Isni Lailatul Maghfiroh, Diah Eko Martini, Amirul Amalia

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORRHEA PADA
SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN TAHUN 2011
Isni Lailatul Maghfiroh, Diah Eko Martini, Amirul Amalia
…………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. ……
…… . .….
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari gangguan siklus haid. Salah satunya adalah
oligomenorrhea yaitu siklus haid yang lebih dari 35 hari. Gangguan tersebut dipengaruhi oleh
psikologis wanita seperti beban kehidupan yang biasanya disebut stres. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati
Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah
santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan yang memenuhi kriteria inklusi.
Sampel penelitian sebanyak 57 santriwati yang diambil menggunakan teknik simple random
sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS),
kemudian ditabulasi dan dianalisa dengan menggunakan uji kontingensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar santriwati mengalami stres dengan jumlah
santriwati yang mempunyai tingkat stres normal dan stres ringan masih cukup tinggi (59.65%) dan
sebagian besar responden tidak mengalami oligomenorrhea (54.39%). Hasil analisa didapatkan
nilai signifikansi (p) sebesar 0.002 dan nilai kontigensi (C) sebesar 0.485. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada
santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan.
Melihat hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan manajemen stres yang tepat dan mengendalikan
faktor penyebab stres agar kejadian oligomenorrhea dapat dikendalikan.
Kata kunci : Tingkat Stres, Oligomenorrhea
kehidupan. Remaja sangat rentan mengalami
stres, karena pada tahap berkembangan ini
seringkali masih belum mempunyai adaptasi
yang baik terhadap stressor, sehingga remaja
sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir di
sekolah. Stres yang dialami remaja dapat
menimbulkan gangguan hormonal yang
berdampak pada gangguan haid diantaranya
oligomenorrhea yang merupakan suatu
keadaan
dimana
siklus
menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sehingga
mereka mengalami menstruasi yang lebih
jarang daripada biasanya. (Pramudita, Dissi.
2009).
Dalam Majalah Kedokteran Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia tahun 2009
dikemukakan bahwa pada penelitian oleh
PENDAHULUAN. …… .
… ….
Wanita dalam kehidupannya tidak luput
dari adanya siklus haid normal yang terjadi
secara siklik. Dia akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama
bila
haid
menjadi
lebih
lama
(oligomenorrhea)
dan
atau
banyak
(hipermenorrhea), tidak teratur, lebih sering
(polimenorea) atau bahkan tidak haid sama
sekali (amenorrhe). Perubahan yang terjadi
pada haid tersebut, seringkali terjadi pada
remaja yang salah satu penyebabnya adalah
stres. (Lusa, 2010).
Menurut Dadang Hawari (2001) dalam
Sunaryo (2002) bahwa yang dimaksud stres
adalah reaksi atau respon tubuh terhadap
stresor psikososial tekanan mental atau beban
SURYA
1
Vol.03, No.X, Des 2011
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
Bieniasz J et al. didapatkan prevalensi
oligomenorea pada wanita usia subur sebesar
50%. Dalam penelitian lain yang dilakukan
oleh Astutik pada tahun 2009 di salah satu
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII di
Jombang, ditemukan bahwa 65 siswi sekolah
tersebut,
mengalami
oligomenorrhea.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada bulan Desember 2010
terhadap 10 santriwati Pondok Pesantren AlMizan Lamongan ditemukan 4 santriwati
(40%) dalam 3 bulan terakhir mengalami
oligomenorrhea dan 6 santriwati (60%) tidak
mengalami
oligomenorrhea.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kejadian
oligomenorrhea pada santriwati Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan masih tinggi.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia
wanita, status fisik, status psikologis wanita
dan lingkungan. (Bobak, Lowdrmilk. 2004).
Status fisik wanita dapat mempengaruhi
siklus menstruasi seperti pada wanita dengan
akifitas fisik yang berat, pada wanita yang
memiliki nutrisi yang buruk dan wanita
dengan penyakit-penyakit tertentu dan
mengkonsumsi
obat-obatan
tertentu
merupakan faktor resiko yang dapat
meningkatkan kejadan Oligomenorrhea.
