hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi

advertisement
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA
KARYAWAN
(STUDI KASUS SURAT KABAR JURNAL BOGOR)
EDU DERMANTIO IN
SKRIPSI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA
KARYAWAN
(STUDI KASUS SURAT KABAR JURNAL BOGOR)
EDU DERMANTIO IN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA
KARYAWAN (STUDI KASUS SURAT KABAR JURNAL BOGOR)” BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN KECUALI KUTIPAN YANG ADA DALAM TULISAN INI.
DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.
Bogor, Juni 2009
EDU DERMANTIO IN
I34050795
ABSTRACT
Jurnal Bogor is daily local newspaper in Bogor with approximately 10.00
exemplars and 20 percent returned sold. The distribution area is Bogor district. Research
purpose was to analyse empolyed work motivation, performance and respondent
characteristics. Sampling method was purposive sampling among the staff employed. The
age, gender and education level were related to work motivation. Employee characteristics
were related to empolyee performance. Employee work motivation was completely related
empolyee performance.
The highest work motivation results was 145 and the lowest was 57. The highest
performance results was 138 dan the lowest was 87. Work motivation was tested by χ2 (chisquare). χ2 for age was 94,447; χ2 for gender was 1026,52; and χ2 for education level was
33,64. Hence, the values showed that age, gender, and education level related to work
motivation (χ2count > χ2table). χ2 for marriage status was 2,973 and it means marriage status
has no relation with work motivation (χ2count < χ2table). Employee performance was tested by
χ2 (chi-square). χ2 for age was 105,21; χ2 for gender was 981,70; χ2 for education level was
35,62; and χ2 for marriage status 4,923. Hence, the values showed that all employee
characteristics has relation with employee performance (χ2count > χ2table). The correlation
values (rs) between work motivation and performance was 0,456. Correlation is significant
at the 0,01 level. Hence, the Jurnal Bogor employee work motivation has quite close
relation with the Jurnal Bogor employee performance
Key words: motivation, performance, human resources
RINGKASAN
EDU DERMANTIO IN. Hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja
karyawan (studi kasus surat kabar Jurnal Bogor). Di bawah bimbingan PUDJI
MULJONO
Penting bagi perusahaan untuk dapat mengelola sumberdaya manusianya melalui
manajemen yang baik dengan memberikan kesempatan karyawan untuk maju sehingga
karyawan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan
acuan dalam mengaktifkan motivasi kerja karyawan agar dapat bekerja dengan giat untuk
meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan serta
menjaga eksistensi perusahaan. Kemajuan perusahaan juga tidak terlepas dari manajemen
perusahaan dalam menggunakan sumberdaya berupa material maupun finansial sebagai
sarana pencapaian tujuan yaitu mensejahterakan anggotanya. Jurnal Bogor merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang media cetak yaitu koran harian. Perusahaan ini
memberikan beragam informasi kepada khalayak luas khususnya di wilayah Bogor. Dalam
menjalankan aktivitas perusahaan, para karyawan menjalankan tugas dan kewajibannya
secara tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga Jurnal Bogor dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pembaca. Motivasi kerja menyebabkan pelaksanaan kerja dan
pencapaian prestasi yang lebih baik atau sebaliknya. Sehubungan dengan hal itu maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh terhadap hubungan antara motivasi
kerja dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi kerja, prestasi kerja
karyawan, hubungan antara karakteristik karyawan dengan motivasi kerja dan prestasi
kerja serta menganalisis hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan bahan masukan
dan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil langkah-langkah yang efektif
serta diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai aspek-aspek sumberdaya
manusia.
Motivasi kerja adalah pemberian daya pengerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Adanya pemberian
motivasi yang baik diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Jika tingkat
motivasi terbentuk maka secara otomatis akan menetukan prestasi kerja karyawannya,
sehingga tujuan yang diinginkan perusahaan akan dapat tercapai. Hal ini berpengaruh pada
tingkat prestasi kerja karyawan yang sesuai dengan pemberian motivasi sehingga secara
kontinyu menunjukkan semakin meningkatnya prestasi kerja karyawan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab
masalah risetnya. Pengumpulan data primer diantaranya adalah dengan teknik wawancara
dan kuesioner. Wawancara dilaksanakan berdasarkan panduan pertanyaan berisi seputar
motivasi dan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui gambaran secara umum kendala dan upayaupaya yang mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Pada
penelitian ini dilakukan pembobotan pada indikator-indikator motivasi maupun prestasi
kerja karyawan dengan skala interval. Data dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan program komputer SPSS 13.0 for Windows (Spread sheet for statistic)
dengan model uji korelasi Rank Spearman
Pada penelitian ini didapatkan hasil nilai korelasi (rs) antara motivasi kerja dengan
prestasi kerja sebesar 0,456. Motivasi kerja memiliki hubungan cukup erat dengan prestasi
kerja karyawan Jurnal Bogor. Hal ini menunjukkan motivasi kerja karyawan cukup
menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Berdasarkan hasil analisis pada
penelitian ini disimpulkan bahwa H0 ditolak atau terima H1 yaitu motivasi kerja memiliki
hubungan dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Saran yang diberikan peneliti pada penelitian ini ialah manajemen Jurnal Bogor
untuk lebih meningkatkan motivasi dan kinerja karyawannya pada khususnya karyawan
Bagian Promosi, misalnya dengan melakukan pelatihan serta lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA
KARYAWAN
(STUDI KASUS SURAT KABAR JURNAL BOGOR)
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Komunikasi Pembangunan Masyarakat
pada Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
EDU DERMANTIO IN
I 34050795
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan skripsi yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Edu Dermantio IN
NRP
: I34050795
Judul
: Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan
(Studi Kasus Surat Kabar Jurnal Bogor).
Dapat diterima sebagai syarat sidang pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si
NIP 19621010 198903 1005
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP 19580827 198303 1001
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya. Shalawat dan salam
penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi Kerja Karyawan
(Studi Kasus Surat Kabar Jurnal Bogor)”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia., Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu berbagai pihak, baik moril maupun materiil,
maka dari itu penulis mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. ALLAH SWT yang selalu memberi kelancaran dan kemudahan dalam
menyelesaikan studi pustaka ini.
2. Dr. Ir. Pudji Muljono MSi selaku dosen pebimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
3. Papa Irwanto, Mama Nani Mirlani dan adik Dio yang selalu memberikan
dukungan, doa dan motivasi.
4. Keluarga besar Enoch Mirchan dan Rasyidin Tayeb lainnya yang mendukung
penyelesaian skripsi ini.
5. Ryani Mutiara Hardy serta keluarga yang selalu setia memberikan semangat dan
bantuannya dalam berbagai bentuk demi penyelesaian studi pustaka ini
6. Teman-teman dari Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 42
lainnya.
7. Semua orang yang telah berjasa dalam memberikan kontribusi yang besar kepada
penulis.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak manajemen perusahaan Jurnal
Bogor serta sebagai bahan referensi untuk penelitian terkait.
Bogor, Juni 2009
Edu Dermantio IN
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xv
I.
PENDAHULUAN …………………………………………………..................
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….....
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………..…
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………….
1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………………........
1
1
2
3
3
II.
PENDEKATAN TEORITIS .............................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................
2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia..................................................
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia...............................
2.1.3 Prestasi Kerja Karyawan..................................................................
2.1.4 Penilaian Prestasi Kerja Karyawan....................................................
2.1.4.1 Manfaat Penilaian Prestasi Kerja..........................................
2.1.4.2 Syarat-Syarat Penilaian Prestasi Kerja..................................
2.1.5 Teori -Teori Motivasi..........................................................................
2.1.5.1 Teori Maslow........................................................................
2.1.5.2 Teori Herzberg......................................................................
2.1.5.3 Teori X dan Y dari Mc. Gregor............................................
2.1.6 Pengertian Motivasi Kerja.................................................................
2.1.7 Teknik Pemberian Motivasi................................................................
2.1.7.1 Teori Pengharapan..................................................................
2.1.7.2 Teori Kesamaan Atau Keseimbangan (Equity Theory).......
2.1.7.3 Teori Penentuan Tujuan.........................................................
2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja.........................
2.1.9 Peranan dari Faktor-Faktor Motivasi dalam Penciptaan
Kualitas Kerja.....................................................................................
2.2 Kerangka Teoritis..........................................................................................
2.2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................
2.2.2 Definisi Konseptual .........................................................................
2.2.3 Definisi Operasional........................................................................
4
4
4
5
6
7
8
9
10
13
16
17
18
20
21
22
22
22
III. METODOLOGI....................................................................................................
3.1 Metode Penelitian......................................................................................
3.2 Jenis dan Sumber Data..............................................................................
3.3 Metode Pengambilan Sampel....................................................................
24
25
25
29
31
32
32
32
33
x
3.4 Metode Analisis Data.....................................................................................
3.5 Waktu dan Tempat.........................................................................................
34
37
IV. PROFIL PERUSAHAAN...................................................................................
4.1 Gambaran Umum Perusahaan.....................................................................
4.2 Visi dan Misi Jurnal Bogor.............................................................................
4 3 Struktur Organisasi Perusahaan………………………………………….….
4.4 Kegiatan Operasi……………………………………………………….........
4.5 Konsumen/Pembaca……………………………………………………........
4.6 Sumberdaya Manusia………………………………………………………..
38
38
39
40
45
46
47
V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA
RESPONDEN………………………………………………………….….............
5.1 Karakteristik Responden………………………………………………...........
5.1.1 Umur………………………………………………………….….......
5.1.2 Jenis Kelamin…………………………………………………….......
5.1.3 Tingkat Pendidikan…………………………………………….…….
5.1.4 Status Menikah………………………………………………….……
5.2 Motivasi Kerja Responden...............................................................................
5.2.1 Motivasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor..............................................
5.2.2 Indikator-indikator yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan
5.2.3 Hubungan antara Indikator-indikator Motivasi Kerja dengan
Motivasi Kerja.....................................................................................
5.2.4 Motivasi Kerja Karyawan Tiap Bagian Berdasarkan Indikatorindikator...............................................................................................
5.3 Prestasi Kerja Responden.................................................................................
5.3.1 Prestasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor.................................................
5.3.2 Indikator-indikator Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Jurnal
Bogor....................................................................................................
5.3.3 Hubungan antara Indikator Prestasi Kerja dengan Prestasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor........................................................................
5.3.4 Prestasi Karyawan Tiap Bagian Berdasarkan Indikator......................
VI. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN, MOTIVASI
KERJA, DAN PRESTASI KERJA.........................................................................
6.1 Hubungan antara Karakteristik dengan Motivasi Kerja...................................
6.1.1 Hubungan antara Umur Karyawan dengan Motivasi Kerja.................
6.1.2 Hubungan antara Jenis Kelamin Karyawan dengan Motivasi Kerja....
6.1.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Karyawan dengan Motivasi
Kerja.....................................................................................................
6.1.4 Hubungan antara Status Menikah Karyawan dengan Motivasi Kerja
6.2 Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Prestasi Kerja................
6.2.1 Hubungan antara Umur Karyawan dengan Prestasi Kerja..................
6.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin Karyawan dengan Prestasi Kerja...
48
48
48
48
49
50
50
50
53
54
56
59
59
61
62
64
68
68
68
68
69
70
70
70
71
xi
6.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Karyawan dengan Prestasi
Kerja......................................................................................................
6.2.4 Hubungan antara Status Menikah Karyawan dengan Prestasi Kerja.
6.3 Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja.................................
6.3.1 Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan
Jurnal Bogor........................................................................................
6.3.2 Hubungan antara Indikator Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja.....
71
72
73
73
73
VII. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 76
7.1 Kesimpulan..................................................................................................... 76
7.2 Saran................................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 78
LAMPIRAN........................................................................................................... 80
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Jumlah Pengambilan Sampel Responden................................................. 33
Tabel 2.
Skala Interval dan Bobot Nilai Jawaban Responden................................ 34
Tabel 3.
Kriteria Pengukuran Koefisien Korelasi................................................... 36
Tabel 4.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur, Tahun 2009…... 48
Tabel 5.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun
2009……….............................................................................................. 49
Tabel 6.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan,
Tahun 2009............................................................................................... 49
Tabel 7.
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Menikah, Tahun
2009….....….....….....….....….....….....….....….....….....….....…............. 50
Tabel 8.
Nilai Motivasi Kerja Tiap Bagian............................................................. 51
Tabel 9.
Rataan Skor Indikator Motivasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor............... 53
Tabel 10.
Analisis Koefisien Korelasi Indikator Motivasi Kerja dengan Motivasi
Kerja………………………………………...……….............................. 55
Tabel 11
Nilai Motivasi Kerja Tiap Bagian Menurut Indikator.............................. 57
Tabel 12.
Nilai Prestasi Kerja Tiap Bagian ............................................................. 60
Tabel 13.
Rataan Skor Indikator Prestasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor................ 61
Tabel 14.
Analisis Koefisien Korelasi Indikator Pretasi Kerja dengan Prestasi
Kerja…………………………………………………………….…….... 63
Tabel 15.
Nilai Prestasi Kerja Tiap Bagian Menurut Indikator................................ 65
Tabel 16.
Hubungan antara Indikator Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja.......... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Hierarki Kebutuhan Maslow..................................................................... 14
Gambar 2.
Kerangka Pemikiran Konseptual............................................................... 28
Gambar 3.
Struktur Organisasi Jurnal Bogor……………………………………..... 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian....................................................................... 80
Lampiran 2. Skor Motivasi dan Prestasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor...................... 81
Lampiran 3 Contoh Perhitungan Hubungan antara Faktor Motivasi Kerja dengan
Prestasi Kerja............................................................................................ 82
Lampiran 4 Contoh Perhitungan Hubungan antara Karakteristik Status Menikah
dengan Prestasi Kerja............................................................................... 83
Lampiran 5 Dokumentasi Jurnal Bogor....................................................................... 84
.
xv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kesepakatan internasional untuk memberlakukan perdagangan bebas di ASEAN
pada tahun 2003 dan untuk seluruh dunia pada Tahun 2020, mengakibatkan ketatnya
tingkat persaingan antar negara. Keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi
sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk dapat bersaing dalam pasar global.
Sumberdaya manusia merupakan salah satu persiapan yang diperlukan guna
mengantisipasi perdagangan bebas, dimana sumberdaya manusia yang tangguh dan
berdaya saing tinggi dapat dijadikan suatu keunggulan di suatu negara. Pembangunan
nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya
yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sumberdaya manusia yang mampu, cakap,
dan terampil serta memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat dalam usaha mencapai
hasil kerja yang optimal merupakan modal penting perusahaan di dalam suatu
perusahaan (Mangkuprawira, 2003).
Mengacu pada kondisi di atas, penting bagi pihak perusahaan untuk dapat
mengelola sumberdaya manusianya melalui manajemen yang baik dengan memberikan
kesempatan karyawan untuk maju sehingga karyawan akan mendapatkan kepuasan
tersendiri dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan acuan dalam mengaktifkan motivasi
kerja karyawan agar dapat bekerja dengan giat untuk meningkatkan prestasi kerja
karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan serta menjaga eksistensi
perusahaan. Kemajuan perusahaan juga tidak terlepas dari manajemen perusahaan dalam
menggunakan sumberdaya berupa material maupun finansial sebagai sarana pencapaian
tujuan yaitu mensejahterakan anggotanya.
Jurnal Bogor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang media cetak yaitu
koran harian. Perusahaan ini memberikan beragam informasi kepada khalayak luas
khususnya di wilayah Bogor. Karyawan menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga Jurnal Bogor dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
1
Masalah yang kemudian timbul ialah motivasi kerja menyebabkan pelaksanaan
kerja dan pencapaian prestasi yang lebih baik atau sebaliknya. Sehubungan dengan hal
itu maka diadakan penelitian lebih jauh terhadap hubungan antara motivasi kerja dengan
prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
1.2
Perumusan Masalah
Perusahaan tidak saja mengharapkan sumberdaya manusia yang dimiliki itu
terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan dan kecakapan serta keterampilan tidak berarti
sumberdaya manusia tersebut tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Suatu perusahaan perlu memperhatikan aspek manajemen sumberdaya manusia
terutama aspek motivasi kerja. Manajer perusahaan harus menyadari pemberian motivasi
merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan kinerja dan produktivitas
karyawan pada perusahaan. Oleh karena itu manajer merasa perlu memberikan dorongan
motivasi yang tepat, guna memperbaiki manajemen mutu perusahaan dan segera
mencari tahu tentang berbagai kebutuhan dan harapan yang dapat meningkatkan
kepuasan kerja dan motivasi kerja guna mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka masalah yang dirumuskan berkaitan
dengan motivasi kerja karyawan dan prestasi kerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor selama ini?
2. Bagaimana pencapaian prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor selama ini?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik responden dengan motivasi kerja
karyawan Jurnal Bogor?
4. Bagaimana hubungan antara karakteristik responden dengan prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor?
5. Bagaimana hubungan antara motivasi kerja karyawan dengan prestasi kerja
karyawan tersebut?
2
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengkaji tingkat motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor selama ini.
2. Mengkaji prestasi kerja yang dicapai karyawan Jurnal Bogor selama ini.
3. Mengkaji hubungan antara karakteristik responden dengan motivasi kerja
karyawan Jurnal Bogor
4. Mengkaji hubungan antara karakteristik responden dengan prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor
5. Mengkaji hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan Jurnal
Bogor.
1.4
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan bahan masukan
dan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam mengambil langkah-langkah yang
efektif dalam pemenuhan kepuasan kerja karyawan serta peningkatan motivasi kerja
karyawan guna pencapaian tujuan perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan penulis mengenai aspek-aspek sumberdaya manusia.
3
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia
Perusahaan sebagai suatu badan usaha beroperasi dengan mengkombinasikan
sumber dayanya melalui cara-cara yang tepat dalam upaya menghasilkan produk dan
atau jasa. Nawawi (2005) mengklasifikasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan
menjadi empat tipe, yaitu sumber daya finansial, sumber daya fisik, sumber daya
manusia, dan sumber daya kemampuan teknologi. Sumber daya manusia menempati
posisi strategis dari keempat sumber daya tersebut
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peran manusia dalam
organisasi sangat besar dalam proses produksi yang merupakan aset perusahaan.
Manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi, dalam rangka mencapai profitabilitas di masa yang akan
datang (Nawawi, 2005)
Hasibuan (2001) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai kemampuan
terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki individu, dimana perilaku dan sifatnya
ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya. Sumber daya manusia seringkali
disebut sebagai tenaga kerja dalam sebuah perusahaan. Menurut Pasal 1 UndangUndang No.14 Tahun 1969 dikutip oleh Hasibuan (2001), tenaga kerja diartikan
sebagai tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Adapun ciri khas hubungan kerja adalah tenaga kerja tersebut bekerja di
bawah perintah orang lain dengan menerima balas jasa.
