1. 31 gambaran persepsi terhadap dukungan sosial pada remaja

advertisement
GAMBARAN PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL PADA
REMAJA YANG MENGALAMI KEHAMILAN DI LUAR NIKAH
(STUDI KASUS DI YAYASAN R)
Chrishianie dan Venie Viktoria Rondang Maulina
Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya
[email protected]
Abstrak
Kehamilan di luar nikah membawa permasalahan kompleks, khususnya
bagi remaja yang mengalami kehamilan tersebut. Kehamilan sebagai pengalaman
yang relatif baru, disertai dengan segala perubahan fisiologis, psikologis, dan
peran yang terjadi secara cepat, dapat menjadi stresor pada remaja yang
mengalaminya. Selain itu, kebanyakan remaja yang mengalami kehamilan di luar
nikah ini tidak memiliki pasangan, padahal keberadaan dan dukungan pasangan
merupakan faktor penting bagi perempuan hamil. Sebagai gantinya, para remaja
ini akan mencari dukungan dari sumber lain. Yayasan R secara khusus
memberikan pelayanan bagi perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah.
Dukungan yang diberikan oleh Yayasan R ini diharapkan dapat memfasilitasi para
remaja dalam menjalani kehamilan yang penuh tekanan tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap dukungan
sosial pada remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah. Sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sementara itu,
metode pengambilan data yang digunakan adalah metode wawancara. Jumlah
subjek dalam penelitian ini terdiri atas 2 orang berusia 18 dan 17 tahun. Analisa
tematik digunakan dalam pengolahan data hasil wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keempat bentuk dukungan sosial membantu remaja dalam
menjalani kehamilan di luar nikahnya. Pesepsi terhadap companionship support
dan emotional/esteem support dianggap dominan dalam membantu para remaja
ini mengatasi tekanan psikologis akibat kehamilan di luar nikah.
Tangible/instrumental support dapat memfasilitasi remaja dalam memenuhi
kebutuhan kehamilannya. Informational support memberikan pengetahuan
mengenai kehamilan, serta perencanaan mengenai masa depan remaja dan
anaknya kelak.
Kata kunci: kehamilan di luar nikah, persepsi dukungan sosial, remaja
Abstract
Unwanted pregnancy before marriage bring complex problems, especially
for adolescents who experience the pregnancy. Pregnancy as a relatively new
experience, accompanied by any change in the physiological, psychological, and
the role that occur rapidly, can be a stressor in adolescents in that situation.
Otherwise, most teenagers who become pregnant does not have a partner,
whereas the presence and support partner is an important factor for pregnant
women. Instead, these teenagers will seek support from other sources. R
Foundation specifically provides services for women who become pregnant
1.
31
outside of marriage. The support provided by the R Foundation is expected to
facilitate the youth to live with a stressful pregnancy. The purpose of this study is
to describe the perceptions of social support in adolescents who experience
unwanted pregnancy before marriage. In accordance with the purpose of the
research, this study used a qualitative approach. The method for collecting the
data were interviews. The number of subjects in this study consisted of two subject
aged 18 and 17 years old. Thematic analysis is implemented for analyzing
interviews data. The results showed that the four aspects of social support to help
teens in carrying out illegitimate pregnancy. Same perception of the
companionship and emotional support/esteem support is considered dominant in
helping these young people cope with the psychological stress due to unwanted
pregnancy before marriage. Tangible/instrumental support can facilitate the
needs of youth to support the pregnancy. Informational provide knowledge about
pregnancy, as well as planning for the future of youth and her future.
Keywords: unwanted pregnancy before marriage, perceptions of social support,
adolescence
Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, di mana mereka seyogyanya mulai mempersiapkan diri menuju
kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya (Sarwono, 1991). Menurut
Hurlock (2001), di masa remaja minat terhadap seks akan meningkat. Tambahan
pula, menurut Jensen (dalam Sarwono, 1991), tugas perkembangan remaja adalah
menerima kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan teman sebaya dari
jenis kelamin yang mana pun, menerima peranan seksual masing-masing (lakilaki atau perempuan), dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan
berkeluarga. Di dalam upaya menghadapi peran sosialnya yang baru ini, seorang
remaja mendapatkan adanya motivasi dan meningkatnya energi seksual. Akan
tetapi, rendahnya pengetahuan tentang seksualitas, pengaruh norma kelompok
sebaya yang dianutnya, harga diri yang rendah, serta rendahnya keterampilan
interpersonal khususnya untuk bersikap asertif (sikap tegas) untuk mengatakan
tidak terhadap ajakan melakukan hubungan seks dapat menyebabkan remaja
melakukan seks bebas yang berakhir dengan kehamilan (Rosenstock & Becker
dalam Uyun & Saputra, 2012).
Di Indonesia, berdasarkan data akhir-akhir ini, kehamilan di luar nikah
pada kalangan remaja cenderung meningkat. Susanto (2013, 28 Mei) memaparkan
hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012 angka kehamilan remaja pada kelompok
usia 15 – 19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh
lebih tinggi dibandingkan temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari 1.000 kehamilan.
