expert system untuk analisa tindakan

advertisement
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
ISSN : 2301-4474
EXPERT SYSTEM UNTUK ANALISA TINDAKAN
PENANGGULANGAN RUMAH PASCA GEMPA DENGAN
METODE FORWARD CHAINING
Yogi Wiyandra, S. Kom, M.Kom, Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
email: [email protected]
Abstract - The success of the government in tackling the disaster is very dependent on how the
implementation of disaster management information systems . Due to take the right decision , the
government requires fast and accurate data shortly after the disaster . Especially earthquake ,
earthquakes often occur in some areas in Indonesia, especially in West Sumatra, it is very important
to make an expert system for the prevention of post-earthquake homes. In this study, the author
discusses the application of an expert system for the prevention of post-earthquake home with
Fordward method chaining inference which is Enggine in expert systems . Forward Chaining is a
process that begins with obedience displays a collection of data or facts that convincingly towards the
final conclusion . It starts with determining the facts Column condition , Beams condition and Wall
condition , this fact will be generated from the analysis of the response by category damage to homes.
Keywords : Disaster Relief , Forward Chaining, Expert Systems
1.
PENDAHULUAN
Sistem pakar dirancang agar dapat
menyelesaikan suatu permasalahan tertentu
dengan meniru kerja dari para ahli.
Pengetahuan seorang ahli harus diperoleh dari
sumber spesialis atau ahli yang lain, seperti
teks, jurnal, artikel, dan basis data (Yuliadi,
2011).
Pada penelitian ini penulis akan
membahas tentang penerapan sistem pakar
penanggulangan rumah pasca gempa. Seiring
dengan terjadinya gempa di indonesia
khususnya sumatera barat dengan skala gempa
yang besar, sehingga dapat merusak struktur
rumah masyarakat. Jika terjadi kerusakan,
perlu dilakukan tindakan penangulangan
sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada
struktur bangunan rumah tersebut. Banyak
masyarakat salah dalam mengambil tindakan
penaggulangan rumah pasca gempa. Rumah
dalam kondisi rusak berat sering kali hanya
dilakukan tindakan penanggulangan rusak
sedang, terkadang rusak sedang tidak
dilakukan perbaikan tetapi tetap dihuni,
padahal sangat membahayakan penghuni
rumah jika terjadi lagi gempa. Maka penting
rasanya membuat sistem untuk menganalisa
cara penanggulangan rumah pasca gempa.
Diharapkan dengan diterapkan sistem pakar,
tidak ada terjadi kesalahan dalam melakukan
tindakan penanggulangan terhadap rumah
korban gempa.
Sistem pakar ini dibangun untuk
membantu pengambilan keputusan terutama
Exspert System Untuk . . .
untuk analisa tindakan dalam penanggulangan
rumah pasca gempa. Ini dapat dilihat dari
kategori-kategorinya, apakah kondisi rumah
normal, rusak ringan, rusak sedang, rusak
berat atau rusak total, dari kategori inilah
dapat diambil tindakan yang sesuai dengan
kategori kerusakan rumah.
2.
LANDASAN TEORI
sistem pakar adalah suatu program
komputer yang mensimulasikan penilaian dan
perilaku manusia atau organisasi yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman ahli
dalam bidang tertentu.
2.1 Arsitektur Sistem Pakar
Berikut ini adalah gambar arsitektur
sistem pakar :
69
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
Komponen- komponen yang ada pada sistem
pakar seperti pada Gambar 2.1 sebagai
berikut:
1. Antarmuka (user interface)
User interface merupakan mekanisme
yang digunakan oleh pengguna dan sistem
pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka
menerima informasi dari pemakai dan
mengubahnya kedalam bentuk yang dapat
diterima oleh sistem.
2. Akuisisi Pengetahuan
Akusisi pengetahuan adalah akumulasi,
transfer dan transformasi keahlian dalam
menyelesaikan masalah dari sumber
pengetahuan ke dalam program komputer.
Dalam tahap ini, perekayasa pengetahuan
(knowledge engineer) berusaha menyerap
pengetahuan untuk selanjutnya ditransfer
ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan
diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan
buku, basis data, laporan penelitian dan
pengalaman pemakai.