Mangkuprawira (2003) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai unsur
produksi yang unik dibanding dengan unsur produksi lainnya. Dikatakan unik karena
memiliki unsur kepribadian yang aktif, memiliki emosi, responsif, dan kritis terhadap
setiap fenomena yang dihadapinya. Oleh karena itu memanfaatkan manusia sebagai
unsur produksi tidak dapat didekati dari pendekatan mekanis. Manusia tidak dapat
4
dipandang sebagai makhluk yang pasrah dan akan menerima segala sesuatu tindakan
yang dikenakan padanya.
Mengingat pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan maka
sumber daya manusia perlu ditangani dan dikelola dengan tepat oleh manajemen
sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal bagi perusahaan demi
terwujudnya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia
Hasibuan (2001 mendefinisikan manusia sebagai motor penggerak setiap
kegiatan organisasi, selalu berperan aktif dan dominan, karena manusia menjadi
perencana dan penentu terwujudnya kegiatan organisasi. Tujuan tersebut tidak akan
tercapai tanpa adanya peran serta aktif sumber daya manusia, meskipun alat-alat yang
dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Mengatur karyawan tidaklah mudah, karena
mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, dan latar belakang yang heterogen
yang dibawa ke dalam organisasi.
Dessler (1997) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
merupakan serangkaian kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk
menjalankan aspek "orang" atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen,
meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian. Stoner dan
Freeman (1994) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia mencakup tujuh
kegiatan dasar yaitu perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen, seleksi, sosialisasi,
pelatihan serta pengembangan, penilaian prestasi, promosi, pemindahan, demosi, dan
pemutusan hubungan kerja (PHK).
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu ilmu yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan membantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2001). Fungsi-fungsinya terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian.
Tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas harga yang lebih besar
5
daripada persen bunga bank. Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari
pekerjaannya, dan masyarakat bertujuan memperoleh barang dan jasa yang baik dengan
harga yang wajar dan selalu tersedia di pasar, sedangkan pemerintah mengharapkan
selalu mendapatkan pajak (Hasibuan, 2001).
Flippo (1994) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, integrasi, dan pemeliharaan tenaga kerja untuk
tujuan membantu atau menunjang tujuan orang, individu, dan sosial.
Beberapa pendapat ahli di atas pada prinsipnya memiliki perumusan yang sama
terhadap pengertian manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya
manusia adalah suatu penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penentuan staf serta kepemimpinan, dan pengendalian.
Sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan dan fungsi-fungsi tersebut
digunakan untuk melaksanakan tindakan pengadaan, pengembangan, pemeliharaan,
dan pendayagunaan sumber daya manusia. Rumusan yang menekankan bahwa
manajemen sumber daya manusia merupakan suatu seni, disamping sebagai ilmu,
mengandung arti bahwa dalam mencapai tujuan yang diinginkan (organisasi), seorang
pimpinan atau manajer amat tergantung pada kemampuannya untuk mempengaruhi
orang-orang yang ada dibawahnya oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa manajemen
adalah seni mempengaruhi orang lain (bawahan).
2.1.3
Prestasi Kerja Karyawan
Prestasi kerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat
fisik/material maupun non fisik/non material yang dalam melaksanakan tugasnya
berdasarkan deskripsi pekerjaan perlu dinilai hasilnya setelah tenggang waktu tertentu
(Nawawi, 2005).
Menurut Hasibuan (2001) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibedakan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
6
Hasibuan juga menerangkan bahwa prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga
faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang
pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut, maka akan semakin besar prestasi kerja
karyawan yang bersangkutan.
Bernardin dan Russel diacu dalam Ruky (2006) mendefinisikan prestasi sebagai
suatu catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu
selama kurun waktu tertentu.
Suprihanto (2006) mengatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja adalah hasil
kerja seseorang dalam periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan
misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
2.1.4
Penilaian Prestasi Kerja Karyawan
Pencapaian tujuan organisasi dilakukan oleh seluruh anggota dengan
melaksanakan tugas yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan beban dan volume
kerja yang dikelola oleh suatu manajemen. Setiap anggota dalam melaksanakan
tugasnya yang berfungsi sebagai bawahan perlu dinilai hasilnya setelah tenggang waktu
tertentu melalui suatu program (Istijanto, 2006). Program/rangkaian usaha ini dapat
dikatakan sebagai penilaian terhadap prestasi kerja karyawan. Sementara Bernadin diacu
dalam Ruky (2006) menyatakan bahwa penilaian prestasi merupakan catatan tentang
hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu
selama kurun waktu tertentu.
Menurut Nawawi (2005), pada hakekatnya penilaian prestasi kerja karyawan
yang merupakan kegiatan manajemen SDM adalah suatu proses pengamatan (observasi)
terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja yang memiliki hak-hak asasi yang
dilindungi. Menurut Hasibuan (2001) penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil
kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan,
menetapkan kebijaksanaan mengenai promosi atau balas jasanya.
7
Menurut Gomes (2001), syarat utama yang diperlukan guna melakukan penilaian
kinerja (prestasi) yang efektif, yaitu adanya kriteria kinerja (prestasi) yang dapat diukur
dengan objektif dan adanya objektifitas dalam proses evaluasi.
Istijanto (2006) menjabarkan bahwa indikator/tolak ukur/kriteria bawahan dalam
melaksanakan pekerjaan terdiri atas beberapa aspek yaitu kualitas kerja, tanggung jawab
terhadap pekerjaan, kerja sama dengan rekan kerja, orientasi terhadap pelanggan dan
inisiatif karyawan.
Pada giliran berikutnya, hasil dari penilaian/pengukuran prestasi kerja karyawan
dapat dijadikan informasi yang berharga bagi para manajer, misalnya dapat melihat
apakah pekerja mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya, memberikan
gambaran tentang kekurangan dan kelebihan pekerja dalam melaksanakan tugasnya,
mengetahui keefektifan dan keefisienan kontribusi pekerja terhadap organisasi, dapat
dikaitkan dengan pengambilan keputusan dan kebijakan manajer, dan dapat
dipergunakan untuk berbagai tujuan organisasi/ perusahaan seperti pengembangan karir
(promosi atau pemindahan), suksesi dan kaderisasi, penyusunan program pengembangan
dan pelatihan karyawan, penetapan gaji/upah dan kompensasi tidak langsung, review
strategi bisnis dan lain-lain (Nawawi, 2005).
2.1.4.1 Manfaat Penilaian Prestasi kerja
Manfaat penilaian prestasi kerja antara lain (Nawawi, 2005):
1) Perbaikan Prestasi Kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan
departemen personalia dapat mengkoreksi kegiatan-kegiatan mereka untuk
memperbaiki prestasi.
2) Penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu pengambilan keputusan dalam menentukan
upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3) Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu
atau antisipasinya. Promosi merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi.
8
4) Kebutuhan Latihan dan Pengembangan
Prestasi kerja yang kurang baik dapat diartikan bahwa karyawan membutuhkan
pelatihan. Demikian juga prestasi kerja yang baik dapat mencerminkan potensi
yang harus dikembangkan.
5) Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan karier yaitu tentang jalur karier
tertentu yang harus diteliti.
6) Mengetahui Penyimpangan Staffing
Prestasi yang baik atau kurang baik mencerminkan kekuatan dan kelemahan
prosedur staffing departemen personalia.
7) Ketidakakuratan Informasi
Prestasi kerja yang kurang baik dapat menunjukan kesalahan dalam informasi
analisis jabatan rencana sumber daya manusia atau komponen lain sistem
informasi manajemen personalia. Menggantungkan diri pada informasi yang
tidak akurat dapat menyebabkan keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
8) Diagnosa Desain Pekerjaan
Prestasi kerja yang kurang baik dapat dikatakan sebagai salah satu tanda
kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian informasi membantu diagnosa
kesalahan tersebut.
9) Kesempatan Kerja yang Adil
Penilaian kerja secara akurat akan menjamin keputusan penempatan internal
diambil tanpa diskriminasi.
10) Mengatasi Tantangan External
Kadang kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan
kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi
lainya
2.1.4.2 Syarat-Syarat Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2001), penetapan penilai yang berkualitas harus berdasarkan
syarat-syarat berikut:
9
1. Jujur, adil, objektif mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang unsurunsur yang akan dinilai agar penilaiannya sesuai dengan realitas/fakta yang ada.
2. Hendaknya mendasarkan penilaian atas dasar benar/salah, baik/buruk terhadap
unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur, adil, dan objektif.
3. Harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan
dinilai agar hasil penilaiannya dapat dipertangunggjawabkan.
4. Harus mempunyai wewenang formal agar penilai dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
2.1.5
Teori -Teori Motivasi
Kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti
dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi
berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab sesseorang melakukan suatu
perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Fungsi motivasi bagi manusia termasuk pekerja adalah sebagai berikut:
a. Motivasi berfungsi sebagai energi atau motor penggerak manusia.
b. Motivasi merupakan pengatur dalam memilih alternatif diantara dua atau lebih
kegiatan yang bertentangan. Motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan
dalam melakukan aktivitas.
Sehubungan dengan uraian di atas, dapat dibedakan dua bentuk motivasi kerja.
Kedua bentuk tersebut adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja
sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/makna
pekerjaan yang dilaksanakannya.
2) Motivasi Ekstrensik
Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja
sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan
10
pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena
upah/gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan
yang besar, pujian, hukuman dan lain-lain.
Lingkungan suatu organisasi/perusahaan terlihat kecendrungan penggunaan
motivasi ekstrinsik lebih dominan daripada motivasi intrinsik. Kondisi itu terutama
disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam diri pekerja,
sementara kondisi kerja di sekitarnya lebih banyak menggiringnya pada mendapatkan
kepuasan kerja yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya.
Menurut Daft dalam Safaria (2004) mengemukakan asal kata motivasi bersumber
dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Asal kata ini kemudian menjadikan
beberapa definisi tentang motivasi. Definisi pertama motivasi adalah dorongan yang
bersifat internal atau eksternal pada diri individu yang menimbulkan antusiasme dan
ketekunan untuk mengejar tujuan-tujuan spesifik.
Menurut Luthans dalam Safaria (2004) definisi kedua adalah motivasi diartikan
sebagai sebuah proses yang dimulai dari adanya kekurangan baik secara fisiologis
maupun psikologis yang memunculkan perilaku atau dorongan yang diarahkan untuk
mencapai sebuah tujuan spesifik atau insentif.
Definisi kedua ini menekankan keterkaitan antara kebutuhan (need), dorongan
(drive), dan hadiah (incentives).
a. Kebutuhan (needs) adalah keadaan yang memunculkan ketidakseimbangan dan
kekurangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan bisa diartikan
juga sebagai suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu
tampak menarik.
b. Dorongan (drive) kadang disamakan dengan motif yang memicu munculnya
perilaku tertentu untuk mengurangi atau memenuhi kebutuhan. Sebagai contoh
ketika tubuh kekurangan zat makanan, keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa
lapar, sehingga mendorong individu untuk mendapatkan makanan.
c. Hadiah/insentif adalah segala sesuatu yang memuaskan, mengurangi, dan
memenuhi kebutuhan, sehingga menurunkan ketegangan.
11
Menurut Luthans dalam Safaria (2004) menyatakan bahwa kebutuhan manusia
dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu motif primer, motif umum dan motif sekunder.
Masing-masing dari kebutuhan ini mempunyai ciri-cirinya tersendiri. Kata motif,
motivasi dan kebutuhan akan digunakan secara bergantian dan ketiganya dianggap
mewakilkan hal yang sama serta tidak dibedakan.
a. Motif Primer
Motif atau kebutuhan ini mempunyai ciri sebagai motif yang dibawa sejak lahir
atau bersifat fisiologis. Motif ini tidak bisa dipelajari dan bukan merupakan hasil
dari belajar. Motif primer ini merupakan kebutuhan dasar manusia seperti makan,
minum, seks yang merupakan unsur penentu bagi kelangsungan hidup manusia.
Artinya kelangsungan hidup manusia akan musnah (mati) jika kebutuhan ini tak
terpenuhi.
b. Motif Umum
Motif ini terletak diwilayah abu-abu dari dua kontinum antara primer dan motif
sekunder. Sifat dari motif umum ini adalah motif ini bukan merupakan hasil dari
sesuatu yang dipelajari dan juga tidak bersifat fisiologis. Motif umum ini jika
dipenuhi akan meningkatkan intensitas stimulasinya. Motif ini kadang
dinamakan sebagai motif stimulus. Motif umum ini terdiri dari rasa ingin tahu,
aktivitas eksplorasi dan manipulasi.
c. Motif Sekunder
Motif ini merupakan kebutuhan yang muncul akibat proses belajar. Artinya
manusia memiliki kebutuhan ini diakibatkan hasil interaksinya dengan
lingkungan, sehingga menghasilkan pemahaman baru. Kebutuhan ini dihasilkan
dari proses belajar dialami individu dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Umar (1999) menekankan bahwa dasar teori ini adalah bahwa manusia
merupakan makhluk yang keinginannya tidak terbatas atau tanpa henti, alat motivasinya
adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang, artinya jika
kebutuhan yang pertama terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang
pertama, dan berlaku seperti itu. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
12
masyarakat dan organisasi maka akan semakin tinggi faktor yang dirasakan menjadi
kebutuhan orang tersebut.
2.1.5.1 Teori Maslow
Adapun hierarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut (Hasibuan,
2001):
1) Psychological Needs (kebutuhan fisik) adalah kebutuhan yang paling utama yaitu
kebutuhan untuk mempertahankan hidup, seperti makan, minum, tempat tinggal,
dan bebas dari penyakit. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka manusia
tidak akan merasa tenang dan akan berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan
dan kepuasan biologis ini akan terpenuhi jika gaji (upah) yang diberikan cukup
besar. Oleh karena itu apbila gaji atau upah karyawan ditingkatkan maka
semangat kerja mereka akan meningkat,
2) Safety And Security Needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan) yaitu
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta di lingkungan kerja,
merupakan tangga kedua dalam susunan kebutuhan. Karyawan membutuhkan
rasa aman terhadap ancaman dan bahaya kehilangan pekerjaan dan penghasilan,
3) Affiliation Or Acceptence Needs (kebutuhan sosial) yaitu kebutuhan akan
perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan dia hidup dan bekerja,
kebutuhan akan perasaan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju dan tidak
gagal, kebutuhan akan ikut serta. Pada tingkat ini apabila karyawan tidak
diterima menjadi anggota kelompok informal dalam perusahaan, maka ia akan
merasa terkucil dan tidak senang. Hal ini mengakibatkan karyawan tidak bekerja
dengan baik dan prestasinya menurun,
4) Esteem Or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan prestise) yaitu kebutuhan
akan penghargaan dari orang lain. Berarti bahwa setiap karyawan yang bekerja
dengan baik ingin mendapatkan pujian atau penghargaan atasan atau rekan
sekerjanya, dan
5) Self Actualization Needs
(kebutuhan aktualisasi diri) yaitu realisasi lengkap
potensi seseorang secara penuh. Seseorang bertindak bukan atas dorongan orang
13
lain, tetapi atas kesadaran dan keinginan diri sendiri untuk pemenuhan kebutuhan
ini. Karyawan merasa telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan
mengerahkan segala kemampuan, ketrampilan dan potensi yang ada secara
maksimum.
Maslow mengambarkan tingkat kebutuhan tersebut seperti pada gambar 1 dibawah ini:
Tingkat
Kebutuhan
5. Self actualization
4. Esteem or status
3. Affiliation or acceptence
2. Safety and security
1. Physicological
Pemuas Kebutuhan
Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow
(Sumber: Hasibuan, 2001)
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)
kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya
sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu,
yang jelas adalah bahwa sifat, jenis, dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu
orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Kebutuhan
manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental,
intelektual, dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin
banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori
“klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”.
Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki
14
kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai
tingkatan atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu
tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang
tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, dalam hal ini keamanan
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang
ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula
seterusnya. Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat,
akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha
pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa :
a) Kebutuhan yang suatu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang.
b) Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teoriteori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Maslow dikutip oleh Stoner dan Freeman (1994) membagi kelima jenjang
tersebut menjadi dua kebutuhan yaitu kebutuhan tingkat tinggi dan kebutuhan tingkat
rendah. Yang termasuk kebutuhan tingkat tinggi adalah kebutuhan sosial, kebutuhan
15
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri, sedangkan kebutuhan tingkat rendah adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman.
2.1.5.2 Teori Herzberg
Herzberg dikutip oleh Umar (1999) mengemukakan teori dua faktor atau sering
disebut sebagai Herzberg two factor motivation theory. Menurutnya pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi dua faktor utama yang merupakan kebutuhan,
yaitu:
1) Maintenance Factor (faktor pemeliharaan) atau faktor higinis
Menurut teori ini terdapat serangkaian kondisi ekstrinsik yaitu keadaan pekerjaan
yang menyebabkan rasa tidak puas di antara karyawan. Kondisi ini adalah faktor
yang membuat orang tidak puas, disebut juga higiene factor, karena faktor
tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang paling rendah, yaitu
tingkat tidak ada kepastian. Faktor ini berhubungan dengan hakikat pekerja yang
ingin memperoleh kebutuhan (ketentraman) badaniah. Kebutuhan ini akan
berlangsung terus menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol
setelah dipenuhi. Faktor pemeliharaan ini meliputi balas jasa (gaji dan upah),
kondisi kerja, kebijakan serta administrasi perusahaan, kepastian pekerjaan,
hubungan antar pribadi (atasan dan bawahan), kualitas supervisi, kestabilan
kerja, dan kehidupan pribadi.
2) Motivation Factor (faktor motivasi)
Merupakan faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung
berkaitan dengan pekerjaan. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi
intrinsik, kepuasan kerja yang diperoleh dalam pekerjaan akan mendorong
motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Faktorfaktor tersebut meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung
jawab, kemajuan, pengembangan potensi individu, ruangan yang nyaman, dan
penempatan kerja yang sesuai.
16
Herzberg dikutip oleh Hasibuan (2001) mengemukakan bahwa cara terbaik untuk
memotivasi karyawan adalah dengan cara mengkombinasikan kedua faktor tersebut.
