penerapan pendekatan pembelajaran tematik dalam rangka

advertisement
1
TESIS
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
TEMATIK DALAM RANGKA PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS II SDIT NURUL ISLAM
TENGARAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)
Disusun Sebagai Tesis Guna Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Indrawati
NIM S 810908407
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK
DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS
PEMBELAJARAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
2 SDIT NURUL ISLAM TENGARAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SDIT Nurul Islam Tengaran)
Disusun oleh:
Indrawati
NIM S 810908407
Tesis ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing 1
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
.............................
Pembimbing 2
Prof. Dr. H. Soetarno J, M.Pd
.............................
Mengetahui,
Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.P
3
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Magister Pendidikan.
Pada hari
: ………………………………
Tanggal
: ………………………………
Tim Penguji Tesis:
Ketua
: Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd
Sekretaris
: Dr. Nunuk Suryani, M. Pd
Anggota 1
: Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
Anggota 2
: Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd
………………
………………
………………
Mengetahui,
Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
………………
4
ABSTRAK
Indrawati, 2009. Nim: S.810908407. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik
Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berlaku di SDIT Nurul Islam Tengaran tahun pelajaran 2009/2010 bahwa siswa
dinyatakan kompeten dalam Standar Kompetensi menggunakan pengukuran
waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah pada mata pelajaran
Matematika, apabila hasil tes belajar siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 (tuju puluh).
Tetapi dalam kenyataan dari hasil tes kemampuan awal menunjukkan nilai hasil
tes belajar siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran hanya 15 siswa dari jumlah
siswa keseluruhan 24 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditentukan sebesar 70 (tujuh puluh). Sedangkan sisanya sebanyak 9
siswa masih memperoleh hasil kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 70 (tujuh puluh).
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan
pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul
Islam; 2) untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SDIT Nurul Islam.
Lokasi penelitian adalah SDIT Nurul Islam Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan subyek penelitian yaitu siswa
kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran. Sebagai kolaborator adalah teman sejawat
yang bernama Siri Rofi’ah, S.Pd. Siklus aktivitas penelitian meliputi penetapan
fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan perbaikan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan interprestasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut.
Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis data
menggunakan analisis kritis dan analisis komparatif.
Kesimpulannya: 1) penerapan pendekatan pembelajaran tematik dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran; 2) ada
peningkatan pencapaian standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu,
panjang, dan berat dalam pemecahan masalah, sekurang-kurangnya mencapai nilai
KKM sebesar 70 melalui penerapan pembelajaran tematik.
Kata kunci: tematik, peningkatan kualitas belajar dan pestasi belajar
5
ABSTRACT
Indrawati, Nim: S.810908407. The Implementation of the Thematic Learning
Approach in Improving Learning Quality and Learning Achievement of the
Students in Grade II of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam,
Tengaran. Thesis: The Graduate Program in Educational Technology,
Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010
According to the Educational Unit Level Curriculum (KTSP) occur in
Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran Semarang Regency in
the school year of 2009/2010 that the student is considered as competent in the
Competence Standard of using the measurement of time, long, and weight in
mathematic lesson, when the result of students learning test reaches at least the
Minimum Passing Criteria (KKM) of 70 (seventy). But in fact, the result, the
result of precede competence test shows that the result value of student learning
test of Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran in the even
semester school f 2009/2010 year, it is only 15 students of 24 student who reach
the predefined Minimum Passing Criteria 70 (seventy), while the rest 0f 9 students
still reach the value below the predefined Minimum Passing Criteria (KKM) of 70
(seventy).
This research aims at find out: 1) the implementation of the thematic
learning approach in improving the learning quality at Integrated Islamic Primary
School of Nurul Islam Tengaran; 2) the implementation of the thematic learning
approach in improving the learning achievement of the students in Grade II of
Integrated Islamic Primary School of Nurul Islam Tengaran.
This Research was conducted at Integrated Islamic Primary School of
Nurul Islam, Tengaran, Semarang regency. The moderator was peer teacher named
Siti Rofi’ah, S.Pd. The research activitiy cycle included: determining the research
focus, planning the improvement action, implementing the action, observing and
interpreting, analyzing ang reflecting, and planning the follow up action.
Technique of collecting data employed was observation, interview and test, while
the data analysis was done using critical and comparative analyses.
The results of the research are as follows: 1) the implementation of the
thematic learning approach is able to improve the learning quality of the students
in Grade II of Integrated Islamic Primary of Nurul Islam, Tengaran, 2) there is an
improvement of Basic Competence Achievement in using measurement of time,
long, and weight in problem solving, reaching at least the Minimum Passing
Criteria (KKM) of 70 (seventy) using a themetic learning approach.
Keywords: thematic, to improve the learning quality and learning achievement.
6
MOTTO
Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan.
( QS. 53 Surat An Najm: 39)
Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh Allah
beserta orang-orang yang sabar.
(QS. Al Baqarah: 153)
Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya, dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok.
(Al Hadis)
Silahkan kamu hidup dengan polah tingkah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa
sesungguhnya kamu akan mati.
(H.R Bukhori)
Orang yang sukses akan memetik manfaat dari kesalahannya, dan mencoba lagi
dengan cara yang lain.
(Dale Carnege)
Semua impian bisa menjadi kenyataan apabila kita berani mengejarnya.
( Walt Disney)
7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT tesis ini ku
persembahkan untuk:
ü Suamiku tersayang yang selalu mendoakan dan setia
menemani perjalanan hidupku
ü Ayah dan ibu tercinta yang selalu menghiasi
hidupku dengan doa-doanya
ü Sahabatku Ita, Mia, Baroroh, dan Mei yang selalu
memberi ku semangat untuk selalu belajar
ü Semua temanku di SDIT Nurul Islam yang selalu
mendukung dan membantu ku.
8
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Indrawati
NIM
: S. 810908407
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul Penerapan
Pendekatan Pembelajaran Tematik dalam rangka Peningkatan Kualitas
Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDIT Nurul Islam Tengaran) adalah
benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta,
Januari 2010
Yang membuat pernyataan,
Indrawati
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang senantiasa membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungannya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Ucapan
terima kasih penulis ucapakan antara lain kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana UNS
Surakarta.
2. Direktur Program Pasca Sarjana (PPs) UNS Surakarta beserta staf yang telah
memberikan ijin dan dukungan demi terlaksananya penelitian dalam rangka
penulisan tesis ini.
3. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, dan semangat untuk menulis tesis sebaik mungkin, sehingga tesis
dapat terselesaikan menjadi lebih sempurna.
4. Prof. Dr. Soetarno, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dengan tekun, sabar dan selalu menyempatkan waktu untuk membimbing dalam penyelesaian tesis, sehingga tesis ini bisa menjadi lebih baik
dibandingkan sebelumnya.
5. Suamiku Mas Dani yang selalu mendoakan dan memberiku semangat serta
menemani untuk menyelasaikan tesis ini.
6. Orang tuaku tersayang, Bapak Solikin dan Ibu Endang Nuryati, adikku
terhebat Dwi Rusiana dan Alisma yang selalu memberikan do’a restu,
motivasi, dan memberikan pengorbanan yang besar selama pengerjaan tesis
ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya. Amin.
10
7. Ustadzah Suminah, S.Ag selaku Kepala Sekolah SDIT Nurul Islam Tengaran,
yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di SDIT Nurul
Islam Tengaran.
8. Ustadzah Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SDIT Nurul Islam Tengaran, yang telah bersedia menjadi observer/pengamat
selama penelitian ini berlangsung.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha yang terbaik untuk mengerjakan dan menulis tesis
ini agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada penulis pribadi
dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan
Sekolah Dasar. Namun karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis, maka
tesis ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya bermanfaat untuk
penulis sendiri, tetapi juga semua pembaca khususnya guru Sekolah Dasar dan
perkembangan ilmu pengetahuan umum, Amien.
Surakarta,
Januari 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.....................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ………………………
iii
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………...
iv
HALAMAN ABSTRACT ……………………………………..……...
v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN …………………………………………………….
vii
PERNYATAAN ………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………....
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………
7
C. Perumusan Masalah ...........................................................
8
D. Tujuan Penelitian ...............................................................
8
E. Manfaat Penelitian ............................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………….
10
A. Landasan Teori ...................................................................
10
12
1. Pembelajaran Tematik ………………………………..
10
2. Kualitas Pembelajaran ……………………………….
27
3. Prestasi Belajar Siswa ………………………………..
33
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran …………………
36
B. Penelitian yang Relevan .....................................................
42
C. Kerangka Berfikir ..............................................................
44
D. Hipotesis Tindakan ............................................................
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………..
48
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….
48
1. Tempat Penelitian ……………………………………
48
2. Waktu Penelitian ……………………………………..
48
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………
48
C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .................................
53
D. Subyek Penelitian ..............................................................
57
E. Data dan Sumber Data ……………………………………
58
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….
59
G. Validitas Data …… ………………………………………
61
H. Teknik Analisis Data .........................................................
62
I. Indikator Kinerja …………………………………………..
63
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………….
64
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………
64
1. Kondisi SDIT Nurul Islam Tengaran ………………..
64
2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam Tengaran ………….
65
13
3. Sarana Pendukung Program ………………………….
66
4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam ……………………
67
5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam Tengaran…………..
68
B. Refleksi Awal .. …………………………………………..
74
C. Analisis Pencarian Fakta ………………………………….
77
D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa ………………...
78
E. Deskripsi Penelitian Siklus I………………………………
80
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik
2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
83
3. Observasi ……………………………………………..
87
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I ………
93
F. Deskripsi Penelitian Siklus II……………………..………
97
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ………
97
2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
101
3. Observasi ……………………………………………..
105
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II ……
108
G. Deskripsi Penelitian Siklus III………………………….…
110
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik ………
110
2. Pelaksanaan Tindakan ………………………………...
113
3. Observasi ……………………………………………..
117
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus III .……
120
H. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………
120
I. Keterbatasan Penelitian ……………………………………
130
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………..........................
132
A. Kesimpulan ………………………………………………….
132
B. Implikasi …………………………………………………….
132
C. Saran ………………………………………………………… 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
136
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………... 139
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran ………………..........
32
Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010 …….
69
Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil ……
72
Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil …….. 74
Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan...
75
Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran ………………………… 76
Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah …………………………………………
78
Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam.... 79
Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I …………………….…
82
Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I …………………………………..
91
Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I ………………… 92
Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II ……………………………… 99
Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II ………………………………….... 106
Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II ………….. 107
Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III ……………………………..
112
Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III ………………………………..
118
Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III ……….
119
Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan
Siklus III …………………………………………………………. 128
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pendekatan Prosedural …………………………………………
38
Gambar 2. Pendekatan Hierarkies …………………………………………
39
Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM ……………………………
42
Gambar 4. Kerangka Berfikir …..…………………………………………
46
Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot …………………………………
51
Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas ……………..………
54
Gambar 7. Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam ……………..………
68
Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I ……………………………………
81
Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II……………………………………
98
Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III …………………………………
111
17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian ………………………………………………….
139
2. Kisi-kisi, butir soal dan kunci jawaban dan pensekoran tes
kemampuan awal …………………………………………………
140
3. Analisis hasil tes kemamapuan awal ……………………………...
146
4. RRP pada pembelajaran siklus I …………………………………..
148
5. Soal tes siklus I dan kunci jawaban ……………………………….
154
6. Analisis hasil tes kemampuan siklus I……………………………..
158
7. RRP pada pembelajaran siklus II ………………………………….. 160
8. Soal tes siklus II dan kunci jawaban ………………………………. 168
9. Analisis hasil tes kemampuan siklus II…………………………….. 171
10. RRP pada pembelajaran siklus III ………………………………….. 173
11. Soal tes siklus III dan kunci jawaban ………………………………. 181
12. Analisis hasil tes kemampuan siklus III…………………………….. 185
13. Lembar Observasi Kualitas Pembelajaran …………………………. 187
14. Kisi-kisi dan pedoman wawancara ………………………………… 195
15. Daftar nama siswa kelas IID SDIT Nurul Islam …………………… 197
16. Surat-surat keterangan dan ijin penelitian dari instansi terkait ……
198
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini kita akan memasuki milenium ketiga yang sudah di depan pintu.
Era ini ditandai oleh berbagai perubahan yang cepat terjadi dan sering tidak
diantisipasi sebelumnya. Era globalisasi menjadikan kita terekspos oleh berbagai
kejadian dan tuntutan kondisi yang dipersyaratkan di masa yang akan datang.
Secara arif perlu dilakukan refleksi terhadap cara kita melengkapi diri dalam
memenuhi tuntutan tersebut. Berbagai perubahan tersebut dikomunikasikan
melalui informasi dengan berbagai media seperti komputer, data base dan jaringan
informasi canggih yang beraneka ragam. Semakin lama semakin canggih
informasi yang harus disampaikan ke pamakainya. Apabila kita tidak ingin
terpelanting dalam era global tersebut, maka perlengkapan manusia harus disertai
upaya belajar. Sementara itu belajar merupakan kebutuhan hidup yang self
generating yang mengupayakan dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia
memiliki dorongan melangsungkan hidup dan menuju tujuan tertentu.
Hal tersebut tentu saja karena ikhtiar untuk melangsungkan hidup
bersumber dari dirinya, selain juga karena sebagai makhluk sosial ia harus
mempertahankan hidup. Demikian juga dorongan esensial dalam diri manusia,
yaitu dorongan untuk tumbuh berkembang dan dorongan untuk mempertahankan
diri menjelaskan alasan manusia itu belajar. Dengan belajar kualitas sumber daya
manusia menjadi meningkat.
19
Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) anak merupakan
sasaran prioritas pembangunan. Oleh karena itu anak-anak harus dipersiapkan
dengan baik untuk melanjutkan hidup mereka. Adapun persiapan itu dilakukan
melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan guru agar
siswa dapat mencapai tujuan tertentu.
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua
pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan
ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling
berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
bersaing di jaman perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran
selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat
memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang
dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap
model-model pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model
pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru. Untuk menjadi guru yang profesional menurut Sardiman A.M. (2007: 132)
tidak hanya dengan modal ijazah, tetapi harus ditambah dengan kemampuankemampuan teknis operasional serta persepsi-persepsi filosofis, terutama yang
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan berinteraksi dengan pihak yang lain.
20
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di sekolah dasar
bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai
apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki siswa. Disamping itu kurikulum tingkat satuan pendidikan
memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai
dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar
pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan
rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik
siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya
masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien
dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga
hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Rendahnya perolehan hasil belajar menunjukkan adanya indikasi terhadap
rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak
seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui
faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Sebagai guru
yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan
segera. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarno Joyoatmojo (2003: 22) bahwa
21
kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk memperoleh sesuatu yang
terbaik dari proses belajar yang dijalaninya merupakan hal yang sangat mendasar.
Penelitian ini merupakan suatu proses belajar yang sistematik, artinya
kegiatan ini memerlukan kemampuan dan ketrampilan. Orientasi penelitian ini
adalah perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam
mengajar, karena itu kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting yang
sedang dihadapi guru sehingga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang
efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maria Montessori (2008: 4) bahwa
pendidikan harus dipahami sebagai upaya pertolongan untuk menyingkap
kekuatan psikis alami siswa. Hal ini berarti bahwa kita tidak dapat menerapkan
metode pembelajaran ortodoks yang bergantung pada ucapan. Oleh karena itu,
metode pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini metode
efektif yang dipilih adalah pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan
pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan
kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep
yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran tematik memberi
kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang komplek dengan cara
pandang yang utuh. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan siswa memiliki
kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai, dan menggunakan
informasi yang ada disekitarnya secara bermakna.
22
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa
mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep,
informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam
struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau
fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep
untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi
belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali
konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara
harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa
yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya
mendengarkan orang atau guru menjelaskan.
Siswa yang berada di sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan
seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya
tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana.
Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan
pengalaman yang dialami secara langsung.
23
Pendekatan pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah,
termasuk di SDIT Nurul Islam tetapi hasil yang dicapai belum optimal terutama
pada mata pelajaran Matemetika. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan pembelajaran tematik di
sekolah terutama di SDIT Nurul Islam. Dengan menguasai konsep-konsep
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, guru kelas bawah (kelas I, II, dan III)
diharapkan akan mempunyai ketrampilan untuk mengelola pembelajaran di kelas
dengan lebih efektif.
Dimulai dari kondisi tersebut diperlukan penelitian mengenai pendekatan
pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi
belajar siswa. Tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari
sebuah proses yaitu proses kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kualitas
pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam
proses tersebut serta cara mereka bekerjasama. Kualitas perlu diperlakukan
sebagai dimensi kriteria yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan
pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan
lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan
karena suatu bangsa akan mampu bersaing dalam percaturan internasional jika
bangsa tersebut memiliki keunggulan (excellence) yang diakui oleh bangsa lain.
Selanjutnya prestasi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
yang berupa pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh melalui proses
interaktif dalam pembelajaran antara siswa dengan lingkungannya dan dapat
diukur langsung dengan tes dan hasilnya dianalisis secara statistik.
24
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian ini dengan
judul “Peneranan Pendekatan Pembelajaran Tematik Dalam Rangka Peningkatan
Kualitas Pembelajaran dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDIT Nurul Islam
Tengaran”.
B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah
berlangsung mulai tahun 2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan
masyarakat
yang
kurang
memahami
tentang
KTSP
maupun
implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model
pembelajaran yang efektif dalam suatu satuan pendidikan.
2. Penerapan pendekatan tematik tidak hanya menyatukan beberapa indikator
dalam satu tema, tetapi juga merancang semua aspek yang terlibat dalam
proses pembelajaran di kelas.
3. Dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IID SDIT Nurul Islam
Tengaran dituntut menguasai salah satu standar kompetensi yaitu
menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah melalui pendekatan pembelajaran tematik yang memperhatikan
semua aspek dari siswa dan dilakukan secara berkesinambungan dan
berkala.
25
4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 8 siswa dari 24 siswa kelas IID
SDIT Nurul Islam belum mencapai KKM.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
penerapan
pendekatan
pembelajaran
tematik
dapat
tematik
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar?
2.
Bagaimanakah
penerapan
pendekatan
pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik di Kelas II SDIT
Nurul Islam. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.
2.
Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik dalam
meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar.
26
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis
maupun segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Toeritis
a. Membantu guru menghasilkan pengetahuan yang baru dan sahih serta
relevan sebagai upaya untuk memperbaiki cara mengajar di Sekolah
Dasar.
b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2.
Manfaat praktis
a. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah
Dasar.
b. Sebagai masukan guna memperbaiki proses pembelajaran yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan daya serap akhir pembelajaran.
c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar.
d. Mengetahui kekurangan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga
dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pembelajarannya.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1.
Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik. Pendekatan tematik merupakan pendekatan yang digunakan dalam salah
satu model pembelajaran terpadu. Gillian Collins dan Hazel Dixon (1991: 6)
mengemukakan bahwa “integrated learning occurs when an authentic event or
exploration of a topic is the driving force in the curriculum” (pembelajaran
terpadu terjadi ketika ada peristiwa atau eksplorasi sebuah topik yang bergerak di
dalam kurikulum).
Pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di
sekeliling
serta
dalam
rentang
kemampuan
dan
perkembangan
siswa.
Pembelajaran terpadu merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara secara serempak.
Dalam pembelajaran terpadu dilakukan penggabungan sejumlah konsep dalam
beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan
lebih baik dan bermakna (Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani,
2008: 1.5).
28
Menurut Tim Pengembang PGSD sebagaimana yang dikutip oleh Asep
Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 1.26) terdapat tiga model
pembelajaran terpadu yang tepat diterapkan di Sekolah Dasar, yaitu model jaring
laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan
(integrated). Berdasarkan ketiga model tersebut model yang sering digunakan di
Sekolah Dasar adalah model jaring laba-laba (webbing). Model jaring laba-laba
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 5) yang
mengemukakan “webbed curricula represent the thematic approach to integrating
subject matter” (kurikulum yang berbasis jaringan yang mewakili pendekatan
tematik terhadap satuan mata pelajaran yang terintegrasi).
