BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan selama kehidupannya. Menurut
Maslow (dalam Robbins, 1998) kebutuhan manusia dibagi menjadi lima bagian,
yakni kebutuhan fisiologis (makan, minum, sex, dan sebagainya), kebutuhan rasa
aman, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, kebutuhan untuk dihargai, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Selanjutnya Maslow menyampaikan bahwa
kebutuhan bergerak dari kebutuhan tingkat rendah, yang disebut dengan
kebutuhan order rendah (fisiologis, rasa aman, dan sosial) menuju kebutuhan
tingkat tinggi, yang disebut dengan kebutuhan order tinggi (penghargaan dan
aktualisasi diri). Sebelum kebutuhan yang rendah terpenuhi, atau setidaktidaknya cukup terpenuhi, maka seseorang tidak akan bergerak ke kebutuhan
yang lebih tinggi.
Menurut Glasser (dalam Jatman, 1985), setelah terpenuhi semua
kebutuhan dasarnya, orang pun mulai bertanya tentang makna kehidupan. Yalom
(dalam Theresia, 1998) mengemukakan bahwa salah satu sumber makna pribadi
adalah
keyakinan
bahwa
manusia
seharusnya
berjuang
keras
untuk
mengaktualisasikan diri mereka, yaitu dengan membaktikan diri mereka dan
merealisasikan potensi-potensi yang mereka miliki.
1
2
Menurut Maslow (dalam Schultz, 1993), aktualisasi diri merupakan
keinginan seseorang untuk memenuhi dirinya dengan menggunakan kapasitaskapasitas dan kualitas diri secara penuh. Selanjutnya Maslow menyampaikan
bahwa aktualisasi diri juga dapat diartikan sebagai keinginan atau kemauan
seseorang untuk memperbaiki kekurangannya. Kekurangan dapat menimbulkan
perasaan sakit dan tidak enak, baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis.
Hal tersebut merupakan dorongan untuk mencapai sesuatu yang kurang pada
dirinya. Rogers (dalam Schultz, 1993 ) mengemukakan bahwa aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya. Orang yang mengaktualisasikan diri selalu berusaha mencintai
dirinya dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya,
sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Aktualisasi diri oleh Maslow (dalam Koeswara, 1991) diartikan sebagai
kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.
Pengaktualisasian diri menunjukkan pada upaya masing-masing orang untuk
menjadi yang terbaik sesuai dengan bidang dan potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan aktualisasi diri dapat dipahami sebagai hasrat individu untuk
menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya,
atau diartikan sebagai suatu hasrat untuk menyempurnakan diri melalui
pengungkapan segenap potensi yang dimiliki (Theresia, 1998).
Rogers (dalam Schultz, 1993) mengungkapkan bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu keinginan untuk mengungkapkan kapasitas-kapasitas yang
dimiliki seseorang, agar tujuannya tercapai. Dalam memenuhi kebutuhan
3
aktualisasi diri, seseorang harus mampu memahami dan mengerti akan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, agar kekurangan yang ada pada
dirinya
bukanlah
suatu
penghambat.
Rogers
(dalam
Schultz,
1993)
menyampaikan bahwa aktualisasi diri merupakan keinginan seseorang untuk
mencapai tujuannya sesuai dengan kapasitas-kapasitas yang dimilikinya.
Individu yang memahami akan kemampuannya mampu menyadari akan
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Seorang pekerja seni rupa mempunyai keinginan dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, sama seperti individu yang lain. Seorang
pekerja seni rupa biasanya memiliki keahlian dalam menciptakan karya-karya
seni, seperti lukisan, patung, dan kriya logam/kayu, tetapi untuk menciptakan
karya seni tersebut, seorang pekerja seni rupa membutuhkan ruang dan waktu
yang kondusif agar dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya lebih maksimal,
sehingga kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi.