Angka kehamilan di luar nikah pada remaja yang terus meningkat tentu
menjadi permasalahan yang patut untuk diperhitungkan. Hal ini dikarenakan
banyak studi yang membuktikan bahwa kehamilan pada remaja dapat
menimbulkan masalah psikologis, ekonomi, dan sosial bagi remaja yang
mengalami kehamilan dan anaknya kelak (Susanti, 2008; Santrock 2003).
32
Menurut Bolton (1980) ada berbagai dampak yang dialami akibat kehamilan di
luar nikah pada remaja di antaranya adalah:
1.
Terhambatnya tugas perkembangan
Banyak tugas perkembangan yang tidak dapat diselesaikan oleh remaja
akibat kehamilan. Bahkan ada tugas-tugas yang akan dilewati begitu saja
akibat tuntutan untuk menjalankan peran barunya sebagai orang dewasa,
padahal dalam perkembangannya yang normal remaja harus
menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, bisa memasuki tahap
perkembangan selanjutnya.
2.
Disfungsi keluarga
Sebagai anggota keluarga, remaja yang hamil seringkali dianggap sebagai
pembawa krisis atau permasalahan dalam keluarga. Permasalahan ini tidak
bisa dielakkan dan menuntut adanya penyesuaian dari seluruh anggota
keluarga, dan sangat potensial untuk menimbulkan konflik dan stres.
3.
Risiko kesehatan
Dalam menjalani masa kehamilan, remaja mempunyai beberapa tugas
berkaitan dengan perawatan dirinya. Hal ini seringkali melelahkan dan
menjadi beban sehingga remaja tidak mengindahkan beberapa hal yang
penting berkaitan dengan perawatan kehamilannya. Santrock (2003)
mengatakan kehamilan remaja menciptakan risiko kesehatan bagi sang
calon keturunan dan ibunya. Bayi yang lahir dari ibu yang masih remaja
cenderung memiliki berat badan rendah (faktor utama dalam kematian
bayi) serta masalah kesehatan saraf.
4.
Konflik emosional
Konflik yang dialami akan meningkat pada saat terjadinya interaksi antara
tuntutan dari lingkungan sosial remaja dengan kewajibannya untuk
mengasuh anak. Sebagai remaja kebutuhan bersosialisasi masih tinggi,
karena itu pekerjaan merawat anak seringkali dirasakan membebani dan
mengganggu dunia remajanya.
5.
Defisiensi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan
Santrock (2003) menyatakan bahwa remaja yang hamil umumnya
terhambat dalam pendidikan. Walaupun mereka akhirnya meneruskan
pendidikan tetapi mereka tetap tidak bisa menyamai remaja pada
umumnya
Tambahan lain, remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah mungkin
kehilangan kemungkinan kesempatan untuk menikah, ditinggalkan oleh pasangan,
menjadi single parent, mengakhiri pendidikan lebih awal, dan terganggunya
kesempatan berkarir, dimana hal-hal tersebut merupakan hal yang tidak
diinginkan (Bennet, 2003). Hal ini dialami oleh Tia dan Sasa (bukan nama
sebenarnya), dua orang remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah sebelum
menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Tia dan Sasa dengan terpaksa
harus mengundurkan diri dari sekolah dengan alasan pindah ke sekolah lain,
padahal alasan sebenarnya adalah kehamilan mereka yang bertambah besar
(Komunikasi pribadi, 5 November 2013).
Permasalahan lainnya, menurut Nath, Borkowski, Whitman, dan
Schellenbach (1991), banyak remaja yang mengalami kehamilan harus menjalani
33
kehamilan tanpa adanya pasangan, padahal keberadaan dan dukungan sosial dari
pasangan sering kali dianggap sebagai faktor penting bagi perempuan saat
menjalani kehamilan. Belsky (dalam Nath et al., 1991) menekankan pentingnya
hubungan suami-istri (marital relationship) bagi perempuan hamil. Keberadaan
pasangan yang memiliki kesamaan perasaan, ketakutan, bahkan rasa frustrasi di
masa transisi menjadi orangtua (parenthood) memberikan pengaruh penting bagi
perempuan di saat menjalani kehamilannya.
Para remaja yang mengalami kehamilan ini berusaha mencari dukungan
dari keluarga, teman, atau yayasan sosial. Wandersman dalam penelitiannya
menemukan bahwa dukungan dari keluarga dan teman pada remaja perkotaan
yang mengalami kehamilan di luar nikah, memiliki korelasi positif terhadap
kepuasan hidup dan korelasi negatif dengan kecemasan selama masa kehamilan
(Nath et al., 1991). Di setiap keluarga, kehadiran seorang remaja yang mengalami
kehamilan di luar nikah, dapat mengakibatkan keadaan yang beragam. Ada
keluarga yang dapat mempertahankan kedekatannya, tetapi ada keluarga yang
semakin berjarak karenannya. Kemampuan keluarga untuk menjadi fleksibel
dapat menjadi penentu seorang remaja untuk mengatasi permasalahan
kehamilannnya dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan remajanya
(Cervera, 1993). Akan tetapi apapun keadaannya, kehamilan di luar nikah pada
remaja akan menyebabkan krisis pada remaja tersebut dan keluarga (Cervera,
1993).
