HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORRHEA PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN 2011 Isni Lailatul Maghfiroh, Diah Eko Martini, Amirul Amalia …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari gangguan siklus haid. Salah satunya adalah oligomenorrhea yaitu siklus haid yang lebih dari 35 hari. Gangguan tersebut dipengaruhi oleh psikologis wanita seperti beban kehidupan yang biasanya disebut stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian sebanyak 57 santriwati yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS), kemudian ditabulasi dan dianalisa dengan menggunakan uji kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar santriwati mengalami stres dengan jumlah santriwati yang mempunyai tingkat stres normal dan stres ringan masih cukup tinggi (59.65%) dan sebagian besar responden tidak mengalami oligomenorrhea (54.39%). Hasil analisa didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0.002 dan nilai kontigensi (C) sebesar 0.485. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. Melihat hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan manajemen stres yang tepat dan mengendalikan faktor penyebab stres agar kejadian oligomenorrhea dapat dikendalikan. Kata kunci : Tingkat Stres, Oligomenorrhea kehidupan. Remaja sangat rentan mengalami stres, karena pada tahap berkembangan ini seringkali masih belum mempunyai adaptasi yang baik terhadap stressor, sehingga remaja sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir di sekolah. Stres yang dialami remaja dapat menimbulkan gangguan hormonal yang berdampak pada gangguan haid diantaranya oligomenorrhea yang merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sehingga mereka mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. (Pramudita, Dissi. 2009). Dalam Majalah Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia tahun 2009 dikemukakan bahwa pada penelitian oleh PENDAHULUAN. …… . … …. Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara siklik. Dia akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama (oligomenorrhea) dan atau banyak (hipermenorrhea), tidak teratur, lebih sering (polimenorea) atau bahkan tidak haid sama sekali (amenorrhe). Perubahan yang terjadi pada haid tersebut, seringkali terjadi pada remaja yang salah satu penyebabnya adalah stres. (Lusa, 2010). Menurut Dadang Hawari (2001) dalam Sunaryo (2002) bahwa yang dimaksud stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial tekanan mental atau beban SURYA 1 Vol.03, No.X, Des 2011 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea Bieniasz J et al. didapatkan prevalensi oligomenorea pada wanita usia subur sebesar 50%. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Astutik pada tahun 2009 di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII di Jombang, ditemukan bahwa 65 siswi sekolah tersebut, mengalami oligomenorrhea. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2010 terhadap 10 santriwati Pondok Pesantren AlMizan Lamongan ditemukan 4 santriwati (40%) dalam 3 bulan terakhir mengalami oligomenorrhea dan 6 santriwati (60%) tidak mengalami oligomenorrhea. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan masih tinggi. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia wanita, status fisik, status psikologis wanita dan lingkungan. (Bobak, Lowdrmilk. 2004). Status fisik wanita dapat mempengaruhi siklus menstruasi seperti pada wanita dengan akifitas fisik yang berat, pada wanita yang memiliki nutrisi yang buruk dan wanita dengan penyakit-penyakit tertentu dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu merupakan faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadan Oligomenorrhea. (Goldman, Marlene B. 2000) Oligomenorrhea yang tidak mendapatkan penanganan dapat mengakibatkan terganggunya fertilitas dan stres emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Salah satu teknik penatalaksanaan stres adalah dengan cara promosi kesehatan yang dapat mengurangi dampak stres pada kesehatan fisik dan mental. Teknik ini sering menjadi pendekatan masuk akal yang membei dasar untuk hidup dalam situasi stres. (Potter dan Perry, 2005) Berdasarkan pemikiran dan uraian fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati pondok pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti dengan mempertimbangkan beberapa keputusan sehubungan dengan metode yang akan dipergunakan dalam upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul (Nursalam. 