interaksi sosial antara anggota organisasi ekstra

advertisement
INTERAKSI SOSIAL ANTARA
ANGGOTA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS DI UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(Studi kasus di HMI dan PMII Cabang Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Luthfian Taqwa Ginanjar
NIM: 106032201110
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Luthfian Taqwa Ginanjar
Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus Di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Studi kasus di HMI dan PMII Cabang Ciputat)
Interaksi sosial merupakan proses sosial yang terjadi antara individu
dengan individu yang lain, individu dengan kelompok atau pun antarkelompok.
Interaksi sosial terdiri atas dua sifat, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi
sosial disosiatif. Adapun yang bersifat asosiatif yaitu kerja sama, akomodasi, dan
asimilasi. Sedangkan yang bersifat disosiatif berupa persaingan, kontravensi, dan
pertentangan. Oleh karena itu, di dalam setiap organisasi memiliki sifat-sifat
interaksi sosial tersebut yang menginginkan pengakuan di lingkungannya. Dan
mahasiswa sebagai bagian dari gerakan dan organisasi sosial yang merupakan
suatu fenomena yang telah terbukti sejak masa sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, menarik untuk melihat bagaimana pola interaksi yang
terjadi antarsesama mahasiswa yang berlatar belakang organisasi yang berbeda.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana interaksi
sosial antara anggota organisasi ekstra di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu organisasi HMI dan PMII. Adapun penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, kemudian memakai studi kasus
dengan bentuk intrinsik dan pengumpulan data dengan cara wawancara dan
observasi terhadap informan untuk memahami permasalahan yang terjadi antara
kedua organisasi ini. Seperti ideologi yang membuat dua belah pihak ini saling
menonjolkan eksistensitas organisasi di dalam maupun di luar kampus. Penyebab
antara kedua organisasi selalu bertikai atau konflik karena adanya kepentingan
individu atau kelompok yang merugikan kelompok yang lain dan tidak mengikuti
aturan yang berlaku atau kode etik keorganisasian sehingga memungkinkan
terjadinya suatu konflik di lingkungan tersebut. Dan adakalanya kedua organisasi
ini bekerjasama untuk kepentingan kemaslahatan umat bersama, seperti aksi
menentang kebijakan kampus atau pun kebijakan pemerintahan, diskusi publik
dan kegiatan yang diselenggarakan di dalam kampus yang secara umum untuk
para mahasiswa. Dan pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive
sampling. Pemilihan ini jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
pengambilan sampelnya, peneliti mengambil sampel melalui orang-orang yang
memiliki wawasan dan berkompeten dalam bidangnya untuk pengambilan data.
Dan jika sudah terjadi pengulangan maka pemilihan berakhir, subjeknya masingmasing berjumlah 10 orang dari setiap jumlah pengurus dan anggota yang ada di
dalam organisasi HMI dan PMII.
Kesimpulan dari hasil yang terjadi di dalam organisasi besar seperti HMI
dan PMII yang memiliki ideologi berbeda, membuat mereka selalu ingin bersaing
untuk mendapatkan kedudukan atau tempat yaitu kekuasaan di dalam Badan
Esekutif Jurusan, Fakultas, dan Universitas. Dan sebagian pula mementingkan
kepentingan kelompok serta kepentingan pribadi demi eksistensitasnya, dikarenakan adu gengsi dengan kelompok lain apabila memiliki eksistensitas yang kuat.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat-sahabatnya yang senantiasa membela dan mengikuti ajaran-ajarannya.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan
dan kontribusi dari para pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
Bapak Muhammad Ismail, S.Ag selaku pembimbing akademik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Zulkifly,
MA selaku ketua jurusan program studi Sosiologi UIN Jakarta. dan sekaligus
dosen pembimbing yang memberikan segala waktu, kesabaran, kritikan dan saran
-saran untuk membantu penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Joharotul Jamilah, M.Si
selaku sekertaris jurusan program studi Sosiologi UIN Jakarta. Ibu Dzuriatun
Toyibah, MA dan Ibu Iim Halimatusa’diyah, MA selaku tim Dewan
Pertimbangan Skripsi (DPS) yang memberikan inspirasi dan membantu untuk
menentukan tema skripsi. Beserta seluruh dosen dan staf pengajar pada program
studi Sosiologi atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan
pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi.
Keluarga tercinta yaitu orang tua, penulis sangat berterima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada ayahanda Dr. Eko Siswono, M.si dan ibunda Hj.
Wartiasih atas segala pengertian, kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran,
pengorbanan dan segala doa yang senantiasa mereka panjatkan untuk penulis, agar
ii
penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan harapan nilai yang
maksimal, engkaulah orang tua yang terbaik dan penulis cintai. Dan terima kasih
juga untuk kakakku Sismayudha Noor Ramadhona beserta istrinya Mbak Reny
yang selalu memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi, dan juga tidak lupa
untuk adekku Rischa Rety Nur Artanti dan Norma Citra Chameliawati yang
memberikan spirit bagi penulis lewat candaannya dan senyumannya.
Sahabat-sahabatku yang senasib dan seperjuangan yaitu: Ayub, Yandhi,
Irvan Matondang, Aal, Andri, Aufar, Panca, Fajar, Hajuri, Nana, Febri, M. Ervan,
Najiullah (Ajie), Fina, Azharina, Hamidah, Rahmi, Kiki, Dijah dan Betty.
Merekalah yang selalu memberikan aura positif kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan kalianlah sahabat-sahabat terbaikku. Beserta keluarga besar
LamyuZard (paduan suara), Fortuna band, Amanta band dan Ibu Ririn beserta
keluarga. Mereka yang memberikan kontribusi yang sangat baik di saat penulis
mengalami kejenuhan dalam pembuatan skripsi.
Organisasi HMI dan PMII yang memberikan petunjuk, keterangan, dan
jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan penulis untuk skripsi
ini. dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. “all the best”.
Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah SWT. Begitu
pula dengan skripsi ini, yang merupakan hasil maksimal yang dapat penulis
sampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan
sebagai bahan perbaikan di masa mendatang bagi penulis selanjutnya.
Ciputat,............….......2011
(Luthfian Taqwa Ginanjar)
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................. 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 7
F. Kerangka Konseptual .............................................. 10
G. Metodologi Penelitian ............................................. 14
H. Sistematika Penulisan .............................................. 17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Interaksi Sosial ........................................................ 19
1. Pengertian Interaksi Sosial ............................. 19
2. Faktor-faktor dalam Interaksi Sosial .............. 21
3. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial ........ 22
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ...................... 25
a. Proses Asosiatif ..................................... 25
b. Proses Disosiatif .................................... 29
B. Organisasi ................................................................ 31
1. Pengertian Organisasi ..................................... 32
2. Dasar Pembentukan Organisasi ...................... 33
3. Tujuan Berorganisasi ...................................... 34
iv
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Organisasi Ekstra di Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ...................................................................... 35
B. Profil Sejarah HMI ................................................... 37
1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya
HMI ................................................................ 37
2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan HMI ... 38
3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) .............. 40
C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat ........................ 41
D. Profil Sejarah PMII .................................................. 44
1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya
PMII ............................................................... 44
2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII .. 45
3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP) ............... 47
E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat ........................ 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Perbedaan Pola Interaksi antara Anggota Organisasi HMI
dan PMII .................................................................. 52
B. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Perbedaan
Interaksi ................................................................... 69
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................... 77
B.
Saran-saran ........................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82
LAMPIRAN
v
Pola
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri. Di dalam menjalani
kehidupan sehari-harinya manusia bersifat kelompok atau bermasyarakat.
Manusia tidak dapat berdiri sendiri di tengah-tengah masyarakat melainkan
bergantung pada orang lain karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup
bersama. Manusia menurut kodratnya, diciptakan untuk menjadi bagian dari suatu
kelompok masyarakat. Dengan demikian, manusia merupakan bagian dari suatu
organisi sosial. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan orang lain.
Landasan dari adanya hasrat tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya, seperti makanan pokok, pekerjaan, jabatan, kendaraan dan
pengakuan di dalam lingkungannya.
Menurut Kimbal Young dalam bukunya Sociology and Social Life
sebagaimana dikutip oleh Zainal Abidin dan Agus Ahmad Safe’i, “... interaksi
sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi
sosial tidak akan ada kehidupan sosial ....”1 Keunikan suatu peradaban masyarakat
yang satu dengan yang lainnya telah menghasilkan begitu banyak ragam kekayaan
budaya seperti banyaknya jenis bahasa yang digunakan sebagai salah satu syarat
interaksi. Interaksi yang terjadi antarsesama manusia dengan latar belakang yang
berbeda, baik budaya maupun karakter pribadi yang melekat pada diri masingmasing pasti suatu ketika menimbulkan gesekan-gesekan, baik berupa kesalah1
Zainal Abidin dan Agus Ahmad Safe’i, Sosiosopholog: Sosiologi Islam Berbasis Hikmah
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 107.
1
pahaman dalam memandang suatu keadaan ataupun perbedaan sudut pandang.
Hal tersebut merupakan sebuah realitas yang tidak bisa dihindari.
Hal tersebut dari proses sosial, sebagai aspek dinamis dari kehidupan
masyarakat. Bagi Adham Nasution, yang dikutip oleh Basrowi dalam bukunya
menyebutkan, “... bahwa proses sosial adalah rangkaian human actions (sikap/
tindakan manusia) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respon di
dalam hubungannya satu sama lain ....”2 Kita melihat beberapa interaksi yang
dibangun pada masyarakat seperti hubungan atau interaksi yang terbangun secara
kontinuitas antara ras, budaya, agama, dan golongan politik, sehingga terbentuklah organisasi sosial, yang bertujuan untuk membangun negeri ini agar lebih baik.
Untuk meminimalisasi bentuk-bentuk interaksi yang mengarah pada
konflik yang menyebabkan rusaknya sistem sosial pada masyarakat (disintegrasi),
maka diperlukan pemahaman yang berbasis pada pemahaman simbol negara,
yaitu Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua), yang
mengupayakan penerimaan atas segala perbedaan yang ada pada masyarakat.
Oleh sebab itu, harus ada timbal-balik saling memberi dan saling menerima antara
individu dengan yang lainnya sehingga sebuah proses kehidupan akan berjalan
dengan seimbang.
Di dalam proses sosial, memiliki norma dan nilai sehingga masyarakat
dapat menjalani kehidupan dalam organisasi sosial. Dengan adanya norma,
manusia diharapkan mematuhi peraturan dalam hubungannya dengan orang lain.
Meskipun nilai cenderung kepada kepercayaan masyarakat mengenai sesuatu
yang baik atau buruk. Ungkapan Christopher Bates Doob, dalam bukunya
2
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), h. 136.
2
Sociology: an Introduction, sebagaimana dikutip oleh Yusron Rozak menarik
untuk dikutip.
“Doop memberikan pembedaan antara nilai dengan norma, dan
kepercayaan. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, yang memberikan
preferensi sejumlah perilaku. Sedangkan norma, memberikan petunjuk
atas perilaku dalam situasi yang lebih spesifik. Kepercayaan terkait dengan
apa yang orang anggap sebagai sesuatu yang baik atau berguna, sementara
kepercayaan fokus kepada apa yang mereka anggap sebagai benar dan
faktual. Nilai sangat penting karena mempengaruhi isi daripada norma.”3
Di samping itu, terbentuknya organisasi sosial di tengah-tengah
masyarakat tidak lepas dari peran mahasiswa, sehingga aspirasi masyarakat untuk
pemerintah bisa disalurkan lewat aksi-aksi mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian
dari gerakan dan organisasi sosial merupakan suatu fenomena yang telah terbukti
sejak masa sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dari sejarah bangsa Indonesia,
gerakan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran mahasiswa. Akan tetapi,
ada kecenderungan mahasiswa dihadapkan dengan sebuah kepentingan yang
berorientasi pada kepentingan suatu golongan tertentu saja.
Menurut ilmu politik tentang penyebab lahirnya sebuah gerakan sosial,
karena adanya kondisi yang memberikan kesempatan (political opportunity) bagi
gerakan itu. Pemerintah yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintah yang sangat
otoriter. Kendala untuk membuat gerakan di negara yang represif lebih besar
ketimbang di negara yang demokrat. Sebuah negara yang berubah dari represif
menjadi lebih moderat terhadap oposisi, menurut pandangan ini, akan diwarnai
3
Yusron Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam,
(Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 145.
3
oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah
permukaan.4
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra
kampus, pada saat tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap
mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya
eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan
mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan
memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu
dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus
seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia). Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers
mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar
perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas
dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Secara
umum di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa
seringkali menjadi cikal-bakal perjuangan nasional.
UIN adalah salah satu dari lembaga pendidikan yang besar. Selain menjadi
tempat studi berbagai disiplin ilmu, terdapat banyak organisasi kemahasiswaan,
baik yang bersifat ekstra kampus maupun intra kampus. Adapun yang bersifat
organisasi ekstra ialah organisasi yang berada di luar kampus seperti HMI
(Himpunan Mahasiswa Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia), IMM (Ikatan Muslim Muhammadiyah), KAMMI (Kesatuan Aksi
4
Kunarto, Gerakan Mahasiswa: Merenungi Kritik Terhadap Polri Buku ke 10, (Jakarta: Penerbit
PT. Cipta Manunggal, 2000), h. 141.
4
Mahasiswa Muslim Indonesia), LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Sedangkan
yang bersifat intra adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi
di dalam kampus dan mendapatkan penggalangan dana untuk kegiatan mahasiswa
dari kampus seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), yaitu pencinta alam
(arkadia), kalacitra, teater syahid, musik (riak). Para aktivis organisasi mahasiswa
intra kampus pada umumnya juga berasal dari kader-kader organisasi ekstra
kampus ataupun aktivis independen yang berasal dari berbagai kelompok studi.
Melihat latar belakang organisasi yang begitu banyak berkembang di
lingkungan perguruan tinggi baik intra maupun ekstra, menjadi tempat untuk
mahasiswa mengeluarkan bakat dan menjadi mahasiswa yang kritis akan
permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, menarik
untuk melihat bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara sesama
mahasiswa yang berlatar belakangi organisasi yang berbeda. Dan penulis
bermaksud untuk meneliti pola interaksi yang terjadi, dengan pembatasan masalah
pada interaksi sosial yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti mendapatkan kedudukan dan
peran di dalam jurusan, fakultas atau pun universitas dan ada beberapa faktor yang
mengakibatkan anggota mereka tidak dapat berinteraksi dengan baik sampai ke
pejabat-pejabat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bahkan sampai
kepemerintahan seperti DPR, MPR, Menteri dan lembaga-lembaga yang di biayai
oleh pemerintahan. Oleh sebab itu, mereka dibesarkan melalui organisasiorganisasi ekstra yang berada di kampus-kampus terutama di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5
B. Pertanyaan Penelitian
Untuk lebih jelasnya mengoperasionalkan masalah penelitian ini, maka
saya mengidentifikasikan masalah penelitian tersebut dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan pola interaksi antara anggota organisasi HMI dan
organisasi PMII ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perbedaan pola interaksi tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran secara detail mengenai perbedaan interaksi
sosial antara mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra kampus.
2. Untuk menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi interaksi sosial di
dalam organisasi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat pada:
1. Manfaat Akademisi
Menambah literatur tentang dinamika kehidupan organisasi ekstra kampus
dan
memberikan
khazanah
pengembangan
konsep-konsep
dalam
Sosiologi, khususnya untuk memperkaya rekonstruksi teori tentang
interaksi sosial melalui upaya memahami fenomena di dalam masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan memasukan dalam
pembinaan organisasi intra maupun ekstra kampus.
6
E. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan kajian interaksi sosial, penulis menemukan beberapa
penelitian sejenis, antara lain :
Penelitian yang berjudul “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok
Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi Perbandingan Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah
(Salaf) dengan Pondok Pesantren Al-Falahiyyah (Khalaf))” yang diteliti oleh
Syarif, mahasiswa strata satu (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan
yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil
dengan teknik purposive. Dia menggunakan instrumen penelitian berupa
semistandardized interview, yakni kombinasi wawancara di mana selain
mempersiapkan pertanyaan terorganisir, juga kreatif mengembangkan pertanyaan
lanjutan dari jawaban yang diperoleh dari informan kunci.
Permasalahan penelitian dan kesimpulannya menyatakan pola interaksi di
Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah (salaf) yang merupakan ajaran tradisional
(terdahulu), adalah pola hubungan bersifat satu arah, yaitu interaksi santri dengan
kyai yang dilakukan hanya di saat proses belajar mengajar, ketika di masjid atau
majlis ta’lim tempat mereka belajar. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor,
yaitu dari ajaran (doktrin) yang terdapat di salaf yang membatasi hubungan antara
santri dengan kyai agar tidak terlalu dekat. Sedangkan pola interaksi di Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah (khalaf) yang merupakan ajaran modern (kekinian), yaitu
terbuka atau dua arah antara santri dan kyai terjadi dialog dan saling kerjasama.
7
Artinya, santri lebih mudah berinteraksi langsung dengan kyai, tidak “malu-malu”
dan tidak “kaku”.5
Penelitian di atas menunjukan proses interaksi antara santri dan kyai yang
berbeda tempat cara berinteraksinya. Di ajaran salaf menunjukan interaksi bersifat
satu arah, dimana kyai membatasi hubungannya dengan santri. Sedangkan ajaran
khalaf sebaliknya, pola interaksi kyai dengan santri yang bersifat dua arah atau
terbuka sehingga santri lebih mudah berkomunikasi dengan kyai. Pada akhirnya
proses interaksi tersebut berjalan dengan baik. Penelitian ini berbeda sekali
dengan penelitian selanjutnya, di dalamnya proses interaksi sosial menjadi faktor
dalam membina kerukunan antar umat beragama.
Selain itu, studi tentang “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan
Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
(Studi Kasus Kelurahan Tanjung Priok-Jakarta Utara)” yang diteliti oleh Novian
Hermawan, mahasiswa strata satu (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil
dengan teknik purposive dan juga menggunakan instrumen penelitian berupa
semistandardized interview.
Dalam kesimpulan skripsinya dinyatakan bahwa dengan adanya sebuah
interaksi sosial antar umat beragama maka masyarakat Islam dengan masyarakat
Kristiani akan terlihat dampak-dampak yang terjadi dari sebuah hubungan
interaksi tersebut, dampak-dampak tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula
yang bersifat negatif. Dua agama mayoritas yang mendiami wilayah tersebut
merupakan contoh kehidupan beragama yang harmonis dan adapun bentuk-bentuk
5
Syarif, “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok Pesantren Salaf dan Khalaf”, (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat/Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h.
110-111.
8
interaksi sosial yang mempengaruhi kerukunan umat beragama, yaitu dalam
pembangunan rumah ibadah.6
Penelitian tersebut bertujuan untuk menjaga kerukunan umat beragama,
yang mempengaruhi beberapa dampak dari interaksi tersebut. Dampak itu bersifat
negatif dan bersifat positif. Berbeda halnya dengan penelitian sebelumnya, yang
mencari perbedaan interaksi antara ajaran salaf dengan ajaran khalaf. Penelitian
pertama dan kedua, mencakup kepada interaksi sosial antarpola hubungan yang
terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Berbeda halnya dengan penelitian
berikutnya, yang mengarah pada ketahanan nasional dalam organisasi sosial di
komunitas dan bagaimana pola interaksi sosial itu terjadi, yaitu:
Penelitian dari “Pola-pola Interaksi Sosial Warga Etnik Cina dengan
Warga Etnik Lainnya dalam Suatu Lingkungan Pemukiman Dan Kaitannya
dengan Ketahanan Nasional” yang diteliti oleh Tri Lestari Hadiati, mahasiswa
Pasca Sarjana-UI, Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Tahun 1996.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
informan serta kelompok diskusi terarah pada kelompok/organisasi sosial di
komunitas. Penelitian empirisnya tentang sifat-sifat suatu batas budaya.
