KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: FARAH KAMALIA RUSMAHAFI 107046101850 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: FARAH KAMALIA RUSMAHAFI NIM. 107046101850 Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra NIP. 080030109 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 9 Juni 2011 Dekan, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002 (......................................) Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A NIP. 150281979 (......................................) Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra NIP. 080030109 (......................................) Penguji I : Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag , MM NIP. 195502151983031002 (......................................) Penguji II : Djaka Badranaya, ME NIP. 197705302007011008 (......................................) ABSTRAKSI FARAH KAMALIA RUSMAHAFI. NIM 107046101850. Kontribusi EksporImpor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H/2011 M. Isi: xi + 81 halaman, 49 literatur (1989-2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan ekspor-impor dalam ekonomi Islam serta pandangan ekonomi makro Islam mengenai kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-analitis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ekonomi Islam sebenarnya sangat menganjurkan perdagangan sebagai tulang punggung perekonomian. Kekayaan negara juga dapat dilihat dari transaksi perdagangan luar negerinya. Arab Saudi telah mengaplikasikan ekspor-impor sebagai kontributor yang cukup besar bagi pembentukan pendapatan negara, namun di Indonesia praktik perdagangan (ekspor-impor) belum berkontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sektor ekspor utama suatu negara menurut Islam seharusnya berupa komoditi yang dapat diperbaharui, seperti komoditi pertanian, bukan komoditi migas dan mineral. Impor suatu negara menurut ekonomi Islam harusnya berupa komoditi yang dapat memenuhi maqashid syari’ah. Kata kunci : ekspor, impor, pendapatan negara, ekonomi Islam. Pembimbing : Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra NIP. 080030109 iii LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 11 April 2011 Farah Kamalia Rusmahafi iv KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puja dan puji bagi Allah Swt yang selalu menganugerahkan kasih sayang dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kekuatan dari-Nya merupakan hal utama yang membuat penulis terus bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada sang manusia pilihan, kekasih Allah, Muhammad Saw, keluarganya beserta para sahabatnya yang mulia. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang terdalam kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Mu’min Rauf, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. v 4. Bapak Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, mencurahkan perhatian untuk memberikan masukan dan arahan penting bagi terselesaikannya skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu ini bermanfaat di dunia dan akhirat. 6. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah serta perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan dan kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur. 7. Kedua orang tua penulis, Drs. Ruyani dan Salmani, yang tiada henti memberikan motivasi, cinta, kasih sayang, dan untaian doa terindah bagi keberhasilan dan keselamatan anak-anaknya. Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. 8. Kakak dan adikku tersayang, Fikri Aulawi Rusmahafi, SE dan Hayatul Muthmainnah Rusmahafi. Terima kasih atas segala saran, motivasi, dan canda tawa yang senantiasa menyegarkan penulis dari kejenuhan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang kaya akan iman, ilmu, dan harta untuk beribadah kepada-Nya. 9. Teman-teman seperjuangan, seluruh warga PS C-’07 atas ukhuwah yang telah kita bina selama empat tahun ini. 10. Sahabat-sahabat penulis, Dian Pewe (terima kasih sudah bersedia mengantarkan ke rumah dosen pembimbing), Atikah, Layaly Rahmah, Siti Maesaroh, Annafi vi Fatiha, yang bersedia menjadi pendengar curhat penulis, Antika Velashifa, Dwi Rohmayanti, Fahmi Salim, Didin Najmuddin, dan Fairuz Rivaldi yang bersedia membagi ilmu kepada penulis, serta Maya Safitri, Noor Azizah, Amalia Nasuha, Ratna Marita, Yuke Maydari, Nur Syakinah, dan Rofiatul Mahmudah yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 11. Sahabat-sahabat yang baik hati, yang menjadi penyemangat dan tempat berbagi suka duka, Rahma, Nurul, Hamie, Fatimah, Putri, dan Retno. 12. Teman-teman Forum Alumni Rohis SMAN 3 Tangerang yang selalu mengajarkan dan mengingatkan akan kebaikan, terutama Icha, Nisa, Wiwit, Luthfi, dan Babam. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan dari semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Jakarta, 11 April 2011 Penulis vii DAFTAR ISI ABSTRAKSI….……………………………………………………………………..iii KATA PENGANTAR……………………………………………………………….v DAFTAR ISI……………………………………………………………………….viii DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………………………3 C. Definisi Operasional Variabel………………………………………………...4 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………………..5 E. Tinjauan Kajian Terdahulu……………………………………………………6 F. Kerangka Teori………………………………………………………………..9 G. Metode Penelitian……………………………………………………………11 1. Jenis Penelitian……………………………………………………………11 2. Jenis dan Sumber Data……………………………………………………12 3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..12 4. Teknik Pengolahan Data………………………………………………….12 5. Metode Analisis Data……………………………………………………..13 6. Teknik Penulisan Skripsi………………………………………………….13 H. Sistematika Penulisan………………………………………………………..13 viii BAB II TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NEGARA A. Perdagangan Internasional…………………………………………………...15 1. Definisi Perdagangan Internasional………………………………….15 2. Ekspor-Impor………………………………………………………...16 B. Manfaat Perdagangan Internasional…………………………………………19 C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam…………………………………….21 D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……………………….25 E. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam……………………………………………………………….31 BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI A. Profil Negara Indonesia ………………………………………………..……38 1. Posisi dan Letak Geografis……………………………………………...39 2. Sumber Daya Alam……………………………………………………...41 3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor…………………………...42 B. Profil Negara Arab Saudi…………………………………………………….43 1. Posisi dan Letak Geografis……………………………………………...45 2. Sumber Daya Alam……………………………………………………...45 3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor…………………………...46 ix BAB IV KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI) A. Potret Ekspor-Impor dan Pendapatan Negara di Indonesia dan Arab Saudi................................................................................................................51 B. Analisis Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi)……...56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………………..75 B. Saran…………………………………………………………………………76 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….78 x DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Profil Negara Indonesia…………………………………………….40 2. Tabel 3.2 Profil Perekonomian Indonesia...…………………………………...42 3. Tabel 3.3 Profil Negara Arab Saudi…………………………………………...44 4. Tabel 4.1 Ekspor Indonesia Tahun 2001-2010………………………………..51 5. Tabel 4.2 Impor Indonesia Tahun 2001-2010……………………………...…52 6. Tabel 4.3 PDB dan X-M Indonesia Tahun 2001-2010……………………......53 7. Tabel 4.4 Ekspor Arab Saudi Tahun 2001-2009……………………………...53 8. Tabel 4.5 Impor Arab Saudi Tahun 2001-2009…………………………….....54 9. Tabel 4.6 PDB dan X-M Arab Saudi Tahun 2001-2009……………………...55 10. Tabel 4.7 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2001-2010…………………………………..57 11. Tabel 4.8 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Arab Saudi Tahun 2001-2009…………...…………….………………………………..59 12. Tabel 4.9 Ekspor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010………….66 13. Tabel 4.10 Komoditas Ekspor Utama Arab Saudi Tahun 2001-2007………….67 14. Tabel 4.11 Impor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010…………...70 15. Tabel 4.12 Komoditas Ekspor Utama Arab Saudi Tahun 2001-2007………….73 xi 1 15 38 51 75 76 74 77 78 79 80 81 82 1 2 3 4 5 81 xii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi merupakan sebuah aktivitas dasar manusia dalam rangka memenuhi naluri mereka untuk tetap bertahan hidup semampu mereka di dunia ini. Mereka melakukan apa saja yang mereka mampu, sehingga segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dan terlayani dengan maksimal. 1 Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia pun menjadi lebih kompleks. Kebutuhan manusia tidak lagi dapat dipenuhi hanya dengan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Oleh karena itu, munculah perdagangan luar negeri/perdagangan internasional guna mencukupi kebutuhan manusia yang semakin beragam. Perdagangan internasional tentu berkaitan dengan aktivitas ekspor-impor. Aktivitas ekspor-impor ini tak dapat dihindari oleh negara manapun di dunia. Hampir tak mungkin ada negara yang tidak melakukan perdagangan internasional. Bahkan, di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong 1 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern (Jakarta: Paradigma & Aqsa Publishing, 2007), h.19. 2 industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.2 Di negara maju, nilai ekspor menjadi pendongkrak PDB, namun di negara berkembang impor yang lebih besar justru membuat PDB menurun. Hal ini terjadi karena perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi ke ekspor barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan mentah) yang nilainya terbilang kecil. Kemudian negara tersebut mengimpor barangbarang jadi (sekunder dan tersier) yang nilainya jauh lebih besar dari nilai barang yang diekspor. PDB Indonesia pada tahun 2010 sebesar Rp 6.422,9 triliun dengan nilai ekspor sebesar Rp 1.580,8 triliun dan nilai impor sebesar Rp 1.475,8 triliun. Sektor ekspor Indonesia didominasi oleh barang-barang industri. Sedangkan sektor impor didominasi oleh bahan baku penolong. Ekonomi Islam juga mengenal perdagangan luar negeri/perdagangan internasional. Hal ini dapat dilihat dari praktik dagang Rasulullah SAW yang melintasi jazirah Arab dan wilayah perbatasan Yaman, Bahrain, dan Syria. Selain itu, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab diterapkan pungutan „ushr bagi para pedagang yang melintasi wilayah negara muslim dengan syarat nilai dagangan yang dibawa minimal 200 dirham. Pungutan ini menjadi salah satu sumber pendapatan negara pada masa itu. 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional, diakses pada 10 November 2010. 3 Hal yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana pandangan ekonomi Islam tentang ekspor-impor, ketentuannya serta pandangan ekonomi Islam mengenai ekspor-impor sebagai salah satu kontributor dalam pendapatan suatu negara. Menarik pula untuk diketahui, menurut ekonomi Islam, komoditi seperti apa yang seharusnya menjadi andalan perdagangan luar negeri di suatu negara. Atas alasan dan pemaparan di atas, penulis merasa perlu dan tertarik untuk menyusun skripsi berjudul “KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI)”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar permasalahan tidak terlalu meluas, peneliti membatasi wilayah masalah yang akan diteliti dengan perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kontribusi ekspor-impor yang baik terhadap pendapatan negara menurut teori ekonomi Islam? 2. Bagaimana potret ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara di Indonesia dan Arab Saudi? 3. Antara Indonesia dan Arab Saudi, negara manakah yang memiliki kontribusi ekspor-impor lebih baik terhadap pendapatan negara? 4 C. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Ekspor barang adalah seluruh barang yang dibawa ke luar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial maupun nonkomersial (seperti barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri yang hasilnya dimasukkan kembali ke negara tersebut. Tidak termasuk dalam statistik ekspor adalah: (1) Pakaian, barang pribadi dan perhiasan milik penumpang yang bepergian ke luar negeri; (2) Barang-barang yang dikirim untuk perwakilan suatu negara di luar negeri;(3) Barang untuk eksebisi/pameran; (4) Peti kemas untuk diisi kembali; (5) Uang dan suratsurat berharga; (6) Barang-barang untuk contoh (sample). Ekspor jasa adalah pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Data ekspor barang dan jasa diperoleh dari publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat Statistik), dan Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom. Dalam penelitian ini, ekspor dilambangkan dengan X. 2. Impor barang adalah seluruh barang yang masuk ke wilayah suatu negara baik bersifat komersial maupun bukan komersial, serta barang yang akan diolah di dalam negeri yang hasilnya dikeluarkan lagi dari negara tersebut. Tidak termasuk dalam statistik impor adalah: (1) Pakaian dan barang-barang perhiasan penumpang; Barang-barang penumpang untuk dipakai sendiri, kecuali lemari es, pesawat TV dan sebagainya; (2) Barang-barang yang dikirim untuk keperluan perwakilan (kedutaan) suatu negara; (3) Barang- 5 barang untuk ekspedisi/penelitian ilmiah dan eksebisi/ pameran; (4) Pembungkus/peti kemas; (5) Uang dan surat-surat berharga; (6) Barangbarang sebagai contoh (sampel). Data ekspor barang dan jasa diperoleh dari publikasi statistik Kementerian Perdagangan, BPS (Badan Pusat Statistik), dan Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom. Dalam penelitian ini, impor dilambangkan dengan M. 3. Pendapatan Negara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDB. Produk Domestik Bruto merupakan nilai total dari barang dan jasa yang diproduksi selama jangka waktu satu tahun dan merupakan indikator primer dalam perekonomian suatu negara. PDB terdiri dari pembelian pemerintah dan konsumen, investasi domestik dan asing dan nilai ekspor total. Data PDB didapat dari publikasi statistik BPS (Badan Pusat Statistik) dan Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Untuk mengetahui teori ekonomi Islam tentang kontribusi ekspor-impor yang baik terhadap pendapatan negara. 