Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-013X pp. 24- 39 16 Pages EVALUASI DEGRADASI LAHAN DIAKIBATKAN EROSI PADA AREAL PERTANIAN DI KECAMATAN LEMBAH SEULAWAH KABUPATEN ACEH BESAR Rusdi1, M. Rusli Alibasyah 2, Abubakar Karim2 1) Magister Konservasi Sumberdaya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Abstract: Land has a large potential in supporting human life activities. It can be used as agricultural areas or settlements; however, by the time it changed functionally. This research was aimed at finding out levels of agricultural land degradation treatment caused by erosion on agricultural land and defining the proper conservation measupes for sustainable land utilization, and especially analyzing levels of land degradation caused by erosion in agricultural land on Lembah Seulawah, Aceh Besar District. Land mapping unit was developed based on land utilization map, soil type map, and topografy map with scale 1 : 60.000, then overlaid to find out Land Utilization Type (LUT), based on uniformity of land-forming variables. Results showed that there were 4 classifications of erosion hazard levels, i.e. light hazard erosion level (L) found in LUT 5,6,7 and 8, medium hazard erosion level (M) found in LUT 4, heavy hazard erosion level (H) found in LUT 2 and 3, and very heavy hazard erosion level (VH) found in LUT 1. Land use referrals in maintaining preservation actions are by applying vegetative and mechanical methods of conservation. Selection and management of planting pattern, cover crop planting, and uses of plant waste as mulch are recommended on the L and M levels. Development of tree crops (estate and industrial crops) and no agricultural uses are recommended on H and VH levels, respectively. Keywords: Land degradation, erosion, erosion hazard, land, conservation. Abstrak: Lahan memiliki potensi besar dalam menunjang aktivitas hidup manusia. Lahan tersebut bisa dijadikan sebagai areal pertanian maupun pemukiman penduduk, sering kali dalam perkembangannya terjadi perubahan fungsi-fungsi lahan dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan pertanian akibat erosi pada lahan pertaniandan menentukan arahan korservasi yang tepat sehingga pemanfaatan lahan dapat berkelanjutan.Dan bertujuan untuk menganalisis tingkat degradasi lahan pertanian akibat erosi pada lahan pertanian di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.Satuan peta lahan ditetapkan berdasarkan peta penggunaan tanah, peta jenis tanah dan peta kelerengan dengan skala 1:60.000, kemudian dioverlayuntuk mendapatkan peta Tipe Penggunaan Lahan (TPL) yang didasarkan pada keseragaman peubah pembentuk lahan. Hasil penelitian terdapat 4 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat bahaya erosi ringan (R) masing-masing terdapat pada TPL 5, 6, 7 dan 8, erosi sedang (S) terdapat pada TPL 4, erosi berat (B) terdapat pada TPL 2 dan 3, sedangkan klasifikasi tingkat bahaya erosi yang sangat berat (SB) terdapat pada TPL 1. Arahan penggunaan lahan yang sesuai dalam menjaga kelestariannya adalah menerapkan tindakan konservasi metode vegetatif dan metode mekanis. Pada lahan dengan tingkat bahaya erosi ringan (R) dan sedang (S) pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, pada lahan tingkat bahaya erosi berat (B) dengan cara mengembangkan usaha tani tanaman tahunan (tanaman perkebunan dan tanaman industri), sedangkan pada lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) tidak digunakan untuk lahan pertanian. Kata Kunci:Pengawasan Internal, Bank Aceh dan Penyaluran Kredit Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 24 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala memiliki PENDAHULUAN Peningkatan keragaman morfologi perbukitan dan aktivitas pegunungan, sehingga proses-proses pengikisan penduduk dalam rangka meningkatkan produksi permukaan tanah oleh air hujan mengakibatkan tanaman erosi dan longsor berjalan intensif. pertanian terkait erat dengan peningkatan kebutuhan terhadap lahan. Masalah tersebut dapat menyebabkan Penduduk di Kecamatan Lembah terjadinya Seulawah sebagian besar bermata pencaharian pengeksploitasian lahan pertanian yang terus sebagai petani dengan mengolah lahan di lereng menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah perbukitan.Cara konservasi, sehingga menyebabkan penurunan kegiatan pertanian masih belum menerapkan produktifitas lahan baik sifatnya sementara kaidah konservasi tanah dan air.Areal tanaman maupun tetap yang pada gilirannya akan semusim yang digunakan oleh masyarakat di berdampak pada perubahan ekosistem yang Kecamatan Lembah Seulawah seluas 12.788 ha mengarah ke degradasi lingkungan. dan areal tanaman tahunan campuran seluas pemanfaatan lahan untuk Menurut FAO (1976 dalamArsyad, 2010) 2.975 ha (BPP Lembah Seulawah, 2010) yang berdasarkan prioritas penanganan masalahnya, tersebar di desa-desa yang ada di Kecamatan penyebab terjadinya degradasi lahan dibagi ke Lembah Seulawah. dalam 3 kategori, yaitu : kategori pertama Berdasarkan kondisi morfologis, penyebabnya adalah erosi dan sedimentasi, Kecamatan Lembah Seulawah sebagian besar akumulasi garam/ basa/ bahan polutan, terjadi berupa pH yang luar biasa rendah, limbah bahan lahannya organik dan ancaman penyakit infeksi. Kategori pertanian. Salah satu penyebab degradasi dua disebabkan oleh limbah bahan anorganik dipengaruhi oleh erosi oleh air hujan. Laju erosi dari