Meskipun akulturasi sudah terjadi hampir di semua bidang kehidupan, ada
sejumlah nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik Cina tetap bertahan hidup
berdampingan dengan nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik lainnya di
Indonesia, dengan contoh pola interaksi antarkelas sosial masyarakat Jepang.7
6
Novian Hermawan, “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen
Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat/Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 65.
7
Tri Lestari Hadiati,“Pola-pola interaksi sosial warga etnik Cina dengan warga Etnik lainnya
dalam suatu lingkungan pemukiman dan kaitannya dengan ketahanan nasional”, (Pasca Sarjana UI Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Perpustakaan Pusat UI, 1996), h. i.
9
Dalam tinjauan dari beberapa penelitian di atas, penulis menemukan kajian
yang secara intensif melihat pola interaksi sosial yang terjadi dengan latar
belakang organisasi yang berbeda, yaitu pada penelitian yang terakhir. Akan
tetapi, penelitian tersebut melihat bagaimana mempertahankan nilai-nilai budaya
dan pranata sosial etnik Cina dalam organisasi di masyarakat Indonesia. Berbeda
halnya dengan penelitian yang akan saya teliti, yang melihat pada anggota
organisasi ekstra kampus dalam berinteraksi antara anggota organisasi yang
berbeda, yakni tentang “Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra
Kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” (Studi kasus HMI dan PMII).
F. Kerangka Konseptual
Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu
proses interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Kamus
Sosiologi, “kata interaksi mempunyai dua pengertian pertama stimulus dan
tanggapan antar manusia; kedua hubungan timbal balik antara pihak tertentu.”8
Goffman mengemukakan bahwa dalam dunia performa, perlu dibedakan
dua panggung, yaitu panggung depan (front region atau front stage) dan panggung
belakang (back region atau back stage). Dan beliau menyatakan bahwa selama
kegiatan rutin seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal dalam
interaksi (sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya) menarik untuk
dikutip.9
8
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hl. 335.
Engkus Kuswarno, Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi; Konsep, Pedoman dan
Contoh Penelitiannya, (T.tp.: Penerbit Widya Padjadjaran, 2009), h. 117.
9
10
“Seorang pelaku cenderung membunyikan atau mengenyampingkan kegiatan, fakta-fakta dan motif-motif yang tidak sesuai dengan
citra dirinya dan produk-produknya yang ideal. Walaupun individu
memiliki berbasis routines, akan tetapi dia cenderung bertindak seolaholah routine yang ada “sekarang” inilah yang terpenting.” 10
Menurut model analisis ini, masalah utama yang dihadapi individu dalam
pelbagai hubungan sosialnya adalah mengontrol kesan-kesan yang diberikannya
pada orang lain. Pada akhirnya, individu berusaha mengontrol penampilannya,
keadaan fisiknya dimana mereka memainkan peran-perannya, serta perilaku
perannya yang aktual dan gerak-isyarat yang menyertainya.11
Dalam penelitian ini mengenai proses interaksi yang pokok, yaitu interaksi
sosial yang bersifat asosiatif dan yang bersifat disosiatif. Adapun yang bersifat
asosiatif yang mengarah pada tujuan yang sama dan mempengaruhi orientasi
terebut, seperti kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Dan “... kerja sama mungkin
akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakantindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau
institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau
segolongan orang ....”12 Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh
Charles H. Cooley sebagai berikut.13
“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian ter-hadap
diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran
akan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja
sama yang berguna”.
10
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Penerjemah Yasogama, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 233.
11
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern. Diindonesiakan oleh: Robert M. Z.
Lawang, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 1986 ), h. 42
12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 66.
13
Ibid., h. 176.
11
Dengan kerja sama di dalam dua organisasi atau kelompok, menciptakan
hasil dari kesepakan antara dua belah pihak yang sedang mengalami permasalahan
pada saat itu. Dalam hal ini bisa disebut dengan koalisi, apabila sudah terjadi
kesepakan dan nantinya akan timbul kesalah-pahaman atau pertentangan di
kemudian hari, dan harus bisa mengakomodasikan untuk mencapai kestabilan
kembali yang diinginkan antara dua belah pihak. Adapun “... akomodasi itu
sendiri untuk menunjukan pada suatu keadaan yang berarti adanya keseimbangan
dan menunjukan pada suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan mencapai
kestabilan ....”14
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.15
Sedangkan yang bersifat disosiatif yang mengarah pada terjadinya
pertentangan, di dalamnya membahas tentang persaingan, kontravensi dan pertentangan atau konflik. Adapun “... proses-proses disosiatif sering disebut sebagai
oppositional processes, yang persis dengan kerja sama, dapat ditemukan pada
setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
sistem sosial masyarakat bersangkutan ....”16
Oleh sebab itu, persaingan mempunyai dua tipe umum, yang pertama
bersifat pribadi ialah orang perorangan atau individu secara langsung bersaing
untuk, misalnya memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi dan
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 68
Ibid., h. 73.
16
Ibid., h. 81.
15
12
tipe ini juga dinamakan rivalry. Dan yang kedua tidak bersifat pribadi, yang
langsung bersaing adalah kelompok.17 Persaingan misalnya dapat terjadi antara
dua organisasi besar yang bersaing untuk mendapatkan kedudukan dan peranan
(kekuasaan) di suatu lingkungan tertentu.
Untuk memahami individu yang berinteraksi ke individu yang lain seperti
contoh pada persaingan yang bersifat pribadi, seakan-akan memiliki rasa fungsi
yang disadari (manifest) dan fungsi yang tersembunyi atau tidak disadari (latent).
Seperti konsep yang diajukan oleh Robert K. Merton. Di samping itu, ada
permainan sandiwara dibalik itu semua menggunakan bahasa teater, “... Goffman
menganalisis pelbagai strategi yang digunakan individu dalam usahanya untuk
memperoleh kepercayaan sosial terhadap konsep-dirinya ....”18
Persaingan dan pertentangan atau konflik berada antara suatu bentuk
proses sosial yang merupakan hakikat daripada kontravensi. Adapun adanya
kontravensi ditandai oleh gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang
atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau
pun keraguan terhadap kepribadian seseorang dan berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran,
kepercayaan, doktrin.19 Respon seseorang terhadap rangsangan lingkungan akan
berbeda-beda tergantung pada kebutuhan tertentu atau dorongan yang penting
pada waktu itu, serta hakikat kegiatan yang sedang berlangsung di mana individu
terlibat.20
17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 83.
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern., h. 42.
19
Ibid., h. 88.
20
Ibid., h. 16.
18
13
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode
penelitian yang data-datanya dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode
penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan secara objektif
menganalisis data-data yang diperoleh, dan kemudian memakai studi kasus
dengan bentuk intrinsik “... yang menekankan pada pemahaman (verstehen)
yang mendalam terhadap kasus tunggal yang disebabkan kasus tersebut
menarik ...”.21
Unit analisis dalam penelitian ini ialah anggota serta pengurus dari
organisasi HMI dan PMII, karena mengetahui tentang informasi yang
diharapkan oleh peneliti dan jika sudah terjadi pengulangan maka pemilihan
berakhir. Perlu diketahui, bahwasanya pengurus sudah pasti anggota dari
organisasi tersebut. Maka proses wawancara, tidak mudah dilakukan karena
memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, memilih Informan
merupakan orang yang memiliki jabatan struktural pada organisasi HMI dan
PMII.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anggota serta pengurus organisasi ekstra
kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu HMI dan PMII. Pemilihan
informan utama diambil dengan teknik purposive sampling, “ ... yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
21
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Yogyakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 58.
14
pengambilan sampelnya ...”.22 Maksud dari pertimbangan ini ialah orangorang yang berkompeten dalam bidangnya dan tidak sembarangan untuk
memilih informan dalam pengambilan informasi yang akan didapati. Adapun
subjeknya masing-masing berjumlah 10 orang dari setiap jumlah pengurus
(anggota) yang ada di dalam organisasi HMI dan PMII. adapun HMI, yaitu
Keluarga Alumni HMI (KAHMI) 2 orang, sedangkan dari pengurus HMI
berupa ketua umum cabang Ciputat, sekretaris umum, ketua bidang dan
wasekum pembinaan anggota, 4 orang dari Dept. pengembangan anggota.
Sedangkan
pengurus
dari
PMII,
yaitu
Majelis
Pembinaan
Cabang
(MABINCAB) 2 orang, ketua umum cabang ciputat, sekertaris umum, ketua
bidang I, 2 orang dari Dept. kaderisasi, dan 3 orang dari Dept. antar lembaga.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan untuk melihat indikator penelitian
tersebut, dibagi menjadi dua jenis data, yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara
dan pengamatan langsung pada pengurus dan anggota dari setiap
organisasi HMI dan organisasi PMII, yang mencakup interaksi sosial.
Diantaranya adalah kerja sama, akomodasi, asimilasi, persaingan mendapatkan kedudukan atau kekuasaan, kontravensi yang melakukan
provokosi dan pertentangan atau konflik.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian kepustakaan yakni
sebagai pendukung data primer, seperti buku-buku, artikel, majalah
dan sumber lainnya.
22
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 96.
15
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, saya melakukan teknikteknik sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara tak terstruktur. Digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi
tunggal. Hal ini, memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta
mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan mengenai
interaksi sosial antara anggota organisasi ekstra kampus. 23 Adapun alat
untuk melakukan wawancara menggunakan handpone.
b. Tahap Observasi (pengamatan)
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena
yang dilakukan secara sistematis.24 Dalam penelitian ini menggunakan
observasi langsung yang bersifat partisipatif ataupun non partisipatif
yaitu pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan yang
menjadi sasaran penelitian dari organisasi HMI dan PMII. Dan
berguna untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang telah terjadi di
dalam fenomena, foto, sikap dan perlaku keseharian yang berkaitan
dengan interaksi sosial. Dan waktu penelitian ini dimulai pada bulan
Februari 2011, adapun tempat penelitian pada organisasi HMI dan
PMII Cabang Ciputat.
23
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda, 2006), h. 191.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 101.
16
5. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Dalam menganalisa data, penulis menguraikan model analisis
Huberman dan Miles yang disebutkan sebagai model interaktif. Adapun
bentuk dari model interaktif, yaitu:
a. Tahap pengumpulan data ini merupakan kegiatan yang pertama dalam
proses analisis data interaktif berupa kata-kata, fenomena, foto, sikap
dan perilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara
dan observasi mereka dengan menggunakan metode kualitatif.
b. Tahap reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data ini
berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian
berlangsung.
c. Tahap penyajian data sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
d. Tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan yang dimaknai sebagai
penarikan arti data yang telah ditampilkan. 25
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini agar dapat dipahami dengan mudah, maka
penulis membahasnya kedalam lima bab adalah:
25
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 147151.
17
Bab kesatu membahas pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah, pernyataan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka
kerangka konseptual, gambaran umum, dan sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang landasan teori membahas tentang teori-teori
yang digunakan dalam pembuatan penelitian yaitu interaksi sosial dengan rincian
adalah pengertian interaksi, syarat-syarat terjadinya interaksi, dan bentuk-bentuk
interaksi. Begitu pula organisasi dengan rincian ialah pengertian organisasi, dasar
pembentukan organisasi, dan tujuan berorganisasi.
Bab ketiga membahas mengenai gambaran umum tentang organisasi
ekstra kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejarah organisasi HMI dan
sejarah organisasi PMII.
Bab keempat mengenai hasil penelitian tentang interaksi sosial antara
anggota organisasi ekstra kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, studi kasus
organisasi HMI dan PMII cabang Ciputat, yang membahas dan menganalisa
tentang seberapa jauh perbedaan pola interaksi antara anggota organisasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola interaksi.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dari penyusunan tugas akhir
ini serta beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Interaksi Sosial
Setiap orang mudah bergaul dengan orang lain melalui berbicara
(komunikasi), bersalaman, bercanda atau bahkan bermusuhan dan itu semua
merupakan tindakan yang dinamakan interaksi sosial. Maka hal tersebut
merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial tampak secara
jelas dalam berbagai cara pergaulan seseorang dengan orang lain.
Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan
manusia lainnya dan disitulah terjadi suatu “hubungan” untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud,
tujuan dan keinginannya. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal-balik.1 Dengan demikian,
hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan orang lain. Landasan dari
adanya hasrat tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Pengertian Interaksi Sosial
Pengertian tentang interaksi sosial sangat bermanfaat di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai permasalahan masyarakat. Seperti di
Indonesia, seseorang dapat membahas mengenai bentuk-bentuk interaksi
sosial yang berlangsung antara pelbagai suku, bahasa, agama, ras atau kultur
antara golongan yang lain. Dengan mengetahui dan memahami perihal
1
Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 138.
19
kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi interaksi
sosial tersebut, maka pengetahuan seseorang dapat pula disumbangkan pada
usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.2 Definisi
interaksi menurut Abu Ahmadi mengatakan bahwa dengan proses sosial dapat
mempengaruhi timbal balik antarindividu dan golongan di dalam usaha
mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan dalam usaha mereka
untuk mencapai tujuan mereka.3
Bagi Gillin dan Gillin, ini merupakan proses sosial yang terjadi terusmenerus antarsesama manusia sehingga terjadinya aktivitas-aktivitas sosial
dan ini merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial. Ungkapan Gillin dan
Gillin dalam bukunya (Cultural Sociology), sebagaimana dikutip oleh
Soerjono Soekanto.
“Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga
dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari
proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia.”4
Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh individu di tengah
masyarakat untuk menciptakan suatu kegiatan yang bisa bersatu dengan
individu lainnya dan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan bersama merupakan tindakan yang sesuai dengan norma dan nilai
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 66-67.
Yuwono Dwi Putranto, “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Interaksi Sosial Dalam Keluarga
dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X SMAN 1 Pati Tahun Ajaran 2009/2010,” artikel
diakses pada 11 November 2011 dari http://zidaburika.wordpress.com/2007/07/28/interaksisosial/
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 55.
3
20
yang berlaku di masyarakat secara umumnya. Maka hal itu bisa memungkinkan untuk terjadinya aktivitas-aktivitas di dalam masyarakat dan itu
merupakan proses terbentuknya interaksi sosial, seperti gotong-royong
membersihkan lingkungan sekitarnya dan membantu sesama yang tidak
mampu. Manusia bisa hidup bermasyarakat, dan akan saling berhubungan
serta saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Salah seoarang ahli sosiologi yaitu Erving Goffman menyumbangkan
sebuah pemikirannya tentang interaksi sosial menggunakan prinsip dramaturgi
(dramaturgy), yang memakai bahasa dan khayalan teater. Dan ini adalah
sebuah pendapat yang diilhami oleh Sheakespeare, bahwa dunia merupakan
suatu pentas dan semua laki-laki dan perempuan merupakan pemain.5
2. Faktor-faktor dalam Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi di dasari beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor imitasi berupa meniru suatu tindakan orang lain yang berpikiran
positif dan negatif. Salah satu segi positifnya ialah imitasi yang dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku.
Namun, imitasi memungkinkan terjadinya hal yang negatif seperti
menirukan tindakan yang menyimpang.
b. Faktor sugesti berupa pengaruh batin atau emosional yang kuat dari
pihak lain, sehingga dapat terprovokasi ajakan pihak tersebut. Faktor
ini terjadi apabila seseorang memberi pandangan atau sikap dari
dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
5
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta; Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), h. 45.
21
c. Faktor identifikasi berupa kecendrungan atau keinginan seseorang
untuk berprilaku sama dengan orang lain yang menjadi idolanya. Perlu
diketahui proses ini dapat berlangsung secara tidak sadar dan
identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi.
d. Faktor simpati berupa rasa tertarik yang kuat pada pihak lain. Di dalam
faktor ini peranan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utamanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja
sama dengannya.6
3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya
proses timbal-balik yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan saling
mengerti tentang maksud serta tujuan masing-masing pihak. Menurut Roucek
dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok yang merupakan dasar
segala proses sosial. Dan menarik untuk dikutip.
“Seseorang mempengaruhi tingkah laku orang lain biasanya
melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme
fisik, seperti dalam mengobrol, mendengar, melihat, melakukan
gerakan pada beberapa bagian badan dan lain-lain atau secara tidak
langsung, melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jarak
jauh”. 7
Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, berupa adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi
(communication). Adapun penjelasan kedua syarat tersebut ialah:
6
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 57-58
Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 139-140.
22
a. Kontak Sosial (social contact)
Istilah kontak secara harfiah, kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Akan tetapi dalam pengertian sosiologis, dapat dikatakan
bahwa bersentuhan tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.8
Dalam kontak sosial dapat terjadi hubungan yang positif dan negatif,
adapun kontak sosial yang bersifat positif terjadi karena hubungan antara
kedua belah pihak yang saling pengertian dan menguntungkan dari
masing-masing pihak yang mengarah pada bentuk kerja sama. Sehingga,
hubungan dapat berlangsung lebih lama dan bahkan berulang-ulang.
Sedangkan kontak yang negatif sebaliknya terjadi karena hubungan antara
kedua belah pihak tidak pengertian atau merugikan salah satu pihak atau
pun keduanya, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau konflik. 9
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yang pertama
antara orang-perorangan. Proses ini terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu
proses di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari nilai-nilai dan
norma-norma di dalam masyarakat.10 Kedua ialah ntara orang-perorangan
dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila
seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan
norma-norma masyarakat. Dan yang ketiga antara suatu kelompok
manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya, dua partai
8
Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 140.
Ibid.
10
M. J. Herskovits membedakan socialization dengan enculturation. Socialization adalah suatu
proses di mana seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam keluarganya,
sedangkan enculturation difahamkannya sebagai suatu proses di mana orang, secara sadar maupun
tidak sadar mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar), h. 59.
9
23
politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang
ketiga di dalam pemilihan umum.
Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata
tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan
tersebut.11 Dan adapun “... suatu kontak dapat pula bersifat primer atau
sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan
langsung bertemu dan berhadapan muka ...”12, sedangkan kontak sekunder
terjadi apabila yang mengadakan hubungan dengan yang lain melalui
perantara (pihak ketiga) atau tidak langsung. “... Hubungan-hubungan
yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat, misalnya
telepon, radio dan seterusnya ....”13
b. Komunikasi (communication)
Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain. Tafsiran tersebut dapat terwujud melalui
pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap perasaan-perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.14 Menarik untuk dikutip, yang dikemukakan oleh Hall dan Hall bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal
communication) atau bahasa tubuh (body language):
“yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan
merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia,
kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan
perasaan kita kepada orang lain”.15
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 71-72.
Ibid., h. 73.
13
Ibid.
14
Yusron Rozak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar., h. 59.
15
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi., h. 41.
12
24
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap dan perasaan suatu
kelompok manusia atau orang-perorangan dapat diketahui oleh kelompok
atau orang lain. Hal itu, merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa
yang akan dilakukannya dan kontak dapat terjadi tanpa komunikasi.16
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
a. Proses Asosiatif (Association Processes), yang mendukung seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Adapun proses ini
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Kerja sama (Cooperation)
Para sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan
bentuk interaksi sosial yang pokok dan menganggap bahwa kerja
samalah yang merupakan proses utama. Memahami kerja sama untuk
menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas
segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja
sama.17 Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh
Charles H. Cooley di dalam bukunya Sociological Theory and Social
Research. Yang dikutip oleh Soerjono Soekanto:
“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan
pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.”18
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 61.
Ibid., h. 65.
18
Ibid., h. 66.