Linton (dalam Sukardi, 1993) mengatakan bahwa seorang pekerja seni
rupa untuk mengekspresikan ide-ide kreatifnya dalam sebuah karya seni
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : sarana dan prasarana, lingkungan
yang kondusif, masalah pribadi, pengalaman dan kemampuan di bidang seni, dan
masalah waktu. Dari hasil survei yang dilakukan oleh penulis, ditemukan bahwa
sebanyak 66,7 % para pekerja seni rupa mengalami hambatan untuk
menyalurkan ide-ide kreatifnya dalam sebuah karya seni. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas karya seni dan penerimaan dari pencinta seni,
sehingga kebutuhan aktualisasi dirinya kurang terpenuhi.
4
Proses pencapaian aktualisasi diri, mempunyai faktor pendukung dan
faktor penghambat. Banyak pekerja seni rupa mengalami hambatan dalam
penciptaan karya sebagai wujud pengaktualisasian diri. Untuk mencapai
kebutuhan akan aktualisasi diri, seorang pekerja seni rupa diharapkan mampu
mengatasi hambatan-hambatan yang ada di dalam dirinya maupun di lingkungan
tempat tinggalnya, salah satunya adalah dengan memiliki kepribadian yang dapat
mendukung profesinya sebagai pekerja seni rupa yaitu kepribadian artistik dan
entrepreneurship yang tinggi (Koeswara, 1991). Dengan memiliki kepribadian
artistik dan entrepreneurship yang tinggi, seorang pekerja seni rupa akan lebih
mudah mengatasi hambatan-hambatannya untuk menyalurkan ide-ide kreatifnya
ke dalam sebuah karya seni yang bagus dan berkualitas agar karya seninya
tersebut dapat diterima oleh para pencinta seni, sehingga kebutuhan akan
aktualisasi dirinya terpenuhi.
Menurut Murray (dalam Sukardi, 1993), kebutuhan pribadi dan tuntutan
lingkungan merupakan suatu gambaran yang bermanfaat dalam merumuskan ideide kreatif. Pada tingkat kebutuhan tertinggi seseorang telah mampu “mengerti”
dirinya sendiri, mengarahkan dan meningkatkan kualitas dirinya sebagai pribadi
yang matang. Sebagai seorang pekerja seni rupa dituntut dapat menyesuaikan
dirinya dengan baik di lingkungan masyarakatnya, agar terciptanya hubungan
timbal balik antara lingkungan dengan dirinya. Dengan demikian, seorang
pekerja seni rupa diharapkan mampu menghadapi hambatan-hambatan yang ada
di lingkungan sekitarnya agar dapat mengembangkan daya imajinasinya dalam
sebuah karya seni, yaitu dengan memiliki kepribadian artistik.
5
Menurut Holland (1985), seorang pekerja seni rupa yang memiliki
kepribadian artistik biasanya lebih menyukai aktivitas yang tidak sistematis,
bebas, dan tidak jelas (ambigius), memanipulasi benda, verbal, ataupun manusia
untuk menciptakan bentuk-bentuk atau produk seni. Selanjutnya disampaikan
bahwa seseorang yang memiliki kepribadian artistik tidak menyukai aktivitas
yang teratur, sistematik, dan eksplisit. Perilaku-perilakunya cenderung dilakukan
untuk menguasai kemampuan-kemampuan di bidang artistik seperti bahasa, seni,
musik, drama, menulis dan menolak kemampuan-kemampuan di bidang klerikal
atau yang bersifat konvensional. Orang model ini menilai dirinya ekspresif,
orisinil, intuitif, tidak ikut-ikutan, introspektif, independen, tidak teratur, dan
memiliki kemampuan artistik dan musik.
Holland (dalam Sukardi, 1993) menyatakan, bahwa seorang pekerja seni
rupa yang memiliki kepribadian artistik, cenderung menguasai lingkungan sosial
dan fisiknya dengan menggunakan perasaan, emosi, kata hati (intuisi) dan
imajinasi untuk menciptakan produk dan bentuk-bentuk seni. Kemampuan untuk
menguasai lingkungan melalui perasaan dan emosi yang dimiliki seorang pekerja
seni rupa, sangat diperlukan dalam mengekspresikan dirinya kedalam sebuah
karya seni, sehingga ia dapat menghasilkan dan menciptakan karya seni yang
bagus dan berkualitas. Bagi seorang pekerja seni rupa, pemecahan masalah
adalah dengan cara melibatkan ekspresi imajinasi dan perasaan dalam
mengerjakan sebuah karya seni yang akan direncanakannya.
