ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMA NEGERI 7 BATANGHARI OLEH WIDIA GAMA A1C309010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI, 2014 STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMA NEGERI 7 BATANGHARI OLEH WIDIA GAMA (Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya penggunaan model pembelajaran untuk mencapai hasil yang optimal dan dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ada banyak tipe model pembelajaran dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, untuk memilih model pembelajaran yang tepat model pembelajaran tersebut perlu dibandingkan secara eksperimen sehingga dapat diketahui mana model yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Script dengan tipe Numbered Head Together. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap dua kelas sampel yang diberikan perlakuan berbeda. Kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Script dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Numbered Head Together. Data penelitian diperoleh dengan memberikan post-test pada ranah kognitif. Setelah hasil post-test diperoleh, data dianalisis dengan melakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t untuk melihat apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Adapun rata-rata hasil post-test yang diperoleh dari kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Script (eksperimen I ) adalah 77,26 dan dari kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Numbered Head Together (eksperimen II) adalah 71,61. Hasil uji hipotesisnya didapat t tabel dengan taraf nyata α = 0,05 adalah 2,7527 sedangkan nilai t hitungnya adalah 1,6706 sehingga t hitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Script lebih baik daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe Numbered Head Together. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif, Script, Numbered Head Together. I. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA III. METODE PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRIPT DAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMA NEGERI 7 BATANGHARI Oleh: “Widia Gama” RINGKASAN Model pembelajaran adalah sebuah kerangka atau pola yang digunakan untuk mendesain pembelajaran secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, melalui model pembelajaran guru dapat membantu perserta didik mendapatkan imformasi, ide, keterampilan, cara berpikir sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai perancang dapat terrealisasikan dengan baik . Dalam penerapannya, model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran, karena mengajar bukanlah sekedar menceritakan atau menuangkan informasi ke benak siswa, tetapi belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Untuk itu, dalam suatu pembelajaran penting bagi seorang guru dalam menguasai, memilih serta menggunakan suatu strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Hasil penelitian diperoleh dari hasil belajar fisika siswa. Adapun rata-rata nilai post-test kelas yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe Script (eksperimen I) adalah 77,26 dan nilai rata-rata post-test kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (eksperimen II) adalah 71,61. Disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script lebih baik daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. I. PENDAHULUAN Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini, menekankan siswa saling bekerja sama dalam kelompoknya. Di dalam kelompok setiap siswa juga bebas mengemukakan pendapatnya masing-masing. Menurut Johnson dalam Isjoni (2010), “Cooperatif learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang siswa miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”. Model pembelajaran kooperatif banyak tipenya, dari sekian banyak tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah model pembelajaran Script dan model pembelajaran Numbered head together. Kedua tipe model pembelajaran kooperatif ini pada dasarnya sama yaitu sama-sama dalam bentuk kelompok. Namun, ada perbedaan yang terdapat diantara keduanya yaitu pada langkah kerjanya. Menurut Miftahuhul (Nuhadijah, 2012) model pembelajaran “Script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Sehingga sangat membantu siswa dalam mengembangkan dan mengaitkan fakta dan konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together merupakan model pembelajaran yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik”. Hal ini berarti beberapa siswa dikelompokkan menjadi beberapa bagian dan mereka dituntut secara aktif untuk mempraktekkan suatu keterampilan tertentu Kedua model pembelajaran kooperatife ini adalah pada proses pembelajaran siswa dilatih untuk membantu sesama temannya untuk bekerja sama dengan baik, adanya penghargaan yang harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu sehingga setiap kelompok tidak bisa bergantung pada anggota lain sehingga diharapkan siswa aktif dan memperoleh tambahan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep materi yang diajarkan khususnya konsep pada materi fisika. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya diharapkan mampu memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi siswa agar lebih bersemangat dan berminat dalam belajar fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Materi gerak merupakan materi pelajaran fisika yang diberikan di kelas X SMA yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari. Materi ini biasa disampaikan dengan metode ceramah yang menitikberatkan pada guru, sehingga siswa cenderung merasa bosan dan kurang berminat untuk belajar fisika. Maka dengan diterapkannya kedua model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Kedua model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Masing-masing model ini memiliki kelebihan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif tipe Sript dapat membuat siswa aktif dalam memperlihatkan kemampuan mereka dalam menjelaskan materi, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered head together dapat membuat siswa aktif mengeluarkan pendapat dan kreativitasnya dalam membuat sebuah skenario praktek dari materi pelajaran. Atas dasar pemikiran tersebut lah, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian untuk membandingkan kedua model pembelajaran kooperatif ini dengan berjudul : “Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script dengan Tipe Numbered head together di Kelas X SMA Negeri 7 Batanghari.” II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh melalui aktivitas belajar yang mengaktifkan perubahan tingkah laku, hasil belajar ini adalah berupa nilai yang diperoleh siswa dari proses belajar tersebut. 2.2 Pengertian model Pembelajaran Soekamto (Trianto, 2007) juga mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan definisi di atas, model pembelajaran adalah sebuah kerangka atau pola yang digunakan untuk mendesain pembelajaran secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, melalui model pembelajaran guru dapat membantu perserta didik mendapatkan imformasi, ide, keterampilan, cara berpikir sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai perancang dapat terrealisasikan dengan baik. Menurut Slavin (Kayyizatul, 2010) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe script merupakan “Model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Dengan meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah di peroleh sebelumnya, dapat pula mempermudah meningkatkan kreativitas siswa karena kreativitas siswa merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang sudah ada”. Suprijono (2012) menyatakan langkah-langkah pembelajaran dalam kooperatif script adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa berpasangan. 2. Guru membagi wacana atau materi setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar . 4. Pembaca membacakan ringkasanya selengkap mungkin, dengan memasukkan ideide pokok dalam ringkasanya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide yang kurang lengkap serta membantu mengingat atau menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau materi lainya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar sebaliknya. 6. Siswa dan guru menyimpulkan tentang pelajaran hari ini. 7. Penutup. dan Menurut Anonim (2007), keuntungan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe script adalah sebagai berikut: Keuntungan 1. Melatih pendengaran, ketelitian, serta kecermatan siswa. 2. Setiap siswa mendapat peran, sehingga siswa dapat bertanggung jawab atas perannya. 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain. Kelemahan 1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu. 2. Hanya dilakukan oleh dua orang. Model pembelajaran kooperatif tipe Numberd head together juga memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat (Isjoni, 2007)”. Sedangkan menurut Hartono (2013) Kepala bernomor diperkenalkan oleh Spencer Kagan, dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat kelompok. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan. c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakanya atau mengetahui jawabannya. d. Guru memangil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. f. Kesimpulan. Menurut Elni (2012), mengatakan bahwa keuntungan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together adalah sebagai berikut: Keuntungan: 1. Saling ketergantungan yang positif. 2. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 3. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 4. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru. Kelemahannya: 1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. 2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah Randomized PosttestOnly Comparison Group Design (Sukmadinata, 2010) seperti yang terlibat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Rancangan penelitian yang akan dilakukan Kelompok X Treatment Post-test Eksperimen I Eksperimen II X1 X2 T1 T2 Keterangan: X1 : Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Script. X2 : Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. T1 : Hasil post-test sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script T2 : Hasil post-test sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Agar mendapat sampel yang representatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengambil skor ulangan harian fisika kelas X SMA 7 Batanghari pada bab sebelumnya. 2. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi hasil belajar fisika siswa untuk masing-masing kelas sampel pada populasi. 3. Uji Normalitas 4. Melakukan uji homogenitas variansi kelas sampel dalam populasi dengan uji Bartlett. Setelah diketahui populasi terdistribusi normal dan homogen, maka pengambilan sampel dilakukan terhadap kelompok dengan cara cluster random sampling. Menurut Arikunto (2010), “Cluster random sampling digunakan oleh peneliti apabila di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai ciri sendiri-sendiri”. Jadi, cluster random sampling adalah pemilihan sampel yang dipilih secara random bukan individual, tetapi kelompok-kelompok. Adapun cara pengambilannya dengan menggunakan teknik kombinasi, sehingga 5 kelompok sampel disusun menjadi 10 macam sampel. Kemudian pengambilan kelompok sampel dilakukan dengan teknik undian. Selanjutnya peneliti menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan melakukan pengambilan secara acak. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tahap persiapan Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain: 1. Mengambil data jumlah siswa dan ulangan harian fisika siswa kelas X SMA Negeri 7 Batanghari pada bab sebelumnya. 2. Menentukan kelas sampel yang akan diteliti yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. 3. Menyusun jadwal kegiatan penelitian setelah penulis mendapat informasi tentang alokasi waktu pengajaran. 4. Membuat rencana pengajaran yang disusun dengan berpedoman pada kurikulum mata pelajaran fisika SMA yang terbaru. 5. Mempersiapkan hal yang mendukung model pembelajaran kooperatif tipe Script pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen II. b. Tahap pelaksanaan pengajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran, materi yang diberikan kepada siswa adalah sama. Hal yang membedakan adalah pemberian perlakuan, yaitu penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Script pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen II sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. c. Tahap akhir Adapun tahap akhir dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan post-test pada kelas sampel di akhir materi pokok sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh penulis. Sebelumnya soal post-test diuji cobakan terlebih dahulu di luar kelas sampel. 2. Menganalisis terhadap skor rata-rata post-test, kemudian menggambil kesimpulan. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil post-test pada lampiran 16, diperoleh hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 7 Batangahari pokok Gerak untuk kelas eksperimen I (X1) yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script memperoleh rata-rata 77, 26 dengan simpangan baku 63,06 . Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Script ini, suasana dalam proses pembelajaran tidak akan menegangkan, karena siswa langsung ikut terlibat ketika proses pembelajaran dimulai, serta pada proses pembelajarannya menarik perhatian siswa karena peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Disamping itu, bisa menambah rasa percaya diri siswa dalam menjelaskan materi yang dipelajarinya dan juga bisa memotivasi siswa untuk terus menggali informasi tentang materi yang dipelajari. Kelas eksperimen II (X4) yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together memperoleh nilai rata-rata 71,61 dengan simpangan baku 67,31. Sedangkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ini dapat menambah rasa percaya diri siswa dan siswa menjadi lebih berani dalam mengeluarkan pendapat serta terlihat sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipelajari. V. SARAN DAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis pada taraf nyata α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together. Dan diperoleh rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Script adalah 77,26. sedangkan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah 71,61. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan: 1. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Script dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sebagai alternatif model pembelajaran, karena dengan kedua model tersebut hasil belajar yang diperoleh di atas rata-rata syarat ketuntasan belajar. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu pokok bahasan yaitu gerak maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dilakukan pada pokok bahasan yang lain. 3. Guru diharapkan dapat mempersiapkan pembelajaran secara matang, mulai dari tenaga, pemikiran dan waktu agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan maksimal DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal., 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S., 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cifta. Arikunto, S. dan Jabar, S. A. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dimyati dan Mujiono,. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Reneka Cifta. Elni. Diakses tanggal 23 september 2012. Model Pembelajaran Numbered Head together.Http://elnicovengeance.wordpress.com Hall. Diakses tanggal 02 desember 2008. Model Pembelajaran Cooperative Script. Http://web.mst.edu/~r hall/indeks/script.html. Hamalik, O,. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.