16. TALEMPONG PACIK
Alat musik ini sejenis gong kecil tunggal dengan benjolan di
tengahnya. Talempong Pacik terdapat di daerah Sumatera Barat, biasanya
dibawa dan dimainkan sambil berjalan sebagai pelengkap arak-arakan atau
upacara.
Gambar 17 : Alat Musik Tradisional Padang ‘Talempong Pacik’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.17. BIBILIKU FIHAR
Alat Musik Tradisional ini berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur).
Bibiliku Fihar adalah alat musik yang berbentuk seperti gendang. Hanya saja
memiliki satu kulit. Cara memainkannya adalah dengan cara dipukul dengan
benda lain
Gambar 18 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Bibiliku Fihar’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.18. KENDANG SUNDA
Gendang terbuat dari kulit binatang yang di regangkan pada kayu
berupa taung sebagai kotak Resonansi ( untuk mendapatkan efek gaung ).
Gendang Sunda terdapat di daerah Jawa Barat, di Bali pun ada.
Gambar 19 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Kendang Sunda’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.19. MARWAS atau GEDUMBA
Jenis Kendang Kecil untuk mengiringi musik Gambus. Terdapat di
Sumatera bagian Timur.
Gambar 20 : Alat Musik Tradisional Sumatera Timur ‘Marwas’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.1.20. GENDANG PANJANG dan MARWAD
Gendang Panjang adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi
utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa
alat
bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut
kendang ciblon/kebar.
Gambar 21 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gendang Panjang’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.21. DJEMBE
Ada
kesepakatan
umum bahwa
dengan kasta Mandinka dari pandai
Numu. Penyebaran luas
besi,
asal
yang
mula djembe dikaitkan
dikenal
dari drum djembe seluruh Afrika
Barat
sebagai
mungkin
karena migrasi Numu selama milenium pertama Masehi. Tapi di Indonesia
juga mem-produksi Djembe, yaitu didaerah Blitar, Bandung dan Bali.
Gambar 22 : Alat Musik Tradisional ‘Djembe’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.22. JEGOGAN
Jegogan berasal dari Bali dan berada dalam instrumen Gamelan Bali.
Jegogan seperti alat musik gender, berbilah besar sebanyak lima buah,
bernada rendah, dimainkan dng sebuah pemukul yg berbentuk bulat dan
bertangkai.
Gambar 23 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Jegogan’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.23. GENDER
Gender adalah alat musik tradisional Bali yang paling susah
memainkannya. Gender juga adalah alat musik yang paling sakral. Gender
sering digunakan untuk mengiringi pementasan wayang kulit, namun bisa
juga berdiri sendiri yang terdiri dari dua pemain saja. Terdapat di dalam
Gamelan Bali.
Gambar 24 : Alat Musik Tradisional Indonesia Bali ‘Gender’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.24. GONG PULU atau GUNTANG
Alat musik tradisional yang dipukul ini berasal dari daerah Bali dan
biasanya ada didalam Gamelan Bali.
Gambar 25 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Gong Pulu’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.25. NEKARA
Nekara dari masa paleometalik (zaman logam) ini merupakan alat
musik tradisional tertua. Nekara yang ditemukan di P Sangeang Nusa
Tenggara Barat yang diperkirakan berasal dari masa pra sejarah dengan
pertanggalan 2500 SM. Nekara yang berukuran besar ini merupakan Nekara
Tipe Heger I, terbuat dari perunggu. Oleh masyarakat dimana nekara ini
ditemukan, benda ini disebut dengan istilah Makalamau, waisarinci atau
saritasangsi yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, yang jika ditabuhkan
akan mendatangkan hujan dan bahkan badai.
Gambar 26 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Nekara’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.26. KAJAR
Alat musik tradisional Bali berpencon mirip ketuk karawitan Jawa,
dibunyikan sebagai pemantap ritme yang sering dimainkan sepanjang lagu.
Gambar 27 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Kajar’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.27. KEMONG
Kemong adalah sebutan gaya Suroboyo-an untuk sebuah tabuhan
mirip gong dengan diameter antara 25-35 cm. Alat ini ditabuh atau dipukul
bukan untuk iringan musik, tetapi sebagai penanda ketika sebuah kampung
ada warganya yang meninggal.
Gambar 28 : Alat Musik Tradisional Jawa dan Bali ‘Kemong’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.28. SOWITO
Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada, NTT. Seruas
bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal
dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai
dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan
yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu
nada.
Gambar 29 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Sowito’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.29. MENDUT
Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai, NTT.
Seruas bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua
ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. Cara pembuatannya,
di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping
kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian
diganjal dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara
memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan
kayu kecil.
Gambar 30 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Mendut’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.30. DOG-DOG
Dogdog merupakan alat musik tabuh yang berasal dari Jawa Barat dan
terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15 cm
dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan
panjangnya lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang
berdiameter 15 m itu ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan,
kemudian
diikat
dengan
tali
bambu
dan
dipaseuk
/
baji
untuk
mengencangkan kulit tersebut, sehingga kalau dipukul Akan mengeluarkan
suara dog.. dog.. dog.
Gambar 31 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Dog-Dog’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.31. RINDIK
Rindik adalah salah satu alat musik tradisional dari Bali yang terbuat
dari bambu dan memiliki nada slendro. Rindik biasanya dimainkan oleh 2-4
orang, 2 orang sebagai penabuh Rindik dan sisanya sebagai pemain Suling.
Kadang kala ada juga Rindik yang dimainkan oleh 5 orang, dengan 1
pemainnya menabuh Gong Pulu. Rindik biasa dipentaskan di hotel - hotel,
pada acara pernikahan/resepsi, peresmian dan sebagainya.
Gambar 32 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Rindik’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.32. KEMPUL
Kempul yang tersebar di daerah Jawa dan Bali ini merupakan
instrumen gamelan yang bertugas pada bagian irama. Bentuknya seperti
pencon bonang barung bagian bawah yang bergantung pada gayor, akan
tetapi ukurannya besar-besar. Pada perangkat gamelan yang lengkap,
biasanya laras pelog dan laras slendro mempunyai kempul tersendiri. Nadanada kempil sesuai dengan nada-nada saron. Cara memainkan instrumen ini
adalah dengan cara dipukul menggunakan bendha (sejenis bindhi yang
berbentuk bulat).
Gambar 33 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Kempul’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.33. CENG-CENG
Ceng-ceng adalah bagian penting dari seperangkat gamelan Bali. Di
antara alat gamelan yang lain, dalam satu performa, ceng-ceng memegang
peran yang sangat penting. Ceng-ceng Bali ini juga dikenal dengan sebutan
ceng-ceng ricik. Bahan terbuat dari kayu nangka dan tembaga. Terdiri atas 6
(enam) buah logam bundar bagian bawah dan 2 (dua) logam bundar bagian
atas. Cara memainkan alat musik tradisional Bali ini adalah dengan cara
“memukulkan” bagian tembaga bundar yang atas (berjumbai merah) ke
bagian tembaga bundar bawah yang menghadap atas. Ceng-ceng Bali dibuat
dengan bentuk kura-kura. Ini bisa dipahami karena pengukirnya mungkin
mengambil tokoh legenda Bali yaitu kura-kura mistis. Konon, di kebudayaan
Bali, kura-kura mistis ini memiliki nilai magis yaitu menyeimbangkan dunia di
atas punggungnya.
Gambar 34 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Ceng-Ceng’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.34. TEROMPONG
Kata terompong berarti alat gamelan dari perunggu yang memiliki
pencong atau “moncot” yang terdiri atas beberapa buah yang disusun dalam
satu “tungguh”. Demikian pula halnya dengan terompong beruk itu, hanya
bahan dan bentuknya berbeda dengan terompong tersebut. Terdapat di Bali.
Gambar 35 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Terompong’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.35. HIDATA
Musik bambu Hidata yang berasal dari Maluku Utara ini adalah
batangan bambu. Batangan bamboo yang dijadikan peralatan musik ini
biasanya hanya terdiri dari 2 ruas dan panjangnya tidah lebih dari 1,75 m.
Biasanya batang bambu ini sudah dilubangi sesuai nada tone yg berdasarkan
panjang pendeknya bambu. Dan dibutuhkan karung goni agar ubin dan
batang bambu tidah mudah rusak bila dibenturkan
Gambar 36 : Alat Musik Tradisional Maluku Utara ‘Hidata
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.36. GEDUK
Alat musik tradisional yang berasl dari Sumatera Timur ini adalah
sejenis gendang yang mempunyai dua muka. Muka geduk diperbuat daripada
belulang lembu atau kerbau. Pada mulanya belulang diletakan pada badan
geduk menggunakan perekat. Kemudian belulang itu dipancang dengan baji
kayu atau besi. Badan geduk disebut temalang yang diperbuat daripada kayu
keras seperti kayu nangka dan bentuknya agak cembung sedikit. Bahagian
dalam temalang disebut lompang. Dua bilah buluh dipasang pada satu sisi
temalang. Bilah-bilah tersebut lebih panjang daripada temalang dan berfungsi
sebagai kaki.
Gambar 37 : Alat Musik Tradisional Sumatera Timur ‘Geduk’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.37. THOBO
Alat musik tumbuk dari bambu ini berasal Kabupaten Ngada, Flores.
Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan
bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk ke lantai atau tanah
(seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam
mengiringi musik Foy doa.
Gambar 38 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Thobo’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.38. DOL
Alunan suara bersaut-sautan ini dari alat musik disebut Dol. Di
Provinsi Bengkulu, Sumatera, Alat musik Dol bukan hal yang baru. Iramanya
kerap terdengar hampir disetiap sudut kota terutama sore hari. Dol pertama
kali dibawa oleh pedagang dari India. Bentuknya hampir mirip gendang
terbuat dari kulit sapi. Ukurannya bervareasi. Diameter Dol terbesar sekitar
70 centimeter dengan tinggi 80 centimeter. Alat musik tradisional Bengkulu ini
terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon nangka. Masyarakat Bengkulu
sangat akrab dengan alat musik Dol. Mereka biasanya bermain Dol secara
berkelompok di rumah-rumah atau sanggar kesenian. Peminatnya tak
terbatas pada orang dewasa atau remaja
Gambar 39 : Alat Musik Tradisional Bengkulu ‘Dol’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.39. GENDERANG PERANG
Tidak jelas mengapa alat tabuh khas Bengkulu ini di namakan alat
musik perang (Slaginstrument) di Tropen Museum, atau mungkin pada jaman
dahulu di pakai untuk memberi semangat orang Bengkulu saat berperang.
Alat jenis musik tradisional ini yang masih sering terlihat adalah alat musik
perang jenis Rebana yang sering dipakai dalam kegiatan adat masyarakat
Bengkulu dan sekitar.
Gambar 40 : Alat Musik Tradisional Bengkulu ‘Genderang Perang’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.40. CELEMPONG
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah
Kabupaten Tamiang, Aceh. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan
cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya. Celempong
dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya
orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna.
Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong
ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.
Gambar 41 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Celempong’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.41. BURDAH
Sebuah bentuk alat musik hasil akulturasi kebudayaan bangsa Arab
denganetnis Sasak. Burdah dimainkan sebagai pengiring lagu bernuansa
Islam seperti barzanji saat acara keagamaan yang dapat dimainkan tunggal
ataupun berkelompok (Koleksi Museum Balaputradewa Sumatera Selatan).
Gambar 42 : Alat Musik Tradisional Sumatera Selatan ‘Burdah’
(koleksi : www.google.com)
3.2.1.42. GENDANG SILAT
Berupa gendang berkepala ganda yang berasal dari RIau. Digunakan
sebagai pengatur irama dalam mengiringi lagu, sebagai penentu dan
pengubah gerak tari pada tari silat (Koleksi Museum Sang NIla Utama Riau).
Gambar 43 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gendang Silat’
(koleksi : wwww.google.com)
3.2.2. ALAT MUSIK TIUP
3.2.2.1.
SULING
Terbuat dari bambu dengan berbagai variasi, terdapat di hampir di
seluruh Indonesia. Seperti Suling Sunda di Jawa Barat, Kalimantan,
Sulawesi Selatan, dan daerah di Indonesia lainnya.
Gambar 44 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Suling’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.2.2.
FOY DOA
Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak
ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa. Seberapa lama usia
musik Foy Doa tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalanpeninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling
berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau
lebih.
Gambar 45 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Foy Doa’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.3.
FOI MERE
Alat musik tiup dari bambu yang berasal dari Flores ini dahulunya
berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.
Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy
Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foi Mere : do, re, mi, fa, sol.
Gambar 46 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Foi Mere’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.4.
SALUANG
Seruling khas Minang, berupa tabung bambu dengan kedua
ujungnya terbuka.
Gambar 47 : Alat Musik Tradisional Sumatera Barat ‘Saluang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.2.5.
PRERE
Alat bunyi-bunyian dari Manggarai, NTT ini terbuat dari seruas bambu
kecil sekecil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian
bawah dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat
meniup. Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan
mulut dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu
untuk melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang
berfungsi memperbesar suaranya.
Gambar 48 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Prere’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.6.
SULING HIDUNG
Umumnya seluruh kabupaten yang ada di NTT memiliki instrumen
suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling hidung. Namanya demikian
karena suling ini ditiup dari hidung. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu
yang berbentuk silinder yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu
pengatur nada berbentuk besar.
Gambar 49 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Suling Hidung’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.7.
AMYEN atau TROMPET (atas) dan YI (dua bawah)
Amyen adalah alat musik tiup yang digunakan untuk mengiringi tarian
dan memanggil serta memberi tanda bahaya saat perang. (Koleksi Museum
Loka Budaya Uncen Papua). Sedangkan Yi digunakan untuk memanggil
penduduk dan juga untuk mengiringi acara tari tarian (Koleksi Museum
Negeri Provinsi Papua).
Gambar 50 : Alat Musik Tradisional Papua ‘Amyen dan Yi’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.8.
KADIRE (kiri) dan KLEDI (kanan)
Termasuk alat musik tiup. Sumber bunyinya berasal dari tempurung
kelapa yang berfungsi sebagai pengatur nada. Dimainkan saat upacara adat
masyarakat Dayak Kenyah (Koleksi Museum Mulawarman Kalimantan
Timur), Sedangkan Keledi dibuat dari buah labu yang sudah tua kemudian
dikeluarkan isinya, direndam selama satu bulan dan selanjutnya dikeringkan
(Koleksi Museum Negeri Prov. Kalimantan Barat).
Gambar 51 : Alat Musik Tradisional Kalimantan ‘Kadire dan Kledi’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.9.
BANSi
Alat tiup yang satu ini berasal dari Aceh. Bansi adalah alat musik dari
keluarga alat musik tiup bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan
dengan alat musik lainnya dengan baik.
Gambar 52 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Bansi’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.10. SERUNAI
Serunai adalah semacam terompet yang terdapat di Sumatera, juga
terdapat jenis yang serupa di Jawa Barat dengan nama Tarompet, di Jawa
Timur dengan nama Sronen, di Sulawesi Selatan dengan nama Puwi-puwi.
Gambar 53 : Alat Musik Tradisional Sumatera Barat ‘Serunai’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.2.11. BEREGUH
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh
pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan
terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang
terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung
dari teknik meniupnya. Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi
terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan
orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang,
diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.
Gambar 54 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Bereguh’
(koleksi : www.google.com)
3.2.2.12. SANGKA atau TRITON
Alat musik tiup ini terbuat dari siput atau kerang besar berongga. Di
salah satu sisi kerang di buat lubang sebagai sumber bunyi. alat musik ini
banyak tersebar di Kepulauan Kei (Papua), Minahasa, Halmahera, dan P.
Seram.
Gambar 55 : Alat Musik Tradisional Minahasa ‘Sangka’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.2.13. TEROMPET REOG
Terompet Reog merupakan alat musik tradisional yang berasal dari
Ponorogo Jawa Timur.Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring
saat pertunjukan Reog Ponorog. .Alat musik ini termasuk dalam jenis alat
musik tiup.
Gambar 56 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Terompet Reog’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3. ALAT MUSIK PETIK
3.2.3.1.
SAMPEK
Sampek merupakan alat musik tradisional yang berasal dari
Kalimantan tepatnya biasanya digunakan oleh Suku Dayak. Proses
pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3
senar, 4 senar dan 6 senar.
Gambar 57 : Alat Musik Tradisional Kalimantan ‘Sampek’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.2.
KECAPI
Alat musik petik ini memakai jajaran dawai panjang sampai ukuran
pendek dengan tabung resonansi yang terbuat dari kotak kayu, kecapi ini
terdapat di daerah Jawa Barat.
Gambar 58 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Kecapi’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.3.
SASANDO
Sasando adalah alat musik yang terbuat dari daun lontar dengan
bambu berongga dan di lengkapi dengan 36 dawai, Sasando terdapat di
daerah Timor.
Gambar 59 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Sasando’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.4.
PANTING
Musik Panting adalah musik tradisional dari suku Banjar di Kalimantan
Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat musik yang
dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka
disebut musik Panting. Pada awalnya musik Panting berasal dari daerah
Tapin, Kalimantan Selatan.
Gambar 60 : Alat Musik Tradisional Banjar ‘Panting’
(koleksi : www.google.com)
3.2.3.5.
GAMBUS
Gambus yang berasal dari Riau ini adalah alat musik petik seperti
mandolin yang berasal dari Riau. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar
sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang.
Gambar 61 : Alat Musik Tradisional Riau ‘Gambus’
(koleksi : www.google.com)
3.2.3.6.
KECAPI “KITOKA”
Kecapi merupakan salah satu bentuk alat musik tradisional Sulawesi
Selatan. Alat musik ini terdiri atas 2 (dua) senar/dawai dengan masingmasing senar memiliki stem yang berbeda. Dahulu, kecapi dalam masyarakat
terdiri atas 3 (tiga) grep namun mengalami perkembangan menjadi 4-6 grep.
(Gambar kecapi "kitoka", yang merupakan inovasi kecapi tradisional Bugis
Makassar).
Gambar 62 : Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan ‘Kecapi Kitoka’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.7.
GAMBUS FLORES
Alat musik diperkirakan masuk ke Flores Timur sejak masuknya
agama Islam sekitar abad 15. Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit hewan,
senar, dan paku halus. Alat musik petik ini merupakan instrumen berdawai
ganda yaitu, setiap nada berdawai dua/double snar. Dawai pertama bernada
do, dawai kedua bernada sol. Dan dawai ketiga bernada re, atau dawai
pertama bernada sol, dawai kedua bernada re, dan dawai ketiga bernada la.
Gambar 63 : Alat Musik Tradisional Flores ‘Gambus’
(koleksi : www.google.com)
3.2.3.8.
POPONDI atau TOLINDO
Popondi terbuat dari kayu berbentuk busur dan bertumpu pada
tempurung kelapa, di atasnya terdapat sebuah dawai yang di tegangkan
untuk di petik, alat ini terdapat di daerah Toraja.
Gambar 23 : Alat Musik Tradisional Toraja ‘Popondi’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.9.
IDIOKARDO
Alat musik petik yang berdawai 4 yg berasal dari Maluku ini adalah
alat musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di petik. Alat musik ini
disebut juga Tatabuhan.
Gambar 65 : Alat Musik Tradisional Maluku ‘Idiokardo’
(koleksi : www.google.com)
3.2.3.10. LEKO BOKO atau BIJOL
Alat musik petik yang berasal dari NTT ini terbuat dari labu hutan
(wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus
kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta
nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam
masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat.
Gambar 66 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Leko Boko’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.11. KETADU MARA
Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri
dan juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai pula
dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi mahkluk
halus.
Gambar 67 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Ketadu Mara’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.3.12. SITER
Siter adalah sejenis kecapi dengan jajaran dawai, memakai tabung
resonasi yang bertumpu pada kaki penunjang. Alat musik ini terdapat di
Pulau Jawa.
Gambar 68 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Siter’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.4. ALAT MUSIK GESEK
3.2.4.1.
ARBAB
Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen
induknya) dan penggeseknya dalam bahasa daerah disebut : Go Arab.
Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan
dawai.. Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan
Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat,
seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai
kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat
dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.
Gambar 69 : Alat Musik Tradisional Aceh ‘Arbab’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.4.2.
KESO-KESO
Keso-keso yang berasal dari Sulawesi Selatan ini adalah alat musik
yang mirip seperti rebab hanya saja keso menggunakan dua dawai saja. Alat
musik ini dimainkan dengan cara digesek.
Gambar 70 : Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan ‘Keso-Keso’
(koleksi : www.google.com)
3.2.4.3.
HEO
Alat gesek (heo) asal NTT, terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat
dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu
penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini
terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai,
dan masing-masing bernama :

dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki

dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana

dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan

dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re,
tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.
Gambar 71 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Heo’
(koleksi : www.google.com)
3.2.4.4.
KONGAHYAN, TEHYAN dan SUKONG
Di Betawi, alat musik gesek ada tiga macam dan dibedakan
berdasarkan ukurannya. Alat musik gesek yang berukuran kecil disebut
Kongahyan, ukuran sedang disebut Tehyan dan ukuran yang paling besar
disebut Sukong. Ketiga alat music gesek ini terdapat di dalam instrument
Gambang Kromong.
Gambar 72 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Kongahyan’
(koleksi : www.google.com)
Gambar 73 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Tehyan’
(koleksi : www.google.com)
Gambar 74 : Alat Musik Tradisional Betawi ‘Sukong’
(koleksi : www.google.com)
3.2.4.5.
REBAB
Rebab adalah alat musik gesek dengan satu dua senar atau dawai.
Alat musik ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sebagai
pengaruh kebudayaan Islam.1
Gambar 75 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Rebab’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.5. ALAT MUSIK GABUNGAN
3.2.5.1. GAMELAN
Gamelan
adalah
seperangkat
alat
musik yang
biasanya
menonjolkan metalofon (Alat perkusi yang terdiri dari batang logam tuned,
biasanya dipukul dengan palu)., gambang, gendang, dan gong. Istilah
gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan
satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata
Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes
gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali dan
Lombok. Di Indonesia dalam
berbagai
jenis,
ukuran
dan
bentuk
ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18,
istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
1
http://cerita-indonesian.blogspot.com
Gambar 76 : Alat Musik Tradisional Jawa ‘Gamelan Jawa’
(koleksi : www.google.com)
Gambar 77 : Alat Musik Tradisional Bali ‘Gamelan Bali’
(koleksi : www.google.com)
Kemunculan
gamelan
didahului
dengan
budaya Hindu-
Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah,
yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan
hingga
bentuknya
sampai
seperti
sekarang
ini,
pada
zaman
Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satusatunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana
cara menyajikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh
Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah
Jawa,
dengan
istana
di
gunung
Mahendra
di
Medangkamulan
(sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan
gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik
kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel (kumpulan yang terdiri
atas dua atau lebih musisi yang memainkan alat musik ataupun
bernyanyi) pertama
ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa
Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling
bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik
berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut.
Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun,
gambar relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula
gamelan.
Penalaan (proses, atau cara) dan pembuatan orkes gamelan
adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara
penalaan,
yaitu sléndro, pélog,
"Degung"
(khusus
daerah
Sunda,
atau Jawa Barat), dan "madenda" juga dikenal sebagai diatonis, sama
seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri
yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari
Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string
dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar
pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna
suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar
musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang
menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara
resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini,
gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa
Tengah.2
MACAM-MACAM INSTRUMEN GAMELAN:
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan
Bonang barung dan bonang penerus:
Ricikan yang berbentuk pencon yang diletakkan diatas rancakan dengan
susunan dua deret yaitu bagian atas disebut brunjung dan bagian bawah
disebut dhempok. Terdiri dari dua rancak. satu rancak untuk laras slendro
yang berisi 10/12 pencon, dan laras pelok berisi 14 pencon.
Wilahan (terdiri dari):
Saron 1 dan 2, Demung, Slentem, Peking (Wilahan berbentuk pipih
terletak diatas rancakan yang terbuat dari kayu, ada dua rancak, satu
rancak untuk laras slendro, dan satu rancak untuk laras pelog).
Kempul
Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu/ gending
untuk menegaskan ketukan.
Gong ( Gong gede dan gong suwukan )
Gong menandai permulaan dan akhiran gending dan memberikan rasa
keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu.
Gambang
Gambang ada tiga rancak dengan bilah yang di buat dari kayu, satu
rancak untuk slendro, dua rancak untuk pelok, masing-masing rancak
terdiri dari 21 bilah mulai dari nada 5 sampai dengan nada 5.
Gender ( Gender barung dan gender penerus )
Bentuk bilah menggunakan tabung atau bumbungan yang di buat dari
bambu. Sebagai resonator. Gender barung berisi 14 bilah, gender
penerus 14 bilah.
Kethok kenong
Dalam memberi batasan struktur suatu gending, kenong adalah
instrument kedua yang peling penting setelah gongdan menuntun alur.
Celempung
Celempung instrument kawat petik. Kawatnya terdiri dari 13 pasang
ditegakkan antara paku atas dan bawah, ada 3 buah satu untuk laras
slendro dan 2 untuk laras pelok.
Kemanak
Bentuknya seperti buah pisang, untuk mengiringi tari budaya dan srimpi.
Khendang Kendhan
Dimainkan dengan jari dan telapak tangan, Kendhang yang menentukan
irama dan tempo, (menjaga keajekan tempo, menuntun peralihan cepat
atau lambat, menghentikan irama gamelan). Macam kendhang. ( ada
kendang gede, kendang wayangan, kendshang ciblon, dan ketipung).
Rebab
Rebab berbentuk biola. Nabuhnya dengan cara digesek .
Suling (Terbuat dari Bambu yang di lubangi )
Sitter
Sitter instrument kawat petik yang terdiri dari 13 pasang,
LARAS atau TANGGA NADA DALAM GAMELAN JAWA
Pada Gamelan Jawa dikenal ada dua ‘titi laras’ atau ‘laras’ (tangganada) yang berbeda, yaitu ‘laras slendro’ mempunyai susunan sebanyak lima
nada, yaitu nada 1, 2, 3, 5, dan 6 (C- D E+ G A) dan ‘laras pelog’
mempunyai susunan sebanyak tujuh nada, yaitu nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
(C+ D E- F# G# A B). Kedua laras itu, dalam teori nada dikategorikan sebagai
‘nada penta tonis’ (mempunyai lima nada). Meskipun demikian, pada bahasan
yang
lebih
mendalam,
ternyata laras
pelog bisa
dibagi
lagi
menjadi
dua laras yang berbeda, yaitu ‘laras pelog bem’ (mempunyai susunan
sebanyak enam nada, yaitu nada 1, 2, 3, 4, 5, dan 6) dan ‘laras pelog
barang’ (mempunyai susunan sebanyak enam nada, yaitu nada 2, 3, 4, 5,
6,dan 7). Jadi sebenarnya laras dalam Gamelan Jawa ada tiga, yaitu laras
slendro, laras pelog bem, dan laras pelog barang.
Meskipun demikian,
kenyataannya kedua laras pelog itu, biasanya disusun dalam satu kesatuan,
yang lazim disebut sebagai ‘Gamelan laras pelog’, yang susunan nadanadanya umumnya terdiri dari nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Penyebabnya
adalah, nada-nada 2, 3, 4, 5, dan 6 pada Gamelan laras pelog bem dan laras
pelog
barang, merupakan nada-nada
yang frekuensinya
sama.
Jadi,
penyatuan laras pelog bem dengan laras pelog barang dalam satu susunan
nada, sebenarnya lebih didasari segi kepraktisan. Selain itu, dalam sejumlah
komposisi gendhing, secara terbatas ada juga permainan nada yang memang
menggunakan kedua susunan nada pelog secara bersamaan.
Perbedaannya pelog dan slendro hanya pada tangga nadanya. Interval
nada-nada pada slendro berbeda dengan interval pada nada-nada di pelog.
Nada slendro memiliki interval yang lebih besar dari pada pelog. Nantinya
berpengaruh pada tembang (nyanyian) yang dilagukan oleh penyanyi.
Pada permainan Gamelan Jawa, dikenal ada tiga ‘pathet’,yaitu:

Pada
permainan
menggunakan gamelan
laras
slendro, dikenal
ada
tiga pathet, yaitu: pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura.