Kenyataannya karyawan cenderung untuk lebih sering memperhatikan faktor
pemeliharaan dibandingkan faktor motivasional. Menurut Herzberg kenyataan ini dapat
dipahami karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
kelangsungan hidup individu. Herzberg meyakini bahwa tidak terwakilinya dalam faktor
pemeliharaan dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam diri karyawan yang berakibat
pada meningkatnya absensi.
Hasibuan (2001) mengemukakan bahwa perbandingan antara teori Maslow dan
teori Herzberg adalah sebagai berikut:
1) Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu terdiri dari
lima tingkat kebutuhan (kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa
memiliki, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri) sedang
Herzberg mengelompokkannya atas dua kelompok (faktor pemuas/motivasi dan
bukan pemuas/faktor pemelihara),
2) Menurut Maslow jumlah tingkat kebutuhan itu merupakan alat motivator, sedang
menurut Herzberg (gaji, upah, dan yang sejenisnya) merupakan alat pemelihara
bukan alat motivasi, yang merupakan motivator adalah yang berkaitan langsung
dengan pekerjaan itu sendiri, dan
3) Teori Maslow dikembangkan hanya atas pengamatan saja dan belum pernah diuji
coba kebenarannya, sedang teori Herzberg didasarkan atas hasil penelitiannya.
Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan untuk mendapatkan alat dan
cara terbaik dalam memotivasi semangat kerja agar mereka mau bekerja giat untuk
mencapai prestasi kerja yang optimal.
2.1.5.3 Teori X dan Y dari Mc.Gregor
Teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas
dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang menganut teori Y. Pada
asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti karyawan rata-rata malas
bekerja, karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal dan selalu
17
menghindar dari tanggung jawab, karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan
diawasi, karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri. Asumsi teori Y menggambarkan
suatu kondisi seperti karyawan rata-rata rajin bekerja. Pekerjaan tidak perlu dihindari
dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah karena tidak ada yang dikerjakan,
dapat memikul tanggung jawab, berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi,
karyawan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi (Robbins dalam Umar, 1999).
Motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau faktor
yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Pembinaan terhadap sumber daya
manusia tidak pada penyelenggaraan latihan (training) saja, tetapi juga didukung dengan
pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).
Menurut Mitchell dalam Winardi (2001) tujuan dari motivasi adalah
memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku
dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab perilaku; andai kata perilaku tersebut
efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi.
2.1.6
Pengertian Motivasi Kerja
Orang dapat dikatakan termotivasi bila sistemnya digairahkan, dibuat aktif, dan
perilaku diarahkan pada tujuan yang diinginkan. Singkatnya, sistem tersebut
"dihidupkan" dan dicetuskan untuk terlibat di dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan
(atau
pengenalan
kebutuhan).
Kebutuhan
atau
motif
diaktitkan
ketika
ada
ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan
yang diacu sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin
besar urgensi respon yang dirasakan (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Robin dan Coulter dikutip oleh Winardi (2001) mendefinisikan motivasi sebagai
kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan keorganisasian yang
dikondisikan oleh kemampuan dan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual
tertentu.
18
Menurut Winardi (2001) motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada
dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan
oleh sejumlah kekuatan luar yang ada, intinya berkisar sekitar imbalan materi dan
imbalan non materi, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau
secara negatif, dimana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang
bersangkutan. Suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan
tindakan yang produktif, baik yang berorientasi kerja untuk menghasilkan uang maupun
yang tidak disebut motivasi kerja motivasi kerja yang dimiliki seorang pekerja berbedabeda tentunya dan juga berubah-ubah. Ada pekerja yang selalu terlihat semangat bekerja
karena menginginkan kenaikan gaji atau promosi jabatan, hal tersebut tentunya wajarwajar saja. Motivasi kerja pun bisa naik turun. Tidak selamanya kegairahan dalam
bekerja bisa terus berada pada titik maksimal. Kadangkala, seorang pekerja dapat
mengalami penurunan kinerja karena kejenuhan dalam bekerja, atau bisa saja karena
berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Hasibuan (2001) mengungkapkan bahwa motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi agar mau bekerjasama secara produktif untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, mau bekerja dan antusias
mencapai hasil yang optimal. Manullang (2000) mendefinisikan motivasi sebagai
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi, semangat, dan
dorongan kepada orang lain. Berdasarkan hal tersebut karyawan untuk mengambil
tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar
mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki oleh orang
tersebut.
Menurut Keenan dalam Manullang (2000), rendahnya motivasi dapat dideteksi
apabila dijumpai adanya gabungan antara dua atau lebih dari indikasi-indikasi berikut:
1) Tidak mau bekerjasama pada waktu usaha ekstra diperlukan,
2) Segan menjadi sukarelawan untuk melakukan pekerjaan ekstra,
3) Datang terlambat, tetapi pulang lebih awal/tidak masuk satu hari tanpa
penjelasan yang memuaskan,
19
4) Memperpanjang waktu istirahat untuk mendapatkan waktu bebas pekerjaan,
5) Tidak menepati batas waktu karena tugas tidak dapat diselesaikan secara tepat
waktu,
6) Tidak memiliki sifat-sifat standar yang dikehendaki,
7) Terus-menerus mengeluh tentang masalah-masalah kecil,
8) Menyalahkan orang lain pada waktu keadaan tidak berjalan lancar, dan
9) Tidak mau mematuhi instruksi.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan dapat dikatakan bahwa
motivasi merupakan dorongan dari dalam atau luar diri seseorang untuk bekerja dengan
giat agar dapat mencapai tujuan perusahaan maupun pribadinya. Motivasi kerja tumbuh
dari pengaruh timbal balik antara faktor individu dan lingkungan kerja.
2.1.7
Teknik Pemberian Motivasi
Teknik pemberian motivasi adalah cara-cara atau kiat-kiat yang dianggap paling
tepat untuk memberikan motivasi kerja sehingga karyawan yang bersangkutan mau
bekerja
sesuai
dengan
yang
diharapkan
oleh
perusahaan.
Hasibuan
(2001)
mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis pemotivasian, yaitu:
1) Motivasi Positif (insentif positif)
Manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Semangat kerja karyawan akan
meningkat dengan motivasi positif karena umumnya manusia senang menerima
yang baik- baik saja.
2) Motivasi Negatif (insentif negatif)
Manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman.
Semangat kerja bawahan jangka pendeknya akan meningkat dengan motivasi
negatif ini karena mereka takut di hukum, tetapi jangka panjangnya dapat
berakibat kurang baik.
20
Hasibuan (2001) mengungkapkan bahwa terdapat ada tiga teori berkenaan
dengan motivasi kerja:
2.1.7.1 Teori Pengharapan
Orang akan termotivasi untuk bekerja dengan baik bila ada peluang untuk
mendapatkan insentif. Besar kecilnya motivasi kerja tergantung pada nilai insentif itu
pada masing-masing individu. Terdapat 3 konsep penting berkaitan dengan teori ini :
1) Nilai (Valuence): Setiap bentuk insentif punya nilai positif atau negatif bagi
seseorang. Juga apakah nilai itu besar atau kecil bagi seseorang.
2) Instrumentalitas: adanya hubungan antara pekerjaan yang harus dilakukan
dengan harapan yang dimiliki. Pekerjaan dapat dilihat sebagai alat untuk
mendapatkan apa yang diharapkan timbulah motivasi kerja.
3) Pengharapan: persepsi tentang besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai
tujuan/hasil kerja.
Adapun jenis-jenis insentif yaitu :
1) Insentif materiil
Contoh: a. Bantuan keuangan.
b. Tugas tambahan yang lebih sedikit.
2) Insentif solidaritas
Contoh: a. Pengakuan atau pujian untuk kinerja.
b. Bantuan dan dukungan dari rekan/ kelompok sejawat.
3) Insentif sesuai dengan tujuan organisasi
Contoh: a. Tugas yang perlu menggunakan pengetahuan dan keterampilan
khusus.
b. Kesempatan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
keprofesionalan
21
2.1.7.2 Teori Kesamaan Atau Keseimbangan (Equity Theory)
Orang cenderung akan membandingkan insentif atau reward yang diperolehnya
dengan insentif yang diterima oleh orang lain yang mempunyai beban kerja yang serupa.
Motivasi kerja akan muncul apabila besarnya insentif antara dua orang itu sama,
sedangkan apabila lebih kecil maka akan timbul rasa kecewa yang kemudian
mengurangi motivasinya untuk bekerja dengan baik. Seseorang akan termotivasi lebih
kuat apabila dia menerima lebih banyak.
2.1.7.3 Teori Penentuan Tujuan
Orang termotivasi untuk mencapai tujuan yang jelas sebaliknya orang akan
bermotivasi kerja rendah bila tujuan dari pekerjaannya tidak jelas. Orang yang tugasnya
jelas tujuannya dan lebih menantang lebih menunjukkan motivasi kerja yang lebih besar
daripada orang yang tujuan tugasnya kabur atau terlalu mudah untuk mencapainya.
2.1.8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Gellerman dikutip oleh Martharia (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor
motivasi kerja yang paling kuat adalah terpenuhinya kebutuhan dasar untuk
mempertahankan hidup yaitu makan, minum, tempat tinggal, dan sejenisnya.
Kebutuhannya meningkat yaitu keinginan mendapatkan keamanan hidup kemudian
dalam taraf yang lebih maju, bila rasa aman telah terpenuhi mereka mendambakan
barang mewah, status, dan kemudian prestasi.
Organisasi perlu melakukan perbaikan kinerja untuk meningkatkan kinerja
pegawai,. Dalam hal ini, menurut Furtwengler (2003), terdapat sejumlah faktor yang
perlu diperhatikan oleh suatu organisasi di dalam melakukan perbaikan kinerja, yaitu
faktor kecepatan, kualitas, layanan, dan nilai. Selain keempat faktor tersebut, juga
terdapat faktor lainnya yang turut mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu keterampilan
interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, terampil
berkomunikasi, inisiatif, serta kemampuan dalam merencanakan dan mengorganisir
kegiatan yang menjadi tugasnya. Faktor-faktor tersebut memang tidak langsung
berhubungan dengan pekerjaan, namun memiliki bobot pengaruh yang sama.
22
Hinggins dalam Umar (1999) mengindentifikasi adanya beberapa variabel yang
berkaitan erat dengan kinerja, yaitu mutu pekerjaan, kejujuran pegawai, inisiatif,
kehadiran, sikap kerjasama, keandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung
jawab, dan pemanfaatan waktu.
Kamaludin (1995), mengemukakan bahwa tingkat pendidikan bukan
satu-
aatunya faktor internal yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Faktorfaktor lain yang dimaksud dapat mempengaruhi motivasi kerja adalah kesejahteraan
keluarga, jenis kelamin, usia pekerja, dan status kerja. Wahjosumidjo (1994)
mengungkapkan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis timbul diakibatkan
oleh faktor dalam diri seseorang atau faktor di luar diri. Faktor di dalam diri dapat
berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan atau berbagai harapan cita-cita
yang menjangkau masa depan. Faktor di luar diri, dapat ditimbulkan dari berbagai
sumber, bisa karena pengaruh pemimpin, kolega atau faktor-faktor lain yang sangat
kompleks. Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan terlihat bahwa tingkat pendidikan
bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja.
Menurut teori situasi kerja Stoner dan Freeman (1994), situasi kerja yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja adalah:
a. Kebijakan perusahaan, seperti skala upah dan tunjangan pegawai (cuff, pensiun
dan tunjangan-tunjangan), umumnya mempunyai dampak kecil terhadap prestasi
individu. Kebijaksanaan ini benar-benar mempengaruhi keinginan karyawan
untuk tetap bergabung dengan atau meninggalkan organisasi yang bersangkutan
dan kemampuan organisasi untuk menarik karyawan baru.
b. Sistem balas jasa atau sistem imbalan, kenaikan gaji, bonus, dan promosi dapat
menjadi motivator yang kuat bagi prestasi seseorang jika dikelola secara efektif.
Upah harus dikaitkan dengan peningkatan prestasi sehingga jelas mengapa upah
tersebut diberikan, dan upah harus dilihat sebagai sesuatu yang adil oleh orangorang lain dalam kelompok kerja, sehingga mereka tidak akan merasa dengki dan
membalas dendam dengan menurunkan prestasi kerja mereka.
c. Kultur organisasi, meliputi norma, nilai, dan keyakinan bersama anggotanya
23
meningkatkan atau menurunkan prestasi individu. Kultur yang membantu
pengembangan rasa hormat kepada karyawan, yang melibatkan mereka dalam
proses pengambilan keputusan dan yang memberi mereka otonomi dalam
merencanakan dan melaksanakan tugas mendorong prestasi yang lebih baik dari
pada kultur yang dingin, acuh tak acuh, dan sangat ketat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat bahwa secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja sangat bervariasi. Secara umum faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja, yang datangnya dari
dalam diri seseorang. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi kerja yang bersumber dari lingkungan kerja perusahaan.
2.1.9
Peranan dari Faktor-Faktor Motivasi dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Stoner dan Freeman (1994) mulai dari adanya manusia di muka bumi, motivasi
tersebut sudah ada bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya (selama
manusia hidup). Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi pada masa sekarang ini
motivasi sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi dan karenanya menjadi
perhatian dari para manajer dalam hal mengelola sumber daya manusia yang dijadikan
aset penting bagi organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat penting di dalam
penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi adalah tingkat kemampuan
dan keterampilan dari para pekerjanya .
Kenyataannya tidak semua karyawan yang memiliki kriteria tersebut sesuai
dengan harapannya dan juga terdapatnya pekerja yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka
dengan demikian organisasi tersebut belum menciptakan kualitas kerja yang baik atau
prestasi kerja yang sesuai dengan harapannya Secara garis besar semua organisasi
memiliki kepentingan serta tujuan yang berbeda-beda sama seperti yang dimiliki oleh
organisasi. Perhatian dari para manajer organisasi atau perusahaan sangat diperlukan
guna meningkatkan kualitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki, agar
24
dapat mencapai tujuan dan dapat bersaing (Hasibuan, 2001).
Beberapa hal yang dapat dijadikan alat untuk meningkatkan motivasi karyawan
atau pekerja sehingga mereka dapat terdorong dan semangat dalam melaksanakan
pekerjaannya (Stoner dan Freeman, 1994) diantaranya adalah :
a. Melibatkan atau mengikutsertakan dengan maksud mengajak karyawan untuk
berprestasi secara efektif dalam proses operasi dan produksi organisasi.
b. Komunikasi, yaitu melakukan penginformasian secara jelas terhadap tujuan yang
ingin dicapai, cara-cara pencapaian dan kendala yang sekiranya akan dihadapi.
c. Pengakuan, yang pada dasarnya berupa pemberian penghargaan dan pengakuan
yang tepat dan wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang dicapai.
d. Wewenang Pendelegasian, yaitu berkaitan dengan pendelegasian sebagai
wewenang dan kebebasan untuk mengambil keputusan serta kreatifitas
karyawan.
e. Perhatian Timbal Balik, yaitu berkaitan dengan pengungkapan atas harapan dan
keinginan pemilik atau pemimpin dan pengelola organisasi pada karyawan serta
memahami, memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan karyawannya.
Individu dan organisasi, terlibat dalam hal ini, maka hal tersebut merupakan
suatu kerumitan dalam memotivasi pekerja untuk dapat bekerja sesuai dengan harapan.
Hal ini mengingatkan bahwa terdapatnya faktor-faktor yang bersumber dari karyawan
seperti kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, sikap, dan kemampuan. Faktor-faktor yang
bersumber dari organisasi itu sendiri seperti, pembayaran atau gaji, keamanan pekerja,
hubungan sesama pekerja, pengawasan, pujian-pujian, dan pekerjaan itu sendiri.
2.2
KERANGKA TEORITIS
2.2.1
Kerangka Pemikiran
Sumberdaya manusia adalah sebagai faktor unik yang dicirikan oleh sifatnya
yang aktif, responsif, emosi, dan kritis tehadap setiap fenomena yang dihadapi.
25
Berdarkan hal di atas yang termasuk dalam batasan sumberdaya manusia antara
lain tingkat pengetahuan, pendidikan, pengalaman, keterampilan, kesehatan, dan etos
kerja (Mangkuprawira, 2003). Hal itu tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan
kepentingan tujuan karyawan dan kepentingan tujuan perusahaan
Upaya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan diperlukan
sumberdaya manusia yang berkualitas. Sumberdaya manusia yang berkualitas adalah
manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan pekerjaannya
sebagai pelaksana aktivitas perusahaan, memiliki energi, dan bakat serta profesionalitas
yang tinggi. Oleh sebab itu sebuah perusahaan perlu mengetahui seberapa besar
keinginan karyawan untuk bekerja dengan giat guna memenuhi kebutuhannya. Hal ini
ditentukan oleh motivasi kerja yang dimiliki masing-masing karyawan dan lingkungan
atau iklim perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang bijaksana
dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan karyawan secara umum dan tidak merugikan
perusahaan.
Keunggulan kompetitif perusahaan sangat tergantung pada inovasi perusahaan
yang hanya akan dapat tercapai apabila terdapat motivasi yang tinggi dan moral
karyawan
yang baik,
Kemampuan manajer dalam mengidentifikasi motivasi
karyawannya akan sangat berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan, karena pada
dasarnya kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja karyawannya.
Motivasi kerja karyawan tercermin dalam etos kerjanya dan pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja (performance) dalam produktivitas perusahaan.
Motivasi kerja dipengaruhi oleh motivator, sedangkan disiplin akan ditentukan
oleh motivasi kerja dan disiplin akan mempengaruhi tingkat produktivitas. Oleh karena
itu untuk mencapai produktivitas yang tinggi diperlukan motivasi kerja, disiplin, dan
motivator yang baik. Produktivitas juga dipengaruhi oleh pendidikan atau latihan, gizi
serta pelayanan kesehatan, peralatan sarana kerja, tingkat upah minimum, kondisi
ekonomi, dan lain-lain. Peranan dari motivasi sumberdaya manusia merupakan faktor
yang menentukan untuk meningkatkan produktivitas.
26
Motivasi dalam diri seorang karyawan timbul karena adanya faktor internal dan
eksternal. Jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah tanggungan
dalam keluarga termasuk ke dalam faktor internal seorang karyawan dalam perusahaan
dalam melakukan pekerjaan, kemudian motivasi yang timbul dari faktor eksternal
seorang karyawan diantaranya ialah hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama
rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, kompensasi, penunjang
kesehatan. Motivasi kerja karyawan akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan.
Prestasi kerja karyawan ini dapat dinilai dari kualitas kerja, tanggung jawab terhadap
pekerjaan, kerjasama dengan rekan kerja, orientasi terhadap konsumen, dan inisiatif
karyawan.
