Judul: NILAI ETIKA PADA RUWATAN SUKERTA DALAM

advertisement
SEMINAR FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Selasa, 24 Februari 2009
NILAI ETIS RUWATAN SUKÊRTA DENGAN
PERTUNJUKAN WAYANG KULIT PURWA:
RELEVANSINYA BAGI PENANAMAN
BUDI PEKERTI MASYARAKAT
Oleh:
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd
A. LATAR BELAKANG
Fenomena di masyarakat yang muncul seperti krisis
multidimensional baik mental maupun spiritual,
meliputi:
1.
Diskontinuitas kultural mulai terlihat seperti:
pemutusan tradisi. Mengacu pemikiran Prof. Timbul,
bahwa kearifan lokal makin menipis, budaya tradisi
makin jauh dari generasi penerus.
2. Pergeseran dari sosio religius ke individualis
materialis
3. Dilema etik dalam masyarakat yang
memunculkan sikap saling tidak percaya,
dampaknya antara lain: maraknya demonstrasi
sampai pada tindakan amoral dan anarkhis
4. Mengesampingkan etika & estetika dalam
bertindak.
Kesulitan melihat ketauladanan sehingga generasi
muda berkiblat ke budaya barat, sulitnya
mensosialisasikan budaya timur.
6. Terjadinya revolusi teknologi komunikasi dan
informasi serta gelombang globalisasi kebudayaan
yang sulit dibendung. Generasi kita belum siap
menerima
5.
Ruwatan
 Realitas mitos orang jawa.
 Lepas, luwar (dari kotoran yang menempel pada tubuh,
dibawa sejak lahir)
 Menyadarkan manusia pada Tuhan
 Memiliki kandungan etika dan estetika bagi kehidupan
 Nilai kebaikan, kebersihan, kehati-hatian, dan nilai
kepedulian.
 Simbol menghilangkan kekhawatiran juga mensucikan
anak-anak dari catu Bathara Kala.
 Bertujuan membangun sugesti.
 Sesaji, penuh makna &simbol.
Pertunjukan wayang kulit purwa
a. Identitas utama masyarakat jawa,
b. Ceritera memuat kandungan nilai etika, estetika dan
c.
d.
e.
f.
filosofi kehidupan, gambaran kehidupan manusia
yang penuh dengan nilai, dan begitu banyak ajaran
yang dapat diteladani.
Wayang merupakan tontonan dan tuntunan yang
penuh makna dan simbol
Tokoh-tokoh dalam wayang merupakan simbol
penuh makna,
Begitu banyak ajaran yang dapat diteladani,
Dapat dicari konribusinya bagi pendidikan budi
pekerti masyarakat.
Lakon Murwakala
a. Ceritera untuk upacara
ruwatan sukerta
b. Menggambarkan lahir sampai
matinya Bathara Kala
1) Bathara Kala: penggambaran
mahkluk raksasa pemangsa
manusia sukerta,
2) Penggambaran nafsu-nafsu
jahat,
3) Penggambaran waktu,
4) Simbol bagaimana manusia mensikapinya,
5) Menjadi peringatan dan teladan kehidupan,
Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk Ruwatan Sukêrta?
2. Apa yang melatarbelakangi masyarakat melakukan
Ruwatan dengan Pertunjukan Wayang Kulit
Purwa?
3. Apa makna simbolis Ruwatan Sukêrta?
4. Nilai Etis apa yang terkandung dalam Ruwatan
dengan Pertunjukan Wayang Kulit Purwa?
5. Bagaimana relevansi ruwatan sukêrta melalui
pertunjukan wayang lakon Murwakala bagi
pendidikan budi pekerti?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bentuk Ruwatan Sukêrta.
2. Mengetahui apa yang melatarbelakangi masyarakat
melakukan Ruwatan dengan pertunjukan Wayang
Kulit Purwa.
3. Mengetahui makna simbolis Ruwatan Sukêrta
dengan Pertunjukan Wayang Kulit Purwa.
4. Mengetahui nilai etis apa yang terkandung dalam
Ruwatan dengan Pertunjukan Wayang Kulit Purwa.
5. Mengetahui relevansi ruwatan sukêrta melalui
pertunjukan wayang lakon Murwakala bagi
pendidikan budi pekerti.
MANFAAT PENELITIAN
MANFAAT UMUM
Memberi tontonan sekaligus tuntutan bagaimana
manusia harus bersikap mengetahui dirinya dalam
kehidupan.
MANFAAT TEORITIS:
•
Membeberkan kebenaran melalui pemahaman nilai-nilai
yang ditampilkan dalam upacara ruwatan dengan
pertunjukan wayang kulit purwa.
