BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana prasarana, data yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi (Nainggolan, 2005) Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis misalnya penerimaan sumbangan (IAI, 2015) Organisasi nirlaba secara mudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba semata (nirlaba). Walaupun dalam perjalanannya ia membutuhkan dana yang diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini tetap berarti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk perolehan dana saja bukan kegiatan utama yayasan. Organisasi nirlaba meliputi organisasi keagamaan, rumah sakit, sekolah negeri, organisasi jasa sukarelawan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia sebagai aset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk manusia. Manajemen Gereja harus mempertanggungjawabkan sumbangan atau dana yang telah diterima dari berbagai pihak berupa laporan keuangan karena menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Untuk pihak internal tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui situasi keuangan yang ada dalam organisasi tersebut, sedangkan untuk pihak eksternal bertujuan untuk mengetahui apakah dana yang ada telah dipergunakan dengan baik dan terlampir dalam laporan keuangan organisasi tersebut. (Cintokowati, 2010) Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Laporan merupakan proses dari akuntansi, IAI (2015) mendefinisikan Laporan keuangan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan Keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan dan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas. Untuk organisasi laba laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Gereja merupakan salah satu organisasi yang di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Tujuannya untuk mempertanggung jawabkan pada jemaat gereja bahwa sumbangan yang mereka berikan sudah digunakan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. HKBP Kertanegara Semarang yang berkedudukan di Jl. Kertanegara Selatan No.1 Semarang berdiri sejak 1 April 1934. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) merupakan satu dari berbagai macam gereja Kristen Protestan yang ada di Indonesia yang berkembang dengan kebudayaan Batak. Gereja diharapkan dapat mengakomodasi semua kegiatan umatnya seperti beribadah, bersosialisasi dan berkumpul sesama umat, aktivis terhadap sesama, dll. PSAK membantu pihak yayasan untuk memberikan pediman dalam menghasilkan laporan keuangan secara rinci. Pada sisi yang lain, Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai institusi pemeriksa yayasan menggunakan PSAK ini sebagai dasar pemeriksaannya. Stakeholders yayasan, antara lain pemerintah, dan donator juga dapat memahami angka yang tertera di dalamnya berangkat dari basis pemahaman yang sama juga. (Nainggolan, 2005) Penelitian yang dilakukan oleh Chenly (2013), mengenai “Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK Nomor 45 Pada Gereja BZL” bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan laporan keuangan Gereja Bukit Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) Nomor 45. Dalam penellitian ini di temukan bahwa laporan posisi keuangan khususnya kelompok aset tidak disajikan nilai dari investasi dan surat berharga karena Gereja Bukit Zaitun tidak mencatat atau melaporkan nilai investasi dan surat berharga yang dimiliki dalam laporan tahunan gereja sehingga tidak diketahui berapa nilai dari investasi dan surat berharga. Menurut penelitian yang dilakukan Ibrahim (2009), laporan keuangan yang disajikan oleh Baitul Mal Provinsi NAD telah menerapkan PSAK Nomor 45 tetapi penyusunan dari penyajian masing-masing laporan tersebut belum sepenuhnya mengikuti standar pelaporan sebagaimana yang diatur dalam PSAK Nomor 45. Dalam laporan arus kas tidak disajikan hal yang material atau salah dalam penyajiannya seperti pada aktivitas arus kas masuk dan keluar tidak diklasifikasikan ke dalam golongan aktivitas, tetapi Baitul Mal menyajikan semua aktivitas kedalam aktivitas operasi. Mamesah (2013) dalam penelitiannya tentang Penerapan PSAK No.45 Pada GMIM EFRATA SENTRUM SONDER Kaitannya dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan menjelaskan bahwa laporan keuangan pada GMIM Efrata Sentrum Sonder belum menerapkan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba pada penyajian laporan keuangannya dari segi format laporan keuangan maupun penyusunannya. Gereja hanya menyajikan laporan keuangan dalam bentuk laporan realisasi anggaran sesuai dengan pedoman yang disusun Badan Pekerja Majelis Sinode dalam Tata Gereja yang dalam PSAK No. 45 disebut sebagai laporan aktivitas. Penelitian yang dilakukan Sutarti & Prayitno (2007), menjelaskan bahwa laporan keuangan pada rumah sakit “x” sudah sesuai dengan PSAK Nomor 45, tetapi rumah sakit “x” tidak menjelaskan keterangan mengenai penilaian dan penghapusan persediaan, dimana persediaan yang mutasinya tidak ada (dead stock), lambat (slow moving) melebihi masa dua tahun atau rusak apakah akan dipindahbukukan dari persediaan ke aktiva lain-lain atau persediaan tersebut akan dihapuskan. Budirahardjo (2009) dalam penelitiannya tentang Penerapan Pelaporan Keuangan pada Yayasan Nurul Hayat yang sesuai dengan PSAK No.45 menjelaskan bahwa laporan keuangan Yayasan Nurul Hayat belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No.45 karena salah satu faktor penting dalam PSAK 45 yaitu penggolongan aset bersih dalam ekuitas tidak dilakukan. Pada penelitian ini melakukan sistesa dari penelitian Pontoh (2013) dan Mamesah (2013). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa objek yang diteliti belum menerapkan PSAK Nomor 45 karena objek yang di teliti memiliki peraturan penyusunan laporan keuangan tersendiri. Persamaan sintesa ini adalah untuk menganalisis penerapan PSAK Nomor 45 pada organisasi nirlaba, sedangkan perbedaan dengan penelitian Mamesah (2013) adalah penelitian ini tidak menganalisis kualitas informasi laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang, dan mengimplementasikannya menjadi penelitian mengenai “ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 45 PADA GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) KERTANEGARA SEMARANG”. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan acuan kepada yayasan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK Nomor 45. 3.1 Rumusan Masalah Dalam PSAK 45 dinyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi lembaga nirlaba termasuk di sisi yayasan. Terkait dengan hal tersebut, perumusan masalah yang timbul adalah: Apakah Laporan Keuangan pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45? 