BAB IV

advertisement
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan analisis atas pengolahan data yang dihasilkan dan
pembahasannya. Pembahasan dimulai dari keuntungan maksimal yang diperoleh dari
perhitungan program linier. Kemudian perhitungan jumlah rit optimal untuk masingmasing muatan, jurusan, dan jenis truk lalu dibandingkan dengan jumlah rit maksimal
yang telah ditetapkan. Pembahasan terakhir adalah analisis kepekaan terhadap model
linier.
4. 1 Perencanaan Kapasitas pada PT Santoso
Dalam rangka membuat perencanaan atas sumber daya yang dimiliki oleh PT
Santoso maka manajemen perlu mempertimbangkan sumber daya tersebut yang
diletakkan dalam kerangka waktu.
Gambar 4.1. merupakan dimensi dasar
perencanaan pada PT Santoso.
Material:
Sepeda motor,
kosmetik, ternak
dan rotan
Kapan:
Jadwal pengiriman
material
Sumberdaya:
Truk dan supir
Gambar 4.1. Dimensi dasar perencanaan pada PT Santoso
41
42
PT Santoso telah membuat perencanaan kapasitas dalam lingkup jangka
panjang, yaitu satu tahun. Bahwa dalam satu tahun material yang harus diangkut oleh
armadanya adalah sebagai berikut, seperti tampak dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Ramalan muatan PT. Santoso.
Muatan dan Jurusan
Motor
Jakarta – Surabaya
Jakarta – Bali
Jakarta – Irian
Jakarta – Palembang
Jakarta – Yogyakarta
Kosmetik
Surabaya – Jakarta
Surabaya – Bandung
Hewan
Surabaya – Tambun
Surabaya – Cibinong
Surabaya – Cisere
Rotan
Surabaya – Cirebon
Surabaya – Tegal
Ramalan Muatan
(dalam satu tahun)
173.000 unit
10.900 unit
235 unit
20.900 unit
17.280 unit
186.000 koli
59.600 koli
780 truk
85 truk
40 truk
15 truk
15 truk
Material yang dikirimkan merupakan pesanan pelanggan PT. Santoso.
Penilaian kinerja PT Santoso yang berkaitan dengan waktu kirim, nilai tambah
kepada pelanggan, dan kepuasan pelanggan memainkan peranan penting. Di sisi
sumber daya, penilaian kinerja seperti utilisasi, efisiensi, ketersediaan juga
merupakan hal yang menjadi perhatian manajemen PT Santoso. Seraya berupaya
memperhatikan penilaian kinerja pada sisi material, saat ini manajemen PT Santoso
lebih dahulu ingin mengetahui penilaian pada sisi sumber daya mereka. PT Santoso
43
ingin mengetahui optimalisasi penggunaan truk-truk mereka saat ini. Dengan
mengetahui keadaan penggunaan truk tersebut, maka manajemen dapat penilaian
untuk mengurangi, menambah, menutup, ataupun membuka suatu jurusan.
4. 2 Keuntungan Maksimal
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak LINDO
fungsi maksimal keuntungan program linier untuk angka integer diperoleh angka
13.070.074.500,00. Ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan
dengan batasan-batasan yang ada, adalah sebesar Rp.13.070.074.500,00 dalam satu
tahun.. Batasan-batasan yang dimaksud yaitu; perkiraan jumlah muatan yang akan
diangkut dalam satu tahun untuk tiap jenis muatan, kapasitas minimum tiap-tiap jenis
truk, dan jumlah maksimal rit untuk tiap jurusan yang dapat dijalankan dalam satu
tahun.
4. 3 Jumlah Rit Optimal
Jumlah rit optimal berikut ini akan diuraikan berdasarkan masing-masing
jenis muatan, yaitu muatan motor, kosmetik, hewan dan rotan. Rangkuman jumlah rit
optimal terdapat pada Tabel 4.1.
4.3.1 Muatan Motor
Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa rit optimal dari Jakarta menuju
Surabaya dengan menggunakan truk A adalah sebanyak 75 kali. Sementara itu
44
dengan menggunakan truk B adalah sebanyak tiga kali dan menggunakan truk C
adalah sebanyak lima kali. Untuk jurusan Jakarta menuju Bali dengan menggunakan
truk A adalah sebanyak empat kali. PT Santoso tidak membuka jurusan dari Jakarta
menuju Bali menggunakan truk B. Sedangkan dengan menggunakan truk C dari hasil
perhitungan menghasilkan angka nol. Ini berarti jurusan tersebut dengan
menggunakan truk C tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan
maksimal perusahaan. Perhitungan jurusan motor dari Jakarta menuju Irian
menghasilkan angka nol untuk semua jenis truk. Ini berarti jurusan tersebut tidak
memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan maksimal perusahaan.