3. Basis pengetahuan (Knowledge Base)
Berisi pengetahuan-pengetahuan yang
dibutuhkan
untuk
memahami,
memformulasikan dan menyelesaikan
masalah. Basis pengetahuan merupakan
bagian yang sangat penting dalam proses
inferensi, yang di dalamnya menyimpan
informasi dan aturan-aturan penyelesaian
suatu pokok bahasan masalah beserta
atributnya.
Pada
prinsipnya,
basis
pengetahuan
mempunyai
dua
(2)
komponen yaitu fakta-fakta dan aturanaturan.
4. Mesin Inferensi (Inference Engine).
Menurut Turban (1995) mesin inferensi
merupakan program komputer yang
memberikan metodologi untuk penalaran
tentang informasi yang ada dalam basis
pengetahuan dan workplace, dan untuk
memformulasikan
kesimpulan
(Muhammad Arhami, 2005).
Terdapat
dua
pendekatan
untuk
mengontrol inferensi dalam sistem pakar
berbasis aturan, yaitu pelacakan ke depan
(Forward Chaining) dan pelacakan
kebelakang (Backward Chaining).
5. Workplace
Merupakan area dari sekumpulan memori
kerja (working memory). Workplace
digunakan untuk merekam kejadian yang
sedang berlangsung termasuk keputusan
sementara. Menerima informasi dari
Exspert System Untuk . . .
ISSN : 2301-4474
sistem dan menyajikannya kedalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh pemakai.
6. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas
Penjelasan
memungkinkan
pengguna untuk mendapatkan penjelasan
dari hasil konsultasi. Fasilitas penjelasan
diberikan untuk menjelaskan bagaimana
proses penarikan kesimpulan. Biasanya
dengan cara memperlihatkan rule yang
digunakan.
7.
Perbaikan Pengetahuan (Knowledge
Refinement)
Sistem ini digunakan untuk mengevaluasi
kinerja sistem pakar itu sendiri untuk
melihat apakah pengetahuan-pengetahuan
yang ada masih cocok untuk digunakan di
masa mendatang.
2.2 Metode Pencarian
Pencarian merupakan hasil dari suatu
solusi atau ruang keasaan yang mungkin telah
terkunjungi semua, tapi tanpa perantara.
Dalam pencarian yang mendalam (Exhaustive
Search
Stratery)
dilakukan
dengan
menggunakan strategi Breadth First Search
atau Depth First Search (Interative Deep First
Search), kedua model pencarian tersebut
adalah metode pencarian buta.
2.3 Kerusakan Rumah Akibat Gempa
Pasca bencana gempa bumi umumnya
terjadi kerusakan pada rumah khususnya yang
tidak dibangun sesuai dengan ketentuan
teknis. Kerusakan yang terjadi bervariasi dari
kerusakan ringan sampai kerusakan berat.
Pada rumah yang mengalami kerusan berat,
membangun kembali sesuai dengan ketentuan
teknis merupakan solusi yang paling
ekonomis, namun pada bangunan yang
mengalami rusak ringan dan sedang, maka
akan lebih ekonomis memperbaiki rumah
tersebut. Permasalahannya adalah bagaimana
memperbaiki rumah yang telah rusak tersebut
sehingga mempunyai performa yang baik jika
mengalami gempa berikutnya. Selain itu
bagaimana memperbaiki dengan cara yang
mudah sehingga tidak diperlukan tenaga
khusus yang terampil. Metode perbaikan yang
dipilih juga sebaiknya mengeluarkan biaya
dan peralatan yang minimum, sehingga
korban gempa tidak terlalu terbebani oleh
pengeluaran yang tidak perlu.
70
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
3.
Analisa dan Perancangan
Pada sistem pakar penanggulangan
rumah pasca gempa, dimulai dengan
pembuatan sebuah basis pengetahuan.
Pengetahuan yang berasal dari pakar tersebut
dipresentasikan kedalam bentuk-bentuk satuan
pengetahuan.
Proses inferensi yang digunakan untuk
penanggulangan rumah pasca gempa ini
adalah pelacakan maju (Fordward Chaining).
Proses penalaran dimulai dari sekumpulan
data yang menuju pada suatu kesimpulan.
Dalam penalaran ini aturan (rule) akan diuji
melalui penalarannya dari sekumpulan data
yang mendukung hipotesa tersebut menuju
kesimpulan. Penalaran maju (Forward
Chaining) dimulai dengan user menentukan
kondisi
kolom,
balok
dan
dinding.