Sumber dukungan lainnya adalah teman. Akan tetapi, teman merupakan
bagian dari lingkup sosial dengan budaya dan norma sosial yang ada, sehingga
mungkin remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah mendapat perlakuan
berbeda yang cenderung negatif, seperti dicemooh. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa kehamilan di luar nikah di kalangan remaja sebagai tanda
kerusakan budaya dan gejala kemerosotan moral (Zastrow, 2013). Selain teman
dan keluarga, dukungan sosial yang diperoleh dari sumber lain juga dapat
memberikan efek positif (Cervera, 1993). Seperti dari yayasan sosial yang secara
khusus memberikan bantuan bagi perempuan yang mengalami kehamilan di luar
nikah. Yayasan R merupakan salah satu yayasan yang memberikan pelayanan
bagi perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah.
Sita (bukan nama sebenarnya), salah seorang perempuan yang pernah
menjalani kehamilan di luar nikah di Yayasan R, mengatakan bahwa Yayasan R
dapat memberikan rasa aman (Komunikasi pribadi, 5 November 2013). Sita
mengatakan bahwa keluar dari pagar pintu yayasan saja, sudah sangat
memungkinkan baginya mendapat pandangan negatif dari orang lain mengenai
kehamilannya. Akan tetapi, hal tersebut tidak dialami selama di Yayasan R,
dimana para pengurus dan penghuni yayasan dapat menerima Sita apa adanya.
Selain penerimaan, Yayasan R juga memberikan pembinaan dengan harapan
dapat mendewasakan dan mempersiapkan para penghuninya, yaitu perempuanperempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah. Yayasan R mengharapkan
setelah tidak tinggal di yayasan, para perempuan ini tidak melakukan kesalahan
yang sama, melainkan dapat menjalani kehidupan dengan lebih bertanggung
jawab.
34
Selain itu, para perempuan ini akan tinggal bersama-sama di Yayasan R
selama menjalani kehamilan hingga melahirkan. Hal ini memperbesar peluang
bagi para remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah untuk mendapatkan
dukungan sosial dari remaja atau perempuan yang mengalami kehamilan serupa.
Hal ini didukung oleh pendapat Thoit (dalam Nath et al., 1991), yang mengatakan
bahwa dukungan sosial yang paling efektif dan berguna dapat diperoleh dari
individu lain yang mengalami kesamaan stressors. Di dalam penelitian ini,
individu lain yang mengalami kesamaan stressors dapat diartikan sebagai remaja
lain yang juga mengalami kehamilan di luar nikah.
Pengertian dukungan sosial sendiri mengarah pada bagaimana individu
mengalami bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan dapat mengandalkan orang lain
ketika membutuhkan bantuan (Cobb dalam Turner, 1999). Hal serupa juga
diungkapkan Sarafino (2008), bahwa dukungan sosial adalah pemberian informasi
verbal maupun non-verbal, tingkah laku atau materi melalui adanya suatu
hubungan sosial yang akrab dan membuat individu merasa diperhatikan, bernilai,
dan dicintai. Dukungan sosial juga dikatakan dapat mengurangi keadaan stres,
seperti depresi dan kecemasan yang sedang dialami seseorang (Sarafino, 2008;
Taylor, 2006). Dukungan sosial dapat diberikan oleh siapa saja, tetapi
efektifitasnya bergantung kepada siapa yang memberikan dukungan dan penerima
dukungan, serta jenis dukungan yang diberikan (Sarafino, 2008; Taylor, 2006).
Adapun, dukungan sosial terbagi dalam empat tipe, yaitu: informational
support (memberikan nasihat, petunjuk, saran, atau umpan balik tentang
bagaimana seseorang melakukan suatu pekerjaan), instrumental/tangible support
(melibatkan bantuan langsung, seperti ketika orang memberikan atau
meminjamkan uang atau membantu pekerjaan rumah di kala seseorang
membutuhkan), companionship support (ketersediaan orang lain untuk
menghabiskan waktu dengan seseorang, sehingga memberikan perasaan
keanggotaan dalam kelompok yang saling berbagi minat dan berkegiatan
bersama-sama), dan emotional/esteem support (menyampaikan empati,
kepedulian, perhatian, hal positif, dan dorongan terhadap orang yang diberi
dukungan) (Sarafino, 2008).
Norris dan Kaniasty (1996) membagi dua aspek dukungan sosial, yaitu
received social support (bantuan yang diberikan secara nyata) dan perceived
social support (persepsi individu akan kesediaan bantuan maupun dukungan
disaat ia membutuhkannya). Rasa terbantu atau tidaknya dari dukungan sosial
yang diberikan bergantung pada persepsi penerima dukungan sosial terhadap
dukungan yang diberikan (perceived social support) (Norris & Kaniasty, 1996).
Jika penerima dukungan merasa terbantu, maka kemungkinan besar penerima
dukungan tersebut akan dapat mengatasi masalah yang dihadapinya dan merasa
lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial disaat
dibutuhkan akan membuat seseorang semakin stres, terutama bagi orang yang
memiliki kebutuhan dukungan sosial yang tinggi, tapi tidak mendapatkannya
(Taylor, 2006).