Jumlah rit untuk jurusan dari Jakarta menuju Palembang dengan menggunakan truk A
adalah sebanyak 72 kali. PT Santoso tidak menggunakan truk jenis B untuk jurusan
ini. Sedangkan penggunaan truk jenis C, berdasarkan perhitungan menghasilkan
angka nol. Ini berarti jurusan tersebut tidak memberikan sumbangan yang berarti
terhadap keuntungan maksimal perusahaan. Perhitungan jumlah rit untuk jurusan dari
Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan truk jenis A adalah sebanyak lima
kali. Sedangkan dengan menggunakan truk jenis B adalah sebanyak empat kali dan
menggunakan truk jenis C adalah sebanyak lima kali.
Jika dibandingkan dengan Tabel 4.2, tampak jumlah rit untuk jurusan dari
Jakarta menuju Palembang dengan menggunakan truk jenis A menyamai rit maksimal
yang ditetapkan oleh PT Santoso, yaitu sebanyak 72 kali. Untuk jurusan dari Jakarta
menuju Surabaya dengan menggunakan truk jenis A, mendekati jumlah rit maksimal
yang ditetapkan. Perhitungan optimal yang didapatkan untuk jurusan ini adalah
sebanyak 65 kali dari 84 kali yang ditetapkan. Sedangkan untuk jurusan-jurusan yang
45
lain dengan menggunakan truk jenis B maupun C, menghasilkan perhitungan yang
jauh di bawah rit maksimal yang ditetapkan. Bahkan untuk jurusan dari Jakarta
menuju Irian menggunakan truk jenis A, B, maupun C menghasilkan perhitungan
sebesar nol. Sama halnya dengan jurusan dari Jakarta menuju Bali dan dari Jakarta
menuju Palembang menggunakan truk C. Dengan demikian sumbangan terbesar
terhadap keuntungan perusahaan adalah rit optimal yang dapat dicapai untuk jurusan
dari Jakarta menuju Surabaya dan dari Jakarta menuju Palembang dengan
menggunakan truk jenis A.
4.3.2 Muatan Kosmetik
Berdasarkan Tabel 4.1., muatan kosmetik dari Surabaya menuju Jakarta
dengan menggunakan truk jenis A adalah sebanyak 65 kali. PT Santoso tidak
menggunakan truk jenis B untuk jurusan ini. Sedangkan dengan menggunakan truk
C berdasarkan perhitungan menghasilkan angka nol. Ini berarti jurusan tersebut tidak
memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan maksimal perusahaan.
Perhitungan rit untuk jurusan dari Surabaya menuju Bandung dengan menggunakan
truk jenis A adalah sebanyak 20 kali. PT Santoso tidak menggunakan truk jenis B
untuk jurusan ini. Sedangkan dengan menggunakan truk jenis C, berdasarkan
perhitungan menghasilkan angka nol. Ini berarti jurusan tersebut tidak memberikan
sumbangan yang berarti terhadap keuntungan maksimal perusahaan.
Jika dibandingkan dengan Tabel 4.2. tampak jurusan dari Surabaya menuju
Jakarta menggunakan truk jenis A, jumlah rit optimal adalah 65 kali dari 84 kali
jumlah maksimal yang ditetapkan. Untuk jurusan dari Surabaya menuju Bandung
46
menggunakan truk yang sama, jumlah optimal adalah sebanyak 20 kali dari 84 kali
jumlah maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan hasil perhitungan tampak penggunaan
truk jenis C untuk muatan kosmetik menghasilkan angka nol pada kedua jurusan. Ini
berarti penggunaan truk jenis C tidak memberikan sumbangan yang berarti pada
peningkatan keuntungan perusahaan.
4.3.3 Muatan Hewan
Berdasarkan Tabel 4.1., muatan hewan dari Surabaya menuju Tambun dengan
menggunakan truk jenis A adalah sebanyak 65 kali. Sedangkan untuk jurusan dan
muatan yang sama dengan menggunakan truk B, berdasarkan perhitungan
menghasilkan angka nol. Ini berarti jurusan tersebut tidak memberikan sumbangan
yang berarti terhadap keuntungan maksimal perusahaan. PT Santoso tidak
menggunakan truk jenis C untuk muatan dan jurusan yang sama. Perhitungan jurusan
dari Surabaya menuju Cibinong dengan menggunakan truk jenis A adalah sebanyak
tujuh kali. Sedangkan untuk jurusan dan muatan yang sama dengan menggunakan
truk jenis B, berdasarkan perhitungan menghasilkan angka nol. Ini berarti jurusan
tersebut tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan maksimal
perusahaan. PT Santoso tidak menggunakan truk jenis C untuk muatan dan jurusan
yang sama. Jurusan optimal dari Surabaya menuju Cisere dengan menggunakan truk
A adalah sebanyak tiga kali. Sedangkan untuk jurusan dan muatan yang sama dengan
menggunakan truk B, berdasarkan perhitungan menghasilkan angka nol. Ini berarti
jurusan tersebut tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan
47
maksimal perusahaan. PT. Santoso tidak menggunakan truk jenis C untuk jurusan
tersebut.