6
Menurut Holland (dalam Robbins, 2001), kepribadian artistik adalah
pribadi yang lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tidak sistematis, yang
memungkinkan ungkapan kreatif. Selanjutnya disampaikan bahwa orang yang
berkepribadian artistik biasanya juga memiliki karakteristik seperti : imajinatif,
tidak tertib, idealis, emosional dan tidak praktis. Hal-hal yang disebutkan di atas
menunjukkan bahwa seorang pekerja seni rupa merupakan orang yang kreatif,
sehingga memiliki daya imajinasi yang tinggi. Orang yang imajinatif mempunyai
pemikiran yang luas dan pandai dalam menyikapi masalah kehidupan. Daya
imajinasinya yang tinggi membuat seorang pekerja seni rupa lebih bebas dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui karya seni yang dihasilkan.
Pengungkapan perasaan dan pikiran yang bebas, membuat seorang pekerja seni
rupa lebih mudah untuk mencapai aktualisasi diri.
Menurut Holland (dalam Sukardi, 1993), seorang pekerja seni rupa untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya memerlukan interpretasi atau kreasi dalam bentuk
artistik melalui cita rasa, perasaan dan imajinasi. Ide-ide kreatif yang dihasilkan
oleh seorang pekerja seni rupa diduga merupakan hasil dari interaksi sosial,
pengalaman hidup dan permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut merupakan
perasaan dan pemikiran yang matang dalam mengungkapkan sebuah karya seni
agar dapat menghasilkan karya seni yang bagus dan berkualitas.
Selain memiliki kepribadian artistik, seorang pekerja seni rupa
diharapkan memiliki kepribadian entrepreneurship, agar dapat merealisasikan
dan mengaktualisasikan dirinya dengan lebih optimal. Menurut McClelland
(dalam Longenecker dkk, 2001), orang yang telah menjadi wirausaha, rata-rata
7
mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi bila dibandingkan orang-orang
lain pada umumnya.
Menurut Schumpeter (dalam Winardi, 2003), seorang entrepreneur
berupaya untuk merubah atau menghasilkan sebuah penemuan baru. Hal tersebut
dilaksanakan melalui pemanfaatan bahan baku, atau sebuah jalur pemasaran baru
untuk produk-produk yang dihasilkan. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah
suatu proses dinamis untuk menciptakan kesejahteraan tambahan. Kesejahteraan
tersebut diciptakan oleh individu yang mengasumsikan sebuah resiko besar
dalam sebuah keseimbangan, waktu dan komitmen kerja untuk menghasilkan
produk atau jasa yang bernilai. Hal terpenting adalah mengerahkan dan
mengalokasikan sumber-sumber dan ketrampilan yang dibutuhkan ( Ronstandt,
1984).
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian-penelitian guna
mendapatkan gambaran jelas tentang kepribadian entrepreneurship. Menurut
Zimmerer, dkk. (2002), kepribadian entrepreneurship adalah kepribadian yang
berusaha untuk menciptakan sebuah bisnis baru, dengan menghadapi resiko dan
ketidakpastian, yang bertujuan untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui
pengidentifikasian peluang- peluang, melalui kombinasi sumber-sumber daya
yang diperlukan untuk mendapatkan manfaatnya.
Selanjutnya disampaikan
bahwa seseorang yang memiliki kepribadian entrepreneurship memiliki
tanggung jawab atas profesi yang ditekuni, preferensi untuk menghadapi resiko
moderat, keyakinan untuk meraih keberhasilan, keinginan untuk mencapai
umpan balik, energi tingkat tinggi, orientasi ke depan, membangun sebuah
8
perusahaan dari titik nol, seakan-akan menyusun sebuah gambaran penuh likuliku teka-teki, lebih dipentingkannya peraihan prestasi dibandingkan dengan
upaya mendapatkan uang.