17
25
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk
kerja sama, yaitu: kerukunan bersifat gotong-royong dan tolongmenolong, bargaining yang merupakan perjanjian mengenai tindakan
timbal-balik antara dua organisasi atau lebih, ko-optasi yang merupakan proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi dan untuk menghindari
terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan,
koalisi yang merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan yang sama, dan Join-venture yang merupakan
kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pemboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan. 19
2) Akomodasi
Akomodasi menunjukkan pada dua arti yaitu yang menunjuk
pada suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menunjukkan suatu
keadaan, berarti ada suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma
dan nilai sosial dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi
yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai suatu kestabilan.20
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan fihak lawan, sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Dan tujuan akomodasi dapat
berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
19
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 81-82.
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada), h. 25.
26
a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan faham.
b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
atau secara temporer.
c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompokkelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktorfaktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai
pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalkan lewat perkawinan campuran atau asimilasi
dalam arti luas. 21
Hal ini dapat memberikan solusi atas sentimen yang akan
melahirkan pertentangan baru. Dengan demikian akomodasi bagi pihak
tertentu dirasakan menguntungkan, sebaliknya agak menekan bagi
pihak lain, karena campur tangannya kekuasaan tertentu dalam
masyarakat.22 Karena tujuan yang berbeda-beda seperti dikemukakan
di atas, adapun dua macam bentuk akomodasi yang dipakai oleh
peneliti, yaitu:
(1) Compromism adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi karena
pihak yang terkait saling mengurangi tuntutannya sehingga
tercapailah penyelesaian terhadap perselisihan yang mereka hadapi.
21
22
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 83.
Ibid., h. 84.
27
(2) Mediation pada dasarnya hampir sama dengan arbitration. Pada
mediation diundang pihak ketiga yang netral. Kedudukan pihak
ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang.23
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia
ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang
terdapat antara orang-perorangan atau kelompok manusia dan juga
meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan
proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.24 Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan
tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi
dalam organisasi, pikiran dan tindakan.25
Adapun proses asimilasi akan timbul bila ada kelompok
manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-perorangan sebagai
warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
waktu yang lama, sehingga kebudayaan dari kelompok manusia
tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
26
Apabila seseorang mengadakan asimilasi, seseorang tidak lagi
membedakan orang lain sebagai orang asing.
23
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 26.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h.
73.
25
Ibid., h. 74.
26
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 89.
24
28
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu
asimilasi berupa: toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang di
bidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya,
sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat,
persamaan dalam unsur kebudayaan, perkawinan campuran, dan
adanya musuh bersama dari luar. 27
b. Proses Disosiatif (oppositional process), yang merupakan oposisi. Karena
“... oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya
makanan, tempat tinggal, serta faktor lainnya telah melahirkan beberapa
bentuk kerja sama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga
sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence) ...”.28 Maka
proses disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1) Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang
kehidupan yang menjadi perhatian umum. Cara-cara yang biasanya
dilakukan dengan menarik perhatian publik atau membuat prasangka,
sehingga mempertajam prasangka tanpa melakukan kekerasan. Ada
beberapa tipe persaingan, yaitu: persaingan ekonomi, persaingan
kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras.29
27
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h.
75.
28
Ibid., h. 82.
29
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 29-30.
29
2) Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Kontravensi
ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidakpastian
mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka
yang
disembunyikan,
kebencian,
atau
keragu-raguan
terhadap
kepribadian seseorang.30 Adapun bentuk-bentuk kontravensi menurut
Leopold von Wiese dan Howard Becker yaitu perbuatan-perbuatan
seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, gangguan, perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana
pihak lain. Menyangkal pertanyaan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat-surat selebaran, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian kepada orang lain. Penghasutan yang menyebarkan
desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain. Mengumumkan rahasia
orang lain. Dan mengejutkan lawan atau mengganggu pihak lain. 31
3) Pertentangan (Pertikaian atau konflik)
Kelompok maupun pribadi menyadari adanya perbedaanperbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur
kebudayaan, pola-pola perilaku dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri
tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan atau pertikaian (conflict).32 Dan pada umumnya,
penyebab timbulnya pertentangan yaitu perbedaan antara individu,
30
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h.
87-88.
31
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada), h. 3031.
32
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 91.
30
perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial
yang melahirkan perbedaan sikap terhadap nilai-nilai yang ada.
33
Sedangkan bentuk-bentuk pertentangan yaitu: pertentangan pribadi,
pertentangan rasial, pertentangan antarkelas, pertentangan politik, dan
pertentangan internasional.34
B. Organisasi
Organisasi merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan kumpulan dari
bagian-bagian yang saling berhubungan di dalam sistem. Maksudnya bahwa
dalam organisasi yang memiliki devisi, departemen dan unit-unit lainnya yang
dipisah-pisah untuk menjalankan aktivitas yang berbeda dan khusus. Pada saat
yang sama, agar dapat memertahankan kesatuan di antara bagian-bagian yang
dideferensiasi dan keseluruhan bentuk yang lengkap, setiap sistem memiliki
proses integrasi timbal-balik. Dalam organisasi, integrasi ini dicapai melalui
perangkat seperti tingkat hierarki yang terkoordinasi, supervisi langsung dan
peraturan serta kebijakan.
Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi
oleh perspektif tertutup. Organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan
tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi
secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis yang
semula hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian
33
34
Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 33-34.
Ibid., h. 34-35.
31
berubah
menjadi
pendekatan
yang
menekankan
pentingnya
organisasi
memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.35
Pada umumnya, kita dapat mengatakan bahwa organisasi dibentuk
manusia untuk memenuhi aneka macam kebutuhannya, seperti kebutuhan
emosional, kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, kebutuhan ekonomi dan
kebutuhan politik.
1. Pengertian Organisasi
Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “Organon”, yang
berarti alat atau instrumen. Karena memang sebenarnya organisasi digunakan
oleh manusia untuk mencapai tujuan. Berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia dapat diselesaikan dengan ikut menjadi anggota organisasi. Karena
kebutuhan manusia itu sangat banyak dan beraneka ragam, sehingga pada
dasarnya manusia tidak dapat terlepas dari organisasi. Organisasi menjadi
sarana/alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh manusia. Ungkapan
Gibson dkk menarik untuk dikutip.
“Organisasi merupakan wadah yang memungkinkan
masyarakat mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai
individu-individu secara sendiri.” Melalui organisasi manusia akan
lebih mudah dalam pencapaian tujuan yang lebih besar. Sedangkan
Robbins berpendapat bahwa organisasi merupakan kesatuan sosial
yang dikoordinasikan dengan sadar, dengan sebuah batasan yang
relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terusmenerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.36
35
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif,
(Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 63-64.
36
Ibid., h. 54-55.
32
Organisasi sebagai sebuah sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan lingkungan di sekelilinginya. 37 Kebanyakan organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan mereka, melaksanakan kegiatan dengan jalan
bertukar informasi, menyerap sumber-sumber daya dan menyediakan barangbarang dan jasa (bagi kepentingan lingkungan).
Organisasi memiliki dua sifat, yaitu bersifat statis apabila organisasi
dipandang sebagai alat pencapaian tujuan, dan sebagai wadah/tempat
sekelompok orang yang bekerjasama. Suatu organisasi yang bersifat statis
juga mengandung maksud organisasi merupakan jaringan kerja yang bersifat
formal seperti dalam bagan struktur organisasi. Sedangkan yang bersifat
dinamis memandang organisasi merupakan suatu organ yang hidup, tumbuh
dan berkembang. Hal ini mengandung maksud bahwa meninjau organisasi
dari segi isinya.38
2. Dasar Pembentukan Organisasi
Manusia memiliki banyak kebutuhan yang dapat diklasifikasikan
menjadi kebutuhan fisik yang bersifat jasmani, kebutuhan yang bersifat rohani
atau psikologis dan kebutuhan yang bersifat sosial. Para ekonom sering
berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, sedangkan
ketersediaan alat pemuas yang berupa barang dan jasa itu terbatas.
Kebutuhan yang bersifat jasmani dan fisik berupa makan dan minum,
pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan primer
manusia. Sedangkan kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis berupa
kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, kasih sayang, perhatian, prestise,
37
38
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, 2th ed. (Jakarta: Kencana, 2007), h. 57.
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 55.
33
kehormatan dan rasa aman. Adapun kebutuhan yang bersifat sosial meliputi
kebutuhan untuk berserikat dan berkelompok, kebutuhan untuk bekerjasama,
kebutuhan untuk mendapatkan ketulusan persahabatan.
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terhitung banyak
tersebut manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia
membutuhkan orang lain atau pihak lain. Kebutuhan dengan pihak lain
terwujud dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.39
3. Tujuan Berorganisasi
Dalam pembahasan sebelumnya bahwa hampir semua manusia untuk
memenuhi kebutuhan perlu hidup berkelompok atau berorganisasi. Secara
lebih terperinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi menurut Wursanto,
yaitu kelompok dapat memberikan perlindungan sehingga seseorang memperoleh rasa aman, kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi
kesulitan, kelompok dapat memberikan prestige status sosial dan pengakuan,
kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat, serta kelompok dapat
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi
seseorang, dan kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat
psikologis dan kepuasan sosial.40
Di dalam organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, untuk
membangun dan menghasilkan sesuatu pencapaian yang lebih baik, yang
sesuai dengan keinginan secara bersama-sama. Oleh sebab itu, organisasi
perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai dengan
kemampuannya.
39
40
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 61.
Ibid., h. 62.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Organisasi Ekstra di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keberadaan mahasiswa secara substantif, tak terlepas dari peran perubahan
yang dimiliki oleh setiap kampus. Fungsi utama perguruan tinggi adalah
memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dengan kata lain, perguruan tinggi
adalah pusat perkembangan peradaban (center of civilization). Karena itu, potensi
ini jika dikelola dengan baik dan terorganisir, maka kampus bisa dijadikan pusat
pergerakan (center of movement).1
Pasang surut perkembangan kampus di tanah air juga tak terlepas dari
perkembangan politik dan ekonomi Indonesia. Selama Orde Baru, perguruan
tinggi menjadi bagian integral dari kekuasaan Soeharto. Tepatnya tahun 1974
lewat SK menteri P dan K No 028/U/1974 tentang NKK (Normalisasi Kehidupan
Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Isi keputusan ini sangat
membelenggu langkah pergerakan mahasiswa yang sejatinya harus senantiasa
bergerak, merambah, serta mengembangkan nalar intelektualitasnya. Dengan
NKK-BKK semua kegiatan mahasiswa kala itu harus seluruhnya melalui
persetujuan pihak pimpinan kampus, yang notabenenya mereka adalah antekantek penguasa.2
Ini tentu saja bertentangan dengan idealnya mahasiswa yang selalu
menempatkan dirinya menjadi oposisi kritis pada pemerintahan yang sedang
1
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi,
(Penerbit: Visi Indonesia, Jakarta, 2011), h. 8.
2
Ibid,.
35
berkuasa. Dampak yang paling terlihat adalah mahasiswa kehilangan ruang
politiknya yang bebas dan kreatif. Kemudian juga berimbas pada pemisahan
organ ekstra dan intra kampus.3
Peristiwa Reformasi Mei 1998 turut andil dalam pembentukan sistem
demokrasi di kampus UIN Syarif Hidayatullah yang sebelumnnya menganut
sistem Senat Mahasiswa. sistem pengganti senat itu disebut sistem Student
Government (SG) atau pemerintahan mahasiswa. Periode-periode awal sistem SG
yang dimanifestasikan ke dalam Pemilihan Umum Raya Kampus (PEMIRA)
sebagai representasi sistem Student Government yang berdaulat, mahasiswa
mempunyai kedaulatan politiknya di kampus.4
Bagi aktivis mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sistem SG adalah keniscayaan sejarah karena tumbangnya rezim orde baru yang
melahirkan reformasi adalah bagian dari perjuangan mahasiwa dalam mengawal
perubahan. “Siapapun yang ingin membubarkan sistem ini (SG) kita siap
mempertahankannya sampai titik darah penghabisan”, begitulah salah satu
pernyataan salah satu mahasiswa dalam forum debat capres yang dihadiri ratusan
mahasiswa UIN Jakarta. Adapun budaya politik yang dibangun berdasarkan
sentimen ideologis.5
3
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 8.
Renal Rinoza Kasturi & Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Pemira UIN Syarif Hidayatullah”,
Ciputat, Tangerang Selatan, 31 Mei 2010, h. 1.
5
Ibid., h. 2.
4
36
B. Profil Sejarah HMI
1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI
“Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah
hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah
yang punya andil terbanyak pada mulabuka lahirnya HMI kalau tidak
boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7
Th. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, h. 32).6
Dengan ungkapan ini, jelaslah hubungan Lafran Pane dengan HMI
tidak bisa dipisahkan. Latar belakang pemikiran Lafran Pane untuk
mendirikan HMI, adalah identik dengan latar belakang munculnya pemikiran
HMI. Dengan demikian, untuk memahami pemikiran Lafran Pane, akan
senantiasa terdapat proses komunikasi dan ekspresi dengan lingkungannya,
yaitu negara Indonesia. Yang berpendudukan mayoritas beragama Islam,
dengan segala realitas dan totalitasnya. Pemikiran Lafran tidak bisa dipahami
tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang
melingkupinya.7 Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya
pemikiran HMI adalah:8
a. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan.
b. Kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahaman dan penghayatan serta pengalaman ajaran Islam.
c. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan.
d. Munculnya polarisasi politik.
e. Perkembangan paham dan ajaran komunitas.
f. Kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.
6
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (Palembang: Hasil
Kongres HMI XXVI, 2008), h. 1.
7
Ibid., h. 1-2.
8
Ibid., h. 2.
37
g. Kemajemukan bangsa Indonesia.
h. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.
Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan perkembangan
yang mengikutinya, tampilah Lafran Pane. Ia seorang mahasiswa, sejak
menjadi mahasiswa aktif dalam mengamati dan memikirkan secara seksama
perkembangan sosial, politik dan budaya di tanah air. Idealisme ini diangkat
menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung
konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.9
Setelah berulang kali mencoba mengadakan pembicaraan yang selalu
gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa.
Akhirnya, pada tanggal 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan
berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14
orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein
(Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal
(cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali
(Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang),
Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha
Mashudi
(Malang),
Bidron
Hadi
(Kauman-Yogyakarta),
Zulkarnaen
(Bengkulu), dan Mansyur.10
2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan HMI
Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama
yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan
9
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 2-3.
Ibid., h. 3.
10
38
sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban
mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Kehidupan yang sesuai dengan
fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara
pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain
sebagai motivasi dan inspirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan
pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.11
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap
usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan
teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar
pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas di mana ia berada. Dalam
totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang
menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI
berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader
dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.12
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa
bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki
keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan
ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum
intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang
paling mendasar. Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya
sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI,13 yaitu : terbinanya
insan
akademis,
pencipta,
pengabdi
11
yang
bernafaskan
Islam
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132.
Ibid., h. 131.
13
Ibid., h. 131-132.
12
39
dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi
Allah SWT.
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah
organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI
secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide,
bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggotaanggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar
dan efektif.14
3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP)
Secara garis besar dalam haluan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP)
dari HMI,15 sebagai berikut :
a. Hidup yang benar di mulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan.
Tuhan Yang Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya, yaitu taqwa.
b. Iman dan taqwa dipelihara serta diperkuat dengan melakukan ibadah
atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar
tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang teguh kepada
kebenaran, sebagaimana yang dikehendaki oleh hati nurani yang hanief.
c. Kerja kemanusiaan atau amal sholeh mengambil bentuknya yang utama
dalam usaha yang sungguh-sungguh secara essesial menyangkut
kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang
maupun waktu.
14
15
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132.
Ibid., h. 193-197.
40
d. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan
melahirkan “jihad”, yaitu sikap hidup berjuang. Berjuang itu dilakukan
dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong-royong atas
dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan.
e. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu :
“beriman, berilmu dan beramal”.
C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat
HMI cabang Ciputat berdiri pada tahun 1960, bermula dari sebuah
komisariat yang diketuai oleh Abu Bakar, dan kemudian pada tahun berikutnya
1961, dijadikan sebuah cabang.16 Menghadirkan cabang Ciputat dalam sejarah
HMI tentu saja merupakan sebuah kewajaran belaka, mengingat masing-masing
cabang memiliki sejarah dan karakteristiknya yang tidak saja berbeda, unik,
namun tentu saja memiliki kekhasannya masing-masing. Kebutuhan mengetahui
sejarah HMI cabang Ciputat, yang jelas tidak didasarkan atas sikap arogansi yang
cenderung hanya membanggakan kejayaan masa lalu.17
Seperti diungkapkan Wahyudi Nafis, menghadirkan tulisan semacam ini
setidaknya didasari tiga gagasan. Pertama, kalau memang HMI cabang Ciputat
dikatakan oleh sebagian alumni-alumninya pernah memiliki kejayaan, dengan
berbagai data dan fakta, maka mungkin saja hal semacam ini bisa menjadi
stimulus bagi para kader di hari ini. Kedua, seandainya statemen “HMI cabang
Ciputat pernah memiliki kejayaan” sementara diterima, maka kita bisa menelaah
strategi dan perangkat apa saja yang membuat para kader di masa itu berhasil.
16
17
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 27.
Ibid., h. 25.
41
Ketiga, kita kembali mempertanyakan, apakah benar para kader HMI di masa
tertentu di Ciputat pernah mengalami keberhasilan.18
Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa HMI cabang Ciputat saat ini
masih sangat dihormati di cabang-cabang lain di seluruh Indonesia. salah satu
faktor utamanya adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang sangat
identik dengan Cak Nur (sapaan akrab Nurcholish Majid) yang notabene
merupakan kader Ciputat. Hal ini berdampak psikologis bagi kader-kader HMI
cabang Ciputat sampai saat ini, terbukti ketika kader dari Ciputat mengikuti
Latihan Kader II (Intermediate Training) di luar Ciputat, sehingga kita mungkin
akan heran bahwa kader-kader HMI cabang lain akan banyak bertanya tentang
Ciputat dengan wajah antusias dan kekaguman. Hal ini karena track-record
intelektual HMI cabang Ciputat yang masih terimajinasikan dengan baik
ketokohan dan banyaknya buku-buku karya alumni-alumni Ciputat.19
Dan dari mahasiswa yang bergabung di dalam organisasi HMI cabang
Ciputat adalah mayoritas berlatar belakang lulusan SMA dan SMK/STM. Karena
memiliki tingkat intelektualitas keIndonesian kekinian (pelajaran umum) dari
pada lulusan dari pondok pesantren dan MAN yang notabenenya belajar kitabkitab dan berbahasa Arab, dan sedikit sekali mempelajari pelajaran umum. Akan
tetapi, dari lulusan pondok pesantren dan MAN tersebut ingin meningkatkan
intelektualitas agar lebih mendalami ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Maka,
mereka memilih bergabung di dalam organisasi tersebut. Adapun terlihat dari
tabel asal sekolah anggota organisasi HMI dan data anggota dari masing-masing
fakultas, sebagai berikut:
18
19
Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 25-26.
Ibid.,h. 26-27.
42
Tabel. 1
Asal sekolah anggota HMI cabang ciputat angkatan 2005-2011
Asal Sekolah
Pondok Pesantren
MAN
SMA/SMK/STM
Jumlah
Jenis Kelamin
L
P
827
517
916
601
1673
1323
3416
2441
Orang (@)
Persen (%)
1344
1517
2996
5857
23%
26%
51%
100%
Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Tabel. 2
Anggota HMI cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Fakultas
Fakultas Ekonomi
Fakultas Sains dan Teknologi
Fakultas Dakwah
Fakultas Ushuluddin
Fakultas Adab dan Humainora
Fakutas Syariah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Fakultas Dirasat Islamiyah
Fakultas Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Kedokteran
Jumlah
Orang (@)
498
467
857
329
414
546
1197
282
537
476
254
5857
Persen (%)
8.5%
8.0%
14.6%
5.6%
7.1%
9.3%
20.4%
4.8%
9.1%
8.2%
4.4%
100%
Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Dan melihat data base dari masing-masing fakultas dari anggota organisasi
HMI di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lebih dominan atau paling
banyak kader/anggota HMI tersebut ialah di fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Fakultas Dawah, Fakultas Syariah, dan Fakultas Psikologi. Maka, yang
lebih dominan menjadi salah satu basis dari kekuatan organisasi HMI tersebut.