Membeberkan nilai-nilai rohani  kemanfaatan
Pesan menghimbau  ajaran-ajaran
Mempengaruhi perilaku  kebaikan
(Teori Sutarno: nilai artistik dan estetik serta wigati)
KEASLIAN PENELITIAN:
Judul yang diajukan belum pernah diteliti
PENELITIAN SEJENIS YANG TELAH DILAKUKAN:
1. Subalidinata tahun 1985
(Penelitian tentang Sejarah dan Perkembangan Ceritera
Murwakala dan Ruwatan)
2. Sutarno Tahun 1995 (Proses Perubahan dalam Pakeliran)
3. Karkono Kamajaya Tahun 1996
(Pedoman Ruwatan Murwakala)
4. Joko Susilo Tahun 2000
(A Musical Ethnography of Ruwatan Performance in Central
Java: Tradition and Change)
5. Welly Harto dan Soeharti Tahun 2002
(Ruwatan Massal di Tengah Budaya Kota)
METODE PENELITIAN
Menggunakan pendekatan kualitatif.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA :
• Observasi partisipasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi. Data diolah secara
triangulasi, mulai klasifikasi, reduksi sampai
analisis (Rohendi R, 1994)
TEKNIK ANALISIS DATA:
• Verstehen
• Interpretasi
• Hermeneutika  menangkap makna esensia
• Heuristika  temuan baru
Kaelan (2005)
LANDASAN TEORI:
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Imam Bernadib (1997): filsafat  memahami; memperoleh
pandangan; memberi penerangan.
Franz Magnis-Suseno, Etika  usaha manusia memakai akal
budi & daya fikir untuk memecahkan masalah, menjadi baik.
Damardjati Supadjar, 2006. (Ruwatan):
a) agar selamat manusia harus hati-hati dan berlaku baik.
b) makna penuh simbol perlu dilihat pesan tersembunyi.
Haryanto (1992): mitos  simbol, wêwayaing ngaurip, kêlir;
blèncong; gêdêbog; kêpyak; gunungan.
Suwandi Endraswara (2003: Rajah Kalacakra: orang yg
mengetahui perputaran waktu, mempertimbangkan empan
papan dalm bertindak, udêng= iket= mudhêng.
Amir Hasyim: ajaran dan nilai etis itu memenuhi persyaratan,
yaitu secara objektif dan kritis dapat dipakai oleh bangsa
indonesia dari zaman ke zaman
BAB II
Objek Formal sebagai Pisau analisis:
A. Etika Moral
B. Etika Jawa
C. Etika Wayang
D. Etika Ruwatan
BAB III
1.
Bentuk Upacara Ruwatan
- Ruwatan Bumi
- Ruwatan Harta
- Ruwatan Desa
- Ruwatan Sukêrta
- Ruwatan Gèmbèl
2. Dekripsi Upacara Ruwatan Sukêrta
a) Ruwatan Massal
* dhalang ruwat
* paranormal
b) Perorangan (dhalang ruwat)
c) Perlengkapan upacara (sêsaji)
BAB IV
Relevansi Ruwatan Sukêrta Melalui Pertunjukan Wayang
Lakon Murwakala bagi Pendidikan Budi Pekerti
Masyarakat
A. Nilai-Nilai Ruwatan Sukêrta dalam Pertunjukan
Wayang Kulit Purwa
1. Nilai Sosial
2. Nilai Ekonomi
3. Nilai Spiritual
4. Nilai Religius-Magis
5. Nilai Etika Moral
B. Relevansi Ruwatan Sukêrta Lakon Murwakala bagi
Pendidikan Budi Pekerti
C. Penggambaran nafsu yg dicontohkan para tokoh
ceritera
D. Nilai etis dalam lakon murwakala
1) Unggah-ungguh, tatakrama
2) Bawalêksana, menepati janji
3) Kejujuran, kewaspadaan
4) Sêtiti
5) Tidak nggugu karsaning priyangga
6)
Kepedulian Alam dan Lingkungan
7) Sangkan Paraning Dumadi
BAB V
A. Simpulan
– Filsafat, cara berfikir kritis, logis, bijaksana, sistematis,
untuk memenuhi kebaikan.
– Ruwatan bentuk massal/perorangan
– Ditemukan ajaran-ajaran tentang kebaikan
– Nilai etis pada pelaksanaan upacara (ketaatan, sopan
santun anak pd orang tua, membangun sugesti).
– Relev: selama budaya masih eksis, maka budi pekerti tetap
menjadi tuntutan.
B. Saran
– Bentuk ruwatan dikaji secara filsafat.
– Disosialisasikan budi pekeri melalui sekolah-sekolah.
– Merealisasikan temuan Pengembangan Model Reintalling
Continous Maintenance (PMRCM)
Download