Sumberdaya manusia harus dikelola dengan baik dan harus dilakukan
pendekatan secara manusiawi, karena manusia mempunyai harga diri, emosi,
kepribadian, dan lain sebagainya. Pimpinan harus memberikan dorongan motivasi yang
tepat dan sumberdaya manusia harus diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, sehingga
mereka akan merasa puas dan bekerja dengan lebih baik.
Melihat pada konteks di atas, maka skripsi ini melihat indikator-indikator yang
dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan serta prestasi kerja karyawan. Pada
Gambar 2 disajikan bagan kerangka berpikir yang berkaitan dengan variabel-variabel.
27
SDM di Jurnal Bogor
Indikator Motivasi
Kerja:
Karakteristik Individu:
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Tingkat Pendidikan
4. Status Pernikahan
Indikator Prestasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor:
1. kualitas kerja,
2. tanggung jawab terhadap
pekerjaan,
3. kerjasama dengan rekan kerja
4. orientasi terhadap konsumen
5. inisiatif karyawan
Motivasi Kerja
1. Hubungan Atasan dan
Bawahan
2. Hubungan Sesama
Rekan Kerja
3. Peraturan dan
Kebijakan Perusahaan
4. Kondisi Kerja
5. Kompensasi
6. Penunjang Kesehatan
Prestasi Kerja
Tujuan Perusahaan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Keterangan : ---------- Ruang lingkup penelitian
28
2.2.2
Definisi Konseptual
1. Jenis kelamin adalah tipologi responden yang dibedakan sebagai laki-laki dan
perempuan.
2. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Perhitungan umur dimulai dari saat
kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan umur.
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan (lulus)
yang dibedakan dengan SD, SMP, SMA, D3, dan S1.
4. Status pernikahan adalah status hubungan seseorang dengan lawan jenisnya yang
dibedakan dengan belum menikah dan menikah.
5. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaksanaan
aktif dari setiap aktivitas organisasi.
6. Hubungan atasan dan bawahan adalah suatu interaksi yang terjadi antara karyawan
dengan atasannya. Interaksi tersebut dapat berlangsung di dalam pekerjaan maupun
di luar masalah pekerjaan.
7. Hubungan sesama rekan kerja adalah interaksi yang terjadi antar para karyawan
dalam perusahaan baik dalam hal pelaksanaan pekerjaan seperti pemberian
dukungan dan semangat kerja, pemberian bantuan dan saran dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi di dalam pekerjaan maupun yang berada di luar pekerjaan.
8. Peraturan dan kebijakan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh pihak perusahaan yang dibuat dengan maksud membantu kelancaran kegiatan
perusahaan dan berlaku bagi karyawan tanpa terkecuali. Peraturan dan kebijakan
diukur berdasarkan penilaian karyawan terhadap ketentuan perusahaan mengenai
waktu kerja, perbedaan waktu kerja, pemberian sanksi, peraturan lembur,
kedisiplinan perusahaan dalam menerapkan peraturan beserta sanksi, kebijakan
perusahaan, dan peningkatan karir.
9. Kondisi kerja adalah: kondisi kerja yang ada di perusahaan, meliputi faktor suasana
kerja dan faktor-faktor perlengkapan kerja yang dapat mempengaruhi karyawan
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Adapun faktor
29
suasana kerja mencakup ketenangan kerja, kenyamanan tempat kerja, keamanan
lingkungan kerja, kebersihan tempat kerja, tata bangunan, fasilitas keselamatan
kerja, dan sistem pembagian kerja. Faktor perlengkapan kerja meliputi peralatanperalatan kerja yang disediakan perusahaan untuk membantu dan memperlancar
pelaksanaan pekerjaan.
10. Kompensasi adalah tindakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada
karyawan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang mencakup
kompensasi langsung berupa gaji, maupun kompensasi tidak langsung untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan berupa tunjangan, fasilitas penunjang seperti
fasilitas peribadatan, fasilitas tempat tinggal, dan lain-lain.
11. Penunjang kesehatan adalah bentuk perhatian pihak perusahaan terhadap kondisi
dan kesehatan karyawannya. Meliputi tunjangan kesehatan, tunjangan pengobatan
dan perawatan, jaminan asuransi pemeliharaan kesehatan, dokter perusahaan /klinik
kesehatan, dan lain-lain.
12. Kualitas kerja adalah hasil kerja karyawan (mengukur produktivitas); misalnya
mengukur banyaknya komplain dari pembaca.
13. Tanggung jawab pekerjaan adalah kemampuan karyawan menyelesaikan pekerjaan
utama dan tugas tambahan sesuai standar kerja yang harus dicapai karyawan yang
sudah ditetapkan tiap bagian/sub bagian; misalnya karyawan bekerja selama 8 jam
per hari. Jam kerja berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja UU No.13 tahun 2003
dan Kepmenakertrans No.102/VI/2004 adalah 8 jam per hari.
14. Kerja sama dengan rekan kerja adalah kemampuan bekerja sama dengan rekan
kerja.
15. Orientasi terhadap pelanggan adalah memberikan pelayanan terbaik kepada
pembaca.
16. Inisiatif karyawan adalah kemampuan karyawan untuk memodifikasi, improvisasi
maupun melakukan inovasi-inovasi sendiri terhadap situasi dan pekerjaan yang
dihadapi.
30
2.2.3
Definisi Operasional
1. Motivasi kerja adalah daya penggerak yang mendorong karyawan dari dalam
dirinya atau dari sisi perusahaan untuk bekerja keras, bekerja sama dengan sesama
rekan kerja, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam upaya mencapai
tujuan perusahaan maupun tujuannya sendiri. Penilaian terhadap pertanyaan
kuesioner motivasi kerja dilakukan oleh semua karyawan Jurnal Bogor dengan
menggunakan kuesioner berskala likert dari 1 sampai 5. Kuesioner motivasi kerja
yang diberikan kepada karyawan Jurnal Bogor berisi 29 pertanyaan. Skor terendah
sebesar 29 dan skor terbesar sebesar 145. Motivasi kerja tergolong tinggi apabila
skor yang diperoleh antara 88-145 dan tergolong rendah apabila skor yang diperoleh
berada di selang 29-87. Selang untuk rataan skor motivasi kerja adalah 0,10-1:
sangat rendah; 1,10-2: rendah; 2,10-3: cukup tinggi; 3,10-4: tinggi; 4,10-5: sangat
tinggi.
2. Prestasi kerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material
maupun non fisik/non material yang dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
deskripsi pekerjaan perlu dinilai hasilnya setelah tenggnag waktu tertentu. Penilaian
terhadap pertanyaan kuesioner prestasi kerja dilakukan oleh karyawan level manajer
Jurnal Bogor dengan menggunakan kuesioner berskala likert dari 1 sampai 5.
Kuesioner prestasi kerja yang diberikan kepada karyawan level manajer Jurnal
Bogor berisi 30 pertanyaan. Skor terendah sebesar 30 dan skor terbesar sebesar 150.
Prestasi kerja tergolong tinggi apabila skor yang diperoleh antara 91-150 dan
tergolong rendah apabila skor yang diperoleh berada di selang 30-90. Selang untuk
rataan skor prestasi kerja adalah 0,1 sampai 1: sangat rendah; 1,1 sampai 2: rendah;
2,1 sampai 3: cukup tinggi; 3,1 sampai 4: tinggi; 4,1 sampai 5; sangat tinggi.
31
III. METODOLOGI
3.1
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Jurnal Bogor
dengan melakukan pengamatan terhadap sumberdaya manusia sebagai karyawan di
Jurnal Bogor. Objek yang diteliti adalah motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor.
Metode penelitian studi kasus adalah sebuah metode yang digunakan untuk
mengkaji gejala-gejala sosial dari suatu hal yang dapat berupa seseorang, sebuah
kelompok, sebuah komunitas, sebuah massa, sebuah proses, atau sebuah suatu satuan
sosial dengan cara menganalisa secara dalam.
3.2
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab
masalah risetnya (Istijanto, 2006). Pengumpulan data primer diantaranya adalah dengan
teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilaksanakan berdasarkan panduan
pertanyaan berisi seputar motivasi dan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berupa kuesioner.
Kuesioner yang digunakan berisi beberapa butir pertanyaan mengenai motivasi dan
prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Pertanyaan yang diajukan mengenai motivasi
diantaranya hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan
dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, kompensasi, dan penunjang kesehatan.
Pertanyaan yang diajukan mengenai prestasi kerja karyawan diantaranya kualitas kerja,
tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerjasama dengan rekan kerja, orientasi terhadap
pembaca, dan inisiatif karyawan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait
topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari studi literatur berupa
tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan sumber-sumber lain.
32
Penelitian ini diprioritaskan untuk melihat hubungan antara motivasi kerja
karyawan dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
3.3
Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih
berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan
sampel penelitiannya (Istijanto, 2006). Penentuan sampel dengan metode purposive
sampling tersebut dilakukan pada karyawan Jurnal Bogor yang mempunyai bawahan,
yaitu kelompok pemimipin atas dan kelompok pemimpin menengah.
Sedangkan penentuan sumber informasi pada kelompok staf/karyawan
dilakukan secara acak (random sampling). Random sampling / probability sampling
adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk
diambil kepada setiap elemen populasi (Istijanto, 2006).
Pengambilan sampel tiap bagian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pengambilan Sampel Responden
No
Bagian
Jumlah
Karyawan
(Orang)
Jumlah
Responden
(Orang)
1
Sirkulasi
15
12
2
Administrasi
5
4
3
Promosi
4
4
4
Marketing
15
10
5
Redaktur
15
5
6
Umum
11
-
66
35
Jumlah
33
3.4
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui gambaran secara umum kendala dan upayaupaya yang mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Analisis deskriptif adalah mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk
yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto, 2006).
Berdasarkan itu dalam analisis deskriptif nilai yang menggambarkan seluruh anggota
atau responden dapat diwakili oleh nilai rata-rata (mean) atau nilai maksimum dan nilai
minimum. Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama
waktu bekerja, dan jumlah tanggungan dalam keluarga dengan cara mentabulasi hasil
kuesioner secara manual.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang merupakan skala
yang memiliki urutan/jarak yang sama antar kriteria atau titik-titik terdekatnya
(Istijanto, 2006). Penelitian ini melakukan pembobotan pada indikator-indikator
motivasi maupun prestasi kerja karyawan dengan skala interval yang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Skala Interval dan Bobot Nilai Jawaban Responden
Alternatif Jawaban
Bobot Nilai
Selalu
5
Sering
4
Kadang-kadang
3
Pernah
2
Tidak pernah
1
Jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan untuk setiap
responden guna dijadikan skor penilaian terhadap variabel-variabel yang diteliti. Selain
34
itu pada setiap variabel yang diuji selalu ditarik kesimpulan secara keseluruhan
berdasarkan nilai tengah data setelah data-data tersebut diurutkan (median).
Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program komputer SPSS
13.0 for Windows (Spread sheet
for statistic) dengan model uji korelasi Rank
Spearman. Analisa digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antar variabel
pengaruh (variabel X) motivasi kerja karyawan. dengan variabel terpengaruh (variabel
Y) yaitu prestasi kerja karyawan.
Adapun rumus koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
ρ atau rs = 1 –
6 ∑di2
n (n2 – 1)
Keterangan :
ρ atau rs = Koefisien korelasi spearman rank
di = determinan
n
= Jumlah data/sampel
Hipotesis pengujian hubungan motivasi kerja karyawan dengan prestasi kerja karyawan
adalah sebagai berikut:
H0 =
Motivasi kerja karyawan tidak berhubungan terhadap prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor.
H1 = Motivasi kerja karyawan berhubungan terhadap prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor.
Koefisien korelasi Rank Spearman (rxy) menunjukkan kuat tidaknya antara
indikator x terhadap variabel X dengan indikator y terhadap variabel Y maupun variabel
X terhadap variabel Y (Istijanto, 2006) sehingga digunakan batasan koefisien korelasi
untuk mengkategorikan nilai r. Kriteria pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.
35
Tabel 3. Kriteria Pengukuran Koefisien Korelasi
Kisaran
Kriteria
0 - 0,199
menunjukkan tidak adanya hubungan atau lemah sekali
0,200 - 0,399
menunjukkan hubungan yang tidak erat atau rendah
0,400 - 0,699
menunjukkan hubungan yang cukup berarti atau cukup erat
0,700 - 0,899
menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi
0,900 - 1
menunjukkan hubungan yang sangat erat atau sangat kuat sekali
dan dapat diandalkan
Selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara
karakteristik karyawan dengan motivasi kerja Jurnal Bogor. Berikut prosedur yang
digunakan yaitu dengan analisis chi-square (χ2). Data yang diperoleh pada penelitian
diolah dengan menggunakan program SPSS 13 for Windows. Adapun rumus chi-square
sebagai berikut: χ2 = E [(E-O)^2/E].
Menentukan signifikansi suatu nilai sebesar nilai χ2hitung ditaksir dengan
menggunakan tabel C pada tabel statistik dengan db=k-1 dan tetapkan α=0,05.
Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan yang berkaitan dengan nilai χ2hitung adalah
lebih besar dari nilai χ2tabel, maka tolak H0 dan terima H1( Siegel, 1994).
Hipotesis untuk hubungan karakteristik karyawan dengan motivasi kerja
H0 : tidak terdapat hubungan karakteristik karyawan dengan motivasi kerja Jurnal
Bogor.
H1 : terdapat hubungan karakteristik karyawan dengan motivasi kerja Jurnal Bogor.
Keputusan pengujian adalah sebagai berikut:
1. jika nilai r hitung < r tabel, maka terima H0, artinya karakteristik karyawan
tidak berhubungan dengan motivasi kerja karyawan.
36
2. jika nilai r hitung > r tabel, maka tolak H0 atau terima H1, artinya
karakteristik karyawan berhubungan dengan motivasi kerja karyawan.
Hipotesis untuk hubungan karakteristik karyawan dengan prestasi kerja
H0 : tidak terdapat hubungan antara karakteristik karyawan dengan prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor.
H1 : terdapat hubungan antara karakteristik karyawan dengan prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor.
Keputusan pengujian adalah sebagai berikut:
1. jika nilai r hitung < r tabel, maka terima H0, artinya karakteristik karyawan
tidak berhubungan terhadap prestasi kerja karyawan.
2. jika nilai r hitung > r tabel, maka tolak H0 atau terima H1, artinya
karakteristik karyawan berhubungan terhadap prestasi kerja karyawan .
3.5
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di kantor Jurnal Bogor JL. Halimun No 8 Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai bulan Mei 2009.
37
IV. PROFIL PERUSAHAAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
Koran Harian Jurnal Bogor merupakan koran lokal di Bogor dan merupakan
hasil dari pengembangan Jurnal Nasional. Menurut pimpinan perusahaan Jurnal Bogor,
Alfian Mujani, koran ini didirikan berangkat dari pengalaman orang-orang yang berada
di dalamnya yang telah lama bergelut di dunia jurnalistik. Hanya saja terdapat perbedaan
yaitu koran ini menganut jurnalisme positif yang dapat dijadikan pencerahan, solusi bagi
berbagai masalah dan mampu memberikan harapan bagi pembacanya.
Awal Oktober 2007, setelah dua tahun bekerja sebagai senior manajer marketing,
Alfian Mujani mendapat tantangan untuk mengembangkan Jurnal Nasional ke daerah.
Tantangan itu pun dijawab Alfian dengan membuat diskusi perencanaan koran baru
dengan owner Jurnal Nasional. Awal November 2007, Alfian kembali dipanggil dan
ditanya kapan akan mendirikan koran tersebut.
Pada bulan November itu juga, Alfian menjawab tantangan yang diberikan
padanya dan mengambil eksperimen daerah di Bogor. Alfian segera mengajak bicara
para agen koran dan orang-orang yang dulu pernah bekerja dengannya karena beliau
sudah lama mengenal Bogor,.
Pada awal berdirinya, Jurnal Bogor tidak langsung membangun gedung yang
megah walaupun owner Jurnal Nasional menawarkan modal padanya untuk membangun
gedung megah. Alfian pun memilih sebuah mall, Pangrango Plaza (PP), karena mall ini
selalu kosong. Lalu Alfian pun mengadakan barter iklan dengan managemen PP dan
berhasil mendapatkan dua buah ruangan. Berawal dari dua belas sumber daya manusia
(SDM) pada 26 November 2007, Alfian pun menerbitkan Jurnal Bogor.
Pertama kali terbit, Jurnal Bogor hanya ada delapan halaman dengan sisipan
Jurnal Nasional, Jurnal Sembilan dan Top Soccer. Jika ditotal maka koran yang terbit
dengan tebal 42 halaman. Setelah tiga bulan beredar di Bogor, respon pasar positif dan
permintaan akan koran pun semakin banyak. Manajemen Jurnal Bogor melihat hal
positif tersebut dan memindahkan kantor Jurnal Bogor ke tempat yang lebih luas. Tepat
malam tahun baru 2008, Jurnal Bogor pindah ke Jl. Halimun No. 8 Bogor. Hingga saat
38
ini hubungan keluarga besar Junal Bogor semakin solid dan tanpa terasa karyawan
Jurnal Bogor pun telah bertambah 400 persen dari sebelumnya, menjadi 66 orang.
Secara umum, semua koran memiliki prinsip dan kaidah pemberitaan masingmasing. Jurnal Bogor menempatkan berita-berita terbaiknya dalam satu hari di halaman
satu. Berita halaman satu merupakan berita yang mengandung ‘semua rukun iman
berita’, yaitu aktual, luar biasa, berdampak luas, unik, dan mempunyai magnet, yang
mempunyai unsur berita serta dampak.
Berita yang tampil Jurnal Bogor mencerminkan lokalitas dan mencoba
menampilkan diskusi lokal namun, ada juga berita nasional dengan konsep diskusi lokal.
Halaman satu menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari berita
ekonomi, politik, hukum, kriminal dan sosial. Sebenarnya tidak ada beda koran Jurnal
dengan koran lokal lain di halaman satu. Perbedaannya adalah cara memberi judul,
ilustrasi, dan memilih idiom.
Munculnya kegalauan masyarakat akan citra media yang negatif dengan tampilan
berita-berita yang memprovokasi, berpotensi menimbulkan konflik yang bersifat vertikal
maupun horizontal. Jurnal Bogor hadir membawa pencerahan dengan memposisikan diri
sebagai media lokal yang kuat, terpercaya serta berwatak kebangsaan dengan
menyajikan informasi yang substansinya menjembatani kepentingan publik secara
harmonis, cerdas, segar, dan bijak, dengan isi yang tepat, akurat, dan bermanfaat di
tengah kondisi seperti itu.