2. Untuk mengetahui potret ekspor-impor dan pendapatan negara di Indonesia dan Arab Saudi. kontribusinya terhadap 6 3. Untuk mengetahui kontribusi ekspor-impor yang lebih baik terhadap pendapatan negara antara negara Indonesia dan Arab Saudi. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, sebagai media untuk memahami dan menambah pengetahuan tentang kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam. 2. Bagi ilmu pengetahuan/akademis, menambah khazanah intelektual serta memperkaya konsep dan teori yang mendukung terutama tentang eksporimpor dan pendapatan negara. 3. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain. E. Tinjauan Kajian Terdahulu Rusydi AM pada tahun 2001 melakukan penelitian dengan judul Perdagangan dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik). Penelitian ini bersifat kualitatif dan bercorak kepustakaan murni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengungkap perdagangan, al-Qur‘an memakai beberapa terma yaitu tijarah, bay‟, syira‟ dan dayn. Tidak semua terma tersebut dimaksudkan sebagai perdagangan materil, akan tetapi di antaranya ada yang mengacu kepada perdagangan immateril yang berlangsung antara manusia dengan Allah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa al-Qur‘an telah meletakkan dasar-dasar etika perdagangan, yaitu niat ikhlas, 7 saling ridho (suka sama suka), bersikap benar dan jujur, adil, serta memperdagangkan komoditas yang bermanfaat, halal, dan baik. Penelitian ini hanya membahas mengenai perdagangan secara umum, tidak membahas secara rinci mengenai eksporimpor (perdagangan luar negeri) serta kontribusinya terhadap pendapatan negara. 3 Irham Lihan dan Yogi pada tahun 2003 pernah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Indonesia. Penelitian ini sama sekali tidak menyinggung masalah ekonomi makro Islam.4 Pada tahun 2004, Hidayat Amir melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia Tahun 1981-2003. Data dianalisis menggunakan model persamaan regresi linier yang menganalisis pengaruh variasi besaran ekspor pertanian dan non-pertanian terhadap variasi pendapatan nasional serta model persamaan regresi log linier yang akan menganalisis pengaruh persentase perubahan (pertumbuhan) ekspor pertanian dan non-pertanian terhadap persentase perubahan (pertumbuhan) pendapatan nasional. 3 Rusydi AM, ―Perdagangan dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik)‖, Disertasi S3 Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001. 4 Irham Lihan dan Yogi, ―Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia‖, diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1, Jilid 8, Tahun 2003, artikel diakses pada 15 Oktober dari http://www. repository.gunadarma.ac.id:8000/Irham_Lihan_15-21_682.pdf 8 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan ekspor non-pertanian sama-sama memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nasional, dan ekspor pertanian memiliki dampak yang lebih besar. Dari sisi perubahannya, pertumbuhan ekspor non-pertanian memberikan dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pertanian. Penelitian ini membagi kategori ekspor menjadi ekspor pertanian dan non-pertanian serta tidak membahas tentang ekonomi makro Islam.5 Musleh Jawas pada tahun 2008 juga pernah melakukan penelitian terkait ekspor. Judul penelitiannya adalah Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim (2004-2005). Penelitian ini menggunakan metode panel data, yaitu menggabungkan observasi lintas sektor dan runtun waktu sehingga jumlah observasi meningkat. Estimasi panel data akan meningkatkan derajat kebebasan, mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas dan memperbaki efisiensi estimasi.6 Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ekspor, sedangkan variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi (PE). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Menggunakan 5 Hidayat Amir, ‖ Pengaruh Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia Tahun 1981-2003‖, diterbitkan dalam Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Departemen Keuangan, Edisi Desember 2004, artikel diakses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.iei.or.id/publicationfiles/HA.05.%20Dampak%20Ekspor%20Tani%20%20NonTani%20Thd%20GNP%20%28KEK%20Des%202004%29.pdf 6 Musleh Jawas, ―Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim: 2004-2005‖, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2008. 9 sample 52 negara dari tahun 2004 – 2005. Sehingga secara keseluruhan data yang digunakan sebanyak 156 data. Sumber yang digunakan untuk data utama adalah data yang diterbitkan oleh Islamic Development Bank (IDB) dan International Monetary Fund (IMF). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penanaman modal asing signifikan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara muslim, ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara -negara muslim, serta penanaman modal asing dan ekspor selama dua tahun mempunyai pengaruh terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di 52 negara muslim yang menjadi sampel penelitian. Penelitian ini tidak membahas mengenai ekonomi makro Islam.7 F. Kerangka Teori Perdagangan luar negeri yang menyangkut ekspor dan impor sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor merupakan sumber biaya pembangunan, dikarenakan peningkatan penerimaan devisa dari ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan. Di samping ekspor, impor juga mempunyai peranan penting. Dalam hal ini untuk kepentingan kegiatan produksi dalam negeri perlu diimpor barang dan jasa, terutama bahan baku, barang modal, dan teknologi yang belum dapat atau belum cukup diproduksi di dalam negeri.8 7 Musleh Jawas, Ibid. R. Hendra Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 341. 8 10 Perdagangan internasional merupakan elemen penting dari proses globalisasi. Membuka perdagangan dengan berbagai negara di dunia akan memberikan keuntungan dan membawa pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Keuntungan yang didapat dapat dirasakan secara langsung berupa pengaruh yang ditimbulkan terhadap alokasi sumber daya, maupun secara tidak langsung berupa naiknya tingkat investasi.9 Semua negara mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri. Sebagian barang dan jasa yang dihasilkannya dijual ke luar negeri sebagai ekspor. Sebagian pengeluarannya dipakai untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor. Pengaruh perdagangan luar negeri atas penentuan pendapatan nasional adalah sama dengan pengeluaran pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Pengeluaran oleh orang-orang luar negeri atas ekspor suatu negara akan menimbulkan pendapatan, sama halnya dengan pengeluaran pemerintah. Besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh suatu negara dari ekspor tergantung pada berbagai faktor, antara lain kapasitas produksi perusahaan-perusahaan penghasil barang ekspor, kemampuan perusahaanperusahaan itu untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan luar negeri yang menghasilkan barang yang sama, nilai tukar uang dalam negeri dengan uang luar negeri, politik dagang negara-negara dan tingkat permintaan keseluruhan di negaranegara lain.10 9 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 100. 10 Ace Partadiredja, Perhitungan Pendapatan Nasional, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 133. 11 Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah SWT.11 Menurut M.A Mannan, sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah menganjurkan perdagangan internasional. Bila seseorang mengkaji sejarah hukum perniagaan, dia dapat melihat bahwa kaum Moro Muslim yang luas pandangannya mempunyai hubungan dagang yang ekstensif dengan Levant dari Barcelona dan tempat-tempat lain. Ada kantor perdagangan dan konsul di Tunisia, sedangkan perdagangan besar diselenggarakan dengan Istambul.12 Adanya teori dalam suatu penelitian untuk membantu dalam memberikan pengarahan pada penelitian. Dengan kata lain, agar penelitian lebih terarah dan terfokus pada teori-teori yang akan dimunculkan. Pada penelitian kali ini bahasannya terfokus pada ekspor-impor dan kontribusinya terhadap pendapatan negara. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitis, yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan fakta dan karakteristik masalah dalam suatu situasi, kemudian dibandingkan dengan teori yang ada dan diambil kesimpulan. 11 Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar‟iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), h. 114. 12 M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997) h. 293. 12 2. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data merupakan jenis data sekunder yang diperoleh dari literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, publikasi statistik time series dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom, serta artikel atau karya ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan.13 Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan metode penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari situs internet dan media lainnya. Sedangkan studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri teori-teori yang mendukung judul penelitian ini. 4. Teknik Pengolahan Data Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga data-data akan digambarkan dengan kata-kata tertulis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. 13 Indriantono dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h.147. 13 5. Metode Analisis Data Melalui analisis kualitatif, peneliti mengumpulkan dan menganalisis berupa klasifikasi yang berbentuk bahasa. 6. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. H. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistem penulisan dibagi menjadi lima bab. Masing- masing bab, secara garis besar diuraikan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari pembahasan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, definisi operaional variabel, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, dan metode penelitian. BAB II TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NEGARA Bab ini berisi tentang penjelasan teori yang relevan dengan judul penelitian. Oleh karena itu bab ini akan membahas tentang perdagangan internasional yang meliputi definisi perdagangan internasional dan ekspor-impor, membahas manfaat perdagangan internasional, ketentuan ekspor-impor menurut Islam, pendapatan 14 negara dalam perspektif ekonomi Islam, serta kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara dalam perspektif ekonomi Islam. BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI Bab ini akan membahas tentang profil, posisi dan letak geografis, sumber daya alam, serta perekonomian dan komoditas ekspor-impor negara Indonesia dan Arab Saudi. BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI MAKRO ISLAM Bab ini berisi jawaban atas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pokok masalah, yaitu potret ekspor-impor dan pendapatan negara di Indonesia dan Arab Saudi serta analisis kontribusi eksporimpor terhadap pendapatan negara (studi empiris di Indonesia dan Arab Saudi). BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh, saran dan keterbatasan penelitian. 15 BAB II TINJAUAN UMUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN NEGARA A. Perdagangan Internasional 1. Definisi Perdagangan Internasional Perdagangan internasional didefinisikan sebagai perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan. Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun juga negara berkembang. 14 Dengan adanya perdagangan internasional, seseorang bisa pergi ke negara lain untuk mendatangkan komoditi tertentu, kemudian melakukan transaksi pembelian komoditi untuk ia transfer ke negaranya. Bisa juga ia mengambil komoditi untuk dijual di negara lain sehingga ia akan memberikan harga komoditi tersebut untuk negaranya.15 Melakukan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh berbagai negara. Sejak berabad-abad yang lalu, ketika perekonomian belum terlalu berkembang, perdagangan ekspor dan impor telah 14 http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perdagangan_Internasional_9.1_%28BAB_8%29 artikel diakses pada 23 Oktober 2010. 15 Taqiyuddin an-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), h. 321. 