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan
beberapa konsep dari beberapa mata pelajaran tertentu ke dalam suatu tema umum
yang mempunyai cakupan yang luas. Pengembangan model ini dimulai dengan
tema tertentu. Tema bisa ditentukan dan dipilih oleh guru sendiri, atau juga dapat
disepakati antara guru dengan murid, dan dapat merupakan hasil diskusi antara
guru dengan guru lainnya. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan dan
disusun sub-sub tema (topik) dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata
pelajaran yang dipadukan. Dengan adanya tema menurut Diah Harianti (2006: 5)
diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya:
1)
Siswa sudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
2)
Siswa mampu mempelajari tema yang sama;
3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
29
4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5)
Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6)
Siswa lebih bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata;
7)
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk remidi, pematangan,
pemantapan, atau pengayaan.
Berikut ini adalah kelemahan dalam pelaksanaan model jaring laba-laba
menurut Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 26) yaitu:
1)
Kesulitan dalam pembelajaran tematik adalah dalam menyeleksi tema. Hal
ini sesuai dengan pendapat Robin Fogarty (1991: 56) yang mengemukakan
bahwa “the most serious difficulty with the webbed model lies in the
selection of a theme”. (Kesulitan yang paling serius dalam model jaring
laba-laba adalah dalam menyeleksi tema);
2)
Adanya kecenderungan merumuskan tema yang dangkal sehingga tidak
menyentuh konsep dasar yang menjadi tujuan sebenarnya dari kurikulum;
3)
Dalam
pembelajaran
guru
lebih
fokus
pada
kegiatan
daripada
pengembangan konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Robin Fogarty (1991: 56) bahwa “… teacher can become focused on
30
activities rather than on concept development in this mode”. (Guru
terfokus pada aktivitas daripada pengembangan konsep).
b. Landasan Pembelajaran Tematik
Penerapan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum
yang berlaku. Pada saat mempertimbangkan pembelajaran ini didasari oleh
landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis. Landasan filosofis
dari implementasi pembelajaran tematik menurut Asep Herry Hernawan, Novi
Resmini, dan Andayani (2008: 10) sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Berikut ini merupakan
pembahasan singkat tentang ketiga aliran tersebut.
1) Progresivisme
Aliran ini memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang
alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa. Menurut C. Asri
Budiningsih (2005: 49) aliran ini “mementingkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam belajar”. Dalam aliran ini siswa dihadapkan pada persoalanpersoalan yang harus mendapat pemecahan. Dalam memecahkan masalah
siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman
belajar yang telah dimilikinya. Terdapatnya kesalahan atau kekeliruan dalam
proses pemecahan masalah atau sesuatu yang dihasilkan adalah sesuatu yang
wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.
31
2) Konstruktivisme
Aliran ini melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. C. Asri Budiningsih (2005: 58) berpendapat
bahwa proses belajar konstruktivistik merupakan pemberian makna oleh
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pembangunan kognitifnya. Kontruktivistik mengarahkan
perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari
pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterprestasikan obyek dan peristiwa yang dialami.
3) Humanisme
Menurut C. Asri Budiningsih (2005: 68) “proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia”. Aliran ini lebih
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan
siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa
agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan
siswa. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau
materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan ada
32
perubahan perilaku siswa yang menunjukkan kedewasaan baik fisik, mental,
intelektual, moral maupun sosial.
Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Dalam Undang-Undang No.
23 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap
siswa pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya ( Bab V Pasal 1-b).
c. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Saat ini siswa dituntut untuk mengubah pola pikirnya dari “siswa tahu
apa” menjadi “siswa mampu apa”. Adapun prinsip dasar Pembelajaran Tematik
yakni sebagai berikut:
1) Terintegrasi dengan lingkungan, maksudnya pembelajaran harus dikemas
dalam sebuah format keterkaitan ketika siswa menemukan masalah dan
memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
2) Bentuk belajar harus didesain agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh
untuk menentukan tema pembelajaran yang nyata sekaligus menerapkannya;
3) Efisiensi, meliputi penggunaan waktu, metode, sumber belajar yang otentik
dalam upaya memberikan pengalaman belajar yang riil kepada siswa dalam
mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
33
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai salah satu model pembelajaran di Sekolah Dasar menurut Diah
Harianti (2006: 7) pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa
Dalam proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai aktivitas.
Siswa tidak hanya mempelajari tentang sesuatu tapi bagaimana proses belajar
tersebut dapat memperkaya khasanah pengalaman belajar dan mempelajari cara
belajar. Proses pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar
yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitarnya. Pembelajaran
Tematik berpusat pada siswa (student centered) hal ini sesuai dengan pendekatan
modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan
guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Pembelajaran lebih bermakna jika siswa bekerja secara langsung (doing) dan
mengalami sendiri suatu aktivitas. Guru hanya memberikan ruang yang kondusif
dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang berarti kepada siswa. Harapannya
siswa menjadi “subyek” bukan “obyek” dalam mengemukakan masalah. Artinya
siswa berpeluang dan termotivasi menumbuhkembangkan potensi dirinya secara
maksimal. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman secara langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami halhal yang lebih abstrak.
34
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah yang hadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsurunsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
35
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (holistik). Berikut ini merupakan beberapa ciri khas dari
pembelajaran tematik menurut Diah Harianti (2006: 6) antara lain sebagai berikut:
1) Pengalaman
dan
kegiatan
belajar
sangat
relevan
dengan
tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar;
2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya;
6) Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi
dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
36
2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi atau
materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana, bukan tujuan akhir;
3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah;
4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep
akan semakin baik dan meningkat.
f. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik
Menurut Diah Harianti (2006: 7) ada beberapa rambu yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan;
2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester;
3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, tetapi
dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;
4) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai-nilai moral;
5) Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga
yang sesuai dengan tujuan;
6) Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masingmasing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan,
dan daerah setempat;
7) Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan
jumlah guru di kelas.
37
g. Langkah-Langkah Dalam Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi
dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
1) Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan.
a) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan
indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik; (2) Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran; (3) Dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
b) Menentukan Tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: (1)
Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang
sesuai; (2) Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,
untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan siswa
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
38
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: (1)
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; (2) Dari yang
termudah menuju yang sulit; (3) Dari yang sederhana menuju yang
kompleks; (4) Dari yang konkret menuju ke yang abstrak; (5) Tema yang
dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa; (6)
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
Menurut Endah Sulistyowati (2006: 5) ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu:
(1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam
satu maupun beberapa mata pelajaran;
(2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan
pengalaman belajar oleh siswa;
(3) Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa Sekolah Dasar
sehingga perkembangan kemampuan berfikir anak dapat dimanfaatkan
secara maksimal;
(4) Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang
mengandung subtansi yang lebih luas apabila dibandingkan dengan
pembelajaran biasa.
39
2) Menetapkan Jaringan Tema
Jaringan tema adalah hubungan antara kompetensi dasar dan indikator
dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara
tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini
dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
3) Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat, sumber, dan
penilaian. Adapun tujuan penyusunan silabus tematik adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik;
b) Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang
sesuai dengan perkembangan siswa Sekolah Dasar;
c) Memberikan ketrampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, dan
melaksanakan serta melakukan penilaian dalam pembelajaran.
d) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait
sehingga dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan
pembelajaran tematik.
Silabus dikembangkan berdasarkan pada jaring-jaring tema. Sibalus dapat
dirumuskan untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung keluasan
dan kedalam kompetensi yang diharapkan. Secara umum, silabus ini diartikan
sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok materi yang perlu
dipelajari siswa.
40
4) Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,
semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan);
b) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan;
c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar dan indikator;
d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan
ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup);
e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;
f) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan
untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil
penilaian).
41
h. Evaluasi Pembelajaran Tematik
1) Pengertian Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang
telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
2) Tujuan Penilaian Pembelajaran Tematik
Menurut Diah Harianti (2006: 14) penilaian yang dilaksanakan dalam
pembelajaran tematik ini bertujuan untuk:
a) Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan;
b) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan yang
terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran;
c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap siswa;
d) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan);
3) Prinsip Penilaian Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran tematik didasarkan pada beberapa
prinsip yaitu sebagai berikut:
a) Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran
lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya
lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak
ditekankan pada penilaian secara tertulis;
42
b) Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan
yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II;
c) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing
kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata-mata pelajaran;
d) Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan
awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir;
e) Hasil kerja siswa dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil
keputusan misalnya: penggunaan tanda baca, ejaan kata, dan angka.
4) Alat Penilaian
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan,
atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah
melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan
yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu. Guru juga menggunakan tes tertulis
untuk menilai kemampuan siswa.
5) Aspek Penilaian
Berdasarkan segi pentahapan kegiatan penilaian harus dilakukan baik pada
tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan. Berikut ini merupakan aspek
penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan merencanakan pembelajaran
tematik yang dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, &
Andayani (2008: 6.7 - 6.8), yaitu:
a) Menentukan tema, bahan, dan merumuskan tujuan atau indikator;
43
b) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran dan
sumber belajar.
c) Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran tematik.
d) Merancang pengelolaan kelas
e) Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian;
f) Tampilan dokumen rencana pembelajaran tematik
g) Tampilan lembar peta jaring-jaring tematik.
Aspek penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik juga
dikemukakan oleh Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani (2008: 6.24
- 6.27), yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan pembelajaran.
b) Mengelola interaksi kelas.
c) Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran tematik
secara bersamaan (isi yang sesuai dengan RPP pembelajaran tematik yang
sedang berlangsung).
d) Melakukan penilaian proses dan penilaian hasil.
e) Kesan umum pelaksanaan pembelajaran.
Pada
pembelajaran
tematik
penilaian
dilakukan
untuk
mengkaji
ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap pelajaran yang terdapat
pada tema tersebut. Dengan demikian, penilaian tidak lagi tematik melalui tema,
melainkan terpisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator mata pelajaran. Diah Harianti (2006: 15) berpendapat bahwa nilai rapot
dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas I dan II
44
Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.
2.
Kualitas Pembelajaran
Kemajuan jaman mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan terutama
adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan penggunaan
berbagai hasil teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Kualitas
merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
yang tersirat. Menurut Glaser sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno
(2007: 153) mengemukakan bahwa “kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang
lebih baik”. Untuk pembelajaran sendiri menurut Knirk dan Gustafson dalam
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1994: 4) kata pembelajaran berkenaan
dengan permasalahan belajar dan mengajar. Pembelajaran juga merupakan proses
terpenting dalam pendidikan. William Glasser (1993: 19) ketika menjelaskan
tentang kualitas pendidikan memulai dengan menjelaskan lima kebutuhan dasar
manusia : “ love, power, freedom, fun, and survival”. Berangkat dari kebutuhan
dasar tersebut, maka kualitas diartikan sebagai “ anything we experience that is
consistenly to one or more of the basic needs”. Bertolak dari pengertian tersebut,
suatu pendidikan berkualitas apabila mampu memenuhi salah satu atau lebih
kebutuhan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan terutama siswa.
45
Hoy Charles, Bayne-Jardine, & Margaret Wood (2000: 10) mengemukakan
bahwa “quality in education is an evaluation of the process of educating which
enhances the need to achieve and develop the talents of the customers to the
process, and at the some meets the accountability standards set by the clients who
pay for the process or the outputs from the process of educating (kualitas
pendidikan adalah suatu evaluasi proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan
untuk mencapai dan mengembangkan proses bakat siswa, dan di beberapa waktu
memiliki standar tanggung jawab terhadap proses atau keluaran dari proses
mendidik). Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2007: 153)
bahwa kualitas pembelajaran merupakan persoalan bagaimana pembelajaran yang
dilakukan berjalan dengan baik serta menghasilkan hasil yang baik pula.
Demi terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang baik dan hasilnya dapat
diandalkan, maka perbaikan pembelajaran diarahkan pada pengelolaan proses
pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan di kelas dengan
disertai keinginan yang kuat dalam perbaikan proses pembelajaran melalui
monitoring dan evaluasi.
Menurut Soetarno Joyoatmojo (2003: 17) kualitas pembelajaran adalah
sebuah istilah yang mengandung nilai yang terkait dengan tujuan, proses, dan
standar pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas menuntut keefektifan dan
efisiensi dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran
biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Selanjutnya menurut Reigeluth
dikutip oleh Hamzah B. Uno (2007: 156) terdapat empat aspek penting yang dapat
dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu “(1) kecermatan
46
penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan,
(2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkah alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari”. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan
dan jumlah waktu yang dipakai siswa serta jumlah biaya yang digunakan.
Mulyasa (2004: 131) menjelaskan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses dapat dikatakan berhasil apabila
seluruhnya atau sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran, dan juga menunjukkan gairah belajar
yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%). Hal ini senada dengan Dede Rusyada (2004: 120)
mengemukakan bahwa “pembelajaran dikatakan efektif jika siswa mengalami
pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju kompetensi yang dikehendaki”.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran perlu melibatkan semua pihak
seperti yang ditegaskan oleh Hoy Charles Colin Bayne-Jardine and Margaret
Wood (2000: 50) yang menyatakan bahwa “usaha peningkatan kualitas merupakan
sebuah proses atau strategi untuk mendorong perubahan”. Dalam hal ini guru
memegang peranan yang cukup penting. Untuk itu guru perlu mengembangkan
beberapa hal antara lain: (1) guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang
bersih, tidak stres, dan mendukung untuk proses pembelajaran; (2) guru harus
memberi peluang kepada siswa untuk dapat mengakses seluruh bahan dan
informasi untuk belajar; (3) guru harus mempunyai catatan tentang kemajuan
47
proses pembelajaran dari siswa dalam bentuk portofolio; (4) guru harus
menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa agar
mudah dipahami.
Dalam peningkatan kualitas pembelajaran, harus memperhatikan beberapa
komponen yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Menurut Martinis Yamin
dan Maisah (2009: 165-166) komponen kualitas pembelajaran terdiri atas:
a. Siswa, meliputi lingkunan sosial ekonomi, budaya, geografis, intelegensi,
kepribadian, bakat, dan minat.
b. Guru meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar,
kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan
kreatif.
c. Kurikulum, tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi dasar, hasil
belajar, indikator dan materi pokok kelas 2.
d. Sarana dan Prasarana Pendidikan, meliputi alat peraga, laboratorium,
perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang bimbingan konseling, ruang UKS,
dan ruang serba guna.
e. Pengelolan Sekolah, meliputi pengelolaam kelas, pengelolaan guru,
pengelolaan siswa, sarana dan prasarana, peningkatan tata tertib dan
kepemimpinan.
f. Pengelolaan Proses Pembelajaran, meliputi penampilan guru, penguasaan
materi,
penggunaan
pembelajaran.
strategi
mengajar,
dan
pemanfaatan
fasilitas
48
g. Pengelolaan
Dana,
meliputi
perencanaan
anggaran,
sumber
dana,
penggunaan dana, laporan dan pengawasan.
h. Monitoring dan Evaluasi, meliputi kepala sekolah sebagai supervisor, komite
sekolah dan pengawas sekolah sebagai supervisor
i. Kemitraan, meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah,
hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga lainnya.
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang secara moral,
epitimologi, maupun edukatif memiliki tujuan, proses, dan capaian dengan kreteria
yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan ungkapan Hamzah B. Uno (2007:
157) yang mengemukakan bahwa “kualitas pembelajaran menyangkut tiga dimensi
strategi” yakni sebagai berikut:
a. Strategi penyampaian pembelajaran,
b. Strategi pengorganisasian pembelajaran,
c. Strategi pengelolaan pembelajaran.
Berikut ini merupakan dimensi dan indikator kualitas pembelajaran menurut
Hamzah B. Uno (2007 : 158) yakni :
49
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Kualitas Pembelajaran
Dimensi
Perbaikan
Indikator Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Kualitas
Pembelajaran
Strategi
Pengorganisasian
Pembelajaran
- Menata bahan ajar yang akan diberikan selama satu caturwulan
atau semester.
- Menata bahan ajar yang akan diberikan atau dipelajari setiap
kali pertemuan.
- Memberikan pokok-pokok materi yang akan diajarkan.
- Membuatkan rangkuman atas materi yang akan diajarkan
setiap kali pertemuan.
- Menetapkan materi-materi yang akan di bahas
- Memberikan tugas kepada siswa terhadap materi tertentu yang
akan dibahas secara kelompok.
- Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi.
Strategi
Penyampaian
Pembelajaran
- Menggunakan
berbagai
metode
dalam
penyampaian
pembelajaran.
- Menggunakan berbagai alat peraga dalam pembelajaran.
- Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran.
Strategi
- Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
Pengelolaan
- Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Pembelajaran
- Mengingatkan kompetensi prasyarat.
50
- Memberikan stimulus.
- Memberikan petunjuk belajar.
- Memberikan umpan balik.
- Menilai penampilan
- Menyimpulkan materi pelajaran.
3.
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
“prestasi” dan “belajar” yang mempunyai arti berbeda. Untuk mempermudah
pemahaman tentang prestasi belajar, maka kita akan memaknai prestasi dan belajar
sendiri-sendiri. Pengertian kata “prestasi” menurut Saifudin Aswar (2000: 13)
berarti “hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar”. Pengertian belajar menurut
Sardiman A.M. (2007: 2) “belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah
laku karena hasil pengalaman yang diperoleh”.
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan
yang itu harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi
pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku
yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).
Secara implisit Saifuddin Azward (2000: 92) menyebutkan bahwa prestasi
belajar adalah maksimal dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Nana Sudjana (1996: 6) mengemukakan ada dua faktor utama yang
51
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dalam diri siswa (internal) dan faktor
dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dalam diri siswa terutama kemampuan yang
dimiliki siswa seperti motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan
belajar. Selanjutnya faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor
lingkungan belajar.
Keberhasilan belajar menurut Conny R. Semiawan (2008: 12) sangat
ditentukan oleh kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor non kognitif tidak
kalah penting, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kinerja maupun perkembangan
dirinya sendiri. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dapat
dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi mengukur dan menilai
penilaian dalam pendidikan. Hal senada juga dikemukakan oleh Don R.
Kirkendall, Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson (1987: 4) “Evaluation … it is
necessarily reflects the evaluator’s own philosophies, goals, and objectives. These
in turn determine the tests ang measurement to be used” (Evaluasi
menggambarkan filosofi, tujuan dan sasaran dari penilai, dan semua ini
menentukan tes dan ukuran yang akan digunakan dalam evaluasi).
Menurut Norman E. Gronlund (1981: 6) merumuskan pengertian evaluasi
sebagai berikut: “ Evaluation … a systematic process of determining the extent to
which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). Pengertian yang hampir
sama juga dikutip oleh Ngalim Purwanto (2006: 3) dari Wrightstone, yang
mengemukakan rumusan eveluasi pendidikan sebagai berikut:
“Educational
52
evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward
objectives ar values in the curriculum” (evaluasi pendidikan adalah penafsiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai
yang telah ditetapkan di dalam kurikulum).
Selanjutnya evaluasi pembelajaran adalah penerapan prosedur ilmiah yang
sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas pelaksanaan
suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk membuat sebuah keputusan atau
tindak lanjut. Berikut ini proses evaluasi menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 dan 2 adalah
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
Dalam pembelajaran tematik juga dilakukan pengukuran dan penilaian.
Pengukuran (measurement) adalah suatu upaya pengambilan data untuk
menentukan nilai atau besaran suatu objek yang bersifat nominal. Dalam
pengukuran yang terkait pembelajaran, pengukuran berkait data-data yang bersifat
nominal (angka-angka). Pengukuran hasil belajar dalam pendidikan di sekolah
biasanya dilambangkan dengan lambang angka, angka yang diperoleh dari
kegiatan belajar inilah yang selanjutnya disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Stephen N. Elliot (1996: 520) yang menyebutkan bahwa
53
“Measurement is quantifying or placing a number on, a student’s performance”
(pengukuran adalah mengukur suatu nomor, suatu capaian siswa).
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta
didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Proses menilai dalam pembelajaran dapat dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen N. Elliot, dkk
(1996: 520) “assessment is the process of gathering information about abilities
and using such information to make decisions about the student” (proses
mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan
informasi itu untuk mengambil keputusan bagi siswa itu sendiri).
4.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
a. Pengertian Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan standar
kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai pernyataan tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
(Center for Civics Education, 1997: 2)
54
Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar
pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga
merupakan fokus dari penilaian sehingga pengembangan kurikulum adalah fokus
dari penilaian, meskipun kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan
bahwa siswa yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan awal.