(Goldman, Marlene B. 2000)
Oligomenorrhea
yang
tidak
mendapatkan
penanganan
dapat
mengakibatkan terganggunya fertilitas dan
stres emosional pada penderita sehingga
dapat meperburuk terjadinya kelainan haid
lebih
lanjut.
Salah
satu
teknik
penatalaksanaan stres adalah dengan cara
promosi kesehatan yang dapat mengurangi
dampak stres pada kesehatan fisik dan
mental. Teknik ini sering menjadi pendekatan
masuk akal yang membei dasar untuk hidup
dalam situasi stres. (Potter dan Perry, 2005)
Berdasarkan pemikiran dan uraian fenomena
di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang hubungan tingkat stres dengan
kejadian oligomenorrhea pada santriwati
pondok pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian adalah hasil akhir dari
suatu tahap keputusan yang dibuat oleh
peneliti dengan mempertimbangkan beberapa
keputusan sehubungan dengan metode yang
akan dipergunakan dalam upaya untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
mungkin timbul (Nursalam. 2008).
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi korelasi yang
mengkaji hubungan antara variabel dengan
menggunakan pendekatan penelitian Cross
Sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi dari variable independent dan
dependent hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam. 2008). Dalam hal ini peneliti
mengkaji antara hubungan antara status gizi
dengan kejadian oligomenorrhea pada
santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan.
HASIL .PENELITIAN
…
1. Data Umum
1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan yang berada di Kelurahan Banjar
Mendalan Lamongan. Adapun batas wilayah
Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan, sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Sidorejo Kecamatan Deket, sebelah selatan
berbatasan dengan taman kota Patung Kadet
Suwoko dan jalan raya Panglima Sudirman,
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan
Sidomulyo Kecamatan Lamongan dan
sebelah timur berbatasan dengan Desa Deket
Kulon Kecamatan Deket.
Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan merupakan salah
satu lembaga amal usaha milik organisasi
Islam Muhammadiyah yang mempunyai
tujuan untuk menciptakan kader Islam yang
Selain itu juga stres juga dapat
ditanggulangi dengan olahraga teratur,
humor, perbaikan nutrisi dan diet, istirahat,
teknik relaksasi dan spiritualisme. (Potter dan
Perry, 2005). Dengan penerapan manajemen
stres diatas, diharapkan stres dapat
ditanggulangi sehingga dapat mengurangi
kejadian
terjadinya
oligomenorrhea.
SURYA
2
Vol.03, No.X, Des 2011
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
berakhlak mulia dan berilmu, sehingga
lembaga ini mengutamakan keseimbangan
antara ilmu umum dan ilmu Islam. Hal
tersebut bisa dilihat dari adanya SMP
Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah
yang juga berlokasi di kompleks pondok
pesantren. SMP dan SMA tersebut
merupakan tempat para santri untuk
menimba ilmu umum yang setara dengan
sekolah negeri lainnya. Sedangkan untuk
memperdalam ilmu keislaman para santri,
kegiatan mengaji diadakan diluar jam
sekolah.
Para santri pondok pesantren ini setelah
proses belajar di sekolah, akan beraktifitas di
lingkungan asrama. Lembaga ini mempunyai
dua asrama yaitu asrama santri putra dan
untuk santriwati. Kedua asrama ini berada
dalam satu komplek pondok pesantren, namu
lokasinya terpisah. Asrama putra berada di
komplek pondok pesantren bagian depan dan
asrama putri berada di bagian belakang
pondok pesantren. Keduanya juga memiliki
pembina atau ustadz/ustadzah yang selalu
mengawasi di lingkungan pondok tersebut.
(SMP) dan sebagian kecil (49.1%) responden
duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.
2) Pendidikan Responden
4) Umur Responden Saat Menarch
Tabel 1
Tabel 3
No
1.
2.
3) Umur Responden
Tabel 2
No
1.
2.
3.
4.
Jumlah
29
28
No
Persent
(%)
50.9
49.1
1.
2.
3.
57
Jumlah
1
14
37
5
57
Persentase
(%)
1.8
24.6
64.9
8.8
100
Distribusi Umur Responden
Saat Menarch di Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan
April 2011.