1.3 Tujuan Peneliatian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Laporan Keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang apakah telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian dari penerapan PSAK Nomor 45 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Yayasan a) Menjadi suatu acuan yayasan untuk menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45 b) Membantu laporan keuangan gereja agar mudah di pahami dan memiliki relevansi. 2. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan salah satu sumber referensi kajian teori bagi peneliti yang berminat pada bidang dan topik permasalahan yang sama. 3. Penulis Sebagai langkah awal dalam mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah danmenambahpengetahuan mengenai penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba. 1.5 Sistematika Penulisan Agar lebih terarahkan, penulis membagi penelitian yang dilakukan ini menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Berisi penjelasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dibahas tentang teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan. Bab III : Metode Penelitian Berisi penjelasan tentang obyek penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang diterapkan. Bab IV : Hasil Peneltian dan Pembahasan Bab ini merupakan penjabaran tentang hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan tentang permasalahan yang telah dirumuskan penulis. Dalam bab ini berisi deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan penyusunan laporan keuangan tahun 2013 pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang. Bab V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Organisasi Robbins, Stephen.P. (1994) menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran. 2.1.2 Organisasi Nirlaba Nickels, dkk (2009) menyatakan bahwa suatu organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak mencakup penciptaan laba pribadi bagi pemilik atau pengelolanya, organisasi nirlaba sering kali berusaha mencapai keuntungan finansial, tetapi keuntungan-keuntungannya tersebut digunakan untuk mencapai tujuan sosial atau pendidikan dari organisasi dan bukannya untuk kepentingan pribadi. Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, dll. 2.1.3 Ciri-ciri Organisasi Nirlaba Menurut IAI (2015) organisasi nirlaba memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Sumber daya entitas. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. 2. Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan menumpuk laba. Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan menumpuk laba, kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para atau pemilik entitas tersebut. 3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada suatu likuidasi atau pembubaran entitas. 2.1.4 Sumber Pendanaan Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang di berikan. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. (IAI, 2015) 2.1.5 Konsep Akuntansi Gereja Seperti organisasi nirlaba pada umumnya, gereja menggunakan akuntansi dana atau fund accounting dalam mencatat pengelolaan dana gereja untuk tujuan khusus. Proses pengelolaan keuangan di gereja meliputi penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pencatatan, & pertanggungjawaban. Akuntansi dana mengutamakan pencatatan atas pendapatan yang diterima dan pengeluaran yang dilakukan oleh gereja (Cintokowati, 2010). 2.1.6 Standar Akuntansi Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntan Indonesia selalu mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-teori yang berlaku dalam hal praktek pembuatan laporan keuangan guna memperoleh informasi tentang kondisi ekonomi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (asuransi, perbankan, dan dana pensiun) Standar Akuntansi Keuangan disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yaitu IAI, Indonesia juga telah memiliki Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan Standar akuntansi Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan relatif terhadap kerangka dasar ini. Karena kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Komite Penyusun Standar Akuntansi Keuangan dalam mengembangkan Standar Akuntansi di masa datang dan dalam peninjauan kembali terhadap Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang dengan berjalannya waktu (IAI, 2015) 2.1.7 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Standar ini mengadopsi IFRS untuk small medium enterprise (SME) dengan beberapa penyederhanaan. (Martani dkk, 2012) Standar ETAP lebih sederhana dan tidak banyak perubahan dari praktik akuntansi yang saat ini berjalan. Contoh penyederhanaan dalam standar ETAP adalah sebagai berikut. 1. Tidak ada laporan laba rugi komprehensif. Pengaruh laba komprehensif disajikan dalam laporan perubahan ekuitas atau komponen ekuitas dalam neraca. 2. Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi nilai wajar. 3. Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan, beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak. 2.1.8 PSAK Nomor 45 Akuntansi Organisasi Nirlaba Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 merupakan standar khusus untuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan. 2.1.9 Laporan Keuangan Jumingan (2005), laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. 2.1.10 Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 (2015) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: 1) Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode. 2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode. 3) Laporan perubahan ekuitas selama periode. 4) Laporan arus kas selama periode. 5) Catatan atas laporan keuangan. 6) Informasi komparatif. 7) Laporan posisi keuangan. 2.1.11 Tujuan Laporan Keuangan IAI (2015) menjelaskan bahwa tujuan umum laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam buku A statement of Basic Acounting Theory (ASOBAT), seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Harahap (2007) merumuskan empat tujuan laporan keuangan: 1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk mencapai tujuan 2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif Sumber Daya Manusia dan faktor produksi lainnya 3. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan 4. Membantu fungsi dan pengawasan social SFAC No.1 dalam Hery (2013) menjelaskan tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit organization) adalah: 1. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya 2. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo 3. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, atas aktiva dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban 4. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode 5. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk deviden 6. Pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan 7. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya 8. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan. Menurut kerangka konseptual IFRS, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan ditujukan untuk memenuhi sebagian besar pemakai. Pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, diantaranya sebagai berikut: 1. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar deviden di masa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual saham entitas. 2. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi jaminan: kemampuan membayar utang dan bunga yang akan mempengaruhi keputusan apakah akan meberikan jaminan. 4. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya. 6. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumber daya. 7. Masyarakat: menilai trend dan perkembangan kemakmuran entitas. 2.1.12 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba menyatakan tujuan utama laporan keuangan organisasi nirlaba pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tujuan laporan keuangan organisasi komersial, yaitu menyajikan informasi yang relevan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tesebut. Namun, karena ada perbedaan tujuan organisasi, menyebabkan adanya perbedaan pada kalangan pemakai laporan keuangan dan isi dari laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Mardiasmo (2009) Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi. 2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan member pelayanan tersebut. 3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya. 4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, data kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut. 5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapt menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja. 6. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi 7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi keuangan yang diberikan. 2.1.13 Unsur-unsur Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 meliputi: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aset dan liabilitas. Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembeyaran kembali, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. 2. Laporan Aktivitas Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan dan biaya lembaga selama satu periode anggaran. Pendapatan digolongkan berdasarkan restriksi atau ikatan yang ada. Sedangkan beban atau biaya disajikan dalam laporan aktivitas berdasarkan kriteria fungsional, dengan demikian beban biaya akan terdiri dari biaya kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto. b. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain. c. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk: a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode b. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa. c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. 3. Laporan arus kas Laporan arus kas menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk suatu periode. Periode yang dimaksud adalah periode sama dengan yang digunakan oleh laporan aktivitas. Penyajian arus kan masuk dan keluar digolongkan dalam tiga kategori yaitu: a. Aktivitas operasi Dalam kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga. Contoh yang mempengaruhi arus kas operasi adalah sebagai berikut. a) Surplus atau defisit lembaga (data dari laporan aktivitas) b) Depresiasi atau penyusutan setiap tahun c) Perubahan pada account piutang lembaga d) Account lain seperti: persediaan, biaya dibayar di muka, dll. Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dilakukan dengan salah satu metode berikut: a) Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diunglapkan. b) Metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. b. Aktivitas investasi Termasuk dalam perkiraan ini adalah semua penerimaan dan pengeluaran uang kas yang terkait dengan investasi lembaga. Investasi dapat berupa pembelian/penjualan aktiva tetap, penempatan/pencairan dana deposito atau investasi lain. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: 1. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri 2. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain. c. Aktivitas pendanaan Termasuk dalam kelompok ini adalah perkiraan yang terkait dengan transaksi berupa penciptaan atau pelunasan kewajiban hutang lembaga dan kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. 4. Catatan atas laporan keuangan Menurut IAI (2015), Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Nainggolan (2005), catatan atas laporan keuangan dapat berupa: 1. Perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap 2. Kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan serta tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan piutang yang tidak dapat ditagih serta presentase yang digunakan untuk pencadangannya. 3. Rencana yang belum dapat dikuantifisir namun akan membawa dampak signifikan di masa depan. Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh informasi keuangan yang dianggap perlu untuk diketahui pembacanya sudah diungkapkan. Catatan atas laporan keuangan dapat berupa: a. Perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap b. Kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan serta tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan piutang yang tidak dapat ditagih serta presentase yang digunakan untuk pencadangannya. (Nainggolan, 2005) Unsur-unsur laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktiva Aktiva atau asset lembaga berdasarkan urutan likuiditas atau kecepatannya dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas. Penggolongan berikutnya adalah berdasarkan periode waktu. Unsur-unsur aktiva sebagai berikut: 1) Kas dan setara dengan kas 2) Piutang 3) Persediaan 4) Surat berharga dan investasi jangka panjang 5) Tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. b. Kewajiban Kewajiban atau utang secara prinsip merupakan klaim pihak ketiga atas aktiva lembaga. Utang lembaga disusun menurut urutan jatuh tempo atau waktu saat kewajiban tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur kewajiban sebagai berikut: 1) Utang dagang 2) Pendapatan diterima di muka yang dapat dikembalikan 3) Kewajiban tahunan 4) Utang jangka panjang c. Aktiva bersih Aktiva besih dalam istilah laporan keuangan komersial dikenal sebagai modal. Pada lembaga nirlaba aktiva bersih dibedakan berdasarkan kreteria restriksi atau batasan yang melekat padanya. Aktiva bersih dapat digolongkan menjadi: 1) Aktiva bersih tidak terikat Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. 