Berdasarkan pilihan user, sistem pakar akan
membaca aturan atau fakta untuk mencari
aturan yang cocok, tahap berikutnya sistem
pakar
akan
membaca
aturan
dan
mencocokannya kembali. Dari proses tersebut
akan
didapatkan
kesimpulan
kriteria
kerusakan dan analisa tindakan yang akan
dilakukan untuk penanggulangan rumah
pasca.
Desain Arsitektur Sistem Pakar
Berdasarkan bentuk arsitektur sistem
pakar yang telah dijelaskan pada Bab II, maka
dilakukan pendetailan dan penyederhanaan di
beberapa komponen. Perancangan perangkat
lunak sistem pakar penanggulangan rumah
pasca gempa mempunyai enam komponen
utama.
Berdasarkan penjelasan di atas maka
dapat didesain arsitektur sistem pakar sebagai
berikut.
ISSN : 2301-4474
perlu
memasukkan
fakta-fakta
yang
dibutuhkan oleh sistem pakar untuk
melakukan pemrosesan. Pemrosesan yang
dilakukan oleh sistem pakar merupakan
pemrosesan pengetahuan, bukan pemrosesan
data seperti yang dikerjakan dengan
pemrograman secara konvensional yang
kebanyakan dilakukan oleh sistem informasi.
Untuk merepresentasikan pengetahuan
sistem pakar akan menampilkan pilihan
kondisi kolom, kondisi balok dan kondisi
dinding setelah terjadi gempa, pilihan yang
diberikan oleh user akan disimpan sebagai
fakta di database.
Untuk mendukung penalaran dalam sistem
penanggulangan rumah pasca gempa, maka
pengetahuan yang diperoleh dari pakar dapat
direpresentasikan dalam bentuk pohon
keputusan sebagaimana terlihat pada gambar
3.2.
3.1
Gambar 3.1 Desain Arsitektur Sistem
Knowledge Base terdiri dari dau elemen
dasar yaitu fakta dan rules. Pada kasus ini
Exspert System Untuk . . .
Gambar 3.2 Pohon Keputusan
Dari gambar 3.2 terlihat bahwa setiap
faktor yang mempengaruhi penentuan
keputusan kondisi rumah pasca gempa
mempunyai beberapa kriteria, misalnya
kondisi “Kolom (K)”, terdiri dari beberapa
pilihan kondisi kolom. Penentuan kondis
kolom bertujuan untuk mengetahui kondisi
kolom rumah pasca gempa, karena kareteristik
dari kondisi kolom pasca gempa berbedabeda. Jenis kondisi kolom pasca gempa
“Normal (K1)” merupakan kondisi kolom
tidak terjadi kerusakan. Jenis kondisi kolom
pasca gempa “Kolom Retak (0,0818mm0,1518mm) (K2)” merupakan kondisi kolom
terjadi retak 0,0818mm-0,1518mm. Jenis
kondisi kolom pasca gempa “Kolom Retak
Besi Begol Kelihatan (K3)” merupakan
kondisi Kolom Retak Besi Begol Kelihatan.
Jenis kondisi kolom pasca gempa “Kolom
Patah atau Bengkok (K4)” merupakan kondisi
Kolom Patah atau Bengkok.
Setelah menentukan kondisi kolom pasca
gempa dilanjutkan dengan menentukan
kondisi “Balok (B)” terdiri dari beberapa
71
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
pilihan kondisi balok. Jenis kondisi balok
pasca gempa “Normal (B1)” merupakan
kondisi balok tidak terjadi kerusakan. Jenis
kondisi balok pasca gempa “Balok Retak
(0,0209mm-0,0718) (B2)” merupakan kondisi
balok Balok Retak (0,0209mm-0,0718). Jenis
kondisi balok pasca gempa “Balok Retak Besi
Begol Kelihatan (B3)” merupakan kondisi
balok Balok Retak Besi Begol Kelihatan. Jenis
kondisi balok pasca gempa “Balok Patah dan
Bengkok (B4)” merupakan kondisi balok
Patah dan Bengkok.
Setelah menentukan kondisi kolom pasca
gempa dilanjutkan dengan menentukan
kondisi “Dinding (D)” terdiri dari beberapa
pilihan kondisi dinding. Jenis kondisi dinding
pasca gempa “Normal (D1)” merupakan
kondisi dinding tidak terjadi kerusakan. Jenis
kondisi dinding pasca gempa “Dinding Retak
Halus (<0,75mm) (D2)” merupakan kondisi
dinding retak halus. Jenis kondisi dinding
pasca gempa “Dinding Retak Besar (>6mm)
(D3)” merupakan kondisi dinding retak kasar.