Umur Saat
Menarch
10-11 tahun
12-13 tahun
14-15 tahun
Jumlah
100
20
30
7
Persentase
(%)
35.1
52.6
12.3
57
100
Jumlah
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
seluruh responden yang memenuhi kriteria
penelitian, sebagian besar (52.6%) responden
mengalami menarch pada umur 12-13 tahun
dan sebagian kecil (12.3%) mengalami
menarch saat berumur 14-15 tahun.
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa dari
seluruh responden yang memenuhi kriteria
penelitian di Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan pada April 2011,
sebagian besar (50.9%) responden masih
duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama
SURYA
Umur
Responden
11-12 tahun
13-14 tahun
15-16 tahun
17-18 tahun
Jumlah
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa dari
seluruh responden yang memenuhi kriteria
penelitian di Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan pada April 2011,
sebagian besar (64.9%) berumur 15-16 tahun
dan sebagian kecil (1.8%) berumur 11-12
tahun.
Distribusi
Pendidikan
Responden
yang
Sudah
Mengalami
Menstruasi
di
Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan
April 2011.
Pendidikan
Responden
Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
Sekolah Menengah
Atas (SMA)
Jumlah
Distribusi Umur Responden
yang
Sudah
Mengalami
Menstruasi
di
Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan
April 2011.
3
Vol.03, No.X, Des 2011
oligomenorrhea atau memiliki siklus
menstruasi yang memanjang lebih dari 35
hari dalam tiga bulan terakhir.
2. Data Khusus
1) Distribusi Tingkat Stres
Tabel 4
No
1.
2.
3.
4.
5.
Distribusi Tingkat Stres pada
Santriwati di Pondok Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan April 2011.
Tingkat
Stres
Rentang
Skor
Stres
0-14
15-18
19-25
26-33
>34
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat
Berat
Jumlah Total
Jumlah
Persentase
(%)
22
11
14
4
3
38.6
19.3
29.8
7.0
5.3
57
100
3) Tabel Silang Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kejadian Oligomenorrhea
Tabel 7 Tabulasi Silang Tingkat Stres
dengan Kejadian Oligomenorrhea
pada
Santriwati
Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan
April 2011
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
bahwa dari seluruh responden di Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan pada April 2011, sebagian besar
(38.6%) tidak mengalami stres dan sebagian
kecil (5.3%) mengalami stres sangat berat.
Namun, disisi lain tingkat stres normal dan
stres ringan apabila dijumlahkan memiliki
nilai yang cukup tinggi (57.9%) jika
dibandingkan dengan jumlah seluruh
responden yang mengalami stres sedang
sampai stres sangat berat.
Secara umum, apabila responden antara
yang mengalami stres ringan sampai dengan
yang mengalami stres sangat berat dijumlah,
maka dapat disimpulkan kejadian stres di
Pondok pesantren Al-Mizan muhammadiyah
Lamongan masih cukup tinggi (61.4%).
Tabel 6 Distribusi
Kejadian
Oligomenorrhea pada Santriwati
di Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan
April 2011.
1.
2.
Gangguan Siklus
Menstruasi
Oligomenorrhea
Tidak Oligomenorrhea
Jumlah Total
Jumlah
25
32
57
Persentase
(%)
43.9
56.1
100
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden (56.1%)
tidak mengalami oligomenorrhea dan
sebagian
kecil
(43.9%)
mengalami
SURYA
Tingkat
Stres
1.
2.
3.
4.
5.
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sngt Berat
Jumlah
Oligomenorrhe
Ya
Tidak
Jml
%
Jml
%
4
18.2
18
81.8
5
45.5
6
54.5
9
52.9
8
47.1
4
100
0
0
3
100
0
0
25
43.9
32
56.1
Nilai p=0.004 dan nilai C=0.462
Jumlah
Tot
22
11
17
4
3
57
Berdasarkan Tabel 7 tabulasi silang
tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea
pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan pada April 2011,
didapatkan bahwa nilai terbesar (81.8%) dari
responden
yang
tidak
mengalami
oligomenorrhea mempunyai tingkat stres
yang normal. Sedangkan yang mempunyai
nilai terbesar (100%) dari responden yang
mengalami oligomenorrhea, mengalami stres
berat dan stres sangat. Dengan demikian bias
diambil kesimpulan bahwa apabila semakin
tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi pula
kejadian oligomenorrhea pada santriwati.