Dengan demikian standar kompetensi diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam:
1) Melakukan suatu tugas atau pekerjaan;
2) Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan;
3) Melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari
rancangan semula;
4) Melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan
merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri
dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah dan nasional. Standar
kompetensi yang telah ditetapkan berlaku secara nasional namun cara mencapai
standar tersebut diserahkan pada kreasi masing-masing wilayah.
b. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Kompetansi merupakan kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai
hasil belajar (Depdiknas, 2008: 12). Sesuai dengan pengertian tersebut maka
55
standar kompetensi adalah standar kemapuan yang harus dikuasai siswa untuk
menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan
atas pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu telah dicapai.
Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan standar kompetensi
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis standar kompetensi menjadi beberapa komponen kompetensi
dasar
2) Mengurutkan kompetensi dasar sesuai dengan keterkaitan baik secara
prosedur maupun hierakis.
Dick & Carey (1978: 25) membedakan dua pendekatan pokok dalam
menganalisis dan urutan standar kompetensi disamping pendekatan ketiga yaitu
gabungan kedua pendekatan pokok tersebut. Kedua pendekatan dimaksud adalah
pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis (berjenjang).
Pendekatan prosedural (Procedural Approach) dipakai bila standar
kompetensi yang harus dikuasai berupa serangkaian langkah-langkah secara urut
dalam mengerjakan tugas pembelajaran seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
1
2
3
Gambar 1. : Pendekatan Prosedural
Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat antara beberapa
standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului
dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan
56
prasyarat bagi standar kompetensi berikutnya. Lebih jelasnya seperti terlihat pada
gambar berikut ini:
3
2
1
Gambar 2. Pendekatan Hierarkies
Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang
harus dimiliki lulusan, kemampuan minimum yang harus dilakukan siswa untuk
standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
57
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran (Depdiknas,
2008: 2). Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik meteri yang dinilai.
c. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian dalam KTSP adalah menggunakan acuan
kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa
per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai nilai KKM dikatakan belum
tuntas. Adapun tujuan penetapan KKM adalah:
1) Menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa;
2) Patokan atau acuan atau dasar menentukan kompeten atau tidak
kompetensinya siswa;
Berikut ini merupakan manfaat menetapkan KKM yaitu sebagai berikut:
1) Sekolah, guru, dan siswa memiliki patokan yang jelas dalam menentukan
ketuntasan
2) Adanya keseragaman batas ketuntasan setiap mata pelajaran pada kelas
paralel.
58
Penentuan KKM perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan, yaitu
sebagai berikut:
1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang
dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan kuantitatif.
2) Penetapan KKM dilakukan melalui ketuntasan minimal pada setiap
indikator dengan mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung dan
in take siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar (KD) dan
standar kompetensi (SK).
3) KKM setiap kompetensi dasar merupakan rata-rata dari indikator
terdapat dalam kompetensi dasar tersebut.
4) KKM setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM
setiap kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar kompetensi
(SK) tersebut.
5) KKM setiap mata pelajaran merupakan rata-rata KKM standar
kompetensi yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, yang dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar siswa
atau rapot siswa.
6) Indikator merupakan acuan bagi guru dalam membuat soal ulangan,
baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir
semester.
7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
59
Adapun langkah-langkah penetapan KKM adalah seperti terlihat pada
gambar berikut ini:
KKM
Indikator
KKM
KD
KKM
SK
KKM
MP
Gambar 3. Langkah-langkah Penetapan KKM
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Tim KKG Kelas
II SDIT Nurul Islam Tengaran untuk semua mata pelajaran adalah sebesar 70.
Artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang,
dan berat apabila mencapai nilai nominal sama dengan atau lebih besar dari KKM
yang telah ditentukan tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh J. J. Kembuan (1998) menunjukkan bahwa:
(1)
intervensi
pendekatan
pembelajaran
terpadu
melalui
PTK
mampu
meningkatkan pemahaman dan kemampuan merencanakan pembelajaran terpadu
yang memiliki aspek-aspek: penetapan tujuan, pemilihan tema, pengorganisasian
siswa, rancangan kegiatan belajar, ragam sumber belajar, penilaian dan
pengalokasian waktu; (2) dengan mengikuti dan melaksanakan pembelajaran
terpadu model webbing, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam:
mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyelesaikan tugas dengan
baik, keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar, mengajukan masalah yang
60
ingin dipelajari, dan capaian hasil belajar; (3) meningkatkan kemampuan mengajar
guru-guru sekolah dasar dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran terpadu
(model webbing) yang berorientasi pada: kesesuaian antara rencana dan kegiatan,
pengelolaan kelas, penguasaan bahan ajar, penilaian proses, dan produktivitas
belajar siswa. Penelitian ini menyarankan upaya meningkatkan kemampuan guru
SD dapat merencanakan serta melaksanakan pembelajaran tematik perlu
dikembangkan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pendekatan tematik juga
perlu diprogramkan dalam kegiatan pembelajaran di SD sebagai upaya
meningkatkan kemampuan belajar siswa sekolah dasar.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Nina Kurniah (1998). Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan baik sebagai
dampak instruksional maupun dampak pengiring dalam mata pelajaran IPS.
Dampak instruksional yang dicapai antara lain: (1) melalui pembelajaran yang
dilakukan dapat mengembangkan siswa tidak hanya intelektual, tetapi juga sosial,
emosional, moral dan pribadi; (2) iklim belajar cenderung transaksional yakni
kegiatan berlangsung multi arah dan kegiatan berpusat pada siswa; (3) hasil belajar
yang dialami siswa ternyata lebih baik, hal ini terlihat dari hasil pre tes dan pos tes
yang dicapai oleh siswa; (4) hasil tugas yang diberikan selama proses belajar
mengajar berlangsung menunjukkan adanya peningkatan.
61
C. Kerangka Berfikir
1.
Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di
Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran
Pendekatan pembelajaran tematik sebagaimana yang diungkapkan dalam
landasan teori merupakan suatu konsep pembelajaran yang efektif untuk sekolah
dasar, karena dapat membantu meningkatkan kecakapan berfikir siswa,
meningkatkan semangat belajar dan sesuai dengan perkembangan anak. Kurang
efektifnya pembelajaran dapat disebabkan oleh strategi pembelajaran yang dipilih
kurang tepat, motivasi belajar rendah, kurangnya profesionalisme guru, serta
kurangnya sarana dan prasarana. Pada model jaring laba-laba diperhatikan
keterkaitan tema dengan mata pelajaran yang terkait. Kemudian dari tema itu akan
dikembangkan sub tema yang akan menghubungkan ide-ide dalam sebuah mata
pelajaran, siswa mempunyai gambaran yang besar dan juga fokus belajar pada satu
aspek.
Lebih lanjut lagi, konsep kunci dikembangkan dalam waktu lama untuk
penginternalisasian oleh siswa. Menghubungkan ide-ide dalam mata pelajaran
membolehkan siswa untuk mereview, mengkonseptualisasi, mengedit, dan
menggabungkan ide-ide secara perlahan-lahan dan dapat mentransfer manfaat.
Dengan
penerapan
pendekatan
pembelajaran
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
tematik
diharapkan
dapat
62
2.
Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran.
Hasil tes kemampuan awal dan pengamatan guru sebagai peneliti
menunjukkan bahwa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran merupakan kelas yang
banyak dijumpai siswa yang belum kompeten dan kualitas pembelajaran yang
kurang. Di samping itu model pembelajaran guru masih konvensional meskipun
sudah melakukan pendekatan pembelajaran tematik tetapi belum maksimal karena
guru tidak melakukan perencanaan dengan baik.
Siswa dikatakan kompeten apabila siswa telah menguasai kompetensi dasar
yang ada dalam standar kompetensi suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan pengukuran waktu, panjang dan
berat dengan nilai KKM sebesar 70. Masalah tersebut merupakan masalah yang
mendesak untuk segera diatasi. Oleh karena itu, dengan menyadari adanya
berbagai kelemahan pelaksanaan pembelajaran tematik, peneliti selaku guru kelas
IID
perlu
mengembangkan
pelaksanaan
pembelajaran
tematik
yang
mempertimbangkan segala aspek dari siswa yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan.
Melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik diharapkan siswa
siswa kelas IID SDIT Nurul Islam dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal
atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM sebesar 70 secara
klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa.
Secara ringkas kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
63
Kualitas
pembelajaran
di kelas
masih kurang
dan
Hasil tes
kemampuan
awal siswa
kelas II D
SDIT Nurul
Islam tidak
mencapai
KKM
Dilakukan
upaya untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dan
pencapaian
kompetensi
dasar
sekurangkurangnya
memperoleh
nilai KKM
sebesar 70
(tujuh puluh)
Melalui
pendekatan
pembelajaran
tematik diduga
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dan mencapai
kompetensi
penuh nilai
KKM sebesar 70
secara klasikal
100 % dari
jumlah siswa
Kualitas
pembelajaran dapat
meningkat dan
siswa kelas II D
SDIT Nurul Islam
dapat mencapai
prestasi belajar
maksimal atau
tingkat pencapaian
kompetensi penuh
mencapai nilai
KKM sebesar 70
secara klasikal
100% dari jumlah
siswa keseluruhan
Gambar 4. Kerangka Berfikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini dikemukakan beberapa hipotesis tindakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II D dengan mengaitkan
beberapa mata pelajaran (Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan PKn)
dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang berkesan dan mendalam
bagi siswa sehingga siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar itu
sendiri. Dengan demikian pembelajaran dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas II D.
64
2.
Penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas II SDIT Nurul Islam
dapat mencapai prestasi belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi
penuh mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 secara
klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan.
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IID semester ganjil tahun ajaran
2009/2010 SDIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang. Jumlah siswa
sebanyak 24 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar
melakukan pengukuran waktu, panjang, dan berat.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung dalam semester ganjil tahun ajaran
2009/2010 atau bulan Juli-Desember 2009. Kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan meliputi: observasi pada sekolahan yang akan diteliti, penyusunan
usulan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan kegiatan.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan model penelitian. Seringkali kita
mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris:
research, yang berarti kegiatan pencaharian atau eksplorasi untuk menemukan
66
jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action
research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research
diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Penelitian tindakan kelas ini
merupakan implementasi dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
58 Ayat 1 yang berbunyi
“Evaluasi
hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan”. Penelitian tindakan kelas menurut Isaac S dan
Michael (1984: 55) adalah “… to develop your skill or new approaches and to
solve problem with direct application to the classroom or world setting” (untuk
mengembangkan ketrampilan baru dan memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di kelas).
Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 2) penelitian tindakan kelas adalah
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti
(atau dilakukan oleh guru yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas di tempat
dimana dia mengajar dengan penyempurnaan pada peningkatan proses dan praktis
pembelajaran. Supardi (2008: 104) juga mengemukakan bahwa penelitian tindakan
kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif,
kolaboratif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem,
metode kerja, proses, isi kompetensi dan situasi.
Terdapat beberapa ide pokok dalam penelitian tindakan kelas antara lain:
1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inquiri atau penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri;
67
2. Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah;
3. Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan;
4. Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki: dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan.
Dari ke empat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan
refleksi diri sebagai metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya,
serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan
pengertian tersebut maka Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam
kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan
pendidik sendiri yang hasilnya dimanfaatkan untuk alat pengembangan prestasi,
pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan ketrampilan
mengajar dan sebagainya. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali
dengan
perencanaan
tindakan
(planning),
penerapan
tindakan
(action),
mengobservasi (observation), dan merefleksi (reflection) dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (KKM), sebagaimana
terlihat pada gambar berikut:
68
Siklus 1
Siklus II
Siklus III
Peninjauan (analisis
dan penemuan fakta)
Perencanaan secara umum
Tindakan I
Monitor, pelaksanaan
dan pengaruhnya
Pelaksanaan
Tindakan I
Meninjau
kembali gagasan
Tengah-tengah
perencanaan
Penerapan tahaptahap tindakan
berikutnya
Tindakan II
Monitor, pelaksanaan
dan pengaruhnya
Peninjauan kembali gagasan
Tengah-tengah perencanaan
Tindakan III
Penerapan tindakan
berikutnya
Monitor, pelaksanaan dan pengaruhnya
Peninjauan (menjelaskan beberapa kegagalan
pada pelaksanaan dan pengaruhnya)
Gambar 5. Riset Aksi Model John Elliot dalam (Basuki Wibowo, 2003: 21)
69
Pada gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat
komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan
sesungguhnya jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu
dipecahkan. Apabila pemasalahan terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran
dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya terdiri
dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu. Dalam penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus, siklus ketiga hanya dilakukan apabila diperlukan. Dengan dua
siklus dimungkinkan siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.
Adapun manfaat yang diperoleh guru dalam pendekatan PTK adalah guru
dapat melakukan inovasi penilaian; guru dapat meningkatkan kemampuan
reflektifnya dan mampu memecahkan persoalan penilaian yang muncul di
kelasnya; dan dapat mengembangkan penilaian secara berkala, komprehensif
(menyeluruh) dan berkesinambungan.
Berikut ini yang perlu dipahami dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah:
1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatka pendidikan dengan
melakukan perubahan ke arah perubahan terhadap hasil pendidikan dan
pembelajaran.
2. PTK adalah partisipatori melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk
meningkatkan praktiknya sendiri.
3. PTK dikembangkan melalui self-reflective spiral; a spiral of cycles of
planning, actuating, reflecting, the re-planning.
70
4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung
untuk mengkaji praktik pembelajaran dan penilaian serta pengembangan
pemahaman tentang makna tindakan.
5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut
menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan
tindakan.
6. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang prakteknya.
7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji
secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis
tindakan).
8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang
pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam
analisis. (Kemmis & Mc. Taggart, 1994)
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tes
kemampuan awal, hasil ulangan harian, catatan perilaku harian siswa (anecdotal
record). Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yakni perencanaan,
melakukan tindakan, observasi dan eveluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan
berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Supardi (2008: 117) langkah-langkah praktis pelaksanaan PTK
difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.
71
Kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu
siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan, akan
dilakukan siklus kedua, dan seterusnya sampai peneliti merasa puas, seperti pada
gambar prosedur penelitian yang dikemukakan oleh Kurt Lewis dalam Hartono
dan Edi Legowo (2003: 4) yang digambarkan sebagai berikut:
Rencana I
Rencana I
Siklus I
Refleksi
Siklus ke-n
Siklus II
Tindakan
Tindakan
Refleksi
Observasi
Observasi
Rekomendasi
Gambar 6. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Berikut akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penelitian tindakan
kelas ini, yaitu sebagai berikut:
1. Refleksi Awal
Refleksi awal digunakan untuk menemukan akar permasalahan yang
mendesak untuk diatasi dan sekaligus mencari solusi untuk mengatasinya.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal 25% siswa kelas 2D SDIT Nurul Islam
Tengaran tidak mencapai KKM mata pelajaran Matematika.
72
2. Perencanaan (Planning)
Kegiatan planning dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai
berikut:
a. Membuat RPP dengan pendekatan pembelajaran tematik
b. Membuat kisi-kisi tes mata pelajaran Matematika
c. Membuat butir soal dan kunci jawaban dan pedoman skor
d. Membuat pedoman pengamatan
3. Pelaksanaan (Acting)
Action dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator untuk memperbaiki
masalah. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi
tindakan mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama
dengan teman sejawat (kolaborator).
a. Guru sebagai peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
tematik;
b. Kolaborator mengamati pelaksanaan pembelajaran, respon siswa, perilaku
guru, dokumentasi, dan arsip nilai dari ulangan harian;
4. Observing
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2008: 127). Efek
dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:
a. Menyebarkan tes pada akhir pembelajaran;
73
b. Menganalisi data untuk mengetahui ketercapaian setiap indikator;
c. Mengkomparasikan hasil tes belajar mata pelajaran Matematika setiap
indikator pada kondisi awal dan siklus I.
5. Refleksi (Reflecting)
Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang
perubahan yang terjadi.
a. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana
(how) dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan
perubahan secara signifikan;
b. Kolaborator (teman sejawat) berperan penting dalam memutuskan “judging
the value” (seberapa action telah membawa perubahan: apa atau dimana
perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan atau kekurangan,
bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya);
Dalam refleksi ini peneliti dan kolaborator mengulas tentang apakah siswa
sudah mencapai atau belum KKM yang ditentukan. Apabila sudah mencapai KKM
apa sebabnya? Apabila belum mencapai KKM apa sebabnya? Berdasarkan hasil
refleksi tersebut, peneliti mencoba mengatasi kekurangan yang terjadi akibat
tindakan yang telah dilakukan. Hal ini jika ditemukan cara atau strateginya maka
diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan atau siklus berikutnya. Siklus ini
merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, tahapan dari setiap siklus perlu
disusun rencana yang matang dengan memperhatikan hasil reflektif dari siklus
sebelumnya.
74
D. Subyek penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks
pendidikan di sekolah, subyek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala
sekolah. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, subyek penelitian umumnya
adalah siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IID SDIT Nurul Islam yang
terdiri dari 10 perempuan dan 14 laki-laki.
2. Kedudukan Peneliti
a. Sebagai pengajar atau guru, nama Indrawati wali kelas IID SDIT Nurul Islam.
Tugasnya meliputi: 1) mengukur kemampuan awal siswa melalui pre tes; 2)
menyusun perencanaan; 3) melaksanakan tindakan; 4) melakukan refleksi.
b. Sebagai Kolaborator, nama Siti Rofi’ah, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah
Bidang Kurikulum. Tugasnya meliputi: 1) melakukan pengamatan terhadap
penerapan pelaksanaan pembelajaran; 2) menganalisis data siswa untuk
mengetahui ketercapaian setiap indikator; 3) mengkomparasikan hasil prestasi
belajar mata pelajaran Matematika pada awal kondisi dan siklus I;
menyimpulkan perlu tidaknya meneruskan ke siklus II, dan seterusnya.
75
E. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, berupa peristiwa dan
informasi tentang pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan
berat pada mata pelajaran Matematika. Sutopo (1996: 49-51) menyebutkan data
yang dapat digali dari informan, peristiwa atau aktivitas, dokumen dan arsip. Data
yang sebagian besar berupa nilai tersebut digali dari tiga sumber sebagai berikut:
1. Informan
a. Guru mata pelajaran matematika untuk memperjelas informasi penerapan
pendekatan pembelajaran tematik;
b. Kolaborator yaitu teman sejawat yang terlibat dalam sebagai pengamat
dalam pencapaian kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang dan berat;
c. Siswa kelas IID sebagai subyek penelitian tindakan kelas;
d. Kepala sekolah, untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDIT Nurul
Islam Tengaran.
2. Peristiwa
Peristiwa adalah proses atau upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran yang dilakukan oleh guru kelas IID
sebagai peneliti yang bernama Indrawati, S.Pd.
76
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan informasi tertulis berupa nilai hasil tes
kemampuan awal sebelum ada tindakan, nilai ulangan harian, dan catatan tentang
kualitas pembelajaran siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data diatas, teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pengamatan, wawancara, kajian
dokumen dan arsip. Berikut ini instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan
Pengamatan digunakan untuk merekam data tentang kualitas pembelajaran,
aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran
tematik. Dalam penelitian ini peneliti berperan serta secara lengkap, artinya
peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang amati. Dengan demikian
peniliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang
dirahasiakan sekalipun (Lexy J. Moleong, 2004: 176). Pengamatan ini ditujukan
untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
maupun guru.
77
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong,
2004: 186). Wawancara digunakan untuk mengungkap data seperti sikap,
pendapat, wawasan baik dari siswa maupun guru dalam melakukan pembelajaran
tematik. Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat lentur, tidak terstruktur ketat,
dan tidak dalam suasana formal. Responden dalam wawancara tidak terstuktur
menurut Lexy J. Moleong (2004: 191) adalah “mereka yang memiliki pengetahuan
dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan”.
Wawancara dilakukan peneliti kepada teman sejawat selaku informan.
Tujuannya untuk mendapatkan informasi berupa pendapat dan masukan tentang
penerapan pembelajaran tematik. Wawancara juga dilakukan kepada siswa untuk
mengetahui alasan yang melatarbelakangi rendahnya hasil tes kemampuan awal.