industri, pestisida, radioaktif, keracunan akan menjadi lebih berbahaya apabila didukung logam berat dan ancaman banjir dan kekeringan, oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng sementara untuk kategori tiga penyebabnya dan panjang ketebalan olahan tanah sehingga adalah proses penambangan, penggunaan pupuk terangkutnya bahan organik yang ada di atas yang salah, penggunaan air yang berkualitas permukaan tanah oleh aliran permukaan (run jelek, off). Erosi adalah peristiwa terdispersinya tercemar deterjen dan amblesan (subsidence). Kecamatan daerah perbukitan dimanfaatkan dan mayoritas untuk kegiatan agregat tanah kemudian terangkut ke tempat Seulawah lain oleh aliran permukaan. Faktor yang berdasarkan peta wilayah merupakan daerah mempercepat proses terjadinya erosi adalah rawan bencana khususnya di Kabupaten Aceh kegiatan Besar dan Kecamatan ini juga rentan terhadap pertanian maupun kegiatan kehidupan lainnya degradasi lahan berupa longsor dan erosi. yang memanfaatkan sumberdaya alam secara Secara makro Kecamatan Lembah Seulawah tidak bertanggung jawab (Arsyad, 2010). 25 - Lembah Volume 1, No. 1, Mei 2013 manusia dalam usaha produksi Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Konservasi tanah adalah penempatan sisa tanaman yang dapat menutup tanah), akan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang menghindari butiran tanah untuk ikut terbawa sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan aliran memperlakukannya sesuai dengan persyaratan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan penghacuran tanah. Sifat fisika, kimia tanah dan keadaan pengangkutan topografi lapangan menentukan kemampuan permukaan serta memperbesar daya tanah untuk untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang menyerap air di permukaan tanah dan (c) diperlukan.Untuk tersebut mengatur aliran permukaan agar mengalir klasifikasi dengan kecepatan yang tidak merusak dan kemampuan lahan yang ditujukan untuk; (1) memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) dalam tanah (Arsyad, 2010). dirumuskan memperbaiki penilaian dalam sistem tanah butir tanah dan terhadap oleh aliran mengalir searah lereng akan tetapi sejajar tanah secara dengan arah garis kontur sehingga kecepatan tanah aliran permukaan menjadi kecil. Untuk lahan tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah dengan nilai permeabilitas tanah cukup besar atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi agar diupayakan sebanyak mungkin air hujan menyesuaian macam penggunaannya dengan terinfiltrasi ke dalam tanah sehingga jumlah kemampuan tanah dan memberikan perlakuan aliran sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, berkurang. karena dan butiran dan memelihara serta meningkatkan produktivitas lestari.Oleh rusak memperbaiki Usahakan agar aliran permukaan tidak dapat yang (b) (3) agar tanah tanah permukaan, dipergunakan itu, konservasi agar dapat berfungsi secara lestari. Pengendalian atau pencegahan permukaan dan erosi lahan akan Prediksi jumlah tanah yang tererosi erosi dihitung dengan menggunakan formula yang (tindakan konservasi tanah) berarti menjaga telah dikembangkan oleh Wischmeier dan agar struktur tanah tidak terdispersi, yang dapat Smith (1978 dalam Arsyad, 2010), yang dikenal dilakukan dengan cara mengatur kekuatan dengan metode USLE (Universal Soil Loss gerak dan jumlah aliran permukaan. Beberapa Equation). usaha yang dilakukan untuk mengendalikan Hasil dari kajian tersebut akan dituangkan erosi, yaitu ; (a) menutup tanah dengan tumbuh- kedalam peta bahaya erosi, berupa erosi aktual tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman, dan erosi potensial. Fungsi evaluasi degradasi agar tanah terlindung dari daya rusak butir-butir lahan adalah memberikan pengertian dan hujan yang jatuh. Butir-butir hujan yang jatuh pemahaman tentang hubungan antara kondisi diusahakan tidak langsung mengenai tanah lahan dan penggunaannya serta memberikan sehingga tanah tidak terdispersi. Di samping itu informasi dengan adanya tanaman penutup tanah (sisa- perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan kepada perencana Volume 1, No. 1, Mei 2013 sebagai - 26 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang diharapkan dapat berhasil. data hasil dan pembahasan, dan (5) penarikan kesimpulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi pengumpulan data Aceh Besar, yaitu Desa Suka Damai, Suka sekunder Mulia, Saree Aceh, dan Paya Kereuleh pada penggunaan tanah, peta jenis tanah dan peta ketinggian antara 101 - 672 meter di atas lereng dengan skala 1 : 60.000, kemudian permukaan laut. ditumpang Penelitian Desember dilakukan 2011 sampai berupa peta susunkan administrasi, (overlay) peta untuk pada bulan mendapatkan keseragaman peubah pembentuk dengan Maret satuan peta lahan. Hasil tumpang susun 2012.Analisis tanah dilakukan di Laboratorium tersebut diperoleh dua satuan peta lahan, yaitu Penelitian dan SPL tanaman semusim dan SPL tanaman Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan tahunan. Selanjutnya dilakukan cek lapang pada Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. masing-masing SPL. Berdasarkan hasil cek Tanah dan Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian lapang ditetapkan TPL, yaitu keseragaman jenis adalah; peta tanaman dan tingkat pengelolaan detil. TPL penggunaan lahan, peta lereng, peta jenis tanah tersebut digunakan sebagai tapak