Jika dibandingkan dengan Tabel 4.2, tampak rit optimal untuk jurusan dari
Surabaya menuju Tambun menggunakan truk A adalah sebanyak 65 kali dari 84 kali
maksimal jurusan yang ditetapkan. Untuk jurusan dari Surabaya menuju Cibinong
dan dari Surabaya menuju Cisere menggunakan truk jenis B berturut-turut jumlah
ritnya adalah sebanyak tujuh dan tiga kali. Jumlah tersebut jauh di bawah rit
maksimal yang ditetapkan yaitu sebanyak 84 kali. Sedangkan penggunaan truk jenis
B untuk ketiga jurusan, Surabaya menuju Tambun, Surabaya menuju Cibinong, dan
Surabaya menuju Cisere, menghasilkan perhitungan sebesar nol kali. Ini berarti
penggunaan truk jenis B untuk ketiga jurusan tersebut tidak memberikan sumbangan
yang berarti terhadap keuntungan perusahaan.
4.3.4 Muatan Rotan
Berdasarkan Tabel 4.1., perhitungan jumlah rit optimal untuk muatan rotan
dari Surabaya menuju Cirebon menghasilkan angka nol untuk jenis truk A dan B. Ini
berarti jurusan tersebut tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap
keuntungan maksimal perusahaan. PT Santoso tidak menggunakan truk jenis C untuk
jurusan ini. Sedangkan jurusan optimal dari Surabaya menuju Tegal menghasilkan
angka nol untuk truk jenis A dan B. Ini berarti jurusan tersebut juga tidak
memberikan sumbangan yang berarti terhadap keuntungan maksimal perusahaan. PT.
Santoso pun tidak menggunakan truk jenis C untuk jurusan ini. Jumlah rit Tabel 4.2.
yang ditetapkan sebanyak 84 kali untuk jurusan ini tampak menjadi sangat berlebihan
48
jika dibandingkan dengan hasil perhitungan jumlah rit optimal, yaitu nol. Bahkan
jurusan ini dapat ditutup karena tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap
keuntungan perusahaan.
Tabel 4.3. Jumlah Rit Maksimal
(per Truk per Tahun)
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Jumlah Rit Optimal
(per Truk per Tahun)
Jenis Truk
Muatan dan Jurusan
A
B
Jenis Truk
C
A
B
C
Motor
Jakarta – Surabaya
75
3
5
84
84
84
Jakarta – Bali
4
TA
0
48
0
48
Jakarta – Irian
0
0
0
84
84
84
Jakarta – Palembang
72
TA
0
72
0
72
Jakarta – Yogyakarta
5
4
5
180
180
180
Surabaya – Jakarta
65
TA
0
84
0
84
Surabaya – Bandung
20
TA
0
84
0
84
Surabaya – Tambun
65
0
TA
84
84
0
Surabaya – Cibinong
7
0
TA
84
84
0
Surabaya – Cisere
3
0
TA
84
84
0
Surabaya – Cirebon
0
0
TA
84
84
0
Surabaya – Tegal
0
0
TA
84
84
0
Kosmetik
Hewan
Rotan
Keterangan
TA = Tidak tersedia.
A = Truk jenis Gandeng.
B = Truk jenis Built-up Gandeng.
C = Truk jenis Built-up.
49
Berdasarkan perhitungan, jurusan-jurusan besar yang memberikan sumbangan
yang berarti terhadap keuntungan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Muatan motor dari Jakarta menuju Surabaya dan dari Jakarta menuju
Palembang dengan menggunakan truk jenis A.
2. Muatan kosmetik dari Surabaya menuju Jakarta dengan menggunakan truk
jenis A.
3. Muatan hewan dari Surabaya menuju Tambun menggunakan truk jenis A.
Secara umum, penggunaan truk jenis A memberikan sumbangan yang lebih
berarti terhadap keuntungan perusahaan dibandingkan penggunaan truk jenis B
maupun C. Bahkan berdasarkan perhitungan, penggunaan truk jenis B dan C ada
yang tidak memberikan sumbangan terhadap keuntungan perusahaan.
4.4
Analisis Kepekaan
Tabel 4.4. Analisis Kepekaan
Muatan dan Jurusan
Total Min.