Sarason, Sarason, dan Pierce (1990) membagi dua tipe kognisi yang
diperoleh dari persepsi terhadap dukungan sosial, yaitu: sense of support dan
sense of acceptance. Sense of support yang dimaksud adalah keyakinan bahwa
35
adanya orang lain yang memiliki bersedia dan akan memberikan dukungan,
terlepas dari kemungkinan diperlukannya pengorbanan yang harus dilakukan
dalam rangka memberi dukungan (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990). Sense of
support ini dapat membantu seseorang menghadapi keadaan stres. Tipe kognisi
kedua, sense of acceptance, adalah keyakinan bahwa ada orang lain yang
menerima diri apa adanya, termasuk hal terbaik dan terburuk yang dimiliki. Ini
diperkuat ketika mengamati orang lain yang dengan rela memberikan
dukungannya kepada individu (Sarason, Sarason, & Pierce, 1990).
Efek dari persepsi terhadap dukungan sosial ini dapat muncul dalam
beberapa cara. Sebagai contoh, dalam konteks tertentu, dukungan sosial yang
dipersepsikan oleh seorang individu dapat menjadi stress buffer baginya (Sarason,
Sarason, & Pierce, 1990). Persepsi terhadap dukungan sosial ini akan membantu
mengubah persepsi seseorang mengenai keadaan stres yang dihadapinya. Hal ini
dikarenakan adanya perasaan nyaman yang muncul ketika mengetahui ada orang
lain yang memiliki niat untuk membantu, memperhatikan, dan menemani di kala
menghadapi permasalahan.
Pada remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah, persepsi terhadap
dukungan sosial dapat memberikan dampak yang besar, seperti keputusan untuk
melanjutkan kehamilan, kesehatan ibu dan anak selama menjalani kehamilan,
serta rencana masa depan bagi anaknya kelak. Berdasarkan pemaparan di atas,
peneliti ingin melihat gambaran persepsi terhadap dukungan sosial pada remaja
yang mengalami kehamilan di luar nikah, khususnya pada remaja yang tinggal di
Yayasan R. Harapannya dengan mengetahui dukungan sosial yang tepat, dapat
membantu para remaja ini melanjutkan kehamilannya dengan lebih baik.
METODE
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap
dukungan sosial pada remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah. Untuk
memperoleh data yang bersifat kaya dan mendalam, sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Karakteristik subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus
memenuhi karakteristik seperti tertera di bawah ini:
1.
Perempuan di usia remaja, yaitu 15-19 tahun. Peneliti menentukan batasan
usia ini dengan pertimbangan persentase kelahiran yang disumbang remaja
perempuan usia 15-19 tahun terjadi peningkatan (Susanto, 2013).
2.
Mengalami kehamilan di luar nikah dan memutuskan untuk melanjutkan
kehamilannya hingga melahirkan.
3.
Tidak memiliki rencana untuk menikah selama menjalani kehamilan di
luar nikah, maupun sesaat setelahnya.
4.
Masih mengandung dan memutuskan untuk menjalani kehamilannya di
Yayasan R.
Pada penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah
metode wawancara. Metode wawancara memiliki pengertian sebagai proses
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk memperoleh pengetahuan
tentang makna-makna yang dipahami individu berkaitan dengan topik yang
36
diteliti dan dimaksud melakukan eksplorasi terhadap topik tersebut (Banister
dalam Poerwandari, 2009).
Pelaksanaan penelitian dilakukan setelah para subjek menyatakan
kebersediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Pelaksanaan penelitian dilakukan
dengan mewawancarai para subjek yang namanya telah disamarakan. Sebelum
wawancara, peneliti memberikan informed consent terlebih dahulu kepada
masing-masing subjek. Pelaksanaan wawancara diadakan dua tahap, yaitu
wawancara pada awal kehamilan dan akhir kehamilan (menjelang persalinan). Hal
ini menjadi pertimbangan peneliti untuk mendapat gambaran persepsi terhadap
dukungan sosial yang lebih kaya.
Setelah data dalam bentuk verbatim diperoleh, peneliti melakukan koding.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis tematik terhadap data yang diperoleh.
Poerwandari (2009) menjelaskan bahwa analisis tematik merupakan proses
mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau
indikator yang kompleks. Analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan
‘tema’ yang tampil secara acak dari sejumlah informasi yang tersedia. Pada
penelitian ini, peneliti mengkategorisasikan koding-koding yang muncul sesuai
dengan tema terkait tujuan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara kepada kedua subjek, maka nampak bahwa
kehamilan di luar nikah yang terjadi pada remaja merupakan sebuah permasalahan
yang patut diperhitungkan. Hal ini disebabkan kehamilan di luar nikah berdampak
pada kondisi psikologis kedua subjek. Berikut tabel gambaran umum keadaan
subjek:
Tabel 1: Gambaran Umum Subjek
Nama Samaran
Usia
Subjek 1
Sasa
18 tahun
Tempat, Tgl Lahir
Jakarta, 12 Febuari 1996
Anak Dalam Keluarga
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Status
Pekerjaan
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Perkiraan
Sosial
Ekonomi
Penyebab Kehamilan
Kehamilan
1 dari 3 bersaudara
Tionghoa
Kristen
SMP
Belum Menikah
Wiraswasta
Wiraswasta
Subjek 2
Tia
17 tahun
Purbalingga, 2 Desember
1996
1 dari 3 bersaudara
Jawa
Kristen
SMP
Belum Menikah
Supir pribadi
Ibu rumah tangga
Menengah
Menengah bawah
Tanpa paksaan
Pertama
Tindakan Aborsi
-
Dengan paksaan
Kedua
Satu kali
(± 1 tahun yang lalu)
37
Usia Kehamilan Saat Usia kehamilan 4 bulan & Usia kehamilan 3 bulan &
Wawancara
Usia kehamilan 9 bulan
Usia kehamilan 8 bulan
Selanjutnya pada tabel di bawah ini dapat dilihat analisis perbandingan
persepsi terhadap dukungan sosial antar subjek.