Sedangkan yang minoritas, akan meningkatkan kemampuan untuk mencari atau
mengkrekrut kader/anggota dari organisasi tersebut untuk menjadi kekuatan di
fakultas serta jurusannya.
43
D. Profil Sejarah PMII
1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII
PMII dan NU merupakan dua organisasi yang mempunyai hubungan
romantika historis yang spesial. Kita bisa katakan, NU adalah ibunya PMII,
karena dialah yang melahirkan organisasi kemahasiswaan ini 50 tahun silam.
Karena adanya “hubungan darah”, kedua organisasi ini pun punya beberapa
kemiripan. Misalnya, secara demografis, basis massa keduanya mayoritas
berasal dari masyarakat desa atau kalangan pesantren. Karakter ini membawa
implikasi pada prilaku komunal dan tradisionalis yang melekat pada warga
NU dan kader PMII. Pada awalnya, kelekatan tradisionalisme dan budaya
dalam kultur NU diyakini oleh sebagian masyarakat, tetapi belakangan ini,
sesuatu yang berkaitan dengan dialektika dan akulturasi dengan budaya (lokal)
mendapat apresiasi banyak kalangan.20
Nuansa demografis ini ternyata mempengaruhi konstruksi konsep
teologis. Kesadaran untuk bekerja sama, gotong-royong dan penghormatan
terhadap perbedaan menjadi tipikal keagamaan yang berkembang di kultur
masyarakat agraris di pedesaan. Hal ini juga berbanding lurus dengan
penghargaan atas tradisi lokal masyarakat pinggiran yang menjunjung tinggi
realitas multikultural dan keseimbangan gerak ibadah ritual dan amal sholeh.21
Berangkat dari logika hubungan darah, PMII pun menyetarakan
landasan teologisnya pada Islam ala ahlussunnah wal jamaah (aswaja), yang
kini berkembang menjadi manhaj al-fikr (metodologi berfikir). Romantika
NU-PMII ini pun terus berproses dari periode ke periode. Dalam periode awal
20
21
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1.
Ibid.
44
sekitar tahun 60-an, PMII memang banyak terlibat dalam percaturan politik
sehingga
pemikiran-pemikiran
tentang
kebangsaan
lebih
menonjol.22
Keterlibatan PMII dalam politik praktis ini berakhir ketika mendeklarasikan
sebagai organisasi independen (keluar dari struktur NU) pada tahun 1972,
yang dikenal dengan Deklarasi Murnajati. Keputusan ini diambil karena
kondisi perpolitikan sudah tidak tepat lagi sebagai wahana kekiprahan PMII di
masa depan. Kreativitas dan progresifitas pilihan ini membuktikan pola
pemikiran yang ingin di tanamkan PMII harus dinamis, dialogis, kritis dan
open minded.23
Independensi PMII ini justru memberikan keleluasan ruang gerak
untuk bersikap kritis. Ketika Orde Lama beralih ke Orde Baru dengan
kekuatan Golongan Karya sebagai lembaga kekuasaanya, PMII tampil
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Orde Baru. Kekuasaan
pemerintahan Orde Baru telah memancangkan jerat-jerat hegemoninya dengan
mengendalikan semua kekuatan masyarakat.24
2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII
Kehadiran organisasi tentu memiliki tujuan yang sering diidentikkan
dengan gerakan. Transformasi dalam struktur masyarakat perlu didukung dan
dikawal oleh gerakan semacam ini. PMII sebagai organsiasi gerakan
mahasiswa yang merupakan bagian dari struktur masyarakat menengah, harus
memiliki orientasi yang jelas dan konsep yang matang terhadap proses
transformasi yang diinginkan oleh mahasiswa.25
22
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1.
Ibid., h. 2.
24
Ibid.
25
Ibid., h. 35.
23
45
PMII sebagai gerakan kaum santri, yang berpotensi untuk keterbukaan
dengan dunia baru yang disebut dengan “pembangunan peradaban” sudah
dimiliki sejak dini. Sebut saja konsep-konsep keIslaman, seperti bertaqwa,
tawakal, ikhlas, muthi’ilallah, dan seterusnya merupakan konsepsi kehidupan
para santri yang sudah ditempa sejak mereka di pondok pesantren. Disinilah
fungsi PMII untuk menjemput sumberdaya natural yang dimiliki kaum santri
untuk dapat difasilitasi, diorganisasikan, dipetakan potensi “skill personal”
untuk didistribusikan sesuai peranannya di masyarakat.26
Sikap dasar kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, merupakan
ekspresi mental keIslaman mereka dalam memposisikan nilai-nilai Islam tidak
terbatas teologi “urusan syurga dan neraka” saja. Akan tetapi para santri-lah
yang mampu meletakkan Islam sebagai shirat, thariq, ataupun syar’i. Karena
mengIslamkan diri adalah peleburan dalam perjalanan menuju pengetahuan
yang dinamis dan berkelanjutan. Hal ini, sama halnya dengan prinsip PMII
yang selalu mengedepankan konsep atau prinsip “kritis transformatif” dan anti
kemapanan.27
Di sinilah, peran keagamaan umat Islam, terutama kaum santri sebagai
hanya hamba Tuhan (abdullah) harus ditransfigurasikan menjadi wakil Tuhan
(khalifatullah). Transfigurasi yang dimaksud adalah transformasi peran
(figurasi) dari manusia yang punya kepentingan hanya untuk dirinya sendiri,
segala tentang kebaikan dan keselamatan diri, diubah menjadi pada orientasi
sosial kemasyarakatan, kemaslahatan umat dan kesejahteraan sesama manusia.
Inilah peran yang sering disebut dengan “khalifatullah”, bahwa Tuhan tidak
26
27
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 37.
Ibid., h. 37.
46
memilih-milih dalam memberikan anugerahnya yaitu sebuah semangat yang
ditiru dan dikembangkan dalam kehidupan organisasi ini.28
3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP)
Landasan dasar yang selama ini menjadi pendoman di organisasi PMII
dan diajarkan secara temurun pada kader baru masih bersifat deskripsi
normatif tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta,
interaksi antar sesama, dan interaksi dengan lingkungan.
E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat
PMII Ciputat dideklarasikan pada tanggal 9 September 1960. Di antara
para pendirinya adalah Zamroni (alm), Prof.Dr. Chotibul Umam, Drs. Nadjid
Mukhtar, MA. (alm), Drs. Muzakkir Djaelani, Drs. Zarkasih Noor, Imam Yamin,
Ari Amnan, Lamingi Lamtamdid (alm), Abdurrahman K, Zuhdi Anwar, H. Rusli,
Jamhari, dan Mahmudi (alm). Serangkaian pertemuan persiapan telah dilakukan
sebelumnya. Di antaranya adalah pertemuan tanggal 18-22 Juni 1960, yang
membahas pentingnya mendirikan PMII cabang Ciputat. Pemilihan Ciputat
sebagai nama cabang dari organisasi PMII, bukan komisariat IAIN, didasarkan
atas pertimbangan lokasi di mana kampus dan organisasi ini berada. Pembentukan
PMII ini sempat mengagetkan anggota organisasi lain, karena PMII lebih awal
berdiri kemudian menyusul HMI dan IMM Ciputat.29
Saat itu, mahasiswa yang belajar di IAIN (ADIA sebelumnya) umumnya
adalah mereka yang ditugaskan belajar dari daerahnya masing-masing.
28
Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 3738.
29
Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia
(Jakarta: CV. Soluma Kreasi, jil. 1, 2010), h. 1.
47
Kebanyakan dari mereka adalah guru di madrasah (PGA) atau pegawai
keagamaan. Latar belakang beragam, berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan
kecenderungan paham keagamaan yang plural. Sebagian mereka berasal dari
keluarga nahdliyin dan banyak yang aktif di kegiatan Ikatan Putra Nahdlatul
Ulama (IPNU).30
Sebelumnya PMII didirikan, para mahasiswa NU tergabung dalam
berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(IMANU) yang didirikan pada Desember 1955 di Jakarta dan Keluarga
Mahasiswa Nahdhatul Ulama yang didirikan di SurakaRta oleh Mustahal Ahmad.
Namun, secara resmi organisasi kemahasiswaan untuk kader-kader NU ditampung
di bawah IPNU. Di dalam struktur IPNU, ada badan atau lembaga yang khusus
menghimpun mahasiswa-mahasiswa NU. PMII secara resmi didirikan di Surabaya
pada 17 April 1960. Organisasi inilah yang kemudian menghimpun mahasiswamahasiswa dari kalangan nahdhiyin. Organisasi PMII berada di bawah struktur
PBNU, seperti organisasi IPNU dan Anshar. Faktor-faktor didirikannya PMII
adalah:31
1. Karut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 19501959.
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Tidak nyamannya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak
terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
30
Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia
(Jakarta: CV. Soluma Kreasi, jil. 1, 2010), h. 1.
31
Ibid., h. 1-2.
48
5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene
HMI adalah underbouwnya.
Setelah PMII didirikan, beberapa mahasiswa yang berlatar belakang IPNU
dan NU berkumpul dan sepakat untuk merencanakan pendirian PMII Ciputat.
Kemudian, mereka menyebarkan formulir anggota PMII secara door to door ke
mahasiswa yang tinggal di perumahan komplek. Sebelumnya, formulir anggota
HMI sudah lebih dulu beredar di kalangan mahasiswa. Para pendiri PMII
termasuk yang mendapat formulir HMI, namun mereka menolak dan justru
menyebar kembali formulir yang berbeda, yaitu anggota PMII.32
Alasan utama pendirian PMII adalah mengumpulkan mahasiswamahasiswa dari kaum nahdhiyin dan mempertahankan tradisi keagamaan
diwujudkan melalui kegiatan pembinaan anggota PMII ke dalam satu wadah
organisasi. Program pembinaan anggota dilakukan secara rutin melalui kegiatan
pertemuan mingguan dengan agenda utama pembacaan kitab barzanji dan tahlilan.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi seputar ilmu pengetahuan,
keorganisasian, dan wawasan lainnya.33
Cita-cita awal pendirian organisasi underbow NU ini bersifat idealis,
meskipun kemudian berkembang tujuan pragmatis. Tujuan idealis berkenaan
dengan penyebaran dan penguatan paham “ahlus sunnah wal jamaah” di
perguruan tinggi, terutama IAIN Jakarta. adapun tujuan pragmatis berkisar pada
keterlibatan orang-orang dalam pengelolaan IAIN Jakarta.34
32
Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia., h.
2.
33
34
Ibid., h. 3.
Ibid.
49
Dengan demikian, kebanyakan mahasiswa yang bergabung di PMII
cabang Ciputat ialah orang-orang yang berlatar belakang NU atau keluarga NU
dan juga orang-orang yang dahulunya pesantren. Maka, mahasiswa yang
mengikuti organisasi PMII (menjadi kader) di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah mahasiswa yang notabenenya dari NU dan asal sekolah atau
lulusan dari pondok pesantren. Adapun data tabel dari asal sekolah anggota
organisasi PMII cabang Ciputat dan data anggota di setiap masing-masing
fakultas, yaitu:
Tabel. 3
Asal sekolah anggota PMII cabang ciputat angkatan 2005-2011
Asal Sekolah
Pondok Pesantren
MAN
SMA/STM
Jumlah
Jenis Kelamin
L
P
1336
989
768
704
930
852
3034
2545
Orang (@)
Persen (%)
2325
1472
1782
5579
42%
26%
32%
100%
Sumber: Sekretariat PMII Cabang Ciputat
Tabel. 4
Anggota PMII cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Fakultas
Fakultas Ekonomi
Fakultas Sains dan Teknologi
Fakultas Dakwah
Fakultas Ushuluddin
Fakultas Adab dan Humainora
Fakutas Syariah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Fakultas Dirasat Islamiyah
Fakultas Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Kedokteran
Jumlah
Sumber: Sekretariat PMII Cabang Ciputat
50
Orang (@)
495
467
385
336
376
628
1276
215
697
498
206
5579
Persen (%)
8.9%
8.3%
7.0%
6.0%
6.7%
11.2%
22.9%
3.8%
12.5%
9.0%
3.7%
100%
Melihat data di atas merupakan pengkrekrutan anggota organisasi PMII
cabang Ciputat di masing-masing fakultas, menunjukan tingkat banyaknya
anggota PMII masih didominasi fakultas Tarbiyah dengan presentasi 22.9%
dikarenakan jumlah mahasiswa fakultas Tarbiyah UIN Jakarta sangat banyak
dibandingkan fakultas-fakultas lain tidak beda dengan organisasi HMI yang
memiliki anggotanya paling banyak dari fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dan
basis berikutnya dari PMII selain fakultas Tarbiyah ialah fakultas Psikologi
dengan presentasi 12.5% dan syariah 11.2%.
Oleh sebab itu, setiap masing-masing organisasi HMI dan organisasi PMII
berjuang untuk kepentingan kelompoknya dan mempertahankan eksistensi di
setiap fakultas, berbagai cara dilakukan untuk memenangkan kelompoknya dalam
mendapatkan kekuasaan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
51
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pola Interaksi antara Anggota Organisasi HMI dan Organisasi PMII
Mengamati tentang interaksi antara organisasi HMI dan PMII begitu
fenomenal, yang merupakan organisasi besar yang bermain di perpolitikan
kampus dan mencetak kader-kader yang berkualitas, salah satunya ialah kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berbagai sudut pandang mengenai ideologi,
tidak luput dengan kelompok atau organisasi ini yang menginginkan pengakuan
terhadap lingkungan setempat dan eksistensinya. Oleh sebab itu, berbedanya
ideologi membuat mereka bersaing untuk berkuasa di dalam kampus ini.
Organisasi besar ini mempunyai ciri khas tersendiri untuk berlomba-lomba
mencari mahasiswa baru atau mahasiswa lama yang belum bergabung di
dalamnya untuk generasi selanjutnya yang bisa meneruskan dan perjuangkan
organisasi tersebut.
Dari hasil penelitian yang peneliti dapati melalui wawancara dan observasi
di lapangan, begitu banyak pelajaran yang dapat memberikan inspirasi peneliti
dan mahasiswa untuk melihat sejauhmana keadaan dan budaya interaksi sosial
antara anggota kedua organisasi ini di dalam kampus. Apakah kedua organisasi ini
selalu bertikai!, ternyata ada moment-moment tertentu yang membuat mereka
bertengkar dan ada kalanya mereka bersatu demi kemaslahatan umat bersama.
Adapun yang dapat menyebabkan perbedaan antara anggota organisasi tersebut,
ialah:
52
1. Kerjasama
a. Tolong menolong
Manusia pada dasarnya memiliki sifat saling tolong menolong
antarsesama, yang mempunyai kesulitan atau terkena musibah. Di dalam
kedua organisasi ini sering sekali bekerjasama untuk membantu
masyarakat secara umum seperti memperjuangkan hak-hak masyarakat
terhadap pemerintah dan juga membantu masyarakat yang terkena
musibah seperti bencana alam. Dan bukan hanya isue-isue nasional saja
yang memungkinkan organisasi ini bersatu dan bekerjasama, kedua
organisasi ini pun sering mengadakan aksi pada kebijakan rektorat yang
merugikan mahasiswa dan juga sering mengadakan kegiatan mahasiswa di
dalam kampus seperti diskusi, seminar dan bahkan pembentukan panitia
PROPESA yang sekarang ini bernama OAK (Orientasi Akademik dan
Kebangsaan), itupun karena tujuan dan kepentingan yang sama. Seperti
yang disampaikan salah satu informan dari KAHMI (Keluarga Alumni
HMI), “... Selama memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, kami bisa
bergabung dengan organisasi lain selama itu baik ...”.1
Walaupun fakta yang terjadi sesuai dengan kenyataan, secara tidak
langsung kedua organisasi ini lebih mementingkan hak-hak untuk
kemaslatan umat bersama, bukan untuk kepentingan kelompok sendiri.
Dan tidak selamanya kedua organisasi ini selalu bermusuhan, karena
adanya moment dan situasi yang membuat kedua organisasi ini bersatu.
1
Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.
53
Seperti yang dijelaskan oleh informan Mabincab (Majelis Pembina
Cabang) yang merupakan organisasi PMII:
“Kita sering berkejolak dengan organisasi HMI dan
organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya bermusuhan.
Tergantung moment dan situasi. Dan apabila kami bersatu dengan
organisasi HMI dan organisasi lain, itu semua karena kepentingan
yang sama untuk membela hak-hak masyarakat.”2
b. Bargaining (Perjanjian antara dua organisasi atau lebih)
Dalam pembentukan kepanitiaan yang melibatkan kedua organisasi
HMI dan PMII ataupun organisasi lain, harus mengadakan suatu perjanjian
antara kedua belah-pihak untuk mengantisipasi yang tidak diinginkan oleh
kedua organisasi ini, pada saat menjalankan kegiatan atau acara tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Sekertaris Bidang I PMII Cabang Ciputat:
“Dalam pembentukan kepanitiaan, itupun harus ada
kesepakatan untuk kepentingan bersama dan membuat MOU
secara bersama-sama pula. Tidak selamanya kami bermusuhan
dengan HMI atau organisasi lain.”3
Akan tetapi tetap saja yang terjadi dilapangan atau penerapannya
jauh berbeda dengan harapan masing-masing organisasi ini. Biasanya
perjanjian itu terjadi pada saat PEMIRA (Pemilu Raya) kampus dan
kegiatan mahasiswa baru OAK yang melibatkan semua organisasi untuk
menjadi struktur kepanitiaan di dalamnya. Adapun yang diungkapkan oleh
Sekertaris Umum HMI Cabang Ciputat:
2
Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII Cabang Ciputat,
09 Juni 2011.
3
Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII
Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.
54
“Harus ada komitmen yang dibangun oleh masing-masing
organisasi. Di ranah politik pun kami mengadakan bukan istilahnya
perjanjian akan tetapi kesepakatan yang dibangun bersama-sama.”4
Walaupun pembentukannya melalui kesepakatan atau musyawarah
bersama, namun penerapannya ada saja yang tidak mengikuti aturan yang
telah dibuat secara bersama-sama. Adapun observasi mengenai kerjasama
antara anggota organisasi HMI dan PMII dalam OAK periode 2011 di
Badan Esekutif Mahasiswa FISIP, sangat terlihat sekali adanya perbedaan
itu, walaupun secara struktural Bem-F tidak memperdulikan perbedaan itu,
namun secara personal tetap saja beberapa panitia yang berbeda partai
masih enggan untuk bekerjasama.5 Dan untuk mensiasati kejadian itu
harus memiliki sikap profesional di dalam diri kepanitiaan. Seperti yang
diungkapkan
oleh
Ahmad
Abrori,
Pembantu
Dekan
bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di dalam Institut
News (lembaga pers mahasiswa), yaitu:
“Selain karena kewajiban dari pihak Rektorat, saya juga
merasa kebijakan ini menjadi ajang harmonisasi antar organisasi
atau partai. Bagi penyelenggara, yang penting kesolidan dan
apapun background organisasi atau partai yang dimilikinya, selama
menjadi panitia OAK harus mengerjakan apa yang harus
dikerjakan. Dalam kegiatan OAK ini, tidak perlu menonjolkan
background organisasi atau partai.”6
4
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
5
Pengamatan (observasi) di dalam OAK (Orientasi Akademik dan Kebangsaan), pada 10
September 2011.
6
April dan Ayu, “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut,
(September 2011) : h. 4.