3. Arsip dan Dokumen
a. Arsip meliputi: 1) KTSP tentang ruang lingkup materi, tujuan kompetensi
dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas 2; 2) Silabus yaitu
tentang alokasi waktu dan tema yang akan diajarkan.
b. Dokumen berupa nilai untuk memperoleh data tentang hasil belajar atas
prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.
4. Tes Akademik
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)
(Nana Sudjana, 2008: 35). Tujuannya: 1) untuk mengukur kemampuan awal siswa
78
sebelum dilakukan tindakan yaitu pre tes; 2) mengukur hasil yang diperoleh siswa
setelah kegiatan pemberian tindakan.
G. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 160) “validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang kurang sahih memiliki validitas rendah”. Dalam penelitian
ini untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan validitas data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data yaitu
mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.
Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu
diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan
dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Teknik
yang digunakan untuk diuji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi
dan review informasi kunci.
Triangulasi adalah teknik uji validitas data dengan memanfaatkan sarana
diluar itu untuk keperluan pengecekan terhadap data itu. Triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan
data. Dalam kaitannya dengan triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan
pengecekan informasi dari informan. Informasi yang diperoleh dari informan dicek
silang dengan informan yang lain. Dalam hal ini informasi dari kolaborator dicek
dengan pengamatan langsung oleh peneliti, begitu sebaliknya hasil pengamatan
79
dan penilaian yang dilakukan oleh peneliti dicek ulang oleh kolaborator dan
seterusnya.
Review informan kunci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengkonfirmasikan data temuan kepada informan pokok sehingga diperoleh
kesepakatan pokok antara informan dan peneliti tentang data atau interprestasi
temuan itu. Dalam hal ini temuan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan dengan
temuan yang diperoleh kolaborator, begitu pula sebaliknya temuan yang diperoleh
kolaborator dikonfirmasikan dengan temuan yang diperoleh dengan peneliti dan
seterusnya. Dengan cara itu, penafsiran sepihak dari peneliti terhadap suatu
informasi dapat dihindari. Hal ini dilakukan melalui diskusi antara peneliti dan
teman sejawat (pengamat) setelah kegiatan atau kajian dokumen. Transkrip hasil
pengamatan dan wawancara perlu dicek kembali keabsahannya.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kritis dan analisis komparatif. Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam
penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan atau kelebihan siswa
dan guru dalam proses penilaian berdasarkan KKM. Hasil analisis kritis tersebut
dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya
sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan kemampuan awal saat pre tes
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal mengenai tingkat penguasaan
kompetensi dasar.
80
Setelah kondisi awal mengenai tingkat penguasaan kompetensi dasar siswa
diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya. Setiap siklus berakhir, hasilnya dianalisis apa saja kekurangannya
dan kelebihannya sehingga diketahui peningkatan kualitas pembelajaran dan
prestasi belajar siswa.
Teknik komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memadukan
hasil penelitian siklus pertama dan kedua, siklus kedua dan siklus ketiga. Hasil
komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan
kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator yang belum berhasil atau
tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar siswa
I.
Indikator Kinerja
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini nanti, dikatakan
berhasil apabila sekurang-kurangnya mencapai indikator sebagai berikut:
1. Ada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas IID SDIT Nurul Islam
Tengaran setelah dilakukan penerapan pendekatan pembelajaran tematik
pada tema peristiwa dan rekreasi.
2. Ada peningkatan prestasi belajar siswa mencapai nilai KKM sebesar 70
secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan
pendekatan pembelajaran tematik.
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah
yang dikemukakan pada bab I tesis ini. Selanjutnya, dilakukan pembahasan
terhadap hasil penelitian. Berturut-turut akan dipaparkan tentang: (A) Deskripsi
Latar Penelitian; (B) Refleksi Awal; (C) Analisis Pencari Fakta; (D) Deskripsi
Penelitian Siklus I; (E) Deskripsi Penelitian Siklus II; (F) Deskripsi Penelitian
Siklus III; (G) Pembahasan ; (H) Keterbatasan Penelitian.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Kondisi SDIT Nurul Islam
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Islam, terletak di Desa Butuh
RT 20 RW XI Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SDIT Nurul Islam
didirikan oleh Yayasan Sabilul Khairot pada tahun 2001. Luas area SDIT Nurul
Islam adalah 2488 m2. SDIT Nurul Islam memiliki 2 gedung yang masing-masing
terdiri atas dua lantai. Jumlah kelasnya ada 18 kelas dengan rincian sebagai
berikut: kelas I terdiri dari 3 kelas, kelas II terdiri dari 4 kelas, kelas III terdiri dari
3 kelas, kelas IV terdiri dari 3 kelas, kelas V terdiri dari 2 kelas, dan kelas VI
terdiri dari 3 kelas. Setiap ruang kelas mampu menampung 20 sampai 25 siswa.
Sebagai sarana penunjang pembelajaran terdapat ruang perpustakaan
dengan jumlah buku sekitar 1800 judul buku yang dikelola oleh seorang
82
pustakawan. Terdapat pula laboratorium komputer yang digunakan untuk
pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) dan kegiatan ekstra
kurikuler komputer. Untuk kepentingan rapat tersedia sebuah ruangan serba guna
yang biasa juga digunakan untuk pertemuan POMG (Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru). Ruangan yang lain meliputi kantor Kepala Sekolah, kantor guru, kantor
Tata Usaha, dan ruang serba guna. Sarana penunjang yang lain yaitu lapangan olah
raga dan lapangan upacara.
2. Visi dan Misi SDIT Nurul Islam
Visi SDIT Nurul Islam adalah menjadi sekolah dasar unggulan dan
berkualitas yang berkomitmen mengimplementasikan sistem pendidikan Islam.
Adapun misi SDIT Nurul Islam adalah:
a. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengintegrasikan ilmu qauliyah
dan kauniyah, iman, ilmu serta amal ruhiyah dan jasadiyah dalam
lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan islami.
b. Menyelenggarakan pendidikan dasar untuk menghasilkan lulusan yang
beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berkepribadian
mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan sehat, kuat dan terampil.
c. Menyelenggarakan pendidikan dasar yang mengembangkan bakat, minat
dan potensi siswa di bidang akademik, bakat, minat, serta penguasaan
teknologi informasi.
Berikut ini merupakan target bagi siswa-siswa SDIT Nurul Islam Tengaran
selama 6 tahun, yaitu:
83
a. Cerdas dan Unggul : 1) Nilai 5 bidang studi tuntas; 2) Tartil Baca Al
Quran; 3) Hafal Juz 29 & 30; 4) Memiliki kemampuan membaca efektif;
5) Kemampuan komunikasi baik.
b. Sholeh : 1) Sholat dengan kesadaran; 2) Berbakti pada orang tua; 3)
Disiplin; 4) Percaya diri; 5) Senang membaca; 6) Perilaku sosial baik; 7)
Memiliki budaya bersih.
3. Sarana Pendukung Program
Dalam mencapai tujuan pembelajaran SDIT Nurul Islam berusaha
memaksimalkan sarana pendukung program antara lain:
a.
Interaksi Guru dengan Murid
1) Guru memiliki komitmen secara personal maupun bersama untuk
membangun karakter anak;
2) Adanya komunikasi edukatif yang akrab hangat dan menyenangkan;
3) Adanya penanggungjawab evaluasi perkembangan kepribadian siswa (guru
mentoring).
b. Proses KBM
1) Proses KBM dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan;
2) Adanya eksplorasi (review materi) yang menyenangkan;
3) Tersedianya peraga yang memadai.
c. Layanan Parenting
1) Kajian 2 bulanan untuk setiap angkatan;
84
2) Wali kelas membantu siswa untuk menemukan bakat spesifik siswa agar
dapat dikembangkan bersama orang tua.
d. Lingkungan
1) Lingkungan hijau, nyaman, dan efektif untuk pembelajaran;
2) Adanya sarana eksplorasi di luar yang menyenangkan;
3) Lingkungan menjadi sumber belajar;
4) Penanganan anak bermasalah
5) Guru mendeteksi sedini mungkin siswa-siswa yang perlu mendapatkan
penanganan baik akademik maupun non akademik
4. Kondisi Siswa SDIT Nurul Islam
Secara akademik kondisi siswa SDIT Nurul Islam masih heterogen,
meskipun selalu diadakan penyaringan bagi calon siswa SDIT Nurul Islam.
Penyaringan dilakukan dalam bentuk tes tertulis bagi calon siswa dan wawancara
bagi calon wali murid. Penyaringan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi wali kelas dalam
kegiatan pembelajaran.
SDIT Nurul Islam sering mengirimkan siswa untuk mengikuti perlombaan
baik di tingkat kecamatan maupun regional. Tidak jarang juga mendapatkan
kejuaran yang cukup membanggakan dari setiap perlombaan yang diikuti. Hal ini
pula yang menarik minat para calon siswa dan calon wali murid untuk
mendaftarkan anak-anaknya ke SDIT Nurul Islam Tengaran.
85
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan bahwa jumlah siswa
SDIT
DIT Nurul Islam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Grafik Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
402
423
451
359
294
242
175
125
55
2001/2002
2003/2004
2005/2006
2007/2008
2009/2010
Jumlah Siswa
Gambar 7. Grafik
k Jumlah Siswa SDIT Nurul Islam
5. Kurikulum di SDIT Nurul Islam
Kurikulum yang digunakan SDIT Nurul Islam adalah KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan). SDIT Nurul Islam menerap
menerapkan KTSP sejak tahun
2007.. Kegiatan pembelajaran di kelas bawah menggunakan pendekatan tematik
dan di kelas atas pembelajaran dilakukan secara terpisah
terpisah-pisah
pisah antara mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu di kelas
bawah diampu oleh guru kelas atau wali kelas dan di kelas atas diampu oleh guru
mata pelajaran.
Waktu belajar di SDIT Nurul Islam selama 5 hari mulai hari Senin sampai
hari Jum’at. Hari Sabtu para siswa mengikuti program ekstrakurikuler
kurikuler yang
86
diselenggarakan sekolah bekerjasama dengan lembaga lain. Di samping
ekstrakurikuler pada hari Sabtu juga dilakukan pengayaan bagi siswa yang
prestasinya sudah mencapai KKM dan perbaikan bagi siswa yang belum mencapai
KKM. Adapun pembagian jadwal pelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pelajaran SDIT Nurul Islam Tahun Ajaran 2009/2010
Kegiatan
Waktu
Senin-Kamis
Jum’at
Sabtu
07.30 – 08.00
Tahfidzul Qur’an
Tahfidzul Qur’an
Senam
08.00 – 09.10
KBM
KBM
Ekstra
09.10 – 09.20
Istirahat
Istirahat
Pengayaan & Perbaikan
09.20 – 10.30
KBM
KBM
10.30 – 11.40
KBM
KBM
11.40 – 12.50
Makan & sholat
Makan & sholat
12.50 – 14.00
KBM
Mentoring
Pulang 10.00
Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SDIT Nurul Islam adalah:
Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), PKn
(Pendidikan Kewarganegaraan), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab,
Bahasa Jawa, BTAQ (Baca Tulis Al Qur’an), TIK (Teknologi Informasi dan
Komputer). Untuk program ekstrakurikuler yang diselenggarakan meliputi:
pramuka, karate, komputer, Bahasa Inggris, renang, sepakbola, badminton. SDIT
Nurul Islam mempunyai suatu program yang bertujuan untuk mendekatkan
hubungan guru dengan siswa yaitu mentoring. Dalam kegiatan mentoring biasanya
87
guru mengambil materi di luar mata pelajaran yang dapat membangkitkan
semangat belajar siswa dan dapat menjadi bekal hidup siswa.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa dengan guru,
lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa sekolah dasar yaitu pendekatan
pembelajaran tematik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada siswa
dan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan
profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d. Menyusun rencana pembelajaran yang matang yang sesuai dengan kondisi
siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e. Pemilihan metode mengajar dan alat peraga yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
88
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan pada
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan. Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator antara 60% - 75% (sesuai dengan Standar Kriteria
Ketuntasan Minimal masing-masing mata pelajaran). Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh Tim guru kelas II mata pelajaran Matematika
semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 di SDIT Nurul Islam Tengaran adalah
sebesar 70, artinya siswa dinyatakan mencapai kompetensi dasar apabila telah
mencapai nilai minimal sama dengan atau lebih besar dari nilai KKM yang telah
ditetapkan yaitu 70.
Adapun penentuan nilai KKM mata pelajaran Matematika kelas II SDIT
Nurul Islam Tengaran secara rinci terangkum dalam tabel berikut ini:
89
Tabel 3. Penentuan KKM Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
SDIT NURUL ISLAM TENGARAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Kelas
Semester
: II
: Satu (ganjil)
Standar Kompetensi/Kompetensi
Dasar/Indikator
1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 500
1.1. Membandingkan bilangan sampai 999
1.1.1 Menentukan bahwa kumpulan benda lebih
banyak, lebih sedikit, atau sama dengan
kumpulan lain.
1.1.2 Menentukan suatu bilangan lebih besar,
lebih kecil, atau sama besar dengan
bilangan lain
1.2. Mengurutkan bilangan sampai 999
1.2.1. Menyebutkan nama dan lambang sampai
999
1.2.2. Menyusun bilangan-bilangan dari terkecil
ke terbesar atau sebaliknya
1.2.3. Membedakan bilangan genap dan ganjil
1.2.4. Membilang loncat 2,5, dan 10
1.3. Menentukan nilai, tempat ratusan,
puluhan, dan satuan
1.3.1 Menyebutkan nilai tempat ratusan,
puluhan, dan satuan
1.3.2. Menyebutkan nilai angka ratusan,
puluhan, dan satuan
1.3.3. Menulis bentuk panjang dua angka
1.3.4. Menulis bentuk panjang tiga angka
1.4. Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 500
1.4.1. Melakukan penjumlahan tiga bilangan
tanpa menyimpan
1.4.2. Melakukan penjumlahan tiga bilangan
dengan menyimpan
1.4.3. Melakukan pengurangan tiga bilangan
tanpa meminjam
1.4.4. Melakukan pengurangan tiga bilangan
dengan meminjam
1.4.5. Melakukan penjumlahan dan pengurangan
tiga suku bilangan
1.4.6. Melakukan operasi hitung campuran
1.4.7. Memecahkan soal cerita yang
mengandung penjumlahan dan
pengurangan.
1.4.8. Mengubah kalimat pengurangan ke bentuk
penjumlahan atau sebaliknya.
2. Menggunakan pengukuran waktu,
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
Penentuan
KKM
Kompleksitas
Sarana
Pendukung
Inteks
Siswa
75
65
80
75
75
65
80
75
73
70
75
70
70
65
75
70
73
63
70
60
75
65
75
60
73
70
75
75
70
70
70
70
73
73
70
70
70
70
75
75
68
65
70
70
65
60
70
65
70
60
70
75
63
60
60
65
65
60
65
70
65
60
70
70
63
60
65
65
63
60
60
65
90
panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah
2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan
satuan jam
2.1.1. Membaca dan menentukan tanda waktu
yang ditunjukkan jarum jam (1 dan ½)
2.1.2. Menuliskan tanda waktu yang ditunjuk
jarum jam
2.1.3. Menyatakan lama waktu kegiatan dalam
satuan jam
2.2. Menggunakan alat ukur panjang tidak
baku dan baku (cm,m) yang sering
digunakan.
2.2.1. Menentukan benda yang lebih panjang,
lebih pendek, atau sama panjang dengan
benda yang lain
2.2.2. Mengukur panjang benda dengan satuan
tidak baku
2.2.3. Mengukur benda dengan satuan baku yang
sering digunakan
2.2.4. Menaksir panjang benda dengan satuan
yang sesuai
2.2.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan panjang benda
2.3. Menggunakan alat ukur berat
2.3.1. Menentukan benda yang lebih berat,
lebih ringan, atau sama berat dengan
benda lain
2.3.2. Mengukur berat benda
2.3.3. Mengukur benda dengan satuan buku
yang sering digunakan (ons, kg, dan
gram)
2.3.4. Menaksir berat benda dengan satuan yang
sesuai
2.3.5. Memilih alat ukur yang sesuai untuk
mengukur berat benda yang diukur
2.3.6. Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan berat benda
Rata-rata KKM
75
70
80
75
73
70
75
70
68
65
75
70
73
70
75
75
70
65
75
75
73
70
75
75
70
65
75
70
68
65
70
65
73
70
75
75
73
70
75
70
73
70
75
70
70
65
70
75
73
70
75
75
68
65
70
70
70
Setiap mata pelajaran harus menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan memperhatikan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas,
serta kemampuan sumber daya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
harus dicapai oleh siswa untuk mata pelajaran Matematika kelas IID adalah 70.
91
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi mata
pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap tingkat atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Kompetensi adalah
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan
dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Kompetensi
dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator. Pada semester ganjil
tahun 2009/2010 standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika, secara rinci tertuang dalam tabel 4 berikut:
Tabel 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Semester Ganjil.
Standar Kompetensi
Menggunakan pengukuran
waktu, panjang, dan berat
dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
2.1. Menggunakan alat ukur waktu dengan
satuan jam
2.2. Menggunakan alat ukur panjang dengan
satuan m (meter) dan cm (centimeter)
2.3. Menggunakan alat ukur berat dengan
satuan kg, gram, dan ons.
B. Refleksi Awal
Seperti telah disinggung di bab awal bahwa hasil tes kemampuan awal
menunjukkan 9 siswa dari 24 siswa memperoleh hasil kurang dari KKM yang
ditentukan sebesar 70 seperti terlihat pada tabel 5 berikut:
92
Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan
No
Nama Siswa
Nilai
No
Nama Siswa
Nilai
1
Andika Wahyu K
60
13
Rifqa Mijwad Aula
60
2
Candra Darmawan
70
14
Zaky Iqbal Firmansyah
70
3
A. Abdurrahman Zaki
80
15
Anisatul Auliya
80
4
Al Muflihun Fiyansyah
75
16
Alifa Zakiyyah Azzuhra
70
5
Al Raihan Rafi
75
17
Annisa Firda Amalia
75
6
Imam Muhammad M.
55
18
Fadia Anzar Salamah
60
7
M. Arif Wicaksono
75
19
Hanifah Wulan Afianti
65
8
M. Akbar Angga Agasta
70
20
Muna Afidatin
70
9
M. Fadhil Abdillah
80
21
Riski Widyaningsih
70
10
M. Wahyu Andika
60
22
Rizqi Animah
65
11
M. Abdul Rahim
50
23
Shafira Selena Orlin
55
12
Nur M. Saiful Ummam
75
24
Syifa Annisa
75
Jumlah Siswa :
L
= 14
P
= 10
Jumlah = 24
Hasil Tes :
Jumlah nilai kurang dari KKM
= 9
Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15
Dari identifikasi awal bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
siswa dalam mata pelajaran Matematika belum sepenuhnya mencapai KKM yang
ditentukan. Diduga pendekatan pembelajaran tematik belum dilaksanakan dengan
baik dan benar terhadap segala aspek siswa sehingga siswa malas untuk belajar
dan kualitas pembelajaran masih rendah.
Di samping guru melakukan pengamatan terhadap prestasi belajar siswa
guru juga mengamati kualitas pembelajaran yang berlangsung di kelas IID. Hasil
pengamatan terhadap kualitas pembelajaran siswa sebelum dilakukan tindakan
adalah masih buruk, yaitu hanya mencapai 63%. Hal ini dikarenakan proses
76
pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang
maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Berikut
ini merupakan aspek-aspek kualitas pembelajaran yang dinilai oleh teman sejawat
sebagai kolaborator.
Tabel 6. Indikator Penilaian Kualitas Pembelajaran
No.
Indikator yang dinilai
1.
Strategi pengelolaan pembelajaran
2.
Strategi pengorganisasian pembelajaran
3.
Strategi penyampaian pembelajaran
Perincian penilaian masing-masing indikator dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “amat baik” jika nilainya
mencapai nilai antara 90% sampai 100%
2. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “baik” jika nilainya mencapai
nilai antara 75% sampai 89%
3. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “sedang” jika nilainya mencapai
nilai antara 65% sampai 74%
4. Aspek kualitas pembelajaran yang dinilai “kurang” jika nilainya kurang
dari 65%
Secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih
jauh dari standar kualitas pembelajaran yang baik. Hal ini dikarenakan proses
pembelajaran yang masih konvensional sehingga belum ada perhatian yang
maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran.
