353 Model Pengajaran... BAB 5 KESIMPULAN

advertisement
353
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan, analisis data, dan pembahasan dapat diambil
simpulan sebagai berikut.
Pembelajaran apresiasi cerita pendek pada penelitian ini menerapkan
dua model pembelajaran, yaitu model pengajaran advance organizer di kelas
eksperimen dan model pembelajaran group investigation di kelas kontrol.
Model pengajaran advance organizer ini diterapkan sebanyak tiga kali
perlakuan. Proses pelaksanaan model pengajaran advance organizer dalam
penelitian ini melalui empat tahap/fase, yaitu tahap/fase pertama: menjelaskan
dan establishing set, tahap/fase kedua: menyajikan advance organizer, tahap/fase
ketiga: menyajikan materi pembelajaran, dan tahap/fase keempat: memperkuat
pengolahan kognitif atau memantau dan memeriksa pemahaman dan kemampuan
berpikir siswa.
Pelaksanaan
tahap/fase
pertama
meliputi
memberikan
apersepsi
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pelaksanaan model
pengajaran advance organizer melalui film ekranisasi. Tahap/fase kedua terdiri
atas penggunaan media penambat dalam penyajian advance organizer yang
berupa film ekranisasi (film yang diangkat dari cerpen) dan pengaitan materi
apresiasi cerpen melalui film ekranisasi dengan pengetahuan sebelumnya yang
dimiliki siswa (hasil pembacaan siswa terhadap teks cerpen).
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
354
Tahap ketiga meliputi penyampaian materi apresiasi cerpen, memberikan
contoh secara konkret dan bervariasi, serta mengaitkan materi pembelajaran
apresiasi cerpen dengan realitas kehidupan siswa sehari-hari, sedangkan tahap
keempat atau tahap terakhir siswa membentuk kelompok, mengisi worksheet,
mendiskusikan dan membahas cerita pendek dan film kemudian presentasi
kelompok dan diskusi.
Proses pelaksanaan model pengajaran advance organizer secara umum dan
keseluruhan berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dua
observer yang mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran apresiasi
cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer telah
dilakukan guru dengan baik. Berdasarkan aspek-aspek yang diobservasi, guru
telah melaksanakan aktivitas pembelajarannya secara optimal. Dengan kata lain,
kualitas peran guru dalam melaksanakan model pengajaran advance organizer
berjalan dengan baik. Guru mampu menerapkan model pengajaran advance
organizer dengan baik sehingga proses pembelajaran apresiasi cerpen dapat
berlangsung sesuai harapan.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan
menggunakan model pengajaran advance organizer berdasarkan aspek yang
diamati, secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan dengan baik. Siswa terlibat
aktif dalam
setiap proses pembelajaran sehingga suasana belajar kondusif,
menarik, dan menyenangkan.
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
355
Berdasarkan hasil angket pendapat siswa terhadap perlakuan yang diberikan
dengan menggunakan model pengajaran advance organizer, keberterimaan siswa
cenderung baik. Hal ini berdasarkan angket pendapat yang telah diisi oleh siswa
yang mengikuti proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan
model pengajaran advance organizer.
Adapun selama penulis mengikuti proses pelaksanaan model pengajaran
advance organizer yang diimplementasikan oleh guru model, penulis menemukan
hal baru berkenaan dengan film ekranisasi sebagai media penambat yang telah
mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa berkaitan dengan moral dan
kepekaan emosional serta sosial. Hal ini tampak dari antusiasme siswa yang serius
dan terfokus dalam menyaksikan penayangan film ekranisasi yang tergugah oleh
nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen tersebut. Selain itu, tampak juga dari hasil
diskusi dan presentasi siswa yang tertarik dan berempati terhadap tokoh-tokoh
dalam cerita. Oleh karena itu, penulis sepakat bahwa pembelajaran sastra
seharusnya menekankan hal-hal yang mampu menyentuh kepekaan emosional dan
sosial sehingga siswa merasakan pengalaman bersastra. Dengan begitu,
kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra pun akan meningkat.