Pada
permainan
menggunakan gamelan
laras
pelog, dikenal
ada
tiga pathet, yaitu: pathet lima, pathet nem, dan pathet barang.
Dalam masyarakat Jawa, orchestra musik Gamelan biasanya disebut
‘Karawitan’. Berasal dari kata ‘Rawit’ yang berarti rumit, halus dan kecil.
Karena music Karawitan memang tidak sekedar berfokus pada bunyi yang
dihasilkan oleh alat music, tapi juga harus dapat memahami kedalaman
makna dari musik yang sedang dimainkan tersebut.
Berdasar
didemonstrasikan
jarak
antar
bahasan,
oleh
nada
yang
pernah
sejumlah panji pembuat Gamelan kepada
penulis,
pada
pendapat,
Gamelan
dan
laras
praktik;
slendro dan Gamelan
laras
pelog, ternyata berbeda pada pada setiap pathet tertentu. Karena adanya
peristiwa itu, maka jika kita hendak membuat seperangkat Gamelan, maka
idealnya (jika suara nada gamelan itu dikehendaki bagus untuk seluruh pathet)
kita seharusnya membuat enam (6) perangkat Gamelan yang berbeda, yaitu:
1. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai
untuk permainan karawitan pada saat pathet nem.
2. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai
untuk permainan karawitan pada saat pathet sanga.
3. Seperangkat gamelan laras slendro, dengan jarak antar nada yang sesuai
untuk permainan karawitan pada saat pathet manyura.
4. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk
permainan karawitan pada saat pathet lima.
5. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk
permainan karawitan pada saat pathet nem.
6. Seperangkat gamelan laras pelog, dengan jarak antar nada yang sesuai untuk
permainan karawitan pada saat pathet barang.3
PERAN RICIKAN / INSTRUMEN GAMELAN
Masing-masing instrument mempunyai perbedaan bantuk, peran dan
fungsi. Untuk menyatukan hal tersebut, ada pembagian tugas dari
masing-masing instrument, yaitu :
Pamurba wirama
Bertugas untuk menguasai irama dalam sajian, menentukan tempo dan
volume serta menghentikan gendhing. Instrument kendhang.
Pamurba lagu
Bertugas penetu dan penuntun lagu, menunjukan nafas, jiwa, dan
karakter gendhing yang disajikan. Instrument Rebab, gender, boning.
Pamangku wirama
Bertugas menjaga irama, mempertegas tempo yang telah adea.
Instrument Kethuk,kenong,kempyang,kempul dan gong
Pamangku lagu
Bertugas memjalankan lagu yang sudah ada, serta mempertegas melodi.
Instrument Gender,Saron, demung dan peking.
Pangrengga lagu
Bertugas mengisi lagu. Instrument Gender penerus, suling, celempung dan
sitter.
NILAI – NILAI STRATEGIS DALAM GAMELAN
Menurut Judith Becker dalam buku, “Gamelan Stories: Tantrism, Islam,
and Aesthetics in Central Java”, mengemukakan bahwa pada zaman
3
http://kuliahmusikonline.blogspot.com, http://wayangprabu.com
pertengahan, di Indonesia, elemen Gamelan digunakan sebagai media
pemujaan eksternal dan internal. Dia mengutip Sastrapustaka yang
mengungkapkan makna esoteris nada-nada Gamelan yang berhubungan
dengan chakra, panca indera dan rasa. Gamelan sebagai yantra, alat, dapat
membantu tahapan meditasi sebelum mencapai keadaan Samadhi/Semedi.
Melalui media musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan fikir,
penjernihan hati dan pemurnian jiwa yang berujung pada penyembuhan
psikologis. Dr.
Masaru
Emoto
membuktikan
bahwa
musik
dapat
mempengaruhi air, sehingga musik yang indah akan membuat air
membentuk kristal hexagonal yang indah. Memahami bahwa baik manusia,
hewan
dan
tanaman
mengandung
air,
maka
suara
musik
akan
mempengaruhi semua makhluk hidup. Organ-organ manusia mempunyai
getaran dengan berbagai frekuensi. Walau frekuensi yang dapat didengar
manusia berkisar 20 Hz-20 KHz, frekuensi suara berbagai alat gamelan
sangat bervariasi dan memungkinkan terjadinya frekuensi yang sama
dengan organ tubuh. Bila getaran suara Gamelan mempunyai frekuensi
yang sama dengan suatu organ tubuh yang lemah, maka resonansi yang
terjadi dapat memperkuat dan menyembuhkan organ yang bersangkutan.
Musik yang harmonis juga akan mebuat sapi merasa tenang dan
mempengaruhi
sistem
kelenjar
yang
berhubungan
dengan
susu.
Selanjutnya, getaran frekuensi tinggi dari Gamelan akan merangsang
‘stomata’ tanaman untuk tetap terbuka, meningkatkan proses pertumbuhan.
Bunga-bunga yang beraneka warna pada umumnya mempunyai panjang
gelombang sama seperti panjang gelombang warnanya. Suara alat-alat
musik yang bervariasi panjang gelombangnya dapat mempengaruhi organ
yang sama panjang gelombangnya.
Sebuah lembaga penelitian tentang perkembangan otak di jepang
mengadakan riset tentang pengaruh gelombang suara supersonic terhadap
perkembangan otak. Gelombang suara supersonic adalah suara yang tidak
dapat
dideteksi/didengar
oleh
khusus. Ternyata gelombang
telinga
suara
kita
tanpa
supersonic mampu
bantuan
alat
menstimulasi
peningkatan produksi beberapa hormon penting di otak yang mana sangat
baik untuk perkembangan otak. dan ternyata gamelan (Jawa dan Bali)
banyak sekali memproduksi gelombang supersonic ini jauh lebih tinggi dari
musik klasik. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh kita yang
mempunyai budaya ini, tetapi justru orang asing yang menelitinya dan
mampu memanfaatkannya. Pertanyaan yang sangat menggelitik adalah,
kenapa bangsa asing begitu giat menggunakan gamelan sebagai media
pendidikan?
Sedangkan
ditanah
kelahirannya
gamelan
masih
saja
mendapatkan stigma sebagai seni musik tradisional yang ketinggalan
jaman? terjebak pada istilah pelestarian seni tradisi dan tidak melihat
gamelan sebagai sebuah media pencerdasan emosional dan estetika.
Ada beberapa faktor yang membuat gamelan belum maksimal di dunia
pendidikan maupun di masyarakat, faktor kurangnya keberanian para
praktisi gamelan keluar dari pakem yang selama ini dianutnya, pakem
dianggap aturan/tatacara yang sudah final sehingga tidak perlu lagi adanya
pakem-pakem baru. Kedua adalah faktor minimnya para peneliti/ilmuwan
dalam seni tradisi (gamelan) tentang kegunaan/efek gamelan bagi
kecerdasan emosional anak. Ketiga faktor gamelan yang dipresepsikan
hanya untuk dimainkan oleh orang dewasa, keempat minimnya komposisi
musik gamelan yang khusus dimainkan oleh anak-anak. Kelima hegemoni
musik barat yang selalu dipaksakan menjadi acuan dalam pembelajaran
musik di Indonesia, padahal sejak era 2000an hingga kini pendidikan musik
di Negara maju sudah mulai mengadopsi gamelan sebagai bagian dari
pendidikan karakter, karena gamelan dinilai sebagai musik yang humanis,
karena nilai-nilai kebersamaan, empati, toleransi dan kolektifitas yang
menjadi suatu kekhasan dalam gamelan, karena hal tersebut tidak
didapatkan dari musik klasik barat yang cenderung individualis, miskin
improvisasi, dan kaku karena harus memainkan sesuai dengan perintah
partitur.4
3.2.5.2. RAMPAK KENDANG
Rampak kendang itu adalah salah satu kreasi seni asal Sunda.
Rampak kendang itu asalnya dari kata ’kendang serempak’. Jadi bisa
disimpulkan bahwa rampak kendang adalah bermain kendang secara
serempak atau bersama-sama. Tapi walau pun namanya rampak
kendang, instrumen yang dimainin di rampak ini nggak cuma kendang
saja, ada lagi yang lain, yaitu saron (kita biasa memanggilnya ’Sharon’),
gong, Djembe, gitar, dll. Banyak instrumen yang bisa dipadupadankan
dengan kesenian rampak ini. Dan yang main rampak ini ada banyak, bisa
sampe dua puluhan..
4
http://zakariaeffendi.blogspot.com
Kendang dibagi jadi dua, yaitu kendang duduk dan kendang diri.
Kendang duduk itu nafasnya rampak kendang, karena dibandingin sama
kendang diri, jumlahnya lebih banyak kendang duduk. Para pemain
kendang duduk ini biasanya lemah gemulai. Tapi dibalik gerakannya yang
lemah gemulai ini tersimpan kekuatan yang super banget, karena untuk
menabuh kendang duduk itu ga gampang, butuh latihan keras baru bisa
dapat suara tabuhan yang bagus ditambah tangan yang kuat tahan
banting. Sesuai dengan namanya, kendang duduk ini dimainkan sambil
duduk, dengan jumlah kendang sebanyak tiga buah, satu kendang utama
yang besar dan dua kendang kecil yang berada di kiri - kanan kendang
utama. Tapi si kendang duduk ini mendapat tempat spesial, karena
mereka juga mendapat kesempatan untuk menabuh kendang sambil
berdiri juga.
Lain lagi dengan kendang diri. Kendang diri dimainkan sambil
berdiri dengan menggunakan stik yang mirip seperti stik drum tapi lebih
tebal dan lebih pendek kayunya. Di tim rampak biasanya cuma ada dua
penabuh kendang diri. Tapi mainin kendang diri bukan berarti lebih
gampang dari kendang duduk. Main kendang diri juga harus pake tenaga
yang kuat, supaya bunyinya bisa seimbang sama bunyi kendang diri yang
ada banyak itu. Kendang diri juga jumlahnya cuma ada dua, dua-duanya
kendang utama tapi diletakkan secara vertikal atau lebih mudahnya
diberdiriin gitu lah. Posisi kendang diri di tim rampak ini nggak begitu
spesial seperti halnya posisi kendang duduk. Karena seorang pemain
kendang duduk bisa dengan mudah beradaptasi dengan kendang diri,
tapi seorang pemain kendang diri tuidak bisa langsung begitu saja
beradaptasi dengan kendang duduk.
Rampak Kendang adalah salah satu kreasi musik tradional yang
dimainkan bersama-sama oleh sekitar dua sampai puluhan pemain.
Ditabuh secara bersamaan sesuai musik yang dilantunkan. Tabuhannya
memiliki efek suara yang keras sehingga menimbulkan perhatian para
penonton.
Dalam memainkannya, dapat berdiri sendiri, artinya dari rampak
kendang itulah membentuk lantunan lagu sendiri, atau sebagai pengiring
dari suatu tari Jaipongan. Dalam seni pertunjukan, Seni Rampak Kendang
telah diterima sebagai salah satu seni kreasi dan telah dipertunjukan pada
acara-acara resmi, baik dilingkup Pemerintahan, lingkup swasta maupun
masyarakat umum.5
Gambar 78 : Grup Musik Tradisional Indonesia ‘Rampak Kendang’
(Koleksi : www.google.com)
3.2.5.3. GAMBANG KROMONG
Musik khas Betawi. Sejarah musik ini dipengaruhi beberapa unsur
musik Cina, yaitu dengan digunakannya alat musik gesek berupa
kongahyan, tehyan, dan sukong.
Sementara alat musik asli pribumi
adalah : kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula
terbentuknya orkes gambang kromong dipimpinan oleh golongan Cina
yang bernama Nie Hu-kong. Sebuah grup gambang kerap memainkan
lagu-lagu Cina yang biasanya dibawakan secara instrumental. Musik
Gambang Kromong berkembang sekitar abad ke-delapan belas.
Sekitar tahun 1937 orkes-orkes gambang kromong mencapai puncak
popularitasnya, salah satu yang terkenal Gambang Kromong Ngo Hong Lao,
dengan pemainnya terdiri dari orang-orang Cina semua. Alat-alat musik dalam
orkestra tersebut dianggap paling lengkap, terdiri dari alat-alat seperti berikut:
sebuah gambang kayu; seperangkat kromong; empat buah rebab Cina yang
berbeda-beda ukurannya; alat petik berdawai disebut Sam Hian; sebuah
5
http://iamidzni.wordpress.com
bangsing bambu; dua buah alat jenis cengceng disebut ningnong; sepasang
Pan, yakni dua potong kayu yang saling dilagakan untuk memberi maat
(tempo). Tangga nada yang dipergunakan, bukanlah slendro seperti laras
gamelan Jawa, Sunda atau Bali, melainkan modus khas Cina, yang di negeri
asalnya dahulu bernama tangga nada Tshi Che; seperti yang di dengar pada
gambang.
Susunan
belanga-belanga
kromongnya
adalah
sebagai
berikut
:
(A) (G) (E) (D) (C) (D) (E) (C) (G) (A)
Adapun yang disebut "rebab cina", yang berukuran paling besar
dinamakan su kong, sesuai dengan laras dawai-dawainya, yang meniru nada
su dan nada kong. Rebab dengan ukuran menengah disebut hoo siang,
karena dawai-dawainya dilaras menurut nada hoo dan nada siang. Rebab
yang paling kecil dinamakan kong a hian, sesuai dengan larasnya meniru
bunyi nada-nada Cina. Rebab yang punya ukuran sedikit lebih besar dari kong
a hian, ialah yang bernama tee hian, yang larasnya serupa dengan laras kong
a hian.
Sam Hian adalah alat berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik
seperti memainkan gitar; dan alat itu memainkan jalur melodi (nuclear melody)
dalam orkes tersebut. Ketiga dawainya dilaras dengan nama nada dengan
notasi demikian, apabila orkes Gambang Kromong memainkan lagu-lagu khas
Cina yang disebut Pat fem, maka dipergunakan pula tambahan alat tiup
berupa serunai, yakni dai sosa dan cai di (siao sona). Pada waktu pertama kali
muncul di Betawi, orkes ini hanya bernama gambang. Sejak awal abad ke-20,
mulai menggunakan instrumen tambahan, yaitu bonang atau kromong,
sehingga orkes ini dinamakan Gambang Kromong. Pada masa itu hampir
setiap daerah di Betawi memiliki orkes Gambang Kromong, bahkan tersebar
sampai daerah Jatinegara, Karawang, Bekasi, Cibinong, Bogar, Sukabumi,
Tangerang, dan Serang.
Bagi orang Cina kaya, tauke-tauke atau babah-babah pada masa
"Batavia Centrum", sudah merupakan adat dan tradisi, untuk memeriahkan
bermacam
ragam
pesta
dan