Penggunaan
Ramalan
Muatan
Dual Value
Lower
Range
Upper
Range
Motor
173,000
173,000
44,348
26,811
15,160
Jakarta – Bali
10,900
10,900
94,152
10,900
96,620
Jakarta – Irian
235
235
49,598
235
187,925
Jakarta – Palembang
17,280
20,900
0
3,620
1E+30
Jakarta – Yogyakarta
Kosmetik
17,280
17,280
39,598
17,280
385,920
Surabaya – Jakarta
186,000
186,000
3,244
186,000
34,112
59,600
59,600
4,009
59,600
179,800
Jakarta – Surabaya
Surabaya – Bandung
Hewan
50
Surabaya – Tambun
780
780
1,943,750
780
228
Surabaya – Cibinong
85
85
2,187,500
85
923
40
40
185,333
40
968
Surabaya – Cirebon
15
15
1,977,679
15
2,337
Surabaya – Tegal
15
15
1,977,679
15
2,337
Surabaya – Cisere
Rotan
Keterangan:
Total Min. Penggunaan
: merupakan total kapasitas minimal gabungan jenis-jenis
truk yang digunakan oleh armada. Hasil ini merupakan
hasil perhitungan perangkat lunak LINDO.
Ramalan muatan
: merupakan peramalan jumlah muatan yang akan diangkut
dalam satu tahun. Ramalan ini dibuat oleh PT Santoso
pada awal tahun anggaran.
Dual value
: Sering disebut pula sebagai shadow price. Dalam hal ini
dual value merupakan jumlah tambahan keuntungan
untuk satu muatan yang akan diangkut oleh PT Santoso.
Lower dan Upper Range : merupakan batasan dari nilai dual value dari penambahan
jumlah muatan.
Berdasarkan Tabel 4.4., dual value tertinggi adalah sebesar 2,187,500 untuk
muatan hewan dengan jurusan Surabaya menuju Cirebon. Ini berarti secara teoritis
penambahan satu truk muatan hewan dari Surabaya menuju Cibinong akan
memberikan tambahan keuntungan perusahaan sebesar Rp. 2.187.500,00. Nilai dual
value ini akan tetap sebesar Rp. 2.187.500,00 sebagaimana kapasitas muatan
bervariasi dari 0 (85 – 85) sampai dengan 1008 (85 + 923). Misalkan PT Santoso
akan meningkatkan muatan sampai batas maksimal 1008 maka ketika dilakukan
penghitungan
ulang,
keuntungan
akan
menjadi
(Rp.13.070.074.500,00 + (Rp. 2.187.500,00 X 1008)).
Rp.15.275.074.500,00
51
Dual value terendah dari tabel tersebut adalah nol untuk muatan motor dengan
jurusan Jakarta menuju Palembang. Ini berarti secara teoritis, penambahan satu
muatan motor untuk jurusan tersebut tidak akan memberikan tambahan keuntungan
perusahaan. Misalkan PT Santoso akan menambah unit motor untuk jurusan ini dari
17.280 menjadi 17.281 maka hal tersebut tidak akan memberikan tambahan
keuntungan. Walaupun prediksi muatan lebih dari hasil perhitungan.
4.5
Perbandingan Keuntungan antara Penggunaan Model
dan tanpa Model
Perhitungan keuntungan tanpa menggunakan optimalisasi adalah dengan
metode penghitungan matematis sederhana. Hasil penghitungan keuntungan seperti
tampak pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Keuntungan Tanpa Model Pemrograman Linier
Net Profit
Total Profit
(h)
(i)
Jurusan
A
B
C
MJS
1,931,833,333
1,939,842,593
1,839,154,762
5,710,830,688
MJB
388,312,500
0
369,821,429
758,133,929
MJI
3,035,417
3,046,296
2,909,524
8,991,237
MJP
666,187,500
0
500,107,143
1,166,294,643
MJY
165,600,000
166,400,000
156,342,857
488,342,857
KSJ
254,036,842
0
254,089,286
508,126,128
KSB
102,104,211
0
101,532,857
203,637,068
HAT
253,500,000
253,500,000
0
507,000,000
HSC
31,875,000
31,875,000
0
63,750,000
HSS
-26,960,000
-26,960,000
0
-53,920,000
RSC
10,312,500
10,312,500
0
20,625,000
52
RST
10,312,500
10,312,500
0
20,625,000
9,402,436,549
Melihat perbandingan perhitungan yang didapat dari perhitungan sebelum
optimalisasi, dengan keuntungan sebesar Rp.9.402.436.549,- dan setelah perhitungan
optimalisasi sebesar Rp13.067.714.500,-. Terdapat selisih kuntungan bersih sebesar
Rp.3.665.277.951,- dari perhitungan sebelum optimalisasi. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa penggunaan model ini lebih baik 28% dibanding tanpa model.
Download