Menurut Schermerhorn (1999), kepribadian entrepreneurship merupakan
perilaku dinamik, menerima resiko, kreatif serta berorientasi pada pertumbuhan.
Selanjutnya disampaikan bahwa seseorang yang berkepribadian entrepreneurship
memiliki karakteristik seperti : internal locus of control, tingkat energi tinggi,
kebutuhan tinggi akan prestasi, toleransi terhadap ambiguitas, kepercayaan diri,
berorientasi pada tindakan. Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa seorang
pekerja seni rupa diharapkan memiliki kepribadian entrepreneurship yang tinggi
agar dapat meningkatkan kualitas hasil karya seninya dengan memperluas
wawasan dan pengetahuannya di bidang seni, mempunyai kepekaan dalam
merespon suatu stimulus serta mengembangkan interaksi sosialnya dengan
mengikuti acara-acara tertentu, seperti pameran. Dengan
memiliki wawasan
yang luas, mempunyai kepekaan dalam merespon suatu stimulus dan sering
mengikuti pameran-pameran akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi
bagi pekerja seni rupa, sehingga ia tetap terus berkarya dalam mengembangkan
dan menciptakan ide-ide kreatifnya menjadi sebuah karya seni yang berkualitas
dan dapat diterima oleh para pencinta seni, dengan demikian kebutuhan
aktualisasi dirinya terpenuhi.
Dari uraian di atas diketahui bahwa seorang pekerja seni rupa yang
memiliki kepribadian artistik yang tinggi, mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya melalui hasil karya seni yang berkualitas, sehingga kebutuhan
9
aktualisasi dirinya terpenuhi. Hal tersebut harus didukung dengan berwirausaha
dengan cara sering mengikuti pameran-pameran, agar dapat dikenal oleh
masyarakat luas, sehingga karya seninya tersebut dapat diterima dan dihargai
oleh para pencinta seni. Seorang pekerja seni rupa yang memiliki kepribadian
entrepreneurship yang tinggi, senantiasa berusaha menjadi efisien dan lebih baik
agar tujuannya tercapai. Dengan demikian, seorang pekerja seni rupa untuk
mencapai aktualisasi diri diharapkan memiliki kepribadian artistik dan
entrepreneurship yang tinggi. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini
adalah seberapa besar peran kepribadian artistik dan entrepreneurship terhadap
tingkat aktualisasi diri pada pekerja seni rupa ?
B. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepribadian artistik dan
entreprenership terhadap tingkat aktualisasi diri pada pekerja seni rupa. Selain
itu juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan relatif dan efektif
pada masing-masing variabel atau pun secara bersama-sama, yaitu kepribadian
artistik, kepribadian entrepreneurship dan aktualisasi diri pada pekerja seni rupa.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu :
10
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan tambahan informasi khususnya dalam bidang Psikologi
Kepribadian & Psikologi Industri dan Organisasi tentang peran kepribadian
artistik dan entrepreneurship terhadap tingkat aktualisasi diri pada pekerja seni
rupa.
2. Manfaat Praktis
Apabila penelitian ini terbukti, maka dapat digunakan oleh para pekerja seni
rupa lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sebagai dasar untuk
menghasilkan karya seni yang berkualitas, yaitu dengan memiliki kepribadian
artistik dan entrepreneurship pada pekerja seni rupa. Caranya dengan
mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada para pekerja seni rupa, agar
mereka
menjadi
sadar
akan
pentingnya
kepribadian
artistik
entrepreneurship, sehingga kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi.
dan
11
TUGAS E-LEARNING-1
Tulisan Makalah tersebut di atas adalah BAB I dari skripsi seorang
mahasiswa. Tugas Saudara adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
dan dikumpulkan pada pertemuan tatap muka Seminar PIO minggu berikutnya.
Pertanyaan:
1. Tuliskan Judul dari Skripsi tersebut.
2. Jelaskan apa fokus permasalahan penelitian tersebut.
3. Jelaskan apa pentingnya penelitian tersebut.
4. Apa Variabel bebas dari penelitian tersebut.
5. Apa aspek dari variabel tergantung dan bebasnya.
-------------oOo...................
Download