16 dilakukan. Saat ini, kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara.16 Berkat perdagangan internasional, baik dalam barang maupun jasa, dan lalu lintas keuangan internasional, perekonomian setiap negara kini menjadi semakin terkait erat satu sama lain dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada waktu yang sama, perekonomian dunia makin bergejolak, suatu fenomena yang belum pernah terjadi pada dekade-dekade lalu. 17 Ditambah lagi dengan perubahan dalam lingkungan internasional yang menuntut terus terjadinya perubahan dan inovasi dalam aktivitas perdagangan internasional. 2. Ekspor-Impor Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang- barang buatan dalam negeri ke negara-negara lain. Pengiriman ini akan menimbulkan aliran pengeluaran yang masuk ke sektor perusahaan. Dengan demikian, pengeluaran agregat akan meningkat sebagai akibat dari kegiatan mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini akan menyebabkan peningkatan dalam pendapatan nasional.18 Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi ke produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan mentah) daripada ke barang sekunder (manufaktur) 16 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.202. 17 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan, pent. Faisal H. Basri, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke 7, h. 1. 18 Sadono Sukirno, op.cit, h. 203. 17 dan barang tersier (jasa-jasa). Komoditi-komoditi primer tersebut merupakan andalan ekspor yang utama ke negara-negara lain, baik ke negara maju maupun ke sesama negara berkembang. Sekalipun ekspor sangat penting bagi negeranegara yang sedang berkembang pada umumnya, namun pertumbuhan ekspor (tidak termasuk minyak) ternyata tidak dapat mengimbangi ekspor negara-negara maju.19 Banyak faktor yang menentukan kebijakan sejauh mana suatu negara akan mengekspor barang yang diproduksinya. Pada dasarnya, kepentingan ekspor di suatu negara selalu berbeda dengan negara lain. Di sebagian negara, ekspor sangat penting, yang meliputi sebagian besar dari pendapatan nasional. Akan tetapi, di sebagian negara lain peranannya relatif kecil. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri. Ekspor karet, kelapa sawit, dan petroleum dari beberapa negara Asia Tenggara terjadi karena barang-barang tersebut dibeli oleh negara yang tidak dapat memproduksinya. Sebaliknya pula, negara-negara Asia Tenggara mengimpor kapal terbang, dan berbagai jenis barang modal karena mereka tidak dapat memproduksi sendiri barang-barang tersebut.20 Faktor yang lebih penting dalam menentukan ekspor adalah kemampuan dari suatu negara untuk memproduksi barang-barang yang dapat bersaing dalam 19 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. Ke 1, h. 63. 20 Sadono Sukirno, op.cit, h. 205 18 pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor minimal harus sama baiknya dengan yang diperjualbelikan di pasar luar negeri. Cita rasa masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor dari suatu negara sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor negara tersebut.21 Bicara tentang impor, secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam suatu perekonomian negara. Aliran barang ini akan menimbulkan aliran keluar atau bocoran aliran pengeluaran sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional yang dapat dicapai. Dengan demikian, sejauh mana ekspor dan impor mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional tergantung pada ekspor neto, yaitu ekspor dikurangi impor.22 Berbeda dengan ekspor, fungsi impor sangat berhubungan dengan pendapatan nasional. Permintaan impor dipengaruhi oleh tingkat pendapatan negara pengimpor, harga relatif (perbandingan antara harga barang-barang yang dihasilkan di dalam negeri dan harga barang-barang yang dihasilkan di luar negeri), dan faktor lain seperti selera, kualitas produk, dan sebagainya. 23 21 Sadono Sukirno, op.cit, h. 205. Sadono Sukirno, op.cit, h. 203. 23 Suparmoko, Pengantar Ekonomika Makro, Edisi 4 (Yogyakarta: BPFE, 2000), Cet. ke 3, h. 22 289. 19 B. Manfaat Perdagangan Internasional Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama, yang masing-masing alasan tersebut menyumbangkan keuntungan perdagangan bagi mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan di mana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barangbarang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang.24 Tidak satu negara pun di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan dengan negara lain. Sebab-sebab umum yang mendorong terjadinya perdagangan internasional adalah sumber daya alam, sumber daya modal, tenaga kerja, dan teknologi. 25 Adapun beberapa manfaat dan keuntungan perdagangan internasional adalah:26 1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya, negara-negara maju memerlukan karet alam, tetapi barang tersebut tidak dapat dihasilkan di negara mereka. Maka mereka akan mengimpor barang-barang 24 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, op.cit, h. 15. R.Hendra Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2. 26 Sadono Sukirno, op.cit, h. 360. 25 20 tersebut dari negara-negara di Asia Tenggara, terutama dari Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Sebaliknya pula negara-negara di Asia Tenggara belum dapat memproduksi sendiri beberapa hasil industri modern seperti kapal pengangkutan minyak dan mesin-mesin industri. Maka negara-negara itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari negara maju. 2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan barang yang diproduksi negara lain, tetapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang itu dari negara lain. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat memperoleh keuntungan berupa penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dengan lebih efisien serta dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksikan di dalam negeri. 3. Memperluas pasar-pasar industri dalam negeri. Beberapa jenis industri telah dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum mesin-mesin (alat-alat produksi) sepenuhnya digunakan. Ini berarti bahwa industri itu masih dapat menaikkan produksi dan meningkatkan keuntungannya apabila masih terdapat pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh industri itu. Karena seluruh permintaan dari dalam negeri telah dipenuhi, satu-satunya cara untuk memperoleh pasaran adalah dengan mengekspornya ke luar negeri. 4. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari 21 teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih modern untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik. C. Ketentuan Ekspor-Impor Menurut Islam Agar hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemanfaatan sebesar mungkin bagi kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari mudharat yang akan terjadi, maka hubungan tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut:27 1. Kehalalan barang dan jasa di tempat perdagangan. Barang dan jasa di tempat terjadinya transaksi di antara negara Islam dan dunia luar harus mubah menurut syariat, karena tidak diperbolehkan membawa masuk barang atau jasa yang diharamkan secara syar‘i. Sesungguhnya, pembatasan perdagangan luar negeri dan tidak diperbolehkannya mengimpor barang-barang yang dilarang menurut syariat adalah yang memberikan kesesuaian antara produksi dan konsumsi. Pada sisi lain, pembatasan perdagangan luar negeri akan berdampak pada penjagaan akidah dan akhlak umat, serta perlindungan moral kepada kaum pria dan wanitanya. Lain halnya dengan apa yang disaksikan pada saat ini di mana mayoritas pasar di negara-negara Islam dipenuhi dengan 27 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa, 2006), h. 547-569. 22 barang-barang yang tidak sesuai dengan akhlak kaum muslimin, yang menjadikan mereka sebagai ‗tawanan‘ pola konsumtif non-muslim. 2. Hubungan perdagangan internasional dapat merealisasikan kemaslahatan bagi kaum muslimin. Dibolehkannya pertukaran dagang dengan non-muslim tidak berarti membuka kesempatan dilakukannya hubungan ekonomi tanpa memastikan adanya kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin. Kemaslahatan ini terkadang memberikan kesempatan ekspor produksi yang melimpah dari negara Islam atau mengimpor hal-hal yang sangat dibutuhkan kaum muslimin, terkadang pula untuk kesempatan mendakwahkan Islam, dan lain-lain. 3. Wilayah Islam dijadikan sebagai prioritas. Pada dasarnya, kaum muslimin adalah satu umat yang memiliki wilayah yang satu. Sesungguhnya, keterceraiberaian kaum muslimin kepada beberapa negara dan beberapa kelompok sama sekali tidak menghilangkan kewajiban tolong-menolong dan keterpaduan di antara kaum muslimin, bahkan mengharuskannya. Syariat Islam menyambut dengan berbagai kaidah yang menetapkan dan mengatur hubungan antar negara Islam. Kaidah yang pertama tercermin dalam kewajiban memberikan prioritas kepada kaum muslimin dalam hubungan perdagangan internasional. Di antara manfaat terpenting dari pemberian terbaik kepada daerah-daerah Islam dalam hubungan dagang adalah merealisasikan kemandirian ekonomi bagi kaum muslimin dan megikis sikap 23 pengekoran ekonomi Islam terhadap ekonomi non-Islam serta dampaknya dalam arah kumulasi hubungan dagang. 4. Adanya pengaturan masuk dan menetapnya non-muslim di bumi Islam. Hal ini dilakukan guna menjaga bahasa dan akhlak kaum muslimin, serta menjaga keamanan dan stabilitas masyarakat. 5. Adanya perjanjian perdagangan. Melakukan akad kesepakatan dagang antar negara merupakan hal yang tidak dapat dihindari untuk memotivasi dan pengaturan hubungan dagang agar dapat merealisasikan kemaslahatan pihakpihak yang melakukan kesepakatan. Perjanjian dagang yang dilakukan pemerintah Islam dengan non-muslim hendaknya memenuhi dasar-dasar sebagai berikut. a. Harus terdapat kemaslahatan yang kuat bagi kaum muslimin, dan poinpoinnya tidak boleh mencakup hal yang diharamkan menurut syariah, seperti akad riba, misalnya, atau ekspor dan impor hal-hal yang haram, atau berdampak mudharat terhadap kaum muslimin, dalam hal akidah, akhlak, dan lain-lain. b. Harus memperhatikan keamanan kaum muslimin. c. Menepati poin-poin perjanjian ekonomi yang dilakukan oleh kaum muslimin dengan selain mereka merupakan salah satu kewajiban dalam syariah. Hal ini akan membantu kaum muslimin dalam melakukan hubungan ekonomi dengan umat lain ketika kemaslahatan menuntut hal tersebut. 24 6. Negara Islam hendaknya memiliki otoritas dalam pengaturan dan pengawasan hubungan ekonomi luar negeri. Abu Yusuf berpendapat bahwa hendaknya seorang kepala negara memiliki tempat pengawasan di jalan-jalan yang tembus ke negara non-muslim, sehingga para pedagang yang melintasinya dapat diawasi. Barangsiapa yang membawa senjata, maka dapat dirampas darinya, dan mereka harus mengembalikan para hamba sahaya yang bersamanya. 7. Urusan kegiatan ekonomi harus dipimpin seorang muslim jika terdapat nonmuslim yang andil di dalamnya. Hal ini menunjukkan diperbolehkannya persekutuan antara seorang muslim dan non-muslim dalam kegiatan ekonomi serta keharusan bersihnya muamalah tersebut dari setiap hal yang menyalahi syariah. Selain itu, kaidah ini juga menunjukkan larangan dominasi orangorang kafir terhadap umat Islam dalam kegiatan dan manajemennya, dan menjadikan seorang muslim hanya sebatas mengekor yang tidak maju dan tidak mundur, bahkan seringkali tidak mengetahui segala sesuatu. Contoh dalam memahami kaidah tersebut, bahwa Islam tidak melarang menggunakan perserikatan milik non-muslim untuk mengeksplorasi minyak bumi dari negeri Islam. Akan tetapi, Islam melarang sebagian bentuk kesepakatan dengan perserikatan tersebut jika merugikan kaum muslimin, dan melarang memberikan perserikatan non-muslim tersebut otoritas dalam pengaturan eksplorasi kekayaan yang penting dari sebuah negeri Islam. 25 D. Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam Pada dasarnya, praktik ekonomi Islam sudah mulai dilakukan semenjak masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW. 28 Negara Islam yang pertama didirikan di dunia adalah negara yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah. Negara ini dibangun berdasarkan semangat Islam yang tercermin dari Alquran dan kepemimpinan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW juga merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad ketujuh, yaitu semua hasil penghimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat pusat pengumpulan dana itu disebut dengan bait al-mal yang pada masa Nabi Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan negara yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang singkat untuk selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat.29 Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, sumber pemasukan negara berasal dari:30 1. Ghanimah Pada tahun kedua Hijriyah, dalam surat Al Anfal ayat 41 Allah SWT menentukan tata cara pembagian harta ghanimah dengan formulasi sebagai berikut : 28 Ali Sakti, op.cit, h. 29. Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Granada Press, 2007), h. 16. 30 Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta: RajaGrafindo Persada., 2004), h. 38. 29 26 Seperlima bagian untuk Allah dan Rasul-Nya. Dialokasikan bagi kesejahteraan umum dan untuk para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan para musafir. Empat perlima bagian lainnya dibagikan kepada para angggota pasukan yang terlibat dalam peperangan. 