Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi

advertisement
5^aafuiB»^
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS OLEH
PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.
bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik
dan mendukung kebijakan strategis Pemerintah mengenai
pengembangan energi baru dan energi terbarukan serta
pencapaian target energi baru dan energi terbarukan
sesuai dengan kebijakan energi nasional, perlu lebih
mendorong pemanfaatan biomassa dan biogas sebagai
bahan baku pembangkitan tenaga listrik dengan meninjau
kembali pengaturan mengenai pembelian tenaga listrik
oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pembelian Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero);
-2
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam humf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pembelian
Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero);
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4297);
2.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
96, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia
Nomor 4746);
3.
Undang-Undang
Nomor
30
Tahun
2009
tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
4.
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik
Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun
2012
Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5281) sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
-3
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun
2014
Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5530);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 300, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5609);
8.
Peraturan
Presiden
Nomor 68 Tahun
2015 tentang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 132);
9.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TENTANG PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA
BIOMASSA
DAN
PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA BIOGAS OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
(PERSERO).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang selanjutnya
disebut PT PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara
yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Umum
(Perum) Listrik
Perseroan (Persero).
Negara
Menjadi
Perusahaan
-4
2.
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa yang selanjutnya
disebut
PLTBm
adalah
pembangkit
listrik
yang
memanfaatkan energi biomassa.
3.
Pembangkit
disebut
Listrik
PLTBg
Tenaga
adalah
Biogas
yang
pembangkit
selanjutnya
listrik
yang
memanfaatkan energi biogas.
4.
Badan Usaha adalah badan hukum yang berupa badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta yang berbadan hukum Indonesia, dan
koperasi yang berusaha di bidang penyediaan tenaga
listrik.
5.
Pengembang PLTBm atau PLTBg adalah badan usaha yang
memanfaatkan energi biomassa atau biogas sebagai bahan
baku pembangkit tenaga listrik dan telah mendapatkan
penetapan dari Menteri melalui Dirjen EBTKE.
6.
Perjanjian dual Beli Tenaga Listrik yang selanjutnya
disebut PJBL adalah perjanjian jual beli tenaga listrik
antara Pengembang PLTBm atau PLTBg dengan PT PLN
(Persero).
7.
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang selanjutnya
disingkat lUPTL adalah izin untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
8.
Commercial Operation Date yang selanjutnya disingkat
COD adalah tanggal mulai beroperasinya pembangkit
untuk menyalurkan energi listrik secara komersial ke
jaringan tenaga listrik milik PT PLN (Persero).
9.
Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
10. Direktur
Jenderal
Energi
Baru,
Terbarukan,
dan
Konservasi Energi yang selanjutnya disebut Dirjen EBTKE
adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab atas perumusan serta pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pembinaan,
pengendalian,
dan
pengawasan kegiatan panas bumi, bioenergi, aneka energi
baru dan terbarukan, dan konservasi energi.
-5-
BAB II
PENUGASAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI PLTBm DAN PLTBg KEPADA PT PLN (PERSERO)
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan
Menteri ini, Menteri menugaskan
PT PLN (Persero) untuk membeli tenaga listrik dari PLTBm
atau PLTBg yang dikelola oleh badan usaha yang telah
ditetapkan sebagai Pengembang PLTBm atau PLTBg.
(2) Penugasan dari Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku sebagai:
a.
penunjukan langsung untuk pembelian tenaga listrik
oleh PT PLN (Persero); dan
b.
persetujuan
harga pembelian
tenaga listrik oleh
PT PLN (Persero).
(3) Terhadap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), PT PLN (Persero) dapat diberikan kompensasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI PLTBm DAN PLTBg
Pasal 3
(1)
Harga pembelian tenaga listrik dari PLTBm atau PLTBg
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan
dengan memperhatikan:
a. kapasitas PLTBm atau PLTBg;
b. tegangan jaringan tenaga listrik PT PLN (Persero); dan
e. lokasi/wilayah PLTBm atau PLTBg (faktor F),
dengan besaran sebagaimana tereantum dalam Lampiran I
dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(2)
Harga pembelian tenaga listrik dari PLTBm atau PLTBg
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a.
harga yang sudah termasuk seluruh biaya pengadaan
jaringan penyambungan dari PLTBm atau PLTBg ke
jaringan tenaga listrik PT PLN (Persero);
6-
b.
harga yang dipergunakan dalam PJBL tanpa negosiasi
harga dan tanpa eskalasi; dan
c.
harga yang berlaku pada saat PLTBm atau PLTBg
dinyatakan telah mencapai COD sesuai dengan jadwal
yang disepakati dalam PJBL.