perayaan
mereka,
dengan
memanggil
perkumpulan gambang kromong untuk bermain. Misalnya pesta perkawinan,
rasanya tidak sempurna kalau belum memanggil orkes seperti itu ke dalam
pesta. Musik dan nyanyian dengan iringan gambang kromong, sudah lazim
pula dirasakan belum cukup asam garamnya, kalau belum disertai minum
arak, brendi atau alkohol. Pemain musiknya terdiri dari orang Betawi asli atau
Cina.
Di dalam perayaan tradisional bangsa Cina, yaitu Cap Go Meh tidak
lupa dimeriahkan dengan Gambang Kromong. Repertoar Gambang Kromong
yang sangat dikenal oleh masyarakat penontonnya, antara lain: Pecah Piring,
Duri Rembang, Temenggung Menulis, Go Nio Rindu, Thio Kong len, Engko si
Baba, dan lain-lain. Selain itu gambang kromong, biasanya disertai pula
dengan lakon-lakon, seperti: Si Pitung, Pitung Rampok Betawi, Bonceng
Kawan, Angkri Digantung, dan lain-lain.
Adapun lagu Gambang Kromong yang terkenal adalah Jali-Jali.
Sedangkan lagu jenis Nina Bobok kebanggaan Gambang Kromong, berJudul
indung-indung. Orkes ini memiliki repertoar asli dalam bahasa Cina, yang
disebut sebagai lagu-lagu Phobin. Karena para penyanyinya kebanyakan
terdiri dari wanita-wanita pribumi, maka repertoar Phobin tidak dinyanyikan,
melainkan dimainkan sebagai "gending" (instrumental). Hal itu, bukan karena
komposisi-komposisi tersebut memang bersifat gending, karena banyak di
antaranya yang benar-benar merupakan "Lied" atau lagu untuk nyanyian
vokal. Di antara lagu-lagu pobin ialah: Soe Say Hwee Bin (Joo Su Say sudah
kembali), Kim Hoa Tjoen (bunga Kim Hoa berkembang), Pek Bouw Tan
(bunga Bow Tan nan putih), Kong Djie Lok, Djien Kwie Hwee (pulang
kembalinya pahlawan bernama Siek Jin Kwie).
Pada zaman dahulu, masa Hindia Belanda orkes-orkes Gambang
Kromong yang bersifat Cina-Indonesia itu, seringkali tidak mempunyai
biduanita-biduanita yang dapat menyanyikan Po-bin-po-bin dalam bahasa
Cina. Karena itulah lagu itu dimainkan secara instrumental saja, padahal
sebagian besar harus dinyanyikan, karena merupakan melodi-melodi vokal.
Lagu-lagu berbahasa Indonesia yang dimainkan oleh orkes Gambang
Kromong ialah lagu memuja bunga serta tokoh, misalnya Pecah-Piring, Duri
Rembang, Temenggung Menulis, Co Nio Rindu, Tion Kong In, Engko si Baba,
dan selain itu cerita mengenai peristiwa lampau, umpamanya Bonceng
Kawan, cerita Pitung Rampok Betawi, cerita Angkri Digantung di Betawi.
Adapun salah satu lagu pengantar tidur yang populer masa itu adalah indungindung.
Gambang Kromong sebagai sekumpulan alat musik perpaduan yang
harmonis antara unsur pribumi dengan unsur Cina. Orkes Gambang Kromong
tidak terlepas dari jasa Nie Hoe Kong, seorang pemusik dan pemimpin
golongan Cina pada pertengahan abad XVIII di Jakarta. Atas prakarsanyalah,
penggabungan alat-alat musik yang biasa terdapat dalam gamelan (pelog dan
selendro) digabungkan dengan alat-alat musik yang berasal dari Tiongkok.
Pada masa-masa lalu, orkes Gambang Kromong hanya dimiliki oleh babahbabah peranakan yang tinggal di sekitar Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Di
samping untuk mengiringi lagu, Gambang Kromong biasa dipergunakan untuk
pengiring tari pergaulan yakni tari Cokek, tari pertunjukan kreasi baru dan
teater Lenong.6
Gambar 79 : Grup Musik Gambang Kromong
(koleksi : www.google.com)
3.2.5.4. TANJIDOR
Salah satu jenis musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari
musik Eropa. Pada musik Tanjidor alat musik yang paling banyak dimainkan
adalah alat musik tiup, seperti klarinet, piston, trombone serta terompet. Jenis
musik ini muncul pada abad ke-18, yang ketika itu dimainkan untuk
mengiringi perhelatan atau mengarak pengantin. Namun akhir-akhir ini musik
tanjidor sering ditampilkan untuk menyambut tamu agung. Merupakan suatu
ansambel musik yang namanya lahir pada masa penjajahan Hindia Belanda di
Betawi (Jakarta). Kata "tanjidor" berasal dari kata dalam bahasa Portugis
tangedor, yang berarti "alat-alat musik berdawai (stringed instruments)". Tetapi
dalam kenyataannya, nama Tanjidor tidak sesuai lagi dengan istilah asli dari
Portugis itu. Namun yang masih sama adalah sistem musik (tonesystem) dari
tangedor, yakni sistem diatonik atau duabelas nada berjarak sama rata
(twelve equally spaced tones). Ansambel Tanjidor terdiri dari alat-alat musik
seperti berikut: klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor
(tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan
side drums (tambur).
6
http://www.jakarta.go.id/
Pemain-pemainnya
terdiri
dan
7
sampai 10
orang.
Mereka
mempergunakan peralatan musik Eropa tersebut, untuk memainkan reportoir
laras diatonik maupun lagu-lagu yang berlaras pelog bahkan slendro.
Tentu saja terdengar suatu suguhan yang terpaksa, karena dua macam
tangga nada yang berlawanan dipaksakan pada peralatan yang khas berisi
kemampuan
teknis
nada-nada diatonik.
Karena
gemuruhnya
bahan
perkusi, dan keadaan alat-alat itu sendiri sudah tidak sempuma
memainkan
laras
diatonik
yang murni,
maka
adaptasi
lagi
pendengaran
lama kelamaan menerimanya pula.
Para pemain Tanjidor kebanyakan berasal dari desa-desa di luar Kota
Jakarta, seperti di daerah Tangerang, Indramayu dll. Dalam membawakannya,
mereka tidak dapat membaca not balok maupun not angka, dan lagu-lagunya
tidak
pula
mereka
ketahui
dan mana
asal-usulnya.
Namun
semua
diterimanya secara aural dari orang-orang terdahulu. Ada kemungkinan bahwa
orang-orang itu merupakan bekas-bekas serdadu Hindia Belanda, dan bagian
musik.
Dengan
kemudian tidak
demikian
ada
yang
peralatan musik
masih
baru,
Tanjidor
yang
kebanyakan semuanya
ditemui
sudah
bertambalan pateri dan kuning, karena proses oksidasi.
Pada zaman dahulu dikala musim mengerjakan sawah, mereka
menggantungkan alat-alat musik Tanjidor di rumahnya begitusaja pada
dinding
gedeg
atau
papan,
tanpa kotak
pelindung.
Setelah
panen
selesai, barulah kelompok pemusik tersebut berkutat kembali dengan alat-alat
Tanjidor
mereka, untuk kemudian
menunjukkan
kebolehannya bermusik
dengan berkunjung dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran dalam Kota
Jakarta,
Cirebon,
melakukan pekerjaannya
yang
kemudian
lebih
dikenal dengan sebutan ngamen atau mengamen. Musik Tanjidor ini lazimnya
akrab dengan perayaan Cina, Cap Co Meh; di Cirebon, terdapat pada jalan
masuk kompleks masjid serta Makam Sunan Gunung Jati: merayakan hari
besar Islam, atau hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani di
Cirebon. Diantara lagunya yang terkenal adalah Warung Pojok.
Diantara lagu-lagu lain yang sering dibawakan oleh orkes Tanjidor,
antara lain Kramton, Bananas, Cente Manis, Keramat Karam (Kramat Karem),
Merpati Putih, Surilang, dll. Lagu Keramat Karam lahir karena peristiwa
meletusnya Gunung Krakatau yang menelan banyak korban. Lagu-lagu
tersebut dimainkan atas dasar keinginan masyarakat kota Betawi yang
pada tahun 1920-an sangat digemari dan dianggap 'lagu baru' pada masa itu.
Adapun Lagu Kramton dan Bananas adalah lagu Belanda berirama mars.
Asal Usul Tanjidor: Tanjidor sebagai satu jenis kesenian musik asli
Betawi, dimainkan secara berkelompok. Mengenai asal usul dan sejarah
munculnya
kesenian
ini
terdapat beberapa
pendapat
yang
berbeda-
beda. Menurut peneliti sejarah Paramita Abdurrachman, dalam bahasa
Portugis terdapat kata tanger yang berarti "memainkan alat musik". Seorang
tangedor hakikatnya seorang yang memainkan alat musik berdawai di dalam
ruangan. Istilah tangedores kemudian berarti brass band yang dimainkan pada
dawai militer atau pegawai keagamaan.
Sampai sekarang di Portugal tangedores mengikuti pawai-pawai
keagamaan pada pesta penghormatan pelindung masyarakat, misal pesta
Santo
Gregorius,
pelindung Kota
Lissabon,
tangga124
Juni.
Alat-alat
yang dipakai adalah tambur Turki, tambur sedang, seruling dan aneka macam
terompet.
berjalan
Biasanya pawai itu diikuti boneka-boneka besar yang selalu
berpasangan.
Satu berupa
laki-laki,
yang
lain
perempuan,
dibawa oleh dua orang, yang satu duduk di atas bahu orang yang berjalan.
Boneka-boneka
itu
mirip dengan
Ondel-ondel
Betawi
yang
mengiringi rombongan Tanjidor.
Ernst Heinz, seorang ahli Musikologi Belanda yang mengadakan
penelitian musik rakyat di pinggiran Kota Jakarta tahun 1973, berpendapat
bahwa musik rakyat daerah pinggiran itu berasal dari budak belian
yang ditugaskan main musik untuk majikannya. Mula-mula pemain musik
terdiri atas budak dan serdadu. Sesudah perbudakan dihapuskan, mereka
digantikan pemusik bayaran. Tetapi yang jelas para pemusik itu orang
Indonesia yang berasal dari berbagai daerah, diberi alat musik Eropa dan
disuruh menghidangkan bermacam musik pada berbagai acara. Alat musik
yang dipakai kebanyakan alat musik tiup, seperti klarinet, terompet Perancis,
komet dan tambur Turki.
Pada mulanya mereka memainkan lagu-lagu Eropa karena harus
mengiringi pesta dansa, polka, mars, lancier dan lagu-lagu parade. Lambat
laun mereka juga mulai memainkan lagu-lagu dan irama khas Betawi.
Instrumen yang kuat-kuat ini bisa dipakai turun-temurun. Setelah pemain
tidak lagi
menjadi
bagian
dalam rumah
tangga
orang
Barat, lahirlah
rombongan-rombongan amatir yang tetap menamakan diri "Tanjidor".
Ahli sejarah Batavia lama, Dr. F. De Haan berpendapat bahwa
pemusik
keliling ini
berasal
dari
orkes-orkes budak
zaman
Kompeni.
Dalam karyanya berjudul Priangan, de Haan menunjukkan catatan tentang
Cornelia de Bevers yang mempunyai 59 orang budak belian dalam tahun
1689. Pembagian kerja di antara para budak itu, antara lain "Tiga atau
empat anak laki-laki berjalan di belakang saya dan suami saya kalau kami
berjalan keluar, ditambah budak perempuan sejumlah itu pula". Pada waktu
makan pasangan suami isteri itu didampingi lima sampai enam budak
pelayan meja, kemudian masih ada lagi tiga orang budak laki-laki yang
masing-masing bertugas memainkan bas, biola, dan harpa sebagai musik
pengiring makan.
Valentjn juga menyebutkan tentang konser-konser yang dimainkan
oleh budak. Umumnya mereka memakai instrumen berdawai. Orkes-orkes itu
makin lengkap ketika para pemain diberi tambahan alat tiup. Nekara (pauken),
tambur
Turki
dan
triangle, seperti
halnya
orkes
milik
Gubernur
Jenderal Valckenier (1737) yang berkekuatan 15 orang. Sedang Anfreas
Cleyer seorang pejabat tinggi Kompeni, mengatakan "mempunyai kelompok
musik
lengkap
di
rumahnya,
melulu dari
budak-budak
yang
ahli
memainkan segala alat musik. .. ". Banyak sumber menyebutkan bahwa orkes
rumah tersebut ikut dilelang apabila majikannya meninggal.7
Gambar 80 : Grup Musik Tanjidor
(koleksi : www.google.com)
3.2.5.5. KERONCONG TUGU
Tempat lahirnya Keroncong Tugu itu terletak di sebelah timur Kota
atau sebelah tenggara Tanjung Priok. Dari Cakung, lebih mudah menemukan
lokasi itu, susuri saja jalan Cakung-Cilincing. Di kawasan berikat nusantara
Cakung, di tengah kepungan pabrik dan ratusan kontainer, di sanalah letak
7
http://www.jakarta.go.id/
Kampung Tugu. Kini, jalan yang melintas di depannya bernama Jalan Raya
Tugu. Menurut warga sekitar, Kampung Tugu dulu bisa ditempuh melalui air.
Orang biasa naik dari Pasar Ikan lalu menyusur pantai Cilincing, masuk ke
Marunda dan belok melalui Kali Cakung hingga sampai ke Kampung Tugu.
Sekarang, bingung arah rasanya jika harus melalui jalan air itu, apalagi
sampan-sampan yang memasuki Kali Cakung tak berfungsi lagi sejak tahun
1942, sejak kedatangan Jepang.
Mengapa disebut Kampung Tugu? Menurut kabar, pada tahun 1878 di
suatu tempat di Tugu, pernah ditemukan sebuah batu berukir yang kemudian
dikenal sebagai Prasasti Tugu. "Waktu itu, orang yang menemukannya
merasa heran karena dalam batu seperti ada ceritanya, dari bahasa
Sanskerta yang katanya ditulis oleh orang Hindu pada abad keempat. Karena
itu, tempat ini akhirnya dinamakan Kampung Tugu," jelas Fernando Quiko
(57), seorang warga Kampung Tugu keturunan Portugis generasi ke
sembilan. M Isa, pemandu wisata sejarah dari Museum Sejarah Jakarta, yang
juga alumnus Jurusan Sejarah Universitas Indonesia, mengatakan, Prasasti
Tugu sebenarnya ditemukan di Sukapura, tepatnya di sebelah timur
Pelabuhan Tanjung Priok, di selatan perkampungan orang keturunan
Portugis Tugu.
Dalam Buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta terbitan Yayasan
Cupta Loka Laraka 1997 karangan Adolf Heuken SJ, disebutkan bahwa
Prasasti Tugu
merupakan
peninggalan
arkeologis paling
tua,
yang
membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat. Batu-batu besar serupa, yang
bertuliskan nama Raja Purnawarman, ditemukan di tempat-tempat lain di
Jawa
Barat.
Raja
ini
memerintah
sebuah
kerajaan
yang
disebut
Taruma(negara). "Nama itu mungkin berkaitan dengan nama Ci-tarum, yang