38
Tabel 2: Analisis Banding Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Antar Subjek
Nama
Analisis
Informational
Support
Tangible/
Instrumental
Support
Remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
Sasa* (nama samaran)
- Dari teman-teman dan pengurus di Yayasan R:
- Berbagi informasi mengenai kehamilan, seperti perubahan apa
saja yang akan dialami sampai dengan persalinan,
pantangan selama hamil, dan kehidupan sebagai ibu tunggal
di usia remaja.
- Nasihat dan petunjuk dalam menghadapi permasalahan
kehamilan di luar nikah.
- Merasa terbantu karena mendapatkan gambaran apa saja yang
akan dialami selama hamil. Selain itu, nasihat dan petunjuk
yang diberikan membantunya memperoleh gambaran, serta
untuk merencanakan masa depan subjek kelak.
- Dari dokter kandungan:
Informasi medis seputar kehamilan, seperti perubahan selama
kehamilan, keluhan, dan solusinya. Dukungan ini membantu
subjek memperoleh gambaran mengenai kehamilannya. Selain itu,
subjek juga mendapat solusi atas keluhan yang ia alami.
- Dari Orangtua:
Orangtua mengirimkan uang untuk kebutuhan pokok yang
dibutuhkan subjek selama menjalani kehamilannya.
- Dari Yayasan R:
Tempat tinggal, makanan setiap hari, dan pakaian hamil yang
disediakan selama menjalani kehamilan. Selain itu, subjek juga
dibiayai untuk berkonsultasi rutin ke dokter kandungan, serta
pembelian obat atau vitamin. Subjek juga mendapatkan susu ibu
hamil secara rutin.
Tia* (nama samaran)
- Dari teman-teman dan pengurus di Yayasan R:
- Berbagi informasi seputar kehamilan, seperti perubahan apa
saja yang akan dialami selama hamil sampai dengan
persalinan, pantangan selama hamil, dan perubahan yang
terjadi di saat menjadi seorang ibu tunggal di usia remaja .
- Nasihat dan petunjuk dalam menghadapi permasalahan
kehamilan di luar nikah dan masa depannya.
- Merasa terbantu karena memperoleh gambaran, serta
informasi mengenai kehamilan yang belum pernah dialami
subjek sebelumnya.
- Dari dokter kandungan:
Melengkapi informasi yang didapat subjek dari teman-temannya.
Mendapatkan solusi dari keluhan yang dialami subjek selama
kehamilan. Subjek juga memperoleh informai mengenai kesehatan
ia dan bayi dalam kandungannya.
- Dari keluarga:
Nasihat dan petunjuk mengenai permasalahan kehamilan di luar
nikah yang subjek alami dan masa depan subjek kelak. Dukungan
ini membantu subjek dalam menentukan keputusan bagi ia dan
anaknya, yaitu dengan memberikan anaknya untuk diadopsi.
- Dari Orangtua:
Orangtua mengirimkan uang untuk kebutuhan pokok yang
dibutuhkan subjek selama menjalani kehamilannya.
- Dari Yayasan R:
Tempat tinggal, makanan setiap hari, dan pakaian hamil yang
disediakan selama menjalani kehamilan. Selain itu, subjek juga
dibiayai untuk berkonsultasi rutin ke dokter kandungan, serta
pembelian obat atau vitamin. Subjek juga mendapatkan susu ibu
hamil secara rutin.
1.
39
Nama
Analisis
Companionship
Support
Emotional/ Esteem
Support
Remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
Sasa* (nama samaran)
- Dari teman gereja dan salah seorang anggota Pro-Life Jakarta:
Di awal kehamilannya, dukungan ini membuat subjek merasa tidak
menjalani dan menghadapi permasalahannya sendirian.
- Dari teman-teman di Yayasan R
Kesamaan permasalahan yang dihadapi membuat Sasa dapat
memperbincangkan permasalahannya. Hal ini membuat subjek
tidak merasa sendirian dalam menghadapi permasalahannya
- Dari salah seorang pengurus Yayasan R:
Subjek mendapatkan sosok teman yang dapat mendengarkan
keluh-kesahnya
dan
memberikan
feedback
seperlunya.
Kebersamaan yang didapat subjek ini membuat ia merasa tidak
kesepian dan terhibur. Subjek merasa beryukur memperoleh
dukungan ini selama ia menjalani kehamilan di luar nikahnya.
- Dari teman-teman di Yayasan R:
- Adanya perasaan diterima dan tidak dihakimi membuat subjek
merasa aman selama menajalni kehamilan di luar nikahnya.