77
Permasalahan ini harus segera diatasi, agar tidak berlarut-larut dan tidak
menjadi masalah dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran Matematika setidaknya semua dapat mencapai KKM sebesar 70.
C. Analisis Pencarian Fakta
Analisis pencarian fakta dilakukan dengan melakukan dialog terbuka
dengan subyek penelitian, yaitu siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran
dengan segala permasalahan dalam pembelajaran tematik. Teman sejawat juga
melakukan observasi dan refleksi aktivitas pembelajaran pada pertemuanpertemuan sebelumnya untuk mengidentifikasi asumsi penyebab masalah.
Beberapa data hasil dialog dengan siswa kelas IID dan diskusi dengan
teman sejawat ternyata memperkuat dugaan bahwa terdapat masalah dalam
pembelajaran tematik yaitu siswa merasa tidak semangat belajar dan merasa bosan
di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan Rifqa Mijwad Aula yang menyatakan
tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran di kelas karena bosan yang akhirnya
menurunkan semangatnya dalam belajar. Lebih jauh dikemukakan oleh teman
sejawat bahwa upaya peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan sarana
prasarana yang memadai dan perencanaan pembelajaran yang matang karena
dalam pembelajaran tematik guru harus menggabungkan beberapa mata pelajaran
dalam satu tema. Dengan demikian hasil refleksi awal dapat diidentifikasi faktor
dan penyebab masalah yang dirangkum dalam tabel 7 berikut:
78
Tabel 7. Asumsi Penyebab Masalah
No
Faktor
1.
Penyebab Masalah
a. Kurang
Siswa
semangat
dalam
belajar
dan
nilai
kemampuan awalnya dibawah KKM.
b. Kualitas pembelajaran yang masih rendah.
c. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri yang baik
2.
a. Kurang memotivasi siswa untuk belajar lebih
Guru
semangat dan aktif.
b. Belum mengembangkan tujuan belajar
3.
Menggunakan
Materi ajar
alat
ukur
dalam
pembelajaran
merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga
memerlukan ketelitian dalam membaca alat ukur.
4.
Proses
pembelajaran
5.
6.
Sarana
Pendekatan
pembelajaran
Tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai
karena perencanaannya tidak matang, selain itu kualitas
proses pembelajaran masih rendah.
Alat peraga yang dibutuhkan tidak memadai.
Belum dilakukan secara komprehensif terhadap segala
aspek siswa yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan.
D. Gambaran Tentang Kondisi Awal Siswa
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal siswa dapat ditentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi dasar yang ditetapkan. Kemampuan awal ini
juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
pembelajaran pada siklus I. Berikut ini akan digambarkan pencapaian kompetensi
yang siswa, yaitu sebagai berikut:
79
Tabel 8. Gambaran Kemampuan Awal Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam
No
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
1
Andika Wahyu K
60
Belum Kompeten
2
Candra Darmawan
70
Kompeten
3
A. Abdurrahman Zaki
80
Kompeten
4
Al Muflihun Fiyansyah
75
Kompeten
5
Al Raihan Rafi
75
Kompeten
6
Imam Muhammad M.
55
Belum Kompeten
7
M. Arif Wicaksono
75
Kompeten
8
M. Akbar Angga Agasta
70
Kompeten
9
M. Fadhil Abdillah
80
Kompeten
10
M. Wahyu Andika
60
Belum Kompeten
11
M. Abdul Rahim
50
Belum Kompeten
12
Nur M. Saiful Ummam
75
Kompeten
13
Rifqa Mijwad Aula
60
Belum Kompeten
14
Zaky Iqbal Firmansyah
70
Kompeten
15
Anisatul Auliya
80
Kompeten
16
Alifa Zakiyyah Azzuhra
70
Kompeten
17
Annisa Firda Amalia
75
Kompeten
18
Fadia Anzar Salamah
60
Belum Kompeten
19
Hanifah Wulan Afianti
65
Belum Kompeten
20
Muna Afidatin
70
Kompeten
21
Riski Widyaningsih
70
Kompeten
22
Rizqi Animah
65
Belum Kompeten
23
Shafira Selena Orlin
55
Belum Kompeten
24
Syifa Annisa
75
Kompeten
Jumlah Siswa :
L
= 14
P
= 10
Jumlah = 24
Hasil Tes :
Jumlah nilai kurang dari KKM
= 9
Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 15
80
E. Deskripsi Penelitian Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Tematik
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan
hasil belajar pada ulangan tengah semester I pencapaian hasil belajar matematika
belum maksimal. Mengingat Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dalam
UN, peneliti mengajukan ijin kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
terutama mata pelajaran Matematika. Penelitian yang dilakukan menerapkan
pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas IID. Dengan berpedoman pada
sumber kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Seluruhnya bersumber pada pencapaian kompetensi di setiap mata pelajaran, untuk
itu peneliti selaku guru kelas bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan
langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:
a. Membuat atau memilih tema
Untuk siklus I peneliti memilih tema “Peristiwa”, alasan pemilihan tema
tersebut adalah: (1) Tema peristiwa tidak terlalu asing bagi siswa dan mudah
dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (2) Tema peristiwa sesuai
dengan perkembangan siswa yang sudah bisa menghubungkan aturan-aturan dan
menghubungkan sebab akibat; (3) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada
pertimbangan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan
siswa; (4) Pemilihan tema peristiwa didasarkan pada pertimbangan mengenai
81
ketersediaan sumber belajar; (5) Tema peristiwa memungkinkan siswa untuk bisa
memahami konsep pengukuran waktu, panjang, dan berat.
b. Melakukan analisis terhadap kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator
yang sesuai dengan tema.
c. Membuat jaringan indikator dengan tema yang dipilih dan analisis terhadap
kompetensi dasar dan indikator, yaitu:
PKn
· Membedakan lingkungan
alam dan lingkungan buatan
IPS
· Menceritakan
peristiwa
penting
dalam
keluarga
u
secara kronologis
· Membuat kronologi
peristiwa
penting
dalam
keluarga
dengan garis waktu
·
·
·
·
Peristiwa
B. Indonesia
Menjawab pertanyaan sesuai dengan isi
teks yang didengar
Menggunakan tanda baca titik, tanda
tanya, dan tanda seru
Menceritakan kembali pengalaman
dalam keluarga.
Membaca teks agak panjang tentang
peristiwa keluarga.
Gambar 8. Jaringan Indikator Siklus I
IPA
· Mengamati perubahan
yang dialami hewan
saat tumbuh
· Menanam biji dan
menceritakan
peristiwa perubahan
yang terjadi pada biji
Matematika
· Membaca dan menentukan
waktu
yang ditunjukkan
dengan jarum jam
· Menuliskan tanda waktu
yang ditunjukkan jarum jam
· Menyatakan lama waktu
kegiatan sehari-hari dalam
satuan jam
82
d. Membuat skenario pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tematik
yang terangkum dalam tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Proses Pembelajaran Tematik pada Siklus I
No.
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal
1.
Pendahuluan
Ø Menyampaikan
Memperhatikan
tujuan pembelajaran
Pre tes
5 menit
penjelasan guru
Mengerjakan tes
15 menit
Kegiatan Inti
Ø Menjelaskan
2.
cara Ø Memperhatikan 100 menit
membaca jarum jam
penjelasan guru
dan cara menulisnya Ø Berperilaku
dengan benar
Ø Memberikan
belajar
contoh
baik
yang
dengan
peristiwa sehari-hari
melaksanakan
dan menentukan lama
semua petunjuk
waktu peristiwa itu
guru
terjadi.
Ø Menyatakan
waktu
lama
kegiatan
sehari-hari
dalam
satuan jam
Ø Meminta siswa untuk Berlatih membuat 60 menit
berlatih
membaca membaca
jarum jam
jarum
jam
Kegiatan Akhir
3.
Penutup
Memberikan postes
Mengerjakan tes
30 menit
83
e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran seperti mengatur tempat
duduk siswa sesuai urutan nomor absensi, menyiapkan buku yang dibutuhkan,
dan menyiapkan jam dinding atau jam beker sebagai alat peraga, serta white
board, spidol, dan lain-lain.
f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran
saat berlangsungnya proses pembelajaran oleh teman sejawat.
g. Menyiapkan soal evaluasi baik untuk pre tes maupun pos tes.
h. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran,
teman sejawat sebagai kolaborator berperan selaku observer dan siswa kelas
IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator
pada intinya adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan
siswa belajar. Di samping itu guru juga berperan sebagai evaluator yaitu
melaksanakan tes untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran. Sebagai
observer teman sejawat bertugas mengamati kualitas pembelajaran.
i. Guru melakukan simulasi pelaksanaan tindakan pada siklus I dan menguji
keterlaksanaannya di lapangan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran tematik sesuai dengan
rencana dalam pembelajaran tematik yang telah disusun. Rencana pembelajaran
siklus I dengan tema peristiwa dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.
84
Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi pelajaran matematika yang diajarkan sebagai
inti pelajaran adalah pengukuran waktu dengan indikator membaca dan
menentukan waktu yang ditunjukkan dengan jarum jam. Pada kegiatan awal guru
mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”. Hal ini
dilakukan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa pada
tema yang akan dibicarakan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilakukan Selanjutnya guru melakukan kegiatan inti yang
dimulai dengan mengadakan tanya jawab tentang peristiwa penting yang sering
terjadi dalam keluarga. Seperti pernikahan, kelahiran, kematian, ulang tahun.
Siswa mendengarkan cerita guru tentang kisah sebuah keluarga yang mulai
dengan pernikahan sampai kelahiran anak ketiga. Berdasarkan cerita tersebut
siswa mengurutkan setiap peristiwa dalam tabel. Dengan berbekal pemahaman
tersebut guru mengenalkan jam kepada siswa. Guru menggunakan jam analog
sebagai alat peraga sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada siswa. Guru
membagi siswa menjadi 6 kelompok, dimana setiap kelompok terdapat satu jam
analog. Berdasarkan perintah guru setiap kelompok memutar jarum jam sesuai
dengan permintaan guru. Misalnya guru mengucapkan pukul 07.00 maka siswa
akan memutar jarum jam panjang di angka 12 dan jarum pendek di angka 7.
Pada akhir kegiatan inti guru mengulang kembali cara membaca jarum
jam. Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindakan lanjut
berupa PR yang akan dinilai pertemuan berikutnya. Penilaian dalam proses,
penilaian PR, dan penilaian hasil belajar merupakan rangkaian penilaian yang
85
dilakukan pada pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik yang pada
akhirnya dapat diketahui sampai dimana kemampuan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Pertemuan ke-2
Pada pertemuan kedua ini indikator yang ingin dicapai adalah menuliskan
tanda waktu yang ditunjukkan jarum jam. Sebelum pembelajaran dimulai guru
membahas PR yang diberikan pada pertemuan yang lalu dan menanyakan
beberapa konsep penting yang sudah dipelajari . Kegiatan pada pertemuan ke-2 ini
diawali dengan tanya jawab tentang contoh lingkungan alam dan lingkungan
buatan. Kemudian guru menuliskan peristiwa yang bisa terjadi di beberapa
lingkungan. Misalnya kebakaran hutan karena kemarau panjang, pencemaran
sungai karena limbah pabrik, jembatan yang putus karena terjangan banjir.
Berdasarkan contoh peristiwa tersebut guru membuat kalimat sederhana yang
menggunakan keterangan waktu sebagai contoh “Pada pukul 09.00 terdengar suara
gunung meletus dari puncak gunung Merapi”. Perwakilan siswa memberikan
contoh kalimat sederhana seperti yang dicontohkan guru. Kegiatan selanjutnya
siswa menuliskan jam pada teks bacaan yang disiapkan guru.
Kegiatan berikutnya adalah membahas latihan yang dikerjakan siswa. Guru
menyuruh siswa untuk menyebutkan mana yang termasuk lingkungan alam dan
mana yang termasuk lingkungan buatan. Guru juga meminta siswa untuk
menemukan cara agar tidak terjadi banjir. Pada akhir kegiatan inti guru menyuruh
perwakilan siswa untuk maju ke depan kelas menceritakan kembali peristiwa
banjir tersebut. Sebagai akhir dari pertemuan ini guru mengajak siswa untuk
86
menyanyikan lagu “Tik Tik Bunyi Hujan”. Tindakan berikutnya mengadakan tes
hasil belajar dan memberikan PR yang akan dinilai pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan ke-3
Pada pertemuan ketiga ini indikator yang ingin dicapai adalah lama waktu
kegiatan sehari-hari dalam satuan jam. Sebelum kegiatan inti dimulai guru
membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya sambil mengulang
beberapa konsep yang penting. Kegiatan ini diawali dengan penjelasan guru
tentang tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyebutkan lama suatu
peristiwa berlangsung. Kegiatan intinya diawali dengan tanya jawab tentang cara
perkembangbiakan pada hewan (melahirkan atau bertelur) dan perkembangbiakan
tumbuhan (dengan bertunas atau dengan biji). Berdasarkan pengetahuan ini siswa
dapat memperkirakan ukuran hewan dan tumbuhan yang masih muda. Siswa
disuruh mengurutkan gambar pertumbuhan hewan dan tumbuhan dengan urut.
Seminggu sebelum pembelajaran ini berlangsung siswa sudah menanam biji
jagung dan biji bayam. Secara berkelompok siswa mengamati perubahan yang
terjadi pada biji yang mereka tanam. Setiap kelompok diminta untuk melaporkan
hasil pengamatannya kepada guru. Hasil pengamatan ini membuat siswa tahu
bahwa pertumbuhan membutuhkan waktu yang cukup lama. Langkah berikutnya
guru mengulangi konsep pengukuran waktu baik cara membacanya maupun cara
menuliskannya.
Setelah menjelaskan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Seperti halnya dengan pertemuan ke-1 dan ke-2 sebelum pembelajaran
ditutup perilaku belajar siswa selalu diamati dan dinilai selama proses belajar.
87
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran guru memberikan PR yang akan
dibahas pertemuan berikutnya.
3. Observasi
Observasi dilakukan teman sejawat sebagai kolaborator pada saat proses
pembelajaran ketika pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3 untuk
mengetahui kualitas pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik selama pembelajaran berlangsung.
a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I
Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku
kolaborator dengan format observasi terfokus pada skor (nilai). Teman sejawat
sebagai kolaborator pada observasi ini menilai kualitas pembelajaran dengan
memberi tanda check list pada indikator yang dinilai. Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran pada siklus I termasuk kategori
”sedang” karena nilai kualitas pembelajaran mencapai 71%. Kualitas pembelajaran
yang belum mencapai target yang maksimal dikarenakan oleh beberapa hal antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Minat dan motivasi belajar siswa yang rendah.
2) Materi yang akan diajarkan belum disajikan dengan baik.
Teman sejawat berharap agar guru lebih banyak memberikan dorongan dan
semangat belajar kepada siswa dan memberikan pemahaman tentang manfaat
belajar Matematika demi masa depan siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut
88
ada satu hal yang dapat dijadikan catatan bagi guru untuk memperbaiki perilaku
belajar siswa yaitu meningkatkan minat belajar siswa.
Menurut The Liang Gie (1994: 28) minat berarti sibuk, tertarik, terlibat
sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.
Minat yang besar akan mendorong seseorang untuk selalu berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Crow
dan Crow (1989: 303) yang mengatakan bahwa minat bisa berhubungan dengan
daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan
orang lain, benda atau kegiatan bisa sebagai pengalaman yang efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Perasaan efektif merupakan aspek yang penting dalam minat, karena
dengan perasaan senang orang akan selalu terikat dan merasa bahagia dalam
berhubungan dengan sesuatu. Sedangkan minat yang menekankan pada aspek
kognitif dikemukakan oleh Winkel (1996: 189) yang mengartikan minat sebagai
kesadaran seseorang bahwa suatu situasi mengandung keterhubungan dengan
dirinya. Orang yang berminat terhadap sesuatu akan memiliki pengertian atau
pemahaman terhadap sesuatu.
Minat yang besar berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan baik karena tidak ada daya tariknya. Bahan pelajaran yang menarik
perhatian siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan. Apabila terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap pelajaran sebaiknya diusahakan agar siswa tersebut
89
memiliki minat yang lebih besar dengan cara memberikan hadiah bagi siswa
karena siswa sekolah dasar lebih mudah disentuh dengan sebuah hadiah.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu
siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila siswa tahu bahwa
hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,
kemungkinkan besar ia akan berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya.
Sedangkan motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri siswa untuk
melakukan kegiatan belajar dalam rangka memenuhi harapan berupa penguasaan
kompetensi akademis (Dimyati dan Mijiyono, 2004: 75).
Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan
dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah
sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada
pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia
mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi
tantangan untuk ditaklukkan dan untuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu
melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau
hambatan dalam belajar.
Guru sebaiknya berperan aktif untuk mendorong siswa agar memiliki citacita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita
anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar mereka.
Guru dapat memberi contoh agar siswa mau mengembangkan imajinasi dirinya
atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya.
90
Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan
menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk lebih giat belajar dan lebih
terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.
Mengenai materi guru harus cermat dan teliti dalam menyampaikan materi
jangan sampai materi yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh siswa.
Pada siklus I guru belum menyajikan materi dengan baik terlihat dari siswa yang
belum siap menerima materi pelajaran karena belum diinformasikan sebelumnya.
Seharusnya sebelum mengajarakan suatu materi sebaiknya siswa diberitahukan
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat menyiapkan
terlebih dahulu materi yang akan dipelajari.
b. Hasil observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus I
Hasil observasi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat
menunjukkan kualitas pembelajaran mencapai nilai 71% sehingga dapat dikatakan
ada peningkatan. Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan tematik pada siklus I dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Kendala yang dialami antara lain: 1) Kemampuan siswa
untuk menulis dengan cepat masih kurang; 2) Guru tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung; 3) Guru lebih cermat
dalam menyusun rencana pembelajaran. Kolaborator berharap agar guru lebih
matang dalam menyiapkan rencana pembelajaran. Dengan harapan kegiatan
pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi dasar yang akan dicapai, paling
tidak semua siswa mencapai KKM sebesar 70.
91
c. Pencapaiaan Kompetensi Dasar menggunakan Pengukuran Waktu
Hasil tes kemampuan awal yang dilakukan guru sebagai peneliti bersama
dengan teman sejawat sebagai kolaborator sebelum dilakukan pembelajaran dan
tindakan pada pertemuan 1, 2, dan 3 pada siklus I terangkum dalam tabel 5.
Sedangkan hasil belajar siswa tentang pencapaian kompetensi dasar menggunakan
pengukuran waktu, setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan tematik
pada siklus I seperti terangkum dalam tabel 10 berikut:
Tabel 10. Hasil Tes Tertulis Pada Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama
Andika Wahyu K
Candra Darmawan
A. Abdurrahman Zaki
Al Muflihun Fiyansyah
Al Raihan Rafi
Imam Muhammad M.
M. Arif Wicaksono
M. Akbar Angga Agasta
M. Fadhil Abdillah
M. Wahyu Andika
M. Abdul Rahim
Nur M. Saiful Ummam
Rifqa Mijwad Aula
Zaky Iqbal Firmansyah
Anisatul Auliya
Alifa Zakiyyah Azzuhra
Annisa Firda Amalia
Fadia Anzar Salamah
Hanifah Wulan Afianti
Muna Afidatin
Riski Widyaningsih
Rizqi Animah
Shafira Selena Orlin
Syifa Annisa
Tes
70
75
80
85
80
65
85
85
85
65
60
80
75
75
85
75
85
60
65
75
75
70
65
75
Keterangan
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Belum kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Belum kompeten
Belum kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Belum kompeten
Belum kompeten
Kompeten
Kompeten
Kompeten
Belum kompeten
Kompeten
92
Jumlah Siswa :
L
= 14
P
= 10
Jumlah = 24
Hasil Tes :
Jumlah nilai kurang dari KKM
= 6
Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 18
Perbandingan prestasi belajar sebelum dengan sesudah pembelajaran pada
siklus I dirangkum dalam tabel 11 berikut:
Tabel 11. Komparasi Kemampuan Awal dan Nilai Siklus I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama
Andika Wahyu K
Candra Darmawan
A. Abdurrahman Zaki
Al Muflihun Fiyansyah
Al Raihan Rafi
Imam Muhammad M.