55
c. Koalisi
Terjadinya koalisi antara organisasi atau partai sering terjadi pada
saat mendekati pemilu raya kampus (pemira). Setiap masing-masing
organisasi berjuang untuk kepentingan kelompoknya agar bisa berkuasa di
kampus yang besar ini dan mempertahankan eksistensi kelompok tersebut,
berbagai cara dilakukan untuk memenangkan kelompoknya.
Dan apabila salah satu dari organisasi besar seperti HMI dan PMII
diperkiraan suaranya kurang pada saat pemilihan, maka mereka mencari
solusi dan kemungkinan koalisi dapat dilakukan dengan organisasiorganisasi lain yang masanya sedikit atau suaranya minoritas, untuk
membantu organisasi besar di pemilihan nanti. Organisasi yang minoritas,
tidak semena-mena untuk menerima koalisi tersebut, asalkan mempunyai
tujuan dan cita-cita yang sama, maka koalisi itu bisa terjadi. Seperti
dituturkan oleh informan dari HMI
“Koalisi tidak bisa dipastikan, karena disisi lain melihat
situasi dan kondisi di dalam organisasi itu sendiri. Sehingga bisa
diperkiraan untuk nantinya berkuasa dikampus, dan apabila koalisi
itu terjadi maka ada keuntungan tersendiri antara yang berkoalisi
dan dikoalisikan.”7
Dan hal serupa pun juga terjadi pada organisasi PMII, seperti
dituturkan oleh informan:
“Koalisi itu terjadi pada saat organisasi besar mengalami
kesulitan untuk berkuasa dikampus, maka mereka akan mencari
organisasi yang ingin berkoalisi asalkan mempunyai kepentingan
yang sama.”8
7
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
8
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21
Juni 2011.
56
Karena kepentingan yang sama antara kedua organisasi yang
memungkinkan untuk bergabung atau berkoalisi, asalkan ada kesepakatan
yang di inginkan dari kedua belah-pihak supaya tidak adanya kecurangan
yang merugikan dari salah satu organisasi tersebut.
2. Akomodasi
a. Kompromi atau mencari solusi (compromise)
Di setiap organisasi pasti memiliki permasalahan antara individu
dengan individu di dalam organisasinya, bahkan antara individu dengan
organisasi lain, dan juga antara organisasi dengan organisasi lain. Oleh
sebab itu, permasalahan yang ada harus memiliki sifat transparansi serta
memiliki hati yang tenang dan kepala yang dingin sehingga sebuah
permasalahan dapat diselesaikan dengan kompromi atau mencari solusi
bersama-sama dan berusaha jangan sampai diselesaikan lewat adu fisik.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum PMII, “... sebuah permasalahan harus dirapatkan dan dimusyawarahkan, agar menghasilkan
solusi yang baik dan secara diplomasi ...”.9
Sebagai seorang mahasiwa harus memiliki intelektual yang tinggi
dan ketenangan berfikir dalam menyikapi problema yang ada. Kompromi
yang sehat, apabila terjadi sebuah permasalahan organisasi harus
dimusyawarahkan agar menghasilkan solusi yang baik dan mengedepankan kepentingan bersama. Seperti yang dituturkan salah seorang Keluarga
Alumni HMI (KAHMI):
9
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21
Juni 2011.
57
“Kompromi yang sehat ialah mengakomodir tiap-tiap
aspirasi yang ada dan tidak ada pemaksaan untuk mengedepankan
tujuan pribadi daripada kesepakatan bersama.”10
Suatu ketika peneliti pernah melihat terjadinya suatu kesenjangan
antara kedua anggota organisasi ini terhadap permasalahan kecil yang
berakibat menjadi besar, yaitu berupa memakirkan motor. Pada saat itu,
salah satu dari anggota organisasi A memakirkan motor di depan
basecamp organisasi B yang sedang mengadakan suatu perkumpulan.
Ketika itu salah satu anggota B tidak senang, karena tidak izin pada pihak
tersebut. Pada akhirnya terjadinya kesenjangan antara anggota tersebut dan
membawa nama organisasi yang berakibat ketua umum antara kedua
organisasi mereka mencari solusi (kompromi) untuk meredamkan
permaslahan yang ada. Dan apabila tidak menemui titik temu, maka
terjadilah mediasi.11
b. Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation)
Di dalam organisasi HMI memiliki problema atau konflik antar
organisasi PMII dan organisasi lainnya, begitu pula sebaliknya.
Bagaimana mereka menyikapinya problema itu dan mencari solusi selain
bermusyawarah, dan ternyata mereka memilih mediasi untuk menanggapi
permasalahan itu saat permasalahan begitu sulit untuk menemukan titik
temu dan tidak mau mengalah antara satu dan yang lainnya, maka mediasi
itu harus dilakukan. Seperti yang dituturkan oleh Ketua bidang Pembinaan
10
11
Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.
Pengamatan (observasi) di dalam permasalahan anggota kedua organisasi, pada 23 Maret 2011.
58
Anggota HMI, “... Karena mediasi itu untuk mencari titik temu yang bisa
diterima antara dua organisasi yang berkonflik itu ...”.12
Adapun yang berhak menjadi pihak ketiga atau mediasi dari
permasalahan atau konflik yang terjadi yaitu para senior dari masingmasing organisasi yang memiliki tingkat sosial yang tinggi terhadap
organisasi manapun. Dan juga dari ketua cabang dan pengurus masingmasing organisasi yang berupaya untuk menenangkan permasalahan atau
konflik tersebut. Seperti yang di ucapkan oleh Ketua Umum PMII:
“sebelumnya kami melihat lebih dahulu tingkat
permasalahan yang ada, apabila masalah itu berkelanjutan maka
yang perlu menjadi mediasi adalah ketua dan pengurus cabang
serta senior dari masing-masing organisasinya.”13
Adapun observasi mengenai mediasi antara kedua organisasi ini,
yaitu salah satu anggotanya pernah melakukan kesalahan kecil terhadap
organisasi itu dan menimbulkan permasalahan yang besar membawa nama
baik organisasinya. Pada akhirnya, melalui mediasi atau pihak ketiga yang
bersifat netral mengurai permasalahan kedua organisasi itu dan apabila
tidak bisa menemui solusi, maka dari masing-masing para senior
organisasinyalah yang menenangkan suasana. Seperti saat PEMIRA yang
selalui bertikai saat pengumuman hasil suara dalam pemilihan tersebut di
masing-masing fakultas dan permasalahan yang kecil antara kedua
organisasi di besar-besarkan.14
12
Wawancara dengan Eko Arisandi, Ketua bidang Pembinaan Anggota Periode 2010-2011 (HMI
Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.
13
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat),
21 Juni 2011.
14
Pengamatan (observasi) di dalam Pemilu Raya Kampus (PEMIRA), pada bulan Januari 2011.
59
3. Asimilasi (bergaul dengan kelompok lain)
Suasana bergaulnya mahasiswa di kampus UIN sama perihalnya
dengan kampus-kampus lainnya, mahasiswa harus pandai berbaur dan
bersosialisasi dengan mahasiswa yang lainnya agar bisa bertukar pikiran dan
mencari pengalaman dari masing-masing mahasiswa tersebut. Di lain itu juga,
mahasiswa tidak ada paksaan untuk membatasi pertemanan dalam
kehidupannya apalagi berbedanya organisasi.
Di dalam organisasi ekstra di kampus UIN pun tidak ada paksaan bagi
anggotanya untuk bergaul dengan orang lain maupun kelompok lain dan tidak
ada paksaan pula untuk masuk di dalam organisasi mana pun. Karena bagi
mereka bergaul sangat penting yang bisa mengubah kepribadiannya menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya, sehingga pengaruh pergaulan antara anggota
organisasi HMI dan PMII sangat besar dan tidak terlalu dipentingkan asalkan
anggotanya mengetahui etika di dalam organisasinya. Seperti yang dituturkan
oleh informan organisasi HMI:
“k’lo bergaul, kami tidak membatasi anggota organisasi kami
asalkan mengetahui batasan toleransi dan saya akui tingkat sosial saya
pula dipengaruhi oleh lingkungan disekitar saya”.15
Hal serupa pun terjadi di dalam organisasi PMII, seperti dituturkan
oleh informan:
“kami memberikan kebebasan anggota kami untuk
bersosialisasi dengan siapa saja dan kami tidak membatasi pergaulan
anggota kami. Karena disitulah anggota kami dapat bertukar pikiran
dengan organisasi lain dan bisa berbagai ilmu pengetahuan”.16
15
Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29
Juni 2011.
16
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat),
21 Juni 2011.
60
Adapun dari hasil observasi mengenai pergaulan antara anggota
organisasi HMI dan PMII, sering dijumpai saat berada di kantin, taman
kampus dan saat mengerjakan tugas kuliah. Mereka tidak menutup
kemungkinan untuk bergabung dan bercanda sesama teman kelas ataupun
dengan fakultas lain yang berbeda organisasi. Karena mereka lebih cenderung
dengan nongkrong dan ngobrol ngawur-ngidul, serta mengerjakan tugas
secara bersama-sama. Walaupun ada beberapa orang yang memisahkan diri
atau tidak ingin bergabung, biasanya orang itu akan bergabung dengan temanteman organisasinya yang memandang perbedaan itu, akan tetapi hanyalah
orang-orang yang aktif di dalam organisasinya.17
4. Persaingan
Peneliti harus melihat manusia pada dasarnya mempunyai keinginan
untuk pengakuan di lingkungan sekitarnya, dan pengakuan itu sendiri tidak
mudah untuk dilakukan, karena harus bersaing dengan orang lain yang
menginginkan pengakuannya juga.
Persaingan yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di
dalam kampus, karena adanya dorongan yang membuat mereka untuk
mempertahankan eksistensi organisasi. Apabila anggota tidak memiliki
keberanian dan pemikiran yang kritis untuk bersaing maka organisasi itu akan
ditindas oleh salah satu dari organisasi tersebut. Misalnya, persaingan dalam
mendapatkan kedudukan di Badan Esekutif Mahasiswa Jurusan, Fakultas dan
Universitas. Dalam setahun kepengurusan tersebut akan diadakan pergantian
17
Pengamatan (observasi) di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII.
61
yang diselenggarakan oleh pihak kampus dan KPU, oleh karenanya harus
sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bersama dan Rektor yang berlaku pada
Student Goverment (SG) atau Pemilihan Raya Kampus (PEMIRA) secara
demokrasi. Dan adapun ungkapan dari Pengembangan Anggota HMI, “...
Persaingan itu selalu ada, akan tetapi yang terpenting ialah mengedepankan
serta menjaga etos etika persaingan yang baik dan fair ...”18
Berbagai cara yang ditunjukkan oleh para calon dari anggota kedua
organisasi ini sangat kelihatan dan blag-blagkan (terbuka). Karena organisasi
besar selalu ingin mempertahankan dan menonjolkan eksistensinya dan saling
adu gengsi untuk mencapai kemenangan tertentu, seperti saat Pemilu Raya
Kampus (PEMIRA). Oleh sebab itu, mahasiswa yang mengikuti organisasi
meningkatkan kemampuannya serta mementingkan kuantitas bukan kualitas di
dalam organisasi tersebut. Dan ini pernyataan dari Departemen Kaderisasi
PMII, “... Persaingan dalam arti sehat tidak ada masalah, makanya disini
dituntut untuk lebih peka akan sadar politik dan mengerti demokrasi tentunya
...”19. Persaingan yang sehat, mahasiswa harus sadar atas komitmen yang
dibangun untuk mewujudkan kepentingan bersama dan menjaga nilai-nilai
yang berlaku di setiap organisasinya.
Di dalam observasi di lapangan yang ditemui dalam persaingan ini
ialah terlihat saat PEMIRA diselenggarakan, banyak hiasan dekoratif selama
kampanye berlangsung seperti spanduk-spanduk besar, baliho, poster, pamflet
yang memperlihatkan wajah-wajah kandidat tersebar di seluruh area kampus
18
Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat),
29 Juni 2011.
19
Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang
Ciputat), 21 Juni 2011.
62
dan bahkan sampai di luar kampus menjadi lahan kampanye. Sebuah seruan
terdengar di seluruh ruang hingga sudut kampus UIN Syarif Hidayatullah,
inilah sebuah realitas politik yang sangat mirip dengan sistem parlementer
Negara.20
5. Kontravensi
a. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain
Perbuatan penolakan dan perlawanan di dalam organisasi memang
sering terjadi. Karena setiap anggota organisasi mempunyai idealisme
yang cukup tinggi terhadap kelompok atau organisasinya, maka tidak bisa
dipungkiri lagi akan sebuah penolakan dan perlawanan itu terjadi antara
organisasi HMI dengan PMII, begitupun sebaliknya.
Dan apabila itu terjadi, karena salah satu dari organisasi ini merasa
dirugikan, seperti mencela salah satu dari anggota masing-masing
organisasi saat perbedaan pendapat di muka umum serta kepentingan yang
tidak sesuai dengan harapan dan tidak memiliki kode etik secara umum.
Contoh kasus kecil dari observasi yaitu dalam perkulihan pada saat
makalah kelompok dan salah satunya adalah orang HMI atau PMII
mempresentasikan kepada teman-teman kelasnya, pada saat itu juga ada
pandangan yang berbeda dari orang-orang organisasi HMI atau PMII yang
ingin menjatuhkan ataupun mengeksiskan dirinya dan organisasinya di
dalam kelasnya. 21 Adapun “... Kalau keluar dari konstitusional pasti ada
20
21
Pengamatan (observasi) di dalam Pemilu Raya Kampus (PEMIRA), pada bulan Januari 2011.
Pengamatan (observasi) di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII.
63
perlawanan, selama berada di garis konstitusional, maka akan berjalan
sesuai dengan harapan bersama-sama ....”22
Hal serupa juga terlihat pada organisasi PMII, seperti yang
dituturkan oleh informan:
“Kami melihat konteksnya dahulu, menyinggung dengan
organisasi lain atau tidak. Dan apabila organisasi kami di injakinjak atau dirugikan oleh organisasi lain, maka kami akan melawan
demi membela dan mempertahankan harga diri organisasi kami.
Tentunya organisasi lain juga seperti itu juga.”23
b. Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum
Perlu diketahui negara ini adalah negara yang menjunjung tinggi
demokrasi, siapa saja bebas untuk mengemukakan pendapat. Maka,
organisasi manapun harus memahami arti demokrasi itu sendiri. Dan
adapun menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum sering sekali
terjadi di dalam perkuliahan, seminar ataupun diskusi publik. Tidak heran
akan hal tersebut apabila kedua organisasi HMI dan PMII selalu berdebat
ataupun menyangkal antar anggotanya, karena mereka ingin menonjolkan
eksistensi individu dan organisasinya dari pada mempertahankan pertanyaan atau jawaban yang benar. Akan tetapi, mereka tidak mengabaikan
etika sosial dan norma yang berlaku seperti menghargai hak-hak orang lain
serta tidak mengganggu pertanyaan orang selagi itu baik. Adapun
pernyataan dari sekertaris umum HMI, yaitu:
“Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kita
punya hak dan orang lain pun juga punya hak. Maka, kita memakai
aturan main yang berlaku di muka umum, asalkan jangan
22
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 29 Juni 2011.
23
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat),
21 Juni 2011.
64
mengganggu pernyataan atau jawaban orang selagi itu baik dan
bisa diterima oleh orang.”24
Adapun kedua organisasi ini, mengharapkan anggota atau kadernya
berani untuk berbicara dan mengemukakan pendapat agar bisa “ ...melatih
mentalnya serta mengajak orang untuk berfikir akan permasalahan yang
dibicarakan ...”25. Dan apabila terjadi perdebatan yang begitu panjang dan
tidak ada yang mengalah, biasanya forum akan melakukan footing.
Sebagai mahasiswa harus menyikapi permasalahan itu dengan baik dan
bijak, jangan memakai ego untuk kelompoknya ataupun dirinya.
c. Melakukan Penghasutan (Provokasi)/Propaganda
Melakukan penghasutan atau provokasi kepada mahasiswa yang
tidak mengikuti atau tidak bergabung di dalam organisasi (netral), menjadi
salah satu daya tarik tersendiri bagi organisasi manapun dan berlombalomba untuk mendapatkan suara di dalam pemilihan nanti, saat menjelang
pemilu raya tiba. Setiap organisasi saling menjelek-jelekkan yang satu
dengan yang lainnya atau memprovokasi sesama calon yang diusung.
Memprovokasi sudah menjadi hal yang lumrah di dalam organisasi ekstra
kampus UIN ini. Walaupun di setiap organisasi HMI dan PMII tidak
membenarkan hal tersebut, seandainya ada maka “... itu oknum yang tidak
bertanggungjawab dan mengatasnamakan gengsi ...”,26 dan itu terjadi
24
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
25
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat),
21 Juni 2011.
26
Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.
65
karena sebuah proses dinamika perpolitikan. Seperti yang diungkapkan
oleh Sekertaris Umum HMI :
“K’lo provokasi untuk mengarah kekonflik, kami tidak
pernah. Dan k’lo momentum saat pemira bukan provokasi
namanya tapi agitasi propaganda, yang dilakukan sebagai upaya
pendewasaan ranah politik. Walaupun ada serangan-serangan akan
tetapi harus ada data-data yang valid, sehingga orang lain bisa
menerimanya. Saya pikir setiap organisasi melakukan itu semua”.27
Adapun observasi mengenai provokasi antara kedua anggota
organisasi ini, Biasanya dilakukan oleh para atau oknum dari masingmasing itu sendiri untuk melakukan provokasi. Seperti melalui SMS,
selebaran kertas, pamplet dan melalui obrolan (pergaulan). Dan yang
paling sering terjadi yaitu lewat sms, seperti yang dilontarkan oleh
Sekertaris Bidang I PMII :
“Sebelum kami memenangkan Bem-F. Kita melakukan
provokasi atau agitasi propaganda lewat sms sebelum pemira tiba
kepada teman-teman fakultas saya. Karena sewaktu Bem-F
dipegang oleh anak-anak HMI, duit propesa pada waktu itu dipakai
dengan tidak wajar”.28
Kedua organisasi ini seakan-akan bersifat tertutup apabila anggota
organisasinya pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain. Dan
keduanya juga saling melempar kesalahan seperti yang dipaparkan oleh
informan organisasi HMI, “... Kami tidak pernah melakukan provokasi itu,
tapi kami sering di provokasi oleh organ lain ...”.29
27
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
28
Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII
Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.
29
Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat),
29 Juni 2011.
66
Dan hal serupa dituturkan juga oleh informan organisasi PMII:
“Tidak dibenarkan melakukan provokasi di tubuh
organisasi kami dan organisasi lain. Justru salah satu dari kami
pernah terkena provokasi dari organisasi lain melalui sms”.30
Organisasi HMI dan PMII memang dikenal sebagai organisasi
yang selalu bersitegang saat PEMIRA, banyak SMS-SMS aneh yang
sering diterima oleh mahasiswa setelah lewat jam 12 malam dan masih
banyak SMS nyeleneh lainnya dari berbagai organisasi. Dan peneliti salah
satu korban provokasi itu, adapun contoh dari sebuah pesan singkat ini:
“Salam reformasi!! kawan-kawan mahasiswa tentunya
sudah tahu siapa yang layak menjadi pemimpin kampus kita ini.
Jangan sembarang pilih kawan-kawan!! Siapa itu Isbat? Kuliah
jarang masuk, baju ngga pernah rapi, ngga pernah ngerjain tugas.
Siapa itu Nafiz? Sama aja kuliah jarang masuk”.31
Sebegitu berharganya tahta kekuasaan politik hingga SMS seperti
ini seringkali diterima oleh mahasiswa, sebuah black campaign. Setelah
ditelusuri nama-nama yang ada dalam SMS, itu adalah Capres dan
Cawapres dari Partai Persatuan Mahasiswa (PPM) yaitu organisasi PMII.