Guna mewujudkan Jurnal Bogor sebagai media yang layak dijadikan prioritas
bagi pembaca dan pengaksesnya, Jurnal Bogor selalu mengadakan pemantapan jati diri
keredaksian, pengembangan produk, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Awak Jurnal Bogor terdiri dari para profesional yang berpengalaman dalam bidang
jurnalistik, mempunyai integritas yang tidak diragukan, karena melalui proses seleksi
yang ketat, dan selalu mengembangkan potensi, dan wawasannya.
4.2
Visi dan Misi Jurnal Bogor
Jurnal Bogor merupakan sebuah media cetak yang berbasis kepada penyajian
informasi secara edukatif dan tepat. Jurnal Bogor mempunyai visi dan misi yang telah
39
ditetapkan dalam penyusunan perencanaan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
operasionalnya yang merupakan tujuan jangka panjang perusahaan. Visi Jurnal Bogor
adalah Jurnal Bogor sebagai surat kabar berbasis jurnalisme terdepan di Bogor. Misi
Jurnal Bogor diantaranya:
1. Mewartakan fakta dan peristiwa secara objektif dan tanpa prasangka.
2. Menegakkan cover both side dalam seluruh aspek pemberitaannya.
3. Menyajikan informasi edukatif dan mengembangkan optimisme kepada
pembacanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan wawasan pembacanya sebagai bagian dari proses perubahan
dan pembaruan bangsa.
5. Menegakkan demokrasi berbudaya secara kreatif berdasarkan etika.
43
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi yang digunakan Jurnal Bogor adalah struktur organisasi
fungsional, dimana struktur fungsional mengelompokkan tugas-tugas dan kegiatankegiatan yang sejenis ke dalam unit-unit organisasi yang terpisah yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan perusahaan. Berikut struktur Organisasi Jurnal
Bogor tersaji pada Gambar 3.
40
Direktur Utama/
Pemimpin Umum
Sekretaris
Perusahaan
Pemimpin Usaha
Pemimpin Redaksi
Operasional
Sirkulasi &
Distribusi
Iklan
Keuangan &
Umum
Event & Promosi
Keuangan &
Akuntansi
IT
GA/Umum
Redaktur
Pelaksana
HRD
Collection
GA
Budget
Purchasing
Redaktur
Reporter
Layouter
Fotografer
Accounting
Gambar 3. Struktur Organisasi Jurnal Bogor Tahun 2009
BAGIAN SIRKULASI
Manajer Bagian Sirkulasi bertugas membantu Pemimipin Perusahaan dalam
menyelenggarakan kegiatan pemasaran atau distribusi hasil produksi.
Bagian Sirkulasi melaksanakan fungsi:
a) Mendistribusikan koran ke agen, pelanggan, eceran.
b) Melakukan kerjasama dengan instansi-instansi perusahaan serta perusahaan
komersil untuk berlangganan.
c) Melakukan interaksi langsung dengan pengecer dan pelanggan.
d) Mengatur penjualan koran diantaranya, mengatur jumlah koran yang terjual dan
retur, serta mengatur wilayah-wilayah pendistribusian (mapping).
e) Bertanggung jawab pada masing-masing wilayah yang telah didistribusikan.
41
f) Penyampaian laporan setiap waktu yang telah ditentukan terkait dengan hasil
penjualan koran.
g) Pembinaan dan bimbingan kepada bawahan agar berdisiplin dan melaksanakan
tugas dengan baik.
h) Koordinasi dengan semua pihak baik internal maupun eksternal dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.
BAGIAN MARKETING/IKLAN
Manajer Bagian Marketing bertugas membantu Pemimipin Perusahaan dalam
menjalin kerjasama dengan instansi ataupun perusahaan berupa pemasangan iklan yang
dapat memberikan pemasukan/keuntungan bagi perusahaan.
Bagian Marketing melaksanakan fungsi:
a) Mencari peruasahaan yang akan melakukan pemasangan iklan di koran Jurnal
Bogor.
b) Menjalin kerjasama dengan instansi/perusahaan berupa promosi, profit sharing,
dan barter.
c) Memenuhi target pemasangan iklan yang harus dicapai pada setiap waktu yang
telah ditentukan perusahaan.
d) Menjaga hubungan baik dengan semua perusahaan maupun instansi yang terkait.
e) Memberikan pelayanan tambahan kepda konsumen berupa liputan atau ulasan
terkait pemasangan iklan.
f) Penyampaian laporan setiap waktu yang telah ditentukan terkait dengan hasil
pemasangan iklan.
g) Pembinaan dan bimbingan kepada bawahan agar berdisiplin dan melaksanakan
tugas dengan baik.
h) Koordinasi dengan semua pihak baik internal maupun eksternal dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.
42
BAGIAN EVENT DAN PROMOSI
Manajer Bagian Event dan Promosi bertugas membantu Pemimipin Perusahaan
dalam menjalin kerjasama dengan instansi ataupun perusahaan berupa kerjasama dalam
bentuk pembuatan event yang bertujuan mempromosikan sesuatu tentang perusahaan
tersebut.
Bagian Event dan Promosi melaksanakan fungsi:
a) Mengatur pembuatan acara untuk mempromosikan Jurnal Bogor kepada
khalayak luas.
b) Menjalin kerjasama dengan instansi atau perusahaan berupa pembuatan acara
atau event dengan tujuan promosi perusahaan tersebut kepada khalayak luas.
c) Menjaga hubungan baik kepada klien atau pelanggan.
d) Membuat acara yang bersifat sosial maupun mendidik untuk masyarakat sekitar.
e) Penyampaian laporan setiap waktu yang telah ditentukan terkait dengan hasil
dari event yang telah dilakasanakan.
f) Pembinaan dan bimbingan kepada bawahan agar berdisiplin dan melaksanakan
tugas dengan baik.
g) Koordinasi dengan semua pihak baik internal maupun eksternal dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas.
BAGIAN ADMINISTRASI
Manajer Bagian Administrasi bertugas membantu Pemimipin Perusahaan dalam
melakukan kegiatan administrasi perusahaan.
Bagian Administrasi melaksanakan fungsi:
a) Mencatat transaksi keuangan maupun non keuangan.
b) Melakukan verifikasi dokumen tagihan dan pembayaran.
c) Menjalankan proses tutup buku.
d) Membuat laporan keuangan PT/ unit.
e) Mempersiapkan laporan pajak.
f) Melakukan rekonsiliasi pajak dengan GL.
g) Merapikan dan menyimpan dokumen transaksi dan pajak secara baik dan benar.
43
Bagian Administrasi terdiri dari tiga sub bagian, yaitu Sub Bagian Treasury, Sub
bagian Administrasi Sirkulasi, Sub Bagian Administrasi Iklan dan kolektor.
1) Sub Bagian Treasury
Sub Bagian Treasury bertugas diantaranya, mengatur dan mengelola dana kas
kecil dan Bank Perusahaan, melakukan pembayaran kepada pihak internal maupun
eksternal, membuat laporan bukti penerimaan dan pengeluaran dana perusahaan.
2) Sub Bagian Administrasi
Sub Bagian Administrasi bertugas diantaranya, merapikan dan memelihara data
sirkulasi dan distribusi, membuat bukti penagihan sirkulasi, mencatat dan memberikan
laporan collection sirkulasi.
3) Sub Bagian Administrasi Iklan
Sub Bagian Administrasi Iklan bertugas diantaranya, membuat jadwal
penayangan iklan, mengontrol penayangan iklan, membuat bukti-bukti penagihan iklan
dan melakukan penagihan iklan, serta mencatat laporan iklan.
4) Kolektor
Kolektor bertugas diantaranya, berkoodinasi dengan admisitrasi iklan dalam
membuat jadwal penagihan iklan serta membantu membuat laporan kegiatan penagihan
iklan.
BAGIAN REDAKSI.
Bagian Redaksi terdiri dari tiga sub bagian, yaitu Reporter, Layouter dan
Fotografer.
1) Reporter
Reporter bertugas diantaranya, mencari berita di luar, melakukan peliputan, serta
menjaga hubungan baik sesama reporter dari perusahaan lainnya.
44
2) Layouter
Layouter bertugas diantaranya, mengatur tampilan koran, memperhatikan estetika
koran dan membuat desain grafis.
3) Fotografer
Fotografer bertugas diantaranya mencari foto di setiap peristiwa, event dan kejadiankejadian terbaru serta hangat untuk ditampilkan ke dalam koran.
4.4
Kegiatan Operasi
Kegiatan ini mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat menghasilkan
berbagai keluaran (output) dengan kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai
permintaan konsumen.
Kehadiran Jurnal Bogor diharapkan menjadi salah satu pilihan baru bagi
masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui media cetak baik informasi sekitar
wilayah Bogor serta dalam cakupan nasional dan internasional. Berbagai upaya
dilakukan Jurnal Bogor guna memenuhi kebutuhan konsumen, salah satunya menyajikan
informasi yang terhangat serta akurat dan mudah diterima oleh berbagai kalangan
masyarakat.
Setiap harinya Harian Jurnal Bogor memproduksi sebanyak ±10.000 eksemplar
yang didistribusikan ke seluruh kabupaten serta kota sekitar Bogor diantaranya
Sukabumi, Cianjur, dan wilayah sekitar Bogor. Pendistribusian dilakukan oleh Bagian
Sirkulasi yang memasarkan melalui agen, pengasong dan langsung ke pelanggan. Setiap
karyawan sirkulasi berkewajiban pada wilayah-wilayah yang telah didistribusikan.
Iklan yang ada pada Harian Jurnal Bogor berisi dari tiga jenis iklan yaitu iklan
komersil yang berasal dari kerjasama dengan perusahaan, iklan layanan masyarakat yang
berasal dari kerjasama dengan instansi-instansi perusahaan swasta maupun pemerintah,
dan iklan berupa informasi contohnya yaitu berita duka cita. Pemasangan iklan pada
Harian Jurnal Bogor ialah tugas semua karyawan terutama karyawan pada bagian
Marketing/Iklan. Perusahaan Jurnal Bogor mempunyai target pemasukan dari iklan pada
tahun 2008 sebesar 300 juta tiap bulannya, kemudian 500 juta tiap bulannya pada tahun
45
2009 dan target itu telah dicapai oleh Bagian Marketing Jurnal Bogor. Pemasangan iklan
pada Harian Jurnal Bogor oleh perusahaan yang telah bekerja sama dibayarkan melalui
Bagian Administrasi. Banyak jenis pembayaran yang ada diantaranya ialah pembayaran
yang dilakukan cash/tunai maupun pembayaran dengan sistem barter.
Harian Jurnal Bogor juga melakukan kegiatan promosi yang dilakukan sendiri
maupun kerjasama dengan perusahaan komersil maupun pemerintah setempat. Kegiatan
tersebut diharapkan dapat mempererat hubungan antara Harian Jurnal Bogor dengan
perusahaan (client) maupun dengan para distributor dan pembaca. Selain itu juga
kegiatan tersebut Harian Jurnal Bogor mengharapkan keuntungan materiil yang berasal
dari profit sharing dengan perusahaan komersil tersebut maupun keuntungan non
materiil. Kegiatan ini dipegang langsung oleh Bagian Event dan Promosi.
Berita-berita yang tersaji pada Harian Jurnal Bogor berasal dari peliputan berita
yang dilakukan oleh Bagian Redaksi diantaranya ialah reporter yang bertugas mencari
berita terhangat terkait dengan bidang politik, sosial budaya dan keamanan yang terjadi
pada wilayah sekitar Bogor serta Nasional maupun Internasional. Setelah itu berita yang
didapatkan dari reporter tersebut diolah oleh Layouter yang bertugas mengatur tampilan
berita, iklan dan lainnya untuk disajikan pada Harian Jurnal Bogor yang akan dicetak.
Setelah selesai redaktur dan pemimpin redaksi melakukan koreksi dan revisi, kemudian
dari hasil revisi tersebut diantar ke percetakan untuk dicetak.
4.5
Konsumen/Pembaca
Sejak didirikannya Jurnal Bogor pada tahun 2007, jumlah pembaca Harian Jurnal
Bogor selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah
konsumen/pembaca Harian Jurnal Bogor berjumlah sekitar 3000-4000 orang setiap
harinya, kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi sekitar 6000-7000 orang setiap
harinya dan pada triwulan I tahun 2009 jumlah pembaca Harian Jurnal Bogor meningkat
menjadi sekitar 7500-8000 orang setiap harinya. Hal itu terbukti dari jumlah produksi
Harian Jurnal Bogor sebanyak ±10.000 eksemplar per harinya dan pengembalian
produksi dari penjualan sebesar 20 persen.
46
4.6
Sumberdaya Manusia
Harian Jurnal Bogor memiliki karyawan sebanyak 66 orang dengan komposisi
54 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Selang usia karyawan Harian Jurnal Bogor
antara 21 tahun sampai dengan 51 tahun. Tingkat pendidikan karyawan Harian Jurnal
Bogor sangat bervariasi yaitu lulusan SLTP, SMK, SMA dan Perguruan Tinggi.
Jumlah hari kerja bagi karyawan Harian Jurnal Bogor adalah tujuh hari dalam
seminggu yang dimulai dari Senin hingga hari Minggu. Hari kerja di Harian Jurnal
Bogor sebanyak tujuh hari dalam satu minggu karena Harian Jurnal Bogor terbit selama
1 minggu penuh. Jam kerja dimulai dari pukul 09.30 sampai 17.00 untuk setiap
karyawannya kecuali pada Bagian Redaksi, umumnya jam kerja pada Bagian Redaksi
hingga larut malam karena harus mempersiapkan berita untuk dicetak.
Pada setiap minggunya diadakan rapat manajemen untuk membahas apa yang
telah dihasilkan dari semua Bagian yang ada pada Harian Jurnal Bogor dan rencana
untuk minggu berikutnya. Harian Jurnal Bogor juga mengadakan pelatihan Jurnalistik
untuk karyawan pada Bagian Redaksi setiap 1 bulan sekali.
Gaji yang diterima karyawan Harian Jurnal Bogor sudah berada di atas UMR.
Untuk jabatan karyawan berselang antara 1 juta sampai dengan 2,5 juta dan untuk
jabatan manajer berselang antara 2,5 juta sampai dengan 6 juta. Setiap karyawan Harian
Jurnal Bogor mendapatkan asuransi kesehatan berupa JAMSOSTEK serta klaim
kesehatan bagi yang sudah mempunyai keluarga.
47
V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA
RESPONDEN
5.1
Karakteristik Responden
Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini
berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut, peneliti mendeskripsikan empat
karakteristik responden antara lain: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status
menikah.
5.1.1
Umur
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui selang umur responden berkisar
antara 21-45 tahun. Responden yang berumur di bawah 30 tahun berjumlah 21 orang
(60%) dan responden yang berumur di atas 30 tahun berjumlah 14 orang (40%).
Data tersebut tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur, Tahun 2009
Karyawan
Umur
Jumlah (orang)
Persentase(%)
<30
21
60
>30
14
40
Total
35
100
Komposisi karyawan tersebut merupakan hal positif bagi kemajuan Harian Jurnal
Bogor dimana jumlah karyawannya yang berada pada usia produktif lebih besar
persentasenya dibandingkan usia produktif.
5.1.2
Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah
pria dengan persentase sebesar yaitu sebanyak 26 orang, sedangkan responden wanita
berjumlah 9 orang. Data berdasarkan jenis kelamin tersaji pada Tabel 5.
48
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2009
Karyawan
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase(%)
Pria
26
74,3
Wanita
9
25,7
Total
35
100
Karyawan Harian Jurnal Bogor didominasi oleh pria, hal ini berkaitan dengan
jenis pekerjaan utama yang memang diperlukan keahlian khusus dan tenaga yang prima
seperti pendistribusian Jurnal Bogor ke agen serta pelanggan. Pekerjaan yang didominasi
wanita ialah pada bagian administrasi dan urusan dalam lainnya karena umumnya sifat
wanita lebih teliti dalam bekerja.
5.1.3
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden merupakan lulusan
SMA sebanyak 19 orang (54,3%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 16 orang (45,7%).
Data tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun
2009
Karyawan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase(%)
SMA
19
54,3
PT
16
45,7
Total
35
100
Mayoritas karyawan Harian Jurnal Bogor merupakan lulusan SMA dan
Perguruan Tinggi. Lulusan SMA banyak terdapat pada level staf dan perguruan tinggi
banyak terdapat pada level manajer.
49
5.1.4 Status Menikah
Berdasarkan hasil penelitian responden yang berstatus sudah menikah terdiri dari
19 orang (54,3%) dan yang belum menikah sebanyak 16 orang (45,7%). Data tersaji
pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan, Tahun 2009
Karyawan
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase(%)
Belum Menikah
16
45,7
Menikah
19
54,3
Total
35
100
5.2
Motivasi Kerja Responden
5.2.1
Motivasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor
Motivasi kerja sangat berperan penting dalam kegiatan oparsional suatu
perusahaan. Indikator pada penelitian ini mencakup hubungan dengan atasan (X1),
hubungan sesama rekan kerja (X2), peraturan dan kebijakan perusahaan (X3), kondisi
kerja (X4), kompensasi kerja (X5), penunjang kesehatan (X6). Skor total tertinggi
motivasi kerja karyawan yang berasal dari penilaian 29 pertanyaan pada kuesioner yang
diisi oleh karyawan semua bagian di Jurnal Bogor diperoleh seorang karyawan dengan
skor sebesar 145 dan skor terendah diperoleh seorang karyawan dengan nilai 57. Nilai
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Skor motivasi kerja terendah diperoleh salah seorang karyawan Jurnal Bogor, hal
ini terjadi karena karyawan tersebut tidak nyaman dengan lingkungan internal di kantor
sehingga menurunnya motivasi kerja kayawan tersebut. Skor tertinggi diperoleh salah
satu karyawan Jurnal Bogor, hal ini terjadi karena karyawan tersebut memiliki
kemampuan yang baik dalam bekerja sama dengan semua karyawan dan perusahaan
selaku klien serta memiliki minat yang tinggi terhadap perkembangan media cetak.
50
Jika dilihat skor motivasi tiap bagian seperti yang tertera pada Tabel 8, dapat
diketahui bahwa Bagian Redaksi memperoleh skor motivasi tertinggi kemudian diikuti
oleh Bagian Marketing, Bagian Promosi, Bagian Sirkulasi dan Bagian Administrasi.