M. Arif Wicaksono
M. Akbar Angga Agasta
M. Fadhil Abdillah
M. Wahyu Andika
M. Abdul Rahim
Nur M. Saiful Ummam
Rifqa Mijwad Aula
Zaky Iqbal Firmansyah
Anisatul Auliya
Alifa Zakiyyah Azzuhra
Annisa Firda Amalia
Fadia Anzar Salamah
Hanifah Wulan Afianti
Muna Afidatin
Riski Widyaningsih
Rizqi Animah
Shafira Selena Orlin
Syifa Annisa
Hasil penilaian
Kondisi Siklus Selisih
Awal
I
60
70
10
70
75
5
80
80
0
75
85
10
75
80
5
55
65
10
75
85
10
70
85
15
80
85
5
60
65
5
50
60
10
75
80
5
60
75
15
70
75
5
80
85
5
70
75
5
75
85
10
60
60
0
65
65
0
70
75
5
70
75
5
65
70
5
55
65
10
75
75
0
Status
Perubahan
Naik
Naik
Tetap
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Tetap
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Tetap
Tetap
Naik
Naik
Naik
Naik
Tetap
Dari data tabel 10 dan 11 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas
IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 18 siswa,
93
sedangkan sisanya sebanyak 6 siswa masih belum mencapai KKM atau masih
mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh).
Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus
I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 18 siswa mencapai
KKM dan sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM. Padahal kemampuan siswa
sebelum adanya tindakan hanya sebanyak 15 siswa mencapai KKM dan sisanya
sebanyak 9 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus I
Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab
pernyataan tentang:
a. Apa yang berhasil?
1) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus I berhasil meningkatkan
prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 18
siswa mencapai nilai KKM dan ada 6 siswa di bawah KKM. Padahal
sebelum pembelajaran dan tindakan pada siklus I, hasilnya adalah
sebanyak 15 siswa dari 24 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sisanya
9 belum mencapai KKM karena mendapat nilai kurang dari KKM.
2) Guru telah menyediakan persiapan mengajar yaitu dengan desain
pembelajaran dan menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa lembar
pedoman observasi, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran tematik,
dan lembar indikator peningkatan kualitas pembelajaran.
94
3) Sebelum memulai pembelajaran, selain melakukan pre tes guru juga
memaparkan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan tampak
bahwa siswa kurang memperhatikan pemaparan tujuan pembelajaran oleh
guru. Masalah ini diperkirakan penyampaian tujuan pembelajaran pada
kegiatan pembelajaran sehari-hari tidak dilakukan.
4) Saat proses pembelajaran guru melakukan pengaturan tempat duduk untuk
menghindari adanya siswa yang asyik bercerita dengan teman sebangku.
5) Saat proses pembelajaran dilakukan pengelolaan kelas, baik secara
individu maupun kelompok. Pengelolaan secara individu dilakukan saat
siswa melakukan pre tes dan siswa ditunjukkan untuk maju ke depan
membantu guru untuk mendemonstrasi suatu perbuatan. Pengelolaan kelas
secara berkelompok belum berjalan dengan baik karena tidak semua siswa
kelas II SD dapat bekerjasama dengan teman yang lain.
6) Hubungan dan komunikasi guru dengan siswa belum berjalan dengan baik,
karena belum semua siswa berani bertanya. Pertanyaan dari siswa
didominasi oleh beberapa siswa saja.
b. Apa yang belum berhasil?
1) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas belum maksimal terbukti
masih ada siswa yang ramai saat pelajaran. Ada beberapa sebab yang
membuat siswa ramai antara lain karena tidak membawa buku atau alat
peraga yang dibutuhkan sehingga ketika teman yang lain mengikuti
pelajaran dengan baik siswa yang tidak bawa buku akan mengganggu
teman yang lain.
95
2) Masih terdapat beberapa yang kesulitan dalam pembelajaran karena ada
beberapa siswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari gurunya.
Hal ini dilakukan karena kemampuan siswa tersebut di bawah kemampuan
teman-teman yang lain.
3) Penerapan pendekatan pembelajaran tematik belum dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh
mencapai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan
sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 24 siswa, yang
mencapai nilai KKM sebesar 70 sebanyak 18 siswa, sedangkan sisanya 6
siswa masih memperoleh nilai kurang dari KKM sebesar 70.
c. Mengapa itu terjadi?
Dari hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa sumber
utama kurang berhasil dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi
belajar siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran tematik di kelas IID
SDIT Nurul Islam Tengaran dalam pembelajaran pada siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Kemampuan siswa yang tidak sama mempengaruhi kondisi kelas. Hal ini
dikarenakan anak kelas II sekolah dasar belum dapat belajar mandiri
sehingga perlu dibimbing terus oleh gurunya padahal gurunya hanya satu
kalau harus membimbing semua siswa tidak mampu yang akhirnya
membuat siswa yang sudah selesai mengerjakan latihan bermain di kelas.
2) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di kelas maupun dirumah
yang masih kurang.
96
3) Kualitas pembelajaran yang masih rendah tentunya mempengaruhi suasana
pembelajaran di kelas.
d. Selanjutnya Bagaimana?
Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik dan prestasi belajar
yang maksimal, maka perlu dilaksanakan pembelajaran dan tindakan siklus II.
Pada tindakan siklus II perencanaan harus lebih disempurnakan dengan
meningkatkan terhadap sesuatu yang dinilai berhasil tetapi belum optimal pada
siklus I dan menambahkan beberapa aktivitas yang belum dilaksanakan pada
siklus I.
Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakantindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain:
1) Berusaha meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik,
dengan cara memberikan pembinaan terhadap siswa yang kurang minat
belajarnya, memberikan apresiasi terhadap siswa yang menyelesaikan soal
latihan dengan baik dan lebih awal daripada teman-temannya, serta
memberikan pujian terhadap siswa yang mau bertanya kepada guru pada
saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas dan latihan.
2) Berusaha melaksanakan dimensi-dimensi kualitas pembelajaran dengan
baik dengan cara menyusun skenario pembelajaran yang matang dan sesuai
dengan kondisi siswa.
3) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dengan memberikan hadiah
pada siswa yang aktif di kelas. Dengan begitu diharapkan siswa yang
kurang aktif termotivasi untuk lebih aktif di kelas.
97
4) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, dengan cara memberikan arahan kepada siswa untuk
mengerjakan semua PR yang diberikan guru.
5) Meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan menjelaskan
cara pengukuran yang benar dan menggunakan alat peraga yang mudah
ditemukan sehingga siswa dengan mudah dapat mengikuti proses
pembelajaran sampai berhasil mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat
pencapaian kompetensi penuh mencapai KKM secara klasikal 100% dari
seluruh jumlah siswa sebanyak 24 memperoleh nilai KKM lebih dari 70.
F. Deskripsi Penelitian Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I, terutama menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus II
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar
siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam. Prestasi belajar siswa sekurang-kurangnya
mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran
tematik.
Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan
pembelajaran siklus I yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal
100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Adapun rencana
pembelajaran tematik untuk siklus II disusun sebagai berikut:
98
a. Meninjau kembali indikator peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi
belajar melalui penerapan pendekatan tematik dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 1) memperbanyak latihan soal baik di rumah maupun di kelas; 2)
menyiapkan format evaluasi yang sesuai.
b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus II, secara keseluruhan
yang terangkum dalam gambar 9 berikut:
PKn
· Menyebutkan
manfaat
atau
kegunaan lingkungan hewan dan
tumbuhan
IPS
c.
· Menyebutkan
namad. dokumen
nama dan jenis
· Menjelaskan pentingnya
e.
menjaga dokumen dan
koleksi benda
f. berharga
· Menyebutkan
cara
memelihara dokumen
·
·
·
·
Peristiwa
Matematika
Menentukan benda yang lebih panjang
·
atau lebih pendek atau sama panjang
dengan benda lain
Mengukur panjang benda dengan
·
satuan baku dan satuan tidak baku
Menaksir panjang benda dengan satuan
·
yang sesuai dan alat ukur yang sesuai
Menyelesaikan masalah dalam soal
·
cerita yang berkaitan dengan panjang
benda
Gambar 9. Jaringan Indikator Siklus II
B. Indonesia
· Menceritakan kembali isi
dongeng yang didengar
dengan kata-kata sendiri
· Mengajukan
pertanyaan
dengan bahasa yang santun
IPA
Mengidentifikasi
perubahan
pada pertumbuhan hewan dan
tumbuhan
Membedakan benda cair dan
benda padat
Mengenal ciri benda padat dan
benda cair
Mencari contoh benda padat
yang dapat berubah bentuk
99
d. Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran
tematik yang terangkum dalam tebel 14 berikut:
Tabel 12. Proses Pembelajaran pada Siklus II
No
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal
1
Pendahuluan
Menyampaikan tujuan Menjelaskan
pembelajaran
penjelasan guru
Pre tes
Mengerjakan tes
5 menit
20 menit
Kegiatan Inti
2.
Membangun
- Guru
menjelaskan Memperhatikan
120
menit
pengetahuan
cara
menentukan penjelasan guru
sikap
benda
yang
ketrampilan
dan
lebih
panjang atau lebih
pendek atau sama
panjang
dengan
benda lain
- Guru
menjelaskan
cara
mengukur
panjang
benda
dengan satuan baku
dan
satuan
tidak
baku
- Guru
menjelaskan
cara
panjang
menaksir
benda
dengan satuan yang
sesuai dan alat ukur
yang sesuai
100
- Guru
menjelaskan
cara menyelesaikan
masalah dalam soal
cerita yang berkaitan
dengan panjang
Menyuruh
siswa Mengerjakan soal 90 menit
berlatih mengerjakan latihan
soal-soal latihan
Kegiatan Akhir
3.
Penutup
Memberikan Pos tes
Mengerjakan tes
30 menit
e. Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yan mendukung terlaksananya
tindakan pembelajaran seperti menyiapkan alat peraga yang digunakan,
menyiapkan buku pegangan, dan soal-soal latihan.
f. Menyiapkan instrumen observasi untuk mengobservasi kualitas pembelajaran
yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator.
g. Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dan
teman sejawat sebagai kolaborator berperan sebagai observer dan siswa kelas
IID SDIT Nurul Islam sebagai subyek penelitian. Peran guru sebagai fasilitator
adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat menciptakan siswa belajar,
termasuk didalamnya sebagai salah satu sumber belajar dan sebagai motivator.
Guru mampu meningkatkan semangat siswa untuk belajar dan berlatih.
Sebagai observer teman sejawat bertugas untuk mengamati aktivitas siswa dan
perilaku belajar siswa.
h. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di
lapangan.
101
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 9 November 2009
sampai 21 November 2009. Rencana pembelajaran tematik disusun oleh peneliti
untuk 4 kali pertemuan masing-masing pertemuan waktunya 2 jam pelajaran.
Berikut ini merupakan kegiatan dari setiap pertemuan pada siklus II yaitu sebagai
berikut
Pertemuan ke 1
Pada pertemuan ini indikator yang diajarkan yaitu menentukan benda yang
lebih panjang atau lebih pendek atau sama panjang daripada benda lain. Setelah
dilakukan presensi siswa, guru memaparkan tujuan dari pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan membacakan hasil belajar siswa untuk. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan membaca teks tentang pertumbuhan pada hewan dan tumbuhan.
Siswa membacanya secara klasikal. Bacaan tersebut berisi peristiwa perubahan
ukuran pada anak hewan menjadi hewan dewasa dan pertumbuhan biji menjadi
tanaman yang berbuah. Dalam bacaan itu guru menggunakan kata “lebih panjang,
lebih pendek, dan sama panjang”. Langkah selanjutnya guru memberikan konsep
bagaimana menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama
panjang. Guru juga menyuruh siswa secara lisan menyebutkan contoh benda yang
lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang.
Materi selanjutnya adalah menyuruh siswa untuk menyebutkan manfaat
hewan dan tumbuhan bagi kehidupan manusia. Guru menampung semua pendapat
siswa kemudian memilih pendapat yang paling tepat. Guru juga memberikan
contoh peristiwa yang menunjukkan kegunaan atau manfaat hewan dan tumbuhan.
102
Kegiatan siswa berikutnya adalah belajar secara berpasangan (4 - 5 siswa).
Guru menjelaskan tugas siswa yaitu mencari benda kemudian membandingkannya
dengan menggunakan kata lebih panjang, lebih pendek, dan sama panjang. Hasil
pekerjaan mereka dibahas bersama-sama di kelas sehingga siswa mengetahui
kesalahannya. Demikian juga dengan guru dapat mengetahui perubahan siswanya.
Selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan oleh guru.
Sebelum pertemuan ini ditutup guru menguatkan lagi pemahaman siswa dalam
menentukan benda yang lebih panjang, lebih pendek, atau sama panjang. Guru
juga memberikan tugas berupa PR kepada siswa.
Pertemuan ke 2
Indikator yang akan dicapai dalam pertemuan ini adalah mengukur panjang
benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku. Untuk mengingat kembali materi
sebelumnya guru membahas PR yang sudah dikerjakan siswa. Guru juga
menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah siswa melakukan pembelajaran.
Untuk menarik perhatian siswa guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Kasih
Ibu”. Lagu ini sebagai penghantar materi dokumen-dokumen penting dan bendabenda berharga. Dokumen penting biasa berisi tentang suatu peristiwa, seperti akta
kelahiran sebagai bukti atas kelahiran seorang bayi, Buku Nikah sebagai bukti atas
peristiwa pernikahan, Piagam sebagai bukti atas pencapaian prestasi.
Guru menyediakan beberapa contoh dokumen penting kemudian guru
bertanya jawab tentang panjang dan pendek dokumen untuk mengingat materi
yang lalu. Langkah selanjutnya adalah mengukur panjang dokumen dengan satuan
103
tidak baku (jengkal, depa, langkah). Guru menggunakan satuan tidak baku untuk
mengukur beberapa benda yang ada di kelas.
Hasil pengukuran di atas merupakan pengukuran yang dilakukan oleh
siswa. Dengan melibatkan siswa dalam pengukuran, siswa dapat menemukan
secara langsung sehingga memudahkan pemahamannya. Guru membagikan soal
latihan, dimana dalam soal tersebut siswa harus melakukan pengukuran sendirisendiri. Saat siswa melakukan pengukuran guru melakukan penilaian dalam proses
pembelajaran sambil memberikan bimbingan bagi siswa yang kurang paham.
Kegiatan siswa selanjutnya adalah belajar mengukur benda dengan satuan baku.
Dalam pembelajaran ini guru menyediakan alat pengukuran baku yaitu penggaris,
materan pita, meteran gulung. Guru juga menjelaskan bahwa satuan yang
digunakan di kelas II hanya dua, yaitu “cm” (sentimeter) dan “m” (meter). Guru
melakukan hal yang sama untuk menjelaskan cara mengukur benda dengan satuan
baku Untuk mengecek pemahaman siswa, guru memberikan pertanyaan secara
lisan. Setelah menguatkan pemahaman siswa guru membagikan soal evaluasi
untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa. Di akhir pertemuan guru
membagikan PR yang akan dibahas pada pertemuan mendatang
Pertemuan ke 3
Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menaksir panjang
benda dengan satuan yang sesuai dan alat ukur yang sesuai. Kegiatan awal yang
dilakukan sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu membahas PR
dan menyebutkan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti diawali dengan mengulang
konsep satuan baku dan satuan tidak baku dalam pengukuran. Kegiatan guru
104
selanjutnya adalah menjelaskan cara mengubah satuan baku, misalnya 1 m = 100
cm dan 100 cm = 1 m. Untuk menamamkan konsep tersebut guru menyuruh siswa
berpasangan untuk memasukkan sedotan yang panjangnya 1 cm ke dalam pita
yang panjangnya 1 m. Dengan kegiatan ini siswa dapat membuktikan sendiri
bahwa panjang 1 pita sama dengan 100 sedotan yang berarti panjang 1 m sama
dengan 100 cm. Pemahaman ini dapat membantu siswa untuk menentukan satuan
dan alat pengukuran yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah menyuruh siswa
mengerjakan soal evaluasi dan membagikan PR kepada siswa. Pertemuan ini
diakhiri dengan tanya jawab berantai.
Pertemuan ke 4
Pada pertemuan ini indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan
masalah dalam soal cerita yang berkaitan dengan panjang. Pertemuan ini diawali
dengan pembahasan PR dan pemaparan tujuan pembelajaran oleh guru. Kegiatan
yang dilakukan guru adalah meminta siswa menyebutkan benda sebanyak-banyak
dan menuliskannya di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan teka-teki kepada
siswa dan bagi siswa yang dapat menjawab akan mendapat hadiah. Teka-teki
tersebut adalah “Semua orang membutuhkan ku. Banyak ikan yang mati kalau aku
tidak ada. Aku dibutuhkan saat orang merasa haus. Siapakah aku”? Dengan
jawaban air akan digunakan guru untuk menyebutkan ciri-ciri benda cair dan
benda padat. Selanjutnya guru menyuruh perwakilan siswa untuk melingkari nama
benda yang tertulis di papan tulis untuk benda padat menggunakan spidol warna
merah dan benda cair menggunakan spidol warna biru.
105
3. Observasi
a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus II
Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku
kolaborator dengan format observasi yang dinilai dengan memberikan tanda check
list. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan kualitas
pembelajaran. Pada siklus II ini kualitas pembelajaran dikategorikan baik karena
mencapai nilai 85%.
Peningkatkan kualitas pembelajaran dinilai belum maksimal oleh
kolaborator, hal ini dikerenakan antara lain: 1) ada beberapa siswa yang belum
mampu bekerja dalam kelompok sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran dengan
baik; 2) guru belum mempunyai hubungan yang aktif dengan orang tua.
Sedangkan peningkatan kualitas pembelajaran yang cukup signifikan
dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan pendekatan pembelajaran tematik.
Selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung siswa tampak mengikuti
kegiatan dan aktivitas pembelajaran dengan antusias. Hal ini terbukti dengan
banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan tentang kesulitan yang sedang
dialami. Selain itu juga terlihat dari hampir semua siswa mengerjakan pekerjaan
rumah dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
b. Prestasi Belajar Siswa Kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran Tahun
Ajaran 2009/2010 pada Siklus II
Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan
oleh guru sebagai peneliti. Berikut ini merupakan rangkuman hasil tes tertulis
siswa yaitu sebagai berikut:
106
Tabel 13. Prestasi Belajar pada Siklus II
No
Nama
Tes
Keterangan
1 Andika Wahyu K
70
Kompeten
2 Candra Darmawan
85
Kompeten
3 A. Abdurrahman Zaki
90
Kompeten
4 Al Muflihun Fiyansyah
90
Kompeten
5 Al Raihan Rafi
85
Kompeten
6 Imam Muhammad M.
70
Kompeten
7 M. Arif Wicaksono
90
Kompeten
8 M. Akbar Angga Agasta
85
Kompeten
9 M. Fadhil Abdillah
95
Kompeten
10 M. Wahyu Andika
65
Belum kompeten
11 M. Abdul Rahim
60
Belum kompeten
12 Nur M. Saiful Ummam
90
Kompeten
13 Rifqa Mijwad Aula
85
Kompeten
14 Zaky Iqbal Firmansyah
85
Kompeten
15 Anisatul Auliya
95
Kompeten
16 Alifa Zakiyyah Azzuhra
85
Kompeten
17 Annisa Firda Amalia
90
Kompeten
18 Fadia Anzar Salamah
60
Belum kompeten
19 Hanifah Wulan Afianti
70
Kompeten
20 Muna Afidatin
90
Kompeten
21 Riski Widyaningsih
85
Kompeten
22 Rizqi Animah
85
Kompeten
23 Shafira Selena Orlin
70
Kompeten
24 Syifa Annisa
85
Kompeten
Jumlah Siswa :
Hasil Tes :
L
= 14
Jumlah nilai kurang dari KKM
= 3
P
= 10
Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 21
Jumlah = 24
Pada
siklus
II
prestasi
belajar
mengalami
peningkatan
apabila
dibandingkan dengan prestasi belajar pada siklus I. Perbandingan prestasi belajar
sebelum dan sesudah tindakan pada siklus II dapat dilihat dari rangkuman dalam
tabel 16 berikut:
107
Tabel 14. Komparasi Nilai pada SiklusI dan Nilai pada Siklus II
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama
Andika Wahyu K
Candra Darmawan
A. Abdurrahman Zaki
Al Muflihun Fiyansyah
Al Raihan Rafi
Imam Muhammad M.