pengamatan dan untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran di lapangan. Pengamatan di lapangan untuk 5, 6, 7 dan 8 serta data curah hujan untuk mendapatkan data yang dapat dipergunakan wilayah dalam analisis degradasi lahan. ini peta lokasi Kecamatan penelitian, Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis, abney level untuk mengukur derjat kemiringan lahan, GPS (Global Positioning System) untuk menetukan posisi tipe penggunaan lahan (TPL) yang diamati di lapangan, ring sample untuk mendapatkan sampel tanah yang akan dianalisis di laboratorium, bor tanah, cangkul, parang, skop, kantong plastik, meteran dan alat-alat laboratorium yang diperlukan untuk analisis. Penelitian deskriptif ini menggunakan berdasarkan observasi metode lapangan. Secara garis besar penelitian dibagi atas lima tahap yaitu ; (1) persiapan, (2) pelaksanaan lapangan, (3) analisis laboratorium, (4) analisis 27 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 Tahap Pelaksanaan Lapangan Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukan pada setiap TPL yang telah ditentukan. Pada masing-masing TPL dilakukan pengamatan ; (1) penutupan dan penggunaan lahan detil, (2) pengelolaan dan penerapan metode konservasi, (3) pengambilan contoh tanah utuh (menggunakan ring sample) untuk keperluan analisis sifat-sifat fisika tanah (permeabilitas), pengambilan contoh tanah terganggu untuk analisis tekstur dan kandungan bahan organik untuk memperoleh nilai erodibiltas tanah (K). Semua sampel tanah yang diambil kemudian dianalisis di laboratorium Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan (4) data curah hujan yang diperoleh dari pada masing-masing TPL. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Stasiun Klimatologi Indrapuri). Prediksi Erosi Prediksi jumlah tanah yang tererosi Tahap Analisis Laboratorium dihitung dengan menggunakan formula yang Analisis laboratorium dilakukan terhadap sifat-sifat fisika tanah adalah tekstur tanah (fraksi; pasir, debu, liat; metode pipet/ hydrometer), permeabilitas (permeameter) dan kandungan bahan organik tanah telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dalam Arsyad, (2010), yang dikenal dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation). (metode Walkley dan Black), sedangkan struktur tanah Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi diamati langsung di lapangan. Tingkat bahaya erosi didapatkan dari hasil perhitungan nisbah antara laju erosi tanah Tahap Analisa Data Hasil dan Pembahasan Data hasil analisis tanah di laboratorium diolah untuk memperoleh nilai yang diperlukan untuk penetapan tingkat degradasi lahan akibat erosi. Selain itu juga digunakan juga hasil pengamatan lapangan yang kemudian disajikan dan dibahas berdasarkan TPL. potensial (A) dengan laju erosi yang masih dapat ditoleransi (TSL) pada masing-masing TPL. Laju erosi yang masih dapat ditoleransi ditentukan berdasarkan sifat tanah dan subtrata yang disampaikan Arsyad (2010). Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi dikelompokkan dalam kelas Sangat Ringan (SR), Ringan (R), Pengamatan Teknik Sedang (S), Berat (B) dan Sangat Berat (SB). pengolahan tanah yang diterapkan: Persamaan yang digunakan mengelompokkan berbagai parameter fisik dan pengelolaan yang Pengumpulan data dilakukan melalui survai lapang. Pengamatan dilakukan setiap TPL untuk memperoleh data skunder dengan mempengaruhi laju erosi kedalam enam peubah utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik. tujuan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan pengelolaan tanah dan usaha konservasi. Evaluasi Degradasi Lahan Menurut Teknologi konservasi dalam usaha pengawetan tanah Data terhadap teknologi konservasi yang digunakan dalam usaha pengawetan tanah dan air diperoleh melalui pengamatan langsung Alibasyah (1996) bentuk degradasi tanah yang terpenting di Kawasan Asia antara lain adalah adanya erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Degradasi tanah akibat erosi permukaan telah Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 28 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berlangsung sangat intensif dan meluas di sebanyak 4 TPL yang dijadikan sebagai titik Indonesia terutama di wilayah perkotaan pada pengambilan sampel. Deskripsi dari masing- lahan dengan perubahan ulang. masing TPL dapat dilihat pada Tabel 1. Arahan Penggunaan Lahan Tabel 1. Deskripsi TPL di Lokasi Penelitian Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Arahan penggunaan lahan dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi tingkat bahaya erosi (TBE) untuk masing-masing TPL. SP L Penentuan dilakukan dengan arahan upaya TP L Keleren gan (%) Jenis Tanah Penggun aan Lahan Luas (Ha) Pengelol aan Lahan 1 48 Ultisol kebun pisang 45,0 3 TB 2 Aug-15 Ultisol semak belukar 658, 06 TTK 3 25-40 Ultisol kebun pisang 241, 94 TTK. menggunakan teknik konservasi tanah pada 4 25-40 Incepti sol kacang tanah lahan hutan dengan fungsi budidaya tanaman 5 03-Aug Ultisol Jagung 29,1 3 779, 91 36,4 2 74,5 8 pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang sesuai, dilakukan dengan memperbaiki nilai CP. Penentuan juga dilakukan dengan 1 tahunan yang dinyatakan oleh Dephut (1986 6 03-Aug Ultisol dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). 