2) Aktiva bersih terikat temporer Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Informasi mengenai jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap: (1) Sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu (2) Investasi untuk jangka waktu tertentu (3) Penggunaan selama periode tertentu dimasa depan (4) Pemerolehan aset tetap 3) Aktiva bersih terikat permanen Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap: (1) Sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu (2) Investasi untuk jangka waktu tertentu (3) Penggunaan selama periode tertentu dimasa depan (4) Pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penerapan PSAK Nomor 45 diantaranya: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Metode Peneliti Penelitian Penelitian Hasil Penelitian No Penerapan Ibrahim & Laporan keuangan Pernyataan yang disajikan oleh Kualitatif 1. Handayani Standar Baitul Mal Provinsi deskriptif (2009) Akuntansi NAD telah menerapkan Keuangan PSAK Nomor 45 tetapi Nomor 45 Pada penyusunan dari Baitul Mal penyajian masing- Provinsi masing laporan Nanggroe Aceh tersebut belum Darussalam sepenuhnya mengikuti standar pelaporan sebagaimana yang diatur dalam PSAK Nomor 45 tentang laporan keuangan organisasi nirlaba. Gereja BZL belum Penerapan menyusun laporan Laporan keuangan sesuai Keuangan dengan format PSAK Organisasi Pontoh Kualitatif Nomor 45, karena deskriptif untuk penyusunan Nirlaba 2. (2013) Berdasarkan laporan keuangan telah PSAK No 45 diatur sendiri dalam Pada Gereja Tata Dasar dan BZL Peraturan Gereja Mamesah Penerapan Kualitatif GMIM Efrata Sentrum PSAK NO.45 deskriptif Sonder belum 3. (2013) Pada GMIM menerapkan PSAK Efrata Sentrum Nomor 45 dalam Sonder penyusunan laporan Kaitannya keuangannya, sehingga Dengan gereja belum memiliki Kualitas kualitas informasi Informasi yang memenuhi syarat Laporan dalam memberikan Keuangan penjelasan bagi para pemakai laporan keuangannya seperti dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Gereja hanya menyajikan laporan keuangan dalam bentuk laporan realisasi anggaran yang dalam PSAK Nomor 45 disebut sebagai laporan aktivitas. Analisis PSAK Penyajian Laporan No.45 dalam Keuangan pada rumah Penyajian sakit “X” sesuai Laporan dengan PSAK Nomor Sutarti & 4. Keuangan Kualitatif 45, tetapi RS “X” tidak Organisasi Deskriptif menjelaskan Prayitno (2007) Nirlaba. Studi keterangan mengenai Kasus Pada penilaian dan Rumah Sakit penghapusan “X” persediaan. Pelaporan keuangan dalam yayasan belum Penerapan sesuai dengan PSAK Pelaporan 45, hal ini Keuangan Pada Budirahardjo 5. Kualitatif dikarenakan salah satu Deskriptif faktor penting dalam Yayasan Nurul (2009) Hayat Yang PSAK 45 yaitu Sesuai Dengan penggolongan aset PSAK NO.45 bersih dalam ekuitas tidak dilakukan. Dari penelitian terdahulu diatas, semuanya memberikan informasi bahwa Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 sangat penting untuk diterapkan dalam suatu organisasi nirlaba. Karena dengan menggunakan PSAK Nomor 45 membuat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan lebih jelas, relevan dan memiliki daya banding yang tinggi. 2.3 Kerangka Pemikiran Agar penelitian ini mudah dipahami maka digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: Peraturan Laporan Keuangan Gereja PSAK Nomor 45 Analisis Rekomendasi Laporan Keuangan Tahun 2013 Gereja HKBP Kertanegara Semarang Kesimpulan dan Saran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian dilakukan dengan meneliti sebuah organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang keagamaam atau Gereja yaitu Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang yang beralamat di Jl. Kertanegara Selatan No.1 Semarang. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Subjek (Self Report Data) Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, karakteristik dan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden). Dengan demikian data subjek merupakan data penelitian yang diberikan oleh resFTEponden dalam hal ini bagian keuangan dan akuntansi. 2. Data Dokumenter (Dokumen Data) Data Dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat, notulen hasil rapat, memo ataupun dalam bentuk laporan program laporan keuangan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah laporan keuangan Tahun 2013 Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang. 3.2.2 Sumber Data 1. Data Sekunder Merupakan data internal yang diperolah dari objek yang diteliti, pada penelitian ini data berupa laporan keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang pada tahun 2013. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada responden. Dalam hal ini wawancara yang dilakukan tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan terhadap pihak manajemen Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang khususnya bagian akuntansi dari Gereja tersebut. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai kegiatan operasional yayasan tersebut selama tahun 2013. 2. Studi Pustaka Studi pustaka sebagai bagian dari langkah studi eksploratif yang digunakan yang merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan melalui dokumendokumen, buku-buku, majalah atau sumber data tertulis lainnya baik yang berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (findings) yang berhubungan dengan proses akuntansi gereja. 3.4 Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penulisan yang bersifat deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakteristik yang khas dari subjek yang diteliti. Zulganef (2008) mengatakan bahwa statistic deskriptif adalah statistic yang menjelaskan bagaimana dana atau sekumpulan data diklasifikasikan atau dikategorikan menjadi kelompok-kelompok data yang lebih mudah dianalisis atau dibaca oleh pengguna informasi berdasarkan data tersebut. Data-data yang berupa angka dalam penelitian ini hanya bertujuan untuk mengorganisasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan data melalui cara yang lebih informatif. 3.4.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan membandingkan antara teori dan praktek dalam penyusunan laporan keuangan gereja. Pada analisis ini dilakukan pembandingan apakah penyusunan laporan keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang telah disusun sesuai dengan PSAK Nomor 45. Apabila dalam penyusunan Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK Nomor 45 maka penyajian laporan keuangan tersebut dikatakan benar. Apabila penyajian laporan keuangan belum sesuai dengan PSAK Nomor 45 maka penyajian laporan keuangan tersebut dikatakan salah dan perlu mengikuti pedoman dan ketentuan yang sesuai dengan PSAK Nomor 45. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Gereja HKBP adalah singkatan dari Huria Kristen Batak Protestan, dimana Huria diambil dari bahasa batak toba yang artinya jemaat. HKBP merupakan Gereja Protestan terbesar di kalangan masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini mengadopsi kebudayaan Batak dalam melaksanakan tata cara ibadahnya. HKBP Kertanegara Semarang yang berkedudukan di Jl. Kertanegara Selatan No.1 Seamarang berdiri sejak 1 April 1934. Pada tanggal 1 April 1949 HKBP Semarang merayakan ulang tahun ke-15, pada pesta ulang tahun ini dimulailah usaha mencari / mengumpulkan dana untuk mendirikan gereja. Usaha ini didukung oleh gereja-gereja tetangga dan Bapak Pendeta M. Pakpahan juga memberi restunya. Pada bulan April 1951 didirikanlah satu badan yang di beri nama “Yayasan Dana Gereja HKBP Semarang”. HKBP Kertanegara Semarang melaksanakan kegiatan Tritugas panggilan gereja, yaitu melayani, bersaksi, dan bersekutu untuk menumbuh kembangkan iman jemaat. Pada tahun 1963 oleh Team 11 dari Kantor Pusat HKBP ditetapkan bahwa HKBP Kertanegara menjadi Huria Sabungan Ressort Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Sehubungan dengan penunjukan itu maka pada tahun 1965 dibangunlah rumah Pendeta Ressort di sebelah barat gedung gereja, dan dibuat batas dengan lingkungan dengan membangun pagar keliling komplek gereja sesuai gambar situasi dari tata Kota Semarang No. 863/1979, tanggal 1 Maret dengan luas tanah 5.385 meter persegi. 4.1.2Struktur Organisasi Gereja Gereja hendaknya diorganisasikan dengan baik agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Proses pengorganisasian tersebut meliputi pemberian tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada anggota tersebut. Melalui struktur organisasi, pengorganisasian kerja tiap bagian yang ada dalam Gereja dipermudah, serta memperjelas tanggung jawab masingmasing bagian, selain itu akan memperjelas arus kerja dalam Gereja karena setiap individu mengetahui dengan jelas wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Struktur organisasi merupakan rangkaian kerangka dasar menyeluruh yang mempersatukan fungsi-fungsi dalam suatu Gereja untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang secara tegas dan jelas memperlihatkan fungsi-fungsi, wewenang, tanggung jawab serta hubungan kerja antar bagian dalam Gereja yang akan memberikan kemudahan bagi pimpinan untuk mengawasi segala aktivitas yang terjadi dan memperlancar arus kerja dalam Gereja, karena setiap fungsi mengetahui tugas dan wewenang tanggung jawab serta mengetahui kepada siapa harus bertanggung jawab. Struktur Organisasi Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kertanegara Semarang adalah sebagai berikut: Rapat Resort Resort Pendeta Resort Majelis Resort Sekretaris Resort Rapat Jemaat Jemaat Rapat Pelayanan Tahbisan Pimpinan Jemaat Ketua Dewan Koinonia Ketua Dewan Marturia Seksi Sekolah Minggu Seksi Sending Seksi Remaja Seksi Musik Seksi Pemuda Seksi Perempuan Ketua Dewan Diakonia Rapat Pelayanan Tahbisan Majelis Pembendaharaan & Administrasi Seksi Diakonia Sosial Seksi Pendidikan Seksi Kesehatan Seksi Kemasyarakatan Seksi Bapak Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gereja HKBP Kertanegara Semarang 4.2 Siklus Akuntansi Lap. Keuangan Reversing entries Neraca lajur Transaksi Penutupan Pencatatan Penyesuaian Neraca percobaan saldo Pengikhtisaran Pemindah bukuan Jurnal Buku besar Ledger Gambar 4.2 Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba Sumber: Sofyan Syafri Harahap, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan 2010 4.3 Analisis Data 4.3.1Aktivitas Organisasi Gereja Aktivitas yang dilakukan oleh Gereja tentu berbeda dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena Gereja tidak mencari laba seperti pada perusahaan. Setiap Gereja pasti memiliki aktivitas yang mungkin hampir sama antara satu Gereja dengan Gereja yang lain. Dalam hal ini aktivitas yang dilakukan oleh Gereja menyangkut program kerja yang telah disusun. 1. Tugas Pokok Pelayanan a. Kebaktian b. Partangiangan Wijk c. Partangiangan Passion / Buha-Buha ijuk – Paskah Raya d. Latihan Koor e. Sermon 1) Majelis Tahbisan 2) Sermon Guru Sekolah Minggu f. Sakramen 1) Baptisan Kudus 2) Perjamuan Kudus g. Pelajar menyaksikan Iman/Sidi h. Kunjungan Gereja 1) Tamu 2) Kunjungan i. Kepersonaliaan 1) Pelayanan penuh waktu 2) Pelayanan Tahbisan (Sintua) 3) Pegawai 2. Pelayanan Khusus a. Pernikahan (Bimbingan Pra Nikah dan Partumpolon) b. Penguburan dan Penghiburan 3. Pembangunan a. Rehab rumah dinas Guru Huria b. Rehab Sopogodang lama 4. Pelayanan Lain-lain a. Sermon pelayanan penih waktu distrik b. Pengkhotbah tamu / rotasi pengkhotbah c. Rapat-rapat 1) Rapat Huria 2) Rapat Pendeta Hatopan 3) Tahun baru distrik 4) Kegiatan / hubungan oikumene & pemerintah 5. Dewan-dewan a. Dewan Koinonia b. Dewan Marturia c. Dewan Diakonia 4.3.2 Pengelolaan Keuangan Gereja Gereja merupakan suatu organisasi nirlaba yang berfungsi sebagai tempat Ibadah dimana pelaksanaan fungsinya tersebut melibatkan seluruh anggota jemaat dan Pengurus Gereja. Dalam pelaksanaan fungsi tersebut memerlukan dana, terutama dana yang berasal dari jemaat. Dana yang diperoleh dari jemaat perlu dikelola dengan baik sebagai rasa tanggung jawab kepada para jemaat. Dalam pengelolaan Gereja diperlukan metode yang ekonomis, efisien dan efektif agar pengelolaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan jemaat. 4.3.3 Penyusunan Anggaran Keuangan Gereja Dalam penyusunan laporan keuangan Gereja, anggaran sangat berperan penting karena setiap penerimaan dan pengeluaran selalu mengacu pada anggaran yang dibuat untuk periode satu tahun. Penyusunan anggaran sebaga dasar bagi pelaksanaan kegiatan Gereja diusahakan sesuai dengan kebutuhan dan keperluan Gereja sehingga memberikan suatu peluang untuk terus berkembang dalam arti anggaran tiap tahun diusahakan mengalami kenaikan. 4.3.4 Pelaporan Keuangan Gereja Pelaporan keuangan Gereja yang disusun oleh bagian akuntansi disampaikan kepada jemaat setiap tahun melalui warta jemaat yang mengungkapkan penerimaan dan pengeluaran di Gereja HKBP Kertanegara Semarang selama satu tahun. 