2008). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi yang mengkaji hubungan antara variabel dengan menggunakan pendekatan penelitian Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi dari variable independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat (Nursalam. 2008). Dalam hal ini peneliti mengkaji antara hubungan antara status gizi dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum 1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan yang berada di Kelurahan Banjar Mendalan Lamongan. Adapun batas wilayah Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan, sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sidorejo Kecamatan Deket, sebelah selatan berbatasan dengan taman kota Patung Kadet Suwoko dan jalan raya Panglima Sudirman, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Lamongan dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Deket Kulon Kecamatan Deket. Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan merupakan salah satu lembaga amal usaha milik organisasi Islam Muhammadiyah yang mempunyai tujuan untuk menciptakan kader Islam yang Selain itu juga stres juga dapat ditanggulangi dengan olahraga teratur, humor, perbaikan nutrisi dan diet, istirahat, teknik relaksasi dan spiritualisme. (Potter dan Perry, 2005). Dengan penerapan manajemen stres diatas, diharapkan stres dapat ditanggulangi sehingga dapat mengurangi kejadian terjadinya oligomenorrhea. SURYA 2 Vol.03, No.X, Des 2011 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea berakhlak mulia dan berilmu, sehingga lembaga ini mengutamakan keseimbangan antara ilmu umum dan ilmu Islam. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah yang juga berlokasi di kompleks pondok pesantren. SMP dan SMA tersebut merupakan tempat para santri untuk menimba ilmu umum yang setara dengan sekolah negeri lainnya. Sedangkan untuk memperdalam ilmu keislaman para santri, kegiatan mengaji diadakan diluar jam sekolah. Para santri pondok pesantren ini setelah proses belajar di sekolah, akan beraktifitas di lingkungan asrama. Lembaga ini mempunyai dua asrama yaitu asrama santri putra dan untuk santriwati. Kedua asrama ini berada dalam satu komplek pondok pesantren, namu lokasinya terpisah. Asrama putra berada di komplek pondok pesantren bagian depan dan asrama putri berada di bagian belakang pondok pesantren. Keduanya juga memiliki pembina atau ustadz/ustadzah yang selalu mengawasi di lingkungan pondok tersebut. (SMP) dan sebagian kecil (49.1%) responden duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. 2) Pendidikan Responden 4) Umur Responden Saat Menarch Tabel 1 Tabel 3 No 1. 2. 3) Umur Responden Tabel 2 No 1. 2. 3. 4. Jumlah 29 28 No Persent (%) 50.9 49.1 1. 2. 3. 57 Jumlah 1 14 37 5 57 Persentase (%) 1.8 24.6 64.9 8.8 100 Distribusi Umur Responden Saat Menarch di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011. Umur Saat Menarch 10-11 tahun 12-13 tahun 14-15 tahun Jumlah 100 20 30 7 Persentase (%) 35.1 52.6 12.3 57 100 Jumlah Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang memenuhi kriteria penelitian, sebagian besar (52.6%) responden mengalami menarch pada umur 12-13 tahun dan sebagian kecil (12.3%) mengalami menarch saat berumur 14-15 tahun. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang memenuhi kriteria penelitian di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan pada April 2011, sebagian besar (50.9%) responden masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SURYA Umur Responden 11-12 tahun 13-14 tahun 15-16 tahun 17-18 tahun Jumlah Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang memenuhi kriteria penelitian di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan pada April 2011, sebagian besar (64.9%) berumur 15-16 tahun dan sebagian kecil (1.8%) berumur 11-12 tahun. Distribusi Pendidikan Responden yang Sudah Mengalami Menstruasi di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011. Pendidikan Responden Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Jumlah Distribusi Umur Responden yang Sudah Mengalami Menstruasi di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011. 