Jenis kondisi dinding pasca gempa “Dinding
Pecah dan Runtuh (D4) merupakan kondisi
Dinding Patah dan Runtuh.
ISSN : 2301-4474
sistem pakar ini menggunakan konsep
relational database yang berisi kumpulan
tabel dalam satu file yang saling berintegrasi
satu dengan yang lainnya, dimana setiap tabel
mempunyai nama dan struktur yang unik.
Dalam setiap tabel, masing-masing record
data diorganisasikan dalam struktur yang sama
dan memiliki fields kunci yang akan menjadi
penghubung antar tabel yang ada dan
berkaitan satu dengan yang lainnya. Berikut
ini adalah data yang dibutuhkan pada sistem
pakar ini sehingga sistem dapat bekerja
dengan baik.
a.
Tabulasi Rule
Berikut ini adalah data yang dibutuhkan
pada sistem pakar ini sehingga sistem dapat
bekerja dengan baik.
Tabel 3.2 Tabel Rule
Berdasarkan representasi pengetahuan
untuk penentuan penanggulangan rumah pasca
gempa maka disusun aturan (rule) sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Daftar Aturan (Rule)
Tabel 3.2 di atas adalah tabel rule yang
digunakan untuk menampung kondisi rumah
yang telah dientrykan oleh user.
b.
Tabulasi Keputusan
Tabel Keputusan digunakan untuk
menampung hasil analisa dari program sistem
pakar.
Tabel 3.3 Tabel keputusan
3.2 Analisis Database
Analisis
data
adalah
proses
mendefenisikan semua kebutuhan data agar
sistem dapat berjalan dengan baik. Pada
Exspert System Untuk . . .
3.3 Inference Engine
Mesin Inference merupakan otak dari
sistem pakar, berupa perangkat lunak yang
melakukan tugas inferensi penalaran sistem
pakar, biasa dikatakan sebagai mesin pemikir
(Thingking Machine). Pada prinsipnya mesin
inilah yang akan mencari solusi dari suatu
permasalahan
72
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
Inference Engine berfungsi menganalisa
data yang ada dan menarik kesimpulan
berdasarkan aturan yang ada. Pada sistem
pakar untuk penanggulangan rumah gempa ini
terdapat fasilitas untuk membantu user dalam
melakukan identifikasi penanggulangan rumah
pasca gempa, terlebih dahulu user harus
mengisi data identitas. Setelah melakukan
pengisian identitas, user diharuskan memilih
kategori input sebagai fakta berupa pemilihan
kondisi kolom, balok dan dinding. Kemudian
sistem akan mencocokan fakta dengan
premisnya berdasarkan aturan (rule) yang ada
pada knowledge base. Proses ini dilanjutkan
sampai dengan mencapai goal atau tidak ada
lagi aturan yang premisnya cocok dengan
fakta yang diketahui. Untuk lebih jelasnya
inference enggine dapat dilihat pada gambar
4.5 :
ISSN : 2301-4474
melakukan login terlebih dahulu dengan
password “user”, setelah tampil form
pengentryan kondisi rumah, user harus
mengisi no kartu keluarga dan nama
kepala keluarga. Setelah menginputkan
data user, selanjutnya user harus memilih
kondisi rumah mulai dari kondisi kolom,
balok dan dinding. Setelah itu klik next
untuk masuk ke bagian kedua.
2. Bagian Kedua : user selanjutnya memilih
no kartu keluarga sesuai dengan data yang
diinputkan pada form 1 dan secara
bersamaan akan tampil data kondisi rumah
yang telah dipilih pada form1, setelah itu
pilih
proses
maka
sistem
akan
menampilkan kesimpulan dari kondisi
rumah, dan memberikan analisa untuk
penanggulangan rumah pasca gempa.
4.1
Antar Muka (Interface)
Bentuk nyata implementasi bahasa
pemrograman adalah perancangan interface
yang dibutuhkan untuk penyelesaian proses.