4.4 Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari Gereja HKBP Kertanegara Semarang, hanya laporn anggaran dan realisasi anggaran saja yang dibuat. Menurut PSAK Nomor 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, ada beberapa laporan yang disusun seperti laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Penerapan Laporan Posisi Keuangan pada Gereja HKBP Kertanegara Semarang berdasarkan PSAK No. 45, sebagai berikut: Tabel 4.1 Laporan Posisi keuangan HKBP KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH LAPORAN POSISI KEUANGAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2013 2013 ASET Kas dan setara kas 101.807.771 Jumlah Aset 101.807.771 KEWAJIBAN & ASET NETO Kewajiban Aset neto tidak terikat Aset neto terikat temporer Jumlah Kewajiban dan Aset Neto Sumber : Data Olahan 59.341.386 42.466.385 101.807.771 a. Aset Kas dan setara kas merupakan total atau jumlah dari aset neto pada akhir tahun. Aset untuk Gereja HKBP Kertanegara Semarang hanya terdiri dari kas dan setara kas, karena Gereja HKBP Kertanegara Semarang tidak memiliki piutang dan persediaan. Aset yang ada pada laporan posisi keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan Semarang Tahun 2013 sebesar Rp. 101.807.771. Jumlah ini diperoleh dari total kas dan setara kas. Sedangkan pada aset tetap dan perlengkapan Gereja laporannya disajikan hanya berupa jumlah unit yang disusun dalam daftar inventaris sehingga tidak diketahui berapa nilai buku dari aset tetap dan perlengkapan sehingga tidak dapat dicatat dalam laporan posisi keuangan. Sedangkan pada kelompok aset tidak lancar juga tidak disajikan investasi dan surat berharga karena Gereja HKBP Kertanegara Semarang tidak memiliki investasi dan surat berharga pada tahun 2013. b. Kewajiban dan Aset Neto Pada Laporan Posisi Keuangan Gereja HKBP Kertanegara Semarang tidak terdapat saldo kewajiban. Nilai aset neto terikat temporer dalam laporan posisi keuangan tahun 2013 senilai Rp. 42.466.385 merupakan saldo akhir dari perhitungan aset terikat dikurangi penggunaan untuk biaya-biaya sesuai pembatasan seperti dalam satu periode laporan, perhitungan tersebut disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat, itu berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan tertentu. Sedangkan aset neto tidak terikat diperoleh dari jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat dikurangi jumlah beban dan pengeluaran. Jumlah aset neto tidak terikat sebesar, 59. 341.386. Hasil yang di dapat dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa sumber daya tidak terikat tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk biaya dan kewajiban yang tidak termasuk dalam pembatasan, dan Gereja HKBP Kertanegara Semarang memenuhi nilai tersebut dengan menggunakan sumber daya terikat temporer. Penerapan Laporan Aktivitas pada Gereja HKBP Kertanegara Semarang berdasarkan PSAK No.45, sebagai berikut: Tabel 4.2 Laporan Aktivitas HKBP KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH LAPORAN AKTIVITAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAH 31 DESEMBER 2013 2013 PENDAPATAN DAN PENGHASILAN TIDAK TERIKAT Persembahan - Persembahan kebaktian minggu 212.658.600 - Persembahan Natal dan tahun baru 42.006.850 - Persembahan hari-hari Paskah 22..398.900 - Persembahan Martumpol dan Pernikahan 6.138.500 - Persembahan bulanan (TOK-TOK RIPE) 139.335.000 - Ucapan terimakasih (HAMAULIATEON) 72.344.500 - Perpuluhan 15.211.000 - Hasil-hasil pesta 110.859.500 619.881.872 Lain-lain - Jasa Bank 1.266.205 - Penjualan buku-buku Rohani, BE Jubileum, KJ, dll 1.440.000 - Sewa pemakaian sopo godang 5.000.000 - Penerimaan lainnya 1.493.000 9.199.205 Jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat 629.081.077 Aset bersih yang dibebaskan dari pembatasan Pemenuhan program pembatasan 234.933.350 Jumlah aset yang telah berakhir pembatasannya 234.933.350 Jumlah pendapatan, penghasilan dan sumbangan lain 864.014.427 BEBAN DAN PENGELUARAN Biaya operasional - Gaji / Honor / Tunjangan - Biaya langganan jasa - Alat tulis kantor, foto copy, dll - Pengadaan buku rohani dan inventaris - Biaya rapat 183.003.816 46.362.501 45.784.910 39.166.365 3.446.000 - Sermon / BPH / Tamu dll - Biaya program terntentu (SI PALAS ROHA) - Natal Umum & Jujur Taon - Pengeluaran lain-lain a. Bahan perjamuan kudus b. Biaya passion, jumat agung dan buha-buha ijuk c. Gas elpiji d. Cendramata untuk Pendeta Pensiun / Pindah - Pembiayaan tak terduga Biaya pemeliharaan Biaya pembangunan Biaya dewan koinonia - Kegiatan seksi sekolah minggu - Kegiatan seksi remaja - Kegiatan seksi pemuda (NHKBP) - Kegiatan seksi ama - Kegiatan seksi lansia - Kegiatan Punguan Ina Hanna Biaya dewan marturia - Kegiatan seksi music Biaya dewan diakonia - Kegiatan seksi sosial - Kegiatan seksi pendidikan Biaya untuk ucapan syukur kepada pihak tertentu Biaya pengeluaran Namarboho / Ulaon Hatopan Biaya kontribusi Jumlah Beban Penurunan jumlah aset neto tidak terikat Pemenuhan program pembatasan : Sumbangan Aset bersih terbebaskan dari pembatasan Penurunan aset neto terikat Penurunan aset neto Aset neto pada awal tahun Aset neto pada akhir tahun Sumber : Data Olahan 30.831.430 28.000.000 28.717.000 1.729.000 2.173.000 150.000 20.000.00 24.170.500 453.534.522 174.470.300 17.680.000 5.445.000 32.051.700 5.000.000 4.000.000 800.000 64.176.700 17.400.000 17.400.000 37.200.000 4.150.000 41.350.000 65.190.000 169.743.350 134.000.000 1.120.624.672 (111.681.342) 389.081.077 (234.933.350) 154.147.727 42.466.385 59.341.386 101.807.771 a. Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Jumlah pendapatan dan pengahsilan tidak terikat pada laporan aktivitas sebesar Rp. 629.081.077. Yang termasuk pendapatan pada gereja adalah persembahan dari para jemaat, dalam laporan ini menunjukkan jumlah persembahan sebesar Rp. 619.881.872 dan yang termasuk penghasilan tidak terikat adalah penerimaan lain-lain dengan jumlah Rp. 9.199.205. Pada laporan aktivitas Gereja HKBP Kertanegara Semarang, pendapatan dan penghasilan tidak terikat diperoleh dari persembahan dan lain-lain. Nilai persembahan diperoleh dari dana yang dikumpulkan oleh jemaat melalui kegiatan usaha dana Gereja, diluar kotak kemandirian. Kotak kemandirian termasuk dalam usaha dana gereja tetapi merupakan sumbangan terikat, karena sumbangan dana yang terkumpul hanya digunakan untuk pembiayaan Gereja secara khusus. Penerimaan lain-lain yang bernilai Rp. 9.199.205 merupakan penerimaan lain-lain untuk Huria yang terdiri dari jasa bank, penjualan bukubuku rohani, sewa pemakaian sopo godang, dan penerimaan lainnya. b. Aset Neto yang Dibebaskan dari Pembatasan Jumlah aset neto yang dibebaskan dari pembatasan sebesar Rp. 234.933.350, diperoleh dari total ucapan syukur untuk pihak tertentu di tambah dengan pengeluaran Namarboho, Yang dimaksud namarboho bagi gereja HKBP adalah Persembahan kedua sesudah khotbah. Pemenuhan program pembatasan yang termasuk dalam aset bersih yang dibebaskan dari pembatasan merupakan total aset yang dikeluarkan untuk program pembatasan seperti biaya Koinonia yang merupakan organ yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan untuk memantapkan persekutuan, biaya Marturia yang merupakan organ memikirkan dan melaksanakan kegiatan pekabaran injil dan seksi musik, biaya Diakonia yang merupakan organ yang melaksanakan pelayanan sosial dan kontribusi ke HKBP, nilai ini juga secara langsung merupakan jumlah aset yang pembatasannya telah berakhir karena telah digunakan untuk pemenuhan program yang telah dibatasi. Perhitungannya dapat dilihat dalam Catatan C di Catatan Atas Laporan Keuangan. c. Jumlah Pendapatan Jumlah pendapatan merupakan total dari penjumlahan aset neto yang berakhir