kini melalui Bendungan Jatiluhur dan bermuara di Laut Jawa, 20 kilometer
timur laut dari Tugu," tulis Heuken.
Di Kampung Tugu, saat ini masih tersisa orang keturunan Portugis.
Beberapa rumah bergaya Betawi dengan sentuhan Portugis masih berdiri di
sana, termasuk rumah yang pada tahun 1661 digunakan sebagai tempat
berkumpul untuk berlatih Keroncong Tugu. Fernando mengatakan, tahun
1661 awal mula kedatangan orang Portugis di Jakarta. "Dulu, semua orang di
sini berbahasa Portugis dalam waktu cukup lama, diselingi bahasa Melayu
kasar. Lalu, ada Pendeta Leideckers yang berdiam di Tugu tahun 1978.
Dialah yang memperkenalkan bahasa Indonesia," katanya. GEREJA Tugu di
Kampung Tugu saat ini masih berdiri tegak dengan bentuk bangunannya
yang
asli
meski
telah
beberapa
kali
direnovasi.
Sepintas,
bentuk
bangunannya memang sangat sederhana. Dinding gereja dicat putih, dengan
jendela dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, konon,
pendiri Gereja Tugu, Melchior Leydecker, dimakamkan di situ. Gereja yang
dibangun tahun 1678 tersebut awalnya terbuat dari kayu, namun lama
kelamaan rusak dan lapuk. Tahun 1738, gereja diperbaiki dan disebut
sebagai Gereja Tugu yang kedua. Lonceng yang dibangun di sisi gereja
makin melengkapi penampilan gereja kedua ini. Menurut Fernando, yang
merujuk cerita beberapa kakek buyutnya, pembangunan Gereja Tugu yang
ketiga dimulai pada tahun 1744. "Tahun 1940 ada pemberontakan China dan
gereja dirusak. Waktu itu, Tugu tidak mempunyai gereja lagi. Saat itu, ada
seorang Belanda bernama Justinus Vinck yang menjadi tuan tanah di
Cilincing. Di zamannyalah dibangun gereja yang ketiga," paparnya. Gereja
ketiga dibangun tidak persis di lokasi semula, namun beberapa ratus meter
dari gereja yang dirusak. Menurut beberapa warga, lonceng gereja yang ada
saat ini adalah sama dengan lonceng yang dibuat bersama gereja kedua.
Namun, menurut beberapa pemandu wisata sejarah dari Museum Sejarah,
lonceng besar di sisi gereja saat ini bukan yang asli. "Lonceng ini sebenarnya
tiruan, yang asli disimpan," kata Ujo, seorang pemandu.
Bagi penikmat wisata sejarah, Gereja Tugu masih berdiri kokoh dan
setiap hari Minggu dipenuhi nyanyian dari para jemaat warga sekitar.
Kampung Tugu menyimpan sejuta kenangan sejarah. Bahkan, di sana
sempat dikenal juga beberapa makanan khas, seperti gado-gado tugu,
dendeng tugu, dan pindang serani tugu. Yang paling kerap dibicarakan orang
mengenai Kampung tugu, barangkali, adalah Keroncong Tugu (ejaan saat
awal berdiri Keroncong Toegoe). Keroncong sendiri sebenarnya adalah alat
bermain musik semacam gitar berdawai. Fernando kembali bertutur. Menurut
cerita yang dia dengar, keroncong yang pertama didatangkan ke Tugu dibuat
di Portugis dengan bahan dari kayu Ahorn. Bentuknya mirip gitar, namun
lebih kecil. Ada sebuah lagu sederhana yang kerap dimainkan saat terang
bulan dan diberi nama Lagu-Kroncong, dalam bahasa Portugis dinamakan
Moresco.
Ada lima jenis Keroncong Tugu, baik yang berdawai lima atau enam.
Lambat laun, nama Keroncong Tugu dikaitkan dengan sebuah grup
menyanyi. Tempat orang-orang Tugu zaman dulu bermain, kini dijadikan
tempat untuk menyimpan jenis-jenis alat musik keroncong. Tempat itu
ditinggali oleh seseorang yang juga masih keturunan Portugis.8
Gambar 81 : Grup Musik Kroncong Tugu
(Koleksi : www.google.com)
3.2.5.6. ORKES GAMBUS
Gambus mempunyai beberapa macam arti, yaitu: pertama, musik
yang dihasilkan oleh orkes gambus di kalangan masyarakat Jakarta dan
Sumatera Selatan; kedua, alat musik petik berdawai yang dikenal di beberapa
daerah seperti Jakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Maluku,
Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara; ketiga, sejenis tari rakyat dari daerah
Bangka, Sumatera Selatan, dibawakan secara kelompok berpasangan,
dengan instrumen pengiring terdiri dari sebuah gambus, dua buah gendang
dan dua buah marakas. Menurut para ahli, seperti Kurt Sachs, Hornbostel,
Kunst, Farmer dan lain-lain, setelah mengadakan perbandingan-perbandingan
dalam penelitian etnomusikologis meliputi wilayah Timur Tengah, India, Asia
Tenggara, dan Indonesia, berpendapat bahwa instrumen gambus tersebut
berasal dari Arabia. Dalam bayangan orang Eropa, bentuk alat gambus
menyerupai buah khas negeri mereka, yaitu buah peer; sedangkan di
Indonesia dapat dibayangkan hampir sama dengan bentuk jambu mentega.
Asal mula masuknya musik dan alat musik gambus ke daerah-daerah
di Indonesia, bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke daerah yang
bersangkutan, sehingga warna musiknya pun bernafaskan Islam dengan syair
berbahasa Arab. Dalam perkembangannya, musik gambus juga diperkaya
8
http://www.krontjongtoegoe.com/
dengan syair berbahasa Melayu dan India di samping juga membawakan
lagu-lagu daerah dengan berbagai ragam variasi dalam jumlah kelengkapan
alat musiknya. Akhimya, tidak jarang kita menemukan di pelosok-pelosok,
sebuah orkes kecil mempergunakan instrumen bernama gambus, atau tiruan
dari gambus dengan lagu-lagu dalam bahasa daerah.
Meskipun memiliki banyak variasi, namun tanpa melupakan alat
gambusnya dan tanpa menghilangkan warna nada Timur Tengahnya. Selain
itu musik gambus Jakarta juga menyertakan alat musik Barat, seperti organ,
gitar, biola, dan sebagainya dalam setiap penampilannya. Sedangkan musik
gambus Sumatera Selatan memiliki kekhasan tersendiri, baik penampilan
maupun iringan musiknya. Instrumen pengiring berupa gambus, biola,
gendang, ketipung dan lagunya berupa pantun dengan berbagai judul. Satu
lagu biasanya terdiri atas enam bait, dengan penyanyi yang merangkap
sebagai pemain musik dan pandai berpantun. Adapun alat musik gambus juga
berasal dari Arab, dimainkan dengan cara dipetik (seperti gitar). Antara daerah
yang satu dengan lainnya bentuk gambus hampir sama, terbuat dari kayu,
namun memiliki perbedaan dalam ukuran dan jumlah serta bahan dawai.
Syech Albar dari Surabaya dan SM Alaydrus merupakan musisi
gambus yang
terkenal pada
tahun 1940-an.
SM Alaydrus berhasil
mengembangkan orkes harmonium yang pada tahun 1950 menjadi orkes
Melayu. Syech Albar pun mempertahankan tradisi gambus. Tahun 1940-an
lagu Gambus masih berorientasi ke Yaman selatan. Setelah Bioskop Al
Hambra di Sawah Besar banyak memutar film Mesir, gambus lebih
berorientasi ke Mesir. Orkes gambus pun mulai mengisi siaran RRI seperti
Orkes Gambus Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfiedan Orkes Gambus AlWathan pimpinan Hasan Alaydrus.9
9
http://www.jakarta.go.id/
Gambar 82 : Grup Musik Orkes Gambus
(Koleksi : www.google.com)
3.2.5.7. GAMELAN DEGUNG
1. Asal Mula Degung
Jaap Kunst dalam bukunya Toonkunst van Java (Kunst, 1934),
mencatat bahwa awal perkembangan Degung adalah sekitar akhir abad
ke-18/awal abad ke-19. Dalam studi literaturnya, disebutkan bahwa kata
“degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan
H.J. Oosting. Kata “de gong” (gamelan: Belanda) dalam kamus ini
terkandung pengertian: penclon-penclon yang digantung. Menurut Entjar
Tjarmedi dalam bukunya Pangajaran Degung, waditra (instrumen: Sunda)
ini berbentuk 6 buah gong kecil yang biasanya digantung pada sebuah
gantungan yang disebut dengan rancak. Menurut beliau istilah “gamelan
Degung” diambil dari nama waditra tersebut, yang kini lebih dikenal
dengan istilah jenglong (Tjarmedi, 1974: 7).
Adapun mengenai waktu kemunculannya belum ada literatur yang
akurat selain kamus H.J. Oosting di atas. Namun sebagaimana Jaap
Kunst, Enip Sukanda pun berpendapat dalam karya penelitiannya tentang
Dedegungan pada Tembang Sunda Cianjuran, bahwa ketika kamus itu
dicetak berarti gamelan Degung-nya sudah ada terlebih dahulu,
katakanlah sekitar 100 tahun sebelumnya (Sukanda, 1984:15).
Ada pendapat lain yaitu dari Atik Soepandi, dalam tulisannya
mengenai Perkembangan Seni Degung Di Jawa Barat, bahwa gamelan
Degung adalah istilah lain dari Goong Renteng, mengingat banyak
persamaan antara lagu-lagu Degung Klasik dengan lagu-lagu goong
renteng (Soepandi, 1974). Perbedaannya adalah apabila Goong Renteng
kebanyakan ditemukan di kalangan masyarakat petani (rakyat), maka
gamelan Degung ditemukan di lingkungan bangsawan (menak).
2. Istilah “Degung”
Istilah “degung” memiliki dua pengertian: pertama, adalah nama
seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni
gamelan-degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan gamelan pelog-salendro, baik dari jenis instrumennya, lagulagunya, teknik memainkannya, maupun konteks sosialnya; kedua,
adalah nama laras (tangga nada) yang merupakan bagian dari laras
salendro berdasarkan teori R. Machjar Angga Koesoemahdinata. Dalam
teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk nada mi
(2) dan la (5)) dan degung triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti
(4)). Karena perbedaan inilah maka Degung dimaklumi sebagai musik
yang khas dan merupakan identitas masyarakat Sunda.
Dihubungkan dengan kirata basa, kata “degung” berasal dari kata
“ngadeg” (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak;
bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa fungsi kesenian ini
dahulunya
digunakan
bagi
kemegahan
(keagungan)
martabat
bangsawan. E.Sutisna, salah seorang nayaga (penabuh) grup Degung
“Parahyangan”, mengatakan bahwa gamelan Degung dulunya hanya
dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam buku Sejarah Seni Budaya
Jawa Barat Jidlid II yang disusun oleh Tim Penulisan Naskah
Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, disebutkan bahwa:
“Pada
mulanya pemanggungan gamelan
Degung
terbatas di
lingkungan pendopo-pendopo kabupaten untuk mengiringi upacaraupacara yang bersifat resmi. Menurut riwayat, gamelan Degung yang
masuk ke kabupaten Bandung berasal dari kabupaten Cianjur. Raden
Aria Adipati Wiranatakusumah V yang kemudian dikenal dengan
julukan Dalem Haji sebelum menjadi bupati Bandung pernah
berkedudukan sebagai bupati Cianjur. Pada waktu itu di kabupaten
Cianjur telah berkembang seni Degung. Pada tahun 1920 R.A.A.
Wiranatakusumah V mulai diangkat menjadi bupati Bandung, ketika
itu beberapa orang pemain seni Degung Cianjur ada yang ikut serta
ke Bandung.” (1977: 69)
Dari keterangan tersebut bisa disimpulkan bahwa pada awalnya
gamelan ini merupakan musik keraton atau kadaleman, di mana nilai-nilai
etika sosial dan estetika dijunjung tinggi. Pada saat itu Degung
merupakan musik gendingan (instrumental) untuk mengiringi momenmomen yang sakral. Namun kepindahannya secara politis dari kabupaten
Cianjur ke kabupaten Bandung, menyebabkan perubahan-perubahan
penting yang akan diterangkan pada bagian setelah ini.
3. Struktur Waditra/Instrumen
Pada awal pemerintahan Dalem Haji sebagai bupati Bandung,
ensambel gamelan Degung hanya terdiri dari alat-alat instrumen: bonang,
cecempres (saron/panerus), jengglong (degung), dan goong. Namun atas
usul Abah Iyam dan putra-putranya, yaitu Abah Idi, Abah Oyo, dan Abah
Atma, para seniman karawitan Bandung yang sudah membentuk grup
“Pamagersari” (Abah Idi, 1918) dan “Purbasasaka” (Abah Oyo, 1919),
perangkatnya ditambah dengan: peking, kendang, dan suling. Usul ini
disampaikan setelah diadakan Cuultuurcongres Java Instituut pada
tanggal 18 Juni 1921 yang di dalamnya menampilkan Goong Renteng
dari desa Lebakwangi, kecamatan Banjaran, kabupaten Bandung.
Pada tahun 1961 oleh R.A. Darya atau R.A. Mandalakusuma (kepala
RRI Bandung), ketika menggunakan gamelan Degung untuk mendukung
gending karesmen berjudul “Mundinglayadikusumah” garapan Wahyu
Wibisana, waditra Degung ditambah lagi dengan gambang dan rebab.
Lalu pada tahun 1962, ada yang mencoba memasukkan waditra angklung
ke dalam ensambel Degung. Nano S. dalam karya-karya Degung Baru
bahkan memasukkan waditra kacapi. Namun penambahan beberapa
waditra ini tidak bertahan lama, hanya bersifat situasional dan kondisional
pada garapan tertentu, kecuali waditra peking, kendang, dan suling yang
masih bertahan sampai sekarang.
Dilihat dari bentuknya, waditra bonang, jenglong, dan goong
berbentuk penclon, yang secara organologis termasuk ke dalam
klasifikasi idiofon (alat pukul) dengan sub klasifikasi gong chime.
Sedangkan waditra cecempres dan peking berbentuk wilahan (bilah),
yang secara organologis termasuk ke dalam klasifikasi idiofon dengan
sub klasifikasi metalofon. Sementara waditra suling termasuk aerofon,
dan kendang termasuk membranofon. Klasifikasi ini berdasarkan
terjemahan Rizaldi Siagian dari teori Sachs/Hornbostel (1914:6).
Banyaknya penclon pada waditra bonang biasanya antara 14 sampai
dengan 16 buah, dimulai dengan nada 1 (da) tertinggi sampai nada 1 (da)
terendah sebanyak 3 gembyang (oktaf). Penclon-penclon ini disusun di