Pasal 4
Transaksi pembayaran pembelian tenaga listrik dari PLTBm
atau PLTBg antara PT PLN (Persero) dan Pengembang PLTBm
atau PLTBg dilakukan dalam mata uang rupiah menggunakan
nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada
waktu yang disepakati dalam PJBL.
Pasal 5
PJBL berlaku untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh)
tahun dimulai sejak COD dan dapat diperpanjang.
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI PLTBm DAN PLTBg
Pasal 6
(1)
Badan Usaha yang berminat memanfaatkan biomassa dan
biogas
untuk
menyampaikan
PLTBm
atau
permohonan
PLTBg, terlebih
penetapan
dahulu
sebagai
Pengembang PLTBm atau PLTBg kepada Menteri melalui
Dirjen EBTKE.
(2)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:
a.
profil Badan Usaha;
b.
dokumen studi kelayakan (feasibility study)yang telah
diverifikasi PT PLN (Persero) yang berisi antara lain:
1.
perkiraan total investasi yang diperlukan untuk
pembangunan PLTBm atau PLTBg;
2.
jadwal pelaksanaan pembangunan PLTBm atau
PLTBg sampai dengan COD; dan
3.
basil kajian teknis interkoneksi ke jaringan
tenaga listrik PT PLN (Persero);
- 7-
c.
pernyataan
mengutamakan
penggunaan
barang
dan/atau jasa dalam negeri dilengkapi data dukung
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan; dan
d.
kemampuan pendanaan.
(3) PT PLN (Persero) menyampaikan hasil verifikasi atas
dokumen studi kelayakan (feasibility study) kepada Badan
Usaha dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak penyampaian permohonan verifikasi studi
kelayakan (feasibility study) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bumf b diterima oleh PT PLN (Persero).
(4) Permohonan penetapan sebagai Pengembang PLTBm atau
PLTBg sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh
Badan Usaha secara tertulis kepada Menteri melalui Dirjen
EBTKE dengan menggunakan format surat permohonan
sebagaimana
merupakan
tercantum
bagian
dalam
Lampiran
tidak terpisahkan
111
yang
dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 7
(1)
Menteri melalui Dirjen EBTKE melakukan penelitian dan
evaluasi
terhadap
permohonan
penetapan
sebagai
Pengembang PLTBm atau PLTBg sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6.
(2)
Dalam
rangka
pelaksanaan
penelitian
dan
evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri melalui
Dirjen
EBTKE
membentuk
Tim
Evaluasi
yang
keanggotaannya dapat terdiri atas wakil dari Direktorat
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi,
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan
instansi terkait.
(3) Tim Evaluasi melakukan penilaian administrasi, teknis,
dan
keuangan
atas
permohonan
Badan
Usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan
melaporkan
hasilnya
kepada
Menteri
melalui
Dirjen
EBTKE dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap.
-8-
(4) Dengan
memperhatikan laporan
hasil verifikasi Tim
Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
melalui Dirjen EBTKE menetapkan keputusan mengenai
persetujuan
atau
penolakan
permohonan
penetapan
Badan Usaha sebagai Pengembang PLTBm atau PLTBg
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
menerima laporan Tim Evaluasi.
(5) Dalam hal permohonan penetapan Badan Usaha sebagai
Pengembang PLTBm atau PLTBg disetujui, keputusan
mengenai persetujuan penetapan Badan Usaha sebagai
Pengembang PLTBm atau PLTBg disampaikan oleh Menteri
melalui Dirjen EBTKE kepada pemohon dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dan Direksi
PT PLN (Persero).
(6) Dalam hal permohonan penetapan Badan Usaha sebagai
Pengembang PLTBm atau PLTBg ditolak, Menteri melalui
Dirjen EBTKE memberitahukan secara tertulis kepada
pemohon disertai alasan penolakannya.
Pasal 8
Penetapan Pengembang PLTBm atau PLTBg oleh
Menteri
melalui Dirjen EBTKE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (5) menjadi dasar penandatanganan PJBL antara PT PLN
(Persero) dengan Pengembang PLTBm atau PLTBg.
Pasal 9
(1) PT PLN (Persero) dan Pengembang PLTBm atau PLTBg
wajib menandatangani PJBL dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah penetapan
Pengembang PLTBm atau PLTBg sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (5).