Interface berbentuk form yang diuraikan
sebagai berikut :
4.1.2 Tampilan Form Menu Utama
Form menu utama adalah form yang
pertama kali diaktifkan ketika program ini
dijalankan. Pada form ini bisa ditemukan
menu-menu atau tombol-tombol yang bisa
digunakan untuk memanggil form-form yang
dibutuhkan. Bentuk menu utama dapat terlihat
pada gambar 4.1.
Gambar 3.2 Inference Engine Forward
Chaining
3.4
Explaining Facilities (Fasilitas
Penjelasan)
Fasilitas penjelasan sistem ini digunakan
untuk melacak respon dan
memberikan
penjelasan tentang sistem pakar. Bentuk
penjelasannya dapat berupa keterangan
kondisi Kolom, Balok dan Dinding.
Implementasi Sistem
Pada desain sistem pakar ini penentuan
kategori kerusakan rumah ditentukan oleh
kolom, balok dan dinding, pada dasarnya
terdapat 2 bagian utama:
1. Bagian pertama : user interface dan
kondisi rumah, pada bagian ini user harus
Gambar 4.1 Halaman Menu Utama
Seperti pada gambar 4.1 diatas
terdapat beberapa menu. Ada entry data,
login dan exit. Untuk menjalankan sistem
user dapat menggunakan menu entry data
atau cek hasil bagi data yang sudah ada pada
database.
4.
Exspert System Untuk . . .
4.1.2
Tampilan Form Input Kondisi
Rumah
Berikut ini adalah tampilan form input
kondisi rumah. Berupa penginputan data user
dan pemilihan kondisi kerusakan kolom, balok
dan dinding.
73
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
ISSN : 2301-4474
Gambar 4.2 Form Input Kondisi Rumah
5.2.3 Tampilan Form Keputusan
Berikut ini adalah tampilan form
keputusan. Form ini menampilkan data
kondisi
rumah
yang
telah
dipilih
sebelumnya, dan menampilkan kesimpulan
kondisi rumah sekaligus menampilkan
analisa penanggulangan rumah pasca gempa.
Gambar 4.5 Form Pemilihan Kondisi Balok
Normal
Gambar 4.6 Form Pemilihan Dinding
Normal
Gambar 4.3 Form Keputusan
4.2 Pengujian Sistem
1.
Pengujian Pertama
Pengujian pertama yaitu dengan memilih
kondisi Kolom “Normal”, Balok “Normal”,
Dinding “Normal”. Pengujian pertama dapat
dilihat pada gambar 4.4, 4.5 dan 4.6.
Pada gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 terlihat
pemilihan kondisi rumah yang akan menjadi
fakta bagi sistem yaitu pemilihan kondisi
Kolom “Normal”, Balok “Normal” dan
Dinding “Normal”. Berdasarkan pemilihan
data dari user, sistem memberikan kategori
kerusakan rumah dan memberikan analisa
penanggulangan rumah pasca gempa, lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.4 Form Pemilihan Kondisi
Kolom Normal
Gambar 4.7 Form Keputusan Kondisi
Rumah Normal
Exspert System Untuk . . .
74
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
Pada gambar 4.7 dapat dilihat form
tampilan data yang telah dipilih oleh user,
kondisi Kolom “Normal”, Balok “Normal”
dan Dinding “Normal”. Setelah diproses
sistem akan memberikan kesimpulan “Rumah
Dalam Kondisi Normal”, dan memberikan
analisa
penanggulangan
“Tidak
Perlu
Perbaikan”.
ISSN : 2301-4474
Pada gambar 4.8, 4.9 dan 4.10 terlihat
pemilihan kondisi rumah yang akan menjadi
fakta bagi sistem yaitu pemilihan kondisi
Kolom “Normal”, Balok “Normal” dan
Dinding
“Retak
Halus
(<0,75mm)”.
Berdasarkan pemilihan data dari user, sistem
memberikan kategori kerusakan rumah dan
memberikan analisa penanggulangan rumah
pasca gempa, lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.11.
2.
Pengujian Kedua
Pengujian kedua yaitu dengan
memilih kondisi Kolom “Normal”, Balok
“Normal”,
Dinding
“Retak
Halus
(<0,75mm)”. Pengujian kedua dapat dilihat
pada gambar 4.8, 4.9 dan 4.10.
Gambar 5.11 Form Keputusan Kondisi
Rumah Rusak Ringan
Gambar 4.8 Form Pemilihan Kondisi
Kolom Normal
Gambar 4.9 Form Pemilihan Kondisi Balok
Normal
Gambar 4.10 Form Pemilihan Dinding
Retak Halus (<0,75mm)
Exspert System Untuk . . .