7 03-Aug Ultisol 8 03-Aug Ultisol padi sawah padang rumput 2 HASIL PEMBAHASAN kebun campura n 753, 81 TB B T TTK TTK Deskripsi Hasil pengamatan lapangan bahwa di Sumber : Hasil Analisis (2012) lokasi penelitian dijumpai dua jenis tanah yaitu *)TB=Teras bangku, TTK =Tanpa tindakan Ultisol konservasi, B=bedengan, T=Terrasering. dan Inceptisol, masing-masing penggunaan lahan untuk tanaman semusim (SPL 1) seluas 1.865,07 dan tanaman SPL 1 terdiri dari TPL 1 dengan tahunan/kebun campuran (SPL 2) seluas 753,81 kelerengan dengan kelerengan lahan berkisar 3-48 %. penggunaan lahan untuk kebun pisang seluas 48 %, jenis tanah Ultisol, Dari dua SPL yang terbentuk masing- 45,03 ha dan pengelolaan lahan teras bangku, masing ditetapkan (Tipe Penggunaan Lahan) TPL 2 dengan kelerengan 8-15 %, jenis tanah TPL.TPL ini di dasarkan pada hasil pengamatan Ultisol, penggunaan lahan untuk semak belukar lapangan terhadap jenis tanaman, tingkat seluas 658,06 ha dan tanpa pengelolaan lahan kelerengan, jenis tanah dan pengelolaan lahan. TPL 3 dengan kelerengan 25-40 %, jenis tanah Terdapat delapan TPL, yaitu pada lereng 48 % Ultisol, penggunaan lahan untuk kebun pisang sebanyak 1 TPL, pada lereng 8-15 % sebanyak seluas 241,94 ha dan tanpa pengelolaan lahan, 1 TPL pengamatan, pada lereng 25-40 % TPL 4 dengan kelerengan 25-40 %, jenis tanah sebanyak 2 TPL dan pada lereng 3-8 % Inceptisol, penggunaan lahan untuk kacang 29 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tanah seluas 29,13 ha dan pengelolaan lahan 25-40 %) dengan penggunaan lahan untuk telah membuat teras bangku, TPL 5 dengan kacang tanah dengan tehnik konservasinya kelerengan Ultisol, pembuatan teras bangku dan TPL 6 (lereng 3- penggunaan lahan untuk jagung seluas 779,91 8 %) penggunaan lahan untuk padi sawah ha dan pengelolaan lahan telah membuat dengan bedengan, TPL 6 dengan kelerengan 3-8 %, terrassering. 3-8 %, jenis tanah jenis tanah Ultisol, penggunaan lahan untuk kelerengan 3-8 %, jenis tanah Ultisol, penggunaan lahan untuk padang rumput/ semak belukar seluas 74,58 ha dan tanpa pengelolaan lahan, sementara SPL 2 pada TPL 8 dengan kelerengan 3-8 %, jenis tanah seluas 753,81 ha dan tanpa pengelolaan lahan. pembuatan Erosi merupakan kejadian alami dimuka bumi ini, akan tetapi karena pengaruh manusia kejadian erosi menjadi lebih besar dari keadaan alaminya pada daerah-daerah tertentu seperti di Daerah Tangkapan Air (DTA) bisa diprediksi dengan menggunakan metode USLE Ultisol penggunaan lahan untuk kebun campuran konservasi Prediksi Erosi padi sawah seluas 36,42 ha dan pengelolaan lahan telah membuat teras datar, TPL 7 dengan tehnik Indeks erosivitas hujan (R) dihitung berdasarkan persamaan (6) diperoleh 1.358,36.Data digunakan adalah data curah hujan pada tahun 2002-2011 selama 10 Teknik Pengolahan Tanah yang Diterapkan Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa tehnik pengolahan tanah yang diterapkan petani sangat beragam, pada areal dengan penggunaan untuk tanaman semusim tehnik pengolahan tanah secara konvensional dan (sepuluh) tahun, yang telah mewakili lokasi penelitian.BMG Indrapuri memperoleh data dari alat penakar hujan yang ada dan tercatat di wilayah penelitian yaitu Kecamatan Lembah Seulawah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. pembuatan teras bangku, bedengan, terrasering dan tanpa pengolahan tanah. Indeks Erosivitas Hujan Metode USLE umum digunakan untuk Teknologi Konservasi dalam Usaha Pengawetan Tanah Hasil pengamatan lapang menunjukkan memperediksi laju erosi yang disebabkan oleh air hujan dan aliran permukaan.Wischmeier (1976). bahwa penerapan tehnologi konservasi untuk mencegah erosi telah dilakukan pada lahan Tabel 2. yang telah digunakan untuk tanaman musiman. Pada TPL 1 (lereng 48 %), penggunaan lahan Rata-rata curah hujan Tahun 2002 s/d 2011 untuk penetuan Nilai Erosivitas (R) Hujan untuk tanaman pisang dengan tehnik konservasi No Tahun HH CH (mm) CH Maks R tanah pembuatan teras bangku. TPL 4 (lereng 1 2002 159 1.709,90 4,70 1.675,06 Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 30 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2 2003 161 1.548,40 4,30 1.401,22 Hasil analisis sampel tanah di laboratorium 3 2004 164 1.908,80 5,30 1.999,23 guna memperoleh nilai K tertera pada masing- 4 2005 157 1.528,80 4,20 1.386,80 5 2006 159 1.083,70 3,00 757,53 6 2007 154 1.247,00 3,50 981,73 7 2008 165 1.666,00 4,60 1.573,31 8 2009 147 1.376,30 3,80 1.191,35 9 2010 150 1.318,30 3,70 1.094,91 10 2011 149 1.563,90 4,30 1.522,51 1.556 14.951,10 41,53 13.583,60 Jumlah Rata-rata 13,00 155,60 4,15 masing TPL disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. SPL Nilai Indek Erodibilitas Tanah pada Masing-masing TPL TPL Nilai K Kelas Kepekaan Erosi 1 0,319 Sedang 2 0,397 Agak tinggi 3 0,282 Sedang 4 0,444 Tinggi 5 0,416 Tinggi 6 0,520 Tinggi 7 0,553 Sangat tinggi 8 0,414 Tinggi 1 1.358,36 Sumber :Badan Meteorologi dan Geofisika (Stasiun Klimatologi Indrapuri) dan Hasil 2 Perhitungan (2012) Sumber : Hasil Analisis (2012) Nilai Erodibilitas Tanah Resistensi tanah terhadap pengikisan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh energi kinetik air hujan ditunjukkan oleh nilai indeks erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah (K) dihitung dengan menggunakan persamaan : Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai erodibilitas tanah (K) terendah masing-masing terdapat pada TPL 1 dan 3 yaitu 0,319 dan 0,282 dengan katagori sedang dan nilai indeks erodibilitas tanah (K) terbesar terdapat pada 100 K= 1.292 [2.1 