Subjek merasa adanya empati dari teman-teman di Yayasan
R dikarenakan kesamaan permasalahan yang dihadapi
- Keberhasilan teman-teman yang mengalami kehamilan di luar
nikah hingga melahirkan anak mereka menjadi motivasi dan
inspirasi bagi subjek. Subjek merasa apabila temantemannya bisa melalu permasalahan tersebut, maka ia pun
bisa melaluinya
- Pengurus Yayasan R:
Dukungan positif yang disampaikan oleh pengurus melalui
pendekatan spiritual membangkitkan semangat subjek. Subjek
merasa apa yang dialami memiliki hikmah yang membangun bagi
dirinya kelak
Tia* (nama samaran)
- Dari kakak gereja:
Mendampingi subjek di awal kehamilannya dan membantu subjek
untuk menentukan pilhan agar tetap melanjutkan kehamilannya di
Yayasan R
- Dari teman-teman di Yayasan R
- Subjek dapat menghabiskan waktu senggang bersama-sama
dengan bercerita dan bercanda.
- Merasa seperti mendapat keluarga baru dan diterima apa
adanya.
- Subjek merasa bersyukur karena ia merasa diterima dengan
hangat sebagai keluarga di Yayasan R
- Dari kakak gereja:
Adanya perhatian dan perjuangan yang diberikan kepada subjek,
membuat subjek merasa berharga dan disayangi.
- Dari teman-teman di Yayasan R:
- Persamaan keadaan membuat teman-teman di Yayasan R
dapat berempati terhadap subjek.
- Keberhasilan para teman-teman di Yayasan R melalui
kehamilan di luar nikah, hingga melahirkan anak mereka,
menjad pembanding positif bagi subjek. Subjek termotivasi
untuk bisa melakukan hal serupa
- Dari keluarga:
- Keluarga memaafkan dan tidak menghakimi subjek. Keluarga
juga berusaha merasakan apa yang subjek rasakan. Hal ini
membuat subjek merasa disayangi dan diperhatikan dengan
tulus.
- Keluarga fokus memikirkan masa depan subjek dan anaknya
kelak.
40
41
Menurut Kartono (1992), kehamilan dapat mengembangkan mekanisme
kepuasan dan kebanggaan bagi perempuan yang mengalaminya, karena ia mampu
menjalankan tugas kewajiban sebagai perempuan normal dan sebagai penerus
generasi. Akan tetapi, penghayatan seperti ini tidak ditemukan pada kedua subjek
dikarenakan kehamilan yang mereka alami terjadi di luar harapan dan kesiapan
kedua subjek sebagai seorang remaja. Pada kenyataannya, kedua subjek justru
mengalami tekanan-tekanan psikologis (cemas, takut, stres, dan lain-lain) akibat
kehamilan di luar nikah tersebut. Hal ini serupa dangan apa yang dikatakan
Gullota (1999), bahwa umumnya remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
dapat mengalami stres, perasaan tidak berdaya (feeling of helplessness), putus asa,
depresi, keinginan bunuh diri, dan merasa diri gagal serta kehilangan harga diri.
Meskipun demikian, hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi kedua
subjek terhadap dukungan sosial yang diberikan dinilai positif karena dukungandukungan sosial tersebut membantu kedua subjek dalam menjalani kehamilan di
luar nikah dan mengatasi kondisi psikologis yang dialami, seperti cemas, takut,
stres, dan lain sebagainya. Dukungan sosial yang dipersepsikan kedua subjek,
antara lain: informational support, tangible/instrumental support, companionship
support, dan emotional/esteem support. Keempat dukungan sosial ini diterima
kedua subjek dari berbagai sumber. Setiap sumber yang memberikan salah satu
bentuk dukungan, belum tentu memberikan bentuk dukungan lainnya.Keempat
dukungan itu pun memberikan dampak positif yang berbeda bagi kedua subjek.
Meskipun demikian, keempat dukungan sosial yang diterima kedua subjek dirasa
membantu saat menjalani kehamilan di luar nikah mereka.
Informational support diperoleh kedua subjek dari teman-teman di
Yayasan R. Kedua subjek mengatakan bahwa informasi yang didapat memberikan
gambaran mengenai apa saja yang akan mereka lalui selama menjalani kehamilan.
Selain informasi, kedua subjek juga merasa terbantu dengan nasihat dan petunjuk
yang diberikan oleh teman-teman di Yayasan R. Nasihat dan petunjuk dirasa
dapat membantu mereka dalam menghadapi permasalahan kehamilan di luar
nikah yang mereka sedang hadapi. Nasihat dan petunjuk yang mereka terima juga
bermanfaat untuk menyusun rencana masa depan kedua subjek.
Informational support juga diterima kedua subjek dari dokter kandungan
mereka. Kedua subjek sama-sama merasa dokter kandungan mereka memberikan
informasi medis seputar kehamilan yang bermanfaat bagi kehamilan mereka.Di
saat mereka merasa ada keluhan, dokter kandungan mereka dapat memberikan
penjelasan logis dan solusi terhadap keluhan tersebut.Subjek pertama mengatakan
bahwa dokter kandungannya melengkapi informasi yang tidak diberikan oleh
teman-teman di Yayasan R.