Tabel 8. Nilai Motivasi Kerja Tiap Bagian
Bagian
Skor Motivasi Rata-rata
Sirkulasi
113,2
Promosi
113,3
Marketing
120,2
Administrasi
112,1
Redaksi
121,5
Rata-rata
116,1
Skor rata-rata pada Bagian Sirkulasi sebesar 113,2, hal ini menunjukkan bahwa
motivasi kerja karyawan Bagian Sirkulasi tergolong tinggi. Karyawan memiliki tugas
untuk mendistribusikan Harian Jurnal Bogor ke wilayah-wilayah sekitar Bogor yang
telah ditentukan oleh perusahaan. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik oleh
karyawan Jurnal Bogor terbukti dengan terjalinnya komunikasi yang baik dengan agen
dan distributor tiap wilayah serta melakukan komunikasi dengan rekan kerja dan
manajer tentang pendistribusian Harian Jurnal Bogor.
Bagian Promosi memiliki skor rata-rata motivasi kerja sebesar 113,3. Skor
tersebut memperlihatkan bahwa karyawan pada Bagian Promosi memiliki motivasi kerja
yang tinggi. Karyawan Bagian Promosi menjalankan tugas yang diberikan perusahaan
yaitu menjalin kerjasama dengan perusahaan yang memasang iklan (klien) maupun
instansi pemerintah dengan menyelenggarakan kegiatan yang bersifat promosi guna
memberikan informasi kepada masyarakat luas. Bagian Promosi terbentuk pada awal
tahun 2009, hal tersebut yang memotivasi karyawan untuk bekerja secara maksimal
untuk mencapai tujuan perusahaan. Pertemuan antar karyawan dengan manajer Bagian
Promosi setiap satu seminggu sekali bertujuan untuk saling memberikan pendapat dan
melakukan evaluasi tentang tugas yang telah dan akan dikerjakan.
51
Bagian Marketing memiliki skor rata-rata motivasi kerja sebesar 120,2 yang
berarti bahwa karyawan pada Bagian Marketing memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Bagian Marketing memiliki tugas yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan yaitu
menjalin kerjasama dengan perusahaan untuk memasang iklan pada Harian Jurnal
Bogor. Hal tersebut memotivasi karyawan Bagian Marketing untuk selalu berusaha aktif
dalam membentuk kerjasama dengan suatu perusahaan.
Skor rata-rata motivasi kerja karyawan pada Bagian Administrasi sebesar 112,2
yang berarti bahwa motivasi kerja karyawan pada bagian ini tergolong tinggi. Bagian
Administrasi merupakan bagian yang memiliki nilai Motivasi kerja karyawan terendah
dibandingkan bagian lain yang ada dalam perusahaan Jurnal Bogor. Hal ini terjadi
karena beberapa karyawan pada Bagian Administrasi kurang nyaman dengan kebijakan
perusahaan Jurnal Bogor terhadap peraturan yang diterapkan kepada karyawan.
Bagian Redaksi memiliki skor rata-rata motivasi kerja karyawan yang tertinggi
yaitu sebesar 121,5. Hal itu terbukti dari kinerja karyawan yang selalu maksimal terkait
dengan tugas pada bagian ini yaitu menyajikan berita dengan akurat dan cepat. Setiap
karyawan wajib memberikan informasi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
pembaca.
Motivasi karyawan Jurnal Bogor dapat disimpulkan tinggi hal tersebut terlihat
dari skor rata-rata pada tiap Bagian di Jurnal Bogor. Hal tersebut mendorong karyawan
dari dalam dirinya atau dari sisi perusahaan untuk bekerja keras, bekerja sama dengan
sesama rekan kerja, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam upaya
mencapai tujuan perusahaan maupun tujuannya sendiri. Bagian Promosi, Sirkulasi dan
Administrasi merupakan Bagian yang memiliki nilai motivasi di bawah rata-rata. Hal
tersebut mendorong manajemen perusahaan Jurnal Bogor agar memperhatikan ketiga
Bagian tersebut, khususnya Bagian Promosi yang baru terbentuk agar memberikan
pengarahan terhadap tugas yang akan dilaksanakan.
52
5.2.2
Indikator-indikator yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan
Indikator motivasi kerja sangat berperan penting dalam peningkatan motivasi
kerja karyawan. indikator motivasi kerja pada penelitian ini mencakup hubungan dengan
atasan (X1), hubungan sesama rekan kerja (X2), peraturan dan kebijakan perusahaan
(X3), kondisi kerja (X4), kompensasi kerja (X5), penunjang kesehatan (X6). Hasil
rataan skor persepsi karyawan Jurnal Bogor terhadap indikator-indikator motivasi kerja
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Skor Persepsi Karyawan Jurnal Bogor Tentang Indikator-indikator
Motivasi Kerja
Indikator-indikator Motivasi Kerja
Rataan Skor*
Hubungan dengan atasan (X1)
4,03
Hubungan sesama rekan kerja (X2)
3,82
Peraturan dan kebijakan perusahaan (X3)
3,80
Kondisi kerja (X4)
4,37
Kompensasi kerja (X5)
3,82
Penunjang kesehatan (X6)
4,35
Total rataan skor
3,86
* 1: sangat rendah, 2: rendah, 3: cukup tinggi, 4: tinggi, 5: sangat tinggi
Rataan skor mengenai persepsi karyawan Jurnal Bogor tentang indikator
motivasi kerja adalah 3,86. Skor ini menunjukkan bahwa secara umum karyawan sudah
cukup tinggi hubungannya terhadap indikator motivasi kerja yaitu dengan rataan skor
4,03 untuk hubungan dengan atasan, 3,82 untuk hubungan sesama rekan kerja, 3,80
untuk peraturan dan kebijakan, 4,37 untuk kondisi kerja, 3,82 untuk kompensasi kerja,
dan penunjang kesehatan memiliki skor 4,35.
Apabila dibandingkan antar indikator-indikator tersebut kondisi kerja menempati
peringkat paling tinggi yaitu dengan rataan skor 4,37 hal ini menunjukkan bahwa
ketersediaan peralatan dan sarana yang ada di Jurnal Bogor sudah lengkap. Karyawan
juga merasa puas dengan pembagian kerja yang diatur oleh atasan. Karyawan merasakan
kondisi kerja yang fleksibel karena perusahaan menyadari bahwa pekerjaan yang
53
dikerjakan oleh setiap karyawan Harian Jurnal Bogor merupakan tipe pekerjaan yang
lebih banyak berhubungan dengan pekerjaan di luar kantor.
Rataan skor faktor penunjang kesehatan ialah 4,35, hal ini menunjukkan bahwa
karyawan menganggap penunjang kesehatan yang diberikan oleh perusahaan sudah
memenuhi kebutuhan mereka. Setiap karyawan mendapatkan penggantian biaya
kesehatan apabila mengalami musibah atau kecelakaan, selain itu setiap karyawan juga
mendapatkan asuransi kesehatan berupa JAMSOSTEK.
Kondisi hubungan dengan atasan memiliki rataan skor 4,03. Hal ini dapat
diartikan bahwa karyawan Jurnal Bogor menganggap para atasan memperhatikan
hubungannya dengan bawahan, dimana atasan bersikap ramah terhadap semua karyawan
dan tidak merasa sungkan untuk dekat dengan bawahan di dalam maupun di luar
pekerjaan.
Keadaan hubungan sesama rekan kerja memiliki rataan skor 3,82. Kondisi ini
dapat diartikan hubungan sesama rekan kerja terjalin cukup baik. Hal ini terlihat dari
kerjasama yang dilakukan antara karyawan dari satu bagian maupun beda bagian pada
saat melakukan pekerjaan.
Kompensasi kerja memiliki rataan skor 3,82, hal ini dapat diartikan bahwa
karyawan Jurnal Bogor menganggap upah/gaji yang diterima sudah cukup sesuai.
Perusahaan Jurnal Bogor juga memberikan tunjangan berupa Tunjangan Hari Raya serta
pemberian bonus pada waktu tertentu.
Rataan skor variabel peraturan dan kebijakan perusahaan adalah 3,86, hal ini
menunjukkan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak Jurnal Bogor
cukup sesuai diterapkan pada karyawan Jurnal Bogor. Karyawan sudah merasa cukup
puas dengan peraturan kerja, peraturan absen, dan peraturan lembur. Karyawan bekerja
satu hari selama delapan jam dengan waktu istirahat selama satu jam.
5.2.3
Hubungan antara Indikator-indikator Motivasi Kerja dengan Motivasi
Kerja
Hasil analisis variabel indikator motivasi kerja (X1, X2, X3, X4, X5, X6)
terhadap variabel motivasi kerja karyawan (X) didapakan dari pengolahan yang
54
menggunakan Software SPSS 13.0 (Spread sheet for statistic) for Windows dengan
model uji korelasi Rank Spearman. Hasil analisis tersebut ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Koefisien Korelasi antara Indikator-indikator Motivasi Kerja dengan
Motivasi Kerja
Indikator-Indikator Motivasi Kerja
Koefisien Korelasi
Hubungan dengan atasan (X1)
0,853
Hubungan sesama rekan kerja (X2)
0,728
Peraturan dan kebijakan perusahaan (X3)
0,882
Kondisi kerja (X4)
0,667
Kompensasi kerja (X5)
0,864
Penunjang kesehatan (X6)
0,636
Total Rataan
0,771
Hasil analisis korelasi pada Tabel 10 menunjukkan bahwa dari enam indikator
yang diuji, hubungan dengan atasan memiliki koefisien korelasi 0,861, 0,688 untuk
hubungan sesama rekan kerja, 0,889 untuk peraturan dan kebijakan, 0,654 untuk kondisi
kerja, 0,853 untuk kompensasi kerja, dan penunjang kesehatan memiliki koefisien
korelasi 0,641.
Hasil uji korelasi hubungan dengan atasan adalah rs=0,858 yang berarti
mempunyai hubungan yang erat atau kuat dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator hubungan atasan dengan bawahan mempengaruhi
motivasi karyawan Jurnal Bogor.
Hasil korelasi hubungan sesama rekan kerja dengan motivasi adalah rs=0,728
dimana kondisi yang terjadi di Jurnal Bogor menunjukkan hubungan erat. Nilai tersebut
menggambarkan bahwa hubungan sesama rekan kerja mempengaruhi motivasi kerja
karyawan Jurnal Bogor.
Hasil uji korelasi peraturan dan kebijakan perusahaan adalah rs=0,882 dimana
kondisi ini menunjukkan hubungan yang kuat atau erat dengan motivasi kerja karyawan.
Nilai tersebut menggambarkan indikator mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
55
Hasil uji korelasi kondisi kerja adalah rs=0,662 yang berarti mempunyai
hubungan yang cukup erat dengan motivasi kerja karyawan. Indikator kondisi kerja
terkait hubungannya dengan motivasi kerja cukup mempengaruhi motivasi kerja
karyawan Jurnal Bogor.
Hasil uji korelasi kompensasi kerja adalah rs=0,864. Hal ini menunjukkan
hubungan erat atau kuat antara kompensasi kerja dengan motivasi kerja sehingga dapat
dikatakan indikator ini mempengaruhi motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Hasil uji korelasi penunjang kesehatan adalah rs=0,636 yang berarti mempunyai
hubungan yang cukup erat terhadap motivasi kerja. Penunjang kesehatan cukup
mempengaruhi motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor dalam bekerja.
Berdasarkan analisis di atas maka secara umum indikator-indikator berhubungan
erat
dengan
motivasi
kerja
karyawan
sehingga
indikator-indikator
tersebut
mencerminkan adanya pengaruh dalam pembentukan motivasi kerja karyawan Jurnal
Bogor.
5.2.4
Motivasi Kerja Karyawan Tiap Bagian Berdasarkan Indikator-indikator
Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja pada penelitian ini
meliputi hubungan dengan atasan (X1), hubungan sesama rekan kerja (X2), peraturan
dan kebijakan perusahaan (X3), kondisi kerja (X4), kompensasi kerja (X5), penunjang
kesehatan (X6). Skor motivasi kerja karyawan tiap bagian berdasarkan indikatorindikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
56
Tabel 11. Nilai Motivasi Kerja Tiap Bagian Menurut Indikator
Rata-rata
Indikator
Motivasi Kerja
Marketing Administrasi Redaktur
Jurnal
Sirkulasi
Promosi
18.18
20.66
22.11
18.66
22.16
20,17
13.90
15.66
17
14.16
16.33
15,31
perusahaan
17.72
17.66
20.77
18
20.5
19,02
4. Kondisi kerja
19.09
14
16.88
16.5
18.33
17,51
25.45
26.66
27.44
28.5
26.83
26,82
18.90
18.66
16
16.33
17.33
17,42
Bogor
1. Hubungan
dengan atasan
2. Hubungan
sesama rekan
kerja
3. Peraturan dan
kebijakan
5. Kompensasi
kerja
6. Penunjang
kesehatan
Pada Tabel 11 di atas terlihat bahwa skor hubungan dengan atasan secara
keseluruhan adalah baik dimana nilai hubungan dengan atasan terendah diperoleh dari
responden Bagian Sirkulasi. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya
komunikasi yang terjalin antara karyawan dengan Manajer pada Bagian Sirkluasi. Skor
tertinggi untuk indikator hubungan dengan atasan diperoleh responden dari Bagian
Redaksi karena karyawan bagian ini pada umumnya memiliki komunikasi yang baik
dengan pemimpin redaksi. Setiap berita yang akan dicetak dilakukan koreksi terlebih
dahulu antara pemimpin redaksi dengan karyawan redaktur.
Hubungan sesama rekan kerja responden secara keseluruhan tergolong baik
dimana skor hubungan sesama rekan kerja terendah diperoleh dari responden dari
Bagian Sirkulasi. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kerjasama dari karyawan
bagian ini terhadap tugas yang dilaksanakan. Nilai hubungan sesama rekan
57
kerja tertinggi berasal dari Bagian Marketing. Bagian Marketing mempunyai tugas
utama terhadap kemajuan perusahaan karena tugas dari Bagian Marketing ialah mencari
pelanggan atau konsumen yang berasal dari perusahaan komersil maupun non komersil
untuk bekerjasama dalam hal pemasangan iklan di Harian Jurnal Bogor. Karyawan
Bagian Marketing bekerja secara aktif dan selalu bertukar informasi satu sama lain.
Skor indikator peraturan dan kebijakan perusahaan tergolong baik dimana skor
terendah berasal dari Bagian Promosi. Hal ini terjadi karena karyawan pada Bagian
Promosi ini masih cukup baru di dalam lingkungan internal Jurnal Bogor. Skor tertinggi
untuk indikator ini diperoleh dari Bagian Marketing. Hal ini terlihat dari komitmen
karyawan Bagian Marketing yang tinggi terhadap kebijakan dan peraturan yang
diterapkan perusahaan Jurnal Bogor.
Indikator motivasi lainnya yang secara keseluruhan tergolong baik ialah kondisi
kerja dengan skor terendah diperoleh dari Bagian Promosi. Hal ini terjadi karena
karyawan pada Bagian Promosi masih beradaptasi dengan kondisi kerja yang ada di
lingkungan internal maupun eksternal Jurnal Bogor. Skor tertinggi diperoleh dari
karyawan Bagian Sirkulasi. Hal ini ditunjukkan pekerjaan yang dilakukan karyawan
Bagian Sirkulasi sesuai dengan tugas masing-masing yaitu kegiatan operasional berupa
pendistribusian Harian Jurnal Bogor. Perusahaan Jurnal Bogor memberikan fasilitas
yang sesuai dengan kebutuhan karyawan Bagian sirkulasi.
Indikator motivasi kerja lainnya yang digunakan dalam penelitian ini ialah
kompensasi kerja dimana skor terendah berasal dari Bagian Sirkulasi. Hal ini terjadi
karena upah yang didapatkan karyawan Bagian Sirkulasi dirasakan masih kurang sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang dilakukan karyawan pada Bagian
Sirkulasi tergolong pekerjaan yang cukup berat, misalnya mendistribusikan Harian
Jurnal Bogor ke semua wilayah sekitar Bogor dan dimulai dari pukul 04.30 sampai
pukul 09.00, pekerjaan tersebut memerlukan kondisi badan yang selalu terjaga. Skor
kompensasi kerja yang tertinggi berasal dari bagian Administrasi, hal ini ditunjukkan
dari kompensasi kerja yang didapatkan sudah cukup sesuai mengingat kemampuan
karyawan Bagian Administrasi memerlukan keahlian khusus untuk melaksanakan
pekerjaan.
58
Indikator motivasi kerja yang terakhir ialah penunjang kesehatan dimana skor
terendah berasal dari Bagian Marketing. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan Bagian
Marketing merasa bahwa penunjang kesehatan yang ada di perusahaan Jurnal Bogor
masih kurang memenuhi harapan dari karyawan bagian Marketing, hal itu didorong pula
dengan tugas yang dilaksanakan karyawan merupakan tugas utama dalam perusahaan.
Skor tertinggi untuk indikator ini berasal dari Bagian Sirkulasi. Karyawan Bagian
Sirkulasi merasakan penunjang kesehatan yang didapatkan sesuai dengan risiko
pekerjaan yang dilaksanakan.
Hubungan sesama rekan kerja merupakan indikator yang paling rendah nilai
motivasinya dibandingkan indikator lainnya. Hal ini terjadi karena di lingkungan
perusahaan media umumnya setiap karyawannya berusaha menonjolkan kemampuannya
masing-masing guna mendapatkan prestasi yang maksimal dan mendapatkan penawaran
yang lebih baik pada perusahaan media lainnya selaku kompetitor.
5.3
Prestasi Kerja Responden
5.3.1
Prestasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor
Penilaian prestasi kerja diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengetahui
tingkat prestasi dari karyawannya. Indikator pada penelitian ini mencakup kualitas kerja
(Y1), tanggung jawab terhadap pekerjaan (Y2), kerjasama dengan rekan kerja (Y3),
orientasi terhadap konsumen (Y4), dan inisiatif karyawan (Y5).
Skor total tertinggi prestasi karyawan yang berasal dari penilaian 30 pertanyaan
pada kuesioner yang diisi oleh karyawan masing-masing bagian diperoleh seorang
manajer dengan skor sebesar 138 dan nilai terendah diperoleh seorang karyawan dengan
skor 87. Skor tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Skor prestasi kerja terendah diperoleh salah seorang staf Jurnal Bogor, hal ini
terjadi karena karyawan tersebut tidak nyaman dengan lingkungan internal di kantor
sehingga rendahnya prestasi kerja kayawan tersebut. Skor tertinggi diperoleh salah satu
Manajer Jurnal Bogor, hal ini terjadi karena manajer tersebut mempunyai komitmen
yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan serta cekatan dalam bekerja.