Setelah dilakukan pengujian dengan
SPSS 16.0 dengan korelasi uji koefisien
kontingensi didapatkan nilai signifikansi (p)
sebesar 0.004. Dengan demikian nilai p
kurang dari 0.05, hal ini berarti H0 ditolak
yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan kejadian oligomenorrhea pada
santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan.
Selain itu, keeratan hubungan antara
variabel dependen dan independen dapat
dilihat dari nilai uji kontingensi (C) sebesar
0.462. Nilai C tersebut, menunjukkan bahwa
antara tingkat stres dengan kejadian
oligomenorrhea pada santriwati Pondok
2) Distribusi Kejadian Oligomenorrhea
No
N
o
4
Vol.03, No.X, Des 2011
%
100
100
100
100
100
100
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan April 2011 mempunyai hubungan
yang cukup erat.
penghuninya atau keadaan dan peristiwa
yang dirasakan mengancam atau beresiko
yang akan menghasilkan perasaan tegang.
Hal inilah yang disebut dengan stressor.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
oleh peneliti, lingkungan pondok pesantren
mempunyai beberapa kebijakan yang
mengatur aktifitas santri yang ada di
dalamnya. Seperi aktifitas santriwati
diijinkan beraktifitas di sekitar lingkungan
asrama putri saat di luar jam sekolah dan
santri diwajibkan ijin ke pembina pondok
apabila akan meninggalkan komplek asrama
putri. Perijinanan tersebut, hanya berlaku
untuk
santriwati
yang
benar-benar
mempunyai keperluan di luar lingkungan
asrama.
Aabila kebijakan yang terkait tidak
dilaksanakan, maka sanksi akan diberlakukan.
Hal ini secara langsung atau tidak langsung
akan menimbulkan stres pada santriwati
pondok pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan. Beberapa kebijakan di atas, bisa
dianggap stresor bagi penghuni yang ada di
dalamnya, namun setiap individu memiliki
tingkat persepsi dan penerimaan yang
berbeda terhadap stresor yang ada. Hal inilah
yang akan membedakan tingkat stres antara
santriwati satu dengan santriwati lainya.
Pendapat di atas sesuai dengan
pendapat Zimring dalam Prawitasari (2010)
bahwa stres dihasilkan oleh proses dinamik
ketika orang berusaha meperoleh kesesuian
antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan
dengan apa yang disajikan oleh lingkungan.
Proses ini dinamik karena kebutuhankebutuhan individual sangat bervariasi
sepanjang waktu dan berbagai macam untuk
masing-masing
individu.
Cara-cara
penyesuaian atau pengatasan masing-masing
individu terhadap lingkungannya juga
berbagai macam.
PEMBAHASAN .…
.…
Tingkat Stres
Berdasarkan tabulasi data dari Tabel 4
didapatkan sebagian besar (38.6%) santriwati
di
Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah Lamongan pada April 2011
tidak mengalami stres atau normal dan
sebagian kecil (5.3%) santriwati mengalami
stress sangat berat. Namun, dari jumlah
keseluruhan antara jumlah responden yang
mengalami stres ringan sampai stress sangat
berat, maka kejadian stres pada santriwati
masih cukup tinggi (61.4%).
Hal di atas, dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan santriwati yang masih remaja.
Menurut Monks J.F (2004), batasan usia
remaja yaitu antara 12-21 tahun dengan
rincian 12-15 tahun remaja awal, 15-16 tahun
remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa
remaja akhir. Dan berdasarkan hasil dari data
umum responden, didapatkan bahwa usia
responden sebagian besar (64.9%) adalah
antara 15-16 tahun.
Pada saat remaja terjadi perubahanperubahan psikologis seperti emosi yang
tidak stabil sehingga dapat mempengaruhi
remaja dalam menghadapi dan memecahkan
masalah yang sedang dialami. Keadaan
emosi yang selalu berubah-ubah akan
menyebabkan remaja sulit memahami diri
sendiri dan akan mendapatkan jalan yang
buntu. Apabila masalah tidak ditangani
secara benar, maka akan menimbulkan stres
pada remaja.