Pembelajaran
apresiasi
cerpen,
baik
dengan
menggunakan
model
pengajaran advance organizer maupun model pembelajaran group investigation
mengalami peningkatan kemampuan dalam mengapresiasi cerita pendek. Hal ini
terlihat dari rata-rata skor tes awal di kelas eksperimen yang sebelum diberi
perlakuan dengan menggunakan model pengajaran advance organizer adalah
32,9, sedangkan setelah diberi perlakuan menggunakan model pengajaran
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
356
advance organizer memperoleh rata-rata skor tes akhir sebesar 45,3. Begitu pun
dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran investigation group
mengalami peningkatan hasil belajar, yaitu dari rata-rata skor tes awal sebelum
diberi perlakuan model pembelajaran investigation group sebesar 33,5 menjadi
38,1 setelah diberi perlakuan. Peningkatan hasil tes kemampuan mengapresiasi
cerpen di kelas eksperimen yang menggunakan model pengajaran advance
organizer lebih tinggi dibanding peningkatan hasil tes kemampuan mengapresiasi
cerpen di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran investigation
group. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan kelas eksperimen sebesar 13,4,
sedangkan kelas kontrol sebesar 4,6.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diperoleh kesimpulan bahwa data
pretes kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal karena nilai signifikansi
uji Shapiro-Wilk skor pretes pada kelas eksperimen 0,383, lebih besar dari 𝛼 =
0,05 dan pada kelas kontrol 0,121 lebih besar dari 𝛼 = 0,05. Dengan demikian,
nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari 0,05 dan artinya data kedua
kelas berdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas nilai tes awal kelas
eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa data
pretest
kelas eksperimen
maupun kelas kontrol bersifat homogen atau memiliki varians yang sama karena
diperoleh angka signifikansi = 0,090, yang artinya angka signifikansi lebih
besar dari 0,05, sehingga data pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol
bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.
Adapun dari hasil uji kesamaan dua rata-rata di kelas eksperimen dan
kontrol, diperoleh angka signifikansi = 0,586. Karena angka signifikansi lebih
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
357
besar dari 0,05, maka H0 diterima. Dengan kata lain, kemampuan awal siswa
dalam mengapresiasi cerita pendek pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol)
adalah sama.
Selain itu, dari hasil uji normalitas data tes akhir di kelas aksperimen dan
kontrol menunjukkan berdistribusi normal karena nilai signifikansi untuk kelas
eksperimen dan kontrol lebih besar dari 0,05, yaitu 0,052 untuk kelas eksperimen
dan 0,988 untuk kelas kontrol, sedangkan uji homogenitas data tes akhir kelas
eksperimen dan kontrol juga menunjukkan homogen atau memiliki varians yang
sama seperti halnya data tes awal. Hal ini karena angka signifikansi data tes akhir
di kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar = 0,421, yang artinya angka
signifikansi lebih besar dari 0,05.
Adapun uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji independent
sample t-test pada SPSS 18 untuk data tes akhir di kelas eksperimen dan kontrol
diperoleh signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 𝛼 = 0,05
sehingga H0 ditolak, artinya terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi
cerpen siswa pada kelas yang menggunakan model pengajaran advance organizer
lebih baik daripada siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
investigation group.
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
358
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan saran
sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, model pengajaran advance
organizer dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa (mengapresiasi
cerita pendek) dan model pengajaran advance organizer ini lebih efektif
dibandingkan dengan model pembelajaran group investigation.
Dengan
pertimbangan tersebut, penulis menyarankan sebaiknya model pengajaran
advance organizer digunakan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek agar
dapat meningkatkan hasil belajar (kemampuan mengapresiasi cerpen) siswa
secara signifikan.
2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, model pengajaran advance
organizer dengan menggunakan media penambat film ekranisasi mampu
menggugah kepekaan emosional dan sosial siswa sehingga ia berempati
dengan karakter tokoh dalam cerita. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa
ketika menonton film ekranisasi dan ketika siswa berdiskusi atau presentasi.
Selain itu, berdasarkan hasil angket siswa, sebagian besar siswa setuju bahwa
media penambat film ekranisasi mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengapresiasi karya sastra. Berdasarkan hal tersebut, penulis
menyarankan penggunaan media penambat film ekranisasi dalam menerapkan
model pengajaran advance organizer agar dapat menstimulasi motivasi
intrinsik siswa dalam menggemari dan mengapresiasi karya sastra.
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
359
3. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, pembelajaran dengan
menggunakan model pengajaran advance organizer mampu menciptakan
suasana belajar yang aktif dan menarik. Dengan pertimbangan tersebut, penulis
menyarankan sebaiknya model pengajaran advance organizer digunakan guru
bahasa dan sastra Indonesia baik dalam pembelajaran sastra maupun bahasa.
Rahmi Rahmayati 2012
Model Pengajaran...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download