M. Arif Wicaksono
M. Akbar Angga Agasta
M. Fadhil Abdillah
M. Wahyu Andika
M. Abdul Rahim
Nur M. Saiful Ummam
Rifqa Mijwad Aula
Zaky Iqbal Firmansyah
Anisatul Auliya
Alifa Zakiyyah Azzuhra
Annisa Firda Amalia
Fadia Anzar Salamah
Hanifah Wulan Afianti
Muna Afidatin
Riski Widyaningsih
Rizqi Animah
Shafira Selena Orlin
Syifa Annisa
Hasil penilaian
Status
Siklus I Siklus II Selisih Perubahan
70
70
0
Tetap
75
85
10
Naik
80
90
10
Naik
85
90
5
Naik
80
85
5
Naik
65
70
5
Naik
85
90
5
Naik
85
85
0
Tetap
85
95
10
Naik
65
65
10
Naik
60
60
0
Tetap
80
90
10
Naik
75
85
10
Naik
75
85
10
Naik
85
95
10
Naik
75
85
10
Naik
85
90
5
Naik
60
60
0
Tetap
65
70
5
Naik
75
90
15
Naik
75
85
10
Naik
70
85
15
Naik
65
70
5
Naik
75
85
10
Naik
Dari data tabel 15 dan 16 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas
IID sebanyak 24 siswa yang telah mencapai KKM 70 adalah sebanyak 21 siswa,
sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa masih belum mencapai KKM atau masih
mendapat nilai kurang dari 70 (tujuh puluh).
Berdasarkan data ini dapat diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus
II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu sebanyak 21 siswa mencapai
108
KKM dan sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM. Padahal sebelum
pembelajaran pada siklus I, hasil kemampuan awal sebanyak 18 siswa mencapai
KKM dan sisanya sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian Pada Siklus II
Refleksi implementasi upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran tematik akan menjawab
pernyataan tentang:
1) Apa yang berhasil?
a) Implementasi pembelajaran tematik pada siklus II berhasil meningkatkan
prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. Hal ini terbukti terdapat 21
siswa mencapai nilai KKM dan ada 3 siswa di bawah KKM. Peningkatan
juga terjadi pada kualitas pembelajaran yang mencapai nilai 85%.
b) Secara umum pembelajaran tematik memberikan suasana yang berbeda
kepada siswa. Pada siklus I masih ada siswa tidak mau mengerjakan latihan
yang diberikan guru, tetapi pada siklus II siswa tersebut sudah mau
mengerjakan soal latihan dan evaluasi meskipun hasilnya di bawah KKM.
c) Siswa yang sebelumnya tidak mempunyai tanggung jawab atas kelompok
pada siklus kedua ini sudah menunjukkan rasa tanggung jawabnya,
meskipun belum bisa memberikan pendapat dalam memecahkan persoalan.
d) Ada beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk menyampaikan dua
sampai tiga mata pelajaran sekaligus sehingga guru tidak perlu menyiapkan
alat peraga untuk tiap-tiap mata pelajaran.
109
e) Pada siklus II ini guru sudah menikmati kegiatan pembelajaran sehingga
guru tidak merasa terbebani, malahan guru semakin terampil dalam
menerapkan pembelajaran tematik.
2) Apa yang belum berhasil?
Guru belum dapat mengatasi siswa yang kurang kemampuannya yang
menyebabkan kelas manjadi ramai. Hal ini menjadi dilema bagi guru karena
ketika guru memilih untuk melanjutkan materi, siswa yang kurang
kemampuannya akan semakin tertinggal, tetapi jika guru tidak melanjutkan
materi siswa yang kemampuannya tinggi akan ramai di kelas.
3) Mengapa itu terjadi?
Hal ini terjadi karena pengelolaan kelas yang belum baik karena pada saat
pembelajaran Matematika kegiatan anak adalah melakukan percobaan
menggunakan alat peraga. Jumlah antara alat peraga dengan jumlah siswa
tidak sama sehingga menimbulkan antrian saat menggunakan alat peraga
secara bergantian.
4) Selanjutnya Bagaimana?
Beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditumbuhkan pada tindakantindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I antara lain:
a) Meminta pada pihak sekolah untuk menyediakan alat peraga yang
dibutuhkan atau menggunakan alat peraga yang tersedia di lingkungan
sehingga mudah untuk didapatkan.
b) Mengajak siswa untuk belajar sambil berekreasi dengan harapan siswa
lebih semangat lagi dalam pembelajaran.
110
c) Mengingat masih ada siswa yang belum mencapai KKM dan kualitas
pembelajaran belum mencapai 100% maka peneliti mengadakan siklus III.
G. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Siklus III
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II, utamanya menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan untuk siklus
III sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar
siswa kelas IID di SDIT Nurul Islam Tengaran. Prestasi belajar siswa diharapkan
mencapai nilai KKM sebesar 70 melalui penerapan pendekatan pembelajaran
tematik.
Rencana pembelajaran ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan
pembelajaran siklus II yang dinilai belum dapat mencapai KKM secara klasikal
100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 24 siswa. Terbukti dari jumlah
keseluruhan 24 siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa, sedangkan sisanya
3 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Adapun rencana pembelajaran
tematik untuk siklus III disusun sebagai berikut:
a. Melakukan analisis ulang terhadap hasil pengamatan untuk mengetahui
penyebab-penyebab yang membuat siswa tidak dapat mencapai nilai KKM.
b. Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus III. Pada siklus III
peneliti bersama teman sejawat kembali menentukan tema yaitu
“Rekreasi”, alasan pemilihan tema ini adalah sebagai berikut: (1) Tema
111
Rekreasi mudah dipergunakan untuk memadukan beberapa mata pelajaran;
(2) Tema rekreasi sesuai dengan perkembangan siswa yang suka bermain;
(3) Pemilihan tema rekreasi didasarkan pada pertimbangan mengenai
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan tema yang dipilih
yaitu “Rekreasi” maka secara keseluruhan yang terangkum dalam gambar
10 berikut:
B. Indonesia
· Melengkapi teks sesuai dengan yang didengarkan
· Menjelaskan urutan kegiatan sehari-hari dengan
bahasa yang runtut dan mudah dipahami
IPS
· Menceritakan
peristiwa
yang
terkesan tentang diri
dan keluarga
· Membaca data dari
dokumen
Rekreasi
IPA
· Mencari benda padat yang
berubah menjadi benda cair
dan sebaliknya
· Menggunakan
kegunaan
benda di sekitar
· Memperagakan
kegunaan
benda dengan tepat
·
·
·
·
PKn
· Menunjukkan sikap
mencintai
dengan
menjaga lingkungan
Matematika
Menentukan benda yang lebih berat,
lebih ringan, atau sama berat dengan
benda lain
Mengukur berat benda dengan
satuan baku dan satuan tidak baku
Menaksir berat benda dengan satuan
yag sesuai dan alat ukur yang sesuai
Menyelesaikan masalah dalam soal
cerita yang berkaitan dengan berat
benda
Gambar 10. Jaringan Indikator Siklus III
112
c. Membuat skenario pembelajaran pada siklus III yang menerapkan
pembelajaran tematik.
Tabel 15. Proses Pembelajaran pada Siklus III
No
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Kegiatan Awal
1
Pendahuluan
Menyampaikan tujuan Menjelaskan
pembelajaran
penjelasan guru
Pre tes
Mengerjakan tes
5 menit
20 menit
Kegiatan Inti
2.
100
· Menentukan benda Memperhatikan
yang lebih berat, penjelasan guru
pengetahuan
menit
lebih ringan, atau
sikap
dan
sama berat dengan
ketrampilan
benda lain
· Mengukur
berat
benda dengan satuan
baku dan satuan
tidak baku
· Menaksir
berat
benda dengan satuan
yag sesuai dan alat
ukur yang sesuai
· Menyelesaikan
masalah dalam soal
cerita yang berkaitan
dengan berat benda
Menyuruh
siswa Mengerjakan soal 60 menit
Membangun
berlatih mengerjakan latihan
soal-soal latihan
Kegiatan Akhir
3.
Penutup
Memberikan Pos tes
Mengerjakan tes
25 menit
113
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus III dilaksanakan dalam waktu 2 minggu mulai 23 November 2009
sampai 3 Desember 2009. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah:
Pertemuan ke 1
Terdapat dua indikator yang ingin dicapai dalam pertemuan ini yaitu
menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda
lain dan mengukur berat benda dengan satuan baku dan satuan tidak baku.
Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu “Bertamasya”. Pada pertemuan ini
guru memberikan contoh benda yang lebih berat dan yang lebih ringan, serta yang
sama berat. Siswa juga disuruh menyebutkan contoh benda yang lebih berat dan
yang lebih ringan, serta yang sama berat. Pembahasan materi ini tidak
membutuhkan waktu yang lama karena konsepnya hampir sama dengan
pengukuran panjang yang sudah dipelajari sebelumnya.
Untuk mengukur berat benda dengan satuan tidak baku guru menggunakan
timbangan neraca, misalnya berat 1 melon sama dengan 8 jeruk. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan menimbang dengan satuan tidak
baku. Kegiatan berikutnya adalah mengukur berat benda dengan satuan baku.
Guru menggunakan timbangan duduk, timbangan makanan, dan timbangan badan
sebagai alat peraga. Guru juga menyebutkan 3 satuan baku yaitu kilogram (kg),
ons, dan gram (g). Siswa diajari cara membaca timbangan tentunya melibatkan
beberapa siswa karena dengan learning by doing akan membuat pelajaran lebih
bermakna.
114
Dengan timbangan yang tersedia siswa menimbang beberapa benda dan
menentukan beratnya. Termasuk juga menimbang benda padat dan benda cair
untuk mengingatkan siswa terhadap materi yang sudah diajarkan. Untuk
menguatkan pemahaman siswa guru menyuruh 3 siswa menimbang berat
badannya dan siswa yang lain mencatat berat ketiga siswa tersebut.
Sebelum diakhiri guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Ternyata ada siswa yang bertanya “mana yang lebih berat gula apa
garam”? untuk menjawabnya guru menjelaskan bahwa berat benda ditentukan
satuannya bukan bentuk dan jumlahnya. Seperti biasa guru membagikan soal
evaluasi dan PR kepada siswa. Sebelum pulang guru mengingatkan siswa untuk
menyiapkan pelajaran pada pertemuan yang akan datang.
Pertemuan ke 2
Pertemuan kedua ini membahas satuan dan alat ukur yang sesuai untuk
benda. Guru berharap dengan tema rekreasi siswa akan lebih semangat untuk
belajar. Oleh karena itu, guru mengajak siswa berekreasi ke Taman Bermain Rawa
Permai. Dengan belajar di tempat wisata dapat menghilangkan kejenuhan siswa
yang selama ini hanya belajar di sekolah. Awalnya guru agak kesulitan untuk
mengendalikan siswa yang langsung berhamburan saat tiba di tempat wisata. Guru
menyadari bahwa siswa kelas II SD masih suka bermain sehingga guru memberi
waktu sejenak kepada siswa untuk bermain. Saat siswa bermain guru dan teman
sejawat menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.
Beberapa saat setelah selesai melakukan persiapan guru mengumpulkan siswa
untuk mulai pembelajaran. Siswa duduk melingkar di atas tikar dan guru mulai
115
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan diawali dengan
penjelasan guru tentang cara mengubah satuan berat. Guru menyuruh siswa
menyebutkan tiga satuan baku yaitu kg, ons, dan gram. Di depan guru tersedia tiga
timbangan yang pada pertemuan sebelumnya sudah digunakan. Pada timbangan
makanan tertulis tiga satuan tersebut berikut angka, yaitu 1 kg = 1000 gram, 1 kg =
10 ons, dan1 ons = 100 gram.
Guru lebih menekankan konsep bahwa 1 kg = 10 ons karena satuan ini
yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan siswa
menerima konsep ini guru menyediakan 50 bungkus kacang hijau dimana berat
setiap bungkus adalah 1 ons. Guru memberi kesempatan kepada siapa yang mau
memperagakan di depan. Tugas siswa yang berada di depan adalah mengambil
bungkusan sesuai dengan perintah guru, misalnya guru menyuruh mengambil 3 kg
berarti siswa mengambil 30 bungkus kacang hijau. Kegiatan selanjutnya adalah
membagi siswa menjadi 8 kelompok dan tugas mereka menentukan satuan yang
sesuai untuk benda-benda di sekitar tempat wisata dan menentukan wujud benda
serta menuliskan kegunaannya. Hasil kerja kelompok dibahas bersama-sama dan
diselingi hiburan dari siswa yang menyanyikan beberapa lagu.
Kegiatan dilanjutkan dengan menunjukkan sikap mencintai lingkungan
sekitar. Guru menyuruh siswa menyebutkan beberapa contoh perilaku menjaga
lingkungan. Perilaku tersebut kemudian dipraktekkan bersama-sama di lingkungan
tempat wisata, seperti mengambil sampah yang berhamburan, mencabuti rumputrumput liar, memotong daun-daun yang sudah kering, dan membersihkan tempat
116
yang tadi gunakan untuk belajar. Dalam kegiatan ini siswa memperagakan cara
penggunaan benda seperti sapu dan pisau.
Untuk mengabadikan kegiatan belajar di tempat wisata guru mengajak
siswa untuk berfoto bersama-sama sehingga meskipun lelah anak-anak tetap
semangat. Kegiatan di Rawa Permai diakhiri dengan mengerjakan soal evaluasi
yang jumlahnya lebih sedikit dari evaluasi-evaluasi sebelumnya. Siswa juga
diminta untuk menuliskan kesan selama belajar di Taman Bermain Rawa Permai.
Pertemuan ke 3
Pada pertemuan ini guru tidak membahas PR karena kemarin tidak ada PR.
Pada kesempatan ini guru ingin mengetahui seberapa kesiapan siswa untuk
menerima pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari apakah siswa sudah mengetahui
materi yang akan dipelajari. Apabila dapat menyebutkan materi yang akan
dipelajari tentunya siswa dapat memaparkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Indikator yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah dalam soal
cerita yang berkaitan dengan berat benda. Untuk membantu kesiapan siswa dalam
belajar guru memberikan pertanyaan yang dapat mengingatkan siswa kepada
materi-materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini diawali dengan
menuliskan cerita belajar di Taman Bermain Rawa Permai dengan bahasa yang
runtut dan mudah dipahami. Siswa juga diminta untuk memperhatikan penggunaan
huruf kapital dan penggunaan tanda baca. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan
kepada guru, kemudian guru membacakan teks bacaan tentang berekreasi di
Kebun Binatang. Dalam bacaan tersebut guru mencantumkan berat binatang.
117
Saat siswa mengerjakan soal latihan guru mengadakan penilaian dalam
proses. Hasil penilaian sementara menunjukkan bahwa masih ada siswa yang
kesulitan sehingga mengulangi lagi konsep penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan tiga angka. Penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan
ternyata sangat membantu siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Kegiatan siswa
selanjutnya adalah mengerjakan soal evaluasi yang dibagikan. Pertemuan ini
diakhiri dengan pembagian foto bersama sewaktu belajar di Rawa Permai. Sebagai
tugas siswa diminta menyimpan foto tersebut di album mereka di rumah.
3. Observasi
a. Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran pada Siklus III
Observasi kualitas pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat selaku
kolaborator yang dinilai dengan memberikan tanda check list pada format
observasi. Hasil observasi teman sejawat menunjukkan adanya peningkatan
kualitas pembelajaran. Pada siklus III ini kualitas pembelajaran dikategorikan amat
baik karena mencapai nilai 96%. Peningkatan kualitas pembelajaran ini sudah
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik telah berhasil dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan prestasi belajar siswa kelas IID
SDIT Nurul Islam.
b. Hasil Belajar Siswa kelas IID SDIT Nurul Islam Tengaran
Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dilakukan
oleh guru sebagai peneliti sesudah pembelajaran pada siklus III yaitu sebagai
berikut:
118
Tabel 16. Hasil Tes Tertulis pada Siklus III
No
Nama
Tes
Keterangan
1
Andika Wahyu K
75
Kompeten
2
Candra Darmawan
90
Kompeten
3
A. Abdurrahman Zaki
100 Kompeten
4
Al Muflihun Fiyansyah
90
Kompeten
5
Al Raihan Rafi
80
Kompeten
6
Imam Muhammad M.
75
Kompeten
7
M. Arif Wicaksono
95
Kompeten
8
M. Akbar Angga Agasta
95
Kompeten
9
M. Fadhil Abdillah
100 Kompeten
10 M. Wahyu Andika
75
Kompeten
11 M. Abdul Rahim
70
Kompeten
12 Nur M. Saiful Ummam
90
Kompeten
13 Rifqa Mijwad Aula
95
Kompeten
14 Zaky Iqbal Firmansyah
90
Kompeten
15 Anisatul Auliya
100 Kompeten
16 Alifa Zakiyyah Azzuhra
85
Kompeten
17 Annisa Firda Amalia
95
Kompeten
18 Fadia Anzar Salamah
75
Kompeten
19 Hanifah Wulan Afianti
70
Kompeten
20 Muna Afidatin
90
Kompeten
21 Riski Widyaningsih
85
Kompeten
22 Rizqi Animah
85
Kompeten
23 Shafira Selena Orlin
75
Kompeten
24 Syifa Annisa
85
Kompeten
Jumlah Siswa :
Hasil Tes :
L
= 14
Jumlah nilai kurang dari KKM
= 0
P
= 10
Jumlah nilai sama dengan/lebih besar dari KKM = 24
Jumlah = 24
Perbandingan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah tindakan pada
siklus III dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dirangkum dalam tabel 19
berikut:
119
Tabel 17. Komparasi Nilai pada Siklus II dan Nilai pada Siklus III
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama
Andika Wahyu K
Candra Darmawan
A. Abdurrahman Zaki
Al Muflihun Fiyansyah
Al Raihan Rafi
Imam Muhammad M.
M. Arif Wicaksono
M. Akbar Angga Agasta
M. Fadhil Abdillah
M. Wahyu Andika
M. Abdul Rahim
Nur M. Saiful Ummam
Rifqa Mijwad Aula
Zaky Iqbal Firmansyah
Anisatul Auliya
Alifa Zakiyyah Azzuhra
Annisa Firda Amalia
Fadia Anzar Salamah
Hanifah Wulan Afianti
Muna Afidatin
Riski Widyaningsih
Rizqi Animah
Shafira Selena Orlin
Syifa Annisa
Hasil penilaian
Status
Siklus II Siklus III Selisih Perubahan
70
75
5
Naik
85
90
5
Naik
90
100
10
Naik
90
90
0
Tetap
85
80
5
Naik
70
75
5
Naik
90
95
5
Naik
85
95
10
Naik
95
100
5
Naik
65
75
10
Naik
60
70
10
Naik
90
90
0
Tetap
85
95
10
Naik
85
90
5
Naik
95
100
5
Naik
85
85
0
Tetap
90
95
5
Naik
60
75
15
Naik
70
70
0
Tetap
90
90
0
Tetap
85
85
0
Tetap
85
85
0
Tetap
70
75
5
Naik
85
85
0
Naik
Dari data tabel 18 dan 19 dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar seluruh
siswa kelas IID sebanyak 24 siswa mencapai KKM sebesar 70, berarti tidak ada
siswa yang prestasi belajarnya dibawah KKM. Berdasarkan data ini dapat
diterjemahkan bahwa pembelajaran pada siklus III dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa yaitu semua siswa kelas IID mencapai KKM. Padahal sebelum
120
pembelajaran pada siklus III, hasil kemampuan awal sebanyak 21 siswa mencapai
KKM dan sisanya sebanyak 3 siswa belum mencapai KKM.