2. Zakat Pada tahun kedua Hijriyah, Allah SWT mewajibkan kaum muslimin menunaikan zakat fitrah pada setiap bulan Ramadhan. Kewajiban zakat mal diperintahkan pada tahun ke-9 H. Pemerintah pusat berhak menerima keuntungan hanya bila terjadi surplus yang tidak dapat didistribusikan lagi kepada orang-orang yang berhak, dan ditambah kekayaan yang dikumpulkan di Madinah. Di masa Rasulullah SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut: a. benda logam yang terbuat dari emas dan perak b. binatang ternak unta, sapi, domba, kambing c. berbagai jenis barang dagang termasuk budak dan hewan d. hasil pertanian termasuk buah-buahan e. luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh f. barang temuan 3. Fay‘ Fay‘ adalah harta kekayaan yang diambil dari musuh tanpa melakukan peperangan. Harta ini harus diserahkan kepada Baitul mal. 27 4. Jizyah Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang nonmuslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah, bebas dari nilainilai dan tidak wajib militer. Pada masa Rasulullah SAW, besarnya jizyah satu dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak, orang tua dibebaskan dari kewajiban jizyah. Di antara ahli kitab yang harus membayar jizyah sejauh yang diketahui adalah Nashara Najran. 5. Kharaj Kharaj atau pajak tanah dipungut dari non-muslim ketika khaibar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang muslim dan pemilik lamanya harus menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Kharaj dibayar oleh orang-orang non-muslim seperti halnya dengan kaum muslimin membayar ‗ushr dari hasil pertanian. Pajak ini ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas tanah, menyangkut karakteristik atau atau tingkat kesuburan tanah, jenis tanaman, dan jenis irigasi.31 6. Uang tebusan untuk para tawanan perang (hanya pada kasus perang Badr). 7. Pinjaman-pinjaman untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin. 31 Euis Amalia, op.cit, h. 17. 28 8. Khums Khums yaitu pajak proporsional sebesar 20%. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama Syiah dan Sunni mengenai objek khums ini. Kalangan ulama Syiah menyatakan bahwa obyek khums adalah semua pendapatan, sedangkan kalangan ulama Sunni menyatakan bahwa obyek khums hanyalah hasil rampasan perang. Namun, Imam Abu Ubaid, seorang ulama Sunni beranggapan bahwa obyek khums juga meliputi barang temuan dan barang tambang.32 9. Amwal Fadhilah Yaitu pendapatan yang berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris. 10. Wakaf Yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seseorang kepada kaum muslimin untuk kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan didepositokan di Baitul Mal. 11. Bentuk sadaqah lainnya seperti qurban dan kafarat. Kafarat adalah denda atas kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim pada saat melakukan kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji. 32 Euis Amalia, op.cit, h. 17. 29 Sedangkan pada masa Umar bin Khathab, pendapatan negara dapat diklasifikasi menjadi empat bagian, yaitu:33 1. Pendapatan zakat dan ‗usyur (pajak tanah). Khalifah Umar bin Khattab menetapkan kuda, karet, dan madu sebagai objek zakat karena pada masanya, ketiga hal tersebut lazim diperdagangkan, bahkan secara besar-besaran, sehingga mendatangkan keutungan bagi para penjualnya. 2. Pendapatan khums dan sedekah. 3. Pendapatan kharaj, fay‘, jizyah, ‗usyur (pajak perdagangan), dan sewa tanah. ‗usyur dikenakan oleh Khalifah Umar bin Khattab kepada para pedagang yang memasuki wilayah kekuasaan Islam. Besarnya jumlah pajak ini bervariasi, 2,5% bagi pedagang muslim, 5% bagi kafir dzimmi, dan 10% bagi kafir harbi. Pajak ini hanya dibayar sekali dalam setahun sekalipun pedagang tersebut memasuki wilayah Islam lebih dari sekali dalam setahun. 4. Pendapatan lain-lain yang dialokasikan untuk membayar para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya. Sementara itu, Abu Yusuf mengklasifikasikan penerimaan Negara dalam tiga kategori utama, yaitu: (i) ganimah, (ii) shadaqah, (iii) harta fay‘ yang di dalamnya termasuk jizyah, ‗usyur dan kharaj.34 Tak berbeda dengan Abu Yusuf, Ibnu Taimiyah menyimpulkan sumber-sumber penerimaan keuangan negara sesuai syariah, dalam tiga ketentuan 33 34 pokok, yaitu Euis Amalia, op.cit, h. 36-38. Euis Amalia, op.cit, h. 71. ghanimah, shadaqah, dan fay‘. Dalam 30 mengkalisifikasikan seluruh sumber penerimaan ia mempertimbangkan asal-usul dari penerimaan yang dihimpun dari berbagai sumber dan kebutuhan anggaran pengeluarannya, termasuk seluruh sumber pendapatan diluar ghanimah dan zakat, dibawah nama fay‘.35 Ibnu Taimiyah membedakan antara ghanimah dan fay‘, menurutnya seluruh penerimaan selain ghanimah dan zakat bisa masuk kategori fay‘. Karena istilah fay‘ pertama kali digunakan untuk:36 1. Jizyah yang dikenakan pada orang Yahudi dan Nasrani. 2. Upeti yang dibayar oleh musuh. 3. Hadiah yang dipersembahkan kepada kepala Negara. 4. Bea cukai atau pajak tol yang dikenakan pada pedagang dari negeri musuh. 5. Benda berupa uang. 6. Kharaj. 7. Harta benda tak bertuan. 8. Harta benda yang tak memiliki ahli waris. 9. Simpanan, atau utang atau barang rampasan yang pemilik sebenarnya tak diketahui lagi dan karena itu tak bisa dikembalikan. 10. Berbagai sumber pendapatan lain. 35 36 A. A Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h. 265. A. A. Islahi, Ibid, h. 269. 31 D. Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Ekonomi Islam Perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang melintasi batas-batas suatu negara. Sebelum teori perdagangan internasional ditemukan di Barat, Islam telah menerapkan konsep-konsep perdagangan internasional. Adalah ulama besar yang bernama Abu Ubaid bin Salam bin Miskin bin Zaid al-Azdi telah menyoroti praktik perdagangan internasional ini, khususnya impor dan ekspor. Abu Ubaid merupakan orang pertama yang memotret kegiatan perekonomian di zaman Rasulullah SAW, khulafaur Rasyidin, para sahabat dan tabiin-tabiin.37 Pemikiran Abu Ubaid tentang ini dapat dilihat dalam kitabnya, Al Amwaal yang ditulisnya hampir 1000 tahun sebelum Adam Smith (1723-1790) menelurkan teori keunggulan absolutnya. Pemikiran Abu Ubaid tentang ekspor impor ini dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu tidak adanya nol tarif dalam perdagangan internasional, cukai bahan makanan pokok lebih murah, dan ada batas tertentu untuk dikenakan cukai. Tidak Adanya Nol Tarif Pengumpulan cukai merupakan kebiasaan pada zaman jahiliah dan telah dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non Arab tanpa pengecualian. Kebiasaan mereka adalah memungut cukai barang dagangan impor apabila masuk ke dalam 37 Hendri Tanjung, ―Abu Ubaid dan Perdagangan Internasional‖, Harian Republika edisi 30 September 2010, h. 6. 32 negeri mereka. Dari Abdurrahman bin Maqil, ia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Ziyad bin Hudair, Siapakah yang telah kalian pungut cukai barang impornya? Ia berkata, "Kami tidak pernah mengenakan cukai atas Muslim dan Mua-hid. Saya bertanya, Lantas, siapakah orang yang telah engkau kenakan cukai atasnya? Ia berkata, "Kami mengenakan cukai atas para pedagang kafir harbi, sebagaimana mereka telah memungut barang impor kamiapabila kami masuk dan mendatangi negeri mereka". Hal tersebut diperjelas lagi dengan surat-surat Rasulullah, dimana beliau mengirimkannya kepada penduduk penjuru negeri seperti Tsaqif, Bahrain, Dawmatul Jandal dan lainnya yang telah memeluk agama Islam. Isi surat tersebut adalah "Binatang ternak mereka tidak boleh diambil dan barang dagangan impor mereka tidak boleh dipungut cukai atasnya".38 Dari uraian diatas, Abu Ubaid mengambil kesimpulan bahwa cukai merupakan adat kebiasaan yang senantiasa diberlakukan pada zaman jahiliah. Kemudian Allah membatalkan sistem cukai tersebut dengan pengutusan Rasulullah dan agama Islam. Lalu, datanglah kewajiban membayar zakat sebanyak seperempat dari usyur (2.5%). Dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, "Saya telah dilantik Umar menjadi petugas bea cukai. Lalu dia memerintahkanku supaya mengambil cukai barang impor dari para pedagang kafir harbi sebanyak usyur (10%), barang impor pedagang ahli dzimmah sebanyak setengah dari usyur (5%), dan barang impor pedagang kaum muslimin seperempat dari usyur (2.5%)".39 38 39 Ibid. Ibid. 33 Yang menarik, cukai merupakan salah satu bentuk merugikan orang lain, yang sekarang ini didengungkan oleh penganut perdagangan bebas (free trade), bahwa tidak boleh ada tarif barrier pada suatu negara. Barang dagangan harus bebas masuk dan keluar dari suatu negara. Dengan kata lain, bea masuknya nol persen. Tetapi, dalam konsep Islam, tidak ada sama sekali yang bebas, meskipun barang impor itu adalah barang kaum muslimin. Untuk barang impor kaum muslimin dikenakan zakat yang besarnya 2.5%. Sedangkan non muslim, dikenakan cukai 5% untuk ahli dzimmah (kafir yang sudah melakukan perdamaian dengan Islam) dan 10% untuk kafir harbi (Yahudi dan nasrani). Jadi, tidak ada praktiknya sejak dari dahulu, bahwa barang suatu negara bebas masuk ke negara lain begitu saja.40 Cukai Bahan Makanan Pokok Untuk minyak dan gandum yang merupakan bahan makanan pokok, cukai yang dikenakan bukan 10% tetapi 5% dengan tujuan agar barang impor berupa makanan pokok banyak berdatangan ke Madinah sebagai pusat pemerintahan saat itu. Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya, ia berkata, "Umar telah memungut cukai dari kalangan pedagang luar; masing-masing dari minyak dan gandum dikenakan bayaran cukai sebanyak setengah dari usyur (5%). Hal ini bertujuan supaya barang impor terus berdatangan ke negeri madinah. Dan dia telah memungut cukai dari barang impor al-Qithniyyah sebanyak usyur (10%)".41 40 41 Ibid. Ibid. 34 Ada Batas Tertentu untuk Cukai Yang menarik, tidak semua barang dagangan dipungut cukainya. Ada batasbatas tertentu dimana kalau kurang dari batas tersebut, maka cukai tidak akan dipungut. Dari Ruzaiq bin Hayyan ad-Damisyqi (dia adalah petugas cukai di perbatasan Mesir pada saat itu) bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat kepadanya, yang isinya adalah, "Barang siapa yang melewa-timu dari kalangan ahli zimmah, maka pu-ngutlah barang dagangan impor mereka. Yaitu, pada setiap dua puluh dinar mesti dikenakan cukai sebanyak satu dinar. Apabila kadarnya kurang dari jumlah tersebut, maka hitunglah dengan kadar kekurangannya, sehingga ia mencapai sepuluh dinar. Apabila barang dagangannya kurang dari sepertiga dinar, maka janganlah engkau memungut apapun darinya. Kemudian buatkanlah surat pembayaran cukai kepada mereka bahwa pengumpulan cukai akan tetap diberlakukan sehingga sampai satu tahun".42 Jumlah sepuluh dinar adalah sama dengan jumlah seratus dirharn di dalam ketentuan pembayaran zakat. Seorang ulama Iraq, Sufyan telah menggugurkan kewajiban membayar cukai apabila barang impor ahli dzimmah tidak mencapai seratus dirharn. Menurut Abu Ubaid, seratus dirharn inilah ketentuan kadar terendah pengumpulan cukai atas harta impor ahli dzimmah dan kafir harbi.43 Selain Abu Ubaid, Ibn Khaldun juga mendukung bidang ekonomi internasional. Melalui pengamatannya dan pikiran analitisnya, ia menerangkan 42 43 Ibid. Ibid. 35 keuntungan perdagangan antar negara. Melalui perdagangan luar negeri, menurut Ibn Khaldun, kepuasan masyarakat, laba pedagang, dan kekayaan negara semuanya akan meningkat. Pertimbangan untuk mengadakan foreign trade adalah: (1) lebih murah dibanding memproduksi secara internal, (2) mutu yang lebih baik, atau (3) a totally new product. Ibn Khaldun dalam analisa dan pengamatan perdagangan luar negerinya pengenalan layak mendapat penghargaan dalam bidang ekonomi internasional.44 Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, tetapi kekayaan suatu negara ditentukan oleh tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif dari negara tersebut. 45 Dengan demikian, negara yang makmur adalah negara yang mampu memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga kelebihan hasil produksi tersebut diekspor, dan pada akhirnya akan menambah kemakmuran di negara tersebut.46 Berikut merupakan konsep ekonomi menurut Ibnu Khaldun sebagai indikator dari kekayaan suatu negara.47 1) Tingkat Produk Domestik Bruto Bila suatu negara mencetak uang dengan sebanyak-banyaknya, itu bukan merupakan refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik 44 http://ekisonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=191:pemikiranekonomi-ibnu-khaldun&catid=36:akuntansi, artikel diakses pada 12 Juni 2011. 45 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Granada Press, 2007), h. 197. 46 http://ponpes-nu.blogspot.com/2011/04/pemikiran-ekonomi-ibnu-khaldun.html, diakses pada 12 Juni 2011. 