59
Jika dilihat skor prestasi tiap bagian seperti yang tertera pada Tabel 12, dapat
diketahui Bagian Marketing memperoleh skor prestasi tertinggi kemudian diikuti oleh
Bagian Administrasi, Bagian Redaktur, Bagian Sirkulasi dan Bagian Promosi.
Tabel 12. Nilai Prestasi Tiap Bagian
Bagian
Nilai Prestasi Rata-rata
Sirkulasi
113,3
Promosi
109.6
Marketing
127.4
Administrasi
119.1
Redaksi
117
Rata-rata
117,3
Prestasi karyawan Jurnal Bogor dapat disimpulkan tinggi hal tersebut terlihat
dari rata-rata skor prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor yang memiliki nilai sebesar
117,3. Setiap pekerjaan yang diterima oleh karyawan dikerjakan dengan sungguhsungguh sehingga hasilnya tepat dan sesuai dengan target yang telah direncanakan. Hal
itu terbukti dari tercapainya perencanaan pemasukan iklan pada tiap bulan di tahun 2009
yaitu sebesar 500 juta, serta kegiatan promosi dan kegiatan yang terkait dengan
perusahaan Jurnal Bogor maupun konsumen. Pencapaian tersebut diperoleh dari seluruh
karyawan yang terlibat dalam suatu pekerjaan memiliki komitmen tinggi untuk
menyelesaikan dan berusaha mengerjakan setiap pekerjaan sesuai dengan rencana
sehingga target yang sudah ditentukan dapat tercapai.
Bagian promosi merupakan bagian yang memiliki nilai prestasi paling rendah.
Hal ini terjadi karena Bagian Promosi merupakan bagian yang baru terbentuk pada awal
tahun 2009. Pekerjaan yang dilakukan belum dapat dikatakan sesuai harapan karena
karyawan pada Bagian Promosi masih melakukan adaptasi terhadap tugas yang
dilaksanakan.
60
5.3.2
Indikator-indikator Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Jurnal Bogor
Indikator prestasi kerja sangat penting untuk penilaian pencapaian prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor. Indikator pada penelitian ini terdiri dari, kualitas kerja (Y1),
tanggung Jawab (Y2), kerjasama dengan rekan kerja (Y3), orientasi terhadap pembaca
(Y4), dan inisiatif karyawan (Y5). Hasil rataan skor prestasi kerja karyawan Jurnal
Bogor dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan Skor Indikator Prestasi Karyawan Jurnal Bogor
Indikator Prestasi Kerja
Rataan Skor*
Kualitas kerja (Y1)
4,02
Tanggung jawab terhadap pekerjaan (Y2)
3,93
Kerjasama dengan rekan kerja (Y3)
3,77
Orientasi terhadap pelanggan (Y4)
3,96
Inisiatif karyawan (Y5)
3,95
Total rataan skor
3,94
* 1: sangat rendah, 2: rendah, 3: cukup tinggi, 4: tinggi, 5: sangat tinggi
Rataan skor prestasi karyawan Jurnal Bogor sudah tergolong cukup tinggi, hal
tersebut ditunjukkan dari hasil rata-rata skor indikator prestasi kerja yang memiliki nilai
sebesar 3,94.
Apabila dibandingkan dengan kelima indikator diatas kualitas kerja memiliki
rataan skor paling tinggi sebesar 4,02. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kerja yang
ada pada karyawan Jurnal Bogor sudah tergolong tinggi dan dapat terlihat dari pekerjaan
yang dilaksanakan karyawan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Misalnya
karyawan pada Bagian Redaksi yang bertanggung jawab terhadap isi berita di Harian
Jurnal Bogor selalu memuat berita yang teraktual serta sesuai dengan harapan pembaca.
Indikator tanggung jawab memiliki nilai sebesar 3,93 yang artinya bahwa
tanggung jawab yang ada pada karyawan Jurnal Bogor cukup tinggi. Hal tersebut
terbukti dengan cukup tingginya komitmen karyawan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Misalnya karyawan Bagian Administrasi yang bertugas untuk membuat laporan
61
keuangan perusahaan serta membuat laporan penagihan kepada perusahaan yang
memasang iklan diselesaikan dengan tepat waktu.
Rataan skor pada indikator kerjasama dengan rekan kerja ialah 3,77 yang berarti
bahwa kerjasama dengan rekan kerja yang dilakukan karyawan Jurnal Bogor cukup
tinggi. Semua karyawan dari satu bagian maupun beda bagian saling bekerjasama
dengan bertukar informasi dan saling membantu antar karyawan guna menyelesaikan
tugas yang dilakukan, contohnya kerjasama yang dilakukan antara karyawan Bagian
Marketing dengan karyawan Bagian Promosi yaitu saling bertukar informasi tentang
perusahaan yang bekerjasama dengan Jurnal Bogor dalam pemasangan iklan.
Orientasi terhadap pelanggan memiliki rataan skor sebesar 3,96 yang berarti
orientasi terhadap pelanggan yang telah terbentuk pada karyawan Jurnal Bogor cukup
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan terjaganya komunikasi antara karyawan Jurnal Bogor
dengan perusahaan selaku pemasang iklan maupun masyarakat selaku pembaca.
Misalnya karyawan Bagian Sirkulasi yang mendistribusikan Harian Jurnal Bogor
langsung kepada pembaca atau konsumen.
Rataan skor pada indikator terakhir prestasi kerja yaitu inisiatif karyawan adalah
sebesar 3,94, yang artinya inisiatif yang ada pada karyawan Jurnal Bogor cukup tinggi.
Hal itu terbukti dengan inovasi yang dilakukan karyawan Jurnal Bogor terkait dengan isi
berita dan desain koran pada Harian Jurnal Bogor guna memenuhi kebutuhan pembaca.
Kerjasama dengan rekan kerja merupakan indikator yang paling rendah
dibandingkan indikator lainnya. Kerjasama yang dilakukan oleh karyawan hanya sebatas
pertukaran informasi dan terjadi pada saat tertentu, misalnya saat diadakan kegiatan
perusahaan.
5.3.3
Hubungan antara Indikator Prestasi Kerja dengan Prestasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor
Hasil analisis indikator prestasi kerja (Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6) dengan variabel
prestasi kerja karyawan (Y) didapatkan dengan menggunakan Software SPSS 13.0
(Spread sheet for statistic) Windows dengan model uji korelasi Rank Spearman. Hasil
analisis ditunjukkan pada Tabel 14.
62
Tabel 14. Analisis Koefisien Korelasi antara Indikator Pretasi Kerja dengan Prestasi
Kerja
Indikator Prestasi Kerja
Koefisien Korelasi
Kualitas kerja (Y1)
0,906
Tanggung jawab terhadap pekerjaan (Y2)
0,844
Kerjasama dengan rekan kerja (Y3)
0,776
Orientasi terhadap pelanggan (Y4)
0,789
Inisiatif karyawan (Y5)
0,868
Total rataan skor
0,836
Hasil analisis korelasi pada Tabel 14 menunjukkan bahwa dari lima indikator
prestasi kerja yang diuji untuk kualitas kerja memiliki koefisien korelasi 0,906, 0,844
untuk tanggung jawab terhadap pekerjaan, 0,776 untuk kerjasama dengan rekan kerja,
0,789 untuk orientasi terhadap pelanggan, dan 0,868 untuk inisiatif karyawan.
Hasil uji korelasi kualitas kerja adalah rs=0,906 yang berarti mempunyai
hubungan yang sangat erat atau sangat kuat dengan prestasi kerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator kualitas kerja sangat mempengaruhi prestasi karyawan
Jurnal Bogor. Hal itu terbukti dengan manajemen Jurnal Bogor memberikan pelatihan
untuk semua karyawan guna memberikan tambahan ilmu untuk kemajuan Jurnal Bogor.
Hasil korelasi tanggung jawab dengan prestasi adalah rs=0,844 dimana kondisi
yang terjadi di Jurnal Bogor menunjukkan hubungan erat. Jadi dari hasil penelitian ini
diperoleh bahwa tanggung jawab terhadap pekerjaan mempengaruhi prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor. Tugas yang diberikan manajer kepada masing-masing
karyawannya mempunyai target yang harus dicapai, hal tersebut yang dapat
menggambarkan karyawan memiliki tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
Hasil uji korelasi kerjasama dengan rekan kerja adalah rs=0,776 dimana kondisi
menunjukkan hubungan yang kuat atau erat dengan prestasi kerja karyawan. Nilai
tersebut menggambarkan bahwa indikator tersebut mempengaruhi prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor. Kerjasama dengan rekan kerja juga harus dilakukan seorang
63
karyawan yang bekerja di dalam suatu perusahaan, dengan hal tersebut manajer dapat
menilai karyawan tersebut apakah memiliki kemampuan bekerjasama yang baik dalam
suatu tim kerja dimana dengan kerjasama rekan kerja yang terjalin dapat meningkatkan
prestasi seorang karyawan.
Hasil uji korelasi orientasi terhadap pelanggan adalah rs=0,789 yang berarti
mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi kerja karyawan. Indikator orientasi
terhadap pelanggan mempengaruhi prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Menjaga
hubungan serta memenuhi kebutuhan masing-masing pelanggannya penting dilakukan
semua karyawan Jurnal Bogor karena hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan Jurnal Bogor.
Hasil uji korelasi inisiatif karyawan adalah rs=0,868, hal ini menunjukan
hubungan erat atau kuat dengan prestasi kerja sehingga dapat dikatakan indikator ini
mempengaruhi prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Inisiatif karyawan sangat
dibutuhkan untuk perkembangan suatu perusahaan dengan adanya inisiatif karyawan
tersebut diharapkan adanya suatu inovasi untuk kemajuan perusahaan, hal tersebut pula
yang dapat meningkatkan prestasi kerja seorang karyawan.
Berdasarkan analisis di atas maka secara umum indikator-indikator prestasi kerja
erat hubungannya dengan prestasi kerja karyawan sehingga indikator-indikator tersebut
mencerminkan adanya pengaruh dalam prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
5.3.4
Prestasi Karyawan Tiap Bagian Berdasarkan Indikator
Indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi kerja pada penelitian ini
meliputi kualitas kerja (Y1), tanggung jawab terhadap pekerjaan (Y2), kerjasama dengan
rekan kerja (Y3), orientasi terhadap pelanggan (Y4), dan inisiatif karyawan (Y5). Nilai
prestasi kerja berdasarkan indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.
64
Tabel 15. Nilai Prestasi Tiap Bagian Menurut Indikator
Rata-rata
Indikator
Prestasi Kerja
1. Kualitas
Kerja
2. Tanggung
jawab
Sirkulasi
Promosi Marketing Administrasi
Redaktur
Jurnal
Bogor
31.54
29.00
34.22
32.00
32.16
32.2
34.18
33.66
38.00
34.83
35.00
35.37
14.09
13.66
16.66
16.00
14.33
15.09
14.72
15.33
17.11
16.00
16.16
15.86
18.81
18.00
21.44
20.33
19.33
19.77
3. Kerjasama
dengan
Rekan Kerja
4. Orientasi
Pelanggan
5. Inisiatif
Karyawan
Pada Tabel 15 di atas terlihat bahwa skor kualitas responden secara keseluruhan
adalah baik dimana skor kualitas kerja terendah diperoleh dari responden Bagian
Promosi karena masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan karyawan sehingga
tidak dapat optimal dalam bekerja, selain itu juga karena selama ini Jurnal Bogor jarang
mengadakan kegiatan promosi perusahaan ke masyarakat. Skor kualitas kerja tertinggi
diperoleh responden dari Bagian Marketing karena karyawan bagian ini pada umumnya
memiliki ketepatan dan cermat dalam bekerja kemudian bekerja sesuai dengan apa yang
telah direncanakan, misalnya Bagian Marketing mencapai target dari pemasukan iklan
Rp 500 juta per bulan pada tahun 2009.
Tanggung jawab responden secara keseluruhan juga tergolong baik dimana skor
tanggung jawab terendah diperoleh dari responden dari Bagian Promosi. Hal ini terjadi
karena kurangnya komitmen dari para karyawan dari bagian ini terhadap tugas yang
telah direncanakan. Skor tanggung jawab tertinggi berasal dari Bagian Marketing.
Bagian Marketing mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap kemajuan
perusahaan karena tugas dari Bagian Marketing ialah mencari pelanggan atau konsumen
65
yang berasal dari perusahaan komersil maupun non komersil untuk bekerjasama dalam
hal pemasangan iklan di Harian Jurnal Bogor. Bagian Marketing menjalankan tugas
sesuai target yang telah ditentukan oleh Perusahaan Jurnal Bogor misalnya menjaga
komunikasi dengan perusahaan yang telah bekerjasama maupun yang akan bekerjasama.
Semua karyawan dari Bagian ini juga bekerja secara aktif.
Skor kemampuan kerjasama responden dengan karyawan lain baik dari satu
bagian maupun luar bagian secara keseluruhan tergolong baik dimana skor kemampuan
kerjasama terendah berasal dari Bagian Promosi. Hal ini terjadi karena karyawan pada
Bagian Promosi ini masih cukup baru di dalam lingkungan internal Jurnal Bogor jadi
kerjasama yang terjalin antara karyawan dari Bagian promosi maupun luar bagian masih
dapat dikatakan kurang. Skor tertinggi diperoleh dari Bagian Marketing, hal ini terlihat
dari kuatnya kerjasama antara karyawan Bagian Marketing dengan karyawan dari satu
bagian maupun luar bagian, misalnya kerjasama antar karyawan Bagian Marketing
apabila melakukan kerjasama antara suatu perusahaan dengan Jurnal Bogor. Karyawan
Bagian Marketing juga mampu bekerjasama dengan karyawan lain, misalnya
memberikan informasi ke karyawan Bagian Promosi tentang klien Jurnal Bogor.
Indikator prestasi lainnya yang secara keseluruhan tergolong baik ialah orientasi
pelanggan dengan skor terendah diperoleh dari Bagian Sirkulasi. Hal ini terjadi karena
kurangnya komunikasi karyawan Bagian Sirkulasi dengan para pelanggan yang dalam
hal ini ialah para pengasong, agen maupun pengecer. Skor tertinggi diperoleh dari
karyawan Bagian Marketing. Hal ini ditunjukkan dengan komunikasi yang selalu terjaga
antara pihak Jurnal Bogor dengan perusahaan yang bekerjasama dalam hal pemasangan
iklan dan juga dengan semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang bekerjasama
dalam hal pemasangan iklan.
Indikator prestasi kerja terakhir yang digunakan dalam penelitian ini ialah
inisiatif karyawan dimana skor terendah berasal dari Bagian Promosi. Hal ini terjadi
karena kemampuan dari karyawan pada bagian Promosi masih kurang dalam mendesain
maupun memodifikasi serta inovasi terhadap pekerjaan yang dikerjakan, misalnya
kurangnya inovasi terhadap media promosi di kantor Jurnal Bogor seperti pamflet dan
brosur. Skor inisiatif yang tertinggi berasal dari bagian Marketing, hal ini ditunjukkan
66
dengan kemampuan karyawan Bagian Marketing dalam melakukan inovasi terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan, misalnya apabila Manajer Bagian Marketing membuat
rencana tugas yang harus dilakukan para karyawan dalam rangka mencari perusahaan
untuk memasang iklan, karyawan tersebut tidak hanya beracuan kepada perusahaan yang
telah ada dalam database perusahaan Jurnal Bogor tetapi karyawan berinisiatif mencari
perusahaan lain untuk bekerjasama dengan Jurnal Bogor.
Rendahnya indikator kualitas kerja, tanggung jawab, kerjasama dengan rekan
kerja dan inisiatif karyawan pada Bagian Promosi disebabkan karena masih kurangnya
pengalaman dari karyawan. Bagian Promosi belum lama terbentuk karena sebelumnya
Bagian Promosi termasuk dalam Bagian Marketing, sehingga karyawan yang tergabung
pada Bagian Promosi masih beradaptasi dengan tugas yang harus dilaksanakan.
Rendahnya indikator orientasi pelanggan pada Bagian Sirkulasi disebabkan
karena masih kurangnya kegiatan yang dilakukan karyawan Bagian Sirkulasi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang terdiri dari pengasong dan agen dimana pelanggan
tersebut merupakan perantara antara Jurnal Bogor dengan para pembaca.
Tingginya semua indikator prestasi kerja pada Bagian Marketing disebabkan
karena kemampuan serta kecermatan karyawan dalam bekerja. Karyawan Bagian
Marketing menyadari pekerjaan yang dilakukan oleh Bagian ini sangat penting karena
sebagian besar pemasukan untuk Jurnal Bogor berasal dari iklan dimana hal tersebut
adalah tugas utama Bagian Marketing.
67
VI. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN, MOTIVASI
KERJA, DAN PRESTASI KERJA
6.1
Hubungan antara Karakteristik dengan Motivasi Kerja
6.1.1
Hubungan antara Umur Karyawan dengan Motivasi Kerja
Komposisi umur karyawan pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok karyawan yang berumur di bawah 30 tahun dan kelompok karyawan
yang berumur di atas 30 tahun. Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan
SPSS 13 for windows dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2sebesar
94,447. Nilai tersebut menunjukkan bahwa umur karyawan memiliki hubungan dengan
motivasi kerja karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel.
Kelompok karyawan yang berumur di atas 30 tahun memiliki rataan skor
motivasi kerja sebesar 123,21. Rataan skor kelompok karyawan yang berumur di atas 30
tahun lebih tinggi dibandingkan rataan skor pada kelompok karyawan yang berumur di
bawah 30 tahun yaitu sebesar 111,66. Hal tersebut dapat dikatakan pada perusahaan
Jurnal Bogor semakin tinggi usia karyawan semakin tinggi tingkat motivasinya.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara umur dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini dapat dikatakan
bahwa umur menentukan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Jurnal Bogor merupakan perusahaan media cetak yang sedang berkembang, hal
tersebut mendorong para manajer yang seluruhnya merupakan karyawan yang berumur
di atas 30 tahun membentuk sistem manajemen perusahaan yang lebih baik. Berkaitan
dengan motivasi karyawan, para manajer tersebut memiliki motivasi yang lebih tinggi
daripada karyawan yang berumur di bawah 30 karena mempunyai target pekerjaan yang
lebih tinggi.
6.1.2
Hubungan antara Jenis Kelamin Karyawan dengan Motivasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor terdiri dari 74,7 persen karyawan pria dan 25,3 persen
karyawan perempuan. Pada kelompok karyawan pria rataan skor yang didapat sebesar
117,57 dan kelompok karyawan wanita memiliki rataan skor sebesar 112,55.