Terlihat sedikit santai, PPM yang tahu tentang tersebarnya SMS gelap itu
ke beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan komunikasi membalas
dengan sebuah pesan singkat berisikan “... Untuk perubahan yang lebih
baik, hari Kamis pilih yang Jitu.. No.1 PPM ...”. Dan Partai Reformasi
Mahasiswa (Parma) yaitu HMI kembali membalasnya “... Jurnalistik satu
suara, demi kepentingan kita semua. Ayo..satukan suara, pilih Ncex
(BEMJ), Sabir (BEMF) dan Otoy (BEMU), kita melangkah maju
30
Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang
Ciputat), 22 Juni 2011.
31
Pengamatan (observasi) yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII.
67
bersama… dengan pemikiran-pemikiran bersama, setuju? Bales..!!
(bhotel), tolong sebarkan ke yang lain ya minimal 5 atau 10 mahasiswa
...”. Belum lagi kampanye melalui jejaring sosial facebook yang merajalela
di seluruh mahasiswa. Ini menunjukan sedang zamannya manusia addicted
dengan facebook dan memanfaatkannya sebagai alternatif yang sangat
berpengaruh sebagai media persuasif terhadap publik.32
6. Pertentangan atau Konflik
Pertentangan antar sesama organisasi kelak terjadi, apabila tidak sesuai
dengan keinginannya dan melakukan kecurangan-kecurangan yang merugikan
organisasi tersebut. Dilihat dari situ, ada kecenderungan mahasiswa dihadapkan dengan sebuah kepentingan yang berorientasi pada kepentingan suatu
golongan tertentu saja, karena di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta budaya politik yang dibangun berdasarkan sentimen ideologis yang
lebih mementingkan dan mempertahankan organisasinya.
Maka adanya pertentangan sangat memungkinkan terjadinya konflik
antar individu atau antar kelompok karena peran permainan politik yang
semakin kental. Apalagi, pada saat PEMIRA, organisasi ekstra bersiap-siap
untuk berkampanye dengan partainya sendiri-sendiri seperti HMI dengan
PARMAnya (Partai Reformasi Mahasiswa) dan PMII dengan PPMnya (Partai
Persatuan Mahasiswa). Dan mereka saling berselisih untuk mendapatkan siapa
yang berkuasa di kampus ini ataupun karena sentimen organisasi. Seperti yang
disampaikan oleh salah seorang informan dari PMII, “... PARMA (HMI) yang
32
Pengamatan (observasi) yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII.
68
paling sering berkonflik, pada saat PEMIRA dan moment yang terpenting.
Karena organisasi sama-sama besar serta mencari eksistensi ...”.33 Dan hal
serupa disampaikan juga oleh informan organisasi HMI, “... PPM (PMII)
berkonflik dengan kami, karena sentimen organisasi ...”.34
Dan adapun observasi dari pertentangan atau konflik yang terjadi
dalam organisasi HMI dengan PMII, pada saat penghitungan hasil suara dari
masing-masing Jurusan, Fakultas dan Universitas yang merupakan acara
tahunan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam pergantian
kepengurusan yang biasanya disebut dengan PEMIRA. Seperti yang sering
terjadi pertentangan atau konflik di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas
Tarbiyah. Dan itulah perbedaan interaksi sosial antara anggota organisasi HMI
dengan anggota organisasi PMII dan pernyataan dari masing-masing pengurus
organisasi.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Interaksi
Suatu proses interaksi yang mempengaruhi anggota organisasi HMI dan
PMII di dasari pada berbagai faktor, diantaranya ialah ideologi atau sudut
pandang, memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi, mengkrekrut kader,
dan memainkan peran dalam moment dan situasi. Adapun faktor-faktor tersebut,
secara rinciannya dapat bergerak sendiri-sendiri ataupun secara terpisah, yaitu:
33
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat),
21 Juni 2011.
34
Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29
Juni 2011.
69
1. Ideologi atau sudut pandang
Sebuah organisasi salah satunya membuat seseorang untuk
mempunyai peranan dan memahami nilai-nilai yang berlaku di tengahtengah masyarakat. Dan setiap organisasi mempunyai sudut pandang atau
ideologi yang berbeda-beda, terkadang menyimpang dari aturan yang tidak
bisa diterima oleh masyarakat. Organisasi HMI dan PMII mempunyai
sudut pandang yang berbeda, akan tetapi kedua organisasi ini bisa diterima
oleh masyarakat. Adapun HMI berideologikan modernis yang mengikuti
perkembangan zaman dari segi intelektual keIndonesiaan dan keIslaman.
Sedangkan PMII yang berideologikan ahlussunnah wal jamaah (aswaja)
yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan tidak lepas dari sejarah
Islam (pemikiran tradisional), seperti tahlilan dan bersholawat.
Perbedaan sudut pandang atau ideologi tersebut memungkinkan
adanya persaingan untuk mempertahankan dan mencari kader (anggota)
dalam memperjuangkan organisasinya, sehingga tarik menarik antara
anggota sering sekali terjadi di dalam kedua organisasi ini. Seperti yang
diungkapkan oleh Sekertaris Bidang I, informan dari PMII yaitu:
“k’lo seandainya seseorang sudah terikat dan mempunyai
rasa memiliki organisasi itu, maka orang/individu itu tidak
terpengaruh oleh organisasi lain. Akan tetapi, k’lo untuk membatasi adanya tarik-menarik kader itu sudah pasti terjadi di dalam
organisasi manapun”.35
Walaupun tarik-menarik di dalam kedua organisasi ini sering
terjadi, dikarenakan seseorang memiliki pemahaman atau pemikiran yang
sama dengan salah satu anggota kedua organisasi ini. Dan secara tidak
35
Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII
Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.
70
langsung mempengaruhi sudut pandang atau ideologi seseorang untuk
berubah dan bergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, di dalam pergaulan
individu anggota kedua organisasi tidak membatasi pergaulannya. Seperti
yang dijelaskan oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat:
“Pemikiran kami bersifat insklusif (terbuka) dengan siapa
pun, kapan pun, dan dimana pun dalam konteks hubungan dengan
orang lain atau pun organisasi lain, maka kami tidak membatasi.
Pemikiran tersebut diterapkan pada anggota kami, karena berfikir
dan karena bertindak”.36
Oleh karena itu, faktor ini yang peneliti jelaskan di atas merupakan
sebuah organisasi yang dimiliki anggota untuk menirukan suatu tindakan
pada sudut pandang atau ideologi dalam organisasi tersebut. Maka,
terjadinya suatu ketidakstabilan antara anggota kedua organisasi ini dalam
menyikapi suatu tindakan yang memungkinkan untuk berkonflik karena
ideologi.
2. Memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi
Faktor ini merupakan ajakan salah satu anggota organisasi untuk
mempengaruhi tindakan atau sikap seseorang, apabila organisasinya
merasa tertekan atau terdesak akan sebuah momentum untuk menunjukan
suatu eksistensi dan kepentingan kelompok. Misalnya, di dalam
momentum pemilihan umum yang setiap tahunnya pihak kampus
menyelenggarakan pergantian kepengurusan dari jurusan, fakultas, dan
bahkan universitas yang di sebut dengan sistem SG (Student Government).
Di situlah terjadinya persaingan antara anggota organisasi HMI dan PMII,
36
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
71
yang berlomba-lomba untuk memprovokasi (melakukan penghasutan)
seseorang/mahasiswa yang tidak bergabung di organisasi mana pun untuk
memilih calon yang di usung dari masing-masing kedua organisasi ini.
Dan “... organisasi mana pun pasti melakukan penghasutan terhadap
teman-teman yang netral ...”.37
Adapun memprovokasi seseorang dari kedua anggota organisasi
ini, sebenarnya di lakukan untuk melatar-belakangi kepentingan kelompok
agar mencapai suatu tujuan atau misi yang diinginkan yaitu sebuah
eksistensi. Akan tetapi memprovokasi harus mempunyai kejelasan atau
data-data yang nyata (riil), sehingga bisa diterima oleh pihak yang
bersangkutan dan bisa diterima oleh mahasiswa atau orang lain yang
merasakan kenyataan tersebut. maka, hal tersebut tidak mengarah
kekonflik melainkan hanya wacana yang terjadi. Seperti yang di paparkan
oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat:
“K’lo untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan
k’lo moment PEMIRA bukan provokasi yang kami sebut akan
tetapi agitasi propaganda yang dilakukan sebagai upaya pengedewasaan politik. Adapun, adanya serangan-serangan harus ada
data-data yang valid sehingga orang lain bisa menerimanya. Dan
saya pikir, setiap organisasi melakukan itu semua”.38
Faktor kedua yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII
bukan hanya untuk kepentingan kelompok saja, akan tetapi ada oknumoknum yang ingin menguasai kekuasaan tersebut dan memanfaatkannya
untuk kepentingan pribadi. Seperti mendapatkan kedudukan dan peran di
37
Wawancara dengan Muh. Syamsul Anwar, Wakil Sekertaris Umum periode 2011-2012 (PMII
cabang Ciputat), 09 Juni 2011.
38
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
72
dalam jurusan, fakultas atau pun universitas yang sebagaimana apabila
calon yang di usungnya menang dan berkuasa maka seseorang yang di
balik kemenangan tersebut atau tim suksesnya akan mendapatkan tempat
atau kedudukan yang jelas di dalam kekuasannya. Dan di situlah adanya
persaingan antara anggota kedua organisasi ini dalam mendapatkan
kedudukan atau kekuasaan, maka adanya persaingan akan meningkatkan
kemampuan dari anggota organisasi tersebut. Seperti yang di ungkapkan
Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat:
“Manusia pada dasarnya mempunyai keinginan untuk
pengakuan di lingkungannya. Persaingan tersebut harus jurdil dan
bagaimana persaingan itu membangun komitmen untuk mewujudkan organisasi yang lebih maju dan menjaga etos persaingan itu
sendiri”.39
Karena faktor tersebutlah adanya provokasi untuk kepentingan
kelompok dan kepentingan pribadi di dalam mendapatkan kedudukan atau
kekuasaan untuk mempertahankan eksistensi dan adu gengsi. Setidaknya
dalam pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di tingkat
UIN, selalu dimenangi kader PMII atau HMI.
3. Mengkrekrut kader
Faktor ini merupakan keinginan seseorang untuk berprilaku sama
dengan orang lain dan cenderung lebih mengidolakan seseorang yang
mempuyai kemampuan. Seperti yang terjadi di antara anggota organisasi
HMI dan PMII, para kader atau anggotanya memiliki suatu keinginan
untuk menonjolkan eksistensi dirinya di dalam perkuliahan (kelas) supaya
39
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang
Ciputat), 17 Juni 2011.
73
menjadi panutan atau menjadi sorotan dari teman-teman kelasnya sehingga
menjadi idola. Atau pun, menyuarakan pendapat pada saat seminar, dialog
publik dan aksi kebijakan rektor atau pemerintahan. Adapun hasil
wawancara mengenai perbedaan pendapat yang terjadi pada saat berdialog
ialah “... hal yang terbiasa menurutnya di dalam organisasi selama masih
menjunjung aturan yang berlaku ...”40, dan apabila berdebat itu semakin
ramai maka “... mempertahankan kepentingan organisasi dan diselesaikan
secara dewasa ...”.41
Dan kesempatan berpendapat tersebut terkadang menjadi senjata
ampuh untuk menarik seseorang untuk bergabung di dalam organisasi. Di
samping itu juga, dari pengamatan observasi yang peneliti temukan
terhadap organisasi HMI cabang Ciputat ialah seseorang yang bergabung
di dalamnya karena melihat kajiannya dan intelektualisme atau pemikiran
yang modern tentang keIndonesiaan dan keIslaman sehingga kebanyakan
berlatar-belakang lulusan SMA, dan Pon-Pes modern. Sedangkan
seseorang yang bergabung di dalam organisasi PMII cabang Ciputat ialah
ahlussunnah wal jama’ah yang mengikuti sunnah-sunnah rasul dan
seseorang yang bergabung di dalamnya dikarenakan faktor kebersamaan
dan intelektualisme atau pemikiran yang terdahulu (tradisional) dan
kekinian, sehingga kebanyakan berlatar-belakang kaum santri, MAN dan
ada juga dari SMA.
40
Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang
Ciputat), 21 Juni 2011.
41
Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat),
29 Juni 2011.
74
Oleh sebab itu, faktor tersebut melihat pada latarbelakang sekolah
dahulu dan faktor ideologi organisasi. Maka, kedua organisasi tersebut
mencetak kader-kader yang mengkritisi dari setiap permasalahan yang ada
dan menjadi penerus bangsa yang memiliki intelektualitas yang tinggi.
4. Memainkan peran dalam moment dan situasi
Proses ini di dalam anggota organisasi sering terjadi, apabila
seseorang atau kelompok terkena musibah seperti bencana alam dan
melakukan aksi terhadap kebijakan pemerintah atau pun kebijakan rektorat
yang tidak bisa diterima oleh masyarakat dan mahasiswa. Oleh karena itu,
“... selama memiliki tujuan dan kepentingan bersama maka organisasi
HMI dan PMII memungkinkan untuk bersatu selama itu baik demi hakhak kemaslahatan umat bersama ...”.42 Dan hal tersebut karena moment
dan situasi yang membuat kedua organisasi ini bersatu. Adapun ungkapan
dari informan PMII yaitu Mabincab (Majelis Pembina Cabang):
“Walaupun kita sering berkejolak dengan organisasi HMI
dan organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya bermusuhan.
Tergantung pada moment dan situasi dan apabila kami bersatu
dengan organisasi lain, itu karena kepentingan bersama, seperti
membela hak-hak masyarakat”.43
Proses ini lebih cenderung kerja sama dan tidak selamanya berjalan
dengan semestinya atau kesempurnaan yang diinginkan kedua belahpihak, salah satunya selalu saja ada rasa ingin menonjolkan eksistensi
organisasinya dan tentu saja membuat organisasi yang melakukan kerja
42
Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29
Juni 2011.
43
Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII Cabang Ciputat,
09 Juni 2011.
75
sama dengannya merasa tidak nyaman dan melanggar kesepakatan. Seperti
yang terjadi pada FISIP saat OAK tahun 2011 di dalam buletin Institut
News, adapun ungkapan Bara sebagai ketua Bem-FISIP segaligus anggota
HMI mengatakan:
“Meskipun berbeda background, semua anggota organisasi
adalah panitia OAK yang harus menjalankan tugas dengan penuh
tanggung-jawab. Dan untuk urusan perbedaan partai atau visi dan
misi itu urusan diluar OAK ini”.44
Dan adapun Abdul Yasir sebagai Sekertaris Umum (Sekum)
Jurusan Sosiologi segaligus anggota PMII menambahkan:
“Perbedaan background partai menjadi salah satu
penghambat kinerja Bem-F dan Bem-J. Jangankan permasalahan
tersebut, di dalam kelas saja yang berbeda partai bisa diem-dieman,
maka di situlah terjadinya komunikasi yang kurang baik dan terjadi
penghambatan kualitas kinerja dari Bem dan panitia OAK ini”.45
Oleh sebab itu, faktor terjadinya simpati ini melalui peran seorang
anggota organisasi yang memainkan peranannya untuk sebuah moment
dan situasi bila bekerjasama atau bergabungnya dua organisasi atau lebih
dalam sebuah eksistensitas diriya dan organisasinya. Maka, hal tersebut
mengakibatkan kerugian bagi organisasi lain bila kemungkinkan untuk
bergabung di dalam kepanitiaan. Dan untuk mensiasati hal tersebut dalam
perbedaan background kedua organisasi ini ialah setiap orang harus
bersikap profesional dalam menjalankan roda kepanitiaan. Inilah beberapa
faktor yang mengakibatkan anggota organisasi HMI dan organisasi PMII
tidak dapat berinteraksi dengan baik.
44
April dan Ayu, “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut,
(September 2011) : h. 4.
45
Ibid.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini ditemukan perbedaan pola interaksi sosial antara
organisasi HMI dan organisasi PMII cabang Ciputat, dikarenakan kepada
kepentingan dan pemahaman berorganisasi dalam menyikapi permasalahan yang
dihadapinya serta berlomba-lomba mencari atau mempertahankan eksistensitas
organisasi pada lingkungan di dalam kampus UIN Syarif Hidayatullah. Adapun
yang menjadi perbedaan pola interaksi ada sembilan, yaitu:
1. Asimilasi (Bergaul dengan kelompok lain) biasanya terjadi pada saat
nongkrong di kantin, taman dan disekitar lingkungan kampus. Perbedaan
antara kedua organisasi ini yaitu organisasi HMI kurang adanya
kebersamaan antara organisasinya dan organisasi lain, sedangkan
organisasi PMII sebaliknya dan menganggap dalam pergaulan seperti
keluarga.
2. Akomodasi yang terdiri dari kompromi atau mencari solusi (compromise)
pada saat permasalahan dengan anggota atau kelompok lain. Perbedaannya
yaitu di dalam organisasi HMI dalam menghadapi permasalahan melakukan kesepakatan bersama, sedangkan PMII melakukan musyawarah
mufakat.
3. Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation) biasanya
dilakukan apabila tidak bisa menemukan titik temu dari permasalahan
yang ada, maka pihak ketiga dan seniorlah yang meredamkan per-
77
masalahan tersebut pada masing-masing organisasinya. Perbedaannya, di
dalam HMI berupa tingkatan atau angkatan seniornya (adanya senioritas),
sedangkan PMII tidak ada senioritas.
4. Kerja sama yang terdiri tolong menolong yang terjadi pada saat kedua
organisasi ini memiliki tujuan yang sama, seperti aksi untuk kepentingan
masyarakat dan membantu bencana alam. dan bargaining (Perjanjian
antara dua organisasi atau lebih) biasanya pada saat mengadakan suatu
acara bersama dengan organisasi lain seperti OAK, seminar dan kegiatankegiatan yang lain. Perbedaannya, di HMI mendapatkan kucuran dana dari
lembaga-lembaga tertentu, sedangkan PMII mendapatkan dana dari para
senior (ngecrek).
5. Koalisi apabila salah satu organisasi ini kemungkinan pemahaman atau
visi dan misi yang sama pada saat sebelum PEMIRA diselenggarakan.
Perbedaannya yaitu organisasi HMI melakukan perjanjian antara yang
dikoalisikan, sedangkan PMII melakukan kesepakatan.
6. Persaingan yang melihat pada situasi atau moment tertentu seperti sesaat
sebelum PEMIRA diselenggarakan dalam mendapatkan kedudukan.
Adapun organisasi HMI perbedaannya dengan penghasutan, sedangkan
PMII perlahan namun mengenai sasaran.
7. Kontravensi merupakan perbuatan penolakan dan perlawanan pada saat
harga diri organisasi dirugikan atau dikucilkan, menyangkal pertanyaan
orang lain dimuka umum pada saat kegiatan mahasiswa seperti diskusi
publik, seminar dan tugas perkulihan atau kelompok makalah. Perbedaannya, yaitu HMI memakai intelektualitas, sedangkan PMII kebersamaan.
78
8. Melakukan penghasutan (provokasi) pada saat sebelum PEMIRA
dilaksanakan, perbedaannya melalui kata-kata sms ataupun selembaran
dan penghasutan individu.
9. Dan pertentangan atau konflik biasanya terjadi pada saat perhitungan hasil
suara yang diperoleh dari PEMIRA tersebut, perbedaannya yaitu
organisasi HMI membuat border (barisan pasukan) sambil meneriaki yelyel dan mars partainya, sedangkan PMII menyatukan barisan dan
meneriaki yel-yelnya sambil bersholawat.
Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi pola interaksi antara
kedua organisasi ini dalam tingkat emosional person dan kepentingan kelompok.
