Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK: ANTARA HARAPAN ATAU TANTANGAN? DEVELOPMENT OF ORGANIC AGRICULTURE SYSTEM: BETWEEN EXPECTATION OR CHALLENGE? Syaifuddin dan Idris Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa Abstrak Usaha pengembangan sistem pertanian organik sangat ditentukan oleh (a) kemampuan petani dalam menciptakan jaring penyelamat hara sehingga kehilangan hara melalui pencucian dan aliran permukaan dapat direduksi, dan menekan terjadinya konflik antarwarga (b) mendapatkan produk pertanian yang sehat (c) adanya kriteria dan aturan pertanian organik yang jelas. Untuk menciptakan jaring penyelamat hara yang efisien dan memberikan keuntungan secara ekonomi maka pengembangan sistem pertanian agroforestri merupakan salah satu tawaran yang mempunyai peluang cukup besar. Kata kunci : jaring penyelamat hara, keseimbangan hara, efisiensi serapan hara, agroforestri. Abstraction Effort of development organic agriculture system very determined by ( a) farmer ability in creating net of rescuer hara so that loss hara of through wash and surface stream can be reduced, and depress the happening of conflict antarwarga ( b) get the healthy agriculture product ( c) the existence of criterion and clear organic agriculture order. To create the efficient rescuer hara net and give the advantage economical hence system development of agriculture agroforestri represent one of bargain having big enough opportunity. Keywords : System of nutrient saver, nutrient balance, efficiency of nutrient absorption, agroforesty. 1. Nomenklatur pertanian organik Usaha pertanian modern seringkali menyebabkan pengurasan unsur hara dari dalam tanah dalam jumlah besar pada saat panen. Sebagai contoh hasil panen tanaman padi sebanyak 5 ton per ha akan menyerap dari dalam tanah sebanyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S.(Sutanto, 2002).Pengelolaan kesuburan tanah pada sistem ini hanya ditekankan pada penggantian unsur hara melalui aplikasi pupuk anorganik, tanpa usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah secara lestari (keseimbangan antara input dan output hara). Tujuan dari suatu program kesuburan tanah yang lestari adalah menggunakan secara efisien hara-hara yang diberikan ke tanah untuk produksi tanaman tanpa mengakibatkan akumulasi atau kelebihan yang dapat hilang terbawa ke lingkungan yang sensitif Samosir, (2000). Tidak adanya keseimbangan antara jumlah panen yang diangkut dari dalam tanah 1 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 dengan jumlah yang dikembalikan, mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman dan kualitas lingkungan. Pada dekade terakhir ini muncul sistem pertanian organik sebagai suatu sistem alternatif untuk menanggulangi krisis pertanian modern yang ditujukan untuk mempertahankan biodiversitas dan konservasi tanah. Oleh karena itu, muncul pertanyaan apa yang dimaksud dengan pertanian organik? Pertanian organik adalah sistem pertanian yang berbasis pada penggunaan residu atau mendaur ulang residu dari kegiatan apa saja di sekitar lahan seoptimal mungkin asalkan memenuhi kriteria (Hairiah K, 2003). Sementara Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik adalah campur tangan manusia lebih intensif untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsipprinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai kondisi setempat. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pertanian organik antara lain bahwa residu yang akan didaur ulang memiliki standar perbandingan C/N tertentu dan tidak membahayakan kesehatan ditinjau dari konsentrasi logam berat antara lain Plumbum (Pb), Cadmium (Cd), Zinc (Zn), dan Cuprum (Cu). Masyarakat Uni Eropa telah membuat standar kritis untuk keempat logam tersebut (Lihat Tabel 1). Tabel 1 tersebut merupakan contoh kasus yang dilakukan di Zambia tepatnya di Lusaka, dimana masyarakat menanam sayur-sayuran pada tumpukan sampah rumah tangga (Drescher, 1994 dalam Hairiah K, 2003). Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah usaha ini merupakan harapan atau justru merupakan tantangan. Pada kondisi tersebut tanah mengandung bahan organik cukup tinggi (5,7 persen) dan pH 7,7. Tabel 1. Konsentrasi logam berat dalam tanah tumpukan sampah rumah tangga (Drescher,1994 dalam Hairiah K, 2003) ________________________________________________________________ Contoh Pb Cd Zn Cu mg per kg ________________________________________________________________ 1. 5.00 t.u 6.60 4.25 2. 4.00 6.00 112.5 2.50 3. 4.00 t.u 54.0 8.50 4. 10.0 t.u 6.60 4.25 5. 200 6.00 525 25.0 6. 4.00 8.00 135 2.25 7. 5.00 15.0 27.0 900 ________________________________________________________________ Standar Uni Eropa 50-300 1.00-3.00 150-300 50-140 (1986) ________________________________________________________________ Kandungan logam berat dari setiap titik pengambilan sampel tanah bervariasi, bahkan ada yang telah melebihi ambang batas yang diizinkan oleh Uni Eropa terutama Cd, Zn, dan Cu.Namun demikian, tidak ada Cd yang diserap oleh tanaman sayuran, tetapi pada tanaman jagung Cu yang diserap sekitar 1-3 mg per kg, ketimun mengakumulasi Zn hingga 4 mg per kg, sedang tanaman liar paitan (Tithonia difersifolia) mengakumulasi Zn hingga 102-106 mg per kg dan Cd sekitar 10 mg per kg. Tanaman liar dapat tumbuh dengan baik 2 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 pada kondisi tanah yang terpolusi, dan tanaman ini sering juga dimakan oleh ternak kambing dan sapi. Sayangnya tidak ada informasi yang lebih terperinci bagaimana dengan kualitas daging hewan yang memakan daun Tithonia tersebut. Sistem ini dapat mempertahankan pH dan kandungan bahan organik tanah sehingga dapat mengurangi mobilitas logam berat maka serapan oleh tanaman diharapkan dapat sedikit ditekan. Jadi sistem pertanian organik ini merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produk yang diperolehnyapun merupakan produk yang aman bagi kesehatan. 2. Mengapa petani memilih dan tidak memilih pertanian organik Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pertanian organik dapat memberikan keuntungan baik ditinjau dari segi laingkungan maupun ekonomi. Keuntungan dari segi ekonomi terutama diharapkan dari premi yang diperoleh dan biaya perawatan yang rendah. Memang banyak alasan, dan alasan ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Petani ingin melakukan pertanian terutama disebabkan oleh semakin mahalnya harga bahan-bahan kimia, dan adanya pemintaan pasar akan produk bahan organik yang cukup tinggi. Banyak pula petani mengetahui bahwa dengan pertanian organik kelestarian lingkungan akan lebih terjamin Pertanyaan selanjutnya dapatkah produksi pertanian berkelanjutan dapat diperoleh dari sistem pertanian yang hanya tergantung kepada sumber organik lokal? Hasil penelitian di Lampung Utara yang betujuan untuk melihat pengaruh kombinasi pemupukan organik dan anorganik terhadap tanaman jagung menunjukkan bahwa produksi biji jagung terendah diperoleh dari perlakuan tanpa penambahan pupuk anorganik. Hasil biji yang diperoleh berkisar antara 0.2-0.6 Mg per ha, dan bila ditambah pupuk NP hasilnya meningkat menjadi 1.5 Mg per ha. Pada kondisi optimal produksi jagung dapat mencapai 5-6 Mg per ha. Contoh yang signifikan ini membuktikan bahwa penambahan bahan organik saja tidak dapat memenuhi sepenuhnya kebutuhan hara NP tanaman jagung, tambahan dari sumber lain masih diperlukan. Peranan bahan organik disini lebih penting untuk perbaikan sifat fisik tanah dan pengurangan kehilangan hara melalui leaching. Contoh pada skala petak diatas dengan hasil pertanian yang rendah dan waktu yang diperlukan tergolong lama untuk menghasilkan produksi merupakan alasan utama keengganan petani dalam mengembangkan sistem pertanian organik.