(2) Pengembang PLTBm atau PLTBg wajib menyampaikan
salinan PJBL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
kepada Menteri melalui Dirjen EBTKE.
(3) Dalam hal PJBL belum ditandatangani oleh PT PLN
(Persero) dan Pengembang PLTBm atau PLTBg dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka:
-9-
a.
PT PLN (Persero) dan Pengembang PLTBm atau PLTBg
masing-masing menyampaikan laporan perihal alasan
belum
ditandatanganinya
PJBL
kepada
Menteri
melalui Dirjen EBTKE dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi;
b.
berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Menteri melalui Dirjen EBTKE memfasilitasi
penandatanganan PJBL.
Pasal 10
(1) PT PLN (Persero) menyediakan model PJBL dari PLTBm
atau PLTBg dan menyampaikan model dimaksud kepada
Menteri melalui Dirjen EBTKE dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Peraturan Menteri
ini diundangkan.
(2) Pengembang PLTBm atau PLTBg dapat meminta model
PJBL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PT PLN
(Persero) secara tertulis dengan tembusan kepada Dirjen
EBTKE.
Pasal 11
Pengembang PLTBm atau PLTBg sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (5) wajib menyampaikan laporan kemajuan
pelaksanaan pembangunan PLTBm atau PLTBg kepada Menteri
melalui Dirjen EBTKE setiap 6 (enam) bulan terhitung mulai
tanggal penetapannya sebagai Pengembang PLTBm atau PLTBg
sampai dengan COD dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan dan Direksi PT PLN (Persero).
Pasal 12
(1) Pengembang
PLTBm
atau
PLTBg
wajib
mencapai
pemenuhan pembiayaan {financial close) untuk kebutuhan
pembangunan fisik PLTBm atau PLTBg dalam jangka
waktu paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
ditandatanganinya PJBL dan menyampaikan buktinya
kepada Menteri melalui Dirjen EBTKE.
- 10 -
(2) Dalam hal setelah jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak
ditandatanganinya PJBL, Pengembang PLTBm atau PLTBg
tidak dapat mencapai pemenuhan pembiayaan {financial
close) sebagaimana
penetapan
dimaksud
pada
ayat (1),
sebagai Pengembang PLTBm
maka
atau
PLTBg
yang
telah
dicabut.
Pasal 13
(1) Pengembang
PLTBm
atau
PLTBg
menandatangani PJBL dan telah melakukan pemenuhan
pembiayaan
(financial
close)
wajib
mengajukan
permohonan untuk mendapatkan lUPTL sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah mendapatkan lUPTL sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1),
Pengembang
PLTBm
atau
PLTBg
hams
menyampaikan salinan lUPTL kepada Dirjen EBTKE dan
Direksi PT PLN (Persero).
Pasal 14
(1) Pelaksanaan
pembangunan PLTBm
atau PLTBg oleh
Pengembang PLTBm atau PLTBg wajib mencapai COD
dalam jangka waktu paling lambat 36 (tiga puluh enam)
bulan sejak ditandatanganinya PJBL.
(2) Pelaksanaan pembangunan PLTBm atau PLTBg yang tidak
mencapai COD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan penurunan harga pembelian tenaga listrik dari
PLTBm atau PLTBg dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
keterlambatan
sampai
dengan
3
(tiga)
bulan
dikenakan penumnan harga sebesar 3% (tiga persen);
b.
keterlambatan lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan
6 (enam) bulan dikenakan penumnan harga sebesar
5% (lima persen);
c.
keterlambatan lebih dari 6 (enam) bulan sampai
dengan 12 (dua belas) bulan dikenakan penurunan
harga sebesar 8% (delapan persen).
11
(3) Dalam hal COD tidak tercapai dalam jangka waktu 48
(empat puluh delapan) bulan sejak ditandatangani PJBL,
penetapan
sebagai Pengembang
PLTBm
atau
PLTBg
dicabut.
Pasal 15
Dalam hal penetapan sebagai Pengembang PLTBm atau PLTBg
dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dan
Pasal 14 ayat (3) maka kepada Badan
Usaha tersebut
dikenakan larangan untuk mengajukan permohonan sejenis
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun berturut-turut sejak
pencabutan.
BAB V
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI
KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (EXCESS POWER)
Pasal 16
(1) PT PLN (Persero) dapat membeli tenaga listrik dari
kelebihan tenaga listrik (excess power) dari PLTBm atau
PLTBg yang dimiliki oleh pemegang Izin Operasi dengan
harga sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(2)
Harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
sebagai persetujuan harga jual tenaga listrik dari Menteri.