Hal tersebut di atas, sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Iyus Yosep
(2009) bahwa perkembangan fisik maupun
mental seseorang, misalnya masa remaja,
masa dewasa, menopause dan lanjut usia
merupakan perubahan fase-fase yang untuk
sebagian individu dapat menyebabkan
depresi dan kecemasan.
Stres
pada
santriwati
Pondok
Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan juga bisa disebabkan oleh
lingkungan sekitar asrama pondok pesantren
yang tidak sesuai dengan harapan
1.
SURYA
2.
Kejadian Oligomenorrhea
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden (56.1%)
tidak mengalami oligomenorrhea dan
sebagian
kecil
(43.9%)
mengalami
oligomenorrhea atau memiliki siklus
menstruasi yang memanjang lebih dari 35
hari dalam tiga bulan terakhir.
5
Vol.03, No.X, Des 2011
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
Hal tersebut disebabkan karena tingkat
stres normal dan stres ringan apabila
dijumlahkan memiliki nilai yang cukup
tinggi (57.9%). Apabila seseorang dalam
kondisi psikologis yang normal atau tidak
mengalami stres, maka kondisi hormonal
akan cenderung normal, sehingga tidak
terjadi gangguan dalam siklus haidnya.
Tingkat stres yang masih ringan juga
seringkali
tidak
mengganggu
kerja
neurohormonal seseorang. Oleh sebab itulah
tingkat stres ringan tidak terlalu banyak
menimbulkan gangguan fisik wanita, salah
satunya gangguan siklus haid yang
memanjang atau oligomenorrhea.
Pendapat di atas sesuai dengan teori
Kline-Leidy (1990) dalam Potter dan Perry
(2005) bahwa situasi stress ringan biasanya
tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis
kronis, tetapi stress sedang dan berat dapat
menimbulkan resiko penyakit medis atau
memburuknya penyakit kronis. Holmes dan
Rahe (1976) dalam Potter dan Perry (2005)
juga menyebutkan bahwa situasi stres ringan
adalah stressor yang dihadapi setiap orang
secara teratur dan berlangsung hanya
beberapa menit atau beberapa jam. Bagi
mereka yang mendapati stres yang ringan ini,
bukan resiko signifikan untuk timbulnya
gejala. Namun demikian, stressor ringan
yang banyak dalam waktu singkat dapat
meningkatkan resiko penyakit.
Stres dapat mengakibatkan berbagai
masalah kesehatan, salah satunya yaitu
gangguan pada siklus menstruasi yang
memanjang lebih dari 35 hari atau disebut
dengan oligomenorrhea. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Lowdrmilk Bobak (2004) bahwa siklus
menstruasi dipengaruhi oleh usia wanita,
status fisik, status psikologis dan lingkungan.
Status
psikologis
seorang
wanita
mempengaruhi sistem neuroendokrin dan
menyebabkan ketidakseimbangan hormonal
yang berdampak pada gangguan siklus
menstruasi. Bahkan Stres yang ringan
berguna dan dapat memacu seseorang untuk
berpikir dan untuk berusaha lebih lagi
sehingga bisa menjawab segala tantangan
yang terjadi.
SURYA
3.
Hubungan
Tingkat
Stres
Kejadian Oligomenorrea
dengan
Berdasarkan Tabel 7 tabulasi silang
tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea,
didapatkan bahwa nilai terbesar (81.8%) dari
responden
yang
tidak
mengalami
oligomenorrhea mempunyai tingkat stres
yang normal. Sedangkan yang mempunyai
nilai terbesar (100%) dari responden yang
mengalami oligomenorrhea, mengalami stres
berat dan stres sangat. Dengan demikian bias
diambil kesimpulan bahwa apabila semakin
tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi pula
kejadian oligomenorrhea pada santriwati.
Setelah dilakukan pengujian dengan
SPSS 16.0 dengan korelasi uji koefisien
kontingensi dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat stres sengan
kejadian oligomenorrhea pada santriwati
Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan. Selain itu, dari nilai uji
kontingensi (C) menunjukkan bahwa antara
variabel
dependen
dan
independen
mempunyai hubungan yang cukup erat.