(Hairiah K, 2003) Ancaman Petani adalah aktor yang paling aktif dalam melaksanakan sistem pertanian organik, selama mereka belum mengenal bahan kimia atau adanya janji yang menggiurkan dari produksi pertanian yang maksimal. Umumnya petani mulai meninggalkan pertanian organik bila (a) adanya keterbatasan tenaga kerja (b) telah diperkenalkannya teknologi modern yang canggih dengan masukan tinggi dan tersedianya kredit, (c) adanya masalah ketidakjelasan dalam penguasaan tanah yang membuat petani enggan melakukan sistem pertanian yang permanen (d) ketidakjelasan prosedur pemasarannya. Misalnya seorang petani menanam jagung organik pada lahannya, tetapi petani jagung lainnya tidak melaksanakan. Maka residu kimia dari petani jagung yang menggunakan bahan kimia masuk ke lahan petani jagung yang menggunakan bahan organik, sehingga produknya ditolak oleh pasar dan dinyatakan bukan produk organik. 3 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 3. Masalah pertanian dan lingkungan: Ancaman terhadap kelestarian alam Keberlanjutan suatu sistem pertanian sangat ditentukan oleh kemampuan petani dalam mengatasi masalah di lahannya baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Ancaman ini oleh Van Noordwijk et al (2002) dalam Hairiah K, (2003) meliputi : (a) penurunan produksi tanaman (b) munculnya konflik dengan masyarakat desa tetangga akibat adanya aliran lateral air tanah yang terpolusi oleh pupuk dan pestisida (c) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi produksi pertanian (d) munculnya peraturan-peraturan dalam kebijakan pemerintah yang mencoba mengatur aktivitas pertanian. Usaha penelitian di bidang nutrisi tanaman dan kesuburan tanah telah banyak dilakukan, sayangnya masih dipusatkan kepada usaha untuk mengatasi masalah penurunan produksi tanaman, melalui strategi penyediaan hara bagi tanaman tanpa memperhatikan usaha penambangan kembali hara yang berlebihan. Hara yang berlebihan ini berasal dari pupuk yang ditambahkan yang tidak seluruhnya dapat diserap oleh tanaman sehingga diadsorbsi oleh unsur lainnya, atau mungkin juga terangkut diluar jangkauan akar tanaman. Nitrogen paling rentan terhadap pencucian karena bermuatan negatif dan tidak dipegang kuat oleh tanah. Berbeda halnya dengan Fosfor yang bereaksi dengan senyawa Al pada tanah-tanah masam dan Kalsium pada tanah-tanah alkalis membentuk senyawasenyawa yang tidak larut, sehingga pencucian hara ini dapat diabaikan kecuali pada tanahtanah berpasir (Samosir, 2000). Sehingga efisiensi pemupukan dikategorikan rendah. Jadi secara umum, ancaman terhadap keberlanjutan sistem pertanian adalah yang berkorelasi dengan masalah keseimbangan hara (access problems), dan kemarahan masyarakat desa tetangga atau kekecawaan pembeli (excess problems) dan kebijakan pemerintah dan peraturannya harus membantu memecahkan kedua masalah tersebut. Sayangnya penelitian di daerah tropis lebih difokuskan kepada usaha-usaha pemupukan. Masih sangat kurang penelitian yang ditujukan untuk membantu petani dalam mengambil keputusan di lapangan yang kondisinya sangat heterogen. 4. Mengapa efisiensi absorbsi hara oleh tanaman rendah? Di daerah tropika basah umumnya ditandai dengan curah hujan tinggi (2000-3000 mm per tahun) dan temperatur yang tinggi mengakibatkan banyak hara hanyut terbawa aliran air ke lapisan bawah, sehingga keluar dari batas jangkuan akar tanaman, maka hara tersebut menjadi tidak tersedia lagi bagi tanaman dan dinyatakan hilang. Penyebab utama terjadinya kehilangan hara lewat pencucian adalah rendahnya tingkat sinkronisasi antara saat ketersediaan hara dengan saat tanaman membutuhkannya ( Lihat Gambar 1) 4 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 Gambar 1. Skema sinkronisasi ketersediaan hara dan saat tanaman membutuhkan serta kedalaman perakaran yang dibutuhkan sebagai jaring penyelamat hara (Hairiah et al, 2000 dalam Hairiah K, 2003) Bila hara bergerak diluar batas jangkauan akar maka tidak ada sinklokasi lagi antara hara dan akar tanaman, hara tersebut akhirnya hilang. Beberapa hara terutama dalam bentuk anion diikat sangat lemah