M1.14 (10-4)(12-a)+3.25 (b- TPL 7 yaitu 0,553 dengan kategori sangat 2)+2.5(c-3)] tinggi. Tingginya erodibilitas ini disebabkan oleh tingginya fraksi debu yaitu 73 %. Dariah et.al, (2004), debu merupakan Dimana : K =Faktor erodibilitas tanah fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena M =Parameter ukuran butir yang diperoleh selain mempunyai ukuran yang relatif halus, dari : (% debu - % pasir sangat halus) (100 fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan - % liat), % pasir sangat halus = 30 % dari untuk membentuk ikatan (tanpa adanya bantuan pasir (Sinukaban,1989) bahan perekat), karena tidak mempunyai muatan sehingga mudah dihancurkan oleh a = Persentase bahan organic b = Indeks struktur tanah c = Indeks permeabilitas tanah. energi hujan. Penelitian Wischmeier dan Mannering (1969), Morgan (1979), menunjukkan bahwa pasir halus dan debu merupakan partikel- 31 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala partikel tanah yang berpengaruh pada kepekaan 1 48 122 30,40 tanah terhadap erosi. Tanah akan lebih mudah 2 12,50 152 4,30 3 14 300 17,67 4 14 76 4,05 tererosi, apabila mempunyai kandungan debu 1 lebih tinggi disertai dengan bahan organik 5 3 274 0,55 rendah, dan tanah dengan kandungan debu 40- 6 3 274 0,55 60% sangat peka terhadap erosi. Selain itu, 7 4 152 0,76 8 4 152 0,76 permeabilitas lambat, dan relatif rendahnya 2 bahan organik tanah diperkirakan merupakan Sumber : Hasil Analisis (2012) penyebab tingginya erodibilitas. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng Pengelolaan Tanaman (C) dan Tanah (P) Penentuan kedua nilai tersebut dilakukan (LS) Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) pada masing-masing TPL ditentukan berdasarkan kelas kemiringan lereng dan faktor LS. Untuk menghitung nilai LS menggunakan persamaan (8) dan (9) dan sesuai dengan tabel panjang dan gradien kemiringan lereng (Goldmand et al, 1986 dalam Asdak, di lapangan.Nilai C didasarkan pada identifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengelolaan tanaman dan nilai P ditentukan dengan melihat ada tidaknya tindakan pengelolaan tanah.Hasil pengamatan terdapat sebagian lahan belum dimanfaatkan dan hanya ditumbuhi semak belukar. Penggunaan untuk tanaman semusim 2007). Hasil pengamatan lapangan terhadap nilai LS yang dihitung berdasarkan rumus diperoleh nilai LS tertinggi terdapat pada TPL 1 dengan kemiringan 40% maka nilai LS yaitu sebesar 30,4. Sedangkan nilai LS terendah dijumpai pada TPL 5 dan 6 dengan kemiringan lereng sebesar 0-3 %, sehingga faktor LS adalah 0,55. Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng maupun tanaman tahunan sebagian telah diterapkannya tindakan konservasi seperti teras bangku pada tanaman pisang dan penanaman dalam barisan (tanaman terrassering pada pengelolaan tanaman campuran) tanaman (C) padi. dan dan Nilai tindakan pengelolaan tanah (P) pada masing-masing TPL dilihat pada Tabel 5 dan 6. (LS) pada masing-masing TPL disajikan pada Tabel 5. Tabel 4. Tabel 4. Nilai LS berdasarkan panjang dan gradien kemiringan lereng Goldmand et.al, 1986) SPL 1 Kelerengan SPL Panjang lereng (m) TPL S (%) Nilai LS Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) berdasarkan Arsyad (2010) TPL 1 2 3 4 5 Macam Penggunaan Kebun pisang Semak belukar kebun pisang Kacang Tanah Jagung Nilai faktor C 0.6 0,30 0.6 0,20 0,70 Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 32 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 6 7 8 2 Padi Semak belukar Kebun campuran 0,56 0,30 0,20 Erosi Aktual dan Potensial Erosi aktual diperoleh dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) yaitu : A = R. K. L. S. C. P. Sumber : Hasil Analisis (2012) Tabel 6. Erosi ini diprediksi dalam keadaan yang Nilai Faktor Pengelolaan Lahan (P) sebenarnya terjadi di lapangan yaitu dengan berdasarkan Arsyad (2010) melihat kondisi tanah yang telah dikelola dan SPL TPL 1 2 3 1 4 5 6 7 8 2 Nilai Faktor P Tindakan Khusus Teras bangku dengan kontruksi kurang baik Tanpa Tindakan Konservasi Tanpa Tindakan Konservasi Teras bangku dengan kontruksi kurang baik Tanpa Tindakan Konservasi Terrassering Tanpa Tindakan Konservasi Tanpa Tindakan Konservasi ada atau tidaknya tindakan pengelolaan tanah. Sedangkan erosi potensial diperoleh dengan 0.35 menghitung besarnya nilai A = R. K. L.S, tanpa 1,00 1,00 memasukkan nilai pengelolaan tanaman (C) dan 0.35 pengelolaan tanah (P), untuk jelasnya dapat 1,00 0,04 1,00 1,00 dilihat pada Tabel 7. Sumber : Hasil Analisis (2012) Tabel 7. Nilai Erosi Aktual dan Potensial yang Terjadi di Lokasi Penelitian pada Masing-masing Tipe Penggunaan Lahan (TPL) SPL 1 2 TPL R K L.S CP Erosi Aktual ton/ha/th Erosi Potensial ton/ha/th 1 1.358,36 0,31 30,40 0,21 2.766,29 13.172,83 2 1.358,36 0,39 4,30 0,30 695,65 2.318,86 3 1.358,36 0,28 17,67 0,60 4.061,17 6.768,63 4 1.358,36 0,44 4,05 0,07 170,98 2.442,60 5 1.358,36 0,41 0,55 0,70 217,55 310,79 6 1.358,36 0,52 0,55 0,02 8,71 388,49 7 1.358,36 0,55 0,76 0,30 171,26 570,89 8 1.358,36 0,41 0,76 0,20 85,47 427,39 Sumber : Data analisis 2012 dijumpai pada TPL 3 yaitu sebesar 4.061,176 Tabel 7 menunjukkan bahwa erosi aktual ton ha-1 th-1 dan TPL 1 2.766,295 ton ha-1 th-1. dan potensial yang terjadi di lokasi penelitian Faktor penyebab utama terjadinya erosi aktual sangat beragam dan tergantung pada faktor- pada TPL 3 adalah karena nilai CP yang tinggi faktor (0,60) akibat dari pola penggunaan lahan