Kedua subjek mendapatkan tangible/instrumental support yang serupa.
Tangible/instrumental support diterima kedua subjek dari Yayasan R dan
orangtua. Selama menjalani kehamilan di Yayasan R, kedua subjek mengaku
sudah terpenuhi kebutuhan pokoknya. Kedua subjek mendapat tempat tinggal
yang layak, makanan yang cukup tiap harinya, dan pakaian kehamilan jika mereka
perlu meminjam. Di samping itu, kedua subjek juga merasa mendapat fasilitas
yang menunjang kehamilan mereka. Kedua subjek mendapatkan fasilitas ke
dokter kandungan rutin, beserta obat-obatan dan vitamin jika dibutuhkan. Mereka
1.
42
juga mendapat susu untuk ibu hamil secara rutin. Fasilitas-fasilitas ini diberikan
secara cuma-cuma. Kedua subjek sama-sama merasa terbantu dengan
tangible/instrumental support yang diberikan Yayasan R. Hal ini tampak dari rasa
bersyukur kedua subjek karena dapat menajalani kehamilannya di Yayasan R.
Selanjutnya, companionship support didapatkan kedua subjek. Ada
sumber pemberi companionship support yang sama di kedua subjek, tetapi juga
ada yang berbeda. Di awal kehamilan, kedua subjek mendapatkan dukungan ini
dari teman.Saat menjalani kehamilan, companionship support didapatkan kedua
subjek dari teman-teman di Yayasan R. Menurut mereka, kebersamaan yang
mereka dapatkan selama menjalani kehamilan di Yayasan R menjadi penghiburan
bagi mereka. Di waktu senggang, mereka dapat berbagi cerita dan bercanda
bersama.
Dukungan terakhir yang didapat kedua subjek adalah emotional/esteem
support. Sumber pemberi dukungan ini ada yang sama di kedua subjek, tetapi ada
juga yang berbeda. Kedua subjek mengatakan bahwa mereka mendapat
emotional/esteem support selama menjalani kehamilan di Yayasan R. Sumber
pemberi dukungan ini adalah teman-teman di Yayasan R. Bentuk dukungan yang
tampak pada kedua subjek dari teman-teman di Yayasan R adalah empati dan
motivasi. Empati dirasakan oleh kedua subjek dikarenakan teman-teman di
Yayasan R telah mengalami keadaan serupa, yaitu kehamilan di luar nikah. Hal
ini menyebabkan teman-teman di Yayasan R mengerti apa yang kedua subjek
rasakan, termasuk tekanan-tekanan yang mereka rasakan.
Selain itu, kedua subjek juga mendapatkan dukungan dalam bentuk
motivasi dari teman-teman di Yayasan R. Di kedua subjek ditemukan kesamaan
bahwa keberhasilan teman-teman mereka melalui kehamilan di luar nikah
dijadikan pembanding positif bagi diri mereka. Kedua subjek merasa apabila ada
orang lain yang berhasil melalui kehamilan di luar nikah hingga melahirkan
anaknya dengan selamat, maka mereka pun dapat melaluinya. Emotional/esteem
support yang diterima kedua subjek dari teman-teman di Yayasan R dirasa
membantu mereka dalam mengatasi tekanan-tekanan yang mereka alami.
Dalam hal ini, emotional/esteem support dan companionship support
memberikan sense of acceptance bagi kedua subjek. Sense of acceptance adalah
keyakinan bahwa ada orang lain yang menerima individu apa adanya, termasuk
hal terbaik dan terburuk yang individu itu miliki (Sarason, Sarason, & Pierce,
1990). Hal ini dikarenakan kesamaan kondisi atau pengalaman antara kedua
subjek dan teman-teman di yayasan, yaitu pernah mengalami kehamilan di luar
nikah. Hal ini sejalan dengan pendapat Thoit (dalam Nath et al, 1991), bahwa
dukungan sosial yang paling efektif dan bermanfaat dapat diperoleh dari individu
lain yang mengalami kesamaan stressors.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data tiap subjek dan analisis banding antar
subjek, ditemukan beberapa kesimpulan yang dapat menjawab masalah penelitian
ini, yaitu:
1.
Keempat dimensi dukungan sosial dipersepsikan oleh kedua subjek dalam
menjalani kehamilan di luar nikahnya, yaitu: informational support,
43
tangible/instrumental
support,
companionship
support,
dan
emotional/esteem support.
2.
Keempat dimensi dukungan sosial yang dipersepsikan oleh kedua subjek
dapat diperoleh dari sumber yang sama maupun berbeda. Satu sumber dapat
memberikan lebih dari dimensi dukungan sosial. Sumber-sumber pemberi
dukungan sosial adalah teman-teman dari Yayasan R, pengurus Yayasan R,
keluarga, teman gereja, dan dokter kandungan.
3.