Siklus haid wanita tidak seringkali
berubah setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia,
status psikologik, status fisik, dan sebagainya.
Pada masa remaja biasanya mempunyai
siklus yang tidak teratur. Menurut Williams J
kraemer (2005) pada masa dua tahun pertama
setelah menarch, remaja seringkali terjadi
gangguan
siklus
menstruasi
seperti
oligomenorrhea, namun hal tersebut masih
dianggap normal karena pada saat itu
koordinasi sistem neuroendokrin masih
belum teratur.
Status psikologis wanita sangat besar
pengaruhnya
terhadap
kejadian
oligomenorrhea, karena apabila keadaan
psikologis seseorang mengalami gangguan,
misalnya stres, akan dapat mempengaruhi
gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan siklus haid. Status psikologis dapat
berubah sejalan dengan siklus menstruasi dan
pengaruh emosional juga dapat mengubah
siklus tersebut.
Hal ini didukung dengan teori yang
dikemukakan oleh Suyono (2000), bahwa
siklus menstruasi dapat terjadi pada wanita
yang
mengalami
stress
psikologik
6
Vol.03, No.X, Des 2011
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
(emosional). Pada saat stres, sistem
neurendokrin tubuh menjadi terganggu. Oleh
sebab itu, gangguan keseimbangan hormonal
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium,
juga mengalami gangguan. Pada keadaan
stres terjadi pengaktifan amygdala pada
sistem limbic dan sistem ini akan
menstimulasi
pelepasan
corticotropic
realeasing hormone (CRH) dan menstimulasi
peningkatan adrenocorticotropic hormone
(ACTH).
Hormon
tersebut
dapat
mempengaruhi
perpanjangan stadium
folikular atau stadium luteal pada fase
menstruasi sehingga oligomenorrhea terjadi.
Gejala-gejala stres pada diri seseorang
seringkali tidak disadari karena perjalanan
awal tahapan stres timbul secara lambat dan
baru dirasakan apabila tahapan gejala sudah
lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja
ataupun pergaulan lingkungan sosialnya.
Maka untuk mengendalikan stres kita dapat
mengubah persepsi pribadi mengenai sebuah
keadaan untuk mengatasi keadaan tersebut,
yaitu sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus
positif, fleksibel, rasional dan adaptif
terhadap orang lain serta mengendalikan
faktor-faktor penyebab stres lainnya.
2.
Saran
Diharapkan kepada santriwati agar
dapat mengelola emosi dengan cara yang
tepat dan dapat melakukan manajemen stres
dengan tepat sesuai dengan metode yang
diajarkan
sebelumnya.
Dengan
dikendalikannya
salah
satu
sebab
oligomenorrhea yaitu stres, diharapkan
kejadian oligomenorrhea dapat menurun.
Diharapkan kepada pengurus pondok
pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan untuk menanggulangi stres yang
terjadi
pada
santriwatinya
dengan
mengajarkan manajemen stres yang tepat
terhadap santriwati dan mengendalikan
factor-faktor
penyebab
stres
seperti
lingkungan pondok pesantren.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
mempertahankan peran kesehatan khususnya
perawat dengan tetap memberikan edukasi
dan manajemen stres pada remaja putri
khususnya pada santriwati di pondok
pesantren, sehingga dapat menurunkan
kejadian stres dan kejadian oligomenorrhea.
Selain itu juga sebagai sarana pembanding
bagi dunia ilmu pengetahuan dalam
memperkaya informasi tentang kejadian
oligomenorrhea pada remaja putri.
Untuk
mengatasi
kejadian
oligomenorrhea, maka perlu dilakukan
program perencanaan dalam penanganan
bebrapa hal yang dapat mengakibatkan
kejadian oligomenorrhea meningkat. Salah
satunya yaitu dengan menanggulangi
masalah stres dengan menggunakan beberapa
cara menejemen stres khususnya pada
santriwati.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai
studi
pendahuluan
untuk
mengembangkan penelitian lainnya terutama
dalam mencegah terjadinya kejadian
oligomenorrhea pada remaja putrid. Selain
itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan memperluas variable yang diduga
dapat
mempengaruhi
kejadian
oligomenorrhea seperti status gizi, penyakit
tertentu, gangguan pada rahim, aktifitas fisik
yang berat dan lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN.