Adapun beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor sudut pandang atau ideologi yang tertanam di dalam organisasi dan
anggotanya, sehingga kedua organisasi yang berbeda ideologi memiliki
daya saing untuk menunjukkan eksistensitas dan pengakuan di dalam
lingkungannya, terutanama di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Faktor memprovokasi untuk mempertahankan eksistens yang merupakan
ajakan salah seseorang atau anggota organisasi terhadap mahasiswa yang
netral dan bahkan anggota organisasi lain, maka bisa di sebut dengan
penghasutan (provokasi). Oleh karena itu memprovokasi menjadi salah
satu faktor terjadinya persaingan atau konflik, dan memprookasi harus ada
data-data yang valid supaya bisa diterima oleh orang lain atau organisasi
yang bersangkutan.
79
3. Faktor mengkrekrut kader yang merupakan seorang mahasiswa yang
masih ada keterikatan antara organisasi tersebut atau pun salah satu dari
individu dalam organisasi memiliki karismatik untuk menarik seseorang
yang memungkinkan bergabung di dalamnya, dan seseorang mempunyai
kultur (keluarganya) dalam berorganisasi atau ideologi. Oleh sebab itu,
faktor identifikasi ini lebih pada batin seseorang secara tidak sadar yang
mengidolakan organisasi atau orang tersebut.
4. Faktor memainkan peran dalam moment dan situasi yang merupakan kerja
sama antara kedua belah pihak dan anggota organisasi tersebut memainkan
peranannya supaya mengangkat martabat organisasinya, sehingga kerja
sama di dalam kedua organisasi ini biasanya berjalan tidak nyaman dan
salah satunya merasa dirugikan. Seperti kegiatan OAK, seminar, dan
bahkan kegiatan yang lainnya apabila organisasi ini bekerja sama.
Inilah yang terjadi di dalam organisasi besar seperti HMI dan PMII, yang
memiliki ideologi berbeda yang membuat mereka selalu ingin bersaing untuk
mendapatkan kedudukan atau tempat yaitu kekuasaan di dalam Badan Esekutif
Jurusan, Fakultas dan Universitas. Dan sebagian pula mementingkan kepentingan
kelompok serta kepentingan pribadi demi eksistensinya, dikarenakan adu gengsi
dengan kelompok lain apabila memiliki eksistensitas yang kuat. Maka, organisasi
tidak boleh dipisahkan dalam kehidupan mahasiswa, karena berorganisasi dapat
belajar membagi wewenang dalam diri seseorang ataupun organisasinya.
80
B. Saran-saran
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) adalah kelompok-kelompok organisasi yang berasaskan Islam
dan mewarnai sejarah bangsa Indonesia yang memajukan intelektual pemudapemudi di negeri ini. Maka, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dari
hasil penelitian ini, yaitu pertama, hendaknya kedua organisasi tersebut bersatu
seiring perkembangan zaman sebagaimana kedua organisasi ini terikat dalam
ukhuwah islamiyyah. Kedua, hendaknya kedua organisasi mengembangkan faham
ingklusifitas dalam berorganisasi yang memungkinkan melihat segala suatu
perbedaan ideologi dari organisasinya, sehingga tidak mudah terprovokator dari
individunya atau organisasi lain dan tidak mudah bertikai saat moment atau situasi
tertentu. Ketiga, hendaknya kedua organisasi ini memikirkan Islam dalam ranah
memajukan kemashlahatan umat bersama, dan membangun intelektualitas
mahasiswa dengan fenomena terkinian. Dan yang keempat, hendaknya kedua
organisasi bersikaf terbuka dan toleran dalam menerima perbedaan organisasi
lain, serta menerima dan menampung pendapat dari organisasi lain selagi itu baik
untuk organisasinya. Perbedaan sesuatu yang harus difikirkan sebagai modal
bersama dalam menciptakan kekuatan, bukan menjadikan perbedaan sebagai alat
yang akan merusak hubungan antara kelompok-kelompok yang memiliki
perbedaan ideologi tersebut.
Dan adapun saran untuk penelitian selanjutnya ialah menjelaskan tentang
integrasi yang mengarah pada konflik pada kedua organisasi ini, dikarenakan
penelitian ini hanya sebatas interaksi atau hubungan antara kedua kelompok saja
dan penelitian ini pula tidak mendalami secara detail untuk ke arah konflik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal dan Safe’I, Agus Ahmad. Sosiosophologi Sosiologi Islam Berbasis
Hikmah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003.
Afifuddin, Mochammad. Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian,
Sinergi. Jakarta: Visi Indonesia, 2011.
Ayu, dan April. “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers
Mahasiswa Institut, (September 2011) : h. 4.
Basrowi. Pengantar Sosiologi, Ciawi-Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005.
Dwi Putranto, Yuwono. “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Interaksi Sosial
Dalam Keluarga dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X SMAN 1
Pati Tahun Ajaran 2009/2010,” artikel diakses pada 11 November 2011 dari
http://zidaburika.wordpress.com/2007/07/28/interaksi-sosial/
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat. Modul Lk I (Basic Training)
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat. Jakarta: HMI dan Kementerian
Pemuda dan Olahraga, 2010-2011.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga, 2009.
Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Ciputat (IKA-PMII
Ciputat). Dari Ciputat Untuk Bangsa; setengah Abad Peran Pergerakan
Untuk Islam Dan Indonesia 1960-2010. Jakarta: titikoma, 2010.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, cet. Ke-8. Jakarta: Penerbit PT.
Rineka Cipta, 2000.
Kunarto. Gerakan Mahasiswa: Merenungi Kritik Terhadap Polri Buku ke 10,
Jakarta: Penerbit PT. Cipta Manunggal, 2000.
Nurdin, Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi: Pengertian untuk
Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta; UIN Jakarta Press, 2006.
Philipus, Ng., dan Nurul Aini. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Poedjawijatna. Manusia dengan Alamnya Fisafat Manusia, cet. Ke-3. Jakarta:
Bina Aksara, 1987.
Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer, Ed. 1., Cet. 6., Jakarta; PT.
RajaGrafindo Persada, 2004.
82
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, ed. Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung, 2001.
Razak, Yusron, ed. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Laboratorium Sosiologi
Agama, 2008.
Siswanto dan Sucipto, Agus. Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan
Integratif. Malang: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2008.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, 5th ed. Jakarta: CV. Rajawali
Pers, 1990.
Soekanto, Suryono, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007.
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (Edisi ketiga). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Sztompka, Piotr. ed. Sosiologi Perubahan Sosial. diterjemahkan dari karya
aslinya The Sociology of Social Change Oleh Alimandan. Jakarta: Prenada,
2004.
Winardi, J. Manajemen Perilaku Organisasi, Ed. Rev. Cet. 2., Jakarta: Kencana,
2007.
Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI
Cabang Ciputat), 17 Juni 2011.
Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII
Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.
Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.
Wawancara dengan Eko Arisandi, Ketua bidang Pembinaan Anggota Periode
2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.
Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII
Cabang Ciputat, 09 Juni 2011.
Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI
Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.
Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI
Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.
Wawancara dengan Muh. Syamsul Anwar, Wakil Sekertaris Umum periode 20112012 (PMII cabang Ciputat), 09 Juni 2011.
83
Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 20112012 (PMII Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.
Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012
(PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.
84
LAMPIRAN KE I
PEDOMAN WAWANCARA PADA HMI DAN PMII
Nama
Organisasi dan Jabatan
Tempat/Lokasi
Hari dan Tanggal
Pukul
:
:
:
:
:
 5 Pertanyaan Yang Mendasar
1. Kapan anda masuk organisasi?
2. Apa yang melatarbelakangi anda masuk organisasi tersebut?
3. Apa yang menjadi ideologi didalam organisasi anda?
4. Manfaat apa yang anda dapati di organisasi?
5. Kontribusi apa yang anda lakukan didalam organisasi?
 3 Pertanyaan Mengenai Asimilasi
A. Bergaul dengan kelompok lain
1. Apakah organisasi anda membatasi pergaulan anggotanya?
2. Apakah pergaulan organisasi mempengaruhi pergaulan individu organisasi
tersebut?
3. Bagaimana komunikasi yang dibangun organisasi anda dengan organisasi
lain?
 5 Pertanyaan Mengenai Kerjasama:
A. Tolong Menolong
1. Dalam hal apa yang memungkinkan organisasi anda bersatu dengan
organisasi lain?
B. Bargaining (perjanjian)
1. Pada saat apa terjadinya bargaining antara organisasi anda dengan
organisasi lain?
2. Manfaat apa yang didapati apabila ada bargaining (perjanjian) tersebut?
C. Koalisi
1. Menurut anda, pada saat seperti apa koalisi itu terjadi?
2. Apakah ada kesepakatan apabila berkoalisi. Apabila ada, jelaskan
kesepakatan apa yang biasa dilakukan?
 3 Pertanyaan Mengenai Akomodasi
A. Compromise (kompromi atau mencari solusi)
1. Bagaimana menurut anda kompromi yang sehat didalam organisasi?
B. Mediation (mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik)
1. Siapakah yang berhak menjadi mediator dan kapan mediasi dilakukan?
2. Kenapa setiap permasalahan antar organisasi harus diselesaikan melalui
mediasi?
 1 Pertanyaan Mengenai Persaingan
A. Kedudukan dan Peran
1. Bagaimana
menurut
anda
mengenai
adanya
persaingan
dalam
mendapatkan kedudukan?
 4 Pertanyaan Mengenai Kontravensi
A. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain
1. Pada saat kapan penolakan atau perlawanan itu terjadi didalam organisasi?
B. Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum
1. Bagaimana menurut anda tentang kebebasan mengemukakan pendapat di
muka umum?
2. Bagaimana organisasi anda bersikap jika terjadi perbedaan pendapat antar
anggota organisasi lain?
C. Melakukan Penghasutan (provokasi)
1. Apakah anggota organisasi anda pernah melakukan provokasi kepada
organisasi lain?. K’lo ada, pada saat apa organisasi anda melakukan
provokasi itu?. Jelaskan!
 3 Pertanyaan Mengenai Pertentangan atau konflik
A. Politik
1. Bagaimana solusi yang baik untuk sebuah pemasalahan yang ada didalam
konflik politik?
2. Dalam hal apa terjadinya konflik antar organisasi anda dengan organisasi
lain!. Jelaskan?
3. Apakah pada saat pemira kampus, organisasi anda selalu berkonflik
dengan organisasi lain?. Biasanya dengan siapa, organisasi anda konflik?
HASIL WAWANCARA MENGENAI INTERAKSI SOSIAL ANTARA ANGGOTA ORGANISASI EKSTRA
KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
 Urutan Informan
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Imron Rosyadi
Budi Purnomo
Muh. Syamsul Anwar
Muh. Muzani Zulmaizar
Rafiqurrahman
Bhakti Sakti
M. Fathul Arif, S.pd
A. Jamharuddin
Eko Arisandi
Mustar
Umur
27 thn
26 thn
26 thn
21 thn
22 thn
25 thn
26 thn
22 thn
26 thn
23 thn
Jabatan
Mabincab (Majelis Pembina Cabang), periode 2010-2011
Ketua Umum Cabang Ciputat, periode 2011-2012
Wakil Sekretaris Umum Cabang, periode 2011-2012
Sekretaris Bidang I, periode 2011-2012
Departemen kaderisasi, periode 2011-2012
KBA (Keluarga Besar Alumni)
Ketua Umum Cabang Ciputat, periode 2010-2011
Sekretaris Umum Cabang Ciputat, periode 2010-2011
Ketua Bidang Pembinaan Anggota, periode 2010-2011
Pengembangan Anggota, periode 2010-2011.
Organisasi
PMII
PMII
PMII
PMII
PMII
HMI
HMI
HMI
HMI
HMI
Hasil Wawancara Informan
Pertanyaan mengenai Asimilasi :
 Bergaul dengan kelompok lain
1. Apakah organisasi anda membatasi pergaulan anggotanya?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Kami membiarkan anggota kami untuk bersosialisasi dengan siapa saja dan kami tidak membatasi pergaulan anggota kami.
Kami tidak pernah membatasi pergaulan individu didalam organisasi kami, kami memberikan kebebasan setiap anggota.
Dan itu semua tergantung pada individunya masing-masing.
Tidak, justru kita berbagi dengan organisasi lain.
Engga ada, justru kami memberikan anggota kami untuk bergaul dimanapun.
Tidak, kita lakukan itu secara demokratis dan terbuka aja.
K’lo bergaul. Kami tidak membatasi, yang penting tahu batasan dan tahu batasan toleransinya.
Kami membebaskan anggota kami untuk bergaul dimana saja.
Pemikiran kami bersifat insklusif (terbuka) dengan siapanpun, kapanpun dan dimanapun, dalam konteks hubungan dengan
organisasi ataupun pribadi kita tidak membatasi. Pemikiran insklusif kita terapkan di HMI, karena berfikir tapi juga karena
bertindak.
Tidak. Kami organisasi yang legaliter.
HMI tak membatasi pergaulan dengan siapapun, berbaur dengan yang lain. Karena HMI tidak melihat backgraun seseorang.
Itulah kelebihan HMI dengan organ yg lain.
Tidak membatasi
pergaulan
2. apakah pergaulan organisasi mempengaruhi pergaulan individu tersebut?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
K’lo menurut saya, pergaulan sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi, pasti ada pengaruhnya terhadap
lingkungan teman-teman kami di dalam organisasi.
Pasti ada pengaruhnya, karena disitulah anggota kami bisa bertukar pikiran dengan organisasi lain dan bisa berbagi
ilmu pengetahuan
Mempengaruhi sekali. Sikap dan tindakan.
Tidak mungkin, k’lo seandainya sudah terikat dan mempunyai rasa memiliki organisasi itu, maka orang/individu
itu tidak terpengaruh oleh organisasi lain. Tapi k’lo untuk membatasi adanya tarik menarik kader, itu sudah pasti
terjadi.
Mempengaruhi dalam arti banyak hal yg sebelumnya tidak pernah di dapat dalam menggali potensi dan talenta
pribadi.
K’lo HMI sendiri pada dasarnya tidak memabatasi dirinya sendiri untuk orang lain dan tidak membatasi orang lain
untuk HMI.
Pasti mempengaruhi. Karena faktor lingkungan yang bisa mengubah semuanya di dalam diri kita.
Yang jelas, k’lo memahami organisasi pasti memiliki kultur yang berbeda. Bagaimana tindakan kami berkepala
dengan mengikuti aturan di organisasi. Saya akui tingkat sosial saya sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada.
Rata-rata itu mempengaruhi semester bawah.
Secara ideologi HMI membatasi, tetapi nilai-nilai yang terkandung tidak membatasi.
Keterangan
Mempengaruhi
Tidak mempengaruhi
asalkan memiliki komitmen
di dalam organisasi
Mempengaruhi
Tergantung individu
Mempengaruhi
Mempengaruhi karena
faktor lingkungan
Mempengaruhi
Tergantung individu
3. Bagaimana komunikasi yang dibangun organisasi anda dengan organisasi lain?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
Pernyataan
Terlebih dahulu, kami membangun dengan perindividu-individu setiap ada kegiatan seminar Bem-J atau Bem-F.
Sesudah itu, kami saling mengenal dengan orang itu dan organisasinya. Dan setelah itu kami pertukar pikiran
dengannya (bergaul).
Kami membangun komunikasi dengan organisasi lain satu arah. Dalam artian statemen yang bisa memberikan
konstribusi baik didalam organisasi kami dan begitupun organisasi lain.
Baik, hanya sebatas menyapa asalkan bermanfaat.
K’lo difakultas saya, kami jarang mengobrol antara PMII dan HMI. Bahkan setingkat cabang pun, PMII dan HMI
jarang berkomunikasi. Walaupun ada sebagian individu antara kedua organisasi ini berkomnuikasi baik, akan tetapi
tidak membahas organisasi melainkan membahas permasalahan perkuliahan. Dan juga harus menjalani normanorma yang baik.
Patut diakui bahwa komunikasi yang biasa di bangun lebih cenderung ke aspek kepentingan politis yang terkadang
menonjolkan eksistensi masing-masing organisasi.
Komunikasi biasanya melalui dialog untuk kepentingan politik. Ataupun sekedar ngobrol biasa.
Kami berkomunikasi secara terbuka, menerima permintaan dari organisasi lain untuk mengirimkan delegasi dan
tentunya kita bekerjasama.
Keterangan
Tingkat emosional persent
Statemen yang memberikan
kontribusi
Asalkan bermanfaat
Mengobrol biasa
Komunikasi hanya untuk
kepentingan politis
Berdialog untuk
kepentingan politik
Komunikasi secara terbuka
untuk bekerjasama
8
9
10
Komunikasi dialogis. Selalu mengadakan dialog dan Tidak jarang kita mengadakan dialog dengan organisasi lain
terkait fenomena-fenomena yang ada, kita selalu brdialog dan mencari jalan keluar. Dalam ranah yang lain, dalam
praktek atau kegiatan kami belum temukan itu. Kami lebih konsen ke ranah dialog. Dan kami menghargai
undangan2 dari organisasi lain.
Yang lebih sering itu kami melakukan diskusi.
Kami sering melakukan dialog bersama dengan oranisasi lain, tetapi secara politik HMI dengan organisasi lain
jarang melakukan komunikasi. Khususnya di UIN HMI merupakan musuh bersama organ-organ yang lain.
Berdialog terkait fenomenafenomena terkini dan
mencari jalan keluar
Berdiskusi
Berdialog secara politik

Pertanyaan mengenai Kerjasama :
 Tolong Menolong
4. Dalam hal apa, yang memungkinkan organisasi anda bersatu dengan organisasi lain?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Walaupun kita sering berkejolak dengan organisasi HMI dan organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya
bermusuhan. Tergantung moment dan situasi, dan apabila kami bersatu dengan organsiasi lain karena kepentingan
yang sama, yaitu membela hak-hak masyarakat.
Dalam kepentingan pribadi (organisasi) dan kepentingan negara kita bisa bersatu dengan organisasi lain.
Moment yang menyatukan kita, seperti bencana alam dan kepentingan bersama.
Menurut saya, kepentingan bersama. Seperti tahun 98, itupun mempunyai satu kepentingan semua organisasi
Ketika kami mempunyai visi yang sama dalam memperjuangkan masalah kebangsaan.
Selama memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, kami bisa bergabung bersama-sama dengan organisasi lain
selama itu baik.
Diskusi, seminar. Tentunya memiliki kepentingan bersama-sama.
Tentunya ada moment-moment untuk bersatu kita akan bersatu dengan organisasi-organisasi lain. Kaya penolakan
Boediono datang kemari dan saat terjadinya bencana alam di Situ Gintung.
Lebih banyak respon terhadap isue-isue kebangsaan dan masyarakat, serta bencana alam.
Kepentingan mahasiswa dan rakyat Indonesia
Keterangan
Untuk kepentingan bersama
Kepentingan bersama
Kepentingan bersama
Mempunyai visi yang sama
Memiliki tujuan dan
kepentingan bersama
Diskusi dan seminar
Kepentingan bersama
 Bargaining (perjanjian)
5. Pada saat apa terjadinya suatu bargaining antara organisasi anda dengan organisasi lain?
Informan
ke
1
2
3
4
5
Pernyataan
Pada saat ketentuan yang memungkinkan kami bersatu dengan organisasi yang lain, yaitu mengadakan suatu kegiatan
yang bersifat umum. Dan biasanya kita mengadakan kesepakatan terhadap setiap-setiap organisasi.
Pada saat melakukan suatu bentuk kepanitiaan propesa atau hal-hal yang memiliki keberadaan setiap organisasiorganisasi.
Aksi dan diskusi terkait dengan kontemporer.
Dalam pembentukan kepanitiaan, itupun harus ada kesepakatan untuk kepentingan bersama dan membuat MOU secara
bersama-sama pula. Tidak selamanya kami bermusuhan dengan HMI atau organisasi lain.
Ketika kami punya visi dan tujuan yang sama donk.