kebun yang lebih dominan dalam mempengaruhi erosi. Erosi aktual terbesar 33 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 pisang yang tidak menerapkan kaidah Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala konservasi pada lahan yang mempunyai dengan persamaan 10 yaitu: TBE = A/ TLS. kelerengan 27 %. Pada TPL 1, sesuai penyebab Dimana A= Laju erosi tanah (ton thn-1) dan utama terjadi erosi aktual adalah tingginya nilai TLS = Laju erosi yang masih dapat di toleransi LS yaitu 30,4 (kategori sangat tinggi). Besarnya (tonthn-1). Dengan sifat tanah dan substrata nilai erodibilitas pada tapak pengamatan ini pada TPL 1,2 dan 7 adalah tanah kedalaman juga disebabkan oleh tingginya kandungan debu dangkal (<5 cm), maka besarnya erosi yang yaitu 46%. yang masih dapat ditoleransikan masing-masing Tabel 7 juga menunjukkan bahwa erosi sebesar 9,6 ton ha-1th-1 dan pada TPL 4,5,6 dan potensial dijumpai TPL 2 dan 4 masing-masing 8 adalah tanah kedalamansedang (50-90 cm) 2.318,86, 2.442,60 ton ha-1 th-1 dan yang maka besarnya erosi yang yang masih dapat tertinggi pada TPL 1 dan 3 masing-masing ditoleransikan masingmasing sebesar 14,4 ton -1 -1 sebesar 13.172,85 ton ha th dan 6.768,63 ton ha-1 th-1 sedangkan pada TPL 3 dengan tanah ha-1 th-1. Faktor utama besarnya potensi erosi kedalamandalam (>90 cm) permeabilitas cepat adalah karena nilai LS masing-masing sebesar maka besarnya erosi yang yang masih dapat 30.4 dan 17,67 tergolong sangat tinggi. ditoleransikan adalah 30 ton ha-1 th-1 (Tabel 8). Hudson (1978) menyatakan bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat Tabel 8. Tingkat Bahaya Erosi pada masingmasing Type Penggunaan Lahan erodibilitas suatu tanah.Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari (TPL) di Lokasi Penelitian faktor Potensial (A) TLS TBE (ton ha-1 th1 ) (ton ha-1 th-1) (ton ha-1 th-1) 1 13.172,83 9,60 1.372,17 2 2.318,86 9,60 241.55 3 6.768,63 30,00 225,62 4 2.442,60 14,40 169,63 5 310,79 14,40 21,58 6 388,49 14,40 16,19 7 570,89 9,60 59,47 8 427,39 14,40 29,68 pengelolaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian SPL TPL Rachman et al. (2003), bahwa pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisasisa tanaman berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan 1 stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength) dan terhadap daya resistensi/daya perusak tahan tanah butir-butir hujan 2 (detachment). Tingkat Bahaya Erosi Sumber : Hasil analisis (2012) Tingkat bahaya erosi yang merupakan rasio antara laju erosi tanah dengan laju erosi yang masih dapat ditoleransi, dapat dihitung Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Klasifikasi tingkat bahaya erosi yang Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 34 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala terjadi pada masing-masing TPL diperoleh dengan kategori berat dan sangat berat, ini perlu dengan mengetahui tingkat kehilangan tanah agar masa yang akan datang erosi yang terjadi (ton ha -1 -1 th ) akibat erosi dan dibandingkan tidak semakin besar, terutama fakor dengan ketentuan klasifikasi tingkat bahaya pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi. erosi Widiatmaka Asdak (1995), menyatakan bahwa komponen (2001).Klasifikasi tingkat bahaya erosi pada yang dapat diubah untuk mencegah erosi adalah lokasi penelitian disajikan pada Tabel 9. faktor pengelolaan tanaman (C), pengelolaan Hardjowigeno dan tanah (P), dan faktor topografi (LS), sedangkan nilai erodibilitas (K) umumnya Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi Penelitian masing Type pada Masing- Penggunaan Lahan konstan kendati dapat berubah tergantung struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik dan permeabilitas. (TPL) Tanah hilang SPL TPL Kelas Kategori Evaluasi Degradasi Lahan -1 (ton th ) 1 2 dianggap Tanah yang mengalami kerusakan baik 1 1.372,17 5 Sangat berat 2 241.55 4 Berat 3 225,62 4 Berat 4 169,63 3 Sedang produksi padi mencapai sekitar 22% pada lahan 5 21,58 2 Ringan semi kritis, 32 % pada lahan kritis, dan 6 16,19 2 Ringan diperkirakan sekitar 38% pada lahan sangat 7 59,47 2 Ringan 8 29,68 2 Ringan Sumber : Hasil Analisis (2012) kerusakan karena sifat fisik, kimia dan maupun biologi memiliki pengaruh terhadap penurunan kritis. Sedangkan untuk kacang tanah mengalami penurunan sekitar 9%, 46%, 58% masing-masing pada tanah semi kritis, kritis dan tanah yang sangat kritis (Alibasyah, 1996). Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 4 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat Arahan Penggunaan Lahan bahaya erosi ringan (R) masing-masing terdapat pada TPL 6, TPL 5, TPL 8 dan TPL 7 dan klasifikasi tingkat bahaya erosi sedang (S) terdapat pada TPL 4, sedangkan klasifikasi tingkat bahaya erosi berat (B) TPL 3 dan 2 dan klasifikasi tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) TPL 1. Penurunan nilai erosi dan TBE pada lokasi penelitian perlu dilakukan terutama 35 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 Berdasarkan hasil analisis parameter erosi dan tingkat bahaya erosi (TBE) yang terjadi pada masing-masing TPL, menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya erosi meliputi pola penggunaan lahan, tindakan pengelolaan tanah, nilai erodiblitas, sehingga penting dilakukan perubahan tehadap faktor penyebab tersebut. Pola pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dianggap sesuai