oleh partikel tanah dan memiliki tingkat mobilitas tinggi ( NO3-) mudah mengalami pencucian. Nitrogen dalam air yang melebihi 10 mg per liter akan menyebabkan penyakit methemoglobin. Dilain pihak hara dalam bentuk kation (K+) gerakannya sangat ditentukan oleh kapasitas pertukaran tanah. Kehilangan hara melalui pencucian terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (musim hujan) pada saat ini tanaman membutuhkan hara dalam jumlah sedikit sedangkan, ketersediaan hara dan air cukup berlimpah. Pada fase pertumbuhan generatif kemungkinan jumlah hara yang dibutuhkan tanaman sedikit lebih rendah daripada fase awal. Kehilangan hara dapat terjadi melalui aliran air tanah, maupun melalui run off. Banyak hara yang hilang sangat ditentukan oleh iklim, jenis tanah, respon vegetasi. Suprayogo (2000) dalam Hairiah, K. (2003) melaporkan bahwa pemberian pupuk urea sebanyak 90 kg N per ha untuk tanaman jagung selama satu musim tanam pada tanah Ultisol di Lampung Utara, telah terjadi kehilangan N melalui pencucian sebesar 3-65 persen kg per ha. 5. Usaha meningkatkan efisiensi serapan hara secara biologis Usaha menanggulangi kehilangan hara, selain strategi penyediaan hara, adalah dengan cara menyebar jaring penyelamat hara (safety net) di horizon tanah bawah. Istilah jaring penyelamat hara dipakai untuk kondisi dimana unsur hara yang berada di lapisan atas (top soil) hanyut ke lapisan bawah (sub soil) dan harus diselamatkan dengan cara dijaring. Bagaimana memasang jaring penyelamat hara ini ? jaring hara ini dapat diperoleh dengan diversifikasi tanaman yang mempunyai berbagai macam pola distribusi dan kedalaman perakaran. Contoh sederhana adalah sistem tumpangsari. Pada sistem tumpangsari ini kita berusaha meningkatkan keragaman sistem perakaran tanaman. Misalnya menanam jagung 5 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 yang pada umumnya berperakaran dangkal dengan tanaman pepohonan yang umumnya berperakaran lebih dalam. Pada musim hujan banyak unsur hara yang tidak dapat diserap oleh jagung, akan diserap oleh akar pohon yang berperakaran dalam untuk pertumbuhannya. Hara tersebut sebagian akan kembali ke lapisan permukaan tanah (top soil) melalui serasah yang jatuh. Dengan demikian sistem perakaran pepohonan yang dalam tersebut dapat berfungsi sebagai jaring penyelamat hara. Jadi, dengan sistem tumpangsari ini sebenarnya yang ingin dicapai adalah peningkatan efisiensi pengunaan hara, bukan memperkaya kondisi hara dalam tanah. Sistem pertanian agroforestri sebagai salah satu cara untuk membentuk jaringan hara. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan perpaduan kegiatan kehutanan, perkebunan, tanaman pangan, perikanan ke arah usahatani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan. Keuntungan pelaksanaan sistem agroforestri dapat meliputi : a. Dalam bentuk agroforestri, didapati tegakan yang tidak homogen dan tidak seumur yang terdiri dari 2 strata atau lebih. Dengan tegakan demikian, tajuk tegakan dapat menutup tanah, sehingga terhindar dari erosi dan produktivitasnya dapat dipertahankan. b. Sumber bahan organik. Daun pepohonan yang gugur dan hasil pangkasan dikembalikan ke dalam tanah dan dapat menjadi pupuk sehingga tanah menjadi gembur. Besarnya masukan serasah dari pohon bervariasi dari 4-12 ton ha-1 tahun-1. c. Menekan gulma. Naungan pohon dapat menekan pertumbuhan gulma terutama alangalang dan menjaga kelembaban tanah sehingga mengurangi resiko kebakaran pada musim kemarau. Adanya naungan dari pohon dapat memberikan keuntungan bagi tanaman tertentu yang menghendaki naungan misalnya tanaman kopi. d. Mengurangi kehilangan hara. Pada tanah-tanah miskin hara akar pohon berperan sebagai jaring penyelamat hara, sementara tanah-tanah yang subur, akar pohon berperan sebagai sebagai pemompa hara, yaitu menyerap hara hasil pelapukan mineral/batuan induk yang memang sudah ada pada lapisan bawah dan membawanya kepermukaan tanah melalui pelapukan