68
Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan SPSS 13 for windows dengan
model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2 sebesar 1026,52. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan
karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel.
Rataan skor kelompok karyawan pria yang lebih tinggi dibandingkan karyawan
perempuan disebabkan karena pekerjaan yang ada di Jurnal Bogor cenderung
merupakan pekerjaan yang memerlukan tenaga serta kekuatan fisik, misalnya pada
karyawan Bagian Sirkulasi yang bekerja mendistribusikan Harian Jurnal Bogor ke
daerah-daerah distribusi baik wilayah kota maupun kabupaten, hal ini juga terjadi pada
karyawan Bagian Redaktur yang bekerja dari pukul 22.00 sampai pukul 01.00 untuk
menyiapkan isi berita yang akan dimuat dalam Harian Jurnal Bogor.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa jenis kelamin menentukan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Pekerjaan yang terdapat di Jurnal Bogor cenderung jenis pekerjaan pria dan mayoritas
karyawan Jurnal Bogor adalah pria. Hal tersebut mendorong karyawan pria untuk terus
meningkatkan motivasi bekerja sehingga dapat berkompetisi secara sehat dalam
menyelesaikan pekerjaan.
6.1.3
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Karyawan dengan Motivasi Kerja
Pada penelitian ini karyawan Jurnal Bogor dikelompokkan menjadi dua
kelompok responden yang terdiri dari 19 orang responden lulusan SMU dan 16 orang
responden lulusan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data yang
menggunakan SPSS 13 for windows dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2
sebesar 33,64. Nilai tersebut menunjukkan tingkat pendidikan memiliki hubungan
dengan motivasi kerja karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel.
Rataan skor pada karyawan lulusan SMU sebesar 116,84 dan rataan skor
karyawan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 115,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat motivasi karyawan lulusan SMU lebih tinggi daripada tingkat motivasi karyawan
lulusan Perguruan Tinggi.
69
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini
dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan motivasi kerja karyawan Jurnal
Bogor. Karyawan lulusan SMU memiliki motivasi yang tinggi agar dapat menghasilkan
kualitas kerja yang tidak berbeda dengan karyawan lulusan Perguruan Tinggi.
6.1.4
Hubungan antara Status Menikah Karyawan dengan Motivasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor terdiri dari 45,7 persen karyawan yang belum menikah
dan 54,3 persen karyawan yang menikah. Kelompok karyawan yang belum menikah
rataan skor yang didapat sebesar 116,11 dan kelompok karyawan yang menikah
memiliki rataan skor sebesar 116,47. Berdasarkan hasil pengolahan data yang
menggunakan SPSS 13 for windows dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2
sebesar 2,973. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status menikah karyawan tidak
memiliki hubungan dengan motivasi kerja karena nilai χ2hitung lebih kecil dari nilai χ2tabel.
Hal tersebut juga terlihat dari kecilnya perbedaan rataan skor motivasi kerja karyawan
yang belum menikah dengan karyawan yang menikah.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima H0 atau tolak H1 artinya tidak
terdapat hubungan antara status menikah dengan motivasi kerja karyawan. Hal ini dapat
dikatakan status menikah tidak menentukan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
6.2
Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Prestasi Kerja
6.2.1
Hubungan antara Umur Karyawan dengan Prestasi Kerja
Komposisi umur karyawan pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok karyawan yang berumur di bawah 30 tahun dan kelompok karyawan
yang berumur di atas 30 tahun. Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan
SPSS 13 for windows dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2 sebesar
105,21. Nilai tersebut menunjukkan bahwa umur karyawan memiliki hubungan dengan
prestasi kerja karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel.
Kelompok karyawan yang berumur di atas 30 tahun memiliki rataan skor prestasi
kerja sebesar 124,28. Rataan skor kelompok karyawan yang berumur di atas 30 tahun
70
lebih tinggi dibandingkan rataan skor pada kelompok karyawan yang berumur di bawah
30 tahun yaitu sebesar 114,28. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi usia karyawan
semakin tinggi tingkat prestasinya.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara umur dengan prestasi kerja karyawan. Hal ini dapat dikatakan
bahwa umur menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Karyawan yang
berumur di atas 30 tahun banyak terdapat pada level manajer. Level manajer memiliki
banyak pengalaman tentang pekerjaan yang dilaksanakan dibandingkan level karyawan
staf, hal tersebut yang mendorong karyawan yang berumur di atas 30 tahun untuk terus
meningkatkan prestasi terkait dengan jenis dan tanggung jawab pekerjaan yang lebih
luas.
6.2.2
Hubungan antara Jenis Kelamin Karyawan dengan Prestasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor terdiri dari 74,7 persen karyawan pria dan 25,3 persen
karyawan perempuan. Pada kelompok karyawan pria rataan skor yang didapat sebesar
118,38 dan kelompok karyawan wanita memiliki rataan skor sebesar 118. Berdasarkan
hasil pengolahan data yang menggunakan SPSS 13 for windows dengan model uji chisquare (χ2) didapatkan nilai χ2 sebesar 981,70. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis
kelamin memiliki hubungan dengan prestasi kerja karyawan karena nilai χ2hitung lebih
besar dari nilai χ2tabel.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi kerja karyawan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa jenis kelamin menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Karyawan pria dan perempuan di Jurnal Bogor bekerja secara maksimal dan hasilnya
cukup sesuai dengan harapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi karyawan pria
dan perempuan tidak jauh berbeda.
6.2.3
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Karyawan dengan Prestasi Kerja
Pada penelitian ini karyawan Jurnal Bogor dikelompokkan menjadi dua yang
terdiri dari 19 orang responden lulusan SMU dan 16 orang responden lulusan Perguruan
71
Tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan SPSS 13 for windows
dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2 sebesar 35,62. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan prestasi kerja
karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel.
Rataan skor pada karyawan lulusan SMU sebesar 119,05 dan rataan skor
karyawan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 117,37. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat prestasi karyawan lulusan SMU lebih tinggi daripada tingkat prestasi karyawan
lulusan Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan prestasi kerja karyawan. Hal ini
dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal
Bogor. Karyawan lulusan SMU banyak terdapat pada level staf dimana karyawan
tersebut bekerja secara bersama untuk mencapai tujuan perusahaan dan hasilnya sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Karyawan lulusan Perguruan Tinggi banyak
terdapat pada level manajer dan memiliki tanggung jawab untuk memberikan
pengarahan kepada karyawan bawahannya. Hal tersebut yang mendorong prestasi
karyawan lulusan SMU memiliki keinginan untuk meningkatkan prestasinya sehingga
prestasi karyawan lulusan SMU lebih tinggi dibandingkan karyawan lulusan Perguruan
Tinggi.
6.2.4
Hubungan antara Status Menikah Karyawan dengan Prestasi Kerja
Karyawan Jurnal Bogor terdiri dari 45,7 persen karyawan yang belum menikah
dan 54,3 persen karyawan yang menikah. Pada kelompok karyawan yang belum
menikah rataan skor yang didapat sebesar 116,44 dan kelompok karyawan yang
menikah memiliki rataan skor sebesar 120,23. Berdasarkan hasil pengolahan data yang
menggunakan SPSS 13 for windows dengan model uji chi-square (χ2) didapatkan nilai χ2
sebesar 4,923. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status menikah memiliki hubungan
dengan prestasi kerja karena nilai χ2hitung lebih besar dari nilai χ2tabel. Hal tersebut juga
terlihat dari perbedaan rataan skor prestasi kerja karyawan yang belum menikah dengan
karyawan yang menikah.
72
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka tolak H0 atau terima H1 artinya
terdapat hubungan antara status menikah dengan prestasi kerja karyawan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa status menikah menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Karyawan yang menikah mendapatkan dorongan untuk selalu bekerja maksimal karena
karyawan tersebut mempunyai tanggung jawab yang berbeda dengan karyawan yang
belum menikah yaitu tanggung jawab terhadap tanggungan keluarga.
6.3
Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja
6.3.1
Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan Jurnal
Bogor
Hasil pengujian dengan menggunakan software SPSS 13.0 didapatkan nilai
korelasi (rs) antara motivasi kerja dengan prestasi kerja sebesar 0,456 pada selang
kepercayaan 94%. Jadi motivasi kerja di Jurnal Bogor berhubungan cukup erat dengan
pencapaian prestasi kerja karyawannya.
Hubungan yang cukup erat tersebut tercermin dari motivasi kerja yang ada pada
karyawan Jurnal Bogor untuk selalu bekerja secara maksimal sesuai dengan tujuan
perusahaan dan hal itu cukup mempengaruhi pencapaian prestasi kerja karyawan Jurnal
Bogor.
Berdasarkan hasil analisis di atas maka H0 ditolak atau terima H1 yaitu motivasi
kerja memiliki hubungan dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Hubungan
antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor tidak selalu sejajar,
artinya apabila motivasi kerja karyawan tinggi tidak selalu prestasi kerja tinggi.
6.3.2
Hubungan antara Indikator Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja
Berdasarkan hasil pengujian korelasi antara indikator motivasi kerja dengan
prestasi didapatkan hasil bahwa kompensasi kerja dengan nilai korelasi (rs) 0,458
merupakan indikator motivasi yang tertinggi. Hal itu menunjukkan bahwa kompensasi
kerja cukup erat hubungannya dengan pencapaian prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor,
yang berarti kompensasi cukup mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 16.
73
Tabel 16. Hubungan antara Indikator Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja
Indikator-indikator Motivasi Kerja
Koefisien Korelasi
Hubungan dengan atasan (X1)
0,419
Hubungan sesama rekan kerja (X2)
0,334
Peraturan dan kebijakan perusahaan (X3)
0,431
Kondisi kerja (X4)
0,300
Kompensasi kerja (X5)
0,458
Penunjang kesehatan(X6)
0,105
Kompensasi kerja merupakan indikator motivasi kerja yang paling tinggi nilai
korelasi (rs) yaitu sebesar 0,458. Hal ini menunjukkan bahwa kompensasi kerja cukup
erat hubungannya dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor yang berarti indikator
tersebut cukup mempengaruhi prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
Peraturan dan kebijakan perusahaan merupakan indikator yang cukup erat
hubungannya dengan pencapaian prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor dengan nilai rs
sebesar 0,431. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan yang diterapkan
oleh perusahaan bagi karyawan Jurnal Bogor selama ini cukup nyaman bagi karyawan
Jurnal Bogor dan hal itu membuktikan bahwa indikator tersebut cukup mempengaruhi
prestasi karyawan Jurnal Bogor selama ini.
Hubungan cukup erat juga didapatkan antara indikator hubungan dengan atasan
dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor dengan nilai korelasi (rs) sebesar 0,419.
Hal ini menujukkan bahwa indikator tersebut cukup mempengaruhi pencapaian prestasi
kerja karyawan. Hubungan dengan atasan cukup memotivasi karyawan Jurnal Bogor
dalam melaksanakan pekerjaannya karena dengan hubungan tersebut karyawan
mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang dilakukan.
Hubungan sesama rekan kerja memiliki nilai korelasi (rs) sebesar 0,334 yang
berarti bahwa indikator hubungan sesama rekan kerja kurang erat hubungannya dengan
prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut
kurang mempengaruhi prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
74
Kondisi kerja memiliki nilai korelasi (rs) sebesar 0,300 yang artinya hubungan
antara kondisi kerja dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor kurang erat. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator tersebut kurang mempengaruhi prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor selama ini.
Nilai korelasi terendah berasal dari indikator penunjang kesehatan dengan nilai
korelasi (rs) sebesar 0,105 yang berarti bahwa hubungan antara penunjang kesehatan
dengan pencapaian prestasi kerja karyawan tidak mempunyai hubungannya. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator tersebut tidak mempengaruhi prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor selama ini.
Berdasarkan hasil analisis di atas disimpulkan bahwa semua indikator motivasi
kerja kecuali indikator penunjang kesehatan memiliki hubungan dengan prestasi kerja
karyawan Jurnal Bogor. Terjadinya peningkatan oplah dari Harian Jurnal Bogor yang
terus bertambah serta pemasukan dari iklan yang selalu meningkat. Karyawan Jurnal
Bogor menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor sudah cukup baik. Indikator peraturan dan
kebijakan perusahaan merupakan faktor yang paling erat hubungannya dengan
motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
2. Prestasi karyawan Jurnal Bogor memuaskan. Kualitas kerja merupakan indikator
yang nilainya paling tinggi. Indikator kualitas kerja juga merupakan indikator
yang sangat erat hubungannya dengan prestasi karyawan Jurnal Bogor. Indikator
kerjasama dengan rekan kerja merupakan indikator dengan nilai terendah. Hal ini
terjadi karena kurangnya kerjasama antara karyawan pada Jurnal Bogor.
Karyawan pada Bagian Marketing memiliki prestasi yang paling tinggi
dibandingkan karyawan pada bagian yang lain.
3. Karakteristik karyawan secara umum terdapat hubungan dengan motivasi kerja
karyawan Jurnal Bogor. Karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan memiliki hubungan dengan motivasi kerja sedangkan status menikah
tidak berhubungan dengan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
4. Prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor selama ini memiliki hubungan dengan
karakteristik karyawan. Karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan status menikah menentukan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
5. Hubungan secara umum antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor cukup erat. Kompensasi kerja merupakan indikator motivasi yang
nilainya tertinggi dibandingkan indikator motivasi lainnya dengan hubungan
cukup erat dengan prestasi kerja karyawan Jurnal Bogor. Kualitas kerja
merupakan indikator prestasi kerja yang paling tinggi nilai korelasinya dengan
motivasi kerja dibandingkan indikator prestasi kerja lainnya dengan hubungan
erat dengan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor.
76
7.2 Saran
1. Bagian promosi memiliki nilai prestasi yang rendah dibandingkan bagian lainnya
yang ada di perusahaan Jurnal Bogor. Hal ini mendorong manajemen Jurnal
Bogor untuk lebih meningkatkan kinerja khususnya pada karyawan Bagian
Promosi, misalnya dengan melakukan pelatihan serta lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi.
2. Manajemen Jurnal Bogor agar lebih memperhatikan kerjasama yang dilakukan
antar karyawan. Hal ini diperlukan karena dengan kerjasama yang baik antar
karyawan pekerjaan yang dilakukan akan lebih mudah dijalankan dan tujuan
akan tercapai.
3. Manajemen Jurnal Bogor agar lebih memperhatikan hubungan dengan para agen
distributor, misalnya membuat kegiatan yang bersifat sosial dengan para agen,
pengasong.
77
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 1.Edisi 7. PT. Prenhallindo.
Jakarta.
Engel, James F, Roger D. Blackwell dan W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen.
Cetakan Pertama. Penerbit Binaputra Aksara.
Flippo, E.B. 1994. Manajemen Personalia. Jilid 2. Edisi Keenam. Editor : Alfonso Sirait.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Furtwengler, D. 2003. Penuntun Sepuluh Menit Penilaian Kinerja. (Alih Bahasa : Fandy
Tjiptono). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Gomes, FC. 2001. Manjemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset
Hasibuan, M.S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi
Kerja Karyawan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kamaludin. 1995. Hubungan Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja Penyadap
Karet dan Pemetik Kopi Perkebunan Negara. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mangkuprawira, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Edisi 2.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Manullang, M. 2000. Manajemen Personalia. Edisi 3. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Martharia. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja. Skripsi. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ruky, AS. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siegel, S. 1994. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Suyuti Z, penerjemah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Nonparametric Statistics
for the Behavioral Sciences.
78
Stoner, J.A.F dan R.E. Freeman. 1994. Manajemen. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:
Intermedia.
Suprihanto. 2006. Prestasi Kerja. www.indoskripsi.com. (12 Januari 2009).
Umar, H.1999. Rise Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Edisi kedua. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Yakarta: Ghalia Grafindo.
Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
79
Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian
No.
I.
Kegiatan
Maret
1
2
3
April
4
1
2
3
Mei
4
1
2
3
Juni
4
1
2
3
Juli
4
1
2
3
Proposal dan
Kolokium
1. Penyusunan
Draft dan Revisi
2. Konsultasi
Proposal
3. Kolokium
II.
Studi Lapangan
1. Pengumpulan
Data
2. Analisis Data
III.
Penulisan Laporan
1. Analisis
Lanjutan
2. Penyusunan
Draft dan Revisi
3. Konsultasi
Laporan
IV.
Ujian Skripsi
1. Ujian
2. Perbaikan
Skripsi
80
4
Lampiran 2. Skor Motivasi dan Prestasi Responden Karyawan Jurnal Bogor
Skor
Responden
Prestasi
Motivasi
1
128
125
2
94
70
3
124
126
4
119
120
5
87
86
6
107
107
7
124
131
8
106
108
9
122
126
10
129
129
11
107
118
12
123
127
13
101
111
14
105
102
15
116
109
16
111
57
17
128
133
18
132
142
19
97
101
20
131
131
21
138
138
22
134
134
23
120
145
24
133
84
25
136
140
26
121
116
27
112
104
28
135
102
29
118
119
30
116
110
31
123
131
32
127
77
33
104
133
34
102
142
35
130
136
81
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Hubungan faktor Motivasi Kerja dengan
Prestasi Kerja
Correlations
Spearman's rho
E
VAR00008
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
E
VAR00008
1.000
.458**
.
.006
35
35
.458**
1.000
.006
.
35
35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan:
Correlation Coefficient
: koefisien korelasi atau nilai keeratan hubungan antara
kompensasi kerja dengan prestasi kerja karyawan
Jurnal Bogor adalah sebesar 0,458 dengan tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,01.
Sig ( 2-tailed)
: Selang kepercayaan antara hubungan indikator prestasi
dengan motivasi kerja karyawan Jurnal Bogor adalah
sebesar 99,94%.
N
: banyaknya responden dalam penelitian ini.
82
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Hubungan Antara Karakteristik Status Menikah
dengan Prestasi Kerja
Test Statistics
Status
Chi-Square(a)
4.923
df
1
Asymp. Sig.
.027
Keterangan :
Chi-square
: Nilai chi-square hitung antara status menikah dengan prestasi
kerja sebesar 4,923 artinya adanya hubungan antara status
menikah dengan prestasi kerja
df
: 1 derajat bebas
Asymp Sig
: Selang kepercayaan antara hubungan status menikah dengan
prestasi kerja 99,973%
83
Lampiran 5. Dokumentasi Jurnal Bogor
Kantor Jurnal Bogor
Bagian Sirkulasi
Harian Jurnal Bogor
Bagian Marketing
84
Bagian Administrasi
Bagian Administrasi
Kendaraan Opersional Jurnal Bogor
Front Office Jurnal Bogor
Bagian Redaksi
85
Download