pembatasannya dengan jumlah pendapatan. Jumlah pendapatan pada laporan aktivitas sebesar Rp. 864.014.427, angka ini di peroleh dari total pendapatan dan penghasilan tidak terikat yang terdiri dari persembahan dan lain-lain sebesar Rp. 629.081.077 di tambah dengan aset neto yang dibebaskan dari pembatasan sebesar Rp. 234.933.350. Perhitungan aset neto dibebaskan dari pembatasan dapat dilihat pada catatan atas laporan keuangan Catatan C. d. Beban Yang termasuk dalam beban dan pengeluaran adalah semua penggunaan dana untuk membiayai program setiap bidang, operasional gereja, kontribusi ke HKBP dan lain-lain. Jumlah beban pada laporan aktivitas sebesar Rp. 1.120.624.672, angka ini diperoleh dari total biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya pembangunan, biaya Dewan Koinonia, biaya Dewan Marturia, biaya Dewan Diakonia, biaya untuk ucapan syukur kepada pihak tertentu, biaya pengeluaran Namarboho / Ulaon Hatopan dan biaya kontribusi. Penerapan Laporan Arus Kas pada Gereja HKBP Kertanegara Semarang berdasarkan PSAK No.45, sebagai berikut: Tabel 4.3 Laporan Arus Kas HKBP KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2013 2013 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Kas dari pendapatan jasa Penerimaan lain-lain Biaya umum Biaya lain-lain Kas bersih yang diterima (digunakan untuk aktivitas operasi) ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan dari kontribusi jemaat untuk: - Koinonia - Marturia - Diakonia - Kontribusi ke HKBP Aktivitas pendanaan lain: - Biaya dewan-dewan - Ucapan syukur untuk pihak tertentu - Pengeluaran Namarboho / Ulaon Hatopan - Beban kontribusi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Sumber : Data Olahan 619.881.872 9.199.205 (453.534.522) (174.470.300) 1.076.255 129.693.692 86.462.462 57.641.641 115.283.282 (122.927.200) (65.190.000) (169.743.500) (134.000.000) (102.779.473) (101.703.218) 204.270.289 101.807.771 Laporan arus kas pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang disusun untuk melengkapi dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan Gereja. Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, pembukuan kas dan setoran kas pada akhir tahun anggaran. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi menunjukkan jumlah apakah dari aktivitas tersebut dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasi Gereja tanpa mengandalkan sumber pendanaan lain. a. Aktivitas Operasi Kas bersih yang di terima dari aktivitas operasi sebesar Rp. 1.076.255. Jumlah ini menunjukkan bahwa total kas dari pendapatan jasa sebesar Rp. 619. 881.872 dan penerimaan lain-lain sebesar Rp. 9.199.205 cukup untuk memenuhi biaya umum dan biaya lain-lain pada Gereja pada tahun 2013. Biaya umum yang dimaksud adalah biaya operasional, yang terdiri dari gaji sebesar Rp.183.003.816, biaya langganan jasa sebesar Rp. 46.362.501, Alat Tulis Kantor dan lain-lain sebesar Rp. Rp. 45.784.910, pengadaan buku rohani dan inventaris sebesar Rp. 39. 166.365, biaya rapat sebesar Rp. 3.446.000, sermon sebesar Rp. 30.831.430, biaya program tertentu seperti pelayanan Tahbisan dan pelayanan Non Tahbisan sebesar Rp. 28.000.000, Natal umum sebesar Rp. 28.717.000 dan pengeluaran lain-lain sebesar Rp. 24.052.000. Sedangkan untuk biaya lain-lain yang mencapai total Rp. 174. 470.300 terdiri biaya pemeliharaan untuk gedung, rehab rumah dinas Guru Huria dan Pendeta, dan pengeluaran pemeliharaan lainnya. Akun yang disajikan dalam aktivitas operasi adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional Gereja seperti kas dari pendapatan jasa, penerimaan dan biaya lain-lain. b. Aktivitas Investasi Akun yang disajikan dalam aktivitas investasi adalah semua penerimaan dan pengeluaran kas yang terkait dengan investasi Gereja. Untuk tahun 2013 tidak ada penerimaan maupun pengeluaran dari aktivitas investasi. c. Aktivitas Pendanaan Akun yang disajikan dalam aktivitas pendanaan adalah perkiraan penerimaan kas dari kontribusi jemaat yang penggunaannya dibatasi dan pengeluaran kas seperti pelunasan kewajiban dan aktivitas pendanaan lain. Total kas bersih yang diterima untuk aktivitas pendanaan sebesar –Rp. 102.779.473. Jumlah ini menunjukkan bahwa aktivitas pendanaan lain lebih besar dibandingkan penerimaan dari kontribusi jemaat. Kas dan setara kas pada awal tahun sebesar Rp. 204.270.289, penurunan bersih dalam kas dan setara kas sebesar Rp. 101.703.218, sehingga kas dan setara kas pada akhir tahun menjadi Rp. 101.807.771. Penerimaan dari kontribusi jemaat digunakan untuk Dewan Koinonia, Dewan Marturia, Dewan Diakonia dan Kontribusi ke HKBP. Dewan Koinonia merupakan organ yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan untuk memantapkan persekutuan, pada dewan ini mencakup tujuh seksi yaitu, seksi sekolah minggu, seksi remaja, seksi pemuda / Naposo Bulung, seksi perempuan, seksi kaum bapak, seksi lansia dan Natal “Ama, Ina, Lansia, Hanna dan Parhalado”. Dewan Marturia adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan kegiatan pekabaran injil di tengah masyarakat yang mencakup seksi pekabaran injil dan seksi musik. Diakonia Sosial adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan pelayanan diakonia, meningkatkan pengetahuan dan kesehatan, dewan ini mencakup seksi diakoni sosial, seksi pendidikan, seksi kesehatan dan seksi kemasyarakatan. Kegiatan yang ada pada seksi diakonia berupa memberikan uang duka bagi jemaat yang meninggal dunia sebesar Rp. 1.500.000 untuk setiap jemaat, mengunjungi jemaat yang sakit sebesar Rp. 150.000, bingkisan natal, bantuan sembako bagi masyarakat sekitar Gereja, dan lain-lain. Kegiatan yang ada pada seksi pendidikan berupa member pembekalan bagi anak usia remaja melalui bimbingan interaktif, memberikan bantuan pendidikan bagi murid yang berprestasi, kebaktian untuk anak-anak yang akan mengikuti ujian akhir. Kegiatan yang dilakukan pada seksi kesehatan seperti, mengadakan pengobatan secara gratis untuk masyarakat sekitar Gereja. Tenaga medis yang ada tidak di bayar, kegiatan ini merupakan dharma bhakti dari para dokter jemaat HKBP Kertanegara Semarang, sedangkan untuk obat diberikan secara gratis atas sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat melalui Ketua Dewan Diakonia. Dalam seksi kemasyarakatan diadakan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bulu Semarang, anjangsana ke panti asuhan, bantuan kemudahan dan kelancaran pernikahan. Selain itu Gereja juga banyak melakukan kegiatan dengan Pemerintah Setiap elemen-elemen yang ada pada dewan tersebut membutuhkan dana dari kontribusi jemaat seperti yang telah dijelaskan diatas. Penerapan Catatan atas Laporan Keuangan pada Gereja HKBP Kertanegara Semarang berdasarkan PSAK No.45, sebagai berikut: Tabel. 