(3)
Dalam hal PT PLN (Persero) membeli tenaga listrik dari
kelebihan tenaga listrik (excess power) dari PLTBm atau
PLTBg yang dimiliki oleh pemegang Izin Operasi di bawah
harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemegang
Izin Operasi sepakat dengan harga yang ditawarkan oleh
PT PLN (Persero), maka PT PLN (Persero) menyampaikan
laporan mengenai kesepakatan harga dimaksud kepada
Menteri ESDM melalui Dirjen EBTKE.
(4)
Harga jual tenaga listrik yang disepakati sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak diperlukan persetujuan
harga jual tenaga listrik dari Menteri.
12
(5) Harga pembelian tenaga listrik dari kelebihan tenaga listrik
(excess power) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (3) dipergunakan dalam PJBL antara PT PLN (Persero)
dan pemegang Izin Operasi.
(6) Jangka waktu PJBL antara PT PLN (Persero) dan pemegang
Izin Operasi terkait pembelian tenaga listrik dari kelebihan
tenaga listrik (excess power) sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan
berdasarkan
kesepakatan
antara
PT PLN (Persero) dan pemegang Izin Operasi.
(7) Dalam hal PJBL sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan
ayat (6) tidak ditandatangani oleh PT PLN (Persero) dan
pemegang Izin Operasi, maka:
a.
PT
PLN
(Persero)
menyampaikan
dan
laporan
pemegang
Izin
perihal
alasan
ditandatanganinya PJBL kepada
Menteri
Operasi
tidak
melalui
Dirjen EBTKE;
b.
berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Menteri melalui Dirjen EBTKE memfasilitasi
penandatanganan PJBL.
(8) PT PLN (Persero) wajib melaporkan pembelian kelebihan
tenaga listrik (excess power) kepada Dirjen EBTKE setiap 3
(tiga) bulan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan.
Pasal 17
Terhadap pemegang Izin Operasi yang menjual kelebihan
tenaga
listrik (excess power) kepada
PT
PLN
(Persero)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 tidak memerlukan
penetapan sebagai Pengembang PLTBm atau PLTBg dari
Menteri melalui Dirjen EBTKE.
13 -
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Badan Usaha
yang telah mendapatkan penetapan sebagai pengelola energi
biomassa
atau
biogas
untuk
pembangkit
listrik, telah
mendapatkan lUPTL, belum menandatangani PJBL dan belum
beroperasi sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, harga
jual tenaga listrik mengikuti besaran harga sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1 dan Lampiran 11 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 19
(1) Terhadap
Badan
Usaha
yang
telah
mendapatkan
penetapan sebagai pengelola energi biomassa atau biogas
untuk pembangkit listrik, telah mendapatkan lUPTL,
telah
menandatangani
sebelum
Peraturan
PJBL, dan
telah
beroperasi
Menteri ini diundangkan, dapat
menyesuaikan harga jual tenaga listriknya sebesar 85%
(delapan
puluh
lima
persen)
dari
besaran
harga
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 dan Lampiran
11
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan
dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Terhadap
Badan
Usaha
yang
telah
mendapatkan
penetapan sebagai pengelola energi biomassa atau biogas
untuk pembangkit listrik, telah mendapatkan lUPTL,
telah
menandatangani PJBL
sebelum
Peraturan
dan
belum
beroperasi
Menteri ini diundangkan, dapat
menyesuaikan harga jual tenaga listriknya mengikuti
besaran harga sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1
dan
Lampiran
11
yang
merupakan
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
bagian
tidak
- 14 -
(3)
Untuk proses penyesuaian harga jual tenaga listrik,
Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menyampaikan permohonan penyesuaian harga
jual tenaga listrik kepada Menteri melalui Dirjen EBTKE
dengan
menggunakan
sebagaimana
tercantum
format
dalam
surat
permohonan
Lampiran
VI
yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4)
Dengan Peraturan Menteri ini, persetujuan penyesuaian
harga jual tenaga listrik dari Menteri melalui Dirjen
EBTKE
berlaku
sebagai
dasar
penyesuaian
harga
pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero).
Pasal 20
Harga pembelian tenaga listrik PLTBm atau PLTBg dari Badan
Usaha yang mengajukan permohonan
penyesuaian
harga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 langsung dituangkan
dalam PJBL, tanpa negosiasi harga, tanpa eskalasi harga,
harga tidak berlaku surut, tanpa persetujuan harga jual tenaga
listrik
dari
Menteri, dan
berlaku
sampai dengan
masa
berakhirnya PJBL.