atas rancak (penyangga), dengan menempatkan penclon terkecil (nada
tertinggi) di ujung sebelah kanan pemain, berurutan hingga penclon
terbesar (nada terendah) di ujung sebelah kiri pemain. Hal ini disesuaikan
dengan urutan nada pada laras (tangga nada) Degung. Bonang bertugas
sebagai pembawa melodi pokok yang merupakan induk dari semua
waditra lainnya. Pangkat (intro) lagu Degung dimulai dari waditra ini.
Penclon pada waditra jenglong berjumlah 6 buah yang terdiri dari
nada 5 (la) hingga 5 (la) di bawahnya (1 gembyang), dengan ambitus
(wilayah nada) yang lebih rendah dari bonang. Penclon-penclon ini
digantung dengan tali pada rancak yang berbentuk tiang gantungan (lihat
gambar 4 di belakang-kanan). Jenglong bertugas sebagai balunganing
gending (bass; penyangga lagu) yakni sebagai penegas melodi bonang.
Gong yang terdiri dari 2 buah penclon, yakni kempul (gong kecil) dan
goong (gong besar) digantung dengan tali secara berhadapan pada
rancak (lihat gambar 8 di belakang-kiri). Kempul berada di sebelah kiri
pemain, sementara goong di sebelah kanan pemain. Ambitus nada gong
sangat rendah, bertugas sebagai pengatur wiletan (birama) atau sebagai
tanda akhir periode melodi dan penutup kalimat lagu. Goong disebut juga
sebagai pamuas lagu.
Jumlah wilahan pada cecempres adalah 14 buah, disusun di atas
rancak yang dimulai dari nada 2 (mi) tertinggi di ujung sebelah kanan
pemain hingga nada 5 (la) terendah di ujung sebelah kiri pemain.
Cecempres bertugas sebagai rithm (patokan nada) yang menegaskan
melodi bonang, yang dipukul dengan pola yang konstan.
Adapun jumlah wilahan pada peking adalah sama dengan cecempres,
namun nada-nada peking memiliki ambitus (wilayah nada) yang lebih
tinggi dari cecempres (biasanya antara sakempyung: kira-kira 1 kwint
hingga sagembyang: kira-kira 1 oktav). Tugas peking agak berbeda dari
cecempres, yakni sebagai pengiring melodi. Apabila jenglong dan
cecempres dipukul tandak (konstan menurut ketukan), maka peking
terkesan lebih ber-improvisasi. Peking sering juga disebut sebagai
pameulit/pamanis lagu. Sebagaimana penulis jelaskan sebelumnya,
peking merupakan waditra tambahan.
Seperti halnya peking, waditra kendang dan suling juga merupakan
tambahan. Pada awalnya kendang tidak dimainkan seperti pada lagu-lagu
berlaras pelog/salendro, tetapi hanya sebagai penjaga ketukan saja
seperti pada orkestra Barat. Namun permainan kendang pada lagu-lagu
Degung sekarang lebih variatif, sehingga menurut penulis hal ini
menyebabkan penonjolan melodi bonang jadi ‘tersaingi’. Begitupun dalam
permainan suling. Walaupun dengan timbre (warna suara) yang berbeda,
namun kedudukannya sama seperti vokal sehingga pendengar jadi
kurang menikmati melodi bonang. Namun pada lagu-lagu Degung Baru
kehadiran peking, kendang, dan suling ini menjadi hal biasa, apalagi bagi
apresiator yang belum pernah mendengar lagu-lagu Degung.
Bahan dasar pembuatan bonang, cecempres, peking, jenglong, dan
goong yang paling baik kualitas suaranya adalah dari logam perunggu
(campuran timah dan tembaga dengan perbandingan 1 : 3). Ada yang
menggunakan bahan dasar logam kuningan dan besi. Namun kedua
logam tersebut kualitas suaranya lebih rendah daripada logam perunggu.
Kualitas logam ini pun berpengaruh kepada daya tahan terhadap cuaca.
4. Laras/Tangga Nada
Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian yang sama
dengan tangga nada pada musik Barat, yakni: deretan nada-nada, baik
turun maupun naik, yang disusun dalam satu gembyang (oktav) dengan
swarantara (interval) tertentu. Satu gembyang adalah jarak antara satu
nada ke nada yang sama di atasnya (misalnya dari 1 ke 1’ tinggi). Seperti
kita ketahui bahwa pada teori musik Barat, satu gembyang berjarak 1200
sen.
Sementara swarantara adalah jarak antara nada satu ke nada
berikutnya (misalnya 1 ke 2, 2 ke 3, dan seterusnya). Perbedaan laras
Sunda dengan tangga nada musik Barat adalah, apabila pada tangga
nada musik Barat penomoran nada diatur naik dari nada rendah ke nada
tinggi (berjumlah 7 nada pokok), maka pada laras Sunda penomoran
diatur menurun dari nada tinggi ke nada rendah (berjumlah 5 nada
pokok).
Dalam karawitan Sunda dikenal empat laras pokok, yaitu: laras pelog,
laras salendro (yang keduanya dikenal juga di Jawa dan Bali), laras
madenda/sorog, dan laras Degung (yang kedua terakhir ini hanya dikenal
di daerah Sunda). Keempat laras ini masing-masing memiliki perbedaan
pada swarantaranya. Raden Machjar Angga Koemoemadinata dalam
buku Ilmu Seni Raras (1969) telah membagi perbedaan swarantara pada
laras-laras tersebut, namun uraian mengenai hal itu akan memerlukan
pembahasan yang terlalu panjang. Dalam tulisan ini, yang diperlukan
adalah perbedaan swarantara pada laras Degung.
Laras Degung
Seperti pada laras Pelog, swarantara pada laras Degung dari nada
yang satu ke nada berikutnya juga berbeda-beda. Namun laras Degung
menurut Rd. Machjar merupakan keturunan dari laras Salendro, sehingga
1 gembyangnya dibagi menjadi 15 garis jarak, jadi masing-masing
jaraknya adalah 1200/15 = 80 sen.
Sen
Sen
adalah pengukuran
logaritmik darinadarelatif
atau interval
(musik). 1200 sen adalah sama dengan satuoktaf ,dan padasetengahnadadalamtemperamen sama adalah 100 sen. Rumus untuk menentukan
nilai sen antara dua not dengan frekuensi ‘a’ dan ‘b’ adalah :
10
10
http://classicaldegung.wordpress.com
Gambar 83 : Grup Musik Gamelan Sunda atau Degung
(koleksi : www.google.com)
3.2.5.8. ORKES SAMRAH
Alat musik yang membentuk Samrah adalah harmonium, biola, gitar,
dan tamborin. Kadang-kadang dilengkapi pula dengan rebana dan gendang.
Orkes Samrah biasa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian. Lagu
yang dimainkan adalah Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah
Sayang, Sirih Kuning, Masmura, Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang
Kangkung, dsb. Terdapat berbagai versi tentang asal mula disebut sebagai
musik Samrah. Musik Samrah dilahirkan di Betawi pada tahun 1918
dan berasal dari teater Riau Dulmuluk, yang dahulu dikenal sebagai teater
bangsawan. Kemudian musik itu dikenal sebagai kesenian Samrah yang
menyajikan
cerita-cerita
dikelompokkan menjadi
empat
rakyat. Kesenian
periode
yang
Samrah
dalam
dapat
setiap periode
menggunakan alat musik yang berbeda. Musik Samrah dipergunakan
untuk mengiringi lagu dan tari.
Kostum yang dipakai pemain musik Samrah ada dua macam, yaitu
pertama peci, jas, dan kain pelekat; atau kedua peci, baju sadariah, dan
celana batik. Dewasa ini sering pula dikenakan Jung Serong (ujungnya
serong) yang terdiri dari tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup
dengan pentolan satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan di bawah
jas, dilipat menyerong, ujungnya menyembul ke bawah.
Penyebaran musik Samrah terbatas di daerah budaya Betawi Tengah
di Jakarta Pusat, antara lain di Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi,
Kemayoran, Sawah Besar, dan Petojo. Pendukung musik ini sebagian besar
adalah masyarakat dari golongan menengah, akan tetapi perkembangan
kesenian ini semakin menurun dan ikut serta dalam orkes-orkes lain, seperti
Orkes Keroncong dan Orkes Melayu.11
Gambar 84 : Grup Musik Orkes Samrah
(koleksi :www.google.com)
Selain dilihat dari segi cara memainkan yang tertera diatas, ada lagi
cara unik dari alat musik tradisional Indonesia, contohnya seperti
3.2.6. KARINDING
Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun
untuk mengusir hama di sawah—bunyinya yang low decible sangat merusak
konsentrasi hama. Karinding menghasilkan suara berkarakter low decibel
dan juga menghasilkan frekuensi ultrasonik yang tidak bisa didengar oleh
manusia. Namun, ternyata suara ini mengganggu wereng, belalang, dan
hama-hama di lahan lainnya. Karena merasa terganggu oleh frekuensi
ultrasonik ini, maka mereka pun akan pergi meninggalkan lahan. Karena ia
mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia sebagai alat musik. Bukan
hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan
karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang pun
karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Bahkan,
11
http://www.jakarta.go.id/
konon, karinding ini digunakan oleh para kaum lelaki untuk merayu atau
memikat hati wanita yang disukai. Jika keterangan ini benar maka dapat kita
duga bahwa karinding, pada saat itu, adalah alat musik yang popular di
kalangan anak muda hingga para gadis pun akan memberi nilai lebih pada
jejaka yang piawai memainkannya. Mungkin keberadaannya saat ini seperti
gitar, piano, dan alat-alat musik modern-popular saat ini.
Beberapa sumber menyatakan bahwa karinding telah ada bahkan
sebelum adanya kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan
maka karinding diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau. Dan
ternyata karinding pun bukan hanya ada di Jawa Barat atau priangan saja,
melainkan dimiliki berbagai suku atau daerah di tanah air, bahkan berbagai
suku di bangsa lain pun memiliki alat musik ini–hanya berbeda namanya
saja. Di Bali bernama genggong, Jawa Tengah menamainya rinding,
karimbi di Kalimantan, dan beberapa tempat di “luar” menamainya dengan
zuesharp ( harpanya dewa Zues). Dan istilah musik modern biasa
menyebut karinding ini dengan sebutan harpa mulut (mouth harp). Dari sisi
produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara memainkannya saja yang
sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di sentir), di tap
(dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang.
Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda dimainkan dengan
cara di tap atau dipukul.
Gambar 85 : Alat Musik Tradisional Jawa Barat ‘Karinding’
(Koleksi : www.google.com)
Material yang digunakan untuk membuat karinding (di wilayah Jawa
Barat), ada dua jenis: pelepah kawung dan bambu. Jenis bahan dan jenis
disain bentuk karinding ini menunjukan perbedaan usia, tempat, dan sebagai
perbedaan gender pemakai. Semisal bahan bambu yang lebih menyerupai
susuk sanggul, ini untuk perempuan, karena konon ibu-ibu menyimpannya
dengan di tancapkan disanggul. Sedang yang laki-laki menggunakan
pelapah kawung dengan ukuran lebih pendek, karena biasa disimpan di
tempat mereka menyimpan tembakau. Tetapi juga sebagai perbedaan
tempat dimana dibuatnya, seperti di wilayah priangan timur, karinding lebih
banyak menggunakan bahan bambu karena bahan ini menjadi bagian dari
kehidupannya.
Karinding umumnya berukuran: panjang 10 cm dan lebar 2 cm.
Namun ukuran ini tak berlaku mutlak; tergantung selera dari pengguna dan
pembuatnya—karena ukuran ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
bunyi yang diproduksi. Karinding terbagi menjadi tiga ruas: ruas pertama
menjadi tempat mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas
tengah. Di ruas tengah ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar
saat karinding diketuk dengan jari. Dan ruas ke tiga (paling kiri) berfungsi
sebagai pegangan. Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu
dengan menempelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak
terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karinding
dengan satu jari hingga “jarum” karinding pun bergetar secara intens. Dari
getar atau vibra “jarum” itulah dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh
mulut. Suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas,
dan lidah. Secara konvensional—menurut penuturan Abah Olot–nada atau
pirigan dalam memainkan karinding ada empat jenis, yaitu: tonggeret,
gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.12
12
http://aldowillysefscc05.blogspot.com
Gambar 86 : ukuran Karinding
(koleksi : www.google.com / www.datasunda.org)
3.2.7. CELEMPUNG
Lalu ada lagi alat musik tradisional Indonesia yang mempunyai cara
unik untuk memainkannya, yaitu Celempung.
Gambar 897 : Alat Musik Tradisional Indonesia ‘Celempung’
(koleksi : www.google.com / www.datasunda.org)
Celempung merupakan alat musik tradisional dari
Jawa
Barat yang asal mula keberadaannya tidak diketahui berasal
darim a n a d a n k a p a n a l a t m u s i k t e r s e b u t d i c i p t a k a n .
Celempung sendiri merupakan alat musik yang terbuat dari hinis
bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas
batang bambu. Saat ini celempung yang waditranya mempergunakan bambu
masih dipertahankan di Desa Narimbang Kecamatan Conggeang Kabupaten
Sumedang.
Gambar 88 : Cara memainkan ‘Celempung’
(Koleksi : www.google.com)
Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya
diberi kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring.
Cara memainkan alat musik ini ada dua cara, yaitu :

cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara bergantian
tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain
musik,

pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan untuk mengolah suara
untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung
(badan) celempung.
Jika menghendaki suara tinggi lubang (baham) dibuka lebih besar,
sedang untuk suara rendah lubang ditutup rapat-rapat Suara celempung bisa
bermacam-macam tergantung kepada kepintaran si pemain musik. Untuk
saat ini alat musik ini sudah jarang dimainkan , dalam ensambel
celempungan perannya sudah diganti dengan kendang.13
3.2.8. KNOBE KHABETAS
Masyarakat Dawan, NTT percaya bahwa alat musik Knobe Kbetas
telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua. Bentuk alat
musik ini sama dengan busur panah. Cara memainkannya ialah, salah satu
13
http://infotimun.blogspot.com
bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan
kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik
dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila
pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa alatalat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil
mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan
untuk melepas kesepian. Selain digunakan untuk hiburan pribadi, alat musik
ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan Li'ana (anak umur
40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah
sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah setelah
berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat (Napoitan Li'ana).
Gambar 89 : Alat Musik Tradisional NTT ‘Knobe Khabetas’
(koleksi : www.google.com)
3.3.
Sejarah Website
Saat ini kehidupan sehari – hari kita tidak terlepas dari web. Bahkan
sudah menjadi salah satu bagian kebutuhan yang sifatnya mendapatkan
informasi.Web yang pada awalnya asing didengar dan hanya dapat digunakan
oleh pengguna yang memiliki akses tertentu, saat ini web sangatlah popular dan
mudah diakses, bukan hanya di kota tapi juga telah menjangkau pelosok desa.
Tapi apakah anda tahu darimana sejarah web bermula?
Berbicara masalah web maka akan menyinggung juga keberadaan
jaringan internet. Keduanya merupakan bagian yang saling berkaitan dan saling
mendukung. Web tidak akan semakin popular tanpa adanya perkembangan
internet. Semakin tinggi teknologi internet yang diterapkan, berbanding lurus
dengan perkembangan teknologi web pula. Karena keberadaan jaringan internet
layaknya landasan yang mampu membuat web bisa berjalan. Internet sendiri
awal berkembang pada tahun 1970, digunakan agar dua computer atau lebih
bisa melakukan komunikasi dan bertukar informasi. Pada saat itu pun
perkembangan teknologi internet digunakan di lingkungan angkatan bersenjata
Amerika Serikat. Perlahan penerapan jaringan internet merambah kedunia
pendidikan, hingga lahirlah terus inovasi dalam dunia internet. Salah satunya
adalah teknologi web.
Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya
terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada di
dalam World Wide Web (WWW) di Internet". Dan Sebuah halaman web adalah
dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang
hampir selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan
informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui
web browser. Semua publikasi dari website-website tersebut dapat membentuk
sebuah jaringan informasi yang sangat besar. Pada web sering kita dengar
istilah URL yang berfungsi untuk mengatur halaman-halaman situs untuk
menjadi sebuah hirarki.Beberapa website membutuhkan subskripsi (data
masukan) agar para user bisa mengakses sebagian atau keseluruhan isi
website tersebut. Contohnya, ada beberapa situs-situs bisnis, situs-situs e-mail
gratisan, yang membutuhkan subkripsi agar kita bisa mengakses situs tersebut.
Sejarah web itu sendiri bermula dari Sir Timothy John ¨Tim¨ BernersLee yang merasakan kesulitan untuk memberbarui informasi dengan rekan
kerjanya, pada tahun 1991 website yang tersambung jaringanpun mulai
muncul. Pada tanggal 30 April 1993 MR.TIM dan CERN ( tempatnya bekerja)
membuat gebrakan dimana semua orang didunia dapat menggunakan www
secara gratis. Pada saat ini pengertian website sudah masuk ke dalam ranah
publik karena sudah bias digunakan oleh semua orang di manapun dan
kapanpun saja.
Ada 2 macam jenis Website, yaitu website statis dan website dinamis.
Pengertian website statis, adalah website yang ingfromasinya merupakan
informasi satu arah, yakni hanya berasal dari pemilik softwarenya saja.
Umumnya website ini bersifat tetap, jarang berubah dan hanya bisa diupdate
oleh pemiliknya saja. Contohnya yaitu profil perusahaan.
Sementara itu pengertian website dinamis merupakan website yang
mempunyai informasi dua arah, yakni yang berasal dari pengguna dan pemilik,
sehingga pengupdate-an dapat dilakukan oleh pengguna dan juga pemilik
website.
Contohnya
sebagainya.
yaitu
Facebook,
Twitter,
Multiply,
Friendster
dan
14
Sedangkan arti dari Website itu sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan
halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak,
data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang
bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang
saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan
halaman (hyperlink).
3.4.
Unsur – Unsur Dalam Penyediaan Website atau Situs
3.4.1. Nama domain (Domain name/URL – Uniform Resource Locator)
Nama domain atau biasa disebut dengan Domain Name atau URL
adalah alamat unik di dunia internet yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah website, atau dengan kata lain domain name adalah alamat yang
digunakan untuk menemukan sebuah website pada dunia internet.
Contohnya seperti http://www.baliorange.net. Nama domain diperjualbelikan
secara bebas di internet dengan status sewa tahunan. Setelah Nama
Domain itu terbeli di salah satu penyedia jasa pendaftaran, maka pengguna
disediakan sebuah kontrol panel untuk administrasinya. Jika pengguna
lupa/tidak memperpanjang masa sewanya, maka nama domain itu akan di
lepas lagi ketersediaannya untuk umum. Nama domain sendiri mempunyai
identifikasi
ekstensi/akhiran
keberadaan
website
sesuai
tersebut.
dengan
Contoh
kepentingan
nama
domain
dan
lokasi
ber-ekstensi
internasional adalah com, net, org, info, biz, name, ws. Contoh nama domain
ber-ekstensi lokasi Negara Indonesia adalah :
a. .co.id : Untuk Badan Usaha yang mempunyai badan hukum sah
b. .ac.id : Untuk Lembaga Pendidikan
c. .go.id : Khusus untuk Lembaga Pemerintahan Republik Indonesia
d. .mil.id : Khusus untuk Lembaga Militer Republik Indonesia
e. .or.id : Untuk segala macam organisasi yand tidak termasuk dalam
kategori “ac.id”,”co.id”,”go.id”,”mil.id” dan lain lain
14
www.anneahira.com
f.
.war.net.id : untuk industri warung internet di Indonesia
g. .sch.id : khusus untuk Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan seperti SD, SMP dan atau SMU
h. .web.id
:
Ditujukan
bagi
badan
usaha,
organisasi
ataupun
perseorangan yang melakukan kegiatannya di World Wide Web.
3.4.2. Rumah Tempat Website (Web Hosting)
Web Hosting dapat diartikan sebagai ruangan yang terdapat dalam
harddisk tempat menyimpan berbagai data, file-file, gambar, video, data
email, statistik, database dan lain sebagainya yang akan ditampilkan di
website. Besarnya data yang bisa dimasukkan tergantung dari besarnya web
hosting yang disewa/dipunyai, semakin besar web hosting semakin besar
pula data yang dapat dimasukkan dan ditampilkan dalam website. Web
Hosting juga diperoleh dengan menyewa. Pengguna akan memperoleh
kontrol panel yang terproteksi dengan username dan password untuk
administrasi websitenya. Besarnya hosting ditentukan ruangan harddisk
dengan ukuran MB (Mega Byte) atau GB (Giga Byte). Lama penyewaan web
hosting rata-rata dihitung per tahun. Penyewaan hosting dilakukan dari
perusahaan-perusahaan penyewa web hosting yang banyak dijumpai baik di
Indonesia maupun Luar Negeri. Lokasi peletakan pusat data (datacenter)
web hosting bermacam-macam. Ada yang di Jakarta, Singapore, Inggris,
Amerika, dll dengan harga sewa bervariasi.
3.4.3. Bahasa Program (Scripts Program)
Adalah bahasa yang digunakan untuk menerjemahkan setiap
perintah dalam website yang pada saat diakses. Jenis bahasa program
sangat menentukan statis, dinamis atau interaktifnya sebuah website.
Semakin banyak ragam bahasa program yang digunakan maka akan terlihat
website semakin dinamis, dan interaktif serta terlihat bagus. Beragam
bahasa program saat ini telah hadir untuk mendukung kualitas website. Jenis
jenis bahasa program yang banyak dipakai para desainer website antara lain
HTML, ASP, PHP, JSP, Java Scripts, Java applets, XML, Ajax dsb. Bahasa
dasar yang dipakai setiap situs adalah HTML sedangkan PHP, ASP, JSP
dan lainnya merupakan bahasa pendukung yang bertindak sebagai pengatur
dinamis, dan interaktifnya situs. Bahasa program ASP, PHP, JSP atau
lainnya bisa dibuat sendiri. Bahasa program ini biasanya digunakan untuk
membangun portal berita, artikel, forum diskusi, buku tamu, anggota
organisasi, email, mailing list dan lain sebagainya yang memerlukan update
setiap saat.
3.4.4. Desain Website
Setelah melakukan penyewaan domain name dan web hosting serta
penguasaan bahasa program (scripts program), unsur website yang penting
dan utama adalah desain. Desain website menentukan kualitas dan
keindahan sebuah website. Desain sangat berpengaruh kepada penilaian
pengunjung akan bagus tidaknya sebuah website. Untuk membuat website
biasanya dapat dilakukan sendiri atau menyewa jasa website designer. Saat
ini sangat banyak jasa web designer, terutama di kota-kota besar. Perlu
diketahui bahwa kualitas situs sangat ditentukan oleh kualitas designer.
Semakin banyak penguasaan materi tentang beragam program/software
pendukung pembuatan situs maka akan dihasilkan situs yang semakin
berkualitas, demikian pula sebaliknya. Jasa web designer ini yang umumnya
memerlukan biaya yang tertinggi dari seluruh biaya pembangunan situs dan
semuanya itu tergantung kualitas designernya. Program-program desain
website salah satunya adalah Macromedia Firework, Adobe Photoshop,
Adobe Dreamweaver, Microsoft Frontpage, dll.15
Prinsip – prinsip dasar desain