Setiap dimensi dukungan sosial yang dipersepsikan kedua subjek
memberikan efek bantuan yang berbeda-beda. Penjelasannya sebagai
berikut:
a. Pada informational support memberikan bantuan dengan
memberikan kedua subjek gambaran terhadap kehamilan yang
belum pernah mereka jalani sebelumnya. Informational support juga
memberikan petunjuk dan pertimbangan bagi kedua subjek untuk
menyusun rencana masa depannya.
b. Pada tangible/instrumental support memberikan bantuan langsung
pada kedua subjek dalam menjalani kehamilan. Tangible/
instrumental support berkaitan degan kondisi kehamilan baik dan
sehat pada kedua subjek.
c. Pada companionship support dan emotional/esteem support
memberikan bantuan bagi kedua subjek dalam mengatasai tekanantekanan psikologis yang mereka alami selama menjalani kehamilan
di luar nikah.
4.
Keempat dimensi dukungan sosial yang dipersepsikan memang memberikan
efek bantuan yang berbeda-beda. Namun, keempat dimensi dukungan sosial
tersebut memberikan efek positif bagi kedua subjek dalam menjalani
kehamilan di luar nikah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka berikut ini
merupakan beberapa hal yang dapat menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut
mengenai gambaran persepsi terhadap dukungan sosial pada remaja yang
mengalami kehamilan di luar nikah. Pertama, pada penelitian ini, kedua subjek
penelitian memiliki tahapan usia remaja yang sama dan menjalani kehamilan di
sebuah yayasan. Pada penelitian selanjutnya, disarankan mencari subjek dengan
tahapan usia remaja yang berbeda-beda, serta keadaan subjek yang menjalani
kehamilan dengan kondisi yang lebih beragam (seperti di rumah sendiri atau di
rumah keluarga). Harapannya dengan begitu dapat menghasilkan data yang lebih
kaya dan beragam, terkait dengan faktor lain yang mungkin ikut serta
mempengaruhi persepsi remaja tersebut terhadap dukungan sosialnya. Dalam
penelitian ini proses pengambilan keputusan, perkembangan moral, dan pola
attachment pada remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah tampaknya turut
berperan serta pada persepsi para remaja terhadap dukungan sosialnya. Namun,
dalam penelitian ini ketiga hal tersebut masih belum tergali secara lebih
mendalam sehingga dapat dilakukan pula pada penelitian lanjutan.
Selain itu, beberapa saran praktis yang dapat diberikan. Pertama, kepada para
remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah disarankan untuk terbuka ke
orang terdekat ataupun ke orang-orang yang mengalami kesamaan pengalaman
44
atau kondisi, dalam hal ini remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah. Hal
ini akan sangat berguna bagi remaja tersebut dalam menjalani kehamilan, serta
dalam perencanaan mengenai masa depan ia dan anaknya kelak. Tambahan pula,
bagi keluarga dan sahabat para remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
diharapkan untuk memberikan dukungan sosial. Kehamilan di usia remaja tanpa
adanya status pernikahan merupakan sebuah masalah besar bagi yang
mengalaminya. Dukungan yang dapat mereka terima akan sangat berdampak bagi
kehidupan remaja tersebut dan anak dalam kandungannya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, L. R. (2003). Single women's experiences of premarital pregnancy and
induced abortion in Lombok, Eastern Indonesia. Reproductive Health
Matters, 9, 17, 37-43
Bolton, F.G. (1980). The pregnant adolescent: Problems of premature
parenthood. California: Sage
Cervera, N. (1993). Family change during an unwed teenage pregnancy. Journal
of Youth and Adolescence, 23 (1), 119-139
Gullotta, T. P. (1999). Adolescent sexuality. California: Sage
Hurlock, E. B. (2001). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. (Istiwirdayanti terj.). Jakarta: Erlangga
Kartono, K. (1992). Psikologi wanita. Bandung: Mandar Maju
Nath, P. S., Borkowski, J.G., Whitman, T. L., & Schellenbach, C. J. (1991).
Understanding adolescent parenting: The dimensions and functions of
social support. National Council on Family Relation, 40, 4, 441-420
Norris, F. H. & Kaniasty, K. (1996). Received and perceived social support in
times. Journal of Personality and Social Psychology. 71, 498-511
Poerwandari, E. K. (2009). Pendekatan kualitatif untuk perilaku manusia.
Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja (S. B. Adelar; S.
Saragih. Terj). Jakarta: Erlangga
Sarafino, E. P. (2008). Health psychology: Biopsychosocial interaction (6thed).
New York: John Willey & Sons
Sarason, I. G., Sarason, B. R., & Pierce, G. (1990). Social support: An
interactional view. New york: John Wiley & Sons
Sarwono, W. S. (1991). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Susanti, N. N. (2008). Psikologi kehamilan. Jakarta: EGC
Susanto, C. E. (2013, 28 Mei). Fenomena kehamilan usia remaja meningkat.
Media Indonesia, hlm 15
Taylor, S. E. (2006). Health psychology. (Ed. Ke-6). New York: McGraw-Hill
Turner, R. J. (1999). Social support and coping. Dalam Allan V. Horwitz dan
Teresa L. Scheid (Eds.). A handbook for the study of mental health:
social contexts, theories, and systems (hal. 198 -210). New York:
Cambrige University Press
Uyun, Z. & Saputra, N. W. (2012). Kecemasan pada remaja hamil di luar nikah.
Ishraqi, 10, 1, 97-107
45
Zastrow, C. (2013). Introduction to social work and social wefare. California:
Cengage
46
Download