4.4 Catatan atas Laporan Keuangan HKBP KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan A menguraikan kebijakan Gereja yang menyebabkan catatan B dan C disajikan. Catatan A Jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kertanegara Semarang menyajikan sumbangan terikat dalam empat akun yaitu, Koinonia, Marturia, Diakonia dan Kontribusi HKBP. Jika kebutuhan untuk empat akun tersebut telah terpenuhi, maka dana tersebut dapat digunakan untuk pembiayaan aktivitas lain Gereja. Apabila sumbangan terikat tersebut tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan Koinonia, Marturia, Diakonia dan Kontribusi HKBP maka, kebutuhan dana tersebut dipenuhi dengan sumbangan lainnya Catatan B Aset neto terikat temporer dibatasi untuk: Koinonia Persembahan Koinonia Seksi Sekolah Minggu Koinonia Seksi Remaja Koinonia Seksi Pemuda (NHKBP) Koinonia Seksi Ama Koinonia Seksi Lansia Koinonia Punguan Ina Hanna 129.693.692 (17.680.000) (5.445.000) (32.051.700) (5.000.000) (4.000.000) (800.000) 64.716.992 Marturia Penerimaan Marturia Seksi Musik 86.462.462 (17.400.500) 69.061.962 Diakonia Penerimaan Diakonia Seksi Sosial Diakonia Seksi Pendidikan 57.641.641 (37.200.000) (4.150.000) 16.291.641 Kontribusi HKBP Penerimaan Iuran ke HKBP Resort Jawa Tengah Kontribusi ke Gereja lain Total aset terikat Kegiatan lain-lain gereja Aset neto terikat temporer 115.283.282 (130.500.000) (3.500.000) (18.716.718) 66.635.885 (24.170.000) 42.466.385 Catatan C Aset bersih yang dibebaskan dari pembatasan penyumbang melaui terjadinya beban tertentu atau terjadinya kondisi yang disyaratkan oleh penyumbang: Tujuan pembatasan yang dicapai: Ucapan syukur untuk pihak tertentu 65.190.000 Pengeluaran Namarboho 169.743.350 Pembatasan yang telah terpenuhi 234.933.350 Sumber: Data Olahan Catatan Atas Laporan Keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang berupa: a. Catatan A b. Catatan B c. Catatan C Dalam laporan keuangan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang, catatan atas laporan keuangan menjelaskan tentang sumbersumber penerimaan persembahan, seperti persembahan koinonia, persembahan marturia, persembahan diakonia dan kontribusi HKBP. Tabel 4.5 PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) KERTANEGARA SEMARANG DENGAN PSAK NOMOR 45 No Deskripsi Keterangan Gereja PSAK 45 Tidak ada Ada Hanya ada laporan realisasi anggaran 1. Laporan Posisi Keuangan 2. Laporan Aktivitas Tidak ada Hanya ada laporan realisasi anggaran Ada 3. Laporan Arus Kas Tidak ada Hanya ada laporan realisasi anggaran Ada Kontribusi / Temuan Perlu dibuat laporan posisi keuangan untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas dan fleksibilitas. Unsur-unsur pada laporan posisi keuangan: 1. Aset - Aset lancar - Aset tidak lancar - Aset tetap 2. Liabilitas - Lialibilitas jangka panjang - Liabilitas jangka pendek 3. Aset neto - Aset neto tidak terikat - Aset neto terikat Temporer - Aset neto terikat Permanen Perlu dibuat laporan aktivitas untuk menyediakan informasi mengenai pengaruh transasksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto Unsur-unsur: 1. Pendapatan 2. Beban Perlu dibuat laporan arus kas untuk menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk suatu periode 4. Catatan Atas Laporan Keuangan Tidak ada Hanya ada laporan realisasi anggaran Ada Unsur-unsur: 1. Aktivitas operasi 2. Aktivitas investasi 3. Aktivitas pendanaan Perlu dibuat catatan atas laporan keuangan untuk mengungkapkan informasi tentang penyusunan laporan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan, informasi yang diwajibkan tetapi tidak disajikan di laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas, serta informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam penyajian secara wajar. 4.5 Analisis Dilihat dari hasil analisis dan olah data yang dilakukan, maka pembahasan yang dapat di simpulkan dari penelitian ini adalah Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang belum menerapkan pelaporan keuangan berdasarkan pedoman yang ada dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Gereja menyusun laporan keuangannya berdasarkan Tata Dasar dan Peraturan Gereja Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang menganut “Sistem Sentralisasi” dimana seluruh dana yang diperoleh dari persembahan dan pendapatan lainnya dipusatkan dalam rekening gereja. Harta Gereja adalah semua kekayaan berbentuk uang, surat berharga, dan barang bergerak maupun yang tidak bergerak. Pengawasan harta Gereja dipercayakan kepada Jemaat setempat, resort, distrik, lembaga, Badan Penyelenggara Pendidikan, Badan Usaha HKBP, Yayasan, Departemen dan Sekertariat Jenderal. Disamping pengawasan tersebut, pengawasan umum tertinggi dilaksanakan melalui Badan Audit HKBP. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh data dan informasi yang diperoleh dan kemudian penulis olah dan analisa, dan berdasarkan metode-metode yang penulis jadikan acuan, maka penulis dapat menyampaikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyusunan laporan keuangan pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kertanegara Semarang belum sesuai dengan format Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45. Gereja tidak menyusun laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Gereja hanya menyusun laporan keuangan dalam bentuk laporan realisasi keuangan berdasarkan pedoman yang disusun oleh gereja. 2. Secara garis besar tujuan penyusunan laporan keuangan pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan telah tercapai meskipun tidak mengikuti format yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45. 3. Tidak tercatatnya modal disetor secara jelas sehingga menyulitkan dalam pengkonversian ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45. 5.2 Saran 1. Penerimaan tidak terikat dan penerimaan terikat temporer seharusnya terpisah agar memudahkan para pemakai laporan keuangan. 2. Sebaiknya penyusunan laporan keuangan pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kertanegara Semarang mengikuti format PSAK 45 agar laporan keuangan lebih jelas dan tujuan dari penyusunan laporan keuangan dapat tercapai dengan maksimal, memiliki akuntanbilitas yang tinggi, relevan, efektif dan akurasi laporan keuangan sehingga donatur bisa lebih percaya untuk memberikan dana kepada Gereja. 3. Aset tetap sebaiknya di jelaskan dalam bentuk harga perolehan supaya lebih akurat, supaya Gereja dapat mengakui sebagai biaya penyusutan dimana penyusutan harus dicatat setiap tahun agar bisa diketahui nilai bukunya. 4. Sebaiknya aset terikat temporer penggunaannya digunakan sesuai tujuannya, tidak untuk memenuhi kebutuhan untuk program lainnya. 5. Bagi badan pengurus Gereja HKBP Kertanegara Semarang mengikuti pelatihan dalam penyusunan laporan keuangan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45.