Unik, yang dimaksud unik dalam mendesain suatu website
adalah kesadaran seorang desainer untuk tidak meniru atau
menggunakan karya orang lain.

Komposisi, untuk memperindah tampilan halaman web, seorang
web desainer harus benar – benar memahami komposisi, baik
bentuk maupun warna yang akan digunakan dalam website yang
dibuatnya

Simple atau sederhana, banyak dari seorang web desainer yang
membuat tampilann sederhana tapi menarik. Hal ini ditujukan
agar tampilan website terlihat rapi, bersih dan informatif.

Semiotik, semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda –
tanda. Dalam hal ini diharapkan pengunjung dapat dengan
15
www.baliorange.web.id
mudah dan cepat mengerti ketika melihat tanda dan gambar yang
ada dalam suatu website.

Ergonomis,
ergonomis dalam mendesain
website
adalah
kepunyaan yang akan didapatkan pengunjung dalam membaca
dan kecepatan yang akan diperoleh pengunjung dalam mencari
informasi. Hal – hal yang perlu diperhatikan oleh seorang web
desainer untuk mencapai prinsip ini adalah; Pemilihan ukuran font
yang tepat sehingga mudah dibaca dan menempatkan link
sedemikian rupa sehingga dengan cepat dan mudah diakses dan
yang lebih penting lagi apabila website bersifat informatif.

Fokus, fokus adalah hierarki prioritas dari pesan yang akan
disampaikan,
dengan
adanya
fokus
tersebut,
diharapkan
pengunjung dapat memahami dan menentukan pesan mana yang
lebih dulu harus dibaca atau dilihat.

Konsistensi,
konsistensi
adalah
pemilihan
bentuk
yang
digunakan pada elemen – elemen perancangan web dan
digunakan
pada
semua
halaman
website. Website
yang
konsisten akan menonjolkan karakter desain itu sendiri dengan
memperlihatkan visi dan misi dari website tersebut.16
Elemen Desain
Desain grafis dalam halaman web terdiri dari elemen berikut :

Teks, adalah bagian yang paling utama untuk menampilkan
informasi dalam bentuk font

Grafik atau Image, merupakan elemen yang dapat membantu
menjalankan informasi dan menjadikan pesan lebih mudah
dipahami.

Animasi, merupakan sarana untuk menampilkan informasi
dengan baik dan membuat suatu image yang akan diingat
pengunjung website.

Video, dapat merupakan hasil rekaman dari suatu informasi yang
memudahkan pengunjung website untuk mencari informasi dalam
bentuk video.
16
Buku Tips n Trik Computer Graphics Design (hal.29-42). Hendi Hendratman, ST

Suara atau Audio, memberikan efek khusus pada tampilan suatu
website yang akan memberi kenyamanan pengunjung website di
saat website dibuka.
Konsep Desain
Pada intinya konsep dalam mendesain suatu website sangat
berhubungan dengan desain grafis. Jadi alangkah baiknya jika
dalam mendesain tampilan website juga memperhatikan prinsip
desain. Prinsip – prinsip desain tersebut adalah :

Komunikatif, prinsip komunikatif berhubungan dengan corporate
identity (profil perusahaan).

Estetis, fungsi dari estetis ini adalah memberikan suatu
keindahan dalam suatu desain sehingga lebih menarik khalayak
untuk menggali informasi yang ditawarkan dari suatu website.

Ekonomis,
desain
website
harus
memperhatikan
faktor
ekonomis, dalam arti pada ukuran file yang digunakan. Hal ini
dikarenakan
berhubungan
dengan
kecepatan
akses
yang
ditawarkan suatu website.
Pembuatan Layout Website
Dalam membuat suatu layout website, banyak langkah yang
berbeda beda dalam menuangkannya. Berikut merupakan proses
secara umum banyak dilakukan dalam pembuatan layout.

Membuat
sketsa
desain,
seorang
desainer
bisa
saja
menuangkan ide dalam pembuatan layout yang berupa ilustrasi
sketsa di kertas. Akan tetapi untuk kebanyakan orang, tahap ini
biasanya dilewatkan dan langsung membuat langkah layout
desain dengan menggunakan software.

Membuat layout desain, banyak software yang digunakan dalam
pembuatan layout. Salah satunya adalah Macromedia. Proses ini
dikerjakan
setelah
pembuatan
sketsa
desain.
Terkadang
pembuatan layout adalah hal yang paling pertama dikerjakan.

Membagi gambar dalam potongan – potongan kecil. Proses
ini diperlukan untuk mengoptimize waktu download.

Membuat Animasi, animasi diperlukan untuk menghidupkan atau
menjadikan website lebih interaktif.

Membuat Audio, audio terkadang membuat pengunjung lebih
tertarik untuk membuka atau melihat website yang dibuat.

Membuat Video, video dibutuhkan untuk lebih memperkuat
website akan informasi yang lebih mendetail.

Membuat HTML, setelah merapikan layout desain lengkap
dengan tombol, image, teks, script HTML, hal yang perlu
dilakukan kemudian adalah membuat layout ke format HTML.
3.4.5. Program transfer data ke pusat data
Para web designer mengerjakan website dikomputernya
sendiri. Berbagai bahasa program, data informasi teks, gambar,
video, dan suara telah menjadi file-file pendukung adanya website.
File tersebut bisa dibuka menggunakan program penjelajah (browser)
sehingga terlihatlah sebuah website utuh di dalam komputer sendiri
(offline). Tetapi file-file tersebut perlu untuk diletakkan dirumah
hosting versi online agar terakses ke seluruh dunia. Pengguna akan
diberikan akses FTP (File Transfer Protocol) setelah memesan
sebuah web hosting untuk memindahkan file-file website ke pusat
data web hosting. Untuk dapat menggunakan FTP diperlukan sebuah
program FTP, misalnya WS FTP, Smart FTP, Cute FTP, dll. Program
FTP ini banyak ditemui di internet dengan status penggunaan gratis
maupun
harus
membayar.
Para
web
designer
pun
dapat
menggunakan fasilitas FTP yang terintegrasi dengan program
pembuat website, misal Adobe Dreamweaver.
3.4.6. Publikasi Website
Keberadaan website tidak ada gunanya dibangun tanpa
dikunjungi atau dikenal oleh masyarakat atau pengunjung internet.
Karena efektif tidaknya situs sangat tergantung dari besarnya
pengunjung dan komentar yang masuk. Untuk mengenalkan situs
kepada masyarakat memerlukan apa yang disebut publikasi atau
promosi. Publikasi situs di masyarakat dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti dengan pamflet-pamflet, selebaran, baliho,
kartu nama dan lain sebagainya tapi cara ini bisa dikatakan masih
kurang efektif dan sangat terbatas. Cara yang biasanya dilakukan
dan paling efektif dengan tak terbatas ruang atau waktu adalah
publikasi langsung di internet melalui search engine-search engine
(mesin pencari, seperti : Yahoo, Google, MSN, Search Indonesia,
dsb). Cara publikasi di search engine ada yang gratis dan ada pula
yang membayar. Yang gratis biasanya terbatas dan cukup lama
untuk bisa masuk dan dikenali di search engine terkenal seperti
Yahoo atau Google. Cara efektif publikasi adalah dengan membayar,
walaupun harus sedikit mengeluarkan akan tetapi situs cepat masuk
ke search engine dan dikenal oleh pengunjung.17
3.5.
Data Pembanding Website beserta Kekurangannya
WEBSITE
KEKURANGAN
http://repostkaskus.blogspot.com/2012/0
4/jenis-alat-alat-musik-tradisional.html
Informasi tentang alat-alat musik
tradisional cukup lengkap, tetapi tampilan
biasa saja, terlihat monoton dan waktu
loading membutuhkan waktu yang cukup
lama (kurangnya sisi ergonomis)
Tampilan web cukup menarik, akan tetapi
informasi yang ditampilkan kurang
lengkap, tidak adanya video dari
beberapa alat musik tradisional
http://repindonesiaraya.blogspot.com/20
11/04/alat-musik-tradisional.html
http://www.azamku.com/alat-musiktradisional-Indonesia.html
http://www.menjelma.com/2012/07/peng
golongan-alat-musik-tradisional.html
http://www.proghita.com/read/2012/08/0
7/8105/19-alat-musik-tradisionalIndonesia-universal-update.php
Tidak ada tampilan video untuk
permainan dari alat-alat musik tradisional
tersebut dan tampilan web masih
monoton dengan background putih saja
Kurangnya penjelasan tentang cara untuk
memainkan alat-alat musiknya
Informasi yang disampaikan lumayan
terserap oleh pengunjung, tetapi tampilan
masih standar yang masih menggunakan
warna putih saja
Tabel 3.2. Data Pembanding
17
http://www.baliorange.web.id
3.6.
Objek Referensi Perancangan Website Alat Musik Tradisional Indonesia
3.6.1. http://blog.kangdede.web.id/
Gambar 90 : Referensi Web ‘Kangdede’
Alasan Referensi




Komposisi web menarik dengan
warna background krem, warna
background button coklat muda
dan button yang sederhana.
Informasi yang dicantumkan
cukup lengkap karena adanya
foto dan video di tiap alat musik
tradisional (ada di Gambar 32
dan Gambar 33)
Informasi tentang gabungan
alat musik tradisional tercantum
di video.
Proses loading yang cepat.


Kekurangan
Hanya mencantumkan
informasi tentang alat
music yang terbuat dari
bambu saja.
Informasi video tentang
alat musik gabungan
kurang lengkap
Tabel 3.3. Alasan Referensi dan Kekurangan ‘Kangdede’
Gambar 91 : Referensi Web ‘Kangdede’
Gambar 92 : Referensi Web ‘Kangdede’
3.6.2. http://www.anneahira.com/musik-tradisional.htm
Gambar 93 : Referensi Web ‘Anneahira’
Gambar 94 : Referensi Web ‘Anneahira’
Gambar 95 : Referensi Web ‘Anneahira’





Alasan Referensi
Komposisi web sangat baik,
sederhana namun dimengerti oleh
pengunjung web.
Banyak button yang mempermudah
akses untuk mencari informasi lain.
Tampilan pertama menunjukkan
untuk dapat berlangganan di
websitenya.
Pengunjung tidak dapat meng-copy
data maupun informasi yang ada
pada websitenya.
Informasi tentang alat musik
tradisional cukup lengkap dengan
adanya foto dan daerah asal alat
musik.


Kekurangan
Tampilan background kurang
menarik atau monoton, dikarenakan
masih menggunakan background
putih saja.
Informasi yang ditampilkan cukup
informative, akan tetapi video tentang
alat musik tidak tertera.
Tabel 3.4. Kelebihan dan Kekurangan ‘Anneahira’
Download