BAB Vll
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik
Tenaga Biomasa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1580), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
- 15 -
Pasal 22
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 2016
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Agustus 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1129
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
. Kepala Biro Hukum,
V// ( ••
IImO
V
- : HllfWV^rofi
Hi!
■
V
x-
16 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
BIOGAS OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PLTBm
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
Harga Pembelian (sen USD/kW k)
20 MW <
Kapasitas s.d. 20 MW
Kapasitas
> 50 MW
< 50 MW
Lokasi/Wilayah
No.
Kapasitas
Tegangan
Tegangan
Menengah
Rendah
atau
Tinggi
13,50 X F
PLTBm
Faktor
F
Tegangan
Tinggi
Tegangan
11,48 xF
11,48 X F
ll,48xF
11,48 X F
11,48 X F
10,80 X F
10,80 X F
10,80 X F
10,80 X F
10,80 X F
1,00
1,15
1,25
1,30
1,50
Tinggi
1.
Pulau Jawa
16,00 X F
9.
Pulau Sumatera
3.
4.
Pulau Sulawesi
Pulau Kalimantan
16,00 X F
16,00 X F
16,00 X F
5.
Pulau Bali, Pulau
16,00 X F
13,50 xF
13,50 X F
13,50 X F
16,00 X F
13,50 X F
11,48 X F
10,80 X F
1,60
16,00 X F
13,50 X F
11,48 X F
10,80 xF
1,70
13,50 X F
Bangka Belitung,
dan Pulau Lombok
6.
7.
Kepulauan Riau,
Nusa Tenggara, dan
Pulau Lainnya
Pulau Maluku dan
Pulau Papua
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
: Kepala Biro Hukum,
■
)
! ii
srofi
17 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA
BIOMASSA
DAN
PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA
BIOGAS OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PLTBg
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
Harga Pembelian (sen USD/kWh)
20 MW <
Kapasitas s.d 20 MW
No.
Lokasi/Wilayah
PLTBg
I.
Pulau Jawa
2.
Pulau Sumatera
3.
Pulau Sulawesi
4.
Pulau Kalimantan
5.
Pulau Bali, Pulau
Kapasitas
Kapasitas
> 50 MW
< 50 MW
Tegangan
Tegangan Menengah
Rendah
atau
13,14 xF
13,14 xF
13,14 X F
13,14 X F
13,14 X F
Tinggi
10,64 X F
10,64 X F
10,64 X F
10,64 X F
10,64 X F
I3,I4xF
13,14 X F
Tegangan
Tinggi
Faktor F
Tegangan
Tinggi
9,05 X F
8,51
8,51
8,51
8,51
8,51
xF
xF
XF
XF
XF
1,00
1,15
1,25
1,30
1,50
10,64 X F
9,05 xF
8,51 xF
1,60
10,64 X F
9,05 X F
8,51 X F
1,70
9,05 X F
9,05 X F
9,05 X F
9,05 xF
Bangka Belitung,
dan Pulau Lombok
6.
Kepulauan Riau,
Nusa Tenggara,
dan Pulau Lainnya
7.
Pulau Maluku dan
Pulau Papua
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Kepala Biro Hukum,
srofi
V",Y ! [i
18 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN
TENAGA
LISTRIK
DARI PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
SURAT PERMOHONAN PENETAPAN
SEBAGAI PENGEMBANG PLTBm ATAU PLTBg
KOP SURAT BAD AN USAHA
20.
Nomor
Lampiran
Hal
Permohonan Penetapan sebagai Pengembang
PLTBm/PLTBg*)
Yang terhormat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
c.q. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
JI. Pegangsaan Timur Nomor 1, Menteng, Jakarta
Sehubungan dengan rencana pemanfaatan energi biomassa/biogas*)
untuk pembangkit tenaga listrik, dengan ini kami mengajukan permohonan
untuk ditetapkan sebagai Pengembang PLTBm/PLTBg dengan kelengkapan
dokumen persyaratan sebagaimana terlampir.
- 19 -
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan perkenan Bapak
Menteri, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Jabatan
meterai, tanda tangan, dan
stempel
(Nama Lengkap)
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
2. Direksi PT PLN (Persero)
3. General Manager Wilayah PT PLN (Persero)
*) coret yang tidak perlu
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN.ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Keoaia Biro Hukum,
"to
Hu
SFOfi
- 20 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA
BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
BIOGAS OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (EXCESS POWER) DARI PLTBm
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
Harga Pembelian (sen USD/kWh)
20 MW <
No.