1.
…
Kesimpulan
1) Sebagian besar santriwati Pondok
Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan mengalami stres.
2) Sebagian besar santriwati Pondok
Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah
Lamongan
tidak
mengalami
oligomenorrhea.
3) Ada hubungan antara tingkat stres
dengan kejadian oligomenorrhea
pada santriwati Pondok Pesantren
Al-Mizan
Muhammadiyah
Lamongan.
SURYA
7
Vol.03, No.X, Des 2011
. . .DAFTAR PUSTAKA . . .
Arikunto, Suharsimni. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Lumsden, Ann Marie; McGavigan, Jay.
2003. Menstruation and Menstrual
Disorder in Gynecology. 3rd edition.
China: Elsevier Science Limited.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD.
1997. Amenore dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin,
bagian II Ginekologi. Bandung :
Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNPAD.
Lusa. 2010. Gangguan dan Masalah Haid
dalam Sistem Reproduksi. http://situs
kebidanan.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 2 Desember 2010 pukul 19.00
WIB.
Maramis, Willy F. 2005. Catatan Ilmu
Kesehatan Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Bobak, Lowdrmilk. 2004. Buku Ajar
Kperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Monks, JF. 2004. Psikologi Perkembangan.
Yogjakarta : Gajah Mada University
Press.
Chomaria, Nurul. 2009. Tips Jitu dan Praktis
Mengusir Stress. Jogjakarta: Diva
Press.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Goldman, Marlene B; Mauren Hatch. 2000.
Women and Health. London: Gulf
Professional Publishing.
Potter
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pramudita, Dissi. 2009. Oligomenore.
www.kesehatanreproduksi.blogspot.co
m Diakses pada tanggal 6 November
2010 pukul 16.00 WIB.
Ikatan Dokter Indonesia. 2009. Gangguan
Siklus Menstruasi. Jakarta: Majalah
Kedokteran IDI.
Prawitasari. 2010. Stress, Stress Lingkungan
Dan Coping Behavior. Jakarta:
Universitas Gunadharma.
Istiqomah, Puji. 2009. Keefektifan Senam
Dismenore
dalam
Mengurangi
Dismenore pada Remaja Putri di SMU
Negeri
5
Semarang.
http://eprints.undip. ac.id.pdf. Diakses
pada tanggal 18 Januari 2010 pukul
16.00 WIB.
Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stress.
http://www.akademik.unsri.ac.id.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Desember
2010 pukul 19.00 WIB.
Sunaryo.
2002.
Psikologi
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kraemer, William J. 2005. The Endocrine
System In Sport and Exercise.
Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins inc.
SURYA
dan Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik; Alih Bahasa:
Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Untuk
Suyono. 2002. Stress sebagai Salah satu
Sebab Gangguan Menstruasi. Dalam:
Seminar
kelainan
menstruasi.
8
Vol.03, No.X, Des 2011
Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea
Semarang: Bag/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK UNDIP/RSUP Dr.
Kariadi.
Novack Gynecology. Philladelphia:
Lippincot & William.inc.
Windarti, Surya Ika. 2010. Hubungan
Tingkat Stres Waktu Praktek Klinik
Kebidanan dengan Keteraturan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswi D III
KebidananSemester
IV
(PKK
Gelombang 1 di RSM Lamongan dan
RSUD Soegiri Lamongan) Tahun 2010.
Karya Ilmiah STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa :
Cetakan 2. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Swedan, Nadya. 2001. Women’s Sports
Medicine
and
Rehabilitation.
Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins inc.
Widyanarko, Oky. 2009. Mengelola Stres Di
Tempat Kerja. Surabaya: Redaksi
Buletin Perpustakaan Surabaya.
William,
Lippincott;
Wilkins.
2003.
Disfunctional Uterine Bleeding in
SURYA
9
Vol.03, No.X, Des 2011
Download