47 Ibid. 36 barang maupun jasa). Maka uang yang melimpah itu tidak ada artinya, jika jumlah uang lebih banyak dibanding jumlah ketersediaan barang dan jasa. 2) Neraca Pembayaran Positif Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal: a) Tingkat produksi yang tinggi. Jika tingkat produksi suatu negara tinggi dan melebihi dari jumlah permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand. Maka memungkinkan negara tersebut melakukan kegiatan ekspor. b) Tingkat efisiensi yang tinggi Bila tingkat efisiensi suatu negara lebih tinggi dibanding negara lain, maka dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif. Teori Ibnu Khaldun tentang pembagian kerja (division of labor) merupakan embrio dari teori perdagangan internasional yang berkembang pesat pada era merkantilisme di abad ke-17. Hal itu disadari analisisnya tentang pertukaran atau perdagangan diantara negara-negara miskin dan negara kaya yang menimbulkan kecenderungan suatu negara untuk mengimpor ataupun menekspor dari negara lain. Bagi penganut paham merkantilisme, sumber kekayaan negara adalah dari 37 perdagangan luar negeri, dan uang sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber kekuasaan.48 Ibnu Khaldun mengatakan bahwa melalui perdagangan luar negeri, kepuasan masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan negara semuanya meningkat. Dan barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya dari suatu negara ke negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara positif kepada tingkat pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat kemakmuran. Jika barang-barang luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dari dalam negeri, ini akan memicu impor. Pada saat yang sama produsen dalam negeri harus berhadapan dengan produk berkualitas tinggi dan kompetitif sehingga mereka harus berusaha untuk meningkatkan produksi mereka.49 48 49 Ibid. Ibid. 38 BAB III PROFIL NEGARA INDONESIA DAN ARAB SAUDI A. Profil Negara Indonesia Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lain. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempahrempah Maluku bawah penjajahan semasa Belanda, era penjelajahan Indonesia yang samudra.Setelah saat itu berada di bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.50 Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Lambang negara Indonesia adalah burung garuda. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah 50 http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, diakses pada 11 Juni 2011. 39 yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara Indonesia yang terdiri dari beragam daerah dan suku memiliki beragam bahasa daerah. Namun bahasa yang mempersatukan atau bahasa Nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Indonesia memiliki warna merah dan putih sebagai warna benderanya. Merah berarti berani. Putih berarti suci.51 Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia.Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh W.R. Supratman pada tahun 1924. Pada hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 1928, merupakan saat pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 saat hari kemerdekaan bangsa Indonesia, lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan sejak saat itu dijadikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia. 1. Posisi dan Letak Geografis Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai 51 Ibid. 40 Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.52 Indonesia adalah negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.53 Tabel 3.1 Profil Negara Indonesia Ibu kota Bahasa resmi Pemerintahan - Presiden - Wakil Presiden Kemerdekaan - Diproklamasikan - Diakui (sebagai RIS) - Kembali ke RI Luas - Total - Air (%) Penduduk - 19 Juni 2009 memperkirakan - 2000 sensus 52 Jakarta Bahasa Indonesia Republik presidensiil Susilo Bambang Yudhoyono Boediono 17 Agustus 1945 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 1,904,569 km2 4,85% 230.472.833 206.264.595 http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia.html, artikel diakses pada 11 Juni 2011. 53 Ibid. 41 - Kepadatan Mata uang Zona waktu Menyetir di TLD Kode telepon 134 jiwa/km2 Rupiah (Rp) (IDR) WIB, WITA, WIT (UTC+7, +8, +9) kiri .id 62 Sumber: Portal Nasional RI 2. Sumber Daya Alam Sumber daya alam ialah semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam di Indonesia adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Proses pembentukan kekayaan alam di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara geografis, Indonesia terletak di daerah tropis yang dicirikan oleh curah hujan tinggi sehingga berbagai jenis tanaman tumbuh dengan cepat dan Indonesia kaya akan berbagai tipe tumbuhan. Secara geologi, Indonesia terletak di pertemuan lempeng tektonik yang senantiasa bergerak sehingga memungkinkan pembentukan barisan pegunungan muda dengan berbagai potensi mineral. Lautan Indonesia juga menyimpan berbagai kekayaan, tumbuhan, hewan dan mineral, serta ikan, rumput laut, mutiara dan minyak. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan kekayaan alam Indonesia sangat luas dan beraneka ragam. Menurut CIA Worldfact, kekayaan alam Indonesia di antaranya adalah minyak, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, tanah subur, batu bara, 42 emas dan perak. Indonesia mempertimbangkan daftar ini sebagai kekayaan negara berupa mineral, minyak, tenaga air dan sumber lainnya yang memilik potensi komersial. Selain itu, kekayaan alam biologis Indonesia meliputi kekayaan alam yang berasal dari hewan dan tumbuhan yg tersebar di hutan dan lautan. Karena luasnya, Indonesia memiliki potensi perkebunan dan pertanian hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah dan kualitas kekayaan alam ini sangatlah tinggi dan tersebar luas di seluruh wilayah. Kualitas inilah yang menyebabkan bahan-bahan tersebut layak diekspor ke luar negeri dan dapat memenuhi kebutuhan devisa Indonesia.54 3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar, beras, dan listrik.55 Tabel 3.2 Profil Perekonomian Indonesia Mata uang Tahun fiskal Organisasi perdagangan Peringkat PDB PDB Pertumbuhan PDB 54 Rupiah Tahun kalender APEC, ASEAN, WTO, ACFTA ke-15 Rp 3.086,6 triliun (semester I 2010) 5,9% (2010) http://www.indonesiaatworldexpo.com/id/media/diversity-in-natural-resources-of-indonesia/, artikel diakses pada 11 Juni 2011. 55 http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia, artikel diakses pada 12 Juni 2011. 43 PDB per kapita PDB berdasarkan sektor Inflasi Tenaga kerja Tenaga kerja berdasarkan pekerjaan Pengangguran Industri utama Ekspor Komoditi utama Mitra dagang Impor Komoditi utama Mitra dagang Rp 24,3 juta (2009) Industri 25,2%, pertanian 15,9%, perdagangan 13,8% (2010) 6,22% (Juli 2010) 107,4 juta (Februari 2010) Perdagangan, jasa, industri, pertanian 8,6 juta orang (Februari 2010) minyak bumi dan gas alam; tekstil, perlengkapan, dan sepatu; pertambangan, semen, pupuk kimia, plywood; karet; makanan; pariwisata US$ 72.522 juta (semester I 2010) minyak dan gas, lemak dan minyak hewan, mesin/ peralatan listrik Jepang, Amerika Serikat, Cina, Uni Eropa, Singapura US$ 62.980,6 juta (semester I 2010) mesin dan peralatan; kimia, bahan bakar, makanan Cina, Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia Sumber: Wikipedia dan BPS B. Profil Negara Arab Saudi Saudi Arabia atau Kerajaan Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Negara ini beriklim gurun dan wilayahnya sebagian besar terdiri atas gurun pasir dengan gurun pasir yang terbesar adalah Rub Al Khali. Pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Sa'ud—dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‗ud—memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia (al-Mamlakah al-‗Arabiyah as-Su‗udiyah) dengan menyatukan wilayah 44 Riyadh, Najd (Nejed), Ha-a, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian menjadi raja pertama pada kerajaan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami, nama Saudi berasal dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz as-Sa'ud. Arab Saudi terkenal sebagai negara kelahiran Nabi Muhammad SAW serta tumbuh dan berkembangnya agama Islam, sehingga pada benderanya terdapat dua kalimat syahadat yang berarti "Tidak ada tuhan (yang pantas) untuk disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah utusanNya".56 Tabel 3.3 Profil Negara Arab Saudi Nama Resmi Ibu Kota Lagu Kebangsaan Bahasa Resmi Agama Resmi Luas Wilayah Jumlah Penduduk Etnis Sistem Pemerintahan Kepala Negara Badan Legislatif Sistem Hukum Wilayah Administratif Kingdom of Saudi Arabia (Al-Mamlakah al-‗Arabiyah asSu‘udiyah) Riyadh Al-Salam al-Malakiy Bahasa Arab Islam 2,25 juta km2 27.019.731 jiwa (2006) Arab 90%, Afro-Asia 10% Kerajaan Raja Majelis Syuro Berdasarkan perundang-undangan Islam (syari‘ah Islam) Sejak 1993 wilayah administratif Arab Saudi terbagi atas 13 provinsi, yaitu AI-Abha, Al-Hudud asy Syamaliyah, AlJouf, Asir, Asy Syarqiyah (Provinsi Timur), Hail, Jizan, Madinah, Makkah, Najran, Qasim, Tabuk, dan Riyadh Sumber: pks-arabsaudi.org Penduduk Arab Saudi adalah mayoritas berasal dari kalangan bangsa Arab sekalipun juga terdapat keturunan dari bangsa-bangsa lain serta 56 http://id.wikipedia.org/wiki/Arab_Saudi, artikel diakses pada 11 Juni 2011. 45 mayoritas beragama Islam. Di daerah daerah industri dijumpai penduduk dari negaranegara lain sebagai kontraktor dan pekerja asing atau ekspatriat. Wilayah Arab Saudi sejak 1993 terbagi atas 13 provinsi atau manatiq.57 1. Posisi dan Letak Geografis Arab Saudi terletak di antara 15°LU - 32°LU dan antara 34°BT 57°BT. Luas kawasannya adalah 2.240.000 km². Arab Saudi mencakup empat perlima kawasan di Semenanjung Arab dan merupakan negara terbesar di Timur Tengah. Permukaan terendah di sini ialah di Teluk Persia pada 0 m dan Jabal Sauda' pada 3.133 m. Negara Arab Saudi ini berbatasan langsung dengan Yaman (1458 km), Irak (814 km), Yordania (744 km), Oman (676 km), Uni Emirat Arab (457 km), Kuwait (222 km) dan Qatar (60 km). Arab Saudi memiliki panjang garis pantai 2640 km terdiri atas 1800 km sepanjang Teluk Aqabah dan Laut Merah serta sisanya sepanjang Teluk Persia.58 2. Sumber Daya Alam Arab Saudi tidak memiliki sungai atau danau utama. Namun di semenanjung arabia sebelah timur sejumlah sumur artesis dan mata air menjadi sumber air tawar yang memadai, sedangkan di sejumlah wilayah sebelah utara dan timur semenanjung didapati aliran air bawah tanah yang cukup banyak. Iklim di Arab Saudi berbeda jauh antara wilayah pesisir pantai dan pedalamannya. Kawasan pesisir memiliki kelembaban yang tinggi dan 57 58 Ibid. Ibid. 46 suhu rata-rata normal (di bawah 380 C) sedangkan kawasan pedalaman sangat kering dan suhu udara rata-rata sangat tinggi (rata-rata 450 C di musim panas) hingga mencapai temperatur ekstrim 540 C. Curah hujan secara umum sangat rendah kecuali di Provinsi Asir bagian barat daya memiliki curah hujan ratarata 300 mm di bulan Mei dan Oktober akibat terjadinya gejala Monsoon. Di samping memiliki sumber daya minyak yang besar, di Arab Saudi juga ditemukan cadangan gas alam, bauksit, batubara, tembaga, emas, biji besi, fosfat, biji platina, perak, seng dan uranium. Hampir setengah luas daratan Arab Saudi berupa padang pasir tak berpenghuni. Berdasarkan data statistik 2005, hanya 0,09 persen luas lahan yang ditanami. Luas lahan yang diairi oleh irigasi diperkirakan hanya 16200 km2 pada tahun 1998.59 Masalah kelangkaan air bersih menjadi isu tetap hingga saat ini. Di sisi lain, udara yang terlalu kering sering memicu terjadinya badai pasir dan debu yang mengganggu aktifitas transportasi. Ketiadaan sumber daya air permukaan seperti sungai dan danau menyebabkan pemanfaatan air tanah yang berlebihan. Isu lain adalah masalah tumpahan minyak di perairan pantai yang menyebabkan pencemaran lingkungan.60 3. Perekonomian dan Komoditas Ekspor-Impor Arab Saudi memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kegiatan produksi dan ekspor migas. Sebagai akibatnya, negara ini 59 60 http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=hal&id=3, artikel diakses pada 12 Juni 2011. Ibid. 47 menghadapi tantangan yang cukup berat dalam hal penganekaragaman kegiatan ekonomi. Nilai produksi minyak Arab Saudi tercatat tertinggi di dunia yaitu mendekati 11 juta barrel per hari (2005). Nilai produksi ini, dengan jumlah cadangan minyak yang terbukti saja (261,9 milyar barrel) dapat bertahan stabil hingga 50 tahun ke depan. Perusahaan minyak Arab Saudi (Saudi Aramco) yang telah dinasionalisasi pada tahun 1988 mengontrol penuh kegiatan produksi sumber daya alam yang vital ini.61 Selain minyak bumi, cadangan gas alam sebesar 235 trilyun ft3 yang ditemukan di Arab Saudi adalah yang terbesar keempat di dunia. Tahun 2002 lalu pemerintah Arab Saudi telah menyelesaikan pembangunan pabrik gas alam terbesar di dunia yang berlokasi di daerah Hawiya. 62 Kekayaan yang sangat besar yang didapat dari minyak, sangat membantu permainan dan pembentukan kekuatan peran dari keluarga Kerajaan Saudi baik di dalam maupun luar negeri. Wilayah ini dahulu merupakan wilayah perdagangan terutama di kawasan Hijaz antaraYaman-Mekkah-Madinah-Damaskus dan Palestina. Pertanian dikenal saat itu dengan perkebunan kurma dan gandum serta peternakan yang menghasilkan daging serta susu dan olahannya. Pada saat sekarang digalakkan sistem pertanian terpadu untuk meningkatkan hasilhasil pertanian.63 61 http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=hal&id=3, artikel diakses pada 12 Juni 2011. Ibid. 63 Kedutaan Besar Republik Indonesia di Arab Saudi. 62 48 Perindustrian umumnya bertumpu pada sektor minyak bumi dan petrokimia, terutama setelah ditemukannya sumber sumber minyak pada tanggal 3 Maret 1938. Selain itu juga untuk mengatasi kesulitan sumber air selain bertumpu pada sumber air alam (oase) juga didirikan industri desalinasi air laut di kota Jubail. Sejalan dengan tumbuhnya perekonomian maka kotakota menjadi tumbuh dan berkembang. Kota-kota yang terkenal di wilayah ini selain kota suci Mekkah dan Madinah adalah kota Riyadh sebagai ibukota kerajaan, Dammam, Dhahran, Khafji, Jubail, Tabuk dan Jeddah. Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi berkembang cukup baik, mengingat tingginya harga minyak bumi dan gas alam yang merupakan komoditi ekspor utamanya. Secara bertahap pemerintah Arab Saudi diversivikasi sektor pendapatan nasionalnya telah melakukan dengan mendorong berkembangnya sektor lainnya, seperti manufacturing dan industri berat lainnya dan pertanian. GDP Arab Saudi pada tahun 2008 sebesar US$ 464,5 milyar dan DDP per kapita sebesar US$ 15.352 atau mengalami kenaikan sebesar 18,8% dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar US$ 377 milyar. Komposisi alokasi APBN pemerintah Arab Saudi untuk sektor pertanian, air dan prasarana pada tahun 2009 adalah sebesar 10,3 % dari GDP (35,4 miliar SAR). Ekspor Arab Saudi pada tahun 2007 mencapai 874.403 milyar SAR (terdiri dari minyak dan gas bumi, serta produk industri turunannya, logam dasar, makanan, peralatan listrik dll). Impor Arab Saudi pada tahun yang sama 49 sebesar 338.088 SAR ( terdiri dari peralatan listrik yang tidak diproduksi oleh Arab Saudi, alat transportasi, logam dasar yang tidak dimiliki oleh Arab Saudi, makanan, obat-obatan, tekstil dan produk tekstil, kertas dan produk kertas lainnya). Neraca perdagangan Arab Saudi mengalami surplus. 64 Impor Arab Saudi dari dunia pada tahun 2007 sebesar US$ 90,2 milyar yang terdiri dari produk (Peralatan listrik, transportasi, logam dasar, makanan, obat, tekstil & produk tekstil, kertas dan produk kertas lainnya), naik 29,3% dibandingkan tahun 2006. Dan impor Arab Saudi dari negara partner utama tahun 2007 yaitu : US$ 13,5% ( US$. 12,2 milyar), China 9,6% (US$. 8,7 milyar), Jerman 8,9% (US$. 8 milyar), Jepang 8,7% (US$. 7,8 milyar), Korea Selatan 4,5% (US$ 4 milyar), India 3,4% (US$ 3 milyar), Italy 4,5% (US$ 4,1 milyar), UK 3,9% (US$. 3,5 milyar). Sedangkan impor dari Indonesia pada tahun 2007 sebesar US$ 672 juta (2006) urutan ke 24 dengan share 0,84 %, dan US$. 944,2 juta (2007), naik : 40,5%, urutan ke 22 dengan share 1,03% dari total impor Arab Saudi dari dunia.65 Jumlah pabrik yang berproduksi di Arab Saudi sebanyak 3986 pabrik dengan investasi total sebesar SAR 306 milyar. Industri Kecil dan Menengah merupakan industri dominan, yaitu lebih dari 80%nya. Industri pertambangan berjumlah 1081 pabrik (27,7%) dengan nilai investasi sebesar SAR 39 milyar (13,2%) dari total investasi. Industri kimia dan produksi plastik sebanyak 895 64 http://www.deplu.go.id/riyadh/Pages/TipsOrIndonesiaGlanceDisplay.aspx?IDP =2&IDP2=1&l=id, artikel diakses pada 11 Juni 2011. 65 Ibid. 50 pabrik (22,9%) dengan nilai investasi sebesar SAR 175,6 milyar (59,2%). Industri bahan bangunan, keramik dan kaca sebanyak 618 pabrik(15,8%) dengan nilai inveatasi sebesar SAR 39,1 milyar(13,25%). Industri bahan makanan sebanyak 605 pabrik (15,5%) dengan nilai investasi SAR 24,8 milyar (8,4%).Pabrik yang berada di Jeddah sebanyak 1065 dengan nilai total investasi sebesar SAR 48 milyar, dengan jumlah tenaga kerja 108.642 orang.66 66 Ibid. 51 BAB IV KONTRIBUSI EKSPOR-IMPOR TERHADAP PENDAPATAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI EMPIRIS INDONESIA DAN ARAB SAUDI) A. Potret Ekspor-Impor dan Pendapatan Negara di Indonesia dan Arab Saudi Indonesia dan Arab Saudi merupakan dua negara yang memiliki persamaan dan perbedaan dalam perekonomiannya. Dalam hal komoditas ekspor-impor yang menjadi andalan kedua negara pun terdapat perbedaan. Begitu pula dengan besarnya pendapatan kedua negara. Berikut ini disajikan potret ekspor-impor dan pendapatan negara (PDB) Indonesia dan Arab Saudi dalam berbagai rentang waktu. Tabel 4.1 Ekspor Indonesia Tahun 2001-2010 (dalam juta US$) EKSPOR Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* Migas Non Migas 12.636,30 12.112,70 13.651,36 15.645,30 19.231,50 21.209,67 22.088,60 29.126,25 19.018,30 11.262,50 43.684,60 45.046,10 47.406,90 55.939,20 66.428,36 79.589,04 92.012,40 107.894,23 97.491,70 48.966,00 Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia *sampai bulan Mei 52 Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2001 nilai ekspor non-migas Indonesia tercatat yang paling kecil antara kurun waktu 2001-2010. Sedangkan pada tahun 2002, nilai ekspor migas Indonesia merupakan yang terendah. Tahun 2008, ekspor migas dan non-migas Indonesia mencapai nilai tertinggi. Seacara agregat, nilai ekspor non-migas Indonesia lebih tinggi dibanding nilai ekspor migas. Tabel 4.2 Impor Indonesia Tahun 2001-2010 (dalam Juta US$) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* Barang Konsumsi 2.251,20 2.650,40 2.862,80 3.786,52 4.620,44 4.738,33 6.538,90 8.303,70 6.752,60 3.780,50 IMPOR Bahan Baku Penolong 23.879,40 24.227,50 25.496,30 36.204,24 44.792,02 47.171,36 56.484,60 187.226,50 69.638,10 37.479,20 Barang Modal 4.831,50 4.410,90 4.191,60 6.533,76 8.288,39 9.151,84 11.449,80 21.400,90 20.438,50 9.917,00 Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia *sampai bulan Mei Tabel 4.2 menunjukkan bahwa secara garis besar, impor Indonesia terbagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal. Di antara ketiga sektor di atas, sektor utama impor Indonesia adalah bahan baku penolong. Pada tahun 2001, nilai impor barang konsumsi dan bahan baku penolong tercatat paling rendah dibanding sektor yang sama antara tahun 2001-2010. Nilai impor bahan baku penolong tertinggi tercatat pada tahun 2008. 53 Tabel 4.3 PDB dan X-M Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PDB (triliun Rp) 1.491,00 1.610,00 2.045,85 2.303,03 2.774,30 3.339,20 3.950,90 4.951,40 5.603,90 6.422,90 (X-M) (triliun Rp) 126,80 110,30 157,06 91,60 115,00 180,70 159,70 56,40 157,30 105,00 Sumber: BPS (data diolah) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2001, nilai PDB Indonesia paling rendah. PDB Indonesia mencapai titik tertinggi pada tahun 2010. Sementara itu, sektor ekspor neto (X-M) Indonesia mencapai nilai paling rendah pada tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor neto (X-M) paling tinggi terjadi pada tahun 2006. Tabel 4.4 Ekspor Arab Saudi Tahun 2001-2009 Time Series (juta Riyal Arab Saudi) Tahun Ekspor 2001 273.677 2002 291.155 2003 371.088 2004 494.433 2005 719.898 2006 844.522 2007 934.321 2008 1.210.701 2009 757.363 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom (data diolah) 54 Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai ekspor Arab Saudi berfluktuasi. Nilai ekspor Arab Saudi tidak selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2001, nilai ekspor Arab Saudi mencapai nilai paling rendah. Sedangkan nilai ekspor paling tinggi tercatat pada tahun 2008. Pada tahun 2009, nilai ekspor Arab Saudi mengalami penurunan yang cukup drastis, setelah pada tahun-tahun sebelumnya nilai ekspor negara tersebut selalu mengalami kenaikan. Tabel 4.5 Impor Arab Saudi Tahun 2001-2009 Time Series (juta Riyal Arab Saudi) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Impor 165.219 168.114 194.041 243.322 328.678 425.038 544.434 662.568 602.396 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom (data diolah) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa impor Arab Saudi mengalami pasang-surut. Tahun 2001 sampai 2008 nilai ekspor mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 2009 nilai impor mengalami penurunan. Nilai impor Arab Saudi yang paling tinggi tercatat pada tahun 2008. Sedangkan nilai impor terendah tercatat pada tahun 2001. 55 Tabel 4.6 PDB dan X-M Arab Saudi Tahun 2001-2009 Time Series (dalam juta Riyal Arab Saudi) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PDB 686.296 707.067 804.648 938.771 1.182.514 1.335.581 1.442.572 1.786.143 1.409.124 (X-M) 108.458 123.041 177.047 251.111 391.220 419.484 389.887 548.133 154.967 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom (data diolah) Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa PDB dan ekspor neto (X-M) Arab Saudi mengalami naik-turun. PDB dan ekspor neto Arab Saudi terus mencatatkan kenaikan pada tahun 2001-2008. Namun, pada tahun 2009 nilai PDB dan ekspor neto negara tersebut mengalami penurunan yang sangat besar. Pada tahun 2001, nilai PDB dan ekspor neto tercatat yang paling rendah. Sedangkan pada tahun 2008, nilai PDB dan ekspor neto negara tersebut merupakan nilai tertinggi selama kurun waktu 2001-2010. 56 B. Analisis Kontribusi Ekspor-Impor terhadap Pendapatan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Empiris Indonesia dan Arab Saudi) Ketika menafsirkan firman Allah tentang penciptaan bumi, QS. Fushshilat: 10, “Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orangorang yang bertanya.” Al-Qurthuby mengatakan, ―Dia menjadikan untuk setiap daerah: perdagangan, pepohonan, dan kemanfaatan-kemanfaatan yang tidak dijadikan-Nya selain di bumi, agar sebagian mereka hidup dari sebagian yang lain dengan melakukan perdagangan dan bepergian dari satu negeri ke negeri yang lain.‖ Hal ini menunjukkan urgensinya saling melakukan perdagangan pada tingkat dunia untuk memenuhi kebutuhan manusia dan saling melakukan pertukaran dagang dalam hal-hal yang bermanfaat. Sebab Allah menjadikan sumber alam ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan syarat mereka harus berkomitmen dengan cara yang baik dan benar dalam mengeksplorasinya.67 Sudah umum dikenal bahwa perdagangan merupakan induk keberuntungan. Sejarah bangsa-bangsa di dunia juga memperlihatkan bagaimana dengan berdagang dan berniaga, orang bisa menjadi kaya dan bangsa-bangsa mendapatkan wilayah yang 67 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta: Khalifa, 2006), h.544. 57 sangat luas di seluruh dunia ini. Dengan demikian, perdagangan merupakan pertanda baik dan kesejahteraan yang akan menjadi tulang punggung untuk memperoleh kekayaan.68 Jika dilihat dalam konteks ekonomi makro, perdagangan yang dimaksud tentu berkaitan dengan ekspor-impor. Maka, tabel berikut ini akan menunjukkan kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara. Tabel 4.7 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2001-2010 Time Series Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata PDB (triliun Rp) 1.491,00 1.610,00 2.045,85 2.303,03 2.774,30 3.339,20 3.950,90 4.951,40 5.603,90 6.422,90 3449,25 X M 612,50 569,90 627,06 711,78 945,10 1.036,30 1.163,00 1.474,50 1.354,40 1.580,80 1.007,53 485,70 459,60 471,00 620,18 830,10 855,60 1.003,30 1.418,10 1.197,10 1.475,80 881,648 (X-M) (triliun Rp) 126,80 110,30 157,06 91,60 115,00 180,70 159,70 56,40 157,30 105,00 125,99 (X-M)/PDB (Persen) 8,50 6,85 7,68 3,98 4,14 5,41 4,04 1,14 2,81 1,63 4,62 Sumber: BPS (data diolah) 68 Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1995), h. 26. 58 Grafik 4.1 Ekspor-Impor terhadap PDB Indonesia Tahun 2001-2010 Time Series 200 2006 180 160 140 2003 2009 2001 2005 120 2007 100 XM80 2002 2010 2004 60 40 2008 20 2, 04 5. 85 2, 30 3. 03 2, 77 4. 30 3, 33 9. 20 3, 95 0. 90 4, 95 1. 40 5, 60 3. 90 6, 42 2. 90 1, 61 0 1, 49 1 0 PDB Sumber: BPS (data diolah) Dari tabel 4.7 terlihat bahwa kontribusi ekspor-impor terhadap PDB Indonesia masih terbilang kecil, yakni berkisar antara 1%-9%. Bahkan pada tahun 2008, kontribusi ekspor-impor terhadap PDB hanya sekitar 1%. Hal ini mengindikasikan sebagian besar PDB yang diperoleh bukan berasal dari perdagangan luar negeri. 59 Tabel 4.8 Kontribusi Ekspor-Impor terhadap PDB Arab Saudi Tahun 2001-2009 Time Series (juta Riyal Arab Saudi) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 X 273.677 291.155 371.088 494.433 719.898 844.522 934.321 1.210.701 757.363 M 165.219 168.114 194.041 243.322 328.678 425.038 544.434 662.568 602.396 PDB 686.296 707.067 804.648 938.771 1.182.514 1.335.581 1.442.572 1.786.143 1.409.124 (X-M) (X-M)/PDB* 108.458 15,80 123.041 17,40 177.047 22,00 251.111 26,75 391.220 33,08 419.484 31,41 389.887 27,03 548.133 30,69 154.967 10,99 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom (data diolah) *) dalam persen Sementara itu, dari tabel 4.8 terlihat bahwa nilai ekspor-impor Arab Saudi cukup mempunyai andil dalam pembentukan PDB. Kontribusi dalam pembentukan PDB paling rendah 11%, paling tinggi 33% dan rata-rata di atas 20%. Ini berarti kontribusi ekspor-impor Arab Saudi terhadap pendapatan negara tersebut jauh lebih tinggi dibanding Indonesia. Kekayaan suatu negara dapat dilihat dari transaksi ekspor-impornya. Bila ekspor lebih besar dari impor, maka neraca pembayaran dikatakan positif. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan suatu negara. Hal ini disebabkan neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal. Pertama, tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, 60 sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor. Kedua, tingkat efisiensi produk negara tersebut lebih tinggi jika dibandingkan negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditas suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif. 69 Dengan demikian, Arab Saudi memiliki kontribusi yang lebih baik dibandingkan Indonesia untuk sektor ekspor-impor terhadap pendapatan negaranya. Berarti, Arab Saudi telah mengaplikasikan teori ekonomi Islam tentang kontribusi ekspor-impor terhadap pendapatan negara yang digagas oleh Ibnu Khaldun. Peningkatan pendapatan negara terkait pula dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:70 a. Tanah dan kekayaan alam lainnya. Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan serta hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang ada. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di dalam negara yang baru mengalami pertumbuhan ekonomi, terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) —yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat. Kekurangan modal, tenaga 69 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 70 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 123. 