4. Refleksi dan Evaluasi Penelitian pada Siklus III
Berdasarkan hasil observasi di atas pelaksanaan pembelajaran tematik yang
dilakukan peneliti selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Terbukti
dengan suasana pembelajaran yang semakin kondusif. Teman sejawat berharap
akan ada tindak lanjut atas proses pembelajaran dengan pembelajaran tematik yang
sudah dilakukan, baik oleh guru maupun siswa. Proses pembelajaran sudah
berkualitas sehingga siswa-siswa dapat belajar dengan baik. Siswa kelas IID selalu
tampak bersemangat dalam pembelajaran karena siswa merasa senang kegiatan
pembelajaran yang sedang dilakukan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran tematik
telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa kelas
IID SDIT Nurul Islam. Peningkatan kualitas ini tampak pada 1) kondisi belajar
siswa yang sudah kondusif; 2) semangat belajar siswa yang tinggi; 3) kegiatan
pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Sedangkan prestasi belajar tampak dari pencapaian tingkat kompetensi yang
mencapai KKM secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa kelas IID.
H. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, selanjutnya akan dikemukakan
pembahasan mengenai hasil penelitian, yaitu:
121
1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran
Berikut ini akan dibahas beberapa dimensi kualitas pembelajaran sesuai
dengan hasil penelitian di atas.
a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran (Organizational strategy)
Strategi Pengorganisasian Pembelajaran adalah metode yang digunakan untuk
mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
Pengorganisasian mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, format, dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang termasuk
indikator strategi pengorganisasian pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Penataan bahan ajar yang akan diajarkan, baik selama satu semester
maupun setiap pertemuan.
Hal ini dilakukan dalam merencanakan pembelajaran tematik yaitu:
melakukan pemetaan tema, melakukan analisis terhadap kompetensi dasar,
membuat jaring indikator. Tujuan dari penataan ini adalah menghindari
pengulangan materi dan memadukan materi yang berkaitan dalam satu tema.
Penataan juga dilakukan setiap kali pertemuan hal ini terlihat dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisi tentang materi yang akan diajarkan.
Dalam pembelajaran di sekolah terdapat banyak unsur yang saling
berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Adapun
unsur-unsur tersebut adalah guru, siswa, kurikulum, pengajaran, tes, dan
lingkungan. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat diketahui bahwa semua unsur-
122
unsur tersebut sudah terpenuhi meskipun belum begitu maksimal. Akan tetapi
sudah menunjukkan bahwa SDIT Nurul Islam berusaha untuk menerapkan
pembelajaran tematik. Siswa SDIT Nurul Islam terus mendapatkan perlakuan yang
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nana Sudjana (2008: 2) yang mengatakan bahwa siswa sebagai subyek
dalam proses pembelajaran sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Dalam penelitian guru juga memberikan weekly program yang berisi
indikator yang akan dipelajari selama satu minggu. Program mingguan ini sebagai
acuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Di sisi lain weekly program dapat membantu orang tua untuk mengetahui
apa yang sedang dipelajari anaknya sehingga apa yang diajarkan di rumah sesuai
dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan demikian, apa yang sudah dilakukan
menunjukkan adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang hasilnya
dapat dilihat dari hasil prestasi siswa.
2) Menetapkan materi yang akan dibahas bersama-sama
Pendekatan tematik yang diterapkan di kelas bawah ternyata mendapat
perhatian yang cukup besar dari pihak sekolah yang ditunjukkan dengan adanya
upaya peningkatan kualitas guru dalam mengajar dengan mengikutsertakan guruguru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, tersedianya buku-buku tentang belajar
mengajar, adanya program studi banding ke beberapa sekolah ternama.
3) Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi.
Penilaian merupakan salah kegiatan dalam pembelajaran yang sangat
penting. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penilaian selama
123
proses belajar mengajar berlangsung dan penilaian terhadap kemampuan siswa
baik kemampuan siswa sebelum tindakan dan kemampuan siswa setelah dilakukan
tindakan. Hasil penilaian ini akan digunakan sebagai patokan ketuntasan belajar..
b. Strategi Penyampaian Pembelajaran (Delivery Strategy)
Strategi penyampaian pembelajaran adalah adalah metode yang digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan atau menerima serta
merespon masukan yang berasal dari siswa. Sumber belajar merupakan bidang
kajian utama dari strategi ini.
1) Menggunakan berbagai alat peraga dalam penyampaian pembelajaran
Alat peraga yang digunakan tentunya disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Alat peraga yang dipakai biasanya dicantumkan
dalam weekly program. Dalam weekly program juga terdapat alat peraga yang
disediakan oleh guru maupun yang harus dibawa oleh siswa sehingga sangat
membantu dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang digunakan tidak
selamanya harus berbentuk benda, guru juga sering menggunakan gambar sebagai
alat peraga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008: 30) yang
mengemukakan bahwa “sejumlah gambar, lukisan, baik dari buku, majalah, koran,
yang ada hubunganya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai peraga
pembelajaran”.
2) Menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran
Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan
materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti
penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui
124
langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan
penilaian hasil belajar.
3) Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran
Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran
dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa
berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat untuk menyajikan pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi,
individual, dan situasional. Proses pembelajaran dengan teknik berpasangan tidak
sepenuhnya mendukung proses pembelajaran tematik. Dengan teknik berpasangan
diharapkan siswa merasa lebih nyaman dalam belajar karena siswa kelas II sekolah
dasar belum mandiri dalam melakukan suatu aktivitas.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran (Management Strategy)
Strategi Pengelolaan Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi
antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian
pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan
mikro. Pengelolaan kelas yang baik sangat membantu terwujudnya kualitas
pembelajaran yang sesuai dengan pendapat Wilford A. Weber yang dikutip oleh
James M. Cooper (1995: 230) mengemukakan bahwa “classroom managemen is a
complex set of behaviors the teacher use to establish and maintain classroom
conditions that will enable students to achieve their instructional objectives
125
efficiently-that wiil enable them to learn”. Definisi ini menunjukkan bahwa
pengelolaan kelas adalah seperangkat perilaku yang komplek dimana guru
menggunakan penataan dan memelihara kondisi kelas yang akan membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Berikut ini merupakan indikator
strategi pengelolaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian
Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya
siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar.Dalam kegiatan
belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
(Sardiman, 2007: 75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup
tinggi,
bisa
gagal
karena
kurang
adanya
motivasi
dalam
belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi
guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat
diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswadan orang tua siswa
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, pihak sekolah perlu berperan
serta secara aktif untuk mewujudkannya. Antara lain dengan mewujudkan visi, dan
misi sekolah dibutuhkan kerja keras dari semua komponen sekolah baik dari guru,
siswa, kepala sekolah, dan orang tua. SDIT Nurul Islam menyadari bahwa
dukungan dan partisipasi orang tua siswa sangat dibutuhkan demi tercapai visi dan
misi sekolah. Untuk itu sekolah mengadakan POMG (Persatuan Orang Tua Murid
126
dan Guru) yang dibentuk setiap tahun ajaran baru. Pengurus POMG sebagian besar
diambil dari wali murid dengan harapan agar lebih obyektif dalam memutuskan
atas program-program yang dilakukan oleh SDIT Nurul Islam. Tugas dari POMG
adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran di SDIT
Nurul Islam dan memberikan berbagai bentuk dukungan atas program-program
SDIT Nurul Islam. Inti dari semua program sekolah adalah mewujudkan proses
pembelajaran yang berkualitas yang nantinya dapat meningkatkan prestasi siswa.
3) Memberikan stimulus
Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk berpendapat mereka dan tugas guru menyimpulkan
semua pendapat siswa agar mudah dipahami oleh semua siswa. Guru juga
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan tujuan siswa
dapat belajar sendiri atas segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dimyati (2002: 7) yang mengemukakan lingkungan yang
dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhtumbuhan, manusia dapat yang dijadikan sebagai bahan belajar siswa.
4) Memberikan umpan balik
Pemberian
umpan
balik
bertujuan
untuk
menghidupkan
suasana
pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari temanteman mereka sendiri. Pemberian umpan balik juga bertujuan melatih siswa agar
lebih aktif dan lebih kritis terhadap apa yang dilihat maupun yang didengar. Dalam
penelitian ini kegiatan pemberian umpan balik sering dilakukan hampir di setiap
127
pertemuan. Dengan berlangsungnya umpan balik antara guru dan siswa hal ini
akan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
5) Menilai penampilan
Dalam setiap kegiatan pembelajaran tematik guru selalu menilai aktivitas
siswa dalam pembelajaran. Dengan mengetahui aktivitas siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung guru dapat mengambil tindakan langsung apabila ada
hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran.
6) Menyimpulkan materi yang sudah dipelajari
Di setiap akhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk menggaris
bawahi hal-hal yang penting yang harus diingat. Hal ini dikarenakan siswa tidak
dapat menyimpan materi dalam jumlah yang banyak untuk itu guru harus
mencarikan intinya.
2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas IID dalam mata pelajaran
Matemetika pada standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang,
dan berat dalam pemecahan masalah berhasil mencapai prestasi belajar secara
maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi peneuh mencapai nilai KKM
sebesar 70 (tujuh puluh) secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Sesuai
dengan karateristik penelitian tindakan kelas dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang berlaku di SDIT Nurul Islam, maka proses perubahan
yang akan dibahas meliputi perubahan hasil pembelajaran pada siklus I, siklus II,
dan siklus III.
128
Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan teman
sejawat sebagai kolaborator untuk mengukur seberapa besar dampak pembelajaran
pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik. Berikut ini merupakan rangkuman prestasi belajar siswa mulai dari
kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III.
Tabel 18. Rangkuman Hasil Tes Kemampuan Awal, Siklus I, Siklus II, dan
Siklus III
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama
Andika Wahyu K
Candra Darmawan
A. Abdurrahman Zaki
Al Muflihun Fiyansyah
Al Raihan Rafi
Imam Muhammad M.
M. Arif Wicaksono
M. Akbar Angga Agasta
M. Fadhil Abdillah
M. Wahyu Andika
M. Abdul Rahim
Nur M. Saiful Ummam
Rifqa Mijwad Aula
Zaky Iqbal Firmansyah
Anisatul Auliya
Alifa Zakiyyah Azzuhra
Annisa Firda Amalia
Fadia Anzar Salamah
Hanifah Wulan Afianti
Muna Afidatin
Riski Widyaningsih
Rizqi Animah
Shafira Selena Orlin
Syifa Annisa
Jumlah
Rata-rata KKM
Kondisi
Awal
60
70
80
75
75
55
75
70
80
60
50
75
60
70
80
70
75
60
65
70
70
65
55
75
1.640
68
Hasil penilaian
Siklus
Siklus
I
II
70
70
75
85
80
90
85
90
80
85
65
70
85
90
85
85
85
95
65
65
60
60
80
90
75
85
75
85
85
95
75
85
85
90
60
60
65
70
75
90
75
85
70
85
65
70
75
85
1.795
1.960
75
82
Siklus
III
75
90
100
90
80
75
95
95
100
75
70
90
95
90
100
85
95
75
70
90
85
85
75
85
2.085
87
129
Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa kemampuan awal masih dinilai kurang,
karena terdapat 9 siswa yang nilainya di bawah KKM. Akan tetapi setelah
dilakukan tindakan pada siklus I, II, dan III prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan yaitu mencapai kompetensi penuh nilai KKM sebesar 70 secara
klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa sebanyak 24. Artinya seluruh siswa kelas
IID telah berhasil mencapai kompetensi dasar pengukuran waktu, panjang, dan
berat dengan sekurang-kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 70.
Secara kuantitatif nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran
pada kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada
kondisi awal nilai rata-rata belajar hanya 68, naik menjadi 75 pada siklus I dan
pada siklus II nilai rata-rata siswa naik lagi menjadi 82 dan pada siklus III naik
menjadi 87
Terdapat perbedaan antara tes kemampuan awal dan tes akhir baik pada
proses pembelajaran pada siklus I, II, dan III. Pada masalah ini dapat diketahui
bahwa pembelajaran dengan pendekatan tematik memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan pada mata pelajaran matematika.
Nilai tes awal (pre tes) akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk
mengukur berapa peningkatan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran pada
mata pelajaran Matematika. Hal ini sama dengan nilai yang termuat dalam nilai
awal yaitu menurut Muhibin Syah (1997: 144) bahwa tes awal bertujuan untuk
mengidentifikasikan taraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
disampaikan pada siswa. Tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan tematik, diharapkan dapat mengetahui
130
sejauh mana pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang
dipelajari.
Tes awal akan memudahkan guru dalam melakukan penekanan terhadap
bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa. Peningkatan prestasi
belajar siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan tematik dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti
yang dikemukakan oleh Muhibin Syah (1997: 132) bahwa pembelajaran
dipengaruhi oleh faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
dalam menguasai materi pelajaran Matematika.
I. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian terdapat beberapa katerbatasan dan kelemahan yang tidak
dapat dihindarkan, antara lain:
1) Waktu pembelajaran yang terasa kurang. Alokasi waktu mengajar untuk
setiap tatap muka hanya 70 menit sehingga peneliti cendurung memburu
waktu dan menghiraukan tingkat pemahaman siswa. Di sisi lain peneliti
yang juga sebagai guru kelas merasa terbebani dengan perencanaan
pembelajaran tematik yang perangkat pembelajarannya cukup banyak.
Akan tetapi pada akhirnya juga ada jalan keluarnya yaitu dengan
memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya untuk menyusun
perangkat pembelajaran tematik.
131
2) Kesulitan guru dalam
merencanakan pembelajaran terutama saat
menentukan tema yang akan diajarkan karena sulit untuk mencari tema
yang sifatnya universal.
3) Pengelolaan kelas yang tidak dapat maksimal mengingat subyek peneliti
adalah siswa kelas II SDIT Nurul Islam yang masih kecil sehingga belum
bisa diajak bekerjasama demi lancarnya tindakan di kelas.
4) Penggunaan intuisi kolaborator untuk menilai kualitas pembelajaran
sedapat mungkin menggunakan penilaian yang seobyektif mungkin,
walaupun disadari bahwa kemungkinan ada penilaian bersifat subyektif,
namun dalam penelitian ini telah diupayakan untuk diminimalisir sehingga
tidak mengganggu nilai validitas hasil.
132
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisa, maka selanjutnya dapat
disimpulkan bahwa hasil analisis membuktikan bahwa ada peningkatan kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan pencapaian
standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, penjang, dan berat dalam
pemecahan masalah.
Prestasi belajar siswa mencapai tingkat pencapaian
kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 70 secara klasikal 100% dari
jumlah siswa keseluruhan melalui penerapan pembelajaran tematik.
B. Implikasi Hasi Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik
berdampak positif pada proses dan hasil prestasi belajar siswa. Dampak proses
dari penerapan pembelajaran tematik adalah perubahan kualitas pembelajaran yang
terbukti mampu mendorong upaya pencapain kompetensi dasar menggunakan
pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Terbukti siswa
kelas IID berhasil mencapai nilai KKM sebesar 70.
Dampak produk atau hasil belajar siswa dari penerapan pembelajaran
tematik menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I,
siklus II, dan siklus III siswa kelas IID dapat mencapai prestasi belajar maksimal
atau mencapai tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar
133
70 secara klasikal 100% dari seluruh jumlah siswa. Artinya seluruh siswa telah
berhasil mencapai standar kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang,
dan berat dalam pemecahan masalah dengan sekurang-kurangnya mendapat nilai
KKM sebesar 70 (tujuh puluh).
Tidak hanya kompetensi siswa yang meningkat, tetapi yang tidak kalah
penting adalah dampak proses yang ditimbulkan dari penerapan pembelajaran
tematik . dampak itu berhubungan dengan kualitas pembelajaran yang menjadi
lebih baik sehingga dapat mendorong upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
Penerapan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
implementasinya dilakukan prosesdur sebagai berikut:
1. Siswa diberikan bimbingan bahwa minat dan semangat akan mendorong
siswa-siswa giat belajar yan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Siswa diberikan PR (perkejaan rumah) sebagai penambahan waktu belajar
siswa di rumah.
3. Mengajak siswa untuk belajar di luar agar siswa tidak bosan belajar di
dalam kelas.
4. Siswa juga dimotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik
baik di kelas maupun di rumah
5. Siswa diberikan tes yang akan dilakukan secara menyeluruh, berkala, dan
berkesinambungan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
6. Dengan penerapan pendekatan tematik berdampak positif terhadap
perubahan kualitas pembelajaran, dari kualitas yang kurang menjadi “amat
134
baik” sehingga dapat
menunjang pencapaian standar kompetensi
menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah sekurang-kurangnya mencapai nilai KKM sebesar 70
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian
penutupan tesis ini antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya mengupakan berbagai alat peraga dalam pelajaran matematika
khususnya untuk kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III baik droping maupun
swadaya sekolah sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep
Matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
memperdayakan teknik pendekatan tematik.
2. Bagi Guru
Hendaknya
mempersiapkan
secara
cermat
perangkat
pendukung
pembelajaran pendekatan tematik dan fasilitas belajar yang diperlukan karena
sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya
berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika.
3. Bagi Siswa
Hendaknya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu
mengerjakan tugas dan PR yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan harapan.
135
4.
Bagi Orang Tua Siswa
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab intensitas bersama orang tua lebih lama daripada di
sekolahan, tanpa bantuan orang tua apapun usaha guru tidak akan berhasil secara
sempurna. Oleh karena itu, bimbingan orang tua di rumah, masukan informasi
tentang kemajuan dan kekurangan anak yang bersangkutan sangat diperlukan guna
menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan jalinan
kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina dengan baik.
136
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan, Novi Resmini, & Andayani. 2008. Pembelajaran Terpadu
di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Basuki Wibowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Pendidikan.
Center for Civics Education. 1997. National Standard for Civics and Government.
Calabasas CA: CEC Publ
Charles, Hoy, Colin Bayne-Jardine and Margaret Wood. 2000. Improving Quality
in Education. London: Falmer Press.
Collins, Gillian, & Hazel Dixon. 1991. Integrated Learning: Planned Curriculum
Units Stage 3. Gostora : Bookshelf Publishing Australia
Conny R. Semiawan. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah
Dasar. Jakarta : PT Indeks
Cooper, James M. 1995. Classroom Teaching Skills. Lexington: D.C. Heath and
Company
Crow, Lester D. and Alice Crow L. 1989. An Outline of General Psychology. New
Jersey: Little Adams and Co.
Dede Rusyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana
Depdiknas. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Dick, W. & Carey L. 1978. The Systemic Design of Instruction. Illinois: Scott &
Co. Publication
Diah Harianti. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Elliot, Stephen N, Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield, & John Travers. 1996.
Educational Psycology: Effective Teaching Effective Learning. 2nd Ed.
Boston: McGraw Hill Book Co.
137
Endah Sulistyowati. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois:
IRI/Skylight Publishing, Inc
Gronlund, Norman E. 1981. Measurement and Evaluation in Teaching. New
York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hartono dan Edi Legowo, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Depdiknas
Isaac, Stephen, William B. Michael. 1984. Hand Book in Research and
Evaluation. San Diego : Edits Publishers.
Kembuan, J.J. 1998. “Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Rangka
Meningkatkan kemampuan Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal
Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87
Kemmis & Mc. Taggart. 1994. The Action Research Planner. Dekain University
Kirkendall, Don R., Joseph J. Gruber, & Robert E. Johnson. 1987. Measurement
and Evaluation for Physical Educators. 2nd Ed. Champaign: Human
Kinetics Publishers, Inc.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Maria Montessori. 2008. The Absorbent Mind (Pikiran Yang Mudah Menyerap).
Terjemahan Dariyatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi
Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada Press
Muhibin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
138
Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nina Kurniah. 1998. “Penerapan Pembelajaran Terpadu Dalam Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas 3 dan 4 SD NO. 70 Kodia
Bengkulu”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Tahun ke-2, No. 6: 77-87
Noeng Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin.
Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Seels, Barbara B, & Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology : The
Definition and Domains of the Field (Teknologi Pendidikan Definisi dan
Kawasannya). Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Raharjo,
Yusufhadi Miarso. Washington: Association for Educational
Communication and Technology.
Soetarno Joyoatmojo. 2003. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas
Lulusan Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani Yang Unggul. Surakarta:
UNS Press.
Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: PT Bina Aksara.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta
Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sutopo, H.B. 1996. Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
The Liang Gie. 1994. Cara Belajar yang Efektif. Yogyakarta: Liberty
. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
139
140
Download