Pada gambar 5.11 dapat dilihat form
tampilan data yang telah dipilih oleh user,
kondisi Kolom “Normal”, Balok “Normal”
dan Dinding “Retak Halus (<0,75mm)”.
Setelah diproses sistem akan memberikan
kesimpulan “Rusak Ringan”, dan memberikan
analisa penanggulangan “Perbaiki (repair)
secara arsitektural tanpa mengosongkan
bangunan”.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan
yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Untuk merancang sebuah sistem pakar
yang mampu menganalisa tindakan
penganggulangan rumah pasca gempa
dibutuhkan metode forward chaining,
karena dengan motode ini dapat dilakukan
analisis terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi untuk menentukan kondisi rumah
pasca gempa apakah rumah termasuk ke
dalam kondisi normal, rusak ringan, rusak
sedang, rusak berat atau rusak total.
2. Untuk memasukkan pengetahuan pakar ke
dalam sistem pakar agar mampu
menganalisa tindakan penanggulangan
rumah pasca gempa, dapat dilakukan
dengan cara mengatur proses sistem yang
di dalam proses tersebut dirancang logika
berfikir seperti layaknya sorang pakar,
75
JURNAL TEKNOLOGI Fakultas Teknologi Industri, Volume 4, No. 1
salah satunya adalah dengan memasukkan
rule-rule ke dalam sistem.
3. Dengan memasukan knowledge base ke
dalam sistem pakar yang sesuai dengan
cara berfikir pakar, maka sistem dapat
memberikan kategori kerusakan serta
memberikan hasil analisa penanggulangan
rumah pasca gempa sesuai dengan
kerusakan rumah.
5.2 Saran-Saran
Sebagai akhir dari penelitian ini, penulis
ingin menyampaikan saran-saran yang
mungkin bermanfaat dan membantu bagi siapa
yang berminat untuk menggunakan sistem ini
:
1. Rancangan sistem pakar penanggulangan
pasca gempa ini penulis rasakan masih
jauh dari kesempurnaan, dan perencangan
sistem ini juga terbatas hanya untuk
menentukan kondisi rumah normal, rusak
ringan, rusak sedang, rusak berat atau
rusak total, kategori ini dianggap masih
bisa kembangkan sehingga menampung
banyak rule kerusakan rumah, penulis
berharap ada pihak atau peneliti lain yang
mau mengembangkan dan melanjutkan
penelitian ini.
2. Semakain
berkembangnya
teknologi
komputer
diharapkan
penelitian
selanjutnya dapat dibuatkan sistem yang
dapat diakses semua orang dengan
menggunakan
media
internet, dan
perancangan sistem dengan bahasa
pemrograman PHP.
ISSN : 2301-4474
Erdani, Yuliadi, Agust 2011, “Developing
Recursive Forward Chaining Method
in Ternary Grid Expert Systems”.
IJCSNS International Journal of
Computer Science and Network
Security .Vol 11, 8 Agust 2011.
Sasmito, Ginanjar Wiro, 2011, “Application
Expert System of Forward Chaining
and The Rule Based Reasoning For
Simulation Diagnose Pest and
Disease Red Onion and Chili Plant”.
Proceedings of The 1st International
Conference on Information Systems
For
Business
Competitiveness
(ICISBC). 2011.
Josephine, M.S dkk, March 2012, “Expert
System and Knowledge Management
for Software Developer in Software
Companies”. International Journal of
Information and Communication
Technology Research. Vol 2, 3
March 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar
Sistem Pakar. ANDI. Yogyakarta.
Desiani, Anita dan Muhammad Arhami. 2006.
Konsep Kecerdasan Buatan. ANDI.
Yogyakarta.
Hartati, Sri dan Sari Iswanti. 2008. Sistem
Pakar dan Pengembangannya. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar. ANDI.
Yogyakarta.
Sarma, Viswanadha, July 2012, “Rule Based
Expert System for Rose Plant”.
International Journal of Engineering
Research & Technology (IJERT).
Vol 1, 5 July 2012.
Sharma, tilotma dkk, october 2012, “Study Of
Difference Between Forward And
Backward Reasoning”. International
Journal of Emerging Technology and
Advanced Engineering. Vol 2, 10
october 2012
Exspert System Untuk . . .
76
Download