429. 61 ahli, dan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak; dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi di lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan-hambatan di atas akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat. b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Di samping itu, sebagai akibat pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini menyebabkan produktivitas bertambah dan selanjutnya akan menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi adalah semakin luasnya pasar. Karena peranannya ini, maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi. c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi. Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun, barang-barang modal sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi. Pada masa kini, pertumbuhan 62 ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal yang bertambah jumlahnya, dan teknologi yang semakin modern memegang peranan yang amat penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi. Apabila barang-barang modal saja yang berkembang, tanpa diikuti perkembangan tingkat teknologi, kemajuan yang akan tercapai jauh lebih rendah daripada yang tercapai pada masa kini. Tanpa ada perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. d. Sistem sosial dan sikap masyarakat. Faktor ini penting adanya. Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai di mana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap yang dapat memberikan dorongan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti sikap hemat, meghargai kerja keras dan mengembangkan usaha, serta sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus berusaha untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Salah satu langkah penting yang 63 dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Dalam ekonomi Islam, dikenal istilah pengembangan ekonomi negara. Tujuan Allah SWT dalam menciptakan manusia berkisar pada pemeliharaan lima kebutuhan dasar manusia, yaitu agama, nyawa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itu, segala sesuatu yang mencakup pemeliharaan kelima kebutuhan dasar tersebut adalah maslahat, sedangkan segala sesuatu yang mengabaikan kelima kebutuhan dasar tersebut adalah mafsadah. Agar pengembangan ekonomi dapat melaksakan peranannya dalam merealisasikan tujuan syariah, maka ada beberapa kriteria penting yang harus dimiliki, yaitu:71 a. Pengembangan ekonomi (dalam Islam) tidak akan dapat merealisasikan tujuannya jika terpisahkan dari sisi-sisi lain tentang pengembangan yang komprehensif yang menjadi tujuan politik syariah. Hal ini karena sesungguhnya politik syariah tidak mengenal pemisahan kehidupan ekonomi dari kehidupan sosial, kehidupan politik, atau bidang akhlak. Jika salah satu bagian terpisahkan dari bagian yang lain, maka akan menghambat terealisasinya tujuan tersebut. b. Sesungguhnya merealisasikan kesejahteraan dan meningkatkan tingkat penghidupan umat adalah tuntutan dalam syariah. Sesungguhnya pengembangan perekonomian dalam Islam terdapat kesamaan dengan 71 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Op.Cit, h. 395-400. 64 pengembangan perekonomian dalam teori konvensional dalam sisi memperhatikan bidang material, seperti bertambahnya income yang hakiki bagi umat, pengembangan sumber-sumber ekonomi dengan baik dalam penggunaannya, mengeksplorasi yang terlantar darinya, dan mengembangkan teknik produksinya. Tapi, yang membedakannya adalah dalam hal cara merealisasikan dan kaidah-kaidah pengembangan ekonomi tersebut. Tujuan pengembangan ekonomi dalam Islam tidak hanya terbatas pada bidang material, namun juga andil dalam merealisasikan semua tujuan umum syariah (maqashid syar‟iah), yang mencakup semua kebutuhan umat, baik kebutuhan dunia maupun kebutuhan akhirat. c. Pengembangan ekonomi dalam Islam mencakup semua rakyat negara dan wilayahnya. Tujuan pengembangan ekonomi dalam Islam juga memperhatikan hak-hak generasi yang akan datang dalam sumber-sumber ekonomi dan kekayaan negara. d. Pengembangan ekonomi dalam Islam adalah suatu kewajiban syariah dan ibadah yang mendekatkan seorang muslim kepada Allah jika dilakukan dengan ikhlas karena-Nya. e. Pengembangan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya income menjadi tidak dibenarkan jika berakibat terhadap rusaknya nilai-nilai dan prinsip Islam. Bertambahnya income bukan satu-satunya tolok ukur bagi pengembangan ekonomi dalam Islam. Sebab Islam mengarahkan upaya pemenuhan tujuan syariah sebagai tujuan utama. 65 Pengembangan ekonomi dalam Islam berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi individu masyarakat. Sebelum sampai pada tahap pertumbuhan, suatu negara melalui proses pembangunan. Proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupannya seharihari. Dengan demikian, pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses yang multidimensional. Selain peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas struktur-struktur kelembagaan, sosial, administrasi, sikap-sikap masyarakat, dan bahkan seringkali juga merambah adat istiadat, kebiasaan, dan sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.72 Ketika pembangunan telah tercapai, maka pengejaran pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Bahkan, baik-buruknya kualitas kebijakan pemerintah dan tinggi-rendahnya mutu aparat pemerintah di bidang ekonomi secara keseluruhan biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan output nasional yang dihasilkannya.73Salah satu pendukung utama pertumbuhan ekonomi dan sarana utama penerimaan devisa adalah 72 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. Ke 1, h. 81. 73 Michael P. Todaro, Ibid, h. 123. 66 ekspor. 74 Ekspor yang semakin meningkat bisa menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi di samping konsumsi. Dengan ekspor, jaringan bisnis global akan terbangun dan kita selalu mengikuti perkembangan produk dan industri di pasar internasional. Kegiatan ekspor mendukung program nasional dalam memperoleh pendapatan devisa dalam US Dollar.75 Tabel 4.9 Ekspor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010 Time Series (Juta US $) Tahun Total Ekspor Ekspor Barang Migas 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 59.668,77 61.544,28 73.169,19 79.218,70 97.382,79 112.641,30 127.452,05 152.545,00 131.495,15 147.483,11 56.320,90 57.158,80 61.058,10 71.584,60 85.659,95 100.798,59 114.100,90 137.020,38 116.510,00 141.022,50 12.636,30 12.112,70 13.651,36 15.645,30 19.231,59 21.209,67 22.088,60 29.126,25 19.018,30 24.780,10 EKSPOR Sektor Non-Migas Ekspor Jasa Pertanian Industri Tambang Lainnya 2.438,50 37.671,10 3.569,00 5,40 3.347,87 2.573,70 38.724,20 3.743,70 4,40 4.385,48 2.526,10 40.880,00 3.995,70 4,70 12.111,09 2.513,30 48.660,20 4.761,00 4,20 7.634,1 2.880,17 55.593,59 7.946,80 7,81 11.722,84 3.364,71 65.023,80 11.191,50 8,83 11.842,71 3.657,90 76.460,80 11.884,90 8,80 13.351,15 4.584,63 88.393,48 14.906,16 24,46 15.524,62 4.352,80 73.435,80 19.692,30 37,80 14.985,15 4.535,10 87.886,90 23.793,40 9,20 6.460,61 Sumber: BPS dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (data diolah) *) sampai bulan November 74 R.Hendra Halwani, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 367. 75 Tim Penyusun KADIN, Butir-butir Pemikiran Perdagangan Indonesia 2009 – 2014, (Jakarta: KADIN, 2010), h. 26. 67 Tabel 4.10 Komoditas Ekspor Utama Arab Saudi Tahun 2001-2007 (dalam juta Riyal Arab Saudi) Komoditas Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Makanan dan Minuman (termasuk Pertanian) 1.549 1.860 3.138 3.741 4.499 5.414 7.574 Migas Bahan Kimia Industri 224.917 239.292 308.500 415.280 605.834 705.555 769.633 19.491 19.099 22.916 30.859 41.501 45.020 53.447 4.355 5.498 7.242 8.640 10.020 12.429 15.884 Mesin dan Alat Lainnya Transportasi 3.578 3.820 4.427 9.081 10.998 15.544 21.152 1.060 1.414 2.679 3.798 3.148 5.485 4.438 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi ArabiaKingdom (data diolah) Dari tabel 4.9 terlihat bahwa sektor industri menjadi sektor ekspor utama Indonesia. Dari tahun ke tahun nilainya selalu paling tinggi. Sedangkan sektor migas bersaing dengan sektor tambang dan jasa. Sayangnya, sebagai negara agraris, Indonesia ternyata belum memaksimalkan potensi pertaniannya untuk pasaran ekspor. Ini terbukti dari nilai ekspor komoditas pertanian yang tidak begitu besar. Tabel 4.10 juga menunjukkan bahwa Arab Saudi sangat mengandalkan komoditas migas sebagai sektor utama ekspor. Bahkan nilainya jauh lebih besar dibandingkan komoditas lainnya. Arab Saudi memiliki keunggulan dalam ekspor minyak bumi. Sektor minyak bumi menjadi andalan utama negara tersebut dan menjadi tulang punggung perekonomiannya. Namun, entah sampai kapan Arab Saudi 68 dapat mengandalkan ketersediaan minyak buminya. Ketika ketersediaan minyak bumi di negara tersebut mulai menipis, atau bahkan habis, komoditas apa yang dapat menggantikannya? Dalam memutuskan komoditi apa yang sebaiknya menjadi fokus ekspor suatu negara, dapat dilihat dari hadits Rasulullah SAW, ﻗَﺎﻝَ ﺮَﺴُﻭْﻝُ ﺍﷲِ ﺼَﻠﱠﻲ ﺍﷲُ ﻋَﻠَﻳْﻪِ ﻭَﺴَﻠَﻢَ ﻤَﺎ ﻣِﻦْ ﻤُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﻐْﺭُ ﺲُ ﻏَﺭْ ﺴًﺎ ﺃَﻭ ﻴَﺯْ ﺭَﻉُ ﺯَﺭْ ﻋًﺎ ﻔَﻴَﺄْ ﮐُﻞُ ﻤِﻨْﻪُ ﻄَﻴْﺮٌ ﺃَﻮْ ﺇِﻧْﺳَﺎﻦٌ ﺃَﻮْ ﺒَﻬِﻳْﻤَﺔٌ ﺇِﻻﱠ ﮐَﺎﻦَ ﻠَﻪُ ﺑِﻪ ﴾َﻗ ٌﺔ ﴿ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﺒﺧﺎﺭﻯ ﻭ ﻣﺳﻠﻡ ﻮ ﺗﺭ ﻣﺬﻯ “Rasulullah SAW bersabda, tidaklah seseorang dari kalangan orang Islam yang menanam tanaman atau menanam (menabur) benih tanaman, kemudian burung ataupun binatang ternak memakan (buah) tanaman itu, kecuali baginya memperoleh pahala sedekah. “ (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi) Hadits di atas mengindikasikan bahwa menanam adalah ibadah. Ini bisa menjadi acuan semua negara untuk menjalin kerjasama antar negara dan bangsa di bumi ini.76 Ini dapat terjawab dengan hadits Rasulullah SAW di atas tentang menanam. Walaupun Arab Saudi bukan negara agraris, namun di tengah tanah gersang yang berbatu (ciri khas negara Arab Saudi) dapat diciptakan teknik menanam yang sesuai. Arab Saudi harus memikirkan cara yang akan dilakukan agar produksi pertaniannya meningkat. Komoditas pertanian dapat terus diperbaharui, tidak seperti minyak bumi dan barang tambang yang akan habis bila terus dieksploitasi. Jika ada banyak negara seperti Arab Saudi yang terus menerus mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak 76 Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar‟iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009), h. 109 dan 159. 69 dapat diperbaharui (non-renewable resources), maka pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan yang merugikan bagi umat manusia. Seperti yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur‘an, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41) Begitu pula dalam hal ekspor dan impor, hendaknya suatu negara lebih memfokuskan untuk melakukan perdagangan luar negeri pada sektor pertanian dan agribisnis. Jika dilihat pula pada konteks lingkungan pada masa kini— di mana pemanasan global menjadi kekhawatiran— maka pengembangan sektor pertanian dan agribisnis menjadi penting. Negara yang dikaruniai lahan pertanian nan subur, seperti Indonesia harus dapat memutuskan untuk menjadikan pertanian sebagai komoditi ekspor utama. Sandaran kelembagaan ini di tingkat akar rumput menjamin untuk tumbuh dan berkembangnya sektor ini. 77 Sektor migas yang kini turut menjadi andalan Indonesia dapat diarahkan kepada pengembangan sektor pertanian, sehingga hasilnya adalah peningkatan ekspor yang disertai dengan tersedianya sumber daya alam (renewable resources— seperti komoditas pertanian). 77 Lihat Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia), karya Dr. Euis Amalia, M.Ag. 70 Usaha-usaha untuk melestarikan kekayaan alam berarti menekan nafsu untuk mengeksploitasinya. Apalagi kalau eksploitasi itu ditujukan hanya untuk kepentingan individu atau kepentingan suatu negara ketika suatu negara itu menanamkan modalnya di negara lain. Penggalian mineral, minyak bumi, dan hasil-hasil bumi lainnya, yang kelak digunakan untuk industri pengolahan, yang juga menghasilkan karbon yang berlebihan itu harus ditata ulang. Penataan ulang ini ditempuh melalui kesepakatan bahwa suatu negara bertanggung jawab atas gejala meningkatnya pemanasan global.78 Tabel 4.11 Impor Indonesia Berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010 Time Series (Juta US $) IMPOR Tahun Total Impor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 47.316,12 49.632,83 54.959,16 69.023,93 85.533,23 93.000,00 109.950,68 146.710,12 115.932,04 137.873,69 Impor Barang 30.962,10 31.288,90 32.550,70 46.524,52 57.700,87 61.065,54 74.473,30 129.197,30 96.856,20 122.516,60 Barang Konsumsi 2.251,20 2.650,40 2.862,80 3.786,52 4.620,44 4.738,33 6.538,90 8.303,70 6.752,60 8.996,60 Bahan Baku Penolong 23.879,40 24.227,50 25.496,30 36.204,24 44.792,02 47.171,36 56.484,60 187.226,50 69.638,10 89.128,30 Sumber: BPS dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (data diolah) *) sampai bulan November 78 Murasa Sarkaniputra, Ibid, h. 140. Barang Modal Impor Jasa 4.831,50 4.410,90 4.191,60 6.533,76 8.288,39 9.155,84 11.449,80 21.400,90 20.438,50 24.421,10 16.354,02 18.343,93 22.408,46 22.499,41 27.832,36 31.934,46 35.477,38 17.512,82 19.075,84 15.357,09 71 Jika dianalisis dengan ekonomi makro Islam, seharusnya impor suatu negara dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar di suatu negara memerlukan kerjasama dengan negara lain. Pembagian kebutuhan dasar mengacu pada pendapat Asy-Syatibi, yaitu:79 1. Pemeliharaan iman, khususnya dan keagamaan dalam arti luas (ad-dien). 