diterapkan Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pada masing-masing tapak pengamatan dalam pengelolaan lahan dengan cara pemilihan dan kelompok TPL. pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman sebagai mulsa, teras bangku disertai pembuatan Tingkat Bahaya Erosi Ringan (R) Tingkat bahaya erosi ringan (R) masing- rorak, hal ini selaras seperti yang disampaikan masing terdapat pada TPL 5 dan 6, dengan oleh Dariah faktor LS masing-masing 0,55. Arahan yang organik yang masih berbentuk serasah, seperti tepat untuk pengggunaan lahan dan tindakan daun ranting dan lainnya yang belum hancur konservasi metode yang menutupi permukaan tanah, merupakan vegetatif, TPL 7 dan 8 dengan faktor LS pelindung tanah terhadap kekuatan perusak masing-masing 0,55 dan 0,76 (padang rumput/ butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik lahan terbuka/ dan kebun campuran) sebaiknya tersebut juga menghambat aliran permukaan, dilakukan dan sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan penggunaan tanaman/ sisa tanaman sebagai relatif tidak merusak. Bahan organik yang mulsa sehingga menurunkan nilai erodibilitas sudah dan CP. kemampuan menyerap dan menahan air yang adalah menggunakan penanaman Penggunaan tumpang pelapukan mempunyai tingi, sampai dua-tiga kali berat keringnya akan 8 tetapi kemampuan menyerap air ini hanya direkomendasikan penambahan jumlah tanaman merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi yang di tanam secara baris sehingga kerapatan kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama tinggi dan mengurangi tumbukan air hujan bahan organik adalah memperlambat aliran secara langsung pada tanah.Pada lahan dengan permukaan, penggunaan tanaman tahunan arahan teknik memantapkan agregat tanah (Asyad, 2010). konservasi penanaman Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan menurut kontur, penanaman baris, kebun bahwa energi yang dibutuhkan untuk memulai campuran (Arsyad, 2010). aliran tahunan sebagai mengalami kebun campuran lahan sari et al, (2004) bahwa bahan pada TPL yang tepat adalah meningkatkan permukaan infiltrasi semakin dan infiltrasi mengakhiri meningkat dan proses dengan bertambahnya kandungan bahan organik. (BO) Tingkat Bahaya Erosi Sedang (S) Tingkat bahaya erosi sedang dijumpai sebanyak 3,44 meskipun pola pengelolaan pada TPL 4, faktor dominan yang menyebabkan lahan memiliki nilai tinggi (CP 0,21), arahan terjadinya erosi adalah LS (4,05) dan tingginya pengelolaan lahan dengan cara pemilihan dan fraksi debu (54 %) (hasil analisis laboratorium) pengaturan pola tanam, penanaman penutup dengan tanah, kandungan sebanyak 3,44 bahan organik (BO) penggunaan tanaman/sisa tanaman meskipun pola pengelolaan sebagai mulsa, teras bangku disertai pembuatan lahan memiliki nilai tinggi (CP 0,21), arahan rorak, hal ini selaras seperti yang disampaikan Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 36 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala oleh Dariah et al, (2004) bahwa bahan organik ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak yang masih berbentuk serasah, seperti daun mempunyai ikatan (tanpa adanya bantuan bahan ranting dan lainnya yang belum hancur yang perekat/pengikat) karena tidak mempunyai menutupi merupakan muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun pelindung tanah terhadap kekuatan perusak merupakan ukuran yang sangat halus, namun butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik karena mempunyai muatan, maka fraksi ini tersebut juga menghambat aliran permukaan, dapat membentuk ikatan.Tanah-tanah bertekstur sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan halus (didominasi liat) umumnya bersifat relatif tidak merusak. Bahan organik yang kohesif dan sulit sudah mempunyai demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran kemampuan menyerap dan menahan air yang permukaan mampu menghancurkan ikatan antar tingi, sampai dua-tiga kali berat keringnya akan partikelnya maka akan timbul sedimen bahan tetapi kemampuan menyerap air ini hanya tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi terbawa aliran permukaan.Arahan konservasi kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama yang dianggap cocok untuk TPL 2 dan 3 adalah bahan organik adalah memperlambat aliran dengan pengembangan usaha tani tanaman permukaan, tahunan (tanaman perkebunan dan tanaman permukaan mengalami tanah, pelapukan meningkatkan infiltrasi dan hal dihancurkan. Walaupun memantapkan agregat tanah (Asyad, 2010). industri), ini selaras Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan disampaikan oleh Asdak (2007). seperti yang bahwa energi yang dibutuhkan untuk memulai aliran permukaan infiltrasi semakin dan mengakhiri meningkat proses dengan bertambahnya kandungan bahan organik. Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat (SB) Tingkat bahaya erosi sangat berat dijumpai pada TPL 1 penyebab utamanya adalah faktor tingginya fraksi debu (46 %), Tingkat Bahaya Erosi Berat (B) rendahnya bahan organik (4,01), perbeabilitas Tingkat bahaya erosi berat dijumpai pada cepat, LS tinggi (30,4) dan CP rendah (0,21). TPL 2 dan 3 penyebabnya adalah faktor TPL 1 ini tidak layak digunakan untuk lahan erodibilitas yang tinggi juga dipengaruhi oleh pertanian, pola penggunaan lahan kebun pisang dengan disampaikan oleh Asdak (2007) yaitu lahan kerapatan sedang (0.20), fraksi debu tinggi dengan tingkat kelerengan > 45 % hanya boleh yaitu masing-masing 54 dan 40 % (hasil digunakan untuk hutan lindung. Dariah et al, analisis laboratorium), hal ini selaras seperti (2004) menambahkan bahwa suatu tanah yang yang disampaikan Meyer dan Harmon (1984) mempunyai erodibilitas rendah mungkin saja debu merupakan fraksi tanah yang paling mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut mudah tererosi karena selain mempunyai terdapat pada lereng curam dan panjang, serta 37 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 hal ini selaras seperti yang Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala curah hujan dengan intensitas hujan yang selalu sebagai mulsa, pergiliran tanaman baik tinggi. Sebaliknya suatu tanah yang mempunyai legum atau tanaman pangan lainnya dan erodibilitas tinggi, mungkin memperlihatkan penggunaan mulsa yang berasal dari sisa gejala erosi yang yang ringan atau tidak sama tanaman dan penambahan jumlah tanaman sekali bila terdapat pada lereng yang landai, yang di tanam secara baris sehingga dengan penutupan vegetasi baik dan curah kerapatan tinggi dan penerapan sistim hujan berintensitas rendah penanaman tumpang sari. Lahan yang kelas tingkat bahaya erosinya sedang (S) dengan KESIMPULAN Dari cara pemilihan dan pengaturan pola tanam, hasil penelitian di kawasan penanaman tanaman penutup tanah, Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh penggunaaan tanaman/ sisa tanaman sebagai Besar menunjukkan bahwa: mulsa, Sedangkan pada tanaman tahunan 1. Telah terjadi degradasi lahan akibat erosi arahan teknik konservasi yang tepat adalah maupun dengan pembuatan teras datar penanaman tanaman tahunan, dimana erosi aktual menurut kontur dan penanaman baris, pada terbesar dijumpai pada SPL 1 (TPL 3) yaitu TPL 4 pemilihan sebesar 4.061,176 ton ha-1 th-1, TPL 1 tanam, sebesar (2.766,295 tonha-1th-1). Sedangkan penggunaan tanaman/ sisa tanaman sebagai erosi potensial tertinggi dijumpai pada SPL mulsa, teras bangku disertai pembuatan 1 (TPL 1) yaitu 13.172,83 ton ha-1 th-1, (TPL rorak. Pada lahan kelas tingkat bahaya erosi 3) 6.768,63 ton ha-1 th-1 dan TPL 4 dan 2 berat (B) arahan penggunaan lahannya untuk ton ha-1 th- pengembangan usaha tani tanaman tahunan baik pada tanaman semusim masing-masing 2.442,60 1 2.318,86 ton ha-1 th-1 dan penanaman pengaturan penutup pola tanah, (tanaman perkebunan dan tanaman industri). 2. Terdapat 4 kelas tingkat bahaya erosi yaitu DAFTAR KEPUSTAKAAN tingkat bahaya erosi ringan (R) masingmasing terdapat pada TPL 5, 6, 7 dan 8, tingkat bahaya erosi sedang (S) pada TPL 4, tingkat bahaya erosi berat (B) (TPL 2 dan 3) dan kategori tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) terdapat pada TPL 1. 3. Lahan yang kelas tingkat bahaya erosinya ringan (R), maka arahan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman Anonimous, 2010.Laporan Tahunan. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Anonimous, 2012.Peningkatan Kemampuan Pengamat Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK). Alibasyah, R.,1996. Pengolahan Tanah Konservasi untuk Menunjang Pertanian Berkelanjutan pada Lahan Kritis.Topik Khusus dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi S-3. Bandung: Fakultas Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air.Bogor: IPB Press. Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta Gajah Mada Volume 1, No. 1, Mei 2013 - 38 Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala University Press. Dariah, A., Subagyo, H., Tafakresnanto dan S. Marwan, 2003. Kepekaan tanah terhadap erosi. Jurnal Akta Agrosia Vol. 8, No.2. Risza, S., 1994.Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas. Yogyakarta: Kanisius. Rachman, A., S. H. Anderson, C. Gantzer, and A. L. Thompson, 2003. Influence of longsterm cropping system on soil physical properties related to soil erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 637-644 Saragih, B., 1996. Pemantapan Perangkat Kelembagaan Sosial Ekonomi ; Suatu Upaya Penanggulangan Kemiskinan di DAS Kritis. Dalam : Sinukaban dkk (Ed). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam.Prosiding Kongres II dan Seminar Nasional MKTI.Yogyakarta. Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sinukaban, N. 1989.Dasar-dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Ilmu Tanah. Bogor: IPB. Sinukaban, 1989. Konservasi Tanah dan Air di Daerah Transmigrasi. PT. Indeco Utama 39 - Volume 1, No. 1, Mei 2013 International Development Consultant Berasosiasi dengan BCEOM Sukmana, S., H. Suwardjo, A. Abdurahman, and J. Dai, 1986. Prospect of Flemingia congesta Roxb. For reclamation and corservation of volcanic skeletal soils.Pembrit.Penel. Tanah dan Pupuk 4 : 50-54. Sulistyowati, 2004.Usaha Tani di Lahan Berlereng Curam.Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Sutanto, R., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Konsep dan kenyataan.Yogyakarta: Kanisius. Soepardi, G., 1979. Sifat dan Ciri Tanah.Bogor: IPB Press. Supirin, 2002.Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air.Yogyakarta: Andi. Stevenson, F. J., 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition and Reaction.New York: John Willey and Sons. Utomo, W. H., 1989. Koservasi Tanah di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Jakarta: Rajawali Press. Wischmeier, W. H., and J. V. Mannering, 1969. Relation of soil properties to erodibility. Soil Sci. AM. Proc 33; 131-137