daun-daunnya yang gugur. Jadi fungsi akar pohon disini seperti mesin pompa. e. Memperbaiki porositas tanah. Akar pepohonan berfungsi memperbaiki struktur tanah dan porositas tanah, misalnya akar pohon yang mati meninggalkan lobang pori. f. Mengikat N dari udara. Tanaman yang tergolong leguminosa dapat mengikat N langsung dari udara, sehingga dapat mengurangi jumlah pupuk anorganik yang harus diberikan. Tinggi rendahnya peranan akar pohon sebagai jarring penyelamat hara ditentukan oleh 3 hal yaitu : (1) ketersediaan hara dalam tanah, (b) kedalaman perakaran, (c) kerapatan akar pada lapisan bawah. 6. Tantangan dimasa yang akan datang. a. Pembentukan pasar bagi produk pertanian sehat. Pada kenyataannya produk bebas residu kimia memang lebih mahal dari produk lainnya, namun bila pemerintah menyadari dampak jangka panjangnya maka usaha konkrit harus dilaksanakan dan menggalakkan promosi yang intensif bagi produk pertanian sehat. 6 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 b. Pertanian organik tidak selalu terjangkau oleh petani kecil. Semakin besar kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan bahan kimia di lahannya, maka semakin banyak perusahaan besar berlomba-lomba membuat produk-produk baru yang lebih ramah lingkungan lengkap dengan hak paten. Sehingga harganya sangat mahal sehingga tidak sesuai dengan kondisi ptani kecil di Negara-negara berkembang. Sebagai contoh harga bahan aktif pestisida seperti methyl parathion harganya sekitar Rp.63.000,- per liter, sedang pestisida yang ramah lingkungan harganya bisa mencapai Rp.150.000,- per liter. Kondisi ini tentu saja tidak memungkinkan bagi petani kecil di daerah tropis, mereka akan kembali ke penggunaan bahan kimia sehingga harga produknya menjadi lebih rendah. c. Belum menentunya standart international tentang kriteria pertanian organik Contoh yang diberikan oleh Sulistyowati (2002) dalam Hairiah, K (2003) tentang pertanian organik monokultur sayuran Radish. Pengelolaan pada sistem ini telah menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, akan tetapi bila ditinjau dari prinsip biodiversitas, sistem ini tidak bisa sepenuhnya diterima sebagai pertanian organik. Hal semacam ini masih banyak sekali yang belum bisa dipecahkan, sehngga kriteria pertanian organik perlu terus disempurnakan. 7. Penutup Untuk menciptakan lingkungan yang sehat melalui pertanian organik, hal yang terpenting yang perlu diperhatikan adalah (a) bagaimana menekan kehilangan hara dari jangkauan akar seminimal mungkin baik yang hanyut melalui pencucian, aliran permukaan dan erosi, (b) bagaimana meningkatkan tingkat daur ulang atau return flow dari sampah domestik (sampah kota) ke dalam sistem pertanian pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan. Upaya pemerintah yang mungkin dapat dilaksanakan untuk tetap merangsang petani menjalankan sistem pertanian organik yang lebih ramah lingkungan, antara adalah (a) memasyarakatkan usaha pemisahan sampah kota antara sampah organik dan anorganik; mengisolir sampah yang mengandung logam berat yang membahayakan kesehatan , (b) mengadakan pasar untuk produk ecofarming dengan standar dan prosedur yang jelas. Saat ini dukungan pemerintah sangat diperlukan, penundaan berarti semakin hancurnya lingkungan. 7 Jurnal Agrisistem, Desember 2005, Vol 1 No. 1 ISSN 1858-4330 DAFTAR PUSTAKA Ambo Ala. 1997. Pertanian organik sebagai suatu alternatif pertanian berwawasan lingkungan. Journal of Flora and Fauna Vol 5, no.1. Baver, L.D, Gardner, WH., Gardner, W.R. 1972. Soil Physics. Fourth Edition. John Wiley & Sons, New York Hairiah, K. 2003. Pertanian Organik: Suatu Harapan atau Tantangan? Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Samosir, S. 2000. Bahan Kuliah Kimia Kesuburan Tanah. Program Pascasarjana Unhas, Ujung Pandang. Sutanto, R. 2002a. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. Sutanto, R. 2002b. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. 8