2. Pemeliharaan pendidikan yang menjadikan dirinya berpotensi untuk mampu bergaul dan berperan dalam masyarakatnya (al-‗aql). 3. Pemeliharaan kesehatan dan keamanan diri serta kemerdekaan untuk menyatakan pendapat (an-nafs). 4. Pemeliharaan rumah tangga yang penuh kasih sayang dan tanggap untuk menjaga kehormatannya (an-nasl). 5. Pemeliharaan atas kecukupan sandang, pangan, papan, dan kekayaan lainnya yang mendukung berlangsungnya pergaulan antar warga masyarakat (al-maal). Dari tabel 4.11 terlihat bahwa bahan baku penolong merupakan komoditas utama yang diimpor ke Indonesia. Bahan baku penolong berupa makanan dan minuman belum diolah atau olahan untuk industri, bahan baku belum diolah atau olahan untuk industri, bahan bakar dan pelumas belum diolah atau olahan, serta suku cadang dan perlengkapan barang modal atau angkutan. 80 Komoditas-komoditas tersebut dapat dikatakan sebagai upaya pemeliharaan kebutuhan manusia terutama an-nafs dan al-maal. 79 80 Murasa Sarkaniputra, Ibid, h. 133. Kementerian Perdagangan. 72 Impor jasa menempati urutan kedua yang menjadi andalan impor. Ini berarti Indonesia masih mendatangkan banyak tenaga ahli dari luar negeri untuk didayagunakan di sini. Pemenuhan sektor jasa ini bila dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar Asy-Syatibi dapat dikatakan sebagai upaya pemeliharaan pendidikan (al-aql) bagi masyarakat. Tetapi sayangnya, nilai impor jasa terus mengalami kenaikan setiap tahunnya sampai tahun 2007. Jika dibandingkan dengan tabel impor 4.11, nilai ekspor jasa selalu lebih kecil setiap tahun (bandingkan dengan sektor jasa pada tabel 4.9). Ini berarti kemampuan SDM di Indonesia belum terasah dengan baik, sehingga lebih banyak tenaga ahli dari luar negeri yang masuk dan hanya sedikit SDM Indonesia yang dapat berdaya guna di luar negeri. Sementara itu, barang modal yang diimpor ke Indonesia berupa barang modal selain angkutan, mobil penumpang, alat angkutan untuk industri, dan mesin-mesin. Ini karena Indonesia belum memiliki kemampuan dan kesempatan yang baik untuk memproduksi sendiri komoditas tersebut. Untuk komoditas barang konsumsi, Indonesia tidak begitu banyak mengimpor. Ini berarti Indonesia bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Impor barang-barang konsumsi seharusnya bukan yang berkaitan dengan komoditas pertanian karena Indonesia sendiri adalah negara agraris yang sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Bila Indonesia banyak mengimpor barang-barang konsumsi hasil pertanian, beras misalnya, ini berarti Indonesia tidak dapat mengelola potensi pertaniannya yang kaya. 73 Tabel 4.12 Komoditas Impor Utama Negara Arab Saudi Tahun 2001-2007 (dalam juta Riyal Arab Saudi) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Alat Transportasi 25.356 26.723 29.299 38.290 46.704 50.453 59.440 Produk Kimia 9.864 9.861 12.652 15.807 18.208 20.965 25.517 Komoditas Bahan Mesin Pangan 24.062 12.188 26.593 12.598 30.210 14.489 38.993 17.830 54.168 20.941 67.302 23.652 99.740 30.748 Bahan Logam 9.535 9.962 12.544 17.540 23.773 38.626 50.829 Tekstil 6.557 6.932 7.513 8.370 9.664 10.281 11.640 Sumber: Central Department of Statistics and Information of Saudi Arabia Kingdom (data diolah) Tabel 4.12 menunjukkan bahwa komoditas utama yang diimpor ke Arab Saudi adalah mesin dan alat transportasi. Ini adalah upaya pemenuhan kebutuhan almaal. Lalu, bahan pangan sebagai pemenuhan kebutuhan an-nafs. Hal yang patut disayangkan dari komoditas impor utama Arab Saudi adalah masih tingginya impor bahan pangan ke negara ini. Padahal, seperti yang telah dikemukakan, bahwa sebaiknya setiap negara di muka bumi mampu dan terus berupaya untuk mewujudkan ketahanan pangan, minimal untuk memenuhi kebutuhan domestik negaranya. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya, ―Tidak pernah seorang pun makan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang ia makan dari hasil kerja tangannya sendiri.” Banyak yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari, seperti makan, pakaian, dan sejumlah peralatan. Sebaiknya, barang-barang tersebut diproduksi sendiri, baik untuk diri sendiri, untuk anggota keluarga, maupun untuk memasok keperluan masyarakat. Begitu pula dengan bahan makanan, seharusnya 74 bahan makanan tersebut diproduksi sendiri dengan mengusahakan tanah yang ada. Begitulah ajaran Rasulullah. Betapa hebatnya ajaran mengenai perusahaan industri ini. Usaha pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh setiap individu yang dilakukan secara kolektif akan meningkatkan industri suatu bangsa, yang pada gilirannya akan melahirkan kesejahteraan bangsanya.81 81 Afzalurrahman, op.cit, h. 28. 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Menurut teori ekonomi Islam, semakin positif neraca pembayaran suatu negara, maka semakin sejahtera negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif berarti ekspor lebih besar daripada impor. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara positif kepada tingkat pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat kemakmuran. 2. Dalam konteks makro, suatu negara dapat meningkatkan nilai perdagangan luar negerinya untuk meningkatkan PDB. Di Indonesia, kontribusi eksporimpor terhadap PDB masih terbilang kecil. Kontribusi ekspor-impor hanya berkisar 1%-9% terhadap PDB. Di Arab Saudi, kontribusi ekspor-impor terhadap PDB negara tersebut dapat dikatakan lebih baik, yakni berkisar 15%30%. Ini berarti, Arab Saudi dapat mengimplementasikan kontribusi eksporimpor terhadap pendapatan negara dengan lebih baik ditinjau dari ekonomi Islam. 3. Ekspor Indonesia lebih banyak berorientasi pada industri dan migas. Sedangkan ekspor Arab Saudi sangat mengandalkan sektor migas. Sektor industri yang terus berkembang merupakan hal positif. Sedangkan sektor migas yang terus menerus diekspor akan menyebabkan menipisnya cadangan minyak bumi dan mineral yang tidak dapat diperbaharui kembali. Jika dilihat 76 dari perspektif ekonomi makro Islam, pertanian merupakan komoditi yang tepat untuk diekspor. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah bahwa menanam adalah ibadah. 4. Sebagai sebuah negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian luar biasa yang dapat dikembangkan. Pertanian dapat diarahkan kepada prospek ekspor masa depan. Ketika krisis pangan menjadi masalah di berbagai belahan bumi, maka sektor pertanian dapat diandalkan guna mengatasinya. Hasil temuan skripsi ini didukung pula oleh hasil pertemuan Dewan Masyarakat ASEAN yang diselenggarakan pada 6 Mei 2011 di Jakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa ASEAN akan mendorong negara anggotanya untuk memacu produktivitas pangan guna mengantisipasi krisis pangan.82 B. Saran 1. Indonesia dan Arab Saudi hendaknya menata ulang kebijakan ekspor-impor guna melindungi rakyatnya. Sektor migas jangan dibiarkan terus menerus dieksploitasi—terutama oleh warga negara asing—karena akan menyebabkan kelangkaan dari sektor migas tersebut. Jika saat ini sektor migas masih menjadi andalan ekspor, maka sudah saatnya untuk beralih ke sektor pertanian. Indonesia dan negara-negara lain di muka bumi harus mengalihkan sektor ekspor utama kepada komoditas pertanian, agribisnis, dan hortikultura. Arab Saudi hendaknya belajar dari Indonesia dengan menggerakkan sektor 82 Harian Kompas edisi Sabtu, 7 Mei 2011, h. 17. 77 agribisnis dan hortikultura. Kalaupun sektor migas tetap menjadi andalan ekspor Arab Saudi, hendaknya hasil dari ekspor migas tersebut digunakan untuk pengembangan sektor agribisnis di negara itu. 2. Karena dalam ekonomi makro Islam impor dilakukan untuk memenuhi maqashid syari‟ah, maka segala bentuk komoditas yang di luar pemenuhan kebutuhan tersebut hendaknya dikurangi. Dituntut pula peran tegas pemerintah untuk menekan tingkat penyelundupan barang-barang yang bersifat merusak (seperti narkoba). 3. Saran perubahan di atas dapat terwujud dengan adanya perubahan secara progresif tentang tata kelembagaan ekonomi pedesaan yang menjamin berlangsungnya dana pembangunan dari pusat ke pedesaan (terutama di Indonesia). Organisasi yang mengurusi ekspor-impor harus terintegrasi dengan kelembagaan ekonomi pedesaan yang masih berwujud UMKM. 78 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Abazhah, Nizhar. Ketika Nabi di Kota. Pent: Asy‘ari Khatib. Jakarta: Penerbit Zaman, 2009. Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1995. AM, Rusydi. ―Perdagangan dalam Perspektif Al-Qur‘an (Pendekatan Tafsir Tematik)‖. Disertasi S3 Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2001. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009. __________. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Granada Press, 2007. Amir, Hidayat. ‖Pengaruh Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia Tahun 1981-2003‖, diterbitkan dalam Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Departemen Keuangan, Edisi Desember 2004, artikel diakses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.iei.or.id/publicationfiles/HA.05.%20Dampak%20Ekspor%20Tan i%20%20NonTani%20Thd%20GNP%20%28KEK%20Des%202004%29.pdf An-Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Ekonomi Islam. Bogor: Al-Azhar Press, 2009. Anonimous. ―Menimbang Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2010‖, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari http://arsipopinimedia.co.cc/menimbangproyeksi-pertumbuhan-ekonomi-2010/127 Arifin, Sjamsul. Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009. Basar, Adhy dan Ihsan Ismady, ―Kondisi Perbankan 2009 dan Prospek 2010‖, artikel diakses pada 19 Juni 2010 dari http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/perbankan.pd f 79 Badan Pusat Satistik. Data Strategis BPS. Jakarta: Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi. Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi. http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional, diakses pada 10 November 2010. http://www.cdsi.gov.sa/english/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid =203&Itemid=151, diakses pada 5 Maret 2011. http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia.html, diakses pada 11 Juni 2011. artikel http://www.indonesiaatworldexpo.com/id/media/diversity-in-natural-resources-ofindonesia/, artikel diakses pada 11 Juni 2011. http://www.kemendag.go.id/statistik_perkembangan_ekspor_nonmigas_%28negara_t ujuan%29/, diakses pada 5 Maret 2011. http://www.kemendag.go.id/statistik_produk_domestik_bruto/, Januari 2011. diakses pada 24 http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=hal&id=3, artikel diakses pada 12 Juni 2011. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/perdagangan-dan-hubungan-ekonomiinternasional-dalam-era-globalisasi/, diakses pada 26 Februari 2011. Huda, Nurul, dkk. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis. Jakarta: Kencana, 2008. Indriantono dan Supomo, Bambang. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002. Islahi, A.A. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997. Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab, Jakarta: Khalifa, 2006. Jawas, Musleh. ―Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim: 2004-2005‖, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2008. 80 Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007. ______________. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007. ______________. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004. Kahf, Monzer. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Krugman, Paul R. dan Obstfeld, Maurice. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003. Lihan, Irham dan Yogi, ―Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia‖, diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1, Jilid 8, Tahun 2003, artikel diakses pada 15 Oktober dari http://www. repository.gunadarma.ac.id:8000/Irham_Lihan_15-21_682.pdf Mannan, Abdul. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997. Moeljadi. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Edisi Pertama. Malang: Bayumedia Publishing, 2006. Partadiredja, Ace. Perhitungan Pendapatan Nasional. Jakarta: LP3ES, 1989. R. Halwani, Hendra. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta: Paradigma & Aqsa Publishing, 2007. Sarkaniputra, Murasa. Ruqyah Syar‟iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi. Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009. Stiglitz, Joseph E. Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional. Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2002. Sukirno, Sadono. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006. 81 _____________.Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2004. Suparmoko. Pengantar Ekonomika Makro. Yogyakarta: BPFE, 2000. Supranto, J. Statistik Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2001. Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam, Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Tambunan, Tulus TH. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2007. Tim Penyusun KADIN, Butir-butir Pemikiran Perdagangan Indonesia 2009-2014. Jakarta: Kamar Dagang dan Industri, 2010. Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1998.