3 Vol.03, No.X, Des 2011 oligomenorrhea atau memiliki siklus menstruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dalam tiga bulan terakhir. 2. Data Khusus 1) Distribusi Tingkat Stres Tabel 4 No 1. 2. 3. 4. 5. Distribusi Tingkat Stres pada Santriwati di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011. Tingkat Stres Rentang Skor Stres 0-14 15-18 19-25 26-33 >34 Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat Jumlah Total Jumlah Persentase (%) 22 11 14 4 3 38.6 19.3 29.8 7.0 5.3 57 100 3) Tabel Silang Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea Tabel 7 Tabulasi Silang Tingkat Stres dengan Kejadian Oligomenorrhea pada Santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari seluruh responden di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan pada April 2011, sebagian besar (38.6%) tidak mengalami stres dan sebagian kecil (5.3%) mengalami stres sangat berat. Namun, disisi lain tingkat stres normal dan stres ringan apabila dijumlahkan memiliki nilai yang cukup tinggi (57.9%) jika dibandingkan dengan jumlah seluruh responden yang mengalami stres sedang sampai stres sangat berat. Secara umum, apabila responden antara yang mengalami stres ringan sampai dengan yang mengalami stres sangat berat dijumlah, maka dapat disimpulkan kejadian stres di Pondok pesantren Al-Mizan muhammadiyah Lamongan masih cukup tinggi (61.4%). Tabel 6 Distribusi Kejadian Oligomenorrhea pada Santriwati di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011. 1. 2. Gangguan Siklus Menstruasi Oligomenorrhea Tidak Oligomenorrhea Jumlah Total Jumlah 25 32 57 Persentase (%) 43.9 56.1 100 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.1%) tidak mengalami oligomenorrhea dan sebagian kecil (43.9%) mengalami SURYA Tingkat Stres 1. 2. 3. 4. 5. Normal Ringan Sedang Berat Sngt Berat Jumlah Oligomenorrhe Ya Tidak Jml % Jml % 4 18.2 18 81.8 5 45.5 6 54.5 9 52.9 8 47.1 4 100 0 0 3 100 0 0 25 43.9 32 56.1 Nilai p=0.004 dan nilai C=0.462 Jumlah Tot 22 11 17 4 3 57 Berdasarkan Tabel 7 tabulasi silang tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan pada April 2011, didapatkan bahwa nilai terbesar (81.8%) dari responden yang tidak mengalami oligomenorrhea mempunyai tingkat stres yang normal. Sedangkan yang mempunyai nilai terbesar (100%) dari responden yang mengalami oligomenorrhea, mengalami stres berat dan stres sangat. Dengan demikian bias diambil kesimpulan bahwa apabila semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi pula kejadian oligomenorrhea pada santriwati. Setelah dilakukan pengujian dengan SPSS 16.0 dengan korelasi uji koefisien kontingensi didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0.004. Dengan demikian nilai p kurang dari 0.05, hal ini berarti H0 ditolak yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. Selain itu, keeratan hubungan antara variabel dependen dan independen dapat dilihat dari nilai uji kontingensi (C) sebesar 0.462. Nilai C tersebut, menunjukkan bahwa antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok 2) Distribusi Kejadian Oligomenorrhea No N o 4 Vol.03, No.X, Des 2011 % 100 100 100 100 100 100 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan April 2011 mempunyai hubungan yang cukup erat. penghuninya atau keadaan dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau beresiko yang akan menghasilkan perasaan tegang. Hal inilah yang disebut dengan stressor. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, lingkungan pondok pesantren mempunyai beberapa kebijakan yang mengatur aktifitas santri yang ada di dalamnya. Seperi aktifitas santriwati diijinkan beraktifitas di sekitar lingkungan asrama putri saat di luar jam sekolah dan santri diwajibkan ijin ke pembina pondok apabila akan meninggalkan komplek asrama putri. Perijinanan tersebut, hanya berlaku untuk santriwati yang benar-benar mempunyai keperluan di luar lingkungan asrama. Aabila kebijakan yang terkait tidak dilaksanakan, maka sanksi akan diberlakukan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan stres pada santriwati pondok pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. Beberapa kebijakan di atas, bisa dianggap stresor bagi penghuni yang ada di dalamnya, namun setiap individu memiliki tingkat persepsi dan penerimaan yang berbeda terhadap stresor yang ada. Hal inilah yang akan membedakan tingkat stres antara santriwati satu dengan santriwati lainya. Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Zimring dalam Prawitasari (2010) bahwa stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha meperoleh kesesuian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhankebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara-cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam. PEMBAHASAN .… .… Tingkat Stres Berdasarkan tabulasi data dari Tabel 4 didapatkan sebagian besar (38.6%) santriwati di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan pada April 2011 tidak mengalami stres atau normal dan sebagian kecil (5.3%) santriwati mengalami stress sangat berat. Namun, dari jumlah keseluruhan antara jumlah responden yang mengalami stres ringan sampai stress sangat berat, maka kejadian stres pada santriwati masih cukup tinggi (61.4%). Hal di atas, dipengaruhi oleh tingkat perkembangan santriwati yang masih remaja. Menurut Monks J.F (2004), batasan usia remaja yaitu antara 12-21 tahun dengan rincian 12-15 tahun remaja awal, 15-16 tahun remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Dan berdasarkan hasil dari data umum responden, didapatkan bahwa usia responden sebagian besar (64.9%) adalah antara 15-16 tahun. Pada saat remaja terjadi perubahanperubahan psikologis seperti emosi yang tidak stabil sehingga dapat mempengaruhi remaja dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang sedang dialami. Keadaan emosi yang selalu berubah-ubah akan menyebabkan remaja sulit memahami diri sendiri dan akan mendapatkan jalan yang buntu. Apabila masalah tidak ditangani secara benar, maka akan menimbulkan stres pada remaja. Hal tersebut di atas, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Iyus Yosep (2009) bahwa perkembangan fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause dan lanjut usia merupakan perubahan fase-fase yang untuk sebagian individu dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Stres pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan juga bisa disebabkan oleh lingkungan sekitar asrama pondok pesantren yang tidak sesuai dengan harapan 1. SURYA 2. Kejadian Oligomenorrhea Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.1%) tidak mengalami oligomenorrhea dan sebagian kecil (43.9%) mengalami oligomenorrhea atau memiliki siklus menstruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dalam tiga bulan terakhir. 5 Vol.03, No.X, Des 2011 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea Hal tersebut disebabkan karena tingkat stres normal dan stres ringan apabila dijumlahkan memiliki nilai yang cukup tinggi (57.9%). Apabila seseorang dalam kondisi psikologis yang normal atau tidak mengalami stres, maka kondisi hormonal akan cenderung normal, sehingga tidak terjadi gangguan dalam siklus haidnya. Tingkat stres yang masih ringan juga seringkali tidak mengganggu kerja neurohormonal seseorang. Oleh sebab itulah tingkat stres ringan tidak terlalu banyak menimbulkan gangguan fisik wanita, salah satunya gangguan siklus haid yang memanjang atau oligomenorrhea. Pendapat di atas sesuai dengan teori Kline-Leidy (1990) dalam Potter dan Perry (2005) bahwa situasi stress ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stress sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis. Holmes dan Rahe (1976) dalam Potter dan Perry (2005) juga menyebutkan bahwa situasi stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur dan berlangsung hanya beberapa menit atau beberapa jam. Bagi mereka yang mendapati stres yang ringan ini, bukan resiko signifikan untuk timbulnya gejala. Namun demikian, stressor ringan yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko penyakit. Stres dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya yaitu gangguan pada siklus menstruasi yang memanjang lebih dari 35 hari atau disebut dengan oligomenorrhea. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lowdrmilk Bobak (2004) bahwa siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia wanita, status fisik, status psikologis dan lingkungan. Status psikologis seorang wanita mempengaruhi sistem neuroendokrin dan menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang berdampak pada gangguan siklus menstruasi. Bahkan Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan untuk berusaha lebih lagi sehingga bisa menjawab segala tantangan yang terjadi. SURYA 3. Hubungan Tingkat Stres Kejadian Oligomenorrea dengan Berdasarkan Tabel 7 tabulasi silang tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea, didapatkan bahwa nilai terbesar (81.8%) dari responden yang tidak mengalami oligomenorrhea mempunyai tingkat stres yang normal. Sedangkan yang mempunyai nilai terbesar (100%) dari responden yang mengalami oligomenorrhea, mengalami stres berat dan stres sangat. Dengan demikian bias diambil kesimpulan bahwa apabila semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi pula kejadian oligomenorrhea pada santriwati. Setelah dilakukan pengujian dengan SPSS 16.0 dengan korelasi uji koefisien kontingensi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres sengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. Selain itu, dari nilai uji kontingensi (C) menunjukkan bahwa antara variabel dependen dan independen mempunyai hubungan yang cukup erat. Siklus haid wanita tidak seringkali berubah setiap bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia, status psikologik, status fisik, dan sebagainya. Pada masa remaja biasanya mempunyai siklus yang tidak teratur. Menurut Williams J kraemer (2005) pada masa dua tahun pertama setelah menarch, remaja seringkali terjadi gangguan siklus menstruasi seperti oligomenorrhea, namun hal tersebut masih dianggap normal karena pada saat itu koordinasi sistem neuroendokrin masih belum teratur. Status psikologis wanita sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian oligomenorrhea, karena apabila keadaan psikologis seseorang mengalami gangguan, misalnya stres, akan dapat mempengaruhi gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan siklus haid. Status psikologis dapat berubah sejalan dengan siklus menstruasi dan pengaruh emosional juga dapat mengubah siklus tersebut. Hal ini didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Suyono (2000), bahwa siklus menstruasi dapat terjadi pada wanita yang mengalami stress psikologik 6 Vol.03, No.X, Des 2011 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea (emosional). Pada saat stres, sistem neurendokrin tubuh menjadi terganggu. Oleh sebab itu, gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, juga mengalami gangguan. Pada keadaan stres terjadi pengaktifan amygdala pada sistem limbic dan sistem ini akan menstimulasi pelepasan corticotropic realeasing hormone (CRH) dan menstimulasi peningkatan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon tersebut dapat mempengaruhi perpanjangan stadium folikular atau stadium luteal pada fase menstruasi sehingga oligomenorrhea terjadi. Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan apabila tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Maka untuk mengendalikan stres kita dapat mengubah persepsi pribadi mengenai sebuah keadaan untuk mengatasi keadaan tersebut, yaitu sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan adaptif terhadap orang lain serta mengendalikan faktor-faktor penyebab stres lainnya. 2. Saran Diharapkan kepada santriwati agar dapat mengelola emosi dengan cara yang tepat dan dapat melakukan manajemen stres dengan tepat sesuai dengan metode yang diajarkan sebelumnya. Dengan dikendalikannya salah satu sebab oligomenorrhea yaitu stres, diharapkan kejadian oligomenorrhea dapat menurun. Diharapkan kepada pengurus pondok pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan untuk menanggulangi stres yang terjadi pada santriwatinya dengan mengajarkan manajemen stres yang tepat terhadap santriwati dan mengendalikan factor-faktor penyebab stres seperti lingkungan pondok pesantren. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempertahankan peran kesehatan khususnya perawat dengan tetap memberikan edukasi dan manajemen stres pada remaja putri khususnya pada santriwati di pondok pesantren, sehingga dapat menurunkan kejadian stres dan kejadian oligomenorrhea. Selain itu juga sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang kejadian oligomenorrhea pada remaja putri. Untuk mengatasi kejadian oligomenorrhea, maka perlu dilakukan program perencanaan dalam penanganan bebrapa hal yang dapat mengakibatkan kejadian oligomenorrhea meningkat. Salah satunya yaitu dengan menanggulangi masalah stres dengan menggunakan beberapa cara menejemen stres khususnya pada santriwati. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk mengembangkan penelitian lainnya terutama dalam mencegah terjadinya kejadian oligomenorrhea pada remaja putrid. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas variable yang diduga dapat mempengaruhi kejadian oligomenorrhea seperti status gizi, penyakit tertentu, gangguan pada rahim, aktifitas fisik yang berat dan lingkungan. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. … Kesimpulan 1) Sebagian besar santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan mengalami stres. 2) Sebagian besar santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan tidak mengalami oligomenorrhea. 3) Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian oligomenorrhea pada santriwati Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan. SURYA 7 Vol.03, No.X, Des 2011 . . .DAFTAR PUSTAKA . . . Arikunto, Suharsimni. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Lumsden, Ann Marie; McGavigan, Jay. 2003. Menstruation and Menstrual Disorder in Gynecology. 3rd edition. China: Elsevier Science Limited. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. 1997. Amenore dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin, bagian II Ginekologi. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNPAD. Lusa. 2010. Gangguan dan Masalah Haid dalam Sistem Reproduksi. http://situs kebidanan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 2 Desember 2010 pukul 19.00 WIB. Maramis, Willy F. 2005. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Bobak, Lowdrmilk. 2004. Buku Ajar Kperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Monks, JF. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogjakarta : Gajah Mada University Press. Chomaria, Nurul. 2009. Tips Jitu dan Praktis Mengusir Stress. Jogjakarta: Diva Press. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Goldman, Marlene B; Mauren Hatch. 2000. Women and Health. London: Gulf Professional Publishing. Potter Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pramudita, Dissi. 2009. Oligomenore. www.kesehatanreproduksi.blogspot.co m Diakses pada tanggal 6 November 2010 pukul 16.00 WIB. Ikatan Dokter Indonesia. 2009. Gangguan Siklus Menstruasi. Jakarta: Majalah Kedokteran IDI. Prawitasari. 2010. Stress, Stress Lingkungan Dan Coping Behavior. Jakarta: Universitas Gunadharma. Istiqomah, Puji. 2009. Keefektifan Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di SMU Negeri 5 Semarang. http://eprints.undip. ac.id.pdf. Diakses pada tanggal 18 Januari 2010 pukul 16.00 WIB. Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stress. http://www.akademik.unsri.ac.id.pdf. Diakses pada tanggal 25 Desember 2010 pukul 19.00 WIB. Sunaryo. 2002. Psikologi Keperawatan. Jakarta: EGC. Kraemer, William J. 2005. The Endocrine System In Sport and Exercise. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins inc. SURYA dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik; Alih Bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta: EGC. Untuk Suyono. 2002. Stress sebagai Salah satu Sebab Gangguan Menstruasi. Dalam: Seminar kelainan menstruasi. 8 Vol.03, No.X, Des 2011 Tingkat Stres Dengan Kejadian Oligomenorrhea Semarang: Bag/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. Novack Gynecology. Philladelphia: Lippincot & William.inc. Windarti, Surya Ika. 2010. Hubungan Tingkat Stres Waktu Praktek Klinik Kebidanan dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi D III KebidananSemester IV (PKK Gelombang 1 di RSM Lamongan dan RSUD Soegiri Lamongan) Tahun 2010. Karya Ilmiah STIKES Muhammadiyah Lamongan. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa : Cetakan 2. Bandung : PT. Refika Aditama. Swedan, Nadya. 2001. Women’s Sports Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins inc. Widyanarko, Oky. 2009. Mengelola Stres Di Tempat Kerja. Surabaya: Redaksi Buletin Perpustakaan Surabaya. William, Lippincott; Wilkins. 2003. Disfunctional Uterine Bleeding in SURYA 9 Vol.03, No.X, Des 2011