Keterangan
Kegiatan yang melibatkan
semua organisasi
Aksi dan diskusi terkini
Pembentukan kepanitiaan
Visi dan tujuan yang sama
6
7
8
9
10
Saat pemilu raya kampus dan saat suatu acara yang melibatkan organisasi-organisasi lain untuk bergabung. Disitu pasti
ada perjanjian.
Kemaslahatan bersama terjadinya perjanjian.
Ada komitmen yang dibangun. Di ranah politik pun kami mengadakan bukan istilahnya dengan perjanjian tapi
istilahnya kesepakatan yang dibangun bersama-sama.
Aksi bersama dan membentuk kepanitiaan secara bersama-sama.
Saat pemilu raya kampus
Pemira
Kemaslahatan umat
Kesepakatan dibangun
bersama-sama
Kepanitiaan
Pemira
6. Manfaat apa yang didapati apabila ada bargaining (perjanjian) tersebut?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Manfaat yang di dapati ialah bersikap adil dan tidak mementingkan kelompoknya sendiri untuk kepentingan bersama.
Manfaat yang kami inginkan dalam perjanjian tersebut ialah jujur dan berkomitmen dengan isi perjanjian itu.
Bisa saling mengenal satu sama lain.
Manfaatnya mendapatkan apa yang diingini oleh organisasi kami. Sebelumnya membuat kesepakatan diawal yang
diingini organisasi-organisasi lain dan harus sesuai dengan prosedur yang ditulis bersama di atas materai.
Hubungan mitra yang baik dalam melakukan solusi bersama terkait itu dengan persoalan yang dihadapi.
Manfaatnya mendapatkan tempat yang jelas dan memiliki komitmen yang tinggi dalam perjanjian itu.
Manfaat yang dapat ialah bersifat materi dan non material serta kaderisasi tentunya.
Dengan adanya perjanjian kita tidak bisa mengalihkan ke konflik karna ada batasan-batasannya. Manfaatnya tidak
terjadi yang tidak diingin-kan oleh kami dan organisasi2 lain yaitu konflik.
Manfaatnya didalam HMI ialah menyatu dengan umat dan menyatu dengan bangsa.
Manfaatnya bisa mengurai komflik
Bersikap adil
Jujur dan berkomitmen
Saling mengenal
Sesuai prosedur yang dibuat
bersama-sama
Hubungan yang baik
Berkomitmen
Bersifat materi
Sesuai prosedur
Kemaslahatan umat
Tidak terjadi yang diinginkan
 Koalisi
7. Menurut anda, pada saat seperti apa koalisi itu terjadi di organisasi anda?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Pada saat suatu kelompok mengalami kesulitan untuk menang atau berkuasa di dalam kampus.
Pada saat kepentingan atau moment yang kita ingini supaya menang dan mengajar yang lebih kuat.
Pemilu kampus dan aksi kebijakan pemerintah.
Pada saat pemira dan aksi kepentingan bersama mengenai pemerintah.
Pada saat pemilu kampus.
Salah satu dari organisasi besar seperti HMI atau PMII yang memungkin mendekati pemira, salah satunya
diperkirakan kalah maka dia berkoalisi dengan organisasi lain.
Kepentingan bersama dan moment untuk menang.
Koalisi tidak bisa dipastikan. Menurut saya, HMI tidak pernah berkoalisi. Komitmen bersama untuk mengawal
sistem pemira yang tidak melakukan kecurangan-kecurangan.
Saat pemira, kesepakatan atau gagasan bersama dan menyatu dengan anggota kami.
Ketika adanya cita-cita politik
Mengalami kesulitan
Kepentingan atau moment tertentu
Kepentingan
Kepentingan kelompok

Pertanyaan mengenai Akomodasi :
 Kompromi atau mencari solusi (compromise)
8. Bagaimana menurut anda kompromi yang sehat di dalam organisasi?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Mengadakan musyawarah yang terkait dengan permasalahan yang ada.
Kompromi yang sehat ialah apabila terjadi sebuah permasalahan harus dirapatkan dan bermusyawarah, agar
menghasilkan solusi yang baik dan secara diplomasi (kemampuan menyampaikan argumen secara politis dan
bijaksana).
Bersifat terbuka dan mengeluarkan permasalahan yang ada serta mencari solusi bersama-sama.
Bermusyawarah. Itupun k’lo kasusnya besar dan berkepanjangan.
Transparansi itulah yang harus diterapkan
Kompromi yang sehat ialah mengakomodir tiap-tiap aspirasi dan tidak ada pemaksaan untuk mengedepankan
tujuan pribadi daripada kesepakatan bersama.
Mengadakan musyawarah dengan anggota (teman-teman).
Kita mengadakan musyawarah. Kita menyelesaikan masalah dengan hati dan kepala yang dingin. Segala
perbedaan pasti ada sisi yang bisa mempertemukan itu yaitu dengan bermusyawarah.
Ketika kita sudah mengedepankan kepentingan bersama.
Musyawarah dan kepentingan bersama
Keterangan
Bermusyawarah
Terbuka dan bermusyawarah
Bermusyawarah
Transparansi
Bermusyawarah
Bermusyawarah
 Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation)
9. Siapakah yang berhak menjadi mediator dan kapan mediasi dilakukan?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Para senior organisasi masing-masing dan seseorang yang memiliki sosial yang tinggi sehingga permasalahan
bisa terselesaikan.
Sebelumnya kami melihat dahulu permasalahan yang ada, apabila masalah itu berkelanjutan maka yang perlu
menjadi mediasi adalah pengurus cabang dan dari senior masing-masing organisasinya.
Orang yang dianggap netral dan tidak memihak. Dan paling banter senior.
Jelas, ketua cabang yang bersangkutan apabila ada masalah yang berkepanjangan.
Ketua cabang donk,dia kan yang mampu betul mengetahui organisasinya.
Yang berhak di masing-masing organisasinya dan orang-orang yang terlibat dengan permasalahan yang
dihadapi.
Yang berhak menjadi mediator ialah dari senior masing-masing organisasinya.
Tidak ada dari organisasi manapun yang berhak menjadi Mediasi. KMPI yang berhak menjadi mediasi di
organisasi ekstra. Sampai saat ini belum ada yang sampai di mediasi, mungkin kita sama-sama dewasa untuk
sebuah permasalahan. Dan senior lebih berpengalaman.
Saya kira, senior setiap masing-masing organisasi dan unsur atau moment yang menyatukan.
Senior yang lebih dewasa menyikapi permasalahan
Senior dari masing-masing organ
Senior dari masing-masing organ
Netral dan senior
Ketua cabang
Ketua cabang
Senior dari masing-masing organ
Senior dari masing-masing organ
KMPI yang mengayomi
organisasi ekstra
Senior dari masing-masing organ
Senior dari masing-masing organ
10. kenapa setiap permasalahan antar organisasi harus diselesaikan melalui mediasi?
Informan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Karena permaslahan tidak bisa menemui titik temu yang secara konkrit tidak bisa diterima dari kalangan tertentu.
Yang pertama yaitu karna kultur dan yang kedua karna budaya di dalam organisasi itu sendiri.
Tidak harus mediasi, asalkan sharing bareng terhadap permasalahan yang ada.
Mediasi itu merupakan kontrak perjanijian, k’lo ada permasalahan maka kami melihat kontrak tersebut.
Kalau gak ada mediasi yang konflik dunk, makanya Komunikatif itu penting.
Memang itu sudah menjadi hal yang wajar dan sakral. K’lo tdak ada mediasi maka permasalahan itu berbuntut panjang.
K’lo kepentingan belum bisa bertemu maka perlu mediasi
Karena mediasi itu bersifat netral. Dan KMPI itu yang mengayomi organisasi ekstra tersebut.
Karena mediasi itu untuk mencari titik temu yang bisa diterima antara dua organisasi yang berkonflik itu.
Jika tidak melalui mediasi di hawatirkan terjadinya adu otot
Keterangan
Tidak menemui titik temu
Karna kultur dan adat organ
Sharing bareng
Tidak menemui titik temu
Harus komunikatif
Tidak menemui titik temu
Tidak menemui titik temu
Tidak menemui titik temu
Tidak menemui titik temu
Tidak menemui titik temu

Pertanyaan mengenai Persaingan :
 Kedudukan dan peran
11. Bagaimana menurut anda mengenai adanya persaingan dalam mendapatkan kedudukan?
Informan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
K’lo menurut saya, itu bisa terjadi karena suatu organisasi ingin diakui di dalam kelompoknya dan di dalam kampus.
Eksistensi dan gengsi organisasi. Serta kita mementingkan kuantitas bukan kualitas dalam organisasi.
Jelas ada, karena merupakan garis pengkaderan
K’lo untuk mendapatkan kedudukan, pasti menunjukkan eksistensi.
Persaingan dalam arti sehat ya gak ada masalah, makanya disini dutuntut lebih peka sadar poltik dan mengerti demokrasi.
Persaingan itu penting. Karena dengan adanya persaingan maka akan meningkatkan kemampuan daripada anggota
organisasi tersebut. selama persaingan itu sehat, tentunya.
K’lo menurut saya syah-syah saja, karena semua orang punya hak untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
Manusia pada dasarnya pasti mempunyai keinginan untuk pengakuan di lingkungannya. Persaingan-persaingan ini harus
jurdil, bagaimana persaingan ini membangun komitmen untuk mewujudkan organisasi yang lebih maju, dan itu syah-syah
saja. Yang terpenting ialah bagaimana kita menjaga etos persaingan itu sendiri.
Yang paling penting itu gagasan yang merebutkan. Di dalam organisasi banyak high politis.
Persaingan itu selalu ada tetapi yang terpenting kita mengedepankan etika persaingan yang baik dan fair
Keterangan
Eksistensi
Eksistensi dan gengsi
Eksistensi
Eksistensi
Harus demokrasi
Eksistensi anggota dan
kelompok
Eksistensi
Eksistensi
Eksistensi
Eksistensi

Pertanyaan mengenai Kontravensi :
 Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain
12. Pada saat kapan penolakan atau perlawanan itu terjadi di dalam organisasi?
Informan ke
1
2
Pernyataan
Pada saat hal-hal yang bersifat mencela seseorang dan tidak memiliki kode etik secara umum.
Kami melihat konteksnya dahulu, menyinggung dengan organisasi lain atau tidak. Dan apabila organisasi kami di injakinjak oleh organisasi lain, maka kami akan melawan demi membela dan mempertahankan organisasi kami. Dan organisasi
Keterangan
Mencela
Menyinggung
3
4
5
6
7
8
9
10

13.
lain juga seperti itu halnya.
Saat di zholimi kebijakkan kelompok dan rakyat
Saat perbedaan pendapat, ketika salah satu dari organisasi tidak memiliki etika dan salah satunya ada yang dirugikan.
Lihat konteksnya dulu donk, jika itu merugikan buat organisasi dan tertutupnya hak sosial maka kita melakukan perlawanan
tersebut.
Ketika organisasi lain tidak menghormati komitmen yang sudah dibuat dan merendahkan organisasi lain.
Ketika lagi-lagi kepentingan tidak bisa bertemu.
K’lo keluar dari konstitusional pasti ada perlawanan. Selama berada di garis konstitusional maka akan berjalan sesuai
dengan harapan bersama-sama.
Ketika menyerang organisasi.
Ketika kepentingan tidak sesuai dengan harapan
Di zholimi
Tidak memiliki etika
Merugikan
Merendahkan
Kepentingan
Keluar dari
konstitusional
Menyerang
Kepentingn tidak sesuai
dengan harapan
Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum
Bagaimana menurut anda tentang kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum?
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Hal itu cukup wajar y. Karena setiap orang memiliki hak yang sama dan apabila orang itu berpendapat maka kita harus
memahaminya, asalkan memiliki pendapat yang benar.
Menurut saya negara ini demokrasi, siapa saja berhak mengemukakan pendapat. Ada efek baiknya, melatih mental kader dan
mengajak orang untuk berfikir permasalahan yang ada. Dan efek buruknya, berburuk sangka seakan-akan ini permainan
politik.
Tidak apa-apa, asalkan pendapatnya bagus dan rasional.
Di PMII sendiri, tidak membatasi ruang gerak teman-teman di dalam organisasi. Asalkan harus mengetahui etika yang baik.
Selama itu relevan dan tak ada unsur pengabaian etika sosial, ya enjoy-enjoy aja.
Menurut saya, syah-syah saja selama mengikuti aturan main (sistem yang telah di buat bersama-sama).
Syah-syah saja asalkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kita punya hak, orang lain juga punya hak. Maka kita memakai aturan
main yang berlaku di muka umum, asalkan jangan mengganggu pernyataan orang selagi itu baik.
Tetap dengan etika yang baik.
Itu demokrasi yang terpenting ketika mengeluarkan pendapat jangan kebablasan dan perlu memperhatikan etika dan norma
yang lain.
Siapa saja berhak
Siapa saja berhak
Siapa saja berhak
Etika yang baik
Relevan
Mengikuti aturan main
Norma yang berlaku
Siapa saja berhak
Etika yang baik
Etika yang baik
14. Bagaimana organisasi anda bersikap, jika terjadi perbedaan pendapat antar anggota organisasi lain?
Informan
ke
1
2
3
4
Pernyataan
Keterangan
Saya terima, asalkan tadi yang saya bilang. Memiliki etika yang benar dan berpendapat yang benar pula, maka kita bisa terima.
Menurut saya, itu hal yang wajar. Yang pasti, masing-masing mempunyai kepentingan.
Menerima, namanya juga demokrasi.
Menurut saya, menenangkan dahulu teman-teman organisasi kami dan memberikan motivasi atau arahan untuk melawan.
Etika yang benar
Kepentingan
Demokrasi
Memberikan motivasi
5
Hal yg tebiasa menurut saya dalam organisasi, selama masih menjunjung aturan yg berlaku.
6
Kami kembali melihat dengan aturan main yang berlaku. K’lo menurut kami benar akan kami pertahankan dan k’lo kami salah
maka kami terima dengan kesalahan kami. Adapun sama-sama egois, kami akan melakukan footing.
Memperjuangkan apabila pendapat kita benar dan mengalah apabila pendapat kita salah.
Tetap saja melakukan dialog. Seharusnya mahasiswa menyikapi permasalahan dengan baik dan bijak, jangan memakai ego
untuk kelompoknya sendiri atau dirinya sendiri.
Identifikasi permasalahan gagasan dan permasyalahatan bersama.
Mempertahan kepentinngan organisasi melalui dialog selesaikan masalah secara dewasa
7
8
9
10
Menjunjung aturan
yang berlaku
Aturan main yang
berlaku
Kepentingan
Bersikap baik dan
bijak
Kepentingan
Kepentingan
 Melakukan Penghasutan (Provokasi)
15. Apakah anggota organisasi anda pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain?. K’lo ada, pada saat apa organisasi anda melakukan provokasi itu?.
Jelaskan!
Informan
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Keterangan
Menurut saya, pasti ada y. Apalagi menjelang pemira, karena setiap organisasi besar memiliki gengsi yang cukup tinggi.
Sehingga hal tersebut bisa memungkinkan terjadi.
Sepengetahuan saya, PMII tidak pernah. Justru salah satu dari kami pernah terkena provokasi dari organisasi lain melalui sms.
pada saat pemilu kampus. Organisasi manapun pasti melakukan penghasutan terhadap teman-teman yang netral.
Pernah. Sebelum kami memenangkan Bem-F. Provokasinya lewat sms sebelum pemira ke teman-teman fakultas saya dan itu
fakta. Karena duit propesa dipakai dengan tidak wajar oleh anak-anak HMI, sewaktu Bem-F dipegang sama anak HMI.
Tidak dibenarkan melakukan provokasi di tubuh organisasi kami dan orgnisasi lain.
Saya menyatakan tidak pernah. Karena selama ini selalu berbicara fakta yang ada, dan tidak dibenarkan di organisasi kami
menjelekkan organisasi lain. K’lo misalkan ada, itu oknum yang tidak bertanggung jawab dan mungkin mengatas-namakan
gengsi.
Secara ADART kami tidak membenarkan anggota kami melakukan hal seperti itu. Dan tidak diajarkan provokasi itu.
K’lo untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo moment pemira bukan provokasi tapi agitasi propaganda dilakukan
sebagai upaya pengedewasaan politik, ada serangan-serangan tapi harus ada data-data yang valid sehingga orang lain bisa
menerima. Saya pikir setiap organisasi melakukan itu semua.
Tidak pernah. Karena itu sebuah dinamika perpolitikkan.
Tidak pernah. Tapi kami sering di provokasi oleh organ lain.
Pasti ada
Tidak pernah
Pasti melakukan
Pernah
Tidak dibenarkan
Tidak pernah
Tidak diajarkan
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak pernah

Pertanyaan mengenai Pertentangan atau konflik :
 Politik
16. Bagaimana solusi yang baik untuk sebuah permasalahan yang ada di dalam konflik politik?
Informan ke
1
2
Pernyataan
Solusi yang baik ialah seseorang atau organisasi memiliki suatu kepahaman untuk kepentingan bersama-sama,
tidak untuk kepentingannya sendiri.
Melalui mediasi itu
Keterangan
Pemahaman untuk kepentingan
bersama
Mediasi
3
4
5
6
7
8
9
10
Berdialog terbuka terhadap permasalahan yang ada.
Yaitu lewat mediasi. Karena adanya mediasi bisa memberikan solusi yang baik dan meredakan permasalahan
yang ada.
Lewat konsensus yang telah tersepakati donk.
Lewat mediasi dan melihat aturan-aturan yang berlaku atau undang-undang yang berlaku.
Harus dipertemukan pimpinan kedua belah pihak dan kepentingan orang lain lebih diunggulkan.
Saya lebih mementingkan musyawarahnya.
Perbaiki sistem, tidak mementingkan kelompoknya dan harus rasional menyikapi permasalahan.
Musyawarah mufakat itu yang terpenting
Berdialog terbuka
Mediasi
Konsensus
Mediasi dan aturan-aturan yang ada
Dipertemukan
Musyawarah
Perbaiki sistem
Musyawarah
17. Apakah pada saat pemira kampus, organisasi anda selalu berkonflik dengan organisasi lain?. Biasanya dengan siapa organisasi anda berkonflik?
Informan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Kami biasanya terjadi konflik saat pemira dan paling sering kita berkonflik dengan HMI (Parma).
Parma/HMI yang paling sering, bukan di Pemira saja dan pada moment yang penting saja. Organisasi sama-sama besar dan mencari
eksistensi.
Iya, biasanya dengan HMI.
Kami sering berkonflik dengan HMI saat pemira
Ya pernah dengan HMI, namanya juga politik, bumbu komflik itu biasa ada.
Yang peling sering PMII dan LDK saat pemillu raya kampus.
PMII (PPM), Bunga dan progresif.
PMII, sentimen organisasi
PMII (PPM)
PMII (PPM)
Keterangan
HMI (Parma)
HMI (Parma)
HMI (Parma)
HMI (Parma)
HMI (Parma)
PMII (PPM)
PMII (PPM)
PMII (PPM)
PMII (PPM)
PMII (PPM)
LAMPIRAN KE II
FOTO-FOTO
Sekretariat HMI Cabang Ciputat
Sekretariat PMII Cabang Ciputat
Gedung Pertemuan HMI Cabang Ciputat
Asrama Putri HMI Cabang Ciputat
Asrama Putri dan Gedung Pertemuan PMII Cabang Ciputat
Para perwakilan organisasi atau partai mengadakan perjanjian untuk PEMIRA
Kampanye partai PPM (Organisasi PMII) dalam Pemilihan Umum
Kampanye partai PARMA (Organisasi HMI) dalam Pemilihan Umum
Berbagai hiasan dekoratif selama kampanye berlangsung
Bilik suara PEMIRA UIN
Proses perhitungan suara
Kerusuhan antarpendukung partai
Bentrok antarmassa
Salah satu kader partai meluapkan amarahnya
Download