Lokasi/Wilayah
Pembangkit Tenaga
Listrik
Kapasitas s.d 20 MW
Kapasitas
Kapasitas
> 50 MW
< 50 MW
Tegangan
Tegangan
Menengah
Tegangan
Rendah
atau
Tinggi
Tegangan
Tinggi
11,48
11,48
11,48
11,48
11,48
10,80
10,80
10,80
10,80
10,80
1.
Pulau Jawa
16,00
2.
Pulau Sumatera
16,00
3,
Pulau Sulawesi
4.
Pulau Kalimantan
16,00
16,00
16,00
Tinggi
13,50
13,50
13,50
13,50
13,50
16,00
13,50
11,48
10,80
16,00
13,50
11,48
10,80
5.
Pulau Bali, Pulau
Bangka Belitung, dan
Pulau Lombok
6.
7.
Kepulauan Riau, Nusa
Tenggara dan Pulau
lainnya
Pulau Maluku dan Pulau
Papua
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd,
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
; T K^ala Biro Hukum,
<
srofi
I I
\
- 21 -
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
BIOGAS OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI KELEBIHAN TENAGA LISTRIK {EXCESS POWER) DARI PLTBg
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
Harga Pembelian (sen USD/kWh)
20 MW <
No.
Lokasi/Wilayah
Pembangkit Tenaga
Listrik
Kapasitas s.d 20 MW
Kapasitas
Kapasitas
> 50 MW
< 50 MW
Tegangan
Tegangan
Tegangan
Tinggi
Tinggi
8,51
8,51
13,14
13,14
10,64
10,64
10,64
9,05
9,05
9,05
9,05
9,05
13,14
10,64
9,05
8,51
13,14
10,64
9,05
8,51
Tegangan Menengah
Rendah
atau
Tinggi
10,64
1.
Pulau Jawa
13,14
2.
Pulau Sumatera
3.
4.
Pulau Sulawesi
Pulau Kalimantan
13,14
13,14
5.
Pulau Bali, Pulau
10,64
8,51
8,51
8,51
Bangka Belitung , dan
Pulau Lombok
6.
Kepulauan Riau, Nusa
Tenggara dan Pulau
lainnya
7.
Pulau Maluku dan
Pulau Papua
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
K^ala Biro Hukum,
<5-
on
rofi
- 22 -
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBELIAN
TENAGA
LISTRIK
DARI
PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA BIOMASSA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS
OLEH PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)
SURAT PERMOHONAN PENYESUAIAN
HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PLTBm DAN PLTBg
KOP SURAT BADAN USAHA
20.
Nomor
Lampiran
Hal
Permohonan Penyesuaian Harga Jual
Tenaga Listrik Dari PLTBm/PLTBg*)
Yang terhormat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
c.q. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
JI. Pegangsaan Timur Nomor 1, Menteng, Jakarta
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral mengenai Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit
Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), kami PT... menyambut baik kebijakan
yang mendukung investasi dalam pengembangan PLTBm dan PLTBg
dimaksud.
Perlu kami sampaikan bahwa perusahaan kami telah menandatangani
PJBL dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk mengoperasikan
PLTBm/PLTBg*) berbasis ..(bahan baku).. dengan kapasitas ... MW (...
Megawatt) dengan kondisi belum beroperasi/telah beroperasi sejak bulan ....
Tahun ... di ....*)
23 -
Berkenaan dengan hal tersebut, mengacu ketentuan Pasal 19 Peraturan
Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai Pembelian Tenaga
Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tersebut, bersama
ini kami bermaksud mengajukan permohonan penyesuaian harga jual tenaga
listrik dari PLTBm/PLTBg*) dengan mengikuti besaran harga sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I/Lampiran ID Peraturan Menteri Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral mengenai Pembelian Tenaga Listrik dari
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tersebut dengan kelengkapan
dokumen persyaratan sebagaimana terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan perkenan Bapak
Menteri, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Jabatan
meterai, tanda tangan, dan
stempel
(Nama Lengkap)
Tembusan;
1. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
2. Direksi PT PLN (Persero)
3. General Manager Wilayah PT PLN (Persero)
coret yang tidak perlu
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDIRMAN SAID
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
V'-
'•f/x: I ;
Kecala Biro Hukum,
"
-c,
on\A6rofi
Download